ANALISIS PENGARUH MODAL INTI, DANA PIHAK KETIGA (DPK), SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) DAN INFLASI
TERHADAP PEMBIAYAAN YANG DISALURKAN (STUDI KASUS BANK MUAMALAT INDONESIA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
AJENG SARJADYASARI NIM : 106081002381
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Surat Pernyataan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ajeng Sarjadyasari NIM : 106081002381 Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan dibuat dengan segala akibat yang timbul kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 06 Desember 2010
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Ajeng Sarjadyasari
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Oktober 1988
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Kesehatan II No. 56 Rt04/Rw09
Kav Depkes Pondok cabe, Ciputat. 15411
No. Telp : 021-70381638
Alamat E-mail : Sarja_dyasari@yahoo.co.id
Pendidikan Formal :
1) Tamatan TK Tunas Cipayung 1994 2) Tamatan SDN Cipayung I 2000 3) Tamatan SLTPN 1 Pamulang 2003 4) Tamatan SMAN 1 Cisauk 2006
Abstract
This study aimed to analyze the effects of variable Core Capital, the Third Party Funds (TPF), SBI Interest Rates, Exchange Rate Rupiah and Iinflation of distributed Financing Case Study of Bank Muamalat Indonesia.
This study uses for seventy-three months secondary data which starts from September 2003 to September 2009 with data utilizing the publication of Bank Indonesia. It is also supported literature study by collecting data in accordance with the scope of discussion. The analytical tool used in this research is Path Analysis.
The study result shows that the variable Core Capital, the Third Party Funds (TPF),SBI Interest Rates, Exchange Rates Rupiah and inflation simultaneously have the effect of variables which is distributed Financing of 0.992. The test results showed partial Core Capital, the Third Party Funds (TPF), Exchange Rate (rates) and inflation has positive and significant impact on financing which is distributed by Bank Muamalat Indonesia, while the variable SBI Interest Rateshas no significant impact on financing which is distributed by the Bank Muamalat Indonesia.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh variabel Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data sekunder selama tujuh puluh tiga bulan dari September 2003 sampai dengan September 2009 dengan memanfaatkan data-data hasil publikasi Bank Indonesia. Serta ditunjang studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data yang sesuai dengan ruang lingkup pembahasan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel Pembiayaan yang disalurkan sebesar 0,992. Hasil pengujian secara parsial menunjukan Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia, sedangkan variabel Suku Bunga SBI memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia.
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan hidayahnya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi muhammad saw, beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih yang disampaikan kepada:
1. Kedua orang tuaku yang selamanya ku sayang. Semoga semua ini lancar dan dapat memberi kalian kebanggan. Semangat yang kalian berikan disetiap aku merasa putus asa dan sedih. Kakak ku Mas Agi, Mas Dimas, Ka Reni dan Irin kalian banyak membantu adikmu ini semoga aku dapat membalasnya. Keponakan ku tersayang Daffa, anak kecil yang selalu menyemangatiku dari senyumannya. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, Pudek I Bidang Akademik Fakultas
Ekonomi dan Bisnis sekaligus Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.
4. Bapak Herni Ali HT, SE, MM Pudek III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis sekaligus Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis.
5. Bapak Amir Syariffudin, SH, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, motivasi dan nasehatnya .
7. Kepada Beno yang selalu membantu penulis dalam hal apapun, semoga Allah memberikan kebahagiaan kepadanya.
8. Teman-teman FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006 Manajemen B dan Perbankan A yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Amira, Atin, Eka, Vina, Sesy, Hana, Wulan, Citra, Dea, Candra, Tia, Hery, Rezi, Fadly, Dipta dan Faizal.
9. Teman-teman sepermainan Ketika SMP dan SMU hingga sampai saat ini, khususnya Riri, Athy, Widhy, Mutiara, David, Yulia.
10.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Jakarta, Oktober 2010
DAFTAR ISI
G. Penelitian Terdahulu ... 35
H. Kerangka Pemikiran ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 44
B. Metode Penentuan Sampel ... 44
C. Metode Pengumpulan Data ... 44
D. Metode Analisis ... 45
E. Operasional Variabel Penelitian ... .51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54
B. Penemuan dan Pembahasan ... 57
1. Analisis Deskriptif ... 57
2. Analisis Regresi Jalur Modal Inti, DPK,Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi terhadap Pembiayaan Pada Bank Muamalat Indonesia ... 74
C. Persamaan Struktural ... 93
` D. Interpretasi ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Implikasi ... 119
Daftar Pustaka ... 121
Daftar Tabel
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah ... 3
2.1 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil ... 15
4.1 Modal Inti Bank Muamalat Indonesia ... 58
4.2 Dana Pihak Ketiga Bank Muamalat Indonesia ... 61
4.3 Data Suku Bunga SBI ... 63
4.10 Pengujian Secara Parsial terhadap Pembiayaan. ... 86
4.11 Korelasi ... 87
4.12 Total Pengaruh Modal Inti Terhadap Pembiayaan ... 94
4.13 Total Pengaruh DPK Terhadap Pembiayaan ... 96
4.14 Total Pengaruh SBI Terhadap Pembiayaan ... 97
4.15 Total Pengaruh Kurs Terhadap Pembiayaan ... 99
4.16 Total Pengaruh Inflasi Terhadap Pembiayaan ... 100
4.17 Total Pengaruh Modal Inti DPK, SBI, KURS & Inflasi Terhadap Pembiayaan ... 101
4.18 Regresi Setelah Trimming ... 102
4.19 Uji F Setelah Trimming ... 102
4.20 Uji t Setelah Trimming ... 103
4.21 Pengujian antar variabel independen setelah trimming ... 104
Daftar Gambar
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 42
4.1 Modal inti ... 59
4.2 DPK ... 62
4.3 SBI ... 63
4.4 Kurs ... 67
4.5 Inflasi ... 70
4.6 Pembiayaan ... 73
4.7 Diagram Jalur ... 92
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendirian sebuah local saving bank yang beroperasi tanpa bunga di Desa Mit
Ghamir di tepi sungai Nil, Mesir, pada tahun 1960-an telah menjadi tonggak
berdirinya lembaga perbankan Islam modern pertama, bahkan lembaga keuangan
Islam modern pertama di dunia. Pesatnya pertumbuhan bank-bank Islam telah
mengilhami bank-bank konvensional untuk meniru dan menawarkan
produk-produk bank Islam.(Zainul Arifin, 2005:5)
Kemudian berkembangnya bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh
ke Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memasukan kemungkinan berdirinya
bank syariah dalam undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang
secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan dengan dasar
operasional bagi hasil. Secara rinci UU tersebut dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil.
Peraturan tersebut telah dijadikan dasar hukum beroperasinya bank syariah di
Indonesia yang menandai dimulainya era dual banking system di Indonesia.
Selama periode 1992 sampai dengan 1998, hanya terdapat satu bank umum
syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Pada tahun 1998 dikeluarkan UU No.10 Tahun 1998, sebagai amandemen
dari UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang memberikan landasan yang
kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah sebagai bagian dari sistem
perbankan nasional. Kemudian pada tahun 1999 dikeluarkan UU No.23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia, yang memberikan kewenangan bagi Bank
Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.
Menurut Laporan Bank Indonesia, jumlah bank syariah yang beroperasi dari
tahun 1998 meningkat cukup signifikan. Selama tahun 2009 jumlah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami
penambahan 5 Bank Umum Syariah (BUS) 26 Unit Usaha Syariah (UUS) dan
133 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sehingga pada akhir tahun 2009
terdapat 6 BUS, 25 UUS dan 138 BPRS. Sejalan dengan hal tersebut, jaringan
kantor bank syariah, termasuk layanan syariah juga menunjukan peningkatan
menjadi 1140 kantor dan 1929 layanan syariah. Data perkembangan lembaga
Tabel 1.1
Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah
Sumber : Bank Indonesia
Tabel I.1 terlihat perkembangan jumlah lembaga perbankan syariah
mengalami peningkatan yang pesat dari tahun ketahun.
Kinerja Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS)
sepanjang tahun 2009 cukup pesat dengan pertumbuhan laba mencapai 83%. Jika
pada tahun 2008 laba bank syariah hanya mencapai Rp 432 miliar, maka per
September 2009 laba bank syariah sudah mencapai Rp 791 miliar. Demikian data
Statistik Perbankan Syariah yang dikutip Detik Finance dari situs Bank Indonesia,
Selasa (2/2/2010).
Sebagaimana dengan bank konvensional, bank syariah juga memiliki peranan
sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan kelompok masyarakat
dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan syariah
dengan angka pertumbuhan sebesar 37,7%. Tingginya pertumbuhan DPK ini
disebabkan oleh ketatnya likuiditas yang memaksa pelaku usaha termasuk
lembaga keuangan untuk menahan dana mereka. Kondisi ketatnya likuiditas ini
juga mempengaruhi perilaku masyarakat yang relatif menahan konsumsi mereka,
sehingga ada kecenderungan pemeliharaan dana yang berdampak pada
peningkatan DPK perbankan syariah. Disamping itu peningkatan DPK ini
dipengaruhi pula oleh return bank syariah yang cukup bersaing seiring dengan
adanya kebijakan penurunan suku bunga diperbankan konvensional. Kemudian
dari sisi pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah selama tahun 2009
mencapai nilai Rp 46,9 triliun, bertumbuh 22,74% (yoy) mengalami perlambatan
dibandingkan dengan pertumbuhan pembiayaan tahun 2008 sebesar 36,70%.
Walaupun demikian pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank syariah lebih baik
dibandingkan dengan kredit yang diberikan bank konvensional nasional yang
hanya bertumbuh 9,96%. Jenis pembiayaan masih didominasi oleh murabahah
yaitu sebesar 56,8%. (Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2009)
Mohamad Hasyim Asy’ari (2004:4) menyatakan dalam tesisnya bahwa
kinerja dan kelangsungan usaha bank yang berdasarkan pada prinsip syariah
tergantung pada manajemen bank untuk menjaga kualitas terhadap penanaman
dana (pembiayaan). Kualitas penanaman dana yang baik akan menghasilkan
keuntungan, sehingga kinerja bank yang berdasarkan prinsip syariah akan
membawa pengaruh menurunnya kinerja bank yang pada akhirnya dapat
mengancam kelangsungan usaha bank yang berdasarkan syariah.
Memperhatikan fungsi pokok perbankan sebagai lembaga yang memiliki
fungsi intermediasi keuangan/dana dan manfaat yang besar bagi sektor riil oleh
karena itu peningkatan peranan perbankan sangat diperlukan untuk meningkatkan
volume usaha sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan merupakan indikator utama
untuk perkembangan/pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional,
sehingga perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi besarnya
jumlah pembiayaan yang disalurkan kemasyarakat oleh perbankan syariah (Pratin
dan Akhyar, 2005:35)
Terkait kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan, tentunya bank
syariah menghadap faktor pendukung dan faktor penghambat yang berasal dari
internal ataupun eksternal. Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh adalah
kondisi makroekonomi.
Menurut Adiwarman Karim (2004) dalam Tony Hidayat (2007:2) pada teori
bejana berhubungan mengungkapkan bahwa kebijakan moneter konvensional
akan mempunyai pengaruh terhadap perbankan syariah misalnya tingkat suku
bunga SBI. Ari Cahyono (2009) menemukan bahwa SBI berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan yang berarti bahwa setiap kenaikan suku bunga SBI akan
Kurs atau nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara terhadap
negara lain. Oleh karena itu kurs merupakan salah satu alat pengukur kondisi
makroekonomi terhadap suatu negara, sebab menunjukan kemampuan relatif
perekonomian suatu negara terhadap negara lainnya. Pada saat ini barometer
untuk mengukur kekuatan mata uang dunia adalah US Dollar (dolar Amerika).
Rossar Maries (2008) dalam tesisnya membuktikan adanya pengaruh nilai tukar
Rupiah terhadap pembiayaan yang disalurkan bank syariah.
Inflasi menjadi salah satu indikator makroekonomi yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Inflasi sangat mempengaruhi aktivitas pelaku ekonomi
baik itu di sektor riil ataupun di sektor keuangan seperti sektor perbankan maupun
di sektor moneter. Gejolak inflasi yang signifikan akan mengganggu kestabilan
perekonomian. Dampak adanya inflasi yang tinggi pun akan merugikan banyak
golongan masyarakat diantaranya bagi dunia usaha, sebagai produsen barang dan
jasa, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Namun bila inflasi menyebabkan naiknya
biaya produksi sehingga pada akhirnya akan merugikan produsen, maka produsen
akan enggan untuk melanjutkan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu atau bahkan apabila tidak sanggup mengikuti
laju inflasi produsen tersebut mengalami kerugian. Sehingga akan berdampak
pada kinerja keuangannya secara umum.
Dampak inflasi lebih lanjut akan menyebabkan tingginya risiko default.
Jika pembiayaanya berdasarkan akad bagi hasil dimana jika pihak debitor
mengalami kerugian usaha maka kerugian ini juga ditanggung oleh bank syariah
(risk sharing) jika jenis pembiayaanya adalah akad jual beli (murabahah) maka
tingginya inflasi akan menyebabkan produk pembiayaan syariah secara umum
menjadi relatif lebih mahal. Tingginya risiko pembiayaan akan menyebabkan
berkurangnya penyaluran pembiayaan bank syariah pada sektor riil.
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuan
menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar, dengan masa
pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan
masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat
berbuat apa-apa, atau dengan kata lain, bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
Menurut Muhammad (2005:52) pembiayaan yang disalurkan bank syariah sangat
bergantung pada besaran dana yang tersedia, baik yang berasal dari pemilik
berupa modal (sendiri, termasuk cadangan) serta dana dari masyarakat luas/Dana
Pihak Ketiga (DPK). Jadi semakin besar funding suatu bank akan meningkatkan
potensi bank yang bersangkutan dalam penyediaan pembiayaan.
Permasalahan-permasalahan di atas mendorong minat penulis untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memberi pengaruh
terhadap pembiayaan yang disalurkan pada Bank Muamalat Indonesia. Dipilihnya
Bank Muamalat Indonesia sebagai objek penelitian karena didasarkan oleh
beberapa pertimbangan. Sebagaimana diketahui Bank Muamalat Indonesia adalah
menjadi trend dunia perbankan nasional maupun internasional, Bank Muamalat
Indonesia yang menjalankan konsep bagi hasil yang fair dan nyata telah
menggerakkan sektor riil dengan teruji, yakni dikala krisis ekonomi dan moneter
melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, Bank Muamalat Indonesia telah
membuktikan ketangguhannya. Hal ini patut dibanggakan, karena disaat beberapa
bank konvensional berguguran, Bank Muamalat Indonesia luput dari likuidasi,
tidak terkena kasus BLBI, dan sama sekali tidak membebani BI sebagai bank
rekap.
Sejauh ini pertumbuhan kinerja bank syariah terbaik ini terus menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan aset tercatat sebesar 19,3 persen atau
naik dari Rp 12,59 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp 15,02 triliun pada tahun
2009. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) sebesar 21,84 persen dari Rp 10,07 triliun pada tahun 2008
menjadi Rp 12,27 triliun pada tahun 2009. Pertumbuhan tersebut juga dialami
oleh pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 7,42 persen dari Rp 10,51
triliun di tahun 2008 menjadi Rp 11,29 triliun di 2009.
Penelitian dilakukan pada Bank Muamalat Indonesia periode September 2003
sampai September 2009 dengan pertimbangan bahwa pembiayaan yang
disalurkan Bank Muamalat terus mengalami peningkatan selama 6 tahun yakni
dari tahun 2003 sampai dengan 2009. Pada bulan september 2003, jumlah
pembiayaan yang telah disalurkan yaitu Rp 2,07 triliun sedangkan di akhir bulan
Melihat hal-hal diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran
pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia yang perkembangannya makin cepat
dengan demikian layak untuk diteliti. Jika tidak ada penelitian tentangnya
dikhawatirkan pelaksanaan penyaluran pembiayaan Bank Muamalat Indonesia ke
masyarakat yang sangat penting berkontribusi bagi perekonomian ini ketika
terjadi kendala yang menghambat penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia tidak dapat diketahui penyebab sebenarnya, sehingga tidak mampu
untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi masalah yang ada.
Tentunya hal ini sangat penting bagi jajaran manajemen dan pengurus bank
untuk tetap menjaga kualitas penanaman dana (pembiayaan) yang baik. Dalam hal
ini, peneliti mencoba mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi
penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Maka Peneliti memilih
judul “Analisis Pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI,
Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap Pembiayaan yang disalurkan.
2. Berapa pengaruh langsung dan tidak langsung Modal Inti, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap
Pembiayaan yang disalurkan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini terutama
bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga
SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi terhadap pembiayaan yang
disalurkan.
2. Menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Modal Inti, Dana Pihak
Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Inflasi
terhadap pembiayaan yang disalurkan.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni
manfaat akademis maupun praktis.
1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat
a. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
b. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran
dan bahan kajian penelitian.
2. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat:
a. Kalangan perbankan syariah sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
mengantisipasi berbagai eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi
kinerja bank syariah
b. Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat
yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya di perbankan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Mengenal Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan
pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah
lembaga keuangan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank
Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam.
(Muhammad, 2005: 1)
2. Falsafah Operasional Bank Syariah
Setiap lembaga keuangan syariah, mempunyai falsafah mencari keridhaan
Allah SWT untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena
itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari
tuntunan agama, harus dihindari. (Muhammad, 2000: 63).
a. Menjauhkan diri dari unsur riba , caranya :
1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara
pasti keberhasilan suatu usaha (QS. Luqman : 34);
2) Menghindar penggunaan sistem persentasi untuk pembebanan biaya
mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutang/simpanan
tersebut hanya karena berjalannya waktu. (QS. Ali Imran : 130);
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang
ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh
kelebihan baik kuantitas maupun kualitas. (HR. Muslim, Bab Riba No.
1551 s/d 1567);
4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan
atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara
sukarela. (HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 s/d 1572)
b. Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Dengan mengacu pada QS. Al Baqarah ayat 275 dan QS. An Nisa ayat
29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar
sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya
pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan
muamalah berlaku prinsip ada barang/jasa uang dengan barang, sehingga
akan mendorong produksi barang/jasa, mendorong kelancaran arus
barang/jasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan
inflasi. (Muhammad, 2005: 3)
3. Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Persoalan bunga bank yang disebut sebagai riba telah menjadi bahan
perdebatan di kalangan pemikir dan fiqh Islam. Tampaknya kondisi ini tidak
masa ke masa. Untuk mengatasi persoalan tersebut, sekarang umat Islam telah
mencoba mengembangkan paradigma perekonomian lama yang akan terus
dikembangkan dalam rangka perbaikan ekonomi umat dan peningkatan
kesejahteraan umat. Realisasinya adalah berupa operasinya bank-bank Islam
di pelosok bumi ini, dengan beroperasi tidak mendasarkan pada bunga, namun
dengan sistem bagi hasil.
Sistem bunga dan bagi hasil sekilas terlihat sama karena keduanya
memberikan keuntungan bagi pemilik dana namun memiliki perbedaan yang
sangat nyata.
Muhamad Syafi’i Antonio (hal 60:2001) membedakan sistem bunga dan
bagi hasil dilihat dari penentuan pada akad, besar persentase, pembayaran,
jumlah pembayaran, dan eksistensinya pada beberapa keyakinan/agama.
Tabel 2.1
Perbedaan Bunga Dan Bagi Hasil
BUNGA BAGI HASIL
Akad Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
Penetuan besarnya
rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan
Besar presentase bagi hasil
berdasarkan jumlah
keuntungan yang diperoleh Mekanisme
pembayaran
Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah
pendapatan
Jumlah Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat atau
keadaan ekonomi booming
Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah Sumber : Muhamad Syafi’i Antonio (hal 60:2001)
4. Pembiayaan Dalam Bank Syariah
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2003:160) pembiayaan merupakan
salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan bank syariah
dalam melaksanakan operasinya secara garis besar dapat dibedakan ke dalam
4 kelompok sebagai berikut :
a. Prinsip jual beli
b. Prinsip bagi hasil
c. Prinsip sewa menyewa
d. Prinsip pinjam-meminjam berdasarkan akad qardh. (Dahlan Siamat,
2005:423)
a. Dalam penerapan prinsip syariah terdapat 3 jenis prinsip jual beli yang
banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan
modal kerja dan produksi, yaitu ba’i al murabahah, ba’i as-salam, dan ba’i
al istishna. (Dahlan Siamat, 2005:423)
1) Murabahah adalah transaksi dimana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah
In brief, murabahah is a sale and purchase contract by stating the
buying price of the transaction object, and the profit margin
mutually agreed by both the seller and buyer. (Adiwarman A. Karim, 2005:113)
Menurut Heri Sudarsono (2004:62) murabahah adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dengan nasabah.
2) Salam adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari,
sedangkan pembayaran dilakukan dimuka. (Muhammad Syafi’i
Antonio, 2001:108).
Salam is a sale and purchase transaction whereby the project or
property transaction is yet to exist. The object delivery is usually
deffered, while the payment is made in chase. The bank as a seller,
while the client a seller. At first blush, this seems to resemble a
transaction of ijon (advance selling); however, under a salam
transaction, the quantity, quality, price, and time of delivery must be
fixed and predetermined. (Adiwarman A. Karim, 2005:99)
3) Istishna pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dengan cara tunai, cicil, atau ditangguhkan. Untuk melaksanakan
skim istishna kontrak dilakukan di tempat pembuat barang penerima
pesanan dari pembeli. (Dahlan Siamat, 2005:426)
Isthina’s products are smiliar to salam products exept that under the
letter, payments by the bank can be made in several installments.
Islamic banking under the istishna’s scheme is usually applicable in
the financing of manufacturing and construction ventures.
(Adiwarman A. Karim, 2005:100)
b. Prinsip bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan syariah terdiri dari
empat jenis akad, yaitu : al-mudharabah, al-musyarakah, al-muzara’ah, dan
al-musaqah. Namun yang banyak diimplementasikan dalam perbankan
syariah adalah dua prinsip bagi hasil pertama, yaitu al-mudharabah dan
al-musyarakah.
1) Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana atau keahlian dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dari resiko akan ditanggung sesuai dengan
Istilah lain musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Secara
etimologi syirkah berarti percampuran, yakni bercampurnya satu dari
dua harta dengan harta lainnya tanpa dapat dibedakan antar
keduanya. (Rahmat Syafei, 2001:183).
Musyarakah transactions are based upon the desire of contracting
parties to jointly increase the values of their assets. Musyarakah
encompasses all forms of business undertaking whereby two or more
parties combine resources, be it tangible or intangible assets alike.
(Adiwarman A. Karim, 2005:102)
2) Mudharabah atau qiradh secara bahasa diambil dari kata al-qhardu
yang berarti al-qath’u yang berarti potongan, sebab pemilik
memberikan potongan dari hartanya untuk diberikkan kepada
pengusaha agar menggunakan harta tersebut, dan pengusaha akan
memberikan potongan dari laba yang diperoleh, sedangkan secara
istilah mudharabah atau qiradh adalah akad kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama atau pemilik dana menyediakan
seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. (Heri
Sudarsono, 2004:95)
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih
pengelola dengan suatu perjanjian keuntungan. (M. Arief Mufraini,
2008:56)
Mudharabah is a form of joint venture of two or more parties
whereby the capital owner (shahib al-maal) entrusts capital to the
manager (mudharib) under a profit sharing agreement. (Adiwarman A. Karim, 2005:103)
Secara umum mudharabah ada dua, yaitu mudharabah muthlaqah
dan mudharabah muqayyadah. Mudharabah muthlaqah yaitu bentuk
kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan
daerah bisnis. Sedangkan mudharabah muqayyadah yaitu kerjasama
antara shahibul maal dan mudharib dibatasi dalam jenis usaha,
waktu dan tempat usaha. (Heri Sudarsono, 2004:97).
c. Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dan penyewa yang
membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan
membayar sewa sesuai dengan persetujuan bersama. Persetujuan ini termasuk
pula jangka waktu pembayaran dan jumlah angsuran. (Herman Darmawi,
Basically, ijarah is defined as the right to utilize a product or service by
means of paying certain compensation. (Adiwarman A. Karim, 2005:136).
d. Bank Indonesia mendefinisikan qardh sebagai penyediaan dana atau
tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak
peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka
waktu tertentu. (Dahlan Siamat, 2005:432).
B. Dana pihak ketiga
Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank yang biasa disebut
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasional bank. Dana pihak ketiga ini relatif lebih mudah dan dominan asalkan
dapat memberikan bunga dan fasilitas yang menarik bagi masyarakat (Kasmir
2002:63). Pembagian simpanan pihak ketiga kedalam beberapa jenis
dimaksudkan agar para penyimpanan memiliki pilihan sesuai dengan tujuan
masing masing. Tiap pilihan mempunyai pertimbangan tertentu dan adanya suatu
pengharapan yang ingin diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat
berupa keuntungan, kemudahan, dan keamanan (Kasmir, 2004:64).
Menurut Zainul Arifin (2002:47) Bank syariah dapat menarik Dana Pihak
1. Titipan (Wadi’ah), yaitu simpanan yang dijamin keamanan dan
pengembaliannya (guaranteed deposit) tetapi tanpa memperoleh imbalan
atau keuntungan;
2. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko (non guaranteed account)
untuk investasi umum (general investment account/mudharabah mutlaqah)
dimana bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional
dengan portofolio yang didanai dengan modal tersebut;
3. Investasi khusus (special investment account/mudharabah muqayyadah)
dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee;
jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil
risiko atas investasi tesebut.
C. Modal inti
Menurut Zainul Arifin (2002) secara tradisional, modal didefinisikan
sebagai sesuatu yang mewakili kepentingan pemilik dalam suatu perusahaan.
Berdasarkan nilai buku, modal didefinisikan sebagai kekayaan bersih (net worth)
yaitu selisih antara nilai buku dan aktiva dikurangi dengan nilai buku dari
kewajiban (liabilities). Pada suatu bank, sumber perolehan modal bank dapat
diperoleh dari beberapa sumber. Pada awal pendirian, modal bank diperoleh dari
para pendiri dan para pemegang saham. Pemegang saham menempatkan
modalnya pada bank dengan memperoleh hasil keuntungan di masa yang akan
Sri Sulad Hardanto (2006:8) modal adalah investasi dari pemegang saham
bank, dan dapat diukur dari nilai yang tercatat dineraca. Modal yang mencukupi
merupakan sumber daya yang penting bagi bank untuk memastikan solvency.
Modal bank adalah satu-satunya sumber dana yang dapat menyerap kerugian
karena tidak harus dibayar kembali.
Rimsky K Judisseno (2005:131) Modal inti adalah modal sendiri, yaitu
dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada
umumnya dana modal inti terdiri dari :
1. Modal yang disetor oleh para pemegang saham; sumber utama dari modal
perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik
menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk
penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan
mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
2. Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai
akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Modal sumbangan, adalah modal yang diperoleh kembali dari sumbangan
saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dan harga jual apabila saham
tersebut dijual. Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh
bank yang berbentuk hukum koperasi juga termasuk dalam pengertian modal
D. Inflasi
1. Definisi Inflasi
Menurut Sadono Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga
secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode
lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga
pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Menurut
Husein Umar (2008:97) inflasi adalah tingkat kenaikan harga umum secara
terus menerus dalam periode tertentu, Menurut Muana Nanga (2005), inflasi
adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara
terus-menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin
melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata
uang suatu negara. (Khalwaty, 2000:5).
Dari definisi tersebut, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu sebagai berikut:
a. Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada
harga periode sebelumnya. Perbandingan tingkat harga bisa dilakukan
dengan jarak waktu yang lebih panjang: seminggu, sebulan, triwulan, dan
setahun.
b. Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika
mangalami kenaikan. Contohnya adalah kenaikan harga BBM, karena
BBM merupakan komoditas yang sangat strategis maka kenaikan harga
BBM akan merdampak kepada kenaikan harga komoditas lainnya. Bahkan
kenaikan BBM akan mengundang kaum buruh menuntut kenaikan upah
harian untuk memelihara daya beli mereka
c. Berlangsung Terus-Menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan
inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Oleh karena itu, perhitungan inflasi
minimal dilakukan dalam rentang waktu bulanan. Sebab dalam waktu
sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga tersebut bersifat umum dan
terus-menerus.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berangsung secara terus-menerus
dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. (Wikipedia, 2007).
2. Jenis-jenis Inflasi
a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10%
setahun.
b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-30%
setahun.
c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-100%
setahun.
d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas 100%
setahun.
Berdasarkan kepada sumber atau penyebabnya kenaikan harga-harga
berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran-pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya
produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
Inflasi ini terurtama berlaku dalam masa perekonomian berkembang
dengan pesat ketika pengangguran adalah sangat rendah. Apabila
mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji
dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
c. Inflasi Diimpor
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga
barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam
negeri. Inflasi ini akan ada apabila barang-barang impor yang mengalami
kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
pengeluaran-pengeluaran perusahaan.
3. Efek Buruk Inflasi
Menurut Sadono Sukirno (2004: 338), efek-efek buruk dari inflasi yaitu
sebagai berikut :
a. Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif
sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya
Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak
dapat bersaing di pasaran internasional, selanjutnya ekspor akan menurun.
Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai
akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih
banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti oleh impor
yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang
asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
b. Inflasi dan kemakmuran rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, inflasi
juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.
c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan
tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga.
Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang
berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.
d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di
bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riinya akan menurun apabila inflasi
berlaku.
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi
kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Juga sebagian
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan
demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan
berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang
akan menjadi semakin tidak merata
4. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Sadono Sukirno (2004:354) Kebijakan yang mungkin dilakukan
pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:
a. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
b. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi
kredit.
c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi
pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan
E. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
1. Suku Bunga
Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati
dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di surat kabar.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004) Bunga adalah pembayaran yang
dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang
dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang
dipinjamkan.
Menurut Sadono Sukirno (2004:103) Suku bunga adalah Persentasi
pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang
disisihkanya. Dan merupakan persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para
peminjam dana.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suku
bunga adalah suatu harga atau biaya yang diberikan peminjam atau pihak yang
memiliki kekurangan dana kepada pihak yang meminjamkan dana atau memiliki
kelebihan dana atas penggunaan dana tersebut pada jarak waktu tertentu. Dengan
kata lain, orang yang diberi kesempatan meminjam harus membayar biaya atas
pinjamannya tersebut. Biaya peminjaman, diukur dalam rupiah per tahun per
Rupiah yang dipinjam, adalah suku bunga.
Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal dan harga yang dibayar
(umumnya, setahun). Dalam bagian ini, dibahas dua teori penentuan suku bunga
yang paling berpengaruh yaitu: teori Fisher, yang mendasari loanable funds
theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.
a. Pendekatan Klasik Fisher
Irving Fisher telah menganalisis penentuan tingkat suku bunga dalam
ekonomi dengan mempelajari mengapa orang-orang menabung (mengapa
mereka tidak mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa
orang lain yang meminjam. Di sini dibahas teori Fisher dalam konteks
sebuah perekonomian yang sangat sederhana. Perekonomian tersebut
hanya terdiri dari para individu yang melakukan konsumsi dan menabung
penghasilan berjalan mereka, perusahaan-perusahaan yang meminjam
penghasilan yang tidak dikonsumsi dan berinvestasi;suatu pasar tempat di
mana para penabung memberi pinjaman sumber daya kepada para
peminjam, dan proyek-proyek tempat perusahaan berinvestasi. Suku
bunga atas pinjaman tersebut tidak mengandung premi bagi risiko
kegagalan (default risk) karena perusahaan-perusahaan peminjam
diasumsikan akan mampu memenuhi semua kewajibannya. (Sadono
Sukirno, 2004: 204)
b. Pendekatan Keynes
Keynes menantang pandangan ekonom klasik, bahwa tingkat bunga
tidak menentukan besar kecilnya investasi maupun tabungan masyarakat.
secara langsung oleh tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Terutama
untuk tabungan, menurut Keynes, orang akan menabung jika orang
tersebut memiliki kelebihan uang (marginal prospensity to save) yaitu
pendapatannya di atas kebutuhan konsumsinya. Sehingga Keynes yakin
bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat tabungan
masyarakat. Demikian juga halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan
bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat investasi,
walaupun diakui bahwa adalah salah satu pertimbangan untuk investasi
adalah tingkat bunga. (Rimsky K Judisseno, 2005: 83)
2. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga
atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan
diskonto. SBI pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama
untuk menciptakan suatu instrument pasar uang yang hanya diperdagangkan
antar bank. Namun setelah dikeluarkannya kebijakan yang memperkenankan
bank-bank menerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971, dengan terlebih
dahulu memperoleh izin dari bank Indonesia, maka SBI tidak lagi diterbitkan
karena sertifikat deposito dianggap akan dapat menggantikan SBI. Oleh
karena itu, SBI sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun.
Namun sejalan dengan berubahnya pendekatan kebijaksanaan moneter
Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrument operasi pasar terbuka,
terutama untuk tujuan kontraksi moneter.(Dahlan Siamat:2004)
F. Nilai Tukar Rupiah
Menurut Adiwarman A. Karim (2006:157) exchange rates (nilai tukar uang)
atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan
(quatation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata
uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang
domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat
harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam
berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang
melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004) Nilai Tukar valuta asing adalah
harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain.
Menurut Gregorie Mankiew (2007) Exchange rate is the rate at which a
country makes exchanges in world markets.
Menurut Kuncoro (2008) Kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah rupiah yang
diperlukan untuk membeli satu US$ (US Dollar).
Menurut Sadono Sukirno (2004:397) kurs (nilai tukar) valuta asing adalah
Jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
Nilai tukar suatu mata uang didefinisikan sebagai harga relatif dari suatu mata
uang terhadap mata uang lainnya. Menurut Bank Indonesia (2003) pada dasarnya
terdapa tiga system nilai tukar, yaitu:
1. Fixed exchange rate (sistem nilai tukar tetap)
2. Managed floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang terkendali)
3. Floating exchange rate (sistem nilai tukar mengambang)
Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap
mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misalnya nilai tukar rupiah terhadap
mata uang dolar Amerika adalah Rp 8000 per dolar. Pada nilai tukar ini bank
sentral akan siap untuk menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk
mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak
lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi atau
revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.
Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai
dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan
demikian, nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan penawaran diatas
permintaan, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan
permintaan diatas penawaran yang ada dipasar valuta asing.
Selain kedua sistem nilai tukar tersebut diatas, terdapat variasi system nilai
tukar mengambang terkendali ini, nilai tukar ditentukan sesuai dengan mekanisme
pasar sepanjang dalam intervention band yang ditetapkan bank sentral.
G. Penelitian Terdahulu
Pratin dan Akhyar Adnan (2005) meneliti tentang Analisis Hubungan
Simpanan, Modal Sendiri, Non Performing Finance, Persentase Bagi Hasil dan
Mark up Keuntungan terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah Studi Kasus
pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana hubungan simpanan, modal sendiri, NPF, persentase
bagi hasil dan markup keuntungan terhadap besarnya pembiayaan pada
perbankan syariah. Perhitungan dan interpretasi dari analisis data dilakukan
dengan bantuan program aplikasi komputer. Pengujian hipotesis menggunakan
metode analisis uji-t. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini
adalah simpanan mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap
pembiayaan sementara variabel yang lain tidak mempunyai hubungan yang
signifikan.
Rosaar Maries (2008) meneliti mengenai dampak fluktuasi variabel ekonomi
makro terhadap DPK yang dihimpun dan penyaluran pembiayaan pada perbankan
syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
respon yang ditimbulkan oleh fluktuasi variabel-variabel ekonomi makro terhadap
DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan. Data-data yang digunakan
adalah data time series dari 2003-2007 yang berasal dari statistik perbankan
autoregression (VAR). Metode ini umumnya digunakan untuk mempelajari
dinamika variabel tertentu setelah terjadi shock atau perubahan pada
perekonomian. Analisis yang lebih ditekankan pada penelitian ini adalah impuls
response function dan varance decomposition. Kedua analisis tesebut berguna
untuk mempelajari perilaku shock suatu variabel dan variabel manakah yang
paling dominan menjelaskan variabel yang lain. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang kecil terhadap DPK
yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Dan
masing-masing variabel ekonomi makro tidak mempunyai pengaruh yang
dominan terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan.
Nurhayati Siregar (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran dana perbankan syariah. Sebagaimana pengalaman bank konvensional
ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran dana yakni Dana Pihak
Ketiga (DPK), Bonus SWBI, dan Pembiayaan bermasalah/ Non Performing
Financing (NPF). Dengan menggunakan analisis regresi, penelitian ini menunjukan bahwa variabel bonus SWBI berpengaruh positif tapi tidak
signifikan terhadap penyaluran dana. Artinya, bila bonus SWBI naik maka bank
syariah tidak membeli SWBI tetapi tetap menyalurkan dananya kemasyarakat.
Sementara variabel DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran
dana. Artinya kenaikan DPK akan menyebabkan naiknya penyaluran dana bank
syariah dan sebaliknya penyaluran dana akan turun bila jumlah DPKnya akan
penyaluran dana. Artinya kenaikan NPF akan menyebabkan penyaluran dana
berkurang atau sebaliknya menurunnya jumlah NPF akan menaikan jumlah
penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat.
Luh Gede Meydianawathi (2007) meneliti tentang Analisis Perilaku
Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002--2006).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel terhadap
penawaran kredit investasi dan modal kerja bank umum secara parsial dan
serempak kepada sektor UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan
adalah ordinary least square, dilanjutkan dengan uji signifikansi secara parsial
dan serempak melalui uji t dan uji F. Hasil penelitian dalam kurun waktu Januari
2002 - Pebruari 2006 memperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, pulihnya
kepercayaan terhadap sistem perbankan dengan adanya program penjaminan
pemerintah telah mendorong kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK). Selain itu,
program rekapitalisasi perbankan mampu mengatasi permasalahan modal dan
rentabilitas bank (yang tercermin dalam rasio CAR dan ROA) serta non
performing finance (NPFs) yang berhasil ditekan telah meningkatkan kemampuan
bank umum dalam menyalurkan kredit investasi dan modal kerja kepada sektor
UMKM di Indonesia. Kedua, secara serempak variabel-variabel DPK, ROA,
CAR, dan NPFs berpengaruh nyata dan signifikan terhadap penawaran kredit
investasi dan kredit modal kerja bank umum kepada sektor UMKM di Indonesia.
Ketiga, secara parsial variabel DPK, ROA, dan CAR berpengaruh positif dan
kepada sektor UMKM di Indonesia. Sebaliknya, NPFs berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap penawaran kredit investasi dan modal kerja Bank Muamalat
Indonesia kepada sektor ini.
Francisca (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Internal Bank terhadap
Volume Kredit pada Bank yang Go Public di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal bank untuk volume kredit
perbankan yang go public di Indonesia. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor
internal bank sebagai variabel independen dan volume kredit sebagai variabel
dependen. Faktor-faktor internal bank diukur dengan dana pihak ketiga (X1),
rasio kecukupan modal (X2), pengembalian aset (X3) dan non performing finance
(X4). Penelitian ini menggunakan metode asosiatif. Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara penampang dan time
series bahwa dari 3 tahun mendapat laporan tahunan dari 22 bank yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Metode analisis digunakan metode
statistik yaitu regresi linear ganda, uji t dan F test. T tes digunakan untuk analisis
parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F
digunakan untuk analisis secara simultan variabel independen terhadap variabel
dependen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dana pihak ketiga dan laba
atas aset memiliki pengaruh positif dan signifikan untuk volume kredit, hal itu
menunjukkan, dari mulai t arithmethic> t tabel (28.885> 1.999 dan 2.583> 1.999)
dengan signifikansi 0.000 dan 0,12 yang kecil dari 0,05. Rasio kecukupan modal
menunjukkan dari t arithmethic> t tabel (0.727 <1.999) dengan signifikansi
0.470> 0,05. Non performing finance (NPF) telah negatif dan tidak signifikan
mempengaruhi volume kredit, hal itu menunjukkan dari t arithmethic> t tabel
(1.706 <1.999) dengan signifikansi 0.093> 0,05. Hasil uji F menunjukkan F
arithmethic> F tabel dengan signifikansi 0.000 <0,05. Dari hasil analisis, dapat
mengambil kesimpulan bahwa dana pihak ketiga, rasio kecukupan modal, laba
atas aset dan Non Performing Finance memiliki pengaruh simultan volume
kredit.
Ari Cahyono (2009) meneliti tentang Pengaruh Indikator Makroekonomi
Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Penelitian
ini bertujuan utuk menganalisa pengaruh indikator makroekonomi (suku bunga
SBI, kurs, inflasi, IHSG dan PDB) terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan
Bank Syariah Mandiri. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa indikator makroekonomi
memberikan pengaruh terhadap DPK dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri,
dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs,
IHSG dan PDB memberikan pengaruh yang positif. Berdasarkan penelitian
dengan metode yang sama menunjukkan bahwa PDB memberikan pengaruh
positif yang paling besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data
kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah
diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya
dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitian yang berbeda.
Setelah peneliti mengumpulkan beberapa jurnal, skripsi dan tesis, peneliti
mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian membuat
paradigma penelitian yang berbeda dimana pada penelitian ini menggunakan path
analysis.
Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan
data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti merupakan
salah satu dari kelompok jenis bank umum syariah, yaitu Bank Muamalat
Indonesia. Variabel yang diteliti adalah Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK),
Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Inflasi dan pembiayaan yang
disalurkan (PYD). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen
adalah Modal Inti, Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku Bunga SBI, Nilai Tukar
Rupiah (Kurs), dan Inflasi. Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen
adalah pembiayaan yang disalurkan (PYD).
Sumber data variabel-variabel penelitian diperoleh dari website Bank
Indonesia yakni dari Statistik Perbankan Syariah dan Statistik Keuangan
didapatkan dari Statistik Keuangan Indonesia. Sedangkan untuk variabel modal
inti, DPK, dan pembiayaan yang disalurkan diperoleh dari Statistik Perbankan
Syariah.
Sebelum melakukan analisis, peneliti merubah variabel Modal Inti, Dana
Pihka Ketiga, SBI, Kurs dan Pembiayaan yang Disalurkan ke dalam bentuk Ln
agar angka nominal variabel tersebut tidak terlalu besar. Menurut Jonathan
Sarwono (2007) langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur
persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk. Setelah
memperolah struktur persamaan dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian
menggunakan analisis jalur. Kemudian data diolah dengan menggunakan
Software SPSS 17. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, besarnya R
Square, besarnya pengaruh antara variabel independent terhadap variabel
dependent, serta pengaruh langsung dan tidak langsung. Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti bentuk
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pembiayaan SBI
Bank Muamalat Indonesia Kebijakan Moneter
Koefisien Determinasi
Nilai Tukar Rupiah
Modal Inti
Interpretasi Bank Indonesia
Analisis Jalur
Hubungan langsung dan tidak langsung
Uji F Uji t
H. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesisis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Modal Inti,
Dana Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (kurs)
dan Inflasi terhadap pembiayaan yang disalurkan.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah (kurs) dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam
penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh Modal Inti, Dana
Pihak Ketiga (DPK), Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap
pembiayaan yang disalurkan. Penelitian ini dilakukan pada Bank Muamalat
Indonesia periode 2003:09-2009:9.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan convience sampling, yaitu anggota
sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak
menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif. (Abdul Hamid, 2007:30).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
berasal dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun luar Bank Muamalat
Indonesia (BMI), sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia)
dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut berupa laporan keuangan