• Tidak ada hasil yang ditemukan

Community preferences on urban park availability at Pekanbaru City-Province of Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Community preferences on urban park availability at Pekanbaru City-Province of Riau"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

DEVY SANDRA

A451090041

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Preferensi Masyarakat Terhadap Ketersediaan Taman Kota di Kota Pekanbaru-Propinsi Riau adalah karya saya sendiri dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

(4)
(5)

DEVY SANDRA. Community Preferences on Urban Park Availability at Pekanbaru City-Province of Riau. Under supervision of SITI NURISJAH and NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN

Urban park is one type of public open space in urban areas that people use to interact with the environment and other people. At present, many parks are available at urban area but rarely used or visited by the urban community because of those parks are not suitable to people preferences. This study aims to determine and analyze community preferences on the availability of urban park in Pekanbaru City. The method used in this study were qualitative and quantitative methods of analysis, which consist of content analysis and Multiple Correspondency Analysis (MCA). The study showed that the current system of urban park system in Pekanbaru City are the distribution pattern of the park where the park has not been evenly spread across the center of city, the availability of the park is still low (0.17 m2/jiwa of 0.3 m2/person it should be) and 93.8% of the whole park is a large garden (> 1500 m2), the shape and design of the park tend to be equal to the characteristic feel of Malays in the ornaments, the dominant function of the park that is a function of architecture as part of the aesthetic aspects of the city, and facilities predominantly recreational park (children playground, lawn, sports facilities (reflection track, volleyball court, basketball court and the tenant of the park is dominated by the city government's. Analysis of legal aspects related park system shown that the existing regulatory system already supports existing landscaping, but has not spelled out in technical detail and the lack of community participation in planning and formulation of regulations. Community preferences to park variables are park location close to settlements (<1,000 m), large park size (> 1500 m2), the function as a place of recreation and sports, and facilities within the park area. Recommendations resulting from this study that urban park availability based on community preference in Pekanbaru City are distribution within the city evently, short distance from home or center of daily activities, active type of recreation, quite large park size, organic design, save and comfort park. The recommendation of the availability model of a city park are expected to contribute to the Government of Pekanbaru City in determining the policies and actions in the management of urban parks in the future.

(6)
(7)

DEVY SANDRA. Preferensi Masyarakat Terhadap Ketersediaan Taman Kota Di Kota Pekanbaru-Propinsi Riau. Dibimbing oleh SITI NURISJAH dan NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN.

Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka publik di daerah perkotaan yang dapat mendatangkan manfaat bagi penggunanya. Keberadaan taman kota dengan berbagai luasan dan fasilitas yang ada di dalamnya diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan taman tersebut dalam mengakomodir kebutuhan masyarakat. Kenyataannya keberadaan taman kota belum memberikan manfaat pada masyarakat perkotaan secara keseluruhan. Taman kota sangat penting bagi kesehatan baik fisik maupun psikis. Banyak taman yang dibangun dengan baik, indah secara visual dan dana yang besar namun tidak ada yang datang, tetapi ada taman yang biasa saja secara visual namun sangat ramai dikunjungi. Kota Pekanbaru seperti kota besar lainnya di Indonesia pada saat ini sudah memiliki taman kota sebagai salah satu bentuk Ruang Terbuka Hijau. Sebagai salah satu kota metropolitan dengan perkembangan pembangunan yang pesat terutama dalam bidang perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru mengalami kemajuan yang pesat dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum di hampir seluruh kawasan kota. Pembangunan taman kota sebagai salah satu bentuk fasilitas umum juga menjadi perhatian Pemerintah Kota Pekanbaru. Diketahui bahwa taman kota sangat erat keberadaannya dengan masyarakat sebagai pengguna taman. Berdasarkan permasalahan adanya taman yang ramai dan tidak ramai dikunjungi maka penelitian ini dilakukan untuk menentukan ketersediaan taman kota yang sesuai dengan preferensi masyarakat di Kota Pekanbaru sehingga nantinya semua taman kota akan ramai dikunjungi.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan preferensi masyarakat terhadap ketersediaan taman kota yang ada di Kota Pekanbaru. Tujuan

utama dicapai dengan menetapkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu (a) mengidentifikasi dan mendeskripsikan sistem pertamanan di Kota Pekanbaru;

(b) menganalisis aspek legal terkait dengan sistem pertamanan; (c) menganalisis keinginan masyarakat terhadap ketersediaan taman kota; (d) mengidentifikasi dan menganalisis hubungan ketersediaan taman kota dengan keinginan pengguna taman serta (e) menyusun rekomendasi model ketersediaan taman kota yang sesuai preferensi masyarakat.

(8)

m2/jiwa yang seharusnya) dan 93.8 % dari keseluruhan taman adalah taman yang luas (> 1.500 m2) (c) bentuk dan desain taman cenderung sama dengan ciri nuansa Melayu pada ornamen; (d) fungsi taman yang dominan adalah fungsi arsitektur yaitu sebagai bagian dari aspek estetika kota; dan (e) Fasilitas taman didominasi fasilitas rekreasi (arena bermain anak, lapangan rumput, fasilitas olah raga (refleksi track, lapangan volly, lapangan basket. Hasil analisis terhadap aspek legal terkait bidang pertamanan menunjukkan bahwa regulasi yang ada sudah mendukung sistem pertamanan yang ada, namun belum dijabarkan secara teknis yang rinci dan belum adanya peran serta masyarakat dalam perencanaan dan perumusan regulasi di bidang pertamanan.

Preferensi masyarakat terhadap peubah taman adalah (a) lokasi taman yang dekat dengan pusat kegiatan (permukiman, pusat kota, sekolah/kantor dimana jaraknya < 1.000 m dengan waktu tempuh < 15 menit; (b) luas taman yang besar (>1.500 m2); (c) fungsi taman sebagai tempat rekreasi dan olah raga; (d) bentuk taman yang organik/natural dengan dominasi berbagai jenis tanaman; dan (e) banyak terdapat fasilitas di dalam taman.

Direkomendasikan pada perancang/desainer taman, baik yang berasal dari pihak pemerintah kota ataupun non-pemerintah kota untuk memperhatikan preferensi masyarakat kota terhadap ketersediaannya. Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini, disarankan pada pihak pemerintah kota dan non-pemerintah kota untuk membangun taman-taman untuk rekreasi yang cukup luas dengan banyak fasilitas pada tiap kawasan permukiman.

(9)

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

DEVY SANDRA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

(12)
(13)

NRP

Program Studi

: :

A451090041 Arsitektur Lanskap

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. Ketua

Dr. Ir. Nurhayati HSA, M.Sc. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Arsitektur Lanskap

(14)
(15)

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT semata yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul Tesis ini adalah “Preferensi Masyarakat Terhadap ketersediaan Taman Kota Di Kota Pekanbaru-Propinsi Riau”. Tesis ini merupakan syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih disertai penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. dan Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, M.Sc. sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran sekaligus perhatian yang mendalam kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Kepada kedua orang tua (Papa dan Mama) dan kakak-adek (Uni Dila, Elok Desi, Ilin, Upik dan Adek) tercinta yang telah memberikan bantuan moril maupun materil. Perjuangan ini begitu berat dan ternyata sangat indah pada waktunya.

4. Walikota Pekanbaru atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan kesempatan melaksanakan Pendidikan S2 di IPB melalui Beasiswa Tugas Belajar di Lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru.

5. Kepala Dinas beserta jajaran staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru sebagai instansi tempat penulis bekerja dan memperoleh data untuk penelitian ini.

(16)

bantuannya dalam penelitian ini.

9. Kepala Badan Pusat Statistik Propinsi Riau beserta staf atas bantuan dalam pengumpulan data untuk penyusunan tesis ini, terutama untuk sahabatku Meita, Staf BPS Propinsi Riau.

10. Staf dosen dan staf akademik Departemen Arsitektur Lanskap atas ilmu yang bermanfaat dan pelayanan yang baik selama penulis kuliah di IPB.

11. Teman satu angkatan di Arsitektur Lanskap IPB 2009, Ibu Sulis, Kak Lina, Sabahan, Pak Joni dan Nahda untuk kebersamaan selama kuliah dan selama penulis menyelesaikan tesis ini. Putri dan Syita untuk kebersamaan yang cuma sebentar tapi memberi arti tersendiri bagi kita semua.

12. Teman-teman satu halaqoh (Vivi, Icha, Wini, K Yusra, Rifah) dan murobi (ibu Yudiwanti) serta teman kos di Pondok Annisa (Kakak Nurhadiah, SP, M.Si) terima kasih untuk kebersamaan, semangat dan dukungannya.

13. Teman-teman Program Studi Arsitektur Lanskap IPB angkatan 2008 dan 2010 atas dukungan dan bantuannya kepada penulis.

14. Teman-teman Ilmu Sosiologi Pedesaan angkatan 2010 atas kebersamaan selama penulis kuliah Ekologi Manusia dan menyusun proposal tesis ini. 15. Teman-teman di DKP (Riyo, Bang Andi, Lina Irawati, Mas Langgeng dan

Bang Osdepindo), terima kasih atas bantuannya selama penulis kuliah dan menyelesaikan tesis ini.

Terakhir, karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk suami tercinta (Uda AL) dan putri tersayang (Jingga), atas kasih sayang, cinta, kebersamaan, semangat, dukungan, dedikasi dan doa yang tiada henti.

Penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat dalam memperkaya khasanah keilmuan arsitektur lanskap pada masa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini dapat membawa barokah untuk kita semua. Amin, terima kasih.

Bogor, Agustus 2012

(17)

Penulis dilahirkan di Lubuk Alung-Sumatera Barat pada tanggal 03 Maret 1977 sebagai anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Hasan Jass

dan Rabiatul Hadil Adawiyah.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat SD, SMP dan SMA di Lubuk Alung. Tahun 1996 penulis lulus dari SMA Negeri Lubuk Alung dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui Jalur PMDK pada Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2000.

Pada saat ini penulis bekerja sebagai Staf Bidang Pertamanan di Dinas

(18)
(19)

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Permasalahan ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Kerangka Pemikiran ... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Ruang Publik ... 9

2.2. Taman Kota ... 11

2.3. Sistem Pertamanan Kota ... 14

2.4. Desain dan Karakteristik Taman Kota ... 14

2.5. Preferensi dan Karakteristik Pengguna Taman Kota ... 21

2.6. Analisis Crosstabs dan Multiple Correspondence Analysis (MCA) ... 25

3. METODOLOGI PENELITIAN ... 27

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2. Bahan dan Alat ... 28

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 28

3.4. Metode Penentuan Sampel ... 29

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 29

3.5.1. Pengamatan Taman Kota ... 29

3.5.2. Wawancara ... 30

3.5.3. Pengisian Kuisioner ... 30

3.5.4. Studi Pustaka ... 31

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.6.1. Pengolahan Data ... 31

3.6.2. Analisis Sistem Pertamanan Kota ... 31

3.6.3. Analisis Pengelola Taman dan Aspek Legal Terkait Bidang Pertamanan ... 32

3.6.4. Analisis Keinginan Masyarakat Pengguna Taman Kota Terhadap Ketersediaan Taman Kota ... 32

3.6.5. Analisis Hubungan Ketersediaan Taman Kota dan Keinginan Masyarakat ... 33

3.6.6. Rekomendasi Model Taman Kota Yang Sesuai Keinginan Masyarakat ... 34

3.7. Batasan Dalam Penelitian ... 36

(20)

4.1.2. Pengelola Taman dan Aspek Legal Terkait Bidang

Pertamanan ... 54

4.2. Masyarakat Pengguna Taman di Kota Pekanbaru ... 65

4.3. Hubungan Ketersediaan Taman Kota dengan Keinginan Masyarakat ... 81

4.4. Rekomendasi Model Taman Sesuai Preferensi Masyarakat ... 102

5. SIMPULAN DAN SARAN ... 107

5.1. Simpulan ... 107

5.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(21)

1. Standar Kebutuhan Taman Pada Daerah Perkotaan ... 13

2. Standar Lokasi Taman dalam Peraturan Daerah Perkotaan ... 16

3. Alat Penelitian ... 28

4. Jenis Data Dalam Penelitian ... 29

5. Peubah Demografi untuk Mengetahui Preferensi Masyarakat Terhadap Ketersediaan Taman Kota ... 33

6. Peubah Ketersediaan Taman Kota untuk Rumusan Model Taman Kota Sesuai Preferensi Masyarakat ... 35

7. Persebaran Taman dalam Kota Pekanbaru ... 37

8. Penggunaan Lahan dan Kecendrungan Alih Fungsi Penggunaan dari Tahun 1991 hingga 2006 Berdasarkan Ranperda Tentang RTRW Kota Pekanbaru Tahun 2006 ... 41

9. Densitas Penduduk Kota Pekanbaru ... 42

10. Jumlah dan Luas Taman di Kota Pekanbaru ... 45

11. Jenis, bentuk dan desain taman di Kota Pekanbaru ... 48

12. Jenis dan Fungsi Taman di Kota Pekanbaru ... 50

13. Jenis dan Fasiltas Taman di Kota Pekanbaru ... 52

14. Kondisi taman saat ini di Kota Pekanbaru ... 54

15. Taman yang dikelola oleh Pemerintah Kota dan Non-Pemerintah Kota ... 55

16. Aspek Legal terkait Bidang Pertamanan ... 56

17. Karakteristik Responden Pengguna Taman ... 65

18. Persepsi Masyarakat Terhadap Peubah Taman Kota ... 67

19. Persentase Pengguna Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin Terhadap Peubah Ketersediaan Taman ... 70

(22)

xvi

Terhadap Peubah Ketersediaan Taman ... 75 24. Persentase Pengguna Berdasarkan Kelompok Tingkat Pendapatan

Terhadap Peubah Ketersediaan Taman ... 77 25. Preferensi masyarakat terhadap fungsi taman kota ... 88 26. Preferensi Masyarakat terhadap Fasilitas Taman Kota ... 89 27. Hubungan antar Peubah Demografi dengan Aktifitas Masyarakat

dalam Menghabiskan Waktu Luang ... 101 28. Hubungan Kondisi Sistem Pertamanan dengan Preferensi

(23)

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 7 2. Model tindakan yang masuk akal tentang faktor-faktor yang

menentukan perilaku seseorang ... 24 3. Peta Lokasi Penelitian ... 27 4. Peta Persebaran Taman di Kota Pekanbaru ... 38 5. Model pedestrian yang melindungi pejalan kaki dan berfungsi sosial .... 39 6. Teknis dan standar untuk pedestrian ... 40 7. Bentuk Desain Ornamen dan Fasilitas Taman dengan Nuansa Melayu ... 47 8. Fasilitas Olah Raga dan Bermain Anak di Taman Kota ... 53 9. Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru 61 10. Plot Category Lokasi Taman Kota Sesuai Preferensi Masyarakat ... 84 11. Plot Category Ukuran Taman Kota Sesuai Preferensi Masyarakat ... 85 12. Plot Category Desain Taman Kota Sesuai Preferensi Masyarakat ... 87 13. Plot Category Waktu Kunjungan Ke Taman Kota ... 91 14. Plot Category Jumlah Waktu Yang Digunakan di Taman Kota ... 92 15. Plot Category Frekuensi Kunjungan Ke Taman Kota ... 93 16. Plot Category Keberadaan Pihak Keamanan Di Taman Kota ... 94 17. Plot Category Dengan Siapa Masyarakat Ke Taman Kota ... 95 18. Plot Category Desain Pagar Pembatas Taman Kota ... 96 19. Plot Category Bagian Taman Kota yang Sering Dikunjungi ... 97 20. Plot Category Lama Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Berjalan Ke

(24)
(25)

1. Profil Taman Yang Diamati di Lapangan ... 119 2. Dokumentasi Taman Kota Jalan Diponegoro ... 123

(26)
(27)

1.1. Latar Belakang

Ketersediaan ruang, terutama ruang publik, sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia dan membentuk perilaku manusia tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Ruang publik merupakan bentuk makro dari penggunaan ruang oleh manusia dan sebagai cirinya ruang ini dapat diakses oleh semua orang tanpa harus mengeluarkan biaya. Oldenburg (1999) mendefinisikan ruang publik sebagai ruang ketiga (third place), tempat khusus di luar rumah atau kantor dimana warga bisa saling bertemu. Ruang publik adalah sebuah kawasan yang khusus dibangun untuk memberi ruang pada publik secara luas, murah, memberi kesan santai dan bisa dimanfaatkan kalangan dari berbagai strata sosial dan tingkatan umur.

Salah satu bentuk ruang publik di daerah perkotaan adalah taman kota, baik yang berada ditengah perkotaan maupun yang terdapat di daerah pemukiman.

Taman kota merupakan salah satu contoh Ruang Terbuka Publik yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum, seperti yang dituangkan dalam penjabaran Pasal 29 UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota.

(28)

sebenarnya adalah intisari kehidupan sebuah kota. Oleh sebab itu, warga Jakarta akan merasa kesepian meski berada di tengah keramaian ruang publik yang ironisnya juga, jumlahnya semakin terbatas dan berkurang “dimakan” oleh lahan -lahan untuk mal dan apartemen. Hal serupa juga terjadi di kota-kota besar Indonesia lainnya.

Keberadaan taman kota sebagai bentuk ruang publik di daerah perkotaan sangat berhubungan dengan sistem pertamanan kota secara keseluruhan. Sistem pertamanan kota yang baik menjadi salah satu indikator suatu kota yang teratur dan berkelanjutan. Beberapa aspek yang terkait dengan sistem pertamanan kota seperti fungsi, peran, manfaat keberadaan suatu taman, skala, tata letak, aspek legal yang mendukung bidang pertamanan, adanya peran serta masyarakat dan rancangan-rancangan khusus serta peruntukkan wilayah untuk pertamanan perlu diperhatikan oleh pembuat dan pelaksana kebijakan di suatu kota sehingga dapat terwujud sistem pertamanan kota yang baik (Nurisjah, 2010).

Kenyataan yang terjadi pada kota-kota di Indonesia khususnya Kota Pekanbaru adalah masih terdapatnya permasalahan-permasalahan pada sistem

pertamanan kota seperti masalah sumber daya alam suatu kota, sumber daya manusia terutama kependudukan dan kebijakan pembangunan kota yang belum mendukung sistem pertamanan secara menyeluruh. Taman hanya sebagai

penghias kota dan bukan merupakan atribut fungsional tata ruang kota. Permasalahan tersebut di atas akan mempengaruhi pada perkembangan ketersediaan ruang publik seperti taman kota, rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kualitas lingkungan dan keberlanjutan suatu kota.

(29)

dan media cetak di dalam rumah dengan iklan-iklan komersial yang menggiurkan membuat mereka semakin terkurung dan mendorong mereka untuk hidup dalam perilaku komsumtif ketika keluar rumah dan tidak lagi butuh taman sebagai tempat berinteraksi (Halim, 2008).

Kota Pekanbaru, sebagai Ibukota Propinsi Riau, merupakan kota yang sedang berkembang pesat terutama pada sektor perdagangan dan jasa. Dalam upaya menarik investor untuk berinvestasi di Kota Pekanbaru dan mengundang wisatawan untuk berkunjung ke kota ini, Pemerintah Kota Pekanbaru fokus pada penataan ruang perkotaannya terutama pada bidang kebersihan dan pertamanan. Keadaan kota yang bersih, rapi dan teduh akan mampu membuat suhu kota yang panas sedikit lebih nyaman, sejuk dan sehat serta mengundang wisatawan untuk datang.

Perhatian Pemerintah Kota Pekanbaru pada bidang kebersihan dan pertamanan sangat besar karena sampai bulan Juni 2010, Kota Pekanbaru sudah terhitung selama 5 (lima) kali berturut-turut meraih penghargaan Adipura untuk kategori kota besar terbersih se-Indonesia. Dalam bidang pertamanan, Kota

Pekanbaru memiliki banyak taman sebagai salah satu bentuk ruang terbuka hijau perkotaan, luas areal taman yang ada di Kota Pekanbaru dan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru ± 27,91 km2 atau ± 4,42% dari keseluruhan luas Kota Pekanbaru (632,26 km2)(Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru, 2010).

(30)

(wants) dan kebutuhan (needs) masyarakat kota sebagai pengguna taman itu nantinya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi maka diperlukan suatu kajian menyeluruh tentang taman kota dan masyarakat sebagai user/pengguna untuk mengetahui bagaimana bentuk taman kota yang sesuai dengan keinginan masyarakat.

1.2. Rumusan Permasalahan

Sistem pertamanan dalam suatu kota yang baik hendaknya memenuhi kriteria readable (terbaca bentuk/desain taman yang ada, mempunyai tema tertentu), sistematik (memudahkan dalam pengelolaan) dan fungsional mencakup fungsi ekologis, sosial, arsitektur dan estetika (Nurisjah, 2010).

Meskipun diketahui bahwa keberadaan taman-taman dan RTH di daerah perkotaan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), meningkatkan hubungan sosial antar masyarakat yang terjadi karena adanya interaksi di dalam taman, terciptanya iklim kota yang sejuk dan nyaman dan sebagainya, tetapi kenyataannya banyak taman yang tidak dikunjungi karena

dinilai tidak mengakomodasi leisure lifestyles (gaya hidup masyarakat di suatu kota dalam mempergunakan waktu luangnya), legislation (terkait kebijakan suatu kota terutama pada bidang pertamanan), technology (teknologi yang digunakan dalam membangun taman) dan values (berhubungan dengan nilai-nilai, seperti siapa user taman yang dibangun) (Nurisjah, 2010).

Berdasarkan informasi awal tentang kondisi taman yang diamati, ditemukan keadaan bahwa tidak semua taman digunakan oleh masyarakat. Bahkan ada taman yang hampir tidak ada pengunjungnya. Dengan asumsi bahwa taman yang sesuai dengan preferensi masyarakat akan didatangi, maka kajian ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana model desain taman kota yang memenuhi preferensi masyarakat tersebut.

(31)

Pada dasarnya permasalahan banyaknya taman yang tidak dikunjungi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang taman, teori/istilah yang berkembang dikalangan masyarakat tentang taman kota sehingga membentuk persepsi tertentu yang biasanya bertentangan dengan kenyataan yang ada dan perilaku/behaviour user/pengguna taman tersebut.

Melalui pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa kasus yang sama juga terjadi di Kota Pekanbaru. Kurangnya antusiasme masyarakat kota untuk berkunjung ke taman-taman yang ada walaupun banyak taman yang sudah dibangun pemerintah kota pada setiap tahun anggaran menuntut adanya kajian khusus untuk menemukan penyebab fenomena tersebut. Untuk itu penelitian ini diperlukan untuk mendapatkan jawaban :

1. Bagaimana sistem pertamanan (urban park system) di Kota Pekanbaru? 2. Apakah sistem pertamanan sudah didukung oleh aspek legal yang berlaku? 3. Bagaimana persepsi masyarakat tentang taman kota?

4. Bagaimana perilaku masyarakat terhadap taman kota yang ada di Kota Pekanbaru sekarang ini?

5. Bagaimana preferensi masyarakat terhadap model ketersediaan taman kota di Kota Pekanbaru?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah merumuskan Preferensi Masyarakat terhadap ketersediaan taman kota yang ada di Kota Pekanbaru. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan sistem pertamanan di Kota Pekanbaru saat ini.

2. Menganalisis aspek legal yang terkait dengan bidang pertamanan

3. Mengidentifikasi dan menganalisis keinginan masyarakat terhadap ketersedia-an tamketersedia-an kota

4. Mengidentifikasi dan menganalisis hubungan ketersediaan (klasifikasi model dan fungsi ) taman kota dengan keinginan user/pengguna taman

(32)

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi utama untuk menetapkan arahan model ketersediaan taman kota yang sesuai dengan preferensi masyarakat di Kota Pekanbaru. Secara rinci manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi para stakeholders, khususnya Pemerintah Kota Pekanbaru mendapatkan

referensi tentang bagaimana model ketersediaan taman kota yang sesuai dengan keinginan masyarakat dan bermanfaat dalam mengambil langkah-langkah penjabaran tata ruang perkotaan selanjutnya.

2. Bagi masyarakat kota, mendapatkan referensi bagaimana bentuk taman kota yang dapat mengakomodir keinginan dan waktu luang mereka.

3. Bagi desainer lanskap, mendapatkan preferensi bagaimana model ketersediaan taman kota yang sesuai dengan preferensi masyarakat.

4. Sebagai panduan bagi daerah-daerah lain yang mempunyai latar belakang sama dengan Kota Pekanbaru.

5. Menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam perencanaan

dan pengelolaan taman kota di Kota Pekanbaru khususnya dan kota-kota lain pada umumnya.

6. Menghasilkan standar untuk model taman kota dalam kaitannya dengan ilmu

Arsitektur Lanskap bidang perencanaan dan desain

7. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Kerangka Pemikiran

Keberadaan taman kota sebagai salah satu ruang publik di perkotaan ternyata belum mampu mengakomodasi keinginan masyarakat menggunakan waktu luang di ruang terbuka kota/taman publik secara keseluruhan. Banyak kasus taman kota hanya sebagai ruang publik tanpa pengunjung. Sebagai studi kasus dalam penelitian ini adalah taman kota di Kota Pekanbaru.

(33)

bentuk taman kota dan penggunaan selanjutnya.Keberadaan taman kota sangat berpengaruh pada sistem pertamanan dan keberlanjutan kota secara keseluruhan dimasa sekarang dan yang akan datang. Diperlukan adanya suatu acuan/standar tentang model taman kota yang sesuai melalui kajian keinginan/preferensi masyarakat kota sebagai user/pengguna taman tersebut.

Kajian tentang sistem pertamanan di Kota Pekanbaru nantinya bermanfaat untuk menetapkan klasifikasi taman kota dan distribusinya, menemukan permasalahan sistem pertamanan yang ada sekarang ini sehingga permasalahan taman kota yang dijadikan sebagai latar belakang penelitian ini akan dapat dijawab. Berikut adalah kerangka pemikiran tentang bagaimana preferensi masyarakat terhadap model ketersediaan taman kota di Kota Pekanbaru (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Keterpakaian Taman-Taman Kota yang Fungsional dan Estetis

Ruang Terbuka / Taman-Taman kota Masyarakat Kota sebagai User/pengguna taman

Preferensi masyarakat terhadap taman kota Ketersediaan taman kota

Informasi/Pengetahuan

Persepsi

Perilaku dalam menggunakan taman Taman-Taman Kota (Kondisi Eksisting)

Peubah Ketersediaan Taman Kota (pola distribusi dan lokasi, jumlah dan luas, bentuk dan desain, fungsi, dan fasilitas)

Rekomendasi Model Ketersediaan Taman Kota Sesuai Keinginan Masyarakat

Life style masyarakat Kota Pekanbaru dalam menggunakan taman

Sistem Pertamanan Kota Pengelola taman dan Aspek Legal

(34)
(35)

2.1. Ruang Publik

Pada dasarnya ruang adalah tempat dimana makhluk hidup termasuk manusia tinggal dan beraktifitas di dalamnya. Menurut Tuan (1977), ruang merupakan bentuk tiga dimensi yang memiliki volume, mutlak dan tidak terbatas. Selanjutnya dijelaskan bahwa ruang yang dijadikan sebagai tempat oleh manusia menggabungkan rasa keberadaan manusia dalam masyarakat dan rasa identitas sosial secara spasial. Tempat secara historis dipandang sebagai lokasi fisik, dengan anugrah dari alam dan emosional yang berbicara dengan batas-batas kebebasan manusia. Tidak hanya sebagai identitas, manusia terikat dengan bukit-bukit dan lembah-lembah yang ada pada alam di mana mereka hidup tetapi rasa kemanusiaan yang sangat dirasakan adalah keterikatan mereka dengan alam. Alam adalah tempat yang melahirkan rasa kemanusiaan dalam bentuk perasaan, lampiran, rindu, nostalgia, keinginan, melankolis, dan ketakutan.

Setiap manusia memiliki kebutuhan ruang dengan skala tertentu, hal ini mengakibatkan ruang terbagi-bagi menurut kebutuhan tersebut, seperti ruang personal dan ruang publik. Ruang publik merupakan bentuk ruang yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Untuk mendapatkan ruang publik yang bisa mengakomodasi keinginan mereka, maka manusia mendesain ruang tersebut sebaik mungkin. Suatu desain ruang yang baik biasanya akan bersifat efisien, memberi energi terhadap manusia yang ada didalamnya dan mampu mengakomodasi kebutuhan manusia sebagai pengguna ruang tersebut (Rutledge, 1985).

(36)

memberikan bukti bahwa penyediaan berbagai fasilitas, seperti kios makanan, program kegiatan publik seperti pameran dan pertunjukkan musik, informasi tentang desain ulang/renovasi taman serta kursi bergerak untuk area beraspal dan rumput mampu memberikan nilai tambah terhadap kunjungan masyarakat ke taman tersebut. Hal ini juga dapat dijadikan pedoman dasar untuk pembangunan taman baru. Pedoman desain tertentu yang dihasilkan mampu memberikan respon positif terhadap perilaku manusia dalam konteks sosial yang lebih luas seperti perilaku di ruang publik. Lawson (2001) telah meringkas tentang panduan dan kebijakan konvensional pada aspek-aspek perilaku manusia dalam konteks intim, pribadi, sosial dan publik, apakah di dalam ruangan atau di luar ruangan dalam lingkungan binaan. Lawson (2001) menyarankan dalam konteks umum, orang dan kelompok-kelompok sosial perlu jarak minimal 4 m dari orang lain sehingga mereka akan merasa nyaman dan mampu mengabaikan orang lain dalam lingkungan (Golicnik and Catharine, 2010).

Ruang publik secara umum didefinisikan sebagai tempat fisik dan kasat mata yang ada di dalam kota atau di mana saja kita lihat orang berkumpul (Halim,

2008). Selanjutnya dijelaskan bahwa ruang publik memiliki peran sosial yang lebih besar dari sekedar menciptakan sebuah interaksi, di dalam ruang publik semua orang berkedudukan sama dan tidak ada perbedaan status sosial. Ruang

publik juga bersifat demokratis karena terbuka bagi semua orang dan tidak ada seorang pun boleh menutup akses ke ruang publik. Desain ruang publik dibuat terbuka sehingga orang dapat memilih untuk bersosialisasi menurut waktu luang mereka masing-masing dan mengaktualisasikan diri mereka secara penuh di ruang publik.

(37)

Sebenarnya manusia butuh ruang publik yang bisa memberikan inspirasi, rangsangan, penyegaran, keindahan, dan pencerahan. Untuk itu ruang publik yang baik harusnya tidak mengabaikan keadaan alam di sekitarnya, dengan kata lain harus terintegrasi dengan lingkungan sehingga ketersediaan udara yang bersih, cahaya matahari, air, tanaman menjadi sangat penting dalam suatu ruang publik (Simonds and Starke, 2006).

Ruang terbuka publik di daerah perkotaan memiliki fungsi sebagai tempat rekreasi, habitat kehidupan liar, tempat berlangsungnya event-event/kegiatan tertentu dan sebagai paru-paru kota. Pada skala yang besar, area ruang terbuka publik harus memiliki link/keterhubungan, baik pergerakan sesama manusia dan kehidupan satwa (Carmona, et al, 2003).

2.2. Taman Kota

Taman adalah sebuah link yang menghubungkan manusia dengan dunia luar tempat mereka hidup. Sebuah taman dapat memberikan keuntungan sebagai tempat menanam tanaman yang memiliki unsur estetika, tempat hidup yang

menyenangkan secara keseluruhan dan tempat orang-orang untuk melihat satu sama lainnya (Crowe, 1981).

Taman (Garden) dalam bahasa Ibrani terdiri dari dua kata yaitu Gan dan Oden, Gan berarti melindungi atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar, Oden berarti kesenangan, kegembiraan dan kenyamanan. Sehingga secara lengkap taman dapat diartikan sebagai sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan dan kenyamanan (Laurie, 1986).

(38)

Menurut Rutledge (1985) banyak kegiatan yang bisa dilakukan orang di taman, seperti berolah raga, berdiri, berlari sekeliling taman, duduk, berbicara, bermain alat musik, membaca, berjemur, berjalan dengan hewan peliharaan, mengajari anak-anak, menikmati cerutu dan sebagainya. Secara umum dapat di kategorikan ke dalam 3 kelompok cara orang menggunakan taman :

1. Untuk melihat dan dilihat

2. Sebagai panggung/tempat untuk mengaktualisasikan diri dan kemampuan 3. Sebagai tempat mengenang memori/mengasingkan diri sementara waktu

dari orang lain dan pekerjaan.

Secara histori, taman publik pertama kali muncul di Yunani kuno (kota Athena) untuk menghibur warga kota, tempat para filsuf beradu argumen, tempat meditasi dan sebagai arena permainan/pertandingan. Di Eropa Utara pada zaman revolusi industri (abad 18), taman publik dibuat untuk pekerja industri melepaskan kepenatan. Pada tahun 1845, Joseph Paxton membuat taman di area pembuangan sampah (kota Birkenhead) dan membawa pengaruh yang sangat besar. Ide ini berkembang cepat dan menginspirasi Olmsted dan Vaux (tahun 1858)

membangun Central Park di New York yang menjadi cikal bakal perkembangan taman kota (Crowe, 1981).

Menurut Eckbo (1964) taman kota adalah ruang terbatas penggunaannya

dan lentur bentuknya yang dikembangkan dengan struktur yang minimal dan didominasi oleh elemen-elemen yang dipergunakan untuk tempat santai secara umum. Taman kota (Urban Park) merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana rekreasi di area terbuka (outdoor recreation) bagi masyarakat suatu perkotaan, baik berada di dekat ataupun relatif agak jauh dari lingkungan temapt tinggalnya.

(39)

Taman kota merupakan fasilitas kota yang dibuat dengan fungsi sebagai sarana rekreasi, berolahraga, bersosialisasi dan penambah keindahan visual kota (elemen estetika perkotaan). Adapun fungsi taman kota yang ada adalah sebagai berikut :

1. Fungsi Arsitektur, fungsi ini bisa dilihat melalui taman kota sebagai wajah kota. Taman kota berfungsi sebagai penambah keindahan visual wajah kota (unsur estetika kota)

2. Fungsi Sosial, sebagai sarana untuk bersosialisasi bagi masyarakat kota

3. Fungsi ekonomi, sebagai tempat untuk kegiatan ekonomi (berjualan, pameran) 4. Fungsi ekologis, sebagai ruang untuk kepentingan kelestarian ekologi/

lingkungan.

Kebutuhan terhadap suatu pertamanan kota tergantung dari kondisi kota itu sendiri yang mencakup kondisi topografi, luas wilayah kota, jumlah penduduk, kebiasaan sosial masyarakat dan kebijakan pemerintah kota (Nurisjah, 2001). Salah satu standar untuk menghitung kebutuhan pertamanan di wilayah perkotaan adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008 tentang

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan (Tabel 1).

Tabel 1. Standar Kebutuhan Taman Pada Daerah Perkotaan

No Jenis

(40)

2.3. Sistem Pertamanan Kota

Taman kota merupakan salah satu bagian penting dalam sistem pertamanan suatu kota. Sistem pertamanan dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya kondisi fisik taman-taman (luas, jumlah dan distribusi), fungsi taman, jenis taman, status kepemilikan/pengelola dan proporsi serta letak fisik taman dalam sistem Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (Parsaulian, 2002).

Menurut Nurisjah (2010), sistem pertamanan kota meliputi fungsi, peran dan manfaat taman. Hal ini berhubungan langsung dengan skala, tata letak, peran serta masyarakat dan rancangan-rancangan khusus dan peruntukkan wilayah secara keseluruhan. Dalam hal ini aspek legal menjadi kekuatan dalam menentukan arah perencanaan dan pembangunan suatu sistem pertamanan. Suatu sistem pertamanan yang baik sangat dipengaruhi oleh permasalahan-permasalahan seperti sumber daya alam, kependudukan, kebijakan dalam pembangunan kota. Pada perkembangannya, sistem pertamanan akan mempengaruhi perkembangan ketersediaan ruang publik, kepedulian terhadap kualitas lingkungan dan keberanjutan suatu kota.

Suatu sistem pertamanan kota yang baik dapat dilihat dari sistem yang readable, sistemik dan berfungsi. Hal ini dapat digambarkan melalui konfigurasi taman dalam ruang kota, fungsi dan estetika lingkungan kota, hierarki dan

efesiensi dalam ruang kota dan pengelolaan pertamanan kota. Dengan adanya sistem pertamanan yang baik maka taman yang dibangun dalam suatu kota akan ramai dikunjungi (Nurisjah, 2010).

2.4. Desain dan Karakteristik Taman Kota

(41)

dengan faktor iklim (adanya pengaruh bayangan, penutupan dan pencahayaan) (Rutledge, 1985).

Meskipun terdapat banyak variasi, berbeda iklim, negara, sejarah dan idiologi alami manusia, ada beberapa prinsip yang dapat dipakai dalam mendesain suatu taman dan dalam aplikasinya bisa saja berubah (Crowe, 1981). Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Unity (menyeluruh/menyatu) : meliputi konsep dan bentuk/desain, elemen-elemen taman, menyatu dengan iklim, warna, kualitas dan memiliki karakter 2. Scale (skalatis dan proporsional) : merupakan atribut pembentuk unity

sehingga terdapat harmonisasi desain, berhubungan dengan skala manusia, perbandingan ukuran elemen pembentuk dan ruang yang tersedia

3. Time (waktu/eksistensi) : terkait dengan waktu untuk pembuatan dan tetap dapat dinikmati walaupun sudah melewati perubahan waktu

4. Space Division (distribusi dan proporsi antara ruang terbuka dan elemen pembentuk taman) : terjangkau/harus berada dalam level mata/penglihatan manusia

5. Light and Shade (pencahayaan dan penutupan) : berhubungan dengan distribusi dan proporsi ruang terbuka dan elemen pembentuk taman melalui efek visual. Efek yang ditimbulkan sangat bergantung pada kondisi iklim

6. Texture (tekstur) : berasal dari elemen pembentuk taman

7. Tone and Colour (penekanan dan tingkatan warna) : sangat berhubungan dengan keberadaan tanaman sebagai salah satu elemen pembentuk taman.

Pemilihan lokasi untuk sebuah taman kota dipengaruhi oleh faktor ukuran minimal, letak/lokasi, jarak tempuh, kualitas tempat dan fitur/elemen pembentuknya (Skydt, 1992). Disamping itu, terdapat beberapa parameter yang mempengaruhi dalam penilaian suatu lokasi untuk dibuat dan digunakan menjadi taman yaitu :

1. Aksesibilitas 2. Visibilitas 3. Nilai konservasi

(42)

Menurut Gold (1980), taman kota yang besar bisa memiliki luasan > 40 ha, sedangkan taman-taman kecil di kota yang sering disebut mini park atau rest pocket park luasannya < 400m2 dan letaknya tersebar di beberapa tempat. The National Recreation and Park Association (NRPA) memberikan standar untuk suatu taman kota yaitu luasnya >40,5 Ha, melayani 50.000 orang dan dapat diakses dengan 30 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

Beberapa negara yang mempunyai perhatian terhadap keberadaan taman kota berupaya untuk menetapkan standar-standar yang memudahkan dalam sistem regulasi dan pengelolaan nantinya. Berikut adalah standar untuk lokasi taman kota di Korea yang diatur dalam Peraturan tentang taman kota menurut Departement Konstruksi/Pekerjaan Umum (Ahn, 1993) :

Tabel 2. Standar Lokasi Taman dalam Peraturan Daerah Perkotaan

Klasifikasi Jarak dari Sumber : Departemen Konstruksi (Pekerjaan Umum)-Korea

Laurie (1986) membagi taman kota berdasarkan luas dan jarak jangkauan yang dapat dicapai dari daerah pemukiman sebagai berikut:

(a) Small park : taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan dapat dicapai dari daerah pemukiman dengan berjalan kaki.

(b)Intermediate park : taman ini mempunyai luas ± 2 ha dan terletak 1.5 km dari daerah pemukiman

(43)

Berdasarkan tata letaknya dalam kota, taman kota ini dikategorikan antara lain taman pertokoan, taman untuk kegiatan industri, taman lingkungan, taman pemukiman, dan taman-taman rekreasi umum (Eckbo, 1964).

Selanjutnya Eckbo mendefinisikan tentang elemen-elemen taman yang terdiri dari :

a. Material landscape atau vegetasi, yang termasuk dalam elemen landscape antara lain :

1) Pohon : tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan percabangan yang kokoh. Yang termasuk dalam jenis pohon ini adalah asam kranji, lamtorogung, akasia, dan lainnya.

2) Perdu : tenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh. Yang termasuk dalam jenis perdu adalah bougenvillle, kol banda, kembang sepatu, dan lainnya.

3) Semak : tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau merambat. Yang termasuk dalam jenis semak adalah teh-tehan dan lainnya. 4) Tanaman penutup tanah : tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun

dan berbunga indah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah krokot, nanas hias, dan lainnya.

5) Rumput : jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada

diatas tanah. Yang termasuk dalam jenis ini adalah rumput jepang, rumput gajah, dan lainnya.

b. Material pendukung atau elemen keras, yang termasuk dalam material pendukung adalah :

1) Kolam : kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Kolam sering dipadukan dengan batuan tebing dengan permainan air yang menambah kesan dinamis. Kolam akan tampil hidup bila ada permainan air didalamnya. Taman dengan kolam akan mampu meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi sebagai penyejuk lingkungan.

(44)

menyembunyikan tembok pembatas dinding yang licin masif, agar tidak menyilaukan pada saat matahari bersinar sepanjang siang. Penambah air kolam terjun pada tebing buatan akan menambah suasana sejuk dan nyaman.

3) Batuan : batuan tidak baik bila diletakkan di tengah taman, sebaiknya diletakkan agak menepi atau pada salah satu sudut taman. Sebagian batu yang terpendam di dalam tanah akan memberi kesan alami dan terlihat menyatu dengan taman akan terlihat lebih indah bila ada penambahan koloni taman pada sela-sela batuan.

4) Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman. Sedangkan bangku taman adalah bangku panjang yang disatukan dengan tempat duduknya dan ditempatkan di gazebo atau tempat-tempat teduh untuk beristirahat sambil menikmati taman. Bahan pembuatan gazebo atau bangku taman tidak perlu berkesan mewah tetapi lebih ditekankan pada nilai keindahan, kenyamanan dalam suasana santai, akrab, dan tidak resmi. Gazebo atau bangku taman

bisa terbuat dari kayu, bambu, besi atau bahan lain yang lebih kuat dan tahan terhadap kondisi taman. Atapnya dapat bermacam-macam, mulai dari genting, ijuk, alang-alang, dan bahan lain yang berkesan tahan sederhana.

5) Jalan setapak (stepping stone) : jalan setapak atau steppig stone dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput dan tanaman, selain itu jalan setapak berfungsi sebagai unsur variasi elemen penunjang taman. 6) Perkerasan : perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan

berbagai macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya. Tujuan perkerasan adalah untuk para pejalan kaki (pedestrian) atau sebagai pembatas.

(45)

Menurut Nurisjah (2001), taman dapat dikelompokkan berdasarkan sifat kepemilikannya yaitu:

(a) Taman publik (umum) yaitu taman yang bisa digunakan oleh umum, contohnya taman ketetanggaan, taman lingkungan, taman kota, taman regional, resort, airport, jalur hijau dan pemakaman.

(b) Taman semi publik yaitu taman milik pribadi yang dapat digunakan oleh umum atau dapat digunakan secara bersama-sama, contohnya taman hotel, taman rumah sakit, taman sekolah, taman industri, dll.

(c) Taman pribadi yaitu taman milik pribadi yang tidak dapat digunakan oleh umum, contohnya taman rumah, taman villa, dll

Menurut Nasrullah (2008), taman dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Taman regional (regional park) adalah taman yang melayani luasan setingkat

kota dan pengunjung dari kota sekitar, digunakan terutama untuk rekreasi, tempat olah raga dan tempat pelaksanaan event sosial budaya dan ekonomi berskala besar dengan pengunjung yang banyak seperti pelaksanaan festival, karnaval, dan ekspo.

(b) Taman kota (city park) adalah kategori taman yang melayani luasan setingkat kecamatan yang bersangkutan, dan warga dari bagian lainnya. Taman ini menjadi tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat melaksanakan event sosial

budaya berskala kota seperti festival tanaman/bunga.

(c) Taman lingkungan (community park) adalah taman yang melayani luasan setingkat satu kelurahan, digunakan warga dari sejumlah RW yang terdapat dalam keseluruhan tersebut. Taman ini menjadi tempat rekreasi, olah raga dan sewaktu-waktu menjadi tempat pelaksanaan even sosial budaya yang berskala lebih besar seperti kegiatan memeriahkan peringatan hari kemerdekaan. (d) Taman ketetanggaan (neighborhood park) adalah kategori taman yang

melayani luasan setingkat satu RT, secara khusus digunakan oleh penghuni terdekat. Taman ini menjadi tempat bermain anak, tempat istirahat, tempat olah raga, tempat warga RW berinteraksi sehari-hari, dan menjadi tempat pelaksanaan event-event sosial budaya.

(46)

Selanjutnya dijelaskan tentang kegiatan yang dilakukan pemakai taman yaitu (a) taman untuk rekreasi aktif yaitu pertamanan yang dilengkapi dengan sarana kegiatan, kesegaran jasmani seperti olah raga; (b) taman untuk rekreasi pasif yaitu taman yang bertujuan untuk kesegaran rohani atau mental misalnya taman-taman hanya untuk duduk-duduk; dan (c) taman untuk rekreasi aktif dan pasif yaitu biasa dilakukan pada taman kota yang luas.

Nurisjah (2001) selanjutnya mengidentifikasikan beberapa faktor yang akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan ruang, termasuk dalam taman kota ini yaitu:

(a) Sifat atau prilaku seseorang apakah dia ingin melakukan kegiatan itu sendiri atau bersama dengan orang lain.

(b) Penataan yang terkait dengan kegiatan yang ingin dilakukan. (c) Keterkaitan yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungan. (d) Pertimbangan keamanan, kenyamanan, dan estetika.

(e) Kepemilikan simbolis. (f) Kebijakan pengguna.

(g) Pertimbangan biaya.

Secara garis besar fasilitas taman kota dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :

1. Lapangan olahraga, dapat berbentuk lapangan tenis, bulutangkis, bola basket, voli, atletik, kolam renang, bumi perkemahan harian, teater terbuka, pusat rekreasi dan nature center.

2. Pusat rekreasi terbuka, museum, kebun binatang dan kombinasi kolam indoor-outdoor.

Selanjutnya dijelaskan bahwa fasilitas yang disediakan taman kota disesuaikan dengan fungsinya dan fasilitas pendukung lainnya, meliputi :

(a) Fasilitas Rekreasi (fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung, lapangan rumput dan lain-lain)

(47)

(c) Fasilitas Sosialisasi (ruang piknik, ruang/fasilitas yang memungkinkan untuk sosialisasi baik untuk kelompok kecil maupun besar seperti gazebo, padepokan atau saung)

(d) Fasilitas Jalan, entrance, tempat parkir, musholla, tempat berjualan (tidak dominan), drainase, air, listrik/penerangan, penampungan sampah, toilet dan lain sebagainya.

Lokasi taman kota biasanya merupakan lokasi yang strategis dan mudah diakses dari segala penjuru kota. Penanggungjawab taman kota adalah pemerintah kota, meskipun demikian dalam pengelolaan dapat terjadi kolaborasi antara berbagai pihak (pemerintah kota, swasta dan masyarakat kota) (Arifin, et al, 2007).

2.5. Preferensi dan Karakteristik Pengguna Taman Kota

Preferensi adalah kecendrungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Menurut Porteous (1977), studi perilaku individu dapat digunakan oleh ahli lingkungan dan para desainer untuk menilai keinginan pengguna (user) terhadap suatu objek yang akan direncanakan. Dengan melihat preferensi dapat memberikan masukan bagi bentuk partisipasi dalam proses perencanaan. Lebih lanjut Porteous (1977) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara preferensi dan sikap. Sikap selalu terkait dengan preferensi dan preferensi merupakan komponen yang mempengaruhi sikap. Preferensi juga dihubungkan dengan satisfaction (kepuasan) akibat dari penilaian persepsi yang berulang-ulang. Preferensi seperti sikap dan persepsi berbeda-beda antar individu dan pengalamannya.

Preferensi secara umum terbentuk dari persepsi dan kognisi manusia terhadap lingkungannya. Lingkungan sangat mempengaruhi manusia dalam

bersikap/memiliki preferensi terhadap sesuatu hal. Berdasarkan interpretasi W. Kirk (1963), terdapat 3 macam lingkungan yang saling terkait:

(48)

2. Personal Environment : mencakup behavioural environment (image dari lingkungan fenomenal sangat dipengaruhi persepsi, nilai, kepercayaan, preferensi), dan experiential environment(pengalaman dan pengetahuan awal). 3. Contextual Environment : lingkungan sosial budaya, dapat dibedakan

berdasarkan life cycle (family status), life level(socio-economic status) atau life style(ethnic, culture).

Preferensi pada dasarnya sangat tergantung pada perbedaan yang terdapat pada setiap individu. Tuan (1974) menyatakan bahwa psikologi individu seperti temperamen, bakat dan attitude akan berbeda sesuai tingkatan umur dan jenis kelamin. Hal inilah nantinya yang akan menghasilkan life style pada suatu komunitas. Life style ini dipengaruhi oleh faktor ekonomi (tingkat pendapatan dan pengeluaran), faktor sosial (status ekonomi dan pendidikan) serta faktor aktifitas individu tersebut di dalam lingkungannya.

Hasil interaksi individu dengan objek menghasilkan persepsi individu tentang objek tersebut. Jika persepsi itu berada dalam batas-batas optimal maka individu dinyatakan dalam keadaan homeostatis (keadaan yang serba seimbang),

keadaan ini biasanya ingin dipertahankan oleh individu karena menimbulkan perasaan-perasaan yang paling menyenangkan. Sebaliknya jika objek dipersepsikan sebagai di luar batas-batas optimal (terlalu besar, terlalu kuat,

kurang keras, kurang dingin, terlalu aneh dan sebagainya) maka individu ini akan mengalami tekanan/stress dalam dirinya (Sarwono, 1992).

Kesukaan (preferensi) terhadap lingkungan yang berbeda-beda dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Kaplan dan Kaplan (Sarwono, 1992) preferensi itu ditentukan oleh beberapa hal :

1. Keteraturan (coherence) : semakin teratur semakin disukai

2. Texture : kasar-lembutnya suatu objek secara visual, makin lembut makin disukai

3. Keakraban dengan lingkungan : makin dikenal makin disukai 4. Keluasan ruang pandang : makin luas ruang pandang makin disukai

5. Kemajemukan rangsang : semakin banyak stimulus dari objek yang diamati makin disukai

(49)

Preferensi seseorang sangat terkait dengan sikap dan perilaku dalam berinteraksi dengan lingkungan. Definisi sikap secara tradisional adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Definisi ini sangat dipengaruhi oleh tradisi tentang learning (belajar) dan bagaimana pengalaman masa lalu membentuk sikap. Sikap terutama digambarkan sebagai kesiapan untuk selalu menanggapi dengan cara tertentu dan menekankan implikasi perilaku individu. Sebaliknya, banyak ahli psikologi yang sangat mendukung komponen kognitif dari sikap, mendefinisikannya sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu.

Tiga komponen sikap menurut Sarwono (1992) adalah :

1. Kognitif : terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek tertentu –fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek

2. Afektif : seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama

penilaian terhadap objek tersebut

3. Perilaku : kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecendrungan untuk bertindak terhadap objek

(50)

Di satu segi, interval waktu antara pengukuran sikap dan perilaku yang lebih lama mengurangi korelasi sikap-perilaku karena sikap akan mengalami perubahan. Semakin besar relevansi spesifik sikap terhadap perilaku, semakin tinggi korelasi antara kedua hal tersebut. Pada umumnya jika sikap mempunyai relevansi spesifik maka perilaku cenderung lebih konsisten (Sarwono, 1992).

Teori tindakan yang masuk akal (theory of reasoned action)(Azjen and Fishbein, 1980) memberikan nilai dalam usaha memahami peranan sikap dalam menentukan perilaku, dinyatakan bahwa sikap selalu memberikan tekanan untuk melakukan perilaku yang konsisten dengan sikap itu, meskipun tekanan-tekanan lain juga mempengaruhi perilaku.

Catatan : anak panah menunjukkan arah pengaruh

Gambar 2. Model tindakan yang masuk akal tentang faktor-faktor yang menentukan perilaku seseorang (Azjen dan Fishbein, 1980)

Selanjutnya, sangat terkait dengan preferensi adalah individu dalam hal ini adalah pengguna taman/user. Menurut Boonkham (1992), karakteristik masyarakat kota sebagai pengguna taman kota di Thailand dapat dikelompokkan

Keyakinan seseorang bahwa setiap perilaku menimbulkan hasil tertentu, dan penilaian orang akan hasil tersebut

Keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok tertentu berpikir apakah dia seyogjanya melakukan suatu perilaku tertentu atau tidak, dan motivasinya untuk mengikuti pedoman tersebut

Norma subjektif Makna penting relatif dari pertimbangan sikap dan pertimbangan normatif Sikap terhadap perilaku

(51)

kedalam 2 (dua) kelompok yaitu kelompok berdasar status sosial ekonomi (tingkat pendapatan/inkam) dan kelompok umur.

Untuk kelompok berdasar status sosial ekonomi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Kelompok dengan pendapatan tinggi 2. Kelompok dengan pendapatan sedang 3. Kelompok dengan pendapatan rendah

Sedangkan untuk kelompok umur dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu : 1. Anak-anak (umur <15 tahun)

2. Remaja (umur 15-20 tahun) 3. Dewasa (umur >20-55 tahun)

4. Manula/Manusia Lanjut Usia (umur >55 tahun)

2.6. Analisis Crosstabs dan Multiple Correspondence Analysis (MCA)

Tabulasi data merupakan langkah memasukkan data berdasarkan hasil penggalian data di lapangan. Untuk memperoleh nilai suatu variabel, misalnya nilai X1, X2, atau X3, bisa langsung data asli dari lapangan dan bisa merupakan hasil penjumlahan dari beberapa poin pertanyaan yang telah dijawab oleh responden. Tabulasi data dapat dilakukan pada Microsoft Office Excel terlebih dahulu dan setelah selesai baru dicopy ke Program SPSS, atau langsung dilakukan di Program SPSS. Namun berdasarkan pengalaman, jika data untuk suatu variabel merupakan hasil penjumlahan dari beberapa poin pertanyaan yang diajukan maka akan lebih mudah dan cepat proses tabulasinya jika dilakukan pada Microsoft Office Excel terlebih dahulu.

Selanjutnya data yang sudah ditabulasikan bisa dianalisis sesuai teknis analisis yang dipilih. Sebelum melakukan analisa data, dilakukan terlebih dahulu tahapan pra analisa data berupa penyuntingan, verifikasi, dan tabulasi data. Pasca pengumpulan data di lapangan merupakan proses memasuki tahapan pra analisa. Tabulasi data biasanya memang tidak dimasukkan dalam prosedur analisa data riset, karena belum mengungkapkan hubungan data hasil riset. Namun sedikitnya

(52)

telah dicek oleh supervisor lapangan di-entry pada program komputer. Dahulu sebelum program komputer berkembang, data hasil survey dikumpulkan dan dianalisa secara manual. Tentunya ini akan merepotkan untuk survey yang melibatkan banyak responden.

(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

(54)

Waktu penelitian yang meliputi tahapan pengumpulan dan klasifikasi data, analisis dan perumusan rekomendasi serta penyempurnaan laporan dilakukan selama bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011.

3.2. Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan peralatan yang terdiri dari perangkat keras maupun perangkat lunak yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Alat Penelitian

Jenis Perangkat Fungsi

Perangkat keras : Kamera digital Notebook

Dokumentasi

Pengolahan data dan penyusunan laporan Perangkat Lunak :

Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, SPSS 17.0)

AutoCAD dan Photoshop CS4

Analisis data tabular, pelaporan, presentasi, mengolah hasil kuisioner dan wawancara Menggambarkan peta lokasi taman dan distribusi penyebaran taman

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer yaitu pengukuran dan pengamatan di lapangan, hasil dari wawancara dan kuisioner serta data sekunder berupa peta, aspek legal terkait bidang pertamanan dan data demografi (Tabel 4)

3.4. Metode Penentuan Sampel

Sistem pertamanan kota diteliti untuk menggambarkan pola pertamanan kota secara fisik dan mendeskripsikan pembentuk sistem tersebut. Pola secara

fisik digambarkan melalui data sekunder yaitu peta tata guna lahan dan peta google earth yang diperjelas dan disempurnakan dengan ground check di lapangan.

(55)

menerapkan metode pemilihan responden berdasarkan kepraktisan (kenyamanan/keinginan) peneliti baik untuk seluruh maupun sebagian responden. Peneliti hanya perlu memastikan bahwa sampel ini representatif dan akurat dalam mewakili populasi yang sudah didefinisikan.

Tabel 4. Jenis dan Sumber Data dalam Penelitian

No Data/informasi Sumber Jenis data

1. Pemerintah Kota Pekanbaru - Sistem Pertamanan Kota

- Pengelola dan Aspek Legal Terkait Bidang Pertamanan

- Peta Kota Pekanbaru dan Peta Tata Ruang Kota RTRW

Pengamatan di lapangan Dinas Tata Kota dan Bappeda Kota Pekanbaru

Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru dan DKP

Primer Sekunder

2. Ketersediaan Taman Kota

- Pola Distribusi dan Lokasi Taman - Jumlah Taman

- Demografi (Jumlah, umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan,pekerja- an dan pendidikan)

- Pengetahuan/informasi tentang taman kota

- Perilaku dan aktifitas dalam taman - Persepsi dan preferensi

Survey dan pengamatan

Jumlah responden pengguna taman ditetapkan dengan menggunakan penghitungan nilai Margin of Error (9,8) dan perbandingan jumlah penduduk Kota Pekanbaru pada tahun 2010 akhir ( 903.902 jiwa ) sehingga jumlah populasi sampel adalah 120 jiwa (n = 120) dengan Selang Kepercayaan terhadap hasil olahan adalah sebesar 90%.

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Pengamatan Taman Kota

Pada tahap ini, inventarisasi dan identifikasi dilakukan pada setiap taman yang dipilih sebagai objek penelitian untuk mengetahui kondisi eksisting taman meliputi distribusi dan lokasi taman, jumlah taman, bentuk taman, fungsi taman

(56)

metode pra survey. Pencatatan dilakukan untuk mengetahui kondisi taman dan diperkuat dengan dokumentasi menggunakan kamera digital.

Pengamatan juga dilakukan pada pengunjung taman dengan melihat aktifitas dan perilaku mereka selama mengunjungi taman. Dari pengamatan ini diharapkan dapat diduga bagaimana persepsi dan preferensi masyarakat terhadap kebutuhan taman kota dan menjadi bahan perbandingan terhadap hasil kuisioner.

3.5.2. Wawancara

Wawancara pada penelitian ini terdiri atas wawancara kepada stakeholders sebagai narasumber untuk mengetahui bagaimana kondisi sistem pertamanan pada saat penelitian dilakukan dan persepsi mereka terhadap ketersediaan taman kota di Kota Pekanbaru. Narasumber dipilih dengan Purposive Sampling sebanyak 10 orang. Responden ini berasal dari pegawai pemerintah (Bappeda Kota Pekanbaru, Dinas Tata Kota-Kota Pekanbaru dan DKP Kota Pekanbaru). Wawancara ini menggunakan panduan berupa kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang taman kota dan sistem pertamanan yang ada. Pengisian kuisioner dilakukan oleh pewawancara dengan menanyakan langsung ke narasumber sambil melakukan pencatatan.

Wawancara yang selanjutnya adalah wawancara kepada pengguna taman

melalui teknik Convenience Sampling. Pengguna taman yang digunakan sebagai responden adalah masyarakat Kota Pekanbaru baik yang sedang mengunjungi taman maupun tidak. Wawancara ini dilakukan secara bersamaan dengan penyebaran kuisioner kepada beberapa responden terpilih pada saat mengisi kuisioner sehingga data yang didapatkan dapat terintegrasi dengan baik.

3.5.3. Pengisian Kuisioner

(57)

3.5.4. Studi Pustaka

Pengumpulan data melalui studi pustaka yaitu tentang sistem pertamanan Kota Pekanbaru serta aspek legal bidang pertamanan dan standar-standar tentang taman kota terkait bentuk, fungsi, fasilitas dan klasifikasi taman. Data tentang sistem pertamanan dan aspek legal terkait bidang pertamanan didapatkan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru, Dinas Tata Kota Pekanbaru dan Badan Perencana Pembangunan (Bappeda) Kota Pekanbaru.

Studi pustaka mengenai standar-standar tentang taman kota didapatkan melalui artikel, jurnal, buku dan internet (sesuai dengan daftar pustaka). Data ini diperlukan untuk penguatan metode dan untuk membahas hasil dari penelitian ini.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh di lokasi penelitian ini ditabulasi dan diolah dengan menggunakan MS. Excel 2007 dan SPSS 17. Pengolahan data ini untuk mendapatkan jumlah, frekuensi, persentase dan tampilan hasil tabulasi data.

3.6.2. Analisis Sistem Pertamanan Kota

Data yang digunakan dalam mengidentifikasi sistem pertamanan kota di

(58)

3.6.3. Analisis Pengelola Taman dan Aspek Legal Terkait Bidang Pertamanan

Keberadaan pengelola taman terkait dengan kepemilikan dan pemeliharaan taman kota. Pengelola taman terdiri dari pihak pemerintah kota dan non-pemerintah kota. Analisis pengelola taman dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif sehingga dapat dilihat kontribusi dan peran pihak pengelola terhadap ketersediaan taman kota.

Aspek legal terkait bidang pertamanan merupakan data tentang regulasi yang mengatur sistem pertamanan yang ada saat ini dan pengaruhnya terhadap sistem pertamanan kota baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemilihan narasumber untuk wawancara pada tahap ini dilakukan dengan teknik Purposive Sampling untuk mengetahui bagaimana sistem pertamanan yang ada pada saat ini, responden lebih diutamakan pihak yang terkait yang bekerja dan berada dalam Sistem Pemerintahan Kota Pekanbaru.

Metode Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan sistem pertamanan yang ada sekarang ini dan Content Analysis untuk menganalisis berbagai perundangan dan peraturan yang terkait bidang pertamanan Kota Pekanbaru. Produk yang dihasilkan pada tahapan ini adalah berupa deskripsi ketersediaan, distribusi dan pola-pola taman-taman kota menurut desain dan fungsi serta peraturan pendukungnya.

3.6.4. Analisis Keinginan Masyarakat Pengguna Taman Kota Terhadap Ketersediaan Taman Kota

Masyarakat pengguna taman kota di Kota Pekanbaru merupakan seluruh masyarakat Kota Pekanbaru. Untuk mengetahui keinginan masyarakat dipilih sejumlah responden yang ditetapkan berdasarkan metode Convenience sampling dengan jumlah 120 orang.

(59)

ini. Hasil akhir dari tahapan ini berupa deskripsi kondisi demografi dan potensi pengguna taman dengan keinginan mereka terhadap ketersediaan taman kota.

Tabel 5. Peubah Demografi untuk Mengetahui Preferensi Masyarakat terhadap Ketersediaan Taman Kota

No Peubah Definisi Operasional Kategori Penilaian Kategori

2. Umur (X2) Diasumsikan setiap kelompok mempunyai

Rendah (< Rp.1.222.000,-) 1 Sedang (Rp. 1.222.000,- -

Rp. 2.444.000,-)

2

Tinggi (> Rp. 2.444.000,-) 3

3.6.5. Analisis Hubungan Ketersediaan Taman Kota dengan Keinginan Masyarakat

(60)

3.6.6. Rekomendasi Model Taman Kota Yang Sesuai Dengan Preferensi Masyarakat

Data yang digunakan adalah kondisi pertamanan saat ini, karakteristik pengguna taman dan preferensi mereka terhadap ketersediaan taman kota yang didukung oleh regulasi yang berlaku. Metode yang digunakan adalah deskriptif tentang komponen peubah ketersediaan taman kota yang dihasilkan dari preferensi pengguna taman.

Rekomendasi berupa rumusan model taman kota dalam bentuk deskriptif yang sesuai preferensi masyarakat sebagai produk akhir dari penelitian ini sehingga diharapkan memberikan kontribusi kepada pembangunan pertamanan di lokasi penelitian.

Peubah yang termasuk ke dalam kategori dalam perumusan model ketersediaan taman kota sesuai keinginan masyarakat seperti pada Tabel 6. Sedangkan untuk kategori peubah lain yang digunakan dalam analisis untuk mendapatkan jawaban dari penelitian ini adalah kategori untuk kebutuhan taman kota untuk Kota Pekanbaru, seperti yang terdapat di bawah ini :

A.Kebutuhan taman kota untuk Kota pada tahun 2010

Jumlah Total Penduduk Kota Pekanbaru (A) = 903.902 jiwa Standar kebutuhan taman setiap 1 orang (B) = 0,3 m2/jiwa Luas total wilayah Kota Pekanbaru (C) = 632.260.000 m2 Luas lahan yang diperlukan untuk taman kota (AxB) = 271.171 m2 B.Kategori/klasifikasi kepadatan penduduk

Kepadatan Tertinggi – Kepadatan Terendah Interval =

Jumlah Kelas

14.093 jiwa/Km2– 402 jiwa/Km2 Interval =

3

Rendah = ≤ 4.564 jiwa/Km2

Sedang = 4.564 jiwa/Km2– 9.128 jiwa/Km2 Tinggi = > 9.128 jiwa/Km2

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1. Standar Kebutuhan Taman Pada Daerah Perkotaan
Tabel 2. Standar Lokasi Taman dalam Peraturan Daerah Perkotaan
Gambar 2. Model tindakan yang masuk akal tentang faktor-faktor yang
+7

Referensi

Dokumen terkait