• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM

NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Henni Purwaningrum

NIM : 111 10 136

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)
(3)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM

NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Henni Purwaningrum

NIM : 111 10 136

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini

tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian

juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang

terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di

luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan

kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.

Salatiga, Penulis

(5)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

Dra.Djami‟atul Islamiyah, M.Ag

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing

Lamp : 5 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudara : Henni Purwaningrum

Kepada:

Yth. Dekan IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,Kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Henni Purwaningrum

NIM : 111 10 136

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI

Judul : PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(6)

Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag NIP. 19570812 198802 2001

SKRIPSI

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN

2014/2015

DISUSUN OLEH HENNI PURWANINGRUM

111 10 136

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Maret 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Miftahuddin, M.Ag. ________________

Sekretaris Penguji : Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. ________________

Penguji I : Maslikhah, S.Ag., M.Si. ________________

Penguji II : Dra. Maryatin, M.Pd. ________________

Salatiga, 31 Maret 2015

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

(7)

NIP. 19670121 199903 1 002

MOTTO

ِالل ِلْيِبَس ىف َوُهَف ِنْلِعْلا ِةَلَط ىِف َج َرَخ ْيَه

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalanAllah”

(HR.Turmudzi)

PERSEMBAHAN

Kubingkiskan karya yang istimewa ini untuk:

& (Alm) Bapak Zuhri & Ibu Siti Ekowati, S.Pd.I tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terima kasih atas untaian

do‟a yang tiada henti terucap dan dorongan untuk mengerjakan skripsi ini.

Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat almarhum Bapak dan Ibu

bangga terhadapku. Terima kasih Bapak ... Terima kasih Ibu ....

& Kakakku, Hendro Handoko, S.Pd.,terima kasih atas semangat dan dorongan yang telah engkau berikan kepada adikmu ini.

& Upla, dik Ana, Ainy,Aye, Vita, Lilis, Zaty dan Aminah terima kasih atas bantuan, do‟a, nasehat, hiburan,canda, tawa dan semangat yang kalian berikan

kepadaku selama kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi ini, aku tak akan

melupakan semua kenangan yang telah kalian berikan kepadaku. Semoga

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir skripsi dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Pembinaan Akhlak Siswa Di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut

Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. RahmatHariyadi, M. Pd.selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Islam Ngadirejo

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

3. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN

(9)

4. Ibu Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang

sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Bapak (Alm) Zuhri, Ibu Siti Ekowati, S.Pd.I dan Kakak Hendro Handoko,

S.Pd tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan do‟a restu yang tiada

henti bagi keberhasilan studi penulis.

6. Seluruh dosen dan petugas admin Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN

Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung.

7. SMP Islam Ngadirejo, Bapak H. Abdulloh Munir selaku Kepala Sekolah

SMP Islam Ngadirejo, Bapak Hasan Asy‟ari, S.Ag., Bapak Nurul Huda,

S.Ag., Bapak Priyanto, S.Pd.I., dan semua staf dan guru di SMP Islam

Ngadirejo yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam

penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin ya robbal ‟alamin

Salatiga,

(10)

Henni Purwaningrum NIM: 111 10 136

ABSTRAK

Purwaningrum, Henni. 2015. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Pembinaan Akhlak Di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran

2014/2015. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Dra. Djami‟atul Islamiyah, M.Ag.

Kata Kunci: Peran, Guru,PAI, Pembinaan dan Akhlak

Penelitian ini membahas pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Ngadirejo tahun pelajaran 2014/2015. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2014 / pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Usaha-usaha yang dilakukan yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Ngadirejo dilaksanakan secara intensif setiap hari dan setiap minggunya, seperti upaya

Sholat Dhuhur Berjama‟ah, SPQ (Sekolah Pendidikan Al-Qur‟an), Mujahadah. 2.

(11)

tertib sekolah untuk menghambat kenakalan siswa. 4. Faktor yang menghambat pembinaan akhlak: a. Waktunya tidak cukup untuk membina akhlak siswa yang sebanyak itu.b.Terbatasnya pengawasan pihak sekolah. c. Sikap dan perilaku siswa yang beragam. d. Pergaulan siswa yang tidak dapat dikontrol. e. Kurangnya kesadaran siswa untuk mengikuti kegiatan yang diwajibkan oleh sekolah. f. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung. g. Maraknya perkembangan informasi jaman sekarang.

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO... i

JUDUL... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

(12)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 12

2. Kehadiran Peneliti... 13

3. Lokasi Penelitian... 13

4. Sumber Data... 13

5. Prosedur Pengumpulan Data... 14

6. Analisis Data... 17

7. Pengecekan Keabsahan Data... 18

8. Tahap-tahap Penelitian... 19

H. Sistematika Penulisan... 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam... 22

2. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam... 25

B. Konsep Dasar Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Pembinaan Akhlak... 28

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak... 32

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak... 34

C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak di SMP……….. 43

BAB III PAPARAN DATA DAN PENYAJIAN DATA A. Gambaran Umum SMP Islam Ngadirejo 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Islam Ngadirejo... 46

2. Profil Sekolah... 50

(13)

4. Tata Tertib di SMP Islam Ngadirejo... 54

5. Profil Guru Pendidikan Agama Islam Ngadirejo... 60

6. Macam-macam Pembinaan yang Dilakukan di SMP Islam

Ngadirejo………... 62

B. Penyajian Data Berdasarkan Hasil Penelitian

1. Usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan

Akhlak di SMP Islam Ngadirejo... 64

2. Metode yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Pembinaan Akhlak Siswa SMP Islam Ngadirejo... 67

3. Faktor Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Pembinaan Akhlak di SMP Islam Ngadirejo... 69

4. Faktor Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Pembinaan Akhlak di SMP Islam Ngadirejo... 71

BAB IV PEMBAHASAN

A. Usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Peminaan

Akhlak... 74

B. Metode yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Pembinaan Akhlak Siswa SMP Islam Ngadirejo... 75

C. Faktor Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan

Akhak... 79

D. Faktor Penghambat Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan

(14)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...81

B. Saran...82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Pendiri SMP Islam Ngadirejo

Tabel 2 : Identitas SMP Islam Ngadirejo

Tabel3 : Jenjang Guru dan Staf SMP Islam Ngadirejo

Tabel 4 : Data siswa dalam 4 tahun terakhir

Tabel 5 : Kelulusan siswa 4 tahun terakhir Tabel 6 : Data Ruang Kelas

Tabel 7 : Data Ruang lain

DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1: Pedoman Wawancara

Lamp. 2: Kode Penelitian

Lamp. 3: Transkip Wawancara

Lamp. 4: Triangulasi Data

(15)

Lamp. 6: Surat Penunjukkan Pembimbing

Lamp. 7: Surat Permohonan Izin Penelitian

Lamp. 8: Surat Keterangan Bukti Penelitian

Lamp. 9: Dokumentasi

Lamp. 10: Daftar Riwayat Hidup

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(Notoatmodjo. 2003 : 16).

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di jaman sekarang

ini, pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi berkualitas dan

memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai cita-cita yang di

harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam

berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita

untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan

usaha sadar yang dilakukan oleh manusia melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

Pendidikan akan sempurna apabila dibarengi dengan pendidikan agama.

Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam,

merupakan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah

manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai

dengan norma Islam (Achmadi, 2005:28-29).

Agama juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,

(17)

hubungan manusia dengan dirinya, keseimbangan dan keserasian dalam

hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat

dalam mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagiaan bathiniah. Sebab

itulah pendidikan agama yang merupakan bagian pendidikan terpenting

untuk melestarikan aspek-aspek sikap dan nilai keagamaan. Pendidikan

agama juga harus mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu

aspek iman, ilmu dan amal yang merupakan sendi tak terpisahkan. Di

samping itu pula seorang pendidik hendaknya tidak hanya mengajarkan

ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya melainkan juga akhlak.

Kehidupan masyarakat yang semakin modern dan pluralistik telah

memberikan warna yang bervariasi dalam berbagai segi. Kenyataan

modernisasi telah merambah hampir semua nilai-nilai agama yang

seharusnya telah tercermin dalam perilaku yang baik. Perubahan tersebut

bukan hanya pada bidang teknologi saja, tetapi yang lebih berbahaya

adalah rusaknya moral, akhlak, etika dan perilaku manusia, yang

akibatnya memicu kerusakan bangsa ini. Adapun lapisan masyarakat

yang sangat mudah terkena pengaruh dari luar adalah remaja, karena

mereka sedang mengalami kegoncangan emosi akibat perubahan dan

pertumbuhan yang mereka lalui (Daradjat, 1976:94).

Guru memegang peran yang sangat penting dan strategis sebab ia

bertanggung jawab mengarahkan anak didiknya dalam hal penguasaan

ilmu dan penerapannya dalam kehidupan dan dalam menanamkan dan

(18)

dengan PAI. Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mentrasfer ilmu

pengetahuan semata, tetapi jauh lebih berat yaitu untuk mengarahkan dan

membentuk perilaku atau kepribadian anak didik sehingga mereka yakini

terlebih guru PAI.

Teladan kepribadian dan kewibawaan yang dimiliki oleh guru

akan mempengaruhi positif atau negatifnya pembentukan kepribadian

dan watak anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. ( Q.S. Al – Ahzab : 21 )

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Rasulullah adalah suri tauladan

dan gurunya-guru adalah Rasulullah, oleh karena itu guru dituntut

memiliki kepribadian yang baik seperti apa yang ada pada diri Rasulullah

SAW. Kedudukan guru yang demikian, senantiasa relevan dengan zaman

dan sampai kapanpun diperlukan. Lebih-lebih untuk mendidik

kader-kader bangsa yang berbudi pekerti luhur (akhlaqul karimah).

Berdasarkan uraian di atas peneliti termotivasi untuk mengetahui

lebih jauh lagi tentang pengaruh guru pendidikan agam islam dalam

pembinaan akhlak siswa. Walaupun guru memiliki teori yang baik akan

tetapi tidak didukung dengan tehnik dan metode yang baik, mungkin

(19)

tertarik mengadakan penelitian dengan judul “PERAN GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK

SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN

2014/2015 ”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka

dapat dikemukakan fokus penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran

2014/2015 ?

2. Apa saja metode yang digunakan Guru Pendidikn Agama Islam dalam

pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran

2014/2015 ?

3. Faktor apa saja yang mendukung Guru Pendidikan Agama Islam

dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran

2014/2015 ?

4. Faktor apa saja yang menghambat Guru Pendidikan Agama Islam

dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran

2014/2015 ?

C. Tujuan Penelitian

Permasalahan tersebut di atas kemudian dijadikan sebagai

pijakan penelitian dan akan dijawab melalui proses penelitian yang

(20)

1. Untuk mengetahui usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun Pelajaran

2014/2015 ?

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan Guru Pendidikn Agama

Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo Tahun

Pelajaran 2014/2015 ?

3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung Guru Pendidikan

Agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo

Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat Guru Pendidikan

Agama Islam dalam pembinaan akhlak di SMP Islam Ngadirejo

Tahun Pelajaran 2014/2015 ?

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini semoga dapat bermanfaat dan

berguna bagi SMP Islam Ngadirejo dan Pembaca. Hasil ini mempunyai

beberapa manfaat, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Dapat memperkaya telaah kepustakaan dan menambah khasanah

ilmu pengetahuan khususnya tentang peran guru pendidikan agama

islam dalam pembinaan akhlak siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga : dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap

pola pembinaan yang selama ini telah dilakukan dan juga sebagai

(21)

b. Bagi Guru : dapat memberikan informasi kepada guru dalam upaya

membimbing dan membina siswa supaya memiliki akhlak yang

baik

c. Bagi penulis : sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman

yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal untuk terjun ke dalam

dunia pendidikan.

E. Telaah Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini akan mendeskripsikan beberapa

karya ilmiah yang dijadikan referensi oleh peneliti. Peneliti menemukan

beberapa skripsi yang mempunyai judul atau obyek yang hampir sama.

Di antaranya adalah :

Skripsi mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan

Agama Islam STAIN Salatiga dengan judul “Upaya Pondok Pesantren

Hidayatul Mubtadiien dalam Pembinaan Akhlak Masyarakat Kalibening

Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2013” oleh Rahmawati

Purwandari. Hasilnya yaitu tentang penanaman akidah islam dan

mengupas berbagai metode yang digunakan untuk pembinaan akhlak

masyarakat kalibening. Skripsi di atas mempunyai keterkaitan dengan

skripsi yang ditulis yaitu pembinaan akhlak, namun yang membedakan

adalah lingkungan, metode dan objek yang diteliti.

Skripsi mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan

Agama Islam STAIN Salatiga dengan judul Strategi Guru Pendidikan

(22)

Falah Sidomukti Salatiga Tahun 2013 oleh Istiqomah. Ia mengupas

mengenai strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan

akhlakul karimah siswa SMK. Skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah

Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Semarang dengan judul Peranan

Guru PAI Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Pada Masa Pubertas di

SMP Nurul Ulum Karangroto Genuk Semarang oleh Nurul Khafshotul

M. Ia mengupas tentang pembinaan akhlak siswa pada masa pubertas.

Sedangkan skripsi mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Pembinaan

Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.

Skripsi ini mengupas tentang proses pembinaan akhlak di Madrasah

Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Skripsi di atas mempunyai

keterkaitan dengan skripsi yang ditulis yaitu pembinaan akhlak, namun

yang membedakan dengan penelitian yang dibuat adalah objek kajian dan

karakteristik peserta didik SMP Islam Ngadirejo.

F. Penegasan Istilah

Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari

kesalahpahaman pengertian terhadap judul skripsi yang penulis bahas,

maka akan penulis sampaikan batasan istilah yang terdapat judul, yaitu :

1. Guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar´ (Kamus Besar.

Bahasa Indonesia, 2001: 288). Menurut Sardiman (Djamarah, 2000:1)

(23)

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan

Syafruddin Nurdin (2002:8) Guru adalah seorang yang

mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak

didik, menunjang hubungan sebaik-baiknya, dalam kerangka

menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang

menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan.

Menurut Ahmad Barizi (2010:142) Pengertian yang lebih sempit

yaitu, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau

memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas.

Sementara itu Muhammad Arifin (1977:214) berpendapat

bahwa pendidikan agama Islam adalah ”usaha-usaha secara sadar

untuk menanamkan cita-cita keagamaan yang mempunyai nilai-nlai

lebih tinggi daripada pendidikan lainnya karena hal tersebut

menyangkut soal iman dan keyakinan”.

Dalam hal ini Ahmad Tafsir (1990: 32) memberikan pengertian

bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan

oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal

sesuai dengan ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan agama

Islam adalah bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim

(24)

Jadi guru pendidikan agama islam menurut peneliti adalah

seorang pengajar atau pendidik yang bertugas untuk mengajarkan

materi agama islam.

2. Pembinaan Akhlak

Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan

awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara.

Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif

untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.

Selanjutnya definisi akhlak. Akhlak adalah jamak dari khuluq

yang berarti adat kebiasaan ( al- adat), perangai, tabi‟at, (al- sajiyyat

), watak ( al-thab’), adab/ sopan santun (al-muru’at), dan agama (

al-din). Menurut para ahli masa lalu ( al-qudama’), akhlak adalah

kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara spontan,

tanpa pemikiran dan pemaksaan seiring pula akhlak adalah semua

perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa berupa perbuatan baik atau

buruk (Prof. Dr. Suwito, 2004:31). Sedangkan kata akhlak (Wahid

Ahmadi, 2004:13), jika diuraikan secara bahasa berasal dari rangkaian

huruf-huruf kha-la-qa, jika digabungkan (khalaqa) berarti

menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata Al-Khaliq yaitu Allah

Swt, dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Maka

kata akhlak tidak bisa dipisahkan dengan Al-Kaliq (Allah) dan

makhluk (baca: hamba). Akhlak berarti sebuah perilaku yang

(25)

Adapun definisi akhlak menurut istilah banyak dikemukakan

oleh para ahli dan pemikir islam, baik pada jaman klasik maupun

kontemporer. Berikut ini beberapa definis akhlak yang dikemukakan

oleh para ahli seperti dikutip oleh Mohamad Ardani (2001: 27-29)

sebagai berikut:

a. Ibnu Miskawih

Ibnu Miskawih sebagai ilmuwan muslim yang sangat

terkemuka sebagai pakar akhlak dalam kitabnya Tahdzibul Akhlak

mengatakan bahwa akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan lagi”. Menurut konsep beliau akhlak

adalah suatu konsep mental yang dimiliki oleh seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sikap jiwa yang

dimiliki oleh seseorang ini bisa bersumber dari watak naluri dan

ada pula yang berasal dari kebiasaan atau latihan.

b. Imam Al Ghazali

Menurut Imam Al Ghazali sebagai salah satu ulama besar

yang bergelar hujjatul islam akhlak tidak hanya sebatas sikap,

keutamaan yang bersifat pribadi, tetapi mencakup sejumlah sifat

keutamaan akal, amal, perorangan dan masyarakat. Menurut beliau

akhlak adalah suatu sikap yang tertanam dan mengakar dalam jiwa

(26)

mempertimbangkan terlebih dahulu. Jika sikap tersebut melahirkan

perbuatan baik menurut akal dan hukum agama, maka disebut

sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang melahirkan perbuatan

tercela, disebut sebagai akhlak yang buruk. Akhlak hanya memuat

dua hal tersebut, yaitu baik dan buruk.

c. Al Farabi

Al Farabi sebagai salah satu pemikir muslim tidak

ketinggalan memberikan definisi akhlak. Menurut beliau akhlak

adalah tingkah laku yang dilakukan untuk memperoleh

kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi dan diinginkan oleh

setiap orang.

Berbagai definisi akhlak di atas bahwa akhlak merupakan

suatu sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa seseorang yang terlihat

dalam perbuatan sehari-harinya, tanpa didahului oleh pemikiran dan

pertimbangan

Jadi menurut penulis akhlak merupakan cermin dari tingkah

laku individu, maka keberadaan akhlak itu harus tetap dibina dan

diarahkan karena akhlak sebagai penuntun kebaikan dan kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat. Disinilah letak pentingnya pembinaan

(27)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian

yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan

pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi

strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi,

langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam,

dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan

lain-lain (Zuriah, 2009:95).

Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek)

secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka sendiri

tentang dunia ini. Penulis dapat merasakan pengalaman-pengalaman

yang mungkin belum penulis ketahui sama sekali. Yang terakhir

metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki konsep-konsep

yang dalam penelitian lainnya intinya akan hilang. Konsep-konsep

seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan, frustasi, harapan,

dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang

sesungguhnya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Sugiyono,

(28)

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument

sekaligus pengumpul data. Peneliti datang dan secara langsung

berinteraksi di tengah-tengah objek penelitian dan melakukan

pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitas-aktivitas lainnya

demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti

turun langsung ke kancah penelitian, tanpa mewakilkan pada orang

lain, agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi

data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat

diperoleh secara akurat.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP

Islam Ngadirejo Kabupaten Temanggung pada bulan November tahun

2014 sampai dengan selesai.

4. Sumber Data

Sebelum penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber

data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti

memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan

berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.

Responden adalah orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan

(Arikunto, 2010:107). Sedangkan informan adalah orang yang

(29)

Adapun yang menjadi responden atau informan dalam penelitian

ini adalah:

1) Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Ngadirejo.

Sumber lain yang bisa dijadikan referensi seperti

dokumen-dokumen maupun surat-surat penting.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah peninjauan secara cermat (Alwi, 2007:794).

Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang

fenomena-fenomena yang diselidiki yang dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung (Hadi, 1980:136).

Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan-pengamatan

terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti antara lain

kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang tersedia dalam rangka menunjang proses

pembinaan akhlak siswa.

Jenis-jenis observasi:

a) Observasi partisipasi,

Peneliti yang menjadi kepentingannya pengumpulan data/

(30)

b) Observasi terus terang/ tersamar

Untuk observasi terus terang dapat berupa wawancara

sedangkan yang tersamar bisa berupa pengamatan-pengamatan

situasi objek penelitian.

c) Observasi tidak berstruktur

Observasi yang tidak menggunakan panduan yang telah

disiapkan sebelumnya, sebab fokus observasi biasanya

berkembang sewaktu kegiatan penelitian berlangsung (Faisal,

1990:78-79).

Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang belum

diperoleh waktu wawancara dan dokumentasi. Dimana lokasi

pelaksanaan pembinaan dan Bagaimana kondisi siswa ataupun

respon siswa pada saat proses pembinaan berlangsung.

b. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2011: 186)

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data langsung secara

lebih mendalam dan akurat tentang permasalahan yang diteliti.

Dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

kepada pihak yang mengetahui permasalahan seputar proses

(31)

Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:

(Arikunto, 2010:270)

a) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman

wawancara yang hanya membuat garis besar yeng akan

ditanyakan. Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat

diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini

lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah

sebagai pengemudi jawaban responden.

b) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara

yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada

nomor yang sesuai.

c. Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode yang lain adalah

metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

2010:274).

Dibanding metode yang lain, metode ini agak tidak begitu

sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan, sumber datanya tetap

belum berubah. Dalam metode dokumentasi yang diamati bukan

(32)

mencari data peran guru PAI dalam pembinaan akhlak di SMP

Islam Ngadirejo.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008:244).

Penelitian ini akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah

data dari lapangan:

a. Pengumpulan data

Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang

diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti

wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi yang diperoleh

dari penelitian.

b. Reduksi data

Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, setelah

meneliti di lapangan sampai laporan tersusun. Reduks data

merupakan bagian dari analisis data dengan suatu bentuk analisis

yang menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak

diperlukan dan mengorganisasi data sehingga dapat memperoleh

(33)

c. Penyajian data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan

sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu.

d. Kesimpulan

Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran

terhadap apa yang akan diteliti.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah trianggulasi sumber data. Trianggulasi merupakan sumber data

untuk mengecek data yang telah dikemukakan. Selain itu, trianggulasi

data adalah upaya untuk mengecek kebenarannya data tertentu dengan

data yang diperoleh dari sumber lain (Moleong, 2011:330).

Pendapat tersebut mengandung makna bahwa dengan

menggunakan metode trianggulasi dengan mempertinggi validitas

memberi kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data

yang diperoleh dari sumber data pertama masih ada kekurangan agar

data yang diperoleh ini semakin dapat dipercaya, maka data yang

dibutuhkan tidak hanya dari satu sumber data saja tetapi berasal dari

sumber-sumber lain yang terkait dengan sumber penelitian. Di sisi lain

trianggulasi data adalah cara untuk memperoleh data dengan jalan

membandingkan data hasil wawancara dan hasil pengamatan maupun

(34)

Dalam pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan cross

check dengan beberapa sumber lain yang terkait.

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai

berikut:

a. Tahap pra lapangan

1) Mengajukan judul penelitian

2) Menyusun proposal penelitian

3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus

penelitian

3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan

c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:

1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian

2) Pengecekan keabsahan data

d. Tahap peneliti laporan penelitian

1) Penulisan hasil penelitian

2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

3) Perbaikan hasil konsultasi

4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

(35)

H. Sistematika Penulisan

Agar suatu penelitian dapat dengan mudah dipahami oleh orang

yang membacanya, maka selayaknya dapat sistematika penulisan.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

Bab I merupakan kerangka dasar yang berisi Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Teori,

Penegasan Istilah, Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian,

Kehadiran Peneliti, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur

Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, dan

Tahap-tahap Penelitian), dan Sitematika Penulisan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka, bab ini menguraikan

teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian agar didapat gambaran

yang jelas mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dalam

pembinaan akhlak siswa. Adapun sumber teori-teori adalah berasal dari

berbagai buku referensi, internet, dan sumber lain yang dianggap

representative sebagai pengayaan teori penelitian.

Bab III berisi paparan data dan temuan peneliti menjelaskan

tentang gambaran umum SMP Islam Ngadirejo (deskripsi lokasi SMP

Islam Ngadirejo, visi, misi, dan tujuan SMP Islam Ngadirejo, Sarana dan

Fasilitas di SMP Islam Ngadirejo, klasifikasi siswa, program pembinaan

akhlak siswa, dan Temuan Penelitian.

Bab IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan

(36)

masalah penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan

yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam

konteks khasanah ilmu.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari

pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai

sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah

(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Sebelum dibahas lebih lanjut tentang guru pendidikan agama

islam, maka perlu kiranya dikemukakan pengertian guru itu sendiri,

diantaranya:

a. Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2001: 288).

b. Guru menurut UU RI No.14 Bab I Pasal 1 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen adalah : pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini,

jalur pendidikan dasar dan pendidikan menengah

c. Menurut Sardiman (Djamarah, 2000:1) guru merupakan salah satu

komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut

berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang

potensial di bidang pembangunan

d. Nurdin (2002:8) Guru adalah seorang yang mempunyai gagasan

yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, menunjang

hubungan sebaik-baiknya, dalam kerangka menjunjung tinggi,

mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut

(38)

e. Arifin (1977:214) berpendapat bahwa pendidikan agama Islam

adalah ”usaha-usaha secara sadar untuk menanamkan cita-cita

keagamaan yang mempunyai nilai-nlai lebih tinggi daripada

pendidikan lainnya karena hal tersebut menyangkut soal iman dan

keyakinan”.

Sedangkan Guru dalam konteks islam disebut dengan

murobbi”,“mu’allim”dan “muadib” (Ramayulis, 2002:56). Uraian

istilah tersebut yaitu :

a. Murobbi

Lafad ب ره berasal dari masdar lafad tarbiyah. Menurut

Abdurrahman Al-Bani sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir lafad

tarbiyah terdiri dari empat unsur, yaitu : menjaga dan memelihara

fitrah anak menjelang dewasa, mengembangkan seluruh potensi,

mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan dan

melaksanakan secara bertahap (Tafsir, 2005:29).

Jadi ب ره adalah menjaga, merawat dan memelihara anak

(39)

Lafad نلع pada ayat di atas cenderung pada aspek

pemberian informasi kepada obyek didik sebagai mahluk yang

berakal ( Isma‟il SM, 2001:60).

Mu‟allim lebih menekankan guru sbagai pengajar dan

penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) (Marno

dan Idris, 2010:15).

c. Mu’adib

Kata ب دعه, berasal dari ب د ا , yu'addibu sebagaimana

terdapat dalam hadis Nabi ( Addabani rabbi fa ahsana ta' dibi ) "

Allah telah mendidik saya dengan sebaik-baik pendidikan" (Abu

Hasan, 1989: 493).

Tafsir (1990: 32) memberikan pengertian bahwa Pendidikan

Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang

kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan

ajaran Islam. Bila disingkat, pendidikan agama Islam adalah

bimbingan terhadap seseorang agar menjadi muslim semaksimal

mungkin.

Jadi guru pendidikan agama islam adalah seorang pengajar atau

pendidik yang bertugas untuk mengajarkan, membimbing dan

(40)

2. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam

a. Tugas Guru

Tugas guru menurut Usman (1991:4) ada 3 kelompok,

yakni:

1) Tugas guru dalam bidang profesi

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,

dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan

melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan

pada siswa.

2) Tugas guru dalam bidang kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa

guru disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang

tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi

idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikannya,

hendaknya dapat menjadikan motivasi bagi siswanya dalam

belajar.

Sebagai tugas kemanusiaan, seorang guru harus terpanggil

untuk membimbing, melayani, mengarahkan, menolong,

memotivasi, dan memberdayakan sesame, khususnya anak

(41)

bukan semata-mata terkait dengan tugas formal atau

pekerjaannya sebagai guru ( Marno dan Idris, 2010:20).

3) Tugas Guru dalam bidang kemasyarakatan

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih

terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan

mesyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti

bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan

pancasila. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam

masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen

strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan

gerak maju kehidupan bangsa.

Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu

menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat manusia. Secara

lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan pendidikan,

sebagaimana tercantum dalam surat Al-Jumu‟ah ayat 2 (Marno dan

(42)

mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S Al Jumu‟ah : 2)

Ayat diatas menggambarkan bahwa tugas rosul adalah

untuk mengajarkan dan menyuruh umat manusia untuk membaca

ayat-ayat Al-Qur‟an, itu juga yang diemban oleh guru yaitu

mengajarkan dan membimbing siswa dan siswinya.

b. Peran Guru PAI

Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto (2002:243),

yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila

seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Konsep tentang peran menurut Komaruddin (1994:768),

adalah:

1) Bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan seseorang

dalam manajemen.

2) Pola penilaian yang diharapkan dapat menyertai suatu status.

3) Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi

karakteristik yang ada padanya.

5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar

mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh

(43)

of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin

kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspedition,

perencanaan, supervisor, motivator, penanya, evaluator, dan

konselor.

Jadi peran guru Pendidikan Agama Islam adalah

mengajarkan, membimbing, dan mengarahkan siswa ke arah yang

lebih baik, serta mengajarkan siswanya agar tidak menyimpang

dari syari‟at-syari‟at islam.

B. Konsep Dasar Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Sebelum membahas tentang pembinaan akhlak, kita harus

memahami apa itu pembinaan :

a. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152)

Pembinaan berasal dari kata dasar “bina” yang mendapatkan

awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan,

cara. Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara efisien

dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.

b. Menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor:

M.02-PK.04.10.

Pembinaan adalah usaha yang ditujukan untuk memperbaiki,

(44)

c. Menurut PP RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1

Kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, Intelektual, Sikap dan Perilaku, Profesional,

kesehatan jasmani dan rohani.

d. Menurut Thoha (1987:7)

pembinaan adalah suatu proses, hasil atau pertanyaan menjadi lebih

baik, dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan, kemajuan,

peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan

atas sesuatu.

Akhlak adalah jamak dari khuluq yang berarti adat kebiasaan (

ب د اعلا ) , perangai, tabi‟at, ( ةيجسلا ), watak ( ةطلا ), adab/ sopan

santun (ت اع رولا), dan agama ( ى دلا). Menurut para ahli masa lalu (

م دقلا), akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu

perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran dan pemaksaan seiring

pula akhlak adalah semua perbuatan yang lahir atas dorongan jiwa

berupa perbuatan baik atau buruk (Prof. Dr. Suwito, 2004:31). Kata

akhlak (Wahid Ahmadi, 2004:13), jika diuraikan secara bahasa berasal

dari rangkaian huruf-huruf ق – ل – خ, jika digabungkan (قلخ) berarti

menciptakan. Ini mengingatkan kita pada kata Al-Khaliq yaitu Allah

Swt, dan kata makhluk, yaitu seluruh alam yang Allah ciptakan. Maka

(45)

makhluk (baca: hamba). Akhlak berarti sebuah perilaku yang

muatannya “menghubungkan” antara hamba dengan Allah Swt.

Adapun definisi akhlak menurut istilah banyak dikemukakan

oleh para ahli dan pemikir islam, baik pada jaman klasik maupun

kontemporer. Berikut ini beberapa definis akhlak yang dikemukakan

oleh para ahli seperti dikutip oleh Mohamad Ardani (2001: 27-29)

sebagai berikut:

a. Ibnu Miskawih

Ibnu Miskawih sebagai ilmuwan muslim yang sangat

terkemuka sebagai pakar akhlak dalam kitabnya Tahdzibul Akhlak

mengatakan bahwa akhlak adalah “sikap yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan lagi”. Menurut konsep beliau akhlak

adalah suatu konsep mental yang dimiliki oleh seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sikap jiwa yang

dimiliki oleh seseorang ini bisa bersumber dari watak naluri dan

ada pula yang berasal dari kebiasaan atau latihan.

b. Imam Al Ghazali

Menurut Imam Al Ghazali sebagai salah satu ulama besar

yang bergelar hujjatul islam akhlak tidak hanya sebatas sikap,

keutamaan yang bersifat pribadi, tetapi mencakup sejumlah sifat

(46)

akhlak adalah suatu sikap yang tertanam dan mengakar dalam jiwa

seseorang yang dapat melahirkan berbagai perbuatan tanpa harus

mempertimbangkan terlebih dahulu. Jika sikap tersebut melahirkan

perbuatan baik menurut akal dan hukum agama, maka disebut

sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang melahirkan perbuatan

tercela, disebut sebagai akhlak yang buruk. Akhlak hanya memuat

dua hal tersebut, yaitu baik dan buruk.

c. Al Farabi

Al Farabi sebagai salah satu pemikir muslim tidak

ketinggalan memberikan definisi akhlak. Menurut beliau akhlak

adalah tingkah laku yang dilakukan untuk memperoleh

kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi dan diinginkan oleh

setiap orang.

Berbagai definisi akhlak diatas bahwa akhlak merupakan suatu

sifat yang tertanam kuat di dalam jiwa seseorang yang terlihat dalam

perbuatan sehari-harinya, tanpa didahului oleh pemikiran dan

pertimbangan. Karena akhlak di sini merupakan bagian dari diri

manusia dan menempati tempat yang paling tinggi sebagai individu

maupun sebagai masyarakat luas seperti dalam pernyataan bahwa

kejayaan seseorang, masyarakat dan bangsa disebabkan ahlaknya yang

baik, dan kejatuhan nasib seseorang, masyarakat dan bangsa

disebabkan hilangnya akhlak yang baik atau jatuh akhlaknya

(47)

Sebagian ulama, ketika berbicara tentang perilaku islam, ada

yang tidak memisahkan antara berbagai istilah ini. Bagi mereka,

akhlak adalah adab, juga etika (Wahid Ahmad, 2004:17).

Jadi pembinaan akhlak adalah proses kegiatan yang dilakukan

seseorang ataupun dalam hal ini guru dengan menggunakan strategi

yang tepat agar siswa mempunyai perilaku yang lebih baik.

2. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak

a. Dasar – dasar Pembinaan Akhlak

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak

adalah berupa al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Karena

keduanya merupakan dasar pokok ajaran islam, dan pembinaan

akhlak termasuk bagian dari ajaran islam.

Al-Qur‟an menggambarkan bahwa setiap orang beriman itu

niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon

(48)

Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendai”.

Ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa apabila kita

berakhlak atau tingkah yang baik kita akan mendapat hasil yang

baik pula, sedangkan apabila kita tingkah laku jelek kita akan

menuai hasil yang jelek pula.

b. Tujuan Pembinaan Akhlak

Islam adalah agama yang benar, agama yang mempunyai

tujuan supaya manusia berada di jalan yang lurus. Agama Islam

mengajarkan manusia untuk berbuat kebaikan dan juga

mengajarkan manusia supaya menghindari hal-hal yang yang jelek.

Menurut Barmawie Umary (1995:136), beberapa tujuan

pembinaan akhlak adalah meliputi:

1) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia,

terpuji, serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.

2) Supaya hubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama

(49)

3) Memantabkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri

berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang

rendah.

4) Membiasakan siswa bersikap rela, optimis, percaya diri,

menguasai emosi, tahan menderita dan sabar.

5) Membimbing siswa kearah sikap yang sehat yang dapat

membantu mereka berinteraksi sosial yang baik, mencintai

kebaikan untuk orang lain, suka menolong, sayang kepada

yang lemah dan menghargai orang lain.

6) Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan

bergaul baik di sekolah maupun di luar sekolah.

7) Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan

bermuamalah yang baik.

Jadi tujuan pembinaan akhlak adalah supaya siswa dapat

terbiasa dengan akhlak-akhlak yang baik, dapat mendekatkan diri

kepada Allah serta dapat membedakan mana akhlak yang baik dan

akhlak yang jelek, sehingga tidak lagi melakukan hal-hal yang

tidak baik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak

Pada dasarnya setiap manusia memiliki keinginan untuk

memiliki kepribadian yang baik. Nipa Abdul Halim (2000:12)

mengemukakan bahwa : Setiap orang ingin agar menjadi orang yang

(50)

dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan dengan melalui

pendidikan, untuk itu perlu dicari jalan yang dapat membawa kepada

terjaminnya akhlak perilaku ihsan. Dengan demikian pendidikan

agama harus diberikan secara terus-menerus baik faktor kepribadian,

faktor keluarga, pendidikan formal, pendidikan nonformal atau

lingkungan masyarakat.

Para siswa merupakan generasi muda yang merupakan sumber

insani bagi pembangunan nasional, untuk itu pula pembinaan bagi

mereka dengan mengadakan upaya-upaya pencegahan pelanggaran

norma-norma agama dan masyarakat.

Secara umum pengaruh pendidikan akhlak seseorang tergantung

pada dua faktor yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor Internal / kepribadian dari orang itu sendiri.

Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh

pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa–

masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12

tahun. Kemampuan seseorang dalam memahami masalah-masalah

agama atau ajaran-ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh

intelejensi pada orang itu sendiri dalam memahami ajaran–ajaran

Islam. (Zakiah Darajdat, 1970:58)

(51)

Ada beberapa faktor eksternal yang bisa mempengaruhi

akhlak (moral) seseorang yaitu:

1) Lingkungan Keluarga

Pada dasarnya, lingkungan lain menerima anak-anak

setelah mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam

asuhan orang tuanya. Dengan demikian, rumah keluarga

muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan

melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga

muslim adalah keluarga yang mendasarkan

aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan

syariat Islam.

Dalam pembinaan akhlak anak, faktor orang tua sangat

menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak

bersamaan dengan unsur-unsur pribadi yang didapatnya melalui

pengalaman sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orangtua

mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak-anaknya

karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak untuk

membimbing, mengarahkan anak-anaknya agar mempunyai

akhlak Islami (Nipa Abdul Halim, 2000:12).

Ada beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua

yakni aspek pendidikan akhlakul karimah. Pendidikan akhlak

sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan

(52)

kepada orang tua, bertingkah laku sopan, baik dalam berperilaku

keseharian maupun dalam bertutur kata. Pendidikan akhlak tidak

hanya secara teoritik namun disertai contohnya untuk dihayati

maknanya, seperti kesusahan ibu yang mengandungnya,

kemudian dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut,

kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya. Oleh

karena itu orangtua berperan penting sebagai pendidik, yakni

memikul pertanggungjawaban terhadap pendidikan anak.

Karena pendidikan itulah yang akan membentuk manusia di

masa depan (Thoha, 1996:108).

Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak

dasar perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak

mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan pendidikan anak

sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan

keluarga. Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam

keluarga secara tidak langsung nantinya akan berkembang di

lingkungan masyarakat. Oleh karena itu maka

kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga harus dalam pengawasan, karena akan

sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk dari

keluarga terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh

anak-anaknya, menjadi kebiasaan anak yang buruk. Dengan

(53)

anak yang baik. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat

sangat menentukan masa depan anaknya (Darajdat, 1970:58).

Dengan perkembangan akhlak/moral keagamaan yang baik

pada anak sudah barang tentu akan berpengaruh terhadap budi

pekerti atau tingkah laku anak pada masa yang akan datang. Di

samping faktor pengaruh keluarga, faktor lingkungan

masyarakat dan pergaulan anak juga mempengaruhi

perkembangan moral keagamaan anak, pada perkembangannya

terkadang anak lebih percaya kepada teman dekatnya dari pada

orangtuanya, terkadang juga lebih mematuhi orang-orang yang

dikaguminya seperti ; gurunya, artis favoritnya, dan sebagainya.

Keluarga dengan akhlak yang baik dan lingkungan

masyarakat yang baik, secara teoritis akan berpengaruh positif

terhadap perkembangan akhlak mulia pada anak.

2) Lingkungan Sekolah

Perkembangan akhlak anak yang dipengaruhi oleh

lingkungan sekolah. Di sekolah ia berhadapan dengan

guru-guru yang berganti-ganti. Kasih guru-guru kepada murid tidak

mendalam seperti kasih orang

tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terkait ole

h tali kekeluargaan. Guru bertanggung jawab terhadap

pendidikan murid-muridnya, dia harus memberi contoh dan

(54)

mata pelajaran ia berupaya menanamkan akhlak sesuai dengan

ajaran Islam. Bahkan sekolah pun ia harus bertindak sebagai

seorang pendidik.

Sehubungan dengan pengaruh lingkungan sekolah,

Risnayanti (2004:30) mengemukakan bahwa : Kalau di rumah

anak bebas dalam gerak-geriknya, ia boleh makan apabila lapar,

tidur apabila mengantuk dan boleh bermain, sebaliknya di

sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Disana ada

aturan-aturan tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang

ditentukan, dan ia harus duduk selama waktu itu pada waktu

yang ditentukan pula. Ia tidak boleh meninggalkan atau menukar

tempat, kecuali seizin gurunya. Pendeknya ia harus

menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada

ditetapkan. Berganti-gantinya guru dengan kasih sayang yang

kurang mendalam, contoh dari suri tauladannya, suasana yang

tidak sebebas dirumah anak-anak, memberikan pengaruh

terhadap perkembangan akhlak mereka.

3) Lingkungan Masyarakat

Lembaga non-formal akan membawa seseorang berperilaku

yang lebih baik, karena di dalamnya akan memberikan

pengarahan-pengarahan terhadap norma-norma yang baik dan

buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan

(55)

yang mengajak hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak

baik.

Pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada

agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada

diri seseorang. Karena itu menurut M. Abdul Quasem (1988 :

94) bahwa “Nilai-nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak

bertentangan dengan nilai-nilai Islam apalagi yang membawa

maslahat dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan

kebijaksanaan.”

Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan

memperhatikan orang-orang baik dan bergaul dengan mereka,

secara alamiah manusia itu meniru tabiat seseorang tanpa dasar

bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang

lain. Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya

yang berdasarkan nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu

tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah.

Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu

mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh

karena itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak

seseorang, di dalamnya orang akan menatap beberapa

permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan,

baik dalam hal-hal yang positif maupun negatif dalam

(56)

lingkungan yang berdampak negatif tersebut harus diatur,

supaya interaksi edukatif dapat berlangsung dengan

sebaik-baiknya (Uhbiyati, 1997:235).

Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup

sendiri. Jika dikaitkan lingkungan sekolah, hal ini sama bahwa

mereka dalam hidup saling membutuhkan dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Misalkan ketika ia melihat

temannya yang rajin melakukan kegiatan keagamaan di

lingkungan sekolah maka secara tidak langsung dia akan

terpengaruh juga dengan kegiatan temannya. Jadi lingkungan

sangat memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan pola

pikir dan akhlak seseorang.

Mengenai faktor yang berpengaruh terhadap akhlak, Abuddin

Nata (2000: 165) mengemukakan bahwa terdapat tiga aliran yang

sudah sangat populer yang ketiganya dapat mempengaruhi akhlak,

aliran tersebut adalah:

1) Aliran Nativisme

Aliran ini menjelaskan bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhadap akhlak adalah pembawaan dari dalam yang

bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.

Jika seseorang sudah memiliki kecenderungan baik, maka dengan

(57)

2) Aliran Empirisme

Aliran ini menjelaskan bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhadap akhlak adalah faktor dari luar yaitu

lingkungan sosial yang termasuk pembinaan dan pendidikan yang

diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada

anak baik, maka anak itupun akan menjadi baik.

3) Aliran Konvergensi

Aliran ini menjelaskan bahwa faktor yang paling

berpengaruh terhadap akhlak adalah faktor internal yaitu

pembawaan anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan

pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam

lingkungan sosial. Singkatnya, jika semua anak didik dididik dan

dibina secara intensif dengan beberapa metode yang mengarah

kepada kebaikan, maka anak itupun akan menjadi baik.

Akhlak siswa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, oleh

karena itu contoh yang baik (uswah hasanah) dari guru maupun orang

tua sangat perlu untuk diperhatikan. Hal tersebut dimaksudkan agar

siswa terbiasa melakukan segala sesuatu sesuai dengan tata kehidupan

yang semestinya. Sehingga siswa benar-benar merasa hidup dalam

lingkungan yang baik (bi’ah hasanah) dimanapun ia berada,

(58)

C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak di SMP.

Masa remaja adalah masa pembinaan dan persiapan terakhir

sebelum memasuki masa dewasa yang penuh tanggung jawab. Mereka

selalu ingin dianggap berguna dalam lingkungannya. Oleh karena itu,

harus senantiasa dibina dan diarahkan dalam mengembangkan bakat dan

minatnya dalam berbagai bidang. Selain itu, hal yang tidak kalah

pentingnya adalah pembinaan sikap dan mental siswa agar mampu

menjadi pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani sesuai dengan

tujuan pendidikan Islam (Bahri, 2004:74).

Selain itu, sekolah pula yang memberikan pendidikan baik secara

formal yaitu proses pembelajaran pada umumnya maupun nonformal yaitu

kegiatan pendukung ataupun kegiatan ekstrakurikuler. Salah satu kegiatan

nonformal yang diterapkan di sekolah adalah pembinaan akhlak. Kegiatan

sekolah yang dapat mewujudkan suatu pencerahan dan kemajuan generasi.

Pembinaan akhlak di sekolah mengembangkan kegiatan-kegiatan

keIslaman diluar maupun pada jam sekolah. Sehingga ada tindakan nyata

yang diharapkan mampu merubah akhlak siswa menjadi lebih baik lagi.

Pembinaan itu khususnya memberikan bimbingan atau didikan

kepada siswa agar mereka tetap berada di jalan yang benar. Adapun

Gambar

Tabel 1 Pendiri SMP Islam Ngadirejo
Tabel 2 Identitas SMP Islam Ngadirejo
Tabel 3
Tabel 6 Data Ruang Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Denotasi memiliki sifat langsung yang merupakan makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah

Perjuangan yang tidak mudah akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Pengaruh Terpaan Program Acara Layang -Layang di Radio MAS FM Terhadap Tingkat

Dengan Hormat disampaikan bahwa sebagai proses kelanjutan dari proses evaluasi kualifikasi pengadaan barang jasa pada pekerjaan Jasa Konsultansi Audit Dana Kampanye

Pada hari ini, Selasa tanggal tiga bulan Juli tahun dua ribu dua belas, telah diadakan evaluasi dokumen prakualifikasi untuk Pekerjaan Pengembangan Website

Jika 3 berkas sequential, seperti master file, transaction file dan update master file yang digunakan oleh sebuah program. Karena hanya ada 2 tape drive, maka salah satu dari

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan (ijin usaha perdagangan umum, klasifikasi barang Meubelair dan kualifikasi kecil yang

Akuakultur merupakan sistem produksi yang mencakup input produksi (prasarana dan sarana produksi), proses produksi (persiapan hingga pemanenan) dan output produksi (pascapanen

(1) Dalam hal Penyelenggaraan Reklame Permanen tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, maka Perangkat Daerah yang berwenang melaksanakan tugas di bidang