• Tidak ada hasil yang ditemukan

Museum tekstil Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Museum tekstil Bandung"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DATA PRIBADI

PENDIDIKAN FORMAL

Nama : Nopella Sitanggang

Tempat Tanggal Lahir : Medan 01 November 1988 Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Golongan Darah : B

Alamat : Jl. Sukamulya No. 22, RT:03/RW:10, Kel. Kopo , Kec. Bojongloa Kaler, Bandung.

Telepon : 082126082228

Email : accapella.sitanggang@yahoo.com

Pendidikan Nama Instansi Tahun Ajaran

Kuliah

Universitas Komputer Indonesia ( Jurusan Teknik Arsitektur )

Jl. Dipati Ukur, Bandung

2007- Sekarang

SMA SMA Pahlawan Toha Bandung 2004-2007

SMP SMP.Negeri 24 Bandung 2001-2004

(5)

PENGALAMAN ORGANISASI

KEMAMPUAN PENGALAMAN kERJA 2007-2008 : PMK Unikom.

2002-2004 : PMR SMP Negeri 24 Bandung

Wirausaha

1. Operasi Aplikasi Komputer

 Microsoft Office

 Auto Cad

 Google Sketch Up

 Adobe Photoshop

(6)

Nopella Sitanggang (104.070.10) i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas kasih dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan

Ar-38313S studio tugas akhir yang berjudul “Museum Tekstil Bandung”. Penulisan laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat wajib untuk memenuhi gelar sarjana S1 dengan bobot 8 sks

dari Program Studi Sarjana, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik

dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Sejak masa persiapan, penyusunan hingga penyelesaian tugas

akhir ini, penulis mendapat banyak bantuan berupa saran, kritik,

bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak.

Dengan rasa hormat dan penghargaan yang setinggi–tingginya

serta ucapan terima kasih atas segala upaya dan telah sudi meluangkan

waktu serta bimbingan sehingga tersusunlah laporan tugas akhir ini,

khususnya yang terhormat :

1. Dr. Salmon P. Martana ST., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik

Arsitektur Fakultas Teknik & Ilmu Komputer UNIKOM atas

bimbingan dan arahannya.

2. Firman Irmansyah.ST.,MT. Selaku Pembimbing tugas akhir

3. Dhini D,Tartanto Ir,.MT, Selaku ketua coordinator tugas akhir

4. Untuk keluarga, teman-teman, dan pihak-pihak lain yang telah

banyak membantu dan memberikan dukungan dalam penyususan laporan

tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap adanya masukan serta saran yang

bersifat konstruktif untuk perbaikan laporan ini.

Bandung, Agustus 2013

(7)

Nopella Sitanggang (104.070.10) i

DAFTAR ISI ABSTRAKSI………..i

KATAPENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI……….iii

DAFTAR TABEL………..vi

DAFTAR GAMBAR ………vii

DAFTAR LAMPIRAN………..vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………1

1.2. Maksud dan Tujuan Perancangan Museum Tekstil………..3

1.2.1.Maksud………3

1.1.1 Tujuan………...3

1.1.2 Potensi……….4

1.1.3 Manfaat Penelitian……….4

1.1.4 Sasaran Pengguna………..4

1.1.5 Asumsi……….5

1.1.6 Masalah Perancangan………..5

1.1.7 Pengolahan……….5

1.1.8 Lingkup Batasan………....5

1.3. Kerangka Berpikir………...6

1.4. Metoda Perancangan………...…...7

(8)

Nopella Sitanggang (104.070.10) ii

BAB II DESKRIPSI PROYEK PERANCANGAN MUSEUM 2.1. Deskripsi Proyek………...……...…..9

2.1.1. Latar belakang pemilihan lokasi……….10

2.2. Studi Literatur………...……...…..11

2.2.1. Pengertian Museum. ………..11

2.2.2. Sejarah Museum………...11

2.2.3. Fungsi Museum……….12

2.2.4. Tipologi Museum……….13

2.3. Pengertian Tekstil……….13

2.3.1. Program Kegiatan……….………..16

2.4. Studi Banding……….16

2.4.1. Museum Tekstil Jakarta………...16

2.5. Studi Banding……….…………..………...16

2.5.1. Museum Tekstil Jakarta……….….………16

2.6. Fasilitas………...17

2.7. Sejarah………...21

2.7.1. Denah……….…...24

2.8. Museum Sri Baduga………...……….…….25

2.8.1. Sejarah Museum sri baduga……….……25

2.8.2. Fasilitas……….…....27

2.9. Museum Tekstile nagara. Malaysia. ………..……30

2.9.1. Pameran Galeri……….…….30

2.9.2. Kesimpulan studi banding. ………....35

2.9.3. Pencahayaan dan Penghawaan……….………..……..38

2.9.4. Ergonomi dan Tata Letak………..……...38

2.9.5. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer……….39

(9)

Nopella Sitanggang (104.070.10) iii

BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. ……….…42

3.1.1.. Pengertian ruang aktif………42

3.2. Interpretasi tema………42

3.3. kajian teori tema. ………..…….44

BAB IV ANALISIS MUSEUM TEKSTIL BANDUNG 4.1. Analisis Tapak………51

4.2. Analisis Pencapaian ………52

4.3. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan……….53

4.4. Analisis zona dalam tapak………54

4.5. Analisis Bangunan……….55

4.6. Hubungan Antar Ruang………55

4.7. Program Ruang………..58

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1.Konsep Dasar……….……….66

5.2.Tata letak………67

5.3.Sirkulasi………..69

5.4.Konsep Atap………...70

5.5. Konsep Fasad………...71

5.6.Utilitas.………...71

BAB VI HASIL RANCANGAN

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Nopella Sitanggang (104.070.10) iv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Kerangka berpikir………...6

Tabel 2. Metoda perancangan……….7

Tabel 3. Produksi bahan kain………15

Table 4. Studi Banding……….35

Tabel 5. Sistem buble diagram……….55

Tabel 6. Hubungan Antar Ruang Museum Tekstil Bandung…………..55

Tabel 7. Hubungan Fasilitas Pendidikan………56

Tabel 8. Hubungan Fasiltas Kuratorial………56

Tabel 9. Hubungan Fasiltas Pameran………56

Tabel 10. Hubungan Fasiltas Operasional………57

Tabel 11. Hubungan Fasiltas penunjang………57

Tabel 12. Hubungan Keamanan Servis dan Utilitas………57

(11)

Nopella Sitanggang (104.070.10) v

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Peta lokasi site………...9

Gambar 2. Tampak depan gedung museum tekstil Jakarta. ……….18

Gambar 3. Interior utama, museum tekstil Jakarta. ………....18

Gambar 4. Interior pamer batik. ………...…...19

Gambar 5. Interior gedung workshop. ……….…19

Gambar 6. Perpustakaan. ……….….20

Gambar 7. Taman tekstil. ……….…..20

Gambar 8. Ruang peralatan tenun. ……….21

Gambar 9. Perspektif Museum Tekstil Jakarta. ……….….22

Gambar 10. Perspektif Museum Tekstil Jakarta……….….22

Gambar 11. Denah Museum Tekstil Jakarta. ………...24

Gambar 12. parkir. ………..….27

Gambar 13. perpustakaan………..….27

Gambar 14. Auditorium. ………..…28

Gambar 15. Ruang seminar. ………..……28

Gambar 16. Denah lantai 1. ………..….29

Gambar 17. Denah lantai 2. ……….…..29

Gambar 18. Tampak museum tekstil nagara. ……….…30

Gambar 19. Menenun. ……….…...31

Gambar 20. Display. ………..…..32

Gambar 21. Area pamer………...…33

Gambar 22. Pamer kain……….….….34

Gambar 23. Pamer kain……….….….34

Sumbar 24. Peta lokasi……….…….…..34

Gambar 25. Pencahayan dan Penghawaan. ………....….38

Sumbar 26. Tata letak. ……….…...39

Gambar 27. Tata letak……….….…39

(12)

Nopella Sitanggang (104.070.10) vi

Gambar 29. Ruang luar (plaza). ……….. ……..……....43

Gambar 30. Macam – macam bentuk………...47

Gambar. 31. Lingkaran Warna ………..….48

Gambar. 32. Berbagai macam Tekstur………...50

Gambar 33. Kegiatan pengunjung melihat koleksi museum…………..…50

Gambar 34. Lokasi site pada lingkungan sekitar ………....52

Gambar 35. Akses ………..….53

Gambar 36. Pencahayaan, vegetasi dan kebisingan. ………..….53

Gambar 37. Pembagian ruang dengan warna. ………..….54

Gambar 38. Pembangian warna. ………..….68

Gambar 39. sirkulasi denah……….……....69

Gambar 40. sirkulasi perpekstif………...….69

Gambar 41. Arah atap miring………...…70

Gambar 42. Arah atap.. ……….…...70

Gambar 41. utilitas ………...….72

Gambar 42. Museum museum dibandung ……….…...73

Gambar 44. tampak dari arah barat. ………...73

Gambar 45. tampak dari arah selatan……….73

Gambar 46. tampak dari arah timur……….74

Gambar 47. tampak dari arah utara………...….74

Gambar 48. Ekterior dari arah barat ………..…74

Gambar 49. Ekterior, suasana diruang terbuka, Plaza. ………..…....74

Gambar 50. Ekterior cafetaria………..…....75

Gambar 51. Ekterior gedung penelola ……….….…....75

Gambar 52. Pasad gedung utama ………..………….……..75

Gambar 53. Interior, suasana pergerakan orang dan area display yang ada dilantai 3. ………..…..76

(13)

Nopella Sitanggang (104.070.10) vii

Gambar 55. Interior, suasana pergerakan orang dan area display dilantai

(14)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 77

Daftar Pustaka.

- Struktur ekonomi Regional Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah. ( BPPMD ) Jabar. (RTRW Kota Bandung 2013.

- Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press.

- Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar pengembangan Strategi serta Metode

Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

- Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2006). Pedoman

Pengelolaan Museum. Direktorat Museum Direktorat Jenderal Sejarah

dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

- Noor Fitrihana, pengetahuan tekstil, batik jogya. - Museum tekstil jakarta.

- Data arsitek. - D.K.ching.

- Wawan Yogaswara Kepala Seksi Dokumentasi dan Publikasi Subdirektorat Registrasi dan Dokumentasi Direktorat Museum

- Autocad dan Googlemap

- Kriya tekstil, mila karmila, S.pd.,M.ds.dan Dra,Marlina, M.si. - http://batikyogya.wordpress.com/2008/08/21/pengetahuan-tekstil/ - http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php#tupoksi.

- http://www.bubblesgoestravel.com/2010/10/muzium-tekstil-negara-national-textile.html.

(15)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan

dalam penciptaan sekaligus, pelestariannnya, keluhuran dan kemajuan

suatu budaya menandakan keluhuran dan kemajuan akal budi

manusia sebagai pelaku kebudayaan tersebut. Dari unsur-unsur

budaya tersebut banyak karya-karya manusia dikoleksi atau di

Museumkan salah satunya Tekstil.

Tekstil merupakan kebutuhan utama manusia, dalam

perkembangannya Tekstil menjadi penanda atas keberadaan suatu

kelompok masyarakat sekaligus status sosial seseorang dalam

kelompok masyarakat tersebut. Tekstil kemudian menjadi hasil salah

satu budaya yang mencerminkan buah pemikiran kompleks suatu

kelompok masyarakat beserta latar belakang pembentuknya yang

mampu menegaskan identitas kelompok masyarakat tersebut dalam

bentuk yang representatif

Hingga kini Kota Bandung dan sekitarnya masih menjadi pusat

industri perstekstilan modern dan garmen. Perkembangan industri

tekstil di Bandung mulai sejak pengembangan tekstil tradisional hingga

kini lebih mengarah ke pengembangan tekstil modern, merupakan

kumpulan fenomenal dalam dunia industri tekstil di Bandung yang tidak

hanya berpengaruh pada perkembangan industri tekstil di Bandung,

namun juga turut mempengaruhi perkembangan industri tekstil

nasional. Dengan kata lain, melacak dan merunut ( bertahap-tahap)

jejak perkembangan tekstil Bandung sama dengan mengurai dan

menengarai sebagian asal-usul tekstil yang berkembang sampai

sekarang. Lebih dari itu, makna maupun kondisi fisik dari desain tekstil

semestinya dapat digunakan untuk melihat kebudayaan apa saja yang

masuk, mempengaruhi, dan akhirnya melekat menjadi kebudayaan

(16)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 2

Kini, industri tekstil sandang Bandung menjadi sektor yang akan

terus dikembangkan dan menjadi sektor penunjang promosi Kota

Bandung. Sementara itu, persaiangan industri tekstil sandang dalam

ranah internasional di era globalisasi ini menuntut peningkatan mutu

dari produk tekstil dalam negeri.

Selain tuntutan peningkatan mutu dari segi penguasan teksnis

produksi, kenyataannya industri tekstil global juga menuntut

perancangan sekaligus perancang tekstil untuk mendorong perubahan

dari persaingan nasional ke arah komunitas global dengan tetap

memelihara jatidiri kebudayaannya.

Menilik visi dan misi kota Bandung sebagai ibu kota dan pusat

industri tekstil dan garmen di Bandung dalam RTRW Kota Bandung

2013, pemerintah kota Bandung melihat adanya potensi dari

kegiatan-kegiatan perkotaan dimana komoditas tekstil, wisata belanja, dan

wisata pendidikan menjadi tiga hal terkait sebagai daya tarik tersendiri

bagi wisatawan domestik mapun luar negeri yang akan terus

dikembangkan.

Disamping itu, banyaknya pengusaha tekstil dan garmen, serta

Perguruan Tinggi maupun Sekolah Menegah Kejuruan yang membuka

jurusan maupun secara khusus memusatkan pendidikannya dalam

bidang tekstil di Bandung khususnya, menjadi potensi bagi dunia

industri tekstil dan garmen untuk memberi asupan referensi dan

menyediakan wadah bagi sumber daya Manusia-nya untuk dapat terus

berapresiasi dan memiliki acuan dalam mengembangkan mutu

produksi tekstil. Berdasarkan kebutuhan dan kondisi-kondisi potensial

dari Kota Bandung pusat industri tekstil, dapat disimpulkan bahwa

terdapat kebutuhan untuk mempromosikan tekstil Bandung disamping

kebutuhan akan wadah untuk menampung kegiatan wisata belanja dari

komoditas tekstil Maka diperlukan sebuah wadah atau Museum.

Museum ini sebagai wadah bagi Sumber Daya Manusia

sebagai industri tekstil Bandung, terutama untuk berapresiasi dan

(17)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 3

tekstil Bandung, dalam hal ini memperoleh wawasan dan informasi

mengenai dunia tekstil yang cukup dan layak. Lebih dari itu,

dibutuhkan wadah untuk berapresiasi dan berkaca kembali kepada

nilai nilai budaya lokal beserta jejak-jejak historisnya untuk

meningkatkan rasa memiliki terhadap kearifan lokal dan menegaskan

identitas diri di tengah globalisasi. Berdasarkan RTRW Kota Bandung

tahun 2013 dan interpretasi dari fungsi-fungsi dalam arsitektur, dalam

perkembangannya fungsi museum merupakan fungsi yang mampu

memenuhi kebutuhan dan mengakomodasi potensi-potensi yang telah

disebutkan di atas. Berdasarkan dari latar belakang diatas maka,

dipilihlah kasus Museum Tekstil Bandung sebagai penjabaran dari

kebutuhan dan potensi-potensi tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan Perancangan Museum Tekstil

1.2.1. Maksud

a. Untuk mewadahi kalangan pecinta atau komunitas Tekstil yang ada di Kota Bandung maupun luar Bandung.

b. Menjadikan ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas.

c. Mengadakan event-event setiap bulan.

d. Mengadakan Acara Pameran Tekstil.

e. Ruang publik untuk masyarakat

f. Menjadikan pertunjukan fashion untuk kalangan dunia mode.

g. Sebagai area workshop tekstil Bandung.

1.2.2. Tujuan

1. Museum yang bisa mewadahi karya-karya masyarakat, mahasiswa,

yang nantinya bisa menjadi ilmu pengetahuan bagi masyarakat

luas.

2. Pusat penyimpanan barang Tekstil yang sudah langka dan unik 3. Memberikan pengetahuan bagi pengunjung supaya mengetahui

cara cara membuat tekstil dan ikut berpartisipasi dalam mendesain atau merancang kain.

(18)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 4

5. Berusaha untuk menggali, melestarikan, memelihara, dan

mengembangkan tekstil-tekstil yang ada dibandung maupun luar

Bandung, yang berupa hasil kreativitas masyarakat. Tercapainya

tujuan tersebut tentunya akan menjadi salah satu kebanggaan

tersendiri, serta memiliki fungsi.

1.2.3. Potensi

1. Potensinya menjadikan kawasan pengetahuan, sejarah dan

berwisata. Yang bisa membuat kota bandung bisa dikenal

masyarakat luar lewat tekstil.

2. Sebagai galeri karya karya mahasiswa yang berhubungan dengan

tekstil.

1.2.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pemikiran ini

adalah dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu

terutama yang berhubungan dengan industri tekstil. dan dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu

langkah kebijaksanaan

1.2.5. Sasaran Pengguna

Pengguna museum tekstil bandung yaitu :

1. Pengunjung

2. Mahasiswa atau pelajar sekolah atau perguruan tinggi yang

memiliki spesifikasi khusus dibidang tekstil atau memiliki program

studi yang berkaitan dengan tekstil

3. Desaigner tekstil

4. Pengamat tekstil

5. Budayawan

6. Pedagang tekstil

7. Industriawan tekstil

(19)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 5

9. Peminat atau pencinta tekstil

10.Wisatawan

11.Pengelola

12.Merawat dan penjaga benda – benda koleksi.

1.2.6.Asumsi

1. Tanah ( berada di wilayah pemukiman yang sudah dibebaskan )

2. Untuk pendanaan belum diketahui

3. Dana pemerintah daerah Kota Bandung/ maupun pihak swasta.

4. Lahan datar tidak berkontur.

1.2.7.Masalah Perancangan

Menciptakan kebutuhan ruang dengan bentuk yang dapat

membaur serta mampu membaurkan konteks – konteks lingkungan

sekitarnya. Menciptakan ruang pamer yang menarik, informatif dan

interaktif dengan suasana yang kondusif untuk berapresiasi,

berkomunikasi, membantu pengunjung, mengalami pengalaman

intelektual serta mengakomodasi perkembangan koleksi.

1.2.8.Pengolahan

Pencahayaan alami dan digital khususnya untuk ruang pamer.

Cara memajang koleksi yang sesuai dengan dimensi, bentuk bahan,

informasinya tersampaikan, serta ergonomis bagi pengunjung.

1.2.9.Lingkup Batasan

Lingkup perancangan dari kasus ini adalah Perancangan

Arsitektur Museum Tekstil sandang Bandung yang mengakomodasi

kebutuhan pengiat tekstil, masyarakat umum akan fasilitas publik

untuk pameran pendidikan rekreasi serta promosi tekstil sandang

(20)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 6

2 Museum di Indonesia yang selalu sepi pengunjung

(21)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 7

1.4. Metoda Perancangan

Tabel 2. Metoda perancangan

Pengamatan langsung dan Studi Literatur Studi Banding standar

Survei lahan persyaratan teknis Wawancara definisi dan

interprestasi proyek, peraturan, rencana dan kebijakan kota provinsi

Latar Belakang

Visi Misi Proyek

Visi. Museum yang bisa wadah bagi masyarakat maupun mahasiswa melalui hasil karya tekstil sandang. Misi. Menjadikan pusat

pengetahuan, pelatihan, tentang tekstil sandang.

Analisis Lahan Tapak Fungsi

Masalah Perancangan

Kriteria Perancangan

- Penciptaan ruang konteks – konteks yang ada

disekitarnya

- Mengakomodasi

Penambahan koleksi, keamanan dan

kenyamanan pengguna

Konsep Utama Perancangan

(22)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 8

1.5. SISTEMATIKA LAPORAN

Bab I Pendahuluan

Pendahuluan merupakan uraian tentang latar belakang, maksud

dan tujuan perancangan, asumsi-asumsi, permasalahan perancangan,

pendekaran perancangan, lingkup perancangan, kerangka berpikir,

dan sistematika pembahasan.

Bab II Deskripsi Proyek

Terdiri atas uraian umum mengenai proyek, tinjauan proyek,

program kegiatan, kebutuhan ruang, hubungan fungsional, persyaratan

teknis, studi banding kasus sejenis, dan kesimpulan.

Bab III Elaborasi Tema

Berisi latar belakang pemilihan tema, interpretasi tema dan

elaboorasi tema, studi banding tema sejenis serta kesimpulan dari

studi banding.

Bab IV Analisis

Berisi pengertian kasus, analisis kegiatan, analisis hubungan

fungsional, analisis program ruang, dan persyaratan teknis ruang,

analisis eksisting lahan mel liputi analisis kondisi alam, analisis tata

guna lahan, analisis konteks lingkungan sekitar, analisis orientasi

lahan, analisis aksesibilitas, analisis citra kawasan, dan analisis tata

bangunan.

Bab V Konsep Perancangan

Merupakan uraian mengenai landasan konseptual yang

diterapkan dalam proses perancangan, diantaranya : konsep

pemintakatan, konsep rancangan massa, konsep rancangan ruang

(23)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 9

BAB II

DESKRIPSI PROYEK PERANCANGAN MUSEUM

2.1.Deskripsi Proyek

Judul : Museum Tekstil Bandung

Status Proyek : Fiktif

Lokasi : Jl. Jakarta. Kelurahan. Kebonwaru. Batu Nunggal. wilayah Karees. Bandung.

Luas Lahan : 11250 m2 Luas bangunan : 5625m2 KDB : 50 %

KLB : 1.5 GSB : 8 m

Batas-batas wilayah lokasi proyek.

Utara : lembaga permasyarakatan kebon waru, STT.Tekstil, Kantor

Perhutani.

Barat : Kantor Pos Indonesia, Pemukiman

Timur : Kantor Kejaksaan, Gudang Garmen

Selatan : Pabrik dan Pemukiman.

Studi lokasi.

Gambar 1. Peta lokasi site Sumber googlemap.

(24)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 10

2.1.1. Latar belakang pemilihan lokasi

a. Kriteria menurut sejarah.

Berdasarkan nilai sejarah memiliki kriteria sebagai berikut.

1. Lokasi memiliki nilai sejarah secara planologis

2. Lokasi memiliki nilai sejarah yang relevan terhadap nilai koleksi

b. Kriteria menurut sistem kegiatan masyarakat

1.Lokasi dihubungkan dengan lingkungan yang bersifat community

center.

2. Lokasi dihubungkan dengan kedekatan terhadap pendidikan.

3. Lokasi dihubungkan dengan lokasi yang masih berkembang.

c. Berdasarkan hasil survey lapangan.

1. Lokasi dekat dengan pendidikan. ( Sekolah Tinggi Teknik Tekstil )

2. Bandung, STIMK AMIKOM, lembaga permasyakatan kebon waru

3. Lokasi dekat dengan pemukiman masyarakat.

4. Dekat dengan pabrik garmen.

5. Dekat dengan kantor pemerintahan.

6. Lokasi berada dipusat perkotaan.(urban)

7. Untuk pencpain kelokasi mudah diakses.

8. Kondisi lingkungan yang ramai dan padat

d. Table perhitungan luas lahan lokasi site proyek museum tekstil

Bandung.

Luas lahan 11250 x kdb 50% = 5625m2 luas bangunan

Klb 1.5 x luas lahan 11250m2 = 16875m2 luas lantai bangunan

Luas lantai bangunan 16875m2 : 5625 m2 = 3 lantai.

Keterangan Luas lahan Luas

bangunan

Jumlah

lantai

Gsb

(25)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 11

2.2. Studi Literatur

2.2.1. Pengertian Museum.

Menurut Perpem Nomor 19/1995 Museum adalah lembaga

penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti

material manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya

perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum

adalah sebuah lembaga yang rumah dan peduli untuk koleksi artefak

dan benda-benda lain yang penting ilmiah, seni, atau sejarah dan

membuat mereka tersedia untuk dilihat publik melalui pameran yang

mungkin permanen atau sementara.

Museum berdasarkan definisi yang diberikan International

Council of Museum disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba,

melayani kebutuhan publik dengan sifat terbuka dengan cara

melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset,

mengomunikasikan dan memamerkan benda nyata kepada

masyarakat.

Untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.Karena itu

ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi

kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran

imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei

diperingati sebagai hari Hari Museum Internasional.

Museum di Indonesia berdiri pada tanggal 24 april 1778 yang

dipelopori oleh Bataviaacsh Genootschap Van Kunsten

Wetenschaapen yaitu pencinta seni dan ilmu pengetahuan bangsa

Eropa yang tinggal di Batavia (Jakarta).

2.2.2. Sejarah Museum

Museum awal dimulai sebagai koleksi pribadi orang kaya,

keluarga atau lembaga-lembaga seni dan benda-benda alam yang

jarang atau penasaran dan artefak. Ini sering ditampilkan dalam apa

yang disebut kamar atau lemari heran keingintahuan. Akses publik

sering mungkin untuk "terhormat", terutama untuk koleksi seni pribadi,

(26)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 12

dibukti adalah museum Ennigaldi-Nanna itu, berasal dari c. 530 SM

dan dikhususkan untuk Mesopotamia antik, itu tampaknya memiliki lalu

lintas yang cukup untuk surat perintah label untuk

koleksimemerintahkan.

Museum publik tertua di dunia dibuka di Roma selama

Renaissance. Namun, museum yang signifikan di dunia itu tidak

didirikan sampai abad ke-18 dan Abad Pencerahan: Museum

Capitoline, koleksi publik seni tertua di dunia, dimulai pada 1471 ketika

Paus Sixtus IV menyumbangkan sekelompok patung kuno penting bagi

orang-orang Roma. Museum Vatikan, museum tertua kedua di dunia,

jejak asal-usulnya ke koleksi patung publik ditampilkan dimulai pada

1506 oleh Paus Julius II.

2.2.3. Fungsi Museum

Museum memiliki banyak fungsi yang menjadikan Museum

sangat penting diperhatikan oleh semua kalangan. Fungsi Museum

yaitu :

1. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian

benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

2. Melakukan urusan perpustakaan dan dokumentasi ilmiah.

3. Memperkenalkan dan menyebar luaskan hasil penelitian koleksi

benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

4. Melakukan bimbingan edukatif cultural dan penyajian rekreatif benda

yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah. Dalam makalah ini saya

akan membahas tentang fungsi Museum dalam pembelajaran Sejarah

baik di tingkat Sekolah ataupun tingkat Perguruan Tinggi. Dalam hal

ini fungsi Museum yang akan saya ulas adalah fungsi museum poin

ke empat yaitu Melakukan bimbingan edukatif cultural dan penyajian

rekreatif benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.

2.3.4. Tipologi Museum

Museum Dibagi Menjadi beberapa hal Tipologi yaitu: 1.Berdasarkan Materi Koleksi

(27)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 13

3. Museum ilmu pengetahuan 2.Berdasarkan arsitektur

1. Museum dalam bentuk istana dan kuil 2. Museum yang berasal dari monumen

2. Museum baru ( dirancang dan direncanakan sebagai museum) 3.Berdasarkan cara penyajian

2. Museum daerah atau kota

5.Berdasarkan museum khusus 1.Museum terbuka

2.Museum ana-anak dan lain-lain

Berdasarkan klasifikasi tipologi diatas, maka museum tekstil dapat dimasukkan sebagai klasifikasi museum seni dan sejarah, komunikatif, interaktif, rekreatif.

2.4. Pengertian Tekstil

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah

menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana

dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut

maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk

serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat

dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkanmenurut

jenisnya sebagai berikut:

1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen,

benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)

2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran

3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna,

bermotif/bergambar

4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang

(28)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 14

Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan

modal dasar bagi mereka yang akan terjun di Industri tekstil dan

fashion Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat

diperlukan untuk mengenali, memilih, memproduksi,menggunakan dan

merawat berbagai produk tekstil seperti serat, benang, kain, pakaian

dan tekstil lenan rumah tangga lainnya. Karakteristik dan sifat bahan

tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya.

Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh

proses pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari

benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses

penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Oleh karena itu untuk

memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan

tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik

pengolahannya menjadi bahan tekstil.

Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses

pengolahannya baik dari sisi penmilihan peralatan , prosedur

pengerjaan maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama

proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang.

Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki,

meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat

tersebut sehingga menjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan

pemakaiannya.

Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil.

Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki

sifat-sifat sebagai berikut

1.Perbandingan panjang dan lebar yang besar

2.Kekuatan yang cukup

3.Fleksibilitas tinggi

4.Kemampuan Mulur dan elastis

5.Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat

6.Memiliki daya serap terhadap air

(29)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 15

8.Tidak rusak dalam pencucian

9.Tersedia dalam jumlah besar

10.Tahan terhadap zat kimia tertentu

Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat

menjadi produk tekstil dapat dilihat pada tabel berikut.

Table 3. Proses produksi bahan kain

sumber : Noor Fitrihana, pengetahuan tekstil, batik jogya.

(30)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 16

2.4.1. Program Kegiatan

Kegiatan – kegiatan yang dilakukan di museum tekstil adalah

1. Pameran

a. Pameran tetap / permanent

b. Pameran temporer

2. Kegiatan Pendidikan

a. Kursus

b. Pelatihan

c. Seminar

d. Penyediaan yang disediakan pengelola dan akses informasi

dalam bentuk cetak maupun non cetak

3. Kegiatan kuratorial dan konservasi

4. Pencatat dana dan dokumentasi

5. Kegiatan operasional mengelola museum secara keseluruhan dan

menjaga hubungan antar fungsi dalam museum

6. Kegiatan Penunjang ( kegitan yang mendukung museum secara

finasial )

2.5. Studi Banding

2.5.1. Museum Tekstil Jakarta

Museum Tekstil Jakarta merupakan sebuah lembaga edukatif

kultural yang mengemban misi untuk melestarikan budaya tekstil

tradisional Indonesia. Sebagai satu-satunya Museum Tekstil di Jakarta

dan pertama di Indonesia yang memiliki tugas khusus tersebut,

Museum Tekstil senantiasa berupaya untuk menjalankan fungsinya

melalui berbagai program kegiatan yang digelar bagi publik.

Adapun aktivitas yang digelar oleh Museum Tekstil antara lain

pameran (koleksi museum maupun koleksi pihak ketiga); seminar,

diskusi dan workshop tentang tekstil; penyuluhun bagi para pelajar;

penelitian koleksi ke berbagai daerah maupun kepustakaan; perawatan

koleksi museum; pelayanan konservasi tekstil dan aneka pelatihan

(31)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 17

Visi : Menjadikan Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi

pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah,

seni-budaya, penunjang pendidikan, media informasi dan sebagai

rekreasi edukatif-kultural yang menjadi salah satu acuan dan

referensi bagi proses pembangunan bangsa.

Misi : Melakukan usaha-usaha pelestarian alam baik hewani maupun

nabati dalam hal yang berkaitan dengan budaya pertekstilan di

Indonesia, melakukan kegiatan inventarisasi sumber-sumber daya

alam sebagaimana tersebut di atas dan koleksi-koleksi tekstil

tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia berikut bentuk dan

ragamnya, melakukan kegiatan dokumentasi,penelitian-penelitian,

dan melakukan penyajian informasi dan mengkomunikasikannya

kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi

kepentingan masyarakat yang lebih luas. Kami sangat berharap

agar segenap masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas

serta aktivitas yang ada di Museum Tekstil.

2.6. Fasilitas.

Gedung Museum Tekstil yang merupakan salah satu cagar

budaya di Kota Jakarta berdiri megah di atas tanah seluas 2 Ha,

ditunjang juga dengan fasilitas-fasilitas lainnya bagi kepentingan

museum dan masyarakat.

1. Gedung Utama

(32)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 18

Fasad gedung museum tekstil Jakarta, yang merupakan rumah

tinggal bangsawan. Bentuk fasad adanya gaya arsitektur Eropa,

Betawi dengan atap miring yang merupakan daerah tropis.

2. Ruang Display

Gambar 3. Interior utama, museum tekstil Jakarta. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Interior museum tekstil Jakarta, tempat meletakkan benda koleksi berada di tengah tengah area utama dan penerangan buatan secukupnya.

3. Gedung Galeri Batik

Gambar 4. Interior pamer batik. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

(33)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 19

4. Gedung Workshop Center (Pendopo)

Gambar 5. Interior gedung workshop. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Digedung workshop telah disediakan alat-alat tenun tradisional

yang nantinya para pengunjung bisa mempelajari cara menenun dan

membatik yang dibantu oleh ahli-ahli batik.

5. Perpustakaan

Gambar 6. Perpustakaan. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Gedung perpustakaan yang memberikan informasi tentang pertekstilan dan sebagainya

(34)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 20

6. Taman Pewarna Alam.

Gambar 7. Taman tekstil. Sumber : Dokumentasi Pribadi.

Ditaman tekstil memberikan pengetahuan tentang tanaman-tanaman tekstil, dan juga sebagai ruang terbuka hijau.

7. Ruang Labolatorium & Konservasi Ruang Penyimpanan (Storage)

8. Gerai Cinderamata (Souvenir Shop)

9. Ruang Multimedia (Auditorium)

10. Ruang pengenalan wastra

11. Ruang Betawi

12. Mini Teater

13. Ruang Rapat

14. Musholla

15. Mushalla

16. Taman Wastra Jamu Alami”Honcoro”

17. Area Parkir

(35)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 21

Gambar 8. Ruang peralatan tenun. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ruang peralatan tenun, memyimpan koleksi berupa mesin mesin tenun modern dan tradisional.

2.7. Sejarah

Museum Tekstil menempati gedung tua yang dilindungi

undang-undang, memiliki nilai arsitektur kolonial dan sejarah yang memiliki

daya tarik tersendiri ditinjau dari sudut pariwisata. Gedung Museum

Tekstil pada awalnya adalah rumah pribadi seorang warga negara

Perancis (abad ke-19), yang kemudian dijual kepada seorang Konsul

Turki. Kepemilikan selanjutnya beralih kepada Karel Christian Crucq

(1942). Sewaktu Jakarta sedang dibakar semangat juang merebut

kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai markas BKR. Setelah

masa revolusi selesai, gedung ini secara berturut-turut dihuni oleh Lie

Sion Phin (1947), Departemen Sosial, sebelum pada akhirnya

diresmikan sebagai Museum Tekstil.

(36)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 22

Gambar 10. Perspektif Museum Tekstil Jakarta. Sumber : Museum Tekstil Jakarta

Gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil muncul sejak Tahun

1975 yang dilatarbelakangi sinyalemen bahwa dengan membanjirnya

tekstil modern telah banyak menggeser tekstil tradisional nusantara.

Pemrakarsa gagasan tersebut adalah Kelompok Pecinta Kain

Tradisional Indonesia Wastraprema, Bapak Ir.Safioen (saat itu selaku

Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian). Gubernur DKI Jakarta pada

waktu itu dijabat oleh Bapak Ali Sadikin mendukung upaya ini dan

menyediakan tempat bagi museum yang akan didirikan yaitu gedung

yang berada di Jl. KS Tubun No. 4 Petamburan, Jakarta Barat. Pada

tanggal 28 Juni 1976 gedung ini diresmikan sebagai Museum tekstil

oleh Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara pada saat itu) dengan disaksikan

oleh Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.

Pada tahun 1998 Pemda DKI Jakarta melakukan perluasan

areal Museum Tekstil ke sebelah timur dan sekaligus menjadikan

gedung tua di Jl KS Tubun No. 2 tersebut sebagai sarana penunjang

kegiatan museum dengan menampung partisipasi masyarakat untuk

turut mengembangkan tekstil kontemporer yang berkembang di

Indonesia, sehingga gedung ini diberi nama Galeri Tekstil

Kontemporer. Gedung II diresmikan penggunaannya pada tanggal 21

November 2000, ditandai dengan berlangsungnya kegiatan perdana

(37)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 23

Tekstil dengan Wastraprema dan Yayasan Mitra Museum Indonesia.

Selanjutnya berturut-turut pernah diselenggarakan juga kerja sama

kegiatan dengan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika

(PPIA), Pusat Kebudayaan Perancis, Pusat Kebudayaan Meksiko,

serta beberapa lembaga/kelompok masyarakat lainnya.

Koleksi awal yang dihimpun di Museum Tekstil diperoleh dari

sumbangan Wastraprema (sekitar 500 koleksi), selanjutnya makin

bertambah melalui pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah/ Dinas

Museum dan Pemugaran/Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, serta

sumbangan dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok.

(38)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 24

2.7.1.Denah

Gambar 11. Denah Museum Tekstil Jakarta. Sumber : Museum Tekstil Jakarta

Berdasarkan dari denah, pembagian ruang-ruang dan

fasilitas-fasilitas diurutkan dari gedung utama, gedung pengelola dan fasilitas-fasilitas

pendukung. Semua ruangan saling terhubung namun gedung

(39)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 25

2.8. Museum Sri Baduga

2.8.1. Sejarah Museum sri baduga

Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang sebagian besar

didiami oleh orang Sunda, oleh karena itu sering disebut Tatar sunda

atau Tanah Sunda. Dari perjalanan sejarah dan lingkup geografis

Budaya Jawa Barat secara umum berada pada lingkup budaya Sunda,

sebagai budaya daerah yang menunjang pembangunan kebudayaan

nasional.

Wilayah yang sarat dengan ragam budaya serta didukung oleh

kultur alam dan kultur sosial yang kondusif sehingga terlahir ragam

budaya. Wilayah yang strategis berakibat pada terjadinya berkembang

dan adanya perubahan budaya yang merupakan dampak dari

globalisasi yang ditandai dengan adanya revolusi dalam bidang

informasi, komunikasi, dan transportasi. Hal tersebut memacu kita

untuk mengambil langkah dan strategi secara bijak untuk

menempatkan serta memposisikan citra seni budaya daerah untuk

tetap hidup dan berkembang di tengah.

masyarakat. Tinggalan kebudayaan yang bernilai tinggi banyak

tersebar di Kawasan Jawa Barat, baik yang hampir punah maupun

yang masih berkembang hingga kini. Perkembangan kebudayaan

berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasangsurutnya pola

kehidupan. Dengan perkembangan tidak sedikit pengaruh budaya luar

yang masuk. Hal ini disebabkan karena wilayah Jawa Barat pada

posisi strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup

tinggi. Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses

kepunahan budaya asli Jawa Barat, maka pemerintah mengambil

kebijakan untuk mendirikan Museum Negeri Jawa Barat .

Pembangunannya dimulai sejak tahun 1974 dengan lokasi

(40)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 26

Tegallega. Sebagian dari bangunan asli tersebut tetap dipelihara

kelestariannya dan digunakan sebagai kantor administrasi.

Peresmian penggunaan Museum Negeri Jawa Barat baru

dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan RI , Dr. Daud Joesoef didampingi oleh Gubernur Kepal;a

Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat H. Aang Kunaefi. Pada tanggal 1

April 1990, sepuluh tahun setelah peresmian digunakan nama "Sri

Baduga" Raja yang memerintah di Pajajaran. Pada era Otonomi

Daerah (OTDA) berdasarkan Perda No.5 Tahun 2002 sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) bergabung dengan Dinas Kebudayaan Propisi

Jawa Barat dengan nama Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri

Baduga hingga sekarang.Tugas Pokok dan Fungsi : Melaksanakan

pengunpulan, perawatan, penelitian, penyajian dan bimbingan edukatif

Visi: Museum sebagai pusat dokumentasi, informasi dan media

pembelajaran serta objek wisata budaya unggulan Jawa Barat

Misi:

1. Mengumpulkan, meneliti, melestarikan dan mengkomunikasikan

benda tinggalan budaya Jawa Barat kepada masyarakat

2. Mengembangkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas

apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai luhur budaya daerah.

3. Meningkatkan fungsi museum sebagai laboratorium budaya daerah

dan filter terhadap pengaruh buruk budaya global

4. Menanamkan nilai-nilai luhur budaya daerah.

(41)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 27

2.8.2. Fasilitas

1. Tempat Parkir

Gambar 12. parkir.

Sumber : http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php?idp=6 (diakses pada tanggal 15 mei 2013)

Tempat Parkir Halaman museum yang dapat digunakan sebagai

tempat parkir dengan daya tampung sampai dengan 20 buah bus

2. Ruang Perpustakaan

Gambar 13. perpustakaan.

Sumber : http://museumku.wordpress.com/2010/10/12/perpustakaan-dan-museum-biblika/(diakses pada tanggal 15 mei 2013)

Selain mengunjungi ruang pameran museum pengunjung dapat

pula melihat koleksi buku perpustakaan. Perpustakaan dibuka pada

hari Senin Sampai dengan jumat pukul 08.00 - 15.30 WIB

3.Ruang Auditorium

Digunakan sebagi ruang audio visual, dan pertunjukan berbagai

kesenian Jawa Barat baik tradisional maupun yang sedang

berkembang sekarang. Selain itu pada ruangan ini digunakan pula

(42)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 28

ke museum untuk mendapatkan informasi pendahuluan sebelum

masuk ke ruang pameran

Gambar 14. Auditorium.

Sumber : http://museumku.wordpress.com/2011/12/08/workshop-gncm-bertema-museum-dan-masyarakat/(diakses pada tanggal 15 mei 2013)

4. Ruang Pameran Khusus

Digunakan sebagai tempat penyelenggaraan kegiata pameran

khusus yang diselenggarakan oleh museum sendiri maupun untuk

disewakan.

5.Ruang seminar

Digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan kegiatan

seminar, saresehan ceramah dan kegiatan rapat yang diselenggarakan

oleh museum maupun untuk disewakan.

Gambar 15. Ruang seminar.

(43)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 29

6. Denah museum sri baduga

Gambar 16. Denah lantai 1. Sumber : Museum Sribaduga.

(44)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 30

2.9. Museum Tekstile Nagara Malaysia.

National Textile Museum terletak di JKR 26, Lot 50 Seksyen 70,

Jalan Sultan Hishamuddin, Kuala Lumpur, sebuah bangunan warisan

yang sebelumnya ditempati oleh berbagai departemen dan lembaga.

Bangunan yang selesai pada tahun 1896 adalah 2 ½ tingkat dengan

luas 3259 m2 dan lantai 3145,3 m2.

Gambar 18. Tampak museum tekstil nagara.

Sumber : http://www.jmm.gov.my/en/museum/national-textiles-museum(diakses pada tanggal 17 mei 2013)

2.9.1. Pameran Galeri

1. Pohon Budi Galeri

Pohon Budi juga dikenal sebagai Pohon Hayat (Pohon

Kehidupan) atau Pohon Beringin. Hal ini di sini bahwa teater kehidupan

dimulai. Pohon Budi, sebuah pohon besar yang menawarkan tempat

berlindung, menjadi simbol sejarah, siklus kehidupan dan peradaban

seperti pohon yang berkecambah dari benih, tumbuh lebih besar, dan

menghasilkan buah dalam bentuk bentuk yang berguna dan warna.

The Pohon Budi Galeri menampilkan asal-usul tekstil dari pra-sejarah

kali serta pertumbuhannya melalui perdagangan. Juga dipamerkan

adalah alat, bahan dan teknik tradisional tekstil-keputusan melalui

proses tenun, bordir, pembuatan batik, menyulam emas, merajut dan

(45)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 31

negara seperti songket (sarung sutra dengan tenunan benang emas ke

dalamnya), Pua kumbu (bercorak tradisional multi-warna kain katun

seremonial yang digunakan oleh Iban di Sarawak), telepuk (katun

halus atau kain sutra dengan motif floral dicetak menggunakan daun

emas atau debu), tekatan (emas bordir yang dibuat oleh jahitan

benang emas untuk membuat lega

dibesarkan dengan beludru),

keringkam (bordir tradisional

Sarawak Melayu biasanya

ditemukan pada jilbab wanita),

linangkit (bordir dekoratif buatan

tangan yang menghiasi selutut rok

rakyat Lotud), kain pis (satu kaya

bordir - meter sepotong dua potong

kain menghadapi dipakai oleh

kelompok Rungus / Kadazandusun

sebagai kepala-gear), manik-manik

dekoratif dan batik.

Gambar 19. Menenun. Sumber:http://lh5.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7GHkYYbnI/AAAAAAAAGIk/hB7Wgv

Bg-xE/s1600-h/bgt5%5B4%5D.jpg (diakses pada tanggal 17 mei 2013) 2. Pelangi Gallery

Sebuah pelangi (pelangi) adalah cahaya cekung strip berbagai

warna yang muncul di langit. Dalam pengelompokan tekstil tradisional,

kain pelangi dikenal sebagai benang kerajaan multi-kain berwarna.

Warna-warna lembut meliputi hijau, pink, kuning dan biru. Pelangi

Galeri melambangkan warna-warni pelangi strip, yang dapat

berhubungan dengan berbagai kelompok etnis Malaysia yang kaya

dengan harta masing-masing tekstil. Galeri ini menunjukkan beberapa

koleksi warisan yang dipilih seperti berbagai jenis batik dan

(46)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 32

Tionghoa, dan orang-orang dari Baba dan Nyonya, yang kaya dengan

penggunaan sutra dan benang emas dan beadings, serta motif deras

baik dan beragam etnis dan Sarawak tekstil Sabahan koleksi.

3. Teluk Berantai Galery

Teluk berantai (bays saling) merupakan motif dominan dalam

pembuatan songket Melayu. Dari hamburan bunga individu, mereka

menjadi desain pola-harmonis ketika dijahit bersama-sama seperti

kotak, sehingga menghubungkan motif individu satu sama lain. Teluk

berantai adalah simbol keintiman dan serempak orang Melayu dalam

menghasilkan warisan seni kekal sampai hari ini. The Teluk Berantai

Galeri pameran kekayaan, kemahiran dan keindahan koleksi warisan

Melayu seperti tekatan (bordir emas yang dibuat oleh jahitan benang

emas untuk membuat lega dibesarkan di beludru), kelingkan (sebuah

bordir-applique '), kain tenun (kain tenun ) kain Limar (sepotong apron

seperti terbuat dari sutra dan dikenakan di atas kain songket), kain

songket Limar tenggarung (Limar kain dengan benang emas sangat

ditekankan), kain

telepuk (katun halus

atau kain sutra dicetak

biasanya dengan motif

floral menggunakan

emas daun atau debu

emas), kain berayat

(kain scripted), dan

kostum lainnya.

Gambar 20. Display. Sumber :http://lh3.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7HanKSRWI/AAAAAAAAGJc/hzEwofx9L8g/s

(47)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 33

4. Ratna Sari Gallery

Ratna adalah bermacam-macam berlian, emas dan perhiasan

lainnya. Sari esensi dan inti dari sebuah bagian penting dan biasanya

disebut saripati. Ratna Sari adalah istilah yang tepat mengacu pada

koleksi yang dipilih perhiasan ditanggung dari kreativitas perajin

yesteryears. The keahlian, pengrajin Melayu Cina dan India serta

kreativitas Orang Asli dan kelompok pribumi Sabah dan Sarawak telah

menghasilkan perhiasan yang dikenakan dan diwariskan selama

bertahun-tahun oleh semua ras di negara ini. The Ratna Sari Gallery

pameran barang-barang perhiasan dan perhiasan pribadi dari berbagai

kelompok etnis di Malaysia yang terbuat dari emas, perak, tembaga,

manik-manik dan tanaman, yang

dirancang untuk dikenakan di

berbagai bagian tubuh, dari

kepala sampai kaki. Di antara

mereka adalah mahkota, pemeleh

(anting-anting menjuntai), cucuk

Sanggul (pin rambut), dokoh

(kalung dengan liontin besar

cekung), pending (gesper

pinggang besar biasanya terbuat

dari perak), gelang Tangan

(gelang), caping (plate kesucian )

gelang kesemek (gelang kaki)

dan berbagai orang lain.

Gambar 21. Area pamer .sumber : http://lh3.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7GUj1-OMI/AAAAAAAAGI0/1mnfopDMx9M/s1600-h/bgt10%5B4%5D.jpg (diakses pada

(48)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 34

5. Galeri Pelangi

Galeri menampilkan koleksi busana dan aksesoris warisan

dalam masyarakat Tionghoa, serta koleksi Baba dan Nyonya etnis

Sarawak dan Sabah.

Gambar 22. Pamer kain Sumber :

http://lh6.ggpht.com/_fXOZpf7JcKs/TK7FhCQLTUI/AAAAAAAAGH8/8htOPBYbCvU/s 1600-h/bgt3%5B3%5D.jpg (diakses pada tanggal 17 mei 2013)

Gambar 23. Pamer kain Sumber :

(49)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 35

2.9.2. Kesimpulan studi banding.

Berdasarkan data-data, wawancara dan pengamatan yang dilakukan, kesimpulan dari masing-masing studi banding adalah sebagai berikut.

Table 4. Studi Banding

Nama museum Museum tekstil

(50)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 36

Kegiatan Pameran utama,

kuratorial. Workshop

Program ruang Ruang pamer tetap,

Ruang galeri batik

(51)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 37

Berdasarkan kesimpulan dari atas maka didapat berupa hal tentang museum tekstil.

1. Lokasi didapat berdasarkan kebutuhan museum itu sendiri. Berada dikawasan pendidikan, pemerintahan, perdagangan, perkantoran, dan dekat pemukiman mayarakat. Museum harus mudah dijangkau dan selalu disosialisakan dan dipublikasikan, agar museum itu diketahui masyarakat luas.

2. Memberi pengetahuan tentang tekstil sandang untuk

dimensinya,supaya perletakan koleksi bisa bagus dan indah ( desain interior tiap posisi koleksi sandang terlihat menajubkan,

(52)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 38

4. Penghawaan dan pencahayaan buatan dan alami diatur sedemikan rupa agar terlihat indah dan nyaman.

5. Gedung penunjang saling berhubungan dengan gedung pelengkap dan gedung utama saling menunjang satu sama lain.

2.9.3. Pencahayaan dan Penghawaan

1.Pencahayaan dan penghawaan merupakan aspek teknis utama

yang perlu diperhatikan untuk membantu memperlambat proses

pelapukan dari koleksi.

2.Untuk museum dengan koleksi utama kelembaban yang disarankan

adalah 50% dengan suhu 210C – 260C.

3. Intensitas cahaya yang disarankan sebesar 50 lux dengan

meminimalisir radiasi ultra violet. Beberapa ketentuan dan

contoh penggunaan cahaya alami pada museum sebagai berikut

Gambar 25. Pencahayan dan Penghawaan. Sumber : Data Arsitek

2.9.4. Ergonomi dan Tata Letak

Untuk memudahkan pengunjung dalam melihat, menikmati, dan

mengapresiasi koleksi, maka perletakan peraga atau koleksi turut

berperan. Berikut standar-standar perletakan koleksi di ruang pamer

(53)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 39

Gambar 26. Tata letak. Sumber : Data Arsitek

2.9.5. Jalur Sirkulasi di Dalam Ruang Pamer

Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat

menyampaikan informasi, membantu pengunjung memahami koleksi

yang dipamerkan. Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada

runtutan cerita yang ingin disampaikan dalam pameran.

(54)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 40

2.9.6. Adapun persyaratan berdirinya sebuah museum

1. Lokasi museum.

Lokasi harus strategis dan sehat (tidak terpolusi, bukan daerah

yang berlumpur/tanah rawa).

2. Bangunan museum.

Bangunan museum dapat berupa bangunan baru atau

memanfaatkan gedung lama. Harus memenuhi prinsip-prinsip

konservasi, agar koleksi museum tetap lestari. Bangunan

museum minimal dapat dikelompok menjadi dua kelompok,

yaitu angunan pokok (pameran tetap, pameran temporer,

auditorium, kantor, laboratorium konservasi, perpustakaan,

bengkel preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) dan

bangunan penunjang (pos keamanan, museum shop, tiket box,

toilet, lobby, dan tempat parker).

3. Koleksi.

Koleksi merupakan syarat mutlak dan merupakan rohnya

sebuah museum, maka koleksi harus:

a.mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai

estetika)

b.harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis

dan fungsinya.

c. harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut

berbentuk bangunan yang berarti juga mengandung nilai

sejarah.

d.dapat diidentifikasikan mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi,

makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk

biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk

benda alam)

e.harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk

dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah.

(55)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 41

g.harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan

(master piece)

h.harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya.

4. Peralatan museum

Museum harus memiliki sarana dan prasarana museum

berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian, seperti vitrin, sarana

perawatan koleksi (AC, dehumidifier, dll.), pengamanan (CCTV,

alarm system, dll.), lampu, label, dan lain-lain.

5. Organisasi dan ketenagaan

Pendirian museum sebaiknya ditetapkan secara hukum.

Museum harus memiliki organisasi dan ketenagaan di museum,

yang sekurang-kurangnya terdiri dari kepala museum, bagian

administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian konservasi

(perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan

masyarakat dan bimbingan edukasi, serta pengelola perpustakaan.

6. Sumber dana tetap

Museum harus memiliki sumber dana tetap dalam penyelenggaraan dan pengelolaan museum.

(56)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 42

BAB III

ELABORASI TEMA

3.1. Ruang aktif.

3.1.1. Pengertian ruang aktif.

Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam

kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau

eksterior yang didesain secara berbeda-beda yang sesuai dengan

pola kegiatan yang dilakukan didalam ruangan maupun di luar

ruangan (ruang terbuka) yang telah ditetapkan, dilingkupi, dibentuk

dan diorganisir oleh unsur-unsur massa. maka Ruang Aktif upaya

menghidupkan ruang-ruang dalam rangka pengelolaan ruang yang

efektif yang diarahkan pada tercapainya tujuan. secara leluasa

mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan suasana yang

kondusif yang memungkinkan pengunjung dapat berekspresi dengan

leluasa, menyenangkan dan penuh antusiasme serta dapat

menangkap esensi berbagai hal yang mereka pelajari.

Ruang dapat dibayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas

atau tak terbatas, keadaan kosong yang punya kapasitas dan siap

diisi. sedangkan Aktif adalah giat (bekerja, berusaha), adanya

kegiatan.

3.2. Interpretasi tema

(57)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 43

1. Ruang aktif luar.

Ruang aktif luar yaitu ruang yang terdapat di luar bangunan.

Definisi ruang publik umum dapat diuraikan sebagai berikut :

Bentuk dasar dari ruang publik umum selalu terletak di luar massa

bangunan.Dapat dimanfatkan dan dipergunakan oleh setiap orang.

Contoh ruang publik umum adalah jalan, pedestrian, taman

lingkungan, plaza, taman kota, dan taman rekreasi

Gambar 29. Ruang luar (plaza). Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Ruang Aktif dalam.

Adanya kegiatan didalam ruang yang berupa pertunjukan karya seni kain daerah dan koleksi tekstil.

Plaza, (ruang terbuka) digunakan

sebagai tempat berkumpulnya

(58)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 44

ruang aktif dalam memiliki unsur-unsur perubahan, yaitu warna,

material, tekstur, bentuk display,arah (pentunjuk), pencahaayan, dan

pengaturan suhu didalam ruang, hal ini akan memberikan suatu

keunikan pagi pengunjung.

Ruang Aktif dalam, ruang yang

melakukan kegiatan

berupa melihat koleksi pakaian, belajar

menenun, mendekorasi interior dan sebagainya.

Didalam museum tekstil adanya perubahan

ruangan,perubahan ruangan tersebut berupa, area

display,pencahayaan ,dekorasi

(59)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 45

3.3. Kajian Tema

Teori Gestalt tentang Ekspresi

Para psikolog Gestalt menduga bahwa terdapat sebuah pengalaman langsung dari kualitas ekspresi dalam persepsi terhadap garis-garis, bidang-bidang, volume ataupun massa. Mereka merumuskan bahwa pengalaman-pengalaman ini bukan hasil dari asosiasi intelektual melainkan hasil dari sebuah gaung antara proses neurologis (syaraf) dan pola-pola lingkungan. Jadi bangunan dikatakan hidup, tenang atau berat bukan karena asosiasi antara pola-pola yang ada sekarang dengan rujukan tetapi karena proses biologis dalam otak kita – Konsep Isomorphism Gestalt (lang, 1987).

Menurut interpretasi psikologi dan teori Gestalt tentang proses persepsi visual, menyatakan bahwa garis (line) dan bentuk (form) dari bangunan mengkomunikasikan makna-makna secara langsung melalui garis itu sendiri dan bidang (Lang, 1987). Contoh-contoh dari penerapan teori ini pada Chrisler Building, ekspresi menjulang tinggi (soaring) Sydney Opera House, ekspresi gelembung (billowing) dalam gambar menunjukan ekspresi statis. Ketiganya merupakan kualitas ekspresif dari konfigurasi-konfigurasi spesifik. Interpretasi alternatif dari teori Gestalt adalah bahwa ekekspresi-ekspresi ini adalah hasil dari asosiasi-asosiasi yang dipelajari (Lang, 1987)

(60)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 46 1. Ruang

Ruang selalu melingkupi keberadaan kita. melalui volume ruang

kita bergerak, melihat bentuk-bentuk, mendengar suara-suara,

merasakan angin bertiup, mencium bau semerbak bunga ditaman.

Itulah ruang yang terdiri dari kayu atau batu, yang sebelumnya tidak

memiliki bentuk. Bentuk ruang dimensi dan skalanya, kulitas

cahayanya semua tergantung persepsi kita atas batas-batas ruang

yang ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya. Jika ruang telah

ditetapkan, dilingkupi, dibentuk dan diorganisir oleh unsur-unsur massa

maka arsitektur menjadi kenyataan.

2. Garis

Garis merupakan kumpulan dari titik, dan garis merupakan

unsur desain yang terbentuk dari adanya goresan yang nyata sehingga

garis merupakan unsur yang paling utama. Karena dengan garis kita

dapat membuat bidang, membuat bentuk – bentuk serta dapat

menampilkan gerak, juga karena adanya perbedaan – perbedaan

garislah maka suatu desain menjadi demikian bervariasi.

Nilai dari suatu garis banyak ditentukan oleh irama serta

kemampuan mewujudkan bentuk atau massa dengan kemungkinan

yang hampir tak terbatas dalam perpaduannya dengan unsur – unsur

lain. Garis secara visual kehadirannya dapat di bedakan yaitu dapat

berupa garis lurus, garis lengkung, garis patah – patah, garis

bergelombang, garis tebal, garis tipis, garis vertikal, garis horizontal,

dan sebagainya.

3. Bentuk

Bentuk adalah suatu permukaan yang dibatasi oleh garis dan

mempunyai kesan adimensi yaitu dimensi yang memiliki panjang,

lebar dan volume. Bentuk yang terdapat pada suatu desain terdiri dari

bentuk yang terjadi atas perpaduan antara hubungan garis lurus

seperti bentuk segitiga, segi empat, lingkaran dan elips. Bentuk

(61)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 47

Gambar 30. Macam – macam bentuk

4. Arah

Arah merupakan unsur rupa dan desain yang menghubungkan

unsur rupa dan desain yang menghubungkan bentuk dengan ruang.

Setiap bentuk dalam ruang pasti mempunyai arah terkecuali bentuk

lingkaran dan bola. Macam – macam arah, yaitu vertikal, horizontal,

diagonal, miring. Arah vertikal, horizontal dan miring akan membentuk

ruang dua dimensi, dan arah menyerong yang membuat sudut akan

lebih membentuk ruang maya karena arah serong menimbulkan kesan

seolah membentuk perspektif.

5. Warna

Warna adalah salah satu unsur seni dan desain yang secara

visual sangat menarik perhatian mata, karena dalam suatu benda yang

pertama kali dilihat dan dinikmati adalah warnanya. Warna selalu

dihubungkan dengan estetika karena selain dihayati dengan

menggunakan kepekaaan perasaan manusia. Warna juga bisa

merupakan representasi dari makna atau simbol tertentu.

Secara ilmiah dinyatakan bahwa warna merupakan gelombang -

gelombang cahaya tertentu, kita dapat mengenali suatu warna apabila

gelombang cahaya itu menyentuh retina mata, kemudian diolah

jaringan syaraf, gelombang cahaya tadi disampaikan ke otak yang

kemudian mencernanya sehingga kita dapat mengenal gelombang

(62)

Nopella Sitanggang (104.070.10) 48

Secara emosional warna dianggap memiliki sifat – sifat yang

sanggup menimbulkan kesan panas, dingin, cerah, murung dan

sebagainya.

Seorang ahli warna, Brewster mengemukakan teorinya bahwa

warna- warna merah, kuning dan biru merupakan unsur – unsur warna

tersendiri yang tidak dapat dihasilkan oleh pencampuran dari warna

apapun, karena warna – warna merah, kuning dan biru ini disebut

warna primer ( the primary colours ). Percampuran dari sepasang

warna primer tersebut akan menghasilkan warna sekunder ( the

sekunder colours ). Yang disebut juga intermediate hues atau warna

antara. Kemudian percampuran satu warna sekunder akan

menghasilkan warna tersier.

Gambar. 31. Lingkaran Warna sumber

:https://www.google.com/search?um=1&hl=en&biw=1366&bih=667&tbm=isch&sa=(di akses pada tanggal 28 mei 2013)

Dari skema lingkaran warna tersebut dapat dilihat bagaimana

terbentuknya warna sekunder dan warna tersier dari tiga warna primer.

Dengan demikian berdasarkan teori Brewster ini kita dapat mengenal

beberapa jenis warna yaitu :

a. Warna primer atau warna pokok merupakan warna utama dalam

lingkaran warna, yang diperoleh bukan dari mencampur warna –

warna yang ada. Warna primer terdiri dari : merah, biru dan kuning.

b. Warna sekunder : warna hasil campuran yang seimbang antara

warna primer dengan warna primer.

1. Warna ungu ( violet ) campuran merah dan biru.

Gambar

Gambar 2. Tampak depan gedung museum tekstil Jakarta.  Sumber : Dokumentasi Pribadi.
Gambar 4. Interior pamer batik.
Gambar 5. Interior gedung workshop.
Gambar 11. Denah  Museum Tekstil Jakarta.
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengenai pengaruh bauran pemasaran jasa terhadap keputusan mengunjungi objek.. wisata museum

Dalam perancangannya, konsep dari sekolah tinggi tekstil bandung ini menyesuaikan dengan visi dan misi dari lembaga, serta berusaha menjadikan sekolah ini sebagai lembaga pendidikan

Museum batik terletak di tanah abang yaitu dekat dengan pusat grosir kain dan pakaian. Di dalam lingkungan museum batik dan museum tekstil yang merupakan satu kawasan

Desain bangunan adalah art deco yang ditandai dengan bentuk atapnya Pada perancangan Galeri Utama Museum Tekstil Jakarta penulis menggunakan gaya Art Deco

Hingga saat ini koleksi Museum Tekstil Jakarta berjumlah kurang lebih 3000 koleksi. Koleksi yang tersimpan tersebut merupakan pembelian Pemerintah Provinsi DKI

Dalam perancangannya, konsep dari sekolah tinggi tekstil bandung ini menyesuaikan dengan visi dan misi dari lembaga, serta berusaha menjadikan sekolah ini sebagai lembaga pendidikan

Akademik Kemahasiswaan Ketua Jurusan Kimia Tekstil. Bandung, 4

Gambar 1.1.9 Jawaban Responden Pertanyaan 5 Berdasarkan hasil jawaban responden yang didapatkan, responden sangat tertarik untuk mengunjungi Museum Tekstil Jakarta 22%, responden