PULOGADUNG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Oleh :
RAMADANI EKA SRI UTAMI 107053002397
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PULOGADUNG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Oleh :
RAMADANI EKA SRI UTAMI NIM : 107053002397
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik Di Empowering Centre Pulogadung, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 29 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah.
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, September 2011
i
Study Rizal, LK, MA. Skripsi. Jakarta: Jurusan MD, FIDIK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Latar belakang penelitian ini diawali bahwa diketahui pelatihan program Cake House yang diadakan oleh Rumah Zakat sudah berjalan maksimal, tetapi belum sepenuhnya dapat meningkatkan kesejahteraan mustahik. Banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah efektivitas pelatihan itu sendiri. Efektivitas pelatihan adalah tolok ukur tercapainya suatu program pelatihan tidak hanya dengan melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) tetapi juga dengan tercapainya tujuan dan sasaran dari program pelatihan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam efektivitas pelatihan dan pengaruh efektivitas pelatihan terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang berguna untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian, analisis datanya bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner sebagai data utama variabel X efektivitas pelatihan (ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan tercapainya tujuan dan sasaran) dan peningkatan kesejahteraan mustahik sebagai variabel Y.Sampel pada penelitian ini adalah mustahik peserta pelatihan Cake House di Empowering Centre Pulogadung.
Berdasarkan hasil analisis data, didapat persamaan regresi linear berganda Ŷ= -16,016 + 0,694 + 1,262 , ini berarti variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan berpengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik. Sedangkan uji koefisien determinasi memperoleh nilai 0,331. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan mustahik sebesar 33,1% dipengaruhi oleh variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan, sedangkan sisanya sebesar 66,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang digunakan penulis. Variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan dan tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan secara bersama-sama berpengaruh positif secara signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik dengan hasil uji f-test (simultan) yang menunjukkan nilai signifikannya sebesar 0,016. Dan berdasarkan uji t-test (parsial), variabel ketepatan penggunaan unsur-unsur pelatihan berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan sebesar 0,301 terhadap kesejahteraan mustahik, begitu pula dengan variabel tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan yang juga berpengaruh positif tetapi tidak secara signifikan terhadap kesejahteraan mustahik sebesar 0,116.
ii
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirrabbil‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Mustahik di Empowering Centre Pulogadung”. Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya yang selalu istiqomah menjalankan ajarannya. Dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis memberikan untaian terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
iii
meluangkan waktunya dengan sabar membimbing dan memberikan masukan kepada penulis.
5. Dr. HA. Wahib Mu’thi, MA selaku penguji yang telah memberikan masukan pada skripsi ini.
6. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku dosen Bimbingan Karya Ilmiah, terima kasih karena telah memberikan inspirasi dan motivasi kepada penulis.
7. Noor Bekti Negoro SE, STP, M.Si selaku dosen Statistika, terima kasih telah memberikan masukan pada skripsi ini.
8. Seluruh dosen Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh staff Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
10. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih telah membantu penulis dalam mengumpulkan referensi yang dibutuhkan.
11. Segenap Keluarga Besar Rumah Zakat, khususnya staff ICD Jakarta Timur yang telah memberikan bantuannya dalam pengumpulan data penelitian. 12. Ayahanda tercinta yang telah memberikan inspirasi semangat dalam jiwa,
iv
memberikan semangat dan kasih sayang yang begitu besar. Terima kasih untuk kesabaran, pengorbanan baik waktu, tenaga dan pikirannya.
14. Sahabat-sahabatku INMI2TAKANU yang selama ini selalu ada dalam suka dan duka, terima kasih untuk persahabatan yang begitu indah.
15. Rekan dan rekanita MD-A, MD-B dan BPI angkatan 2007, sahabat dan sahabati PMII Cabang Ciputat dan PMII Komfakda 2007, serta kawan-kawan JAKAMPUS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
16. Teman-teman KKN Rajawali 57-2010, Keluarga Besar MQ Tebuireng Jombang di Daar el-Mahsyar dan teman-teman kosan Bu Untung.
17. Teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat umumnya bagi seluruh pihak yang membaca dan khususnya bagi Keluarga Besar Manajemen Dakwah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, September 2011
v
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...9
D. Tinjauan Pustaka ...10
E. Sistematika Penulisan ...12
BAB II : KAJIAN TEORI A. Pengertian Efektivitas ...14
B. Konsep Pelatihan ...15
1. Pengertian Pelatihan ...15
2. Tujuan dan Sasaran Pelatihan ...17
3. Langkah-langkah Penyusunan Pelatihan ...18
4. Unsur-unsur Pelatihan ...18
C. Efektivitas Pelatihan ...22
D. Konsep Kesejahteraan Mustahik ...23
1. Pengertian Kesejahteraan ...23
vi
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ...35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...36
C. Teknik Penentuan Sampel ...36
1. Populasi ...36
2. Sampel ...37
D. Variabel Penelitian ...37
E. Definisi Operasional dan Indikator Variabel ...38
F. Teknik Pengumpulan Data ...39
G. Uji Instrumen ...40
1. Uji Validitas ...40
2. Uji Reliabilitas ...40
H. Teknik Analisis Data ...41
BAB IV : GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT A. Sejarah Berdirinya Rumah Zakat ...46
B. Sejarah Berdirinya Empowering Centre Pulogadung ...48
C. Visi dan Misi ...49
D. Budaya Kerja ...49
E. Struktur Organisasi Rumah Zakat ...50
F. Struktur Organisasi ICD Jakarta Timur ...52
vii
J. Faktor-faktor yang Berperan dalam Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum MandiriRumah Zakat
di Empowering Centre Pulogadung ...68
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan Uji Instrumen ...70
B. Data-data Hasil Penelitian Lapangan ...70
1. Deskripsi Data Responden Penelitian ...70
2. Deskripsi Kuesioner Penelitian ...74
C. Analisis Data Penelitian ...83
1. Analisis Regresi Linear Berganda ...83
2. Uji Koefisien Determinasi ...84
3. Uji F-test (Simultan) ...85
4. Uji T-test (Parsial) ...86
BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ...88
B. Saran ...90
viii
Tabel 3.2 Skala Likert ...42
Tabel 4.1 Waktu Pelaksanaan Program Cake House Bulan Maret 2011 ...66
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...71
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ...72
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...72
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan per bulan ...73
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Mengikuti Pelatihan ...74
Tabel 5.6 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Variabel Ketepatan Penggunaan Unsur-unsur Pelatihan ...75
Tabel 5.7 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Variabel Tercapainya Tujuan dan Sasaran Pelatihan ...77
Tabel 5.8 Rekapitulasi Rata-rata Skor Variabel Efektivitas Pelatihan Program Cake House ...79
Tabel 5.9 Respon Mustahik Peserta Pelatihan Cake House Terhadap Kesejahteraan Mustahik ...80
Tabel 5.10 Coefficients ...83
Tabel 5.11 Model Summary ...84
ix
Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap
[image:13.612.133.540.55.460.2]1 A. Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan merupakan salah satu penyebab dari munculnya
permasalahan perekonomian dalam masyarakat, karena definisi kemiskinan
adalah lemahnya sumber penghasilan yang mampu diciptakan individu
masyarakat yang juga mengimplikasikan akan lemahnya sumber penghasilan yang
ada dalam masyarakat itu sendiri, dalam memenuhi segala kebutuhan
perekonomian dan kehidupannya.1
Peningkatan jumlah penduduk miskin akibat krisis ekonomi menunjukkan
semakin meningkatnya ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya, seperti kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan.
Kondisi kemiskinan ini memunculkan permasalahan sosial lainnya, yakni
berkembangnya jumlah anak jalanan, pemukiman kumuh, berkembangnya
prostitusi dan meningkatnya angka kriminalitas.
Penduduk miskin di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2010, tercatat 13,3 persen dari penduduk Indonesia. Jumlah ini sedikit
menurun dibanding tahun 2009 yang angkanya mencapai 14,1 persen. Kemiskinan
1
merupakan permasalahan multidisiplin, tidak hanya disebabkan faktor ekonomi,
tetapi juga terkait masalah sosial, budaya, politik dan lain-lainnya.2
Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu
membahayakan akidah, akhlak, kelogisan berpikir, keluarga dan juga masyarakat.
Islam pun menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang harus segera
ditanggulangi.3
Landasan berpikir umat Islam yang melihat Islam sebagai akidah, syari’ah,
akhlak dan tasawuf sudah tidak memadai lagi dan perlu dirombak. Umat Islam
seharusnya melihat permasalahan dunianya, lingkup dan kerangka konsep budaya
universal sebagai pedoman dalam merumuskan konsep-konsep hidupnya. Dalam
konteks perkembangan baru gerakan Islam di Indonesia yang pada tingkat
tertentu juga merupakan bagian dari gerakan dakwah paling sedikit terdapat
dua kecenderungan utama yang patut dicatat, yaitu gerakan bank syari’ah dan
gerakan pengelolaan zakat, infaq dan sadaqah. Sejalan dengan semakin besarnya
jumlah intelektual Muslim di panggung politik Indonesia, konsep-konsep Islam
seperti zakat, infaq dan sadaqah, semakin mendapat tempat dalam gerakan
pemberdayaan masyarakat.4
Zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia dan bahkan juga di dunia
Islam pada umumnya, sudah diyakini sebagai bagian pokok ajaran Islam yang
harus ditunaikan. Zakat dipandang sebagai salah satu rukun Islam yang lima, yaitu
2
Badan Pusat Statistik (BPS) “Penduduk Miskin di Indonesia 13,3 persen”, artikel diakses pada 6 Oktober 2010 dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/10/06/22335177/ Penduduk.Miskin.di.Indonesia.13.3.Persen.
3
Yusuf Qardhawi, Spektrum Zakat, Dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan, h. 24. 4
syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Melaksanakannya adalah wajib, dan
dengan begitu telah dipandang sebagai dosa bagi siapa saja yang
meninggalkannya, dan sebaliknya akan mendapatkan pahala bagi yang
menjalankannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat at-Taubah ayat
103 :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
(QS. At-Taubah : 103)
Memperbincangkan zakat dalam perspektif lainnya, maka menjalankan
kewajiban pembayaran zakat, juga diyakini dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengentaskan kemiskinan di tengah-tengah masyarakat.5 Landasan etik
lahirnya kewajiban membayar zakat (termasuk dianjurkannya membayar sadaqah,
infaq, qurban dan wakaf) adalah penciptaan stabilitas dan kesejahteraan sosial.
Lebih dari itu, seperti dijelaskan dengan sangat mendalam oleh Masdar F.
Mas’udi, zakat tidak hanya bermakna “memelihara” (maintenance atau nafaqah)
orang miskin dan anggota asnaf penerima lainnya, melainkan bermakna
5
“transformasi”. Makna transformasi ini, terutama bahwa zakat diberikan bukan
untuk sekedar membuat orang miskin bertahan hidup melainkan untuk
mengubahnya dari mustahik (penerima zakat) menjadi muzakki (pembayar zakat).
Untuk menjadi muzakki, jelas harus terbebas dari jerat kemiskinan.6
Selama ini pendayagunaan zakat masih saja berkutat dalam bentuk
konsumtif kariatif yang kurang atau tidak menimbulkan dampak sosial yang
berarti dan hanya bersifat temporari relief. Pendayagunaan zakat oleh beberapa
lembaga pengelola zakat masih banyak yang bersifat konvensional, berjangka
pendek dan didasari motivasi untuk menyelesaikan masalah sesaat. Keadaan ini
selamanya tidak akan pernah mengubah mustahik menjadi muzakki, bukan
mengentaskan kemiskinan tetapi melestarikan kemiskinan. Sebenarnya peranan
zakat itu terletak pada bagaimana seorang mustahik mampu menghidupi dirinya
sendiri dengan kemampuan yang dimilikinya dan memiliki penghasilan tetap yang
mencukupi kehidupannya, sehingga ia tidak perlu bergantung kepada bantuan
orang lain.7
Disinilah peran zakat dalam memberantas pengangguran, memberdayakan
ekonomi mustahik dengan menambah tenaga kerja produktif. Memang realitas ini
tidak bisa disalahkan, karena untuk memperoleh daya guna yang maksimal,
agama tidak mengatur bagaimana seharusnya dan sebaiknya mengelola zakat.
Walaupun demikian, bukan berarti kita dibenarkan untuk berdiam diri dan tidak
melakukan terobosan-terobosan kreatif, mengingat perkembangan zaman telah
6
Kusmana (ed), Bunga Rampai Islam & Kesejahteraan Sosial, h. 39-40. 7
menuntut kita untuk dapat menginterpretasikan dalil-dalil yang ma’qul al-ma’na,
dengan tujuan agar dikelola secara profesional.8
Rumah Zakat adalah salah satu lembaga amil zakat yang berdiri sejak tahun
1998 yang awal terbentuknya bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ).
Pada tahun 2003, DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia seiring
dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003
yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional. Fokus
kerja dari lembaga ini adalah pada penghimpunan Zakat, Infaq, Shadaqah dan
Wakaf (ZISWAF) dan menyalurkannya dalam bentuk program-program yang
produktif di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Tahun 2010 Rumah Zakat mencanangkan Gerakan Merangkai Senyum
Indonesia untuk memberikan kebahagiaan, khususnya bagi masyarakat kurang
mampu di Indonesia. Program ini mengacu pada masih rendahnya tingkat Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang berada pada urutan ke-111 dari 176
negara. Ini menggambarkan rendahnya angka harapan hidup, melek huruf,
pendidikan, dan standar hidup di Indonesia.
Gerakan Merangkai Senyum Indonesia meliputi tiga program utama, yakni
Senyum Juara (pendidikan), Senyum Sehat (kesehatan) dan Senyum Mandiri
(ekonomi dan kepemudaan). Dengan pendekatan berbasis komunitas yang
dilaksanakan di wilayah pemberdayaan terpadu atau Integrated Community
Development (ICD), pemberdayaan berlangsung jauh lebih terpantau, terintegrasi
dan berkelanjutan. Program pemberdayaan ini didesain tidak kepada
8
pemberdayaan perorangan tetapi lebih terpadu melalui pembinaan dan
pemberdayaan keluarga. Pendekatan ini sekaligus sebagai bentuk edukasi bahwa
keluarga menjadi dasar tertatanya bangunan bangsa yang kuat.9
Senyum Mandiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan Rumah Zakat untuk memberdayakan ekonomi masyarakat agar
mampu mencapai kesejahteraan atau tingkat hidup yang lebih layak. Salah satu
program yang terdapat dalam Senyum Mandiri adalah Program Cake House. Di
dalamnya, member program Cake House mendapatkan pelatihan, pendampingan,
bantuan modal usaha di bidang produksi makanan (jenis kue dan roti) hingga
proses pemasarannya untuk dikomersilkan.10
Melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan dalam program Cake House,
ibu-ibu yang berasal dari keluarga prasejahtera mendapatkan tambahan ilmu.
Selain pengetahuan baru, mereka akan mendapat bantuan modal dan
pendampingan bisnis dari Micro Business Officer (MBO) Rumah Zakat. Makanan
dipilih dalam pengembangan bisnis masyarakat karena setiap daerah memiliki
makanan khas. Konsumsi masyarakat akan terus meningkat dan member Cake
House akan menjadi kekuatan baru bagi keluarga mereka dalam meraih
kemandirian.
Sebelumnya program ini telah sukses diimplementasikan di Kelurahan
Candi dan Kelurahan Lampertengah, Kota Semarang. Cake House merupakan
program pemberdayaan perempuan dengan memberikan pelatihan pembuatan kue
bagi ibu-ibu member binaan Rumah Zakat. Tidak hanya dilatih untuk bisa
9
Tentang Rumah Zakat, artikel diakses pada 19 Januari 2011 dari http://rumahzakat.org 10
membuat kue, member akan terus didampingi sehingga mampu berusaha dibidang
kue yang menjadi keahliannya.
Salah satu peserta yang telah berhasil berwirausaha kue setelah mengikuti
pelatihan Cake House di Kelurahan Candi, Kota Semarang adalah Ibu Sri Rejeki.
Berikut ini adalah penuturan beliau :
“Saya dulu juga ikut pelatihan Cake House Rumah Zakat dari nol, dan
Alhamdulillah setelah 6 bulan sudah bisa lancar membuat aneka kue basah
dan kering”11
Dilihat dari gambaran di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
terhadap masalah ini dengan judul “Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program
Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Mustahik di Empowering Centre Pulogadung”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang ditinjau pada penelitian ini tidak terlalu
luas, maka perlu adanya pembatasan masalah untuk menentukan ruang
lingkup penelitian, yaitu sebagai berikut :
a. Program Cake House adalah program pemberdayaan perempuan di
bidang produksi makanan (jenis kue dan roti), yang kegiatannya
meliputi pelatihan, pendampingan, pemberian bantuan modal usaha
hingga proses pemasaran. Dalam penelitian ini, penulis membatasi
program Cake House hanya pada kegiatan pelatihannya.
11
b. Dalam skripsi ini penulis akan membahas pengaruh efektivitas
pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat dengan
melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) serta
tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan.
c. Mustahik adalah orang-orang yang termasuk ke dalam 8 (delapan)
golongan penerima zakat. Namun, mustahik yang diteliti di sini adalah
mustahik yang mengikuti pelatihan program Cake House Senyum
Mandiri Rumah Zakat di Empowering Centre Pulogadung yakni
ibu-ibu rumah tangga dengan kategori keluarga fakir dan miskin.
2. Perumusan Masalah
Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka dalam
penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan
sebagai berikut :
a. Faktor-faktor apa saja yang berperan dalam efektivitas pelatihan
program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di Empowering
Centre Pulogadung?
b. Bagaimana pengaruh efektivitas pelatihan program Cake House
Senyum Mandiri Rumah Zakat terhadap peningkatan kesejahteraan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam efektivitas
pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di
Empowering Centre Pulogadung.
b. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas pelatihan program Cake
House Senyum Mandiri Rumah Zakat terhadap peningkatan
kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Pulogadung.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Penulis, sebagai wadah untuk mengimplementasikan ilmu
pengetahuan yang telah didapat penulis selama perkuliahan, serta
dapat berguna untuk memperkaya khazanah keilmuan.
b. Bagi Fakultas, dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
menambah literature kepustakaan bagi studi-studi yang akan datang
khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah dan umumnya pihak lain.
c. Bagi Lembaga, diharapkan dapat memberikan masukan dan motivasi
untuk mengefektifkan dan memaksimalkan program pemberdayaan
khususnya program Cake House sehingga tercapai kehidupan yang
D. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, diantaranya :
1. “Pengaruh Efektivitas Pengawasan BMT Al-Munawwarah
Pamulang dalam Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi Anggota”
Oleh: Ani Rohyani, NIM : 102053025683, Program Studi Manajemen
Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Skripsi ini memaparkan bahwa efektivitas pengawasan BMT
Al-Munawwarah dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kesejahteraan ekonomi anggota sebesar 28%, sedangkan sebanyak 72%
lainnya dipengaruhi oleh variabel lain dan terdapat hubungan positif
antara pengawasan dengan kesejahteraan ekonomi anggota.
2. Efektivitas Program Pendidikan dan Keterampilan dalam
Pemberdayaan Anak Pemulung di Bengkel Kreativitas Yayasan
Nanda Dian Nusantara Ciputat Tangerang”
Oleh: Wawan Kurnia, NIM : 103054028814, Program Studi
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
Skripsi ini memaparkan bahwa sasaran program telah sesuai, namun
semua belum berjalan secara efektif karena sebatas di lingkungan
yayasan dan belum dapat bersaing di dunia luar. Tujuan program sesuai
belum berjalan efektif yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
problem pribadi yang timbul dari kesulitan belajar anak-anak pemulung
sehingga terhambat dalam perkembangan berpikirnya, terbatasnya sarana
atau fasilitas, minimnya dana dan tidak tersedianya tenaga ahli.
3. “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan
Teknisi Handphone di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa”
Oleh : Amelia, NIM : 105054002039, Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Skripsi ini memaparkan bahwa program pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh Institut Kemandirian Dompet Dhuafa melalui pelatihan
dan keterampilan teknisi handphone dapat diandalkan untuk menjalankan
kehidupan pesertanya secara mandiri. Terbukti dari hasil observasi,
banyak peserta yang dapat mengembangkan keahlian yang diperolehnya
dengan cara membuka usaha sendiri dan bekerja di perusahaan atau
counter handphone. Pelatihan keterampilan ini menjadi penting karena
dapat merubah keadaan peserta dari menganggur dan miskin menjadi
lebih produktif dan bermanfaat serta dapat menambah penghasilan
pesertanya.
Sedangkan judul penelitian penulis adalah “Pengaruh Efektivitas Pelatihan
Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Mustahik di Empowering Centre Pulogadung” yang mengangkat
di Empowering Centre Pulogadung dan pengaruhnya terhadap peningkatan
kesejahteraan mustahik.
E. Sistematika Penulisan
Agar karya ilmiah ini tersusun secara sistematis, maka penulis
menjabarkannya ke dalam enam bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Kajian Teori
Bab ini berisikan tentang Pengertian Efektivitas, Konsep Pelatihan
meliputi Pengertian Pelatihan, Tujuan dan Sasaran Pelatihan,
Langkah-langkah Penyusunan Pelatihan dan Unsur-unsur
Pelatihan, Efektivitas Pelatihan, Konsep Kesejahteraan Mustahik
meliputi Pengertian Kesejahteraan dan Pengertian Mustahik,
Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian.
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini dibahas mengenai Pendekatan dan Desain Penelitian,
Waktu dan Tempat Penelitian, Teknik Penentuan Sampel meliputi
Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan
Indikator Variabel, Teknik Pengumpulan Data, Uji Instrumen
meliputi Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dan Teknik Analisis
Bab IV : Gambaran Umum Rumah Zakat
Bab ini berisikan tentang Sejarah Berdirinya Rumah Zakat, Sejarah
Berdirinya Empowering Centre Pulogadung, Visi dan Misi,
Budaya Kerja, Struktur Organisasi Rumah Zakat, Struktur
Organisasi ICD Jakarta Timur, Program, Produk, Gambaran
Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat di
Empowering Centre Pulogadung dan Faktor-faktor yang berperan
dalam Efektivitas Pelatihan Program Cake House di Empowering
Centre Pulogadung.
Bab V : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisikan tentang Pengolahan Uji Instrumen, Data-data
Hasil Penelitian Lapangan meliputi Deskripsi Data Responden
Penelitian dan Deskripsi Kuesioner Penelitian, Analisis Data
Penelitian meliputi Analisis Regresi Linear Berganda, Uji
Koefisien Determinasi, Uji f-test (simultan) dan Uji t-test (parsial).
Bab VI : Penutup
Bab ini memuat secara singkat mengenai kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian dan saran-saran yang menjadi penutup dari
14 A. Pengertian Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki beberapa makna, yaitu :
1. Adanya suatu efek (akibat, pengaruh, kesan) 2. Manjur atau mujarab (mengenai obat)
3. Membawa hasil, berhasil guna (mengenai usaha, tindakan) 4. Mulai berlaku (mengenai peraturan, perundang-undangan)1
Sedangkan Sondang P. Siagian menulis bahwa efektivitas berkaitan erat bukan hanya dengan penggunaan sumber daya, dana, sarana dan prasarana kerja secara tepat, akan tetapi juga dengan tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya dalam batas waktu yang telah ditetapkan untuk pencapaiannya.2
Dalam Kamus Manajemen, efektivitas memiliki arti yakni suatu besaran atau angka untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.3
H. Emerson yang dikutip langsung oleh Soewarno Handayaningrat menjelaskan pengertian efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, jelasnya apabila sasaran
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 284.
2
Sondang P. Siagian, Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 1995), cet. Ke-5, h. 3.
3
atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi, apabila tujuan atau sasaran itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.4
Prof. Dr. Mardiasmo, dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Sektor Publik, memaparkan bahwa pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran (output) dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.5
Dari beberapa pengertian efektivitas di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektivitas adalah tolok ukur tercapainya tujuan atau sasaran dari suatu kegiatan atau program dengan melihat beberapa indikasi sebagai berikut :
1. Ketepatan penggunaan sumber daya, dana, sarana dan prasarana kerja serta waktu (input).
2. Tercapainya tujuan dan sasaran. B. Konsep Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
Andrew E. Sikula mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang
4
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta : CV. Haji Masagung, 1990), cet. Ke-10, h. 16.
5
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir, peserta mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang terbatas.6
Dalam Kamus Manajemen, pelatihan (training) diartikan sebagai suatu proses memperdalam dan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para peserta melalui bimbingan yang diberikan instruktur (pelatih) dengan cara penyelesaian tugas dan latihan.7
Veithzal Rifai dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan Dari Teori ke Praktik, mengartikan pelatihan sebagai bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori.8
Sedangkan menurut Dr. Oemar Hamalik secara operasional dapat dirumuskan, bahwa pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional sebagai pelatihnya, dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas suatu organisasi.9
6
Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan SDM, (Bandung : PT Refika Aditama, 2006), cet. Ke-2, h. 50.
7
Marbun, Kamus Manajemen, h. 206. 8
Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari Teori ke Praktik, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 211.
9
Jadi, yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu proses pendidikan yang sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dengan dibantu oleh instruktur (pelatih) dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan kebutuhan serta tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi.
2. Tujuan dan Sasaran Pelatihan
Dalam bidang pelatihan, bahkan di antara para pelatih yang seharusnya lebih tahu, tujuan dan sasaran seringkali dicampuradukkan. Tujuan adalah pernyataan umum mengenai maksud, sedangkan sasaran adalah pernyataan spesifik dan tepat mengenai maksud dengan ukuran yang pasti dari perilaku terakhir.10
Secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya, kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik. Kemampuan profesional mengandung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.11
Kegiatan pelatihan pada dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari orang-orang yang mengikuti pelatihan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah dapat berupa bertambahnya pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap dan perilaku.
10
Leslie Rae, Mengukur Efektivitas Pelatihan, (Jakarta : IPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo, 1990), h. 23.
11
Oleh karena itu, sasaran pelatihan dapat dikategorikan ke dalam beberapa tipe tingkah laku yang diinginkan, antara lain12 :
a. Kategori kognitif, meliputi proses intelektual seperti mengingat, memahami dan menganalisis. Sasaran pelatihan pada kategori ini adalah untuk melatih orang agar memiliki pengetahuan dan keterampilan berpikir.
b. Kategori afektif, meliputi perasaan, nilai dan sikap. Sasaran pelatihan dalam kategori ini adalah untuk melatih orang memiliki sikap tertentu. c. Kategori psikomotorik, meliputi pengontrolan otot-otot sehingga orang dapat melakukan gerakan-gerakan yang tepat. Sasarannya adalah agar orang tersebut memiliki keterampilan fisik tertentu. 3. Langkah-langkah Penyusunan Pelatihan
a. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. b. Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan.
c. Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya. d. Menetapkan metode pelatihan.
e. Mengadakan percobaan dan revisi.
f. Mengimplementasikan dan mengevaluasi.13 4. Unsur-unsur Pelatihan
Dalam melaksanakan pelatihan ada beberapa unsur yang sangat berperan penting untuk mencapai keberhasilan kegiatan pelatihan, diantaranya14 :
12
Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, h. 215-216. 13
a. Peserta pelatihan (trainee)
Peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena keberhasilan proses pelatihan erat kaitannya dengan peserta pelatihan.
b. Pelatih (trainer)
Pelatih (trainer) harus profesional dan memiliki keahlian di bidangnya, karena pelatih memegang peran yang penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan.
c. Lamanya waktu pelatihan
Lamanya waktu pelatihan ditentukan berdasarkan pertimbangan mengenai tingkat kesulitan materi pelatihan, tingkat kemampuan peserta dan media yang digunakan dalam pelatihan.
d. Bahan (materi) pelatihan
Materi pelatihan sebaiknya disusun secara tertulis agar mudah dipelajari oleh peserta. Penyusunan materi pelatihan hendaknya memperhatikan faktor-faktor seperti tujuan pelatihan, peserta pelatihan, harapan lembaga penyelenggara pelatihan dan lamanya waktu pelatihan.
e. Bentuk (metode) pelatihan
Metode pelatihan harus disesuaikan dengan jenis pelatihan yang akan dilaksanakan dan tingkat kemampuan peserta pelatihan.
14
Andrew E. Sikula mengemukakan beberapa metode pelatihan, yaitu sebagai berikut 15:
1) On the Job Training, yakni suatu metode pelatihan dengan cara peserta pelatihan ditempatkan dalam kondisi lingkungan dan disertai perlengkapan yang nyata.
2) Demonstration and examples, yakni metode yang melibatkan penguraian dan pemeragaan sesuatu melalui contoh-contoh. Metode pelatihan ini sangat efektif karena lebih mudah menunjukkan kepada peserta cara mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan.
3) Vestibule atau balai, yakni suatu ruangan isolasi atau terpisah yang digunakan untuk tempat pelatihan bagi peserta baru yang akan menduduki suatu pekerjaan. Metode vestibule merupakan metode pelatihan yang sangat cocok untuk jumlah peserta yang cukup banyak yang dilatih dengan jenis pekerjaan yang sama dan dalam waktu yang sama.
4) Simulasi, yakni suatu situasi atau peristiwa menciptakan bentuk realitas atau imitasi dari realitas. Simulasi merupakan pelengkap sebagai teknik duplikat yang mendekati kondisi nyata pada pekerjaan.
5) Apprenticeship, yakni suatu cara mengembangkan keterampilan (skill) pengrajin atau pertukangan. Metode ini tidak mempunyai
15
standar format. Peserta pelatihan mendapatkan bimbingan umum dan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya.
6) Classroom methods, yakni metode training yang dilakukan di dalam kelas. Yang termasuk dalam metode ruang kelas adalah kuliah, konferensi, studi kasus, bermain peran dan pengajaran berprogram.
Selain kelima unsur di atas, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dan berperan dalam pelatihan, yaitu16 :
a. Efektivitas biaya
Penetapan besarnya biaya yang diperlukan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pelatihan dan sumber dana yang tersedia.
b. Media pelatihan
Media pelatihan adalah salah satu komponen yang penting dalam pelatihan karena berfungsi sebagai unsur penunjang proses pembelajaran. Media pelatihan harus disesuaikan dengan keperluan kegiatan pelatihan sehingga dapat mendukung pemberian materi pelatihan.
c. Fasilitas pelatihan
Fasilitas yang digunakan dalam pelatihan harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan pelatihan.
16
d. Prinsip-prinsip pembelajaran
Prinsip pembelajaran merupakan suatu guideline (pedoman) di mana proses belajar akan berjalan lebih efektif. Semakin banyak prinsip ini direfleksikan dalam pelatihan, semakin efektif pelatihan tersebut. Prinsip-prinsip ini mengandung unsur partisipasi, pengulangan, relevansi, pengalihan (transfer) dan umpan balik.
C. Efektivitas Pelatihan
Efektivitas pelatihan terdiri dari dua kata, yakni efektivitas dan pelatihan. Pengertian efektivitas seperti yang telah penulis paparkan di atas adalah tolok ukur tercapainya tujuan atau sasaran dari suatu kegiatan atau program dengan melihat ketepatan penggunaan input (unsur-unsur yang digunakan dalam suatu kegiatan atau program) serta tercapainya tujuan dan sasaran dari sebuah kegiatan. Sedangkan yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu proses pendidikan yang sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dengan dibantu oleh instruktur (pelatih) dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan kebutuhan serta tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi.
D. Konsep Kesejahteraan Mustahik 1. Pengertian Kesejahteraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “sejahtera” berarti aman, sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan).17
Kesejahteraan dalam arti yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kebutuhan hidup yang layak. Yang dimaksud dengan tingkat hidup yang layak di sini adalah tingkat hidup minimmal bagi seseorang yakni dapat memenuhi makan dan minum yang layak untuk diri dan keluarganya.
Sedangkan menurut Undang-undang Kesejahteraan Sosial No. 6 tahun 1974, kesejahteraan sosial merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial sebaik-baiknya, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.18
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai kesejahteraan, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah suatu kehidupan dan penghidupan yang bersifat material maupun spiritual (lahir maupun batin) yang memungkinkan setiap masyarakat untuk mengadakan
17
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), cet. Ke-3, h. 1011.
18
usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial, yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
2. Pengertian Mustahik
Pada ayat 60 surat At-Taubah, dijelaskan siapa sajakah yang berhak menerima zakat yang disebut dengan mustahik (8 asnaf), yaitu :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan budak), orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah : 60)
Ayat yang membatasi sasaran zakat ini menjadi delapan golongan, ternyata membedakan antara empat sasaran yang pertama dengan empat sasaran yang terakhir.
dengan menggunakan huruf (fi), yang makna asalnya menunjukkan zharaf/tempat.19
Kesimpulannya, bagi empat sasaran yang pertama, zakat diserahkan kepada mereka sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai kehendak mereka karena zakat tersebut memang diperuntukkan dan sudah menjadi hak milik mereka, sedangkan bagi empat sasaran terakhir, zakat tidak diserahkan untuk menjadi milik mereka, akan tetapi diserahkan karena ada sesuatu kebutuhan atau keadaan yang menyebabkan mereka berhak menerima zakat.
Berikut ini merupakan penjelasan dari kedelapan golongan asnaf yang berhak menerima zakat (mustahik) :
a. Orang Fakir (al-Fuqara’) dan Orang Miskin (al-Masakin)
Berdasarkan pandangan para imam mazhab, K.H. Ali Yafie menjelaskan bahwa orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta benda atau tidak memiliki penghasilan tetap atau memiliki penghasilan, tetapi penghasilannya hanya mencukupi kurang dari seperdua dari kebutuhan pokoknya. Sementara itu menurutnya, orang miskin adalah orang yang memiliki harta atau memiliki pekerjaan atau memiliki keduanya, tetapi harta atau hasil dari pekerjaannya itu hanya mencukupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya.20
Konteks sekarang ini konsep kebutuhan pokok seperti itu, jelas perlu penyesuaian. Bukan saja jumlahnya tapi tidak kalah penting adalah
19
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor : Pustaka Litera Antarnusa, 1996), cet. Ke-4, h. 583.
20
mutunya, sehingga kebutuhan pokok dimana manusia bisa hidup secara wajar, itu meliputi:
1) Pangan dengan kandungan kalori dan protein yang memungkinkan pertumbuhan fisik secara wajar.
2) Sandang yang dapat menutupi aurat dan melindungi gangguan cuaca.
3) Papan yang dapat memenuhi kebutuhan berlindung dan membina kehidupan keluarga secara layak.
4) Kesehatan yang dapat memungkinkan kesembuhan dari penyakit yang diderita.
5) Pendidikan yang memungkinkan pihak bersangkutan mengembangkan tiga potensi dasarnya selaku manusia: kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan demikian dalam konteks kehidupan sosial kita sekarang, pentasarufan dana zakat untuk sektor fakir miskin ini bisa mencakup :
1) Pembangunan sarana dan prasarana pertanian sebagai tumpuan kesejahteraan ekonomi rakyat, dalam pengertian yang luas.
2) Pembangunan sektor industri yang secara langsung berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
3) Penyelenggaraan sentra-sentra pendidikan keterampilan dan kejuruan untuk mengatasi pengangguran.
5) Jaminan hidup untuk orang-orang invalid, jompo, yatim piatu, dan orang-orang yang tidak punya pekerjaan.
6) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dasar sampai tinggi untuk setiap warga atau rakyat yang memerlukan.
7) Pengadaan sarana dan prasarana kesehatan bagi setiap warga atau rakyat yang membutuhkan.
8) Pengadaan sarana dan prasarana lain yang erat hubungannya dengan usaha mensejahterakan rakyat lapisan bawah.21
b. Pengurus/panitia zakat (Al-‘Amil)
Allah menyediakan upah bagi mereka (amil) dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil dari selain harta zakat. Bagian yang diberikan kepada para panitia atau amil zakat, dikategorikan sebagai upah atas kerja yang dilakukannya. Meskipun dia orang kaya, panitia atau amil zakat tetap diberi bagian zakat. Dia tidak boleh mendapatkannya, jika hal itu dikategorikan sebagai zakat atau sadaqah.22
Pada zaman sekarang ini panitia atau amil zakat tidak hanya berbentuk perseorangan tetapi berbentuk badan atau lembaga amil zakat. Lembaga-lembaga dan panitia-panitia pengurus zakat yang ada adalah bentuk kontemporer bagi lembaga yang berwenang mengurus zakat yang ditetapkan dalam syariat Islam. Oleh karena itu panitia atau amil yang
21
Masdar F. Mas’udi, Agama Keadilan Risalah Zakat (Pajak) dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991), cet. Ke-1, h. 149-150.
22
bekerja di lembaga amil zakat harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh para ulama fikih, antara lain :
1) Muslim, karena zakat itu urusan kaum Muslimin, maka Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka.
2) Mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya. 3) Jujur, karena ia diamanati harta kaum Muslimin.
4) Memahami hukum-hukum zakat, sebab bila ia tidak mengetahui hukum tak mungkin mampu melaksanakan pekerjaannya dan akan lebih banyak berbuat kesalahan.
5) Mampu untuk melaksanakan tugas dan sanggup memikul tugas itu, karena kejujuran saja belum mencukupi bila tidak disertai kekuatan dan kemampuan untuk bekerja.23
c. Mu’allaf Yang Perlu Ditundukkan Hatinya (Mu’allaf Qulubuhum) Dalam pengertian ini, sasaran zakat untuk mu’allaf pada konteks kemasyarakatan sekarang ini adalah untuk :
1) Usaha penyadaran kembali (dalam ungkapan yang kini berlaku : pemasyarakatan) orang-orang yang terperosok ke dalam tindakan asusila dan atau kejahatan, kriminal.
2) Biaya rehabilitasi mental atas orang-orang/anak-anak yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkotika dan sejenisnya.
3) Pengembangan masyarakat atau suku-suku terasing. 4) Usaha-usaha rehabilitasi kemanusiaan lainnya.24
23
d. Budak (Fir-Riqab)
Riqab artinya adalah orang dengan status budak. Para budak yang dimaksud di sini ialah para budak Muslim yang telah membuat perjanjian dengan tuannya (mukatab), bahwa bila ia sanggup menghasilkan harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka bebaslah ia. Kemudian Allah menetapkan bagian zakat untuk mereka agar mereka dapat membebaskan dirinya dan memenuhi segala apa yang ditentukan kepada mereka.25
Dalam konteks individual, dana zakat tersebut bisa ditasarufkan untuk, misalnya :
1) Mengentaskan buruh-buruh rendahan dan buruh-buruh kasar dari belenggu majikan yang menjeratnya.
2) Mengusahakan pembebasan orang-orang tertentu yang dihukum/dipenjara hanya karena menggunakan hak asasinya untuk berpendapat atau memilih.
Sementara dalam bentuknya yang struktural, zakat riqab ini dapat berarti zakat untuk proses penyadaran dan pembebasan masyarakat tertindas berkaitan dengan hak-hak dasarnya sebagai manusia baik dalam dimensi individual maupun sosialnya.26
24
Mas’udi, Agama Keadilan, h. 155. 25
Qardhawi, Hukum Zakat, h. 587. 26
e. Orang berhutang (Al-Gharimun)
Menurut Imam Malik, Syafi’i dan Ahmad, bahwa orang yang memiliki hutang terbagi kepada dua golongan, masing-masing mempunyai hukumnya sendiri.
1) Golongan Pertama, adalah orang yang memiliki hutang untuk kemaslahatan dirinya sendiri dan dia adalah seseorang yang dianggap fakir. Orang yang berhutang karena kemaslahatan dirinya harus diberi bagian zakat sesuai kebutuhannya, yakni kebutuhan untuk melunasi hutangnya. Apabila ia diberi bagian zakat, tetapi tidak dibayarkan pada hutangnya, maka ia wajib mengembalikan bagian zakat tersebut, karena yang menjadi keperluan adalah tanggungjawabnya untuk melunasi hutang.27
2) Golongan Kedua, adalah orang yang berhutang untuk kemaslahatan masyarakat. Golongan ini lebih utama untuk diberi zakat, karena mereka berhutang untuk kemaslahatan masyarakat. Berbeda dengan golongan pertama yang diberi bagian zakat dengan tujuan untuk melunasi hutangnya, golongan ini berhak diberi zakat walaupun keadaannya kaya.28
f. Orang yang Berjuang di Jalan Allah (Fi-Sabilillah)
Kini keadaan sudah berubah lebih kompleks dan mendefinisikan sabilillah dalam makna “pasukan perang melawan orang kafir” sebenarnya definisi dalam sisi yang negatif. Dalam konteks perzakatan,
27
Qardhawi, Hukum Zakat, h. 599. 28
menegakkan ‘jalan Allah’ adalah konteks kehidupan manusia dalam dimensi sosialnya. Rinciannya dapat bermacam-macam, tapi pangkalnya adalah “kemaslahatan (kesejahteraan dan keadilan hidup) bersama”.
Dana zakat untuk “sabilillah” pentasarufannya adalah untuk kebutuhan-kebutuhan seperti beberapa contoh di bawah ini :
1) Memelihara akidah Islam dari kekufuran.
2) Mendirikan pusat kegiatan bagi kepentingan dakwah dan menolong para da’i yang menyeru pada ajaran Islam yang benar.
3) Meningkatkan kualitas SDM dalam rangka menunaikan tugas sosialnya untuk ta’mirul ardl (membangun peradaban di muka bumi) seperti program-program pengembangan filsafat, ilmu dan teknologi.
4) Menegakkan keadilan hukum (judikatif) bagi warga negara.
5) Membangun dan memelihara sarana dan prasarana umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak.29
g. Orang yang sedang dalam perjalanan (Ibnu Sabil)
Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat, Ibnu Sabil adalah orang yang melakukan perjalanan demi kemaslahatan umum, yang manfaatnya kembali pada agama Islam atau masyarakat Islam.30
Lahir dari konteks sosial tertentu, pengertian di atas menunjuk pada makna yang lebih sempit dari yang sebenarnya. Kini, ketika keadaan
29
Mas’udi, Agama Keadilan, h. 157-161. 30
masyarakat sudah menjadi semakin kompleks, kebutuhan untuk meninjau kembali pada pengertian awal menjadi sangat perlu.
Maka dalam konteks pentasafuran dana zakat untuk ibnu sabil dapat dialokasikan kepada :
1) Pengungsi baik karena alasan politik, maupun karena alasan lingkungan/bencana alam.
2) Musafir demi kemaslahatan, seperti mahasiswa, ahli ilmu yang pandai, yang membutuhkan studi untuk memperdalam ilmu yang bermanfaat, yang hasilnya nanti akan kembali kepada kebaikan agama dan umat.
3) Tunawisma, dalam hal ini adalah pengemis dan anak jalanan. Apabila mereka diberi bagian zakat adalah karena sifat ibnu sabilnya agar mengeluarkan ketergantungan mereka pada jalanan misalnya diberikan rumah yang layak dan yang kedua adalah sifat fakirnya agar mereka dapat memenuhi kebutuhan dan penghidupan yang layak.31
Jadi yang dimaksud dengan kesejahteraan mustahik adalah suatu kehidupan dan penghidupan yang bersifat material maupun spiritual (lahir maupun batin) yang memungkinkan setiap mustahik untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial, yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
31
E. Kerangka Berpikir
Pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran untuk membayar zakat. Zakat sangat berpotensi untuk mengentaskan kemiskinan jika dana zakat yang terkumpul didayagunakan secara produktif oleh pemerintah maupun lembaga amil zakat yang ada.
Selama ini pendayagunaan zakat masih bersifat konsumtif, namun lembaga amil zakat yang ada saat ini lebih menekankan kepada pendayagunaan zakat secara produktif. Mereka berlomba-lomba untuk membuat program pemberdayaan untuk mustahik agar tercapai kesejahteraan mustahik yang seutuhnya dan terwujud transformasi mustahik menjadi muzakki.
Alur kerangka berpikir di atas, dapat digambarkan secara praktis mengenai pengaruh efektivitas pelatihan program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik pada gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Mustahik
F. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ha : ρ≠ 0 Efektivitas Pelatihan Program Cake House berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Pulogadung
Ho : ρ = 0 Efektivitas Pelatihan program Cake House tidak berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan mustahik di Empowering Centre Pulogadung
Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat
1. Ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan)
2. Tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan
Peningkatan Kesejahteraan Mustahik Zakat
Produktif L
35 A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian, analisis datanya bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1
Sedangkan jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Metode penelitian survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, yakni dengan menggunakan kuesioner, wawancara tersruktur, dan sebagainya.2
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.3
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV. Alfabeta, 2009), cet. Ke-6, h. 8.
2
Ibid.,h. 6. 3
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2011 sampai Agustus 2011. Sedangkan lokasi penelitian dilaksanakan di Empowering Centre Rumah Zakat Pulogadung yang beralamat di Jl. Pulo Asem Utara III RT.09/RW.01 Pulogadung-Jakarta Timur.
Adapun alasan penulis memilih lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan sebagai berikut :
1. Rumah Zakat merupakan lembaga amil zakat yang mempunyai misi membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif.
2. Empowering Centre Pulogadung merupakan pusat inkubasi percontohan pemberdayaan masyarakat di wilayah Jakarta Timur.
3. Data mudah diakses oleh penulis. C. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang menjadi sasaran penelitian yang dapat menjadi sumber data penelitian.4 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga dengan kategori keluarga fakir dan miskin (mustahik) sebagai peserta pelatihan program Cake House di Empowering Centre Pulogadung yang berjumlah 19 orang.
4
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.5 Teknik penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampling jenuh, yakni teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh jumlah populasi. Teknik ini digunakan karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 30 orang6. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 19 orang.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.7 Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (independen) : Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat yang terdiri dari :
a. Ketepatan penggunaan input (unsur-unsur pelatihan) (X1).
b. Tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan (X2).
2. Variabel terikat (dependen) : Tingkat kesejahteraan mustahik (variabelY).
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 81. 6
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung : Alfabeta, 2010), cet. Ke-6, h. 64.
7
E. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Variabel Dimensi Indikator-indikator
Efektivitas Pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri Rumah Zakat
Tingkat
Kesejahteraan Mustahik
1. Ketepatan penggunaan input (unsur-unsur
pelatihan)
2. Tercapainya tujuan dan sasaran
pelatihan
a. Instruktur (pelatih) b. Peserta
c. Lamanya waktu pelatihan d. Materi pelatihan
e. Metode pelatihan f. Biaya
g. Media pelatihan h. Fasilitas pelatihan
a. Kognitif (pengetahuan) b. Afektif (sikap)
c. Psikomotorik (keterampilan)
a. Mengalami peningkatan pendapatan b. Memiliki pekerjaan
c. Memiliki usaha yang produktif d. Menerapkan pola makan 4 sehat 5
sempurna minimal 2 kali sehari
e. Memiliki kendaraan bermotor penunjang aktivitas (bekerja maupun usaha)
f. Memiliki investasi berupa tabungan di bank
g. Memiliki investasi dalam bentuk lain (arisan)
h. Memiliki kredit di bank
i. Memiliki tempat tinggal yang layak j. Mampu memenuhi kebutuhan sandang
(pakaian)
k. Memiliki kemampuan memenuhi keperluan aset rumah tangga
l. Memiliki kemampuan mengakses fasilitas kesehatan dengan mudah dan murah m. Memiliki kemampuan mengakses fasilitas
F. Teknik Pengumpulan Data
Dilihat dari sumber data yang diperoleh, penulis menggunakan data primer dan data sekunder, yaitu :
1. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber melalui penelitian lapangan, yakni melalui :
a. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan ICD Head Jakarta Timur di Empowering Centre Rumah Zakat Pulogadung mengenai pelatihan Program Cake House Senyum Mandiri.
b. Kuesioner
Kuesioner digunakan penulis untuk memperoleh data dari narasumber, yakni ibu-ibu rumah tangga dengan kategori keluarga fakir dan miskin (mustahik) sebagai peserta pelatihan program Cake House Senyum Mandiri.
c. Observasi
Observasi dilakukan penulis untuk mengamati secara langsung pelatihan program Cake House Senyum Mandiri di lokasi penelitian. 2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
G. Uji Instrumen
Dalam penelitian kuantitatif, penulis akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, yakni dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang disusun di dalam kuesioner. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka perlu dilakukan uji instrumen dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas berguna untuk mengukur ketepatan instrumen penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pendekatan yang digunakan untuk uji validitas dalam penelitian ini adalah construct validity yaitu untuk mengukur construct tertentu, yang artinya apakah suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan.8 Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas instrumen penelitian ini adalah rumus korelasi Pearson Product Moment. Pada uji validitas ini, penulis menggunakan SPSS 18.0 for Windows.
2. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas berguna untuk mengukur konsistensi instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang dapat digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama dan akan menghasilkan data
8
yang sama.9 Peneliti menggunakan teknik Internal Consistency yang dilakukan dengan cara mengukur instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.10 Dalam uji reliabilitas ini, penulis menggunakan Reliability Analysis dengan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan komputer SPSS 18.0 for Windows. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut11 :
Keterangan :
r11 = Nilai Reliabilitas
∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total k = Jumlah item
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik inferensial. Teknik analisis statistik inferensial adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.12 Setelah data yang diperlukan terkumpul dan dikelompokkan, data kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
9
Ibid., h. 121. 10
Ibid., h. 131. 11
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, h. 115. 12
Sugiyono,