PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM
NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Henni Purwaningrum
NIM : 111 10 136
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM
NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Henni Purwaningrum
NIM : 111 10 136
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian
juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang
terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di
luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan
kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.
Salatiga, Penulis
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
Dra.Djami‟atul Islamiyah, M.Ag
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp : 5 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudara : Henni Purwaningrum
Kepada:
Yth. Dekan IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,Kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Henni Purwaningrum
NIM : 111 10 136
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul : PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag NIP. 19570812 198802 2001
SKRIPSI
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN
2014/2015
DISUSUN OLEH HENNI PURWANINGRUM
111 10 136
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Miftahuddin, M.Ag. ________________
Sekretaris Penguji : Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. ________________
Penguji I : Maslikhah, S.Ag., M.Si. ________________
Penguji II : Dra. Maryatin, M.Pd. ________________
Salatiga, 31 Maret 2015
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
NIP. 19670121 199903 1 002
MOTTO
ِالل ِلْيِبَس ىف َوُهَف ِنْلِعْلا ِةَلَط ىِف َج َرَخ ْيَه
“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalanAllah”
(HR.Turmudzi)
PERSEMBAHAN
Kubingkiskan karya yang istimewa ini untuk:
& (Alm) Bapak Zuhri & Ibu Siti Ekowati, S.Pd.I tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terima kasih atas untaian
do‟a yang tiada henti terucap dan dorongan untuk mengerjakan skripsi ini.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat almarhum Bapak dan Ibu
bangga terhadapku. Terima kasih Bapak ... Terima kasih Ibu ....
& Kakakku, Hendro Handoko, S.Pd.,terima kasih atas semangat dan dorongan yang telah engkau berikan kepada adikmu ini.
& Upla, dik Ana, Ainy,Aye, Vita, Lilis, Zaty dan Aminah terima kasih atas bantuan, do‟a, nasehat, hiburan,canda, tawa dan semangat yang kalian berikan
kepadaku selama kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi ini, aku tak akan
melupakan semua kenangan yang telah kalian berikan kepadaku. Semoga
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Akhlak Siswa Di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M. Pd.selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Islam Ngadirejo
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
3. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN
4. Ibu Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang
sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Bapak (Alm) Zuhri, Ibu Siti Ekowati, S.Pd.I dan Kakak Hendro Handoko,
S.Pd tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan do‟a restu yang tiada
henti bagi keberhasilan studi penulis.
6. Seluruh dosen dan petugas admin Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN
Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian
berlangsung.
7. SMP Islam Ngadirejo, Bapak H. Abdulloh Munir selaku Kepala Sekolah
SMP Islam Ngadirejo, Bapak Hasan Asy‟ari, S.Ag., Bapak Nurul Huda,
S.Ag., Bapak Priyanto, S.Pd.I., dan semua staf dan guru di SMP Islam
Ngadirejo yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam
penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin ya robbal ‟alamin
Salatiga,
Henni Purwaningrum NIM: 111 10 136
ABSTRAK
Purwaningrum, Henni. 2015. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Akhlak Di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran
2014/2015. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.
Kata Kunci: Peran, Guru,PAI, Pembinaan dan Akhlak
Penelitian ini membahas pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Ngadirejo tahun pelajaran 2014/2015. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2014 / pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2014 / 2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Usaha-usaha yang dilakukan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Ngadirejo dilaksanakan secara intensif setiap hari dan setiap minggunya, seperti upaya
Sholat Dhuhur Berjama‟ah, SPQ (Sekolah Pendidikan Al-Qur‟an), Mujahadah. 2.
tertib sekolah untuk menghambat kenakalan siswa. 4. Faktor yang menghambat pembinaan akhlak: a. Waktunya tidak cukup untuk membina akhlak siswa yang sebanyak itu.b.Terbatasnya pengawasan pihak sekolah. c. Sikap dan perilaku siswa yang beragam. d. Pergaulan siswa yang tidak dapat dikontrol. e. Kurangnya kesadaran siswa untuk mengikuti kegiatan yang diwajibkan oleh sekolah. f. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung. g. Maraknya perkembangan informasi jaman sekarang.
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO... i
JUDUL... ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 12
2. Kehadiran Peneliti... 13
3. Lokasi Penelitian... 13
4. Sumber Data... 13
5. Prosedur Pengumpulan Data... 14
6. Analisis Data... 17
7. Pengecekan Keabsahan Data... 18
8. Tahap-tahap Penelitian... 19
H. Sistematika Penulisan... 20
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam... 22
2. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam... 25
B. Konsep Dasar Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Pembinaan Akhlak... 28
2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak... 32
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak... 34
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak di SMP……….. 43
BAB III PAPARAN DATA DAN PENYAJIAN DATA A. Gambaran Umum SMP Islam Ngadirejo 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Ngadirejo... 46
2. Profil Sekolah... 50
4. Tata Tertib di SMP Islam Ngadirejo... 54
5. Profil Guru Pendidikan Agama Islam Ngadirejo... 60
6. Macam-macam Pembinaan yang Dilakukan di SMP Islam
Ngadirejo………... 62
B. Penyajian Data Berdasarkan Hasil Penelitian
1. Usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan
Akhlak di SMP Islam Ngadirejo... 64
2. Metode yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembinaan Akhlak Siswa SMP Islam Ngadirejo... 67
3. Faktor Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Akhlak di SMP Islam Ngadirejo... 69
4. Faktor Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Akhlak di SMP Islam Ngadirejo... 71
BAB IV PEMBAHASAN
A. Usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peminaan
Akhlak... 74
B. Metode yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Pembinaan Akhlak Siswa SMP Islam Ngadirejo... 75
C. Faktor Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan
Akhak... 79
D. Faktor Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...81
B. Saran...82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Pendiri SMP Islam Ngadirejo
Tabel 2 : Identitas SMP Islam Ngadirejo
Tabel3 : Jenjang Guru dan Staf SMP Islam Ngadirejo
Tabel 4 : Data siswa dalam 4 tahun terakhir
Tabel 5 : Kelulusan siswa 4 tahun terakhir Tabel 6 : Data Ruang Kelas
Tabel 7 : Data Ruang lain
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 1: Pedoman Wawancara
Lamp. 2: Kode Penelitian
Lamp. 3: Transkip Wawancara
Lamp. 4: Triangulasi Data
Lamp. 6: Surat Penunjukkan Pembimbing
Lamp. 7: Surat Permohonan Izin Penelitian
Lamp. 8: Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lamp. 9: Dokumentasi
Lamp. 10: Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan
(Notoatmodjo. 2003 : 16).
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di jaman sekarang
ini, pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi berkualitas dan
memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai cita-cita yang di
harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam
berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita
untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan
usaha sadar yang dilakukan oleh manusia melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.
Pendidikan akan sempurna apabila dibarengi dengan pendidikan agama.
Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam,
merupakan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah
manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma Islam (Achmadi, 2005:28-29).
Agama juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan dirinya, keseimbangan dan keserasian dalam
hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat
dalam mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagiaan bathiniah. Sebab
itulah pendidikan agama yang merupakan bagian pendidikan terpenting
untuk melestarikan aspek-aspek sikap dan nilai keagamaan. Pendidikan
agama juga harus mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu
aspek iman, ilmu dan amal yang merupakan sendi tak terpisahkan. Di
samping itu pula seorang pendidik hendaknya tidak hanya mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya melainkan juga akhlak.
Kehidupan masyarakat yang semakin modern dan pluralistik telah
memberikan warna yang bervariasi dalam berbagai segi. Kenyataan
modernisasi telah merambah hampir semua nilai-nilai agama yang
seharusnya telah tercermin dalam perilaku yang baik. Perubahan tersebut
bukan hanya pada bidang teknologi saja, tetapi yang lebih berbahaya
adalah rusaknya moral, akhlak, etika dan perilaku manusia, yang
akibatnya memicu kerusakan bangsa ini. Adapun lapisan masyarakat
yang sangat mudah terkena pengaruh dari luar adalah remaja, karena
mereka sedang mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan
pertumbuhan yang mereka lalui (Daradjat, 1976:94).
Guru memegang peran yang sangat penting dan strategis sebab ia
bertanggung jawab mengarahkan anak didiknya dalam hal penguasaan
ilmu dan penerapannya dalam kehidupan dan dalam menanamkan dan
dengan PAI. Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mentrasfer ilmu
pengetahuan semata, tetapi jauh lebih berat yaitu untuk mengarahkan dan
membentuk perilaku atau kepribadian anak didik sehingga mereka yakini
terlebih guru PAI.
Teladan kepribadian dan kewibawaan yang dimiliki oleh guru
akan mempengaruhi positif atau negatifnya pembentukan kepribadian
dan watak anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. ( Q.S. Al – Ahzab : 21 )
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Rasulullah adalah suri tauladan
dan gurunya-guru adalah Rasulullah, oleh karena itu guru dituntut
memiliki kepribadian yang baik seperti apa yang ada pada diri Rasulullah
SAW. Kedudukan guru yang demikian, senantiasa relevan dengan zaman
dan sampai kapanpun diperlukan. Lebih-lebih untuk mendidik
kader-kader bangsa yang berbudi pekerti luhur (akhlaqul karimah).
Berdasarkan uraian di atas peneliti termotivasi untuk mengetahui
lebih jauh lagi tentang pengaruh guru pendidikan agam islam dalam
pembinaan akhlak siswa. Walaupun guru memiliki teori yang baik akan
tetapi tidak didukung dengan tehnik dan metode yang baik, mungkin
tertarik mengadakan penelitian dengan judul “PERAN GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK
SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN
2014/2015 ”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka
dapat dikemukakan fokus penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
2. Apa saja metode yang digunakan Guru Pendidikn Agama Islam dalam
pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
3. Faktor apa saja yang mendukung Guru Pendidikan Agama Islam
dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
4. Faktor apa saja yang menghambat Guru Pendidikan Agama Islam
dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
C. Tujuan Penelitian
Permasalahan tersebut di atas kemudian dijadikan sebagai
pijakan penelitian dan akan dijawab melalui proses penelitian yang
1. Untuk mengetahui usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan Guru Pendidikn Agama
Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun
Pelajaran 2014/2015 ?
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung Guru Pendidikan
Agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo
Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat Guru Pendidikan
Agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo
Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini semoga dapat bermanfaat dan
berguna bagi SMP Islam Ngadirejo dan Pembaca. Hasil ini mempunyai
beberapa manfaat, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
Dapat memperkaya telaah kepustakaan dan menambah khasanah
ilmu pengetahuan khususnya tentang peran guru pendidikan agama
islam dalam pembinaan akhlak siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga : dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
pola pembinaan yang selama ini telah dilakukan dan juga sebagai
b. Bagi Guru : dapat memberikan informasi kepada guru dalam upaya
membimbing dan membina siswa supaya memiliki akhlak yang
baik
c. Bagi penulis : sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal untuk terjun ke dalam
dunia pendidikan.
E. Telaah Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan mendeskripsikan beberapa
karya ilmiah yang dijadikan referensi oleh peneliti. Peneliti menemukan
beberapa skripsi yang mempunyai judul atau obyek yang hampir sama.
Di antaranya adalah :
Skripsi mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam STAIN Salatiga dengan judul “Upaya Pondok Pesantren
Hidayatul Mubtadiien dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013” oleh Rahmawati
Purwandari. Hasilnya yaitu tentang penanaman akidah islam dan
mengupas berbagai metode yang digunakan untuk pembinaan akhlak
masyarakat kalibening. Skripsi di atas mempunyai keterkaitan dengan
skripsi yang ditulis yaitu pembinaan akhlak, namun yang membedakan
adalah lingkungan, metode dan objek yang diteliti.
Skripsi mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan
Agama Islam STAIN Salatiga dengan judul Strategi Guru Pendidikan
Falah Sidomukti Salatiga Tahun 2013 oleh Istiqomah. Ia mengupas
mengenai strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan
akhlakul karimah siswa SMK. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Semarang dengan judul Peranan
Guru PAI Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Pada Masa Pubertas di
SMP Nurul Ulum Karangroto Genuk Semarang oleh Nurul Khafshotul
M. Ia mengupas tentang pembinaan akhlak siswa pada masa pubertas.
Sedangkan skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Pembinaan
Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Skripsi ini mengupas tentang proses pembinaan akhlak di Madrasah
Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Skripsi di atas mempunyai
keterkaitan dengan skripsi yang ditulis yaitu pembinaan akhlak, namun
yang membedakan dengan penelitian yang dibuat adalah objek kajian dan
karakteristik peserta didik SMP Islam Ngadirejo.
F. Penegasan Istilah
Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari
kesalahpahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas,
maka akan penulis sampaikan batasan istilah yang terdapat judul, yaitu :
1. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar´ (Kamus Besar.
Bahasa Indonesia, 2001: 288). Menurut Sardiman (Djamarah, 2000:1)
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan
Syafruddin Nurdin (2002:8) Guru adalah seorang yang
mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak
didik, menunjang hubungan sebaik-baiknya, dalam kerangka
menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang
menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan.
Menurut Ahmad Barizi (2010:142) Pengertian yang lebih sempit
yaitu, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau
memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas.
Sementara itu Muhammad Arifin (1977:214) berpendapat
bahwa pendidikan agama Islam adalah ”usaha-usaha secara sadar
untuk menanamkan cita-cita keagamaan yang mempunyai nilai-nlai
lebih tinggi daripada pendidikan lainnya karena hal tersebut
menyangkut soal iman dan keyakinan”.
Dalam hal ini Ahmad Tafsir (1990: 32) memberikan pengertian
bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan
oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan agama
Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim
Jadi guru pendidikan agama islam menurut peneliti adalah
seorang pengajar atau pendidik yang bertugas untuk mengajarkan
materi agama islam.
2. Pembinaan Akhlak
Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan
awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara.
Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif
untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.
Selanjutnya definisi akhlak. Akhlak adalah jamak dari khuluq
yang berarti adat kebiasaan ( al- adat), perangai, tabi‟at, (al- sajiyyat
), watak ( al-thab’), adab/ sopan santun (al-muru’at), dan agama (
al-din). Menurut para ahli masa lalu ( al-qudama’), akhlak adalah
kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara spontan,
tanpa pemikiran dan pemaksaan seiring pula akhlak adalah semua
perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau
buruk (Prof. Dr. Suwito, 2004:31). Sedangkan kata akhlak (Wahid
Ahmadi, 2004:13), jika diuraikan secara bahasa berasal dari rangkaian
huruf-huruf kha-la-qa, jika digabungkan (khalaqa) berarti
menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata Al-Khaliq yaitu Allah
Swt, dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Maka
kata akhlak tidak bisa dipisahkan dengan Al-Kaliq (Allah) dan
makhluk (baca: hamba). Akhlak berarti sebuah perilaku yang
Adapun definisi akhlak menurut istilah banyak dikemukakan
oleh para ahli dan pemikir islam, baik pada jaman klasik maupun
kontemporer. Berikut ini beberapa definis akhlak yang dikemukakan
oleh para ahli seperti dikutip oleh Mohamad Ardani (2001: 27-29)
sebagai berikut:
a. Ibnu Miskawih
Ibnu Miskawih sebagai ilmuwan muslim yang sangat
terkemuka sebagai pakar akhlak dalam kitabnya Tahdzibul Akhlak
mengatakan bahwa akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan lagi”. Menurut konsep beliau akhlak
adalah suatu konsep mental yang dimiliki oleh seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sikap jiwa yang
dimiliki oleh seseorang ini bisa bersumber dari watak naluri dan
ada pula yang berasal dari kebiasaan atau latihan.
b. Imam Al Ghazali
Menurut Imam Al Ghazali sebagai salah satu ulama besar
yang bergelar hujjatul islam akhlak tidak hanya sebatas sikap,
keutamaan yang bersifat pribadi, tetapi mencakup sejumlah sifat
keutamaan akal, amal, perorangan dan masyarakat. Menurut beliau
akhlak adalah suatu sikap yang tertanam dan mengakar dalam jiwa
mempertimbangkan terlebih dahulu. Jika sikap tersebut melahirkan
perbuatan baik menurut akal dan hukum agama, maka disebut
sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang melahirkan perbuatan
tercela, disebut sebagai akhlak yang buruk. Akhlak hanya memuat
dua hal tersebut, yaitu baik dan buruk.
c. Al Farabi
Al Farabi sebagai salah satu pemikir muslim tidak
ketinggalan memberikan definisi akhlak. Menurut beliau akhlak
adalah tingkah laku yang dilakukan untuk memperoleh
kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi dan diinginkan oleh
setiap orang.
Berbagai definisi akhlak di atas bahwa akhlak merupakan
suatu sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa seseorang yang terlihat
dalam perbuatan sehari-harinya, tanpa didahului oleh pemikiran dan
pertimbangan
Jadi menurut penulis akhlak merupakan cermin dari tingkah
laku individu, maka keberadaan akhlak itu harus tetap dibina dan
diarahkan karena akhlak sebagai penuntun kebaikan dan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Disinilah letak pentingnya pembinaan
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian
yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi
strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi,
langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam,
dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan
lain-lain (Zuriah, 2009:95).
Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek)
secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka sendiri
tentang dunia ini. Penulis dapat merasakan pengalaman-pengalaman
yang mungkin belum penulis ketahui sama sekali. Yang terakhir
metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki konsep-konsep
yang dalam penelitian lainnya intinya akan hilang. Konsep-konsep
seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan, frustasi, harapan,
dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang
sesungguhnya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Sugiyono,
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument
sekaligus pengumpul data. Peneliti datang dan secara langsung
berinteraksi di tengah-tengah objek penelitian dan melakukan
pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitas-aktivitas lainnya
demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti
turun langsung ke kancah penelitian, tanpa mewakilkan pada orang
lain, agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi
data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat
diperoleh secara akurat.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP
Islam Ngadirejo Kabupaten Temanggung pada bulan November tahun
2014 sampai dengan selesai.
4. Sumber Data
Sebelum penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber
data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti
memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan
berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.
Responden adalah orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan
(Arikunto, 2010:107). Sedangkan informan adalah orang yang
Adapun yang menjadi responden atau informan dalam penelitian
ini adalah:
1) Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Ngadirejo.
Sumber lain yang bisa dijadikan referensi seperti
dokumen-dokumen maupun surat-surat penting.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi adalah peninjauan secara cermat (Alwi, 2007:794).
Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang
fenomena-fenomena yang diselidiki yang dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1980:136).
Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan-pengamatan
terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti antara lain
kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang tersedia dalam rangka menunjang proses
pembinaan akhlak siswa.
Jenis-jenis observasi:
a) Observasi partisipasi,
Peneliti yang menjadi kepentingannya pengumpulan data/
b) Observasi terus terang/ tersamar
Untuk observasi terus terang dapat berupa wawancara
sedangkan yang tersamar bisa berupa pengamatan-pengamatan
situasi objek penelitian.
c) Observasi tidak berstruktur
Observasi yang tidak menggunakan panduan yang telah
disiapkan sebelumnya, sebab fokus observasi biasanya
berkembang sewaktu kegiatan penelitian berlangsung (Faisal,
1990:78-79).
Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang belum
diperoleh waktu wawancara dan dokumentasi. Dimana lokasi
pelaksanaan pembinaan dan Bagaimana kondisi siswa ataupun
respon siswa pada saat proses pembinaan berlangsung.
b. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2011: 186)
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data langsung secara
lebih mendalam dan akurat tentang permasalahan yang diteliti.
Dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
kepada pihak yang mengetahui permasalahan seputar proses
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:
(Arikunto, 2010:270)
a) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman
wawancara yang hanya membuat garis besar yeng akan
ditanyakan. Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat
diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini
lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah
sebagai pengemudi jawaban responden.
b) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada
nomor yang sesuai.
c. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode yang lain adalah
metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2010:274).
Dibanding metode yang lain, metode ini agak tidak begitu
sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan, sumber datanya tetap
belum berubah. Dalam metode dokumentasi yang diamati bukan
mencari data peran guru PAI dalam pembinaan akhlak di SMP
Islam Ngadirejo.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:244).
Penelitian ini akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah
data dari lapangan:
a. Pengumpulan data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang
diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi yang diperoleh
dari penelitian.
b. Reduksi data
Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, setelah
meneliti di lapangan sampai laporan tersusun. Reduks data
merupakan bagian dari analisis data dengan suatu bentuk analisis
yang menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak
diperlukan dan mengorganisasi data sehingga dapat memperoleh
c. Penyajian data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan
sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu.
d. Kesimpulan
Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran
terhadap apa yang akan diteliti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah trianggulasi sumber data. Trianggulasi merupakan sumber data
untuk mengecek data yang telah dikemukakan. Selain itu, trianggulasi
data adalah upaya untuk mengecek kebenarannya data tertentu dengan
data yang diperoleh dari sumber lain (Moleong, 2011:330).
Pendapat tersebut mengandung makna bahwa dengan
menggunakan metode trianggulasi dengan mempertinggi validitas
memberi kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data
yang diperoleh dari sumber data pertama masih ada kekurangan agar
data yang diperoleh ini semakin dapat dipercaya, maka data yang
dibutuhkan tidak hanya dari satu sumber data saja tetapi berasal dari
sumber-sumber lain yang terkait dengan sumber penelitian. Di sisi lain
trianggulasi data adalah cara untuk memperoleh data dengan jalan
membandingkan data hasil wawancara dan hasil pengamatan maupun
Dalam pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan cross
check dengan beberapa sumber lain yang terkait.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut:
a. Tahap pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:
1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
d. Tahap peneliti laporan penelitian
1) Penulisan hasil penelitian
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Perbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
H. Sistematika Penulisan
Agar suatu penelitian dapat dengan mudah dipahami oleh orang
yang membacanya, maka selayaknya dapat sistematika penulisan.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
Bab I merupakan kerangka dasar yang berisi Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Teori,
Penegasan Istilah, Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian,
Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur
Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, dan
Tahap-tahap Penelitian), dan Sitematika Penulisan.
Bab II berisi tentang kajian pustaka, bab ini menguraikan
teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian agar didapat gambaran
yang jelas mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan akhlak siswa. Adapun sumber teori-teori adalah berasal dari
berbagai buku referensi, internet, dan sumber lain yang dianggap
representative sebagai pengayaan teori penelitian.
Bab III berisi paparan data dan temuan peneliti menjelaskan
tentang gambaran umum SMP Islam Ngadirejo (deskripsi lokasi SMP
Islam Ngadirejo, visi, misi, dan tujuan SMP Islam Ngadirejo, Sarana dan
Fasilitas di SMP Islam Ngadirejo, klasifikasi siswa, program pembinaan
akhlak siswa, dan Temuan Penelitian.
Bab IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan
masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan
yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam
konteks khasanah ilmu.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari
pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai
sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Sebelum dibahas lebih lanjut tentang guru pendidikan agama
islam, maka perlu kiranya dikemukakan pengertian guru itu sendiri,
diantaranya:
a. Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2001: 288).
b. Guru menurut UU RI No.14 Bab I Pasal 1 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen adalah : pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini,
jalur pendidikan dasar dan pendidikan menengah
c. Menurut Sardiman (Djamarah, 2000:1) guru merupakan salah satu
komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut
berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang
potensial di bidang pembangunan
d. Nurdin (2002:8) Guru adalah seorang yang mempunyai gagasan
yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, menunjang
hubungan sebaik-baiknya, dalam kerangka menjunjung tinggi,
mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut
e. Arifin (1977:214) berpendapat bahwa pendidikan agama Islam
adalah ”usaha-usaha secara sadar untuk menanamkan cita-cita
keagamaan yang mempunyai nilai-nlai lebih tinggi daripada
pendidikan lainnya karena hal tersebut menyangkut soal iman dan
keyakinan”.
Sedangkan Guru dalam konteks islam disebut dengan
“murobbi”,“mu’allim”dan “muadib” (Ramayulis, 2002:56). Uraian
istilah tersebut yaitu :
a. Murobbi
Lafad ب ره berasal dari masdar lafad tarbiyah. Menurut
Abdurrahman Al-Bani sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir lafad
tarbiyah terdiri dari empat unsur, yaitu : menjaga dan memelihara
fitrah anak menjelang dewasa, mengembangkan seluruh potensi,
mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan dan
melaksanakan secara bertahap (Tafsir, 2005:29).
Jadi ب ره adalah menjaga, merawat dan memelihara anak
Lafad نلع pada ayat di atas cenderung pada aspek
pemberian informasi kepada obyek didik sebagai mahluk yang
berakal ( Isma‟il SM, 2001:60).
Mu‟allim lebih menekankan guru sbagai pengajar dan
penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) (Marno
dan Idris, 2010:15).
c. Mu’adib
Kata ب دعه, berasal dari ب د ا , yu'addibu sebagaimana
terdapat dalam hadis Nabi ( Addabani rabbi fa ahsana ta' dibi ) "
Allah telah mendidik saya dengan sebaik-baik pendidikan" (Abu
Hasan, 1989: 493).
Tafsir (1990: 32) memberikan pengertian bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan agama Islam adalah
bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal
mungkin.
Jadi guru pendidikan agama islam adalah seorang pengajar atau
pendidik yang bertugas untuk mengajarkan, membimbing dan
2. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam
a. Tugas Guru
Tugas guru menurut Usman (1991:4) ada 3 kelompok,
yakni:
1) Tugas guru dalam bidang profesi
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,
dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan
pada siswa.
2) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa
guru disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang
tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi
idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikannya,
hendaknya dapat menjadikan motivasi bagi siswanya dalam
belajar.
Sebagai tugas kemanusiaan, seorang guru harus terpanggil
untuk membimbing, melayani, mengarahkan, menolong,
memotivasi, dan memberdayakan sesame, khususnya anak
bukan semata-mata terkait dengan tugas formal atau
pekerjaannya sebagai guru ( Marno dan Idris, 2010:20).
3) Tugas Guru dalam bidang kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih
terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan
mesyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti
bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan
pancasila. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam
masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen
strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan
gerak maju kehidupan bangsa.
Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu
menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat manusia. Secara
lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan pendidikan,
sebagaimana tercantum dalam surat Al-Jumu‟ah ayat 2 (Marno dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S Al Jumu‟ah : 2)
Ayat diatas menggambarkan bahwa tugas rosul adalah
untuk mengajarkan dan menyuruh umat manusia untuk membaca
ayat-ayat Al-Qur‟an, itu juga yang diemban oleh guru yaitu
mengajarkan dan membimbing siswa dan siswinya.
b. Peran Guru PAI
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243),
yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila
seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.
Konsep tentang peran menurut Komaruddin (1994:768),
adalah:
1) Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang
dalam manajemen.
2) Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status.
3) Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.
4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi
karakteristik yang ada padanya.
5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar
mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh
of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspedition,
perencanaan, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan
konselor.
Jadi peran guru Pendidikan Agama Islam adalah
mengajarkan, membimbing, dan mengarahkan siswa ke arah yang
lebih baik, serta mengajarkan siswanya agar tidak menyimpang
dari syari‟at-syari‟at islam.
B. Konsep Dasar Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Sebelum membahas tentang pembinaan akhlak, kita harus
memahami apa itu pembinaan :
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152)
Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan
awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan,
cara. Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien
dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.
b. Menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:
M.02-PK.04.10.
Pembinaan adalah usaha yang ditujukan untuk memperbaiki,
c. Menurut PP RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1
Kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Intelektual, Sikap dan Perilaku, Profesional,
kesehatan jasmani dan rohani.
d. Menurut Thoha (1987:7)
pembinaan adalah suatu proses, hasil atau pertanyaan menjadi lebih
baik, dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan, kemajuan,
peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan
atas sesuatu.
Akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti adat kebiasaan (
ب د اعلا ) , perangai, tabi‟at, ( ةيجسلا ), watak ( ةطلا ), adab/ sopan
santun (ت اع رولا), dan agama ( ى دلا). Menurut para ahli masa lalu (
م دقلا), akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu
perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran dan pemaksaan seiring
pula akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa
berupa perbuatan baik atau buruk (Prof. Dr. Suwito, 2004:31). Kata
akhlak (Wahid Ahmadi, 2004:13), jika diuraikan secara bahasa berasal
dari rangkaian huruf-huruf ق – ل – خ, jika digabungkan (قلخ) berarti
menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata Al-Khaliq yaitu Allah
Swt, dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Maka
makhluk (baca: hamba). Akhlak berarti sebuah perilaku yang
muatannya “menghubungkan” antara hamba dengan Allah Swt.
Adapun definisi akhlak menurut istilah banyak dikemukakan
oleh para ahli dan pemikir islam, baik pada jaman klasik maupun
kontemporer. Berikut ini beberapa definis akhlak yang dikemukakan
oleh para ahli seperti dikutip oleh Mohamad Ardani (2001: 27-29)
sebagai berikut:
a. Ibnu Miskawih
Ibnu Miskawih sebagai ilmuwan muslim yang sangat
terkemuka sebagai pakar akhlak dalam kitabnya Tahdzibul Akhlak
mengatakan bahwa akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan lagi”. Menurut konsep beliau akhlak
adalah suatu konsep mental yang dimiliki oleh seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sikap jiwa yang
dimiliki oleh seseorang ini bisa bersumber dari watak naluri dan
ada pula yang berasal dari kebiasaan atau latihan.
b. Imam Al Ghazali
Menurut Imam Al Ghazali sebagai salah satu ulama besar
yang bergelar hujjatul islam akhlak tidak hanya sebatas sikap,
keutamaan yang bersifat pribadi, tetapi mencakup sejumlah sifat
akhlak adalah suatu sikap yang tertanam dan mengakar dalam jiwa
seseorang yang dapat melahirkan berbagai perbuatan tanpa harus
mempertimbangkan terlebih dahulu. Jika sikap tersebut melahirkan
perbuatan baik menurut akal dan hukum agama, maka disebut
sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang melahirkan perbuatan
tercela, disebut sebagai akhlak yang buruk. Akhlak hanya memuat
dua hal tersebut, yaitu baik dan buruk.
c. Al Farabi
Al Farabi sebagai salah satu pemikir muslim tidak
ketinggalan memberikan definisi akhlak. Menurut beliau akhlak
adalah tingkah laku yang dilakukan untuk memperoleh
kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi dan diinginkan oleh
setiap orang.
Berbagai definisi akhlak diatas bahwa akhlak merupakan suatu
sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa seseorang yang terlihat dalam
perbuatan sehari-harinya, tanpa didahului oleh pemikiran dan
pertimbangan. Karena akhlak di sini merupakan bagian dari diri
manusia dan menempati tempat yang paling tinggi sebagai individu
maupun sebagai masyarakat luas seperti dalam pernyataan bahwa
kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan ahlaknya yang
baik, dan kejatuhan nasib seseorang, masyarakat dan bangsa
disebabkan hilangnya akhlak yang baik atau jatuh akhlaknya
Sebagian ulama, ketika berbicara tentang perilaku islam, ada
yang tidak memisahkan antara berbagai istilah ini. Bagi mereka,
akhlak adalah adab, juga etika (Wahid Ahmad, 2004:17).
Jadi pembinaan akhlak adalah proses kegiatan yang dilakukan
seseorang ataupun dalam hal ini guru dengan menggunakan strategi
yang tepat agar siswa mempunyai perilaku yang lebih baik.
2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak
a. Dasar – dasar Pembinaan Akhlak
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak
adalah berupa al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Karena
keduanya merupakan dasar pokok ajaran islam, dan pembinaan
akhlak termasuk bagian dari ajaran islam.
Al-Qur‟an menggambarkan bahwa setiap orang beriman itu
niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon
Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendai”.
Ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa apabila kita
berakhlak atau tingkah yang baik kita akan mendapat hasil yang
baik pula, sedangkan apabila kita tingkah laku jelek kita akan
menuai hasil yang jelek pula.
b. Tujuan Pembinaan Akhlak
Islam adalah agama yang benar, agama yang mempunyai
tujuan supaya manusia berada di jalan yang lurus. Agama Islam
mengajarkan manusia untuk berbuat kebaikan dan juga
mengajarkan manusia supaya menghindari hal-hal yang yang jelek.
Menurut Barmawie Umary (1995:136), beberapa tujuan
pembinaan akhlak adalah meliputi:
1) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia,
terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.
2) Supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama
3) Memantabkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri
berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang
rendah.
4) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,
menguasai emosi, tahan menderita dan sabar.
5) Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat
membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai
kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada
yang lemah dan menghargai orang lain.
6) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan
bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.
7) Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan
bermuamalah yang baik.
Jadi tujuan pembinaan akhlak adalah supaya siswa dapat
terbiasa dengan akhlak-akhlak yang baik, dapat mendekatkan diri
kepada Allah serta dapat membedakan mana akhlak yang baik dan
akhlak yang jelek, sehingga tidak lagi melakukan hal-hal yang
tidak baik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak
Pada dasarnya setiap manusia memiliki keinginan untuk
memiliki kepribadian yang baik. Nipa Abdul Halim (2000:12)
mengemukakan bahwa : Setiap orang ingin agar menjadi orang yang
dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan dengan melalui
pendidikan, untuk itu perlu dicari jalan yang dapat membawa kepada
terjaminnya akhlak perilaku ihsan. Dengan demikian pendidikan
agama harus diberikan secara terus-menerus baik faktor kepribadian,
faktor keluarga, pendidikan formal, pendidikan nonformal atau
lingkungan masyarakat.
Para siswa merupakan generasi muda yang merupakan sumber
insani bagi pembangunan nasional, untuk itu pula pembinaan bagi
mereka dengan mengadakan upaya-upaya pencegahan pelanggaran
norma-norma agama dan masyarakat.
Secara umum pengaruh pendidikan akhlak seseorang tergantung
pada dua faktor yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor Internal / kepribadian dari orang itu sendiri.
Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh
pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa–
masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12
tahun. Kemampuan seseorang dalam memahami masalah-masalah
agama atau ajaran-ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh
intelejensi pada orang itu sendiri dalam memahami ajaran–ajaran
Islam. (Zakiah Darajdat, 1970:58)
Ada beberapa faktor eksternal yang bisa mempengaruhi
akhlak (moral) seseorang yaitu:
1) Lingkungan Keluarga
Pada dasarnya, lingkungan lain menerima anak-anak
setelah mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam
asuhan orang tuanya. Dengan demikian, rumah keluarga
muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan
melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga
muslim adalah keluarga yang mendasarkan
aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan
syariat Islam.
Dalam pembinaan akhlak anak, faktor orang tua sangat
menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak
bersamaan dengan unsur-unsur pribadi yang didapatnya melalui
pengalaman sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orangtua
mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak-anaknya
karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak untuk
membimbing, mengarahkan anak-anaknya agar mempunyai
akhlak Islami (Nipa Abdul Halim, 2000:12).
Ada beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua
yakni aspek pendidikan akhlakul karimah. Pendidikan akhlak
sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan
kepada orang tua, bertingkah laku sopan, baik dalam berperilaku
keseharian maupun dalam bertutur kata. Pendidikan akhlak tidak
hanya secara teoritik namun disertai contohnya untuk dihayati
maknanya, seperti kesusahan ibu yang mengandungnya,
kemudian dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut,
kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya. Oleh
karena itu orangtua berperan penting sebagai pendidik, yakni
memikul pertanggungjawaban terhadap pendidikan anak.
Karena pendidikan itulah yang akan membentuk manusia di
masa depan (Thoha, 1996:108).
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak
dasar perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak
mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan pendidikan anak
sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan
keluarga. Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam
keluarga secara tidak langsung nantinya akan berkembang di
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu maka
kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga harus dalam pengawasan, karena akan
sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk dari
keluarga terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh
anak-anaknya, menjadi kebiasaan anak yang buruk. Dengan
anak yang baik. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat
sangat menentukan masa depan anaknya (Darajdat, 1970:58).
Dengan perkembangan akhlak/moral keagamaan yang baik
pada anak sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap budi
pekerti atau tingkah laku anak pada masa yang akan datang. Di
samping faktor pengaruh keluarga, faktor lingkungan
masyarakat dan pergaulan anak juga mempengaruhi
perkembangan moral keagamaan anak, pada perkembangannya
terkadang anak lebih percaya kepada teman dekatnya dari pada
orangtuanya, terkadang juga lebih mematuhi orang-orang yang
dikaguminya seperti ; gurunya, artis favoritnya, dan sebagainya.
Keluarga dengan akhlak yang baik dan lingkungan
masyarakat yang baik, secara teoritis akan berpengaruh positif
terhadap perkembangan akhlak mulia pada anak.
2) Lingkungan Sekolah
Perkembangan akhlak anak yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekolah. Di sekolah ia berhadapan dengan
guru-guru yang berganti-ganti. Kasih guru-guru kepada murid tidak
mendalam seperti kasih orang
tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terkait ole
h tali kekeluargaan. Guru bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid-muridnya, dia harus memberi contoh dan
mata pelajaran ia berupaya menanamkan akhlak sesuai dengan
ajaran Islam. Bahkan sekolah pun ia harus bertindak sebagai
seorang pendidik.
Sehubungan dengan pengaruh lingkungan sekolah,
Risnayanti (2004:30) mengemukakan bahwa : Kalau di rumah
anak bebas dalam gerak-geriknya, ia boleh makan apabila lapar,
tidur apabila mengantuk dan boleh bermain, sebaliknya di
sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Disana ada
aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang
ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada waktu
yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar
tempat, kecuali seizin gurunya. Pendeknya ia harus
menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada
ditetapkan. Berganti-gantinya guru dengan kasih sayang yang
kurang mendalam, contoh dari suri tauladannya, suasana yang
tidak sebebas dirumah anak-anak, memberikan pengaruh
terhadap perkembangan akhlak mereka.
3) Lingkungan Masyarakat
Lembaga non-formal akan membawa seseorang berperilaku
yang lebih baik, karena di dalamnya akan memberikan
pengarahan-pengarahan terhadap norma-norma yang baik dan
buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan
yang mengajak hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak
baik.
Pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada
agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada
diri seseorang. Karena itu menurut M. Abdul Quasem (1988 :
94) bahwa “Nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Islam apalagi yang membawa
maslahat dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan
kebijaksanaan.”
Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan
memperhatikan orang-orang baik dan bergaul dengan mereka,
secara alamiah manusia itu meniru tabiat seseorang tanpa dasar
bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang
lain. Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya
yang berdasarkan nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu
tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah.
Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu
mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh
karena itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak
seseorang, di dalamnya orang akan menatap beberapa
permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan,
baik dalam hal-hal yang positif maupun negatif dalam
lingkungan yang berdampak negatif tersebut harus diatur,
supaya interaksi edukatif dapat berlangsung dengan
sebaik-baiknya (Uhbiyati, 1997:235).
Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup
sendiri. Jika dikaitkan lingkungan sekolah, hal ini sama bahwa
mereka dalam hidup saling membutuhkan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. Misalkan ketika ia melihat
temannya yang rajin melakukan kegiatan keagamaan di
lingkungan sekolah maka secara tidak langsung dia akan
terpengaruh juga dengan kegiatan temannya. Jadi lingkungan
sangat memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan pola
pikir dan akhlak seseorang.
Mengenai faktor yang berpengaruh terhadap akhlak, Abuddin
Nata (2000: 165) mengemukakan bahwa terdapat tiga aliran yang
sudah sangat populer yang ketiganya dapat mempengaruhi akhlak,
aliran tersebut adalah:
1) Aliran Nativisme
Aliran ini menjelaskan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap akhlak adalah pembawaan dari dalam yang
bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.
Jika seseorang sudah memiliki kecenderungan baik, maka dengan
2) Aliran Empirisme
Aliran ini menjelaskan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap akhlak adalah faktor dari luar yaitu
lingkungan sosial yang termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada
anak baik, maka anak itupun akan menjadi baik.
3) Aliran Konvergensi
Aliran ini menjelaskan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap akhlak adalah faktor internal yaitu
pembawaan anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam
lingkungan sosial. Singkatnya, jika semua anak didik dididik dan
dibina secara intensif dengan beberapa metode yang mengarah
kepada kebaikan, maka anak itupun akan menjadi baik.
Akhlak siswa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, oleh
karena itu contoh yang baik (uswah hasanah) dari guru maupun orang
tua sangat perlu untuk diperhatikan. Hal tersebut dimaksudkan agar
siswa terbiasa melakukan segala sesuatu sesuai dengan tata kehidupan
yang semestinya. Sehingga siswa benar-benar merasa hidup dalam
lingkungan yang baik (bi’ah hasanah) dimanapun ia berada,
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak di SMP.
Masa remaja adalah masa pembinaan dan persiapan terakhir
sebelum memasuki masa dewasa yang penuh tanggung jawab. Mereka
selalu ingin dianggap berguna dalam lingkungannya. Oleh karena itu,
harus senantiasa dibina dan diarahkan dalam mengembangkan bakat dan
minatnya dalam berbagai bidang. Selain itu, hal yang tidak kalah
pentingnya adalah pembinaan sikap dan mental siswa agar mampu
menjadi pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani sesuai dengan
tujuan pendidikan Islam (Bahri, 2004:74).
Selain itu, sekolah pula yang memberikan pendidikan baik secara
formal yaitu proses pembelajaran pada umumnya maupun nonformal yaitu
kegiatan pendukung ataupun kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu kegiatan
nonformal yang diterapkan di sekolah adalah pembinaan akhlak. Kegiatan
sekolah yang dapat mewujudkan suatu pencerahan dan kemajuan generasi.
Pembinaan akhlak di sekolah mengembangkan kegiatan-kegiatan
keIslaman diluar maupun pada jam sekolah. Sehingga ada tindakan nyata
yang diharapkan mampu merubah akhlak siswa menjadi lebih baik lagi.
Pembinaan itu khususnya memberikan bimbingan atau didikan
kepada siswa agar mereka tetap berada di jalan yang benar. Adapun