v
ABSTRACT
Wina Junia (2011), “The Influence Spirit of Entrepreneurship and Motivation of Business Performances Boutique the Entrepreneurs at Istana Plaza Bandung. (Mentors University of Indonesian Computer Management Rizki Zulfikar, SE., M.Si.
The purpose of study was to etermine and analyze the influence of entrepreneurial spirit and motivation of the entrepreneur Business Performance Boutique at Istana Plaza Bandung. The Hypotesis of this study is that there is significant influence between the entrepreneurial spirit of self-directed, confident, action-oriented, energic and tolerance of uncertainty and motivation of courage to be, realize something about the business performance of entrepreneus boutique at Istana Plaza Bandung.
The research method used is descriptive analysis and multiple linear regression analysi. The result showed a less close relationship exist between the entrepreneurs in palace Plaza Boutique.
F test result stating that the entrepreneurial spirit of (self-directed, Confident, Action Oriented, Energetic, Tolerance of uncertainty), and the motivation, of courage to be, autonomouse and able to make things happen simultaneously positive and significant effect at 95% of terh business performance of entrepreneurs boutique at IstanaPlaza Bandung. T test result with 95% confidence level can be concluded that the spirit of entrepreneurs in Istana Plaza boutiqe Bandung. Direction is positive indicates that a high entrepreneurial spirit make higher business performance.
iv
ABSTRAK
Wina Junia (2011), “Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Terhadap Kinerja Usaha Para Pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung. (Pembimbing oleh Rizki Zulfikar, SE., M.Si Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Komputer Indonesia).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Jiwa kewirausahaan dan Motivasi terhadap Kinerja Usaha para Pengusaha butik di Istana Plaza Bandung. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara Jiwa kewirausahaan yang terdiri dari mengarahkan diri, percaya diri, berorientasi pada tindakan, energik dan toleransi tewrhadap ketidakpastian dan Motivasi yang terdiri dari berani bersikap, memiliki otonomi, dan mampu mewujudkan sesuatu terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang kurang erat antara Jiwa kewirausahaandan Motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza.
Hasil Uji F menyatakan Jiwa kewirausahaan yang terdiri dari (mengarahkan diri, percaya diri, berorientasi pada tindakan, energik, toleransi terhadap ketidakpastian), dan motivasi yang terdiri dari berani bersikap, memiliki otonomi, dan mampu mewujudkan sesuatu secara serentak berpengaruh positif dan signifikan sebesar 95% terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza Bandung. Hasil Uji T dengan tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa Jiwa kewirausahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Isana Plaza Bandung. Arah bertanda positif menunjukan bahwa jiwa kewirausahaan yang tinggi membuat kinerja usaha lebih tinggi.
1
BAB I PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang Penelitian
Situasi perekonomian dewasa ini berkembang sangat cepat menyusul
timbulnya laju persaingan dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan
semakin banyaknya perusahaan, baik menghasilkan barang atau jasa, sehingga
menyebabkan persaingan dalam dunia usaha semakin ketat oleh karena itu
perusahaan harus dapat menganalisis peluang pada masa yang akan datang,
dimana produsen berlomba memperebutkan pangsa pasar barang atau jasa yang
dihasilkan, sehingga perusahaan dituntut untuk dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan konsumen.
Usaha kecil memegang peran yang besar apabila dikaitkan dengan
masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan,
besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses
pembangunan yang tidak merata serta masalah urbanisasi dengan segala efek-efek
negatifnya. Artinya keberadaan atau perkembangan usaha kecil diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan
masalah-masalah tersebut. Apalagi di era perdagangan bebas dan semakin
gencarnya proses globalisasi.
Wirausaha merupakan salah satu pemain penting dalam perekonomian
modern. Kesuksesan suatu negara dalam membangun perekonomian
kewirausahaan ke dalam diri setiap penduduk yang dapat menjadi salah satu
competitive advantages negara. Terjadinya krisis ekonomi menyebabkan jumlah
lapangan kerja semakin sedikit bahkan tidak tumbuh dan bangkrut. Globalisasi
ekonomi dan era informasi yang semakin pesat berkembang menuntut industry
menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten dan
memiliki jiwa kewirausahaan. Hal ini disebabkan lulusan perguruan tinggi
dituntut tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus
mampu berperan sebagai pencipta kerja. Ir. Ciputra dalam majalah Globe Asia
Edisi April 2008 menyatakan bahwa bila terdapat 2% penduduk Indonesia
merupakan wirausahawan maka kegiatan perekonomian Indonesia akan jauh
menjadi lebih baik (Ir.Ciputra, 2008: majalah Globe asia).
Usaha butik merupakan salah satu alternative usaha yang memiliki
prospek yang cukup tinggi (Susilo, 2006:134) karena seiring dengan
berkembangnya zaman setiap individu yang mengutamakan hidup modern selalu
berusaha untuk selalu up to date dalam beberapa bidang, salah satunya pakaian.
Bagi beberapa kelompok masyarakat, pakaian menjadi atribut yang menunjukkan
keberadaan mereka di dalam masyarakat, antusias mereka terhadap dunia fashion
dan aktualisasi diri mereka. Semakin berjamurnya pusat perbelanjaan mendorong
semakin tingginya pertumbuhan butik yang menyebabkan persaingan lebih tinggi,
sehingga akan berdampak pada suatu peningkatan pelayanan pada konsumen,
dimana setiap butik akan berusaha memberikan yang terbaik kepada konsumen
akan melakukan kunjungan kembali dan akan melakukan pembelian
berulang-ulang.
Wirausahawan adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis yang
berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan memperoleh profit dan
mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan
memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Setiap usaha memiliki tingkat resiko
yang berbeda yang ditentukan dengan tingkat teknologi yang digunakan, jenis
usaha yang dijalankan hingga sistem manajemen yang diterapkan.
Peneliti memilih tempat penelitian di Istana Bandung karena Istana Plaza
merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang mengutamakan life style (hal ini
terlihat dari visi Istana Plaza yaitu menjadika perusahaan properti terkemuka
dengan tekad untuk menyentuh kehidupan masyarakat luas di semua lini bisnis
yang senantiasa menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham dan
memiliki misi yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia kelas menengah
dan atas di bidang perumahan, pusat perbelanjaan dan komersial, layanan
kesehatan, hiburan, infratruktur dan jasa. Istana Plaza memiliki tempat butik yang
cukup beragam. Berada pada lokasi yang strategis pada area perkantoran serta
mudah diakses dari beberapa ruas jalan kota Badung menyebabkan Istana Plaza
menjadi tempat kalangan eksekutif, keluarga hingga anak remaja tempat
perbelanjaan kebutuhan sehari–hari.
Jumlah butik yang selalu bervariasi setiap tahunnya di Istana Plaza
Bandung menunjukkan bahwa usaha ini masih diminati. Terlihat dari tabel 1.1
Tabel 1.1
Jumlah Butik Istana Plaza
Sumber : Istana Plaza Bandung (2010)
Berdasarkan hasil survey awal Dari tabel 1.1 diatas perkembangan butik di
Istana Plaza Bandung terjadi peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Ini
berkaitan dengan Jiwa kewirausahaan dalam diri masyarakat masih kurang.
Secara umum ketidakmampuan para pengusaha industri kecil dalam
memanfaatkan kemudahan dan peluang yang ada disebabkan oleh beberapa
masalah yaitu (1). Keterbatasan finansial, yaitu mobilisasi modal awal dan akses
ke modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. (2). Kesulitan pemasaran,
salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum adalah
tekanan-tekanan persaingan baik pasar lokal, regional, domistik dari
produk-produk serupa buatan usaha besar dan impor. (3). Kesulitan mendapatkan bahan
baku dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang terjangkau. (4).
Keterbatasan teknologi, industri kecil umumnya masih menggunakan teknologi
Tahum Jumlah Butik
2006 15
2007 18
2008 16
2009 20
lama/tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua dan alat-alat produksi yang
sifatnya manual. (5). Keterbatasan sumberdaya manusia, terutama dalam
aspek-aspek kewirausahaan, manajemen teknik produksi, pengembangan produk, quality
control, akuntansi, teknik pemasaran.(Tulus Tambunan, 2002:73-80).
Dapat dilihat berdasarkan uraian diatas jumlah perkembangan butik yang
tiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan para pengusaha butik di Istana
Plaza kurang memiliki motivasi yang sangat kuat dalam menjalankan usahanya
misalnya seperti para pengusaha kurang memahami mengenai resiko-resiko yang
akan terjadi dalam usahanya sehingga para pengusaha sulit menemukan solusinya,
dan kurangnya rasa percaya diri yang dilakukan para pengusaha dalam
menjalankan usahannya misalnyan banyaknya pesaing yang sudah lama berdiri
dan memiliki merk yang sudah dikenal oleh masyarakat. Selain itu, tingginya
biaya sewa toko yang menyebabkan pendapatan butik lebih sedikit dibandingkan
dengan besarnya biaya pengeluaran tiap bulan yang harus dibayarkan. Akibatnya
banyak para pengusaha butik yang putus asa dan gulung tikar sehingga
menyebabkan perkembangan butik di Istana plaza mengalami kenaikan dan
penurunan yang tidak menentu pada setiap tahunnya.
Para pengusaha dituntut untuk tampil beda agar mampu bersaing dengan
pengusaha lainnya. Diversifikasi dapat dilakukan pada produk, system pelayanan
dan promosi. Diversifikasi produk dapat dilakukan dengan menjual produk sesuai
dengan target market yang dituju, kebutuhan konsumen akan produk apakah
produk merupakan keperluan harian atau hobi serta diversifikasi produk didukung
dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan yang ramah sehingga dapat
memberikan rasa nyaman bagi konsumen dan mendorong konsumen untuk datang
kembali. Promosi dapat dilakukan dengan pemberian member card, promosi akhir
tahun, dan kerja sama dengan bank pemberi kartu kredit dalam pemberian diskon
bagi pemegang kartu kredit.
Diversifikasi yang dilakukan oleh para pengusaha dapat menjadi
pendorong bagi kesuksesan usaha yaitu pencapaian kinerja usaha yang maksimal.
Kinerja usaha yang maksimal bukanlah hal yang mudah. Semangat kerja, kualitas
kerja, produk unggulan dan keberhasilan merupakan capaian hasil kerja seorang
produktifitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan tanggung
jawab dan wewenangnya. (Ranto, 2007:19)
Kondisi kinerja usaha ini sangat dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan dan
motivasi dari para pengusaha. semangat atau jiwa seseorang dalam menjalankan
suatu hal tertentu (Echols, 2000:546). Jiwa kewirausahaan membentuk seseorang
untuk selalu berusaha kreatif dan menciptakan suatu inovasi dalam kegiatan
usahanya. Motivasi berusaha merupakan faktor yang mendorong orang untuk
bertindak dengan cara tertentu atau kondisi mental yang mendorong dilakukannya
suatu tindakan untuk menciptakan suatu kenyataan akan pikiran–pikiran kreatif
yang tercipta dari jiwa kewirausahaanyang ada didalam dirinya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Pertumbuhan ekonomi saat ini semakin berkembang sehingga persaingan
bisnis semakin ketat sehingga, para pengusaha khususnya pada dunia fashion
mengalami perkembangan yang sangat tinggi dengan mengikuti perkembangan
zaman. Akibatnya para pengusaha berlomba-lomba untuk memperoleh konsumen
atau pelanggan sebanyak mungkin. Untuk itu kinerja usaha ini sangat dipengaruhi
oleh jiwa kewirausahaan dan motivasi dari para pengusaha agar selalu berusaha
kreatif dan menciptakan suatu inovasi dalam kegiatan usahanya. Berdasarkan
survei berbagai masalah terjadi pada para pengusaha seperti :
1. Jiwa kewirausahaan yang dimiliki masyarakat masih kurang yang
mengakibatkan jumlah pengusaha butik di istana plaza mengalami
peningkatan dan penurunan yang tidak menentu.
2. Motivasi yang dimiliki para pengusaha masih kurang dalam menjalankan
usahannya.
3. Diversifikasi yang belum maksimal untuk pencapaian kinerja usaha yang
maksimal.
1.2.2 Rumusan Masalah
Dihubungkan dengan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh para pengusaha butik di
2. Bagaimana motivasi yang dimiliki oleh para pengusaha butik di Istana
Plaza Bandung.
3. Bagaimana kinerja usaha yang dimiliki oleh para pengusaha butik di Istana
Plaza Bandung.
4. Seberapa besar pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap
kinerja usaha baik secara parsial maupun simultan yang dimiliki oleh para
pengusaha butik di Istana Plaza Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penenlitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data,
mendeskripsikan, dan menganalisis berapa besar pengaruh jiwa kewirausahaan
dan motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana Plaza
Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Dihubungkan dengan rumusan masalah diatas maka tujuan peneliti adalah
:
1. Untuk mengetahui jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh para pengusaha
butik di Istana Plaza Bandung.
2. Untuk mengetahui motivasi yang dimiliki oleh para pengusaha butik
3. Untuk mengetahui kinerja usaha yang dimiliki oleh para pengusaha butik
Istana Plaza Bandung.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jiwa kewirausahaan dan
motivasibaik secara parsial maupun simultan terhadap kinerja usaha yang
dimiliki oleh para pengusaha butik Istana Plaza Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
perusahaan (pengusaha butik) sebagai suatu bahan masukan dan bahan
pertimbangan dalam memcahkan masalah dan dalam pengembangan usahanya
untuk mencapai keberhasilan usaha
1.4.2 Kegunaan Akademis
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca dan penulis sendiri untuk menambah wawasan serta memperluas
pengetahuan yang ada terutama mengenai pengaruh jiwa kewirausahaan dan
motivasi terhadap kinerja usaha.
1.4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam
penyusunan usulan penelitian ini, penulis melakukan penelitian di butik Istana
40173. Adapun waktu penelitian sebagaimana digambarkan dengan tabel sebagai
berikut :
Tabel 1.2
Jadwal Kegiatan Penelitian
Keterangan Febuari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
Judul
Pencarian
Data
Pengolahan
Data
Penulisan
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Jiwa Kewirausahaan dan Wirausaha
Jiwa kewirausahaan dapat mendorong suksesnya seseorang terutama pada
era globalisasi dan informasi karena kriteria yang dibutuhkan oleh pasar adalah
para lulusan perguruan tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Krisis ekonomi
menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh bahkan berkurang karena
bangkrut. Hal ini menuntut para lulusan perguruan tinggi tidak hanya mampu
berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu berperan sebagai pencipta
kerja.
Pengusaha memiliki banyak kesamaan dengan sifat karakter pemimpin
dan seringkali dikontraskan dengan manajer dan administrator yang lebih
methodical dan kurang mengambil resiko. Kemampuan seorang Pengusaha
memiliki kepribadian untuk menanggung resiko, mengambil inisiatif,
menciptakan visi, dan mengerahkan orang lain untuk mengikuti arahan tidak
mudah dipelajari ataupun mendapatkannya.
Nickels (2005:176) menyebutkan untuk mendapatkan kemampuan–
kemampuan tersebut seorang pengusaha harus memiliki jiwa kewirausahaan,
yaitu:
Pengusaha hendaknya bersikap menyenangkan dan memiliki displin diri
yang tinggi walaupun merupakan pemilik usaha dan penanggungjawab
akan keberhasilan maupun kegagalan usaha.
2. Percaya diri
pengusaha harus percaya akan ide yang didapatnya walaupun tidak ada
orang yang memikirkannya, dan harus melengkapi antusiasme pengusaha.
3. Berorientasi pada tindakan
Gagasan bisnis yang luar biasa belumlah cukup tanpa adanya semangat
untuk mewujudkan, mengaktualisasikan, dan mewujudkan impian menjadi
kenyataan.
4. Energik
Ini bisnis anda, dan anda harus emosional, mental, dan fisik mampu
bekerja lama dan keras.
5. Toleran terhadap ketidakpastian
Pengusaha sukses dengan menempuh resiko–resiko yang telah
diperhitungkan sebelumnya. Kewirausahaan tidak ditujukan bagi orang–
orang yang suka memilih keadaan atau takut untuk menerima kegagalan.
Tips bagi pengusahayang potensial:
a. Bekerja dengan orang lain, dan pelajari bagaimana mereka
mendapatkan
b. riset pasar anda, tetapi jangan dilakukan dalam jangka waktu lama
c. Mulailah usaha anda ketika anda telah memiliki pelanggan sebagai
d. Susun suatu tujuan spesifik tetapi jangan terlalu tinggi karena dalam
memulai usaha, aspek yang paling tersita adalah aspek keuangan anda.
e. Rencanakan beberapa tujuan anda dalam time schedule
f. Biasakan diri anda bergaul dengan orang yang lebih pintar, misalnya
seorang akuntan atau direktur yang tertarik dengan usaha anda dan bisa
memberi jawaban pertanyaan anda seputar usaha yang dilakukan.
g. Jangan takut gagal. Pengusaha baru harus siap kehabisan waktu
beberapa waktu sebelum mereka berhasil (Nickels, 2005:177).
2.1.1.1 Kewirausahaan
"Kewirausahaan adalah hasil dari suatu proses, disiplin sistematis
penerapan kreativitas dan inovasi untuk kebutuhan dan peluang di pasar" Thomas
W. Zimmere (Suryana, 1996:7) Terdapat beberapa kewirausahaa definisi yang
dikemukakan olehpara ahli:
Tabel 2.1
Definisi Kewirausahaan
Sumber Definisi
Knight (1921) Keuntungan dari ketidakpastian
bantalan dari risiko
Schumpeter (1934) Schumpeter (1934) Melakukan kombinasi baru dari
perorangan produk baru, layanan baru,
sumber bahan baku baru, metode
produksi baru, pasar baru,
Hoselitz (1952) Ketidakpastian bantalan, koordinasi
sumber daya produktif, pengenalan
inovasi dan penyediaan modal.
Cole (1959) Kegiatan bertujuan untuk memulai dan
mengembangkan bisnis berorientasi
pada laba (profit).
McClelland (1961) Pengambilan risiko.
Casson (1982) Keputusan dan penilaian mengenai
koordinasi sumberdaya yang langka
Gartner (1985) Penciptaan organisasi baru
Stevenson, Roberts
& Grousbeck (1989)
Mengejar kesempatan tanpa
memperhatikan sumber daya saat ini
dikendalikan
Sumber : Dollinger, 1999:4
Kewirausahaan merupakan aktivitas yang memiliki sifat kolaboratif dan
relevan terhadap semua jenis dan ukuran organisasi, sektor dan lokasi, serta tidak
terbatas pada pemilik atau pendiri.
2.1.1.2 Wirausaha
Kata wirausaha (entrepreneur) berasal dari kata Prancis, entreprede, yang
berarti berusaha dengan konteks bisnis berarti memulai sebuah bisnis. Kamus
Merriam-Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang
mengorganisir, memenej, dan menanggung resiko sebuah bisnis atau usaha
(www.entrepreneur.com)
Tabel 2.2 Definisi Wirausha
Sumber Definisi
Peggy A Lmbing and Charles (1999) Sebuah tindakan kreatif yang
membangun nilai.
Hermawan Kertajaya Seseorang yang dapat menjual peluang
atau ide menjadi sesuatu yang dapat
dijual dan menciptakan nilai seperti
keuntungan memlaui penempatan
perbedaan merek.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Seseorang yang berbakat tentang
produk baru, untuk tahu bagaimana
menentukan metode produk baru,
mengatrnya operasional dan marketing.
Raymond Kao Seseorang yang dapat menciptakan
kekayaan dan nilai untuk meningkatkan
proses melalui inkubasi gagasan,
sumber daya mudah dan membuat
gagasan menjadi kenyataan.
Dr. Rhenald Khasali Seseorang yang menyukai perubahan,
menciptakan nilai tambah, memberikan
keuntungan untuk dirinya dan orang
lain, ciptaannya dibangun terus
menerus.
N. B. Susilo (2005) Seseorang yang memiliki karakter yang
berhasil memimpin.
Riyanti (2005) Seseorang yang memiliki persepsi yang
tidak biasa memperkenalkan klaim hal
dan layanan.
Beberapa ahli melakukan penelitian tentang sifat pengusaha, antara lain:
a. David McClelland (1961) menggambarkan wirausaha terutama domotivasi oleh kebutuhan yang luas atas pencapaian dan keinginan kuat untuk
membangun.
b. Collins dan Moore (1970) mempelajari 150 wirausaha dan menyimpulkan bahwa mereka orang–orang yang tangguh dan pragmatis yang dikendalikan
oleh kebutuhan atas kemandirian dan pencapaian; mereka jarang berkeinginan
untuk mengadu pada pihak otoritas
c. Bird (1992) melihat pengusaha sebagai orang yang cekatan, yaitu cenderung kaya wawasan, berbagi ide, banyak trik, cerdik, kaya sumber daya. Mereka
opportunistic, kreatif, dan tidak sentimental.
d. Busenitz dan Barney (1997) mengklaim wirausahacenderung terlalu percaya diri dan menyamaratakan.
e. Cole (1959) menemukan empat tipe wirausaha: inovator, penemu menghitung, lebih dari promotor optimis, pembangun dan organisasi. Tipe–
tipe ini tidak terkait dengan kepribadian tetapi terkait tipe peluang yang
dihadapi wirausaha.
f. Burton W. Folsum Jr, membedakan antar politik wirausaha dan pasar
wirausaha menggunakan pengaruh–pengaruh politik untuk mendapatkan
pendapatan melalui subsidi, proteksi, monopoli yang diberi pemerintah,
menguntungkan. Wirausaha pasar berjalan tanpa keistimewaan–keistimewaan
khusus dari pemerintah. Beberapa karakteristik wirausaha :
a. Wirausaha memiliki visi antusias/ semangat/ gairah, yang merupakan
kekuatan pengendali sebuah usaha.
b. Visi wirausaha biasanya didukung oleh sekumpulan ide spesifik yang
terkait dan tidak tersedia di pasar.
c. Cetak biru untuk merealisasikan visi jelas, meskipun detail mungkin
tidak lengkap, fleksibel, dan terus berkembang.
d. Wirausaha mempromosikan visinya dengan gelora semangat.
e. Dengan keras hati dan kebulatan tekad, wirausaha mengembangkan
berbagai strategi untuk mengubah visi menjadikenyataan.
f. Wirausaha mengambil tanggung jawab awal untuk membuat visi
menjadi sebuah kenyataan.
g. Wirausaha mengambil resiko secara hati–hati. Ia menaksir biaya–
biaya, kebutuhan pasar/ konsumen, dan membujuk orang untuk
bergabung atau membantu.
h. Wirausaha berpikir positif dan pengambil keputusan.
Faktor–faktor yang mendorong seseorang menjadi wirausahadigambarkan
-Toleransi
Sumber : William D Bygrave (Suryana, 2003:40) Gambar 2.1 Model Proses Kewirausahaan
Berdasarkan Gambar 2.1 maka kewirausahaan berkembang dan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan, dan
sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus
of control, toleransi, pengambilan resiko, pendidikan, pengalaman, usia,
komitmen, dan ketidakpuasan. Sedangkan faktor pemicu yang berasal dari
lingkungan adalah model peran, peluang, aktivitas, pesaing, inkubator, sumber
daya, dan kebijakan pemerintah. (Suryana,2003:40)
Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat
menggabungkan nilai–nilai, sifat–sifat, utama (pola sikap) dan perilaku dengan
bekal pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis.
INOVASI KEJADIAN PEMICU IMPLEMENTAS PERTUMBUH
2.1.2 Motivasi
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan
cara tertentu atau kondisi mnetal yang mendorong dilakukannya suatu tindakan
(action or activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada
pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan. (www.wikipedia.co.id).
Menurut Santrock (Ranto, 2007:19) melihat ranah motivasi terdiri dari
Motivasi Instrinsik, yaitu keinginan dari dalam diri seseorang untuk melakukan
yang bermanfaat bagi dirinya, dan Motivasi Ekstrinsik, yaitu keinginan untuk
melakukan sesuatu yang lebih dipengaruhi oleh faktor–faktor yang berasal dari
luar diri. Motivasi bukanlah suatu perilaku, motivasi adalah pernyataan internal
yang kompleks yang tidak dapat dipelajari secara langsung, tetapi pernyataan
internal kompleks itu mempengaruhi perilaku yaitu berani bersikap, otonomi dan
mampu mewujudkan sesuatu menurut Owen (Ranto, 2007: 20).
Keberhasilan berusaha tidak diukur dari seberapa banyak harta seseorang
telah terkumpul tetapi dilihat bagaimana seorang membentuk, mendirikan serta
menjalankan usaha dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dalam berusaha,
kekayaan merupakan sifat yang relative dan merupakan produk bawaan dari
sebuah usaha yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan sendiri
untuk mewujudkan sesuatu. Sehingga motivasi berusaha adalah dorongan
patriotik pengusaha yang muncul dari dalam diri (instrinsik) dan dari luar diri
agar cita–cita hidup berlandaskan keyakinan dan berwatak luhur untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. (Ranto, 2007:20).
2.1.3 Kinerja usaha
Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan
gambaran sejauhmana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun
kekurangan yang terjadi. Ivancevich (Ranto, 2007:19).
Jenis kinerja dapat diklasifikasikan sebagai kinerja manusia,kinerja mesin
dan kinerja organisasi di mana hasil kegiatan dilaksanakan secara efisien dan
efektif. Dalam menilai kinerja yang efektif dapat mempengaruhi dua hal yaitu
produktivitas dan kualitas kerja yang dapat dinilai dengan melakukan langkah–
langkah (1) mendefinisikan pekerjaan; (2) menilai kinerja dan (3) memberikan
umpan balik, dan adanya akuntabilitas yang jelas. Dessler (Ranto, 2007:22)
Menurut Kotter dan Hesket (Ranto, 2007:22) jenis kinerja terdiri dari dua yaitu
(1) kinerja ekonomis, menghasilkan etos kerja yang kuat (semangat kerja) dan
berkualitas, (2) kinerja unggul, menghasilkan produk unggulan dan keberhasilan
usaha.
Kinerja usaha para pengusaha adalah serangkaian capaian hasil kerja
dalam melakukan kegiatan usaha, baik dalam pengembangan produktivitas
maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya. Kinerja usaha yaitu semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan,
dan keberhasilan usaha yang mempunyai hubungan signifikan terhadap kinerja
1. Semangat kerja
Semangat kerja adalah dorongan yang muncul dalam diri seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan sehingga kinerja yang dihasilkan adalah
maksimal dan terdapat nilai–nilai keberhasilan bagi usaha.
2. Kualitas Kerja
Kegiatan usaha yang dijalankan dapat berjalan secara efektif dan efisisen
dan menghasilkan etos kerja yang berkualitas serta mengahsilkan produk
unggulan.
3. Produk unggulan
Produk unggulan merupakan hasil kegiatan usaha yang merupakan hasil
dari rangsangan yang disajikan kepada konsumen melalui interaksi antara
pengusaha dan konsumen. Hasil kegiatan usaha merupakan produk yang
memiliki peringkat penjualan paling tinggi dibandingkan dengan produk
lainnya.
4. Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha adalah suatu keadaan dimana usaha telah berjalan
dengan lancar dilihat melalui keuntungan, jumlah penjualan dan
pertumbuhan usaha.
2.1.3.1 Cara memasuki dunia usaha:
Menurut Suryana (2003:69) terdapat tiga cara memulai suatu usaha atau
memasuki dunia usaha, yaitu :
1. Merintis usaha baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha
dirancang sendiri. Terdapat tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis: (a)
Perusahan milik sendiri, yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola
sendiri oleh seseorang, (b) Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja
sama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama–sama
menjalankan usaha bersama, dan (c) Perusahan berbadan hukum
(corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum
dengan modal saham–saham.
2. Membeli usaha orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan
atau usaha yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain
dengan nama (good will) dan organisasi yang sudah ada
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki
2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih
3. Tempat usaha yang akan dipilih
4. Organisasi usaha yang akan digunakan
5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh
6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh (Suryana, 2003:71)
2.1.3.2 Usaha Kecil
Istilah pengusaha dengan pemilik usaha kecil sering digunakan secara
bersamaan. Walaupun memiliki banyak kesamaan, tetapi terdapat perbedaan
1. Jumlah kekayaan yang tercipta–usaha kewirausahaan menciptakan
kekayaan secara substansial, bukan sekedar arus penadapatan yang
menggantikan upah tradisional.
2. Kecepatan mendatangkan kekayaan–sementara bisnis kecil yang sukses
dapat menciptakan keuntungan dalam jangka waktu yang panjang,
pengusaha menciptakan kekayaan dalam waktu yang lebih singkat,
misalnya 5 tahun.
3. Resiko pada pengusaha tinggi, dengan insentif keuntungan pasti, banyak
pengusaha akan mengejar ide dan kesempatan yang akan mudah lepas.
4. Inovasi–pengusaha melibatkan inovasi substansial melebihi usaha kecil.
Inovasi menciptakan keunggulan kompetitif yang menghasilkan
kemakmuran . Inovasi bisa dari produk atau jasa, atau dalam proses bisnis
yang digunakan untuk menciptakan produk atau jasa.
2.1.3.3 Manajemen Usaha Kecil
Usaha kecil rentan akan kegagalan yang umumnya terjadi dalam
menerapkan sistem manajemen. Apakah system manajemen yang telah diterapkan
sesuai dengan skala usaha atau disebabkan oleh kesalahan manusia merupakan
dua kemungkinan penyebab kegagalan penerapan system manajemen dalam usaha
kecil. Dalam memulai usaha Nickels (2005:189) menyatakan terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam membantu kesuksesan dalam berusaha, yaitu:
1. Perencanaan bisnis anda Merupakan langkah awal dalam memulai usaha.
dijalankan, antara lain adalah target pemasaran, keuntungan bisnis, sumber
daya yang dimiliki, dan kualifikasi yang diinginkan pemilik usaha.
2. Pembiayaan bisnis anda Memulai suatu usaha harus memiliki beberapa
sumber daya modal yang potensial, yaitu: tabungan pribadi, keluarga, former
employers (induk semang), lembaga keuangan dan pemerintah.
3. Mengetahui pelanggan anda (marketing) Elemen yang paling penting dalam
kesuksesan usaha kecila adalah mengetahui pasar. Di dalam bisnis, sebuah
pasar terdiri dari orang–orang yang tidak puas dengan keinginan dan
kebutuhan mereka yang kedua hal tersebut mempunyai untuk membeli.
4. Mengelola karyawan Anda (pengembangan sumber daya manusia)
Usaha–usaha yang telah tumbuh menjadi tidak mungkin bagi pengusaha
apabila mereka tidak mengupah, melatih, dan memotivasi karyawannya akan
menjadi titik kritis.
5. Pemilik usaha sering mengatakan bahwa hal yang terpenting dalam meulai
dan menjalankan usaha kecil adalah aspek keuangan. Peranan komputer
sangat diperlukan pada pencatatan keuanagn perusahaan dengan mencatat
aktivitas keuanagn antara lain adalah penjualan, pengeluaran, dan keuntungan.
Sistem komputerisasi yang sederhana cukup membantu usaha dalam
pencatatan keuangan diantaranya adalah pengendalian persediaan, jumlah
pelanggan dan daftar gaji.
Menurut Thomas Zimmerer ada 8 faktor pendorong pertumbuhan
kewirausahaan antara lain sebagai berikut :
Faktor diatas sangat mendorong setiap orang untuk mencoba mempunyai
usaha sendiri karena adanya sikap masyarakat bahwa seorang wirausaha
dianggap sebagai pahlawan serta sebagai model untuk diikuti. Sehingga status
inilah yang mendorong seseorang memulai usaha sendiri.
2. Pendidikan Kewirausahaan
Pendidikan kewirausahaan sangat populer di banyak akademi dan universitas
di Amerika. Banyak mahasiswa semakin takut dengan berkurangnya
kesempatan kerja yang tersedia sehingga mendorong untuk belajar
kewirausahaan dengan tujuan setelah selesai kuliah dapat membuka usaha
sendiri.
3. Faktor Ekonomi dan Kependudukan
Dari segi demografi sebagian besar entrepreneur memulai bisnis antara umur
25 tahun sampai dengan 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah
penduduk di suatu negara, sebagian besar pada kisaran umur diatas. Lebih
lagi, banyak orang menyadari bahwa dalam kewirausahaan tidak ada
pembatasan baik dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar belakang ekonomi
atau apapun juga dalam mencapai sukses dengan memiliki bisnis sendiri.
4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Amerika pada tahun 2000 sektor jasa menghasilkan 92% pekerjaan dan 85%
GDP negara tersebut. Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya
sehingga untuk menjadi populer di kalangan para wirausaha dan mendorong
wirausaha untuk mencoba memulai usaha sendiri di bidang jasa.
Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer, laptop, notebook,
mesin fax, printer laser, printer color, mesin penjawab telpon, seseorang dapat
bekerja dirumah seperti layaknya bisnis besar. Pada zaman dulu, tingginya
biaya teknologi membuat bisnis kecil tidak mungkin bersaing dengan bisnis
besar yang mampu membeli alat-alat tersebut. Sekarang komputer dan alat
komunikasi tersebut harganya berada dalam jangkauan bisnis kecil.
6. Gaya Hidup Bebas
Kewirausahaan sesuai dengan keinginan gaya hidup orang Amerika yang
menyukai kebebasan dan kemandirian yaitu ingin bebas memilih tempat
mereka tinggal dan jam kerja yang mereka sukai. Meskipun keamanan
keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi hampir semua wirausahawan,
tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu untuk keluarga dan
teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan
mengendalikan stress hubungan dengan kerja. Dalam penelitian yang telah
dilakukan bahwa 77% orang dewasa yang diteliti, menetapkan penggunaan
lebih banyak waktu dengan keluarga dan teman sebagai prioritas pertama.
Menghasilkan uang berada pada urutan kelima dan membelanjakan uang
untuk membeli barang berada pada urutan terakhir.
7. E- Commercedan dunia web yang luas
Perdagangan on-line tumbuh cepat sekali, sehingga menciptakan perdagangan
banyak kesempatan bagi wirausahawan berbasis internet atau website. Data
35% sudah mempunyai website sendiri. Faktor ini juga mendorong
pertumbuhan wirausahawan di beberapa negara.
8. Peluang Internasional
Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang
lingkup Negara sendiri. Pergeseran dalam ekonomi global yang dramatis telah
membuka pintu ke peluang bisnis yang luar biasa bagi para wirausahawan
yang bersedia menggapai seluruh dunia. Kejadian dunia seperti runtuhnya
tembok Berlin, revolusi di negara-negara baltik Uni Soviet dan hilangnya
hambatan perdagangan sebagai hasil perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa,
telah membuka sebagian besar pasar dunia bagi para wirausahawan. Peluang
Internasional akan terus berlanjut dan tumbuh dengan cepat pada abad 21.
2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian
2.1.4.1Hubungan Jiwa Kewirausahaanterhadap Kinerja usaha
Pada dasarnya jiwa kewirausahaan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
semangat dan watak yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan/pemilik industri
kecil yang berkaitan dengan tugasnya di bidang pengelolaan usaha yaitu percaya
diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambilan resiko, kepemimpinan,
keorisinilan, dan berorientasi ke depan.
Perilaku manajer atau pimpinan adalah hasil tindakan dari seseorang yang
tercermin dari tindak tanduknya sebagai bagian dari organisasi. Perilaku timbul
karena adanya interaksi antara individu dengan stimulus tertentu dan perilaku ini
efektifitas yang tinggi apabila ditunjang dengan penerapan jiwa kewirausahaan
yang dimiliki oleh pimpinan dalam penyelenggaraan perusahaan atau suatu
usaha. (Ropke,1992:116)
Jika pada diri seorang pimpinan telah terbentuk atau telah memiliki
kemampuan untuk menerapkan jiwa kewirausahaan maka pimpinan telah
meyakini bahwa percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, mampu
mengambil resiko, kepeminpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke depan dan juga
ditunjang oleh tingkat pendidikan, pengalaman, dan motivasi untuk mencapai
tujuan maka dengan sendirinya tujuan yang hendak dicapai akan terpenuhi.
Menurut Lambing (2000:23) untuk menjadi wirausaha yang berhasil,
persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memilki jiwa dan watak
kewirausahaan. Seorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang
memilki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda atau
kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara
riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start-up),
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan
kemampuan untuk mencari peluang (oppertunity), kemampuan dan keberanian
untuk menanggung resiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan
ide dan sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan
terutama untuk: 1) Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new
usaha baru (new businesess), 4) Melakukan proses/teknik baru (the new technic),
dan 5) Mengembangkan organisasi baru (the new organization).
Kinerja usaha adalah ukuran bagi pengusaha dalam menentukan prestasi
dan dilihat dari semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan dan keberhasilan.
Dalam mencapai kinerja usaha yang maksimal diperlukan faktor pendorong dalam
diri pengusaha, yaitu suatu semangat yang dikenal dengan jiwa kewirausahaan
dan motivasi.
2.1.4.2 Hubungan Motivasi dengan Kinerja usaha
Motivasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja, faktor yang membentuk
walaupun bukan satu-satunya faktor-faktor kinerja (Robert Kreitner dan angelo
Kinicki, 2001:205)
Masukan individual dan konteks pekerjaan merupakan da faktor kunci
yang mempengaruhi motivasi . pekerja mempunyai, kemampuan, pengetahuan
kerja diposisi dan sifat emosi, suasana hati ,keyakinan, dan nilai-nilai pada
pekerjaan. Konteks pekerjaan mencakup lingkungan fisik, penyelesaian tugas,
pendekatan organisasi pada rekognisi dan pengharhaan, kecukupan dukungan
pengawasan dan coaching serta budaya organisasasi. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi, termasuk pada proses motivasi, membangkitkan, mengarahkan,
dan meneruskan. Pekerja akan lebih ter motivasi apabila mereka percaya bahwa
kinerja mereka akan dikenal dan dihargai. Perilaku termotivasi secara langsung
motivasi, dan kombinasi yang memungkinkan dan membatasi faktor konteks
pekerjaan.
Sebagai contoh, akan sulit meneruskan proyek bilamana kita bekerja
dengan bahan baku buruk atau peralatan rusak sebaliknya, perilaku termotivasi
mungkin ditingkatkan apabila manager memberi perkerja cukup sumber daya
untuk melakukan pekerjaan dan memberikan coaching secara efektif. Kinerja
pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku termotivasi.
Dari pembahasan diatas dapat diatas dapat diperoleh empat kesimpulan :
1. Motivasi adalah berbeda dengan perilaku
2. Perilaku dipengaruhi lebih banyak dari pada motivasi
3. Perilaku adalah daripada berbeda
4. Motivasi adalah penting, tetapi bukan kontributor cukup pada pencapaian
kerja
Kesimpulan ini menunjukan bahwa masalah kinerja tergantung pada kombinasi
masukan individu, faktor konteks pekerjaan, motivasi dan perilaku termotivasi
yang tepat. Mengambarkan perbedaan antara motivasi dan kinerja mempunyai
keuntungan. Manajer lebih dapat mengidentifikasikan dan mengoreksi masalah
kinerja apabila mereka mengenal bahwa kinerja yang buruk tidak semata-mata
karena tidak cukupnya motivasi. Kepedulian akan hal ini dapat memperkuat
hubungan interpersonal yang lebih baik di tempat pekerjaan.
A. Teori Motivasi Terkait dengan Kinerja
Kebutuhan menunjukan adanya kekurangan fisologis atau psikologis yang
menimbulkan perilaku. Teori motivasi berdasarkan hierarki kebutuhan
dikemukakan Abraham maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan
manusia berjenjang dari physiological, safety, social, dan
self-actualization.
2. Kepuasan (Statisfaction)
Motivasi kerja individual berhubungan dengan kepuasan. Kepuasan kerja
adalah respon bersifat mempengaruhi terhadap berbagai segi pekerjaan
sesorang. Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja
bukanlah konsep kesatuan.
3. Keadilan (Equity)
Equity theory adalah model motivasi yang menjelaskan bagaimana orang
mengejar kejujuran dan keadilan dalam pertukaran sosial atau hubungan
memberi dan menerima. Teori keadilan memberikan pelajaran kepada
manajer tentang bagaimana keyakinan dan sikap mempengaruhi kinerja.
4. Harapan (Expectation)
Expectancy theory berpandangan bahwa orang berperilaku termotifasi
dengan cara yang menghasilkan manfaat yang dihargai. Dalam teori
harapan, persepsi memegang peran sentral karena menekankan
kemampuan kognitif untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi
5. Penetapan Tujuan (Goal setting)
Tujuan adalah apa diusahakan untuk dicapai individu, merupakan objek
atau tujuan dari suatu tindakan. Dampak motivasional dari tujuan kinerja
dan reward plan telah dikenal sejak lama.
B. Aplikasi teori Motivasi dalam kinerja
Beberapa teori motivasi telah diaplikasikan dan diaplikasikan dalam praktik
kinerja, antara lain dalam bentuk : management by objectives (manajemen
berdasarkan sasaran), employee recognition programs (program memberikan
memberikan pengakuan pekerja), employee involment programs (program
pembayaran bervariasi), skillbased pay plans (rencana pembayaran berdasarkan
keterampilan), dan flexible benefit (pemberian tunjangan secara flexible (Stephen
P. Robbins, 2003: 189).
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Pemikiran
Setiap pengusaha bertujuan untuk berhasil dalam usahanya yang
memungkinkan keberhasilan mendorong pengusaha untuk memperbarui semangat
dalam berusaha dan mencapai kinerja usaha yang maksimal. Kinerja usaha adalah
ukuran bagi pengusaha dalam menentukan prestasi dan dilihat dari semangat
kerja, kualitas kerja, produk unggulan dan keberhasilan. Dalam mencapai kinerja
usaha yang maksimal diperlukan faktor pendorong dalam diri pengusaha, yaitu
suatu semangat yang dikenal dengan jiwa kewirausahaan dan motivasi. Motivasi
tertentu atau kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan untuk
menciptakan suatu kenyataan akan pikiran–pikiran kreatif yang tercipta dari jiwa
kewirausahaan yang ada di dalam dirinya. Menurut Nickels (2005) jiwa
kewirausahaanterdiri darimengarahkan diri, percayaan diri, energik dan toleransi
terhadap ketidakpastian. Motivasi menurut Owen (Ranto 2007:20) terdiri dari
berani bersikap, memiliki otonomi dan mampu mewujudkan sesuatu dan kinerja
usaha menurut (Robert Kreitner dan angelo Kinicki, 2001:205) memiliki 4
indikator yaitu semangat kerja, kualitas kerja, produk unggulan, keberhasilan
usaha.
Jiwa Kewirausahaandengan 5 (lima) indikator sebagai berikut:
1. Mengarahkan diri
2. Percaya diri
3. Berorientasi Pada tindakan
4. Energik
5. Toleransi terhadap ketidakpastian
Motivasi dengan 3 (tiga) indikator sebagai berikut:
1. Berani bersikap
2. Memiliki otonomi
3. Mampu mewujudkan sesuatu
Kinerja usaha (dengan 4 (empat) indikator sebagai berikut:
1. Semangat Kerja
2. Kualiats Kerja
4. Keberhasilan usaha
2.2.2 Penelitian terdahulu
1. Ranto (2007) melakukan penelitian yang berjudul ”Korelasi antara Motivasi,
Pengetahuan jiwa kewirausahaan dan Independensi kinerja usaha pada
Kawasan Industri Kecil”. Dengan analisis varians untuk uji signifikan dan
linearitas variabel dependen dengan variabel independen secara satu persatu
dan analisis varians regresi linear jamak menunjukkan bahwa Y = 60,869 +
0,492X1 + 0,612X2 + 0,184X3 dengan koefisien korelasi sebesar R = 0,634
dan Fhitung = 12,572 yang lebih besar dari Ftabel = 2,70 pada α = 5% dan
Ftabel = 4,16 pada α = 10%. Koefisien determinasi adalah R² = 0,4019 yang
menunjukkan bahwa 40,19% variasi yang terjadi pada variabel kinerja
pengusah industri kecil dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh ketiga
variabel independen. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa terdapat
hubungan yang positif antara motivasi berusaha, pengetahuan kewirausahaan
dan kemandirian usaha secara bersama dalam kinerja pengusaha industri kecil
Pulo Gadung.
2. Masrudin (2007) melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Jiwa
kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Makanan di Jl. Dr.
Mansyur Medan”. Dengan pengujian analisis regeresi sederhana menunjukkan
bahwa Y = 4,4019 + 0,45991X dengan ttabel = 2,1315 < thitung = 4,8594.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
diri, percaya diri, berorientasi pada tindakan, energik dan toleransi terhadap
ketidakpastianterhadap variabel Y (KeberhasilanUsaha)
3. Johan Wilkund (1998) pada perusahaan ahkecil di Swedia pada tahun
1996-1997, tentang orientasi kewirausahaan (pengambilan resiko, inovasi dan
pro-aktif) sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja dan perilaku kewirausahaan.
Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa orientasi kewirausahaan mempunyai
pengaruh terhadap kinerja dan prilaku kewirausahaan.
2.2.3 Bagan Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyusun suatu kerangka
konseptual yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Paradigma Kerangka Pemikiran Jiwa Kewirausahaan (X1)
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya
melalui riset. Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas maka
hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis utama :
Terdapat pengaruh Jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha
Sub Hipotesis :
1. Adanya pengaruh antara jiwa kewirausahaan terhadap kinerja usaha
2. Adanya pengaruh motivasi terhadap kinerja usaha
Terdapat pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi terhadap kinerja
37
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap para pengusaha butik di Istana Plaza
Bandung. Adapun variabel-variabel yang akan diteliti adalah jiwa kewirausahaan
sebagai variabel X1 dan Motivasi sebagai variabel X2, serta Kinerja Usaha sebagai
variabel Y.
Husein Umar dalam Umi Narimawati dkk (2010:29) mengemukakan
definisi mengenai obyek penelitian:
“Obyek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
obyek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga
ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Dalam penealitian ini penulis meneliti tentang pengaruh Jiwa
kewirausahaan dan motivasi terjadap kinerja usaha para pengusaha butik di Istana
Plaza Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Dalam meneliti sesuatu, diperlukan penelitian yang hati-hati, teratur, dan
terus menerus. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penelitian,
penelitian harus dilakukan dengan menggunakan metode penelitian.
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh,
sekunder, yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan
kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok
permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan
diperoleh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode verifikatif. Sugiyono dalam Umi Narimawati dkk (2010:29) mengatakan
bahwa:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas.”
Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri dalam Umi Narimawati
dkk (2010:29) adalah sebagai berikut:
“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan
untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di
tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”
Metode verifikatif juga digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis.
Dengan metode ini dapat diketahui berapa besarnya pengaruh variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen, serta besarnya arah hubungan yang
terjadi.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan dan perencanaan
penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis
Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2003:84)memaparkan bahwa:
“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian”.
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah, dalam
melakukan penelitian mengaju kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut Sugiyono (2006:18), menjelaskan proses penelitian dapat
disimpulakan sebagai berikut:
Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber Masalah
Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar
penelitian.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabanya
melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap
penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab
masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik
jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya
didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan
3. Konsep dan Teori yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka,
peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan
berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban smentara terhadap
masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk
menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau
pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji
terpenuhnya kriteria pengetahuan yang rasional.
Telaah teoritis dalam penelitian ini adalah mencari pengaruh Jiwa
kewirausaahaan dan motivasi terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di
Istana Plaza Bandung.
4. Pengajuan Hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yanag baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat
pada penelitian ini adalah analisis pengaruh jiwa kewirausahaan dan motivasi
terhadap kinerja usaha para pengusaha Butik di Istana Plaza Bandung.
5. Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian
yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat
ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan
lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan statistik deskriptif
dan kuantitatif.
6. Menyusun Instrumen Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrument penelitian. Instrument penelitian ini digunakan sebagai alat
pengumpul data. Instrument pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk
pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk
pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dahulu diuji
validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur
kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur
sejauhmana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka
selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis
yang dijukan dengan teknik statistik tetentu. Pada penelitian ini untuk menguji
adanya penghubungan Jiwa kewirausahaan dan Motivasi (independen) dengan
Kinerja usaha (dependen) digunakan korelasi Pearson.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa
jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan
masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai
Tabel 3.1
T-1 Descriptive Descriptive
dan survey
T-2 Descriptive Descriptive
dan survey
T-3 Descriptive Descriptive
dan survey
Sugiyono (2009:38) dalam buku “Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D”, menjelaskan definisi mengenai variabel penelitian:
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Operasionalisasi variabel dimaksudkan untuk memperjelas
variabel-variabel yang diteliti beserta pengukuran-pengukurannya. Dalam penelitian ini
1. Variabel bebas (Independent variable)
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat),
Sugiyono (2009:39). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu
jiwa kewirausahaan (X1) danmotivasi (X2).
2. Variabel terikat (Dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas, Sugiyono (2009:39). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah kinerja usaha (Y).
Untuk memperjelas variabel-variabel yang terdapat didalam penelitian,
berikut ini adalah tabel operasionalisasi variabel:
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep
Variabel
Indikator Ukuran Skala
Jiwa
Percaya diri Tingkat percaya diri
Berorientasi
pada tindakan
Tingkat mencapai
Energik Tingkat semangat
Berani bersikap Tingkat berani
mengambil risiko
Semangat kerja Tingkat Optimis dan
unggulan dan
Kualitas kerja Tingkat Efektif dan
efisien dalam usaha
Sumber: Nickels (2005:176) dan Ranto (2007:19)
Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh Zainal
Mustafa (2009:55) dikemukakan bahwa :
”Skala Ordinal merupakan suatu instrument yang menghasilkan nilai atau
skor yang bertingkat atau berjenjang (bergradasi)”.
Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen
pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe
skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2009:134) adalah sebagai berikut:
”Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Penulis melakukan penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai objek
penelitian yang akan diteliti, data tersebut dapat dikelompokkan kedalam dua
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden secara langsung yang
dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan
data tertentu yang dibuat secara khusus untuk mengolah data untuk keperluan
penelitian. seperti dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan
pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
2. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung yang
merupakan data yang telah diolah perusahaan, yaitu berbagai referensi buku,
makalah, materi perkuliahan yang berhubungan dengan objek data yang akan
diteliti oleh penulis. Dalam penelitian ini informasi mengenai karakteristik
perusahaan, yang meliputi jumlah karyawan dan lain-lain.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
3.2.3.2.1 Populasi
Populasi merupakan objek atau subjek yang memenuhi kriteria tertentu
yang telah ditentukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2009:80) tentang
pengertian populasi yaitu:
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek
yang berda pada satu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan
dengan masalah dalam penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
karyawan butik di Istana Plaza Bandung sebanyak 186 karyawan.
Tabel 3.3
Rincian Jumlah Populasi Penelitian Pada Masing-Masing Butik
Nomor Nama Butik Jumlah Pegawai
2
1
Ne
N
n
3.2.3.2.2 Sampel
Untuk membuktikan kebenaran jawaban yag masih sementara (hipotesis),
maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek tertentu. Karena obyek
dalam populasi terlalu luas maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut.
Menurut Sugiyono (2007:81) memyatakan bahwa populasi adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Menurut Adi Supangat (2007:4) menyatakan bahwa:
“sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadkan sebagai
bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi
tersebut dapat mewakili (reprensentatitive) terhadap populasinya”.
Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang di ambil
dalam penelitian dilakukan dengan teknik probability sampling dengan
jenis propotionate stratified random sampling (sampel acak berstrata).
Adapun yang menjadi sampel yang digunakan untuk pengukuran
kuesioner adalah karyawan pada butik di Istana Plaza Bandung. Sedangkan untuk
2
Jika penelitian menggunakan metode deskriptif, maka minimal tingkat
kesalahan dalam penentuan anggota sampel yang harus diambil adalah 10% dari
jumlah populasi yang diketahui. Peneliti menentukan tingkat kesalahan sebesar
10% sehingga jumlah sampel yang diambil 65 karyawan. Selanjutnya jumlah
sampel sebesar 65 tersebut dialokasikan secara proporsional pada masing-masing
Butik dan hasilnya sebagai berikut.
Tabel 3.4
Rincian Pengalokasian Sampel Pada Masing-Masing Butik
Nomor Nama Butik Jumlah Responden
Nomor Nama Butik Jumlah Responden
18 This One 3
19 Galeri Carla 2
20 Magnolia 3
21 Colour Box 3
22 Love Letter 3
Total 65
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2009:145) mengemukakan
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi digunakan bila
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan lain-lain.
Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan secara
langsung tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas, (Umi Narimawati dkk, 2010:40). Penulis melakukan wawancara
langsung dengan pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan informasi yang
kewirausahaan dan motivasi serta kinerja uasaha. Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan kepada para karyawan butik di Istana Plaza Bandung.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya, (Sugiyono, 2009:142).
Teknik pengolahan data hasil kuesioner menggunakan skala likert dimana
alternatif jawaban bernilai 5 sampai dengan 1. Kuesioner berisi daftar
pertanyaan yang ditujukan kepada responden mengenai Jiwa kewirausahaan
dan motivasi serta kinerja usaha. Berikut ini merupakan skala Likert yang
terdapat pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Skala Likert
Jawaban Skala Nilai
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber : Sugiyono (2009:94)
4. Dokumentasi
Dokumentasi ini merupakan metode penelitian yang dilakukan dengan