• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dakwah Ustadz H. Gustiri Dalam Meningkatkan Pemahaman Pendengar Tentang Ajaran Islam Melalui Program Optimis (Obrolan Seputar Iman Dan Islam) Di Radio Cbb 105,4 Fm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Dakwah Ustadz H. Gustiri Dalam Meningkatkan Pemahaman Pendengar Tentang Ajaran Islam Melalui Program Optimis (Obrolan Seputar Iman Dan Islam) Di Radio Cbb 105,4 Fm"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENDENGAR TENTANG AJARAN ISLAM MELALUI PROGRAM OPTIMIS

(OBROLAN SEPUTAR IMAN DAN ISLAM) DI RADIO CBB 105,4 FM

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Achmad Riad Firdaus NIM: 109051000054

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENDENGAR

TENTANG AJARAN ISLAM NIELALUI PROGRAM OPTIN{IS (OBROLAN SEPUTAR IMAN DAN ISLAM)

.

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Achmad Riad Firdaus

NIM: 109051000054

Dosen Pembimbing

JURUSAN FAKULTAS

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAH

JA

K

A

RT

A t43s ltt20t4 M

Nununs Khoiri

(3)

Skripsi yang berjudul "STRATEGI DAKWAH USTADZ H. GUSTIRI DALAM MBNINGKATKAN PEMAHAMAN AJARAN ISLAM MELALUI PROGRAM OPTIMIS (OBROLAN SEPUTAR rMAN DAN rSLAM) Dr RADIO CBB 105,4 FM" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 Januari2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Komunikasi Islam (S.Kom.I.) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 28 J anuari 20 1 4

Sidang Munaqasyah

Sekretaris

Anggota,

Penguji I

Pembimbing Ketua

at Baiha

61729200912 NIP. 197108

(4)

iii Denganinisayamenyatakanbahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semuasumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,09 Januari 2014

(5)

i Achmad Riad Firdaus

Strategi Dakwah Ustadz H. Gustiri Dalam Meningkatkan Pemahaman Ajaran Islam Melalui Program Optimis (Obrolan Seputar Iman Dan Islam) Di Radio CBB 105,4 FM

Islam adalah agama dakwah. Dakwah perlu dilaksanakan secara sitematis menggunakan strategi tertentu. Ustadz H. Gustir sebagai seorang da’i memiliki strategi dakwah yang unik dan baru. Di satu sisi strategi dakwah membantu mensukseskan proses dakwah. Di sisi lain harus dirumuskan secara sistematis.

Untuk mengetahui cara Ustadz H. Gustiri dalam menentukan strategi dakwah yang tepat diperlukan rumusan masalah. Adapun rumusan masalahnya adalah: Bagaimana perencanaan dakwah yang dilakukan oleh ustadz H. Gustiri melalui program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di radio cbb 105.4 FM? Bagaimana tujuan dakwah yang dirumuskan oleh ustadz H. Gustiri melalui program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di radio cbb 105.4 FM? Bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan ustadz H. Gustir melalui program program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di radio cbb 105,4 FM?

Ustadz H. Gustiri mulai merencanakan starategi dakwahnya dengan menentukan materi dakwah, menentukan metode dakwah dan menentukan media dakwah. Ketiga hal tersebut dipilih mensukseskan kegiatan dakwah. Dengan menentukan terlebih dahulu materi dakwahnya, Ustadz H. Gustiri akan dengan mudah menyampaikan tausiahnya kepada para pendengan. Begitu juga dengan penentuan metode dakwah, Ustadz H. Gustiri mencoba merancang model dakwah yang hendak dia gunakan. Sedangkan menentukan media dakwah adalah untuk memberikan kemudahan dalam proses dakwahnya.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah starategi dakwah Al-Bayanuni, yang peneliti kutip dari buku “Ilmi dakwah” karangan Moh. Ali Aziz. Al-Bayanuni membagi starategi dakwah dalam tiga bentuk, yaitu; Strategi sentimentil (al-manhaj al-„athifi), Strategi rasional (al-manhaj al-„aqli) dan Starategi indriawi (al-manhaj al-hissi).

Tujuan Ustadz H. Gustiri dibagi atas dua bagian, yaitu tujuan utama dan tujuan khusus. Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan, melesatarikan dan menyempurnakan umat melalui siraman rohani di radio CBB dalam acara OPTIMIS. Sedangkan tujuan khususnya adalah dengan cara memperluas ukhuwah

Islamiyah sehingga beliau dapat menyebarkan siar dakwah tidak hanya di Radio

saja. Secara garis besar pelaksanaan dakwah Ustadz H. Gustiri sudah ditentukan oleh pihak Radio sesuai format acara OPTIMIS. Dengan format acara obrolan santai Ustadz H. Gustiri hanya diposisikan sebagai Narasumber saja, sedangkan sisanya diserahkan pada Putra Wijaya sebagai pemandu acara. Hal itu dilakukan terus menerus hingga siaran selesai.

Keywoord: Al-Bayuuni, al-manhaj al-„athifi, al-manhaj al-„aqli, manhaj

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan kemudahan dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan pada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW, para keluarga beliau, para sahabat beliau yang mulia,

dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari pembalasan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa tanpa adanya

bantuan dari berbagai pihak terkait, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang

diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan

gelar Strata Satu (S1) di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik, Bapak Drs. Suparto, M.A, selaku Pembantu Dekan Bidang

(7)

iii

3. Bapak Rachmat Baihaki, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

selalu memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan.

4. Dra. Umi Musyarofah, M.A, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam (KPI).

5. Dra. Hj. Nunung Khariyah, MA Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak memberikan arahan kepada penulis, saran serta motivasi selama

penulisan skripsi ini. Terimakasih atas bantuannya.

6. Seluruh Dosen dan Karyawan di Lingkungan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Untuk ayahanda tercinta Drs. H. Suandih dan ibunda Hj.Sri Rosmiati yang

telah mendidik penulis dan juga tak kenal lelah menyemangati penulis, yang

sekuat tenaga memberikan pendidikan kepada penulis hingga penulis bisa

menyusun skripsi ini dan memberikan materi dan motivasi kepada penulis.

8. Ustaz Drs. H. Gustiri M.A.K dan beserta keluarga yang dengan kesabaran dan

kasih sayang memberi dukungan dan motivasi kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini, serta memberikan bantuan berupa informasi dan

data yang diperlukan.

9. Terimakasih kepada pihak Radio CBB 105,4 FM yang banyak sekali

membantu dan memberikan informasi kepada penulis, khususnya Bapak

Putra, Ibu Tuty dan Bapak Saiful uyun.

10. Kepada jama‟ah Dzikir, tawasulan malam jum‟at yang diadakan dikediaman

(8)

iv

11. Kakak-kakaku tersayang Mega, Via, Ika dan Adiku Nugraha dan semua

saudara dan sepupuku yang tercinta terimakasih atas dorongan motivasinya.

12. Sahabat-sahabatku KPI Angkatan 2009, khusunya kelas KPI B teman

seperjuangan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

terimakasih atas kebersamaannya, penulis bangga menjadi bagian dari kalian.

Tetap berjuang dan tetap semangat.

13. Tak lupa untuk ananda Lita Santriani Supardi, yang mana disela-sela waktu

terus memotivasi penulis.

Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat menambah keilmuan

terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadari bahwa skripsi ini masih

banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis menyadari

pentingnya kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat menjadi

masukan di masa mendatang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi

manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lainnya pada umumnya.

Ciputat, 09 Januari 2014 Penulis

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KERANGKA TEORI A. Strategi ... 13

B. Dakwah ... 16

C. Strategi Dakwah ... 29

D. Program ... 36

BAB III BIOGRAFI USTADZ H. GUSTIRI A. Latar Belakang Keluarga ... 41

B. Latar Belakang Pendidikan ... 42

C. Perjalanan Dakwah dan Karya-Karya Ustadz Gustiri ... 43

(10)

vi

A. Perencanaan dakwah yang dilakukan oleh Ustadz H. Gustiri melalui program

optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di Radio CBB 105.4 Fm

B. Tujuan dakwah yang dirumuskan oleh ustadz Ustadz H. Gustiri melalui program

optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di Radio CBB 105.4 Fm

C. Pelaksanaan dakwah yang dilakukan Ustadz H. Gustir melalui program program

optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di Radio CBB 105,4 Fm

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran-Saran... 72

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah.1 Artinya agama yang selalu mendorong

pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah, mengajak

dan menyeru orang lain untuk menerima Islam dan menyakini dengan cara

tersendiri.2

Dakwah merupakan salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi

kerisalahan berupa proses pengkondisian agar seseorang atau masyarakat

mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan Islam sebagai ajaran

dan pandangan hidup.3

Dakwah harus dikemas dengan metode yang tepat dan sesuai dengan

materi yang disampaikan. Dakwah harus disampaikan dengan aktual, faktual

dan konstektual. Aktual dalam arti kongkrit memecahkan masalah yang

sedang terjadi dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit

dan nyata. Konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problematika yang

sedang dihadapi masyarakat.4 karena itu, para da’i haruslah memilih metode

yang tepat agar dakwah menjadi aktual, faktual dan kontekstual. Sedangkan

materi dakwah itu mencakup segala aspek kehidupan manusia dengan

landasan agama Islam.

1

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam Dalam Pesan Moral (Jakarta: Al-Amin Press, 1997), h.31.

2

Said Abdullah Bin Alwi Al-Hadad. Kesempurnaan Dan Kemuliaan Dakwah Islam

(Bandung: Pustaka Setia, 2001), h.55. 3

Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir & Azhar Basyir (Yogyakarta: Sipress, 1996), h. 205.

4

(12)

Dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks ini, Dakwah Islam

memerlukan sebuah strategi baru yang mampu mengantisipasi perubahan

zaman yang semakin dinamis. Sehingga peradaban Islam sekarang ini

meningkatkan kebangkitan ummat di zaman modern dan diperlukan pola

strategi yang tepat.5

Ajaran Islam mengandung banyak petunjuk (bimbingan) dalam segala

bidang kehidupan. Firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Quran dan

Sunnah Rasul dapat digunakan oleh setiap orang, yang memahaminya dan

dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli di bidangnya.6 Sehingga mampu

mendorong manusia yang definitif yang rumusanya bisa diambil dari al-Qur‟an- Hadist oleh da’i, sesuai dengan ruang lingkup dakwahnya.

Salah satu sarana dakwah melalui media massa adalah radio. Radio

dianggap efektif dalam penyampaian informasi pada masyarakat, sebab radio

merupakan alat informasi yang paling banyak dimiliki masyarakat dengan

harga yang bisa dijangkau pula, karena radio mempunyai daya persuasi yang

khusus bagi masyarakat pendengar, kapan dan dimana saja.

Ketepatan dalam penyampaian nilai-nilai dakwah melalui radio inilah

yang lebih memudahkan daya tarik masyarakat terhadap nilai-nilai yang

disampaikan oleh subyek dakwah melalui radio tersebut. Selain itu, radio

media massa bersifat personal sehingga pesan dapat dimaknai secara unik dan

pribadi.7 Kecanggihan teknologi komunikasi radio juga turut serta

mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kegiatan

dakwah.

5

M. Bahri Ghozali, Komunikasi Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1, h. 33.

6

Zakia Derajat, Psikotrapi Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002), cet. ke-1, h.25. 7

Santi Indra Astuti, Jurnalis Radio Teori dan Praktek (Bandung: Simbiosa Rekatama

(13)

Dengan mengetahui kelebihan radio, maka media radio dapat

dimanfaatkan sebagai media dakwah. Sebab sangat diharapkan dengan

dakwah yang dilakukan melalui program siaran radio, dapat berjalan efektif

dan efesien sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer

ilmu pengetahuan dan agama.8

Dengan demikian, siaran radio dapat dinikmati oleh semua kalangan

dilapisan masyarakat sesuai minat dan keinginan masyarakat. Program siaran

radio yang berkualitas dapat dinikmati kapan saja dan di mana saja, selagi

norma pada masyarakat masih berlaku pada siaran radio tersebut, maka siaran

radio juga bisa dijadikan sebagai sarana yang dapat digunakan untuk media

berdakwah. Sebab sangat diharapkan bahwa dakwah yang dilakukan melalui

siaran radio dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Salah satu radio yang menyiarkan program dakwah adalah Radio Cakti

Budhi Bhakti (CBB Bandar Dangdut) 105.4 FM, Radio CBB adalah Radio

Pelopor Dangdut Jakarta yang didirikan pada tahun 1971. Walaupun radio

CBB adalah radio dangdut tidak dipungkiri kalau radio CBB mempunyai

program dakwah untuk memperbanyak program yang bermanfaat dan

mempunyai sumber ilmu pengetahuan yang luas.

Radio CBB mempunyai 18 Program yaitu BEGADANG, Mami

Bergoyang (Malam Minggu Bergoyang), CBB ETNIK, Sang Bintang, RAJA &

RATU, Dendang Melayu, ALBUM LAWAS, DANGDUT IRAMA NOSTALGIA

– ALADIN, Fatwa Pujangga, Obral Obrol - O2 CBB, Disco Dangdut,

Bintang Udara, GERBANG BATAVIA, Bandar Dangdut CBB, Goyang

8

(14)

Jakarta, Bibir Jakarta, OBROLAN SEPUTAR IMAN & ISLAM – OPTIMIS,

CITRA MUSLIMAH, AJANG MEMBINA IMAN – AMIN. Program siaran CBB

dapat dikatakan sangat fariatif mulai dari lagu Indonesia, berita, dangdut, lagu

dari Sunda, Jawa, Batak, Padang, ada juga lagu-lagu kroncong, sejarah

Jakarta, penyajian informasi terkait dengan hari-hari penting dan ceramah

agama setiap pagi dan sorenya.

Tujuan CBB untuk mencerdaskan bangsa inilah yang melandasi radio

ini selalu memberikan inovasi-inovasi program yang syarat dengan nilai-nilai

positif. Sehingga radio CBB dapat bersaing dengan radio lainnya untuk

menghasilkan yang terbaik buat para pendengarnya sehingga sampai saat ini

radio CBB mempunyai banyak pendengar. Program siaran bernuansa Islami

inilah salah satu program siaran yang diberikan kepada pendengarnya. Ada

tiga program yang bernuansa Islami yaitu: obrolan seputar iman dan Islam–

optimis,citra muslimah, ajang membina iman–amin.9

Semua program yang ada di Radio CBB sudah cukup bagus dan

banyak digemari oleh masyarakat, Akan tetapi dari ketiga program bernuansa

Islami tersebut ada satu program yang memiliki pendengar paling banyak

yaitu Program Obrolan Seputar Iman dan Islam (Optimis). Karena banyaknya

jumlah pendengar program optimis ini dilihat dari jumlah sms atau telepon

yang masuk, sehingga diantara tiga program dakwah yang ada di radio CBB

optimislah yang paling banyak pendengarnya.

Peneliti sangat tertarik dengan kajian tentang strategi ustadz dalam

berdakwah melalui media radio. Terutama strategi Ustadz H. Gustiri dalam

99

(15)

berdakwah melalui program OPTIMIS di radio CBB, karena kajian yang

disampaikan Ustadz H. Gustiri sangatlah menarik sekali, beliau mempunyai

wawasan yang sangat luas, orangnya humoris dan jelas dalam penyampainya

tausiahnya, suka berpantun dan beliau disebut juga ustadz sejuta singkatan

sehingga ceramahnya sangat digemari oleh masyarakat pendengar radio

CBB10.

Atas pencapaian tersebut, tentu saja dipengaruhi oleh strategi–strategi yang diterapkan pada setiap aspek yang terkait dan juga didukung oleh narasumber dan pembawa acara yang profesional agar program yang ada diradio CBB bisa dikemas dengan baik sehingga mendapatkan pendengar yang banyak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengangkat masalah tersebut kedalam skripsi dengan judul “STRATEGI DAKWAH USTADZ H. GUSTIRI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PENDENGAR TENTANG AJARAN ISLAM MELALUI PROGRAM OPTIMIS (OBROLAN SEPUTAR IMAN DAN ISLAM) DI RADIO CBB 105,4 FM”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, agar tidak terlalu meluas, Maka difokuskan

untuk dibatasi pada strategi dakwah Ustadz H. Gustiri dalam Program

Optimis- Obrolan Seputar Iman dan Islam Di Radio CBB 105,4 Fm yang

disiarkan setiap hari Senin s/d Sabtu pada pukul 05.00-06.00 WIB hanya

pada Bulan Juli sampai September 2013.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka permasalahan yang ingin

10

(16)

dikaji peneliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

a. Bagaimana perencanaan dakwah yang dilakukan oleh ustadz H.

Gustiri melalui program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di

radio cbb 105.4 Fm?

b. Bagaimana tujuan dakwah yang dirumuskan oleh ustadz H. Gustiri

melalui program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di radio

cbb 105.4 Fm?

c. Bagaimana pelaksanaan dakwah yang dilakukan ustadz H. Gustir

melalui program program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di

radio cbb 105,4 Fm?

C. Tujuan dan Manfaat Peneliti 1. Tujuan Peneliti

a. Untuk mengetahui perencanaan dakwah yang dilakukan oleh ustadz

H. Gustiri melalui program optimis-(obrolan seputar iman dan islam)

di radio cbb 105.4 Fm

b. Untuk mengetahui tujuan dakwah yang dirumuskan oleh ustadz H.

Gustiri melalui program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di

radio cbb 105.4 Fm

c. Untuk mengetahui pelaksanaan dakwah yang dilakukan ustadz H.

Gustir melalui program program optimis-(obrolan seputar iman dan

islam) di radio cbb 105,4 Fm

2. Manfaat Peneliti

(17)

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi

tentang strategi dakwah bagi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi khususnya jurusan komunikasi penyiaran Islam, sehingga

dapat dijadikan rujukan untuk penelitian yang akan datang.

b. Secara praktis

Peneliti ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan penyiaran radio yang berkaitan dengan keutuhan

individual atau kelompok.

D. Metodologi

1. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif

teknik pengumpulan data. Yaitu dengan cara mengikuti program yang diisi

oleh Ustadz H. Gustiri dengan mewawancarainya. Pendekatan yang

digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan

yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang diamati.11 Data yang diperoleh oleh peneliti

juga menggunakan metode deskriftif, yaitu langkah-langkah yang

digunakan untuk representasi objek sumber informasi. Dengan kata lain

metode ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan data, tetapi juga

analisis dan interprestasi tentang dari data tersebut.12

Dengan menggunakan metode deskriftif ini, data yang diperoleh

dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah.

11

Lexy J. Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet. ke-1, h. 138.

12

Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Penerapan (Jakarta: Rineka

(18)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah kantor radio CBB 105.4 FM yang beralamatkan

Jl.H.Peeng No.9 Batusari, Kebon Jeruk, Jakarta.

Website: www.bandardangdut.net

3. Subyek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadz H. Gustiri, sedangkan objeknya

adalah Strategi Dakwah Ustadz H. Gustiri dalam Siaran Dakwah Program

OPTIMIS- Obrolan Seputar Iman dan Islam di Radio CBB 105,4 Fm

Jakarta.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data

yang akan dilakukan adalah melalui:

a. Observasi

Metode ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistemetik fenomena-fenomena yang diselidiki. Metode ini penulis

pergunakan sebagai penguat dan pelengkap data yang diperoleh

dengan metode wawancara dan dokumentasi.

b. Wawancara

Dalam hal ini merupakan teknik pengumpulan data-data dengan

cara tanya jawab langsung kepada Ustadz H. Gustiri. Dan

mewawancarai pihak radio serta para pendengar baik dua orang atau

lebih tetapi dalam kedudukan yang berbeda, yakni antara peneliti dan

informan (pihak yang diteliti).

c. Dokumentasi

(19)

yang didapat dari sumber data yang berupa dokumentasi dan laporan.

Selain itu menurut Hasanuni Saleh metode dokumentasi merupakan

metode untuk mencari data mengenai variabel-variabel yang berupa

catatan, buku, surat kabar, notulen, agenda, foto dan sebagainya.13

5. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini data akan dianalisis berdasarkan data-data yang

telah ditemukan atau terkumpul. Kemudian penulis mendeskripsikan,

menggambarkan, melaporkan bagaimana strategi dakwah Ustadz H.

Gustiri dalam meningkatkan pemahaman pendengar terhadap ajaran islam

tentang aqidah melalui program acara optimis (obrolan seputar iman dan

islam) di radio cbb 105,4 fm.

Maksudnya peneliti berusaha mendeskripsikan hasil wawancara,

observasi, dokumentasi, dan juga temuan lainnya kedalam tulisan

penelitian skripsi ini secara jelas apa adanya, sesuai dengan fakta yang ada

dilapangan.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Menurut Lexy J. Maleong teknik triangulasi keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.14 Teknik

trianggulasi digunakan sebagai pemeriksaan dan pengecekan data dari

hasil pengamatan yang memanfaatkan sumber dan metode.

Adapun triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

13

Hasanudi Saleh, Metodology Research (Bandung: Tarsito,1989), h. 134. 14

(20)

melalui alat dan waktu yang berbeda dengan metode kualitatif yaitu dapat

dilakukan dengan beberapa cara: (1) membandingkan apa yang dikatakan

secara pribadi, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (3)

membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang, (4) membandingkan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen yang berkaitan.

Sedangkan triangulasi dengan metode meliputi dua hal yaitu: (1)

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa

sumber data dengan metode yang sama.15 Dalam hal ini penulis akan

mengamati secara langsung ke lokasi penelitian di radio CBB ataupun di

tempat Ustadz H. Gustiri berdakwah untuk memperoleh data-data yang

diinginkan, sehingga adanya relevansi dengan persoalan yang diteliti.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan

kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

juga di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diantaranya:

1. “Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra Dalam Menciptaka Keluarga Sakinah

Di Daerah Sawangan Depok” yang di teliti oleh Boby Rahman. Mahasiwa

Jurusan Manajement Dakwah tahun 2010, UIN Jakarta. Dalam skripsi ini

menganalisis tentang lembaga titian keluarga sakinah yang merupakan

sebuah lembaga yang bernaung di bawah yayasan az-zikra, Sawangan

Depok. Lembaga ini memiliki dua buah strategi yang mereka terapkan

15

(21)

dalam menerapkan tujuan yaitu keluarga sakinah untuk setiap lapisan

masyarakat. Strategi tersebut adalah pembinaan untuk ruhyah. Yang

didalamnya ada pembekalan program-program seperti tausyiah, ceramah

dan konsultasi, kegiatan dzikir dan doa bersama ditunjukan untuk para

anggota secara khusus dan dan jamaah majlis dan jamaah az-zikra secara

umum. Berbeda dengan karya ilmiah penulis yang hanya bertujuan untuk

mengetahui Strategi Dakwah Ustadz H. Gustiri dalam program OPTIMIS

diradio CBB.16

2. Strategi Komunikasi Dakwah Pada Radio Rama FM Yogyakarta yang

diteliti oleh Mustaqin Abdullah. Mahasiswa jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam tahun 2009, UIN Yogyakarta. Dalam skripsi ini

menganalisis Strategi komunikasi pada radio Rama FM Yogyakarta.

Persamaan dengan penelitian penulis sama-sama meneliti mengenai

strategi dalam pengembangan radio. Bedanya penulis meneliti dengan

bagaimana seorang ustadz untuk berdakwah melalui radio.17

3. Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid Al-Mittaqin di Kelurahan Pondok

Jagung” yang diteliti oleh Imam Maspupah Jurusan Komunikasi Dan

Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2010. Dalam skripsi tersebut membahas tentang strategi

dakwah IRMA al-Muttaqin dalam aktifitas dakwahnya secara keseluruhan.

Berbeda dengan skripsi yang penulis buat yaitu lebih difokuskan meneliti

16

Boby Rahman, Strategi Dakwah Majelis Az-Zikra Dalam Menciptaka Keluarga

Sakinah Di Daerah Sawangan Depok (UIN Jakarta: Mahasiswa Jurusan Manajement Dakwah, 2010). h. 33.

17

(22)

tentang bagaimana Strategi Dakwah seorang ustadz dalam berdakwah

dalam radio.18

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang baru

diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penulisan

ke dalam lima bab:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan kepustakaan, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Bagian tinjauan teoritis, dalam hal ini penulis memuat tentang pengertian

Pengertian Strategi, Dakwah, Strategi Dakwah, Program.

BAB III: PROFIL USTAD H. GUSTIRI DAN GAMBARAN UMUM RADIO CBB 104,5 FM DAN PROFIL PROGRAM OBROLAN SEPUTAR IMAN & ISLAM

Dalam bab ini memaparkan tentang profil ustad H. Gustiri dan sekilas

Profil Program Obrolan Seputar Iman & Islam.

BAB IV: TEMUAN DAN ANALIS DATA

Pada bab ini menjelaskan tentang Bagaimana perencanaan dakwah yang

dilakukan oleh ustadz H. Gustiri melalui perogram acara optimis-(obrolan

seputar iman dan islam) di radio cbb 105.4 Fm. Bagaimana tujuan dakwah

yang dirumuskan oleh ustadz ustadz H. Gustiri melalui program acara

18

Imam Maspupah, Strategi Dakwah Ikatan Remaja Masjid Al-Mittaqindikelurahan

(23)

optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di radio cbb 105.4 Fm. Bagaimana

pelaksanaan dakwah yang dilakukan ustadz H. Gustir melalui program acara

program optimis-(obrolan seputar iman dan islam) di radio cbb 105,4 Fm

BAB V: PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagai

kesimpulan dan jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat,

kemudian ditambah dengan saran-saran yang berkaitan dengan hasil temuan

(24)

14

KERANGKA TEORI A. Strategi

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan

tertentu diperang dan damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.1

Strategi sebagai sebuah kosa kata pada mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Strategos”. Kata “Strategos” ini berasal dari kata “Stratos

yang berarti militer dan “Ag” yang artinya memimpin. Bedasarkan pemaknaaan ini, maka strategi pada awalnya bukan kosakata disiplin ilmu manajemen, namun lebih dekat dengan bidang kemiliteran.2 Strategi adalah

sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai dasar dan sasaran dengan memperhatikan keunggulan kompetitif dan sinergis yang

ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan, dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi.3

Sedangkan strategi dalam pengertian terminologi terdapat beberapa

pendapat oleh beberapa pakar, untuk mengetahui lebih jelas pengertian strategi, penulis mengedepankan pengertian strategis, antara lain:

1. Faulkner dan Johnson sebagaimana dikutip Triton PB menjelaskan bahwa

strategi adalah:

“Strategi memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka

panjang dan cakupan organisasi. Strategi juga secara kritis memperhatikan

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia

edisi ketiga (Jakarta: Balai pustaka, 2005), h. 1092. 2

Triton PB, Manajemen Strategi (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007), h.13. 3

(25)

dengan sungguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan

memperhatikan lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya.

Strategi memperhatikan secara sungguh-sungguh pengadaan keunggulan

kompetitif, yang secara ideal berkelanjutan sepanjang waktu, tidak

manuver teknis, tetapi dengan menggunakan perspektif jangka secara keseluruhan.”4

2. Dalam ilmu komunikasi, Onong Uchjana Effendi mengatakan “Strategi

pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai

tujuan, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, starategi tidak berfungsi

sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja melainkan harus

mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.”5

Setelah memperhatikan dari berbagai pendapat tentang strategi, secara

pengertian terminologi strategi adalah taktik atau cara yang disusun dengan

seksama untuk mencapai suatu keberhasilan.6

Dalam strategi mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,

program dan kegiatan yang nyata dalam mengantisipasi perkembangannya.

Kurangnya penerapan dalam strategi yang telah direncanakan gagal, akan

tetapi penetapan strategi dengan baik dapat mengkokohkan strategi menjadi

lebih efektif.

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Dakwah secara lughawi berasal dari bahasa arab, merupakan bentuk dari kata masdar da’a, yad’u, da’watan yang berarti seruan,

4

Triton PB, Manajemen Strategi, h.15 5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007), cet. ke-21, h. 300. 6

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam

(26)

pangilan, undangan. Secara stilah, kata dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaiakan atau dan menuruti petunjuk, menyeru perbuatan kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasulnya agar manusia mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat.7

Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau

masdar. Kata kerjanya adalah da’a, yang mempunyai arti memangil,

menyeru atau mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau

mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah

SWT sesuai garis kaidah, syariat, dan akhlak Islamiyah.8

Dalam menguraikan pengertian dakwah akan dikemukakan secara

etimologi dan secara terminologi dari berbagai pendapat. Ditinjau dari segi

etimologi (bahasa), dakwah berasal dari bahasa Arab.Yang berarti,

panggilan, ajakan atau seruan. Dalam Ilmu Tata Bahasa Arab, kata dakwah

berbentuk sebagai isim mashdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) da’a yad’u, artinya memanggil, mengajak atau menyeru.9

Dalam literatur-literatur yang lain mengenai pengertian dakwah secara etimologi dapat disimpulkan semuanya sama. “ditinjau dari segi

bahasa Da’wah berarti: panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan

tersebut dalam bahasaArab disebut mashdar. Sedang bentuk kata kerja

atau fi’ilnya adalah da’a- yad’u yang berarti memanggil menyeru atau

mengajak.10“Menurut pengertian bahasa, dakwah berarti seruan atau

7

Armawati Arbi, Dakwah Dan Komunikasi, cet 1(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), h. 33. 8

Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ichtiar Can Hoeve, 1999), h. 280. 9

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1983), cet.

ke-1, h. 17 10

Abd. Rasyid Shaleh; Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet.

(27)

ajakan kepada sesuatu.”11“ Dakwah berarti mengajak atau mendorong

kesuatu tujuan.”12“Dakwah itu menyeru atau mengajak kepada sesuatu

perkara, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah agar menerima dan

menjadikan Dienul Islamsebagai dasar dan pedoman hidupnya.”13

Jamaluddin Hasyib dalam suatu diskusi Wawacara dan Latihan Da’i Pembangunan Menyongsong Matahari-2000 dalam makalahnya

Strategi Dakwah dalam Pembangunan Masyarakat menulis tentang

pengertian dakwah etimologi sebagai berikut:

Dakwah = menyeru

Dakwah = mengajak

Dakwah = memanggil

Dakwah = berdoa14

2. Unsur-Unsur Dakwah

Terlepas dari perbincangan dan analisis dari definisi dakwah yang sudah

ada dalam fokus pembahasan ilmu dakwah. Maka ada lima faktor atau

komponen dalam dakwah, diantaranya: 1. subyek dakwah, 2. Objek

dakwah, 3. Materi dakwah, 4. Media dakwah, 5. Metode dakwah yang

dimaksud dari lima komponen tersebut ialah komponen yang selalu ada

dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.15

11

H. Akib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), cet. ke-2 h. 53

12

Barmawi Umary, Azas-azas Ilmu Dakwah, (Solo: Ramadhani,1984), cet.ke-1, h. 52

13Farid Ma‟ruf Noor,

Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,1981), h. 28

14

Jamaluddin Hasyib, Strategi Da’wah dalam Pembangunan Masyarakat”, Makalah

Diskusi Wawasan dan Latihan Da’i Pembangunan Menyongsong Matahari, (Jakarta: 1990), h. 11. t.d.

15

(28)

a. Subjek Dakwah (Da’i)

Subyek adalah unsur pelaksana atau orang yang berdakwah, yaitu da’i. sebagai subyek dakwah (da’i) ia harus terlebih dahulu intropeksi

prilaku dirinya agar apa-apa yang akan dilakukanya bisa diikuti dan

diteladani oleh orang lain.16 Sebagai da’iyang tidak mau memperbaiki

dan mendidik diri maka akan mendapatkan celaan dari orang lain da

dimurkai oleh Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat

ash-shaff: 2-3:

















Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Oleh karenanya dalam mengembangkan tugas amanah Allah

SWT, para pelaku dakwah (da’i) yang bertugas menyampaikan pesan

ilahi dan mengajarkan ajaran agama Islam, maka seorang da’i harus

mempunyai bekal yang cukup, baik itu ilmu agama maupun ilmu

pengetahuan lainnya.

Dalam hal ini Hamzah Ya‟qub mengungkapkan, seorang da’i

harus mempunyai antara lain:

1) Mengetahui al-Qur‟an dan hadist sebagai pokok ajaran Islam.

2) Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Quran dan

as-sunnah seperti: tafsir, hadist, tauhid dan fiqih.

16

(29)

3) Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah

seperti: teknik dakwah, ilmu jiwa (psikologi), antropologi dan

perbandingan agama.

4) Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu retorika.

5) Penyantun dan lapang dada.

6) Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan

mempertahankan kebenaran.

7) Berakhlak baik sebagai seorang muslim.

8) Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optomis walaupun

menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan.

9) Kholish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah

semata-mata karena memohon keridhoan Allah.

10)Mencintai tugas dan kewajiban sebagai Da’i atau mubaligh dan

tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena

pengaruh-pengaruh keduniaan.17

b. Obyek dakwah (Mad’u)

Obyek atau mad‟u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah.

Masyarakat sebagai objek dakwah adalah salah satu unsur penting di

dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya, oleh sebab

itu, masalah masyarakat adalah masalah yang harus di pelajari sebelum

melangkah ke aktivitas dakwah selanjutnya.

Mad‟u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan

manusia, oleh karenanya menggolongkan mad‟u sama dengan

17Hamzah Ya‟qub,

(30)

menggolongkan manusia itu sendiri ke dalam profesi, ekonomi dan

seterusnya.18

Mad‟u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang

terbagi menjadi:

1) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa

masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta

masyarakat yang ada dikota.

2) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur

kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga.

3) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi kultural berupa

golongan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama

terdapat pada masyarakat Jawa.

4) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa

golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

5) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial

ekonomi berupa golongan kaya, menengah, dan miskin.

6) Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi

dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh,

pegawai negeri dan lain-lain.19

c. Materi Dakwah

Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu Al-Quran

dan Al-Hadist. Materi dakwah tidak terlepas dari dua sumber tersebut.

Bahkan bila tidak bersandar dari keduanya maka seluruh aktifitas

18

M.arifin, Psikologii Dakwah, Suatu Pengantar, (Jakarta:Bumi Aksara,1993), h.47 19

Faizah dan H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi DaKWAH, (Jakarta: Kencana, 2006),

(31)

dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariatIslam.20

Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan kepada mad‟u, dalam hal ini ajaran Islam itu sendiri.21 Menurut Abu

Zahrah, ada lima hal yang perlu diperhatikan pada materi dakwah,

yaitu:

1) Aqidah Islamiyah, yaitu aqidah wahdaniyah (mengesakan Allah)

2) Percaya bahwa Al-Quran itu diturunkan oleh Allah dan dapat

dilumpuhkan bangsa Arab untuk membuat yang serupa.

3) Memiliki hadist-hadist yang membangkitkan semangat taqwa ke

dalam lubuk hati dan menyentuh jiwa, serta perjalanan hidup Nabi

Muhammad SAW.

4) Mengesahkan perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.

5) Menjelaskan tujuan Islam bagi individu dan masyarakat dengan

prinsip menghormati manusia, keadilan dalam bermasyarakat dan

bernegara, persamaan dan kemerdekaan, gotong royong dalam

kebaikan dan taqwa, serta melarang gotong royong berbuat dosa

seperti mewujudkan distkriminasi dan saling kenal antara sesama

manusia.22

d. Media Dakwah

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin

yaitu medium yang artinya alat perantara, sedangkan menurut istilah

media mempunyai arti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat

20

Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 63-64

21

Moh Ali Azis, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h.62 22

Acep, Aripudin dan Syuksiadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar

(32)

perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.23

Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang

tak bisa dilupakan, salah satunya adalah penggunaan media sebagai

alat untuk melakukan aktifitas dakwahnya. Untuk itu keberadaan

media sangat penting untuk diupayakan dan diperhatikan apalagi di

zaman sekarang ini yang permasalahanya semakin kompleks.

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk

menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya:

televisi, radio, kaset rekaman, majalah dan suarat kabar.24

e. Metode Dakwah

Secara bahasa metode-motode berasal dari dua kata yaitu meta

(melalui) dan hodos (cara). Dalam bahasa Yunani metode berasal dari

kata Methodos yang artinya jalan atau cara sedangkan dalam bahasa

Arab disebut Thariq. Metode adalah cara tertentu yang dilakukan oleh

seorang da’i kepada mad‟unya.25 Dalam bahasa Inggris, metode

berasal dari kata method, yang mempunya arti pelajaran atau cara yang

ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif.26 Metode

dakwah berarti jalan atau cara untuk teknik berkomunikasi yang

digunakan oleh seorang da’i dalam menyampaikan risalah Islam

kepada masyarakat (mad’u) yang menjalani objek dakwahnya.27

Dakwah memerlukan metode-metode yang akurat, seperti yang

23

Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 163. 24

Wardi Bachtiar, Metodelogi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997), h. 35. 25

M . Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 35. 26

Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah Dan Pedoman Mubaligh (Semarang: CV. Toha Putra, 1969), h. 34.

27

(33)

dijelaskan dalam al-Qur‟an Surat al-Nahl ayat 125











Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ada beberapa kerangka mengenai metode yag terdapat pada ayat

di atas, antara lain sebagai berikut:

1) Bil Hikmah

Secara etimologi al-Hikmah mempunyai arti: al „adl

(keadilan), al- hilm (kesabaran), dan al„ilm (pengetahuan) yang

dapat mencegah seseorang dari kebodohan, mencegah seseorang

dari kerusakan dan kehancuran, setiap perkataan yang cocok

dengan al-hak (kebenaran).28

Secara terminologi hikmah adalah memperhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah, materi yang disampaikan tidak memberatkan mad‟u, tidak membebani sesuatu yang memberatkan

sebelum jiwa menerimanya.29

Ibnu Qoyim berpendapat bahwa pengertian hikmah adalah

pengetahuan tentang kebenaran dan pengalamanya, ketepatan

28

H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h. 8. 29

(34)

dalam perkataan dan pengalamannya.30

Menurut Imam Abdullah Bin Ahmad Mamud an-Nasafi

hikmah adalah perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang

menjelaskan tentang kebenaran dan menghilangkan keraguan.31

2) Mauidzah al-Hasanah (Dengan cara yang baik)

Memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara yang

baik, dengan bahasa yang baik agar nasehat tersebut dapat

diterima, berkenan dihati dan memberikan kenyamanan pada orang

lain.

Ali Musthafa Yakub menyatakan bahwa mauidzah hasanah

ialah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik dimana hal

tersebut dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

mendengarkannya.32

Secara bahasa mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu

Mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata

wa’adza ya’idzu-wa’dzan-idzatan yang berarti nasihat, bimbingan,

pendidikan dan peringatan sedangkan hasanah artinya kebaikan.33

Menurut Abdul Hamid al-Bilali mau’idzah hasanah adalah

merupaka salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk

mengajak jalan Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan

dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.34

30

H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h.9. 31

H. Munzier Suparta, Metode Dakwah, h. 10. 32

Ali Musthafa Yakqub, Sejarah Metode Dakwah Nabi, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1997), h.16. 33

H. Munzier Supatra, Metode Dakwah, h. 15. 34

(35)

3) Al-Mujadalah

Secara etimologi lafadzh mujadalah berasal dari kata

jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan

alif pada huruf jimyang mengikuti Wazan faa‟ala, “jaa dala” dapat

bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan. Kata “jadala

dapat bermakna menaik tali dan mengikatnya guna menguatkan

sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan

argumentasi yang disampaikan. Secara istilah Al-Mujadalah adalah

upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara

sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya

permusuhan diantara keduanya.35

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses

yang memiliki tujuan-tujuan yang mulia. Tujuan dimaksudkan

dalam rangka untuk menentukan arah dari serangkaian kegiatan

dakwah tersebut. Tanpa adanya tujuan dakwah akan kehilangan

pedoman sehingga akan menjadikan aktivitasnya sia-sia.

3. Bentuk-bentuk Dakwah

Dalam kegiatan dakwah ada tiga bentuk dakwah yang relevan

disampaikan di tengah masyarakat antara lain: dakwah bi al-lisan, dakwah

bi al-kitabah dan dakwah bi al-hal.

Sejalan dengan karakteristik dan sifat-sifat khusus yang berada

pada ilmu dakwah, maka perlu diperhatikan bentuk-bentuk dakwah:

35

(36)

a. Personal selling, yaitu dakwah secara langsung yang dikenal sebagai

dakwah bi al-lisan, contohnya dengan bicara dalam pergaulannya

sehari-hari yang disertai dengan misi agama seperti penyebarluasan

salam.

b. Advertising, yaitu dakwah yang berbentuk nonpersonal, yang dikenal

dengan istilah dakwah bi-alkitabah,contohnya dengan menggunakan

keterampilan tulis menulis berupa artikel atau membuat sebuah buku,

dan,

c. Publicty and sales protion, yaitu sosialisasi dan penyebaran ide dan

bentuk persuasi stimulan yang dikenal dengan istilah dakwah bi al-hal,

cotohnya: dengan melakukan berbagai kegiatan yang langsung

menyentuh kepada masyarakat atau bisa dikatakan menjadi bagian dari

masyarakat.

Dari jaringan ini maka pengembangan ilmu dakwah secara proporsional

dan professional lebih memungkinkan.36

4. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktifitas dakwah

mempunyai peran penting sama seperti unsur-unsur dakwah. Seperti

subjek dan objek dakwah, metode dan lain sebagainya. Tujuan jangka

pendek adalah untuk memberikan pemahaman Islam kepada masyarakat

saran dakwah agar supaya terhindar dari sikap dan perbuatan yang tidak

sesuai dengan aqidah Islam. Tujuan jangka panjang adalah untuk

mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah.37

36

Drs. Z. Sukawi, M.A, Orientasi Perkembangan Ilmu Dakwah Dalam Perspektif

Filsafat Ilmu,(Yogyakarta: Thesis Program Pasca Sarjana (S.2), Iain Sunan Kalijaga, 1993) h. 6. 37

(37)

Tujuan dakwah bila dilihat dari pengertian yang dirumuskan oleh

beberapa ahli seperti yang tertulis di atas sudah sangat jelas bahwa dakwah

Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syari‟at Islam yang telah terlebih dahulu telah diyakini dan

diamalkan oleh pendakwah sendiri.38

Adapum tujuan dakwah dalam Al-Qur‟an Surat Al-Anfal ayat 21

adalah:                                  

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila rasul menyuruh kamu kepada suatu pemberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesunggunya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.

Maksudnya ayat di atas menyebutkan bahwa yang menjadi maksud

tujuan dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang

sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja, manusia

dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya.

Dengan kata lain tujuan bahwa bukan untuk memperbanyak pengikut

tetapi memperbanyak orang yang sadar akan kebenaran Islam dan

mengamalkan amar makruf nahi munkar. Tujuan dakwah mempunyai

kepedulian terhadap lingkungan dengan membantu pola pikir masyarakat

/mad’u. Untuk mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan untuk hidup di

dunia dan akhirat kelak nanti dengan mendapat ridha Allah SWT. Nabi

Muhammad SAW mencontohkan cara berdakwah pada umatnya dengan

38

A.Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: PT. Bulan Bintang 1994), Cet

(38)

berbagai cara melalui lisan (perkataan) dan hal (perbuatan), mulai dari

lingkungan keluarga yang merupakan unit terkecil di dalam masyarakat,

merupakan pondasi kuatnya masyarakat dan negara, mutu suatu

masyarakat sangat ditentukan dari kelompok yang kecil ini.

Keluarga yang merupakan unit-unit kecil akan menjadi tempat

tumbuhnya pemuda-pemudi yang sehat bertanggung jawab dan menjadi

harapan sebagai generasi penerus. Apabila suatu keluarga sudah ditata

baik dan disiplin maka ilmu keagamaan dapat ditularkan kepada

teman-teman terdekat hingga kepada masyarakat luas yaitu untuk menghidupkan

kesempurnaan manusia sehingga benar-benar hidup.39

Menegakkan keadilan dengan jaminan-jaminan hukum dalam setiap

gerak-gerik harus merupakan ibadah dan selalu merasa bahwa Allah selalu

mengawasi setiap gerak langkah sehingga menumbuhkan disiplin yang

datang dari hati nurani tiap-tiap umat.

Sesunggunya tidak dapat dipisahkan antara halal-haram yang

dianggap menjadi urusan agama dan moral menjadi individu

masing-masing. Pada paham masyarakat tertentu agama hanya ada dalam

masjid-masjid, di tempat orang ketika sedang melakukan akad nikah dan dalam

penguburan. Sedangkan diluar itu agama tidak ada di dalam mall, bioskop

atau tempat hiburan lain. Hal ini menjadi peluang lebar untuk terjadinya

kebobrokan moral dan menipisnya ilmu keagamaan, agama hanya dikenal

secara seremonial dan hanya dalam rangka mencari pahala.

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia kejalan

Allah SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Disamping itu, dakwah juga

39

(39)

bertujuan untuk mempengaruhi cara berfikir manusia, cara bersikap dan

bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.40

Selain itu dakwah Islam memiliki tujuan agar supaya timbul dalam

diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai ajaran Islam,

kesadaran sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama dengan ikhlas. Abdul Rosyid Shaleh berpendapat “…tujuan utama dakwah

adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai oleh keseluruhan tindakan yakni

terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia dan di akhirat yang di ridhoi oleh Allah SWT…”41

Allah SWT berfirman:

                      

Artinya: “Dan Allah mengajak kesurga dan ampunan dengan izi-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)

kepada manusia supaya mereka menggambil pelajaran”. (Q.S

al-Baqarah:221)42

Dakwah yang kita inginkan dan wajib bagi kaum muslimin untuk

melaksanakanya adalah dakwah yang bertujuan dan berorientasi pada:

a. Membangun masyarakat Islam, sebagai mana pada Rasul yang

memulai dakwahnya dikalangan masyarakat jahiliyah.

b. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang

menyimpang dari norma-norma ajaran Islam.

c. Memelihara keberlangsungan dakwah dikalangan masyarakat yag

telah berpegang kepada kebenaran, yaitu dengan cara pengajaran terus

40Rafi‟udin dan Maman Abdul Djalil,

Prinsip da Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet ke-II, h. 32.

41

Abdul Rosyid Shaleh, Manajemen Dakwah, (Jakata: Bulan Bintang, 1993), cet-3 h.190. 42

(40)

menerus, tadzkir (mengingatkan), tazkiah (penyucian jiwa), dan ta’lim

(pendidikan).43

5. Sasaran Dakwah

Agar dakwah bisa dilakukan secara efisien, efektif dan dan sesuai

dengan kebutuhan, maka dibuat stratifikasi sasaran. Berdasarkan tingkat

usia, tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial dan ekonimi dan

tingkat pekerjaan.

Yang dimaksud dengan sasaran dakwah adalah orang-orang yang

dituju oleh suatu kegiatan dakwah. Orang-orang yang menjadi sasaran

dakwah sangat bervariasi, sehingga juru dakwah harus memperhatikan

siapa yang menjadi sasaranya. Seorang juru dakwah harus memperhatikan

umur, tingkat pengetahuan sikap terhadap agama dan jenis kelamin.

Mengetahui umur pada sasaran dakwah harus diperlukan, karena

secara psikologis terdapat perbedaan kesenangan antara anak-anak,

remaja, pemuda dan orang tua. Hal yang paling penting diketahui oleh

para da’i adalah jangan megabaikan tingkat pengetahuan sasaran dakwah.

Dengan demikian, seorang juru dakwah harus bisa menyesuaikan diri

ketika menghadapi mad’u, agar dakwah yang dilakukan atau

dilaksanakannya dapat diterima dan berhasil.44

43 Jum‟ah Amin dan Abdul Aziz,

Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo: Era Intermedia, 200), Cet ke-3, h. 30-32

44

(41)

C. Strategi Dakwah

1. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan

yang di desain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua hal yang

perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:45

a. Strategi merupakan rencana tindakan (rangkain kegiatan dakwah)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya

atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses

penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.

b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari

semua keputusan penyusunan semua strategi adalah pencapaian tujuan.

Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan

yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.

Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tujuan utama

(umum) dan tujuan khusus (perentara). Tujuan utama merupakan garis

pokokyang menjadi arah semua kegiatan dakwah, yaitu perubahan sikap

dan prilaku mitra dakwah sesuai ajaran islam. Tujuan umum ini tidak bisa

dicapai sekaligus kareba mengubah sikap dan prilaku mitra dakwah sesuai

dengan ajaran islam. Tujuan umum ini tidak bisa dicapai sekaligus karena

merubah sikap dan prilaku seseorang bukan pekerjaan sederhana. Oleh

karena itu perlu tahap-tahap pencapaian. Tujusn pada setiap tahap itulah

yang disebut tujuan perantara. Mitra dakwah yang telah memahami pesan

dakwah tidak selalu segera diikuti dengan menggamabarkanya. Dari aspek

45

(42)

kognitif menuju psikomotorik sering kali melalu liku-liku kehidupan dan

waktu yang panjang. Karenanya, tujuan yang menjadi ukuran adalah

tujuan khusus. Tujuan khusus harus realitis, kongkrit, jelas dan bisa di

ukur. Selain itu, tujuan khusus juga berisi beberapa tahapan, tujuan utama

dakwah itulah yang dijadikan dasar penyusunan strategi dakwah dengan

memerhatikan masing-masing tujuan khususnya.

Al-Bayanuni (1993:46 dan 195) mendefinisikan dakwah (manahij

al-da’wah): “ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang

dirumuskan untuk kegiatan dakwah”.

Selain membuat definisi, iya juga membagi strategi dakwah dalam tiga

bentuk (Al-Bayuni,1993:204-219, yaitu:

a. Strategi sentimentil (al-manhaz al-„athifi).

b. Strategi rasional (al-manhaj al-aqli).

c. Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi).

Strategi sentimentil (al-manhaz al’athifi) adalah dakwah yang

memfokuskan aspek hati dan menggerakan perasaan dan batin mitra

dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memangil

dengan kembutan, atau memberi pelayanan yang memuaskan merupakan

metode yang dikembangkan dari strategi ini. Metode-metode ini sesuai

untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah,

seperti kaum perempuan , anak-anak, orang yang masih awam, para

mualaf(imannya lemah), orang-orang miskin, anak-anak yatimdan

sebagainya.

(43)

dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran.

Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berfikir, merenungkan dan

mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau penampilan.

Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi) juga dapat dinamakan dengan

strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Iya didefinisikan sebagai sistem

dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra

dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan perccobaan. Diantara

metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan,

keteladanan, dan pentas drama.

Strategi dakwah menurut ali aziz, penentuan strategi dakwah juga

bisa berdasarkan surat al-Baqarah ayat 129 dan 151, ali imran ayat 164,

dan al-jumua‟ah ayat 2. Ketiga ayat ini memiliki pesan yang sama yaitu

tentang tugas para rasul sekaligus bisa dipahami sebagai strategi dakwah.

Ayat –ayat tersebut mengisyaratka tiga strategi dakwah, yaitu

strategi tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT.), strategi Tazkiah (menyucikan jiwa), dan strategi taa’lim (mengajarkan Al-Quran dan

al-hikmah)

a. Strategi tilawah. Dengan strategi ini mitra dakwah diminta mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah membaca

sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah. Demikian ini merupakan

transfer pesan dakwah dengan lisan dan tulisan. Penting dicatat bahwa

yang dimaksud ayat-ayat Allah SWT. Bisa mencakup yang yang

tertulis dalam kitab suci dan yang tidak tertulis yaitu alam semesta

(44)

mengenal dan memperkenalkan Allah SWT. Melalui keajabian

ciptaanya-Nya memperlihatkan keajaiban ini tidak hanya dengan lisan

dan tulisan, tetapi juga dengan gambar atau tulisan atau lukisan,

strategi tilawah bergerak lebih banyak pada ranah kognitif (pemikiran)

yang trasformasinya melewati indra pendengar (al-sam’) dan indra

penglihatan (al-abshar) serta ditambahkan akal yang sehat (al-af idah).

b. Strategi tazkiyah (menyucikan jiwa). jika strategi tilawah melalui indra pendengar dan indra penglihatan, maka strategi tazkiyah melalui

aspek kejiwaan. Salah satu misi dakwah adalah menyucikan jiwa

manusia. Kekotoran jiwa dapat menimbulkan berbagai masalah baik

individu atau sosial, bahkan menimbulkan berbagai penyakit, baik

penyakit hati atau badan. Sasaran strategi ini bukan pada jiwa yang

bersih, tetapi jiwa yang kotor. Tanda jiwa yang kotor dapat dilihat dari

gejala jiwa yang tidak stabil , keimanan yang tidak istiqomah seperti

akhlak tercela lainya seperti serakah, sombong, kikir dan sebagainya.

c. Strategi ta’alim. Strategi ini hampir sama dengan strategi tilawah, yakni keduanya menstrasformasikan pesan dakwah. Akan tetapi,

strategi taalim lebih bersifat mendalam, artinya metode ini hanya bisa

diterapkan pada mitra dakwah yang tepat, dengan kurikum yang telah

dirancang, dilakukan secara bertahap serta memiliki target dan tujuan

tertentu. Nabi SAW. Mengajarkan Al-Qur‟an dengan strategi ini,

sehingga banyak sahabat yang yang hafal Al-Qur‟an dan mampu

memahami kandunganya. Agar mitra dakwah mitra dakwah dapat

(45)

membuat tahapan-tahapan pembelajaran , sumber rujukan , target dan

tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya. Tentu saja waktu yang

dibutuhkan agak lama

Menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Acep Aripudin mengatakan bahwa

strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan dan

operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai

tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.46

Menurut pendapat Al-Bayuni strategi dakwah (manhaj al-da’wah)

adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan

untuk kegiatan dakwah.47

Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi

Dakwah Islam mengatakan bahwa strategi dakwah diartikan sebagai

metode, siasat, taktik, atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas

kegiatan dakwah.48 Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan

manajemen. Karena or

Referensi

Dokumen terkait