• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pola komunikasi keluarga terhadap perilaku remaja (Penelitian pada siswa siswi MAN 11 Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan pola komunikasi keluarga terhadap perilaku remaja (Penelitian pada siswa siswi MAN 11 Jakarta)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Pada Siswa Siswi MAN l lJakarta)

Oleh:

CHOTIMAH

9919016047

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(2)

SKRIP SI

Diajukan Pada Fakultas Psikologi Unluk Memeriuhi Syarat- Syarat Mencapai Gelar Sarjana Psikologi.

Pembimbing I

Oleh CHOTIMAfl

9919016047

Di bawah Bimbingan

Pembimbieg II

Drn. hjセn・ャャy⦅AZZャN。イャ。ャゥN@

_M.

Si l'lip. 150. 215. 938

Ora. Fivi Nu1wianti, M.Psi

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

(3)

TEHllADAP Pl•:IULAKIJ rャセmaNja@ Lelah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UrN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Febrnari 2.004. Skri,isi ini Ldah diterirna sebagai salah salu syarat untuk memperoleh Gelar Smjana Program Strata I (S 1} pada f'akultas Psikologi.

Jakana, 10 Februa1 i 2004 Sidang Munaqasyah

Dekan I

Ketua Merangkap Anggota,

Ora. Netty Ha1tali, M. Si Nip. 15(). 215. 938

Penguji I,

Pe,nbimbing 1,

Dra. Netty ャャ。イエZセエゥN@ M. Si Nip. ISO. 2.15. 938

Anggota:

Pembantu Dekan/

Sekre Laris Merangkap Anggota.

Penguji II,

Dra. Zahro1 11 Ni ah M. Si

Nip . L 0 . 23 . 773 Pembimbing II,

(4)

rahmat-Mu ke dalam go/ongan hamba-Mu yang sho/eh"

DENGAN RIDLO -MU YA ALLAH

KU PERSEMBAHAN SKRIPSI INI

(5)

(B) Maret 2004 (C) Chotimah

(D) P•.· · Pola Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Remaja (E) 77 Halaman

(F) Orang tua yang memiliki anak yang menginjak remaja tentu akan mengalami kesulitan. Bagi sebagian orang tua yang <lulu terbiasa mengikuti perkembangan anaknya dan aktif memberikan arahan, saat anak menginjak remaja tidak mudah untuk mengikuti pembahan yang silih berganti, anak yang biasanya dapat dibimbing dengan tidak terlalu banyak kesulitan tiba-tiba menunjukan perlawanan terhadap bimbingan orang tua.

Dalam keadaan ini diperlukan suatu cara mengkomunikasikan keinginan remaja kepada orang tuanya, dan sebaliknya antara keinginan orang tua kepada remaja. Setiap keluarga memiliki pola komunikasi berbeda yang dipergunakan antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Ada keluarga yang mempergunakan pola komunikasi terbuka yang lebih memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pikiran-pikirannya, bempa ide-ide, pendapat, sanm, dan orangtua dapat mengemukakan keinginan, perasaan dan pikirannya sehingga tercapai suatu persamaan. Sebaliknya ada juga keluarga yang mempergunakan pola komunikasi tertutup yang lebih membatasi mang untuk memperbincangkan dan mendiskusikan sesuatu ha!. Orang tua membuat keputusan yang hams dilakukan oleh anak.

(6)

membantah perkataan orang tua dengan perkataan yang kasar dan nada yang tinggi, ini mernpakan contoh dari perilaku agresif.

Adapun tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui apakah ada hubungan pola komunikasi keluarga terhadap perilaku remaJa. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu MAN 11 Jakarta. Sampel be1jumlal1 50 siswa.

Teklmik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala model likert untuk pola komunikasi keluarga dan angket tertutup untuk perilaku remaja, dan tehnik statistiknya menggunakan Chi Square.

Dengan menggunakan tabel harga kritik chi Square dengan derajat kebebasan (df)

=

2 dengan taraf signifikansi

(a ) =

0,05 diperoleh nilai nilai

x

2 hitung

=

37,09 dan

x

2 tabel = 5,99 maka

x

2 hitung >

x

2 tabel = 37,09 > 5,99, dengan demikian HO ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan pola komunikasi keluarga terhadap perilaku remaja. Kesimpulan dari penelitian ini ballwa ada hubungan pola komunikasi keluarga terhadap perilaku remaja.

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang sama dengan pendekatan kualitatif.

(7)
(8)

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Berkat Rahman dan Rahim-Nya penulis dapat merampungkan skripsi ini. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW., keluarga dan para sahabatnya.

Pada masa-masa pengerjaan skripsi yang cukup melelahkan, penulis selalu dihadapkan pada berbagai hambatan. Rasanya begitu panjang jalan yang hams Penulis lalui untuk menyelesaikan study dan skripsi ini,kesal, bingung, sedih, lelah bahkan rasa putus asa yang kadang muncul, semuanya berakhir dengan kelegaan dan keharuan.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang tak terbatas oleh waktu diiringi dengan ketulusan, kesabaran, dan kasih sayang secara moril maupun materil dari semua pihak. Khususnya kepada kedua orang tuaku Ahab H. Arsyad dan Mama Hj. Halimah tercinta, penulis menghaturkan rasa terima kasih yang tak terhingga atas kebaikan, doa, kasih sayang dan bantuan materi yang telah diberikan.

(9)

Kepada Ibu Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si selaku pembimbing I sekaligus Dekan Fakultas Psikologi dan kepada Ibu Dra. Fivi Nurwianti, M.Si selaku pembimbing II, terima kasih atas kesediaan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, nasehat-nasehat yang berharga yang diberikan. Penulis ucapkan terima kasih juga kepada Thu Tia yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada Ibu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si sebagai Pudek Bidang Administrasi, Bapak Prof Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi,MA sebagai Pudek Bidang Administrasi Umum, dan Bapak Drs. Achrnad Syahid, M.Ag., sebagai Pudek Bidang Kemahasiswaan, juga bagi staf dan pengajar Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah.

Kepada Bapak Drs. Tabrani selaku Kepala Sekolah MAN 11 serta Dewan Guru Khususnya Bapak Asy'ari atas bantuannya, dan siswa-siswi MAN 11 khususnya kelas 2 dan kelas 3 terima kasih atas partisipasi kalian semua.

Buat teman-teman di Fakultas Psikologi angkatan '99 ; Fitri, Yani, Wiwi, Wati, Iful, Iyung, Fivi, Ari dan semuanya yang tidak disebutkan satu persatu namanya. Terima kasih atas dukungannya, dorongannya dan pinjaman bukunya. Tetap kompak danjangan pernah saling melupakan.

(10)

besarnya karena telah banyak merepotkan. Tidak lupa penulis juga berdoa semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan yang diberikan.

(11)
(12)

KATA PENGANTAR ... .

DAFTARISI... IV

DAFTAR TABEL ... .. Vll

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 10

D. Metode Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . 11

E. Sistematika Penulisan.. ... .... ... ... .... ... .... ... .. .. ... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . .. .. .. .. . . . .. .. . .. . .. . .. .. .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. 13

1. Jenis Pola Komunikasi Keluarga .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 15

2. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga 18 3. Komunikasi antara Orang Tua dengan Anak dalam Keluarga . . .. . . .. . .. . .. . . .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. .. .. .. . . .. .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . .. .. .. .. . .. 20

4. Prinsip Komunikasi dengan Orang Tua dalam Islam... 27

B. Perilaku ... 28

1. Perilaku Assertif... 28

(13)

C. Remaja dengan Keluarga.... ... ... ... . .. . . .. . .. ... . ... . . .. . . .. . ... . . .. . .. . . .. .. 34

1. Remaja... 34

2. Karakteristik Remaja ... .. . .. . ... . .. ... . .. . .. . . .. . ... .. . . .. . ... ... ... .... .. . ... . 36

3. Tugas Perkembangan Remaja... .. 39

4. Kebutuhan - kebutuhan Remaja... 40

5. Hubungan Orang Tua dengan Remaja... 41

D. Hubungai1Pola Komunikasi Terhadap Perilaku... 44

E. Pengajuan Hipotesis... 47

BAB Ill. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian . . . 48

B. Variabel Penelitian ... 48

C. Subjek Penelitian... 49

D. Alat Penelitian... 50

E. Tehnik Analisa Data... 54

F. ProsedurPenelitian... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Coba Penelitian... 57

B. Gambaran Umum Responden... 62

(14)

B. Diskusi... ... . .. . . ... .. . . ... . ... ... . .. . . ... ... . . . ... . ... . .. . .. . ... ... . .. . ... ... . . ... . 72

(15)
(16)
[image:16.595.39.444.129.508.2]

Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4 Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10

Hambatan-hambatan dalam Berkomunikasi

Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif, dan Assertif Distribusi Item Skala Komunikasi Keluarga Distribusi Item Perilaku Remaja

Hasil Analisa Item pada Pola Komunikasi Keluarga

Distribusi Item Pola Komunikasi Keluarga untuk Digunakan pada Try Out

Distribusi Item Pola Komunikasi Keluarga yang Valid untuk Digunakan pada Penelitian Sebenamya

Hasil Analisa Item pada Angket Tertutup Perilaku Remaja Distribusi Item Perilaku Remaja yang Digunakan pada Try Out

Distribusi Item Perilaku Remaja yang Valid untuk Digunakan pada Penelitian

Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Gambaran Responden Berdasarkan Kelas

Rentangan Skor Skala Komunikasi Keluarga dan Angket Perilaku Remaja

(17)

Tabel 4.13 Tabel 4.14

Tabel 4.15

[image:17.595.40.447.144.516.2]

Keluarga

Gambaran Responden Berdasarkan Perilaku Remaja

Gambaran Responden Berdasarkan Pola Komunikasi dan Perilaku Remaja

(18)
(19)

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan pertama yang dikenal seorang anak clalam kehir'upannya aclalah orang tua, segala sikap dan tingkah laku yang dilakukan seorang anak tak lepas clari pengaruh dan didikan orang tua. Orang tua diberi tanggung jawab oleh Allah SWT untuk membesarkan anak-anaknya serta mengembangkan potensi-potensi positif yang dimilikinya. Allah SWT. menghendaki agar setiap anak I manusia lahir dan besar clalam bentuk fisik clan psikis yang scbaik-baiknya , scbagaimana ditcrangkan dalam linnan

Allah dalam al-Quran :

Artinya : (Sesungguhnya Kami le/ah me11ciptaka11 ma1111sia) artinya, semua

manusia (dalam hent11k yang ウ・ィ。ゥォMィ。ゥォQセカ。I@ arti11)1a, haik bent11k

ata11p1111 penampilmmya amatlah haik.'

Dengan ungkapan yang lcbih rinci, orang tua sangat bcrpengaruh tcrhadap masa clepan anak clalam berbagai tingkatan umur mereka; dari masa kanak -kanak hingga remaja, sampai beranjak dewasa, baik dalam mewujuclkan masa depan mereka yang bahagia dan gemilang m,iupun masa clepan yang sengsara clan menclerita . Orang Tua henclaknya melihat bakat dan potensi yang climiliki seorang anak yang masing-masing berbeda, selama bakat dan potensi tersebut tidak berlawanan dengan syariat.

1

Jalnluddin Al -- Mahally dan Jalaluddin As-Suyulhi. tHセヲ|ᄋゥイ@ .Jala/ain /3erikut .. lshahun 1\'11z11f.

(20)

Adapun yang paling dibutuhkan seorang anak adalah perkembangan akhlaknya. Sebab, seorang anak akan tumbuh dan bertingkah laku berdasarkan kebiasaan yang ia dapatkan di waktu kecil. Istilah yang dipergunakan oleh salah satu tokoh psikologi William Stem berpendapat bahwa dalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan penting. 2 Paham konvergensi ini menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu adalah faktor pembawaan dan faktor lingkungan.

Anak dibiasakan untuk mengamalkan kebaikan, diberi pendidikan ke arah yang positif, maka akan tumbuh di atas kebaikan dan akibatnya ia dapat selamat di dunia dan di akhirat. Kedua orang tuanya dan semua pendidik, pengajar, serta pengasuhnyapun ikut serta memperoleh pahalanya. Sebaliknya jika seorang anak itu sejak kecilnya sudah dibiasakan mengerjakan keburukan dan dibiarkan begitu saja tanpa dihiraukan pendidikan dan pengajarannya, maka akibatnya anak itupun akan celaka dan rusak binasa akhlaknya, sedang dosa yang utama tentulah dipikulkan kepada orang tua yang bertanggung jawab untuk memelihara dan mengasuhnya, sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda :

Artinya : Allah merahmati seorang ayah yang menolong anaknya untuk tetap berbakti kepadanya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hiban)

2

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Cet.

(21)

Maksudnya ialah tidak memperlakukan anaknya itu sehingga dapat menyebabkan 1a nantinya akan berani melawannya dan berlaku bwuk terhadap ayahnya itu.3

Sesuatu yang perlu dan patut dilakukan oleh kedua ibu bapak ialah, membantu anak-anak mereka agar bisa berbakti kepada mereka dengan baik. Yakni dengan senantiasa memaafkan kesalahan-kesalahan anaknya, tidak terlampau membebani anaknya dengan tugas dan kewajiban, tidak memerintahkan anaknya secara paksa, memohonkan segala yang baik untuk anaknya, dan tidak mengutuki anaknya yang durhaka terhadap mereka.

Hak anak atas orang tuanya ialah supaya orangtuanya itu membaguskan budi pekerti serta namanya . seperti sabda Nabi Muhammad SAW yaitu :

Artinya : Sa/ah satu dari hak-hak anak alas orang tuanya ialah supaya orang tuanya itu membaguskan budi pekerti serta namanya ( diriwayatkan oleh Baihaqi /

Untuk tercapainya seorang anak yang baik dan berbakti itu tergantung atas pola asuh yang diberlakukan oleh orang tua terhadap anaknya serta tak terlepas juga terhadap pola komunikasi yang terjadi dalam keluarga, karena dengan berkomunikasi akan tersampainya informasi seperti pesan, keinginan ,ungkapan perasaan dari orang tua terhadap anaknya ataupun sebaliknya. Komunikasi akan sulit jika yang bicara

3

Muhammad Jalaluddin Al - Qasimi Ad - Dimasyqi, Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat

Mu 'min, terj. Moh. Abdai Rathomy, judul asli " Mau 'izatul Mukminin Ringkasan dari Ihya

'Ulumuddin (karanganlmamAl-Ghazali), (Bandung: CV. Diponegoro,1975), Jilid 1, h. 421

4

(22)

menurut sudut pandang sendiri seharusnya dalam komunikasi itu harus ada persamaan sudut pandang. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi suatu konflik yang disebabkan oleh perbedaan persepsi, pemahaman, cara berfikir antara orang tua dan anak. Dalam perkembangan manusia seorang anak akan menuju masa remaja. Pada masa remaja ini, terjadi pada diri remaja suatu perubahan sikap dan perilaku serta mengalarni suatu keadaan keinginan untuk mandiri dan bebas dalam memutuskan masalah dalam hidupnya, dan mengharapkan orang lain mengikuti keinginan meraka. Anak yang meningkat remaja, mereka memerlukan dan biasanya mengambil lebih banyak kebebasan. Di satu pihak remaja ingin melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang tua dan rasa aman keluarga, di lain pihak masih ingin mengecap perlindungan keluarga dan ditimang dalam kasih sayang orang tua. Di satu pihak mereka ingin meninggalkan keluarga dan mencari pengalaman sendiri dengan hidup sendiri, tetapi di lain pihak merasa takut bila mengingat konsekuensi dari langkah yang diambilnya. Menurut Hurlock tentang masa remaja adalah :

Masa remaja sebagai usia bermasalah, masa remaja menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. 5

5

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan Edisi Kelima, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo, judul asli "Developmental Psychology:

(23)

Menurut Chaplin masa remaja adalah periode antara pubertas dan kedewasaan. U sia yang diperkirakan : 12 sampai 21 tahun untuk anak gadis yang lebih cepat menjadi matang daripada anak laki, dan antara 13 tahun hingga 22 tahun bagi laki-laki. 6

Sebuah keluarga yang memiliki seorang anak yang menginjak remaja tentu

akan mengalami kesulitan, ha! ini terjadi karena pada diri remaja tersebut mengalami

krisis identitas diri. Erikson menjelaskan tentang identitas diri sebagai berikut :

Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelasklan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah? ... Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan

berhasil atau akan gaga!?". 7

Bagi sebagian orang tua yang dulu terbiasa mengikuti perkembangan anaknya

dan aktif memberikan arahan, saat anak menginjak remaja tidak mudah untuk

mengikuti perubahan-perubahan yang silih berganti, anak yang biasanya dapat

dibimbing dengan tidak terlalu banyak kesulitan, tiba-tiba menunjukkan perlawanan

terhadap bimbingan orang tua. Perubahan ini terjadi karena remaja mengalami

kebingungan peran (role c01ifusion) seperti yang dikemukakan oleh Atkinson yaitu :

Jika pandangan dan nilai orang tua sangat berbeda dengan nilai teman sebaya serta tokoh penting lainnya, kemungkinan akan adanya konflik itu besar dan remaja tersebut mungkin mengalami apa yang disebut kebingungan peran (role

6

J. P. Chaplin, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, judul asli : Kamus Lengkap

Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1987), Cet. Ke -1, h. 12

7

(24)

corifusion): remaja mencoba peran yang satu dengan peran yang lain sehingga mereka mengalami kesulitan mensintesiskan berbagai peran yang berbeda menjadi satu identitas. 8

Ketika remaja mengalami krisis identitas diri dan kebingungan peran (role

conji1sion) tersebut remaja sering bersikap menentang dan menantang orang tua

maupun orang dewasa lainnya yang merupakan ciri mewujudkan keinginan remaja untuk merenggangkan ikatannya dengan orang tua dan menunjukkan ketidaktergantungannya kepada orang tua. Remaja berusaha untuk menjadi orang dewasa. Usaha pendewasaan diri terungkap dari sikap menentang dan menantang sering menghambat tercapainya hubungan baik dengan keluarga dan menghambat kelancaran komunikasi antara orang tua dan remaja.

Dalam keadaan ini diperlukan suatu cara mengkomunikasikan keinginan remaja kepada orang tuanya, dan sebaliknya antara keinginan orang tua kepada remaja. Berkomunikasi yang baik antara orang tua dan remaja dengan komunikasi dua arah yang lebih memungkinkan bagi remaja untuk mengekspresikan ide, pikiran, serta keinginannya serta remaja dapat melihat suatu permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri, keluarga, atau mungkin masalah dengan orang disekitarnya. Remaja juga dapat mengatasinya sendiri atau mempercayakan kepada orang yang dipercayai seperti orang tua atau teman dekatnya karena ada interaksi dalam komunikasi, sehingga seorang remaja tidak merasa terpaksa dalam melakukan suatu tindakan. Sebaliknya orang tua yang memaksakan kehendak kepada remaja tanpa mengerti dan memahami keadaan

8

Atkinson, Rita L.,et.al, Pengantar Psiko/ogi Edisi Kedelapan, terj. NurdjannahTaufiq dan

Rukmini Barhana, judul asli " Introduction to Psychology, Eighth Edition", (Jakarta : Erlangga,

(25)

kondisi dan psikis remaJa, maka remaJa akan mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan orang di sekitamya.

Perbedaan nilai antara orang tua dan remaja Juga dapat menimbulkan mengakibatkan kesenjangan komunikasi. Menurut Thomas Gordon tentang komunikasi dengan orang tua, yaitu:

Salah satu langkah yang efektif dan konstruktif dalam menghadapi ungkapan perasaan atau ungkapan persoalan anak-anak adalah membuka pintu atau mengundang untuk berbicara lebih banyak. Ini adalah tanggapan-tanggapan yang tidak berhubungan dengan pendapat, gagasan atau perasaan si pendengar, namun mengundang anak untuk membagi pendapat, gagasan atau perasaannya. Hal ini dapat mendorong orang untuk mulai atau meneruskan bicara. Sebagai contoh : "Bagaimana", "Ya", "Saya mengerti", "Ceritakan'', "Saya ingin mendengar itu",

dan lain-lain. 9

Setiap keluarga memiliki pola komunikasi berbeda yang dipergunakan antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Ada keluarga yang mempergunakan pola komunikasi terbuka dan ada juga keluarga yang menggunakan pola komunikasi tertutup.

Pola komunikasi terbuka lebih memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pikiran-pikirannya berupa ide-ide, pendapat, saran, dan orang tua dapat mengemukakan keinginan, perasaan, dan pikirannya sehingga tercapai suatu persamaan. Adapun pola komunikasi yang tertutup lebih membatasi ruang untuk memperbincangkan dan mendiskusikan sesuatu ha!. Orang tua membuat keputusan yang harus dilakukan oleh anak.

9

Thomas Gordon, Menjadi Orang Tua Efektif Petunjuk Terbaru Mendidik Anak yang

(26)

Komunikasi dalam keluarga itu diharapkan adanya sikap jujur dan terbuka, yang bukan saja dituntut orang tua terhadap anaknya, tetapi juga sikap orang tua sendiri terhadap anaknya. Terkadang orang tua sering mengeluh bahwa mereka tidak mengerti kemauan remaja. Sebaliknya remaja mengeluh bahwa orang tuanya tidak mau dan tidak bisa mengerti "dunia" mereka. Sikap orang tua yang tidak mengerti dunia remaja karena mereka memandang dari sudut pandang dan pengalaman mereka miliki

Perbedaan sudut pandang dan pengalaman antara remaja dan orang tua menyebabkan adanya pertentangan antara mereka. Orang tua yang memaksakan keinginannya kepada remaja, sehingga remaja mungkin tidak dapat berperilaku sesuai dengan keinginan ha ti nuraninya a tau dapat dikatakan bahwa remaj a tersebut tidak dapat berperilaku assertif Dalam diri remaja mungkin takut menyakiti hati orang tua sehingga remaja hanya diam dan mematuhi keinginan orang tua yang disebut dengan perilaku pasif atau mungkin sebaliknya remaja mungkin akan melawan dengan cara memukul, atau membantah perkataan orang tua dengan perkataan yang kasar dan nada yang tinggi. Perilaku ini merupakan contoh dari perilaku agresif Secara tidak langsung timbulnya perilaku remaja mungkin disebabkan pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga.

(27)

pendapatnya dengan cara yang diterima orang lain, dan ada siswa yang tidak peduli dan memilih diam. Sebenarnya siswa yang bertindak kasar atau siswa yang tidak peduli dan memilih diam itu dapat saja memberikan pendapat sesuai dengan hati nuraninya atau pikirannya tanpa merugikan orang lain ataupun merugikan diri sendiri.

Adapun yang dimaksud dengan perilaku agresif yaitu suatu perilaku yang merugikan orang lain dengan cara menguasai, mengancam, dan ingin menang sendiri tanpa memikirkan orang lain. Adapun perilaku paJif atau non assertif yaitu suatu perilaku tunduk, patuh, rendah diri, sulit menolak walaupun dalam hatinya tidak setuju. Sedangkan perilaku assertif yaitu suatu perilaku individu mempertahankan haknya tanpa menyerang atau mengambil hak orang lain.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang apakah pola komunikasi keluarga berhubunganterhadap perilaku remaja.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian yang berjudul "Hubungan Pola Komunikasi Keluarga Terhadap Perilaku Remaj a" ini, penulis membatasi sebagai berikut:

(28)

b. Keluarga. Dalam keluarga ini terdiri atas anak dan orang tua ( ibu dan ayah) yang tinggal dalam satu tempat tinggal ( rumah).

c. Subjek Penelitian. Y aitu remaja. Dalam ketentuan ini penulis menentukan MAN 11 Jakarta.

d. Perilaku. Perilaku itu terdiri atas perilaku assertif, perilaku agresif, dan perilaku pasif

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dicarikan jawabannya adalah :

Apakah ada bubungan pola komnnikasi keluarga terhadap perilaku

remaja?

C.

Tuj uan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh apakah ada hubunganpola komunikasi terhadap perilaku remaja

Gambaran tentang

Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis. penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoritis berupa

gambaran tentang hubungan pola komunikasi terbuka dan pola komunikasi tertutup antara remaja dan orang tua terhadap perilaku assertif, agresif, dan pasif remaja.

[image:28.595.42.457.132.477.2]
(29)

antara remaJa dan orang tua. Sehingga tercipta hubungan dengan pola pencapaian komunikasi yang baik kepada orang tua serta terjalin keharmonisan keluarga.

D. Metode Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode diskritif dan analitik. Melalui metode ini penulis dapat memaparkan masalah dari data-data yang berhasil dihimpun dan diteliti kemudian diklasifikasikan dan dibandingkan untuk selanjutnya diambil kesimpulan.

Mengenai sumber data, diperoleh melalui penelitian lapangan dan keperpustakaan. Sedangkan teknik penulisan dan metode transilitrasi dalam karya tulis ini mengacu pada buku pedoman skiripsi, tesis, dan disertasi UIN SyarifHidayatullah.

E. Sistematika Penulisan

Pada bab I Pendahuluan, penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan .

(30)

orang tua dalam Islam. Sub bab kedua yaitu perilaku remaja yang terdiri atas perilaku assertif, non assertif, dan agresif. Sub bab ketiga yaitu remaja dengan orang tua yang terdiri atas remaja, karakteristik remaja, tugas perkembangan remaja, kebutuhan-kebutuhan remaja, dan hubungan orang tua dengan remaja. Sub bab keempat tentang hubungan pola komunikasi keluarga terhadap perilaku remaja, dan Sub bab kelima tentang pengajuan hipotesis.

Pada bab Ill Penulis menguraikan tentang metodologi penelitian yang berisi akan pendekatan penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, alat penelitian, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.

Pada bab IV Penulis menguraikan tentang hasil penelitian yang diperoleh.

(31)
(32)

A. Komunik:1si

lstilah komunikasi ata..i dalam bahasa lnggris ( '11111m1111icatio11 berasal dari kata Latin ( '01111111111icatio, dan bcrsumbcr dari kata ( '0111111111/is yang bcrnrti sama, sama disini maksudnya adalah sama makna. 'Jadi komunikasi akan terjadi a1m1

berlangsung selama ada kesarnaan makna rnengenai apa yang dipercakapkan oleh komunikan.

Dalam komunikasi itu minimal mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya formatif yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.'

Salah satu cara terbaik untuk memastikan bahwa pesan yang dikirimkan benar-benar telah diterima secara tepat sebagaimana yang dimaksudkan adalah dengan mendapatkan umpan balik tentang akibat atau pengaruh yang ditimbulkan oleh pesan tersebut dalam diri penerima (komunikate). Um pan balik adalah proses yang memungkinkan seorang pengirim (kom1111ikatm) mengctahui bagaimana pcsan

1 Onong Uchj:1na Effcndy. !/Jnu J..:on1u11ikasi 'll'ori dan l'roktek, (Bandung P'f. Rc111[lja

Rosdakarya, 1999), Ccl. Ke - 9, h. 9

'Ibid

(33)

yang dikirimkannya telah didekodifikasikan dan ditangkap oleh penerima

(komunikate).

Menurut Jalaluddin Rakhmat tentang komunikasi yang dikutipnya dari kamus Psikologi, Dictionary qf Behavioral Science, menyebutkan enam pengertian komunikasi yaitu :

1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.

2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme. 3. Pesan yang disampaikan.

4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.

5. (K. Lewin) Pengaruh satu wilayah persona pada wilayah yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain.

6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.3

Pengertian komunikasi secara luas adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Komunikasi mencakup lebih luas dari wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan pengertian komunikasi secara sempit adalah pesan yang dikirimkan

3 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdalg.u:ya;'2UOi), Cet. Ke

(34)

seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima (komunikate).

Dalam setiap komunikasi setidaknya dua orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu. Lambang-lambang-lambang tersebut bisa bersifat verbal berupa kata-kata, atau bersifat non verbal berupa ekspresi atau ungkapan tertentu dan gerak tubuh. Dalam komunikasi itu tentu saja ada hambatan (Noise) baik dari komunikator seperti bahasa, volume suara atau nada suara, cara penyampaian, dan cara berekspresi. Sedangkan hambatan (Noise) dari penerima (komunikate)

seperti kurang respon, tidak menyimak, tuli, kurang konsentrasi, dan berbeda orientasi.

1. Jenis Pola Komunikasi Keluarga

Menurut Wood pola komunikasi keluarga dapat dibagi kepada dua macam pola yaitu:

a. Pola komunikasi terbuka

(35)

dengan tetap mempertahankan norma-norma tanpa menghilangkan eksistensi sebagai orang tua ataupun anak Komunikasi terbuka disebut sebagai komunikasi dua arah. 4

Komunikasi dua arah berlangsung, apabila pengmm cukup leluasa mendapatkan umpan balik tentang cara penerima mehangkap pesan yang telah dikirimkannya. Komunikasi dua arah yang terbuka semacam ini akan memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi, dan selanjutnya sangat menolong mengembangkan suatu relasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak serta kerja sama yang efektif.

b. Pola komunikasi tertutup

Pola komunikasi tertutup mambatasi ruang untuk memperbincangkan dan mendiskusikan sesuatu. Misalnya, keharusan melakukan apa yang dikatakan oleh ibu dan tidak boleh mendebat perkataan ayah dan ibu.

Dalam komunikasi ini keterbatasan mengekspresikan pikiran karena keadaan yang tidak memungkinkan bagi anak untuk menyampaikan opini dikarenakan aturan yang kaku, sehingga menyebabkannya tidak dapat memberi respon kepada pesan pada waktu yang bersamaan. Komunikasi tertutup disebut komunikasi satu arah. 5

Komunikasi satu arah yaitu situasi komunikasi dimana pengmm tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui bagaimana pengmm tidak memiliki

4

Kathlen K. Reardon, Interpersonal Communication Where Mind Meet, (California: Waswort

Publishing Company, 1987), h. 59

5

(36)

kesempatan untuk mengetahui bagaimana penerima telah mendekodifikasikan pesannya.

Menurut Mcleod dan Chaffe, " pola komunikasi keluarga berhubungan erat dengan konsep sosial dan konsep orientasi. Konsep sosial sangat menekankan kepada keharmonisan dan hubungan sosial yang menyenangkan. Sedangkan konsep orientasi lebih menekankan kepada perkembangan wawasan anak terhadap berbagai masalah dan mempertimbangkan masalah-masalah tersebut tidak hanya dari satu sisi saja". 6

Mcleod dan Chaffe membagi pola komunikasi keluarga ke dalam empat macam pola yaitu :

I. Pola komunikasi keluarga yang membiarkan

Pola komunikasi ini digambarkan sebagai pola komunikasi keluarga yang memiliki kekurangan dari segi konsep sosial maupun konsep orientasi, pola komunikasi ini hanya menggambarkan komunikasi yang sederhana dari orang tua dan anak.

2. Pola komunikasi yang melindungi

Pola komunikasi seperti ini lebih mementingkan kepada kepatuhan dan keharmonisan, pola ini pun memiliki sedikit perhatian terhadap masalah-masalah yang konseptual. Anak dari keluarga dengan pola komunikasi seperti ini tidak pemah diajarkan untuk mempertahankan pendapat.

6

(37)

3. Pola komunikasi yang beragam

Pola komunikasi ini lebih menekankan kepada keterbukaan, dalam pola ini diskusi terhadap berbagai macam ide lebih diutamakan. Selain ini anggota keluarga dari keluarga yang memiliki komunikasi seperti ini akan lebih memiliki rasa hormat terhadap kepentingan orang Jain.

4. Pola komunikasi yang umum

Pola komunikasi ini digambarkan sebagai pola komunikasi keluarga yang lebih menekankan kepada persetujuan bersama yang menghasilkan kebahagiaan. Anak dari keluarga yang memiliki komunikasi seperti ini akan memiliki dorongan untuk memperhatikan setiap permasalahan dan berusaba memecahkannya tanpa mengacaukan keadaan keluarga. 7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga menurut Kartini Kartono, antara lain : 8

a. Keadaan masyarakat dimana keluarga itu hidup

Apa yang terjadi dalam masyarakat secara timbal balik mempunyai pengaruh pada kehidupan keluarga. Aspirasi yang ada dalam masyarakat mungkin saja diambil menjadi aspirasi individu dalam keluarga. Perubaban nilai yang terjadi dalam masyarakat akan mempengaruhi

7

/bid, h. 60-61

8

Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu anak, (Jakarta : Rajawali, 1992), Ed. 1, Cet.

(38)

pandangan dan nilai-nilai maupun kehidupan orang tua dan anak,

sekaligus juga mempengaruhi sifat hubungan antara orang tua - anak di

daerah kota dengan di pedesaan.

b. Kesempatan yang diberikan orang tua

Sikap dan tingkah laku anak dalam hubungan dengan orang tua sering

merupakan reaksi atas sikap dan tingkah laku orang tua. Jika orang tua

membuka kesempatan kepada anak untuk bereaksi atau bertingkah laku

tertentu, maka anak menanggapinya. Kesempatan ini dibuka oleh orang

tua, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Dengan kata lain, sifat dan

bentuk hubungan antara orang tua - anak ditentukan oleh kedua belah

pihak.

c. Individu orang tua dan anak

Baik orang tua maupun anak mempunyai pribadi sendiri-sendiri,

masing-masing unit berbeda satu dari yang lain. Hubungan mereka dipengaruhi

pula oleh pengamatan masing-masing tentang diri sendiri dan tentang

orang lain dengan siapa mereka berhubungan. Juga nilai yang dianut

masing-masing berpengaruh pada hubungan yang mereka bina.

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi dalam keluarga adalah keadaan masyarakat dimana keluarga itu hidup,

(39)

3. Komunikasi antara Orang Tua dengan Anak dalam Keluarga

Komunikasi sangat penting untuk hubungan dalam keluarga sebab tanpa

komunikasi, hubungan yang akrab tidak dapat dijalin atau tetap hidup. Banyak

problem yang timbul berakar kepada masalah komunikasi rumah tangga. Percakapan

dalam hubungan keluarga bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Melalui

pembicaraan anak maupun orang tua dapat menyatakan perasaan hati, memperjelas

pikiran menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Ini merupakan

cara yang menyenangkan untuk melakukan waktu belajar mengenal satu sama lain,

melepaskan ketergantungan serta menyampaikan pendapat.

Adapun adanya pertentangan antara anak dengan orang tua salah satu

penyebabnya adalah komunikasi yang buruk. Akibat dari komunikasi yang buruk

tersebut menyebabkan terjadinya konflik yang harus diatasi. Konflik-konflik tersebut

perlu diatasi terutama sekali dengan komunikasi yang efektif dan keterbukaan antara

orang tua dan anak.

Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak baru terjadi bila pesan

yang disampaikan diterima dengan makua yang benar. Johnson & Johnson

menyatakan "Ejfektive communication exist between two persons when receiver

interprets the senders message in the same wi:ry the sender intended it "9. Johnson &

Johnson menyatakan bahwa komunikasi yang efektif terjadi antara dua individu

dimana individu yang menerima pesan dari pengirim pesan menginterpretasikan

pesan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh pengirim.

9 David. W.Johnson & Frank. P. Johnson , .Joining Together : Group Theory & Group Skills

(40)

Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss 10 dapat menimbulkan lima ha! yaitu :

a. Pengertian (Understanding)

Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud komunikator. Betapa sering kita bertengkar hanya karena pesan yang diterima diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer

(primary breakdown in communication)

b. Kesenangan (Pleasure)

Tidak semua komunikasi yang ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan "selamat pagi, apa kabar ?", kita tidak bermaksud mencari keterangan. Komunikasi itu hanya dilakukan untuk mengupayakan agar orang lain merasa apa yang disebut Analisis Transaksional sebagai "saya oke - kamu oke", komunikasi ini lazim disebut komunikasi Fatis (Phatic Communication), dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan hangat, akrab, dan menyenangkan.

c. Mempengaruhi Sikap (Attitude Influence)

Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain, supaya sikap orang tersebut mengalarni perubahan. Oleh sebab itu

'0 Stewart L. Tubb & Silvia Moss, Human Communication An Interpersonal Perpective, (New

(41)

komunikator harus mampu menyampaikan informasi yang tepat kepada komunikate yang disebut dengan komunikasi persuasif.

d. Hubungan Sosial yang Baik (Improved Relationships)

Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hdup sendiri. Manusia ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam ha! interaksi dan asosiasi (inclusion),

pengendalian dan kekuasaan (control), dan cinta serta kasih sayang (affection)

e. Tindakan (Action)

Persuasi sebagai komunikasi untuk mempengaruhi sikap. Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.

(42)

Menurut Thomas Gordon 11 dalam kondisi dimana anak memiliki masalah, muncul 12 hambatan dalam komunikasi antara orang tua dan anak. Pada tabel berikut diberikan berbagai contoh respon tipikal yang digunakan orang tua pada anaknya. Gordon menyebutnya sebagai hambatan karena respon-respon tipikal tersebut sering menghambat komunikasi lebih jauh antara orang tua pada anaknya. Pada tabel, kolom sebelah kanan diuraikan hambatan-hambatan yang muncul berdasarkan respon.

Tabel 2.1

Hambatan-hambatan dalam Berkomunikasi

CONTOH RESPON

"Tidak satu pun anak saya yang akan berhenti sekolah --- saya tidak akan mengijinkannva" "Berhenti sekolah dan kamu tidak akan mendapatkan bantuan keuangan dari saya" "Belajar adalah pengalaman yang paling

menguntungkan bagi siapa saja yang

memperolel1nya"

"Mengapa kamu tidak membuat jadwal untuk dirimu sendiri sehingga kamu bisa mengerjakan pekeriaan rumah"

"Lulusan universitas mendapat gaji 50% lebih besar dari pada lulusan SMU"

"Kamu telah berpikiran pendek dan cara berpikinnua menunjukkan ketidakdewasaan" "Kamu selama ini telah menjadi pelajar yang baik dengan berbagai potensi"

"Kamu berbicara seperti seorang 'hippy"' "Kamu tidak menyukai sekolah karena kamu takut kecewa"

"Saya tahu bagaimana perasaamnu, tetapi pada tingkatan yang lebih tinggi (senior) kamu akan lebih baik"

"Apa yang akan kamu lakukan tan pa

pencliclikan?. Bagaimana kamu akan menjalani kehiduoamnu?"

"Tidak ada masalah di meja makan!. Bagaimana

bola basket hari ini?'

TIPE HAMBA TAN

Memerintahkan, mengarahkan, menuntut

Mengancam, mengingatkan

Menceramahi, mengajarkan (memberikan kata-kata nasehat)

Menasihati, memberikan solusi

Mengkuliahi, menggurui, memberikan fakta

Menilai, mengkritik, menyalahkan

Mendoakan, memuji

Mengata-ngatai, mengeiek Menginterpretasi, menganalisa

Menenangkan, memberikan simpati

Menyelidik, mempertanyakan, menginterogasi

Menarik cliri, membelokkan, mengalihkan (oembicaraan)

Dikutip dari 17zomas Gordon, P.E. T. In Action (USA : Wyden Books, 1976)

[image:42.595.42.453.209.638.2]
(43)

Setiap respon-respon ini merupakan hambatan karena seringkali menyebabkan terhentinya komunikasi lebih lanjut dengan anak. Hal ini menimbulkan efek yang buruk terhadap self esteem anak serta dapat merusak hubungan orang tua dan anak. Kedua betas hambatan ini memberikan resiko yang tinggi terhadap munculnya salah satu atau lebih efek-efek berikut : membuat anak berhenti berbicara, mempertahankan diri,berdebat dan menyerang, membuat anak merasa rendah diri, merasa benci atau marah, merasa bersalah atau buruk, merasa diperlakukan seperti anak kecil, merasa tidak dimengerti, merasa bahwa perasaa-perasaannya tidak dibenarkan, merasa kecewa, merasa diganggu, merasa sebagai saksi yang sedang diperiksa, merasa bahwa yang mendengarkan tidak menaruh minat.

Kedua belas hambatan ini tidak akan menjadi sebuah hambatan dalam komunikasi antara orang tua dan anak ketika keduanya tidak memiliki masalah. Pada kondisi seperti ini, orang tua dapat memberikan pesan-pesan pada anak mereka tanpa harus merasa khawatir hambatan-hambatan komunikasi akan muncul dan merusak hubungan orang tua dan anak.

Baik anak maupun orang tua sebaiknya lebih banyak mendengar daripada mengucapkan kata-kata, mendeteksi perasaan dibalik kata-kata yang terucapkan. Diharapkan melalui mendengarkan apa yang dirasakan anak, baik orang tua maupun anak dapat sating memberikan feedback yang sesuai untuk keluar dari konflik.

Menurut Kathleen12

problem komunikasi yang terjadi dalam suatu keluarga, diantaranya :

12

Kathleen H. Liwijaya Kunlaraf, Komunikasi Keluarga Kunci Kebahagiaan Anda, (Indonesia

Publishing House, 1999), h. 10-15

(44)

a. Tidak berkomunikasi b. Prasangka

c. Tidak mendengar I memperhatikan d. Mempertahankan pendapat

e. Bungkam

f. "Senapan mesin" artinya berbicara dengan tidak memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara tanpa mendengar, sehingga tidak terjadi komunikasi dua arah.

g. Problem komunikasi lainnya seperti kurangnya pernyataan kasih sayang, nada suara yang kasar, kata-kata yang suka mengkritik, perhatikan yang tidak ditujukan kepada keluarga.

Menurut Thomas Gordon, " interaksi yang sehat antara orang tua dan anak tidak hanya ditandai oleh keterbukaan, ketulusan, bersikap demokrasi saja, tapi juga adanya sikap saling mendengarkan, mengekspresikan perasaan dan memecahkan masalah bersama-sama"-"

Kathleen 14 menyatakan bahwa orang tua yang menjadi pendengar yang aktif

akan membuat lima perkara penting kepada anaknya :

a. Membantu anak untuk mengatasi perasaannya yang negatif.

b. Memperbaiki hubungan yang hangat antara orang tua dan anak-anak.

13

Thomas Gordon, Menjadi orang Tua Yang Efektif, terj. Tim Psikologi K.linis, (Jakarta: PT.

Gramedia, 1993), h. 4

14

(45)

c. Mendorong pemecahan problem oleh anak itu sendiri.

d. Memberikan pengaruh kepada anak untuk lebih rela mendengar.

e. Mendorong anak untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menemukan pemecahannya.

Sebagai pendengar yang aktif, orang tua harus memiliki keinginan untuk mendengar, dan siap memberikan waktu untuk mendengar. Orang tua pun harus memiliki keadaan untuk menolong dan siap untuk menerima perasaan anak, walaupun mungkin perasaan anak berbeda-beda dengan orangtua.

Kathleen 15 menyatakan supaya hubungan komunikasi anak dengan orang tua

tetap baik dan anak tetap memiliki harga dirinya ada beberapa hal yang harus dilakukan orang tua :

a. Hindarkan kata-kata yang menuduh, mengkritik, dan menyalahkan, memberikan evaluasi yang negatif, yang justru akan menurunkan harga diri dari anaknya.

b. Hindarkan penggunaan kata "kamu" atau "engkau". Misalnya "engkau adalah anak yang kasar". Kalimat tersebut menunjukkan bahwa orang tua tidak menunjukkan perasaannya, melainkan lebih berbicara tentang perilaku anak. c. Perhatikan nada suara orang tua.

d. Jangan menunda menyelesaikan masalah.

15

(46)

Menurut Olson, komunikasi keluarga mengandung aspek keterampilan mendengar (listening skill), berbicara (speaking skill), keterbukaan diri (self disclosure), kejelasan (clari.fY), kontinuitas (contim1ity- tracking), respek (respect),

dan hormat (regard).16

4. Prinsip Komunikasi antara Anak dengan Orang Tua dalam Islam

Dalam ajaran agama Islam, Kristen, Hindu, dan Budha sangat menekankan untuk menghormati, menyanyangi, menghargai orang tua. Walaupun pengetahuan orang tua lebih rendah dari anaknya karena pendidikannya yang tidak tinggi, tetap orang tua itu hams dihormati dan dihargai.

Demikian pula dalam berbicara kepada orang tua, seorang anak kepada orang tuanya ketika berbicara hams lemah lembut, tidak nada yang tinggi, tidak dengan perkataan yang kasar, dan penuh kasih sayang. Seorang anak terlahir ke dunia ini, dapat berjalan, pintar, mengetahui tentang kehidupan itu semua karena jasa orang tua. Mereka membanting tulang untuk memenuhi keperluan anaknya. Allah SWT berfirman dalam surat al- Israa ayat 23-24 tentang berbakti kepada orang tua yang berbunyi:

l..>.J..>.i

セi@

.!J...1..;.v

セ@

L.1 li\...;..1

-:r..lll}\.iJ

o\11

':i1

\)¥' ':}\

セNj@

セI@

cl>.

LI

セ|jゥNNNZ⦅⦅_@

':t}

LI

JJ

I.>

_R

':t)

Ji

liセ@

Y1J

1..>J\5"}

iセ@ yLセNj@

LS'

L ...

セ@

.

.?-)

y .J

J)

U--)\

.y

J.ili

16 D.H. Olson . et.al, Family Inventories (Manual), (USA, University of Minnesota Family Social

(47)

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Allah. Dan berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara mereka telah lanjut usia dan janganlah kamu sekali-kali mengatakan "ah" kepada mereka dan janganlah menghardik mereka, dan ucapkanlah perkataan kepada mereka, perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada mereka dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah doa "Tuhanku kasihanilah mereka berdua sebagaimana

mereka berdua mengasihiku di waktu kecil. 11

Dalam ayat tersebut sangat jelas ditekankan tentang menyayangi orang tua dan berbicara dengan baik, sopan santun, dan tidak menggentaknya. Dalam kehidupan keluarga memang sering terjadi perbadaan pendapat, cara berfikir, ide, dan keinginan antara seorang anak dengan orang tua. Namun perbedaan tersebut bukan berarti harus terjadi perselisihan antara orang tua dan anak.

B. Perilaku

Sesuai dengan topik yang diangkat, maka perlu dijabarkan pula apa yang dimaksud dengan perilaku assertif, perilaku non assertif, perilaku agresif dan berbagai aspek yang berkaitan dengan ketiga perilaku tersebut.

1. Perilaku Assertif

Menurut Lazarus perilaku assertifsebagai " ... To stand for one's right without attacking the right of other''. Y aitu dimana individu mempertahankan haknya tanpa menyerang atau mengambil hak orang lain. 18

17

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), h. 253

18

Siti Komariall, Perbandingan Antara Mahasiswa Aktivis dan Bukan Aktivis dalam Sikap

Terhadap Kuliah dan Perilaku Assertll; Skripsi Sarjana Psikologi, (Jakarta : Perpustakaan UJN, 200 I), h .50,

(48)

Menurut Diana Cawood 19 perilaku assertif adalah ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak individu

tanpa kecemasan yang tidak beralasan.

Langsung Perilaku individu tidak berputar-putar. Pesan dengan jelas terfokus dan wajar, tidak menghakimi, tidak berbicara berputar-putar.

Jujur Perilaku individu selaras. Semua isyarat-isyaratnya cocok. Kata-kata individu, gerak gerik individu, dan perasaan individu mengatakan yang sama.

Pada tempatnya Perilaku individu memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain maupun individu sendiri. W aktu dan tempatnya tepat.

Perilaku assertif bersifat interaktif. Yang juga penting bagi wawasan individu untuk menyampaikan pesan yang assertif adalah kemampuan individu untuk menerima apa yang dikatakan atau dirasakan oleh lawan bicara tanpa bereaksi dengan cara-cara yang mengingkari hak-hak mereka atas pikiran - pikiran atau perasaan orang lain.

Berperilaku assertif dapat ditunjukkan dengan mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, perasaan atau opini Anda kepada orang lain dengan cara

19

Diana Cawood, Manajer yang Assertif Terampil Menge/ala Orang dan Efektif dalam

Komunikasi, alih bahasa Bern. Hidayat, judul asli "Assertiveness For Managers Leaming !!,Jective

(49)

langsung dan jujur tanpa maksud untuk menyakiti perasaan siapapun. Jika diletakkan pada sebuah garis, assertifberada diantara agresif dan pasif.

Adapun tujuan dari perilaku assertif yaitu menjaga proses komunikasi agar tetap lancar dan membangun sikap saling menghormati, mengembangkan harga diri bagi kedua pihak.

Adapun ciri-ciri perilaku assertif adalah :

a. Memiliki tujuan utama untuk mengkomunikasikan, dan bukan untuk mendominasi atau memanipulasi.

b. Assetif berarti mengekspresikan keinginan dan ide serta perasaan secara langsung dan dengan cara yang tepat.

c. Perilaku assertif menumbuhkan percaya diri pada diri seseorang dan menumbuhkan rasa hormat orang lain20

Keuntungan yang didapatkan bila berperilaku assertif, antara lain : a. Keinginan kebutuhan dan perasaan anda bisa dimengerti orang lain. b. Tidak ada yang sakit hati.

c. Kedua pihak merasa dihargai dan didengar.

d. Anda berarti meminimalkan konflik dan perselisihan. e. Anda merasa mengendalikan hidup anda sendiri. f. Rasa percaya diri dan keyakinan bisa meningkat. 21

20

Siti Kornariah, Op. Cit, h.52

21

(50)

2. Perilaku Pasif a tau Non Assertif

Menurut Diana, perilak:u pasif yaitu dimana individu hanya menerima pandangan-pandangan dan harapan-harapan setiap orang, tidak menegaskan opini-opini diri sendiri, kebutuhan diri sendiri, hak-hak sendiri.22

Jika individu bertindak secara pasif, individu cenderung memenangkan harapan orang lain dan menjunjung tinggi pandangan serta kebutuhan orang lain sementara individu sendiri menekan pandangan dan kebutuhan diri sendiri.individu mulai merasa tertekan ketika berusaha memahami, mewujudkan, dan memenuhi harapan-harapan orang lain tetapi bukan harapan-harapan diri sendiri.

Adapun ciri-ciri perilaku pasif atau non assertif adalah :

a. Lari dari masalah, d<tn menganggap bahwa mengemukakan keinginan atau ide bukanlah ha! yang tepat.

b. Mereka lebih ingin menyenangkan orang lain daripada diri mereka sendiri. c. Sering merasa cemas, kecewa pada diri sendiri dan cepat marah.

d. Tipe perilak:u ini sering menyebabkan orang lain merasa bersalah atau malah merasa superior. Sehingga menghadapi orang dengan tipe perilaku seperti ini sering membuat jengkel, kasihan , dan muak.

e. Menghindari kontak mata, menutupi mulut dan tangan, dan berbicara dengan suara yang minta diperhatikan atau dikasihani. 23

22

Diana Cawood, Op. Cit , h. 30

23

(51)

3. Perilaku Agresif

Muray, memberikan gambaran perilaku agresif adalah tindakan untuk menyerang, memperkosa atau melukai orang lain, meremehkan, merugikan, mengganggu, membabayakan, merusak, ュ・ョェ。「。エセ@ mengejek, mencemooh atau menuduh secara jabat, menghukum berat atau melakukan tindakan sadistis lainnya. 24

Sedangkan menurut Diana, perilaku agresif yaitu individu hanya memberikan pandangan-pandangan dan harapan-harapan diri sendiri pada tiap orang tanpa menerima sama sekali, tanpa memperhitungkan hak, kebutuhan, perasaan, opini orang lain. 25

Para psikolog mendefinisikan perilaku agresif sebagai setiap bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang itu. Ini berarti babwa menyakiti orang lain secara sengaja bukanlah agresi jika plhak yang dirugikan menghendaki ha! ini terjadi. Misalnya, jika dalam suatu hubungan seksual sorang partner ingin ditampar atau diperlakukan kasar, tindakan itu tidak akan dianggap agresif sebab tindakan itu memang dikehendaki. 26

Adapun ciri-ciri perilaku agresif adalah :

a. Selalu ingin menang meskipun dengan mengorbankan orang lain. b. Tujuan orang ini ingin mendominasi dan mengontrol orang lain.

24

J. P. Chaplin, Dictionary Of Psychology, terj. Kartini Kartono, judul ash : Kamus Lengkap

Psikologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1987), Cet. Ke - 1, h. 15

25

Diana Wood, Op. Cit., h. 36

26

(52)

c. Perilaku agresif membuat orang lain merasa sakit dan terhina, sehingga bisa menimbulkan perasaan dendam.

d. Perilaku agresif biasanya disebabkan oleh ketidakpercayaan diri, takut diserang dan tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi situasi yang mengancam.27

Tabet 2.2

Perbandingan Perilaku Pasif, Agresif dan Assertif 28

PE SAN

TU WAN

PASIF

Karnu benar. Yang

kupikirkan tidak

penting. Perasaanku

tidak penting.

Menghindari konflik

AG RES IF

Aku benar. Jika pikiranrnu

tidak sarna dengan pikiranku, karnu salah. Perasaarnun tidak penting. ASSERTIF Beginilah situasinya. kupikirkan. kurasakan.

aku melihat

Ini yang

Ini yang

Mendapatkan apa yang Anda Kornunikasi dan sikap

inginkan rnenang saling rnenghorrnati.

SARAN A Suara lernah, ragu-ragu Suara keras dan sornbong, Tegas, hangat, nada baik,

MATA Dialihkan, tunduk,

rnelihat ke kejauhan.

Postur rneringkuk,

tidak tegak, rnerernas jari, gelisah, kepala

sering rnenunduk.

27

Siti Kornariah, Op. Cit, h. 52

28

Diana Cawood, Op. Cit, h. 28

tempo staccato, infleksi

rnenuntut atau sarkastis.

Tajarn rnenernbus, dingin,

rnenatap ke bawah. Kaku,

tegang, postur bersandar,

tangan berkacak pinggang, telunjuk rnenuding, tangan

terkepal, tin ju sering

dihantarnkan.

dengan modulasi tempo rata.

(53)

TUB UH

HAS IL

Hormat-diri

direndahkan. Rasa

kasihan a tau

kemarahan dari orang lain. kebutuhan tidak

terpenulti. Sering

tersinggung,

cemas-berharap ada orang

yang menebak apa

yang Anda inginkan atau maksndkan.

Tidak ada kemajnan

dalam

masalah-masalah nyata.

Hormat-diri tidak kokoh.

Harns memegang kendali

dengan segala pengorbanan.

Hnbungan sering rusak -menciptakan sikap memnsnhi

dalam diri orang lain.

mencapai tujuan lewat jalan pintas dengan mengorbankan orang lain.

Santai, postur seimbang, tangan kendor di samping tubuh, gerak-gerik santai.

Memelihara dan membina honnat -diri. Mencapai tujnan yang diinginkan.

Menangani

masalah-masalah nyata.

Meningkatkan

kepercayaan diri. Membina hnbnngan yang efektif dengan orang lain.

Dikutip dari Diana Cawood, Aifanajer yang AssertifTeran1pil Mengelola Orang dan Efektif dalam Kon1unikasi,

alih bahasa Ben1. Hidayat, judul asli "Assertiveness For Managers Lean1ing Ejective Skills for Managing

People", (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997)

C. Remaja dan Keluarga

1. Remaja

(54)

child's physical, mental.social, and emotional life. It is a time of new experiences, new responsibilities, and new relationships with adults as well as peers"29

Hurlock menyatakan bahwa masa remaja adalah salah satu periode di dalam kehidupan dengan perkembangan fisik dan psikis. Masa remaja menggambarkan periode pertumbuhan dan pernbahan di hampir semua aspek kehidupan seorang anak, baik secara fisik, mental, sosial, dan emosional. Masa ini juga di sebut sebagai masa yang penuh dengan pengalaman-pengalaman barn, tanggung jawab barn, dan hubungan barn dalam kelompok

Awai masa remaja berlangsung kira-kira dari umur 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. 30

Masa remaja mernpakan suatu masa yang penting dalam periode perkembangan manusia. Pada masa ini, remaja mengalami suatu periode peralihan

(transition) dari masa kanak-kanak, yang ditandai dengan adanya kebutuhan untuk bergantung pada orang Jain (dependent), menuju masa kedewasaan yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bebas dari campur tangan orang Jain (independent).

Periode peralihan ini juga ditandai dengan adanya pernbahan-pernbahan baik secara fisik, kognitif, maupun psikologis. Pernbahan psikologis yang paling menonjol ditandai dengan pernbahan emosi, baik emosi positif maupun emosi negatif, ketika

29

Elizabeth B Hurlock, Adolescence, (Singapore : Mc Grawhill Book Company, 1977), h. 1

30

Elizabeth B Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, lerj. lstiwidayanti & Soedjarwo, judul asli : Developmental Psycology A Life -Span

(55)

menghadapi berbagai persoalan baik yang datangnya dari lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, maupun lingkungan sekolah.

Seperti halnya tahapan kehidupan yang lain, masa remaJa memberikan berbagai rintangan dan tantangan baik untuk remaja dan orang tua untuk dapat tumbuh dan berkembang. Dalam komunikasi remaja lebih dekat dengan temannya daripada orang tuanya. Remaja lebih suka cerita masalah pribadinya dengan temannya sehingga komunikasi dengan orang tuanya berkurang.

G. Stanley Hall menyatakan " ... it as time of "storm and stress"31

Menurut G. Stanley Hall masa remaja sebagai masa yang "berbadai" dan "penuh dengan tantangan". Dalam masa yang "berbadai" dan "penuh dengan tantangan" ini remaja mengalaminya dan berdampak juga bagi orang tua dan sistem dalam keluarga.

2. Karakteristik Remaja

Menurut Hurlock32 masa remaJ a memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Semua periode dalam rentang kehidupan manusia itu sangat penting, namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Perkembangan fisik yang cepat dan penting diseitai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesua1an mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

31

Mary J. Gander dan Harry W Gardiner, Child and Adolescence Development, (Boston : Litle,

Brown and Company, 1981), h. 374

32

(56)

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak ia akan diajari untuk "bertindak sesuai umurnya".

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan pesat. Kalau perubahan fisikmenurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal :

1) Meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.

(57)

3) Dengan berubahnya minat dan po la perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi.

4) Sebagian besar remaJa bersikap ambivalensi terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan kebebasan dan menuntut kebebasan, terhadap mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala ha!, seperti sebelumnya.

f Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

(58)

mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realitis

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagai mana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan menmggmya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaJa menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst33 tugas perkembangan pada remaja antara lain :

a. Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif. b. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman, baik yang jenis

kelaminnya sama maupun berbeda.

c. Menerima peran jenis kelamin mesing-masing.

d. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.

33

(59)

e. Mempersiapkan karir dan masa depan.

f Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berumah tangga. g. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab.

h. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.

4. Kebutuhan - kebutuhan Remaja

Dalam perkembangan remaja memerlukan kebutuhan - kebutuhan tertentu. Menurut Prof Dr. Zakiah Darajat, kebutuhan sekunder atau kebutuhan kejiwaan remaja memiliki perbedaan dari kebutuhan sekunder anak-anak, baik dipandang dari segi jenis maupun kualitas kebutuhan. Kebutuhan tersebut antara lain 34

:

a. Kebutuhan akan kebebasan

Kebutuhan emosional dan materi merupakan kebutuhan remaja. Kematangan fisik mendorong remaja untuk berusaha mandiri dan bebas dalam mengambil keputusan untuk dirinya, sehingga dia dapat mencapai kematangan emosional yang terlepas dari emosi orang tua dan keluarganya. Banyak orang tua membatasi sikap, perilaku dan tindakan-tindakan remaja sehingga remaja merasa tidak dipercaya oleh orang tuanya.

34

(60)

b. Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai

Kebutuhan remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi bila berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan. Pertentangan tersebut semakin menajam bila remaja berhadapan dengan berbagai situasi misalnya, arus informasi yang didapat dari televisi, buku, film, internet, dan lain-lain yang sering menyajikan gambar tanpa mengindahkan kaidah agama dan moral. Hal tersebut membuat remaja semakin membutuhkan pemahaman akan ajaran agama, nilai-nilai akhlak dan nilai-nilai sosial untuk membantunya dalam melawan pengaruh buruk dari lingkungan sekitamya.

c. Kebutuhan akan penerimaan sosial

Diterima oleh keluarga merupakan faktor penting untuk mencapai rasa diterima oleh masyarakat. Penerimaan sosial menjamin rasa aman bagi remaja karena ia merasa ada dukungan dan perhatian. Penerimaan sosial merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai penyesuaian diri.

5. Hubungan Remaja dengan Orang tua

(61)

Di lain pihak, banyak remaja yang mengeluh karena merasa dirinya tidak mengerti oleh orang tuanya atau merasa tidak mendapat kasih sayang dari orang tua mereka.

Hurlock mengungka

Gambar

Tabel 2.1 Hambatan-hambatan dalam Berkomunikasi
Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Pola Komunikasi
Gambaran tentang
Tabel 2.1 Hambatan-hambatan dalam Berkomunikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah salah satu intervensi yang dapat dilakukan dalam mengurangi kematian neonatal pada bayi dengan Berat Badan

Hasil pengujian model ANSWERS pada lima kejadian hujan menunjuk- kan antara nilai limpasan prediksi de- ngan model (Q-prd) dan nilai aktual- nya (Q-act) tidak

Berdasarkan analisis regresi antara suhu permukaan hasil ekstraksi citra dengan pengukuran langsung di lapangan, nilai R 2 yang diperoleh adalah 0,7275 untuk band 10 dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun pelaksanaan diklatpim IV pada tahun 2014 di Kabupaten Pringsewu telah menggunakan pola baru dengan perubahan kurikulum, penekanan

Surat Tanda Registrasi Tenaga Kesehatan adalah bentuk formal dari pengakuan kompetensi dan kualitas dari Tenaga Kesehatan non medis, untuk melaksanakan profesinya secara

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

karena rahmat -Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Skor Glasgow Coma Scale dengan Nilai Leukosit Perifer Pada Pasien Cedera Kepala di

Hasil pengamatan mengidentifikasi total biaya peledakan yang dikeluarkan oleh PT Vitrama Properti masih belum optimal, sehingga menyebabkan untuk mencapai volume