• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

C. Strategi Dakwah

1. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:45

a. Strategi merupakan rencana tindakan (rangkain kegiatan dakwah) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan. Dengan demikian, strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.

b. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan semua strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya.

Tujuan dakwah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu tujuan utama (umum) dan tujuan khusus (perentara). Tujuan utama merupakan garis pokokyang menjadi arah semua kegiatan dakwah, yaitu perubahan sikap dan prilaku mitra dakwah sesuai ajaran islam. Tujuan umum ini tidak bisa dicapai sekaligus kareba mengubah sikap dan prilaku mitra dakwah sesuai dengan ajaran islam. Tujuan umum ini tidak bisa dicapai sekaligus karena merubah sikap dan prilaku seseorang bukan pekerjaan sederhana. Oleh karena itu perlu tahap-tahap pencapaian. Tujusn pada setiap tahap itulah yang disebut tujuan perantara. Mitra dakwah yang telah memahami pesan dakwah tidak selalu segera diikuti dengan menggamabarkanya. Dari aspek

45

kognitif menuju psikomotorik sering kali melalu liku-liku kehidupan dan waktu yang panjang. Karenanya, tujuan yang menjadi ukuran adalah tujuan khusus. Tujuan khusus harus realitis, kongkrit, jelas dan bisa di ukur. Selain itu, tujuan khusus juga berisi beberapa tahapan, tujuan utama dakwah itulah yang dijadikan dasar penyusunan strategi dakwah dengan memerhatikan masing-masing tujuan khususnya.

Al-Bayanuni (1993:46 dan 195) mendefinisikan dakwah (manahij

al-da’wah): “ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah”.

Selain membuat definisi, iya juga membagi strategi dakwah dalam tiga bentuk (Al-Bayuni,1993:204-219, yaitu:

a. Strategi sentimentil (al-manhaz al-„athifi). b. Strategi rasional (al-manhaj al-aqli). c. Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi).

Strategi sentimentil (al-manhaz al’athifi) adalah dakwah yang memfokuskan aspek hati dan menggerakan perasaan dan batin mitra dakwah. Memberi mitra dakwah nasihat yang mengesankan, memangil dengan kembutan, atau memberi pelayanan yang memuaskan merupakan metode yang dikembangkan dari strategi ini. Metode-metode ini sesuai untuk mitra dakwah yang terpinggirkan (marginal) dan dianggap lemah, seperti kaum perempuan , anak-anak, orang yang masih awam, para mualaf(imannya lemah), orang-orang miskin, anak-anak yatimdan sebagainya.

dengan beberapa metode yang memfokuskan pada aspek akal pikiran. Strategi ini mendorong mitra dakwah untuk berfikir, merenungkan dan mengambil pelajaran. Penggunaan hukum logika, diskusi atau penampilan. Strategi indriawi (al-manhaj al-hissi) juga dapat dinamakan dengan strategi eksperimen atau strategi ilmiah. Iya didefinisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang berorientasi pada panca indra dan berpegang teguh pada hasil penelitian dan perccobaan. Diantara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktik keagamaan, keteladanan, dan pentas drama.

Strategi dakwah menurut ali aziz, penentuan strategi dakwah juga bisa berdasarkan surat al-Baqarah ayat 129 dan 151, ali imran ayat 164, dan al-jumua‟ah ayat 2. Ketiga ayat ini memiliki pesan yang sama yaitu tentang tugas para rasul sekaligus bisa dipahami sebagai strategi dakwah.

Ayat –ayat tersebut mengisyaratka tiga strategi dakwah, yaitu strategi tilawah (membacakan ayat-ayat Allah SWT.), strategi Tazkiah (menyucikan jiwa), dan strategi taa’lim (mengajarkan Al-Quran dan al-hikmah)

a. Strategi tilawah. Dengan strategi ini mitra dakwah diminta mendengarkan penjelasan pendakwah atau mitra dakwah membaca sendiri pesan yang ditulis oleh pendakwah. Demikian ini merupakan transfer pesan dakwah dengan lisan dan tulisan. Penting dicatat bahwa yang dimaksud ayat-ayat Allah SWT. Bisa mencakup yang yang tertulis dalam kitab suci dan yang tidak tertulis yaitu alam semesta dengan segala isi dan kejadian-kejadian didalamnya, kita dapat

mengenal dan memperkenalkan Allah SWT. Melalui keajabian ciptaanya-Nya memperlihatkan keajaiban ini tidak hanya dengan lisan dan tulisan, tetapi juga dengan gambar atau tulisan atau lukisan, strategi tilawah bergerak lebih banyak pada ranah kognitif (pemikiran) yang trasformasinya melewati indra pendengar (al-sam’) dan indra penglihatan (al-abshar) serta ditambahkan akal yang sehat (al-af idah). b. Strategi tazkiyah (menyucikan jiwa). jika strategi tilawah melalui indra pendengar dan indra penglihatan, maka strategi tazkiyah melalui aspek kejiwaan. Salah satu misi dakwah adalah menyucikan jiwa manusia. Kekotoran jiwa dapat menimbulkan berbagai masalah baik individu atau sosial, bahkan menimbulkan berbagai penyakit, baik penyakit hati atau badan. Sasaran strategi ini bukan pada jiwa yang bersih, tetapi jiwa yang kotor. Tanda jiwa yang kotor dapat dilihat dari gejala jiwa yang tidak stabil , keimanan yang tidak istiqomah seperti akhlak tercela lainya seperti serakah, sombong, kikir dan sebagainya.

c. Strategi ta’alim. Strategi ini hampir sama dengan strategi tilawah,

yakni keduanya menstrasformasikan pesan dakwah. Akan tetapi, strategi taalim lebih bersifat mendalam, artinya metode ini hanya bisa diterapkan pada mitra dakwah yang tepat, dengan kurikum yang telah dirancang, dilakukan secara bertahap serta memiliki target dan tujuan tertentu. Nabi SAW. Mengajarkan Al-Qur‟an dengan strategi ini, sehingga banyak sahabat yang yang hafal Al-Qur‟an dan mampu memahami kandunganya. Agar mitra dakwah mitra dakwah dapat menguasai ilmu fikih, ilmu tafsir, atau ilmu hadist. Pendakwah perlu

membuat tahapan-tahapan pembelajaran , sumber rujukan , target dan tujuan yang ingin dicapai, dan sebagainya. Tentu saja waktu yang dibutuhkan agak lama

Menurut Abu Zahra yang dikutip oleh Acep Aripudin mengatakan bahwa strategi dakwah Islam adalah perencanaan, penyerahan kegiatan dan operasi dakwah Islam yang dibuat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan Islam yang meliputi seluruh dimensi kemanusiaan.46

Menurut pendapat Al-Bayuni strategi dakwah (manhaj al-da’wah) adalah ketentuan-ketentuan dakwah dan rencana-rencana yang dirumuskan untuk kegiatan dakwah.47

Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam mengatakan bahwa strategi dakwah diartikan sebagai metode, siasat, taktik, atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas kegiatan dakwah.48 Strategi dakwah sangat erat kaitannya dengan manajemen. Karena orientasi kedua term atau istilah tersebut sama-sama mengarah pada sebuah keberhasilan planning yang sudah ditetapkan oleh individu maupun organisasi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning), metode dan taktik untuk mencapai suatu tujuan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut, maka strategi dakwah harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya yang harus dilakukan secara tekhnik atau taktik.

46

Acep Aripudin & Syukriadi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antar Budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-1, h. 138.

47

Moh. Ali Aziz, Ilmu dakwah , h. 351 48

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Penerbit Al-Ikhlas Surabaya-Indonesia) h 32

Strategi dakwah tidak berbeda dengan strategi komunikasi. Jika dalam dakwah menggunakan strategi komunikasi, maka dakwah yang dilakukan akan berhasil karena sebelum memulai berkomunikasi terlebih dahulu harus paham siapa yang menjadi audiens, media apa yang digunakan sesuai dengan keadaan, pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh audiens.

2. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah

Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan dakwah di lapangan dan aspek-aspek normatif tentang dakwah yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah, makan ditemukan prinsip strategi dakwah, antara lain sebagai berikut:

a. Memperjelas secara gamblang sasaran-sasaran ideal

Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus diperjelas sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam bagaimana yang diharapkan. Baik dalam wujudnya sebagai individu maupun wujudnya sebagai suatu komunitas masyarakat.

b. Merumuskan masalah pokok umat Islam

Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih dahulu masalah pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran ideal dan kenyataan yang konkret dari pribadi-pribadi muslim, serta kondisi masyarakat dewasa ini. Jenjang masalah ini pun tidak sama antara kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat

lainnya. Setiap kurun waktu tertentu harus ada kajian ulang terhadap masalah itu seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat tersebut. c. Merumuskan isi dakwah

Jika kita sudah berhasil merumuskan sasaran dakwah beserta masalah yang dihadapi masyarakat Islam, pada langkah selanjutnya adalah menentukan isi dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan masyarakat Islam sehingga tercapai sasaran yang telah ditetapkan. Ketidaksinkronan dalam menentukan isi dakwah ini bisa menimbulkan dampak negatif yang disebut dengan istilah “split personality” atau “double morality” pribadi muslim.

Misalnya seorang muslim yang beribadah, tetapi pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor dan perbuatan tercela lainnya. Jadi, untuk bisa menyusun isi dakwah secara tepat, dibutuhkan penguasaan ilmu yang komprehensif atau dengan menghimpu pemikiran-pemikiran beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.49

Bentuk-bentuk persiapan sebelum berdakwah, dijelaskan oleh Fethullah Gulen diantaranya:50

a. Mengenali lawan bicara b. Menjauhi perdebatan sia-sia c. Menghindari sikap individualis

d. Mengenali pikiran obyek yang diajak bicara e. Selalu update pengetahuan terkini

49

Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, (Jakarta,Kencana, 2001) h. 20-21 50

Fethullah Gulen, Dakwah Jalan Terbaik dalam Berpikir dan Menyikapi hidup (Jakarta, PT Gramedia) h. 213

f. Memperluas wawasan g. Belajar tanpa kenal lelah

h. Berbicara sesuai ukuran yang diajak bicara 3. Bentuk-bentuk Pendekatan Strategi Dakwah

Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak, insya Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni keberhasilan dakwahnya.

Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan strategi dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi manfaat kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju tauhid. Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam menyukseskan dakwahnya, membangun negaranya, menguatkan kekuasaannya dan meninggikan kedudukannya.

Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada seorang pun pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW. Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu telah terbukti pada diri beliau.

Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain sebagai berikut:

a. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan penerima dakwah (audience).

Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu meraka banyak terisi dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat dan nasehat yang

baik. Nabi SAW tidak selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehingga orang yang dinasihati tidak merasa bosan. Strategi dakwah yang dicontohkan Nabi SAW tersebut diikuti oleh para sahabat. Sabda Nabi SAW. Yang Artinya : “permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar gembira dan jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”. (HR Bukhari dan Muslim)

b. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan

Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah mempunyai tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi jika dilakukan perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang da’i menyadari bahwa apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah, maka hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan Ka‟bah direnofasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena menghindari fitnah kaum yang baru menetes dari kehidupan jahiliyah.

c. Menjinakkan Hati

Dilakukan dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika disakiti, bersikap lembut ketika dikasari dan bersabar ketika dizhalimi. Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesa-gesa dibalas dengan kehati-hatian.

Itulah cara penting yang dapat menarik penerima dakwah (audience) ke dalam Islam dan membuat iman mereka mantap. Dengan cara-cara tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat

disekitarnya. Mereka bukan saja sangat mencintai beliau tetapi juga ikut menjaga dan membela beliau dalam dakwahnya.

d. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya, tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi SAW.

e. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya. f. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap

pertanyaan sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang bertanya merasa puas.51

4. Langkah-langkah perencanaan dakwah

Dengan perencanaan yang mantap dan matang dalam pelaksanaan dakwah islam, maka dakwah islamiah akan berlangsung secara efektif dan efisien. Untuk itu adanya susunan mengenai langkah-langkah perencanaan dakwah, baik untuk masa kini dan masa yang akan datang, baik tentang perumusan sasaran target pencapaian tujuan dakwah, mengenai tindaka dakwah dan prioritas pelaksanaan, mengenai metode, penjadwalan waktu dan lain-lain.

Untuk memperjelas langkah-langkah perencanaan dakwah, beberapa hal penting dapat di kemukakan sebagai berikut.

a. Langkah Untuk Masa Kini Dan Masa Depan

Sebagaimana diketahui bahwa dakwah islamiyah meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik manusia di negri arab dimana nabi muhammad dilahirkan dan menerima risalah untuk disebarluaskan, maupun diluar negri arab, bahkan diseluruh pelosok dunia.

Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut.

1) Dari dakwah dengan sembunyi-sembunyi, lalu terang-terangan dan dengan cara demonstartif.

2) Dari dakwah di kalangan keluarga (rumah tangga), lalu keluarga terdekat , para sahabat-sahabatnya, sampai penduduk di jazirah arab dan akhirnya diluar arab.

3) Dari dakwah pembinaan pribadi-pribadi kepada dakwah pembinaan masyarakat(masyarakat Islam).

4) Dari dakwah dalam satu aspek kehidupan menuju ke berbagai aspek kehidupan. dan seterusnya.52

b. Penentuan Dan Perumusan Sasaran Dalam Rangka Pencapaian Tujuan Dakwah

Pada bagian terdahulu mengenai tujuan dakwah telah dikemukakan bahwa tujuan dakwah itu ada 2(dua), yaitu tujuan utama dan tujuan perantara. Tujuan utama dakwah merupakan tujuan akhir dakwah yaitu usaha untuk membahagiakan kehidupan manusia baik kesehjateraan hidup didunia maupun diakhirat.

Untuk mencapai tujuan utama atau tujuan akhir haru melalui berbagai usaha atau tindakan tindakan yang mejadi tangga atau perantara. Berbagai tidakkan daan usaha-usaha yang menjadi perantara ini harus ditentukan dan dirumuskan pula tujuanya agar tidak bertentangan atau menyimpang dari tujuan utama, malahantujuan perantara itu harus mendukung keberhasilan tujuan utama.

52

Anwar Masy‟ari, Studi Tentang Ilmu Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), Cet. I, h. 118.

c. Penetapan Tindakan-Tindakan Dakwah Dan Prioritas Dan Pelaksanaanya

Setelah dirumuskan sasaran dakwah dan target akan dicapai sesuai dengan tujuan perentara dakwah, maka pimpinan atau pelaku dakwah melanh=gkahkan kakinya selangkah kedepan untuk menentukan pilihan terhadap tindakan dakwah yang perlu dengan segera dilaksanakanya dan manapula yang dikemudiankanya, dengan mengingat kepentikannya sedangkan tindakan-tindakan yang sifatnya kurang penting diletakkan dalam urutan berikut.

Apabila usaha-usaha dalam ranggka dakwah itu mendapatkan simpati masyarakat, maka terbukalah jalan bagi usaha-usaha yang lebih meningkat lagi, sehingga secara bertahap masyarakat dapat digerakan dan dibawa ke arah tujuan dakwah.

d. Penentuan Metode Dakwah

Menentukan metode dakwah yang mana yang akan digunakan dalam proses berdakwah adalah merupakan salah satu langkah-langkah perencanaan yang penting. Menentukan metode dakwah adalah bagian dari perencanaan yang tepat.

Untuk dapat menentukan metode dakwah yang tepat, memang diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang objek dakwah yang dihadapi, baik mengenai alam pikirannya, kepercayaan yang dianutnya, latar belakang pendidikan dan kehidupan sosial ekonominya, dan sebgainya.

e. Penentuan Dan Penjadwalan Waktu

Apabila tindakan-tindakan dakwah yang telah dirumuskan begitu pulan metode yang akan digunakan, maka persoalan berikutnya yaitu kapan dan bilamana kegiatan-kegiatan itu dilaksanakan.

Penjadwalan waktu serta urutan kegiatan dan pembatasan waktu menyelesaikan tugas-tugas dakwah tersebut hendaknya selalu dijadikan pedoman oleh para pelaku dan penyelenggaraan dakwah, agar kegiatan-kegiatan dakwah itu dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tepat waktunya, sehngga kegiatan-kegiatan dakwah berikutnya tidak terganggu jalananya.

f. Penepatan Lokasi Atau Tempat Dakwah

Apabila loakasi dakwah itu telah ditetapkan, maka yang perlu diperhatikan sekarang iyalah kegiatan dakwah apa yang cocok, perlengkapan apa saja yang diperlukan, tenaga-tenaga pelaksanaan dakwah yang bagaimana uyang dikirim ke likasi tersebut, dan sebagainya.

g. Penetapan Biaya, Fasilitas Dan Lain-Lain

Dalam penetapan fasilitas perlu dipertimbangkan , sehingga persediaan biaya maupun fasilitas sesuai dengan benar kecilnya kegiatan dan tindakan-tindakan dakwah yang akan dilakukan.

Kegiatan dan tindakan dakwah yang telah direnacanakan hendakwanya sepadan dengan biaya dan fasilitas yang tersedia. Dalam pad aitu perlu diingat bahwa didalam pendistribusian biaya yang ada haruslah ebih diutamakan kegiatan yang diprioritaskan. 53

53

Amin Munir Samsul Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam(Jakarta,bumi aksara,2008) ha.76

Dokumen terkait