• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/ komoditi jagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/ komoditi jagung"

Copied!
468
0
0

Teks penuh

(1)

PASOK PRODUK/KOMODITI JAGUNG

S U H A R J I T O

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2011

(3)

risk management. Supervised by MARIMIN, MACHFUD, BAMBANG HARYANTO and SUKARDI.

To meet the needs of the national corn on the feed industry that requires a continuous supply of raw materials with a definite quantity throughout the year, in the national corn production conditions that is discontinuous and fluctuating, it is necessary to develop supply planning and storage methods to avoid the risk of corn supply or rising feed prices. The high complexity of the supply chain network and the characteristics of products made supply chain management of agricultural products was more susceptible to the risks emergence of loss. Inappropriate pattern of planting schedule causes the production declining and supplies inconsistency, and then it can cause the product accumulation that influences the price to decrease. That risk was not only suffered by the producer but also would influence the achievement of the other organization that connected in the supply chain network. Therefore, there should be an optimal scheduling management to be able to solve the possibility of the risks. Price negotiation modeling is an essential component to ensure benefit distribution to each stakeholder in agricultural supply chain. Generally, it is known that farmers have no bargaining power in price determination. Thus, they have to bear all the risks compare to the others. In addition, price exchange at farmer level tends to fluctuate significantly. Therefore, it is required to develop a mechanism for price negotiation which distributes the risks fairly for each stakeholder in the supply chain. In addition it is necessary to identify and evaluate supply chain risks in order to avoid continuing problems that can occur at any point in the supply chain network. The objectives of this study were to describe the model of identification and evaluation for corn supply chain risk, to formulate a fair pricing mechanism for corn supply chain using risk balancing model, to develop optimal planting schedule pattern of corn commodity using qualitative and quantitative risk measurement, and to develop intelligent decision support system for supply chain risk management. Risk identification was conducted using fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP) approach and risk evaluation was done by using fuzzy logic with data input form the opinion of several experts maize supply chain. A fairly pricing model at farmer level was developed by using stakeholder dialogue approach based on a balanced fuzzy risk utility preference that was faced by all stages of the supply chain. In addition, fuzzy risk utility optimization was used to get a consensus of the supply chain stakeholder dialogue, where basic risk utility function was derived using fuzzy regression approach. Risk mitigation for each stage of supply chain was developed using fuzzy inferences based on the risk that has been evaluated. Based on the verification results, the model could identify the level of risks for each party of the supply chain and the action that must be taken for minimizing its impacts using appropriate strategies. The model could be used by decision makers to determine optimal planting schedules based on the multi criteria of qualitative and quantitative objective function. The model could shift the risks from the farmer to the other parties to determine the fair benefit distribution on the price negotiation.

(4)
(5)
(6)
(7)

manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung. Dibawah bimbingan: MARIMIN, MACHFUD, BAMBANG HARYANTO dan SUKARDI.

Manajemen rantai pasokan produk pertanian umumnya berbeda dengan manajemen rantai pasokan produk manufaktur, karena produk pertanian mudah rusak, ketersediaannya bergantung pada musim, bentuk dan ukurannya yang bervariasi, dan juga kamba sehingga sulit untuk ditangani. Kompleksitas yang tinggi dari jaringan rantai pasok dan karakteristik produk menjadikan manajemen rantai pasokan produk pertanian lebih rentan terhadap munculnya risiko kerugian. Untuk memenuhi kebutuhan jagung nasional pada industri pakan yang membutuhkan kelangsungan penyediaan bahan baku dengan kuantitas tertentu sepanjang tahun, dalam kondisi produksi jagung nasional yang berfluktuasi, maka diperlukan perencanaan pasokan dan metode penyimpanan untuk menghindari risiko pasokan jagung berupa krisis kekurangan pangan atau kenaikan harga pakan. Ketidaksesuaian pola penjadwalan tanam akan menyebabkan penurunan produksi dan persediaan yang tidak konsisten, dan kemudian dapat menyebabkan penumpukan produk pada saat panen raya dan kelangkaan produk pada saat yang lain yang menimbulkan risiko fluktuasi harga. Risiko itu tidak hanya diderita oleh produsen, tetapi juga akan mempengaruhi pencapaian organisasi lain yang terhubung dalam jaringan rantai pasok. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen pola penjadwalan yang optimal untuk dapat mengatasi kemungkinan risiko tersebut.

Pemodelan negosiasi harga merupakan komponen penting untuk menjamin distribusi keuntungan untuk masing-masing stakeholder dalam rantai pasok pertanian. Umumnya petani tidak memiliki posisi tawar dalam penentuan harga. Jadi, mereka harus menanggung semua risiko dibandingkan dengan yang lain. Selain itu, harga tukar pada tingkat petani cenderung berfluktuasi secara signifikan. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme untuk negosiasi harga yang mendistribusikan risiko yang seimbang untuk setiap stakeholder dalam rantai pasok. Selain itu diperlukan model untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko rantai pasok untuk menghindari masalah yang terus terjadi pada setiap titik di dalam jaringan rantai pasok.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memodelkan mekanisme identifikasi dan evaluasi risiko rantai pasok jagung, merumuskan mekanisme penentuan harga yang wajar pada tingkat petani dengan menggunakan konsep penyeimbangan risiko setiap tingkatan rantai pasok jagung dengan pendekatan stakeholder dialog, mengembangkan pola penjadwalan tanam jagung yang optimal dengan menggunakan pengukuran risiko kualitatif dan kuantitatif, dan mengembangkan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok.

(8)

dengan menggunakan inferensi fuzzy berdasarkan risiko yang telah dievaluasi. Berdasarkan hasil verifikasi, model ini dapat mengidentifikasi sumber dan tingkat risiko untuk setiap tingkatan rantai pasok dan memberikan solusi tindakan pengendalian yang harus diambil untuk meminimalkan dampaknya dengan menggunakan strategi yang tepat. Model dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk menentukan jadwal tanam optimal berdasarkan kriteria minimalisasi risiko dan maksimalisasi keuntungan secara kualitatif dan kuantitatif. Model ini juga dapat mengalihkan risiko dari petani ke pihak lain pada rantai pasok untuk menentukan distribusi keuntungan yang seimbang pada saat negosiasi harga. D

Berdasarkan hasil identifikasi faktor dan variabel risiko setiap tingkatan rantai pasok produk/komoditas jagung diperoleh bahwa faktor risiko tertinggi di tingkat petani adalah risiko kualitas, disusul oleh risiko harga, risiko lingkungan, dan risiko pasokan. Faktor risiko utama yang dihadapi oleh pedagang pengumpul adalah risiko harga, diikuti oleh risiko pasokan dan risiko kualitas. Sedangkan faktor risiko dominan yang dihadapi tingkat agroindustri adalah risiko mutu, diikuti oleh risiko pasokan, risiko harga dan risiko lingkungan. Kemudian pada tingkat distributor faktor risiko tertingginya adalah risiko harga, diikuti oleh risiko pasokan, risiko kualitas dan risiko penyimpanan. Selanjutnya faktor risiko dominan di tingkat konsumen adalah risiko kualitas, risiko pasokan, risiko harga dan risiko lingkungan.

alam rantai pasok produk/komoditas jagung petani mempunyai risiko yang paling tinggi jika dibandingkan risiko pada tingkat pedagang pengumpul, risiko agroindustri, risiko distributor dan risiko konsumen. Tingkat risiko petani dan agroindustri hampir sama yaitu sedang, namum berdasarkan hasil pembobotan risiko, bobot risiko petani lebih tinggi dari pada bobot risiko agroindustri. Sedangkan tingkat risiko pedagang pengumpul, distributor dan konsumen hampir sama yaitu rendah. Nilai agregasi risiko rantai pasok komoditas jagung adalah sedang. Pada rantai pasok komoditas jagung, risiko kritis yang perlu ditanggulangi adalah risiko rendahnya mutu pasokan bahan baku, risiko fluktuasi harga dan pasokan bahan baku, serta risiko distorsi informasi dalam jaringan rantai pasok. Untuk mengatasi dan mengantisipasi adanya risiko-risiko dalam manajemen rantai pasok komoditas jagung dapat dilakukan dengan cara melakukan kontrak kerjasama antar pihak yang berkepentingan dengan pembagian risiko dan keuntungan yang seimbang antar pelaku rantai pasok. Disamping itu adanya mekanisme asuransi pertanian dapat menarik petani terhadap pengembangan komoditas jagung sehingga risiko kerugian akibat permasalahan lingkungan dapat ditanggulangi untuk meningkatkan ketersediaan jagung nasional dan mengurangi jagung impor.

(9)

yang berisiko sedang. Pada tingkat pengepul terdapat empat variabel yang berisiko sedang, yaitu risiko kualitas pasokan yang rendah serta beragam, risiko fluktuasi harga dan risiko peramalan. Kemudian pada tingkat distributor terdapat tiga variabel yang berisiko sedang yaitu risiko perkiraan penjualan, risiko akses informasi dan risiko distorsi informasi. selanjutnya pada tingkat konsumen terdapat dua variabel yang berisiko sedang yaitu risiko fluktuasi harga dan risiko ketidakpastian pasokan.

Optimalisasi pola penjadwalan tanam jagung untuk dapat memberikan kepastian pasokan jagung dengan pendekatan integrasi evaluasi risiko kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko diperoleh bahwa bulan April-Mei merupakan bulan yang optimal untuk penanaman jagung. Bulan tersebut terpilih sebagai bulan yang baik untuk menanam jagung, karena pada bulan tersebut merupakan akhir musim hujan dan awal musim kemarau, sehinga pada saat panen pengeringan dapat dilakukan secara efisien dengan kondisi cuaca yang mendukung. Untuk mengimplementasikan model ini perlu koordinasi antar kelompok tani dalam melakukan penanaman secara bergilir dalam suatu wilayah agar diperoleh kestabilan pasokan, sehingga diperoleh kestabilan harga di tingkat petani.

Hasil verifikasi model negosiasi harga dengan pertimbangan penyeimbangan risiko rantai pasok menghasilkan nilai harga yang lebih besar dari pada perkiraan harga rata-rata, hal ini berarti bahwa mekanisme ini telah menunjukkan adanya pergeseran nilai risiko dari tingkat petani ke pihak lain dalam rantai pasok sesuai dengan kendala penyeimbangan risiko pada rantai pasok produk/komoditas jagung. Dengan kata lain model telah menunjukan hasil yang dapat menyeimbangkan risiko setiap tingkatan rantai pasok dengan memberikan nilai harga yang dapat memberikan distribusi keuntungan yang seimbang sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi. Kemudian hasil validasi model dengan menggunakan metode face validation diperoleh bahwa model dapat diterapkan sebagai sarana untuk membuat kesepakatan harga jagung di tingkat petani dengan pertimbangan risiko setiap pelaku rantai pasok untuk melengkapi mekanisme penentuan Patokan Harga Setempat (HPS) yang berlaku saat ini. Kata kunci: identifikasi dan evaluasi risiko, rantai pasok jagung, penyeimbangan

(10)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1.

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a.

Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik

atau tinjauan suatu masalah

b.

Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(11)

PASOK PRODUK/KOMODITI JAGUNG

S U H A R J I T O

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Penguji pada Ujian Tertutup :1. Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr

2. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng

(13)

Nama Mahasiswa : Suharjito

NRP : F361070091

Disetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc

Anggota Dr. Ir. Machfud, MS

Anggota

Dr. Ir. Bambang Haryanto, M.Si

Anggota Dr. Ir. Sukardi, MM

Diketahui

Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(14)

barokah dan segala karuniaNya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2010 ini ialah pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk/komoditi jagung.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada komisi pembimbing yaitu Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc, selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Machfud, MS, Dr. Ir. Sukardi, MM, dan Dr. Ir. Bambang Haryanto, M.Si, sebagai anggota komisi pembimbing atas semua bimbingan, arahan dan motivasi yang tiada henti untuk mempertajam penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik sebagai ilmuwan. Disamping itu ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Nyoman Pujawan, dari Fakultas Teknik Industri ITS, Dr. Desianto Budi Utomo, dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, Drs. M. Hidayat dari Badan Ketahanan Pangan, Kab. Purwodadi, Drs. Agus Soemantri dan Dr. Setiajit dari Balai Pasca Panen Bogor, Ir. Rudy Hartoyo dari Industri pakan ternak Krian, Bapak Suaeb, Bapak Partono, Bapak Bukhori ketua Gapoktan desa Kradenan Kab. Purwodadi, dan Ir. Wahyu Eko Widodo, M.Sc dari BPPT yang telah membantu dalam proses pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri tercinta Avia Brahmanita, SE, ketiga anak kami (Garindra Harvianto, Muhammad Ilham Jivaresta dan Karisma Luthfitanto) atas segala pengertian, dukungan dan cinta kasihnya, juga kepada Bapak Purboyo, ibu Sudarmi, Bapak H. Prapto Raharjo, adik-adik, dan seluruh anggota keluarga, atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian Program Doktor ini, khususnya kepada rekan-rekan kerja, para sahabat, para senior dan para yunior. Juga kepada Prof. Dr. Wahono Sumaryono; Ir. Henky Henanto, M.Sc; Ir. Irsan Zainudin, M.Si, dan Ir. Priyo Admaji, M.Eng yang telah memberikan kesempatan mengikuti program dimaksud. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian Dr. Ir. Machfud, MS, Wakil Dekan FATETA Dr. Ir. Sugiono,M.AppSc Dekan FATETA Dr. Ir. Sam Herodian, MS dan Rektor IPB Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc atas arahan dan bimbingan serta kesempatan untuk menyelesaikan program ini. Selain itu ucapan terimakasih disampaikan juga kepada Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr, sebagai dosen penguji luar komisi pada ujian tertutup, Dr. Akmad Dimyati, MS dan Dr. Ir. Benni H Sormin, MA sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka yang telah memberikan saran dan tanggapan untuk perbaikan penulisan ini. Terimakasih juga disampaikan kepada Ketua Program Beasiswa PPKP-BPPT dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional, atas dukungan biaya yang diberikan sehingga penelitian ini selesai.

Akhir kata, mohon maaf jika terdapat kekurangsempurnaan dalam penulisan disertasi ini. Semoga disertasi ini bermanfaat.

(15)

Penulis dilahirkan di Sleman pada tanggal 26 Juli 1970 sebagai anak sulung dari pasangan Suharjono dan Sudarmi. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM, lulus tahun 1994. Pada tahun 1998, penulis diterima di Program Studi Teknik Informatika, pada program Pascasarjana ITS dan menamatkannya pada tahun 2000. Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian pada Program Pascasarjana IPB diperoleh pada tahun 2007, dengan menggunakan beasiswa dari Program PPKP – BPPT.

Penulis bekerja sebagai Perekayasa Muda di Pusat Teknologi Agroindustri, Deputi Bidang Agroindustri dan Bioteknologi, BPPT sejak tahun 1994. Selain itu penulis juga pengajar paruh waktu di beberapa perguruan tinggi swasta di Jakarta, seperti Universitas Bina Nusantara dan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia pada Program Studi Teknik Informatika, sejak tahun 2001.

(16)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISTILAH ... ix

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian... 4

1.3. Manfaat Penelitian... 5

1.4. Perumusan Masalah Penelitian... 6

1.5. Ruang Lingkup ... 7

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Manajemen Risiko Rantai Pasok... 8

2.1.1.Kerangka Kerja Manajemen Risiko Rantai Pasok... 13

2.1.2.Evaluasi Risiko Rantai Pasok... 20

2.1.3.Pengendalian Risiko Rantai Pasok secara Bersama... 25

2.2. Komoditas Jagung ... 27

2.2.1.Tata Niaga Jagung... 33

2.2.2.Rantai Pasok Jagung... 35

2.3. Sistem Penunjang Keputusan Cerdas ... 36

2.4. Penelitian Terdahulu dan Posisi Penelitian ... 40

3. LANDASAN TEORI ... 44

3.1. Logika Fuzzy dan Analisa Risiko secara Fuzzy... 44

3.2. Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP) ... 46

3.3. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) ... 50

3.4. Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (FFMEA)... 52

3.4.1.Fungsi Keanggotaan fuzzy FMEA... 53

3.4.2.Proses Inferensi Fuzzy FMEA... 58

3.5. StakeholderDialogue dengan Optimasi Non Linier ... 58

3.6. Fungsi Regresi Fuzzy... 60

3.7. Fungsi Utilitas Risiko Fuzzy... 63

3.8. Proses Manajemen Risiko ... 65

3.9.Soft System Methodology... 68

4. METODE PENELITIAN... 70

4.1. Kerangka Pemikiran ... 70

4.2. Tata Laksana Penelitian ... 72

4.2.1.Tahapan Penelitian... 72

4.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 76

4.2.3.Pengumpulan Data, Informasi dan Pengetahuan... 76

(17)

ii

Halaman

4.4. Langkah Pemodelan Sistem... 79

4.5. Verifikasi dan Validasi Model... 80

5. PENDEKATAN SISTEM ... 83

5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna ... 83

5.2. IdentifikasiPermasalahan ... 85

5.3. Identifikasi Sistem ... 87

5.4. Analisis Kebutuhan Sistem... 91

6. PEMODELAN SISTEM ... 96

6.1. Konfigurasi Model... 96

6.2. Sistem Manajemen Basis Model ... 97

6.2.1.Model Identifikasi Risiko Rantai Pasok... 98

6.2.2.Model Evaluasi Risiko Rantai Pasok... 100

6.2.3.Model Agregasi Risiko Rantai Pasok... 103

6.2.4.Model Penyeimbangan Risiko Rantai Pasok... 107

6.2.5.Model Mitigasi Risiko setiap Tingkatan Rantai Pasok... 111

6.3. Sistem Manajemen Basis Data ... 112

6.3.1.Basis Data Identifikasi Risiko Rantai Pasok... 112

6.3.2.Basis Data Evaluasi Risiko Rantai Pasok... 113

6.3.3.Basis Data Penyeimbangan Risiko Rantai Pasok... 113

6.3.4.Basis Data Harga Jagung Pada Setiap Tingkatan Rantai Pasok... 114

6.3.5.Basis Data Mitigasi Risiko Rantai Pasok... 114

6.4. Sistem Manajemen Basis Pengetahuan ... 114

6.5. Sistem Manajemen Dialog... 115

7. ANALISIS RISIKO RANTAI PASOK ... 116

7.1. Identifikasi Risiko Rantai Pasok... 116

7.1.1.Identifikasi Risiko Tingkat Petani... 119

7.1.2.Identifikasi Risiko Tingkat Pengepul... 122

7.1.3.Identifikasi Risiko Tingkat Agroindustri... 124

7.1.4.Identifikasi Risiko Tingkat Distributor... 127

7.1.5.Identifikasi Risiko Tingkat Konsumen... 130

7.1.6.Identifikasi Risiko Rantai Pasok Jagung... 132

7.2. Evaluasi Risiko Rantai Pasok ... 134

7.2.1. Evaluasi Risiko Tingkat Petani ... 134

7.2.2. Evaluasi Risiko Tingkat Pengepul ... 136

7.2.3. Evaluasi Risiko Tingkat Agroindustri... 137

7.2.4. Evaluasi Risiko Tingkat Distributor... 139

7.2.5. Evaluasi Risiko Tingkat Konsumen ... 140

7.2.6. Evaluasi Risiko Rantai Pasok Jagung ... 142

8. PENGENDALIAN DAN PENYEIMBANGAN RISIKO RANTAI PASOK 144 8.1. Pengendalian Risiko Rantai Pasok ... 144

8.1.1. Pengendalian Risiko di Tingkat Petani ... 144

8.1.2. Pengendalian Risiko di Tingkat Pengepul ... 147

(18)

iii

Halaman

8.1.4.Pengendalian Risiko di Tingkat Distributor... 151

8.1.5.Pengendalian Risiko di Tingkat Konsumen... 152

8.2. Penyeimbangan Risiko Rantai Pasok ... 154

8.2.1.Stakeholder Dialog Manajemen Risiko Rantai Pasok... 156

8.2.2.Negosiasi Harga Jagung di Tingkat Petani... 159

8.3. Optimisasi Pola Penjadwalan Tanam dengan Kendala Risiko... 163

8.3.1.Optimasi dengan Kendala Risiko Kuantitatif... 163

8.3.2.Optimasi dengan Kendala Risiko Kualitatif... 167

8.3.3.Optimasi dengan Kendala Risiko Gabungan Kuantitatif dan Kualitatif... 169

9. IMPLIKASI MANAJERIAL ... 173

9.1. Implikasi Manajerial Analisis Risiko Rantai Pasok Jagung... 173

9.2. Implikasi Manajerial Pengendalian Risiko Rantai Pasok Jagung ... 174

9.3. Implikasi Manajerial Penyeimbangan Risiko Rantai Pasok Jagung ... 175

10. KESIMPULAN DAN SARAN... 177

10.1. Kesimpulan... 177

10.2. Saran... 180

DAFTAR PUSTAKA ... 182

(19)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Detail kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Pinto 2006)... 17

2. Detail kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Rajamani et al. 2006) 19 3. Nilai konsekuensi risiko ... 23

4. Produksi jagung di daerah sentra produksi... 29

5. Produktifitas usaha tani jagung di daerah sentra produksi ... 30

6. Produktifitas jagung di beberapa negara produsen jagung dunia ... 31

7. Atribut dan fungsi keanggotan Fuzzy dengan model TFN ... 48

8. Kategori variabel input fuzzy FMEA ... 55

9. Kategori variabel output fuzzy FMEA ... 56

10.Penilaian dampak risiko ... 66

11.Bobot skala pengukuran risiko ... 66

12.Aturan fuzzy IF-THEN evaluasi risiko rantai pasok... 102

13.Hasil pembobotan risiko tingkatan rantai pasok dengan fuzzy AHP ... 118

14.Hasil evaluasi varibel risiko pada faktor risiko dominan di tingkat petani ... 121

15.Hasil evaluasi varibel risiko pada faktor risiko di tingkat pengepul ... 123

16.Hasil evaluasi varibel risiko pada faktor risiko di tingkat agroindustri... 126

17.Hasil evaluasi varibel risiko pada faktor risiko di tingkat distributor ... 129

18.Hasil evaluasi varibel risiko pada faktor risiko di tingkat konsumen... 131

19.Hasil evaluasi varibel risiko pada faktor risiko rantai pasok... 133

20.Hasil evaluasi risiko tingkat petani berdasarkan faktor risiko dominan... 134

21.Hasil evaluasi risiko tingkat pengepul berdasarkan faktor risiko dominan ... 136

22.Hasil evaluasi risiko tingkat agroindustri berdasarkan faktor risiko dominan ... 138

23.Hasil evaluasi risiko tingkat distributor berdasarkan faktor risiko dominan . 140 24.Hasil evaluasi risiko tingkat konsumen berdasarkan faktor risiko dominan . 141 25.Hasil evaluasi risiko rantai pasok berdasarkan nilai risiko tingkatannya... 142

26.Input Excel-Solver pemilihan jadwal panen ... 165

27.Output Excel-Solver pemilihan jadwal panen ... 166

28.Perbandingan output model MILP dan AHP... 170

(20)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Pinto 2006) ... 15

2. Kerangka tools manajemen risiko rantai pasok (NSW 2005)... 16

3. Kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Rajamani et al. 2006) ... 18

4. Pohon Industri jagung (Suryana & Hermanto 2006) ... 27

5. Alur tataniaga jagung (Sarasutha et al. 2007)... 33

6. Areal tanam dan panen bulanan jagung di Indonesia (Suryana & Hermanto 2006) ... 34

7. Jaringan rantai pasok total produk/komoditi jagung... 36

8. Struktur model sistem pendukung keputusan cerdas (Phillips-Wren et al. 2009) ... 39

9. Tahapan evaluasi risiko dengan fuzzy FMEA (Yeh & Hsieh 2007) ... 53

10.Fungsi keanggotaan fuzzy segitiga ... 54

11.Fungsi keanggotaan fuzzy trapesium... 54

12.Fungsi keanggotaan input posibilitas risiko... 55

13.Fungsi keanggotaan input dampak dan paparan risiko ... 55

14.Fungsi keanggotaan fuzzy variabel output RPN... 56

15.Skema aturan fuzzy FMEA (Puente et al. 2002) ... 57

16.Kerangka pikir penelitian manajemen risiko rantai pasok... 71

17.Langkah pemodelan SPK cerdas pada manajemen risiko rantai pasok ... 75

18.Langkah-langkah teknik pemodelan sistem ... 80

19.Diagram lingkar sebab akibat... 89

20.Diagram input output ... 91

21.Diagram analisis sistem... 92

22.Diagram tujuan sistem ... 93

23.Diagram peranan subsistem ... 94

24.Konfigurasi model SPK cerdas manajemen risiko rantai pasok ... 97

25.Diagram alir model identifikasi variabel dan faktor risiko rantai pasok... 99

26.Fungsi keanggotaan fuzzy posibilitas risiko ... 100

27.Fungsi keanggotaan fuzzy dampak risiko... 101

28.Fungsi keanggotaan fuzzy paparan risiko... 101

29.Fungsi keanggotaan fuzzy output risiko (FRPN)... 102

(21)

vi

Halaman

31.Diagram alir sub-model agregasi faktor risiko rantai pasok... 105

32.Diagram alir sub-model agregasi risiko tingkatan rantai pasok ... 106

33.Diagram alir sub-model agregasi risiko total rantai pasok ... 107

34.Diagram alir model penyeimbangan risiko rantai pasok ... 110

35.Diagram alir model mitigasi risiko tingkatan rantai pasok... 112

36.Struktur hierarki fuzzy AHP identifikasi risiko rantai pasok ... 117

37.Histogram perbandingan bobot risiko tingkatan rantai pasok komoditas jagung ... 119

38.Histogram perbandingan bobot faktor risiko di tingkat petani... 120

39.Hasil evaluasi dan identifikasi risiko kualitas di tingkat petani ... 122

40.Histogram bobot faktor risiko di tingkat pedagang pengumpul ... 123

41.Hasil evaluasi dan identifikasi risiko harga di tingkat pengepul ... 124

42.Histogram perbandingan bobot faktor risiko di tingkat agroindustri ... 125

43.Hasil evaluasi dan identifikasi risiko mutu di tingkat agroindustri ... 127

44.Histogram perbandingan bobot faktor risiko di tingkat distributor... 128

45.Hasil evaluasi dan identifikasi risiko harga di tingkat distributor ... 129

46.Histogram perbandingan bobot faktor risiko di tingkat konsumen ... 130

47.Hasil evaluasi dan identifikasi risiko kualitas di tingkat konsumen... 131

48.Histogram perbandingan bobot faktor risiko rantai pasok komoditas jagung ... 133

49.Hasil evaluasi risiko di tingkat petani ... 135

50.Hasil evaluasi risiko di tingkat pedagang pengumpul ... 137

51.Hasil evaluasi risiko di tingkat agroindustri ... 138

52.Hasil evaluasi risiko di tingkat distributor... 140

53.Hasil evaluasi risiko di tingkat konsumen... 141

54.Hasil evaluasi risiko rantai pasok komoditas jagung ... 143

55.Pengendalian risiko di tingkat petani... 145

56.Mitigasi risiko rendahnya mutu di tingkat petani... 146

57.Pengendalian risiko di tingkat pengepul... 147

58.Mitigasi risiko penyusutan di tingkat pengepul... 148

59.Pengendalian risiko di tingkat agroindustri ... 149

60.Mitigasi risiko rendahnya mutu pasokan di tingkat agroindustri ... 150

(22)

vii

(23)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Posisi penelitian manajemen risiko rantai pasok... 189 2. Nilai utilitas risiko setiap tingkatan rantai pasok jagung... 190 3. Nilai evaluasi faktor dan variabel risiko rantai pasok jagung ... 191 4. Nilai evaluasi faktor dan variabel risiko pada tingkat petani jagung ... 192 5. Nilai evaluasi faktor dan variabel risiko pada tingkat pengepul jagung ... 193 6. Nilai evaluasi faktor dan variabel risiko pada tingkat agroindustri... 194 7. Nilai evaluasi faktor dan variabel risiko pada tingkat distributor ... 195 8. Nilai evaluasi faktor dan variabel risiko pada tingkat konsumen (peternak

unggas) ... 196 9. Struktur hierarki identifikasi faktor risiko setiap tingkatan dengan fuzzy

AHP ... 197 10.Struktur hierarki pemilihan strategi penyeimbangan risiko rantai pasok

dengan fuzzy AHP... 197 11.Hasil pembobotan faktor risiko setiap tingkatan rantai pasok... 198 12.Petunjuk instalasi dan pengoperasian sistem manajemen risiko rantai

(24)

ix

DAFTAR ISTILAH

Agroindustri Didefinisikan sebagai industri yang mengolah hasil pertanian menjadi barang lain bernilai tambah lebih tinggi melalui kemampuan teknologi yang melibatkan aspek fisik, kimia maupun biologi. Boleh dikatakan agroindustri sebagai revolusi nilai tambah yang menyempurnakan keberhasilan di bidang pertanian. Kegiatan agroindustri dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu daur singkat dan daur panjang. Konsep agroindustri mensimbiosakan dua bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan proses produksi dan manajemen.

AHP (Analytical Hierarchy Process) - model pengambilan keputusan

yang mampu memecahkan persoalan kompleks secara kuantitatif, oleh Thomas L.Saaty

Dampak Pengaruh negatif atas suatu risiko yang terjadi Defuzzyfisikasi Proses konversi nilai fuzzy ke nilai crips (tunggal)

FAHP Fuzzy AHP - proses pemecahan masalah dengan pendekatan AHP yang menggunakan data fuzzy

FFMEA (Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis) – proses FMEA dengan menggunakan data fuzzy

FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) - metodologi untuk menganalisis potensi masalah keandalan pada awal siklus pengembangan produk untuk mengambil tindakan dalam mengatasi masalah, dengan meningkatkan kehandalan melalui desain. FMEA digunakan untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial, mengetahui efeknya pada pengoperasian produk, dan mengidentifikasi tindakan untuk mengurangi kegagalan

FRPN (Fuzzy Risk Priority Number) – Nilai prioritas risiko dengan data fuzzy

Fungsi utilitas Fungsi yang menggambarkan tingkat preferensi seorang pengambil keputusan terhadap suatu keadaan tertentu

Fuzzyfikasi Proses konversi nilai crips ke nilai fuzzy

(25)

x

Manajemen rantai pasok

Manajemen aliran bahan, informasi, dan finansial melalui sebuah jaringan kerja organisasi (yaitu pemasok, pengolah, penyedia logistik, pedagang besar/distributor, dan pengecer) yang bertujuan untuk memproduksi dan mengirimkan produk atau jasa untuk pelanggan

Manajemen risiko rantai pasok

Didefinisikan sebagai pendekatan formal dan terstruktur pada seluruh rantai pasok, termasuk mitra rantai pasok dan aktifitas yang bersesuaian dengan tujuan untuk mengenali, mengeksplorasi, menganalisis, mengevaluasi, memperlakukan, mengawasi, meninjau kembali dan mengkomunikasikan risiko rantai pasok yang berhubungan dengan setiap kegiatan rantai pasok, fungsi atau proses sedemikian sehingga memungkinkan perusahaan meminimalisasi kerugian dan memaksimalkan peluang atau kesempatan.

MILP (Mixed Integer Linear Programming) suatu kerangka kerja yang sangat umum untuk menyelesaikan masalah optimisasi dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan variabel diskrit dan kontinu.

Mitigasi risiko proses identifikasi dan pengurangan pengaruh negatif dari timbulnya risiko

Paparan Tingkat keterdeksian suatu faktor risiko oleh seorang pengambil keputusan

Penyeimbangan risiko

Proses untuk mendistribusikan risiko pada setiap tingkatan rantai pasok dengan skenario tertentu untuk mendapatkan distribusi keuntungan yang sesuai

Perlakuan risiko

Tindakan yang diambil terhadap suatu risiko untuk menghindarkan dampak yang ditimbulkannya

Posibilitas Tingkat kemungkinan timbulnya suatu risiko

Rantai pasok Merupakan pergerakan fisik bahan baku atau produk, aliran informasi, pergerakan uang, penciptaan dan penjabaran modal intelektual. Rantai pasokan tidak sama dengan istilah logistik karena di dalamnya akan termasuk fungsi pembelian, produksi, pemasaran, keuangan, perekayasaan dan aktivitas pengendalian. Risiko Didefinisikan sebagai variasi pada distribusi hasil potensial,

(26)

xi

Risiko rantai pasok

Didefinisikan sebagai kerusakan yang dikaji dengan kemungkinan terjadinya disebabkan oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan, dalam rantai pasok atau lingkungannya menimbulkan pengaruh negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok

RPN (Risk Priority Number) – Nilai prioritas risiko yang diperoleh

dari hasil perkalian nilai posibilitas, dampak dan paparan dengan metode FMEA

SCRM (Supply Chain Risk Management) merupakan suatu bidang manajemen risiko yang mengidentifikasi timbulnya potensi ganguan dalam jaringan rantai pasok secara terus menerus yang menyebabkan kerugian finansial

SPK Cerdas (Sistem Pendukung Keputusan Cerdas) – sistem penunjang pengambilan keputusan yang dapat memberikan solusi alternatif dan mempunyai kemampuan belajar dan beralasan dalam memberikan solusi karena menggunakan metode cerdas seperti inferensi fuzzy, neural network dan intelligent sistem

SWOT (Strength Weakness Opportunity and Threat) - sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran), situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi oleh organisasi

TFN (Triangular Fuzzy Number) merupakan representasi bilangan

fuzzy dengan pendekatan bentuk segitiga

(27)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia, yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Namun dengan pesatnya perkembangan industri peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit (Kasryno et al. 2008).

Dalam perekonomian nasional, jagung penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mencapai Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum. Perluasan areal tanam dan penggunaan benih hibrida dan komposit unggul telah meningkatkan produksi jagung dari 9,35 juta ton pada tahun 2001 menjadi 13,88 juta ton pada tahun 2008, namun belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga impor masih diperlukan. Produksi jagung nasional diproyeksikan tumbuh 4,63% per tahun. Pada tahun 2015 produksi jagung diharapkan telah mencapai 17,93 juta ton. Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat terbuka baik melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,43 t/ha) maupun pemanfaatan potensi lahan yang masih luas utamanya di luar Jawa (Zubachtirodin et al. 2007).

(28)

pada waktu tertentu beberapa sarana itu sulit diperoleh, 3) Produksi jagung sebagian besar dihasilkan pada musim hujan, sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan banyak produksi jagung yang mengalami kerusakan, 4) Belum adanya jaminan harga pada saat panen raya, 5) Lemahnya kelembagaan petani jagung, sehingga harga ditentukan oleh konsumen, tengkulak, dan pengumpul, 6) Masih terbatasnya benih hibrida di tingkat petani merupakan salah satu masalah dalam upaya percepatan peningkatan produksi (Purwanto 2007).

Pasokan jagung sangat tergantung pada musim tanam sehingga tanpa sistem penyimpanan yang baik bisa dipastikan akan terjadi pasokan berlebihan pada saat panen raya dan kekurangan pasokan pada saat antara panen atau gangguan cuaca buruk dan serangan hama penyakit. Tingkat harga bervariasi tajam akibat fluktuasi pasokan tersebut, sehingga menimbulkan risiko ketidakpastian harga dan pasokan. Pada saat panen raya, suplai melimpah menyebabkan harga jagung dalam negri jatuh dan mendorong pedagang hasil bumi untuk mengekspor ke luar negri. Sebaliknya pada saat paceklik, harga jagung lokal naik dan mendorong pedagang untuk mengimpor jagung. Apabila ikut diperhitungkan dengan faktor nilai tukar rupiah yang sangat fluktuatif, maka harga jagung bisa menjadi sangat mahal, sehingga menimbulkan risiko produksi. Daya simpan untuk menghindari variasi pasokan dan harga di kalangan produsen masih rendah, sehubungan masih sedikit tersedianya silo penyimpanan dan pengeringan jagung di sentra-sentra produksi jagung. Penyimpanan sederhana yang terlalu lama di tingkat petani atau pengumpul akan meningkatkan kandungan aflatoksin pada jagung yang menurunkan kualitas komoditi tersebut, sehingga menimbulkan risiko mutu produk dan penurunan harga. Oleh karena itu perlu antisipasi keadaan ini dengan penguatan produksi jagung nasional dengan penerapan pasca panen dan peningkatan produktifitas di tingkat petani serta kestabilan pasokan jagung dalam negeri.

(29)

harga yang layak (Sarasutha et al. 2007). Hal ini memunculkan sejumlah

persoalan tidak lancarnya pasokan, tidak proporsionalnya pembagian risiko, nilai tambah dan keuntungan antar pelaku, rendahnya mutu dan keamanan produk, tidak efisiennya biaya sepanjang rantai pasokan serta melonjaknya harga produk. Petani, sebagai penyedia bahan baku adalah pelaku utama yang menderita kerugian dalam distorsi tersebut, yaitu menanggung porsi risiko yang lebih besar dan menerima porsi keuntungan dan nilai tambah yang lebih kecil. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model yang dapat digunakan untuk menentukan harga secara bersama-sama dalam jaringan pasokan jagung sehingga tercipta distribusi risiko yang seimbang dengan negosiasi yang adil. Salah satu mekanismenya adalah dengan melakukan manajemen risiko dan penyeimbangan risiko rantai pasok jagung, sehingga tercipta distribusi keuntungan yang seimbang antar tingkatan rantai pasok.

Untuk dapat membuat mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok, diperlukan penelitian tetang manajemen risiko rantai pasok dan distribusi jagung nasional dengan melibatkan berbagai stakeholder yang berkepentingan dalam

bisnis tersebut. Karena permasalahan manajemen risiko tersebut melibatkan berbagai tingkatan pelaku dalam rantai pasok jagung dan bersifat probabilistik dengan ketidakpastian yang tinggi dan dinamis serta tidak terstruktur yang menyangkut risiko yang dihadapi oleh masing masing stakeholder maka perlu

pendekatan sistem dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu metode pengambilan keputusan cerdas dalam manajemen risiko rantai pasok produk/ komoditas jagung dengan menggunakan pendekatan sistem komputasi lunak (Soft Computing) seperti fuzzy logic, fuzzy

inference, optimisasi fuzzy dan kecerdasan buatan.

Manajemen risiko rantai pasok oleh Chapman et al. (2002) didefinisikan

(30)

terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko (Hallikas et al. 2004; Norrman & Lindroth 2004). Risiko rantai

pasok dapat diakibatkan dari satu perusahaan dalam rantai pasok, atau keterhubungan antar organisasi dalam jaringan pasokan, atau antar jaringan pasokan dan lingkungannya, yang akan menyebabkan kerugian finansial secara menyeluruh atau bahkan mengakibatkan berhentinya kegiatan bisnis. Oleh karena itu perlu pengendalian risiko rantai pasok agar dapat menghindarkan akibat berkelanjutan yang dapat terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan (Karningsih et al. 2007).

Penelitian yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan manajemen risiko rantai pasok adalah Hallikas et al. (2002); Jutner et al. (2003); Harland et

al. (2003); Cavinato (2004); Chopra dan Sodhi (2004); Christopher dan Peck

(2004); Wu et al. (2006); Li et al. (2007) dan Lee (2008). Kebanyakan penelitian

ini mendiskusikan manajemen risiko rantai pasok pada bidang manufaktur. Beberapa studi manajemen risiko rantai pasok bidang agroindustri adalah Diersen dan Garcia (1998); Diaz dan Hansel (2007); Jaffee et al. (2008); Deep dan Dani

(2009). Akan tetapi kajian tersebut belum mengidentifikasi risiko setiap tingkatan rantai pasok dan melakukan penyeimbangan risiko antar tingkatan. Oleh karena itu penelitian ini berfokus pada masalah tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas untuk menajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang efektif dan efisien serta responsif guna membantu pemangku kepentingan pada setiap tingkatan rantai pasok untuk membuat keputusan cerdas secara cepat. Adapun secara khusus tujuan antara dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengembangkan model identifikasi evaluasi dan mitigasi risiko rantai pasok yang efektif dan efisien

(31)

c) Mengembangkan basis pengetahuan sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung dengan fokus kajian yang bersifat komprehensif, lintas sektoral dan multi disiplin, sehingga teridentifikasi risiko rantai pasok yang dominan dan prioritas penanganan risiko.

d) Mengembangkan model-model cerdas untuk pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung melalui pengembangan model-model yang mampu mengolah pengetahuan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan memanfaatkan kemampuan teknik pengambilan keputusan kriteria jamak dan multi hierarki serta soft computing

yang mencakup teknik fuzzyinferences dan fuzzy logic.

e) Membuat prototipe sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung pada berbagai strata pengambil keputusan dan tingkatan rantai pasok.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dengan tersedianya sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang dihasilkan dari penelitian ini adalah:

a) Dapat digunakan untuk menangani risiko rantai pasok dan mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya.

b) Model pengukuran risiko yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kejadian risiko dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok secara keseluruhan.

c) Untuk meningkatkan kewaspadaan pada semua pelaku rantai pasok terhadap munculnya risiko yang dapat mempengaruhi kinerja rantai pasok secara keseluruhan.

d) Dapat mempermudah melakukan pengawasan risiko dan penanganannya sehingga menajemen risiko menjadi lebih efektif dan efisien.

(32)

f) Sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung berbasis web yang dihasilkan dapat diakses oleh setiap stakeholder rantai pasok,

sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya risiko dalam rantai pasok untuk mengantisipasinya secara bersama dan interaktif.

g) Strategi dan tindakan penanganan risiko rantai pasok produk dan komoditas jagung, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif solusi bagi setiap

stakeholder dalam penanganan risiko rantai pasok.

h) Memberikan gambaran pengukuran risiko rantai pasok komoditas jagung terhadap petani, pengumpul, agroindustri dan distributor.

1.4. Perumusan Masalah Penelitian

Perancangan sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas menajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung membutuhkan analisis yang komprehensif mengenai faktor-faktor terjadinya risiko, tingkat kejadian risiko dan dampak risiko, pelaku yang menghadapi risiko dan bagaimana menghadapi risiko rantai pasok sehingga diperoleh suatu model pengambilan keputusan yang memadai bagi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok. Beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penelitian ini diantaranya adalah:

a) Bagaimana bentuk model manajemen risiko serta basis pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang mudah digunakan oleh setiap pemangku kepentingan. b) Faktor dan sumber risiko rantai pasok komoditas jagung apa saja yang perlu

dikendalikan oleh tiap tingkatan rantai pasok.

c) Bagaimana mekanisme untuk menyeimbangankan risiko rantai pasok, sehingga tercipta distribusi keuntungan pada setiap tingkatan.

d) Tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk menangani risiko rantai pasok produk dan komoditas jagung sehingga tercipta ditribusi risiko rantai pasok yang seimbang

(33)

pasok produk atau komoditas jagung sehingga tercipta suatu mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok.

1.5. Ruang Lingkup

Guna memfokuskan penelitian dengan berbagai keterbatasan dan kendalanya maka penelitian pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung mempunyai ruang lingkup sebagai berikut:

a) Verifikasi dan validasi model yang dihasilkan dalam penelitian ini digunakan data manajemen risiko rantai pasok jagung di Jawa Tengah.

b) Pemodelan manajemen risiko dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang berkaitan dengan permintaan (demand), produksi (supply), penggudangan

(stocking) dan distribusi jagung untuk mendukung program ketahanan pangan.

c) Sistem pendukung keputusan yang akan dirancang merupakan sistem pendukung keputusan manajemen risiko rantai pasok secara vertikal.

(34)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Risiko Rantai Pasok

Rantai pasok adalah jaringan pasokan dan permintaan yang mencakup pemasok, produsen, pengecer besar dan konsumen akhir, dengan tujuan respon cepat dan kerjasama yang efektif dalam pengendalian kualitas dan penurunan biaya. Istilah manajemen rantai pasok (supply chain management) dipopulerkan

sebagai pendekatan manajemen persediaan yang ditekankan pada pasokan bahan baku. Isu ini terus berkembang sebagai kebijakan strategis perusahaan yang menyadari bahwa keunggulan bersaing perlu didukung oleh aliran barang dari pemasok hingga pengguna akhir. Menurut Vorst (2004) manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi seluruh proses, dan aktivitas bisnis untuk menghantarkan nilai keutamaan produk kepada konsumen sebagai keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan kepuasaan para pihak yang berkepentingan dalam sistem rantai pasok. Rantai pasok adalah jaringan fisik dan aktivitas yang terkait dengan aliran bahan dan informasi di dalam atau melintasi batas-batas perusahaan.

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), rantai pasok adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan produk dan jasanya kepada para konsumennya. Tang (2006) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai manajemen aliran bahan, informasi, dan finansial melalui sebuah jaringan kerja organisasi (yaitu pemasok, pengolah, penyedia logistik, pedagang besar/distributor, dan pengecer) yang bertujuan untuk memproduksi dan mengirimkan produk atau jasa untuk pelanggan. Manajemen rantai pasok mencakup koordinasi serta kolaborasi proses dan kegiatan melalui fungsi yang berbeda, seperti pemasaran, penjualan, produksi, perancangan produk, pengadaan, logistik, pembiayaan, dan teknologi informasi dalam jaringan kerja organisasi.

(35)

2004). Risiko adalah ketidakpastian dari kejadian yang akan datang (Olsson 2002). Risiko berarti kemunculan kemungkinan terjadinya suatu hal yang tidak baik (Borge 2001). Risiko adalah ancaman yang terjadi secara internal atau eksternal akan berpengaruh merugikan pada kemampuan untuk mencapai sasaran dan menimbulkan dampak pada nilai capaian. kemungkinan bahwa sesuatu yang tidak baik akan terjadi atau sesuatu yang jelek akan terjadi (Shimell 2002). Risiko adalah setiap sumber kejadian random yang bisa mempunyai dampak berlawanan terhadap nilai pertanggungjawaban asset bersih suatu perusahaan pada

pendapatannya dan atau arus kasnya (Culp & Christopher 2002), sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.

Dalam terori keputusan tradisional, risiko didefinisikan sebagai variasi pada distribusi hasil potensial, kemungkinan kejadian dan nilainya subjektif. Oleh karena itu, risiko bisa mengindikasikan deviasi positif dan negatif dari hasil yang diharapkan. Akan tetapi, sebuah kajian empiris oleh March dan Shapira menunjukan bahwa risiko sering menurun pada komponen yang negatif dalam bisnis praktis, sedangkan deviasi positif dianggap sebagai kesempatan atau peluang. Hal yang sama risiko dapat didefinisikan sebagai hasil dari kejadian negatif yang mempunyai kemungkinan terjadi dan menghasilkan sejumlah kerugian (March & Shapira 1987). Definisi risiko menurut Voughan (2008) adalah (1) Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian). Chance of loss

berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan

kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat

probabilitas akan munculnya situasi tertentu. (2) Risk is the possibility of loss

(Risiko adalah kemungkinan kerugian) Istilah possibility berarti bahwa

probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. (3) Risk is uncertainty

(Risiko adalah ketidakpastian) Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective.

Subjective uncertainty

Risiko rantai pasok dapat didefinisikan sebagai: kerusakan yang dikaji dengan kemungkinan terjadinya disebabkan oleh suatu kejadian dalam sebuah perusahaan, dalam rantai pasok atau lingkungannya menimbulkan pengaruh

(36)

negatif terhadap proses bisnis pada lebih dari satu perusahaan dalam rantai pasok (Kersten et al. 2007). Bagian pertama dari definisi tersebut menjelaskan dua

dimensi yang diperlukan untuk mengkaji risiko: Kemungkinan terjadinya dan penyebab kerusakan. Akan tetapi, berbeda dengan definisi umum dari March dan Shapira pada risiko manajemen, definisi ini tidak mencakup aturan bagaimana kedua dimensi tersebut harus dikombinasikan.

Kombinasi dari dimemsi ini sangat bergantung pada tingkah laku individu terhadap risiko. Oleh karena itu sangat berguna bagi pengkaji risiko praktis untuk menggunakan suatu matrik representasi kedua dimensi kemungkinan dan dampaknya. Bagian kedua dari difinisi tersebut berkaitan dengan perbedaan dari risiko rantai pasok dan risiko bisnis umumnya. Oleh karena itu jangkauan risiko yang diperkenalkan yang membedakan antara risiko rantai pasok dengan risiko secara umum. Risiko rantai pasok merupakan risiko yang hanya berpengaruh pada paling sedikit dua perusahaan dalam rantai pasok. Akan tetapi, tidak dikaitkan apakah sebuah perusahaan dipengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung oleh risiko rantai pasok. Jika perusahaan melewatkannya sendiri, kebanyakan risiko internal pada mitra rantai pasoknya, mitra tersebut terpengaruh secara tidak langsung oleh risiko ini, dimana berkonsekuensi terjadinya kerusakan. Pengaruh ini tidak terbatas pada satu tingkat pada rantai pasok. Bahkan perusahaan yang hanya terpengaruh secara tidak langsung menyebarkan risiko ini pada anggota lain selanjutnya dalam jaringannya. Perusahaan biasanya tidak dapat menangani risiko rantai pasok tak langsung karena asal usul dari risiko ini diluar dari jangkauan penglihatannya. Fenomena ini yang menyebabkan meningkatnya portofolio risiko rantai pasok disebut dalam literature sebagai vulnerability (penyebab terjadinya kerusakan).

Tingginya kompleksitas dan ketergantungan merupakan karakteristik dari rantai pasok saat ini. Globalisasi, e-bisnis, permintaan mengambang dan bergesernya philosofi bisnis (seperti outsourcing) merupakan beberapa faktor

(37)

dari suatu perusahaan dalam rantai pasok, atau keterhubungan antar organisasi dalam jaringan pasokan, atau antar jaringan pasokan dan lingkungannya, yang akan menyebabkan kerugian finansial secara menyeluruh atau bahkan mengakibatkan berhentinya kegiatan bisnis. Oleh karena itu perlu pengendalian risiko rantai pasok agar dapat menghindarkan akibat berkelanjutan yang dapat terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan.

Manajemen risiko berarti melakukan tindakan yang disengaja untuk merubah kemungkinan yang lebih disukai atau menambah kemungkinan hasil yang lebih baik dan mengurangi kemungkinan hasil yang lebih jelek (Borge 2001). Manajemen risiko adalah proses yang dilakukan organisasi untuk mencoba memastikan bahwa risiko yang muncul adalah risiko yang diinginkan dan perlu dimunculkan untuk menjalankan bisnis utamanya. Sehingga manajemen risiko adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk mengidentifikasi risikonya dan kemudian mengambil suatu tindakan yang diperlukan sebelum atau sesudah untuk mengendalikan deviasi timbulnya risiko nyata dari toleransi awal terhadap risiko tersebut (Culp & Christopher 2002). Sehingga menurut Bredell (2004) manajemen risiko rantai pasok adalah pendekatan formal dan terstruktur pada seluruh rantai pasok, termasuk mitra rantai pasok dan aktifitas yang bersesuaian dengan tujuan untuk mengenali, mengeksplorasi, menganalisis, mengevaluasi, memperlakukan, mengawasi, meninjau kembali dan mengkomunikasikan risiko rantai pasok yang berhubungan dengan setiap kegiatan rantai pasok, fungsi atau proses sedemikian sehingga memungkinkan perusahaan meminimalisasi kerugian dan memaksimalkan peluang atau kesempatan.

Secara umum, proses manajemen risiko rantai pasok terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko (Hallikas et al. 2004; Norrman & Lindroth 2004). Kebanyakan risiko potensial,

(38)

tepatnya atau tidak sesuainya strategi untuk mengendalikan risiko-risiko ini dan hal ini dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Peningkatan tingkat kebergantungan dan kompleksitas dari jaringan rantai pasok saat ini menjadikan rantai pasok secara keseluruhan saat ini menjadi lebih rentan terhadap gangguan. Setiap gangguan yang terjadi dalam salah satu pemain rantai pasok dapat mempengaruhi jaringan rantai pasok secara keseluruhan seperti berhentinya arus informasi dan sumber daya dari hulu ke hilir dalam rantai pasok dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Oleh karena itu risiko dalam rantai pasok dapat didefinisikan sebagai terganggunya arus informasi dan sumberdaya dalam jaringan rantai pasok karena adanya penghentian dan variasi yang tidak pasti (Juttner et al. 2003) dan sumber/faktor dari risiko

disebabkan oleh risiko yang tidak dapat diramalkan secara pasti (Niwa 1989). Chapman et al. (2002) menyarankan bahwa risiko dalam rantai pasok

dapat terjadi dari internal (relasi antara organisasi dengan jaringan pemasok) dan eksternal (antara jaringan pemasok dengan lingkunganya). Manajemen risiko rantai pasok oleh Chapman et al. (2002) didefinisikan sebagai identifikasi dan

manajemen risiko dalam rantai pasok dan risiko ekternalnya melalui pendekatan koordinasi di antara anggota rantai pasok untuk mengurangi terganggunya rantai pasok secara keseluruhan. Manajemen risiko rantai pasok berfokus pada bagaimana memahami dan menanggulangi pengaruh berantai ketika suatu kecelakaan yang besar atau kecil terjadi pada suatu titik dalam jaringan pasokan. Selanjutnya hal yang paling penting adalah memastikan bahwa ketika gangguan terjadi, perusahaan mempunyai kemampuan untuk kembali kepada keadaan normal dan melanjutkan bisnisnya.

Dua metode utama untuk mengevaluasi risiko rantai pasok adalah metode evaluasi risiko berdasarkan pendapat pakar dan metode evaluasi risiko secara statistik (Klimov & Merkuryev 2006). Metode evaluasi risiko berdasarkan pendapat pakar biasanya disebut sebagai model evaluasi risiko kualitatif dan metode evaluasi secara deterministic dan statistic disebut sebagai model evaluasi risiko kuantitatif. Beberapa model evaluasi risiko kualitatif yang telah dilakukan adalah Wu et al. (2006) dan Schoenherr et al. (2008). Kemudian beberapa model

(39)

et al. (2005), Xiaohui et al. (2006), Wu et al. (2006) Li et al. (2007) dan Lee

(2008). Selain itu telah dikembangkan juga model gabungan antara kualitatif dan kuantitatif seperti yang dilakukan oleh Arisoy (2007) dan Wu dan Olson (2008).

Manajemen risiko rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen risiko rantai pasok produk manufaktur lainnya karena: (1) produk pertanian bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani (Austin 1992; Brown 1994). Sehingga manajemen risiko rantai pasok produk pertanian menjadi lebih sulit dari pada produk manufaktur karena beberapa sumber ketidakpastian dan hubungan yang kompleks antara pelaku dalam rantai pasok yang berkaitan dengan karakteristik produknya.

2.1.1. Kerangka Kerja Manajemen Risiko Rantai Pasok

Manajemen risiko rantai pasok sudah menjadi kegiatan yang diharuskan dalam manajemen rantai pasok, agar dapat menghindari atau paling tidak mengurangi terjadinya kegagalan berbisnis yang kelihatannya menjadi hal yang sering terjadi dalam era penuh ketidakpastian saat ini. Menurut Hallikas et al.

(2004), proses manajemen risiko yang umum terjadi pada suatu perusahaan terdiri dari empat kegiatan utama yaitu identifikasi risiko, pengkajian risiko, pengambilan keputusan dan implementasi pada kegiatan manajemen risiko dan pengawasan risiko.

1. Identifikasi risiko, dengan mengidentifikasi risiko, pengambil keputusan

risiko menjadi memahami tentang kejadian atau fenomena yang menyebabkan ketidakpastian. Fokus utama dari identifikasi risiko adalah mengenali ketidakpastian yang akan terjadi agar dapat mengendalikan skenario ini secara proaktif.

2. Pengkajian risiko, Pengkajian risiko dan memprioritaskannya diperlukan

(40)

3. Keputusan dan implementasi tindakan manajemen risiko, sangat

diperlukan untuk menggunakan metode manajemen yang dapat memastikan pencegahan secara parsial atau total terhadap risiko yang akan terjadi atau pada saat terjadinya kegagalan, dilakukan dengan mengurangi akibatnya terhadap pengoperasian rantai pasok. Metode utama untuk menanggulangi risiko, seperti dalam literature(Culp & Christopher 2002; IRM 2003; Chapman et al. 2002) adalah:

a) Menghidari risiko, secara intuisi cara untuk menghindari risiko yang

utama adalah tidak mengambil tindakan yang akan berpotensi terjadinya risiko yang dimaksud.

b) Mitigasi atau eliminasi risiko, hal ini sering disebut sebagai

pendekatan yang baik; sebagai contoh, bisa tidaknya suatu rancangan sistem direvisi agar supaya dapat mengurangi atau mengeliminasi kemungkinan terjadinya risiko tertentu atau konsekuensi yang ditimbulkan jika terjadi. Sebaliknya apakah risiko dapat dieliminasi dengan mempertahankan rancangan yang sama tetapi menggunakan penyelesaian lain yang mungkin, seperti dalam kasus pemilihan pemasok.

c) Pengalihan risiko, Sebuah prinsip yang umum dari strategi

menajemen risiko yang efektif adalah bahwa risiko harus didistribusikan jika mungkin pada semua pihak agar dapat dilakukan pengaturan dengan baik. Sebagai tindakan ekstrim risiko dapat dialihkan pada perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya risiko tersebut, dengan melakukan kontrak untuk menyediakan konpensasi terhadap seluruh pelaku yang terpengaruh oleh risiko.

d) Penyerapan dan pengumpulan risiko, Ketika risiko (tidak dapat

(41)

dalam sebuah konsursium dari kontraktor, ketika dua atau lebih anggota dapat melakukan pengendalian parsial terhadap kejadian dan akibat dari risiko.

4. Pengawasan risiko, Perusahaan dan lingkungannya tidaklah statik, dan

oleh karenanya juga status risiko akan berubah. Faktor-faktor risiko yang dikenali harus dimonitor untuk mengidentifikasi potensi meningkatnya kecenderungan dari kemungkinan dan konsekuensinya. Sebagai akibatnya faktor risiko penting yang baru bisa muncul.

Menurut Pinto (2006), proses manajemen risiko yang lebih rinci dapat ditunjukkan pada Gambar 1, yang merupakan kontribusi dari IRM (2003) dan NSW (2005).

Gambar 1 Kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Pinto 2006)

Model ini menunjuk semua aspek yang berkaitan dengan manajemen risiko, dari pengkajian risiko sampai pada perlakuan risiko dan komunikasi, diantaranya dengan pangawasan dan tahap konsultasi, yang berinteraksi dengan tahapan lainnya agar supaya dapat mengidentifikasi potensi peningkatan kecenderungan dari faktor risiko yang sudah dikenali dan faktor risiko baru yang signifikan.

Elemen yang mendominasi seluruh model ini direpresentasikan sebagai tujuan strategis dan visi perusahaan, yang mengarahkan semua bagian dari blok proses. Setiap keputusan melibatkan sebuah risiko dan keberhasilannya tidak hanya dihasilkan oleh keberutungan (paling tidak dalam jangka waktu panjang): setiap bisnis dalam perusahaan mengandung risiko, oleh karenanya risiko muncul

Tujuan strategis dan visi perusahaan

1. Menemukan kontek

2. Analisa Risiko

3. Evaluasi Risiko

4. Perlakuan Risiko Pe

(42)

sebagai isu kunci strategis yang berperan dalam perusahaan modern. Kerangka tool manajemen risiko berdasarkan kerangka kerja ini dapat diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka tools manajemen risiko rantai pasok (NSW 2005)

Penentuan dan penemuan kontek,

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendefinisikan: (1) kontek internal untuk memastikan bahwa semua elemen penting diperhatikan dan untuk memastikan bahwa keputusan risiko selalu mendukung tujuan umum dari perusahaan; (2) kontek eksternal (seperti pasar, pesaing, peraturan pemerintah) untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman (SWOT); (3) Obyek bisnis dari proses manajemen risiko (seperti pengenalan produk baru, pemilihan pemasok baru) dan parameter lain yang sesuai (seperti lingkup waktu, kebutuhan sumberdaya, peran dan tanggung jawab); (4) Kriteria risiko untuk menentukan tingkat penerimaan risiko pada kejadian dan aktifitas tertentu. Secara rinci penjelasan dari setiap tahapan yang diperlihatkan pada Gambar 1 dapat dilihat pada Tabel 1.

Int er fac e int er ak tif d an ko la bo rat if Penentuan konteks Identifikasi Risiko Analisa Risiko Evaluasi Risiko Perlakuan Risiko

(43)

Tabel 1 Detail kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Pinto 2006)

No Tahapan Keterangan

1. Penentuan kontek

1. Kontek internal: tujuan umum perusahaan dalam mendukung keputusan risiko

2. Kontek eksternal: pasar, pesaing, peraturan politik diidentifikasi: dengan SWOT

3. Objek bisnis dari proses manajemen risiko:

(pengenalan produk baru, pemilihan pemasok baru) yang berkaitan dengan parameter: waktu, sumber daya, peran dan tanggung jawab

4. Kriteria risiko untuk melihat tingkat penerimaan risiko untuk aktifitas dan kejadian tertentu

2. Analisis Risiko 1. Tujuan dari tahap ini: identifikasi, penjelasan dan estimasi risiko, agar dapat memilih tindakan manajemen pada faktor risiko yang teridentifikasi. 2. Cara melakukan identifikasi untuk menjawab

pertanyaan:

a. Apa yang dapat terjadi

b. Bagaimana hal ini dapat terjadi c. Mengapa hal ini dapat terjadi

3. Deskripsi risiko bertujuan untuk: menjelaskan struktur risiko, memfasilitasi komunikasi dan penjelasan analisis kelompok

4. Estimasi risiko dapat dilakukan secara kuantitatif, semi kuantitatif atau kualitatif dalam bentuk

kemungkinan terjadi dan konsekuensi yang mungkin. 3 Evaluasi risiko 1. Tahapan ini melakukan perbandingan ukuran risiko

dengan kritaria risiko yang ditetapkan.

2. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memutuskan apakah risiko dapat diterima atau memerlukan perlakuan khusus.

3. Suatu risiko dapat diterima dengan beberapa alasan seperti biaya perlakuan melebihi keuntungan, risiko tingkat rendah, tidak terdapat metode perlakuan 4 Perlakuan risiko 1. Tahapan ini akan mengambil tindakan jika pada tahap

sebelumnya risiko tidak dapat diterima

2. Tujuan dari tahap ini adalah mengidentifikasi pilihan alternatif untuk mengurangi konsekuensi atau untuk mengurangi kemungkinan akibat dari risiko

3. Strategi yang biasa dilakukan adalah: pengalihan risiko, mengambil risiko, penurunan risiko dan eliminasi risiko.

Rajamani et al. (2006) secara konseptual mengusulkan bahwa kerangka

(44)

perancangan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Secara rinci kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok tersebut dapat diperlihatkan pada Gambar 3.

Metode kuantitatif yang digunakan dalam manajemen risiko rantai pasok dengan kerangka kerja yang diperlihatkan pada Gambar 3 dapat dijabarkan sebagaimana terlihat pada Tabel 2.

Gambar 3 Kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Rajamani et al. 2006)

Pendefinisian Tujuan Manajemen Risiko Rantai Pasok

Penentuan Risiko-Risko Yang Akan Ditangani Dalam Rantai

Pendefinisian Team Organisasi Yang Menangani

Melakukan Analisa SWOT Terhadap Risiko Rantai Pasok

Merancang Rantai Pasok Yang Tepat Dengan Profil Risiko Lan

gka

h

s

tr

a

tegi

s

Mengidentifikasi Titik-Titik Kegagalan Pada Jaringan Rantai

Membuat Prioritas Titik-Titk Kegagalan Rantai

Mengidentifikasi Alternative Tindakan Pada Setiap Titik

Merangking Daftar Alternative Dan Membuat

Mendefisinisikan Kriteria Peringatan Risiko La

n

gka

h

Ta

kt

is

Mendeteksi Kegagalan Rantai Pasok Dan Menangkap Kejadiaannya

Mengkomunikasikan Kejadian Risiko Dan Dampaknya

Berkolaborasi Dalam Membuat Rencana Eliminasi

Perbaikan Terus Menerus La

n

gka

h

Op

e

ra

si

o

na

(45)

Tabel 2 Detail kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Rajamani et al.

2006)

Kegiatan output Metode

1. Pendefinisian Tujuan Manajemen Risiko Rantai Pasok

2. Penentuan Risiko-Risko Yang Akan Ditangani Dalam Rantai Pasok

Profile risiko Interview Quisioner dan diskusi

3. Pendefinisian Team Organisasi Yang Menangani Risiko Bagan organisasi risiko dan peran, tanggungjawab 4. Melakukan Analisa SWOT

Terhadap Risiko Rantai Pasok

Analisis SWOT SWOT

5. Merancang Rantai Pasok Yang Tepat Dengan Profil Risiko Struktur jaringan rantai pasok optimal Simulasi, model matematis dan probabilistik. 6. Mengidentifikasi

Titik-Titik Kegagalan Pada Jaringan Rantai Pasok

Daftar kategori titik kegagalan

Brainstorming,

diagram sebab akibat

7. Membuat Prioritas Titik-Titk Kegagalan Rantai Pasok

Rangking titik kegagalan

AHP

8. Mengidentifikasi Alternatif Tindakan Pada Setiap Titik Kegagalan

Daftar kategori alternatif

Brainstorming

dan FMEA

9. Merangking Daftar Alternative Dan Membuat Databasenya Rangking alternatif, database risiko AHP, MS Project, MS excel

10.Mendefisinisikan Kriteria Peringatan Risiko

Kriteria peringatan risiko, Proses pendefinisian peringatan

Mekanisme peringatan risiko (alert)

11.Mendeteksi Kegagalan Rantai Pasok Dan

Menangkap Kejadiaannya Knowledge base manajemen risiko 12.Mengkomunikasikan

Kejadian Risiko Dan Dampaknya

e-mail, telepon

13.Berkolaborasi Dalam Membuat Rencana Eliminasi Risiko

Groupware

14.Perbaikan Terus Menerus

(46)

Identifikasi dan pengelompokan risiko yang terjadi dalam suatu rantai pasok tergantung pada subject bisnis atau sudut pandang yang dihadapi oleh pengambil keputusan. Sebagai contoh berdasarkan Clouse dan Busch (Klimov & Merkuryev 2006) mengkategorikan risiko rantai pasok menjadi 5 yaitu risiko strategi, risiko permintaan, risiko pasar, risiko implementasi dan risiko kinerja. Adapun Chisthoper dan Peck (2003) mengkategorikan risiko rantai pasok sebagai risiko permintaan, risiko pasokan, risiko lingkungan, risiko pengendalian dan risiko proses. Sumber risiko proses adalah terjadinya ganguan pada proses transportasi, komunikasi dan infrastruktur lainnya, sedangkan risiko pengendalian berkaitan dengan bagaimana organisasi mengendalikan proses tersebut seperti kuantitas pesanan, ukuran kapasitas dan kebijakan stok yang aman. Adapun risiko pasokan adalah potensi gangguan arus barang dan arus informasi akibat dari organisasi pemasok (hulu). Kemudian risiko permintaan adalah potensi gangguan arus barang, arus informasi dan arus kas yang diakibatkan oleh organisasi hilir dalam jaringan rantai pasok. Risiko lingkungan adalah dampak dari kejadian lingkungan yang mempengaruhi jaringan hulu dan hilir serta lokasinya yang diakibatkan oleh kejadian alam, sosial budaya, teknologi dan kebijakan pemerintah. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Xiaohui et al. (2006). Lebih

detail lagi Schoenherr et al. (2008) telah mengidentifikasi risiko yang dijadikan

faktor-faktor untuk memilih tempat offshore dengan AHP pada suatu industri

sebanyak tujuh belas (17) macam yaitu risiko komplain standarisasi, risiko kualitas produk, risiko biaya produksi, risiko biaya persaingan, risiko permintaan, risiko pemenuhan pasokan, risiko penggudangan, risiko ketepatan waktu kirim, risiko ketepatan budget pengiriman, risiko pemenuhan pesanan, risiko salah mitra, risiko jarak, risiko pemasok, risiko manajemen pemasok, risiko rekayasa dan inovasi, risiko transportasi, risiko bencana, dan risiko produk asing.

2.1.2. Evaluasi Risiko Rantai Pasok

(47)

mengaudit risiko dengan bantuan pakar dengan pendekatan pengukuran secara subyektif, sedangkan pengukuran dengan pendekatan statistik terbukti lebih bersifat obyektif dan lebih efektif dengan kerangka kerja berdasarkan simulasi dari probabilitas kejadian risiko dan dampak risiko sebagai variabelnya. Pengukuran risiko secara statistik biasanya berdasarkan pada nilai rata-rata, tingkat simpangan, tingkat probabilitas, koefisien risiko dan skala risiko, sehingga

Gambar

Tabel 1 Detail kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Pinto 2006)
Gambar 3 Kerangka kerja manajemen risiko rantai pasok (Rajamani et al. 2006) Pendefinisian Tujuan Manajemen Risiko Rantai Pasok
Gambar 8 Struktur model sistem pendukung keputusan cerdas (Phillips-Wren et
Tabel 7 Atribut dan fungsi keanggotan Fuzzy dengan model TFN  Atribut (A elemen baris, B elemen kolom)  Fungsi Keanggotaan  B Mutlak lebih penting dari A  (1/9, 1/9, 1/7)   B Sangat jelas lebih penting dari A   (1/9, 1/7, 1/5)   B Lebih penting dari A  (1/
+7

Referensi

Dokumen terkait

agregasi untuk menentukan rekomendasi penanganan risiko mutu, penentuan ukuran ekonomi produksi minyak sawit kasar di tangki timbun pabrik dan pasokan ke pelabuhan yang

Untuk dapat membuat model pengukuran risiko rantai pasok tersebut akan digunakan model-model yang sudah dikembangkan oleh Neureuther & Kenyon (2008) untuk mengukur tingkat

Penelitian dimulai dari tahap perencanaan untuk melakukan identifikasi dampak yang timbul pada pelaksanaan rantai pasok obat herbal melalui diskusi dan wawancara

Model tersebut didasarkan pada gagasan bahwa manajemen risiko rantai pasokan yang proaktif harus berusaha untuk fokus pada tindakan preventif, yaitu mengurangi kemungkinan dari