ANALISIS PERBANDINGAN PENGIRIMAN
BARANG MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI
(Studi Kasus di PT. ARTA BOGA JAKARTA Tahun 2009)
Miptahudin
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
ANALISIS PERBANDINGAN PENGIRIMAN BARANG
MENGGUNAKAN METODE TRANSPORTASI
(Studi Kasus di PT. ARTA BOGA JAKARTA Tahun 2009)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Miptahudin
104094003030
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Pengiriman Barang Menggunakan Metode Transportasi” yang ditulis oleh Miptahudin, NIM 104094003030 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari jumat, pada tanggal 05 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S1) pada Program Studi Matematika.
Menyetujui :
Penguji 1, Penguji 2,
Yanne Irene, M.Si Yudi Mahatma, M.Si
NIP. 150 368 744 NIP. 19761020 200812 1 001
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
Cecep Anwar Hadi F. S.,M.Si Nur Inayah, M.Si NIP. 19810105 200812 1 001 NIP. 19740125 200312 2 001
Mengetahui :
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Ketua Program Studi Matematika,
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 05 Maret 2010
Miptahudin 104094003030
PERSEMBAHAN
MOTO
ABSTRAK
Salah satu jenis dari riset operasi adalah masalah transportasi. Setiap usaha yang dilakukan oleh badan usaha atau perusahaan memiliki tujuan tertentu. Dari awal produksi hingga tujuan pemasaran agar setiap perusahaan tidak mengalami kerugian yang cukup besar. Persoalan transportasi diformulasikan sebagai prosedur khusus untuk mendapatkan program beban minimum dalam mendistribusikan unit yang homogen dari suatu produk atas sejumlah titik sumber ke sejumlah titik tujuan. Penulisan skripsi ini bertujuan membandingkan permasalahan transportasi menggunakan metode North West Corner (NWC) dan Least Cost (LC) sebagai layak dasar kemudian dilanjutkan dengan metode Stepping Stone untuk mencari nilai optimum. Untuk mencari hasil layak dasar dari data yang telah disediakan, maka NWC dan LC menggunakan sofware Tora Optimization System sedangkan metode Steeping Stone untuk mencari hasil yang optimum melakukan perhitungan secara manual. Hasil dari program software tersebut lebih baik dan dapat pula menyelesaikan metode MODI, Vogel Approximation Method (VAM) dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini metode LC lebih baik daripada metode NWC untuk menghasilkan beban yang lebih minimum.
ABSTRACT
One type operation research is the transportation problem. Any effort made by a company or firm has a particular purpose. From the beginning of production to the marketing, objectives that each company did not experience significant losses. Transportation problem has been formulated as a special procedure to attain minimum cost / load program while distributing homogeneous units a product over a number of sources point to destination point. The thesis is to compared the transportation problem by using the method North West Corner and Least Cost as an anitial basic feasible method followed by a Stepping Stone to find the optimum value. The find initial basic feasible from the provided data, method NWC and LC can be solved by Tora Optimization System software and Steeping Stone method to find more optimum results make manually. Results of the program give more accurate results and may also Modi method, Vogel Approximation Method (VAM) and so forth.
In this study reached Least Cost method is more accurate than the North West Corner to achieve minimum load.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini adalah syarat kelulusan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu Program Studi Matematika Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, di antaranya :
1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Sains dan Teknologi .
2. Ibu Nur Inayah, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Matematika dan dosen Pembimbing II.
3. Ibu Nina Fitriyati, M.Kom., Sekretaris Program Studi Matematika 4. Bapak Cecep Anwar. F. S., M.Si, sebagai dosen Pembimbing I.
5. Seluruh dosen Prodi Matematika yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh civitas akademika Fakultas Sains dan Teknologi atas bantuannya dalam bidang administrasi.
8. Istri (Khuzaimah) dan Putra I (Miftahullutfi Alfadil) yang selalu mendoakan dan pembuat spirit/pendorong agar saya bersemangat untuk mengerjakan skripsi.
9. Mahasiswa/i Matematika angkatan 2004, teman bermain dan belajar dari awal kita ketemu hingga saat ini, terima kasih atas segala masukkan dan semangatnya semoga kelak kita menjadi manusia yang berguna.
10. Teman-teman Matematika angkatan 2004 yang membantu dan memberi semangat untuk skripsi ini, Fahri (Mamet), Wawan (One), Beny, Lina and Ady.
Kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan laporan. Mohon maaf bila ada kekurangan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis pribadi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 05 Maret 2010
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PENGESAHAN UJIAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
PERSEMBAHAN DAN MOTO ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Permasalahan ... 3
1.3 Pembatasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
II. LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Riset Operasi ... 6
2.2 Metode Simpleks ... .. 8
2.3 Metode Transportasi... 12
2.3.3 Metode Stepping Stone... 23
III.METODOLOGI PENELITIAN ... 25
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
3.2 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.3 Metode Pengolahan Data ... 28
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1 Simulasi Model ... 29
4.2 Perhitungan Optimal pengiriman barang ... ... 35
4.2.1 Pencarian solusi layak dasar dengan metode NWC... 36
4.2.2 Pencarian solusi layak dasar dengan metode LC ... 41
4.2.3 Perhitungan solusi optimum dengan metode Stepping Stone... ... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
5.1 Kesimpulan ... 53
5.2 Saran ... 54
REFERENSI... 56
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Metode Transportasi... 15
Tabel 2.2 : Metode North West Corner ... 18
Tabel 2.3 : Metode Least Cost ... 20
Tabel 4.1 : Daya tampung setiap swalayan ………... 33
Tabel 4.2 : Daya tampung setiap depo ... 34
Tabel 4.3 : Pengiriman dalam jarak dan beban. ... 35
Tabel 4.4 : Keseluruhan data ... 36
Tabel 4.5 : Masalah Transportasi... 37
Tabel 4.6 : Nilai Pada North West Corner………. 39
Tabel 4.7 : Nilai Pada Least Cost……….. 42
Tabel 4.8 : Jalur Tertutup Pada NWC Iterasi I... 45
Tabel 4.9 : Nilai Cij Pada NWC Iterasi I... 46
Tabel 4.10 : Cara Penghapusan Pada Metode NWC... 46
Tabel 4.11 : Nilai Perubahan Pada NWC Iterasi I... 47
Tabel 4.12 : Jalur Tertutup Pada NWC Iterasi II... 47
Tabel 4.13 : Nilai Cij Pada NWC Iterasi II... 48
Tabel 4.14 : Hasil Solusi Optimum dari NWC... 48
Tabel 4.15 : Jalur Tertutup Pada LC Iterasi I... 50
Tabel 4.16 : Nilai Cij Pada LC Iterasi I... 50
Tabel 4.17 : Hasil Solusi Optimum dari LC... 51
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah transportasi adalah masalah pemrograman linier khusus yang dapat dikatakan penting. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, hampir setiap kebutuhan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan peranan matematika. Aplikasi matematika untuk memecahkan masalah dengan optimum adalah riset operasi. Banyak model riset operasi yang sudah dikembangkan yang berhubungan dengan metematika. Salah satunya adalah program linear. Program linear merupakan model dari riset operasi yang banyak digunakan dalam bidang industri, transportasi, perdagangan, ekonomi, dan berbagai bidang lain. Salah satu jenis khusus dari program linear adalah masalah transportasi.
Persoalan transportasi diformulasikan sebagai prosedur khusus untuk mendapatkan program biaya minimum dalam mendistribusikan unit yang homogen dari suatu produk atas sejumlah titik sumber ke sejumlah titik tujuan.
komoditas lebih besar dari kapasitas. Dalam masalah transportasi terjadi dua kasus yaitu transportasi seimbang dan transportasi tidak seimbang. Transportasi dikatakan seimbang jika total jumlah antara sumber dan tujuan sama. Sedangkan transportasi dikatakan tidak seimbang jika jumlah sumber lebih besar dari tujuan atau jumlah sumber lebih kecil dari tujuan. Permasalahan tersebut diselesaikan pada batas dari suatu situasi khusus pada waktu tertentu. Ketika sebuah masalah mempunyai variasi waktu, teknik riset operasi lainnya harus mampu menyelesaikan masalah tersebut secara dinamis.
Program transportasi juga dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada dunia bisnis. Terbukti bahwa saat ini perusahaan-perusahaan melebarkan sayapnya untuk meningkatkan hasil produksinya agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai keuntungan yang besar adalah bagaimana perusahaan tersebut dapat mengirimkan hasil produksinya dengan waktu yang tepat dan beban biaya yang kecil.
Setelah itu, metode solusi awal dilanjutkan oleh metode solusi optimum untuk menentukan hasil yang optimum. North West Corner dan Least Cost merupakan solusi awal pada masalah transportasi yang mampu
menghitung riset operasi untuk membantu perusahaan dalam pengiriman hasil produksinya. Kemudian dilakukan perhitungan solusi optimum dengan menggunakan metode Stepping Stone. Dalam menghitung masalah program transportasi ini, kedua solusi tersebut cukup mampu mengatasi masalah transportasi, sehingga penulis membahas dengan metode tersebut, yaitu metode North West Corner, Least Cost dan Stepping Stone.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian mengenai “Analisis Perbandingan Pengiriman Barang Menggunakan Metode Transportasi ”(Studi Kasus pada PT Arta Boga Jakarta Barat Januari 2009).
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan untuk mengirimkan barang kebutuhan konsumen kepada pasar tradisional, pasar swalayan, agen dan lain sebagainya adalah data dari perusahaan memiliki beban yang cukup besar, sehingga akan dicari metode yang lebih baik, metode NWC atau LC.
1.3. Pembatasan masalah
1. Pada pembahasan penelitian mengenai menganalisa pengiriman barang produksi, penulis mengambil data hanya bulan Januari 2009.
2. Penelitian hanya menganalisa pada empat tempat tujuan yaitu : Carrefour, Alfa mart, Ramayana dan Giant dan tiga depo/pabrik yaitu : depo Palmerah, Cengkareng dan Cipondoh.
3. Metode untuk menentukan solusi awal menggunakan metode NWC dan LC sedangkan solusi optimum hanya menggunakan metode Stepping Stone.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penyelesaian pengiriman barang kebutuhan pada masalah transportasi.
2. Meminimalkan beban yang dikeluarkan perusahaan setiap pengiriman barang.
3. Membandingkan kedua metode transportasi yang lebih baik untuk masalah transportasi.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
2. Pembaca dapat mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan transportasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Riset Operasi.
Arti riset operasi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli. Morse dan Kimball [7] mendefinisikan riset operasi sebagai metode ilmiah
yang memungkinkan para manajer mengambil keputusan mengenai kegiatan yang mereka tangani dengan dasar kuantitatif.
Riset operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar manusia, mesin, bahan dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan [7].
Churchman, Arkoff dan Arnoff [7] pada tahun 1950-an
mengemukakan pengertian riset operasi sebagai aplikasi metode-metode, teknik-teknik dan peralatan-peralatan ilmiah dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul di dalam operasi perusahaan dengan tujuan
ditemukannya pemecahan yang optimum masalah-masalah tersebut. Miller dan M.K. Starr [7] mengartikan riset operasi sebagai
peralatan manajemen yang menyatukan ilmu pengetahuan, matematika, dan logika dalam kerangka pemecahan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari, sehingga akhirnya permasalahan tersebut dapat dipecahkan secara optimal.
sosial maupun bidang lainnya ke dalam pemodelan matematis untuk mendapatkan solusi yang optimal. [5]
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa riset operasi merupakan metode ilmiah yang dimulai dengan dilakukannya observasi dan formulasi masalah, kemudian dilanjutkan dengan membuat permodelan matematis yang menyatakan esensi dari keadaan yang sebenarnya yang akan dianalisis. Selanjutnya dicari solusi optimal berdasarkan model yang dibuat dan dilakukan penerapan solusi yang diperoleh untuk memecahkan masalah.
Adapun ciri dari riset operasi di antaranya :
1. Merupakan pendekatan kelompok antar disiplin untuk mencari hasil optimum.
2. Menggunakan teknik penelitian ilmiah untuk mendapatkan solusi optimum.
3. Memberikan jawaban yang buruk terhadap persoalan jika tersedia jawaban yang lebih buruk, memberikan jawaban yang sempurna sehingga dapat memperbaiki kualitas solusi.
Riset operasi banyak digunakan dalam bidang industri,
transportasi, perdagangan, ekonomi, dan berbagai bidang lain. Salah satu jenis khusus dari program linear adalah masalah transportasi.
2.2 Metode Simpleks
Masalah transportasi merupakan modifikasi dari metode simpleks.
linear yang khusus, maka awalnya dapat diselesaikan dengan metode simpleks. Menerangkan secara singkat mengenai metode simpleks. Pada umumya, masalah yang diberikan sebagai berikut :
Maksimalkan = n j j jx c 1 Fungsi kendala = ≤ n j i j ijx b a
1
( i =1, 2,..., m ) (2.1)
xj ≥0 ( j =1, 2, ...., n )
Pertama diperkenalkan variabel slack xn+1, xn+2...xn+m dan fungsi objektif pada Z, didefinisikan pada persamaan berikut :
= + = − n j j ij i
n b a x
x
1
1 ( i = 1, 2, ...., m ) (2.2)
= = n j j jx c z 1
Dalam pembahasan metode simpleks, masing-masing solusi x1, x2,...xn.pada persamaan (2.1) disajikan dengan n+m adalah bilangan tak negatif dari persamaan variabel x1, x2,...xn+m dengan xn+1, xn+2,....xn+m
didefinisikan oleh persamaan (2.2)
Pada masing-masing iterasi, metode simpleks berubah dari beberapa solusi layak dasar x1, x2,...xn+m ke solusi layak dasar yang lain
,
,....,
,
_ 2 _ 1 _ m nx
x
= = > n j j j n j j
jx c x
c
1 1
_
(2.3)
Sebagaimana dilihat pada permasalahan yang diberikan sebelumnya, persoalan dari pemograman linear dapat diubah menjadi sebuah sistem persamaan linear dengan solusi layak dasar. Sistem seperti itu memudahkan untuk memperbaiki solusi layak dasar yang sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara memilih variabel pada ruas kanan yang berhubungan dengan variabel pada ruas kiri dan fungsi objektif. Pada beberapa literatur, sistem persamaan linear (2.2) disebut dictionaries. Sehingga setiap dictionaries yang berhubungan dengan persamaan (2.1) merupakan sebuah sistem persamaan linear yang variabelnya x1, x2,...xn+m dan z. Untuk lebih jelas, perhatikan contoh di bawah ini, metode simpleks dengan persamaan linear, sebagai berikut :
Maksimal 5x1 + 4x2 +3x3 (2.4)
Untuk fungsi kendala
0 , , 8 2 4 3 11 2 4 5 3 2 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 ≥ ≤ + + ≤ + + ≤ + + x x x x x x x x x x x x
Dengan soal diatas, untuk menaikkan nilai z, maka harus mengubah variabel x1 karena koefisien tersebut memiliki nilai yang paling tinggi.
z = 5x1 + 4x2 +3x3
Untuk menaikkan nilai z, maka nilai x4,x5,x6 adalah bilangan tak negatif
dan variable tersebut dapat disebut juga dengan variabel slack. Sedangkan
3 2 1,x ,x
x disebut juga variabel turunan. Oleh karena itu, maka nilai yang
dipakai untuk menaikkan nilai z adalah 5/2, karena nilai tersebut tidak
membuat variabel slack negatif.
3 8 2 4 3 8 4 11 2 4 11 2 5 3 2 5 1 3 2 1 6 1 3 2 1 5 1 3 2 1 4 ≤ − − − = ≤ − − − = ≤ − − − = x x x x x x x x x x x x x x x
z = 5x1 + 4x2 +3x3
Maka solusi layak dasar x1 = 0, x2 = 0, x3 = 0, x4 = 5, x5 = 11, x6 = 8
4 3 2 1 2 1 2 1 2 3 2 5 x x x
x = − − −
Pada iterasi I, solusi layak dasar mengalami perubahan x1 = 5/2, x2 = 0, x3 = 0, x4 = 0, x5 = 1, x6 = 1/2 dan z = 25/2, maka dilanjutkan pada iterasi II.
Pada iterasi II, untuk menaikkan nilai z, maka dilakukan pada variabel yang bernilai positif, hal ini dimiliki pada x3. Untuk menaikkan nilai z maka variabel seharusnya bernilai positif.
6 4 2
3 1 x 3x 2x
x = + + −
kemudian ;
(
)
(
2 4 6)
42 4 2 5 4 6 4 2 2 1 2 5 2 3 1 2 1 2 7 2 25 2 5 1 2 1 2 3 1 2 1 2 3 2 5 x x x x x z x x x x x x x x x − − + + + − = + + = − − + + − − = menjadi ; 6 4 2 4 2 5 6 4 2 1 6 4 2 3 3 13 2 5 1 2 2 2 2 3 1 x x x z x x x x x x x x x x x − − − = + + = + − − = − + + =
Dari hasil diatas, maka nilai z tidak dapat lagi dinaikkan karena nilai variabel yang dimiliki adalah negatif. Maka nilai maksimal x1 = 2, x2 = 0, x3 = 1, x4 = 0, x5 = 1, x6 = 0 dan z = 13.
2.3 Metode Transportasi
A
C B
1
3 2 C11
C12
C22
C23
C32 C32
C31 C21
C13
[image:25.612.190.482.181.392.2]menentukan lokasi fasilitas pabrik baru. Dalam hal ini dapat digambarkan pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2.1 model transportasi
Ada empat langkah dasar dalam model transportasi, yaitu [4]
a. Menterjemahkan permasalahan menjadi bentuk tabel: pabrik pada baris dan daerah tujuan pada kolom. Setiap sel dalam tabel merupakan suatu rute pengiriman dari pabrik ke daerah tujuan.
b. Menentukan solusi awal/layak dasar .
c. Melakukan perbaikan pada solusi awal hingga kemungkinan perbaikan tidak mungkin dilakukan lagi (solusi optimal telah tercapai)
Transporstasi merupakan suatu model yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi produk ini harus diatur sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan beban dari satu sumber ke suatu tempat-tempat tujuan yang berbeda-beda.
[image:26.612.131.490.381.618.2]Karena bentuk masalah transportasi yang khas tersebut, maka ditempatkan dalam suatu bentuk tabel khusus yang dinamakan tabel transportasi. Tabel ini mempunyai bentuk umum seperti pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1 Metode Transportasi
Tujuan
Ke Dari
1 2 … j … n
Supply
C11 C12 C11 C1n
1
X11 X1n
S1
C21 C22 C21 C2n
2
X21 X22 X21 X2n
S2
.
.
. . . . . . . . . . . . . . . .
Ci1 Ci2 Cij Cin
i S1
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
Cm1 Cm2 Cm1 Cmn
S u m b e r m
Xm1 Xm2 Xm1 Xmn
Sm
Demand D1 D2 Dj Dn ΣSi=ΣDj
Keterangan :
Xij : jumlah barang yang dikirim dari Si ke Dj Cij : biaya pengiriman per unit dari Si ke Dj m : jumlah pengiriman dari pabrik
n : jumlah pengiriman ke gudang S : kapasitas pabrik
D : kapasitas gudang
Data yang disajikan merupakan kumpulan dari survei tempat sumber dan tempat tujuan barang serta perhitungan yang akurat. Data yang didapat ialah data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan dari narasumber. Dari masalah yang telah disajikan dalam bentuk tabel, dapat diselesaikan melalui satu atau beberapa teknik solusi transportasi. Namun, untuk memulai proses solusi, suatu solusi dasar layak harus ditentukan.
Metode untuk mencari solusi awal. akan dibicarakan di sini, yaitu North West Corner dan Least Cost.[8]
2.3.1 Metode North West Corner
Metode ini adalah yang paling sederhana diantara metode yang telah disebutkan untuk mencari solusi awal. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
permintaan (artinya X11 ditetapkan sama dengan yang terkecil
diantara nilai S1 dan D1).
2. Ini akan menghabiskan penawaran pada sumber 1 dan atau permintaan pada tujuan 1. Akibatnya, tak ada lagi barang yang dapat dialokasikan ke kolom atau baris yang telah dihabiskan dan kemudian baris atau kolom itu dihilangkan. Kemudian alokasikan sebanyak mungkin ke kotak didekatnya pada baris atau kolom yang dapat dihilangkan. Jika baik kolom maupun baris telah dihabiskan, pindahlah secara diagonal ke kotak berikutnya.
3. Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran telah dihabiskan dengan keperluan permintaan telah dipenuhi.
Tabel 2.2 Metode North West Corner
KE
DARI
G
1G
2G
3G
4Supply
C11 C12 C13 C14
a
X11 X12 X13 X14
S1
C21 C22 C23 C24
b
X21 X22 X23 X24
S2
C31 C32 C33 C34
c
X31 X32 X33 X34
S3
Demand
D1 D2 D3 D4 = ==
4
1
3
1
j i
i
j S
D
2.3.2 Metode Least Cost
Metode Least Cost berusaha mencapai tujuan minimisasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak-kotak sesuai dengan besarnya biaya transport per unit. Prosedur metode ini adalah :
1. Pilih variabel Xij (kotak) dengan biaya trasport (cij) terkecil dengan alokasikan sebanyak mungkin. Untuk cij terkecil, Xij = minimum [Si, Di]. Ini akan menghabiskan baris i atau kolom j.
3. Lanjutkan proses ini sampai semua penawaran dan permintaan terpenuhi.
[image:30.612.143.492.340.681.2]Pada metode North West Corner dapat ditentukan pada satu acuan yaitu terletak pada pojok kiri atas, kemudian berjalan menurut alur yang tepat. Sedangkan metode Least Cost sebaliknya, metode Least Cost tidak ada titik acuan karena metode Least Cost menentukan titik acuan pada biaya terkecil lebih dahulu kemudian bergerak menurut alur yang tepat. Hal ini terdapat pada tabel 2.3 sebagai berikut :
Tabel 2.3 Metode Least Cost
KE
DARI
G
1G
2G
3G
4Supply
C11 C12 C13 C14
a
X11 X12 X13 X14
S1
C21 C22 C23 C24
b
X21 X22 X23 X24
S2
C31 C32 C33 C34
c
X31 X32 X33 X34
S3
Demand
D1 D2 D3 D4 = ==
4
1
3
1
j i
i
j S
D
Keterangan :
(Cij) : Beban uang bensin setiap melakukan
swalayan atau agen toko (dalam kilogram). (Si) : Kapasitas/daya tampung penyimpanan pada setiap
pabrik/depo (dalam kilogram).
(Dj) : Kapasitas/daya tampung penyimpanan pada setiap swalayan atau agen toko (dalam kilogram).
Berikut ini akan disajikan perumusan masalah bila kebutuhan sama, lebih besar ataupun lebih kecil dari kapasitas yang telah disediakan. Setelah masalah dirumuskan, maka dapat diselesaikan dengan langkah-langkah berikut ini :
a. Perumusan masalah bila kebutuhan sama dengan kapasitas, dapat dilihat dari persamaan berikut :
Fungsi tujuan : minimumkan Total biaya = CijXij n
j m
i=1 =1
…(
2.5)Batasan-batasan :
I. =
=
m
i
Si Xij
1
(i = 1, 2, 3 ..m)
II. =
=
n
j
Dj Xij
1
( j = 1, 2, 3…, n)
III. Xij ≥0
Pada rumusan di atas semua kebutuhan dapat dipenuhi, semua kapasitas sumber dialokasikan, dan nilai alokasi harus positif. b. Bila kebutuhan lebih kecil dari kapasitas, dapat dilihat dari
Fungsi tujuan : minimumkan Total biaya = CijXij n
j m
i=1 =1
…(
2.6) Batasan-batasan : I. = ≤ m i Si Xij 1(i = 1, 2, 3 ..m)
II. = = n j Dj Xij 1
( j = 1, 2, 3…, n)
III. Xij ≥0
Pada rumusan ini semua kebutuhan dapat dipenuhi, tetapi kapasitas sumber tidak bisa dimanfaatkan sepenuhnya.
c. Bila kebutuhan lebih besar dari kapasitas, dapat dilihat dari persamaan berikut :
Fungsi tujuan : minimumkan Total biaya = CijXij n
j m
i=1 =1
….(
2.7) Batasan-batasan : I. = = m i Si Xij 1(i = 1, 2, 3 ..m)
II. = ≤ n j Dj Xij 1
( j = 1, 2, 3…, n)
III. Xij ≥0
Pada rumusan ini tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi meskipun
Setelah solusi layak dasar diperoleh kemudian dilakukan perbaikan
untuk mencapai solusi optimum. Dari dua metode solusi optimum yang
akan dibahas, penelitian ini hanya menggunakan metode Stepping Stone.
2.3.3 Metode Stepping Stone
Metode Stepping Stone adalah salah satu solusi optimum untuk
melanjutkan solusi dasar awal. Metode Stepping Stone merupakan cara
mengubah penyelesaian awal menjadi pemecahan yang optimal. Cara ini
digunakan untuk mengevaluasi biaya transportasi dengan mengubah rute
yang belum terpakai. Langkah berikutnya adalah menekan ke bawah biaya
transport dengan memasukan variable nonbasis ( yaitu alokasi barang ke
kotak kosong) ke dalam solusi. Proses evaluasi variable nonbasis yang
memungkinkan terjadinya perbaikkan solusi dan kemudian
mengalokasikan kembali dinamakan Stepping Stone. Setiap kotak kosong
menunjukkan suatu variable nonbasis. Bagi variable nonasis yang akan
memasuki solusi dan harus memberi sumbangan dalam penurunan nilai
fungsi. Hal ini dapat ditunjukkan pada proses jalur tertutup. Beberapa hal
penting yang perlu disebutkan dengan penyusunan jalur Stepping Stone.
1. Arah yang diambil baik searah maupun berlawanan arah dengan jarum
jam adalah tidak penting dalam membuat jalur tertutup.
2. Hanya ada satu jalur tertutup untuk kotak kosong.
3. Jalur hanya mengikuti kotak terisi (terjadi perubahan arah), kecuali
4. Baik kotak terisi maupun kosong dapat dilewati dalam penyusunan
jalur tertutup.
5. Suatu jalur dapat melintasi dirinya.
6. Sebuah penambahan dan sebuah pengurangan yang sama besar harus
kelihatan pada setiap baris dn kolom pada jalur itu.
Adapun tujuan dari jalur ini adalah untuk mempertahankan kendala
penawaran dan permintaan sambil melakukan alokasi ulang barang ke
suatu kotak kosong. Semua kotak kosong dievaluasi dengan cara yang
sama untuk menentukan apakah kotak tersebut dapat menurunkan biaya
dan karena itu menjadi calon entering variable. Entering variable ialah
kotak kosong yang mempunyai nilai negatif pada jalur penambahan dan
pengurangan biaya. Solusi optimum dapat terlihat jika nilai dari Cij adalah
positif. Dalam kasus ini terdapat dummy, pada metode NWC kotak dummy
tidak mengalami perubahan sedangkan pada LC kotak dummy dengan nilai
Cij sama dengan nol, merupakan nilai – nilai kembar yang biaya terkecil.
Bila ada nilai dari perubahan biaya mempunyai nilai penurunan yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. ARTA BOGA. Tempat penelitian ini
bertempat di Jl. Palmerah barat No. 81 Jakarta Barat. Waktu pengambilan
data dilakukan selama satu bulan dimulai pada tanggal 1 Januari 2009 - 31
Januari 2009.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang disajikan merupakan kumpulan dari survei tempat
sumber dan tempat tujuan barang serta perhitungan yang akurat, data yang
didapat ialah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan cara
membaca, melihat atau mendengarkan dari narasumber.
Perusahaan tersebut mendistributorkan barang / produk yang bermerk
“Cap Orang Tua” dan memiliki beberapa gudang penyimpanan barang
diantaranya :
1. Depo Palmerah,
2. Depo Cengkareng,
3. Depo Cipondoh,
4. Depo Pulo Mas,
5. Depo Bogor/Sentul,
6. Depo Bandung,
7. Depo Bekasi dan lain-lain.
Depo Cengkareng (Jakarta Barat) dan Depo Cipondoh (Tangerang). Setiap
depo menyimpan berbagai jenis barang/produk di antaranya : makanan
ringan, biskuit, pasta gigi, sikat gigi, minuman dingin, baterai, mie instan
dan lain sebagainya. Dan tempat tujuan pengiriman barang tersebut adalah :
1. Carefour,
2. Giant,
3. Alfamart,
4. Ramayana,
5. Indomart,
6. Hero,
7. Naga swalayan,
8. Hipermart,
9. Matahari,
10.Alfa midi,
Barang yang didistribusikan mencakup agen toko atau pasar swalayan
se-Jabotabek dan sekitarnya. Penelitian ini hanya menganalisa distributor
barang di kawasan Jabodetabek. Dan penelitian hanya mengambil beberapa
sampel tempat tujuan yang mencakup daerah sekitar.
Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membaca buku profil perusahaan di dalam perpustakaan yang terdapat
di perusahaan tersebut.
2. Meneliti jenis barang atau produk yang akan dikirim ke setiap pasar
swalayan ataupun agen.
3. Mencatat data dari beberapa agen atau pasar swalayan mengenai
berat/jumlah barang pengiriman setiap hari.
4. Mencatat berapakah kapasitas barang / produk yang ditampung pada
setiap pasar swalayan untuk produk yang dikirim oleh perusahaan
tersebut.
Hal ini terlihat dari gambar 3.1, yaitu alur pengolahan data sebagai
Gambar 3.1 Alur pengolahan Data Mengumpulkan data jumlah pengiriman (X)
dan perhitungan daya tampung untuk
penyimpanan barang (S) dari tempat
Mengumpulkan perhitungan daya tampung
(D) dari setiap tempat tujuan.
Menghitung beban (C) dari tempat sumber
sampai tujuan dengan memperhitungkan
pemakaian bensin setiap pengiriman
barang.sumber.
Data yang sudah terkumpul dianalisis
dengan perhitungan North West Corner dan
Least Cost menggunakan software Tora
Optimization System
Kemudian dianalisis dengan menggunakan
Metode Stepping Stone utuk mencapai nilai
3.3 Metode Pengolahan Data
Data jumlah hasil pengiriman dan jumlah beban yang dihadapi
oleh perusahaan dikumpulkan berdasarkan hasil yang paling maksimal yang
pernah dicapai. Data yang dikumpulkan pada bulan Januari tahun 2009
tersebut digunakan untuk menganalisa beban pengiriman dari perusahaan.
Penelitian data dilakukan secara kualitatif, kemudian ditabulasikan menurut
aktivitas-aktivitasnya. Penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan
berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan tidak seperti desain riset penelitian
kuantitatif yang bersifat tetap, baku dan tidak berubah-ubah. Oleh karena itu
peranan peneliti sangat dominan dalam menentukan keberhasilan penelitian
yang dilaksanakan, sedang peranan desain hanya membantu mengarahkan
jalannya proses penelitian agar sesuai dengan pernyataan masalah dan
berjalan dengan sistematis.
Penelitian tersebut bersifat kualitatif karena setiap barang yang
dikirim ke setiap tempat tujuan beban barang yang didistributor setiap
harinya berubah-ubah sebab permintaan konsumen tidak menentu. Oleh
karena itu, data yang didapat dari setiap pabrik dan tempat tujuan selalu
berubah-ubah. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode NWC dan
LC menggunakan software Tore Optimization System. Kemudian
dilanjutkan dengan metode Steeping Stone untuk mendapatkan hasil yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Simulasi Model
Data yang diperoleh yang pertama ialah data beban barang yang
didistribusi ke tempat tujuan. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
tergantung pada beban barang tersebut. Hal itu sudah diperhitungkan oleh
pihak perusahaan. Data yang kedua dari permasalahan ini adalah banyaknya
jumlah barang pengiriman, hal ini sangat terkait oleh data yang pertama,
dimana jumlah barang yang akan dikirim harus sesuai. Data yang ketiga
dan ke tempat ialah kapasitas tempat tujuan dan pabrik/depo. Tidak semua
tempat tujuan akan dijadikan sebuah permasalahan oleh si penulis. Dari
beberapa tempat tujuan, si penulis hanya mengambil empat tujuan
diantaranya ialah : Carefour (C), Alfamart (A), Ramayana (R) dan Giant (G)
yang akan dijadikan sampel untuk bahan penganalisaan dari permasalahan
tersebut. Dari banyaknya swalayan atau tempat tujuan untuk pengiriman
produk, penelitian hanya mengambil bebrapa sampel untuk dijadikan
analisa, berikut ini letak tempat-tempat atau swalayan yang diliput,
diantaranya :
1. Carefour (C) terletak di Permata Hijau, Jakarta Barat.
2. Alfamart (A) terletak di Joglo, Jakarta Barat.
3. Ramayana (R) terletak di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Ditemukan data beban biaya angkut (Cij) dari pabrik ke tempat
tujuan. Data banyaknya pengiriman yang diperoleh dari penyelesaian
metode-metode yang disediakan akan menghasilkan data beban barang (Xij).
Sedangkan setiap pabrik memiliki tempat kapasitas barang (Si) dan tempat
tujuan seperti Alfamart, Ramayana, Carefour, Giant, Hero dan lain
sebagainya memiliki tempat kapasitas (Dj).
Selanjutnya, dari aktivitas yang ada dibuat suatu persamaan dan
pertidaksamaan sesuai dengan pembentukan model matematika baku yang
digunakan dalam penyelesaian masalah transportasi dengan metode North
West Corner dan Least Cost.
Sebelum membuat model matematika yang baku maka terlebih
dahulu ditentukan fungsi yang merupakan fungsi tujuan yang akan
dioptimalkan, hal ini terlihat dari persamaan berikut :
Minimumkan Z =c11x11+c12x12 +...+cmnxmn...(4.1)
Setelah ditentukan fungsi tujuannya, maka langkah selanjutnya adalah
membuat fungsi-fungsi kendala yang pembentukannya sesuai dengan model
matematika baku yang telah diketahui. Dari [2] model matematika baku
yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Selanjutnya fungsi tujuan dan fungsi kendala yang ada dioptimalkan
solusinya dengan menggunakan metode North west Corner dan Least Cost
dengan perhitungan secara manual dan dapat juga menggunakan software
Tora Optimization System, dimana software tersebut dapat menyelesaikan
masalah transportasi. Selain masalah transportasi software tersebut
digunakan untuk melakukan perhitungan pada program linear, matrix,
CPM, PERT, teori permainan dan lain sebagainya. Program ini langsung
memberi penyelesaian secara tepat dan singkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui terdapat empat
jenis pengiriman barang dari tiga tempat depo/pabrik. Empat pengiriman
barang diantaranya : Carefour (C), Alfamart (A), Ramayana (R) dan Giant
(G), sedangkan tiga depo yaitu : Depo Palmerah, Cengkareng dan
Cipondoh. Alur pengiriman produk dari depo ke tempat tujuan tergambar
Gambar 4.1 Alur pengiriman produk
Proses distribusi barang dilakukan sistem pengiriman setiap hari.
Dalam menjalankan proses pengiriman, perusahaan perlu
mempertimbangankan jarak yang ditempuh karena hal ini terkait oleh
jumlah barang yang akan dikirim ke tempat tujuan. Sedangkan
masalah-masalah diluar perhitungan (masalah-masalah tak terduga) yang dihadapi
pengangkut barang ialah kemacetan di jalan, kerusakan pada kendaraan,
cuaca buruk, kejadian yang tak terduga dan kenaikkan harga bahan bakar
minyak (BBM), hal ini dapat pula mempengaruhi pada setiap pengiriman.
Perusahaan selalu memikirkan masalah-masalah semacam itu agar
pengiriman barang berjalan lancar dan tidak mengalami kerugian yang
cukup besar.
Depo Palmerah
Depo Cipondoh
Depo Ceng- kareng
Carrefour Permata
Hijau Alfa Mart
Joglo
Ramayana Kebayoran
Setelah masalah-masalah tersebut yang mempengaruhi pengiriman,
kemudian dilakukan penempatan yang tepat pada analisis ini. Tujuannya
adalah agar dihasilkan suatu model matematika baku yang tepat untuk
penyelesaian masalah transportasi tersebut. Pada proses ini, masalah dapat
diperoleh dengan menghubungkan beban biaya dan jumlah barang yang
didistribusikan ke swalayan atau agen toko.
Kemudian besarnya beban biaya dan jumlah barang didistribusi
dilakukan dengan sistem data sekunder yaitu data yang didapat dari melihat
ataupun mendapat dari narasumber. Dari sekian banyak swalayan di
Jabotabek, hanya empat swalayan yang diambil datanya untuk dijadikan
acuan analisa penelitian. Dari menanyakan setiap pengiriman hingga berapa
jumlah beban biaya yang dikeluarkan setiap pengiriman.Jumlah pengiriman
barang beraneka ragam tergantung dari kapasitas dari tempat tujuan (Dj),
sama halnya dengan kapasitas dari depo tersebut (Si). Dalam hal ini
penelitian mendapatkan data dengan menghitung rata-rata setiap pengiriman
di tempat tujuan dan setiap pabrik/depo.
Pada data tersebut banyaknya jumlah pengiriman barang dilakukan
setiap hari ketempat tujuan, hal ini tidak menguntungkan pada perusahaan
karena pengangkut barang tidak memperhitungkan jarak yang ditempuh dan
masalah tak terduga pada setiap pengiriman.
Pada analisa, setiap tempat tujuan memiliki kapasitas yang berbeda,
dari yang besar hingga terkecil, hal ini tergantung dari tempat dan
Table 4.1 Daya tampung setiap swalayan(dalam kilogram)
Tempat tujuan Kapasitas/daya tampung
Carrefour 2.500
Alfa mart 850
Ramayana 1.800
Giant 2.000
Jumlah 7.150
Sumber : Tempat Tujuan
Sedangkan daya tampung pada setiap depo memiliki kapasitas yang
berbeda-beda pula, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
a. luasnya tempat pabrik
b. agar setiap depo memilki tempat cadangan untuk menampung
banyaknya jumlah produk dan lain sebagainya. Hal itu tersaji
pada table berikut :
Table 4.2 Daya tampung setiap depo (dalam kilogram)
Depo Kapasitas/daya tampung
Palmerah 3.600
Cengkareng 2.100
Cipondoh 1.500
Jumlah 7.200
Sumber : Setiap Depo
Ada pula data beban yang diperhitungkan dari jarak yang ditempuh
oleh kendaraan pengangkut, beban dalam hal ini bahan bakar minyak
[image:45.612.181.524.474.590.2]dikeluarkan setiap hari oleh masing-masing depo. Pengiriman barang
seharusnya diperhitungkan seminimal mungkin agar perusahaan
mendapatkan pengeluaran yang sedikit dan keuntungan yang cukup besar
[image:46.612.131.521.388.564.2]dari pengiriman, data tersebut tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Pengiriman dalam jarak dan beban
Tempat tujuan
Carrefour Alfa mart Ramayana Giant
Depo
Jarak Beban Jarak Beban Jarak Beban Jarak Beban
Palmerah ± 2 6 ± 4 12 ± 3 9 ± 7 21
Cengkareng ± 4 12 ± 6 18 ± 5 15 ± 12 36
Cipondoh ± 7 21 ± 8 24 ± 10 30 ± 4 12
Sumber : Wawacara dengan karyawan
Keterangan :
Jarak (dalam kilometer)
4.2Perhitungan optimal pengiriman barang
Perhitungan dilakukan secara manual dengan memisahkan beberapa
variabel dari data pengiriman. Ambil data pengiriman barang dan kapsitas
atau daya tampung dari empat swalayan. Dan ambil pula data beban biaya
yang dikeluarkan perusahaan setiap harinya dan daya tampung setiap depo
untuk setiap pengiriman keempat swalayan tersebut. Dari pembahasan Bab
[image:47.612.163.516.312.459.2]4.1, keseluruhan data dapat disederhanakan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.4 Keseluruhan data
Swalayan/pasar
Carrrefour Alfamart Ramayana Giant Depo
C1 C2 C3 C4
Penawaran
(Si)
Palmerah 6 12 9 21 3.600
Cengkareng 12 18 15 36 2.100
Cipondoh 21 24 30 12 1.500
Permintaan
(Dj) 2.500 850 1.800 2.000 Dj < Si
4.2.1 Pencarian solusi layak dasar North West Corner (NWC)
Metode North west Corner (pojok barat laut) dapat
diartikan nilai pojok kiri atas, metode ini adalah yang paling
sederhana di antara metode yang lain. Langkah-langkahnya
diantaranya :
a. Mulai dari pojok kiri atas (artinya X11 ditetapkan sama dengan
yang terkecil diantara nilai S1 dan D1).
dapat dialokasikan ke kolom atau baris yang telah dihabiskan
dan kemudian baris atau kolom itu dihilangkan. Kemudian
alokasikan sebanyak mungkin ke kotak di dekatnya pada baris
atau kolom yang dapat dihilangkan. Jika baik kolom maupun
baris telah dihabiskan, pindahlah secara diagonal ke kotak
berikutnya
c. Kemudian dilanjutkan dengan cara yang sama sampai semua
penawaran telah dihabiskan dengan keperluan permintaan telah
dipenuhi
Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan pada masalah
[image:48.612.175.505.440.648.2]transportasi berikut, hal ini terlihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Masalah transportasi
KE DARI
C A R G Penawaran
(Si)
6 12 9 21
Palmerah 3.600
12 18 15 36
Cengkareng 2.100
21 24 30 12
Cipondoh 1.500
Permintaan
(Dj)
Misalkan Xij : banyaknya unit barang yang dikirimkan dari
depo/pabrik, i (i=1,2,3...) ke pasar j (j=1,2,3...) maka,
Minimumkan Z = 6X11 + 12X12 + 9X13 + 21X14 + 12X21 +18X22 +
15X23 + 36X24 + 21X31 + 24X32 + 30X33 + 12X34
Dengan syarat :
X11 + X12 + X13 + X14 ≤ 3.600 (penawaran depo Palmerah)
X21 + X22 + X23 + X24 ≤ 2.100 (penawarandepo Cengkareng)
X31 + X32 + X33 + X34 ≤1.500 (Penawaran depo Cipondoh)
X11 + X21 + X31 = 2.500 (permintaan pasar C)
X12 + X22 + X32 = 850 (permintaan pasar A)
X13 + X23 + X33 = 1.800 (permintaan pasar R)
X14 + X24 + X34 = 2.000 (permintaan pasar G)
Dari tabel 4.5 , terlihat bahwa permintaan (Dj) lebih sedikit
daripada penawaran (Si). Kebutuhan/permintaan setiap
swalayan/pasar lebih sedikit daripada penawaran/daya tampung
pada depo. Pernyataan itu mempunyai fungsi tujuan :
Minimumkan Z = CijXij
n
j m
i=1 =1
Dengan batasan-batasan :
IV. =
≤
m
i
Si Xij
1
(i = 1, 2, 3 ..m)
V. =
= n
j
Dj Xij
1
Oleh karena itu masalah transportasi tersebut mempunyai
Dummy D yang artinya sisa dari permintaan, hal ini kemungkinan
akan terjadi pada setiap depo. Perusahaan memiliki beberapa depo
yang daya tampungnya melebihi permintaan yang bertujuan agar
mengantisipasi pengiriman barang tidak kekurangan. Sebab setiap
hari permintaan swalayan/pasar terkadang melonjak tergantung
kebutuhan konsumen. Data pengiriman barang akan
diperhitungkan dengan menggunakan metode NWC yang tersaji
pada tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Nilai Pada North West Corner
KE
DARI C A R G Dummy
D
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 850 250
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
1550 550
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1450 50
1.500
Permintaan
(Dj)
2.500 850 1.800 2.000 50 7.200
Dari penjelasan pada tabel 4.6 yaitu pengalokasian pada metode
North West Cost dimulai dari kotak paling kiri atas yaitu
ada ialah jumlah penawaran dan permintaan. Untuk kotak paling
kiri pada tabel 4.6 jumlah penawarannya sejumlah 3.600 dan
jumlah permintaannya adalah 2.500, jadi untuk kotak ini dapat
dialokasikan sejumlah 2.500 (terkecil antara penawaran dan
permintaan). Kemudian kita lihat penawaran dari carrefour sudah
terpenuhi tetapi penawaran pada depo Palmerah masih banyak
maka penawaran dilakukan pada Alfa mart sejumlah 850 dan
Ramayana sejumlah 250. sekarang terlihat bahwa penawaran pada
depo palmerah sudah terpenuhi sedangkan permintaan pada
swalayan Ramayana belum lengkap, maka permintaan dialokasikan
kepada depo Cengkareng yang memiliki penawaran sejumlah 1550
terhadap Ramayana. Selanjutnya, depo Cengkareng masih
memiliki penawaran 550 yang dialokasikan kepada Giant. Depo
Cipondoh mempunyai penawaran sebesar 1.500 yang akan
dialokasikan kepada Giant sejumlah 1.450, dari pengalokasikan
depo Cipondoh terhadap Ginat, penawaran masih memiliki
Dummy yang artinya sisa dari penawaran kepada permintaan
swalayan. Sisa penawaran berada pada depo Cipondoh, hal ini
dikarenakan pada North West Corner menitikberatkan pada baris
dan kolam agar semua penawaran dan permintaan terpenuhi. Dari
salah satu depo memiliki Dummy yang bertujuan untuk cadangan
uraian tersebut, metode North West Corner mendapatkan solusi
awal :
) . 50 ( ) . 12 ( ) . 36 ( ) . 15 ( ) . 9 ( ) . 12 ( ) . 6
( x11 x12 x13 x23 x24 x34 x35
Z= + + + + + +
Z = 6(2.500) + 12(850) + 9(250) + 15(1550) + 36(550) +
12(1450) + 0(50)
= 15000 + 10200 + 2250 + 23250 + 19800 + 17400 + 0
= 87.900
4.2.2 Perhitungan dengan metode Least Cost
Untuk metode Least Cost sangatlah berbeda dengan metode
North West Corner. Metode ini memperhitungkan beban biaya
terlebih dahulu agar mencapai tujuan minimisasi biaya dengan
alokasi sistematik kepada kotak-kotak sesuai dengan besarnya
biaya transport per unit. Langkah-langkah metode ini adalah :
4. Pilih variabel Xij dengan biaya trasportasi (Cij) terkecil dengan
alokasikan sebanyak mungkin. Untuk cij terkecil, Xij =
minimum [Si, Di].Ini akan menghabiskan baris iatau kolom j.
5. Dari kotak-kotak sisanya yang layak (yaitu yang tidak terisi
atau tidak dihilangkan) pilih nilai cij terkecil dan alokasikan
sebanyak mungkin.
6. Kemudian lanjutkan proses ini sampai semua penawaran dan
Pada metode North West Corner dapat ditentukan pada satu
acuan yaitu terletak pada pojok kiri atas, kemudian berjalan
menurut alur yang tepat. Sedangkan metode Least Cost sebaliknya,
metode Least Cost tidak ada titik acuan karena metode Least Cost
menentukan titik acuan pada biaya terkecil lebih dahulu kemudian
bergerak menurut alur yang tepat. Hal ini terdapat pada tabel 4.7
yaitu :
Tabel 4.7 Nilai pada Least Cost
KE
DARI C A R G Dummy
D
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 1050 50
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
850 750 500
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1500
1.500
Permintaan
(Dj)
2.500 850 1.800 2.000 50 7.200
Pengalokasian pada metode Least Cost dimulai pada kotak
dengan biaya terendah dilanjutkan dengan kotak biaya terendah
selanjutnya yang belum terpenuhi nilai penawaran dan
permintaannya. Pada tabel 4.7 masalah yang dibahas, kotak yang
penawaran sebesar 3.600 di depo Palmerah dan permintaan sebesar
2.500 pada Carrefour sehingga kotak tersebut mendapatkan
pengalokasian sebesar 2.500. Ternyata penawaran pada depo
Palmerah masih belum habis/terpenuhi, maka penawaran dilakukan
pada Ramayana karena terlihat bahwa beban biaya pada Ramayana
lebih kecil, permintaan pada Ramayana sebesar 1800, maka
penawaran mengalokasikan sebesar 1050. Depo Palmerah memiliki
Dummy 50 karena depo Palmerah memiliki Penawaran/kapasitas
yang lebih besar dibanding dengan depo yang lain. Tahap
selanjutnya penawaran pada depo Cengkareng memiliki 2.100,
yang akan dialokasikan ke Alfamart sebesar 850, Ramayana
sebesar 750 dan Giant sebesar 500. Penawaran tidak dialokasikan
ke Carrefour karena permintaan telah terpenuhi. Kemudian tahap
selanjutnya, permintaan pada Giant sebesar 2.000 dan penawaran
pada depo Cipondoh sebesar 1.500, maka permintaan dialokasikan
sebesar 1.500. ini berarti permintaan dan penawaran telah
terpenuhi dan telah selesai pula langkah-langkah untuk
mendapatkan solusi awal dengan metode Least Cost. Dari uraian
tersebut metode Least Cost mendapatkan solusi awal yaitu :
) . 50 ( ) . 12 ( ) . 36 ( ) . 15 ( ) . 18 ( ) . 9 ( ) . 6
( x11 x23 x22 x23 x24 x34 x15
Z= + + + + + +
Z = 6(2500) + 9(1050) + 18(850) + 15(750)
+ 36(500) + 12(1500) + 0(50)
= 87.000
Membandingkan solusi awal yang diperoleh dari metode
North West Corner dan Least Cost membuktikan bahwa dengan
menggunakan metode Least Cost terjadi penurunan sebesar 900 (=
87.900 - 87.000). Pada umumnya, metode Least Cost akan
memberikan solusi awal yang lebih baik (beban biaya lebih sedikit)
dibanding metode North West Corner karena metode Least Cost
menggunakan biaya per unit sebagai kriteria alokasi sementara
metode North West Corner tidak. Metode North West Corner tidak
effesien karena metode tersebut tidak mempertimbangkan biaya
transpor per unit dalam membuat alokasi. Akibatnya mungkin
diperlukan beberapa iterasi solusi tambahan sebelum solusi
optimum.
4.2.3 Perhitungan solusi optimum dengan metode Stepping Stone
Dari dua metode solusi awal maka metode Stepping Stone
akan meneruskan untuk mencari hasil yang optimum. Untuk
melakukan langkah – langkah apa saja yang harus dilakukan umtuk
melakukan metode Stepping Stone dapat dilihat di Bab II,
pengerjaan dilakukan dengan cara manual. Analisis ini
membandingkan dua metode solusi awal kemudian dikerjakan
solusi optimum. Pertama, perhitungan pada solusi awal NWC
kemudian dilakukan solusi optimum (Stepping Stone). Hasil dari
Tabel 4.6 Nilai NorthWest Corner
KE
DARI C A R G Dummy
(D)
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 850 250
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
1550 550
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1450 50
1.500
Permintaan
(Dj)
2.500 850 1.800 2.000 50 7.200
Pada tabel 4.6, dilakukan jalur tertutup pada kotak-kotak
kosong terlihat pada tabel 4.8 dan pada tabel 4.9 memberikan
perubahan biaya yang dihasilkan dari masing – masing jalur
tersebut,
Tabel 4.8 Jalur Tertutup Pada NWC Iterasi I Kotak kosong Jalur tertutup
X14 X21 X22 X31 X32 X33
X14 X24 X23 X13 X21 X11 X13 X23 X22 X12 X13 X23
[image:56.612.180.459.498.666.2]Tabel 4.9 Nilai Cij Pada NWC Iterasi I
Cij Jalur penambahan dan pengurangan Perubahan biaya C14
C21 C22 C31 C32 C33
21-36+15-9
12-6+9-15
18-12+9-15
21-6+9-15+36-12
24-12+9-15+36-12
30-15+36-12
-9
0
0
33
30
39
Terlihat dari tabel 4.9, maka entering variable dimiliki pada
C14 karena memiliki peruabahan biaya negatif. Hal ini ada
penurunan biaya. Setelah itu, jalur tertutup pada X14 mengalami
perubahan dan cara penghapusan, terlihat berikut :
Tabel 4.10 Cara Penghapusan Pada Metode NWC
KE
DARI C A R G Dummy
D
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 850 250
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
1550 550
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1450 50
1.500
Permintaan
(Dj)
[image:57.612.140.503.428.649.2]Tabel 4.11 Nilai Perubahan Pada NWC Iterasi I
KE
DARI C A R G Dummy
D
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 850 250
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
1800 300
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1450 50
1.500
Permintaan
(Dj)
2.500 850 1.800 2.000 50 7.200
Selanjutnya, dilakukan lagi perhitungan jalur tertutup dan
perubahan biaya yang kedua, langkah dan caranya pun sama
dengan sebelumya, pada jalur tertutup iterasi II tabel 4.12 dan
perubahan biaya iterasi II pada tabel 4.13.
Tabel 4.12 Jalur Tertutup Pada NWC Iterasi II Kotak kosong Jalur tertutup
X13
X21
X22
X31
X32
X33
X13 X14 X24 X23
X21 X11 X14 X24
X22 X12 X14 X24
X31 X11 X14 X34
X32 X12 X14 X34
[image:58.612.179.459.523.692.2]Tabel 4.13 Nilai Cij Pada NWC Iterasi II Cij Jalur penambahan dan pengurangan Perubahan biaya
C13
C21
C22
C31
C32
C33
9-21+36-15
12-6+21-36
18-12+21-36
21-6+21-12
24-12+21-12
30-15+36-12
9
-9
-9
24
21
39
Dari tabel 4.13 nilai penurunan dari perubahan biaya
memiliki nilai yang sama, maka dapat diambil secara sembarang.
Perhitungan ini dilanjutkan sampai tahap berikutnya, jika nilai Cij
bernilai positif untuk semua kotak yang kosong maka kita dapat
hasil dari solusi optimum, terlihat dari tabel berikut :
Tabel 4.14 Hasil Solusi Optimum dari NWC
KE
DARI C A R G Dummy
D
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 600 500
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
250 1800 50
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1500
1.500
Permintaan
(Dj)
[image:59.612.148.504.469.691.2]Pada iterasi II, analisis ini mendapatkan hasil solusi
optimum pada tabel 4.14, pada solusi optimum tersebut nilai Cij
bernilai positif , maka tidak ada lagi jalur tertutup selanjutnya. Dan
yang didapat dari solusi optimum :
) . 50 ( ) . 12 ( ) . 15 ( ) . 18 ( ) . 21 ( ) . 12 ( ) . 6
( x11 x12 x14 x22 x23 x34 x25
Z= + + + + + +
Z = 6(2500) + 12(600) + 21(500) + 18(250)
+ 15(1800) + 12(1500) + 0(50)
= 15.000 + 7200 + 10.500 + 4500 + 27.000 + 18.000 + 0
= 82.200
Sama halnya pada metode sebelumnya, metode LC
melakukan jalur tertutup dan perubahan biaya untuk mencari nilai
optimum. Dari tabel 4.7 kita dapat merubah dengan cara
melakukan jalur tertutup pada solusi awal LC.
Tabel 4.7 Nilai Least Cost
KE
DARI C A R G Dummy
D
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 1050 50
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
850 750 500
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1500
1.500
Permintaan
(Dj)
Pada tabel 4.7, dilakukan jalur tertutup pada kotak-kotak
kosong terlihat pada tabel 4.15 dan pada tabel 4.16 memberikan
perubahan biaya Cij yang dihasilkan dari masing – masing jalur
[image:61.612.180.461.236.402.2]tersebut,
Tabel 4.15 Jalur Tertutup Pada LC Iterasi I Kotak kosong Jalur tertutup
X12 X14 X21 X31 X32 X33
X12 X13 X23 X22 X14 X24 X23 X13 X21 X11 X13 X23
X31 X11 X13 X23 X24 X34 X32 X22 X24 X34
X33 X23 X24 X34
Tabel 4.16 Nilai Cij Pada LC Iterasi I
Cij Jalur penambahan dan pengurangan Perubahan biaya C12
C14 C21 C31 C32 C33
12-9+15-18
21-36+15-9
12-6+9-15
21-6+9-15+36-12
24-18+36-12
30-15+36-12
0
-9
0
33
30
39
Terlihat dari tabel 4.16, maka entering variable dimiliki
[image:61.612.159.482.465.627.2]penurunan biaya. Setelah itu, jalur tertutup pada X14 mengalami
perubahan. maka tabel LC mengalami perubahan nilai, lihat pada
[image:62.612.162.523.315.530.2]tabel sebagai berikut :
Tabel 4.17 Hasil Solusi Optimum dari LC
KE
DARI C A R G Dummy
D
Penawaran (Si)
6 12 9 21 0
Palmerah
2500 600 500
3.600
12 18 15 36 0
Cengkareng
850 1200 50
2.100
21 24 30 12 0
Cipondoh
1500
1.500
Permintaan
(Dj)
2.500 850 1.800 2.000 50 7.200
Dari perhitungan selanjutnya jalur tertutup mempunyai nilai Cij
positif, maka tidak ada lagi tahap selanjutnya artinya tabel 4.17
telah mendapatkan solusi optimum. Meskipun nilai dari solusi
optimum sama tetapi solusi awal LC lebih cepat daripada NWC.
Terbukti, metode LC hanya melakukan jalur tertutup pada iterasi I
) . 50 ( ) . 12 ( ) . 15 ( ) . 18 ( ) . 21 ( ) . 9 ( ) . 6
( x11 x13 x14 x22 x23 x34 x25
Z= + + + + + +
Z = 6(2500) + 9(600) + 21(500) + 18(850)
+ 15(1200) + 12(1500) + 0(50)
= 15.000 + 5400 + 10.500 + 15.300 + 18.000 + 18.000 + 0
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan, metode North West Corner dan Least Cost
belum mencapai hasil yang optimum. Metode NWC dan LC digunakan
untuk menentukan solusi layak dasar. Pada basis ini, solusi layak dasar
metode NWC lebih besar dibanding metode LC. Metode NWC
mendapatkan solusi layak dasar sebesar 87.900 sedangkan metode LC
mendapatkan solusi layak dasar sebesar 87.000. Dari perbandingan yang
terjadi terdapat selisih sebesar 900, ini merupakan penurunan beban yang
cukup besar. Oleh karena itu, metode LC lebih baik untuk dijadikan
penyelesaian solusi layak dasar dalam masalah transportasi di PT. Arta
Boga.
Selanjutnya digunakan metode Steeping Stone untuk menentukan
solusi optimum dari solusi layak dasar yang diperoleh dari metode NWC
dan LC. Dengan menggunakan metode Stepping Stone nilai optimum yang
diperoleh sebesar Z = 82.200. Dari segi iterasi solusi layak dasar dari
NWC, metode Stepping Stone memerlukan dua iterasi sedangkan dengan
menggunakan solusi layak dasar dari metode LC, metode Stepping Stone
memerlukan satu iterasi. Sehingga disimpulkan untuk masalah pengiriman
barang di PT. Arta Boga, dalam kasus ini solusi layak dasar metode LC
5.2 Saran
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, perusahaan
melakukan perhitungan beban biaya terlebih dahulu untuk mendistribusikan
keempat tempat tujuan yaitu : Carrefour, Alfa mart, Ramayana dan Giant.
Dari masalah transportasi ini, perusahaan sebaiknya melakukan perhitungan
dengan menggunakan metode Least Cost set