• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan redaksional surat kabar Republika dalam penulisan berita pada rubrik Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan redaksional surat kabar Republika dalam penulisan berita pada rubrik Internasional"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh

Ahmad Zakaria

NIM: 106051101914

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Penerbitan pers khususnya surat kabar Republika, hampir semuanya menyediakan kolom atau rubrik untuk berita. Ini merupakan perwujudan dari institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Berita dalam penerbitan pers dapat berasal dari masyarakat luas dan wartawan yang meliput dan membuatnya. Kebijakkan redaksional itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa, karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan atau menuliskan suatu peristiwa, khususnya berita internasional.

Bagaimana kebijakan redaksional Republika dalam menentukan tulisan berita yang layak dan tidak layak dimuat pada rubrik internasional ?

Berita yang layak muat adalah berita yang mempunyai news value dan ada nuansa keumatannya, karena ini berdasarkan persetujuan redaktur internasional Republika. Sedangkan berita yang tidak layak muat adalah berita yang tidak mempunyai news value. Lalu berita internasional yang tidak layak muat, akan menjadi arisp saja.

Mengutip Sudirman Tebba, kebijakan redaksional merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk berita (internasional).

Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan adalah dengan pendekatan kualitatif. Yaitu penelitian yang melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian tersebut disimpulkan.

Dengan bantuan wawancara dengan pihak redaksi, didapatkan bahwa proses awal untuk mendapatkan berita internasional dikirim dari dua kantor beita langganan yaitu Ap dan reuters. Lalu berita diseleksi, mana berita yang layak muat dan tidak, kemudian diterjemahkan oleh reporter, setelah itu diedit lagi oleh redaktur internasional, setelah berita diedit kemudian oleh redaktur pelaksana, berita hasil editan akan dicek ulang sebelum masuk percetakan.

Dapat disimpulkan bahwa kebijakan redaksional Republika dalam penulisan berita pada rubrik internasional, akan lolos seleksi atau berita yang layak muat apabila berita tersebut mempunyai news value dan berpihak pada umat Islam.

(3)

ini. Shalawat dan salam tak lupa selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya.

Tiada kata yang dapat mewakili luapan hati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya berkat usaha dan doa, skripsi yang berjudul KEBIJAKAN REDAKSIONAL SURAT KABAR REPUBLIKA DALAM PENULISAN BERITA PADA RUBRIK INTERNASIONAL ini dapat rampung.

Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta bimbingan semua pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Orang tua tercinta, Bapak dan Ibu (Muhammad Salbani dan Sopiah) yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kalian. Amin. Serta kakak dan adikku Laila Masyitoh dan Hayati Hidayah, yang telah banyak membantu dan menghibur diri ini di kala penat.

2. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan penulisan serta arahan dan perhatian kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan,

(4)

Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum dan Drs. Studi Rizal L.K, MA, selaku Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Suhaimi, M. Si, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Rubiyanah, MA, selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu siap membantu dalam masalah akademik. Terima kasih atas segala bimbingan, do’a dan dukungannya.

5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada penulis. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis. Amin.

6. Segenap staff dan karyawan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 7. Ketua sidang skripsi bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA, sekertaris

sidang skripsi bapak Dr. Moh. Ali, penguji satu bapak Drs. H. Asep Usman Ismail, MA dan penguji dua Ibu Rubiyanah, MA. 8. Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar Republika

yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai. Selain itu, terima kasih kepada seluruh staf redaksi Surat Kabar

(5)

9. Teman-teman seperjuanganku di Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2006 : Abi, Yanti, Lisa, Deros, Jose, Aida, Puteri, Gesta, Eka, Ira, Mimi, Yuni, Jendral, Agung, Dzikri, Danang, Dirga, Rere, Yikki, Novita, Irham, Nina, Rara, Fitri, Edy, Ogi, Bend, Agnes, Jay, Baduy, Risni, Mahbub Terima kasih atas kerja sama yang solid selama ini, kalian sungguh luar biasa.

10.Sahabat-sahabat terbaikku : Aisyah, Hardi, Ina, Topan, Sona, Nday dan Deden. Terima kasih atas semangatnya dan motivasinya, semoga jadi sahabat selamanya.

11.Sahabat-sahabatku Shadow terkasih. Terima kasih atas canda, tawa, tangis, bantuan dan dorongan yang membuatku menjadi lebih berarti.

Dan kepada semua pihak yang telah langsung atau tidak langsung membantu penulis dalam menyelasaikan skripsi ini, semoga Allah membalas budi baik yang telah kalian berikan. Amin.

Jakarta, Juni 2010

Penulis.

(6)

DAFTAR GAMBAR……...……….…..vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...…………...1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………...….4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...5

D. Metodologi Penelitian….……….…...5

2.Konsep Kebijakan Media Massa...11

B. Ideologi Media………...12

C. Visi Misi Organisasi Media Massa...16

D. Berita...17

1. Pengertian Berita...17

2. Nilai Berita...20

3. Jenis Berita dan Konsep Berita...23

4. Proses Pencarian Berita dan Teknik Penulisan Berita...26

E. Pengertian Surat Kabar...29

BAB III PROFIL SURAT KABAR REPUBLIKA A. Sejarah serta Perkembangan Republika...30

B. Visi dan Misi Republika...32

C. Struktur Redaksi Surat Kabar Republika...34

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan...36

1. Proses Pengumpulan Naskah Berita...37

2. Proses Penyeleksian Naskah Berita...38

3.Proses Penyuntingan Naskah Berita...40

(7)

vi

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Surat kabar Republika adalah salah satu koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim di Indonesia pada 4 Januari 1993. Penerbitan tersebut sebagai upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya wartawan profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu.

“Harian Umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.”1 Nama Republika sendiri merupakan ide dari Presiden Soeharto, pada awalnya harian ini akan diberi nama “Republik”. Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan

publik. Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan

1

(9)

Republika menapaki usia 15 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan

seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu.

Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi Presiden dan seiring dengan surutnya kiprah ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. Walaupun berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi dan misi, namun, harus diakui ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk komunitas Muslim. Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT

Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk (Holding Company). Di bawah PT RMM, Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan pelanggan.

Republika pertama kali tampil dengan “Desain Blok”, hingga berhasil

memperoleh juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993. Tahun 1995 membuka situs surat kabar pertama di Indonesia. Tahun 1997, menjadi yang pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ). Republika juga sebagai koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Pada 31 Januari 2000, Republika menjadi koran pertama yang melakukan resizing. Pada umumnya koran

(10)

Republika juga menjadi koran pertama yang sejak awal menjadi perusahaan

terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Banyak keberhasilan yang telah diraih oleh Republika. Di antaranya melahirkan institusi sosial Dompet Dhuafa Republika, sebuah yayasan mandiri yang bergerak di bidang kemanusiaan.2

Telah diuraikan di atas, bahwa dalam memperjuangkan suatu media bukanlah hal yang mudah. Media tersebut harus siap bersaing dengan media lainnya. Media tersebut juga harus intens melakukan berbagai inovasi. Inovasi tersebut dapat berupa sajian dalam bentuk yang beragam. Salah satunya memberikan bonus perminggunya, rubrik menarik, ataupun low price, namun dengan content yang variatif. Dan dalam era globalisasi ini, para insan media juga berlomba untuk menyuguhkan ide dan informasi mereka lewat media cetak, salah satunya adalah surat kabar nasional Republika, yang menyugguhkan rubrik internasional.

Penerbitan pers khususnya surat kabar, hampir semuanya menyediakan kolom atau rubrik untuk berita. Ini merupakan perwujudan dari institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Berita dalam penerbitan pers dapat berasal dari masyarakat luas dan wartawan yang meliput dan membuatnya.3

Kebijakan redaksional itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa, karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan

2

Lampiran company profile Republika 3

(11)

redaksi, maka dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan atau menuliskan suatu peristiwa.

Pertama kebijakan redaksional merupakan proses pengambilan keputusan oleh tim redaksi tentang standar baku operasionalisasi pembuatan berita, khususnya pada pembuatan berita internasional, dimana intervensi positif sebagai suatu tim kerja atau working group dalam merumuskan berbagai keputusan terkait dengan prosedur dan mekanisme maupun nilai berita yang akan dimuat atau diterbitkan oleh Surat Kabar Republika. Kedua, bahwa ukuran penentuan nilai sebuah peristiwa/kegiatan yang memiliki nilai berita (Internasional), apabila secara realitas mengandung satu atau lebih unsur kelayakan sebagai berita internasional. Dengan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik untuk menulis sebuah skripsi yang berjudul ”KEBIJAKAN REDAKSIONAL SURAT KABAR REPUBLIKA DALAM PENULISAN BERITA PADA RUBRIK INTERNASIONAL”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar tidak terlalu luas dalam pengelolaan data, maka penelitian ini dibatasi pada kebijakan redaksional surat kabar Republika dalam penulisan berita internasional pada rubrik internasional.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:.

(12)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini terbagi dua, yaitu: a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui, apa yang dimaksud dengan kebijakan redaksional, bagaimana kebijakan itu dibuat, serta diterapkan pada rubrik yang ada dalam media tersebut.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khususnya, yaitu untuk mengetahui, menemukan, menjabarkan serta menganalisa kebijakan redaksional Surat Kabar Republika dalam penulisan berita pada rubrik internasional.

2. Manfaat dari penelitian ini juga terbagi dua, yaitu: a. Manfaat Akademis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana pertimbangan kebijakan redaksioanl Surat Kabar Republika dalam penulisan berita pada rubrik internasional.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktisnya, supaya penelitian ini bisa menjadi rujukkan penelitian yang juga membahas masalah kebijakan redaksional.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

(13)

deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.4

Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrument wawancara mendalam dan pengamatan.5 Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitan nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.6

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitan ini adalah Surat Kabar Republika. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah seputar kebijakan redaksioanl surat kabar Republika dalam penulisan berita pada rubrik internasional.

3. Teknik Pengumupulan Data

Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti mewawancarai lansung redaktur internasional, yaitu bapak Nur Hasan Murtiaji. Wawancara dilakukan pada tanggal 12 April 2010, di kantor Republika. Wawancara tersebut peneliti butuhkan agar mendapatkan data atau informasi yang akurat. Sedangkan studi pustaka, peneliti dapatkan dari buku, juga dari artikel dari internet yang berkaitan dengan bahasan penelitian guna menunjang peneliti dalam mengolah data.

4

Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2002), h. 3. 5

Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi ( Yogyakarta: Gintanyali, 2004). H. 6

(14)

4. Teknik Analisis Data

Analisis data peneliti lakukan setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul. Tekniknya dengan cara mendeskripsikan data yang diperoleh, yaitu dari hasil observasi dan wawancara dengan redaktur rubrik Internasional. Data-data tersebut peneliti deskripsikan secara apa adanya serta didukung oleh Data-data yang didapatkan dari dokumen arsip maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan bahasan penelitian ini.

5. Tempat dan Waktu Penelitain

Tempat penelitian ini adalah kantor redaksional Republika Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510. Serta perpustakaan sebagai tempat pengumpulan dokumen, arsip dan data-data kepustakaan lainnya. Dengan segala pertimbangan dan persiapan yang harus dilakukan untuk penelitian ini maka waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan terhitung mulai bulan Februari sampai April 2010.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini terinspirasi dari skripsi karya:

1. Oke Wintoro mengenai Kebijakan Redaksional Koran Seputar Indonesia dalam Opini Suara Mahasiswa. Dalam penelitiannya, Oke mendeskripsikan

bagaimana koran Seputar Indonesia menentukkan opini yang layak muat atau tidak dengan bersandar pada kebijakkan yang ada.

2. Diah Yuliana mengenai Kebijakan Redaksional Metro TV dan Program Penyajian Snapshot. Lewat analisa studi kasusnya, ia menjelaskan.

(15)

menjadi dasar pertimbangannya. Sehingga mampu membuat kebijakkan yang dijadikan tolak ukur dalam penyajian sebuah program beritanya.

Kedua skripsi di atas, peneliti jadikan tinjauan pustaka, karena dasarnya penelitiannya sama, yaitu membahas mengenai kebijakan redaksional. Akan tetapi, baik media maupun fokus penelitian kami berbeda. Peneliti mencoba menggunakan media lain, yaitu surat kabar Republika dengan fokus penelitian pada penulisan berita pada rubrik internasional, agar menambah khasanah penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis maka dalam penulisannya, penulis berpedoman pada buku yang berjudul Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

(Skripsi, Tesis, dan Disertasi), karya Hamid Nasuhi, dkk, terbitan Ceqda,

Jakarta, 2007. Penulis membagi skripsi ini menjadi (5) lima bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN membahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI membahas Kebijakan Redaksional, ideologi media, visi dan misi organisasi media massa, Berita .

(16)

Didirikannya Surat Kabar Republika, Struktur Redaksional Surat Kabar Republika.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Membahas tentang temuan, serta hasil analisis penelitian mengenai kebijakan redaksional republika dalam penulisan berita mana yang layak dan tidak layak dimuat pada rubrik internasional

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kebijakan Redaksional

1. Pengertian Kebijakan Redaksional

Kebijakkan redaksional adalah merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk berita (internasional).1

Dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan peristiwa, pertama-tama ditentukan oleh sifat media massa yang bersangkutan. Media massa itu ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Media massa yang bersifat khusus, misalnya media massa ekonomi, hanya menyiarkan berita ekonomi dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi, media massa politik hanya menyiarkan berita politik dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah politik dan sebagainya. Kemudian kalau media massa itu bersifat bersifat umum, maka ia pada perinsipnya dapat menyiarkan setiap peristiwa yang menarik dan penting. Tetapi karena peristiwa yang menarik itu banyak, maka belum tentu bisa menyiarkan semuanya sehingga harus ditentukan dasar pertimbangannya untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa.2

1

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150. 2

(18)

2. Konsep Kebijakan Media Massa

Kebijakan redaksional yang dibuat oleh sebuah media massa, berkaitan erat dengan kebijakan media massa sesuai dengan hukum media massa yang berlaku di negara masing-masing dan teori pers yang dianut oleh negara tersebut.

Dalam buku Jurnalistik Baru karangan Sudirman Tebba, menjelaskan mengenai bagaimana Indonesia menganut teori pers. Konsep kebebasan pers muncul sebagai reaksi pers otoriter yang berkembang sebelumnya, karena pers otoriter tidak dianggap demokratis dan tidak relevan dengan gagasan kebebasan individu yang muncul sebagai konsekuensi dari berkembangnya paham liberalisme dan individualisme dalam masyarakat.

Tetapi perkembangan pers itu menimbulkan kekhawatiran yang lalu mendorong lahirnya suatu gagasan dan teori pers tanggung jawab sosial. Pencetus teori tanggung jawab sosial berpendapat bahwa orang-orang yang menguasai media massa harus bertanggung jawab kepada masyarakat.

Itu sebabnya pers di Indonesia, terutama sejak pemerintahan orde baru, dinyatakan sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab, yaitu pers yang menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang objektif, dalam menyalurkan aspirasi rakyat dan meluaskan komunikasi dan partisipasi masyarakat.3

Tujuan kebijakan media massa, paling tidak bisa dilihat dari dua segi, sosiologi dan komunikasi. Dari sisi sosiologi, tujuan kebijakan komunikasi adalah

3

(19)

untuk menempatkan proses komunikasi sebagai salah satu bagian dari dinamika sosial yang tidak merugikan masyarakat.

Dengan demikian, masyarakat bisa mengendalikan proses komunikasi yang terjadi di antara mereka. Tegasnya, dari sudut sosiologi, kebijakan komunikasi memberdayakan masyarakat dalam melakukan proses komunikasi.4 Lebih jelasnya Ana Nadhya Abrar mengungkapkan:

Sesungguhnya kebijakan media massa termasuk kebijakan komunikasi, yaitu kebijakan komunikasi yang menggunakan media massa. Sebagai kebijakan komunikasi, kebijakan media massa merupakan kebijakan publik. Itulah sebabnya kebijakan media massa harus memiliki paling tidak lima kriteria, yaitu: (1) memiliki tujuan tertentu; (2) berisi tindakan pejabat pemerintah; (3) memperlihatkan apa yang akan dilakukan pemerintah; (4) bisa bersifat positif dan negatif; dan (5) bersifat memaksa (otoritatif).

Kalau kebijakan media massa tidak mengandung kelima kriteria ini, maka kebijakan tersebut tidak lengkap dan akan menimbulkan masalah di belakang hari. Kebijakan seperti ini harus diubah. Proses perubahan kebijakan inilah yang kemudian disebut advokasi kebijakan media massa.5

B. Ideologi Media

Sebelum membahas lebih jauh mengenai ideologi media, alangkah lebih baik jika peneliti menjabarkan dahulu beberapa pengertian ideologi. Pemahaman mengenai ideologi pastilah berbeda menurut para ahli, artinya penggunaan kata ideologi memiliki arti yang berbeda dan tidak ada keseragaman mengenai pengertian ideologi.

4

Ana Nadhya Abrar. “Konsep Dasar Hukum Media Massa,” artikel ini diakses pada 1 maret 2010. http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-1-konsep-dasar-hukum-media-massa.pdf

5

(20)

Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Sedangkan logia

berarti pengetahuan atau teori. Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran. Menurut Gramsci, ideologi lebih dari sekedar sistem ide. James Lull berpendapat, ideologi merupakan ungkapan yang paling tepat untuk mendeskripsikan nilai dan agenda publik dari bangsa, kelompok agama, kandidat dan pergerakan politik, dll.6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari ideologi ialah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup atau cara berpikir seseorang atau suatu golongan.

Raymond William mengklasifikasikan kata ideologi kedalam tiga penggunaan utama : 7

1) Ideologi merupakan sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki kelompok atau kelas tertentu.

2) Ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu.

3) Ideologi merupakan proses umum produksi makna dan ide. Ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna.

6

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika dan Framing (Bandung : Rosdakarya, 2004) h. 64-65.

7

(21)

Penggunaan pertama lebih pada aspek psikologis. Penggunaan kedua, bisa mencakup media ideologis, yakni mencakup sistem-sistem pendidikan, politik, hukum dan media massa. Aspek penggunaan ketiga, lebih menekankan pada istilah yang digunakan untuk melukiskan produk sosial atas makna.

Sphere of

legitimate controversy Sphere of consensus Sphere

of Deviance

Uraian Gambar 1

Peta Ideologi Pamela J. Shoemaker

(22)

dipandang kontroversi. Sedangkan bidang yang paling luar, yakni bidang konsensus, di mana dalam wilayah konsensus menunjukkan bagaimana realitas tersebut dipahami dan disepakati secara bersama-sama sebagai realitas yang sesuai dengan nilai-nilai ideologi kelompok.8 Teori ini menjelaskan bagaimana sebuah ideologi yang ada dalam sebuah media massa dapat mempengaruhi bagaimana sebuah peristiwa dibingkai oleh media tersebut dalam membuat suatu kebijakan redaksional.

Ideologi sebuah media massa berupa citra ideal yang dikemas oleh media massa seperti fakta dan dipahami sebagai realitas kongkrit. Ideologi media massa menghasilkan wacana media massa berupa konstruk kultural, termasuk berita surat kabar. Ideologi media dapat tercermin dari isi media massa berupa produk dari media massa tersebut.

Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan memilah-milah serta menentukan isu apa saja yang akan ditampilkan dan isu apa saja yang harus disembunyikan sesuai kebijakan redaksional medianya. Selain itu juga menentukan isu apa yang harus ditonjolkan, sehingga isu tersebut dipandang penting oleh khalayak. Kemampuan media massa yang seperti itulah yang dikenal sebagai kemampuan media massa menjalankan fungsi agenda setting.

Teori agenda setting ialah teori yang membahas mengenai dampak media / efek komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. Teori ini dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw, dengan publikasi pertamanya “The Agenda Setting Function of The Mass Media”. Model agenda setting

8

(23)

mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak terhadap suatu persoalan. Agenda setting menonjolkan isu apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput dari perhatian masyarakat.9 Ada tiga proses agenda setting10:

1) Media agenda di mana isu didiskusikan dalam media

2) Public agenda ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai

dengan khalayak

3) Policy agenda pada saat para pembuat kebijakan menyadari

pentingnya isu tersebut

Realitas yang dihadirkan media massa, harusnya dilihat oleh khalayak sebagai realitas tangan kedua (second hand reality). Realitas yang diterima khalayak ini bukan realitas yang sesungguhnya, melainkan sesuatu yang dianggap sebagai realitas semu. Fakta semu inilah yang dianggap sebagai fakta oleh publik, sebab publik tidak mungkin melihat langsung fakta sesungguhnya selain yang disajikan oleh media massa.

“Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang adalah representasi dari budaya masyarakatnya, maka representasi media massa adalah representasi budaya para redaktur dan desk sebuah media massa dipengaruhi juga oleh kekuasaan kapitalisme termasuk budayanya, sehingga secara langsung nilai kapitalisme ikut mendominasi nilai-nilai yang ada dalam pemberitaan media massa.”11

C. Visi Misi Organisasi Media Massa

Thomas S. Bateman dan Scott A Snell mendefinisikan visi sebagai strategic vision yang bergerak melampaui pernyataann misi untuk menunjukkan

9

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung : Rosda Karya, 2004), h. 68.

10

http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-Setting theory diakses pada 9 Mei 2009 11

(24)

suatu perspektif tentang arah perusahaan dan ingin menjadi seperti apa perusahaan tersebut. Sedangkan misi didefinisikan sebagai tujuan dasar dan nilai suatu organisasi, sesuai dengan lingkup operasinya.12 Sementara itu, visi dan misi media secara khusus, harus mencakup tiga hal penting, yaitu :

1) Visi Ekonomi

Visi ekonomi, yaitu tujuan yang berkaitan dengan posisi keuangan sebuah organisasi media massa dan terfokus pada penerimaan, pengeluaran dan keuntungan

2) Visi Service

Visi service, yaitu tujuan yang berhubungan dengan produk jurnalistik yang dapat menarik pembaca dan dapat direspon sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Tujuan ini merupakan bentuk kontribusi dari organisasi media massa tersebut bagi kehidupan masyarakat

3) Visi Personal

Visi Personal, yaitu tujuan yang berhubungan dengan individu yang dipekerjakan oleh organisasi media massa tersebut.

D. Berita

1. Pengertian Berita

Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita atau informasi yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus

12

(25)

mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita.

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu “churiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan negara sosialis. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a collective agitator, a collective propagandist.”13

Sedangkan pers Barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe bahwa “News is anything out of ordinary” (Berita adalah segala sesuatu yang tidak biasa).14

Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule mendefinisikan berita dengan mengungkap contoh, berita adalah “man bites dog”, dengan kata lain berita merupakan sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya.15

13

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda,2005), h. 32

14

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek,.h. 33

15

(26)

Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.16

Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate yang dikutip oleh AS Haris Sumadiria, menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak.17

Pada leksikon komunikasi, berita didefinisikan sebagai berikut: 1. Fakta atau gagasan yang dapat menarik perhatian orang banyak dan

tepat waktunya disiarkan.

2. Pernyataan yang bertujuan untuk memberitahu.

3. Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang disiarkan atau untuk diketahui secara umum.18

16

Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005) h. 55 17

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. kedua 2006) h. 64

18

(27)

Kustadi Suhendang memandang berita sebagai laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak.19

Robert Park membatasi berita sebagai laporan tentang peristiwa yang luar biasa atau tidak terduga. Dennis McQuail mengatakan ”semua peristiwa yang dilaporkan sebagai berita yang bersifat luar biasa atau paling sedikit tak terduga sebagai syarat yang lebih penting ketimbang ’signifikan nyata’ berita sendiri.20 2. Nilai Berita

Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta adalah berita.21 Ada faktor-faktor tertentu mengapa berita ini layak dipublikasikan sedangkan berita itu tidak, berita memiliki beberapa kriteria nilai apa saja yang lazim dipakai dalam memilih berita.

Menurut Downie JR dan Kaiser yang dikutip Septiawan Santana K, nilai berita merupakan istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Istilah ini meliputi segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikongkretkan. Nilai berita juga menjadi rumit bila dikaitkan dengan sulitnya membuat konsep berita.22

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat menjelaskan nilai-nilai berita sebagai berikut:

Aktualitas (Timeliness), bagi sebuah surat kabar, semakin aktual

19

Kustandi Suhendang, Pengantar Jurnalistik; seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 103

20

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 190

21

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature. h. 63 22

(28)

beritanya, semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Saat ini ada surat kabar menerapkan kebijakan untuk dua kali terbit dalam sehari pagi dan sore, seperti yang dilakukan oleh Koran Seputar Indonesia dan Kompas.

Kedekatan (Proximity), peristiwa yang mengandung unsur kedekatan

dengan pembaca, akan menarik perhatian. Unsur kedekatan ini tidak harus dalam pengertian fisik, tapi juga bisa kedekatan emosional, misalnya, penderitaan kaum muslim di palestina akan menggugah kaum muslim di Indonesia meski secara fisik letak kedua Negara sangat jauh. Semakin dekat lingkaran itu ke tempat jatuhnya batu, semakin kuat pula lingkaran gelombangnya, kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu. Oleh karena itu saat ini semakin menjamurnya Koran-koran yang berskala lokal di beberapa daerah.

Keterkenalan (Prominence), kejadian yang menyangkut tokoh terkenal

(prominent names) memang akan banyak menarik pembaca, ”personages make news” dan ”news about prominent persons make copy” (“tokoh

(29)

Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja, tapi bisa juga tempat-tempat terkenal, peristiwa-peristiwa terkenal, tanggal-tanggal terkenal dan situasi-situasi terkenal memiliki pula nilai berita yang tinggi.

Dampak (Consequence), ungkapan bahwa berita adalah sejarah dalam

keadaannya yang tergesa-gesa, pentingnya mengukur luasnya dampak dari suatu peristiwa. Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap masyarakat. Untuk mengukur luasnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa ini juga dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, berapa banyak manusia yang terkena dampaknya? seberapa luas? Dan untuk berapa lama? jawaban terhadap pertanyaan ini akan menentukan apakah kita menghadapi berita besar atau berita biasa.

Human interest, dalam berita human interest terkandung unsur yang

menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Tidak ada satu pun berita bisa dimuat dalam surat kabar kecuali berita itu memiliki unsur human interest. 23

Sedangkan menurut Luwi Ishwara, peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita yakni:

Konflik, kebanyakan konflik adalah berita. Konflik fisik seperti perang

adalah layak berita karena adanya kerugian dan korban. Kekerasan itu sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Asep Saeful Muhtadi menyatakan sesuatu

23

(30)

pergolakan memang selalu menimbulkan perhatian masyarakat.24

Kemajuan dan bencana, menurutnya dari konflik biasanya muncul pihak

yang menang dan pihak yang kalah. Demikian pula berita bencana alam seperti tsunami di Aceh, banjir yang melanda perkotaan maupun pedesaan, dan lain-lain.

Konsekuensi, semua peristiwa yang layak menjadi berita mempunyai

konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya suatu rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang banyak adalah layak berita.

Kemasyhuran dan terkemuka, bahwa suatu nama bisa membuat berita dan

nama besar membuat berita lebih besar.

Saat yang tepat dan kedekatan, sebagai ukuran yang diterapkan pada

semua peristiwa dalam membedakan berita dari yang bukan berita. • Kegan jilan, yakni kejadian atau peristiwa yang tidak biasa.

Human interest

Seks, faktor ini umum untuk dipertimbangkan oleh para editor sebagai

nilai berita, bila dihubungkan dengan orang terkenal.25 Misalnya kisah skandal seks mantan presiden AS Bill Clinton.

3. Jenis Berita dan Konsep Berita

Berbagai elemen nilai berita tersebut harus dipaparkan dengan bahasa dan pelaporan berita. Yang tata cara penulisannya tidak sama dengan penulisan makalah, atau laporan pertanggungjawaban.

24

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. h. 153 25

(31)

Karena itu berita dibagi ke beberapa kategori, berita berat (hard news) dan berita ringan (soft news).26 Berita berat menunjuk pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian dan harus disampaikan secepat mungkin seperti banjir, gempa, tsunami, dan lain-lain. Sedangkan berita ringan menunjuk kepada peristiwa unsur-unsur kemanusiaan, seperti pernikahan seorang waria, kehidupan korban bencana, dan lain sebagainya.

Menurut AS Haris Sumadiria berita dapat di kelompokkan kepada berbagai jenis tertentu sesuai dengan tingkatannya:

1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu

peristiwa. Misalnya sebuah peliputan langsung tentang kematian mantan presiden Soeharto setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.

2. Depth news report, laporan langsung suatu peristiwa secara

mendalam, wartawan mencari fakta-fakta lebih mengenai peristiwa itu sebagai informasi tambahan. Tentang kematian mantan presiden Soeharto, reporter akan memasukan berita tentang kesehatan Soeharto selama dirawat sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.

3. Comprehensive news merupakan laporan tentang suatu peristiwa

secara menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Comprehensive news mencoba menggabungkan berbagai serpihan berita Straight news dalam bangunan cerita peristiwa.

4. Interpretative report, berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu,

26

(32)

masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.

5. Feature story, ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan

kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan).27 Wartawan mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya, penulis feature menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experiences) yang lebih bergantung pada gaya penulisan dari pada pentingnya informasi yang disajikan.

6. Depth reporting, pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam,

lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.

7. Investigative reporting, wartawan melakukan penyelidikan untuk

memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan.

8. Editorial writing, adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan

sidang pendpat umum, editorial menyajikan berita fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.28

Terdapat empat konsep yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang layak dipublikasikan. Yaitu:

1) Cepat, yakni aktual atau ketetapan waktu, hal ini terkandung makna dari berita (news), yakni sesuatu yang baru (new).

2) Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement)

27

Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 20 28

(33)

sumber berita.

3) Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak.peristiwa yang berpengaruh pada masyarakat secara luas, perlu diketahui dan diinformasikan kepada orang banyak.

4) Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis.29

4. Proses Pencarian Berita dan Teknik Penulisan Berita

Proses kerja redaksional menentukan apakah suatu peristiwa memiliki nilai berita sesungguhnya atau tidak, seorang redaktur menentukan apa yang harus diliputi, sementara seorang reporter menentukan bagaimana cara meliputnya dengan tahap pencarian dan penggarapan berita, setelah seluruh materi terkumpul, maka tahap selanjutnya ialah melakukan penulisan dan penyuntingan (editing). Sebelum seorang reporter turun ke lapangan, ia harus lebih dahulu

mendengarkan dari redakturnya tentang hasil rapat redaksi di pagi hari. Rapat pagi biasanya dipimpin oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana untuk menentukan berita-berita apa saja yang harus diliput.

Luwi Ishwara mengutip pernyataan mantan wartawan Wall Street Journal Ronald Buel mengatakan bahwa proses jurnalisme mempunyai lima lapisan keputusan:

1. Penugasan (data assignment), yang menentukan apa yang layak diliput dan mengapa?

2. Pengumpulan (data Collecting), yang menentukan bila informasi itu

29

(34)

yang telah dikumpulkan itu cukup?

3. Evaluasi (data evaluation), yang menentukan apa yang penting untuk dimasukkan dalam berita?

4. Penulisan (data writing), yang menentukan kata-kata apa yang perlu digunakan?

5. Penyuntingan (data editing), yang menentukan berita mana yang perlu diberikan judul yang besar dan dimuat di halaman muka, tulisan mana yang perlu dipotong, cerita mana yang perlu diubah.30

Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu: 1) Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa, sehingga kebenaran

tinggal sebagian saja.

2) Berita harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Dalam menulis berita dikenal ”satu masalah dalam satu berita”, artinya, suatu berita harus dikupas dari satu masalah saja (monofacta) dan bukan banyak masalah (multifacta) karena akan menimbulkan kesukaran penafsiran, yang menyebabkan berita menjadi tidak sempurna.31

Dalam sebuah karya jurnalistik, gaya atau teknik penulisan perlu diperhatikan sebab dalam pekerjaan jurnalistik unsur kecepatan dan ketepatan mutlak dijadikan patokan. Hal ini sesuai dengan unsur layak berita. Berbeda dengan sebuah penulisan novel atau drama atau semua penulisan yang bukan berita, yang memulai jalan ceritanya dengan latar belakang jalannya berita yang

30

Luwi Ishwara, Catatan-Catatan …. h. 91-92 31

(35)

terus berkembang menuju klimaks. Berbeda halnya dengan penulisan berita yang dimulai dengan klimaks dalam alinea pertama atau biasa disebut lead, kemudian berkembang menjadi rincian berita yang berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap saja yang lazim disebut dengan tubuh berita.

Teknik melaporkan atau menulis berita merujuk kepada pola piramida terbalik, model menulis yang mengikuti bentuk segitiga yang terbalik, bagian atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. Inti berita ditekankan di bagian awal, selanjutnya semakin ke bawah, menuju bagian akhir semakin tidak penting, hanya sisipan-sisipan keterangan.32

Tulisan gaya ini mengacu kepada unsur 5W+1H yakni apa (What), siapa (Who), kapan (When), di mana (Where), mengapa (Why), dan bagaimana (How). Keenam unsur ini harus dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas, dan menarik, sehingga pembaca tinggal ”melahapnya” saja. Jika mempunyai banyak waktu bisa membaca paragraf-paragraf lainnya dari yang penting hingga sama sekali tidak penting.

Pada Straight news pembukaan atau lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya berupa fokus peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi.33 Lead atau teras berita harus mencerminkan keseluruhan isi berita. Karena ia

berada pada paragraf pertama yang bertujuan untuk memancing khalayak pembaca untuk tertarik membaca informasi-informasi lainnya yang berada di

32

Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 22 33

(36)

g sangat penting.34

paragraf-paragraf selanjutnya (tubuh berita). Friedlander dan Lee menyatakan informasi di puncak piramid (lead) merupakan informasi yan

Selain itu, ada teknik penulisan berita yang disebut piramida terbalik bertumpuk, maksudnya tidak semua unsur penting dalam berita ditempatkan di bagian lead, tetapi disebar dalam semua bagian berita itu. Jadi, dalam setiap alinea berita ada unsur penting, sehingga khalayak tertarik mengikuti seluruh isi berita itu dan bukan hanya leadnya.35

E. Pengertian Surat Kabar

Surat kabar atau koran adalah barang cetakan yang berisi berita, informasi, dan pendidikan yang terbit secara kontinyu yang biasanya harian. Ada juga yang berpendapat bahwa surat kabar adalah salah satu bentuk media cetak yang tidak dijilid, dalam ukuran normal tiap halaman terdiri 9 kolom. Ada yang terbit 8 halaman, 12 halaman, 16 halaman, dan ada yang lebih dari jumlah itu. Surat kabar adalah merupakan alat komunikasi massa dan tumbuhlah industri media massa press, dimana perkembangannya mengikuti perkembangan masyarakatnya serta perkembangan teknologi.36

34

Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 23 35

Sudirman Tebba, Jurnalistik…h. 60 36

(37)

BAB III

PROFIL SURAT KABAR REPUBLIKA A. Sejarah serta Perkembangan Republika

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas

Muslim di Indonesia pada 4 Januari 1993. Penerbitan tersebut sebagai upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya wartawan profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu.

“Harian Umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas. Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.”1 Nama Republika sendiri merupakan ide dari Presiden Soeharto, pada awalnya harian ini akan diberi nama “Republik”. Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan

publik. Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan

1

(38)

Republika menapaki usia 15 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan

seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu.

Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi Presiden dan seiring dengan surutnya kiprah ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. Walau berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi dan misi. Namun, harus diakui ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk komunitas muslim. Mulai tahun 2004, Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk (Holding Company). Di bawah PT RMM, Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan pelanggan.

Republika pertama kali tampil dengan “Desain Blok”, hingga berhasil

memperoleh juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993. Tahun 1995 membuka situs surat kabar pertama di Indonesia. Tahun 1997, menjadi yang pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ). Republika juga sebagai koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Pada 31 Januari 2000, Republika menjadi koran pertama yang melakukan resizing. Pada umumnya koran

(39)

Republika juga menjadi koran pertama yang sejak awal menjadi perusahaan

terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Banyak keberhasilan yang telah diraih oleh Republika. Di antaranya melahirkan institusi sosial Dompet Dhuafa Republika, sebuah yayasan mandiri yang bergerak di bidang kemanusiaan.

Berdasarkan hasil riset AC Nielsen 2002-2003, mayoritas pembaca Republika adalah kaum muda dan berpendidikan tinggi. Mereka umumnya berasal

dari kalangan berpendidikan menengah ke atas (87%), berpenghasilan Rp.1.000.000 (69%) dengan terbanyak rentang di atas Rp.2.000.000 (45%) dengan pengeluaran umumnya di atas Rp.1.000.000. Sejak mulai terbit pada tanggal 4 januari 1993, oplah penjualan Republika terus meningkat. Sepuluh hari sejak terbit, oplah Republika sudah mencapai 100.000 eksemplar. Padahal rencana awal terbit hanya diperkirakan sekitar 40.000 eksemplar per hari pada semester pertama tahun 1993, berarti oplah Republika meningkat 2,5 kali lipat dari rencana awal. Pada semester kedua, oplah Republika naik menjadi 130.000 eksemplar dan memasuki tahun kedua sudah meningkat menjadi 160.000 eksemplar per hari.2

B. Visi dan Misi Republika

Visi Harian Republika

Menjadikan harian Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas dan profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan

2

(40)

bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil Alamin. 3

Misi Harian Republika

Misi Republika di berbagai bidang kehidupan adalah sebagai berikut:

1. Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi dan optimalisasi lembaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik

2. Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika, mempromosikan profesionalisme yang mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis

3. Dalam bidang budaya, Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari manapun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdasakan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani, serta bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan

4. Dalam bidang agama, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer

5. Memprioritaskan pengembangan pemasaran harian Republika di

3

(41)

jabodetabek, tanpa harus mematikan di daerah yang sudah ada 6. Merajut tali persaudaraan dengan organisasi Islam di Indonesia

7. Bekerjasama dengan mitra usaha di dalam pengembangan pasar harian Republika di luar pulau Jawa

8. Mengamati peluang pengembangan “Koran Komunitas” seperti misalnya “Bintaro Pos”, “Depok Pos”, “Bekasi Pos” atau jenis koran lainnya

9. Mengelola Kantor Perwakilan sebagai “semi otonomi”

10.Menjadikan PT Republika Media Mandiri sebagai “sister company” yang sehat

11.Menjadikan harian Republika sebagai koran # ONE.

C. Struktur Redaksi Surat Kabar Republika 1. Struktur Redaksi Republika

Pemimpin Redaksi : Ikhwanul Kiram Mashuri Wapemred : Nasihin Masha

Redaktur Pelaksana : Agung P. Vazza Kepala Newsroom : Arys Hilman

Kepala Rol : Irfan Junaidi Redaktur Senior : Anif Punto Utomo Wakil Redaktur Pelaksana I : Elba Damhuri Wakil Redaktur Pelaksana II : Selamat Ginting Wakil Redaktur Pelaksana III/

(42)

Asisten Redaksi Pelaksana : Subroto (Nasional), Irwan Ariefyanto (Hal 1 dan Opini), Rakhmat Hadi Sucipto (Ekonomi Bisnis), Nurul S. Hamami (Olahraga, Hiburan, Internasional), Syahrudin El Fikri (Agama), Nina Chairani (Ahad & Akhir Pekan), Bidramnanta (Special Product).

Sekretaris Redaksi : Fachrul Ratzi Surat Izin Usaha Penerbitan Pers :

SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 Alamat :

Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510 Telphone : (021) 7803747

Faks : (021) 7983623

(43)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan

Dalam membantu perkembangan berita di Indonesia, khususnya berita internasional. Setiap tulisan yang dimuat dalam media massa, baik berupa berita lokal, berita nasioanl maupun berita internasional, tentunya tidak dapat dipisahkan dari kebijakan redaksional yang ada dalam media yang bersangkutan. Termasuk penghayatan nilai-nilai jurnalisme yang dianut oleh redaktur, wartawan di lapangan, maupun penulis lepas yang mengirimkan editorial ke media massa.

Kebijakan redaksional merupakan pedoman yang biasanya bersifat tersirat yang menjadi acuan redaksi dalam mengelola penerbitannya. Dengan kata lain, kebijakan redaksional merupakan kaidah dalam setiap langkah operasional pemberitaan. Dalam jurnalisme, redaktur adalah penjaga gawang atau dalam bahasa asing sering disebut dengan istilah gatekeeper. Karena redaktur memiliki tugas untuk menentukan apakah berita yang diterima akan dimuat atau tidak.

Keberadaan kebijakan redaksi penting adanya untuk kelangsungan sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembeda antara media satu dengan media lainnya.1 Ketika membuat kebijakannya, sebuah media pasti memiliki dasar pertimbangan sendiri. Dasar pertimbangan suatu media massa ditentukkan oleh sifat media itu sendiri, apakah khusus atau umum. Selain itu, berdasarkan ideologi agama, bisnis dan politik.

1

(44)

Dasar pertimbangan ideologis ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya. Sedangkan dasar pertimbangan politik, dikarenakan kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik, selain itu kehidupan pers di suatu negara merupakan indikator demokrasi. Dasar pertimbangan kebijakan redaksional selanjutnya adalah bisnis. hal ini terkait dengan masuknya media massa dalam ranah industri, yang menyebabkan media massa harus berpikir “untung” dan “rugi.”2

Untuk mengetahui kebijakan redaksional Surat Kabar Republika dalam penulisan berita pada rubrik internasional dapat diketahui dari proses-proses kerja yang dilaksanakan redaktur internasional. Proses-proses tersebut meliputi tiga tahapan proses, yang pertama proses pengumpulan berita, proses penyeleksian berita dan proses penyuntingan berita. Dengan menggunakan pertimbangan tersebut, Surat Kabar Republika membuat sebuah kebijakan yang diterapkan dalam menentukan berita-berita yang layak muat atau tidak. Untuk menentukannya, Surat Kabar Republika malakukan beberapa tahapan, sebagai berikut :

1. Proses Pengumpulan Naskah Berita

Berdasarkan hasil temuan yang saya dapat dari narasumber yang saya wawancarai, bahwa setiap berita internasional berasal dari langganan dua kantor berita, yaitu AP dan Reuters, lalu semua berita yang masuk dikirim mereka melalui media online ke kantor Republika dengan via email: sekretaris@republika.co.id.

2

(45)

Kiriman berita dari dua kantor berita Ap dan Reuters selalu masuk setiap saat, namun untuk berita-berita internasional yang tertentu, pihak redaksi internasional memiliki batas maksimal. Biasanya, batas maksimal berita internasional tertentu yang akan segera dicetak dan diterbitkan, paling lambat jam 16:00 WIB karena pukul 17:00 WIB harus sudah selesai diedit dan diolah, lalu jam 19:00 WIB harus sudah dicetak. Adapun berita yang baru masuk pukul 18:00 WIB, itu hanya foto beritanya saja, tapi caption fotonya yang agak diperpanjang.3 2. Proses Penyelesian Naskah Berita

Berita-berita internasional yang masuk newsroom akan ditampung oleh redaktur internasional. Lalu diberi penilaian oleh redaktur internasional Republika, mana yang layak muat atau tidak dan diseleksi mana yang layak untuk

menjadi berita haedline, berita kedua, feature dan kilas. Menjelang rapat presentasi berita internasional, naskah berita internasional akan dibagikan pada reporter untuk diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, lalu diserahkan lagi ke redaktur internasional untuk pengeditingan berita internasional yang sudah diterjemah oleh reporter.

Berikut ini hasil petikan wawancara dengan bapak Nur Hasan Murtiaji selaku readaktur internasional Republika, mengenai kriteria penulisan berita yang seperti apa yang layak dimuat atau diterbitkan dalam rubrik internasional:

“Kriteria yang pertama pada informasinya, apakah informasinya punya news value atau tidak. News value dalam hal ini informasi itu penting bagi pembaca untuk diketahui, menarik, bersifat mendidik atau bersifat pembelajaran. Terus, pokoknya dia mempunyai news value atau nilai berita. Contohnya berita kecelakaan pesawat yang mengakibatkan presiden

3

Wawancara pribadi dengan Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar

(46)

Polandia tewas. Itu akan menjadi berita utama. Itu news value. Kalau berita seperti itu pasti kita angkat dan dijadikan berita utama.”

Berdasarkan informasi yang saya dapat dari bapak Nur Hasan Murtiaji, selaku redaktur Internasional Republika, bahwa penyeleksian berita internasional, adalah berita yang mempunyai news value untuk dijadikan berita headline serta berita yang ada keberpihakan umat, misalnya berita kondisi Palestina terkini dan negeri-negeri Islam lainnya.

Berikut ini hasil petikan wawancara dengan bapak Nur Hasan Murtiaji selaku readaktur internasional Republika, mengenai penyeleksian berita Internasional:

“Dalam penyeleksian berita internasional sesuai dengan ideologi Republika yaitu Islam, kita lebih mengambil berita yang ada nuansa keumatannya. Kita berupaya berita internasional dengan berdasarkan konsep Islam. Misalnya kita mempunyai tempat terbatas mana yang akan dijadikan headline. Contohya ada dua berita yang tersedia, yaitu berita pemilu Inggris dan al-Quds. Kita akan lebih memilih al-Quds karena perspektif kita, yaitu menyangkut dengan umat (Islam) dalam arti keseluruhan. Berita ini yang kita seleksi dan kita angkat, karena ini termasuk ciri khas Republika.”4

Penilaian yang dilakukan oleh penanggung jawab rubrik internasional dalam rapat presentasi berita internasional ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Teknis

Faktor teknis, maksudnya adalah penilaian berita internasional berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau dilihat berdasarkan kelengkapan isi berita, sesuai dengan fakta-fakta yang sesungguhnya.

2. Faktor Non-teknis

4

Wawancara pribadi dengan Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar

(47)

Faktor non-Teknis adalah penilaian berdasarkan isi pesan dari berita internasional. Dengan kata lain, penilaian berdasarkan sisi nilai moral. Penilaian ini perlu agar Republika mewujudkan visi dan misinya sebagai harian nasional yang berkualitas serta mengarahkan berita yang keberpihakan pada umat.

Berita yang layak muat adalah berita yang mempunyai news value dan ada nuansa keumatannya, karena ini berdasarkan persetujuan redaktur internasional Republika. Sedangkan berita yang tidak layak muat adalah berita yang tidak

mempunyai news value. Lalu berita internasional yang tidak layak muat, akan menjadi arsip saja. Berita internasional yang dinyatakan layak muat akan memasuki tahapan selanjutnya, yaitu proses penyuntingan.

3. Proses Penyuntingan Naskah Berita

Proses ini adalah proses memperbaiki atau penyempurnaan tulisan secara redaksional. Proses ini dilakukan oleh seorang editor. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya logis, mudah dipahami dan tidak ganjil. Setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam berita itu harus benar, baik secara ejaan atau cara penulisannya; tanda baca, tata bahasa, angka, nama dan alamat. Juga harus benar-benar punya arti dan enak dibaca.5

Tugas editorlah untuk menentukan apakah isi tulisan itu dapat dengan mudah dimengerti pembaca atau malah membingungkan. Tugas editor pula untuk menempatkan berita sesuai dengan ruang yang ada.

5

(48)

Sebelum diedit dan diterbitkan, berita-berita internasional akan melalui proses ini : Berita-berita internasional yang telah dikirim AP dan Reuters akan ditampung oleh sekertaris redaksi. Sebelum rapat presentasi berita internasional, sekertaris redaksi membagikan semua berita internasional yang telah dikirim dari AP dan Reuters ke redaktur internasional. Ditangan redaktur, berita tersebut dipilih mana

berita yang layak terbit atau tidak. Berita yang tidak layak muat atau terbit, akan dikembalikan ke sekertaris redaksi dan akan dijadikan arsip, lalu berita yang layak muat dan terbit akan dibawa ke rapat presentasi berita untuk dipresentasikan. Melalu proses ini akan ditentukan kembali mana berita yang akan jadi headline, berita ke dua, feature dan kilas, berdasarkan keputusan bersama atau keputusan redaktur internasional saja. Oleh karenanya, Republika memberikan ketentuan penulisan, khususnya penulisan berita internasional, yaitu, untuk headline minimal 3500 karakter dan maksimalnya 4000 karakter. Untuk berita kedua maksimal 3000 karakter dan minimal 2500 karakter. Khusus feature, maksimal 4000 karakter dan minimal 3000 karakter, tapi sesuai besar fotonya. Sedangkan kilas maksimal 1300 karakter dan minimal 1200 karakter dengan 1 sapsi. Setelah berita diedit, berita kemudian diperikas kembali oleh redaktur pelaksana. Apablia sudah tidak terdapat kesalahan, maka berita dicetak.6

6

Wawancara pribadi dengan Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar

(49)

Skema Manajemen Berita Internasional di Republika

Kiriman berita dari AP dan reuters ke Republika

Sekertaris

Berita yang tidak layak muat, hanya akan dijadikan arsip saja. Karena berita yang tidak layak muat ini tidak mempunyai news value dan keberpihakan umat (Islam).

Lalu berita diedit lagi oleh redaktur internasional, mana yang jadi headline,

berita kedua, feature dan kilas.

(50)

• Uraian Skema

Dari skema di atas dapat terlihat dengan jelas alur tulisan yang masuk ke meja redaksi hingga pada penerbitannya. Yang pertama berita internasional bersumber dari kantor berita langganan yaitu AP dan Reuters, kiriman berita internasional dari AP dan Reuters yang masuk ke ruang redaksi, di tampung oleh sekertaris redaksi, lalu dari sekertaris redaksi diberikan kepada redaktur internasional untuk diolah. Setelah berita terkumpul di redaktur internasional, dia yang memilih mana berita yang layak muat dan tidak. Setelah berita yang layak muat terpilih, lalu berita-berita tersebut diberikan kepada reporter untuk diterjemahkan. Selesai diterjemahkan reporter, dikembalikan lagi ke redaktur internasional untuk diedit mana yang cocok menjadi headline, berita kedua, feature dan kilas. Setelah berita diedit, lalu berita internasional tersebut diperiksa lagi oleh redaktur pelaksana, setelah diperiksa dan tidak ada kesalahan, maka berita-berita internasional tersebut siap dicetak dan diterbitkan. Namun ada satu gambar yang tidak ada kelanjutannya, yaitu berita yang tidak layak muat. Sebagaimana dikatakan redaktur internasional Republika, bahwa idealnya dalam penyeleksian berita, berita tersebut harus mempunyai news value dan berpihak pada umat, maka berita tersebut layak muat dan akan diterbitkan.

(51)

B. Analisis Kebijakan

Yang menentukan kebijakan berita internasional itu layak atau tidak layak untuk dimuat adalah redaktur internasional. Adapun kriteria berita yang layak muat di rubrik internasional adalah berita yang mempunyai news value dan keberpihakan pada keumatan. Keumatan disini maksudnya, masyarakat secara luas tidak memandang suku agama dan lain-lain. Itu secara umum, sedangkan secara khususnya untuk umat Islam keseluruhan.

Berita internasional yang mempunyai news value adalah berita yang informasinya itu penting untuk diketahui, menarik dan bersifat mendidik. Adapun ideologi surat kabar Republika dalam penulisan berita internasional, bukan hanya pada agama saja, melainkan juga nilai-nilai yang dihayati, seperti kemanusiaan, kebangsaan dan sebagainya.

Contonya, pada lampiran ke-2 berita internasional, yang menampilkan berita korban sipil serangan NATO. Berita tersebut mempunyai nilai kemanusiaan, karena menggambarkan tindakan semena-mena pasukan NATO terhadap rakyat sipil. Berdasarkan berita tersebut, diharapakan agar pembaca dapat tergugah hatinya untuk membantu korban serangan pasukan NATO. Apalagi yang menjadi korban serangan pasukan NATO adalah umat Islam. Selain itu juga, berita tersebut mengandung nilai pembelajaran agar kita semua tidak semena-mena untuk melakukan kekerasan terhadap sesama manusia.7

Contoh lainnya terdapat pada lampiran berita internasional ke-9, berita tentang presiden Polandia Lech Kaczynski tewas. Pada berita tersebut mengandung nilai

7

(52)

keterkenalan (prominence) dan human interest, karena memberitakan tentang suatu kejadian yang menyangkut tokoh terkenal yakni meninggalnya presiden Polandia. Berita ini juga menjadi menarik untuk diketahui karena meninggalnya presiden Polandia disebabkan oleh suatu kecelakaan.8

Pada lampiran terakhir, berita Israel bombardir jalur Gaza. Pada berita ini terdapat nilai kedekatan (Proximity) dan human interest, karena berita tersebut menggambarkan tentang kejahatan yang dilakukan oleh tentara Israel di jalur Gaza. Berdasarkan berita tersebut diharapkan agar dunia internasional bisa mengetahui tentang kejahatan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap umat Islam di jalur Gaza. Dengan pemberitaan seperti ini, diharapkan akan memunculkan solidaritas di antara umat Islam untuk membantu saudara mereka yang tertindas di jalur Gaza.9

Berdasarkan nilai-nilai tersebutlah, kebijakan redaksional republika terbentuk, untuk menentukan berita yang layak muat untuk diterbitkan.

8

Lampiran ke- 9 Berita Internasional Republika, 11 April 2010, berita hal. 1. 9

(53)

A. Kesimpulan

Bahwa berita yang layak muat adalah berita yang mempunyai news value dan ada nuansa keumatannya, karena ini berdasarkan persetujuan redaktur internasional Republika. Sedangkan berita yang tidak layak muat adalah berita yang tidak mempunyai news value. Lalu berita internasional yang tidak layak muat, akan menjadi arsip saja.

B. Saran

Mengacu pada hasil analisa dan kesimpulan, penulis mempunyai saran untuk surat kabar Republika, di antaranya :

1. Kepada surat kabar Republika, untuk tetap konsisten sebagai koran literasi. Sehingga dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi pembaca serta sebagai wahana edukasi bagi pembaca berita, khususnya pada pembaca berita internasional.

2. Kepada redaksi surat kabar Republika, untuk selalu berpegang pada kebijakan redaksional yang ada, agar tidak menyimpang dalam menyeleksi berita-berita yang masuk ke redaksi, sehingga pembaca mendapatkan bahan bacaan yang berkualitas lagi bermanfaat.

3. Kepada pembaca, khususnya Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik agar dapat memanfaatkan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

(54)

Arikonto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989

Birowo, Antonious. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004.

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers . Bandung: Rosda, 2004.

Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2005.

Haris, AS Sumadiria. Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature. Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. kedua 2006.

Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2005.

Kridaksana, Harimukti. Leksikon Komunikasi. Jakarta: PT Pradya Paramita, 1984.

Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. Jurnalistik; Teori dan Praktek. Bandung: Rosda, 2005.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1996.

(55)

Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Rosda Karya, 2004.

Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.

Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika

dan Framing. Bandung : Rosdakarya, 2004.

Sosiawan, Edwi Arief. Perkembangan Teknologi Komunikasi (PDF Acrobat.com) di akses pada tanggal 20 Desember 2009.

Suhendang, Kustandi. Pengantar Jurnalistik; seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: Nuansa, 2004.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.

Sumber Lain :

Abrar, Ana Nadhya. “Konsep Dasar Hukum Media Massa,” artikel ini diakses pada 1 maret 2010. hukum-media-massa.pdf

(56)

http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-Setting theory diakses pada 9 Mei 2009

http://digilib.petra.ac.id/viewer, diakses pada 24 Juni 2009

Lampiran company profile Republika & http://republika.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat yang merupakan khalayak dalam menilai suatu realitas peristiwa yang ditampilkan media massa, khususnya suratkabar, tentu menjadi terpengaruh (bisa setuju

Unit analisis dari objektivitas yang tidak dipenuhi oleh Republika dalam pemberitaan konflik Rohingya adalah lebih mengangkat nilai human interest -nya , Republika lebih

Hal tersebut dikarenakan dari 9 unit analisis yang dihitung oleh peneliti, yakni: faktualitas (sifat fakta), akurasi (verifikasi fakta), completeness, relevansi

Analisis framing sendiri berkaitan dengan bagaimana sebuah media cetak (surat kabar) mengkonstruksi suatu realitas dalam bentuk teks berita.. Melaui proses ini, dapat

Strategi surat kabar Riau Pos dalam membuat lead berita kriminal adalah menguasai isi pokok permasalahan, menentukan kearah mana berita kriminal akan dibuat,

Tujuan penelitian adalah menganalisis: (1) proporsi foto berita keras dalam surat kabar Republika, (2) proporsi lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto, (3)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk deiksis sosial yang digunakan dalam wacana rubrik Khazanah pada surat kabar Republika edisi Desember

J: Agar kita dapat memilah berita-berita mana saja yang memiliki nilai berita yang besar yang layak untuk jadi banner atau headline, mana yang layak untuk dimuat di halaman luar