• Tidak ada hasil yang ditemukan

Museum Zoologi Bandung dengan Penerapan Biomimetik Arsitektur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Museum Zoologi Bandung dengan Penerapan Biomimetik Arsitektur"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Museum Zoologi Bandung dengan Penerapan

Biomimetik Arsitektur

Dickri Dwi Putra H

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Email:

dickridp182@gmail.com

ABSTRAK

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman fauna. Namun dengan keanekaragaman fauna tersebut, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui ilmu pengetahuan tentang struktur, fisiologi, pengembangan, dan klasifikasi atau zoologi dari keanekaragaman fauna tersebut. Kegiatan aktivitas masyarakat yang padat dan kebutuhan akan edukasi yang semakin meningkat, berdampak pada kebutuhan akan fasilitas sarana rekreasi dan edukasi yang dapat memberikan rasa senang serta tenang sehingga dapat menjadi destinasi pilihan masyarakat Indonesia untuk menghilangkan stres dan penat akibat rutinitas sehari-hari. Desain Museum Zoologi Bandung dibutuhkan guna menjadi tempat yang dapat memberikan sarana rekreasi edukasi yang senang serta tenang khususnya pada ilmu tentang fauna jenis vertebrata dan invertebrata yang ada di Indonesia dengan menghadirkan suasana yang menyatu dengan alam. Mengusung tema Biomimetik Arsitektur yang merupakan konsep desain yang melihat alam sekitar sebagai tolak ukur atau contoh dalam mendesain, tidak mencoba untuk mengeksploitasi alam dengan mengekstraksi material alam itu, serta menghargai alam sebagai sesuatu yang manusia dapat pelajari. Upaya penerapan konsep biomimetik arsitektur diterapkan dengan menjadikan sifat dinamis dan bentuk sisik pada kulit hewan ular sebagai contoh dan inspirasi pada bentuk dan fasad bangunan yang diharapkan mampu mempresentasikan visual bangunan museum ini sebagai tempat sarana rekreasi edukatif yang menyenangkan dalam bidang zoologi di Indonesia.

Kata kunci: arsitektur biomimetik, museum, zoologi.

ABSTRACT

Indonesia is a country that has a lot of fauna diversity. However, with the diversity of fauna, there are still many Indonesian people who do not know the science of the structure, physiology, development, and classification or zoology of the fauna diversity. Dense community activities and the increasing need for education, have an impact on the need for recreational and educational facilities that can provide a sense of pleasure and calm so that it can become the destination of choice for Indonesians to relieve stress and fatigue due to daily routines. The design of the Bandung Zoological Museum is needed to be a place that can provide fun and quiet educational recreation facilities, especially in the knowledge of vertebrate and invertebrate fauna species in Indonesia by presenting an atmosphere that is one with nature. Carrying the theme Biomimetic Architecture, which is a design concept that sees the surrounding environment as a benchmark or example in designing, does not try to exploit nature by extracting natural materials, and respects nature as something that humans can learn. Efforts to apply the concept of architectural biomimetics are applied by making the dynamic nature and shape of the scales on the skin of snakes as an example and inspiration for the shape and facade of the building which is expected to be able to present the visual of this museum building as a fun educational recreation facility in the zoology field in Indonesia.

(2)

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan keragaman fauna. Dengan keragaman fauna tersebut Indonesia telah memiliki museum zoologi di berbagai daerah yang berperan dalam memberikan ilmu pengetahuan, menginformasikan, dan memamerkan keanekaragaman fauna Indonesia dalam bentuk awetan (prototype), maupun replika. Selain menjadi sarana edukasi, museum dapat menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat Indonesia. Rekreasi menjadi bagian penting untuk menjaga fisik dan jiwa agar terhindar dari stres dan penat akibat rutinitas sehari-hari. Salah satu sarana rekreasi yang memiliki nilai lebih karena mengandung banyak nilai edukasi adalah museum. Mengingat padatnya aktivitas dan kebutuhan akan edukasi semakin meningkat, maka diperlukan fasilitas sarana edukasi dan rekreasi yang dapat menjadi destinasi pilihan masyarakat Indonesia khususnya pada ilmu zoologi. Ilmu Zoologi merupakan cabang ilmu biologi yang sangat erat kaitannya dengan keanekaragaman Fauna, baik dari studi tentang struktur, fisiologi, pengembangan, dan klasifikasi hewan. Maka dari itu, dengan banyaknya sumber daya alam dan keanekaragaman fauna yang dimiliki Indonesia dapat dijadikan sebagai salah satu tema/konsep bangunan.

Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan bangunan Museum Zoologi yang baik dan nyaman, dibutuhkan sebuah pendekatan untuk menciptakan sebuah inovasi dalam mencari solusi dan menjawab tantangan tersebut dengan cara meniru pola alam sebagai acuan, menggunakan alam sebagai pedoman dan inspirasi, tidak mencoba untuk mengeksploitasi alam dengan mengekstraksi material alam itu, serta menghargai alam sebagai sesuatu yang manusia dapat pelajari. Oleh karena itu konsep arsitektur biomimetik yang dalam penerapannya mengikuti konsep yang telah ada pada alam sangat cocok untuk diterapkan pada bangunan Museum Zoologi Bandung.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Definisi Proyek

Museum Zoologi Bandung adalah sebuah bangunan dengan tema Biomimetik Arsitektur yang berfungsi sebagai wadah fasilitas untuk koleksi replika fauna di Indonesia yang didalamnya dapat memberikan ilmu pengetahuan tentang struktur, fisiologi, pengembangan, dan klasifikasi hewan pada jenis vertebrata dan invertebrata dengan tujuan sebagai tempat sarana rekreasi dan sarana edukasi. Museum Zoologi ini memiliki fungsi pendukung berupa auditorium, perpustakaan, dan ruang seminar yang dapat digunakan sebagai fasilitas kegiatan edukasi lainnya.

2.2 Lokasi Proyek

Lokasi bangunan berada di kawasan Kota Baru Parahyangan Kabupaten Bandung Barat tepatnya di Jl. KBP East Entrance (Gambar 1). Kawasan ini dikelilingi oleh permukiman warga, perkantoran, perniagaan, dan pendidikan. Selain itu, kawasan ini memiliki kondisi aksebilitas yang memadai diantaranya dekat dengan Gerbang Tol Pasteur dan Stasiun Kereta Api Padalarang. Sebagai kota satelit, Kota Baru Parahyangan mempunyai keunikan dari segi desain yang berbeda dengan Kota baru lainnya, yaitu dengan menghadirkan visi dan spirit sebagai “Kota Pendidikan”, yang nantinya akan memberikan kontribusi kepada seluruh penghuni dan masyarakat sekitar Bandung. Proyek Museum Zoologi Bandung memiliki luas lahan 16.557 meter persegi dengan area terbangun 5.772 meter persegi. Ketentuan regulasi pada kawasan ini yaitu KDB 40%, KLB minimal 1, KDH minimal 30%, dan GSB 8 meter yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau. Pada radius 1 km dari lokasi proyek, terdapat beberapa fungsi lahan berupa jasa (komersil), wisata, hunian, pendidikan, dan pelayan umum.

(3)

Gambar 1. Lokasi Tapak

Sumber: http://www.maps.google.com/, diakses tanggal 02 September 2020, diolah 2.3 Definisi Tema

Arsitektur Biomimetik adalah ilmu dan seni merancang bangunan dengan meniru aspek-aspek organisme atau mahkluk hidup. untuk menciptakan sebuah inovasi untuk mencari solusi untuk mejawab tantangan yang dihadapi manusia dengan cara meniru pola yang sudah ada dan teruji di alam. Arsitektur Biomimetik terbagi menjadi tiga level, yaitu organism level, behaviour level, dan

ecosystem level [1]. Zoologi adalah ilmu tentang kehidupan binatang dan pembuatan klasifikasi

aneka macam bentuk binatang di dunia (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan) [2].

2.4 Elaborasi Tema

Tema yang diangkat dalam perancangan Museum Zoologi Bandung ini adalah Arsitektur Biomimetik. Istilah Biomimetik mulai diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Otto Herbert Schmitt yang merupakan insinyur dan ahli biofisika yang berkewarganegaraan Amerika Serikat dan tumbuh secara luas khususnya di kalangan ilmuwan material pada tahun 1980 [3]. Dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Elaborasi Tema

Museum Zoologi Arsitektur Biomimetik

Mean

Museum adalah Sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembangannya terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan pendidikan, penelitian dan kesenangan, barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. (International

Council of Museum).[5]

Zoologi merupakan cabang ilmu biologi yang bersangkutan dengan anggota kerajaan hewan dan dengan kehidupan binatang pada umumnya termasuk studi tentang struktur, fisiologi, pengembangan, dan klasifikasi hewan.

Arsitektur Biomimetik adalah ilmu dan seni merancang bangunan dengan meniru aspek-aspek organisme atau mahkluk hidup. untuk menciptakan sebuah inovasi untuk mencari solusi untuk mejawab tantangan yang dihadapi manusia dengan cara meniru pola yang sudah ada dan teruji di alam. [4]

Problem

Museum masih menjadi salah satu destinasi wisata yang kurang diminiati masyarakat Indonesia, karena beranggapan museum merupakan bangunan kuno dan membosankan

Dengan keragaman fauna di Indonesia, masih sedikit bangunan yang memberi infromasi tentang struktur, fisiologi, pengembangan, dan klasifikasi hewan.

Sedikitnya rancangan bangunan yang menggunakan prinsip desain biomimetik di Kota Bandung

(4)

Fact

Sudah banyak museum yang modern dengan teknik menggunakan teknologi yang canggih serta bentuk bangunan museum yang modern

Masih kurangannya pengetahuan masyarakat tentang keberagaman fauna di Indonesia.

Konsep biomimetik sudah sering ditemukan dalam berbagai konsep bangunan maupun sebuah benda

Need

Rancangan museum yang dapat memberikan edukasi dan menarik minat pengunjung dengan konsep metode pameran yang modern

Memamerkan berbagai jenis fauna Indonesia dengan baik yang tidak langka hingga yang langka dengan informasi yang dapat memberikan edukasi bagi pengunjung

Penerapan prinsip desain biomimetik pada bentuk massa, bentuk fasad, pemilihan material, desain bukaan cahaya, dan udara pada bangunan yang dapat merespon alam yang dijadikan acuan.

Goal

Menciptakan museum sebagai sarana rekreasi edukatif yang baik dengan sirkulasi dan fasilitas yang mendukung aktifitas seperti perpustakaan, ruang seminar, serta membuat publik area yang baik

Memberikan ilmu pengetahuan dan dapat menambah daya tarik pengunjung terhadap macam-macam Fauna Indonesia

Menerapkan arsitektur biomimetik pada perancangan dengan menghadirkan konsep alam pada keseluruhan rancangan bangunan baik dalam atau luar bangunan secara berkesinambungan

Concept PENERAPAN ARSITEKTUR BIOMIMETIK PADA MUSEUM ZOOLOGI BANDUNG Sumber : Hasil analisa pribadi, 02 September 2020, diolah

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Konsep Gubahan Massa

Gubahan massa bangunan utama dirancang dengan menggunakan bentuk ular sebagai contoh model dengan mengangkat sifat dinamis dan fleksibel tubuh ular. Pola acuan yang dihasilkan berupa sebuah garis dinamis kemudian digabungkan dengan bentuk dasar lingkaran dan segi empat, lalu ditambahkan unsur ruang sehingga bentuk memiliki volume (Gambar 2).

(5)

3.2 Zoning Dalam Tapak

Konsep zoning tapak dibagi menjadi 3 zona utama yaitu zona publik, zona semi-publik, dan zona servis. Ketiga zona ini ditempatkan berdasarkan kondisi dan situasi yang ada di sekitar tapak. Zona publik merupakan zona sirkulasi, pedestrian, plaza dan area parkir, zona semi-publik merupakan zona penerima untuk bangunan utama dan fasilitas penunjang, sedangkan zona servis di tempatkan berada di bagian belakang tapak agar tidak menggangu lingkungan pada bangunan utama dan sekitarnya (Gambar 3).

Gambar 3. Pembagian zona dalam tapak 3.3 Sirkulasi Dalam Tapak

Sirkulasi kendaraan pengunjung (warna biru) dapat melalui pintu masuk site berada pada Jl. KBP East

Entrance yang merupakan jalan utama, sedangkan sirkulasi pejalan kaki dapat melalui jalur pedestrian

(warna hijau). Pintu masuk khusus bagi kendaraan servis dan pengelola (warna merah) yang langsung diarahkan menuju bangunan utilitas yang berada di bagian belakang site. (Gambar 4)

Gambar 4. Pola sirkulasi dalam tapak 3.4 Konsep Zoning Bangunan

Pembagian zona dalam bangunan museum ini dibagi menjadi empat zona yaitu: Zona publik, zona semi–publik, zona servis, dan zona privat. Pengelompokan zona ini dibedakan dengan keterangan warna yang berbeda tiap jenis zonanya. Zona publik ditandai dengan warna hijau, zona semi-publik ditandai dengan warna biru, zona privat ditandai dengan warna merah, dan zona servis ditandai dengan warna kuning. Rancangan bangunan museum Zoologi ini memiliki 2 lantai, lantai dasar dan lantai 2. (Gambar 5 dan Gambar 6)

(6)

Pada zona lantai dasar warna biru merupakan zona semi-publik yang berfungsi sebagai ruang pamer. Warna merah menunjukkan ruang-ruang yang bersifat privat seperti ruang pengelola, ruang utilitas, ruang teknisi, dan lainnya. Warna hijau menunjukkan area publik seperti lobi, ruang informasi, ruang penitipan, ruang tiket, ATM center, kantin, dan toko souvenir. Warna kuning menunjukkan ruang mushola, lavatory, dan dapur kantin (Gambar 5).

Gambar 5. Zoning lantai dasar bangunan

Pada zona lantai 2 merupakan lantai yang didominasi oleh zona yang bersifat semi-publik (warna biru) karena berfungsi sebagai ruang pamer, ruang audio visual, ruang auditorium, ruang seminar, perpustkaan, dan ruang studi koleksi. Warna kuning menunjukkan mushola, dan lavatory. (Gambar 6)

Gambar 6. Zoning lantai 2 bangunan

3.4 Fasad Bangunan

Fasad bangunan menghadap ke arah barat laut sebagaimana hasil dari analisa tapak dan menghadap langsung ke jalan utama. Pada fasad depan (Gambar 7) dan fasad samping (Gambar 8) bangunan lantai dasar di desain lebih didominasi oleh dinding dan bukaan kaca sebagai pencahayaan, banyaknya bukaan dapat menunjukkan sifat keterbukaan antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Sedangkan pada fasad lantai 2 didominasi dengan cladding dengan bentuk seperti sisik ular berpori merupakan pengaplikasian tema biomimetik arsitektur yang bertujuan untuk mengalirkan udara dari luar bangunan ke dalam, selain itu dapat memberikan efek pembayangan yang unik ke dalam bangunan.

(7)

Gambar 7. Tampak depan bangunan

Gambar 8. Tampak samping bangunan

Pada fasad belakang bangunan lantai dasar dan lantai 2 di desain lebih didominasi oleh dinding masif dan bukaan kaca sebagai pencahayaan, banyaknya bukaan pada dapat menunjukkan sifat keterbukaan antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Material batu alam pada area pengelola dan servis merupakan pengaplikasian dari prinsip biomimetik arsitektur yaitu menggunakan material dari alam. (Gambar 9)

Gambar 9. Tampak belakang bangunan

Jika melihat elemen fasad secara mendetail, cladding dengan bentuk seperti sisik ular berpori merupakan pengaplikasian tema biomimetik arsitektur. Material fasad berupa Allumunium Composit

Panel yang berfungsi juga sebagai alat pembayang pasif terhadap sinar matahari. Selain aspek

fungsional, modul detail fasad tersebut juga memberikan nilai lebih pada aspek estetika pada bangunan. (Gambar 10)

Gambar 10. Detail Fasad 3.4 Eksterior Bangunan

Pengolahan eksterior bangunan dibuat dengan menjadikan alam sebagai tolak ukur ataupun contoh dalam mendesain dengan harus tetap mempertimbangkan estetika bangunan. Sifat ular yang dinamis

(8)

menjadi acuan dalam mendesain bentuk bangunan dan alur sirkulasi pedestrian. Dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Perspektif mata burung

Terdapat area laybay yang berfungsi sebagai tempat pemberhentian angkutan umum bagi pengunjung yang datang tidak menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu, area ini menjadi ruang komunal bagi masyarakat sekitar maupun pengunjung. (Gambar 12)

Gambar 12. Laybay area

Area plaza dijadikan sebagai ruang komunal utama bagi pengunjung museum dan drop off area. Terdapat kursi-kursi sebagai area bersantai pengunjung museum dan menjadi akses menuju bangunan dari area parkir kendaraan. (Gambar 13)

(9)

Area parkir pengelola memiliki akses terpisah yang berada di sebelah timur laut bangunan yang berhubungan langsung dengan area servis dan pengelola pada bangunan museum (Gambar 14).

Gambar 14. Area parkir pengelola

Area parkir pengunjung berada di bagian Barat bangunan museum dengan kapasitas 6 parkir bus, 45 parkir mobil, dan 40 motor untuk pengunjung (Gambar 15).

Gambar 15. Area parkir pengunjung

Pintu masuk dan keluar site berada di Jl. KBP East Entrance yang dapat diakses dari Jl. Raya Padalarang dan Jl. Parahyangan Raya (Gambar 16).

Gambar 16. Aksesibilitas masuk dan keluar site 3.5 Konsep Struktur

Rancangan struktural pada bangunan ini secara garis besar berada pada lahan yang berkontur. Struktur yang digunakan adalah struktur rangka beton (framesystem) dengan modul 8,1 m x 8,1 m. Pada bagian bangunan bentang lebar menggunakan struktur atap vector active yaitu flat truss system. Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan pertimbangan merupakan bangunan bentang lebar.

(10)

Ukuran pondasi tiang pancang yang digunakan berdiameter 40 cm dan jarak antar pondasi tiang pancang adalah 8,1 m (Gambar 17).

Gambar 17. Isometri Struktur 3.6 Interior Bangunan

Area lobi museum di desain sebagai area penerima dan area transisi antara zona publik dengan zona semi-publik yang didalamnya terdapat berbagai aktivitas seperti pembelian tiket, penitipan barang, ataupun menanyakan informasi. Bukaan udara berupa jendela dan pintu yang besar dapat menunjukkan sifat keterbukaan antara ruang dalam dan luar bangunan. (Gambar 18)

Gambar 18. Perspektif interior lobi

Pada ruang pamer kelompok pisces (ikan) terdapat bukaan berupa jendela yang menghadap langsung ke area plaza bangunan sebagai pencahayaan. koleksi pada ruang ini ditampilkan menggunakan vitrine

box yang terbuat dari kayu dan kaca yang didalamnya terdapat awetan ataupun replika dari hewan

yang ditampilkan. (Gambar 19)

(11)

Ruang pamer kelompok mamalia terdapat pada bagian utama bangunan. Terdapat bukaan berupa jendela yang berhadapan langsung dengan ruang terbuka hijau dapat menunjukkan sifat keterbukaan antara ruang dalam dan luar bangunan sebagai salah satu prinsip arsitektur biomimetik. Pada ruangan ini koleksi ditampilkan menggunakan vitrine box dan menggunakan alas berupa kayu yang diatasnya langsung merupakan benda koleksi berupa replika ataupun awetan dari hewan mamalia. Dengan koleksi utama merupakan replika/awetan Gajah Sumatera yang ditempatkan di tengah ruangan (Gambar 20).

Gambar 20. Perspektif interior ruang mamalia

Ruang pamer kelompok aves bersampingan dengan ruang mamalia. Pada ruangan ini koleksi ditampilkan menggunakan vitrine box yang di dalamnya terdapat replika ataupun awetan dari hewan aves, dan terdapat juga koleksi yang di gantungkan pada plafond. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan visualiasi terhadap burung yang sedang terbang (Gambar 21).

Gambar 21. Perspektif interior ruang aves

4. SIMPULAN

Museum Zoologi Bandung merupakan museum rekreasi edukasi tentang klasifikasi hewan yang terletak di Jl. KBP East Entrance, Kota Baru Parahyangan. Museum ini dirancang dengan pendekatan biomimetik arsitekur. Pendekatan tersebut diterapkan pada bentuk bangunan yang menjadikan sifat dinamis bentuk ular sebagai acuan dalam mendesain. Elemen lainya yang berkaitan dengan pendekatan tersebut yaitu terdapat pada elemen fasad bangunan yang menggunakan cladding dengan bentuk seperti sisik ular berpori merupakan pengaplikasian tema biomimetik arsitektur yang bertujuan untuk untuk menangkap angin yang berhembus di permukaan fasad bangunan, terdapat tanaman rambat pada bagian entrance bangunan sebagai konsep yang menyatu dengan alam. Pada bentuk dan elemen fasad, pendekatan biomimetik direspon dengan analogi tubuh ular yang bersifat dinamis, dan tidak kaku. Analogi tersebut juga diterapkan dalam merencanakan bentuk pedestrian dalam site.

(12)

[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta; 1990; Balai Pustaka.

[3] Gabrielle D. A. Hartono, Pingkan P. Egam, Amanda S. Sembel, (2018). Dalam jurnal (Pusat

Hewan Peliharaan Di Kota Manado “Arsitektur Biomimetik”)

[4] Gruber, Petra (2011). Biomimetics in Architecture: Architecture of Life and Buildings. Austria: Vienna Institute of Technology

[5] ICOM, (2004). Running a Museum : A Parctical Handbook, International Council of Museum, UNESCO. France

Gambar

Tabel 1. Elaborasi Tema
Gambar 2. Tranformasi bentuk massa
Gambar 3. Pembagian zona dalam tapak
Gambar 5. Zoning lantai dasar bangunan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui variabel mana yang berpengaruh terhadap kinerja personil proyek konstruksi diantara ketiga variabel bebas kemampuan kerja,intruksi kerja dan

(1992) menyatakan bahwa tanah sulfat masam adalah tanah yang memiliki lapisan pirit atau sulfidik pada kedalaman kurang dari 50 cm dan semua tanah yang memiliki

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bentuk register dalam transaksi jual beli rajungan di Desa Tasikharjo,

Pada paduan dengan penambahan 9%wt Al terjadi peningkatan kekerasan yang tinggi hal ini dikarenakan terbentuknya karbida pada batas butir seperti tampak pada

Hal ini diperkuat oleh Suyanto dalam Santoso (2012), karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

Secara umum sebuah sistem basis data merupakan sistem yang terdiri atas kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem

buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara.. mandiri tanpa atau dengan bimbingan

Untuk kegiatan professional kedokteran dan kesehatan, berdasarkan jenis kegiatan dibagi menjadi: Kegiatan pribadi, dokumen bukti dibuat oleh yang bersangkutan dengan