• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen pengendalian penduduk pendatang dalam upaya perbaikan lingkungan kota balikpapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen pengendalian penduduk pendatang dalam upaya perbaikan lingkungan kota balikpapan"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA BALIKPAPAN

WITA DAHLIYANI

P052090131

PROGRAM STUDI

PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011

Wita Dahliyani

(3)

Environment Improvement Efforts

Balikpapan City is one city that high levels of urbanization. Pull factors are the most prominent of the City of Aberdeen is the city's economy relies on oil and gas industry, commerce and services. The phenomenon of the high number of immigrants, it is necessary to control the management of migrants in order to achieve balance and harmony with the population carrying capacity. The results showed that the City of Aberdeen population not spread evenly throughout the district. With a population that exist today and the next few years is still sufficient capacity of West District Balikpapan, East and North. As for Aberdeen South and Central districts already exceed the carrying capacity. Aberdeen is also able to accommodate the arrival of job-seekers as the capacity of labor is very minimal. Proper management of population control is redirecting immigrants to the county that still has the capacity of the environment and have the availability of water. Since the capacity of labor is very minimal, then you should only accept immigrants Aberdeen City who have migrated for reasons to move the task from city to city Balikpapan. Issue of the settlements, one with a built Rusunawa not slums located on the river, forming a more healthy environment.

in Balikpapan. Under direction of HARIYADI and SAID RUSLI

(4)

WITA DAHLIYANI. Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan. Di bawah bimbingan HARIYADI dan SAID RUSLI

Dinamika perubahan kependudukan secara umum disebabkan oleh empat faktor yaitu: kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi masuk. Kelahiran dan kematian merupakan faktor alami, sementara migrasi atau mobilitas penduduk merupakan trend factor yang sesaat tetapi dominan. Daerah tujuan penduduk dalam melakukan migrasi adalah kota besar, tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi dan sudah maju baik dalam segi perekonomian dan pendidikan. Kondisi tersebut menjadi faktor penarik masyarakat dalam melakukan migrasi. Faktor penarik paling menonjol dari Kota Balikpapan adalah perekonomian kotanya yang bertumpu pada sektor industri yang didominasi oleh industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Hal ini menyebabkan Kota Balikpapan terus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai daerah. Dengan demikian Kota Balikpapan membutuhkan manajemen pengendalian penduduk pendatang yang penting untuk dikaji terkait dengan masalah informasi tentang data kondisi penduduk pendatang dan tentang daya dukung daya serta tampung lingkungan yang dapat menampung kapasitas penduduk di masa yang akan datang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kondisi penduduk pendatang dilakukan dengan menganalisis kependudukan mencakup aspek kuantitas penduduk yaitu jumlah, pertumbuhan, persebaran, dan kepadatan penduduk. Aspek kualitas penduduk dianalisa dengan mengkaji karakteristik dan perilaku penduduk pendatang. Analisis ini mencakup bahasa, aktifitas, ritual, sikap, etiket dan kebiasaan-kebiasaaan. Keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung wilayah dilakukan analisis berupa analisis terhadap penduduk dan lahan, penduduk dan air bersih, penduduk dan tenaga kerja, serta analisa permukiman. Selanjutnya manajemen pengendalian penduduk pendatang dilakukan dengan variabel pengamatan yang sama meliputi penduduk dan lahan, penduduk dan air bersih, penduduk dan tenaga kerja serta analisa permukiman.

Kota Balikpapan ditinjau dari kondisi penduduk pendatang menunjukkan jumlah penduduk pendatang pada tahun 2003 adalah 12.813 jiwa dan meningkat di tahun 2009 menjadi 17.811 jiwa dengan peningkatan sebesar 3,11 persen pertahun. Dibandingkan pertumbuhan penduduk karena kelahiran periode 2009, yaitu sebesar 25,99 persen, pertumbuhan penduduk akibat pendatang dengan periode yang sama sebesar 49,25 persen. Pertumbuhan penduduk karena pendatang jauh lebih tinggi atau hampir 2 kali lipat dibandingkan pertumbuhan penduduk karena kelahiran.

(5)

Total potensi ketersediaan semua sumber air bersih yang dimiliki Kota Balikpapan adalah sebesar 34,286 juta m3/tahun. Sementara total air yang dibutuhkan untuk berbagai kegiatan di Kota Balikpapan adalah sebesar 18.994.048 m3. Hasil perbandingan diperoleh cadangan akhir atau sisa sebesar 15,292 juta m3

Ditinjau menurut lapangan usaha, jumlah pekerja di Kota Balikpapan yang bergerak di sektor service (S) merupakan yang terbanyak dibandingkan sektor lainnya. Jumlah pendatang yang tinggi di Kota Balikpapan tidak dimbangi dengan kompetensi yang memadai atau sesuai dengan sektor-sektor yang dibutuhkan. Dirinci menurut pendidikannya, tingkat kualitas pencari kerja pada umumnya semakin lebih baik dibanding penduduk yang telah bekerja.

. Menurut Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Air Baku (2009), pada tahun 2015, persentase Kota Balikpapan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk adalah 94,85 %.

Kota Balikpapan memiliki enam tipe permukiman yaitu permukiman sepanjang jalan utama. permukiman kampung /swadaya, permukiman di atas air, permukiman instansi / perkantoran swasta atau pemerintah, permukiman industri dan permukiman real estate. Permasalahan permukiman adalah kumuh. Tipe yang termasuk permukiman kumuh adalah permukiman kampung (permukiman lama) dan permukiman di atas air (nelayan).

Manajemen terhadap lahan yaitu dengan pengawasan ketat dan mengarahkan pendatang ke Kecamatan Timur, Utara dan Barat sesuai RTRW Kota Balikpapan bahwa kawasan pengembangan pemukiman dan perumahan kepadatan tinggi di Balikpapan Barat dan Timur. Manajemen terhadap air bersih yatu meminimalisir kehilangan air dengan peremajaan pipa, mengganti meter air, mendenda pencurian air sebesar 2 kali lipat dari harga sebenarnya. Kecamatan yang masih terlayani sebesar 50 persn diatasi dengan meningkatkan pertambahan air alami, yaitu mengelola hujan, mengelola air permukaan, dan meningkatkan sumur resapan.

(6)

@ Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

KOTA BALIKPAPAN

Oleh

WITA DAHLIYANI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Manaajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan

Nama : Wita Dahliyani

NRP : P052090131

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, MS

Ketua Anggota

Ir. Said Rusli, MA

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc. Agr

(10)

Alhamdulillahirobbilalamin, penulis panjatkan kepada Alloh SWT, yang teah memberikan bimbingan dan karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang dalam Upaya Perbaikan Lingkungan Kota Balikpapan” berhasil diselesaikan.

Penyusunan tesis ini berhasil diselesaikan, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Hariyadi, MS dan Ir. Said Rusli, MA atas bimbingan yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.

2. Pemerintah Daerah dan Warga Peandatan gKota Balikpapan yang telah menerima penulis dengan tulus dan memberikan informasi yang penulis butuhkan.

3. Mama (Alm) Fathonah dan Bapak Wasono, orangtua penulis, atas seluruh pelajaran hidup dan tauladan yang diberikan, semoga Alloh membalasnya dengan syurga.

4. Mama Siti Noorlailawati, S.Pd dan Abah Rambeli, mertua penulis, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi, semoga Alloh membalas dengan rahmat dan keberkahan.

5. Rahmatullah Noor Hidayat, suami tercinta atas semua kesempatan, kepercayaan dan dukungannya.

6. Alfiya Syaffa, penyejuk mata yang senantiasa memberikan energi besar dalam setiap langkah penulis. Semoga Bunda bisa menjadi contoh yang baik bagimu. 7. Seluruh keluarga (Mas Yudi, Mba’ Uci, Mba’ Lies, De Emma dan De Ayie)

serta semua sahabat (PSL) atas sumbangan doa dan motivasi yang sangat berharga.

Semoga Tesis ini dapat bermanfaat. Amin.

Bogor, Juli 2011

(11)

WITA DAHLIYANI, dilahirkan di Balikpapan pada tanggal 18 Desember 1982, merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Wasono dan Fathonah (Alm). Penulis merupakan istri dari Rahmatullah Noor Hidayat dan ibu dari satu orang putri yaitu Alfiya Syaffa Rahmatullah.

Pendidikan formal yang telah diselesaikan penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 45 Balikpapan tahun 1988, SMPN ITCI Kenangan Balikpapan tahun 1994, SMUN ITCI Kenangan Balikpapan Tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan ke Program Sarjana Jurusan Biologi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru yang diselesaikan pada tahun 2000. Sejak tahun 2009, penulis melanjutkan studi ke Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor.

(12)

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Kerangka Pemikiran ... ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 6

Output Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Penduduk Pendatang ... 7

Dampak Pendatang Terhadap Lingkungan Kota ... 10

Manajemen Pengendalian Penduduk ... 12

Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan ... 13

Kondisi Kependudukan Kota Balikpapan ... 15

METODOLOGI PENELITIAN ... 16

Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

Jenis dan Sumber Data ... 17

Teknik Pengumpulan Data ... 17

Analisis Data ... 18

1. Analisis Kependudukan ... 18

2. Analisis Penduduk dan Lahan ... 19

3. Analisis Kebutuhan dan Ketersediaan Air Bersih ... 20

4. Analisis Ketenagakerjaan ... 20

5. Analisis Karakteristik dan Perilaku Pendatang ... 22

(13)

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ... 24

Persebaran dan Kepadatan Penduduk ... 27

Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah ... 29

1. Penduduk dan Lahan ... 29

2. Penduduk dan Air Bersih ... 32

3. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 34

4. Karakteristik dan Perilaku Penduduk Pendatang ... 38

5. Analisis Pemukiman ... 43

Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang ... 50

1. Penduduk dan Lahan ... 50

2. Penduduk dan Air Bersih ... 51

3. Penduduk dan Tenaga Kerja ... 52

5. Penduduk dan Permukiman ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

Kesimpulan ... 56

Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(14)

1. Tujuan, variabel, tenik pengumpulan dan analisis data serta keluaran ... 18

2. Pertumbuhan Penduduk tahun 1961 – 2009 ... 24

3. Pertumbuhan Penduduk Pendatang Tahun 2003 - 2009 ... 25

4. Jumlah Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan ... 27

5. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan (%), 2010 ... 27

6. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan ... 28

7. Perbandingan antara kepadatan penduduk, total luas lahan dan luas lahan terbangun perkecamatan ... 30

8. Potensi Ketersediaan Air Bersih di Kota Balikpapan ... 33

9. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan .... 34

10. Laju Pengangguran Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2004 – 2009 ... 37

11. Sebaran Asal Pendatang Responden ... 39

12. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden ... 40

13. Sebaran Alasan Kedatangan Responden ... 40

14. Sebaran Pengelolaan Persampahan Responden ... 41

(15)

1. Pertumbuhan Penduduk Balikpapan Januari – Desember 2009 ... 4

2. Kerangka Pemikiran Penelitian Secara Skematik ... 5

3. Lokasi Penelitian ... ... 16

4. Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan ... 27

5. Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan ... 38

6. Pemukiman di Sepanjang jalan Utama ... 44

7. Pemukiman Kampung/Swadaya ... 44

8. Pemukiman di atas Air ... 45

9. Sungai yang mengalami Sedimentasi ... 49

(16)

1. Peta Penduduk dan Lahan Terbangun Perkecamatan ... 61

2. Peta Pelayanan Air Bersih Perkecamatan ... 62

3. Peta Permukiman Kota Balikpapan ... 63

4. Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan ... 64

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah kependudukan dalam pembangunan merupakan masalah serius dimana Indonesia saat ini mempunyai jumlah penduduk yang besar disertai dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan penyebaran penduduk yang belum merata. Menurut Munir (2000), dinamika perubahan kependudukan secara umum disebabkan oleh empat faktor yaitu: Kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi datang. Kelahiran dan kematian merupakan faktor alami dalam sistem kependudukan yang akan menyebabkan perubahan jumlah ataupun komposisi kependudukan. Sementara migrasi atau mobilitas penduduk berupa urbanisasi merupakan trend factor yang sesaat tetapi dominan (Henny, 2000).

Daerah yang menjadi tujuan masyarakat dalam melakukan urbanisasi biasanya adalah kota besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan sudah maju baik dalam segi perekonomian dan pendidikan (Soemarwoto, 1985). Masyarakat menentukan daerah tujuan tidak semata berasal dari pemikiran dan niatan dari diri mereka, tetapi umumnya berasal dari sebuah pengaruh yang kuat. Pengaruh tersebut biasanya dalam bentuk ajakan yang datang dari orang-orang sekitar yang telah melakukan urbanisasi sebelumnya, informasi-inforamsi yang ada media massa tentang daerah tujuan, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa berasal dari daerah asal yang mendorong masyarakat maupun daerah tujuan yang menjadi daya tarik masyarakat dalam melakukan urbanisasi (UNESCAP & UNHABITAT, 2008).

(18)

sekaligus memberikan jiwa pada fungsi utama kota sebagai kota industri. Kedua, kawasan industri pendukung pengelolaan tambang/migas, berupa pengelompokan pabrik, tempat usaha, bengkel/workshop dan distributor/supplier.

Hal di atas menyebabkan kota Balikpapan terus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai daerah. Pemerintah Kota kemudian memberlakukan operasi kependudukan berupa operasi pendatang yang sudah lama menetap di Balikpapan yakni berasal dari etnis beretnis oleh banyak pendatang, banyak perusahan-perusahaan asing dan lokal yang berinvestasi di Balikpapan. Hal ini semakin membuat Kota Balikpapan sebagai kota yang paling maju di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur.

Pemerintah Kota Balikpapan telah memiliki Peraturan Daerah yang mengatur masalah pendatang ini, dimana didalamnya salah satunya mengatur mengenai aturan bagi pendatang, yang secara umum isinya mensyaratkan bahwa adanya kewajiban bagi pendatang (terutama yang bertujuan untuk mencari kerja) untuk memberikan uang jaminan kepada pemerintah, apabila setelah batas waktu 6 bulan yang bersangkutan belum mendapatkan pekerjaan maka uang jaminan itu dikembalikan sebagai ongkos untuk kembali ke daerah asal. Dari sini diharapkan kota Balikpapan bisa mengatur pesatnya pertumbuhan penduduk pendatang dan mempertahankan daya dukung lingkungannya dengan melakukan manajemen pengendalian penduduk.

(19)

Berdasarkan uraian diatas ada beberapa kebutuhan dasar terkait dengan masalah pendatang yaitu manajemen pengendalian penduduk yang harus dimiliki oleh Pemerintah Kota Balikpapan. Hal itu menyangkut masalah informasi, antara lain adalah informasi data ketersediaan lapangan kerja, informasi pendatang dengan fitur yang harus mencakup keseluruhan aspek yang telah diuraikan di atas. Demikian pula informasi daya dukung lingkungan yang dapat menampung kapasitas penduduk di masa yang akan datang .

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang perlu dicari jawabannya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi penduduk pendatang di Kota Balikpapan?

2. Bagaimana kondisi keseimbangan antara penduduk pendatang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kota Balikpapan?

3. Bagaimana manajemen yang tepat dalam mengendalikan penduduk pendatang di Kota Balikpapan ?

Kerangka Pemikiran

Dinamika perubahan kependudukan secara umum disebabkan oleh empat faktor yaitu: Kelahiran, kematian, migrasi keluar dan migrasi datang. Kelahiran dan kematian merupakan faktor alami dalam sistem kependudukan yang akan menyebabkan perubahan jumlah ataupun komposisi kependudukan. Sementara perpindahan (migrasi) atau mobilitas penduduk dengan berbagai alasan baik karena sosial, ekonomi ataupun pendidikan merupakan trend factor sebagai akibat dari daya tarik ekonomi dari suatu daerah, ini merupakan faktor sesaat tapi dominan. Suatu daerah apabila berubah menjadi daerah perkotaan maka pada wilayah daerah itu akan dapat dipastikan akan muncul ‘Urban Problem’ (Munir, 2000).

(20)

muncul masalah social kemasyarakatan, ekonomi, politik bahkan kerusakan lingkungan yang sangat serius sehingga memerlukan penanganan khusus dari pemerintah terkait.

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota yang tingkat urbanisasinya tinggi. Pada tahun 2009, jumlahnya penduduk Kota Balikpapan sebanyak 621.862 jiwa, meningkat sebesar 3,3 persen dari jumlah penduduk tahun 2008 (601.392 jiwa). Dari lima Kecamatan di Kota Balikpapan, yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Balikpapan Selatan, yaitu sebesar 218.520 jiwa, sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai jumlah penduduk yang paling sedikit, yaitu sebanyak 61.691 jiwa (BPS, 2005).

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan (Last update : Januari 2010

Dengan demikian dibutuhkan adanya manajemen pengendalian penduduk yang menyangkut masalah informasi, antara lain adalah informasi data ketersediaan lapangan kerja, informasi pendatang dengan fitur yang harus mencakup keseluruhan aspek yang telah diuraikan di atas, serta informasi daya dukung lingkungan yang dapat menampung kapasitas penduduk di masa yang akan datang sebagai kebijakan dari Pemerintah Kota Balikpapan.

(21)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Secara Skematik

Tujuan Penelitian

1. Menghimpun informasi mengenai kondisi penduduk pendatang di Kota Balikpapan.

2. Mengkaji kondisi keseimbangan antara penduduk pendatang dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kota Balikpapan.

3. Merumuskan manajemen yang tepat dalam mengendalikan penduduk pendatang di Kota Balikpapan.

Manfaat Penelitian

Secara singkat manfaat yang ingin di peroleh adalah:

1. Mempermudah akses data pendatang yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Dinamika Perubahan Penduduk

Faktor Sengaja Faktor Alami

Pindah Masuk Pindah Keluar

Kematian Kelahiran

Manajemen Pengendalian Penduduk Pendatang Kebijakan

Pemerintah

Aspek Politik Aspek Ekologi

(22)

2. Memberikan informasi kepada pemerintah terkait tentang pengendalian penduduk pendatang di Kota Balikpapan.

Output Penelitian

Output dari hasil penelitian ini berupa rekomendasi mengenai hal-hal berikut.

1. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk pendatang agar tercapai keseimbangan dan keserasian jumlah penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.

(23)

Penduduk Pendatang

Penduduk pendatang secara umum didefinisikan adalah penduduk yang

lahir di luar suatu daerah kemudian melakukan perrpindahan kedaerah tersebut.

Pendatang biasanya di sebut juga migran dan aktivitasnya disebut migrasi. Salah

satu bentuk migrasi adalah urbanisasi.

Urbanisasi memiliki pengertian yang berbeda-beda tergantung sudut

pandang yang di ambil. Urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

pertambahan penduduk pada suatu wilayah perkotaan atau proses transformasi

suatu wilayah berkarakter rural menjadi urban. Sementara jika dilihat dari segi

Geografis, urbanisasi ialah sebuah kota yang bersifat integral, dan yang memiliki

pengaruh atau merupakan unsur yang dominan dalam sistem keruangan yang

lebih luas tanpa mengabaikan adanya jalinan yang erat antara aspek politik, sosial

dan aspek ekonomi dengan wilayah sekitarnya (kutipan). Berdasarkan pengertian

tersebut, urbanisasi memiliki Pandangan inilah yang mejadi titik tolak dalam

menjelaskan proses urbanisasi. Menurut Hauser, et.al (1978), urbanisasi dikenal melalui empat proses utama keruangan (four major spatial processes),yaitu

1) Adanya pemusatan kekuasaan pemerintah kota sebagai pengambil keputusan

dan sebagai badan pengawas dalam penyelenggaraan hubungan kota dengan

daerah sekitarnya.

2) Adanya arus modal dan investasi untuk mengatur kemakmuran kota dan

wilayah disekitarnya. Selain itu, pemilihan lokasi untuk kegiatan ekonomi

mempunyai pengaruh terhadap arus bolak-balik kota desa.

3) Difusi inovasi dan perubahan yang berpengaruh terhadap aspek sosial,

ekonomi, budaya dan politik di kota akan dapat meluas di kota-kota yang lebih

kecil bahkan ke daerah pedesaan. Difusi ini dapat mengubah suasana desa

menjadi suasana kota.

4) Migrasi dan pemukiman baru dapat terjadi apabila pengaruh kota secara

(24)

pandangan penduduk desa mendorong mereka memperbaiki keadaan sosial

ekonomi.

Ada beberapa alasan penduduk melakukan urbanisasi (UNESCAP dan

UN-HABITAT, 2008). Terkadang mereka terpaksa keluar dari daerah asalnya

akibat rendahnya kualitas hidup atau adanya daerah yang menjanjikan kesempatan

untuk hidup lebih layak. Seringkali seseorang memutuskan untuk pindah karena

kombinasi dari kedua faktor di atas. Beberapa penduduk terpaksa keluar dari

daerah asalnya karena mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan yang

mencukupi untuk kehidupan yang layak. Faktor lain adalah kerawanan bencana

di daerah tersebut, seperti banjir, kemarau ataupun gempa bumi, atau perubahan

ekologis yang berkelanjutan seperti gurun-isasi atau erosi tanah. Pada saat yang

bersamaan, seseorang merasa ditarik ke kota karena adanya kesempatan kerja,

pendidikan dan fasilitas kesehatan yang lebih baik, atau lebih adanya kebebasan

dari struktur sosial dan budaya yang dirasa mengekang.

Minimnya Kesempatan untuk memiliki penghasilan yang layak dari

kegiatan agrikultur. Kebanyakan penduduk desa bekerja di sektor agrikultur

yang merupakan sektor yang sangat tergantung dengan kondisi cuaca,

ketersediaan lahan dan tingkat kesuburan tanah. Selain itu, tanah miliknya

tergolong kecil sehingga mereka terpaksa berhutang dan seringkali terpaksa

menjual tanahnya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melunasi hutang.

Akibatnya, penghasilan di desa cenderung kecil. Untuk meningkatkannya, maka

para petani harus meningkatkan produktivitas mereka, yang membutuhkan

sokongan dana yang tidak sedikit untuk membayar teknologi yang dibutuhkan,

bibit tanaman unggul ataupun obat anti hama yang relatif mahal.

Pilihan yang tersedia adalah menambah penghasilan mereka dengan

pekerjaan tambahan yang tidak terkait dengan sektor agrikultur, baik pekerjaan

di desa, ataupun di kota untuk sementara, sebagai buruh bangunan, pembantu

rumah tangga, pedagang kaki lima, dan pekerjaan informal lainnya yang umum

ditemukan di perkotaan. Migrasi ke kota meningkatkan kesempatan mencari

pekerjaan yang lebih baik. Peningkatan jaringan transportasi, ketersediaan

(25)

kota, telah membuat penduduk desa paham mengenai keuntungan (ataupun

kerugian) untuk pindah ke kota. Terutama informasi mengenai kesempatan kerja

serta kondisi huni di perkotaan.

Alasan lain penduduk melakukan mobilitas ke daerah urban adalah dalam

rangka memenuhi kebutuhan rumah tangga di desa. Dalam memenuhi ini,

anggotanya seringkali bekerja terpencar di berbagai tempat: daerah pedesaan, kota

kecil dan kota besar; bahkan ke luar negeri. Hal ini dilakukan untuk memastikan

keragaman sumber penghasilan sehingga tidak rentan terhadap kondisi ekonomi

di satu tempat yang dapat mempengaruhi keamanan finansial mereka.

Survei antar sensus (BPS, 1995) mengindikasikan bahwa sejak sensus

1990, sekitar 7.2 persen dari populasi penduduk Indonesia total bermigrasi pada

periode lima tahun. Sebagian besar (61 %) kaum migran pindah ke kawasan

perkotaan. Dari pendatang yang disebut terakhir ini, 34 persen datang dari

kawasan perkotaan lain (mobilitas intra urban) sedangkan 27 persen sisanya

datang dari kawasan pedesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa sekitar 25-30

persen merupakan pertumbuhan penduduk perkotaan, sedangkan 30-35 persen

yang tersisa diperkirakan merupakan akibat dari transformasi perubahan kawasan

dari perdesaan menjadi perkotaan.

Dampak Pendatang terhadap Lingkungan Kota

Akibat dari meningkatnya penduduk pendatang menimbulkan

dampak-dampak terhadap lingkungan kota, baik dari segi tata kota, masyarakat, maupun

keadaan sekitarnya. Dampak penduduk pendatang (urbanisasi) terhadap

lingkungan kota (Manning dan Efendi, 1985) antara lain:

1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan

Pertambahan penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti

kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan

sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu

lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk

(26)

terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai

lahan pemukiman, perdagangan, dan perindustrian yang legal maupun ilegal.

Bangunan-bangunan yang didirikan untuk perdagangan maupun perindustrian

umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak

memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman

liar mereka. Hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah

perkotaan.

2. Menambah polusi di daerah perkotaan

Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari

pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan, umumnya memiliki kendaraan.

Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota

yang terus menerus, menimbulkan berbagai polusi atau pemcemaran seperti polusi

udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia.

3. Penyebab bencana alam

Para urban yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya

menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah

Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman

maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan

tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi

penyebab terjadinya banjir. Daerah Aliran Sungai sudah tidak bisa menampung

air hujan lagi.

4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi

Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi

masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di

kota. Namun, kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa

memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk

memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh harian,

penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan pekerjaan lain yang

sejenis. Bahkan,masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi

(27)

5. Penyebab kemacetan lalu lintas

Padatnya penduduk di kota menyebabkan kemacetan dimana-mana,

ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak

memiliki tempat tinggal maupun pekerjaan banyak mendirikan pemukiman liar di

sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain

itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum

kendaraan di setiap ruas jalan di kota.

6. Merusak tata kota

Tata kota suatu daerah tujuan urban bisa mengalami perubahan dengan

banyaknya urbanisasi. Urban yang mendirikan pemukiman liar di pusat kota serta

gelandangan-gelandangan di jalan-jalan bisa merusak sarana dan prasarana yang

telah ada, misalnya trotoar yang seharusnya digunakan oleh pedestrian justru

digunakan sebagai tempat tinggal oleh para urban. Hal ini menyebabkan trotoar

tersebut menjadi kotor dan rusak sehingga tidak berfungsi lagi.

Manajemen Pengendalian Penduduk

Untuk menjelaskan definisi manajemen pengendalian penduduk, maka

harus dijelaskan dulu definisi manajemen secara umum. Menurut pengertian

Stoner & Wankel (1986), manajemen adalah proses merencanakan,

mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi

dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi yang sudah ditetapkan. Sedangkan menurut Terry (1982) manajemen

adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan,

mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Banyak definisi lain, namun pada

intinya manajemen adalah sekumpulan aktifitas atau usaha yang disengaja

(merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait dengan tujuan

tertentu.

Pengendalian penduduk ditinjau dari definisi umum adalah segal

(28)

kependudukan. Kebijaksanaan kependudukan dapat berbentuk

kebijaksanaan langsung, yaitu kebijaksanaan kependudukan yang mempengaruhi

variabel kependudukan (antara lain migrasi) secara langsung. Jadi manajemen

pengendalian penduduk pendatang bisa diartikan sebagai sekumpulan usaha

merencanakan, mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya manusia dan

sumber daya lain dalam rangk

pendatang

tampungnya dan ditemp

kependudukan.

Pengendalian penduduk adalah upaya untuk membatasi pertumbuhan

penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung wilayahnya.

Hal ini perlu dilakukan karena luas lahan yang ada di permukaan bumi ini sudah

bertuan semua, sehingga tidak ada kemungkinan perluasan wilayah dari

sekelompok masyarakat tertentu tanpa perlawanan dari kelompok masyarakat

lain. Dapat dikatakan bahwa di suatu daerah luasan lahan tidak bertambah.

Akibatnya dengan meningkatnya jumlah penduduk maka besarnya rasio

manusia-lahan, yaitu perbandingan antara jumlah manusia dan luas lahan di suatu

daerah semakin meningkat, meskipun nilai setiap jengkal lahan sangat

dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan masyarakat yang mendiami (Rusli, 1996).

Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan

Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran bahwa

lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan

organisme. Tiap daerah mempunyai suatu batas maksimal dalam menampung

jumlah penduduk seperti pernyataan berikut :

“Each region or area has a natural carrying capacity for sustaining humans populations which cannot be exceeded in the long-term without negative consequencies” (Orians dan Skumanish, 1997).

Odum (1971) menegaskan bahwa daya dukung lingkungan merupakan

(29)

kawasan/ekosistem. Caughley (1979) membedakan antara dua tipe daya dukung,

yaitu daya dukung ekologi dan daya dukung ekonomi. Daya dukung ekologi

menjelaskan ukuran herbivora dan populasi tanaman yang dapat dicapai secara

alami apabila keduanya dibiarkan berinteraksi tanpa ada intervensi manusia.

Sementara itu, daya dukung ekonomi menjelaskan suatu kesetimbangan

yang ditimbulkan oleh kelestarian pemanenan populasi herbivora. Dalam

konteks ini, perbedaan manajemen dapat berimplikasi pada ukuran populasi

optimal yang diperoleh. Satu hal penting dalam proses membangun daya dukung

lingkungan adalah menjelaskan hubungan antar berbagai tingkatan aktivitas

dengan pengaruh-pengaruh lingkungannya, serta suatu dugaan perolehan akibat

pengaruh lingkungan yang berbeda pada suatu teknik manajemen yang lain pula.

Karenanya, perlu ditetapkan tentang elemen-elemen apa dari interaksi-interaksi

tersebut yang akan dioptimalkan.

Senada dengan pengertian sebelumnya, daya dukung lingkungan dimaknai

sebagai kapasitas maksimum lingkungan yang dapat memikul beban yang ada

(Duarte, et al. 2003). Sementara itu, Losondo, dan Westers, (1993) menyatakan bahwa daya dukung ekologis merupakan landasan bagi optimalisasi habitat

dalam menghasilkan produksi.

Daya dukung dapat berubah sesuai dengan asupan manajemen dan

teknologi. Atas dasar ini dapat dimengerti pendapat bahwa daya dukung

lingkungan bukanlah suatu konsep atau formula keilmuan untuk mendapatkan

suatu angka. Batasan-batasannya hendaklah dipandang sebagai suatu arahan.

Batasan-batasan tersebut seharusnya dengan hati-hati digunakan dan dimonitor

serta dipadukan dengan standar lainnya. Daya dukung tidaklah tetap, melainkan

berkembang sesuai dengan waktu, perkembangan serta dapat dipengaruhi oleh

teknik-teknik manajemen dan pengontrolan (Telfor dan Robinson, 2003.).

Lingkungan mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi limbah disebut

sebagai daya tampung lingkungan. Daya tampung lingkungan berdasarkan

Undang-undang 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah

kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen

lainnya yang masuk atau atau dimasukkan ke dalamnya. Padahal sebenarnya

(30)

lingkungan karena “mendukung perikehidupan dapat diartikan sebagai

mendukung ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan sekaligus mengasimilasi

limbah dari dari konsumsi sumberdaya tersebut.

Menurut Undang-undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan daya dukung

alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan sumbernya

untuk untuk menunjang perikehidupan manusia serta makhluk lain secara

berkelanjutan. Sementara yang dimaksud dengan daya tampung lingkungan

adalh kemampuan lingkungan hidup buatan manusia untuk memenuhi

perikehidupan penduduk. Dari pengertian tersebut, daya dukung lingkungan

adalah sesuatu yang bersifat dinamis, dapat terdegradasi atau punah apabila tidak

dilestarikan dan sebaiknya dapat ditingkatkan kemampuannya.

Kondisi Kependudukan Kota Balikpapan

Komposisi penduduk Kota Balikpapan sangat heterogen meliputi hampir

seluruh suku yang ada di Indonesia, baik dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku,

Jawa, Sumatera dan Kalimantan sendiri. Penduduk asli Balikpapan sendiri adalah

Pasir Balik yang halmpir punah dan tersebar didaerah Kecamatan Balikpapan

seberang. Penduduk Kota Balikpapan umumnya berbahasa Indonesia dan sedikit

yang mempergunakan bahasa daerah.

Untuk Tahun 2009, banyaknya penduduk Kota Balikpapan sejumlah

621.862 jiwa, meningkat sebesar 20.470 dari jumlah penduduk tahun 2008

sebanyak 601.392 jiwa. Dari 5 (lima) Kecamatan di Kota Balikpapan, yang

mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Balikpapan Selatan,

yaitu sebesar 218.520 jiwa, sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur mempunyai

jumlah penduduk yang paling sedikit, yaitu sebanyak 61.691 jiwa.

(www,Balikpapan.go.id)

Upah untuk tenaga kasar/buruh atau pembantu di Balikpapan relatif lebih

tinggi dibandingkan di pulau jawa bisa sampai dengan 2, 3 x lipat upah di pulau

jawa atau Sumatera yaitu sekitar Rp 600 ribu s/d 1 juta. Tidak mengherankan jika

harga-harga kebutuhan sandang dan pangan sangat tinggi di provinsi ini.

(31)

jawa langsung karena bisa dibayar murah. Sedangkan warga asli atau lokal

sendiri jarang yang berminat terjun sebagai tenaga kasar atau buruh sehingga

kemungkinan karena gengsi. Inilah yang merupakan salah satu dari faktor

(32)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Balikpapan selama empat bulan, dari bulan Nopember 2010 – April 2011.

(33)

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dalam data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari hasil survei dan wawancara di lapangan. Responden terdiri atas penduduk pendatang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari studi literatur, dinas atau departemen terkait baik berupa teori, hasil-hasil penelitian dan dokumen yang memiliki keterkaitan langsung dengan penelitian. Data kependudukan diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan, data penggunaan lahan diperoleh dari Bappeda Kota Balikpapan, data tentang air bersih diperoleh dari PDAM dan BPS, data ketenagakerjaan diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, serta data dan peta permukiman diperoleh dari Bappeda Kota Balikpapan.

Teknik Pengumpulan Data

(34)

Tabel 1. Tujuan, variabel, tenik pengumpulan dan analisis data serta keluaran

Tujuan Penelitian Variabel Pengamatan

Pengumpulan

Data Analisis Data

Keluaran (output)

Secara umum manajemen pengendalian penduduk ini menggunakan pendekatan indikator dinamis keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan menganalisa faktor-faktor yang meliputi :

Analisis Kependudukan

Analisis kependudukan akan mencakup aspek kuantitas penduduk. Aspek kuantitas berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan, persebaran, dan kepadatan penduduk.

(35)

Dimana :

B = jumlah kelahiran

r = laju perkembangan penduduk tahunan D = jumlah kematian

I = jumlah migrant masuk E = jumlah migran keluar Ptt = penduduk tengah tahun

Jika data yang tersedia hanya pada dua titik waktu, maka laju pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan rumus Geometrik :

Pt = Po (1 + r )

Dimana :

t

Pt = jumlah penduduk pada akhir periode t P0

r = laju perkembangan penduduk tahunan = jumlah penduduk pada awal periode t

t = waktu

Analisis berikutnya adalah analisis faktor kritis permasalahan lingkungan Kota Balikpapan berupa analisis akan keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung wilayah yang meliputi :

1. Analisis Penduduk dan lahan

(36)

2. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Bersih

Analisis data untuk menentukan potensi air yang tersedia di Kota Balikpapan menggunakan pendekatan dari berbagai sumber penyediaan air. Membandingkan antara potensi air yang tersedia dengan total kebutuhan air bersih (Soerjani, 1987). Menentukan Standar Pelayanan Minimum air bersih dianalisis dengan menggunakan pendekatan rumus SPM Bidang Air Baku (2009) :

SPM = ∑ ketersediaan air bersih (m3

x 100 % /tahun)

∑ kebutuhan air bersih (m3

/tahun)

3. Analisis Ketenagakerjaan

a. Angkatan Kerja

Untuk mengukur angkatan kerja ditetapkan usia kerja, yaitu usia yang dipakai untuk menilai apakah seseorang merupakan angkatan kerja atau bukan. Secara internasional usia 15 – 64 tahun. Batasan yang dipakai (BPS) yaitu :

a) Bekerja

• Mereka yang selama seminggu sebelum interview melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan selama pling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus.

• Mereka yang selama seminggu sebelum interview tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah :

(1) Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit dan sebagainya.

(2) Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panen atau menunggu hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya

(3) Orang yang bekerja dibidang keahlian seperti tukang cukur, tukang pijat dan sebagainya

b) Mencari Pekerjaan

(37)

• Mereka yang dibebastugaskan dan akan dipanggil kmbali

• Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

b. Kesempatan Kerja dan Lapangan Kerja

Dalam hal ini akan dikumpulkan data berdasarkan kesempatan kerja dan lapangan pekerjaan.

Kesempatan kerja digolongkan dalam tiga sektor : 1. Sektor Pertanian

2. Sektor Industri 3. Sektor Jasa

Penggolongan lapangan pekerjaan berdasarkan : 1. Pertambangan dan perminyakan

2. Pertanian dan perikanana 3. Industri pengolahan 4. Listrik, gas dan air 5. Bangunan

6. Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi

8. Jasa kemasyarakatan 9. Lainnya.

c. Pemanfaatan Tenaga Kerja dan Pengangguran

Laju pengangguran biasanya dihitung sebagai berikut (BPS, 1995) :

Dalam hal ini di lakukan pengkategorian sebagai berikut : 1. Penganggur (penganggur terbuka)

2. Jam kerja kurang

3. Tingkat pendapatan rendah meskipun jam kerja cukup

(38)

Kemudian dibandingkan antara jumlah pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan dengan jumlah permintaan tenaga kerja.

4. Analisis Karakteristik dan Perilaku Penduduk Pendatang

Analisis ini mencakup bahasa, ritual, sikap, etiket dan kebiasaan-kebiasaaan (Abdullah, 1999)

5. Analisis Pemukiman

Analisis ini dilakukan dengan pengamatan terhadap pemukiman dan sistem drainase Analisis pemukiman mencakup aspek tata guna tanah, tipologi kawasan dan kondisi fisik bangunan rumah.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Kota Balikpapan

Kota Balikpapan memiliki luas wilayah daratan sebesar 503,3 km2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,10 km2

Kota Balikpapan memiliki letak yang strategis, yaitu pada posisi silang jalur perhubungan nasional dan internasional, berpengaruh pada perkembangan kota sebagai pusat jasa, perdagangan, dan industri yang tidak hanya berskala regional Kalimantan Timur, namun juga berkembang sebagai salah satu sentra di Indonesia Tengah. Dengan potensi sumber daya yang besar di sekitar kota, terutama di wilayah hinterland seperti Kabupaten Kutai dan Pasir, maka Kota Balikpapan menjadi daya tarik bagi kegiatan perekonomian. Apalagi dengan keberadaan sarana penunjang Pelabuhan Laut Semayang dan Bandar Udara Sepinggan.

dan terletak pada posisi 116,5° Bujur Timur dan 117,0° Bujur Timur serta di antara 1,0° Lintang Selatan dan 1,5°Lintang Selatan. Kota ini terdiri atas lima kecamatan dan 27 kelurahan.Lima kecamatan tersebut adalah Balikpapan Selatan, Balikpapan Timur, Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Barat. Kota Balikpapan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, di sebelah barat dengan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), sedangkan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Selat Makassar. Dilihat dari topografinya, kemiringan dan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut sangat beragam. Mulai yang terendah dari wilayah pantai dengan ketinggian 0 meter sampai dengan wilayah berbukit dengan ketinggian 100 meter dari permukaan laut (d.p.l). Dominasi wilayah berbukit membuat sebagian besar wilayah, yaitu 42,33 persen mempunyai kelas kemiringan antara 15 persen sampai dengan 40 persen yang rawan tanah longsor (Dinas Kependudukan Kota Balikpapan, 2008).

(40)

restoran dan hotel, sektor angkutan dan komunikasi, bangunan/konstruksi serta industri pengolahan. Hal ini telah membawa dampak meningkatnya jumlah penduduk karena terdapatnya peluang untuk mendapat pekerjaan yang cukup besar dan untuk melakukan usaha di berbagai sektor.

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Komposisi penduduk Kota Balikpapan sangat heterogen, meliputi hampir seluruh suku yang ada di Indonesia, baik dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Jawa, Sumatera dan suku-suku yang ada di Kalimantan. Penduduk asli Balikpapan adalah Pasir Balik yang hampir punah dan tersebar didaerah Kecamatan Balikpapan seberang. Penduduk Kota Balikpapan umumnya berbahasa Indonesia dan sedikit yang mempergunakan bahasa daerah.

Berdasarkan hasil sensus penduduk Kota Balikpapan (Dinas Kependudukan, 2008) mulai tahun 1961 – 2009, kenaikan jumlah

penduduk dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2 : Pertumbuhan penduduk tahun 1961 – 2009

No. Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Tingkat Pertumbuhan Selang Tahun (% per tahun)

1. 1961 91.706 -

2. 1971 137.340 4,16

3. 1980 280.675 8,17

4. 1990 344.405 2,07

5. 2000 406.833 1,74

6. 2009 621.862 4,83

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)

(41)

dengan proses percepatan pembangunan pada kota ini. Hal ini juga memicu migrasi penduduk dari daerah lain ke Kota Balikpapan.

Sementara Jumlah penduduk pendatang Kota Balikpapan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 : Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pendatang Tahun 2003 - 2009

No. Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)

Dari Tabel 3 dapat diketahui jumlah penduduk pendatang di tahun 2003 adalah 12.813 jiwa dan meningkat di tahun 2009 menjadi 17.811 jiwa dengan peningkatan sebesar 3,11 persen pertahun.

(42)

Tabel 4 : Jumlah Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan, 2009

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (tahun 2009)

Gambar 4 : Kelahiran, Kematian, Pindah dan Datang Kota Balikpapan, 2009

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)

(43)

Dengan asumsi pertumbuhan penduduk kota Balikpapan sama dengan pertumbuhan penduduk tahun 2000 – 2009 sebesar 4,83 persen, maka jumlah penduduk Kota Balikpapan tahun 2015 akan meningkat menjadi 825.275 jiwa.

Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Pertumbuhan penduduk yang tinggi di Kota Balikpapan ternyata tidak diimbangi oleh persebaran penduduk yang merata antar wilayah kecamatan. Indikasinya dapat dilihat bahwa dari lima kecamatan di Balikpapan, Kecamatan Balikpapan Selatan mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 183.858 jiwa atau sekitar 34,14 persen penduduk. Hal ini bisa dimaklumi, karena wilayah Kecamatan Balikpapan Selatan merupakn pusat perekonomian dan pemerintahan. Di samping itu, pembukaan lahan secara intensif untuk pemukiman semakin mengukuhkan Balikpapan Selatan sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak.

Sedangkan Kecamatan Balikpapan Timur yang sebagian daerah pantai dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang masih terbatas, juga wajar apabila penduduknya paling sedikit yaitu 52.611 jiwa atau sekitar 9,77 persen. Mayoritas penduduk Balikpapan mendiami pusat kota yang terletak di wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah. Kecamatan Balikpapan Tengah dengan luas wilayah hanya 11,07 Km2 dihuni oleh 108.056 jiwa, atau dengan kepadatan penduduk sekitar 9.761 jiwa per Km2. Sedangkan Kecamatan Balikpapan Barat dengan wilayah terluas 179,95 Km2 hanya dihuni oleh 89.831 jiwa atau dengan kepadatan penduduk sekitar 499 jiwa per Km2

Informasi tentang persebaran penduduk perkecamatan Kota Balikpapan dapat dilihat pada Tabel 5. Sementara luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Terkonsentrasinya penduduk pada suatu wilayah dengan pola aktivitas yang terus berkembang akan dapat memberikan konsentrasi yang besar bagi daya dukung lingkungan wilayah yang bersangkutan.

(44)

Tabel 5. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan (%), 2010

Tabel 6. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, 2010

Kecamatan

Luas Wilayah

(Km2

Kepadatan Penduduk

) (jiwa Per Km2)

1. Balikpapan Selatan 47,95 3.834

2. Balikpapan Timur 132,16 398

3. Balikpapan Utara 132,17 775

4. Balikpapan Tengah 11,07 9.915

5. Balikpapan Barat 179,95 499

Jumlah 503,30 1,070

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Balikpapan (Last update : Januari 2010)

(45)

Daya Dukung dan Daya Tampung Wilayah

Adapun hasil dan pembahasan dari manajemen pengendalian penduduk ini menggunakan pedekatan indikator dinamis keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan menganalisa faktor-faktor kritis dari Kota Balikpapan. Faktor kritis adalah faktor-faktor yang menentukan daya dukung dan daya tampung penduduk di suatu wilayah pada satu tingkat teknologi dan organisasi tertentu.

1. Penduduk dan Lahan

Berdasarkan data perkembangan penggunaan lahan dalam rencana tata ruang wilayah kota, tampak bahwa di Kota Balikpapan ada 5 (lima) penggunaan lahan utama di daerah ini, yaitu untuk kawasan pusat kota, kawasan coastal road, kawasan perumahan, kawasan konservasi alam dan sektoral serta kawasan industri Kariangau. Secara visual, perkembangan industri Kariangau cukup pesat. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan kepadatan penduduk dalam satuan wilayah. Dengan peningkatan lahan untuk kepentingan tersebut maka akan terjadi pengurangan lahan kering.

(46)

Tabel 7. Perbandingan antara kepadatan penduduk, total luas lahan dan luas lahan terbangun perkecamatan

Kecamatan

Total Persentase 100,00 10,96 89,04

Sumber : RDTR Kota Balikpapan, 2008

(47)

Sementara Kecamatan Balikpapan Tengah sebagian besar pola pemanfaatan lahannya mereupakan kawasan terbangun yang mencapai 844,01 ha atau 76,22 persen dari luas wilayah. Jenis penggunaan lahan terbesar adalah untuk pemukiman dengan luas 520,44 ha. Hal ini wajar, karena Kecamatan Balikpapan Tengah merupakan wilayah yang terkategori paling diminati oleh pendatang. Permukiman penduduk berfungsi ganda yaitu selain sebagai tempat bermukim rumah-rumah juga berfungsi sebagai tempat usaha baik itu perdagangan maupun kegiatan jasa.

Di Wilayah Kecamatan Balikpapan Tengah juga terdapat faktor penarik utama. Faktor utama tersebut adalah adanya kilang minyak Pertamina yang merupakan aset Nasional. Selain adanya kilang Pertamina, berkembang pula kegiatan industri perdagangan berupa swalayan, pusat grosir dan pertokoan. Kegiatan jasa yang berkembang berupa perbankan, jasa konveksi, bengkel dan kegiatan jasa lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya berdampak pada permintaan kebutuhan ruang yang semakin meningkat.

Dari data pada Tabel 7, dapat dinyatakan bahwa penggunaan lahan wilayah Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan Utara dan Balikpapan Barat belum mengkhawatirkan karena penggunaan lahan masih terkendali, pertumbuhan penduduk yang rendah, perubahan alih fungsi lahan juga relatif kecil. Tetapi wilayah tersebut memerlukan pengaturan alih fungsi lahan lebih terkendali dan terarah.

(48)

Penduduk dan Air Bersih

Guna mengetahui daya dukung sumber daya air suatu wilayah maka tingkat kebutuhan air harus dibandingkan dengan tingkat ketersediaan air yang dalam wilayah tersebut (Soerjani, 1987). Besarnya kebutuhan air bersih di Kota Balikpapan seperti tersebut diatas harus dibandingkan dengan ketersediaan air dari berbagai sumber yang dimiliki Kota Balikpapan.

Kebutuhan air kota Balikpapan untuk sosial umum (meliputi hydran umum. kamar mandi. dll) adalah 181622 m3 dan untuk sosial khusus (meliputi badan-badan sosial; rumah sakit; rumah ibadah) 733,623 m3. Kebutuhan untuk rumah tangga A, B dan C sebesar 16.243.516 m3. Kebutuhan air untuk rumah tangga atau domestik ini merupakan yang terbesar dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan lain yang membutuhkan air bersih. Sementara itu, instansi pemerintah membutuhkan air bersih sebesar 347.447 m3 dan perniagaan baik perniagaan besar (hotel, restoran, pasar, swalayan) maupun kecil (kios, perusahaan, toko, rumah minum, losmen, penginapan, dll) membutuhkan air sebesar 1.420.623 m3.

Sebaliknya industri kecil (seperti kerajinan rumah tangga, peternakan kecil, dll) dan industri besar (pabrik, peternakan besar. dll) hanya membutuhkan air bersih sebesar 12.103 m3. Selain itu, masih ada kebutuhan akan air bersih yaitu pelabuhan (pelabuhan laut, sungai dan udara) 33.881 m3 dan pengisian Auto Tangki sebesar 21.233 m3. Jadi, total air yang dibutuhkan untuk berbagai kegiatan di Kota Balikpapan adalah sebesar 18.994.048 m3

Air yang diproduksi oleh PDAM Kota Balikpapan sebanyak 29,342 juta m

/tahun.

3

(49)

umum yang berpotensi ketersediaan sebesar 1,387 m3/tahun. Oleh karena itu, total potensi ketersediaan semua sumber air bersih yang dimiliki Kota Balikpapan adalah sebesar 34,286 juta m3

Tabel 8. Potensi Ketersediaan Air Bersih di Kota Balikpapan /tahun.

No. Sumber Air Potensi Ketersediaan Air

(juta m3/tahun)

Sumber : PDAM (2009) dan hasil perhitungan

Perbandingan antara potensi ketersediaan air dengan besarnya kebutuhan dari data tersebut di atas sebesar 15,292 juta m3

Hasil registrasi penduduk tahun 2009, jumlah penduduk di Kota Balikpapan menunjukkan angka 621.862 jiwa yang tersebar di enam kecamatan. Berdasarkan data terbaru tentang rata-rata konsumsi air penduduk per kapita sebesar 120 lt/orang/hari (SNI, 2002) maka kebutuhan air bersih untuk jumlah penduduk sebesar 621.862 jiwa adalah sebesar 74,62 juta liter/hari atau 27,24 juta m

yang merupakan cadangan akhir atau sisa dari hasil pemanfaatan sumber daya air yang ada. Ini berarti Kota Balikpapan masih mampu memenuhi kebutuhan air masyarakatnya dari cadangan yang tersedia. Hanya saja butuh pendistribusian yang merata pada setiap Kecamatannya.

3

(50)

Selain itu, menurut penelitian Susilastuti, et.al (2009), perilaku dapat memperlambat krisis air bersih yang semula diprediksikan terjadi pada tahun 2018 dapat diundurkan menjadi tahun 2022. Artinya perilaku positif penduduk terhadap air mengakibatkan pengurangan konsumsi dan pencemaran, sehingga cadangan ketersediaan air bersih meningkat dan kelestarian airpun lebih terjaga.

Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk merupakan salah satu unsur lingkungan hidup, yakni unsur sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat membawa dampak yang bersifat multidimensi. Secara ekonomis, penduduk yang banyak merupakan potensi tenaga kerja yang murah.

Tabel 9. Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, 2009

Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Listrik, Gas dan Air

Minum

Jumlah 100.222 62,82 62.302 87,04 162.523 70,48

Total 159.021 100,00 71,58 100,00 230.602 100,00

(51)

Demikian pula halnya bilamana penduduk yang banyak dengan kualitas yang baik tentunya menjadi kekuatan dalam membangun daerah dan bangsa. Sebaliknya, bilamana penduduk yang jumlahnya banyak tidak terkendalikan, tentunya akan membawa berbagai akibat negatif bagi dinamika pembangunan serta lingkungan hidup,seperti di bidang perumahan, sosial budaya, ekonomi, ketenteraman dan ketertiban masyarakat, kriminalitas, serta pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Pada Tabel 9 disajikan data penduduk Kota Balikpapan yang bekerja menurut lapangan usaha. Tampak bahwa jumlah pekerja di Kota Balikpapan yang bergerak di sektor service (S) merupakan yang terbanyak dibandngkan sektor lainnya. Proporsi pekerja kelompok sektor (S) mencapai 70,48 persen, sedangkan sector yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada kelompok ini yaitu perdagangan, restoran, hotel dan jasa-jasa yang seluruhnya mencapai 31,12 persen. Hal ini memperkuat gambaran bahwa Kota Balikpapan adalah kota perdagangan dan jasa-jasa.

Sementara itu, sektor manufacture (M) menyerap tenaga kerja sebanyak 23,14 persen dari seluruh pekerja. Pada kelompok ini, sektor pertambangan dan galian merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu mencapai 8,25 persen. Sektor pertanian yang merupakan lapangan usaha tradisional hanya menyerap tenaga kerja 6,30 persen. Kondisi lahan yang sempit serta kurang suburnya tanah mempengaruhi sedikitnya pekerja yang terserap pada sektor ini.

(52)

Jumlah pendatang yang tinggi di Kota Balikpapan tidak dimbangi dengan kompetensi yang memadai atau sesuai dengan sektor-sektor yang dibutuhkan. Salah satunya terbukti yaitu pada tahun 2007, besarnya pendatang yang bertujuan utama mencari pekerjaan dengan pendidikan lulusan SD adalah sebesar 9.472. Padahal saat itu tidak ada permintaan tenaga kerja untuk lulusan SD. Demikian pula pada tahun 2009, tenaga kerja lulusan SMP yang tidak tertampung adalah sebesar 204 dan SMU sebesar 1.973. Sementara tenaga kerja lulusan perguruan tinggi yang dibutuhkan masih sebesar 494, tetapi jumlah pencari kerja pada jenjang tersebut justru tidak tersedia.

Jika dilihat secara keseluruhan, besarnya jumlah pencari kerja tidak diimbangi dengan besarnya permintaan akan tenaga kerja. Sekalipun pada tahun 2009 jumlah pencari tenaga kerja dan permintaan akan tenaga kerja hanya selisih 1.802, namun angka ini masih relatif cukup tinggi. Selisih yang cukup rendah ini disebabkan kualitas pencari kerja pada umumnya semakin lebih baik.

Dirinci menurut pendidikannya, tingkat kualitas pencari kerja pada umumnya semakin lebih baik dibanding penduduk yang telah bekerja, karena mereka yang termasuk penduduk pencari kerja ini pada umumnya memiliki strata ekonomi yang lebih tinggi dibanding kebanyakan penduduk yang bekerja. Pada tahun 2009, jumlah pencari kerja dengan kategori pendidikan rendah (paling tinggi tamat SD) hanya sebesar 119 orang atau 1,40 persen dari seluruh pencari kerja. Sementara pendidikan menengah ke atas mencapai 98,60 persen.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), laju pengangguran didefinisikan dengan rasio antara jumlah penduduk yang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Bukan Angkatan Kerja terdiri atas orang yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.

(53)

Tabel 10. Laju Pengangguran Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2004 – 2009

Tahun Pencari Kerja Angkatan Kerja

Laju Pengangguran

(%)

2004 24.990 215.261 11,61

2005 24.990 215.261 11,61

2006 21.468 220.120 9,75

2007 15.891 226.351 7,02

2008 15.210 219.510 6,93

2009 15.079 245.681 6,14

Rata-rata laju pengangguran 8,84

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kota Balikpapan, 2004 – 2009

Tabel 10 menunjukan rata-rata laju pengangguran pertahun sebesar 8,84 persen. Angka ini cukup tinggi, kemungkinan salah satu faktor penyebabnya karena posisi Kota Balikpapan yang strategis. Kota Balikpapan sebagai pintu gerbang Kalimantan Timur dan ditunjang dengan kegiatan ekonominya, menjadi daya tarik bagi pendatang dari luar untuk mencari kerja. Di samping itu, terdapat gejala setengah pengangguran, yaitu tenaga kerja yang belum termanfaatkan secara penuh.

(54)

Gambar 5. Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan (2009)

Pada umumnya sektor informal di negara-negara sedang berkembang dianggap sebagai penyebab kemiskinan kota, bahkan juga penyebab kesemrawutan kota. Kelangkaan pekerjaan bagi penduduk pendatang di Kota Balikpapan juga menimbulkan masalah-masalah bagi penataan kota utamanya pemukiman dan meningkatnya kriminalitas. Sementara itu pemerintah baik pusat maupun pemerintah kota seringkali kurang memperhatikan pengembangan sektor ini, sehingga produktivitasnya tetap rendah.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa daya tampung Kota Balipapan terhadap tenaga kerja sudah sangat minim. Artinya Kota Balikpapan tidak mampu menampung pendatang pencari kerja kecuali pendatang tersebut bermigrasi dengan kompetensi yang memadai sesuai bidang yang dibutuhkan atau dengan alasan pindah tugas dari kota asal ke Kota Balikpapan.

Karakteristik dan Perilaku Penduduk Pendatang

Penelitian ini menggunakan responden sebagai data penunjang untuk mengetahui karakteristik dan perilaku penduduk pendatang. Adapun yang dikaji adalah asal penduduk pendatang, tingkat pendidikan,alasan kedatangan dan perilaku pendatang terhadap pengelolaan sampah.

1,40 % 4,61 %

67,70 % 26,29 %

(55)

Karakteristik Responden

Asal Responden

Asal responden dalam penelitian ini bervariasi. Suku responden adalah berasal dari Jawa, Madura, Betawi, Toraja, Bugis, Buton dan Banjar. Pada Tabel 11 disajikan persentase sebaran asal responden.

Tabel 11. Sebaran Asal Pendatang

Asal Jumlah Persentase (%)

Jawa 23 30

Madura 6 8

Betawi 3 4

Toraja 8 11

Bugis 15 20

Buton 5 7

Banjar 15 20

Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa responden yang terbanyak adalah berasal dari Jawa sebanyak 30 persen. Responden paling sedikit berasal dari Betawi yaitu 4 persen. Hal ini diduga karena pulau Jawa merupakan populasi terpadat sehingga penduduknya banyak yang melakukan migrasi. Sementara suku Betawi jarang melakukan migrasi karena sudah merasa nyaman berada di wilayah ibukota.

Tingkat Pendidikan Responden

(56)

Tabel 12. Sebaran Tingkat Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tidak tamat SD 17 23

SD 19 25

SLTP 9 12

SLTA 27 36

Perguruan Tinggi 3 4

Jumlah 75 100

Alasan Kedatangan Responden

Alasan kedatangan responden beragam, diantaranya adalah mencari pekerjaan, pindah kerja atau ikut keluarga (suami). Pada Tabel 13 disajikan persentase sebaran alasan kedatangan responden.

Tabel 13. Sebaran Alasan Kedatangan Responden

Alasan Kedatangan Jumlah Persentase (%)

Mencari pekerjaan 36 48

Pindah kerja 25 33

Ikut keluarga (suami) 14 19

Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa responden yang datang atau bermigrasi ke Kota Balikpapan sebagian besar alasannya adalah mencari pekerjaan (48 %). Alasan responden lainnya adalah pindah kerja sebanyak 33 persen. Responden dengan alasan kedatangan karena mengikuti keluarga atau suami kebanyakan dialami oleh responden wanita sebanyak 19 persen.

Pengelolaan Sampah Responden

(57)

Tabel 14. Sebaran Pengelolaan Persampahan Responden

Pengelolaan Sampah Jumlah Persentase (%)

Dibuang ke TPS 38 50

Dipungut oleh petugas sampah 26 35

Dibakar langsung 8 11

Dibuang ke sungai 3 4

Jumlah 75 100

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa responden sebagian besar mengelola sampahnya dengan langsung membuang ke TPS (50 %). Sementara responden yang pengelolaan sampahnya dipungut oleh petugas sampah sebanyak 35 persen. Responden yang mengelola sampahnya dengan langsung dibuang ke sungai, persentasenya paling kecil yaitu 4 persen. Pengelolaan sampah dengan pola terakhir ini dilakukan oleh responden yang memiliki permukiman di atas air atau sungai. Dengan demikian dapat disimpulkan responden sebagian besar sudah memiliki kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan Kota Balikpapan.

Profil Penduduk Pendatang

Masyarakat pendatang mulai memasuki Kota Balikpapan sejak masa kejayaan Kerajaan Kutai Kartanegara dimana perdagangan antar pulau sudah mulai dilaksanakan oleh masyarakat Islam, selanjutnya disusul oleh Suku Banjar, Suku Bugis dan suku lainnya. Di Kecamatan Balikpapan Barat khususnya Kelurahan Kampung Baru mayoritas penduduk berasal dari Bugis, sedangkan pedagang yang terdapat di pasar Kampung Baru mayoritas masyarakatnya berasal dari Jawa, Banjar, Makasar dan Madura (Bappeda, 2009).

(58)

masih terasa nuansa dua kebudayaan yang bersangkutan atau bahkan membentuk kebudayaan baru. Akulturasi ini antara lain terjadi karena perkawinan, kehidupan bermasyarakat, dan bersosialisasi serta masuknya teknologi informasi dan komunikasi.

Masyarakat Kota Balikpapan tidak mempunyai kebudayaan khas karena mayoritas masyarakatnya yang pendatang. Oleh sebab itu budaya dan adat istiadat yang berkembang di Kota Balikpapan lebih bersifat heterogen. Pada saat ini Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional menjadi bahasa pada acara-acara resmi serta berkomunikasi dengan orang dari luar daerah. Sedangkan bahasa suku hanya dipergunakan untuk berkomunikasi antar anggota suku. Oleh karena itu, budaya dan adat istiadat yang berkembang di Kota Balikpapan sesuai dengan adat dan istiadat masing-masing pendatang diantaranya adalah suku Jawa, Madura, Batak, Padang, Manado, Makasar, Toraja, Bugis, Buton Maluku dll. Hal ini terlihat dari tarian yang sering ditampilkan dalam acara-acara maupun makanan yang diperdagangkan.

(59)

Analisis Pemukiman

Kota Balikpapan memiliki lahan yang pola pemanfaatan lahannya sebagian besar merupakan pemukiman. Permukiman di Kota Balikpapan sebagian besar dikelompokkan pada 6 tipe pemukimaan yaitu sebagai berikut :

1. Permukiman yang berkembang disepanjang jalan protokol atau jalan utama. 2. Permukiman yang berkembang di kampung yang merupakan permukiman

tradisional dan permukiman lama (kota lama).

3. Permukiman yang berkembang disekitar pantai dan sungai yang menunjang kehidupan nelayan dan transportasi laut.

4. Permukiman yang dibangun oleh instansi atau perkantoran swasta atau pemerintah.

5. Permukiman yang berkembang disekitar pusat-pusat kegiatan atau ekonomi seperti pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa.

6. Permukiman yang dibangun oleh pemerintah (Perumnas) atau swasta (developer).

Berdasarkan tipe tersebut, maka klasifikasi dan karakteristik permukiman di Kota Balikpapan dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Permukiman di sepanjang jalan utama

(60)

Gambar 6. Pemukiman di Sepanjang jalan Utama

2. Permukiman Kampung/Swadaya

Permukiman kampung merupakan permukiman lama dan sudah berkembang seiring dengan perkembangan Kota Balikpapan. Permukiman ini bisa juga disebut permukiman swadaya karena dibangun sendiri oleh masyarakat di atas lahan yang dimilikinya dan merupakan cikal bakal atau asal usulnya Kota Balikpapan. Permukiman ini biasanya berkembang di belakang jalan-jalan utama di wilayah Kecamatan Balikpapan Barat, Utara, Selatan. Pada mulanya permukiman ini berkembang disepanjang jalan utama namun karena permukiman disepanjang jalan utama sudah berubah fungsi maka yang sekarang permukiman yang berkembang di belakang jalan-jalan utama. Sebagai contoh permukiman kampung yang terdapat di Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar 7.

(61)

3. Permukiman di Atas Air

Permukiman di atas air yang salah satunya terdapat di Kecamatan Balikpapan Tengah mengumpul pada satu tempat yaitu di sekitar kawasan industri kilang minyak Pertamina yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Balikpapan Barat tepat di ujung Kelurahan Karang Jati, Balikpapan Selatan, serta Balikpapan Timur.

Karakteristik dari permukiman diatas air adalah Lebih banyak memanfaatkan tepi sungai/pantai sebagai kawasan permukiman dibandingkan dengan daratan. Permukiman seluruhnya terbuat dari kayu dalam bentuk rumah panggung dengan kepadatan tinggi, terkesan kumuh dan padat, rawan kebakaran kurang penyinaran dan kurang tertata dengan baik. Lingkungan sekitar terkesan kumuh, sampah-sampah dibuang langsung di bawah rumah, dengan sanitasi yang kurang baik pula Di ujung kawasan ini terdapat perahu-perahu yang disandarkan sebagai sarana untuk pencari ikan maupun sarana transportasi (ojek spead boot). Sebagai contoh permukiman kampung yang terdapat di Kota Balikpapan dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Permukiman di atas air

4. Permukiman Instansi/Perkantoran Swasta/Pemerintahan

Gambar

Gambar 3.  Peta lokasi penelitian
Tabel 1. Tujuan, variabel, tenik pengumpulan dan analisis data serta keluaran
Tabel 2 : Pertumbuhan penduduk tahun 1961 – 2009
Tabel 3 : Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pendatang Tahun 2003 - 2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sambungan ini memiliki total panjang (ptotal) 4,5 cm dimana untuk panjang (p) ulir luarnya adalah 1,2 cm dan panjang ujungnya 3,3 cm. d) Stop kran ¾ inci yang terbuat

(94:5:1) memberikan hambatan pertumbuhan Escherichia coli pada Rf= 0,67 dengan konsentrasi mulai dari 3% dan untuk Staphylococcus aureus pada Rf=0,51 dengan konsentrasi mulai dari

Panjang tubuh dan kepala pada umur 9 bulan hibrid lebih tinggi daripada non hibrid, sedangkan nilai heterosisnya baik pada umur 5 bulan maupun 9 bulan panjang

BUI REpIuBUK lltD(JHSgtM<J®R!jBU REPU IB REPUBUK ItjtUONbSlA RtR IBUK INDONESIA REP UBUK IP IDONESIA REPl IBUK INDONESIA REP UBUK IP IDONESIA RER IBUK INDONESIA REP

Dana waqaf tunai yang diperoleh dari para waqif (orang yang mewakafkan hartanya) dikelola oleh nadzir (pengelola waqaf) dalam hal ini bertindak sebagai manajemen

Berdasarkan beberapa aspek penentu sifat mekanik komposit yang telah dijelaskan diatas, serta pentingnya pengukuran kekuatan impact sebagai salah satu tolok ukur kekuatan komposit

menunjukan bahwa hanya satu proses yang bisa dipilih dari berbagai alternatif proses yang ditawarkan BPMN 2.0 Parallel Gateway Digunakan untuk menggambarkan arus

Dari semua jenis kolom tersebut, kolom segi empat atau bujur sangkar merupakan jenis yang paling banyak digunakan, karena lebih murah dan mudah