• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Mi Al-Bahri Kebon Nanas Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Mi Al-Bahri Kebon Nanas Jakarta"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

IMAS SETIAWATI NIM : 809011000043

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

iii

Nama : Imas setiawati

NIM : 809011000043

Fakultas/Jurusan : FITK/PAI

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Media audiovisual Terhadap Motivasi Belajar Siswa di MI Al-Bahri Kebon Nanas, Jakarta Timur

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah penulis cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya penulis,

maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Agustus 2012

(3)
(4)
(5)

vi

Judul : Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual Terhadap Motivasi Belajar Siswa MI Al-Bahri Kebon Nanas Jakarta

(6)

vii

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke jalan yang terang.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:

1. Prof. Dr. H. Rifai Syauqi Nawawi. MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam menyelesaikan studi di fakultas ini.

2. Bapak Bahrisalim, M.Ag Ketua Jurusan PAI, yang juga telah memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3. Bapak Drs. Safiuddin Shidiq, M.Ag Sekretaris Jurusan PAI, yang telah memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

4. Bapak Fauzan, MA yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran selama proses bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga bapak diberikan nikmat sehat dan selalu menjadi suri tauladan kami.

5. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis memiliki bekal ilmu pengetahuan.

6. Pimpinan dan seluruh staff Perpustakaan Utama dan perpustakaan FITK yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

viii

dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Ibu Hj. Neneng Atikah, S.Pd.I serta teman-teman guru TK Al-Iman Cipinang Jaya Jakarta Timur yang telah memberikan support dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Teman-teman mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam khususnya kelas G. 3.17 yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis. Semoga persaudaraan kita tetap terjaga dan selalu diridhoi Allah SWT.

Akhir kata terimakasih atas jasa-jasa dan bantuan semua pihak baik moril maupun materil, penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.

Jakarta, 8 Agustus 2012

(8)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ……… iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………. iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………. ………. v

ABSTRAK ……….. vi

KATA PENGANTAR ………... vii

DAFTAR ISI ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ………... 6

C.Pembatasan Masalah ………... 6

D.Perumusan Masalah ……… 7

E. Tujuan Penelitian ……… 7

F. Kegunaan Hasil Penelitian ………. 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR A.Motivasi ……….. 8

1. Pengertian Motivasi ……….. 8

2. Macam-macam Motivasi ……….. 11

3. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah ………... 13

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ……… 15

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar …………...16

B. Media Audiovisual ……… 16

1. Pengertian Media Audiovisual ………. 16

2. Macam-macam Media Audiovisual ………... 21

3. Kelebihan dan Kekurangan Media Audiovisual………. 29

(9)

x

………...

D. Populasi dan Sampel ……… 34

E. Tehnik Pengumpulan Data ………... 35

F. Tehnik Analisi Data ………. 35

G. Hipotesis Statistik ……… 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 38

B. Deskripsi Data ……….. 42

C. Analisis Data ………... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 64

B. Saran-saran ……….. 64

DAFTAR PUSTAKA ……… 65

(10)

1

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia sebagai sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1, dikutip dari buku Abdul Rozak, dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Ketika kita berbicara mengenai pendidikan, maka tak akan lepas dari pembahasan mengenai pembelajaran. Pembelajaran adalah situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu yang diberikannya kepada peserta didik berdasarkan kurikulum dan tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran diberikan dalam lembaga formal seperti sekolah.

Pendidikan merupakan sebuah proses yang tidak bisa ditinggalkan oleh manusia. Dalam sebuah proses transfer ilmu banyak hal yang diperlukan, diantaranya adalah guru dan media pembelajarannya. Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan seorang guru melaksanakn peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain, potret dinamika kehidupan sangat bergantung dari citra guru di tengah-tengah masyarakat. Hal ini terlihat dengan jelas dari peran pasti seorang guru sebagai pengajar, manager kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dan sebagainya. Sebagai pengajar, guru diharapkan dapat melakukan

1

(11)

penyampaian ilmu pengetahuan (Transfer of Knowledge) kepada siswa sesuai kebutuhannya. Sebagai manager kelas, guru seharusnya dapat melakukan pembenahan dan pengaturan kelas, sehingga hara/pola pembelajaran tidak terkesan monoton atau membosankan. Sebagai supervisor, guru hendaknya terus mengawasi proses pelaksanaan serta keberhasilan belajar siswa. Sebagai konsuler, tugas guru yang paling utama adalah membimbing, mengarahkan dan membantu siswa dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Sementara tugas guru sebagai motivator antara lain memberikan motivasi kepada siswa sehingga mereka terus bersemangat, tekun, giat dan lain-lain dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, dikutip dari buku Abdul Rozak, “guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.2

Untuk itu tuntutan menjadi guru professional akan menuntut kemampuan seorang guru dalam proses pembelajaran. Menurut H. Wina Sanjaya “mengajar bukanlah hanya menyampaikan materi pelajaran saja, akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat kompleks. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, diperlukan sejumlah keterampilan khusus yang didasarkan pada konsep dan ilmu pengetahuan yang spesifik. Artinya setiap keputusan dalam melaksanakan aktivitas mengajar bukanlah didasarkan kepada suatu pertimbangan berdasarkan keilmuan tertentu, sehingga apa yang dilakukan guru dalam mengajar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.3 Oleh karena itu, untuk menjadi seorang guru professional diperlukan latar belakang kependidikan keguruan. Menjadi guru bukan hanya cukup memahami materi yang harus disampaikan, akan tetapi juga diperlukan kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang lain, salah satunya adalah kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.

Guru sebagai tenaga professional di bidang kependidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui

2

Ibid, h. 47 3

H. Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan

(12)

dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Di dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar, guru harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan didalam sepuluh kompetensi guru dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru. Menurut Sardiman A.M, “sepuluh kompetensi guru itu meliputi: menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media/sumber belajar, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran”.4

Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru disekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya . Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar.

Sementara Hamalik (1991) dalam Kunandar, menyatakan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas (dalam situasi belajar mengajar), yakni: pertama, guru sebagai pengajar menyampaikan ilmu pengetahuan (perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada siswa dikelas). Kedua, guru sebagai pemimpin kelas perlu memiliki keterampilan sara memimpin

4

(13)

kelompok siswa. Ketiga, guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar mengajar siswa. Keempat, guru sebagai pengatur lingkungan perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. Kelima, guru sebagai partisipan perlu memiliki keterampilan cara memberikan sarana, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan. Keenam, guru sebagai ekspeditur perlu memiliki keterampilan menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan. Ketujuh, guru sebagai perencana perlu memiliki keterampilan cara memilih, meramu bahan pelajaran secara professional. Kedelapan, guru sebagai supervisor perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan keterlibatan kelas. Kesembilan, guru sebagai motivator perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi siswa belajar. Kesepuluh, guru sebagai penanya perlu memilki keterampilan cara bertanya yang merangsang siswa berpikir dan memecahkan masalah. Kesebelas, guru sebagai pengajar perlu memilki keterampilan cara memberikan ganjaran terhadap siswa yang berprestasi. Keduabelas, guru sebagai evaluator perlu memiliki keterampilan cara menilai siswa secara objektif, kontinu, dan komperehensif. Ketigabelas, guru sebagai konsuler perlu memiliki keterampilan cara membantu siswa yang mengalami kesulitan tertentu.5

Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru professional. Dengan penggunaan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Perkembangan tekhnologi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan tekhnologi mutakhir. Berbagai perkembangan tekhnologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok. Di MI Al-Bahri, Kebon Nanas, Jakarta, peneliti melihat adanya guru yang menggunakan media audio visual dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media berpengaruh kepada siswa, yaitu siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam mengikuti proses belajar.

5

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(14)

Dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Menurut Irwanto, “Manusia bukanlah benda mati yang bergerak hanya bila ada daya dari luar yang mendorongnya, melainkan makhluk yang mempunyai daya-daya dalam dirinya sendiri untuk bergerak inilah motivasi. Oleh karena itu, motivasi sering disebut penggerak perilaku (the energizer of behavior).6 Menurut Hilgard dalam H. Wina Sanjaya mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi muncul dari dalam diri seseorang.7

Menurut Mc. Donald dikutip dari buku H. Wina Sanjaya motivasi adalah perubahan energy dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.8 Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, keberhasilan siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang dimilikinya.

Menurut Dimyati, motivasi belajar ada yang ekstrinsik atau intrinsic. Penguatan motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar.9 Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu dengan cara pembelajaran

6

Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Total Grafika, 2002), h. 193 7

H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana, 2010), h. 29 8

Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 73

9

(15)

menggunakan media audiovisual. Dengan adanya media audiovisual, siswa akan lebih tetarik dan termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar bila dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan audiovisual. Namun sangat disayangkan, masih banyak siswa/siswi yang tidak memiliki motivasi dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini akan berdampak pada hasil pembelajaran yang tidak maksimal. Kondisi ini diperparah oleh minimnya kemampuan guru dalam memilih atau menggunakan media pembelajaran. Hal ini karena fungsi media memiliki peran yang begitu penting dalam memotivasi siswa dalam pembelajaran. Hasil observsi penulis menunjukkan bahwa masih sangat kurang motivasi belajar siswa karena penggunaan media yang jarang digunakan sehingga berimplikasi pada proses pembelajaran yang tidak maksimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap motivasi belajar siswa yang penulis susun dalam bentuk skripsi dengan judul “PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MI AL-BAHRI KEBON NANAS JAKARTA”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

2. Minimnya kemampuan guru dalam mengoperasikan media pembelajaran. 3. Kurangnya guru dalam memotivasi anak.

4. Pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap motivasi belajar siswa.

C.Pembatasan Masalah

(16)

D.Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah ada pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap motivasi belajar siswa di MI Al-Bahri. Kebon Nanas, Jakarta”

E.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk: Mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media audio visual terhadap motivasi belajar siswa di MI Al-Bahri, Kebon Nanas, Jakarta.

F. Kegunaan hasil Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan studi lebih lanjut tentang penggunaan media audiovisual secara tepat dan dapat dijadikan masukan dalam memotivasi siswa.

2. Menambah khazanah keilmuan.

3. Menambah pengalaman bagaimana cara melakukan penelitian bik penelitian kepustakaan maupunn penelitian lapangan.

(17)

8

1. Pengertian Motivasi

Menurut Sardiman A.M. motif sebagai kata dasar “motivasi” dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan tertentu. Motif dapat diartikan sebagai kondisi intern (kesiapsiagaan). Dan kata motif ini diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.1 Hal-hal yang mempengaruhi motif adalah motivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organism yang mendorong perilaku kearah tujuan. Oleh karena itu motivasi mempunyai 3 (tiga) aspek, yaitu: (1) keadaan terdorong dalam diri organism, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan, misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan atau karena keadaan mental seperti berfikir dan ingatan. (2) perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan. (3) tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.2

Menurut Noehi Nasution dalam Syaiful Bahri Djamarah, motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.3 Menurut Crider dalam Ramayulis, motivasi adalah sebagai abstrak keinginan yang timbul dari seseorang dan langsung ditujukan kepada sustu objek.4 Sedangkan menurut S. Nasution dalam Ramayulis, motivasi adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.5 Menurut Mc. Donald dikutip dari buku Sardiman A.M, motivasi adalah perubahan

1

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 73

2

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2008), h. 41

3

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), H. 166 4

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 117

5

(18)

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.6

Dari pengertian yang Mc. Donald ini dikutip oleh Sardiman A.M mengandung tiga elemen penting. Yaitu:7

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal

ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.

Thomas M. Risk dalam Zakiah Daradjat mengemukakan tentang motivasi sebagai berikut: “We may now define motivation, in a pedagogical sense, as the cocncious effort on the part of the teacher to establish in

student motives leading to sustained activity toward the learning goals.”

Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar.8 Menurut M. Alisuf Sabri “Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut/mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan/tujuan yang nyata ingin dicapai.9

Menurut Suardiman dalam Syaiful Bahri Djamarah motivasi dapat didefinisikan dengan: “Serangkaian usaha untuk menyediakan k ondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan

6

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),

h. 73 7

Ibid, h.74 8

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 140

9

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

(19)

bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Suardiman: 2006).”10

Motivasi itu tumbuh didalam diri seseorang dan juga dapat distimulir dari luar diri seseorang. Motivasi dalam kegiatan belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, karena berperan sebagai menumbuhkan gairah, merasa senang dan menyemangati belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar, akan mempunyai energy untuk melakukan kegiatan belajar, hal ini dapat dibuktikan dengan ketika seorang siswa yang memiliki intelegensi tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Namun, akhirnya bahwa hasil belajar akan optimal kalau memiliki motivasi yang tepat.

Menurut Zakiah Daradjat dkk, motivasi sebagai suatu proses, mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetapmangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga.

b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.

c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.11

Berdasarkan beberapa definisi belajar yang diuraikan diatas, maka penulis menyimpulkan belajar dapat dipahami sebagai suatu proses yang menuntut perubahan-perubahan yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.

Jadi motivasi belajar merupakan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

10

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 115 11

Zakiah Daradjat, dkk. Metodik khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: PT. Bumi

(20)

kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, selain itu juga merupakan dorongan dari dalam dan luar (guru, orang tua, atau orang lain) diri seseorang untuk berusaha merubah, baik nkepada tingkah laku atau sikapnya, maupun pada keterampilan dan ilmu pengetahuannya, yang dihasilkan dari latihan dan pengalaman untuk mencapai tujuan. Dengan demikian motivasi belajar tidak hanya suatu energi menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu usaha yang mengarahkan kegiatan siswa kepada tujuan belajar.

2. Macam-macam Motivasi

Menurut Sardiman A.M berbicara tentang atau macam jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

1) Motif-motif bawaan, yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari, misalnya dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat.

2) Motif-motif yang dipelajari.

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara social karena manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesama manusia lain sehingga motivasi itu terbentuk.12

b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: Kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

12

Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pers,

(21)

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.13

c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.

d. Motivasi Intrinsik dan ekstrinsik 1) Motivasi Intrinsik.

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar symbol dan seremonial.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena besok pagi akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar

13

(22)

tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen- komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

Selanjutnya W.H. Burton dalam buku “The guidance of learning activity” dikutip oleh Ramayulis membedakan dua jenis motivasi yaitu:

a) Motivasi instrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah suatu cita-cita atau daya yang telah ada dalam diri individu yang mendorong seseorang untuk berbuat dan melakukan sesuatu.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik ialah segala sesuatu yang dating dari luar yang menjadi cemeti bagi murid-murid untuk berbuat lebih giat. Kedalam motivasi ekstrinsik termasuk: ijazah, nilai yang tinggi, hadiah, ganjaran, penghargaan dan lain-lain.14

3. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Menurut Sardiman A.M ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Yaitu:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk

14

(23)

mencapai angka/nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi oara siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.

c. Saingan/kompetisi

Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepadda siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar lagi. Semakin mengetahui bahwa grafik belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negative tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik anak itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. j. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.

k. Tujuan yang diakui

(24)

memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.15

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Guru di sekolah menghadapi banyak siswa dengan bermacam-macam motivasi belajar. Oleh karena itu menurut Dimyati, Mudjiono, peran guru cukup banyak untuk meningkatkan belajar.

a. Optimalisasi penerapan Prinsip Belajar

Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan belajar. Untuk dapat membelajarkan atau mengajarkan bahan pelajaran dipersyaratkan (i) guru telah mempelajari bahan pelajaran, (ii) guru telah memahami bagian-bagian yang mudah, sedang, dan sukar, (iii)guru telah menguasai cara-cara mempelajari bahan, dan (iv) guru telah memahami sifat bahan pelajaran tersebut.

b. Optimalisasi Unsur dinamis belajar dan Pembelajaran

Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar. Oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsure-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada dilingkungan siswa.

c. Optimalisasi pemanfaatan Pengalaman dan kemampuan Siswa

Guru adalah penggerak perjalanan belajar bagi siswa. Sebagai penggerak, maka guru perlu memahami dan mencatat kesukaran-kesukaran siswa. Guru wajib menggunakan pengalaman belajar dan kemampuan siswa dalam mengelola siswa belajar.

d. Pengembangan Cita-cita dan Aspirasi Belajar

Guru adalah pendidik anak bangsa. Ia berpeluang merekayasa dan mendidikkan cita-cita bangsa. Mendidikkan cita-cita belajar pada siswa merupakan upaya “memberantas” kebodohan masyarakat. Upaya mendidikkan dan mengembangkan cita-cita belajar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara mendidik dan mengembangkan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: (1) Guru menciptakan suasana belajar yang menggembirakan, (2) guru mengikutsertakan semua siswa untuk memelihara fasilitas belajar, (3) guru mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar, (4) guru mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar, (5) guru memberanikan siswa untuk mencatat keinginan-keinginan di notes pramuka, dan mencatat keinginan-keinginan yang tercapai dan tak tercapai.16

15

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 92

16

(25)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Timbulnya motivasi belajar, dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah:

a. Cita-cita/aspirasi pembelajar b. Kemampuan pembelajar c. Kondisi pembelajar d. Kondisi lingkungan belajar

e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar

Selain itu Sardiman, mengatakan bahwa salah satu factor yang mempengaruhi motivasi bertalian erat dengan kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan inilah yang memberi pengaruh utama adanya motivasi. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu berkaitan dengan kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis, seperti: lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan (security) yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan cemas.

c. Kebutuhan akan cinta kasih: rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah dan kelompok).

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, social, pembentukan pribadi.17

B.Media Audio Visual

1. Pengertian Media Audio Visual

Menurut Dina Indriana, “Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara

17

(26)

sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).18 Sedangkan menurut Gagne dalam Dina Indriana menyatakan bahwa media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.19

Sementara itu, Robert, Heinich, dkk (2002:10) dalam bukunya , “Instructional Media and Technologies for Learning” yang dikutip oleh

HM. Musfiqon mendefinisikan, media adalah saluran informasi yang menghubungkan antara sumber informasi dan penerima.20 Dalam pengertian ini media diartikan sebagai fasilitas komunikasi, yang dapat memperjelas makna antara komunikator dan komunikan. Sedangkan pengertian media menurut Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dikutip dari buku HM.Musfiqon memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya, media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.21

Menurut Briggs dalam Dina Indriana juga berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.22Menurut Miarso dalam Dina Indriana menyatakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.23 Menurut Schram dalam Dina Indriana menyatakan bahwa media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelaqjaran, sehingga menjadi perluasan dari guru.24

18

Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Jakarta: Diva Press, 2011), h. 13

19

Ibid, h. 14 20

HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT. Prestasi

Pustakarya, 2012), h. 26 21

Ibid, h. 27 22

Ibid, h. 14 23

Ibid, h. 14 24

(27)

Dilihat dari segi sifatnya, menurut NEA, dikutip dari buku Dina Indriana media adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audiovisual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. Hal itu sama dengan pengertian media yang diberikan oleh AECT, yang menyatakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk proses penyaluranpesan.25

Menurut Brown dalam Dina Indriana meyakini bahwa media yang digunakan dengan baik oleh guru atau siswa dapat mempengaruhi efektifitas program belajar dan mengajar. Sebagai contoh, seorang guru memanfaatkan teknologi computer berupa CD interaktif untuk mengajarkan materi. Dengan CD interaktif, siswa dapat lebih aktif mempelajari materi dan menumbuhkan kemandirian belajar, sedangkan guru mengamaati dan mengulas penguasaan materi siswa.26 Dari uraian tersebut, bisa dipahami bahwa media merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan pendidik dalam proses belajar mengajar.

Pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (teaching aids). Alat bantu mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar, model, grafis atau benda nyata lainnya. Media visual media yang paling familiar dan sering dipakai oleh guru dalam pembelajaran. Media jenis ini berkaitan denganindera penglihatan. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan anatara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkanpada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai

25

Ibid, h. 14 26

(28)

dilengkapi dengan peralatan audio, maka lahirlah audio visual pembelajaran.

Menurut HM. Musfiqon “Media audio adalah media yang penggunaannya menekankan pada aspek pendengaran. Indera pendengaran merupakan alat utama dalam penggunaan media jenis ini.27 Menurut Angkowo dikutip dari buku HM. Musfiqon dalam penggunaan media audio, pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam lambing-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal sehingga antara pengirim pesan dengan penerima pesan bisa memahami makna dari lambing auditif tersebut. 28

Pada akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar.29

Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yaitu baik media auditif dan media visual.

Menurut Achmad Lutfi, “Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsure gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, vcd, internet dan lain sebagainya.30

Menurut Yudhi Munadi Media audiovisual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu

27

HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2012), h. 89

28

Ibid, h.89 29

Ibid, h. 42 30

(29)

proses.31 Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan non verbal yng terdengar layaknya media audio. Pesan visual yag terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audiovisual seperti film documenter, film drama, dan lain-lain. Semua program tersebut dapat disalurkan melalui peralatan seperti film, video dan juga televisi dan dapat disambungkan pada alat proyeksi (projectable aids).

Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua jenis media baik auditif dan juga visual. Penggunaan audio visual sangat efektif dilakukan dalam hal pemanfaatan alat inderanya adalah yang terbanyak didalam setiap kelas. Artinya peserta didik dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan menggunakan lebih dari satu alat inderanya, yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan.Media ini dibagi ke dalam:

a. Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsure suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-casette.

Menurut Yudhi Munadi media audiovisual dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit dinamakan media audiovisual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah media audiovisual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaqe, OHP dan peralatan visual lainnya.32

31

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 56

32

(30)

2. Macam-macam Media Audiovisual

Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Berikut ini adalah macam-macam media audiovisual.

a. Film

Menurut HM. Musfiqon film pada hakekatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang dikombinasikan dua macam indera pada saat yang sama. Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan kelayar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal.33

Menurut Dina Indriana film merupakan serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.34 Film merupakan media yang menyajikan pesan audio visual dan gerak, sehingga memberikan kesan yang impresif dan atraktif bagi penikmatnya. Media film disajikan sebagai media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita sesuai dengan tema dan subjek pelajaran yang diajarkan, sehingga anak didik akan dengan mudah memahami dan mengambil pelajaran dari film yang ditonton.

Kelebihan media film adalah memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata olehsiswa; sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat diulang-ulang dan duhentikan sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

Selain itu media film juga memberikan hiburan tersendiri bagi anak didik sehingga mereka merasa tidak bosan saat mengikuti sesi pembelajaran tersebut, namun mereka akan mendapatkan pesan yang

33

HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi

Pustakarya, 2012), h. 106 34

[image:30.595.162.513.276.544.2]
(31)

diajarkan dari media film ini. Sedangkan kekurangan dari media ini adalah harga produksinya cukup mahal, pembuatannya memerlukan proses yang lama sehingga menyita banyak waktu dan tenaga, memerlukan penggelapan ruangan, dan pengoperasiannyapun harus dilakukan oleh orang yang khusus.

Menurut Ahmad Sabri dikutip dari buku HM. Musfiqon, film dalam pendidikan dan pembelajaran di kelas berguna untuk:

a. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. b. Menambah daya ingat pada pelajaran.

c. Mengembangkan daya fantasi anak didik. d. Mengembangkan minat dan motivasi belajar. e. Mengatasi pembatasan dalam jarak waktu. f. Memperjelas dalam jarak waktu.

g. Memperjelas sesuatu yang masuh bersifat abstrak. h. Memberikan gambaran pengalaman yang lebih realistic.35

Menurut Oemar Hamalik (dalam Usman, 2002: 98) dikutip dari buku HM. Musfiqon, suatu film pendidikan dikatakan baik bila memenuhi beberapa syarat, diantaranya:

a. Sangat menarik minat siswa; b. Benar dan autentik;

c. Up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan; d. Sesuai dengan tingkat kematangan siswa;

e. Perbendaharaan bahasanya baik dan tepat; f. Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur; dan

g. Teknis yang digunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.36

Film untuk konteks pembelajaran mempunyai banyak jenis yang variatif, diantaranya adalah sebagai berikut:

35

HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2012), h. 106

36

(32)

1) Film Dokumenter

Menurut Heinich dkk dalam Yudhi Munadi, film-film documenter adalah film-film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta.37 Point penting dalam film itu, menurutnya adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap terhadap sosial budaya di suatu daerah pedalaman, kehidupan nelayan didaerah pesisir, system pendidikan di pesantren dan lain-lain. Film documenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia.

2) Docudrama yakni film-film documenter yang membutuhkan pengadegan. Dengan demikian kisah-kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupan nyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya, kisah teladan para nabi dan rosul, walisongo, ulama dan tokoh terkenal, dan kisah tentang orang-orang shaleh lainnya.

3) Film drama dan semi drama keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, indahnya hidup damai dan lain-lain.

Berkenaan dengan klasifikasi film, menurut Asnawir dalam Yudhi Munadi mengklasifikasikannya menjadi 10 jenis, yakni film informasi, film kecakapan atau drill, film apresiasi, film documenter, film rekreasi, film episode, film sains, film berita (news), film industry, film provokasi. Film-film yang dibuat khusus untuk pembelajaran hendaknya berdurasi pendek.38

37

Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2008), h. 117 38

(33)

b. Video

Video merupakan salah satu jenis media audiovisual. Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran disekolah bukan lagi sesuatu yang aneh. Saat ini banyak sekolah yang telah memiliki dan memanfaatkan program video pembelajaran disekolah. Sebagai media audiovisual, video dapat menampilkan suara, gambar dan gerakan sekaligus. Sehingga media ini efektif untuk menyajikan berbagai topic pelajaran yang sulit disampaikan melalui informasi verbal.

Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak siswa melanglang buana walaupun dibatasi oleh dinding ruang kelas. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar atau objek langka dan berbahaya dapat dihadirkan ke ruang kelas. Bahkan video dapat menghadirkan obyek yang hanya ada dilain benua dan luar angkasa. Pendeknya, media ini mampu “membawa dunia kedalam kelas”.

Pesan yang dapat disajikan melalui video dapat bersifat (obyek, kejadian atau informasi nyata), dapat pula bersifat fiktif. Pada mata pelajaran yang banyak mempelajari keterampilan motorik, media video sangat diperlukan. Dengan kemampuannya untuk menyajikan gerakan lambat (slow motion), maka media ini akan memudahkan siswa mempelajari prosedur gerakan tertentu secara lebih rinci dan jelas.

Sekarang, media ini biasanya dikemas dalam bentuk VCD (Video Compact Disk). Media video ini layak kita jadikan salah satu pilihan untuk dimanfaatkan secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

c. Televisi

[image:33.595.161.514.277.541.2]
(34)

Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.39 Sedangkan Oemar Hamalik (dalam Usman, 2002: 101) dikutip dari buku HM. Musfiqon mengemukakan:

Television is an elektronik motion picture with conjoined or attendant sound; both picture and sound reach the eye and ear

simultaneously from a remote broad cast point”.40 Definisi tersebut menjelaskan bahwa televise sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yakni dapat di dengar dan di lihat oleh pemirsa.

Dalam hal efektifitasnya dalam menjalankan fungsinya, didepan rapat staf Menteri Penerangan Republik Indonesia, Dr. Jack Lyle,

Director of Communication Institute the West Center dalam Darwanto (2007: 118), dikutip dari buku HM. Musfiqon menyatakan sebagai berikut: Bahwa televisi untuk kita sebagai “jendela dunia”. Apa yang kita lihat melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita, hal ini seperti diungkapkan oleh Walter Lippman beberapa tahun yang lalu, bahwa dalam pikiran kita ada semacam ilustrasi gambar dan gambar-gambar ini merupakan suatu yang penting dalam hubungannya dengan proses belajar, terutama sekali yang berkenaan dengan orang, tempat, dan situasi yang tidak setiap orang pernah ketemu, mengunjungi atau telah mempunyai pengalaman.41 Televisi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran jika televisi dapat berfungsi sebagai penyalur pesan pembelajaran. Apalagi akhir-akhir ini banyak program televisi yang tidak edukatif, baik dari sisi konten maupun tampilan.

39

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 51

40

HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran (Jakarta: PT. Prestasi

Pustakarya, 2012), h. 139 41

(35)

Televisi mampu meningkatkan kemampuan belajar, bukan saja untuk anak-anak, melainkan juga untuk semua tingkatan usia. Harus diingatkan kembali bahwa televisi bagaimanapun hanya merupakan “alat atau media”. Karena itu dalam proses belajar mengajar tergantung dari baik buruknya program siaran yang di buat.

Menurut Dina Indriana media televisi mempunyai beberapa jenis, yakni:

1) Televisi Terbuka

Televisi terbuka adalah media audiovisual bergerak yang berfungsi menyampaikan pesan melalui pancara gelombang elektromagnetik dari satu stasiun, kemudian pesan tersebut diterima oleh pemirsa melalui pesawat televisi.

Media ini sering kali dilihat di rumah-rumah. Media televisi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran secara mandiri dirumah bagi anak didik dengan melihat berbagai acara pembelajaran yang ditayangkan di setiap stasiun televisi. Media ini juga bisa dijadikan sebagai media pengajaran secara langsung. Namun demikian, tentu saja ada kendala, yakni mengenai pemilihan waktu pengajaran dengan program acara yang akan dijadikan sebagai media pengajaran. Itupun tergantung pada stasiun televisi tertentu yang akan menayangkan program yang mendidik dan memberikan pembelajaran tertentu pada anak didik. Contoh dari hal ini adalah program Jago Matika di Trans 7 untuk pengajaran matematika yang ditayangkan dipagi hari, program petualangan atau Discovery Channel, atau program-program acara televisi lainnya.

2) Televisi siaran terbatas/CCTV

(36)

hasil pengambilan gambar tadi didistribusikan melalui kabel ke pesawat televisi atau monitor yang ada di ruangan kelas.

3) Video cassette Recorder (VCR)

Proses rekaman media ini menggunakan kaset video, sedangkan penayangannya bisa dilakukan melalui televisi. Dengan demikian, VCR bisa diputar menggunakan pemutar kaset video yang tampilan visualnya memakai televisi. Karena memakai pemutar video sendiri, maka penayangan VCR di pesawat televisi bisa dilakukan secara berulang-ulang dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga akan mempermudah proses pengajaran dan pembelajaran. Hasilnya, anak didik akan mendapatkan penjelasan yang jauh lebih komprehensif dibandingkan televisi. Selain itu, anak didik langsung bisa merespon pesan yang disampaikan. Guru dapat menerangkan dengan menghentikan tayangan video televisi itu, kemudian melanjutkan kembali tayangan tersebut.42

Penggunaan televisi sebagai media pembelajaran ini dapat dikategorisasikan dalam dua jenis, yaitu televisi pendidikan telah didesain dan dikembangkan secara khusus untuk kepentingan pembelajaran sehingga program dan tampilannya telah disesuaikan dengan isi dan tujuan pembelajaran. Namun televisi umum program dan tampilannya tidak didesain dan dikembangkan untuk kepentingan pembelajaran semata, meskipun bagian-bagian programnya berisi pendidikan.

Televisi pendidikan adalah penggunaan program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya. Televisi pendidikan tidak hanya menghibur, tetapi yang lebih penting adalah mendidik. Oleh karena itu ia memiliki ciri-ciri tersendiri antara lain:

42

(37)

a) Dituntun oleh struktur

Seorang guru atau instruktur menuntun siswa melalui pengalaman-pengalaman visual.

b) Sistematis

Siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar terencana.

c) Teratur dan berurutan

Siaran disajikan dengn selang waktu yang beraturan secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya.

d) Terpadu

Siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti latihan membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis dan pemecahan masalah.

Guru yang menggunakan media televisi dituntut bisa menentukan secara tepat media televisi yang dijadikan media, apakah televisi pendidikan atau televisi umum. Oleh karena itu, menurut HM. Musfiqon ada beberapa prinsip agar televisi dapat digunakan dalam pembelajaran, sebagai berikut:

a) Relevan dengan tujuan pembelajaran.

b) Meningkatkan motivasi dan menarik bagi siswa. c) Program dan tampilan sesuai isi pembelajaran. d) Mudah digunakan dalam pembelajaran.

e) Guru terampil mengoperasionalkan dalam pembelajaran.43

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media audiovisual adalah suatu media/alat komunikasi yang penggunaannya dapat melalui indera penglihatan dan indera

43

(38)

pendengaran. Contoh dari media audiovisual adalah televise, video, film, dan lain-lain. Media audiovisual yang sering/banyak digunakan di sekolah-sekolah adalah video. Dengan adanya penggunaan media visual ini, maka akan memudahkan siswa untuk menangkap suatu pelajaran.

3. Kelebihan dan kekurangan Media Audiovisual

Media audiovisual mempunyai manfaat dan karakteristik yang berbeda. Selain mempunyai kelebihan-kelebihan, juga mempunyai kelemahan-kelemahan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan media audiovisual.

a. Film

Menurut Dina Indriana kelebihan media film adalah:

1) Memberikan pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa.

2) Sangat baik untuk menerangkan suatu proses. 3) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 4) Lebih realistis.

5) Dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai kebutuhan.

6) Memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa.44

Menurut Dina Indriana kekurangan media film adalah:

1) Harga produksinya cukup mahal dan bahkan sangat mahal.

2) Pembuatannya memerlukan proses yang lama sehingga menyita banyak waktu dan tenaga.

3) Memerlukan penggelapan ruangan.

4) Pengoperasiannyapun harus dilakukan oleh orang yang khusus.45

b. Video

Menurut Yudhi Munadi kelebihan media video banyak kemiripannya dengan media film, diantaranya adalah:

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. 3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. 4) Mengembangkan imajinasi peserta didik.

5) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

44

Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Jakarta: Diva Press, 2011), h. 92

45

(39)

6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistis.

7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa.

9) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.

10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

11) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.46

Menurut Yudhi Munadi kelemahan video adalah:

1) Terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi.

2) Masih sedikit sekali video dipasaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran di sekolah.

3) Produksi video membutuhkan waktu dan biaya yang cukup lama.47

c. Televisi

Menurut HM. Musfiqon kelebihan media televisi adalah:

1) Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.

2) Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa melalui penyiaran langsung atau rekaman.

3) Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan mendengar diri sendiri.

4) Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.

5) Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh dalam dunia nyata. Misalnya ekspresi wajah, dental operation, dan lain-lain.

6) Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa.

7) Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak.

8) Televisi dapat mengikat perhatian sepenuhnya dari penonton. 9) Hampir setiap mata pelajaran dapat di TV-kan.

10) Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar.48

46

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung persada Press, 2008), h. 56

47

(40)

Menurut HM. Musfiqon kelemahan media televisi adalah: 1) Harga pesawat televisi relatif mahal.

2) Sifat komunikasinya hanya satu arah.

3) Jika akan memanfaatkan di kelas jadwal siaran dan jadwal pelajaran di sekolah seringkali sulit disesuaikan.

4) Program diluar control guru.

5) Besarnya gambar di layar relatif kecil dibanding dengan film. 6) Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada

kesempatan untuk memahami pesan-pesannya sesuai dengan kemampuan individual siswa.

7) Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.49

Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan; a. Kelebihan-kelebihan media audiovisual adalah:

1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat. 3) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

4) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang realistis.

5) Dapat menghemat waktu.

6) Menumbuhkan minat dan motivasi.

7) Memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa.

8) Mengembangkan imajinasi peserta didik.

9) Dapat memikat perhatian sepenuhnya dari penonton.

10) Dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas.

b. Kelemahan-kelemahan media audiovisual adalah: 1) Sifat komunikasinya hanya satu arah.

2) Biaya produksinya mahal.

3) Pengoperasiannya harus dilakukan oleh orang yang khusus.

48

HM. Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2012), h. 139

49

(41)

4) Menekankan pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi.

C.Kerangka Berfikir

Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, hendaknya guru menggunakan alat/media yang dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar. Dengan adanya media, diharapkan siswa dapat termotivasi untuk melakukan pembelajaran.

Media memegang peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Manfaat media dalam kegiatan pembelajaran untuk memperlancar proses interaksi antara guru dengan siswa agar siswa dapat belajar secara optimal. Disamping itu, media dapat juga membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang mereka untuk beraksi terhadap penjelasan guru, dan dapat juga membantu mereka mengkonkretkan sesuatu yang abstrak. Dengan demikian media dapat membantu guru menghidupkan suasana kelasnya dan menghindar dari suasana yang monoton dan membosankan.

Banyak sekali media-media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Seperti misalnya overhead proyektor, gambar, papan tulis, video, film, televisi, kaset audio dan lain sebagainya.Penggunaan media sangat berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pembelajaran siswa, karena dengan adanya media, siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

(42)

33

A.Tempat dan Waktu penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan di kelas V MI Al-Bahri, yang berlokasi di Jalan Kebon Nanas, Jakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni.

B.Metode penelitian

Penulisan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang ditunjang oleh data-data yang di peroleh melalui penelitian lapangan (field Research), yaitu menghimpun data dan fakta dari objek yang diteliti.

C.Variabel Penelitian

[image:42.595.110.521.273.732.2]

Menurut Sugiyono, yang dimaksud variabel adalah obyek yang mempunyai vriasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel media audiovisual merupakan variable X sebagai variabel bebas (Independent variabel) dan variabel motivasi belajar siswa merupakan variable Y sebagai variable terikat (Dependent variabel).

Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen

Variabel Aspek Indikator Butir

soal Jumlah A.Media

audiovisual

1. Televisi -Menambah daya ingat

siswa. 1, 11 2

-Bisa menyajikan

model. 2, 12 2

-Mengikat perhatian 3, 13 2

1

(43)

sepenuhnya dari penonton

2. Video - Pesan yang

disampaikan cepat dan mudah diingat.

4, 14 2 - Menumbuhkan minat

dan motivasi belajar. 5, 15 2 - Mengembangkan

pendapat siswa 6, 16 2 3. Film - Mengembangkan daya

fantasi anak didik 7, 17 2 - Lebih realistis 8, 18 2 - Sangat baik untuk

menerangkan suatu proses

9, 19 2 - Dapat diulang-ulang

sesuai kebutuhan 10, 20 2 2. Motivasi 1. Intrinsik - Dorongan giat belajar 21,30 2

- Memperoleh nilai

yang bagus 22,32 2

- Disiplin waktu 27,33 2 - Senang mengikuti

pelajaran 25,34 2

- Bersungguh-sungguh 26,35 2 - Berusaha keras 24 1 - Tertarik dengan mata

pelajaran 36,37 2

2. Ekstrinsik - Pujian dari orang lain 28,38 2 - Nilai yang tinggi 31,39 2 - Hadiah dari orang lain 29,40 2 - Adanya

persaingan/kompetisi 23 1

D.Populasi dan Sampel

Menurut Prof. Dr. Suharsimi arikunto, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.2 Populasi yang akan menjadi penelitian disini yaitu keseluruhan siswa kelas V MI Al-Bahri, Kebon Nanas, Jakarta, yang berjumlah 40 orang siswa.

2

(44)

E.Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi. Pengamatan yang dilakukan secara langsung dan pencatatan sistematis terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data-data mengenai gambaran umum dan fenomena yang tampak pada siswa MI Al-Bahri, Kebon Nanas, Jakarta.

2. Angket. Pengambilan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh sampel yang telah ditentukan, yaitu siswa kelas 5 MI Al-bahri, Kebon Nanas, Jakarta.

F. Teknik Analisis data

Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel dan menggunakan teknik deskriptif prosentase sebagai berikut:

P: Persentase F: frekuensi

N: Number of case (banyaknya responden)

[image:44.595.124.512.284.544.2]

Kemudian teknik analisa selanjutnya adalah dengan scoring untuk menentukan skor masing-masing responden. Semua pertanyaan dan pernyataan setiap itemnya dengan bobot nilai setiap jawaban sebagai berikut:

Tabel 2

Skor Item Alternatif jawaban Responden

Positif (+) Negatif (-)

Jawaban Skor Jawaban Skor

Sangat Setuju 4 Sangat Setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak Setuju 2 Tidak Setuju 3

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 4

(45)

Dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah Korelasi Product Moment, secara operasional analisis data tersebut dilakukan melalui tahap:

Mencari angka korelasi dengan rumus:

=

� 2 )2 2 )2

Dengan ketentuan sebagi berikut:

X : adalah angket penggunaan media audiovisual Y : adalah angket motivasi belajar

rxy : adalah angket korelasi “r” product moment

∑X : jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

∑XY: Jumlah hasil perkalian antara X dan Y N : Number of case

[image:45.595.109.520.189.756.2]

Tabel 3

Tabel Interpretasi Nilai “r”

“r’ disini adalah tanda untuk rumus product moment

Besarnya “r” Product Moment

(rxy)

Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan Y memang terdapat korelasi, akan tetapi itu sangat lemah atau rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan Y)

0,20 – 0,40 antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40 – 0,70 antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70 – 0,90 antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

(46)

G.Hipotesis Statistik

Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r’ Product Moment (rt), dengan

langkah terlebih dahulu merumuskan Hipotesa kerja/Alternatif (ha) dan Hipotesa nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya (df atau db) dengan rumusan.3

Df = N-nr

Keterangan: df = degrees of

Gambar

gambar yang diproyeksikan kelayar pada kecepatan tertentu sehingga
gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

a. Dilaksanakan pada hari senin dengan materi paham-paham baru yang berkembang di dunia pada abad ke 20. Pada hari senin itu diputarkan film-film bertema sejarah yang berkaitan

yang berjudul “ Penggunaan Media Pembelajaran Audiovisual pada Materi Ekosistem Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A.. SMP Taman Dewasa

“PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BASIN TAHUN 2012/2013”.

Selama ini guru terlalu menganggap remeh pelajaran pendidikan kewarganegaraan (Pkn), pembelajaran yang diberikan masih sangat monoton, hanya bercerita dan bersama siswa

Jadi, outdoor learning adalah suatu kegiatan di luar kelas atau luar sekolah yang membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan, bisa dilakukan di

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) dapat diketahui bahwa penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih kelas IV di MI

Materi sistem ekskresi pada manusia dipelajari di kelas XI IPA pada semester genap dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.9 Mengaitkan antara struktur, fungsi dan proses

Hal ini bisa dicermati berasal nilai rata-rata yang akan terjadi tes akhir Posttest ke 2 kelas dibuktikan dengan uji t akibat uji memberikan bahwa rata-rata yang akan terjadi tes akhir