Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
SHUFFAH NURUL QIYAMAH 108046100094
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v
MURABAHAH STUDI KASUS BMT AL-FATH IKMI. Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015.
BMT Al-Fath IKMI merupakan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang berbentuk koperasi. Fungsi dari BMT sama seperti LKS pada umumnya, yaitu sebagai lembaga intermediasi untuk menghimpun dana, menyalurkan dana dan pelayanan jasa. Piutang murabahah merupakan salah satu produk dari kegiatan menyalurkan dana di BMT. Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya riba dan ketidakadilan. Oleh karena itu, BMT harus berhati-hati dalam memilih metode perhitungan margin. Fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012 dijadikan sebagai pedoman dalam praktik murabahah.Ada beberapa metode perhitungan margin yang bisa menjadi referensi dan dipakai oleh kalangan BMT.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan pihak BMT, dan data sekunder yang berupa kontrak akad, fatwa MUI serta kepustakaan. Objek dari penelitian ini adalah metode perhitungan margin murabahah di BMT terhadap kesesuaian fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pada praktiknya, murabahah di BMT hampir sepenuhnya memenuhi ketentuan fatwa DSN-MUI. Meski begitu, masih ada sedikit yang perlu dievaluasi, hal ini mengenai penulisan judul dalam draft kontrak akad yang menggabungkan kata dari dua akad berbeda “Wakalah Murabahah” sehingga dikhawatirkan menimbulkan ketidakjelasan.
vi
Alhamdulillahi rabiil ‘aalamin. Segala puji serta syukur senantiasa
dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia, limpahan kasih sayang,
serta kebahagiaan yang selalu mengiringi. Alhamdulillah atas segala izin dan
ridho-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa pula
senantiasa tercurah untuk Rasulullah saw, yang telah membawa kita semua keluar
dari masa kegelapan.
Tak lupa pula penulis selama melaksanakan penelitian ini mendapat begitu
banyak dukungan, doa, dan bantuan baik secara moril mau pun materiil dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat, ucapan terimakasih ingin
penulis sampaikan kepada :
1. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D dan Dr. Euis Amalia, MA. Dekan dan wakil
dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. AM. Hasan Ali, MA dan H. Abdurrauf, Lc, MA. Ketua dan sekretaris
program studi Muamalat, atas waktu, ilmu dan kesempatan menimba ilmu
kepada penulis.
vii
5. BMT Al-Fath IKMI, Bapak Suryadi selaku Kepala bagian operasional yang
telah berbaik hati memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di BMT, serta telah bersedia meluangkan waktunya
untuk diwawancarai.
6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas dalam mengajar
dan berbagi ilmunya dengan penulis. Serta seluruh staff dan karyawan
Fakultas Syariah dan Hukum yang sudah banyak membantu administrasi
perkuliahan hingga selesai. Semoga Allah SWT senantiasa membalas
jasa-jasa beliau dengan menjadikan semua kebaikan dan keikhlasan ini sebagai
amal jariyah untuk beliau semua.
7. Keluarga besar tercinta, Bapak Heri dan Mama Dida, orangtua terbaik di
dunia yang sangat saya cintai. Adik-adikku, Madyana Nur Azizah dan
Himayati Salamah. Terima kasih tak terbatas untuk kalian semua atas
limpahan kasih sayang, kesabaran, dan pelajaran hidup yang amat berharga
selama ini telah diberikan. Kalian semua yang terbaik untukku. Love you.
8. Sahabat-sahabat yang ku sayangi Mailani Hajrin, Siti Ma’muroh, Nur dyah,
Annisa Khaerani, Amalia Purdianty, Amelisha. Yang selalu memotivasi, yang
viii
10.“Group Millionaire” yang sudah seperti keluarga baru bagi penulis,
terimakasih atas semangat, inspirasi, pelajaran hidup dan banyak hal lainnya.
Semua hal yang dilakukan bersama kalian selalu indah. Masih panjang
perjalanan yang harus kita lalui, masih banyak tempat indah yang belum kita
kunjungi, masih banyak hal yang harus kita hadapi di masa depan. Semoga
kita bisa selalu menjadi sahabat dan menjaga silaturahmi. Love you all guys!
11.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu per satu, namun tidak mengurangi rasa
hormat penulis. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dalam
hidup. Amin.
Penulis sadar bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun besar
harapan penulis dari karya ilmiah yang dibuat ini kelak dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi orang lain. Amin.
Jakarta, September 2015
ix
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pokok Masalah ... 6
1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Pembatasan Masalah ... 8
3. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 9
x
5. Teknik Analisis Data ... 12
6. Teknik Penulisan ... 13
E. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Murabahah ... 15
1. Pengertian Murabahah ... 15
2. Landasan Hukum ... 16
3. Rukun dan Syarat Murabahah ... 18
4. Jenis Murabahah... 20
5. Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia ... 22
B. Margin Keuntungan ... 25
1. Pengertian Margin ... 25
2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan ... 26
3. Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah ... 30
4. Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah ... 38
xi
A. Sejarah Singkat BMT Al-Fath IKMI ... 46
B. Produk dan Layana BMT ... 48
1. Penghimpun dana (Funding) ... 48
2. Penyaluran Dana (Lending) ... 51
C. Kegiatan BMT Al-Fath IKMI ... 53
D. Struktur Organisasi ... 55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI ... 58
B. Praktek Metode Pengakuan Keuntungan Murabahah di BMT Al-Fath IKMI ... 63
C. Relevansi Metode Penetapan Margin Murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan Prinsip Syariah Berdasarkan Fatwa Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 ... 72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 85
xii
Gambar 2.2 Skema Murabahah Tipe Kedua ... 23
xiii 2. Tabel Margin Keuntungan Menurun
3. Tabel Margin Keuntungan Rata-Rata
4. Tabel Margin Keuntungan Annuitas
5. Surat Keterangan Penelitian
6. Draft Kontrak Akad Wakalah Murabahah
7. Draft Kontrak Akad Jual Beli Murabahah
1
Umat Islam dengan ideologi keislamannya, senantiasa berupaya
menerjemahkan nilai-nilai syariah ke dalam semua aspek kehidupannya tidak
terkecuali dalam aktivitas ekonomi (muamalat) yang diyakini dapat membawa kepada
keadilan dan kesejahteraan (maslahat). Kesadaran masyarakat muslim yang
merupakan mayoritas penduduk Indonesia terhadap kebutuhan jasa dan layanan
keuangan berbasis syariah menjadi salah satu faktor berkembang pesatnya lembaga
keuangan syariah saat ini.
Eksistensi lembaga keuangan syariah khususnya sektor perbankan menempati
posisi yang strategis dalam menghubungkan antara pemilik dana dengan pihak yang
membutuhkan dana. Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan syariah diantaranya produk penyaluran dana (financing), produk
penghimpunan dana (funding), dan produk jasa (service). Produk penyaluran dana
atau pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yakni
pembiayaan dengan prinsip jual-beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil, dan pembiayaan dengan akad pelengkap1.
1
Seiring dengan hal tersebut, lembaga keuangan syariah yang ruang lingkupnya
mikro yaitu Baitul mal wattamwil (BMT) juga semakin menunjukkan eksistensinya.
BMT dipandang sebagai lembaga keuangan alternatif yang mampu menjangkau
sektor mikro dalam pembiayaan modal kerja jangka pendek.2
Untuk Indonesia, penelitian tentang microfinance syariah, salah satunya
adalah, Awalil Rizky bekerja sama dengan PT Permodalan BMT telah melakukan
penelitian terhadap sejumlah BMT di Jawa Tengah yang tergabung dalam BMT
Center. Menurutnya, fakta yang paling menonjol dari BMT adalah keberhasilannya
dalam usaha penyaluran dana pembiayaan kepada anggota atau nasabah. BMT
berhasil menjangkau pihak-pihak yang selama ini dikatakan tak mempunyai akses
kepada pembiayaan oleh perbankan (unbankable). Menurutnya, BMT saat ini bukan
saja hanya sebuah komunitas yang dilandasi atas ideologi keislaman dan ghirah
kejamaahan, tetapi telah menjadi sebuah lembaga keuangan profesional yang mampu
menjangkau kelas ekonomi masyarakat paling bawah3.
BMT sebenarnya merupakan konsep aplikasi ekonomi Islam yang bersifat
praktikal dalam mendorong ekonomi pada skala mikro. Dalam aturan hukum di
Indonesia BMT dikelompokkan kedalam koperasi, dimana aturan hukumnya
mengikuti UU koperasi no 17 tahun 2012, meskipun sebenarnya konsep BMT adalah
2
Amalia, Euis, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), h. 28.
3
jauh lebih luas bagi masyarakat. Peran BMT yang beroperasi pada skala pembiayaan
ekonomi mikro (pembiayaan dibawah 50 juta/yang tidak banyak mendapatkan
perhatian dari perbankan pada umumnya), menjadikan karakteristik yang melekat
pada institusi keuangan non-bank ini. Pemerintah Indonesia pada akhirnya
menempatkan BMT sebagai bagian dari koperasi untuk memberikan peranan yang
lebih maksimal pada sektor yang belum digarap oleh lembaga keuangan formal.4
Seperti halnya bank syariah, kegiatan BMT adalah melakukan penghimpunan
(prinsip wadhiah dan mudharabah) dan penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli
dan ijarah) kepada masyarakat. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli dilakukan
dengan akad murabahah, salam, ataupun istishna. Sedangkan murabahah sendiri
merupakan akad yang paling dominan digunakan dalam transaksi jual beli. Pilihan ini
karena tingkat perputaran modal lebih cepat, risiko rendah, dan margin keuntungan
relatif besar5.
Dari beberapa hasil survey menunjukkan bahwa perbankan syariah
menerapkan produk murabahah kurang lebih tujuh puluh lima persen (75%) dari total
kekayaan mereka. Bahkan bank Islam yang berada di luar Indonesia, seperti Dubai
Islamic Bank dan Islamic Development Bank, ternyata juga menggunakan
4
http://bmtamber.co.id/bmt-sebagai-pendorong-ekonomi-kerakyatan-2/ diakses 8 maret 2015
5
pembiayaan dengan prinsip murabahah meliputi antara 73-82% dari total
pembiayaan6.
Murabahah yang dipraktikkan pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
kontemporer dikenal dengan murâbahah lil amri bil Syira’, yaitu transaksi jual beli di
mana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk membelikan sebuah
komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan membeli komoditas/barang
tersebut secara murabahah, yakni sesuai harga pokok pembelian ditambah dengan
tingkat keuntungan yang disepakati kedua pihak, dan nasabah akan melakukan
pembayaran secara installment (cicilan berkala) sesuai dengan kemampuan finansial
yang dimiliki.7
Praktek murabahah pada perbankan syariah sempat menerima kritikan dari
kalangan ulama. Sebagaimana dikutip oleh Rahmawaty, bahwa Sjahdeini
menjelaskan munculnya kritikan didasarkan pada penerapan murabahah dalam
perbankan syariah yang sama sekali tidak meniadakan bunga dan membagi resiko
6
Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 188-189.
7
kepada nasabah, tetapi tetap mempraktekkan pembebanan bunga dengan
menggunakan label “produk Islami”.8
Murabahah dalam perspektif masyarakat sering dipersepsikan dengan
anggapan bahwa praktik murabahah tidak berbeda dengan kredit berbasis fixed/flat
rate pada Bank konvensional. Hal ini dilihat dari sifat margin murabahah yang fixed
dan juga menurut penulis, besarnya margin yang dipatok bank syariah ternyata sama
atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Maka dari itu,
dalam penetapan tingkat margin akad pembiayaan murabahah di perbankan syariah
seharusnya tidak hanya menggunakan rujukan suku bunga bank konvensional.9
Dalam perhitungan margin pada bank syariah diakui ataupun tidak sebenarnya
masih mengikuti suku bunga dan inflasi. Suku bunga dan inflasi inilah yang menjadi
benchmark-nya pada saat ini10. Hal ini dikarenakan perbankan syariah belum
mempunyai acuan tersendiri untuk dijadikan sebagai pedoman penentuan tingkat
margin, dengan kata lain masih mengikuti perbankan konvensional.
Penentuan harga jual dan tingkat margin yang jelas pada akad murabahah
merupakan hal penting karena untuk menghindari adanya ketidakadilan pada satu
8
Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Ekonomi Islam: La Riba. Vol. 1 No. 2, Desember 2007. h. 189.
9
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2005), h. 126.
10
Rahmawaty, Anita, Ekonomi Syari’ah: Tinjauan Kritis Produk Murabahah dalam
pihak, yaitu pembeli. Padahal, ketidakadilan kegiatan ekonomi merupakan salah satu
aspek yang dilarang dalam Islam. Dalam Islam, harga harus ditentukan sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan keadilan bagi kedua belah pihak, yakni pihak
penjual dan pihak pembeli. Harga yang dapat memberikan keadilan bagi kedua belah
pihak adalah yang tidak memberikan keuntungan di atas normal atau tingkat
kewajaran bagi penjual dan harga yang telah disetujui oleh pihak penjual dan
pembeli.11
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengambil rumusan masalah
tentang bagaimanakah metode perhitungan margin akad pembiayaan murabahah
yang ditetapkan oleh manajemen BMT Al-Fath IKMI. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui cara atau metode yang diterapkan oleh manajemen BMT Al-Fath
IKMI dalam perhitungan marjin keuntungan akad pembiayaan murabahah. Dengan
mengangkat judul “Analisis Metode Perhitungan Margin Murabahah pada Produk
Piutang Murabahah (Studi Kasus BMT Al-Fath IKMI)”
B. Pokok Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis akan
mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, yaitu :
11
a. Bagaimana contoh metode perhitungan pengakuan keuntungan secara
proporsional dan secara anuitas?
b. Apa perbedaan dari metode perhitungan pengakuan keuntungan secara
proporsional dan anuitas?
c. Apa saja yang menjadi faktor penentu besaran presentase margin
murabahah di BMT?
d. Bagaimana akuntansi dalam metode perhitungan margin murabahah yang
diterapkan BMT?
e. Apa perbedaan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai
oleh BMT dengan metode perhitungan margin pada lembaga keuangan
kovensional?
f. Apa kekurangan dari metode perhitungan margin murabahah yang dipakai
oleh BMT?
g. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT?
h. Apa saja syarat-syarat untuk mengajukan pembiayaan murabahah di
BMT?
i. Bagaimana kedudukan hukum dari barang jaminan pembiayaan
murabahah?
j. Apa kendala yang dihadapi saat pelaksanaan akad pembiayaan murabahah
k. Apakah besaran margin murabahah dan metode perhitungan yang
digunakan oleh BMT sudah sesuai dengan prinsip syariah yang mengacu
kepada fatwa DSN-MUI?
2. Pembatasan Masalah
Untuk membuat skripsi ini menjadi lebih terarah, pembatasan masalah perlu
dilakukan. Masalah yang diangkat dalam skripsi ini terlalu luas jika diteliti secara
menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar kemana-mana penulis hanya
meneliti tentang metode perhitungan margin yang digunakan pada produk piutang
murabahah kesesuaian dengan fatwa DSN-MUI no.84//DSN-MUI/XII/2012.
3. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dikaji secara spesifik dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana prosedur pembiayaan murabahah di BMT Al-Fath IKMI?
b. Bagaimana metode perhitungan margin murabahah yang digunakan oleh
BMT Al-Fath IKMI?
c. Bagaimana relevansi praktek produk Piutang murabahah dengan prinsip
syariah (ditinjau dari Fatwa DSN-MUI no. 84)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
2. Untuk mengetahui kesesuaian praktek piutang murabahah dengan prinsip syariah (Fatwa DSN-MUI).
3. Manfaat penelitian bagi akademisi
a. sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan penelitian-penelitian lain setelah ini, khususnya yang berkaitan dengan margin murabahah.
b. Mengenalkan praktek lembaga keuangan mikro syariah di dunia nyata.
4. Manfaat penelitian bagi praktisi
a. Bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh praktisi perbankan syariah.
b. Mampu memberikan pemahaman baru tentang cara penentuan margin murabahah pada produk piutang murabahah.
5. Manfaat bagi masyarakat
a. Menambah wawasan masyarakat mengenai KJKS/BMT, khususnya produk murabahah.
b. Sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk menggunakan jasa perbankan syariah.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
yang menggambarkan dengan lebih jelas mengenai fenomena-fenomena sosial.
menunjukkan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya12. Metode
penelitian kualitatif menurut Sugiyono disebut juga dengan metode artistik karena
proses penelitiannya yang lebih bersifat seni dan disebut metode interpretive karena
data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang
ditemukan di lapangan13.
Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan studi kasus (case study) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara
mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya.
Pendekatan ini dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok manusia,
lingkungan hidup manusia, atau lembaga sosial14. Peneliti menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus karena penelitian ini bertujuan
untuk meneliti dan menganalisa untuk kemudian memahami dan menjelaskan konsep
penentuan margin pada suatu transaksi akad murabahah pada BMT Al-Fath IKMI.
2. Objek Penelitian
Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.24. 13
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), ( Bandung: CV Alfabeta, 2008), h. 13.
14
IKMI merupakan salah satu lembaga keuangan non-bank yang cukup lama serta
berpengalaman menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
3. Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu:
a. Data primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan
tertulis/wawancara di lokasi penelitian atau objek penelitian.15 Dalam hal ini
penulis melakukan wawancara kepada pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI
Ciputat.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang dibutuhkan oleh penulis seperti, lembaga atau
institusi tertentu.16
4. Teknik Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan
menggunakan beberapa teknik tertentu, yaitu:
15M. Burhan Bungin, “
Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”, (Kencana : Jakarta, 2009), h.122
16M. Burhan Bungin, “
a. Library Research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang
diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur, dan
bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi.
b. Field Research (lapangan dan wawancara), yaitu teknis dalam upaya
menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan proses
pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Teknik yang
digunakan adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian
langsung dijawab oleh informan dengan bebas dan terbuka.
5. Teknik Analisis Data
Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data yang telah
diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun dari dokumen, gambar,
dan foto-foto. Selanjutnya, peneliti mengkategorikan data yang telah diperoleh
berdasarkan pendekatan yang digunakan. Data yang diperoleh diklasifikasikan
kembali apakah data yang didapat berhubungan dengan judul. Kemudian bandingkan
data tersebut dengan melihat pada pendekatan yang digunakan. Karena peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif maka teknik analisanya adalah analisa kualitatif
atau deskriptif analisis yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan keseuaian prinsip
syariah dalam metode penetapan margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI dengan
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta” tahun 2012.
E. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka peneliti akan
menyusunnya menjadi beberapa bab yang terdiri dari sub bab yang menjelaskan isi
dari bab tersebut. Adapun sistematika penulisan penelitian yang mengacu pada buku
pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta ini disusun sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik analisis data dan
sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang akad murabahah yang di
dalamnya terdapat Pengertian Akad Murabahah, Landasan hukum tentang
Murabahah, Mekanisme Akad Murabahah, Pengertian Margin, Mekanisme
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI
Pada bab ini penulis menguraikan tentang data penelitian yang berisi sejarah
visi dan misi BMT Al-Fath IKMI, jaringan kerja lembaga, berbagai macam
produk pembiayaan dan prosedur aplikasi akad murabahah di BMT Al-Fath
IKMI.
BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari
pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, hasil observasi pengamatan terhadap
prakteknya akad murabahah pada produk Piutang Murabahah, contoh
perhitungan margin, dan analisa terhadap metode penetapan margin di BMT
Al-Fath IKMI.
BAB IV ANALISlS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menganalisis hasil dari wawancara/interview dari
pihak manajemen BMT Al-Fath IKMI, dan hasil observasi pengamatan
15 A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 yang
dimaksud dengan murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih sebagai
laba17. Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.18
Murabahah adalah suatu jasa/produk pembiayaan yang diberikan oleh suatu
lembaga keuangan syariah kepada nasabahnya yang membutuhkan dan memesan
suatu barang tertentu. Fasilitas pembiayaan dengan mendasarkan pada pembelian
barang tertentu yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh lembaga keuangan syariah
tersebut dari pemasok barang. Setelah secara yuridis kepemilikan barang tersebut
beralih dari tangan pemasok ke tangan lembaga keuangan syariah tersebut, maka
selanjutnya lembaga keuangan syariah tersebut menjual barang tersebut kepada
nasabah. Lembaga keuangan syariah yang bersangkutan menambahkan keuntungan
(Mark-up/margin) tertentu diatas harga beli barang tersebut. Keuntungan tersebut
17
Fatwa DSN-MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000
18
harus disepakati di awal antara lembaga keuangan syariah dan nasabah sebelum
kedua belah pihak membuat akad/perjanjian.19
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan murabahah adalah transaksi jual beli dimana penjual menginformasikan harga
pokok dan keuntugan (margin) yang diharapkan secara transparan dan disepakati oleh
kedua belah pihak (penjual dan pembeli), cara pembayarannya dapat secara tunai atau
angsur. Karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu pembeli
tentang harga pembelian barang dan menambahkan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.
2. Landasan Hukum
a. Landasan Hukum Syariah
Landasan Hukum syariah tentang pembiayaan murabahah adalah sebagai
berikut:
... اب لا ح عْي ْلا ها ّحأ ...
Artinya: “...Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..”. (QS
Al-Baqarah (2) : 275).
ت ْ أ الإ ّطا ْلاب ْ ك ْيب ْ كلا ْ أ ا كْأت ال ا آ ي لا ا يأ اي
ْ كْ ضا ت ْ ع ً اجت ك
اً يح ْ كب اك ه لا إ ْ كسفْأا تْقت ال
19
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisa (4) : 29)
Hadist : dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut Ibnu Hibban).
b. Landasan Hukum Positif
Ada beberapa Fatwa DSN-MUI berkenaan dengan akad murabahah yang
harus dipedomani untuk menentukan keabsahan akad murabahah. Fatwa-fatwa
DSN-MUI yang menyangkut murabahah adalah sebagai berikut:20
a) Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah
b) Fatwa DSN-MUI No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang Uang Muka dalam
Murabahah
c) Fatwa DSN-MUI No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam
Murabahah
d) Fatwa DSN-MUI No. 23/DSN-MUI/III/2002 tentang Potongan Pelunasan
dalam Murabahah
e) Fatwa DSN-MUI No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan
Murabahah (Khashm Fi al-Murabahah)
20
f) Fatwa DSN-MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang
Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar
g) Fatwa DSN-MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali
Tagihan Murabahah
h) Fatwa DSN-MUI No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad
Murabahah
3. Rukun dan Syarat Murabahah
Untuk terbentuknya akad pembiayaan murabahah dalam Islam harus lah
memenuhi rukun dan syarat murabahah sebagai berikut:
a. Rukun Murabahah
Menurut mayoritas (jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang membentuk
akad murabahah ada 5 yaitu21 :
1) Adanya penjual (ba’i)
2) Adanya pembeli (musytari)
3) Objek atau barang (mabi’) yang diperjual belikan.
4) Harga (Tsaman) nilai jual barang berdasarkan mata uang.
5) Ijab kabul (sighat) atau formula akad, suatu pernyataan kehendak oleh
masing-masing pihak yang disebut ijab dan kabul.
21
b. Syarat Murabahah
Para ulama kontemporer mensyaratkan dalam praktik jual beli murabahah di
lembaga keuangan syariah sebagai berikut:22
1) Jual beli murabahah bukan pinjaman yang diberikan dengan bunga, tetapi
merupakan jual beli komoditas dengan harga tangguh termasuk margin
keuntungan di atas biaya perolehan yang disetujui bersama. Dalam kaitan ini,
bila harga tangguh lebih tinggi dari harga tunai maka sebelum para pihak
berpisah, pilihan harga tersebut harus telah disepakati.
2) Pemberi pembiayaan dalam hal ini bank atau lembaga keuangan syariah
lainnya, harus telah membeli komoditas/barang dan menyimpan dalam
kekuasaannya, atau membeli melalui orang ketiga sebagai agennya sebelum
dijual kepada nasabahnya. Bila tidak demikian maka akan terjadi bai’
al-ma’dûm (menjual belikan sesuatu yang belum ada/dimiliki). Namun
demikian, bila pembelian langsung ke pihak supplier tidak praktis,
diperbolehkan bagi pemberi pembiayaan untuk memanfaatkan nasabah
sebagai agen/wakil dengan menggunakan akad wakalah untuk membeli
komoditas yang diperlukan atas nama pemberi pembiayaan. Dalam kasus
seperti ini, selama barang tersebut belum dibelikan oleh nasabah sebagai agen
22
Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), (April 2014): h. 9-10. review buku Muhammad Taqi Usmani, An
maka tidak boleh dilakukan akad jual beli komoditas/barang antara nasabah
dan pihak pemberi pembiayaan. Bahkan bila nasabah sudah membelikan
komoditasnya pun, resiko atas rusak atau hilangnya barang masih ada pada
pihak pemberi pembiayaan hingga dilakukan akad jual beli antara kedua belah
pihak.
3) Pembelian komoditas tidak boleh dari nasabah sendiri (komoditas milik
nasabah) dengan perjanjian buy back (pembelian kembali) karena model
perjanjian seperti ini masuk kategori bai’ inah23 yang diharamkan oleh
sebagian besar ulama.
4. Jenis Murabahah24
a. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah tanpa pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak,ada
yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya.
Penyediaan barang tidak terpengaruh atau terkait langung dengan ada
tidaknya pembeli.
b. Murabahah berdasarkan pesanan.
Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan
melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang
23
Contoh: A menjual motor seharga Rp 10 juta secara cicilan kepada B, dengan syarat bahwa B harus kembali menjual motor tersebut kepada A secara tunai seharga Rp 8 juta.
24
memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada
pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung pada
atau terkait langsung atau pembelian barang tersebut.
5. Aplikasi Murabahah di Perbankan Syariah Indonesia25
Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan
pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Namun demikian, dalam praktiknya
tidak ada keseragaman model penerapan pembiayaan murabahah karena beberapa
faktor yang melatarbelakanginya. Ada beberapa tipe penerapan murabahah dalam
praktik perbankan syariah yang kesemuanya dapat dibagi menjadi tiga kategori besar,
yaitu:
1. Tipe Pertama
Tipe pertama penerapan murabahah adalah tipe konsisten terhadap fiqih
muamalah. Keterangan:
a. Dalam tipe ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Kedua pihak melakukan negosiasi dan pihak bank menjelaskan
persyaratan mengenai hal-hal yang terkait dengan pembiayan murabahah
25
Azharuddin, Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah, Tulisan
sebelum terjadinya akad, contohnya tentang harga jual dan jangka waktu
pembayaran.
b. Bank membeli dahulu barang yang akan dibeli oleh nasabah ke supplier.
c. Setelah barang dibeli atas nama bank kemudian dijual ke nasabah dengan
harga perolehan ditambah margin keuntungan sesuai kesepakatan.
d. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa
angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah
membayar secara tangguh. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe
pertama dapat dilihat pada gambar alur berikut ini:
Gambar 2.1 : Murabahah Tipe Pertama
1. Negoisasi & Persyaratan
3. Akad Jual Beli
4. Bayar Angsuran
2. Akad Jual Beli
2. Tipe Kedua
Tipe kedua mirip dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan kepemilikan
langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan bank
Bank
Nasabah
langsung kepada penjual pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli akhir menerima
barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian murabahah dengan bank. Pembelian
dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus
pada waktu tertentu. Pada umumnya nasabah membayar secara tangguh. Transaksi ini
lebih dekat dengan murabahah yang asli, tapi rawan dari masalah legal. Dalam
beberapa kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa mereka tidak berhutang
kepada bank, tapi kepada pihak ketiga yang mengirimkan barang. Meskipun nasabah
telah menandatangani perjanjian murabahah dengan bank, perjanjian ini kurang
memiliki kekuatan hukum karena tidak ada tanda bukti bahwa nasabah menerima
uang dari bank sebagai bukti pinjaman/hutang. Namun demikian, dari perspektif
syariah model murabahah seperti ini tetap saja berpeluang melanggar ketentuan
syariah jika pihak bank sebagai pembeli pertama tidak pernah menerima barang
(qabdh) atas namanya tetapi langsung atas nama nasabah. Karena dalam prinsip
syariah akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe kedua ini lihat alur
gambar berikut ini:
3. Tipe Ketiga
Tipe ini yang paling banyak dipraktekkan oleh bank syariah. Bank melakukan
perjajian murabahah dengan nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad
wakalah) kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya. Dana
lalu dikredit ke rekening nasabah dan nasabah menandatangi tanda terima uang.
Tanda terima uang ini menjadi dasar bagi bank untuk menghindari klaim bahwa
nasabah tidak berhutang kepada bank karena tidak menerima uang sebagai sarana
pinjaman. Untuk lebih jelasnya penerapan murabah tipe ketiga ini lihat alur gambar
berikut ini:
Gambar 2.3 : Skema Murabahah Tipe Ketiga
1. Negosiasi & Persyaratan
2. Akad Wakalah untuk Beli Barang
3. Akad Jual Beli
4. Bayar Angsuran
Berbagai tipe praktek jual beli murabahah di atas dilatar belakangi motivasi
yang bermacam-macam. Ada kalanya untuk lebih menyederhanakan prosedur
sehingga bank tidak perlu repot-repot membeli barang yang dibutuhkan nasabah
tetapi cukup dengan menunjuk atau menghubungi supplier agar menyediakan barang
dan langsung mengirimkan ke nasabah sekaligus dengan atas nama nassabah (Tipe
II). Atau dengan cara bank langsung memberikan uang ke nasabah kemudian nasabah
membeli sendiri barang yang dibutuhkan dengan melaporkan nota pembelian kepada
pihak bank (tipe III).
B. Margin Keuntungan 1. Pengertian Margin
Pengertian margin berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
adalah sebagai berikut: “Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya
produksi dan harga jual di pasar”.26
Margin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan per tahun
perhitungan margin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun
ditetapkan 360 hari; perhitungan margin keuntungan secara bulanan, maka setahun
ditetapkan 12 bulan.
Margin adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari me-megang
aset yang mengalami pening-katan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan
pendapatan. Keuntun-gan juga bisa diperoleh dari peminda-han saling tergantung
insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak
26
saling ter-gantung dengan pemegang saham, atau pemegang- pemegang rekening
investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.27
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa margin adalah tingkat
selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan nilai dari biaya
produksi dan harga jual.
2. Referensi Penetapan Margin Keuntungan
Referensi margin keuntungan adalah margin keuntungan yang ditetapkan
dalam rapat Asset/Liability Management Committee (ALCO) Bank Syariah. Tim
ALCO berasal dari internal perusahaan itu sendiri dan hanya terdapat di kantor pusat,
pejabat tim Alco terdiri dari Direktur Utama, Kepala Bagian Keuangan dan Akunting,
Kepala Divisi Kredit, Manajer Investasi, Kepala Bagian Deposit dan fungsi liabilitas,
ekonom dan supervisi kebijakan kredit.
Fokus manajemen aset & liabilitas adalah mengkoordinasikan portofolio
aset/liabilitas bank dalam rangka memaksimalkan profit bagi bank dan hasil yang
dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka panjang dengan
memperhatikan kebutuhan likuiditas dan kehati-hatian.28 Secara umum, tanggung
27
Sri Dewi Anggadini, Penerapan Margin Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Pacet-Cianjur, Majalah Ilmiah UNIKOM. Vol. 9, No. 2. h. 190
28 Muhammad syafi’i Antonio,
jawab ALCO adalah mengelola posisi dan alokasi dana-dana bank agar tersedia
likuiditas yang cukup, memaksimalkan profitabilitas, dan meminimalkan risiko.
Penetapan margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi tim
ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:29
a. Direct Competitot’s Market Rate (DCMR)
Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) adalah tingkat marjin
keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan
rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO
sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat marjin keuntungan
bank syariah, tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai
kompetitor langsung terdekat.
b. Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR)
Inderect Competitor’s Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga
rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga
beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai
kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga
bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai
kompetitor tidak langsung yang terdekat.
c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)
29
Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil
kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.
d. Acquiring Cost
Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung
terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
e. Overhead Cost
Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
Ada faktor-faktor lain yang perlu ditetapkan dalam penetapan margin dan bagi
hasil antara lain:30
a. Komposisi pendanaan
Bagi bank syariah yang pendanaannya sebagian besar diperoleh dari dana
giro dan tabungan, yang nota-bene nisbah nasabah tidak setinggi pada
deposan (apalagi bonus untuk giro cukup rendah karena disarankan
sepenuhnya pada kebijakan bank syariah yang bersangkutan), maka
penentuan keuntungan (margin atau bagi hasil bank) akan lebih kompetitif
jika dibandingkan suatu bank yang pendanaannya porsi tebesar berasal
dari deposito.
b. Tingkat persaingan
30
Jika tingkat kompetisi ketat, porsi keuntungan bank tipis, sedangkan pada
tingkat persaingan masing-masing bank longgar dapat mengambil
keuntungan lebih tinggi.
c. Risiko pembiayaan
Untuk pembiayaan yang berisiko lebih tinggi, bank dapat mengambil
keuntungan lebih tinggi dibanding yang berisiko sedang apalagi kecil.
d. Jenis nasabah
Yang dimaksud adalah nasabah prima dan nasabah biasa. Bagi nasabah
prima misal usahanya besar dan kuat bank cukup mengambil keuntungan
tipis, sedangkan untuk pembiayaan kepada para nasabah biasa diambil
keuntungan yang lebih tinggi.
e. Kondisi perekonomian
Siklus ekonomi meliputi kondisi: revival, boom/peak-puncak, resesi, dan
depresi. Jika perekonomian secara umum berada pada dua kondisi
pertama, dimana usaha berjalan lancar, maka bank dapat mengambil
kebijakan pengambilan keuntungan yang lebih longgar. Namun pada
kondisi (resesi dan depresi) bank tidak merugi pun sudah bagus,
keuntungan sangat tipis.
Secara kondisional, hal ini (spread bank) terkait dengan masalah keadaan
perekonomian pada umumnya dan juga risiko atas suatu sektor
pembiayaan, atau pembiayaan terhadap debitur yang dimaksud. Namun
demikian, apapun kondisinya serta siapa pun debiturnya, bank dalam
operasionalnya, setiap tahun tentu telah menetapkan berapa besar
keuntungan yang dianggarkan. Anggaran keuntungan inilah yang akan
berpengaruh pada kebijakan penentuan besarnya margin ataupun nisbah
bagi hasil untuk bank.
3. Metode Perhitungan Margin Pada Akad Murabahah a. Metode Perhitungan Pengakuan Angsuran Harga Jual
Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok dan angsuran
margin keuntungan. Pengakuan nagsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat
metode, yaitu:31
i. Metode Margin Keuntungan Menurun (Sliding)
Margin keuntungan menurun adalah perhitungan margin keuntungan yang
semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok sebagai akibat
adanya cicilan atau angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok
dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin
menurun.
31
Contoh
a. Nasabah dengan plafond , PLFN = Rp. 100,000,000.00
b. Jangka waktu pembiyaan 1 tahun
c. tingkat marjin keuntungan setahun. MRJ = 16%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut :
*Angsuran harga pokok perbulan, APPB = (PLFN/12) = Rp. 8,333,333.33
*Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00
no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan
1. 05/04/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
2. 05/05/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
3. 05/06/2000 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
12. 05/04/2001 APPB ((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12
Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan
Jadi untuk menghitung angsuran ke 2 maka:
APPB = Pokok = 8,333,333,.33
((PLFN-((No-1)*APPB))*MRJ)/12) = Marjin keuntungan = ((100,000,000-((2-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 1,222,222.22
Angsuran (2)
Angsuran (5)
APPB = Pokok = 8,333,333.33
((100,000,000-((5-1)*8,333,333.33))*0.16)/12 = Rp. 888.888,88
Angsuran harga pokok = Rp. 8,333,333.33 Angsuran Marjin Keuntungan = Rp. 888,888,88 Rp. 9,222,222.22
ii. Metode Margin Keuntungan Rata-Rata
Margin Keuntungan Rata-Rata adalah margin keuntungan menurun yang
perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan margin
keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan.
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00
*Jangka Waktu pembiyaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun.
*Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%.
Maka jadwal angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut :
*Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00
*APPB = PLFN/12 (1Tahun - 12 Bulan)
no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan
1. 05/04/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
2. 05/05/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
3. 05/06/2000 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
12. 05/04/2001 APPB ((JWK+1)/(2*JWK))*PLFN*(MRJ/12)
Sumber : Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan
Maka rumusnya adalah:
Angsuran (i) = Harga pokok (i) + Marjin Keuntungan (i), untuk i = 1 s/d JWK
Angsuran harga pokok (i) = APPB = 100,000,000.00/12 = Rp. 8,333,333.33
Angsuran margin
keuntungan (i) =
((JWK + 1)/(2*JWK)) * PLFN * (MRJ/12) ((12+1)/(2*12)) *
100,000,000 * (0.16/12) = Rp. 720,000.00
Total = Rp. 9,053,333.33
iii. Metode Margin Keuntungan Flat
Margin Keuntungan Flat adalah perhitungan margin keuntungan terhadap
nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode
lainnya, walaupun debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00
*Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
*Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%
*k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya
Maka jadwal Angsuran pembiyaan adalah sebagai berikut :
*Pencairan 05-03-2000 sejumlah Rp. 100,000,000.00
*APPB(k) = Harga Pokok (k) = PLFN/JWK
*APMB(k) = marjin keuntungan (k) = (PLFN/JWK)*(MRJ/12)
Maka Angsuran ke 5 :
Angsuran harga pokok (5) = (100,000,000/12) = Rp. 8,333,333.33
Angsuran marjin keuntungan (5) = (100,000,000/12)*(0.16/12) =Rp. 444,444.44
Total =Rp. 8,777,777.77
iv. Metode Margin Keuntungan Annuitas
Margin Keuntungan Annuitas adalah margin keuntungan yang diperoleh
dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara
pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan
angsuran harga pokok yang semakin membesar dan margin keuntungan
yang semakin menurun.
Contoh
*Nasabah dengan plafond, PLFN = Rp. 100,000,000.00
*Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
*Tingkat marjin keuntungan setahun, MRJ = 16%
*k = Angsuran ke 1,2,3,…,…dan seterusnya
no. Tanggal Pokok Marjin Keuntugan
1. 05/04/2000 APPB(No) AMPB(No)
2. 05/05/2000 APPB(2) AMPB(No)
3. 05/06/2000 APPB(3) AMPB(3)
12. 05/04/2001 APPB(12) AMPB(12)
Di mana angsuran (k) =
APPB (k) = Harga Pokok (k) = (1+(MRJ/12))(k - 1) X PLFN X (MRJ/12)
(1+(MRJ/12))(JWK – 1)
AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) =
(1+(MRJ/12))(JWK) -1 X Harga Pokok (k)
(1+(MRJ/12))(k – 1)
Angsuran Harga Pokok (3) =
(1+0.0133)(3 - 1) X 100,000,000.00 X 0.0133 = Rp. 7,948,478.09
(1+(0.133)(12 – 1)
Angsuran Margin Keuntungan (3) =
(1+0.0133)(12) - 1 X 7,948,478.09 = RP. 1,122,447.72
(1+0.0133)(3 - 1)
Total Angsuran ke-3 = RP. 9,070,925.81
b. Metode Perhitungan Margin Lain32
Dalam menentukan harga penjualan yaitu menjelaskan secara transparan
berapa harga belinya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk setiap komoditas serta
berapa keuntungan wajar yang diinginkan, sehingga dalam menentukan harga jual
barang pada akad murabahah hanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu harga
dasar pembelian dari penyalur utama, biaya yang harus ditutupi, serta keuntungan
wajar yang disepakati pihak bank dan nasabah.
Untuk menentukan harga jual (p) barang pada akad murabahah yang
dilakukan oleh perbankan syari’ah seharusnya hanya dipengaruhi oleh tiga faktor
32
Turmudi, Muhamad, Penentuan Margin Ba’i Al-murabahah Pada Program Pembiayaan
Perbankan Syari’ah di Indonesia, Jurnal Studi Ilmu Hukum Islam dan Pranata Sosial : Al-„Adl , Vol. 7 No. 1 Januari 2014, h.25-27
utama yaitu, harga dasar pembelian dari penyalur utama (x), biaya yang harus
tertutupi (y), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z).
Biaya yang harus tertutupi (y), atau nilai yang dikeluarkan untuk
menghadirkan barang tersebut sampai kepada nasabah, didapatkan dari perhitungan
rasio antara harga dasar pembelian (x) dan total target pembiayaan tahun berjalan
yang dianggarkan oleh bank syari’ah (v) yang kemudian dikalikan dengan biaya
operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c). Besarnya nilai total
target pembiayaan tahun berjalan (v) dan rata-rata biaya operasional tahun berjalan
(c) bisa didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) bank
syari’ah pada tahun terkait. Sehingga :
P = x + x * c + z v
Berdasarkan rumusan tersebut di atas, margin (m) yang dapat diterima oleh
bank adalah :
m = x * c + z v
Sehingga komponen yang mempengaruhi besar kecilnya margin yang akan
diterima oleh bank (m) adalah harga dasar pembelian (x), total target pembiayaan
tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syari’ah (v), biaya operasional rata-rata
tahun berjalan yang telah dianggarkan (c), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh
pihak bank dan nasabah (z). Nilai v dan c adalah tetap selama tahun berjalan, dimana
besarnya nilai v dan c didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan
Contoh :
Harga dasar pembelian (x) = Rp. 10.000.000,-
Biaya operasional rata-rata tahun berjalan (c) = Rp. 20.000.000,-
Total target pembiayaan tahun berjalan (v) = Rp. 200.000.000,-
Keuntungan yang disepakati (z) = 10 %
1) Perhitungan harga jual (P)
10.000.000 + ((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000
10.000.000 + 1.000.000 + 1.000.000
P = 12.000.000
2) Perhitungan Margin (m)
((10.000.000 / 200.000.000) * 20.000.000) + 1.000.000
m = 2.000.000
4. Fatwa Dewan Syariah Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
a) Metode Proporsional (Thariqah Mubasyirah) adalah pengakuan
keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang (harga
jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalikan persentase
keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-atsman
b) Metode Anuitas (Thariqah Hisab Tanazuliyyah/Thariqah
al-Tanaqushiyyah) adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara
proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan
mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang
belum ditagih (al-atsmanal-mutabaqqiyah);
c) Murabahah adalah akad jual-beli dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai keuntungan;
d) At-Tamwil bi al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) adalah murabahah
di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan cara LKS membelikan
barang sesuai dengan pesanan nasabah, kemudian LKS menjualnya kepada
nasabah --setelah barang menjadi milik LKS-- dengan pembayaran secara
angsuran
e) Harga Jual (tsaman) adalah harga pokok ditambah keuntungan;
f) Al-Mashlahah (ashlah)adalah suatu keadaan yang dianggap paling banyak
mendatangkan manfaat bagi pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah
yang sehat.
Kedua : Ketentuan Hukum
a) Metode pengakuan keuntungan Murabahah dan Pembiayaan Murabahah
boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti
Ketiga : Ketentuan Khusus
a) Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para
pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berlaku di kalangan para pedagang;
b) Pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan secara Proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan)
yang berlaku di kalangan LKS;
c) Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al- Murabahah
pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS
yang sehat;
d) Metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah
dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas;
e) Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan at-Tamwil bi
al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan harus ada selama jangka waktu angsuran; keuntungan at-tamwil bi al-murabahah (pembiayaan
murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum pengembalian piutang
C. Kerangka Konseptual
Alur Kerangka Penelitian
D. Review Studi Terdahulu
Uraian berikut ini akan memaparkan sebuah penelitian yang sudah dilakukan,
sehingga menjadi jelas bagaimana posisi penelitian ini, relevan serta penting
dilakukan.
1. Skripsi Tuti Hartanti, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun
2010. Dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Margin Murabahah untuk Produk Pembiayaan Rumah (Studi
Kasus BTN Syariah)”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linear berganda.
Analisis Metode Perhitungan Margin murabahah di BMT Al-Fath IKMI
Teori-teori mengenai metode perhitungan margin murabahah sesuai prinsip syariah
(DSN-MUI No. 84/DSN-MUI/XII/2012)
Tidak mengandung
Bunga
Tidak keluar dari
prinsip syariah Tidak mengandung
ketidakjelasan
Relevansi teori dengan metode perhitungan margin
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penetapan margin murabahah. Dalam skripsi ini
membahas empat faktor yang mempengaruhi penetapan margin yaitu biaya
overhead, dana pihak ketiga, tingkat bunga dan profit target. Penentuan
margin dalam hal ini ditujukan hanya pada produk pembiayaan kepemilikan
rumah.
Hasil penelitian ini bahwa biaya overhead, dana pihak ketiga, tingkat
bunga dan profit target secara bersama-sama mempengaruhi margin tetapi
secara parsial hanya variabel tingkat bunga yang tidak berpengaruh.
2. Skripsi Ruri Siti Nurziah, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah
Tahun 2013. Dengan judul skripsi “Kesesuaian Akad Murabahah ditinjau
dari Fatwa DSN-MUI dan Peraturan Terkait”. Jenis penelitian dari skripsi ini merupakan jenis kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian penerapan fatwa DSN-MUI dan
peraturan terkait pada akad pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah masih terdapat ketidaksesuaian pada
struktur kontrak yang dibuat oleh Bank BCA Syariah. Begitu pula pada
prakteknya, pembiayaan murabahah di Bank BCA Syariah masih ada
ketidaksesuaian dengan peraturan (Fatwa DSN-MUI dan PBI), hal ini terkait
tentang denda dalam murabahah.
3. Skripsi Afni Nursepti Nauri, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah
dalam Produk Implan di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Cikarang”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif normatif. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan murabahah dan
mengetahui bagaimana tinjauan teori murabahah terhadap penetapan margin
pada produk pembiayaan implan di Bank Syariah Mandiri KC Cikarang.
Kesimpulan dari skripsi ini, dalam prosedur pembiayaan Implan terlihat
bahwa penggunaan dana pembiayaan yang diberikan oleh pihak Bank kepada
nasabah tidak digunakan untuk pembelian suatu barang tetapi untuk
pembiayaan multiguna seperti modal kerja/investasi, hal ini tidak sesuai
dengan konsep murabahah yang sebenarnya karena model pembiayaan seperti
ini sudah ada dalam konsep teori mudharabah dan qard/qardul hasan. Dalam
penetapan margin, pihak Bank Syariah Mandiri telah menentukan sendiri
besaran tingkat margin tanpa kesepakatan antara kedua belah pihak.
Sedangkan menurut teori murabahah penetapan margin keuntungan dari
produk murabahah adalah harus adanya kesepakatan margin antara pihak
Bank dengan nasabah. Artinya, penetapan margin murabahah pada produk
Implan di Bank Syariah Mandiri tidak sesuai dengan teori murabahah.
4. Skripsi Ria Meilani, S1 Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Tahun
2014. Dengan judul skripsi “Analisis Kesesuain Aplikasi Pembiayaan Akad
Murabahah dengan Prinsip Syariah pada PT. BPRS Mulia Berkah
Abadi”. Pada skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
pembiayaan akad murabahah pada PT BPRS Berkah Mulia Abadi dan
mengetahui kesesuaian akad pembiayaan murabahah dengan prinsip syariah
berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan akad
murabahah di BPRS Mulia Berkah Abadi sebagian besar telah sesuai dengan
prinsip syariah berdasarkan fatwa DSN No.04. namun terdapat beberapa
penerapan yang belum sesuai pada pembiayaan murabahah tersebut, yaitu :
mengenai syarat murabahah dalam kepemilikan barang, bahwa akad
murabahah dilaksanakan sebelum barang secara prinsip menjadi milik penjual
(bank). Akad murabahah dilaksanakan bersamaan dengan akad wakalah.
Seharusnya akad murabahah dapat dilaksanakan setelah akad wakalah selesai
dan objek murabahah tersebut secara prinsip telah menjadi milik bank.
Dengan kata lain, pembiayaan murabahah yang dilaksanakan oleh BPRS
Mulia Berkah Abadi lebih tepat dikatakan sebagai akad pinjaman atau utang
kepada nasabah untuk membantu nasabah menutup kekurangan atas modal
awal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
menganalisis relevansi akad murabahah dengan prinsip-prinsip syariah serta
mengetahui bagaimana penerapan akad murabahah dalam kegiatan
operasional Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya terletak
penerapan akad murabahah dalam kegiatan operasional LKS dan faktor-faktor
yg berpengaruh terhadap penentuan margin murabahah, sedangkan dalam
penelitian ini menganalisis relevansi metode perhitungan margin murabahah
yang digunakan dalam kegiatan operasional LKS dengan prinsip-prinsip
46
Awal mula berdirinya koperasi BMT Al-Fath IKMI ini didasari oleh idealisme
yang kuat untuk turut andil dalam membantu saudara-saudara yang bergerak di
bidang usaha, tetapi sulit untuk berkembang dikarenakan banyaknya praktek rentenir,
sistem ekonomi liberal yang melahirkan kaum kapitalis sehingga distribusi
pendapatan tidak merata.
Disamping itu keinginan mengembangkan pola dakwah yang selama ini lebih
banyak di bidang dakwah sehingga diharapkan besar di masa mendatang sistem
ekonomi yang Islami dapat diterapkan di Indonesia. Atas dasar itulah sehingga pada
tanggal 13 Oktober 1996 didirikanlah koperasi BMT Al-Fath IKMI yang pada waktu
itu terdiri oleh 25 orang pendiri dengan modal awal Rp. 400.000,- per pendiri.
Pada tahun 1998, BMT Al-Fath IKMI resmi mendaftarkan diri pada
departemen koperasi untuk mendapatkan badan hukum. Maka BMT Al-Fath IKMI
mendapatkan legal hukum dengan nomor: 650/BH/kwk.10/IV/1998 dengan nama
“Koperasi Simpan Pinjam Pamulang”.
Pada tahun 2005, berdasarkan hasil kesepakatan RAT tahun 2004, BMT
dengan nomor: 518/BH/PAD/Koperasi/2005 dengan nama “Koperasi BMT Al-Fath
IKMI”
Pada tahun-tahun berikutnya jumlah pendiri ditambah sesuai dengan
kesepakatan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 35 orang dan 2 lembaga mitra dari
BMT Al-Fath IKMI yaitu TK/TPA Al-Fath dan IKMI (Ikatan Masjid Indonesia)33
Visi
Meningkatkan kualitas keimanan anggota dan mitra binaan sehingga mampu
berperan aktif sebagai khalifah Allaah Subhanahu Wa Ta'ala.
Misi
Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi, memberdayakan
pengusaha kecil dan menengah, dan membina kepedulian aghniyaa (orang mampu)
kepada dhuafaa (kurang mampu) secara terpola dan berkesinambungan.
Fungsi
Menjalin Ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) melalui pemungutan dan
penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqah serta memasyarakatkannya, dan menunjang
pemberdayaan ummat melalui program pemberian modal bagi pedagang ekonomi
lemah, pemberian bea siswa dan santunan bagi kaum dhu'afa.
33
Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan jasmani dan rohani serta mempunyai posisi tawar
(daya saing) anggota dan mitra binaan juga masyarakat pada umumnya melalui
kegiatan pendukung lainnya.
B. Produk dan Layanan BMT34 1. Penghimpun dana (Funding) a) Prinsip Titipan (Wadiah)
i) TAWAKAL (Tabungan Wadiah BMT Al-Fath) merupakan simpanan
dari mitra yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Tabungan
ini menggunakan prinsip wadiah /titipan, dimana anggota menitipkan
dananya. Dana anggota akan dijaga keamanannya. Dalam tabungan ini
BMT AL FATH tidak wajib memberikan hasil kepada penabung.
BMT AL FATH boleh memberikan bonus setiap bulan sesuai dengan
kebijakan BMT AL FATH.
b) Prinsip Bagi Hasil
i) TABAH (Tabungan berjangka Al-Fath)
Merupakan tabungan/ investasi dengan menggunakan prinsip
mudharabah mutlaqah yang penarikannya dapat dilakukan sesuai
dengan jangka waktu yang dikehendaki. Pilihan jangka waktu yang
dapat dipilih adalah: 3 Bulan dengan nisbah 25% (mitra): 75% (BMT),
34
6 Bulan dengan Nisbah 30% mitra: 70% (BMT), 9 Bulan dengan
nisbah 35%(mitra): 65% (BMT) dan 12 bulan dengan nisbah 40%
(mitra): 60% (BMT).
ii) SIDIK (Simpanan Pendidikan)
Yaitu bentuk simpanan yang alokasi dananya diperuntukan untuk dana
pendidikan bagi putra-putri mitra. Penarikan dapat dilakukan dua kali
dalam satu tahun, pertama pada saat ajaran baru, kedua pada saat
semester. Simpanan dengan prinsip mudharabah mutlaqah ini akan
mendapat bagi hasil setiap bulan dengan nisbah 20% (mitra): 80%
(BMT).
iii) Simpanan Idul Fitri
Yaitu simpanan yang direncanakan untuk keperluan idul fitri seperti
mudik. Penarikan dilakukan satu kali menjelang idul fitri. Simpanan
ini menggunakan prinsip mudharabah mutlaqah sehingga akan
mendapatkan bagi hasil setiap bulan sesuai dengan nisbah 20%
(mitra): 80% (BMT).
iv) Simpanan Qurban
Yaitu simpanan yang diperuntukan untuk keperluan pembelian hewan
qurban. Penarikan dilakukan satu kali menjelang ibadah qurban.