PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMP NEGERI 2 CIPUTAT
SKRIPSI
ATIYAH HIKMAH
NIM: 202011000928
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PERANAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMP NEGERI 2 CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
ATIYAH HIKMAH NIM: 202011000928
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Moh Ardani Akhmad Shodiq, M.Ag
NIP. 150011680 NIP. 150289321
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
1427 H/2006 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan
Akhlak Siswa SMP Negeri 2 Ciputat” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta , 17 November 2006
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua merangkap anggota, Pudek I/Sekretaris merangkap anggota
Prof. Dr. Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, MA
NIP. 150202339 NIP. 150202343
Anggota :
Penguji I Penguji II
Dr. Abd.Rahman Ghazali, MA Drs. Abdul Fatah Wibisono, M.Ag.
NIP : 150063509 NIP. 150236009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Atiyah Hikmah, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa SMP Negeri 2 Ciputat, Skripsi, Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, November 2006.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan Agama
Islam, dan untuk mengetahui akhlak siswa SMP Negeri 2 Ciputat, serta untuk
mengetahui peranan pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa SMP
Negeri 2 ciputat. Yang dimaksud pendidikan Agama Islam disini adalah serangkaian
usaha yang dilakukan oleh orang dewasa muslim yang secara sadar, sistematis,
membimbing, mengasuh, mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak didik melalui ajaran Agama Islam. Sedangkan yang dimaksud dengan
pembinaan akhlak adalah suatu cara untuk membentuk mental siswa agar memiliki
pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah Deskripsi yang berbentuk survey.
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Ciputat, sedangkan
populasi terjangkaunya adalah siswa kelas 2 SMP Negeri 2 Ciputat.
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Observasi, wawancara
dan penyebaran angket.Yang masing-masing terdiri dari variabel x dan variabel y.
Sedangkan tekhnik analisa data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah
sebagaiberikut: a. Editing yaitu semua angket diteliti satu persatu tentang
kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan
kesalahan. b. Skoring penulis memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada
angke, dimana pernyataan positif diberi skor 4,3,2,1 , sedangkan pernyataan negatif
diberi skor sebaliknya. c. Tabulating bertujuan untuk mendapatkan gambaran
frekuensi dalam setiap item yang penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu tabel
yang mempunyai kolom pada setiap bagian angket, sehingga terlihat jawaban
responden yang satu dengan yang lain. Dan yang terakhir d. Persentase Dilakukan
dalam pembinaan Akhlak siswa di SMP Negeri 2 Ciputat, Dengan menggunakan
rumus P = f x 100 %
Dimana P: Persentase yang di cari
F: Frekuensi
N: Number of Cases.
Sehingga di dapat rata-rata untuk variabel X sebesar 62,6% yang berarti
peranan pendidikan Agama Islam sangat penting dan untuk variabel Y sebesar 42,1%
yang berarti pembinaan Akhlak siswa di SMP Negeri 2 ciputat sangat baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Peranan Pendidikan Agama Islam
Dalam Pembinaan Akhlak siswa di SMP Negeri 2 Ciputat sangat penting.
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi pendidikan Agama Islam
dalam pembinaan akhlak siswa khususnya di SMP Negeri 2 Ciputat dengan
mempertimbangkan kesimpulan dan saran yang terdaoat pada bab V
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang Islam yang selalu mengikutinya ajarannya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan
Akhlak Siswa di SMP Negeri 2 Ciputat Tangerang”, disusun untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena
mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak . Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat yang mendalam, penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skrpsi ini. untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak. Prof. DR. H. Moh. Ardani dan Bapak Akhmad Sodiq M.Ag, selaku dosen
Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan tenaga, dan fikiranya
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga
terselesainya skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik
5. Bapak kepala dan para karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis
perlukan.
6. Bapak Kepala Sekolah, Dewan Guru dan para Karyawan SMP Negeri 2 Ciputat
yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Ayahanda (M.Tokhidi) dan Ibunda (Toripah) tercinta yang telah memberikan
dorongan moril dan materil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi
ini.
8. Mas Kris yang selalu setia menemani, mendukung dan memberikan semangat
serta banyak membantu penulis baik dalam hal moril maupun materil sehingga
skripsi ini dapat cepat terselesaikan.
9. Saudara-saudaraku (Mba Iroh, Mba Mila & Masrukhan) yang turut mendukung
dan memotivasi terselesaikanya skrpsi ini dengan baik.
10.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam dan teman-teman
satu kostn (Ika, Yani, Ita dan Dian) serta tidak ketinggalan pula sahabatku “Joya”
yang senantiasa memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis memohon, semoga jasa dan amal baik yang telah mereka sumbangkan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Jakarta, 6 Agustus 2006
DAFTAR TABEL
1. Pengurus dan Anggota Komite Sekolah ... 45
2. Kondisi guru... 46
3. Kondisi TU dan Karyawan ... 46
4. Kondisi Siswa Tahun Pelajaran 2004/2005 ... 47
5. Kondisi Sarana Prasarana... 47
6. Sarana Penunjang Kegiatan Siswa (Kesenian) ... 48
7. Sarana Penunjang Kegiatan Siswa (Olahraga)... 48
8. Jadwal Kegiatan Ekstra Kurikuler ... 49
9. Kegemaran siswa dalam mengikuti pelajaran PAI di kelas ... 50
10.Ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran PAI di kelas ... 51
11.Kemampuan siswa dalam memahami materi PAI ... 52
12.Kesungguhan guru agama Islam dalam menjelaskan materi PAI... 52
13.Keteladanan guru agama dalam memberi contoh prilaku yang baik kepada siswa... ....53
14.Kepedulian guru dalam menaggapi masalah... 54
15.Keteladanan guru agama dalam memberikan perintah sholat kepada siswa .. 55
16.Siswa membiasakan kegiatan tadarrus al-Qur’an sebelum berlangsung materi PAI ... 56
18.Kemampuan siswa dalam mengembangkan sikap, prilaku (akhlak) dalam
kehidupan sehari-hari ... 57
19. Kemampuan siswa menahan diri dari perbuatan terlarang ... 58
20.Siswa membiasakan mengucap salam ketika bertemu dengan guru... 59
21.Siswa membiasakan mengucap salam ketika masuk kelas ... 59
22.Siswa berkata dengan benar ... 60
23.Siswa berdoa kepada Allah ... 61
24.Siswa berzikir kepada Allah... 61
25.Siswa bersyukur atas pemberian nikmat Allah ... 62
26.Siswa melaksanakan sholat lima waktu ... 63
27.Siswa melaksanakan puasa wajib... 63
28.Siswa melaksanakan puasa sunnah ... 64
29.Siswa membaca al-Quran di rumah ... 65
30.Siswa patuh terhadap orang tua... 66
31.Kepedulian siswa terhadap sesama ... 66
32.Menepati janji ... 67
33.Siswa menyampaikan amanat / pesan ... 68
34.Pernyataan tentang pendidikan agama Islam ... 69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang paling mulia yang diciptakan Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an surat al-Isra/ayat 70 yang berbunyi:
و
ﺪ݆ܿ
ﺎݏ݊ڰﺮآ
ݙݏ۸
مداء
݉هﺎݏ݇܊و
ݙܺ
ڲﺮ۹݆ا
ﺮ܋۹݆او
݉هﺎݏܾزرو
ݍ݊
ڰﻄ݆ا
تﺎ۹ڲݛ
݉هﺎݏ݇ڰܧܺو
ﻰ݇ܲ
ﺮݛ܃آ
ݍڰ݊
ﺎݏܿ݇
ﺎ݇ݛܧܻ۾
)
ءاﺮܚﻹا
:
70
(
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan Adam, kami angkat mereka di
darat dan di lautan, kami beri mereka rezeki dari yang sebaik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang senpurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Q.S. al-Isra / ayat:70)
Untuk memakmurkan bumi ini, manusia harus memiliki bekal hidup. Yaitu iman, ilmu dan amal. Islam menuntut bahkan mewajibkan kepada setiap kaum muslimin/muslimat untuk mencari ilmu meskipun banyak pengorbanan. Jarak yang jauh dan biaya yang tidak dapat diduga dan waktu yang cukup lama. Karena itu, dengan belajar manusia akan mampu
mendayagunakan bumi ini dengan baik sesuai dengan kehendak Allah yang Maha Kuasa agar manusia memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Oleh karena itu, pendidikan merupakam faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia dapat menduduki tempat yang terpuji di dunia. Karena pendidikan merupakan suatu proses yang dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang.1
Berkenaan dengan proses kependidikan, Prof. H.M. Arifin, M.Ed., mengatakan bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual, sosial serta dalam hubunganya dengan alam sekitar dimana ia hidup.2
Dalam kaitanya dengan proses pendidikan akhlak, Prof. DR. H. Mahmud Yunus telah merumuskan tujuan
pendidikan akhlak, yaitu membentuk putra dan putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya maupun jujur dalam segalanya dan suci murni hatinya.3
Dalam Agama Islam, bidang moral menempati posisi yang penting sekali. Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam, disamping aqidah dan syariah, sehingga dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa manusia untuk memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak akan dilihat corak dan hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak akan dilihat corak dan hakekat manusia yang sebenarnya.
1
Syaminan Zaini, Prinsip-prinsip Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1987), h. 56
2
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), cet. Ke-3, h.14
3
Karena pentingnya akhlak di dalam kehidupan manusia, Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul untuk menjadikannya sebagai suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT :
ﺮݢا
مﻮݛ݆او
ﷲااﻮ܆ﺮݚ
نﺎآ
ݍ݆
ﺔݏܛ܊
ةﻮܚا
ﷲا
لﻮܚر
ﻰܺ
݉ﻜ݆
نﺎآ
ﺪ݆ܿ
اﺮݛ܃آ
ﷲاﺮآذو
ط
)
باﺰ܊ﻷا
:
(
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulallah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang berharap (rahmat) allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT”. (Q.S. Al-Ahzab 33:21 ) 4
Dalam proses pendidikan akhlak, anak tidak akan berlangsung dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut memerlukan dukungan dari lembaga-lembaga pendidikan sekolah maupun melalui jalur pendidikan luar sekolah.
Di dunia pendidikan, pembinaan akhlak ini dititikberatkan kepada pembentukan mental anak agar tidak terjadi penyimpangan. Dengan demikian akan mencegah terjadinya kenakalan remaja, sebab pembinaan akhlak berarti anak dididik untuk belajar memiliki rasa tanggung jawab.
Dalam kaitanya dengan proses penbinan akhlak tersebut, Drs. Sudarsono, SH, mengatakan bahwa pembinaan akhlak merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila.
Dalam proses tersebut tersimpul indikator bahwa pembinaan akhlak merupakan penuntun bagi umat manusia untuk memiliki sikap mental dan kepribadian sebaik yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dan Hadits. Pembinaan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai akhlak yang baik sangat tepat bagi anak remaja agar tidak mengalami penyimpangan.5
Permasalahan yang dipaparkan diatas, mendorong penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dalam judul “Peranan pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa SMP Negeri 2 Ciputat Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berhubungan dengan peranan pendidikan agama Islam, diantaranya yaitu:
1. Peranan Pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa
2. Peranan pendidikan gama Islam dalam membimbing kecerdasan spiritual
siswa
3. Peranan pendidikan agam Islam dalam membimbing kecerdasan emosi siswa
4. Peranan pendidikan agama Islam dalam membimbing kecerdasan sosial siswa
4
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: Gema Risalah Press, 1992), h.670.
5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat cukup luasnya permasalahan yang berhubungan dengan peranan
pendidikan agama Islam, maka penulis membatasi masalah pada peranan
pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa di SMPN 2 Ciputat.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas dapat penulis rumuskan butir-butir masalahnya
sebagai berikut:
a. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan
pelaksanaan pendidikan Agama Islam dan pelaksanaan kegiatan
keagamaan di SMP Negeri 2 Ciputat.
b. Pembinaan akhlak yang dimaksud meliputi akhlak dalam beribadah baik
ibadah umum atau khusus, serta akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
c. Objek yang diteliti dibatasi pada siswa kelas II SMP Negeri 2 Ciputat
tahun 2006 / 2007.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 2
Ciputat.
3. Untuk mengetahui peranan pendidikan agama Islam dalam pembinaan akhlak
siswa di SMP Negeri 2 Ciputat.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini ditulis menjadi lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian teoritis tentang Pendidikan akhlak, meliputi Pengertian, dasar, tujuan, ruang lingkup pendidikan agama Islam. Tentang Pendidikan Agama Islam meliputi pengertian, dasar dan tujuan Pendidikan Agama Islam, peranan Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa.
BAB III : Metodologi Penelitian: yang memuat tentang tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : Hasil penelitian, memuat tentang gambaran umum objek penelitian, deskripsi data, analisis dan interpretasi
data.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian dan Dasar Pendidikan Akhlak
a. Pengertian Pendidikan Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang berarti perangai, tabiat, watak dasar,
kebiasaan, sopan dan santun agama.6 Secara linguistik (kebahasaan) kata akhlak
merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar
kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak atau khuluq
kedua-duanya dijumpai pemakaianya di dalam al-Qur'an maupun Hadits sebagai terlihat
berikut:
݉ݛﻈܲ
ܽ݇
ﻰ݆݇ܳ
ﻚڰݎإو
)
݆݉݇ܿا
:
(
Artinya: "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung ". (Q.S.Al-Qalam, 66: 4).
ݍݛ݆ڰوﻷا
ܽ݇
ڰݢإ
اﺬه
نإ
)
ءاﺮܳܟ݆ا
:
٧
(
Artinya: "(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu".
(Q.S. Al-Syua'ra, 26: 137).7
Adapun menurut istilah para ahli, akhlak adalah kehendak yang dibiasakan.8
6
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2001), cet Ke-1&2, h. 25
7
Para ahli mengemukakan berbagai pendapat tentang pengertian akhlak.
Al Ghazali mendefinisikan:
ܺ
ﺔ۳ݛه
ݍܲ
ةرﺎ۹ܲ
ݍ݊
ﺮܛݚو
ﺔ݆ﻮﻬܛ۸
لﺎܳܺﻷا
رﺪܣ۾
ﺎﻬݏܲ
ﺔܚار
ܙܻڰݏ݆ا
ﻰ
ﺔڰݚورو
ﺮﻜܺ
ﻰ݆ا
ﺔ܆ﺎ܊
ﺮݛﻏ
,
لﺎܳܺﻷا
ﺎﻬݏܲ
رﺪܣ۾
܁ݛ܋۸
ﺔ۳ݛﻬ݆ا
۽ݎﺎآ
نﺈܺ
ﻬ݆ا
ﻚ݇۾
۽ݛܚ
ﺎܲﺮܞ
و
ݣܿܲ
ةدﻮ܋݆ا
ﺔ݇ݛ܇݆ا
نﺎآ
نإو
ﺎݏܛ܊
ﺎܿ݇
ﺔ۳ݛ
ﺎ۳ݛܚ
ﺎܿ݇
رﺪܣ݆ا
ݙه
ﻰۿڰ݆ا
ﺔ۳ݛﻬ݆ا
۽ݛܚ
ﺔ܋ݛ۹݆ܿا
لﺎܳܺﻷا
ﺎﻬݏܲ
ردڰﺎܣ݆ا
Artinya: Akhlak adalah suatu sikap (bay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang
dirinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut di sebut akhlak yang buruk”..9
Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa "akhlak ialah menangnya keinginan dari
beberapa keinginan manusia dengan langsung dan berturut-turut".
ﺔ ور
ﻻو
ﺮْﻜ
ﺮْﻏ
ْﻦﻣ
ﺎﻬ ﺎ ْ أ
إ
ﺔ اد
ﺲْ ﱠﻨ ا
لﺎﺣ
ﻮه
ﻖ ﺨْا
Artinya: "Khuluk ialah keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa memerlukan kepada pemikiran dan penelitian".10
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak adalah suatu
kondisi atau keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan
secara spontan atau tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran atau suatu
8
Ismail Thib, Risalah Akhlak, (Yogyakarta: CV. Faizan ,Jilid 4, 1986), h. 143
9
Moh. Ardani, Op. Ci.h.28-29
10
keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan
secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran. Keadaan jiwa itu,
adakalanya merupakan sifat alami yang didorong oleh fitrah manusia untuk
melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya.
Definisi-definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi, dan kita
dapat melihat ciri-ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
1) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadianya.
2) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakanya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
3) Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara.
4) Sejalan dengan ciri yang ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin
dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.11
Adapun induk seluruh akhlak dan yang merupakan sendi-sendinya itu ada 4
yaitu:
1) Hikmah
2) Keberanian
3) Kelapangan dada dan
4) Keadilan
11
Hikmah ialah suatu keadaan yang denganya itulah dapat ditemukannya hal-hal
yang benar dengan menyisihkan mana-mana yang salah dalam segala urusan yang
dihadapi secara ikhtiariah.
Keberanian adalah keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada
waktu dilahirkan atau dikekang.
Kelapangan dada ialah mendidik kekuatan syahwat atau kemauan dengan
didikan yang bersendikan akal fikiran serta syari'at agama.
Keadilan ialah suatu kekuatan dalam jiwa yang dapat membimbing
kemarahan dan dan membawanya ke arah yang sesuai dengan hikmat dan
kebijaksanaan. Ada kalanya dibiarkan dan adakalanya dikekang dan semua ini
dengan mengingat keadaan dan suasana yang sedang dihadapinya.
Dari keempat macam sendi-sendi pokok itulah timbulnya semua akhlak yang
baik dan terpuji. Alqur'an telah mengisyaratkan perihal akhlak-akhlak ini dalam
memberikan sifat kepada kaum mukminin, sebagaimana firman Allah :
݆݉
ڰ݉܂
ݑ݆ﻮܚرو
ﷲﺎ۸
اﻮݏ݊ﺁ
ݍݚﺬڰ݆ا
نﻮݏ݊ﺆ݆اﺎڰݎا
݉ﻬ݆اﻮ݊ﺄ۸اوﺪهﺎ܆واﻮ۸ﺎ۾ﺮݚ
تاﺮ܇܋݆اۤ
نﻮܾدﺎڰܣ݆ا
݉ه
ﻚ۳݆وا
ﷲا
݅ݛ۹ܚ
ݙܺ
݉ﻬܛܻݎاو
:
۵
ۣ
Artinya: "Bahwasanya orang-orang mukmin ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan rasulNya, kemudian tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwanya untuk sabilillah. Mereka itulah orang-orang yang benar". (QS. Al-Hujarat: 15) 12
12
Al'Allamah almarhum Asysyaikh Muhammad Jalaluddin Al qasimi Addimasyqi,
Akhlak merupakan suatu sikap yang melekat pada jiwa seseorang yang
melahirkan perbuatan-perbuatan yang berdasarkan keimanan dan pilihanya baik dan
buruk, terpuji dan tercela. Dengan demikian akhlak termasuk suatu bidang ikhtiar
manusia yang dapat diubah dari yang jahat menjadi baik dan dari yang baik menjadi
jahat.
b. Dasar Pendidikan Akhlak
Yang dimaksud dengan dasar pendidikan akhlak adalah yang menjadi ukuran
baik dan buruk atau mulia dan tercelanya akhlak. Sebagaimana keseluruhan ajaran
Islam, sumber akhlak adalah al-Qur’an dan Sunnah, bukan akal pikiran atau
pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral. Seperti dalam
konsep akhlak, segala sesuatu itu dinilai dari baik dan buruk, terpuji dan tercela,
semata-mata karena syara’ (al-Qur’an dan Sunnah).13
Di dalam Agama Islam, baik akhlak terhadap khalik, sesama manusia
maupun terhadap alam telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah, sehingga
manusia dapat menjadikan kedua sumber tersebut sebagai pedoman dalam
berakhlak.Yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan
sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk ialah
al-Qur’an dan Sunnah. Firman Allah:
ﺮݢا
مﻮݛ݆او
ﷲااﻮ܆ﺮݚ
نﺎآ
ݍ݆
ﺔݏܛ܊
ةﻮܚا
ﷲا
لﻮܚر
ﻰܺ
݉ﻜ݆
نﺎآ
ﺪ݆ܿ
اﺮݛ܃آ
ﷲاﺮآذو
ط
ۤ
باﺰ܊ﻷا
:
ۣ
13
Artinya: ”Sesungguhnya pada diri Rasulullah SAW itu terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian, yaitu bagi orang yang mengharapkan (keridhaan) Allah dan (berjumpa dengan-Nya) di hari kiamat dan selalu banyak menyebut nama Allah”. (Q.S.al-Ahzab, 33:21)14
Nabi Muhammad sebagai teladan bagi umat Islam, karena perilaku
kesehariannya mencerminkan pada empat sifat. Sifat-sifat tersebut adalah: pertama,
Siddiq (jujur) dan lawanya yaitu Kadzab (dusta). Sifat yang kedua Amanah, yaitu
sikap mental untuk menyampaikan sesuatu kepada yang berhak menerimanya.
Lawannya adalah Khiyanat, yaitu tidak dapat dipercaya. Sifat yang ketiga adalah
Tabligh, artinya apa yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disampaikannya
secara keseluruhan tanpa dikurangi atau diselewengkan. Lawannya Khitman, artinya
menyembunyikan. Sedangkan sifat yang keempat adalah Fathonah, yang artinya
cerdas. Lawannya Baladah, artinya dungu.15
Perhatian Islam terhadap pendidikan dan pembinaan akhlak dapat pula dilihat
dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada fisik,
karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada
tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada
seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.16
Dalam firman Allah surat Al-Hujarat, 49:15
14
Depag RI, Op. Cit., h. 670
15
Saifuddaulah dkk, Akhlak Ijtima'iyah, (PT. Pamator, Cet. I,1998)h.16-18
16
ﻮܚرو
ﷲﺎ۸
اﻮݏ݊ا
ݍݚﺬڰ݆ا
نﻮݏ݊ﺆ݆ا
ﺎڰݎا
݉ﻬ݆اﻮ݊ﺄ۸
اوﺪﻬ܆و
اﻮ۸ﺎ۾ﺮݚ
݆݉
ڰ݉܂
ݑ݆
ﷲا
݅ݛ۹ܚ
ﻰܺ
݉ﻬܛܻݎاو
ط
نﻮܾﺪܣ݆ا
݉ه
ﻚ۳݆وا
ۤ
تاﺮ܇܋݆ا
:
۵
ۣ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang beriman
kepada Allah SWT, dan Rosul-Nya, kemudian itu mereka tidak ragu-ragu dan senantiasa berjuang dengan harta dan dirinya di jalan Allah. Itulah orang-orang yang benar (imanya). (Q.S.Al-Hujarat, 49:15)
Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang dikehendaki Islam
bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan keyakinan, tetapi iman yang disertai
dengan perbuatan dan akhlak yang mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran
yang dibawa Rasul SAW, mau memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di
jalan Allah SWT dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat mendambakan
terwujudnya akhlak yang mulia.17
Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah
pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Berkenaan
dengan ini imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia itu pada
dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika
manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat. Untuk itu
al-Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada
pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi
pemurah, maka ia harus membiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat
17
pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarah
daging.18
Cara yang lain dalam pembinaan akhlak adalah dengan keteladanan. Akhlak
yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab
tabi’at jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru
mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun
memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari.
Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh
teladan yang baik dan nyata.19
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa akhlak yang patut dan harus diperbuat
adalah yang sesuai dengan tuntutan al-Qur’an (yang merupakan pedoman bagi
seoarang muslim dalam segala aspek kehidupan) dan al-Sunnah (yang berfungsi
menjelaskan dan menerangkan hal-hal yang kurang jelas dalam al-Qur’an).
2. Macam-macam akhlak
a. Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun
dilihat dari segi hubungan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dapat
dibagi menjadi tiga bagian, pertama, akhlak kepada Allah, kedua akhlak terhadap diri
sendiri, dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia.
b. Akhlak Al-Mazmumah
18
Abuddin Nata,Op. Cit, h.162
19
Akhlak yang tercela (Akhlak Al-Mazmumah) secara umum adalah sebagai
lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Namun
ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami
dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk ajaran Agama Islam dijumpai berbagai macam akhlak
yang tercela, diantaranya :
a. Berbohong
Bohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai,
tidak cocok dengan yang sebenarnya.
b. Takabur
Takabur adalah salah satu akhlak yang tercela pula. Arti takabur adalah
merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek
kata merasa diri serba hebat.
c. Dengki
Dengki atau kata arabnya “Hasad” jelas termasuk akhlak Al-Mazmumah.
Dengki ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh
orang lain, dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain
tersebut, baik dengan maksud supaya kenikmatan itu berpindah ke tangan
sendiri atau tidak.
d. Bakhil
Bakhil artinya kikir. Orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan
baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya untuk diberikan
kepada orang lain.20
Lebih lanjut keadaan jiwa itu adakalanya menampakan sifat labil didorong
oleh fitrah manusia untuk melakukan perbuatan seperti takut dan lain-lain. Selain itu
suasana jiwa adakalanya dipengaruhi adat istiadat, seperti orang terbiasa jujur,
dermawan dan lain-lain.
Berbeda dengan etika dan moral yang lebih menampakan aspek lahiriyah,
maka akhlak mencakup perbuatan atau keadaan lahir maupun batin, dalam hubungan
ini Allah berfirman dalam al-Qur’an sebagai berikut :
Artinya : “Katakanlah Tuhan hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang
nampak maupun yang tersembunyi dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan Hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang kamu tidak ketahui.(Q.S. Al-A’raf :33)21
3. Tujuan Pendidikan Akhlak
Tujuan merupakan penentu arah dari suatu kegiatan yang kita lakukan dalam
pendidikan. adanya tujuan merupakan hal yang mutlak dan harus ada, karena tanpa
adanya tujuan pelaksanaan program pendidikan menjadi tidak terarah dan tidak tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Adapun akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang
tinggi dan sempurna yang membedakanya dari makhluk lainya. Akhlak hendak
20
Moh. Ardani, Op. cit.h. 49-60
21
menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik bertindak baik sesama manusia,
terhadap sesama makluk dan terhadap Allah.
Sedangkan Pendidikan akhlak bertujuan mengetahui perbedaan-perbedaan
perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari perangai yang jahat sehingga
tercapailah tata tertib dalam pergaulan sehari-hari
Selain itu juga akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri
manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia mamiliki
jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara bathiniyah melalui akhlak.22
Akhlak juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas
kehidupan manusia di segala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang maju yang disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya ilmu
pengetahuan dan tekhnologi modern yang akan ia milikinya akan dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang yang mempunyai
ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan dan
sebagainya namun disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan
disalahgunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana di muka bumi.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa akhlak bertujuan
untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui
22
perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia
berusaha untuk menghindarinya.23
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa, tujuan pendidikan akhlak ialah agar
manusia dapat mengetahui penetapan batasan antara yang baik dengan yang buruk
dan dengan menetapkan sesuatu pada proporsinya yang sebenar-benarnya, sehingga
kita diharapkan dapat melakukan perbuatan-perbuatan baik,indah, mulia dan terpuji
serta dapat menghindari atau meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk, hina,
jelek dan tercela.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak
Ruang lingkup pembahasan Ilmu akhlak adalah membahas tentang
perbuatan-perbuatan manusia, kemudian menetapkanya apakah perbuatan-perbuatan tersebut tergolong
perbuatan yang baik atau buruk. Ilmu akhlak juga disebut sebagai Ilmu yang yang
berisi pembahasan dalam upaya mengenal sikap dan tingkah laku manusia, kemudian
memberikan nilai-nilai atau hukum kepada perbuatan tersebut baik atau buruk.24
Adapun ruang lingkup akhlak itu sendiri adalah:
a. Akhlak kepada Allah
Yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah SWT adalah sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada
Tuhan sebagai khaliq. Akhlak kepada Allah adalah beribadah kepada allah
23
Ibid.
24
SWT, cinta kepada-Nya, cinta karena-Nya, tidak menyekutukan-Nya,
bersyukur hanya kepada-Nya dan lain sebagainya.
Sunardi mengatakan bahwa; beriman kepada Allah SWT dibagi atas dua
macam:
1) Ibadah umum, adalah segala sesuatu yang dicintai oleh Allah SWT dan
diridhoinya, baik berupa perkataan maupun perbuatan dengan cara
terang-terangan ataupun tersembunyi. Seperti berbakti kepada orang tua, berbuat
baik kepada tetangga, teman dan terutama berbuat dan hormat kepada
guru.
2) Ibadah khusus, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
b. Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak kepada sesama manusia adalah sikap atau perbuatan yang satu
memperlakukan manusia lainya dengan baik. Akhlak kepada sesama manusia
meliputi akhlak kepada kedua orang tua, akhlak kepada saudara, akhlak
kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim dan akhlak kepada kaum
lemah.25
c. Akhlak kepada lingkungan
Yaitu akhlak kepada segala sesuatu yang ada di sekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak bernyawa. Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber
dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi
25
antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan
mengandung arti penganyoman, pemeliharaan serta hubungan agar setiap
makhluk mencapai tujuan penciptanya.26
Adapun perbuatan-perbuatan manusia yang dimasukkan dalam perbuatan
akhlak, yaitu:
a. Perbuatan-perbuatan yang timbul dari seseorang yang melakukanya dengan
sengaja, dan dia sadar di waktu itu dia melakukanya. Inilah yang disebut
perbuatan-perbuatan yang dikehendaki atau perbuatan yang disadari.
b. Perbuatan-perbuatan yang timbul dari seorang yang tiada dengan kehendak,
dan sadar di waktu dia berbuat, tetapi dapat diikhtiarkan perjuangannya, untuk
berbuat di waktu dia sadar. Inilah yang disebut perbuatan-perbuatan samar
yang ikhtiari.
Dalam menetapkan suatu perbuatan bahwa ia lahir dengan kehendak dan
disengaja hingga dapat dinilai baik atau buruk ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a. Situasi yang memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan), adanya
kemauan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan sengaja.
b. Tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik dan buruknya.27
Suatu perbuatan dapat dikatakan baik dan buruk manakala memenuhi
syarat-syarat di atas. Kesengajaan merupakan faktor dasar penilaian terhadap tindakan
26
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta:Bumi Aksara,1991), h.70
27
seseorang. Dalam Islam faktor kesengajaan merupakan penentu dalam menetapkan
nilai tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa karena ia
melanggar syariat jika tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam.
Maka ruang lingkup pendidikan akhlak ialah segala perbuatan manusia yang
timbul dari orang yang melaksanakan dengan sadar dan sengaja serta ia mengetahui
waktu melakukanya akan akibat dari apa yang dia perbuat. Demikian pula perbuatan
yang tidak dengan kehendak tetapi dapat diikhtiarka penjagaanya pada waktu sadar.
Dari uraian diatasmemperlihatkan memperlihatkan bahwa akhlak dalam Islam
sangat komprehensif, menyeluruh dan mencakup berbagai makhlik yang diciptakan
Tuhan. Karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling
membutuhkan maka punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan akan
berdampak negatif bagi makhluk lainya.
B. Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas tentang pendidikan agama Islam, alangkah baiknya kita
mengetahui pengertian dari pendidikan itu sendiri.
Istilah pendidkan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan “pe” dan
akhiran “kan” yang artinya perbuatan (hal, cara dan sebagainya), istilah pendidikan
terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang
dengan “educations” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa
Arab istilah ini sering di terjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.28
Pengertian pendidikan menurut beberapa ahli diantaranya:
1. Pendidikan menurut Ngalim Purwanto: ”Pendidikan adalah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat29.
2. Menururt Ahmad D Darimba, ”Pendidikan adalah bimbingan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.30
Dari beberapa pengertian di atas dapat dilihat, bahwa pendidikan telah
didefinisikan secara berbeda-beda oleh sebagian kalangan yang banyak dipengaruhi
pandangan dunia masing-masing. Semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam
semacam kesimpulan awal bahwa pendidikan merupakan suatu proses penyiapan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara
lebih efektif dan efisien. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa:
pendidikan adalah proses bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik
melalui upaya pengajaran dan pelatihan terhadap perkembangan jasmani dan rohani
si terdidik menuju kedewasaan, sehingga terbentuklah kepribadian utama yang
berguna bagi perananya di masa yang akan datang.
28
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kalam Mulia, 1994), Cet. Ke-1 h. 1.
29
Ngalim Purwanto, Ilmu pendidikan teoritis dan praktis (Bandung: Rosdakarya, 1993) cet. Ke-6 h. 10
30
Pengertian secara umum yang dihubungkan dengan Islam sebagai suatu
sistem keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru yang secara implisit
menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
H.M. Arifin misalnya, berpendapat bahwa: ”Pendidikan agama Islam adalah
usaha orang dewasa muslim yang bertakwa dan secara sadar mengarahkan dan
membimbing pertumbuhan dan pengembangan fitrah terdidik melalui ajaran Islam ke
arah titik maksimal pertumbhan dan perkembanganya”.31
Maksud pengertian di sini bahwa yang berperan sebagai subjek pendidikan
adalah orang dewasa Muslim baik laki-laki maupun perempuan yang bertakwa dan
penuh kesadaran memberikan arahan dan bimbingan kepada anak didik berdasarkan
fitrah yang dimilikinya melalui ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan
Hadits sampai anak didik tersebut mencapai kepribadian yang sempurna.
Beberapa konsep tentang pengertian pendidikan Agama Islam.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat, bahwa pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar kelak setelah
selesai pendidikanya dapat memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup.32
31
H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), cet , Ke-3, h. 32
32
Dra. Zuhairini mengatakan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha
secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka
hidup sesuai dengan ajaran Islam33
Dapat disimpulkan bahwa pendidkan agama Islam adalah rangkaian usaha
yang dilakukan oleh orang dewasa muslim secara sadar, sistemais, membimbing serta
mengasuh serta mengarahkan pertumbuhan dan pekembangan jasmani dan rohani
anak didik melalui ajaran agama Islam, agar kelak ia dapat memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikanya sebagai pandangan hidup
sehinga dapat terbentuk kepribadian muslim yang utama.
1. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu tersebut
tegak dan kokoh berdiri. Dasar suatu bangunan yaitu fundamental yang menjadi
landasan bangunan tersebut agar bangunan itu tegak kokoh berdiri. Demikian pula
dasar pendidikan Agama Islam yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas
agar pendidikan Islam dapat tegak berdiri dan tidak mudah roboh karena tiupan
angin kencang berupa ideology yang muncul baik sekarang atau yang akan
datang. Dengan adanya dasar ini maka pendidikan Islam akan tegak berdiri dan
tidak mudah diombang-ambing oleh pengaruh luar yang akan merobohkan atau
mempengaruhinya.34
33
Zuhairini, Metodik Khusus AgamaIslam ( Surabaya: Usaha Nasional, 1983) Cet. Ke-8. h. 27
34
Dasar pendidikam Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu; al-Quran,
as-Sunnah dan perundang-undangan yang berlaku di Negara kita:
a. Alquran
Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat alquran yang pertama
kali turun adalah berkenaan dengan masalah keimanan dan juga pendidikan.
Allah berfirman:
ۤأﺮܾإ
ۤܽ݇
يﺬڰ݆ا
ﻚڲ۸ر
݉ܚﺎ۸
ۣ
ۤܽ݇ܲ
ݍ݊
نﺎܛݎﻹا
ۣܽ݇
أﺮܾإ
ۣ
مﺮآﻷا
ﻚڱ۸رو
ۤ
݆ۤ݉݇ܿﺎ۸
݉ڰ݇ܲ
يﺬڰ݆اۣ
۵
ۤ
݉݇ܳݚ
݆݉
ﺎ݊
نﺎܛݎﻹا
݉ڰ݇ܲ
ۣ
٦
ۣ
Artinya: ''1. Bacalah (Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menjadikan
(segala makhluk) 2. yang menjadikan manusia dari pada segumpal darah 3. Bacalah dan tuhanmu adalah yang Maha Mulia 4. yang mengajar dengan (perantara) qalam 5. Ia (Allah) yang mengajar manusia apa yang mereka tidak taاhu". (Q.S. al-Alaq : 96 : 1-5)35
Pada ayat tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa seolah-olah
Tuhan berkata: "Hendaklah manusia meyakini akan adanya Tuhan pencipta
manusia (sari segumpal darah). Selanjutnya untuk memperkokoh keyakinanya
dan memeliharanya agar tidak luntur hendaklah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran. Bahkan tidak hanya itu, Tuhan juga memberikan bahan (materi
pendidikan agar manusia hidup sempurna di dunia ini''36
Dan Allah berfirman :
35
Moh. Rifa'i, Rashihin Abdul Ghani, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Semarang: CV.Wicaksana,1992) Cet. Ke-1, h.541
36
ءﺎܚﺄ۸
ݙݎﺆ۹ݎأ
لﺎܿܺ
ﺔﻜ۲
ݣ݆ا
ݙ݇ܲ
݉ﻬܦﺮܲ
ڰ݉܂
ﺎﻬ݇آ
ءﺎܚﻷا
مدﺁ
݉ڰ݇ܲو
ݍݛܾدﺎܢ
݉ۿݏآ
نإ
ءݢﺆه
ةﺮܿ۹݆اۤ
:
ۣ
Artinya: "Dan Allah mengajarkan pengetahuan-pengetahuan kepada Adam, kemudian dinyatakannya kepada malaikat-malaikat. Maka Allah berkata kepada malaikat-malaikat itu "Nyatakanlah kepadaKu keterangan-keterangan (nama-nama) benda ini, jika kamu orang-orang yang benar". (Q.S. al-Baqarah: 13)37
Ayat di atas menjelaskan bahwa untuk memahami segala sesuatu belum
cukup kalau hanya memahami apa, bagaimana serta manfaat benda itu, tetapi
harus memahami sampai ke hakikat benda. Dan penjelasan ini dapat
disimpulkan supaya manusia itu menemukan jati dirinya sebagai insan yang
bermartabat maka harus menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.
Disamping itu masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran yang menyinggung
masalah pendidikan antara lain surat al-Baqarah ayat 129 dan 151, surat
Ali-Imran ayat 164, surat al-Jumu'ah ayat 2 dan sebagainya.
b. As-sunnah
Rasulallah SAW mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam
kaitan dengan ini M. Athiyah al-Abrasy mengatakan : "Pada suatu hari Rasul
keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua pertemuan.Dalam
pertemuan pertama, orang-orang yang berdoa kepada Allah azza wajalla,
mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam pertemuan kedua orang memberikan
pelajaran," langsung beliau bersabda :
37
ءݢﺆه
ﺎڰ݊أ
݉ﻬܳ݊
ءﺎܞ
݉هﺎﻄܲأ
ءﺎܞ
نﺈܺ
ﷲا
نﻮ݇۳ܛݛܺ
ءݢﺆه
ﺎڰ݊أ
݊
۽܃ܳ۸
ﺎڰݎإو
سﺎڰݏ݆ا
نﻮ݇ܳݛܺ
ﺎڲ݇ܳ
)
يرﺎ۹݆ا
ݐاور
(
Artinya: "Mereka ini (pertemuan pertama) minta kepada Allah, bila Tuhan menghendaki maka ia akan memenuhi permintaan tersebut dan jika ia tidak menghendaki maka tidak akan dikabulkannya. Tetapi golongan kedua ini, mereka mengajar manusia, sedangkan saya sendiri diutus untuk juru didik”. (H.R. Bukhori) 38
Setelah ini beliau duduk pada pertemuan kedua ini, praktek ini
membuktikan kepada kita suatu contoh terbaik betapa Rasul mendorong orang
belajar dan menyebarkan ilmu secara luas dan suatu pujian atas keutamaan
juru didik.
Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah
menjunjung tinggi kepada pendidik dan motivasi agar berkiprah kepada
pendidikan dan pengajaran.
Disamping sebagaimana tersebut diatas Rosulullah SAW sendiri
memerintahkan kepada orang kafir yang tertawan akibat perang Badar,
apabila ia ingin bebas supaya terlebih dahulu mereka mau mengajar 10 orang
Islam.39
c. Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
1) UUD 1945 pasal 29
Ayat 1. berbunyi : "Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa"
38
Nur Uhbiyati, op.cit, h. 26-27
39
Ayat 2. berbunyi : "Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut
agamanya dan kepercayaanya itu".
Pasal 29 UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga Negara RI
untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang
dipeluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menjunjung bagi
pelaksanaan ibadat. Dengan demikian Islam yang searah dengan bentuk
ibadah yang diyakininya diizinkan dan dijamin oleh Negara.40
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang
kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk., dapat ditinjau dari berbagai segi,
yaitu:
1) Dasar Yuridis / Hukum
Dasar pendidikan Agama Islam berasal dari perundang-undangan
yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam pelaksanaan
pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal tersebut
terdiri dari tiga macam, yaitu :
a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pencasila, sila pertama, sila
Ketuhanan yang Maha Esa.
b) Dasar struktural/ konstitusional, yaitu UUD' 45 dalam Bab XI pasal 29
ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu.
40
c) Dasar operasional, dasar operasional ini terdapat pada beberapa
Undang-undang Republik Indonesia yang berkenaan dengan masalah
keagamaan41, diantaranya:
1) Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003
Bab V pasal 12 ayat (1) setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak:"mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
Pendidik atau guru agama yang seagama dengan peserta didik
difasilitasi dan disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai kebutuhan satuan pendidikan.42
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab.
VI Pasal 15 diantaranya mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademis, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. Pendidikan
keagamaan merupakan pendidikan dasar, Menengah dan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama atau menjadi ahli ilmu agama.43
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab
VI pasal 30 ayat (1), menyatakan pendidikan keagamaan
diselenggarakan oleh pemerintah dan kelompok masyarakat dari
pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 BabVI
pasal 30 ayat (2), menyatakan pendidikan keagamaam berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami dan mengamalka nilai-nilai ajaran agamanya dan
menjadi ahli ilmu agama.
41
Surayin, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (PT. Yrama Widya: Bandung, 2004) Cet. I, h.33
42
Ibid.
43
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab
VI pasal 30 ayat (3), menunjukan pendidikan keagamaan dapat
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan
informal.44
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab X
pasal 36 ayat (3) dalam masalah kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan RI dengan
memperhatikan:
(a) Peningkatan iman dan takwa
(b) Peningkatan akhlak mulia
(c) Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik
(d) Keragaman potensi, kecerdasan dan minat peserta didik
(e) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
(f) Tuntutan dunia kerja
(g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(h) Agama
(i) Dinamika perkembangan global dan
(j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan45
2) Segi Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber
dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah
Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam al-Qur'an
banyak ayat yang menunjukan perintah tersebut, antara lain:
Q.S. al-Nahl: 125 :
44
Ibid,. H. 58-59
45
ﺔݏܛ܋݆ا
ﺔﻈܲﻮ݆او
ﺔﻜ܋݆ﺎ۸
ﻚڲ۸ر
݅ݛ۹ܚ
ݙ݆إ
عدأ
݅܋ݏ݆اۤ
:
۵ ۣ
Artinya: "Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik". (Q.S. al-Nahl: 125).
al-Hadits
لﻮܚر
ڰنأ
ةﺮݚﺮه
ݙ۸أ
ݍܲ
ءݣ݆ܳا
ݍܲ
لﺎܾ
݉ڰ݇ܚو
ݑݛ݇ܲ
ﷲا
ݙڰ݇ܢ
ﷲا
:
ڱ݅آ
نﺎآ
نﺈܺ
ݑݎﺎܛ܇ݚو
ݑݎاﺮڲܣݏݚو
ݑݎادڲﻮﻬݚ
ݐاﻮ۸ﺄܺ
ةﺮﻄܻ݆ا
ݙ݇ܲ
ݑڱ݊أ
ݐﺪ݇۾
نﺎܛݎإ
݉݇ܛܺ
ݍݛ݇ܛ݊
)
݉݇ܛ݊ݐاور
(
Artinya: "Dari 'Alai dari bapaknya dari abu Hurairah Ra, bahwasanya Rasulullah SAW, bersabda : 'setiap orang dilahirkan oleh ibunya atas dasar fitrah (potensi dasar untuk beragama), maka setelah itu orang tuanya yang membawa dia beragama nasrani dan majusi, maka apabila kedua orang tuanya beragama Islam, anaknya menjadi muslim pula.” (H.R. Muslim).46
3) Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Maka jelaslah
bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan
46
mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT.47
بﻮ݆݇ܿا
ڱݍ۳ﻄ۾
ﷲا
ﺮآﺬ۸
ݢأ
ۤ
ﺪܲﺮ݆ا
:
٨
ۣ
Artinya: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah SWT., hati menjadi tentram ". (Q.S.al-Ra'd :28)48
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam mempunyai tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah
dan pandangan hidup yang digariskan Alquran :
Ibnu Khaldun menyatakan :
a. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia
menemui Tuhanya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan
atasnya.
b. Tujuan ilmiah yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh
pendidikan modern dan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.
Selanjutnya al-Ghazali berpendapat bahwa: "Tujuan pendidikan Islam yang
paling utama ialah beribadah dan taqorrub kepada Allah dan kesempurnaan insani
yang tujuanya kebahagiaan dunia akhirat".
Selain dari pandangan yang dikemukakan oleh imam al-Ghazali dan Ibnu
Khaldun tentang tujuan pendidikan Islam terdapat para cendekiawan Islam dan ahli
47
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet. 1, h. 130
48
pendidikan Islam yang lain membuat rumusan tentang tujuan pendidikan Islam.
Diantara mereka ialah:
a. Menurut Mustafa Amin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat. b. Al-Abrasyi merumuskan tujuan umum pendidikan Islam yaitu:
1. Pembentukan akhlaq mulia (al-fadhilat)
2. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi pendidikan
pemanfaatanya. Keterpaduan antar agama dan ilmu akan dapat membawa masyarakat kepada kesempurnaan.
3. Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk
mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu. 4. Persiapan untuk kehidupan dunia akhirat.49
C. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa.
Tujuan utama pendidikan agama Islam ialah pembentukan akhlak dan budi
pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, baik laki-laki
maupun wanita, jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak
yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaanya, menghormati hak-hak manusia,
tahu membedakan buruk dan baik, memilih suatu fadhilah karena cinta pada fadhilah,
menghindari suatu perbuatan yang tercela karena cinta mengingat Allah SWT., dalam
setiap pekerjaan yang mereka lakukan.50
1. Pentingnya Pembinaan Akhlak Siswa
49
M. Atiyah Al – Arbasyi, Op Cit h. 103
50
Pembinaan akhlak merupakan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yang utama adalah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Pembinaan akhlak tersebut dapat
dilakukan di rumah, sekolah dan masyarakat, hal ini bertujuan agar generasi penerus
dapat bangsa memiliki moral yang baik dalam membangun bangsa.
Remaja merupakan generasi harapan bangsa yang memegang tongkat estafet
untuk menegakkan dan mewariskan cita-cita luhur bangsa dimasa depan. Pada saat
ini jumlah remaja di Indonesia cukup besar. Hal diatas diungkapkan oleh Sarlito
Wirawan Sarwono, yang mengatakan: jumlah manusia muda yang begitu besar dapat
berarti keuntungan sekaligus kerugian bagi bangsa Indonesia yang sedang
membangun ini. Ia merupakan keuntungan jika dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin untuk kepentingan pembangunan, akan tetapi kerugianlah yang akan terjadi
jika menjadi beban dan tanggungan bagi anggota masyarakat lainya.51
Sebagaimana dijelaskan oleh H.M. Chatib Thoha, bahwa: Pendidikan agama
Islam dapat digunakan sebagai terapi terhadap kenakalan remaja, karena sifat ajaran
Islam yang universal adalah shirath al-mustaqim: hudan warahmah: syifaun
fi-shudur.52
2. Cara Pembinaan Akhlak Siswa
51
Sarlito Wirawan Sarwono, Pandangan Sosial Politik Remaja, (Jakarta: Prisma, 1985), h.30
52
Telah dujelaskan sebelumnya bahwa Rasulallah SAW, diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Oleh karenanya perlu dibina secara optimal
dengan cara dan pendekatan yang tepat. Diantara cara yang ditempuh untuk
pembentukan akhlak ini,menurut beberapa ahli ilmu adalah:
a. Al-Ghazali, yang dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, dalam buku Alam
Pikiran al-Ghazali mengenai pendidikan dan ilmu, menyebutkan:
1) Melalui Pembiasaan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Karena pada dasarnya manusia dapat menerima segala pembentukan melalui pembiasaan yaitu dengan cara melatih jiwa pada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia.
2) Melalui keteladanan. Untuk menanamkan sopan santun maka diperlukan
pembinaan, contoh teladan yang baik dan nyata agar dapat diterima anak didik. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Ahzab: 21
ﺔݏܛ܊
ةﻮܚا
ﷲا
لﻮܚر
ﻰܺ
݉ﻜ݆
نﺎآ
ﺪ݆ܿ
...
ۤ
باﺰ܊ﻷا
:
ۣ
Artinya: Sungguh pada diri Rasulullah SAW itu terdapat contoh teladan yang baik bagi kamu sekalian. (Q.S. al-Ahzab: 21)
3) Melalui paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa
Mahmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam menyebutkan bahwa pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu:
b. Jalan-jalan pendorong dan penarik
1) Contoh dan teladan yang baik bagi anak
2) Lingkungan dan pergaulan anak
3) Memberi penghargaan bagi anak yang berakhlak baik
4) Memberi nasehat dengan lemah lembut
5) Menarik hati anak-anak untuk berbuat baik dan berakhlak baik
c. Jalan-jalan pencegahan
2) Bermacam-macam hukuman bila terpaksa oleh keadaan, serta berhati-hati dalam melaksanakan hukuman itu.53
Dari uraian tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa cara pembinaan
akhlak terhadap remaja, dapat dilakukan dengan cara pemberian contoh teladan dari
pihak pendidik, sehingga anak didik dapat menerima nasehat-nasehat yang telah
diberikan. Pendidik berupaya membiasakan anak didik untuk melakukan perbuatan
atau tingkah laku yang terpuji. Disamping itu pendidik dapat mengarahkan mereka
untuk bersedia mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang ada di sekolah, ataupun di
lingkungan tempat mereka tinggal.
Seluruh kegiatan tersebut berfungsi untuk menyalurkan keterampilan yang
mereka miliki, selain bersosialisasi dengan teman secara lebih baik dan
mengembangkan wawasan berfikir yang sangat penting bagi masa depan mereka
sebagai generasi penerus bangsa. Dengan kata lain kegiatan tersebut berguna untuk
masa depan mereka.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Ciputat
yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 1 Ciputat, Tangerang, Banten.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan antara tanggal 17 Mei 2006 sampai dengan 26
Juni 2006.
Variabel Penelitian
Ada dua variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini, yaitu variabel
peranan Pendidikan Agama Islam sebagai variabel (X) dan variabe pembinaan akhlak
siswa sebagai variabel terikat atau variabel (Y).
No
Variabel Indikator No. Soal Jumlah
1 Pendidikan
agama Islam
- Ketertarikan siswa untuk mengikuti
pelajaran PAI
- Kemampuan siswa dalam
memahami materi PAI
- Kemampuan guru dalam mengajar
1 - 2
3
4
2
1
2 Akhlak siswa
- Keteladanan guru dalam memberi
contoh yang baik
- Kegiatan yang dilakukan guru
sebelum memulai materi pelajaran
PAI
- Minat siswa mempelajari materi
akhlak
- Akhlak di lingkungan sekolah
- Berkata dengan benar
- Akhlak siswa dalam beribadah
- Akhlak siswa terhadap orang tua
- Akhlak siswa terhadap sesama
5 - 7
8
9
10 – 13
14
15 - 21
22
23 – 25
3 1 1 4 1 6 1 5
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian54. Populasi target adalah
seluruh siswa SMPN 2 Ciputat. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas
II SMPN 2 Ciputat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
cara random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana dari jumlah
populasi terjangkau. Adapun sampelnya adalah sebanyak 30 siswa.
No Kelas Populasi Sampel %
1 II a
II b
II c
II d
II e
SMPN 2 Negeri Ciputat 6 anak
6 anak 6 anak 6 anak 6 anak 20 20 20 20 20 54
Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode riset
lapangan (field research), yaitu merupakanpenelitian secara langsung terhadap obyek
yang akan diteliti. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan
pendekatan “croas soetional”, yaitu pemgambilan data langsung melalui kuesioner.55
Teknik pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi, dilakukan untuk mendapatkan data dengan mengadakan kunjungan
langsung ke tempat penelitian dan mengamati kondisi lingkungan sekolah
serta untuk memperoleh data yang lebih akurat, maka peneliti melakukan
observasi. Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung
proses belajar mengajar di kelas.
2. Angket, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan beberapa
pernyataan kepada siswa. Bentuk angket adalah angket langsung dan bersifat
tertutup dengan bentuk pilihan ganda, dan responden diminta untuk memilih
salah satu jawabanya.
55
Teknik Analisis Data
Setelah data sebagai hasil pencatatan peneliti terkumpul,langkah selanjutnya
yaitu pengolahan dan analisis data, sebagai suatu informasi.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan intrumen antara lain observasi dan angket. Tiap-tiap instrumen
tersebut berguna untuk melengkapi antara satu dengan yang lainya. Dalam membaca
angket data yang telah terkumpul, khususnya yang berbentuk angket, penulis akan
memasukanya kedalam beberapa tabel.
Penggunaan tekhnik analisis dalam penelitian ini disesuaikan dengan tujuan
yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui peranan pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan akhlak siswa. Maka data yang diperoleh akan diolah menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali dilakukan adalah editing, Ini berarti
bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan
kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.
2. Skoring
Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor
terhadap pernyataan yang ada pada angket. Pernyataan positif diberi skor
3. Tabulating
Bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item yang
penulis kemukakan. Untuk itu dibuatlah suatu tabel yang mempunyai kolom
setiap bagian angket sehingga terlihat jawaban responden yang satu dengan
yang lain.
4. Persentase
Perhitungan dilakukan untuk mengetahui besar kecilnya tingkatan
keberhasilan pelaksanaan pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak
sisawa.
Di dalam menghitung data-data yang didapatkan,penulis menggunakan rumus
persentase yaitu:
% 100 x n f
P =
Keterangan
P = Persentase yang dicari
F = Frekuensi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
a. Sejarah Singkat SMP Negeri 2 Ciputat
SMP Negeri 2 Ciputat didirikan pada pertengahan tahun 1976 di atas tanah
seluas + 2.500 m2 milik Yayasan Pembangunan Madrasah Islam Ikhsan (YPMII)
dengan surat Hibah No. 087/B/YPMII/II/80, modal pembangunan sepenuhnya
diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta yang pada saat itu diberikan oleh Mayjen
Ali Sadikin dengan pemborong PT Himalaya Jakarta.
Pada awal berdirinya sekolah ini berada dalam pengelolaan SMP Negeri 2
Tangerang yang sampai dengan tanggal 1 April 1979. Semua SMP dan SMU di
Kabupaten Tangerang berada dalam tanggung jawab kanwil Depdikbud DKI Jakarta.
Dengan ditetapkannya kepala sekolah yang definitif berdasarkan SK
Depdikdud No. 27707/C/2/1983, maka SMP Negeri 1 Ciputat dilepas secara penuh
dari SMP Negeri 2 Tangerang yang telah mengelola sejak tahun 1977 sampai dengan
tahun 1983/1984.
Kemudian ketika SMP Negeri Cireundeu harus mendapat nomor, dan karena
SMP Negeri Cireundeu paling pertama lahir di Ciputat maka SMP Negeri Cireundeu
mendapat nomor 1 dan SMP Negeri 1 Ciputat menjadi SMP Negeri 2 Ciputat hingga
b. Visi dan Misi SMPN 2 Ciputat
Visi
a. Terunggul dalam prestasi.
b. Teladan dalam bersikap dan bertindak.
c. Konsisten dalam menjalankan ajaran Agama.
Misi
a. Mewujudkan peningkatan kualitas / mutu lulusan.
b. Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk ke SMU / SMK Negeri.
c. Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air.
d. Meningkatkan prestasi kerja yang di imbangi dengan penghargaan yang layak
serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan.
e. Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan.
c. Struktur Organisasi
Sruktur Organisasi SMPN 2 Ciputat
STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 2 CIPUTAT
Penjab Humas Maryono, SE
Penjab Kesiswaan Dadang Yohana