DATA PRIBADI
PENDIDIKAN FORMAL
Nama : Nopella Sitanggang
Tempat Tanggal Lahir : Medan 01 November 1988 Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Golongan Darah : B
Alamat : Jl. Sukamulya No. 22, RT:03/RW:10, Kel. Kopo , Kec. Bojongloa Kaler, Bandung.
Telepon : 082126082228
Email : accapella.sitanggang@yahoo.com
Pendidikan Nama Instansi Tahun Ajaran
Kuliah
Universitas Komputer Indonesia ( Jurusan Teknik Arsitektur )
Jl. Dipati Ukur, Bandung
2007- Sekarang
SMA SMA Pahlawan Toha Bandung 2004-2007
SMP SMP.Negeri 24 Bandung 2001-2004
PENGALAMAN ORGANISASI
KEMAMPUAN PENGALAMAN kERJA 2007-2008 : PMK Unikom.
2002-2004 : PMR SMP Negeri 24 Bandung
Wirausaha
1. Operasi Aplikasi Komputer
Microsoft Office
Auto Cad
Google Sketch Up
Adobe Photoshop
Nopella Sitanggang (104.070.10) i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kasih dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan
Ar-38313S studio tugas akhir yang berjudul “Museum Tekstil Bandung”. Penulisan laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat wajib untuk memenuhi gelar sarjana S1 dengan bobot 8 sks
dari Program Studi Sarjana, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik
dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
Sejak masa persiapan, penyusunan hingga penyelesaian tugas
akhir ini, penulis mendapat banyak bantuan berupa saran, kritik,
bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak.
Dengan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi–tingginya
serta ucapan terima kasih atas segala upaya dan telah sudi meluangkan
waktu serta bimbingan sehingga tersusunlah laporan tugas akhir ini,
khususnya yang terhormat :
1. Dr. Salmon P. Martana ST., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Arsitektur Fakultas Teknik & Ilmu Komputer UNIKOM atas
bimbingan dan arahannya.
2. Firman Irmansyah.ST.,MT. Selaku Pembimbing tugas akhir
3. Dhini D,Tartanto Ir,.MT, Selaku ketua coordinator tugas akhir
4. Untuk keluarga, teman-teman, dan pihak-pihak lain yang telah
banyak membantu dan memberikan dukungan dalam penyususan laporan
tugas akhir ini.
Akhir kata penulis berharap adanya masukan serta saran yang
bersifat konstruktif untuk perbaikan laporan ini.
Bandung, Agustus 2013
Nopella Sitanggang (104.070.10) i
DAFTAR ISI ABSTRAKSI………..i
KATAPENGANTAR……….ii
DAFTAR ISI……….iii
DAFTAR TABEL………..vi
DAFTAR GAMBAR ………vii
DAFTAR LAMPIRAN………..vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………1
1.2. Maksud dan Tujuan Perancangan Museum Tekstil………..3
1.2.1.Maksud………3
1.1.1 Tujuan………...3
1.1.2 Potensi……….4
1.1.3 Manfaat Penelitian……….4
1.1.4 Sasaran Pengguna………..4
1.1.5 Asumsi……….5
1.1.6 Masalah Perancangan………..5
1.1.7 Pengolahan……….5
1.1.8 Lingkup Batasan………....5
1.3. Kerangka Berpikir………...6
1.4. Metoda Perancangan………...…...7
Nopella Sitanggang (104.070.10) ii
BAB II DESKRIPSI PROYEK PERANCANGAN MUSEUM 2.1. Deskripsi Proyek………...……...…..9
2.1.1. Latar belakang pemilihan lokasi……….10
2.2. Studi Literatur………...……...…..11
2.2.1. Pengertian Museum. ………..11
2.2.2. Sejarah Museum………...11
2.2.3. Fungsi Museum……….12
2.2.4. Tipologi Museum……….13
2.3. Pengertian Tekstil……….13
2.3.1. Program Kegiatan……….………..16
2.4. Studi Banding……….16
2.4.1. Museum Tekstil Jakarta………...16
2.5. Studi Banding……….…………..………...16
2.5.1. Museum Tekstil Jakarta……….….………16
2.6. Fasilitas………...17
2.7. Sejarah………...21
2.7.1. Denah……….…...24
2.8. Museum Sri Baduga………...……….…….25
2.8.1. Sejarah Museum sri baduga……….……25
2.8.2. Fasilitas……….…....27
2.9. Museum Tekstile nagara. Malaysia. ………..……30
2.9.1. Pameran Galeri……….…….30
2.9.2. Kesimpulan studi banding. ………....35
2.9.3. Pencahayaan dan Penghawaan……….………..……..38
2.9.4. Ergonomi dan Tata Letak………..……...38
2.9.5. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer……….39
Nopella Sitanggang (104.070.10) iii
BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. ……….…42
3.1.1.. Pengertian ruang aktif………42
3.2. Interpretasi tema………42
3.3. kajian teori tema. ………..…….44
BAB IV ANALISIS MUSEUM TEKSTIL BANDUNG 4.1. Analisis Tapak………51
4.2. Analisis Pencapaian ………52
4.3. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan……….53
4.4. Analisis zona dalam tapak………54
4.5. Analisis Bangunan……….55
4.6. Hubungan Antar Ruang………55
4.7. Program Ruang………..58
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1.Konsep Dasar……….……….66
5.2.Tata letak………67
5.3.Sirkulasi………..69
5.4.Konsep Atap………...70
5.5. Konsep Fasad………...71
5.6.Utilitas.………...71
BAB VI HASIL RANCANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Nopella Sitanggang (104.070.10) iv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Kerangka berpikir………...6
Tabel 2. Metoda perancangan……….7
Tabel 3. Produksi bahan kain………15
Table 4. Studi Banding……….35
Tabel 5. Sistem buble diagram……….55
Tabel 6. Hubungan Antar Ruang Museum Tekstil Bandung…………..55
Tabel 7. Hubungan Fasilitas Pendidikan………56
Tabel 8. Hubungan Fasiltas Kuratorial………56
Tabel 9. Hubungan Fasiltas Pameran………56
Tabel 10. Hubungan Fasiltas Operasional………57
Tabel 11. Hubungan Fasiltas penunjang………57
Tabel 12. Hubungan Keamanan Servis dan Utilitas………57
Nopella Sitanggang (104.070.10) v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta lokasi site………...9
Gambar 2. Tampak depan gedung museum tekstil Jakarta. ……….18
Gambar 3. Interior utama, museum tekstil Jakarta. ………....18
Gambar 4. Interior pamer batik. ………...…...19
Gambar 5. Interior gedung workshop. ……….…19
Gambar 6. Perpustakaan. ……….….20
Gambar 7. Taman tekstil. ……….…..20
Gambar 8. Ruang peralatan tenun. ……….21
Gambar 9. Perspektif Museum Tekstil Jakarta. ……….….22
Gambar 10. Perspektif Museum Tekstil Jakarta……….….22
Gambar 11. Denah Museum Tekstil Jakarta. ………...24
Gambar 12. parkir. ………..….27
Gambar 13. perpustakaan………..….27
Gambar 14. Auditorium. ………..…28
Gambar 15. Ruang seminar. ………..……28
Gambar 16. Denah lantai 1. ………..….29
Gambar 17. Denah lantai 2. ……….…..29
Gambar 18. Tampak museum tekstil nagara. ……….…30
Gambar 19. Menenun. ……….…...31
Gambar 20. Display. ………..…..32
Gambar 21. Area pamer………...…33
Gambar 22. Pamer kain……….….….34
Gambar 23. Pamer kain……….….….34
Sumbar 24. Peta lokasi……….…….…..34
Gambar 25. Pencahayan dan Penghawaan. ………....….38
Sumbar 26. Tata letak. ……….…...39
Gambar 27. Tata letak……….….…39
Nopella Sitanggang (104.070.10) vi
Gambar 29. Ruang luar (plaza). ……….. ……..……....43
Gambar 30. Macam – macam bentuk………...47
Gambar. 31. Lingkaran Warna ………..….48
Gambar. 32. Berbagai macam Tekstur………...50
Gambar 33. Kegiatan pengunjung melihat koleksi museum…………..…50
Gambar 34. Lokasi site pada lingkungan sekitar ………....52
Gambar 35. Akses ………..….53
Gambar 36. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan. ………..….53
Gambar 37. Pembagian ruang dengan warna. ………..….54
Gambar 38. Pembangian warna. ………..….68
Gambar 39. sirkulasi denah……….……....69
Gambar 40. sirkulasi perpekstif………...….69
Gambar 41. Arah atap miring………...…70
Gambar 42. Arah atap.. ……….…...70
Gambar 41. utilitas ………...….72
Gambar 42. Museum museum dibandung ……….…...73
Gambar 44. tampak dari arah barat. ………...73
Gambar 45. tampak dari arah selatan……….73
Gambar 46. tampak dari arah timur……….74
Gambar 47. tampak dari arah utara………...….74
Gambar 48. Ekterior dari arah barat ………..…74
Gambar 49. Ekterior, suasana diruang terbuka, Plaza. ………..…....74
Gambar 50. Ekterior cafetaria………..…....75
Gambar 51. Ekterior gedung penelola ……….….…....75
Gambar 52. Pasad gedung utama ………..………….……..75
Gambar 53. Interior, suasana pergerakan orang dan area display yang ada dilantai 3. ………..…..76
Nopella Sitanggang (104.070.10) vii
Gambar 55. Interior, suasana pergerakan orang dan area display dilantai
Nopella Sitanggang (104.070.10) 77
Daftar Pustaka.
- Struktur ekonomi Regional Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah. ( BPPMD ) Jabar. (RTRW Kota Bandung 2013.
- Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press.
- Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar pengembangan Strategi serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
- Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2006). Pedoman
Pengelolaan Museum. Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
- Noor Fitrihana, pengetahuan tekstil, batik jogya. - Museum tekstil jakarta.
- Data arsitek. - D.K.ching.
- Wawan Yogaswara Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi Direktorat Museum
- Autocad dan Googlemap
- Kriya tekstil, mila karmila, S.pd.,M.ds.dan Dra,Marlina, M.si. - http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/21/pengetahuan-tekstil/ - http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php#tupoksi.
- http://www.bubblesgoestravel.com/2010/10/muzium-tekstil-negara-national-textile.html.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan
dalam penciptaan sekaligus, pelestariannnya, keluhuran dan kemajuan
suatu budaya menandakan keluhuran dan kemajuan akal budi
manusia sebagai pelaku kebudayaan tersebut. Dari unsur-unsur
budaya tersebut banyak karya-karya manusia dikoleksi atau di
Museumkan salah satunya Tekstil.
Tekstil merupakan kebutuhan utama manusia, dalam
perkembangannya Tekstil menjadi penanda atas keberadaan suatu
kelompok masyarakat sekaligus status sosial seseorang dalam
kelompok masyarakat tersebut. Tekstil kemudian menjadi hasil salah
satu budaya yang mencerminkan buah pemikiran kompleks suatu
kelompok masyarakat beserta latar belakang pembentuknya yang
mampu menegaskan identitas kelompok masyarakat tersebut dalam
bentuk yang representatif
Hingga kini Kota Bandung dan sekitarnya masih menjadi pusat
industri perstekstilan modern dan garmen. Perkembangan industri
tekstil di Bandung mulai sejak pengembangan tekstil tradisional hingga
kini lebih mengarah ke pengembangan tekstil modern, merupakan
kumpulan fenomenal dalam dunia industri tekstil di Bandung yang tidak
hanya berpengaruh pada perkembangan industri tekstil di Bandung,
namun juga turut mempengaruhi perkembangan industri tekstil
nasional. Dengan kata lain, melacak dan merunut ( bertahap-tahap)
jejak perkembangan tekstil Bandung sama dengan mengurai dan
menengarai sebagian asal-usul tekstil yang berkembang sampai
sekarang. Lebih dari itu, makna maupun kondisi fisik dari desain tekstil
semestinya dapat digunakan untuk melihat kebudayaan apa saja yang
masuk, mempengaruhi, dan akhirnya melekat menjadi kebudayaan
Nopella Sitanggang (104.070.10) 2
Kini, industri tekstil sandang Bandung menjadi sektor yang akan
terus dikembangkan dan menjadi sektor penunjang promosi Kota
Bandung. Sementara itu, persaiangan industri tekstil sandang dalam
ranah internasional di era globalisasi ini menuntut peningkatan mutu
dari produk tekstil dalam negeri.
Selain tuntutan peningkatan mutu dari segi penguasan teksnis
produksi, kenyataannya industri tekstil global juga menuntut
perancangan sekaligus perancang tekstil untuk mendorong perubahan
dari persaingan nasional ke arah komunitas global dengan tetap
memelihara jatidiri kebudayaannya.
Menilik visi dan misi kota Bandung sebagai ibu kota dan pusat
industri tekstil dan garmen di Bandung dalam RTRW Kota Bandung
2013, pemerintah kota Bandung melihat adanya potensi dari
kegiatan-kegiatan perkotaan dimana komoditas tekstil, wisata belanja, dan
wisata pendidikan menjadi tiga hal terkait sebagai daya tarik tersendiri
bagi wisatawan domestik mapun luar negeri yang akan terus
dikembangkan.
Disamping itu, banyaknya pengusaha tekstil dan garmen, serta
Perguruan Tinggi maupun Sekolah Menegah Kejuruan yang membuka
jurusan maupun secara khusus memusatkan pendidikannya dalam
bidang tekstil di Bandung khususnya, menjadi potensi bagi dunia
industri tekstil dan garmen untuk memberi asupan referensi dan
menyediakan wadah bagi sumber daya Manusia-nya untuk dapat terus
berapresiasi dan memiliki acuan dalam mengembangkan mutu
produksi tekstil. Berdasarkan kebutuhan dan kondisi-kondisi potensial
dari Kota Bandung pusat industri tekstil, dapat disimpulkan bahwa
terdapat kebutuhan untuk mempromosikan tekstil Bandung disamping
kebutuhan akan wadah untuk menampung kegiatan wisata belanja dari
komoditas tekstil Maka diperlukan sebuah wadah atau Museum.
Museum ini sebagai wadah bagi Sumber Daya Manusia
sebagai industri tekstil Bandung, terutama untuk berapresiasi dan
Nopella Sitanggang (104.070.10) 3
tekstil Bandung, dalam hal ini memperoleh wawasan dan informasi
mengenai dunia tekstil yang cukup dan layak. Lebih dari itu,
dibutuhkan wadah untuk berapresiasi dan berkaca kembali kepada
nilai nilai budaya lokal beserta jejak-jejak historisnya untuk
meningkatkan rasa memiliki terhadap kearifan lokal dan menegaskan
identitas diri di tengah globalisasi. Berdasarkan RTRW Kota Bandung
tahun 2013 dan interpretasi dari fungsi-fungsi dalam arsitektur, dalam
perkembangannya fungsi museum merupakan fungsi yang mampu
memenuhi kebutuhan dan mengakomodasi potensi-potensi yang telah
disebutkan di atas. Berdasarkan dari latar belakang diatas maka,
dipilihlah kasus Museum Tekstil Bandung sebagai penjabaran dari
kebutuhan dan potensi-potensi tersebut.
1.2. Maksud dan Tujuan Perancangan Museum Tekstil
1.2.1. Maksud
a. Untuk mewadahi kalangan pecinta atau komunitas Tekstil yang ada di Kota Bandung maupun luar Bandung.
b. Menjadikan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas.
c. Mengadakan event-event setiap bulan.
d. Mengadakan Acara Pameran Tekstil.
e. Ruang publik untuk masyarakat
f. Menjadikan pertunjukan fashion untuk kalangan dunia mode.
g. Sebagai area workshop tekstil Bandung.
1.2.2. Tujuan
1. Museum yang bisa mewadahi karya-karya masyarakat, mahasiswa,
yang nantinya bisa menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat
luas.
2. Pusat penyimpanan barang Tekstil yang sudah langka dan unik 3. Memberikan pengetahuan bagi pengunjung supaya mengetahui
cara cara membuat tekstil dan ikut berpartisipasi dalam mendesain atau merancang kain.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 4
5. Berusaha untuk menggali, melestarikan, memelihara, dan
mengembangkan tekstil-tekstil yang ada dibandung maupun luar
Bandung, yang berupa hasil kreativitas masyarakat. Tercapainya
tujuan tersebut tentunya akan menjadi salah satu kebanggaan
tersendiri, serta memiliki fungsi.
1.2.3. Potensi
1. Potensinya menjadikan kawasan pengetahuan, sejarah dan
berwisata. Yang bisa membuat kota bandung bisa dikenal
masyarakat luar lewat tekstil.
2. Sebagai galeri karya karya mahasiswa yang berhubungan dengan
tekstil.
1.2.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pemikiran ini
adalah dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu
terutama yang berhubungan dengan industri tekstil. dan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu
langkah kebijaksanaan
1.2.5. Sasaran Pengguna
Pengguna museum tekstil bandung yaitu :
1. Pengunjung
2. Mahasiswa atau pelajar sekolah atau perguruan tinggi yang
memiliki spesifikasi khusus dibidang tekstil atau memiliki program
studi yang berkaitan dengan tekstil
3. Desaigner tekstil
4. Pengamat tekstil
5. Budayawan
6. Pedagang tekstil
7. Industriawan tekstil
Nopella Sitanggang (104.070.10) 5
9. Peminat atau pencinta tekstil
10.Wisatawan
11.Pengelola
12.Merawat dan penjaga benda – benda koleksi.
1.2.6.Asumsi
1. Tanah ( berada di wilayah pemukiman yang sudah dibebaskan )
2. Untuk pendanaan belum diketahui
3. Dana pemerintah daerah Kota Bandung/ maupun pihak swasta.
4. Lahan datar tidak berkontur.
1.2.7.Masalah Perancangan
Menciptakan kebutuhan ruang dengan bentuk yang dapat
membaur serta mampu membaurkan konteks – konteks lingkungan
sekitarnya. Menciptakan ruang pamer yang menarik, informatif dan
interaktif dengan suasana yang kondusif untuk berapresiasi,
berkomunikasi, membantu pengunjung, mengalami pengalaman
intelektual serta mengakomodasi perkembangan koleksi.
1.2.8.Pengolahan
Pencahayaan alami dan digital khususnya untuk ruang pamer.
Cara memajang koleksi yang sesuai dengan dimensi, bentuk bahan,
informasinya tersampaikan, serta ergonomis bagi pengunjung.
1.2.9.Lingkup Batasan
Lingkup perancangan dari kasus ini adalah Perancangan
Arsitektur Museum Tekstil sandang Bandung yang mengakomodasi
kebutuhan pengiat tekstil, masyarakat umum akan fasilitas publik
untuk pameran pendidikan rekreasi serta promosi tekstil sandang
Nopella Sitanggang (104.070.10) 6
2 Museum di Indonesia yang selalu sepi pengunjung
Nopella Sitanggang (104.070.10) 7
1.4. Metoda Perancangan
Tabel 2. Metoda perancangan
Pengamatan langsung dan Studi Literatur Studi Banding standar
Survei lahan persyaratan teknis Wawancara definisi dan
interprestasi proyek, peraturan, rencana dan kebijakan kota provinsi
Latar Belakang
Visi Misi Proyek
Visi. Museum yang bisa wadah bagi masyarakat maupun mahasiswa melalui hasil karya tekstil sandang. Misi. Menjadikan pusat
pengetahuan, pelatihan, tentang tekstil sandang.
Analisis Lahan Tapak Fungsi
Masalah Perancangan
Kriteria Perancangan
- Penciptaan ruang konteks – konteks yang ada
disekitarnya
- Mengakomodasi
Penambahan koleksi, keamanan dan
kenyamanan pengguna
Konsep Utama Perancangan
Nopella Sitanggang (104.070.10) 8
1.5. SISTEMATIKA LAPORAN
Bab I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan uraian tentang latar belakang, maksud
dan tujuan perancangan, asumsi-asumsi, permasalahan perancangan,
pendekaran perancangan, lingkup perancangan, kerangka berpikir,
dan sistematika pembahasan.
Bab II Deskripsi Proyek
Terdiri atas uraian umum mengenai proyek, tinjauan proyek,
program kegiatan, kebutuhan ruang, hubungan fungsional, persyaratan
teknis, studi banding kasus sejenis, dan kesimpulan.
Bab III Elaborasi Tema
Berisi latar belakang pemilihan tema, interpretasi tema dan
elaboorasi tema, studi banding tema sejenis serta kesimpulan dari
studi banding.
Bab IV Analisis
Berisi pengertian kasus, analisis kegiatan, analisis hubungan
fungsional, analisis program ruang, dan persyaratan teknis ruang,
analisis eksisting lahan mel liputi analisis kondisi alam, analisis tata
guna lahan, analisis konteks lingkungan sekitar, analisis orientasi
lahan, analisis aksesibilitas, analisis citra kawasan, dan analisis tata
bangunan.
Bab V Konsep Perancangan
Merupakan uraian mengenai landasan konseptual yang
diterapkan dalam proses perancangan, diantaranya : konsep
pemintakatan, konsep rancangan massa, konsep rancangan ruang
Nopella Sitanggang (104.070.10) 9
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERANCANGAN MUSEUM
2.1.Deskripsi Proyek
Judul : Museum Tekstil Bandung
Status Proyek : Fiktif
Lokasi : Jl. Jakarta. Kelurahan. Kebonwaru. Batu Nunggal. wilayah Karees. Bandung.
Luas Lahan : 11250 m2 Luas bangunan : 5625m2 KDB : 50 %
KLB : 1.5 GSB : 8 m
Batas-batas wilayah lokasi proyek.
Utara : lembaga permasyarakatan kebon waru, STT.Tekstil, Kantor
Perhutani.
Barat : Kantor Pos Indonesia, Pemukiman
Timur : Kantor Kejaksaan, Gudang Garmen
Selatan : Pabrik dan Pemukiman.
Studi lokasi.
Gambar 1. Peta lokasi site Sumber googlemap.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 10
2.1.1. Latar belakang pemilihan lokasi
a. Kriteria menurut sejarah.
Berdasarkan nilai sejarah memiliki kriteria sebagai berikut.
1. Lokasi memiliki nilai sejarah secara planologis
2. Lokasi memiliki nilai sejarah yang relevan terhadap nilai koleksi
b. Kriteria menurut sistem kegiatan masyarakat
1.Lokasi dihubungkan dengan lingkungan yang bersifat community
center.
2. Lokasi dihubungkan dengan kedekatan terhadap pendidikan.
3. Lokasi dihubungkan dengan lokasi yang masih berkembang.
c. Berdasarkan hasil survey lapangan.
1. Lokasi dekat dengan pendidikan. ( Sekolah Tinggi Teknik Tekstil )
2. Bandung, STIMK AMIKOM, lembaga permasyakatan kebon waru
3. Lokasi dekat dengan pemukiman masyarakat.
4. Dekat dengan pabrik garmen.
5. Dekat dengan kantor pemerintahan.
6. Lokasi berada dipusat perkotaan.(urban)
7. Untuk pencpain kelokasi mudah diakses.
8. Kondisi lingkungan yang ramai dan padat
d. Table perhitungan luas lahan lokasi site proyek museum tekstil
Bandung.
Luas lahan 11250 x kdb 50% = 5625m2 luas bangunan
Klb 1.5 x luas lahan 11250m2 = 16875m2 luas lantai bangunan
Luas lantai bangunan 16875m2 : 5625 m2 = 3 lantai.
Keterangan Luas lahan Luas
bangunan
Jumlah
lantai
Gsb
Nopella Sitanggang (104.070.10) 11
2.2. Studi Literatur
2.2.1. Pengertian Museum.
Menurut Perpem Nomor 19/1995 Museum adalah lembaga
penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti
material manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya
perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum
adalah sebuah lembaga yang rumah dan peduli untuk koleksi artefak
dan benda-benda lain yang penting ilmiah, seni, atau sejarah dan
membuat mereka tersedia untuk dilihat publik melalui pameran yang
mungkin permanen atau sementara.
Museum berdasarkan definisi yang diberikan International
Council of Museum disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba,
melayani kebutuhan publik dengan sifat terbuka dengan cara
melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset,
mengomunikasikan dan memamerkan benda nyata kepada
masyarakat.
Untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.Karena itu
ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi
kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran
imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei
diperingati sebagai hari Hari Museum Internasional.
Museum di Indonesia berdiri pada tanggal 24 april 1778 yang
dipelopori oleh Bataviaacsh Genootschap Van Kunsten
Wetenschaapen yaitu pencinta seni dan ilmu pengetahuan bangsa
Eropa yang tinggal di Batavia (Jakarta).
2.2.2. Sejarah Museum
Museum awal dimulai sebagai koleksi pribadi orang kaya,
keluarga atau lembaga-lembaga seni dan benda-benda alam yang
jarang atau penasaran dan artefak. Ini sering ditampilkan dalam apa
yang disebut kamar atau lemari heran keingintahuan. Akses publik
sering mungkin untuk "terhormat", terutama untuk koleksi seni pribadi,
Nopella Sitanggang (104.070.10) 12
dibukti adalah museum Ennigaldi-Nanna itu, berasal dari c. 530 SM
dan dikhususkan untuk Mesopotamia antik, itu tampaknya memiliki lalu
lintas yang cukup untuk surat perintah label untuk
koleksimemerintahkan.
Museum publik tertua di dunia dibuka di Roma selama
Renaissance. Namun, museum yang signifikan di dunia itu tidak
didirikan sampai abad ke-18 dan Abad Pencerahan: Museum
Capitoline, koleksi publik seni tertua di dunia, dimulai pada 1471 ketika
Paus Sixtus IV menyumbangkan sekelompok patung kuno penting bagi
orang-orang Roma. Museum Vatikan, museum tertua kedua di dunia,
jejak asal-usulnya ke koleksi patung publik ditampilkan dimulai pada
1506 oleh Paus Julius II.
2.2.3. Fungsi Museum
Museum memiliki banyak fungsi yang menjadikan Museum
sangat penting diperhatikan oleh semua kalangan. Fungsi Museum
yaitu :
1. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian
benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
2. Melakukan urusan perpustakaan dan dokumentasi ilmiah.
3. Memperkenalkan dan menyebar luaskan hasil penelitian koleksi
benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
4. Melakukan bimbingan edukatif cultural dan penyajian rekreatif benda
yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah. Dalam makalah ini saya
akan membahas tentang fungsi Museum dalam pembelajaran Sejarah
baik di tingkat Sekolah ataupun tingkat Perguruan Tinggi. Dalam hal
ini fungsi Museum yang akan saya ulas adalah fungsi museum poin
ke empat yaitu Melakukan bimbingan edukatif cultural dan penyajian
rekreatif benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
2.3.4. Tipologi Museum
Museum Dibagi Menjadi beberapa hal Tipologi yaitu: 1.Berdasarkan Materi Koleksi
Nopella Sitanggang (104.070.10) 13
3. Museum ilmu pengetahuan 2.Berdasarkan arsitektur
1. Museum dalam bentuk istana dan kuil 2. Museum yang berasal dari monumen
2. Museum baru ( dirancang dan direncanakan sebagai museum) 3.Berdasarkan cara penyajian
2. Museum daerah atau kota
5.Berdasarkan museum khusus 1.Museum terbuka
2.Museum ana-anak dan lain-lain
Berdasarkan klasifikasi tipologi diatas, maka museum tekstil dapat dimasukkan sebagai klasifikasi museum seni dan sejarah, komunikatif, interaktif, rekreatif.
2.4. Pengertian Tekstil
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah
menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana
dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk
serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat
dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkanmenurut
jenisnya sebagai berikut:
1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen,
benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)
2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna,
bermotif/bergambar
4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang
Nopella Sitanggang (104.070.10) 14
Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan
modal dasar bagi mereka yang akan terjun di Industri tekstil dan
fashion Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat
diperlukan untuk mengenali, memilih, memproduksi,menggunakan dan
merawat berbagai produk tekstil seperti serat, benang, kain, pakaian
dan tekstil lenan rumah tangga lainnya. Karakteristik dan sifat bahan
tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya.
Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh
proses pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari
benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses
penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Oleh karena itu untuk
memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan
tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik
pengolahannya menjadi bahan tekstil.
Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses
pengolahannya baik dari sisi penmilihan peralatan , prosedur
pengerjaan maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama
proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang.
Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki,
meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat
tersebut sehingga menjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan
pemakaiannya.
Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil.
Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki
sifat-sifat sebagai berikut
1.Perbandingan panjang dan lebar yang besar
2.Kekuatan yang cukup
3.Fleksibilitas tinggi
4.Kemampuan Mulur dan elastis
5.Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6.Memiliki daya serap terhadap air
Nopella Sitanggang (104.070.10) 15
8.Tidak rusak dalam pencucian
9.Tersedia dalam jumlah besar
10.Tahan terhadap zat kimia tertentu
Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat
menjadi produk tekstil dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 3. Proses produksi bahan kain
sumber : Noor Fitrihana, pengetahuan tekstil, batik jogya.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 16
2.4.1. Program Kegiatan
Kegiatan – kegiatan yang dilakukan di museum tekstil adalah
1. Pameran
a. Pameran tetap / permanent
b. Pameran temporer
2. Kegiatan Pendidikan
a. Kursus
b. Pelatihan
c. Seminar
d. Penyediaan yang disediakan pengelola dan akses informasi
dalam bentuk cetak maupun non cetak
3. Kegiatan kuratorial dan konservasi
4. Pencatat dana dan dokumentasi
5. Kegiatan operasional mengelola museum secara keseluruhan dan
menjaga hubungan antar fungsi dalam museum
6. Kegiatan Penunjang ( kegitan yang mendukung museum secara
finasial )
2.5. Studi Banding
2.5.1. Museum Tekstil Jakarta
Museum Tekstil Jakarta merupakan sebuah lembaga edukatif
kultural yang mengemban misi untuk melestarikan budaya tekstil
tradisional Indonesia. Sebagai satu-satunya Museum Tekstil di Jakarta
dan pertama di Indonesia yang memiliki tugas khusus tersebut,
Museum Tekstil senantiasa berupaya untuk menjalankan fungsinya
melalui berbagai program kegiatan yang digelar bagi publik.
Adapun aktivitas yang digelar oleh Museum Tekstil antara lain
pameran (koleksi museum maupun koleksi pihak ketiga); seminar,
diskusi dan workshop tentang tekstil; penyuluhun bagi para pelajar;
penelitian koleksi ke berbagai daerah maupun kepustakaan; perawatan
koleksi museum; pelayanan konservasi tekstil dan aneka pelatihan
Nopella Sitanggang (104.070.10) 17
Visi : Menjadikan Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi
pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah,
seni-budaya, penunjang pendidikan, media informasi dan sebagai
rekreasi edukatif-kultural yang menjadi salah satu acuan dan
referensi bagi proses pembangunan bangsa.
Misi : Melakukan usaha-usaha pelestarian alam baik hewani maupun
nabati dalam hal yang berkaitan dengan budaya pertekstilan di
Indonesia, melakukan kegiatan inventarisasi sumber-sumber daya
alam sebagaimana tersebut di atas dan koleksi-koleksi tekstil
tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia berikut bentuk dan
ragamnya, melakukan kegiatan dokumentasi,penelitian-penelitian,
dan melakukan penyajian informasi dan mengkomunikasikannya
kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi
kepentingan masyarakat yang lebih luas. Kami sangat berharap
agar segenap masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas
serta aktivitas yang ada di Museum Tekstil.
2.6. Fasilitas.
Gedung Museum Tekstil yang merupakan salah satu cagar
budaya di Kota Jakarta berdiri megah di atas tanah seluas 2 Ha,
ditunjang juga dengan fasilitas-fasilitas lainnya bagi kepentingan
museum dan masyarakat.
1. Gedung Utama
Nopella Sitanggang (104.070.10) 18
Fasad gedung museum tekstil Jakarta, yang merupakan rumah
tinggal bangsawan. Bentuk fasad adanya gaya arsitektur Eropa,
Betawi dengan atap miring yang merupakan daerah tropis.
2. Ruang Display
Gambar 3. Interior utama, museum tekstil Jakarta. Sumber : Dokumentasi Pribadi.
Interior museum tekstil Jakarta, tempat meletakkan benda koleksi berada di tengah tengah area utama dan penerangan buatan secukupnya.
3. Gedung Galeri Batik
Gambar 4. Interior pamer batik. Sumber : Dokumentasi Pribadi.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 19
4. Gedung Workshop Center (Pendopo)
Gambar 5. Interior gedung workshop. Sumber : Dokumentasi Pribadi.
Digedung workshop telah disediakan alat-alat tenun tradisional
yang nantinya para pengunjung bisa mempelajari cara menenun dan
membatik yang dibantu oleh ahli-ahli batik.
5. Perpustakaan
Gambar 6. Perpustakaan. Sumber : Dokumentasi Pribadi.
Gedung perpustakaan yang memberikan informasi tentang pertekstilan dan sebagainya
Nopella Sitanggang (104.070.10) 20
6. Taman Pewarna Alam.
Gambar 7. Taman tekstil. Sumber : Dokumentasi Pribadi.
Ditaman tekstil memberikan pengetahuan tentang tanaman-tanaman tekstil, dan juga sebagai ruang terbuka hijau.
7. Ruang Labolatorium & Konservasi Ruang Penyimpanan (Storage)
8. Gerai Cinderamata (Souvenir Shop)
9. Ruang Multimedia (Auditorium)
10. Ruang pengenalan wastra
11. Ruang Betawi
12. Mini Teater
13. Ruang Rapat
14. Musholla
15. Mushalla
16. Taman Wastra Jamu Alami”Honcoro”
17. Area Parkir
Nopella Sitanggang (104.070.10) 21
Gambar 8. Ruang peralatan tenun. Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ruang peralatan tenun, memyimpan koleksi berupa mesin mesin tenun modern dan tradisional.
2.7. Sejarah
Museum Tekstil menempati gedung tua yang dilindungi
undang-undang, memiliki nilai arsitektur kolonial dan sejarah yang memiliki
daya tarik tersendiri ditinjau dari sudut pariwisata. Gedung Museum
Tekstil pada awalnya adalah rumah pribadi seorang warga negara
Perancis (abad ke-19), yang kemudian dijual kepada seorang Konsul
Turki. Kepemilikan selanjutnya beralih kepada Karel Christian Crucq
(1942). Sewaktu Jakarta sedang dibakar semangat juang merebut
kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai markas BKR. Setelah
masa revolusi selesai, gedung ini secara berturut-turut dihuni oleh Lie
Sion Phin (1947), Departemen Sosial, sebelum pada akhirnya
diresmikan sebagai Museum Tekstil.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 22
Gambar 10. Perspektif Museum Tekstil Jakarta. Sumber : Museum Tekstil Jakarta
Gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil muncul sejak Tahun
1975 yang dilatarbelakangi sinyalemen bahwa dengan membanjirnya
tekstil modern telah banyak menggeser tekstil tradisional nusantara.
Pemrakarsa gagasan tersebut adalah Kelompok Pecinta Kain
Tradisional Indonesia Wastraprema, Bapak Ir.Safioen (saat itu selaku
Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian). Gubernur DKI Jakarta pada
waktu itu dijabat oleh Bapak Ali Sadikin mendukung upaya ini dan
menyediakan tempat bagi museum yang akan didirikan yaitu gedung
yang berada di Jl. KS Tubun No. 4 Petamburan, Jakarta Barat. Pada
tanggal 28 Juni 1976 gedung ini diresmikan sebagai Museum tekstil
oleh Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara pada saat itu) dengan disaksikan
oleh Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.
Pada tahun 1998 Pemda DKI Jakarta melakukan perluasan
areal Museum Tekstil ke sebelah timur dan sekaligus menjadikan
gedung tua di Jl KS Tubun No. 2 tersebut sebagai sarana penunjang
kegiatan museum dengan menampung partisipasi masyarakat untuk
turut mengembangkan tekstil kontemporer yang berkembang di
Indonesia, sehingga gedung ini diberi nama Galeri Tekstil
Kontemporer. Gedung II diresmikan penggunaannya pada tanggal 21
November 2000, ditandai dengan berlangsungnya kegiatan perdana
Nopella Sitanggang (104.070.10) 23
Tekstil dengan Wastraprema dan Yayasan Mitra Museum Indonesia.
Selanjutnya berturut-turut pernah diselenggarakan juga kerja sama
kegiatan dengan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika
(PPIA), Pusat Kebudayaan Perancis, Pusat Kebudayaan Meksiko,
serta beberapa lembaga/kelompok masyarakat lainnya.
Koleksi awal yang dihimpun di Museum Tekstil diperoleh dari
sumbangan Wastraprema (sekitar 500 koleksi), selanjutnya makin
bertambah melalui pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah/ Dinas
Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta
sumbangan dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 24
2.7.1.Denah
Gambar 11. Denah Museum Tekstil Jakarta. Sumber : Museum Tekstil Jakarta
Berdasarkan dari denah, pembagian ruang-ruang dan
fasilitas-fasilitas diurutkan dari gedung utama, gedung pengelola dan fasilitas-fasilitas
pendukung. Semua ruangan saling terhubung namun gedung
Nopella Sitanggang (104.070.10) 25
2.8. Museum Sri Baduga
2.8.1. Sejarah Museum sri baduga
Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sebagian besar
didiami oleh orang Sunda, oleh karena itu sering disebut Tatar sunda
atau Tanah Sunda. Dari perjalanan sejarah dan lingkup geografis
Budaya Jawa Barat secara umum berada pada lingkup budaya Sunda,
sebagai budaya daerah yang menunjang pembangunan kebudayaan
nasional.
Wilayah yang sarat dengan ragam budaya serta didukung oleh
kultur alam dan kultur sosial yang kondusif sehingga terlahir ragam
budaya. Wilayah yang strategis berakibat pada terjadinya berkembang
dan adanya perubahan budaya yang merupakan dampak dari
globalisasi yang ditandai dengan adanya revolusi dalam bidang
informasi, komunikasi, dan transportasi. Hal tersebut memacu kita
untuk mengambil langkah dan strategi secara bijak untuk
menempatkan serta memposisikan citra seni budaya daerah untuk
tetap hidup dan berkembang di tengah.
masyarakat. Tinggalan kebudayaan yang bernilai tinggi banyak
tersebar di Kawasan Jawa Barat, baik yang hampir punah maupun
yang masih berkembang hingga kini. Perkembangan kebudayaan
berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasangsurutnya pola
kehidupan. Dengan perkembangan tidak sedikit pengaruh budaya luar
yang masuk. Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat pada
posisi strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup
tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses
kepunahan budaya asli Jawa Barat, maka pemerintah mengambil
kebijakan untuk mendirikan Museum Negeri Jawa Barat .
Pembangunannya dimulai sejak tahun 1974 dengan lokasi
Nopella Sitanggang (104.070.10) 26
Tegallega. Sebagian dari bangunan asli tersebut tetap dipelihara
kelestariannya dan digunakan sebagai kantor administrasi.
Peresmian penggunaan Museum Negeri Jawa Barat baru
dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI , Dr. Daud Joesoef didampingi oleh Gubernur Kepal;a
Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1
April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama "Sri
Baduga" Raja yang memerintah di Pajajaran. Pada era Otonomi
Daerah (OTDA) berdasarkan Perda No.5 Tahun 2002 sebagai Unit
Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propisi
Jawa Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri
Baduga hingga sekarang.Tugas Pokok dan Fungsi : Melaksanakan
pengunpulan, perawatan, penelitian, penyajian dan bimbingan edukatif
Visi: Museum sebagai pusat dokumentasi, informasi dan media
pembelajaran serta objek wisata budaya unggulan Jawa Barat
Misi:
1. Mengumpulkan, meneliti, melestarikan dan mengkomunikasikan
benda tinggalan budaya Jawa Barat kepada masyarakat
2. Mengembangkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas
apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya daerah.
3. Meningkatkan fungsi museum sebagai laboratorium budaya daerah
dan filter terhadap pengaruh buruk budaya global
4. Menanamkan nilai-nilai luhur budaya daerah.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 27
2.8.2. Fasilitas
1. Tempat Parkir
Gambar 12. parkir.
Sumber : http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php?idp=6 (diakses pada tanggal 15 mei 2013)
Tempat Parkir Halaman museum yang dapat digunakan sebagai
tempat parkir dengan daya tampung sampai dengan 20 buah bus
2. Ruang Perpustakaan
Gambar 13. perpustakaan.
Sumber : http://museumku.wordpress.com/2010/10/12/perpustakaan-dan-museum-biblika/(diakses pada tanggal 15 mei 2013)
Selain mengunjungi ruang pameran museum pengunjung dapat
pula melihat koleksi buku perpustakaan. Perpustakaan dibuka pada
hari Senin Sampai dengan jumat pukul 08.00 - 15.30 WIB
3.Ruang Auditorium
Digunakan sebagi ruang audio visual, dan pertunjukan berbagai
kesenian Jawa Barat baik tradisional maupun yang sedang
berkembang sekarang. Selain itu pada ruangan ini digunakan pula
Nopella Sitanggang (104.070.10) 28
ke museum untuk mendapatkan informasi pendahuluan sebelum
masuk ke ruang pameran
Gambar 14. Auditorium.
Sumber : http://museumku.wordpress.com/2011/12/08/workshop-gncm-bertema-museum-dan-masyarakat/(diakses pada tanggal 15 mei 2013)
4. Ruang Pameran Khusus
Digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiata pameran
khusus yang diselenggarakan oleh museum sendiri maupun untuk
disewakan.
5.Ruang seminar
Digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan kegiatan
seminar, saresehan ceramah dan kegiatan rapat yang diselenggarakan
oleh museum maupun untuk disewakan.
Gambar 15. Ruang seminar.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 29
6. Denah museum sri baduga
Gambar 16. Denah lantai 1. Sumber : Museum Sribaduga.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 30
2.9. Museum Tekstile Nagara Malaysia.
National Textile Museum terletak di JKR 26, Lot 50 Seksyen 70,
Jalan Sultan Hishamuddin, Kuala Lumpur, sebuah bangunan warisan
yang sebelumnya ditempati oleh berbagai departemen dan lembaga.
Bangunan yang selesai pada tahun 1896 adalah 2 ½ tingkat dengan
luas 3259 m2 dan lantai 3145,3 m2.
Gambar 18. Tampak museum tekstil nagara.
Sumber : http://www.jmm.gov.my/en/museum/national-textiles-museum(diakses pada tanggal 17 mei 2013)
2.9.1. Pameran Galeri
1. Pohon Budi Galeri
Pohon Budi juga dikenal sebagai Pohon Hayat (Pohon
Kehidupan) atau Pohon Beringin. Hal ini di sini bahwa teater kehidupan
dimulai. Pohon Budi, sebuah pohon besar yang menawarkan tempat
berlindung, menjadi simbol sejarah, siklus kehidupan dan peradaban
seperti pohon yang berkecambah dari benih, tumbuh lebih besar, dan
menghasilkan buah dalam bentuk bentuk yang berguna dan warna.
The Pohon Budi Galeri menampilkan asal-usul tekstil dari pra-sejarah
kali serta pertumbuhannya melalui perdagangan. Juga dipamerkan
adalah alat, bahan dan teknik tradisional tekstil-keputusan melalui
proses tenun, bordir, pembuatan batik, menyulam emas, merajut dan
Nopella Sitanggang (104.070.10) 31
negara seperti songket (sarung sutra dengan tenunan benang emas ke
dalamnya), Pua kumbu (bercorak tradisional multi-warna kain katun
seremonial yang digunakan oleh Iban di Sarawak), telepuk (katun
halus atau kain sutra dengan motif floral dicetak menggunakan daun
emas atau debu), tekatan (emas bordir yang dibuat oleh jahitan
benang emas untuk membuat lega
dibesarkan dengan beludru),
keringkam (bordir tradisional
Sarawak Melayu biasanya
ditemukan pada jilbab wanita),
linangkit (bordir dekoratif buatan
tangan yang menghiasi selutut rok
rakyat Lotud), kain pis (satu kaya
bordir - meter sepotong dua potong
kain menghadapi dipakai oleh
kelompok Rungus / Kadazandusun
sebagai kepala-gear), manik-manik
dekoratif dan batik.
Gambar 19. Menenun. Sumber:http://lh5.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7GHkYYbnI/AAAAAAAAGIk/hB7Wgv
Bg-xE/s1600-h/bgt5%5B4%5D.jpg (diakses pada tanggal 17 mei 2013) 2. Pelangi Gallery
Sebuah pelangi (pelangi) adalah cahaya cekung strip berbagai
warna yang muncul di langit. Dalam pengelompokan tekstil tradisional,
kain pelangi dikenal sebagai benang kerajaan multi-kain berwarna.
Warna-warna lembut meliputi hijau, pink, kuning dan biru. Pelangi
Galeri melambangkan warna-warni pelangi strip, yang dapat
berhubungan dengan berbagai kelompok etnis Malaysia yang kaya
dengan harta masing-masing tekstil. Galeri ini menunjukkan beberapa
koleksi warisan yang dipilih seperti berbagai jenis batik dan
Nopella Sitanggang (104.070.10) 32
Tionghoa, dan orang-orang dari Baba dan Nyonya, yang kaya dengan
penggunaan sutra dan benang emas dan beadings, serta motif deras
baik dan beragam etnis dan Sarawak tekstil Sabahan koleksi.
3. Teluk Berantai Galery
Teluk berantai (bays saling) merupakan motif dominan dalam
pembuatan songket Melayu. Dari hamburan bunga individu, mereka
menjadi desain pola-harmonis ketika dijahit bersama-sama seperti
kotak, sehingga menghubungkan motif individu satu sama lain. Teluk
berantai adalah simbol keintiman dan serempak orang Melayu dalam
menghasilkan warisan seni kekal sampai hari ini. The Teluk Berantai
Galeri pameran kekayaan, kemahiran dan keindahan koleksi warisan
Melayu seperti tekatan (bordir emas yang dibuat oleh jahitan benang
emas untuk membuat lega dibesarkan di beludru), kelingkan (sebuah
bordir-applique '), kain tenun (kain tenun ) kain Limar (sepotong apron
seperti terbuat dari sutra dan dikenakan di atas kain songket), kain
songket Limar tenggarung (Limar kain dengan benang emas sangat
ditekankan), kain
telepuk (katun halus
atau kain sutra dicetak
biasanya dengan motif
floral menggunakan
emas daun atau debu
emas), kain berayat
(kain scripted), dan
kostum lainnya.
Gambar 20. Display. Sumber :http://lh3.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7HanKSRWI/AAAAAAAAGJc/hzEwofx9L8g/s
Nopella Sitanggang (104.070.10) 33
4. Ratna Sari Gallery
Ratna adalah bermacam-macam berlian, emas dan perhiasan
lainnya. Sari esensi dan inti dari sebuah bagian penting dan biasanya
disebut saripati. Ratna Sari adalah istilah yang tepat mengacu pada
koleksi yang dipilih perhiasan ditanggung dari kreativitas perajin
yesteryears. The keahlian, pengrajin Melayu Cina dan India serta
kreativitas Orang Asli dan kelompok pribumi Sabah dan Sarawak telah
menghasilkan perhiasan yang dikenakan dan diwariskan selama
bertahun-tahun oleh semua ras di negara ini. The Ratna Sari Gallery
pameran barang-barang perhiasan dan perhiasan pribadi dari berbagai
kelompok etnis di Malaysia yang terbuat dari emas, perak, tembaga,
manik-manik dan tanaman, yang
dirancang untuk dikenakan di
berbagai bagian tubuh, dari
kepala sampai kaki. Di antara
mereka adalah mahkota, pemeleh
(anting-anting menjuntai), cucuk
Sanggul (pin rambut), dokoh
(kalung dengan liontin besar
cekung), pending (gesper
pinggang besar biasanya terbuat
dari perak), gelang Tangan
(gelang), caping (plate kesucian )
gelang kesemek (gelang kaki)
dan berbagai orang lain.
Gambar 21. Area pamer .sumber : http://lh3.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7GUj1-OMI/AAAAAAAAGI0/1mnfopDMx9M/s1600-h/bgt10%5B4%5D.jpg (diakses pada
Nopella Sitanggang (104.070.10) 34
5. Galeri Pelangi
Galeri menampilkan koleksi busana dan aksesoris warisan
dalam masyarakat Tionghoa, serta koleksi Baba dan Nyonya etnis
Sarawak dan Sabah.
Gambar 22. Pamer kain Sumber :
http://lh6.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7FhCQLTUI/AAAAAAAAGH8/8htOPBYbCvU/s 1600-h/bgt3%5B3%5D.jpg (diakses pada tanggal 17 mei 2013)
Gambar 23. Pamer kain Sumber :
Nopella Sitanggang (104.070.10) 35
2.9.2. Kesimpulan studi banding.
Berdasarkan data-data, wawancara dan pengamatan yang dilakukan, kesimpulan dari masing-masing studi banding adalah sebagai berikut.
Table 4. Studi Banding
Nama museum Museum tekstil
Nopella Sitanggang (104.070.10) 36
Kegiatan Pameran utama,
kuratorial. Workshop
Program ruang Ruang pamer tetap,
Ruang galeri batik
Nopella Sitanggang (104.070.10) 37
Berdasarkan kesimpulan dari atas maka didapat berupa hal tentang museum tekstil.
1. Lokasi didapat berdasarkan kebutuhan museum itu sendiri. Berada dikawasan pendidikan, pemerintahan, perdagangan, perkantoran, dan dekat pemukiman mayarakat. Museum harus mudah dijangkau dan selalu disosialisakan dan dipublikasikan, agar museum itu diketahui masyarakat luas.
2. Memberi pengetahuan tentang tekstil sandang untuk
dimensinya,supaya perletakan koleksi bisa bagus dan indah ( desain interior tiap posisi koleksi sandang terlihat menajubkan,
Nopella Sitanggang (104.070.10) 38
4. Penghawaan dan pencahayaan buatan dan alami diatur sedemikan rupa agar terlihat indah dan nyaman.
5. Gedung penunjang saling berhubungan dengan gedung pelengkap dan gedung utama saling menunjang satu sama lain.
2.9.3. Pencahayaan dan Penghawaan
1.Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama
yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses
pelapukan dari koleksi.
2.Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan
adalah 50% dengan suhu 210C – 260C.
3. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan
meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan
contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut
Gambar 25. Pencahayan dan Penghawaan. Sumber : Data Arsitek
2.9.4. Ergonomi dan Tata Letak
Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan
mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut
berperan. Berikut standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer
Nopella Sitanggang (104.070.10) 39
Gambar 26. Tata letak. Sumber : Data Arsitek
2.9.5. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat
menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi
yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada
runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 40
2.9.6. Adapun persyaratan berdirinya sebuah museum
1. Lokasi museum.
Lokasi harus strategis dan sehat (tidak terpolusi, bukan daerah
yang berlumpur/tanah rawa).
2. Bangunan museum.
Bangunan museum dapat berupa bangunan baru atau
memanfaatkan gedung lama. Harus memenuhi prinsip-prinsip
konservasi, agar koleksi museum tetap lestari. Bangunan
museum minimal dapat dikelompok menjadi dua kelompok,
yaitu angunan pokok (pameran tetap, pameran temporer,
auditorium, kantor, laboratorium konservasi, perpustakaan,
bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) dan
bangunan penunjang (pos keamanan, museum shop, tiket box,
toilet, lobby, dan tempat parker).
3. Koleksi.
Koleksi merupakan syarat mutlak dan merupakan rohnya
sebuah museum, maka koleksi harus:
a.mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai
estetika)
b.harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis
dan fungsinya.
c. harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut
berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai
sejarah.
d.dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi,
makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk
biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk
benda alam)
e.harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk
dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 41
g.harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan
(master piece)
h.harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya.
4. Peralatan museum
Museum harus memiliki sarana dan prasarana museum
berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian, seperti vitrin, sarana
perawatan koleksi (AC, dehumidifier, dll.), pengamanan (CCTV,
alarm system, dll.), lampu, label, dan lain-lain.
5. Organisasi dan ketenagaan
Pendirian museum sebaiknya ditetapkan secara hukum.
Museum harus memiliki organisasi dan ketenagaan di museum,
yang sekurang-kurangnya terdiri dari kepala museum, bagian
administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian konservasi
(perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan
masyarakat dan bimbingan edukasi, serta pengelola perpustakaan.
6. Sumber dana tetap
Museum harus memiliki sumber dana tetap dalam penyelenggaraan dan pengelolaan museum.
Nopella Sitanggang (104.070.10) 42
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1. Ruang aktif.
3.1.1. Pengertian ruang aktif.
Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam
kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau
eksterior yang didesain secara berbeda-beda yang sesuai dengan
pola kegiatan yang dilakukan didalam ruangan maupun di luar
ruangan (ruang terbuka) yang telah ditetapkan, dilingkupi, dibentuk
dan diorganisir oleh unsur-unsur massa. maka Ruang Aktif upaya
menghidupkan ruang-ruang dalam rangka pengelolaan ruang yang
efektif yang diarahkan pada tercapainya tujuan. secara leluasa
mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan suasana yang
kondusif yang memungkinkan pengunjung dapat berekspresi dengan
leluasa, menyenangkan dan penuh antusiasme serta dapat
menangkap esensi berbagai hal yang mereka pelajari.
Ruang dapat dibayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas
atau tak terbatas, keadaan kosong yang punya kapasitas dan siap
diisi. sedangkan Aktif adalah giat (bekerja, berusaha), adanya
kegiatan.
3.2. Interpretasi tema
Nopella Sitanggang (104.070.10) 43
1. Ruang aktif luar.
Ruang aktif luar yaitu ruang yang terdapat di luar bangunan.
Definisi ruang publik umum dapat diuraikan sebagai berikut :
Bentuk dasar dari ruang publik umum selalu terletak di luar massa
bangunan.Dapat dimanfatkan dan dipergunakan oleh setiap orang.
Contoh ruang publik umum adalah jalan, pedestrian, taman
lingkungan, plaza, taman kota, dan taman rekreasi
Gambar 29. Ruang luar (plaza). Sumber : Dokumentasi pribadi
2. Ruang Aktif dalam.
Adanya kegiatan didalam ruang yang berupa pertunjukan karya seni kain daerah dan koleksi tekstil.
Plaza, (ruang terbuka) digunakan
sebagai tempat berkumpulnya
Nopella Sitanggang (104.070.10) 44
ruang aktif dalam memiliki unsur-unsur perubahan, yaitu warna,
material, tekstur, bentuk display,arah (pentunjuk), pencahaayan, dan
pengaturan suhu didalam ruang, hal ini akan memberikan suatu
keunikan pagi pengunjung.
Ruang Aktif dalam, ruang yang
melakukan kegiatan
berupa melihat koleksi pakaian, belajar
menenun, mendekorasi interior dan sebagainya.
Didalam museum tekstil adanya perubahan
ruangan,perubahan ruangan tersebut berupa, area
display,pencahayaan ,dekorasi
Nopella Sitanggang (104.070.10) 45
3.3. Kajian Tema
Teori Gestalt tentang Ekspresi
Para psikolog Gestalt menduga bahwa terdapat sebuah pengalaman langsung dari kualitas ekspresi dalam persepsi terhadap garis-garis, bidang-bidang, volume ataupun massa. Mereka merumuskan bahwa pengalaman-pengalaman ini bukan hasil dari asosiasi intelektual melainkan hasil dari sebuah gaung antara proses neurologis (syaraf) dan pola-pola lingkungan. Jadi bangunan dikatakan hidup, tenang atau berat bukan karena asosiasi antara pola-pola yang ada sekarang dengan rujukan tetapi karena proses biologis dalam otak kita – Konsep Isomorphism Gestalt (lang, 1987).
Menurut interpretasi psikologi dan teori Gestalt tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa garis (line) dan bentuk (form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-makna secara langsung melalui garis itu sendiri dan bidang (Lang, 1987). Contoh-contoh dari penerapan teori ini pada Chrisler Building, ekspresi menjulang tinggi (soaring) Sydney Opera House, ekspresi gelembung (billowing) dalam gambar menunjukan ekspresi statis. Ketiganya merupakan kualitas ekspresif dari konfigurasi-konfigurasi spesifik. Interpretasi alternatif dari teori Gestalt adalah bahwa ekekspresi-ekspresi ini adalah hasil dari asosiasi-asosiasi yang dipelajari (Lang, 1987)
Nopella Sitanggang (104.070.10) 46 1. Ruang
Ruang selalu melingkupi keberadaan kita. melalui volume ruang
kita bergerak, melihat bentuk-bentuk, mendengar suara-suara,
merasakan angin bertiup, mencium bau semerbak bunga ditaman.
Itulah ruang yang terdiri dari kayu atau batu, yang sebelumnya tidak
memiliki bentuk. Bentuk ruang dimensi dan skalanya, kulitas
cahayanya semua tergantung persepsi kita atas batas-batas ruang
yang ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya. Jika ruang telah
ditetapkan, dilingkupi, dibentuk dan diorganisir oleh unsur-unsur massa
maka arsitektur menjadi kenyataan.
2. Garis
Garis merupakan kumpulan dari titik, dan garis merupakan
unsur desain yang terbentuk dari adanya goresan yang nyata sehingga
garis merupakan unsur yang paling utama. Karena dengan garis kita
dapat membuat bidang, membuat bentuk – bentuk serta dapat
menampilkan gerak, juga karena adanya perbedaan – perbedaan
garislah maka suatu desain menjadi demikian bervariasi.
Nilai dari suatu garis banyak ditentukan oleh irama serta
kemampuan mewujudkan bentuk atau massa dengan kemungkinan
yang hampir tak terbatas dalam perpaduannya dengan unsur – unsur
lain. Garis secara visual kehadirannya dapat di bedakan yaitu dapat
berupa garis lurus, garis lengkung, garis patah – patah, garis
bergelombang, garis tebal, garis tipis, garis vertikal, garis horizontal,
dan sebagainya.
3. Bentuk
Bentuk adalah suatu permukaan yang dibatasi oleh garis dan
mempunyai kesan adimensi yaitu dimensi yang memiliki panjang,
lebar dan volume. Bentuk yang terdapat pada suatu desain terdiri dari
bentuk yang terjadi atas perpaduan antara hubungan garis lurus
seperti bentuk segitiga, segi empat, lingkaran dan elips. Bentuk
Nopella Sitanggang (104.070.10) 47
Gambar 30. Macam – macam bentuk
4. Arah
Arah merupakan unsur rupa dan desain yang menghubungkan
unsur rupa dan desain yang menghubungkan bentuk dengan ruang.
Setiap bentuk dalam ruang pasti mempunyai arah terkecuali bentuk
lingkaran dan bola. Macam – macam arah, yaitu vertikal, horizontal,
diagonal, miring. Arah vertikal, horizontal dan miring akan membentuk
ruang dua dimensi, dan arah menyerong yang membuat sudut akan
lebih membentuk ruang maya karena arah serong menimbulkan kesan
seolah membentuk perspektif.
5. Warna
Warna adalah salah satu unsur seni dan desain yang secara
visual sangat menarik perhatian mata, karena dalam suatu benda yang
pertama kali dilihat dan dinikmati adalah warnanya. Warna selalu
dihubungkan dengan estetika karena selain dihayati dengan
menggunakan kepekaaan perasaan manusia. Warna juga bisa
merupakan representasi dari makna atau simbol tertentu.
Secara ilmiah dinyatakan bahwa warna merupakan gelombang -
gelombang cahaya tertentu, kita dapat mengenali suatu warna apabila
gelombang cahaya itu menyentuh retina mata, kemudian diolah
jaringan syaraf, gelombang cahaya tadi disampaikan ke otak yang
kemudian mencernanya sehingga kita dapat mengenal gelombang
Nopella Sitanggang (104.070.10) 48
Secara emosional warna dianggap memiliki sifat – sifat yang
sanggup menimbulkan kesan panas, dingin, cerah, murung dan
sebagainya.
Seorang ahli warna, Brewster mengemukakan teorinya bahwa
warna- warna merah, kuning dan biru merupakan unsur – unsur warna
tersendiri yang tidak dapat dihasilkan oleh pencampuran dari warna
apapun, karena warna – warna merah, kuning dan biru ini disebut
warna primer ( the primary colours ). Percampuran dari sepasang
warna primer tersebut akan menghasilkan warna sekunder ( the
sekunder colours ). Yang disebut juga intermediate hues atau warna
antara. Kemudian percampuran satu warna sekunder akan
menghasilkan warna tersier.
Gambar. 31. Lingkaran Warna sumber
:https://www.google.com/search?um=1&hl=en&biw=1366&bih=667&tbm=isch&sa=(di akses pada tanggal 28 mei 2013)
Dari skema lingkaran warna tersebut dapat dilihat bagaimana
terbentuknya warna sekunder dan warna tersier dari tiga warna primer.
Dengan demikian berdasarkan teori Brewster ini kita dapat mengenal
beberapa jenis warna yaitu :
a. Warna primer atau warna pokok merupakan warna utama dalam
lingkaran warna, yang diperoleh bukan dari mencampur warna –
warna yang ada. Warna primer terdiri dari : merah, biru dan kuning.
b. Warna sekunder : warna hasil campuran yang seimbang antara
warna primer dengan warna primer.
1. Warna ungu ( violet ) campuran merah dan biru.