• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sumber Daya Manusia di Pengusahaaan Hutan Alam CV. Pangkar Begili, Kalimantan Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Sumber Daya Manusia di Pengusahaaan Hutan Alam CV. Pangkar Begili, Kalimantan Barat"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sumber daya alam hutan (SDAH) adalah faktor produksi dan konsumsi

untuk kesejahteraan Bangsa Indonesia khususnya dan umat manusia pada

umumnya. SDAH dalam memberikan manfaat kesejahteraan bagi umat manusia,

mempunyai lebih banyak dimensi dibandingkan dengan sumber daya alam

lainnya, yakni: (1) memberikan berbagai bentuk manfaat, baik manfaat-manfaat

berwujud (tangible), maupun manfaat tidak berwujud (intangible); (2) bagi

seluruh masyarakat, lapisan bawah sampai atas, masyarakat tradisional sampai

modern; (3) bagi generasi kini dan generasi yang akan datang, serta (4) bagi

keutuhan bumi sebagai tempat hidup seluruh bangsa di dunia (Darusman 2002).

SDAH sebagai sumber kesejahteraan umat manusia seharusnya

dimanfaatkan dan pemanfaatannya seharusnya memperhatikan berbagai bentuk

manfaat dan kepentingan secara optimal. Berkaitan pemanfaatan tersebut,

pemerintah melalui berbagai perangkat hukum, memberi konsesi (kelonggaran)

kepada pihak swasta untuk mengolah dan memanfaatkan hasil hutan, terutama

untuk kepentingan ekonomi pemerintah. Dalam kepentingan inilah muncul

berbagai perusahaan swasta yang diberi izin untuk melakukan pemanfaatan hasil

hutan.

Salah satu izin untuk melakukan pemanfaatan hasil hutan adalah Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi

(IUPHHK-HA). IUPHHK-HA adalah izin usaha yang diberikan untuk

memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan alam pada hutan produksi

melalui kegiatan pemanenan, dan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan

pemasaran.

Kinerja pengusahaan hutan pemegang IUPHHK-HA sangat dipengaruhi

oleh kondisi sumber daya alam, sistem pengelolaan hutan, infrastruktur dan

(2)

kemampuan mengusahakan hutan diukur oleh kemampuan dalam mengelola

faktor-faktor produksi: sumber daya alam hutan, tenaga kerja, teknologi dan

permodalan, serta entrepreneurship (kewirausahaan).

Mengingat sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang penting

dalam pengusahaan hutan dan pengusahaan hutan yang baik memerlukan

pengelolaan sumber daya manusia yang baik pula, oleh karena itu seiring dengan

penurunan produktivitas tenaga kerja di pengusahaan hutan, maka diperlukan

penelitian lebih lanjut mengenai pengelolaan sumber daya manusia dalam industri

pengusahaan hutan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kesesuaian jumlah sumber daya manusia profesional

kehutanan yang bekerja di perusahaan pemegang IUPHHK.

2. Bagaimana kesesuaian kualifikasi sumber daya manusia yang bekerja di

perusahaan pemegang IUPHHK.

3. Bagaimana kesesuaian level sumber daya manusia di perusahaan

pemegang IUPHHK.

1.3. Tujuan

1. Menganalisis kesesuaian jumlah sumber daya manusia profesional

kehutanan yang bekerja di perusahaan pemegang IUPHHK.

2. Menganalisis kesesuaian kualifikasi sumber daya manusia yang bekerja di

perusahaan pemegang IUPHHK.

3. Menganalisis kesesuaian level sumber daya manusia di perusahaan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sumber Daya Manusia Kehutanan

Sumber daya manusia adalah seluruh kemampuan atau potensi penduduk

yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau ciri

demografis, sosial maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembangunan.

Dalam teori ekonomi mikro, sumber daya manusia dianggap sebagai faktor

produksi langsung, tetapi saat sekarang ini sumber daya manusia juga dapat

berperan sebagai faktor penunjang atau penghambat bagi proses produksi

kehutanan, atau dapat dikatakan sebagai kekuatan lingkungan. Pengalaman

menunjukkan bagaimana suatu proses produksi kehutanan yang telah ditata

dengan baik kemudian mengalami kegagalan akibat gangguan sumber daya

manusia, seperti misalnya penyerobotan hutan untuk pertanian pangan,

perladangan yang membakar hutan, penciutan areal hutan akibat pembangunan,

dan sebagainya.

Atas dasar peranan sumber daya manusia sebagai produsen disamping

konsumsi, faktor produksi disamping faktor penunjang/penghambat, maka ruang

lingkup sumber daya manusia di bidang kehutanan pada kenyataannya meliputi:

1. Aparatur Pemerintah

2. Pengusaha hutan swasta dan BUMN

3. Masyarakat sekitar hutan (regional, nasional dan internasional, laki-laki dan

perempuan, dan sebagainya) (Darusman 2002).

Pengarahan Menteri Kehutanan Republik Indonesia dalam Darusman (2002)

menyatakan bahwa diantara enam butir stategi pelaksanaan kebijakan kehutanan,

butir peningkatan kualitas sumber daya manusia menempati posisi yang cukup

penting, yaitu nomor dua setelah peningkatan kualitas sumber daya alam hutan.

Dalam pengembangannya tersebut, ciri utama yang harus dimiliki oleh sumber

daya manusia kehutanan, terdiri atas: (1) komitmen, dedikasi, dan loyalitas

terhadap organisasi, (2) wawasan hasil kerja, (3) kecakapan komunikasi, (4)

(4)

(7) keterbukaan terhadap perubahan, (8) apresiasi terhadap kelebihan orang lain

dan kebenaran, (9) perilaku produktif dan lainnya.

2.2. Kondisi Sumber Daya Manusia Kehutanan

Sumber daya manusia di bidang kehutanan di Indonesia dapat dipilah

menjadi: sumber daya manusia aparatur pemerintah, sumber daya manusia

pengusaha, sumber daya manusia masyarakat sekitar hutan. Pengelolaan sumber

daya manusia yang profesional akan memberikan pelatihan kepada tenaga kerja

sehingga mereka belajar dan melakukan pekerjaan berdasarkan pelatihan yang

telah diberikan (Ingham 1991). Para pengusaha hutan sebagai sumber daya

manusia kehutanan kebanyakan masih belum profesional, baik sebagai pengusaha

secara umum maupun sebagai pengusaha kehutanan. Sebagai pengusaha secara

umum, masih ditemukan kasus-kasus pengusaha yang tidak memahami adanya

prinsip log atau pohon marginal, tidak memahami pentingnya hutan normal bagi

kesinambungan dan keseimbangan cash flow perusahaan, disamping bagi

kelestarian hutannya sendiri.

Machrany dalam Darusman (2002) mengemukakan permasalahan sumber

daya manusia kehutanan sebagai berikut: (1) telah terjadi penurunan produktivitas

tenaga kerja kehutanan dari laju pertumbuhan 1,56% pada pelita I menjadi 2,9%

di Pelita IV, (2) telah terjadi underemployment di bidang kehutanan, yakni pada

tahun 1988 dari 274 ribu tenaga kerja di bidang kehutanan, 59% diantaranya

bekerja kurang dari 35 jam per minggu dan (3) terdapat kekurangan yang sangat

besar pada kemampuan penyediaan tenaga kerja menengah dibandingkan dengan

kebutuhaannya.

Selain itu, para profesional kehutanan belum diberikan kesempatan untuk

menerapkan/melaksanakan keprofesionalannya. Hal ini dapat dilihat secara

objektif melalui empat dimensi penggunaan tenaga kerja sebagai berikut:

1. Jumlah, yakni berapa bagian posisi-posisi keprofesian kehutanan yang diisi

oleh profesional kehutanan. Terdapat banyak HPH dan industri hasil hutan

yang masih terlalu sedikit menempatkan profesional kehutanan di posisi-posisi

yang sesuai dalam perusahaannya.

2. Kualifikasi, yakni berapa bagian posisi-posisi keprofesionalan tersebut diisi

(5)

sarjana/diploma kehutanan yang benar-benar dikuasainya. Seringkali para

pengusaha menempatkan sarjana/diploma baru bukan pada bidang yang sesuai

dengan keahliannya.

3. Profesi kehutanan (misalnya: perencanaan hutan, pembinaan hutan dan

eksploitasi hutan) yang benar-benar diberikan kepada profesional kehutanan.

Kejadian di lapangan yang sering terjadi adalah bidang pekerjaan yang sangat

strategis dari kepentingan profesi seperti eksploitasi hutan justru tidak

diberikan kepada profesional kehutanan.

4. Level pekerjaan, yakni pada sebaran level pekerjaan dari pekerjaan/ pelaksana

sampai ke pimpinan/pengambil keputusan, sampai level teratas apa profesional

kehutanan ditempatkan (Darusman 2002).

2.3. Pengusahaan Hutan

Kegiatan pengusahaan hutan yang sebagian besar pada hutan produksi alam

dilakukan dengan sistem HPH/IUPHHK yang diberikan kepada badan usaha

swasta dan BUMN dengan penambahan kepemilikan saham oleh koperasi. HPH

merupakan suatu kebijakan hukum yang dibuat pemerintah, terutama produk

hukum yang dikeluarkan oleh jajaran instansi kehutanan. HPH sendiri selain

bertujuan untuk menambah devisa negara juga bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan ( Arief 2001).

Kegiatan utama dalam pengusahaan hutan adalah penebangan pohon,

penyaradan, pengangkutan kayu, rehabilitasi hutan bekas tebangan, pengendalian

dampak lingkungan, serta pembinaan masyarakat desa sekitar hutan. Sebelum

empat kegiatan ini dilaksanakan didahului dengan pelaksanaan penataan batas

kawasan, pembukaan wilayah hutan dan penataan hutan menjadi blok-blok

tebangan (Kartodihardjo 2006).

Menurut PP no. 21 tahun 1970 dalam Salim (1997) menyatakan bahwa

salah satu kewajiban pemegang izin HPH adalah wajib menaati peraturan di

bidang perburuhan dan wajib mempekerjakan secukupnya tenaga ahli kehutanan

yang memenuhi syarat di bidang perencanaan dan penataan hutan, pengukuran,

dan pengujian kayu. Selain itu Perusahaan HPH harus mengusahakan tidak hanya

sekedar pemenuhan jumlah tenaga teknis kehutanan, tetapi juga dalam

(6)

Hal ini juga diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi

Kehutanan Nomor: P.8/VI-SET/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kewajiban

Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) untuk

mempekerjakan sarjana kehutanan dan tenaga teknis pengelolaan hutan produksi

lestari. Dalam pasal 2 dinyatakan bahwa Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam atau IUPHHK Restorasi Ekosistem

pada Hutan Alam atau IUPHHK pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan

Tanaman wajib mempekerjakan sarjana kehutanan atau tenaga teknis pengelolaan

hutan produksi lestari (GANIS PHPL).

Tenaga sarjana kehutanan adalah tenaga terdidik strata satu bidang

kehutanan dari perguruan tinggi nasional dan atau luar negeri. Sedangkan tenaga

teknis pengelolaan hutan produksi lestari (GANISPHPL) adalah tenaga teknis di

bidang pengelolaaan hutan dengan kompetensi masing-masing sebagaimana

dimaksud dalam pasal 1 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.58/menhut-II/2008 tentang kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis pengelolaan hutan

produksi.

2.4. Manajemen Sumber Daya Manusia

Michael J. Jucius dalam Siagian (2006) mendefinisikan manajemen sumber

daya manusia sebagai bagian dari manajemen yang berkaitan dengan

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap fungsi

mencari, mendapatkan, mengembangkan, memelihara dan menggunakan suatu

angkatan kerja sebaik-baiknya sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat

berjalan dengan lancar.

Perencanaan sumber daya manusia harus dilakukan sedemikian rupa

sehingga dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Manfaat yang dapat diambil

dari perencanaan sumber daya manusia antara lain: (1) organisasi dapat

memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada dalam organisasi secara

lebih baik, (2) produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui perencanaan

sumber daya manusia, (3) perencanaan sumber daya manusia berkaitan dengan

penentuan kebutuhan akan tenaga kerja di masa depan, baik dalam arti jumlah dan

kualifikasi untuk mengisi berbagai jabatan dan penyelenggaraannya berbagai

(7)

informasi mengenai ketenagakerjaan, (5) perencanaan sumber daya manusia

merupakan dasar bagi penyusunan program kerja bagi satuan kerja yang

menangani sumber daya manusia dalam organisasi ( Siagian 2006).

Berkaitan dengan perencanaan sumber daya manusia, Siagian ( 2006)

menyatakan bahwa peningkatan produktivitas kerja seluruh tenaga kerja dalam

organisasi mutlak perlu dijadikan sasaran perhatian manajemen. Peranan

manajemen sangat strategis dalam peningkatan produktivitas, yaitu dengan

mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sarana produksi, menerapkan

fungsi-fungsi manajemen, menciptakan sistem kerja dan pembagian kerja,

menempatkan orang-orang yang tepat pada pekerjaan yang sesuai, serta

menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman dan nyaman (Arfida 2003)

Pengarahan Menteri Kehutanan Republik Indonesia menyatakan bahwa

langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi masalah struktur tenaga

kerja kehutanan yang masih berupa piramida terbalik dirumuskan sebagai berikut:

(1) peningkatan pendidikan menengah kehutanan, (2) pelatihan tenaga-tenaga

menengah yang ada, (3) peningkatan pendidikan profesional di perguruan tinggi

(Darusman 2002).

Pengembangan sumber daya manusia di bidang kehutanan memerlukan

sistem perencanaan tenaga kerja kehutanan terpadu, dengan cara (Gani 1991):

1. Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja, baik tenaga kerja kehutanan yang

terampil, terdidik menurut jenis, tingkat pendidikan, dan keahlian.

2. Memperkirakan penyediaan tenaga kerja terdidik, ahli, dan terampil sesuai

dengan jenis dan tingkat pendidikan yang dibutuhkan.

(8)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN PERUSAHAAN

Gambar 1 Peningkatan Produktivitas Karyawan Perusahaan (Arfida 2003)

Simanjuntak dalam Darusman (2002) mengemukakan bahwa

pengembangan sumber daya manusia perlu dilakukan melalui tiga jalur yang

harus seimbang, yakni jalur pendidikan formal, latihan kerja dan pengembangan

di tempat kerja. Strategi tiga jalur ini diperlukan karea keadaan lapangan kerja

yang sangat beragam dan berubah cepat dari apa yang dilakukan pendidikan

formal. Sementara itu, jenjang pendidikan formal tetap diperlukan untuk

keteraturan jenjang karir tenaga kerja.

SUPRA SARANA

1. KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH

2. HUBUNGAN INDUSTRIAL

3. MANAJEMAN

K 1. PENDIDIKAN

A 2. LATIHAN

R 3. ETOS KERJA

Y 4. MOTIVASI KERJA

A 5. SIKAP MENTAL

W 6. FISIK

A N

1. KESELAMATAN DAN 1. UPAH

KESEHATAN KERJA 2. JAMSOSTEK

2. SARANA PRODUKSI 3. KEAMANAN

3. TEKNOLOGI

LINGKUNGAN KERJA KESEJAHTERAAN

SARANA PENUNJANG

(9)

Latihan adalah semua proses untuk menambah kemampuan dan keahlian

pegawai dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Jenis-jenis latihan untuk

pekerjaan operatif (bukan pimpinan) antara lain:

1. On the job training (latihan di tempat kerja). Peserta latihan biasanya bekerja

dan diawasi langsung oleh mandor atau pelatih, atau karyawan senior. Melalui

cara ini pengalaman kerja dapat langsung diperoleh. Dengan kata lain peserta

latihan belajar melalui bekerja

2. Apprenticeship training (magang). Peserta latihan belajar pada karyawan

senior di bawah pengawasan tenaga ahli. Biasanya keahlian diperoleh

diperoleh dalam waktu yang relatif lama

3. Vestibule training. Suatu latihan yang memberi kesempatan kepada peserta

untuk mengikuti kursus singkat pada tempat yang terpisah dari lingkungan

pekerjaan, tetapi hampir mendekati keadaan pekerjaan sesungguhnya. Para

peserta latihan diberi pelajaran dan tugas-tugas yang akan dilakukan nanti

dalam pekerjaan sesungguhnya.

Jenis-jenis latihan untuk mandor dan manajer (pimpinan) antara lain:

metode konferensi, metode pemberian kuliah, rotasi jabatan, metode kasus, proses

insiden, metode simulasi, dan metode latihan kepekaaan ( Sudarsono 1992).

Muhammadi mengemukakan pentingnya sistem Latihan Kerja Nasional,

terutama di bidang kehutanan, yang meliputi proses: standarisasi kualifikasi

ketrampilan, uji ketrampilan, sertifikasi, lisensi dan akreditasi (Darusman 2002).

Terdapat tujuh manfaat yang dapat diambil dari penyelenggaraan program

pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, yaitu peningkatan

produktivitas organisasi, terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan

bawahan, proses pengambilan keputusan lebih cepat dan tepat, meningkatkan

semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komitmen

organisasional yang lebih tinggi, mendorong sikap keterbukaan manajemen,

memperlancar jalannya komunikasi yang efektif, dan penyelesaian konflik secara

fungsional ( Siagian 2006).

2.5 Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah sistem yang yang menghubungkan sumber-sumber daya

(10)

Dalam proses pengorganisasian, manajer mengalokasikan keseluruhan sumber

daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan suatu

kerangka kerja organisasi tersebut. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut

sebagai desain organisasi (organizational design). Bentuk spesifik dari kerangka

kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi (organizational structure).

Struktur organisasi pada dasarnya merupakan desain organsasi dimana manajer

melakukan alokasi sumber daya organisasi, terutama terkait dengan pembagian

kerja dan sumber daya yang dimiliki organisasi serta bagaimana keseluruhan kerja

tersebut dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan (Saefullah dan Sule 2008).

Menurut Hasibuan (2008) suatu struktur organisasi akan memberikan

informasi tentang:

1. Tipe organisasi, artinya struktur organisasi akan memberikan informasi tentang

tipe organisasi yang dipergunakan perusahaan, apa line organization, line and

staff organization atau functional organization.

2. Pendepartemenan organisasi, artinya struktur organisasi akan memberikan

informasi mengenai dasar pendepartemenan, apakah berdasarkan fungsi-fungsi

manajemen, wilayah, produksi dan lain sebagainya.

3. Kedudukan, artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai

apakah seseorang termasuk kelompok manajerial atau karyawan operasional.

4. Jenis wewenang, artinya struktur organisasi memberikan informasi tentang

wewenang yang dimiliki seseorang, apakah line authority, staff authority atau

functional authority.

5. Rentang kendali, artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai

jumlah karyawan dalam setiap departemen (bagian).

6. Manager dan bawahan, artinya struktur organisasi memberikan informasi

mengenai garis perintah dan tanggung jawab, siapa atasan dan siapa bawahan.

7. Tingkatan manajer, artinya struktur organisasi memberikan informasi tentang

top manager, middle manager dan lower manager. Top manager adalah

pimpinan tertinggi dari suatu perusahaan, yaitu direktur utama dan dewan

komisaris. Corak kegiatan top manager adalah memimpin organisasi,

menentukan tujuan dan kebijakan pokok (basic policy). Middle manager

(11)

unit, kepala bagian, dan pimpinan cabang. Corak kegiatan middle manager

adalah memimpin lower manager dan menguraikan kebijakan pokok yang

dikeluarkan oleh top manager. Lower manager adalah pimpinan terendah yang

secara langsung memimpin, mengarahkan dan mengawasi para karyawan

pelaksanan dalam mengerjakan tugas-tugasnya, supaya tujuan-tujuan

perusahaan tercapai.

8. Bidang perkerjaan, artinya setiap kotak dalam struktur organisasi memberikan

informasi mengenai tugas dan pekerjaan serta tanggung jawab yang dilakukan

pada bagian tersebut.

9. Tingkat manajemen, artinya sebuah struktur organisasi tidak hanya

menunjukkan manajer dan bawahan secara perorangan, tetapi juga herarki

manajemen secara keseluruhan. Semua karyawan yang melapor kepada orang

yang sama berada pada tingkat manajemen yang sama, tidak jadi soal dimana

mereka di tempatkan dalam organisasi.

10. Pimpinan organisasi, artinya struktur organisasi memberikan informasi

tentang apakah pimpinan tunggal atau pimpinan kolektif atau presidium.

Untuk memperlihatkan struktur organisasi, manager biasanya menyusun

suatu bagan organisasi yang menggambarkan diagram fungsi-fungsi, bagian

(departemen) atau jabatan dalam suatu organisasi dan menunjukkan hubungan

satu dengan yang lainnya. Unit-unit organisasi yang terpisah biasanya

digambarkan dalam bentuk kotak yang dikaitkan satu sama lain oleh garis-garis

tebal yang menunjukkan garis komando dan saluran komunikasi yang resmi

(12)

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK CV. Pangkar Begili, Kalimantan

Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Mei 2011.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Kuisioner.

2. Komputer.

3. Alat tulis.

4. Kamera digital.

5. Alat perekam.

6. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor:

P.8/VI-SET/2009.

7. Laporan Penelitian Standar Tenaga Teknis Kehutanan di Bidang Pengusahaan

Hutan.

3.3. Jenis data

Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer

adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui wawancara maupun

pengisian kuisioner oleh responden. Data primer terdiri atas nama responden, asal

daerah, umur, pendidikan responden, pendidikan dan latihan yang pernah diikuti,

jabatan dalam perusahaan yang bersangkutan, tugas pokok dari jabatan/pekerjaan

yang bersangkutan, masa kerja di perusahaan yang bersangkutan dan masa kerja

di tempat sebelumnya, jumlah tanggungan keluarga, sumber pendapatan keluarga

dan tanggapan responden terhadap kecukupan gaji, jamsostek dan keselamatan

kerja. Adapun kuisioner terlampiran pada Lampiran 3. Data sekunder adalah data

yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, meliputi kondisi umum

tempat penelitian, definisi dan struktur organisasi perusahaan tersebut, bagan

kegiatan pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut, data

(13)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data di lapangan adalah

sebagai berikut:

1. Metode observasi, peneliti melakukan pengamatan secara langsung di

lapangan.

2. Metode wawancara, peneliti melakukan wawancara secara langsung ataupun

menggunakan kuisioner kepada responden.

3. Studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan data berdasarkan buku dan bahan

rujukan lain.

3.5. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random

proporsional berlapis (stratified proportionate random sampling) dengan

intensitas sampling 25 %. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode ini

karena pada setiap perusahaan terdapat level/tingkat pekerjaan tertentu sehingga

menimbulkan tingkat keragaman. Oleh karena itu, metode random proporsional

berlapis (stratified proposional random sampling) lebih tepat digunakan.

3.6. Analisis Data

3.6.1. Struktur Organisasi dan Sruktur Kegiatan Pengelolaan Hutan

Analisis data yang digunakan untuk menganalisis struktur organisasi dan

struktur kegiatan adalah studi pustaka.

3.6.2. Kondisi Sumber Daya Manusia di IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

Karakteristik sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan pemegang

IUPHHK terdiri atas umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, asal daerah, status

perkawinan, pengalaman kerja, status dan lama kerja di CV. Pangkar Begili serta

jumlah tanggungan keluarga. Data yang diperoleh di lapangan kemudian

dianalisis menggunakan metode tabulasi frekuensi.

3.6.3. Kesesuaian Jumlah, Kecukupan, dan Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kesesuaian, kecukupan, dan kualifikasi sumber daya manusia yang bekerja

di perusahaan pemegang IUPHHK dilakukan analisis dengan membandingkan

data yang diperoleh dilapangan dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina produksi

(14)

pemegang ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK) untuk

mempekerjakan sarjana kehutanan dan tenaga teknis pengelolaan hutan produksi

lestari dan Laporan Penelitian Standar Tenaga Teknis Kehutanan di Bidang

Pengusahaan Hutan.

3.7. Batasan Penelitian

1. Responden adalah pegawai/karyawan yang bekerja di CV. Pangkar Begili.

2. Pendidikan dan latihan yang pernah diikuti adalah pendidikan dan pelatihan

selama bekerja di CV. Pangkar Begili.

3. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan pegawai/karyawan CV. Pangkar Begili.

4. Pendapatan tambahan adalah pendapatan selain dari gaji yang diterima dari

(15)

KONDISI UMUM

4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar

Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai dan

Sungai Melawi yang berlokasi di Kecamatan Serawai, Kabupaten Sintang dan

Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Secara

geografis wilayah areal kerja IUPHHK-HA ini yang dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Blok I : 112° 11’ 35” - 112° 31’ 21” bujur timur dan 0° 11’ 25” - 0° 19’ 22” lintang selatan.

2. Blok II ; 112° 21’ 54” - 112° 35’ 32” bujur timur dan 0° 33’ 30” lintang selatan.

Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan hutan lindung

2. Sebelah timur berbatasan dengan hutan lindung

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Baka

4. Sebelah barat berbatasan dengan areal produksi lestari dan HPT (CV. Pangkar

Begili 2011).

Keseluruhan informasi tentang batas administratif dan batas wilayah dapat

dilihat pada Lampiran 2.

4.2 Tanah dan Geologi

Berdasarkan peta geologi Indonesia Provinsi Kalimantan Barat skala 1:

300.000 tahun 1993, formasi geologi yang terdapat di areal IUPHHK-HA CV.

Pangkar Begili adalah batuan pasir alat, tonalit sepauk, formasi payak, formasi

tebidah, rombakan lereng dan batuan terobosan Sintang (CV. Pangkar Begili

2011). Informasi lengkap mengenai formasi geologi di areal IUPHHK-HA CV.

(16)

Tabel 1 Formasi geologi di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

No Formasi Luas (ha) Persen (%)

1 Batuan Terobosan Sintang 452,93 1,5

2 Batuan pasir Alat 7.313,23 24,22

3 Formasi Payak 3.713,98 12,3

4 Formasi Tebidah 5.616,27 18,6

5 Rombakan Lereng 1.841,89 6,1

6 Tonalit Sepauk 11.256,70 37,28

Jumlah 30.195,00 100

Sumber: CV. Pangkar Begili (2011)

Berdasarkan Peta Tanah Eksplorasi Kalimantan Barat skala 1: 300.000 yang

diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Bogor (1994) jenis tanah di areal IUPHHK-HA CV.

Pangkar Begili terdiri atas tanah jenis dystropets, hydrandepts, troparthents dan

tropudults (CV. Pangkar Begili 2011). Distribusi luas areal IUPHHK-HA CV.

Pangkar Begili dalam RKU Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam

pada Hutan Produksi CV. Pangkar Begili disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi tanah di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

No Jenis Tanah Total (ha) Persen (%)

1 Dystropepts 3.714 12,3

2 Hydrandepts 845 2,8

3 Troporthents 11.746 38,9

4 Tropudults 13.890 46

Jumlah 30.195 100

Sumber: CV. Pangkar Begili (2011)

4.3 Fungsi Hutan dan Kondisi Vegetasi Hutan

Berdasarkan SK Menhut No. 259/Kpts-II/2000 kawasan hutan produksi di

areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili yang berada di Kelompok Hutan Sungai

Serawai dan Sungai Melawi termasuk dalam fungsi Kawasan Hutan Produksi

Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi (HP) (CV. Pangkar Begili 2011). Adapun

perincian fungsi hutan dalam RKU Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan

(17)

Tabel 3 Fungsi hutan di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

No Fungsi Hutan Luas (ha) Persen (%)

1 Hutan Produksi Tetap (HP) 3.135 10,38

2 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 27.060 89,62

Jumlah 30.195 100

Sumber: CV. Pangkar Begili (2011)

Berdasarkan peta citra landsat 7ETM path/raw 119/60 liputan tanggal 13

Tabel 4 Luas penutupan hutan di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

No Penutupan lahan

Fungsi hutan Buffer zone HL Jumlah Persen

(ha) (ha) (ha) (%)

Sumber: CV. Pangkar Begili (2011)

Sediaan kayu berdasarkan hasil IHMB keseluruhan jenis untuk pohon kecil

adalah 1.790.308 pohon (71,88 pohon/ha) atau 709.017 m3 (28,47 m3/ha). Pohon

besar sebanyak 1.074.366 pohon (43,13 pohon/ha) atau 2.435.615 m3 (97,78

m3/ha). Pohon kelas diameter 40 cm up sebanyak 727.825 pohon (29,22

pohon/ha) atau 2.137.363 m3 (85,81 m3/ha) dan kelas diameter 50 cm up

sebanyak 409.660 pohon (16,45 pohon/ha) atau 1.642.859 m3 (65,96 m3/ha) (CV.

Pangkar Begili 2011).

Distribusi sediaan tegakan hutan berdasarkan kualitas batang untuk vegetasi

tingkat pohon kelas diameter 40 cm up bebas cacat (komersial dan kualitas baik

(18)

2.009.114 m3 (80,66 m3/ha), dan pohon kelas diameter 50 cm up bebas cacat

(komersial dan kualitas baik dapat diperdagangkan) dengan jumlah 384.883

pohon (15,45 pohon/ha) atau 1.540.326 m3 (61,84 m3/ha) (CV. Pangkar Begili

2011).

4.4 Topografi Lapangan

Menurut RKU Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada

Hutan Produksi CV. Pangkar Begili, kondisi kelas lereng berdasarkan hasil

analisis pada fisiografi lapangan yang datar sampai berbukit dan berada pada

ketinggian 27 mdpl sampai dengan 645 mdpl (CV. Pangkar Begili 2011). Adapun

data mengenai topografi lapangan disajikan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Topografi lapangan di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

No Kelas Lereng Kelerengan (%) Luas (ha) Persen (%)

Sumber: CV. Pangkar Begili (2011)

4.5 Iklim

Informasi iklim di kawasan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili diperoleh

dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandar Udara Sintang. Berdasarkan data

iklim tahun 2008 rata-rata curah hujan tahunan di daerah ini adalah 3.142,7

mm/tahun dengan rata-rata jumlah hari hujan 261,89 mm/bulan dan intensitas

curah hujan 19,83 mm/hari. Curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada Oktober

dengan curah hujan 453,9 mm/hari dan curah hujan terendah terjadi pada

Februari dengan curah hujan 100,4 mm/hari (CV. Pangkar Begili). Berdasarkan

klasifikasi iklim Schmith dan Fergusson dalam RKU Pemanfaatan Hasil Hutan

Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi CV. Pangkar Begili (2011),

wilayah ini termasuk ke dalam tipe iklim A. Jumlah curah hujan dalam satu tahun

di atas 3.142,7 mm.

Data curah hujan dan hari hujan di Stasiun Meteorologi dan Geofisika

Bandar Udara Sintang dalam RKU Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan

(19)

Tabel 6 Data curah hujan di areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

Maksimum (ᵒC) Kelembaban Relatif (%)

1 Januari 269.2 21 30.3 86

Sumber: CV. Pangkar Begili (2011)

4.6 Hidrologi

Areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berada di hulu DAS Kapuas

dan Sub DAS Melawi. Karena merupakan daerah hulu, kondisi perairan sungai

merupakan mata air dan banyak terdapat sungai kecil dan dangkal, sempit dan

berkelok-kelok dengan dasar sungai terdiri atas pasir dan bebatuan. Sungai-sungai

yang terdapat di areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili merupakan anak

Sungai Melawi yaitu Sungai Serawai dan Sungai Keruap. Sungai tersebut

digunakan oleh masyarakat untuk berbagai aktivitas antara lain MCK, mencari

ikan dan sebagai sarana transportasi masyarakat menggunakan sampan atau

perahu motor (CV. Pangkar Begili 2011).

4.7 Sarana Transportasi dan Aksesibilitas

Areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berada di Kabupaten Sintang.

Untuk menuju areal tersebut dari Pontianak dapat ditempuh dengan menggunakan

bus selama ± 10 jam sampai Nanga Pinoh. Selanjutnya dari Kecamatan Nanga

Pinoh menuju Kecamatan Serawai dapat ditempuh melalui jalur sungai dengan

menggunakan speed boat selama ± 3,5 jam. Sedangkan alat transportasi yang

(20)

transportasi sungai seperti perahu sampan, tug boat dan motor temple dan sarana

komunikasi di sekitar areal IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili berupa handphone

(CV. Pangkar Begili 2011).

4.8 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya 4.8.1 Pusat kegiatan perekonomian

Sarana dan prasarana perekonomian di desa sekitar areal kerja IUPHHK-HA

CV. Pangkar Begili secara umum masih relatif terbatas baik ragam maupun

jumlahnya. Hal ini disebabkan karena desa di daerah ini relatif jauh dari pusat

perekonomian dan jumlah penduduknya relatif sedikit, serta keterbatasan sarana

dan prasana transportasi. Adanya keterbatasan akses, tingkat pendidikan yang

relatif rendah dan belum memadainya sarana dan prasarana perekonomian

menyebabkan aktivitas perekonomian di sekitar IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

kurang berkembang. Sarana perekonomian seperti warung dan toko masih dapat

dijumpai di desa-desa, tetapi untuk pasar hanya dapat dijumpai di ibukota

kecamatan. Kelancaran arus distribusi barang masih sangat rendah, walaupun

sarana jalan yang dapat menghubungkan desa dengan kota kecamatan sudah

dibangun (CV. Pangkar Begili 2011).

4.8.2 Mata pencaharian dan perekonomian lokal

Mata pencaharian sebagian besar penduduk desa sekitar areal kerja

IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili sebagai petani ladang berpindah. Selain itu

terdapat juga masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pedagang, karyawan

perusahaan IUPHHK, PNS dan penambang emas. Pada umumnya masyarakat

yang bermata pencaharian sebagai petani berladang masih menggunakan cara-cara

tradisional dalam melakukan budidaya pertanian sistem berladang. Tanaman yang

dibudidayakan dalam kegiatan berladang selain padi adalah jenis sayuran seperti

kacang panjang, bayam, terong, cabe, singkong dan lain-lain. Kegiatan sambilan

yang dilakukan oleh petani berladang antara lain menoreh karet dan kegiatan

berburu (CV. Pangkar Begili 2011).

4.8.3 Kependudukan

Penduduk kecamatan Nanga Serawai sebagian besar merupakan penduduk

dari etnis Dayak dan Melayu. Luas wilayah Kecamatan Nanga Serawai adalah

(21)

Kecamatan Nanga Serawai dalam angka tahun 2008 jumlah penduduk di

kecamatan Nanga Serawai menurut kelompok kelaminnya, disajikan pada Tabel 7

(CV. Pangkar Begili).

Tabel 7 Jumlah penduduk dan rasio jenis kelamin

Desa Penduduk (Jiwa) Rasio

Laki-laki Perempuan Jumlah

Kec. Serawai

Nanga Serawai 2606 2302 4908 0.88

Tanjung Raya 526 486 1012 0.92

Kec. Melawi

Menukung 594 570 1164 0.96

Jumlah 3726 3358 7084 0.90

Sumber: CV. Pangkar Begili (2011)

4.8.4 Kondisi Tatanan Kelembagaan Dalam Masyarakat

Kelembagaan formal di wilayah desa sekitar areal IUPHHK-HA telah

terbentuk sejak lama. Kepala desa selaku tokoh formal terdekat dengan

masyarakat biasa disebut penghulu. Terdapat tokoh yang dituakan sebagai

panutan masyarakat dimana pengaruhnya cukup berperan dalam masyarakat.

Tokoh ini disebut ketua adat, tidak dipilih secara formal akan tetapi biasanya

tumbuh dengan sendirinya hasil dari pengakuan masyarakat itu sendiri yang

tumbuh secara perlahan.

Adanya tokoh informal tersebut bukannya mematikan wujud dan kiprah dari

kegiatan-kegiatan lembaga formal yang ada, bahkan sebaliknya sangat

mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan seperti di tingkat

desa maupun di lingkup yang lebih kecil lagi.

Lebih jauh lagi sosok tokoh informal sangat menunjang terutama dalam

penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat setempat yang

mungkin sewaktu-waktu dapat terjadi. Hal ini dapat dimengerti pula karena

keberadaan tokoh informal tersebut merupakan suatu tokoh panutan yang bersifat

kekeluargaan atau kekerabatan (CV. Pangkar Begili 2011).

4.8.5 Penduduk menurut Agama

Penduduk di desa-desa sekitar areal IUPHHK CV. Pangkar Begili, sebagian

(22)

dusun-dusun yang memiliki latar belakang etnis yang berbeda, yakni masyarakat

yang berasal dari etnis Dayak sebagian besar beragama Kristen, sedangkan yang

berasal dari etnis melayu seluruhnya beragama Islam. Tempat ibadah berupa satu

buah masjid terdapat di dusun Nanga Serawai dan lima buah gereja terdapat di

Desa Tontang dan Karya Jaya (CV. Pangkar Begili 2011).

4.8.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan penduduk di desa sekitar areal IUPHHK CV. Pangkar

Begili umumnya masih relatif rendah, yaitu sebagian besar masih berpendidikan

SD ke bawah. Hal ini disebabkan karena sarana prasarana pada sebagian besar

desa masih terbatas sampai tingkat SD, sedangkan SLTP terdapat di kota

Kecamatan Nanga Serawai yang jaraknya dari desa lain cukup jauh dengan sarana

perhubungan yang masih sangat terbatas. Di kecamatan ini belum terdapat SLTA,

sehingga lulusan SLTP yang hendak melanjutkan pendidikan harus ke kecamatan

Nanga Pinoh atau ke ibukota kabupaten dan ke kota lainnya (CV. Pangkar Begili

2011).

4.8.7 Adat Istiadat

Penduduk dan etnis Dayak pada umumnya masih sangat kuat memegang

tradisi yang berasal dan nenek moyangnya. Hal ini antara lain terlihat pada

upacara-upacara adat ketika memulai membuka lahan untuk ladang, upacara adat

setelah panen ladang, upacara perkawinan dan kematian, serta pengobatan secara

adat oleh dukun. Disamping itu wilayah yang mereka klaim sebagai wilayah adat

cukup luas, yakni meliputi wilayah yang secara turun temurun menjadi wilayah

kegiatan sosial ekonomi dan budaya mereka, baik untuk kegiatan perladangan,

beburu, mencari tanaman obat, pemakaman nenek moyang, atau bekas-bekas

pemukiman lama. Mereka juga beranggapan bahwa kawasan hutan di sekitar

mereka tinggal merupakan hutan milik masyarakat adat yang berasal dari nenek

moyang mereka. Anggapan tersebut membawa konsekuensi terhadap keberadaan

IUPHHK CV. Pangkar Begili dalam melaksanakan kegiatan usaha pemanfaatan

hasil hutan kayu yang telah dipercayakan oleh pemerintah (CV. Pangkar Begili

(23)

4.9 Pola Kebiasaan dan Hak Ulayat 4.9.1 Kebiasaan bangunan rumah

Penduduk di sekitar areal IUPHHK-HA, umumnya menghuni rumah-rumah

panggung, dengan bahan kayu tenggelam dan tahan lapuk. Meskipun ada

diantaranya telah menghuni rumah duduk dengan bangunan permanen dan semi

permanen yang terbuat dari semen.

Atap umumnya menggunakan seng atau asbes gelombang bagi masyarakat

yang mampu dan sebagian beratapkan rumbia. Dinding dan lantai terbuat dari

kayu tanpa menggunakan plafon. Bagi yang status sosialnya lebih baik, dinding

terbuat dari tembok semen dengan bahan bata dan lantai semen. Bahan bangunan

tersebut harus didatangkan dari luar wilayah, sehingga harganya cukup tinggi.

Pola pemukiman terletak di sepanjang garis sempadan sungai, baik masyarakat

asli maupun pendatang (CV. Pangkar Begili 2011).

4.9.2 Kebiasaan makan

Makanan pokok masyarakat setempat sebagaimana umumnya adalah nasi,

terbiasa makan dua kali sehari dan sudah memasukkan sayuran dalam menunya di

samping lauk ikan segar atau ikan kering. Kecuali sayuran, ikan segar relatif

mudah didapat mengingat daerah ini terletak di punggir sungai dimana kandungan

ikannya cukup potensial. Mengingat penduduk berdomisi berdekatan dengan

sungai, maka hampir setiap keluarga memiliki alat untuk menangkap ikan berupa

jaring atau alat tangkap ikan lainnya yang lebih kecil. Kebutuhan akan ikan untuk

dikonsumsi keluarga, tidak harus membeli secara khusus atau didatangkan dari

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Struktur Organisasi IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

Struktur organisasi yang dimiliki oleh IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

terdapat pada gambar 2. Garis putus-putus menunjukkan pembagian organisasi di

kantor pusat (Pontianak) dan di lapangan (Camp Lodeh). Untuk operasional di

kantor pusat dipimpin oleh komanditer dan untuk kegiatan operasional di

lapangan (Camp Lodeh) dipimpin oleh manager camp.

Bentuk stuktur organisasi yang digunakan oleh CV. Pangkar Begili adalah

struktur organisasi berbentuk segitiga vertikal sehingga tingkatan manajer dan

kedudukannya dalam organisasi dapat diketahui dengan jelas (Hasibuan 2008).

Tipe organisasi yang ditunjukkan oleh struktur organisasi CV. Pangkar

Begili adalah organisasi fungsional, dimana organisasi tersebut disusun

berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan. Menurut Hasibuan

(2008) pada tipe organisasi fungsional ini masalah pembagian kerja mendapat

perhatian yang sungguh-sungguh.

Berdasarkan struktur organisasi tersebut, setidaknya terdapat

empat pilar (building blok) yang menjadi dasar dalam struktur organisasi tersebut,

yaitu pembagian kerja (division of work), pengelompokkan pekerjaan (

departmentalization), relasi antar bagian dalam organisasi ( hierarchy), serta

mekanisme untuk mengintegrasikan aktivitas antar bagian dalam organisasi atau

koordinasi.

Menurut Saefullah dan Sule (2008) pembagian kerja (division of work)

merupakan upaya untuk menyederhanakan keseluruhan kegiatan dan pekerjaan

yang bersifat kompleks menjadi lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang

akan ditempatkan dan ditugaskan untuk kegiatan sederhana dan spesifik. Adapun

pembagian kerja yang ada di IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili terdiri atas bagian

umum dan sumber daya manusia, bagian keuangan, bagian logistik, bagian

(25)

Pusat

Wakil Direktur Umum & SDM Erwin Setiawan

Kasi spare part & BBM Frasiska Ami Ardian Dwi Yunanto, ST

(26)

Pengelompokan pekerjaan (departmentalization) merupakan proses

penentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan bertanggung jawab dalam

melakukan bermacam jenis pekerjaan yang telah dikategorikan berdasarkan

faktor-faktor tertentu dalam kegiatan pembagian kerja. Seperti yang telah

digambarkan pada struktur organisasi tersebut, dapat diketahui bahwa bagian

produksi mempunyai pekerjaan berupa penebangan, pengukuran kualitas log, tata

usaha kayu, logistik produksi, penyediaan spare part alat berat, mekanik dan

pengoperasian alat berat.

Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pengelompokan pekerjaan

(departmentalization) merupakan pendekatan fungsional. Berdasarkan pendekatan

ini, proses departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang

harus dijalankan dalam sebuah organisasi. Seperti yang telah ditunjukkan dalam

struktur organisasi tersebut, setiap bagian dalam struktur organisasi dibentuk

untuk menjalankan berbagai fungsi yang terkait dengan kegiatan di IUPHHK-HA

CV. Pangkar Begili. Bagian umum dan sumber daya manusia, bagian keuangan,

bagian logistik, bagian perencanaan, bagian pembinaan dan bagian produksi

mempunyai fungsi yang khas dalam setiap pekerjaannya. Setiap bagian tersebut

secara lebih rinci diturunkan ke sub-sub bagian tertentu, seperti bagian produksi

lebih dirinci menjadi sub bagian produksi di lapangan, sub bagian penebangan,

sub bagian tata usaha kayu, sub bagian kualitas log, sub bagian operator, sub

bagian mekanik, sub bagian spare part dan sub bagian logistik. Bagian pembinaan

hutan terdiri atas sub pembinaan hutan di lapangan, sub bagian litbang dan PUP,

sub bagian kelola sosial. Bagian perencanaan hutan terdiri atas sub bagian

perencanaan hutan di lapangan, sub bagian penataan areal kerja, sub bagian

perpetaan, sub bagian ITSP dan sub bagian PWH. Sedangkan bagian keuangan

terdiri atas sub bagian keuangan dan umum serta sub bagian kasir.

Pilar selanjutnya yang terkandung dalam bagan organisasi tersebut adalah

relasi antar bagian dalam organisasi (hierarchy). Terdapat dua hal penting dalam

relasi antar bagian dalam organisasi yaitu span of management control dan chain

of command. Span of management control terkait dengan jumlah orang atau

bagian di bawah departemen yang akan bertanggung jawab terhadap departemen

(27)

control akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya, sedangkan chain of

command menjelaskan bagaimana batasan kewenangan dibuat dan bagian mana

akan melapor kemana. Chain of command juga menunjukkan garis perintah dalam

sebuah organisasi dari hierarki yang paling tinggi ke hierarki paling rendah.

Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui sub bagian keuangan dan kasir

mempunyai batasan kewenangan untuk bekerja dibagian keuangan dan

bertanggung jawab kepada manager camp secara langsung dan melalui manager

camp sub bagian keuangan dan kasir bertanggung jawab kepada direktur. Sub

bagian perencanaan hutan mempunyai wewenang pekerjaan di bagian

perencanaan hutan dan secara langsung bertanggung jawab kepada manager camp

dan melalui manager camp bertanggung jawab kepada bagian di atasnya yang

kedudukannya lebih tinggi.

Sub bagian produksi, penebangan, kualitas log, tata usaha kayu, logistik,

spare part, mekanik dan alat berat mempunyai wewenang pekerjaan di bagian

produksi, bertanggung jawab secara langsung kepada manajer produksi dan

melalui manajer produksi bertanggung jawab kepada bagian di atasnya (yang

berada di kantor pusat). Begitu pula untuk sub bagian pembinaan hutan dan

bagian operasional di kantor pusat.

Jenis hierarki yang digunakan pada bagan organisasi IUPHHK-HA CV.

Pangkar Begili adalah hierarki vertikal yaitu meminimalkan bagian-bagian

organisasi ke samping secara horisontal dan memperbanyak sub bagian atau

departemen secara vertikal. Menurut Sule dan Saefullah (2008) hierarki vertikal

mempunyai kelebihan yaitu para penanggung jawab di setiap departemen atau

bagian tidak terlalu banyak dibebani sub departemen atau sub bagian yang

banyak, sehingga dalam hal koordinasi relatif dapat dilakukan lebih cepat karena

bagian yang dikoordinir lebih cepat. Namun bentuk hierarki ini mempunyai

kelemahan dalam hal pengambilan keputusan yang bersifat menyeluruh. Untuk

dapat mengambil keputusan bagi keseluruhan organisasi dari bagian terbawah

organisasi akan memerlukan proses yang lebih lama, misalnya persoalan muncul

di bagian perencanaan maka dapat berdampak pada bagian produksi sehingga

pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cara menyelesaikan persoalan di

(28)

Kegiatan koordinasi merupakan hal yang penting dalam sebuah organisasi.

Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi

tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi masing-masing bagian.

Sebagai contoh adalah koordinasi antara bagian perencanaan dengan bagian

produksi di Unit Camp Lodeh. Kegiatan penebangan yang merupakan bagian dari

kegiatan produksi harus berdasarkan kegiatannya dengan data LHC yang

dilakukan oleh bagian perencanaan. Sehingga perlu adanya koordinasi antara

bagian perencanaan dan bagian produksi sehingga tidak terjadi kekeliruan pada

saat kegiatan penebangan.

5.2Job Description di IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili

Menurut Flippo (1984) job description (uraian pekerjaan) merupakan suatu

pernyataan faktual yang diorganisasikan yang menyangkut tugas-tugas dan

tanggungjawab dari suatu pekerjaan tertentu. Pada penelitian ini, peneliti tidak

melakukan telaah lebih lanjut tentang penerapan job description di lapangan.

Adapun uraian job description secara lengkap dijelaskan dalam RKU

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi CV.

Pangkar Begili (2011) sebagai berikut:

5.2.1 Job Description Komanditer

1. Memastikan bahwa perusahaan dikelola sesuai dengan visi, misi dan tujuan

perusahaan yang telah ditentukan.

2. Memastikan bahwa komitmen perusahaan untuk melaksanakan pemanfaatan

hasil hutan pada hutan alam yang telah berkesinambungan selalu dipegang

teguh oleh penyelenggara perusahaan pada semua level.

3. Mengawasi dan memberikan bimbingan kepada direksi dalam menjalankan

program perusahaan.

4. Berhak memeriksa semua fasilitas dan dokumen perusahaan termasuk

keuangan dan kas negara.

5. Melakukan pengawasan terhadap kinerja direksi baik yang sedang maupun

yang telah dilaksanakan.

6. Berdasarkan suara terbanyak, komisaris dapat menghentikan sementara waktu

para anggota direksi jika bertidak tidak sesuai dengan anggaran dasar

perusahaan.

(29)

8. Berhak mengundang direksi untuk mengadakan pertemuan di luar jadwal rutin,

jika ada suatu permasalahan yang harus segera diklarifikasi.

5.2.2 Job Description Direktur

1. Direktur utama bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

2. Memegang teguh komitmen perusahaan untuk melaksanakan pengelolaan

hutan produksi lestari.

3. Memimpin dan mengurus perusahaan sesuai dengan visi, misi dan tujuan

perusahaan.

4. Secara rutin melakukan evaluasi terhadap kemajuan pencapaian upaya

Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL).

5. Mengawasi, memelihara dan mengurus aset perusahaan.

6. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan dengan memperhatikan

batasan–batasan yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan. 7. Menyampaikan RKAP, rencana pengembangan perusahaan dan rencana

lainnya kepada dewan komisaris dan pemegang saham.

8. Mengatur, membimbing dan mengawasi perhitungan hasil usaha tahunan serta

menyampaikannya kepada dewan komisaris dan pemegang saham menurut

cara dan waktu yang telah ditetapkan.

9. Menandatangani surat–surat keputusan, surat perjanjian kerja dengan pihak ketiga, rencana kerja dan rencana anggaran, serta pedoman pelaksanaan

kegiatan perusahaan.

10. Menentukan kebijakan organisasi dan kepegawaian, termasuk mengangkat,

mengatur dan menghentikan karyawan setelah mendapat persetujuan dewan

komisaris.

11. Menetapkan kebijakan dan memutuskan hal–hal di bidang pemasaran.

12. Menyampaikan laporan keuangan dan laporan perusahaan lainnya menurut

ketentuan anggaran dasar perusahaan dan peratura perundang-undangan.

13. Menyelenggarakan dan memimpin rapat direksi sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan.

14. Memberikan instruksi khusus untuk pelaksanaan internal audit.

(30)

16. Melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan anggaran dasar dan petunjuk/hasil

RUPS.

17. Merealisasikan visi, misi dan tujuan perusahaan.

18. Dalam mewujudkan tujuan perusahaan, direktur harus selalu memegang

teguh komitmen perusahaan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan

lestari.

19. Bertanggung jawab penuh terhadap usaha-usaha pencapaian Pengelolaan

Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL).

20. Bersama direktur lain, secara rutin melakukan evaluasi atas kemajuan

pencapaian Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL).

21. Memimpin dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

direksi.

22. Bertanggung jawab atas nama perusahaan terhadap pelaksanaan kelola

produksi, kelola lingkungan dan kelola sosial.

23. Menetapkan keputusan operasional di bidang produksi dan operasional

lainnya.

24. Membantu direksi dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan

dengan instansi/lembaga lain.

25. Mengkoordinir pelaksanaan pengamanan atas areal hutan dan hasil hutan.

26. Melaksanakan tugas-tugas khusus dari komanditer.

5.2.3 Job Description Wakil Direktur Umum dan SDM

Fungsi:

1. Melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaan sebagai pembantu direktur

menjalankan visi dan misi perusahaan CV. Pangkar Begili.

2. Direktur dan wakil direktur secara bersama menentukan arah dan kebijakan

perusahaan yang lebih komprehensif.

Tugas:

1. Menjabarkan tugas-tugas yang telah diberikan oleh direksi untuk mencapai

target perusahaaan sesuai dengan visi dan misi.

2. Membuat program kerja terutama yang berhubungan dengan urusan umum dan

(31)

3. Mengevaluasi dan menilai kinerja karyawan untuk memberikan job description

pada level tertentu sesuai dengan struktur organisasi.

4. Membantu direktur dalam hal memasarkan hasil produksi untuk kelancaran

finansial dan operasional di lapangan.

5. Memberikan keputusan yang bersifat umum untuk efektivitas dan efisiensi

tugas pekerjaan di lapangan.

Wewenang:

1. Mengatur dan mengontrol penjualan hasil produksi untuk kelancaran

operasional dan finansial.

2. Ikut bertanggung jawab mengatur dan mengontrol sarana dan prasarana yang

meliputi angkutan produksi termasuk alat berat dan sarana prasarana tempat

tinggal karyawan serta kesejahteraan sosial.

3. Mengangkat dan memberhentikan karyawan pada level tertentu serta

memberikan pertimbangan terhadap karyawan yang berprestasi untuk

diberikan kompensasi berupa insentif, tunjangan dan lain-lain.

Tanggung jawab:

Wakil Direktur Umum dan SDM bertanggung jawab penuh kepada direktur

maupun komanditer dalam hal menjalani visi dan misi perusahaan.

Hubungan:

1. Atasan: Wakil direktur umum dan SDM bertanggung jawab langsung kepada

direktur dan komanditer.

2. Bawahan: mengawasi keseluruhan kabag yang berada di lapangan maupun di

kantor.

5.2.4 Job Description Wakil Direktur Operasional

Fungsi:

1. Melaksanakan tugas dan pekerjaan sebagai pembantu direktur menjalankan visi

dan misi perusahaan CV. Pangkar Begili.

2. Direktur dan wakil direktur secara bersama menentukan arah dan tujuan

perusahaan ke depan agar lebih komprehensif.

Tugas:

1. Menjabarkan tugas-tugas yang telah diberikan oleh direksi untuk mencapai

(32)

2. Membuat program kerja perusahaan terutama yang berhubungan dengan

instansi kehutanan baik di tingkat pusat maupun daerah.

3. Mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan di lapangan maupun di base

camp yang berhubungan dengan kegitan perencanaan, pembinaan, umum dan

kemasyarakatan.

4. Mengecek realisasi pelaksanaan operasional perusahaan, memberikan arahan

dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas masing-masing pada level yang

ditentukan.

5. Melakukan perincian/evaluasi karyawan secara berkesinambungan untuk

memberikan job description karyawan termasuk pengangkatan dan

pemberhentian pada level tertentu.

Wewenang:

Selaku wakil direktur operasional diberi wewenang untuk mengontrol

kegiatan operasional di lapangan yang bersifat teknis maupun non teknis.

Tanggung jawab:

Wakil direktur operasional bertanggung jawab penuh kepada direktur

maupun komanditer dalam hal menjalankan visi dan misi perusahaan.

Hubungan:

1. Atasan: wakil direktur operasional bertanggung jawab langsung kepada

direktur dan komanditer.

2. Bawahan: mengawasi langsung kepala bagian secara keseluruhan.

5.2.5 Job DescriptionManager Camp

Fungsi:

Melaksanakan pekerjaan, mengatur karyawan di level kepala bagian,

mengevaluasi seluruh bagian pekerjaan serta membuat laporan kegiatan baik

internal maupun eksternal dan memajukan serta membangun perusahaan yang

berorientasi pada peningkatan profit perusahaan.

Tugas:

1. Memimpin serta mengawasi seluruh kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan di

unit atau masing-masing bagian.

2. Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan secara berkala tentang

(33)

3. Melakukan hubungan kemasyarakatan di areal IUPHHK-HA.

4. Melakukan hubungan dengan institusi pemerintah di tingkat kabupaten dan

kecamatan yang berhubungan dengan kegiatan IUPHHK-HA.

5. Melakukan hubungan dengan pihak keamanan/aparat kepolisian untuk

ketertiban dan keamanan di lingkungan base camp.

6. Berpartisipasi dalam merencanakan dan merekrut karyawan apabila dibutuhkan

tenaga kerja dibagian tertentu dengan terlebih dahulu meminta persetujuan dari

direktur.

7. Bertanggung jawab dalam menjaga, merawat dan mengamankan aset-aset

perusahaan.

8. Memberikan arahan, pembinaan dan latihan kerja kepada bawahannya untuk

menunjang produktivitas perusahaan.

9. Melakukan koordinasi dan komunikasi kepada direktur melalui wakil direktur

menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan situasi produksi, kondisi lapangan

dan karyawan.

10. Menandatangani surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan kegiatan

produksi.

Wewenang:

1. Mengambil keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan operasional di

lapangan/base camp.

2. Memberikan penilaian kinerja kepada karyawan atau bawahan. Dengan

persetujuan direktur, manager camp dapat memberhentikan atau mengambil

tindakan terhadap karyawan di level kepala bagian dan staf.

3. Mengeluarkan Surat Peringatan (SP) atau tindakan kepada karyawan dengan

terlebih dahulu berkoordinasi dengan direktur melalui wakil direktur.

Tanggung jawab:

1. Bertanggung jawab atas segala kegiatan di lapangan secara bersama dengan

pihak manajemen.

2. Ikut bertanggung jawab meningkatkan pencapaian produksi dan kelancaran

(34)

Hubungan:

1. Atasan: bertanggung jawab langsung kepada direktur melalui wakil direktur.

2. Bawahan: melakukan pengawasan secara langsung terhadap seluruh karyawan.

5.2.6 Job Description Kepala Bagian Keuangan

Fungsi:

1. Melaksanakan tugas dan pekerjaan sebagai kepala bagian keuangan.

2. Mengolah data-data keuangan secara baik, jujur dan benar.

3. Membuat anggaran keuangan secara menyeluruh untuk kebutuhan di unit base

camp untuk diajukan ke direktur dan wakil direktur setiap bulannya.

4. Membayar upah/gaji, premi produksi, premi borongan, upah harian dan honor

yang berkaitan dengan perusahaan setiap bulan atau periode tertentu.

5. Membuat laporan pengeluaran keuangan secara menyeluruh setiap bulan dan

diketahui oleh manager camp atau kepala bagian produksi.

6. Membuat data pengeluaran keuangan secara terpisah untuk pengeluaran

gaji/upah, premi dan insentif lainnya.

7. Membuat data pengeluaran keuangan yng digunakan sebagai biaya operasional

seperti dana TPTI, survei, cruising dan lain-lain.

8. Melakukan pembukuan semua pengeluaran kas keuangan dengan lengkap dan

rapi setiap hari kerja dan tiap bulan.

9. Pengeluaran keuangan harus diketahui oleh kepala bagian keuangan dan

disetujui oleh manager camp.

Tugas:

1. Memegang teguh komitmen perusahaan untuk melaksanakan pekerjaan selaku

pengelola administrasi keuangan dan umum yang berpedoman pada

manajemen keuangan.

2. Selalu menjaga kerahasiaan data keuangan baik untuk urusan ke dalam maupun

keluar.

3. Dalam melaksanakan pembukuan keuangan atau manajemen keuangan selalu

dibuat Bukti Pengeluaran Uang (BPU) atau bukti pembayaran gaji dengan

membuat slip pembayaran gaji/kuitansi yang ditandatangani oleh penerima.

4. Meminta bantuan keamanan kepada aparat/security pada saat pengambilan

(35)

5. Menyampaikan laporan keuangan kepada direktur/wakil direktur yang sudah

ditandatangani oleh manager camp atau kepala bagian produksi sebagai

pertanggungjawabannya.

Wewenang:

1. Melakukan koordinasi dengan bagian keuangan di kantor Pontianak yang

menyangkut laporan dan pengelolaan data keuangan.

2. Membuat laporan keuangan yang terpisah, khususnya laporan dana untuk

kegiatan bina desa secara lengkap dan benar disertai bukti tanda terima barang

atau uang.

3. Berhak mengusulkan penambahan karyawan apabila dipandang perlu untuk

membantu tugas-tugas administrasi dengan terlebih dahulu dikoordinasikan

dan disetujui oleh manager camp atau kepala bagian produksi.

4. Membuat dan melakukan analisi keuangan apabila terjadi perubahan biaya

karena kenaikan upah/gaji/premi dan kenaikan harga barang lainnya.

Tanggung jawab:

Bertanggung jawab langsung atas semua anggaran dan pengeluaran

keuangan di base camp Lodeh kepada direktur atau pemilik perusahaan.

Hubungan:

1. Atasan: bertanggung jawab langsung kepada manager camp melalui kepala

produksi.

2. Bawahan: melakukan pengawasan terhadap stafnya di bagian keuangan.

5.2.7 Job Description Kepala Bagian Logistik

Fungsi:

1. Melaksanakan dan menginventarisasi semua kebutuhan logistik untuk

keperluan Unit Camp Lodeh.

2. Membuat dan mengajukan pembelian barang-barang, spare part, keperluan

umum, keperluan survei, keperluan TPTI dan bantuan bina desa yang

semuanya atas permintaan dari masing-masing kepala bagian dan mendapatkan

persetujuan dari manager camp atau kepala bagian produksi.

3. Menerima, memberikan, mengirimkan, mengecek dan memesan barang-barang

yang di perlukan di Unit Camp Lodeh dan harus diketahui oleh manager camp

(36)

4. Membuat laporan bulanan mengenai pengeluaran barang-barang dari gudang

dan penerimaan barang-barang yang dikirim dari Pontianak.

5. Bekerjasama dengan manager camp atau kepala bagian produksi menjaga dan

merawat seluruh aset/inventarisasi perusahaan yang ada di Unit Camp Lodeh.

Tugas:

1. Melakukan pengontrolan, pengecekan, membuat tanda terima barang, membuat

laporan pembelian barang sesuai dengan yang dibutuhkan atau diorder oleh

masing-masing bagian dengan persetujuan manager camp atau kepala bagian

produksi.

2. Menjaga dan merawat barang-barang secara aman dan rapi.

3. Semua barang yang diterima harus dilakukan pengecekan, peneriksaan tanda

terima barangsesuai dengan jumlah dan kondisi fisik yang tertera dalam nota

pengiriman barang.

4. Membuat surat permohonan order yang diketahui dan disetujui oleh manager

camp atau kepala bagian produksi apabila akan mengajukan pembelian barang.

5. Menyiapkan stok barang yang diperlukan oleh Camp Lodeh.

Wewenang:

1. Mengatur semua jenis barang yang dikirim dari Pontianak untuk disimpan,

melakukan pengecekan dengan bagian pengirim barang dari Pontianak ke

Nanga Pinoh dan selanjutnya diterima di Camp Lodeh.

2. Memiliki wewenang mengkomplain, menolak, dan atau mengembalikan

barang apabila terdapat kesalahan pengiriman atau pembelian barang.

3. Berhak menolak permintaan barang dari semua bagian apabila mendapat

persetujuan dari manager camp atau kepala bagian produksi.

4. Berhak mengusulkan penambahan karyawannya apabila dipandang perlu untuk

membantu tugas-tugas administrasi atau pekerjaan di lapangan dengan terlebih

dahulu meminta persetujuan dari manager camp atau kepala bagian produksi.

Tanggung jawab:

Bertanggung jawab atas pengadaan barang-barang yang dibutuhkan,

terutama spare part alat-alat berat untuk menunjang produksi ataupun

barang-barang lainnya di bawah pengawasan langsung oleh manager camp atau kepala

(37)

Hubungan:

1. Atasan: bertanggung jawab langsung kepada manager camp melalui kepala

bagian produksi.

2. Bawahan: melakukan pengawasan langsung terhadap bawahannya dan stafnya

di bagian logistik.

5.2.8 Job Description Kepala Bagian Pembinaan Hutan

Fungsi:

1. Mengatur dan melaksanakan pekerjaannya dalam pembinaan hutan yang

dibantu oleh karyawan lapangan dan staf kantor.

2. Bersama-sama dengan manager camp dan kepala produksi merealisasikan visi,

misi dan tujuan perusahaan di lapangan sesuai dengan bagian yang ditangani.

3. Memegang teguh komitmen perusahaan untuk melaksanakan pengelolaan

hutan secara lestari.

4. Selalu berkoordinasi dengan manager camp, kepala produksi, kepala bagian

perencanaan dan kepala bagian pengadaan/logistik untuk kelancaran kerja.

Tugas:

1. Membuat program rencana kerja di lapangan dengan mengevaluasi dan

menginventarisasi bagian hutan yang akan ditanami sebagai tugas dan

wewenang dari pembinaan hutan/TPTI.

2. Menyusun rencana kegiatan dan anggaran biaya pembinaan hutan setiap bulan

dan setiap tahun sesuai sistem silvikultur TPTI.

3. Mengkoordinasi dan melaksanakan survei untuk mengumpulkan data tentang

kondisi areal bekas tebangan, tingkat kerusakan tegakan, sisa tegakan atau

permudaan di areal bekas tebangan, luas rencana penanaman, kebutuhan bibit

dan dan efektivitas rehabilitasi areal bekas tebangan.

4. Mengkoordinasi dan melaksanakan rehabilitasi lahan-lahan di areal bekas

tebangan atau areal tidak produktif/tanah kosong serta pembuatan jalur untuk

penanaman.

5. Melaksanakan kegiatan pengadaan bibit atau persemaian untuk penanaman dan

rehabilitasi tanah kosong sesuai rencana operasional.

Gambar

Tabel 8  Realisasi kegiatan perencanaan per Maret 2011
Tabel 9  Realisasi kegiatan pembinaan hutan per Maret 2011
Gambar 5  Struktur kegiatan perlindungan hutan.
Tabel 13  Tenaga keja berdasarkan tempat tinggal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari yang selanjutnya disingkat GANISPHPL adalah petugas perusahaan pemegang izin di bidang pengelolaan dan pemanfaatan

Adapun contoh kasus alih fungsi hutan menjadi perkebunan Kelapa sawit di Indonesia yang disadur dari Yayasan Ekosistem Lestari (2008) yaitu di Tripa, Nanggroe Aceh

Sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari tahun 2020-2024, Direktorat Iuran dan Peredaran Hasil Hutan melaksanakan Kegiatan dengan

Pengelolaan sumber daya hutan yang ada di Indonesia dari masa ke masa diatur dalam beberapa peraturan perundangan yaitu: 1) Undang Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3

, pola pengelolaan hutan produksi yang sesuai dengan preferensi pemangku kepentingan adalah pola pengelolaan hutan produksi multikultur/agroforestri berbasis pemberdayaan

, pola pengelolaan hutan produksi yang sesuai dengan preferensi pemangku kepentingan adalah pola pengelolaan hutan produksi multikultur/agroforestri berbasis pemberdayaan

Dari permasalahan tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa masalah yang timbul adalah pada pengelolaan hutan rakyat oleh GOPHR Wono Lestari Makmur masih belum sepenuhnya

Perbedaan simpanan biomassa, karbon dan karbondioksida IUPHHK setelah dan sebelum memiliki sertifikat pengelolaan lestari dari indikator produksi kegiatan pemanenan dan pengu- rangan