Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014
Nama : M. Tri Martin
Nim : 20120520126
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
Nama : M. Tri Martin Nim : 20120520126
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
sepanjang pengetahuan penulis, di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh
orang lain maupun pihak lain sebagai bentuk pengajuan untuk memperoleh gelar keserjanaan
pada perguruan tinggi manapun.
Selanjutnya apabila nanti di kemudian hari terdapat publikasi oleh pihak lain yang merasa
di rugikan dan menuntut penulis atas karya tulis ini, maka hal itu merupakan suatu hal yang
berada diluar kesenjangan penulis dan untuk itu penulis akan mempertanggungjawabkan hasil
karya tulis ini serta menerima segala resiko ataupun konsekuensi yang menyertainya.
Yogyakarta, 18 Desember 2016
iv Assalamuaialaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelasaikan penyusun skripsi ini yang
berjudul “Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Pada Tahun 2014” Skripsi ini di susun sebagai syarat
menyelesaikan program SI pada program studi Ilmu Pemerintahan, di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tentunya ini bukan akhir dari studi yang
telah dijalankan pada masa sekarang akan tetapi penulis yakin ini adalah awal dari
tanggungjawab sebagai bagian dari peran akademisi sekaligus juga sebagai praktisi serta amanah
cendikiawan muslim untuk terus memberikan kontribusi dan masukan dalam rangka
membumikan Ilmu Pemerintahan. Inilah sebuah perjalanan dan perjuangan yang telah ditempuh” semuanya ini tentunya tak akan menjadi suatu kenyataan tanpa adanya uluran tangan dan
kepedulian serta dorongan dari berbagai pihak untuk itu penulis perlu menyampaikan ucapan
terimakasih :
1. Rasa puji dan syukur Allah SWT atas curahan segala nikmat, rahmat dan karunia yang
tiada tara. Tak sanggup hamba ini dalam menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya
pertolongan dan petunjuk serta hidayahNya.
2. Shalawat serta salam dijunjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa umat
v
menyemangati anaknya sampai akhirnya mendapatkan gelar SI ini.
4. Kepada abang dan adik-adik ku ( Dwi Saputra, Gustiya Ulfah, Nur Yunita Sari, Najwa
Hidayanti ) terimkasih atas dukungan kalian dan setiap pertanyaan kalian “abang kapan
wisuda?” yang menjadikan semangat untuk terus mengerjakan skirpsi ini. Dan juga terimakasih untuk seluruh keluarga besar Alm Ma’as (kakek) dan keluarga besar Alm Husin (datuk) yang selalu memberikan auara positif dan aura penuh semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Terimakasih untuk teman-teman yang ikut serta membagi pikiran saran atau masukan
dalam pembuatan skripsi ini ; Imam Syaukani fitrah, S.IP, Mila Wulandari, Hendri Van
Hellen, dan Riky Prasetyo, S.IP berkat masukan dan saran kalian sedikit demi sedikit
skripsi ini akhirnya terselesaikan.
6. Teman-teman yang pernah ikut nongkrong atau mengobrol untuk pembahasan skripsi ini
terimakasih atas waktu kalian untuk mendengarkan curhatan dan keluhan dalam
pembuatan skripsi ini.
7. Terimakasih untuk para penghuni kontrakan Pak Bos Taufik serta tamu-tamu yang datang
untuk menghibur penulis ketika dalam keadaan stress, pusing dan galau dalam pengerjaan
skripsi ini, dengan adanya kalian maka penulis merasakan kebahagiaan diatas kesulitan
dalam proses mengerjakan skripsi ini.
Dengan segala keerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
vi
Yogyakarta, 18 Desember 2016
Penulis
vii
Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat Iman, Islam, kesempatan, serta kekuatan
yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallhu’awalaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung
tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat dinikamati oleh seluruh manusia di penjuru
dunia.
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota
Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014”. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada
Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Muhammadiyah Yogyakarta Jurusan Ilmu
Pemerintahan. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak terkait :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Dr.Titin Purwaningsih., S.IP., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
viii
5. Bapak Eko Priyo Purnomo, Ph.D selaku dosen penguji I
6. Bapak Dr. Zuly Qodir M.Si selaku dosen pembimbing II
7. Seluruh anggota KPU yang telah bersedia menjadi informan demi kelengkapan
skripsi ini.
8. Seluruh anggota Relawan Demokrasi yang telah bersedia menjadi informan demi
kelengkapan skripsi ini.
9. Staf dan karyawan jurusan ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam hal urusan administrasi dan
keperluan lainnya
10.Semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini baik langsung maupub tidak
langsung,
Yogyakarta, 18 Desember 2016
Penulis
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERNYATAAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR ... SINOPSIS ...
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuandan Manfaat Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Manfaat Penelitian ... 10
D. Kerangka Dasar Teori ... 10
1. KPU Umum dan KPU Daerah ... 10
1.1Pemilihan Umum ... 11
1.2Asas Pemilihan Umum ... 13
1.3Tujuan Pemilihan Umum ... 14
1.4Macam-macam Pemilihan Umum ... 14
2. Pengertian sosialisasi ... 15
2.1Sosialisasi Politik ... 16
x
2.6Kendala Sosialisasi Pemilihan Umum... 21
E. Definisi Konsepsional ... 24
F. Definisi Operasional ... 24
G. Metode Penelitian ... 35
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 30
A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta ... 30
1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ... 30
2. Kondisi Demografi Kota Yogyakarta ... 35
3. Kondisi Sosial Politik Kota Yogyakarta ... 37
B. Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta ... 38
1. Anggota KPU ... 38
2. Tugas dan Fungsi KPU Kabupaten/Kota ... 39
BAB III PEMBAHASAN ... 41
A. Peran KPUD Kota Yogyakarta dalam Pemilu Presiden tahun 2014 ... 41
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan ... 41
2. Membentuk Agen-agen Relawan Demokrasi (Relasi) ... 45
a. Pemilih Pemula ... 46
b. Disabilitas atau Difable ... 50
c. Kaum Perempuan ... 57
d. Kaum Marjinal ... 61
B. Metode Sosialisasi Pemilu ... 65
1. Komunikasi ... 66
2. Komunikasi melalui media masa ... 69
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Sosialisasi ...76
a. Faktor Pendukung ... 76
xi
B. Saran ... 84
xii
TABEL 1.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014 ...
TABEL 1.3 Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Yogyakarta dalam Pemilu 2009 dan 2014 ...
TABEL 2.1 Luas Wilayah, Jumlah RT dan RW Mwnurut Kecamatan dan Kelurahan Kota
Yogyakarta 2011 ...
TABEL 2.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil sensus penduduk dan SUPAS 1971-2010 ...
TABEL 2.3 Penduduk Menurut Kelompok Umuru dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta ...
TABEL 3.1 Akumulasi Total Jumlah Pemilih ...
TABEL 3.2 Jumlah Pemilih DPT Kota Yogyakarta 2014 ...
lepas dari fenomena kemajemukan yang ada di kota Yogyakarta dan dibentuknya relawan demokrasi (Relasi) yang mempermudah kinerja KPUD kota Yogyakarta. Hadirnya relawan demokrasi dikhususkan untuk mendorong partisipasi beberapa segmen pemilih melalui kegiatan sosialisasi dengan segmen pemilih strategi, yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok pinggiran. Bentuk segmentasi yang dibuat menunjukkan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan oleh pihak penyelenggara pemilihan umum kepada kelompok-kelompok tersebut agar terlihat dalam kegiatan pemilihan umum.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik - diskriptif dengan metode observasi, wawancara, wawancara mendalam (indept interview), dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis Huberman dan Miles. Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu menjabarkan dan menganalisa tahapan-tahapn dari proses perencanaan, monitoring dan pelaksanaan sosialisasi pemilu presiden 2014.
Dalam pelaksanaan sosialisasi pemilu 2014 oleh KPUD kota Yogyakarta, mampu memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat dinilai sukses. Keberhasilan sosialisasi tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yakni penggunaan alat peraga simulasi (APS) yang digunakan oleh KPUD kota Yogyakarta untuk segenap elemen masyarakat dan dianugrahi penghargaan sebagai pelaksana pemilu terbaik di 2014. Metode dan inovasi penggunaan media massa yang dilakukan oleh KPUD dengan memanfaatkan videotron sebagai wahana sosialisasi juga menarik perhatian dan yang pertama yang dilakukan di Indonesia.
Adapun faktor pendukung dalam sosialisasi adalah: (1) jangkauan geografis; (2) kerjasama dengan organisasi masyarakat; (3) pemanfaatan media massa; (4) penggunaan APS dan (5) peran aktif KPUD dan Relasi. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: (1) target sosialisasi; (2) faktor individualisme yang tinggi.
Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini antara lain: (1) perlunya memanfaatkan budaya sebagai wadah sosialisasi; (2) aktualisasi target sosialisasi; dan (3) intesitas pemberian sosialisasi
1
Demokrasi secara Etimologis berasal dari kata demos dan cratein yang mempunyai arti keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya
kedaulatan berada di tangan rakyat. Sejarah demokrasi sendiri diawali oleh pidato
Pericles di depan masyarakat Athena pada masa Yunani klasik sebelum masehi.
Menurut Collier dan Levitsky (2007) demokrasi bisa diartikan sebagaimana
menggunakan kekuasaan secara bijak sehingga mampu mencapai tatanan
masyarakat yang berkeadilan, berprikemanusiaan, pluralitas kesamaan dalam
kehidupan bernegara dan bersinergi dalam memanifestasikan seluruh potensi.
Nilai-nilai demokrasi mengajarakan kepada kita bahwa dalam demokrasi
perbedaan bukanlah sebuah aib, bukan awal perpecahan, bukan awal menjadi
penyebab. Permusuhan yang di permasalahkan namun justru sebagai kekuatan
dimana manusia diajarkan untuk menghormati dan saling menghargai (Collier dan
Levitsky, 2007).
Menurut Undang-undang No 15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan
pemilihan umum, definisi Pemilihan Umum (pemilu) adalah “sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila
dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Sesusai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun
dalam penyelenggara pemilihan umum dan lembaga tersebut adalah Komisi
Pemilihan Umum (KPU). KPU adalah lembaga penyelenggara pemilu yang
bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Yang bertugas melaksanakan pemilu KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota adalah penyelenggara pemilu di Provinsi
dan Kabupaten atau Kota. Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. KPU menjalankan tugasnya secara
berkesinambungan dalam menyelenggarakan pemilu. KPU bebas dari pengaruh
pihak manapun yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
KPU berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia, KPU Provinsi
berkedudukan di ibu kota Provinsi, dan KPU Kabupaten atau Kota berkedudukan
di ibu kota kabupaten atau kota (undang-undang nomor 15 tahun 2011).
Tanggungjawab KPU secara Yuridis formal adalah dalam hal
Penyelenggaraan Pemilu. Akan tetapi apabila dimaknai secara mendalam
sesungguhnya KPU mempunyai tanggung jawab moral yang lebih besar tidak saja
dalam hal penyelenggaraan pemilu, tetapi juga dalam mewujudkan pemerintahan
yang demokratis dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional yakni
masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Hal ini disebabkan karena pemilu
adalah titik awal dan kunci strategis dalam mewujudkan pemerintahan yang pro
rakyat sebagai pemilik Bangsa dan Negara. Keberhasilan KPU dalam
melaksanakan pemilu jujur, adil, dan bersih akan ikut mendorong terciptanya
pemerintahan yang demokratis di Indonesia (radarnusantara.com).
Terdapat parameter untuk menilai keberhasilan pemilu, antara lain dapat
demokrasi prosedural (demokrasi minimalis), Golongan Putih (golput) tidak
berpengaruh terhadap keabsahan hasil pemilu, namun tinggi rendahnya partisipasi
pemilih selalu dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan pemilu. Pada saat
yang sama KPU selalu menjadi kambing hitam atas rendahnya partisipasi. Hal itu
karena tinggi rendahnya partisipasi pemilih dalam pemilu berpengaruh terhadap
tingkat legitimasi hasil pemilu (kpu, 2016).
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempunyai cara dalam mendorong
tingginya partisipasi pemilih dalam pemilu adalah lewat pelaksanaan program
sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Ketika pemilu selalu mengalami
perubahan prosedur teknis, maka KPU punya kepentingan agar rakyat khususnya
pemilih terpenuhi hak informasi atas perubahan regulasi tersebut. KPU punya
kepentingan agar jangan sampai ada pemilih yang terhambat keinginannya untuk
berpartisipasi dalam pemilu gara-gara tidak memahami prosedur tentang
bagaimana cara rakyat atau pemilih untuk berpartisipasi dalam tahap-tahap
pelaksanaan pemilu. Meskipun KPU sangat menyadari bahwa ada keterbatasan
dalam menjalankan kegiatan sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih tersebut,
sehingga dukungan dari banyak pihak sangatlah dibutuhkan (kpu, 2016).
Komisi pemilihan umum (KPU) secara umum mempunyai pencapaian
target kinerja sebagaimana telah di tetapkan pada tahun 2014 dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas dan legalitas pemilihan umum (pemliu) yang demokratis.
Adapun capaian indikator kinerja sasaran tersebut pada tahun 2014 sebagaimana
Table. 1.1.
hak pilihnya dalam pemihan umum 75% 73,21 97,61
Presentase pemilih perempuan yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum
70% 75,73 108,19
Sumber: Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan komisi pemilihan umum tahun 2014.
Jika didasarkan pada target nasional terhadap partisipasi pemilih dalam
pemilu yakni rata-rata sebesar 75%, presentase partisipasi masyarakat yang
menggunakan hak pilihnya pada pemilu tahun 2014 sebagaimana tercantum pada
table 1 diatas belum dapat mencapai target, hanya mencapai angka 73,21%.
Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa angka tersebut merupakan angka
rata-rata pasrtispasi masyarakat pada pemilu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
dan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Adapun perbandingan angka partisipasi
pemilih dalam pemilu tahun 2009 dengan pemilihan tahun 2014 dapat dilihat pada
table 1.2 dibawah ini.
Table 1.2
perbandingan tingkat partisipasi masyarakat pemilihan umum 2009 dengan pemilihan umum tahun 2014.
Tahun Target Realisasi
2009 72% 71%
2014 75% 73,21%
Nampak disini masyarakat di Indonesia dalam melakukan pemilihan tahun
2014 kurang antusias, partisipasi pemilih dalam pemilihan tahun 2014 meleset
dari yang ditargetkan komisi pemilihan umum sebesar 75% walaupun angka
partisipasi pemilih pada tahun 2014 relatif tinggi di bandingkan dengan angka
partisipasi pemilih pada tahun 2009.
Dengan melihat angka partisipasi pemilih yang telah dijelaskan diatas, ada
beberapa penjelasan tentang sosialiasi yang di lakukan oleh KPU pusat dalam
mensosialisasikan pemilu pada tahun 2014 diantaranya, pemilihan tidak lagi
menggunakan sistem contreng tetapi dengan sistem pencoblosan. Hal itu
dikarenakan untuk meminimalisir berbagai kemungkinan adanya
kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam proses pemungutan suara. Selain itu KPU juga
melaunching program goes to campus dengan tujuan untuk mengedukasikan para pemilih pemula dan pemilih yang sudah terdaftar sebelumnya untuk mengetahui
lebih sistematika pemungutan suara pada pemilihan umum tahun 2014 (kpu,
2016). Meskipun demikian tingkat partisipasi pemilih dari pemilu di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta relatif lebih tinggi di banding data partisipasi tingkat
nasional, namun secara umum di seluruh kabupaten atau kota di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta mengalami kecenderungan partisipasi yang terus menurun.
Untuk mengatasi kecenderungan penurunan partisipasi pemilih tersebut
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan KPU
Kabupaten atau Kota seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa
komunitas, pemilih bagi hal itu dilakukan dengan menyelenggarakan TOT
(Training of Trainer) bagi relawan pendidikan pemilih, yang diikuti oleh aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organiasi Masyarakat dan media massa,
serta menyelenggarakan sosialisasi tentang prosedur teknis pemilu pada
kelompok-kelompok masyarakat terfokus, seperti tokoh agama, tokoh masyarakat,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat (Ormas), PT
Media Massa dan lain-lain. Dengan harapan para tokoh masyarakat atau agama
dan media massa tersebut bersedia menyebarluaskan informasi teknis pemilu pada
komunitas atau pembaca mereka.
Kedua, mengkonsolidasi program pendidikan pemilih dan informasi pemilu di KPU Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota di seluruh Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta guna merancang melaksanakan dan mengendalikan
aktifitas informasi pemilu dan pendidikan pemilih pada masyarakat. Ketiga, kerja sama dijalin dengan berbagai pihak guna mendorong efektifitas pelaksanaan
program sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Kerjasama dilakukan dengan
radio, televisi, koran, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi
Masyarakat serta berbagai kelompok masyarakat untuk aktifitas penyebaran
informasi pemilu dan pendidikan pemilih. Kerjasama dengan aktifis mahasiswa
diberbagai perguruan tinggi seperti, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas
Muhammdiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Islam Indonesia (UII),
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Negeri Yogyakarta (UPN) dan
masyarakat basis, khususnya dalam paket Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik
pendidikan Pemilih dan Pemantauan Pemilihan Umum.
Keempat, bekerjasama dan sinkronisasi materi pendidikan pemilih dan informasi pemilu serta berbagi peran antara KPU Provinsi dengan KPU
Kabupaten atau Kota dalam penyelenggaraan program sosialisasi pemilu dan
pendidikan pemilih. KPU Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta lebih terfokus
untuk menangani sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih lewat media massa
dan penerbitan berbagai barang cetakan, sedangkan KPU Kabupaten atau Kota
lebih fokus pada aktifitas penyampaian informasi pemilu di masyarakat basis,
lewat pertemuan tatap muka, maupun dengan jalan mendorong kesertaan Panitia
Penyelenggara Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan
Kelompok Penyelenggara Suara (KPPS) dalam menyelenggarakan sosialisasi
pemilu pada pemilih di masyarakat (kpud DIY, 2016).
Untuk wilayah kota Yogyakarta, partisipasi masyarakat kota Yogyakarta
dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014 cukup realtif tinggi, berdasarkan
catatan KPU kota Yogyakarta partisipasi pemilih mencapai 77,76% presentase itu
naik dibandingkan partisipasi pemilih pemilu presiden pada tahun 2009 yaitu
69,21%. Ikhtisar partisipasi pemilih dalam pemilu Daerah Istimewa Yogyakarta
Table 1.3
Perbandingan tingkat partisipasi masyarakat kotaYogyakarta dalam pemilihan umum 2009 dan 2014.
No Kabupaten atau Kota Pemilihan Legislatif Pemilihan Presiden
2009 2014 2009 2014
Sumber : Data hasil pemilihan umum 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta.
Partisipasi memilih ini berbanding lurus dengan angka golongan putih
(golput). Sehingga bisa disebut angka golput pada pemilihan presiden tahun 2014
sebesar 22,24% angka ini menurun dari pada pemilihan presiden di tahun 2009
sebesar 30,79% dan pada pemilihan legislatif tahun di 2014 sebesar 24,12%.
(news.detik.com, 2016).
Dengan demikian jumlah suara sah pemilihan presiden (Pilpres) tahun
2014 di Kota Yogyakarta adalah 246.341, sedangkan jumlah Daftar Pemilih Tetap
(DPT) pilpres di Kota Yogyakarta ada 310.280 pemilih. Jumlah pemilh yang
menggunakan hak pilih juga termasuk pemilih pada Daftar Pemilih Khusus (DPK)
pemilihan presiden kota Yogyakarta ada 781 dan Daftar Pemilih Khusus
Tambahan (DPKTb) di kota Yogyakarta sebanyak 4.040.
Untuk meningkatnya angka partisipasi masyarakat dan meningkatkan
kesadaran akan betapa pentingnya pemilihan umum, KPU kota Yogyakarta
menyelenggarakan sosialisasi pemilu dengan berbagai cara. Berkurangnya
pemahaman tentang sosialisasi menyebabkan salah pengertian dan salah tangkap
Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU kota Yogyakarta apabila berhasil maka
dapat memberikan implikasi terhadap dampak peningkatan angka partisipasi
pemilih dan menurunkan angka golput, tentunya jika sosialisasi kurang tepat
sasaran maka mengakibatkan menurunnya partisipasi pemilih dan meningkatnya
angka golput pada pemilihan umum 2014.
Untuk mengantasipasi ketidaktepatan sasaran dan memaksimalkan proses
sosialisasi maka KPUD kota Yogyakarta dengan berdasarkan Undang-undang
No. 23 Tahun 2013 pasal 19 tentang pendidikan politik, membentuk Relawan
Demokrasi (Relasi) yang tujuannya adalah sebagai penunjang kinerja KPUD kota
Yogyakarta dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat kota Yogyakarta
pada khususnya. Dalam buku petunjuk pelaksanaan program relawan demokrasi
pemilihan umum tahun 2014, relawan demokrasi memang sengaja dibentuk
seabagai sebuah gerakan sosial untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas
pemilih dalam menggunakan hak pilih. Hadirnya relawan demokrasi dikhususkan
untuk mendorong partisipasi beberapa segmen pemilih melalui kegiatan
sosialisasi, kelompok sasaran relawan demokrasi dibagi kedalam 5 (lima) segmen
pemilih strategi, yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan,
penyandang disabilitas dan keompok pinggiran. Bentuk segmentasi yang dibuat
menunjukkan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan oleh pihak
penyelenggara pemilihan umum kepada kelompok-kelompok tersebut agar terlihat
dalam kegiatan pemilihan umum. (kpud DIY, 2016).
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah diuraikan diatas, peneliti
(KPUD) Kota Yogyakarta Dalam Melakuakan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok
permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana peran KPUD Kota Yogyakarta dalam mensosialisasikan pemilihan
umum presiden pada tahun 2014?
2. Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan KPUD Kota Yogyakarta dalam
pemilihan umum presiden tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana peran KPUD kota Yogyakarta dalam
melakukan sosialisasi pemilihan umum presiden pada tahun 2014.
2. Untuk mengetahui lebih dalam bentuk sosialisasi yang dilakukan KPUD Kota
Yogyakarta dalam pemilihan umum presiden tahun 2014.
D. Kerangka Teori
1. Komisi Pemilihan Umum atau Komisi Pemilihan Umum Daerah
Komisi pemilihan umum (KPU) adalah suatu lembaga yang dipilih dan
ditetapkan berdasarkan undang-undang sebagai penyelenggara pemilihan
umum (pemilu), KPU merupakan lembaga yang beranggotakan orang-orang
yang nonpartisan dan kebanyakan dari kalangan perguruan tinggi dan lembaga
bawahan KPU pusat yang berfungsi untuk menyelanggarakan pemilu secara
berjenjang (Amirudin Ibramsyah, 2008 : 47).
Ketentuan yang melahirkan KPU terdapat dalam pasal 22E
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam bab VII B pemilu
yang merupakan hasil perubahan ketiga tahun 2001. Pasal 22E ayat 5
menyatakan bahwa “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi
pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”. Dalam hal ini,
nama KPU belum menunjukkan nama yang pasti, namun hal ini menjadi dasar
bahwa pemerintah terlepas dari KPU yang bertugas menyelenggarakan pemilu
sebagai organ yang mandiri di dalam kinerjanya.
Pasal 1 point 8 Undang-undang Nomor 15 tahun 2011 tentang
penyelenggaraan pemilihan umum menyatakan : Komisi pemilihan umum
Kabupaten atau Kota, selanjutnya disingkat KPU kabupaten atau Kota, adalah
penyelenggara pemilihan umum yang bertugas melaksanakan pemilihan
umum di Kabupaten atau Kota.
1.1Pemilihan Umum
Pemilihan umum (pemilu) menurut Undang-undang Republik
Indonesia 1945 pasal 22E ayat 1 tentang pemilihan umum yang selanjutnya
disebut pemilu adalah sarana pelaksana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Undang-undang 1945 pasal 22E ayat
Pengertian pemilu menurut Harris G. Warren dalam Harianto (2004)
pemilu merupakan :
“Elections are the accostions when citizens choose their officials and
cecide, what they want the government to do. In making these decisions
citizens determine what rights they want to have and keep”
Pendapat diatas pada intinya adalah mengemukakan bahwa pemilu
merupakan kesempatan bagi warga Negara untuk memilih pejabat-pejabat
pemerintah dan menentukan apa yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh
pemerintah ketika mereka membuat keputusan (Harianto, 2004:85).
Sedangkan menurut Prihatmoko (2008) pemilu ialah suatu proses
pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti
presiden, wakil presiden, wakil rakyat, di berbagai tingkat pemerintahan,
sampai yang paling sederhana atau juga paling kecil yaitu kepala desa. Pada
konteks yang lebih puas, pemilihan umum juga dapat berarti proses mengisi
jabatan-jabatan tertentu. Pemilihan umum merupakan salah satu usaha untuk
mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan
kegiatan retorika, hubungan kemasyarakatan, komunikasi massa, lobbying,
dan lain-lain (Prihatmoko, 2008:43).
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan umum
sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu Negara yang menganut
asas demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik sebagai warga
1.2Asas Pemilihan Umum
Beradasarkan pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23
tahun 2003 tentang pemilihan umum, asas pemilihan umum yaitu : langsung,
umum, bebas, rahaisa, jujur, dan adil. Kemudian dapat di uraikan sebagai
berikut : (undang-undang nomor 8 tahun 2012).
a) Langsung
Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk secara langsung untuk
memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa
perantara
b) Umum
Pada dasarnya semua warga Negara yang memenuhi persyaratan
minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau
pernah menikah berhak ikut memilih dalam pemilihan
c) Bebas
Setiap warga Negara yang berhak memilih bebas menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.
d) Rahasia
Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak
akan diketahui oleh pihak manapun dengan jalan apapun.
e) Jujur
Dalam menyelanggarakan pemilihan umum, penyelenggara pemilihan
semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
f) Adil
Dalam penyelanggaraan pemilihan umum, setiap pemilihan umum dan
peserta pemilihan umum mendapat peralatan yang sama, serta bebas
dari kecurangan pihak manapun.
1.3Tujuan Pemilihan Umum
Pemilihan umum (pemilu) dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih
wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang
demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional sebagai mana diamanatkan dalam
Undang-undang Dasar 1945.
1.4Macam-macam Pemilihan Umum a. Pemilihan Umum Legislatif
Pemilihan umum legislatif adalah pemilihan umum untuk memilih
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten atau Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia (undang-undang nomor 42 tahun 2008).
b. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
Pemilihan umum presiden adalah pemilihan umum untuk memiih
berdasarkkan Pancasila dan Undang-undang Tahun 1945 (undang-undang
nomor 42 tahun 2008)
c. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala
daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila secara dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (undang-undang nomor 65 tahun 2009).
2. Pengertian Sosialisasi
Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses
seumur hidup yang berkenan dengan bagaimana individu mempelajari
cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar
dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelomponya.
Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli, Charlotte Buhler dalam
Kamanto Soenarto (2003) menyebutkan sosialisasi adalah proses yang
membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara
hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam
kelompoknya.
Sedangkan Peter Barger dalam Kamanto Soenarto (2003)
menyebutkan sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Dari beberapa definisi tentang pengertian sosialisasi diatas, penulis
menyimpulkan bahwa pengertian sosialisasi adalah proses manusia untuk
mendapat kepribadian dan membangun kapasitas diri agar berfungsi dengan
baik untuk diri sendiri dan kelompok.
2.1 Sosialisasi Politik
Pengertian sosialisasi politik Dennis Kavanagh (2000): Political Socialization is the term used to describe the process whereby the individual learns about and develops orientations to politics, Pengertian sosialisasi diatas mengandung maksud bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses
dimana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangan tentang politik
yang dilakuakan dengan berbagai cara di masyarakat (Dannis Kavanagh, 2002
:28)
Sosialisasi politik menurut Gabriel A. Almond (2002) merupakan
pewarisan nilai-nilai politik dari satu generasi ke generasi lain,
disosialisasikan melalui agen-agen sosialisasi. Sosialisasi politik ini berperan
dalam mengubah pertahanan dan bentuk budaya politik. Ada dua hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan sosialisasi politik di masyarakat yakni:
(Gabriel A. Almond, 2002 : 34)
a) Sosialisasi itu berjalan secara terus menerus selama hidup seseorang.
Sikap-sikap terbentuk selama masa kanak-kanak yang berlanjut hingga
dewasa dalam upaya pemahaman politik.
b) Sosialisasi politik dapat berwujud transmisi dan pengajaran yang langsung
maupun tidak langsung. Sosialisasi politik secara langsung kalau
melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-perasaan
Dalam proses ini bukan hanya pandangan seseorang atau negara
terhadap politik yang di rubah melainkan juga bagaimana sebuah kebudayaan
politik individu, masyarakat atau negara juga dirubah. Tentu saja perubahan
yang dimaksud tidak secara gradual.Situasi sosialisasi yang dapat merubah
kebudayaan politik apabila suatu masyarakat atau negara mengalami
perubahan yang revosioner dalam suatu bentuk pengalaman kehidupan politik
baru atau terdapat situasi yang terjadi sangat berkaitan dengan kebudayaan
atau kebiasaan yang berbeda dengan situasi sebelumnya. Sosialisasi politik
dalam masyarakat dijalankan oleh agen-agen sosialisasi pada umumnya yaitu:
keluarga, sekolah, kelompok pertemanan (per group) dan media massa.
(Haryanto, 2001 :2).
a. Keluarga
Merupakan agen sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Keluarga
memiliki pengaruh yang besar terhadap anggota-anggotanya, pengaruh
yang paling jelas adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang
kekuasaan.
b. Sekolah
Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui
kurikulum pengejaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan
kegiatan guru. Sekolah melalui kurikulumnya memberikan
pandangan-pandangan yang kongkrit tentang lembaga-lembaga politik dan
hubungan-hubungan politik. Sekolah juga dapat memegang peran penting dalam
c. Kelompok pertemanan (per group)
Kelompok pertemanan ini mulai mengambil alih pentingnya dalam
proses sosialisasi politik selama masa remaja dan berlangsung terus
sepanjang usia dewasa. Selama periode ini, orang tua dan guru-guru
sekolah sebagai figur otoritas pemberi transmitter proses belajar sosial. d. Media massa
Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televisi, dan internet
memgang peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai
modern kepada bangsa-bangsa baru merdeka. Selain memberikan
informasi tentang informasi-informasi politik, media massa juga
menyampaikan nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya.
2.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sosialisasi antara lain :
(Bagja Waluya, 2007 : 25)
a. Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
sesorang. Sering kali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis.
Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara lain adalah,
keterampilan-keterampilan, Intelligence Quotient (IQ) atau tingkat kecerdasan.
b. Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang
individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya,
tempat seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga
masyarakat yang lain. Kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi
pekerjaan, kondisi lingkungan masyarakat luas, termasuk sebagai
sarananya adalah media masa cetak maupun elektronik.
2.3 Sosialisasi Pemilihan Umum
Sosialisasi pemilihan umum adalah proses penyampaian informasi
dan sosialisasi tentang tahapan dan program dalam penyelenggaraan
pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten atau
Kota serta Pemilihan umum presiden dan wakil presiden. (Undang-undang
Nomor 40 tahun 2008)
2.4Tujuan Sosialisasi Pemilihan Umum
Didalam peraturan komisi pemilihan umum Nomor 39 tahun 2009
disebutkan bahwa kegiatan sosialisasi dan partisipasi yang di lakukan oleh
penyelanggara pemilihan umum bertujuan : (undang-undang nomor 39 tahun
2009, tujuan dan target capaian dalam sosialisasi dan penyampaian informasi
umum)
Pertama, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mayarakat akan pentingnya pemilihan umum dalam membangun kehidupan demokrasi
di Indonesia.
Ketiga, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang berapa hal teknis dalam menggunakan hak politik dan hak pilihnya
dengan benar.
Keempat, meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berperan serta dalam setiap tahapan pemilihan umum presiden wakil
presiden.
Kelima, meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum presiden dan wakil
presiden.
2.5Metode Sosialisasi Pemilihan Umum
Sesuai dengan peraturan komisi pemilihan umum Nomor 39 tahun
2009 terdapat beberapa metode yang digunakan sebagai bahan sosialisasi
pemilihan, anatara lain yaitu : (undang-undang nomor 39 tahun 2009)
komunikasi tatap muka, komunikasi melalui media massa dan mobilisasi
sosial.
a) Komunikasi tatap muka dapat berupa pertemuan, dalam bentuk diskusi,
seminar, workshop, rapat kerja, training of trainneer atau facilitator, ceramah maupun simulasi.
b)Komunikasi melalui media massa dilakukan dengan penyampaian
informasi di media cetak maupun elektronik maupun tulisan, gambar,
suara, maupun audio visual.
c) Mobilisasi sosial dilakukan melalui ajakan peran serta seluruh komponen
lembaga swadaya masyarakat untuk ikut dalam melaksanakan setiap
tahapan pemilihan umum seperti gerakan sadar pemilihan umum, deklarasi
kampanye damai, gerakan anti golongan putih dan seterusnya.
2.6Kendala Sosialisasi Pemilihan Umum
Terkait dengan bahan sosialisasi komisi pemilihan umum kota
Yogyakarta sudah membuat bebrapa produk seperti : brosur, leaflet, pamphlet, booklet, poster, folder, stiker. Hanya saja, menyangkut di media massa tidak banyak yang dapat digunakan oleh komisi pemilihan umum kota atau
kabupaten hanya sebatas pada radio saja. Padahal segmentasi pengguna media
ini sangat terbatas. Sealain radio, kegiatan sosialisasi komisi pemilihan umum
kota juga mengandalkan media konvensional, seperti pembuatan baliho,
spanduk, leaflet dan pamphlet.
Segmentasi menggunakan metode sosialisai ini cukup menjadi
hambatan bagi komisi pemilihan umum kota Yogyakarta untuk melakukan
inovasi disebabkan karena anggaran yang kurang memadai. Akan tetapi, ada
pembelajaran inovasi dari komisi pemilihan umum kota melalui kerjasama
dengan pemerintah kota dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Kerjasama
tersebut membuka peluang bagi komisi pemulihan umum kota untuk
menggunakan saluran informasi selain yang telah diatur dalam aturan metode
kampanye. (kpud DIY, 2016)
Sebagai peneliti dengan judul penelitian “Peran Komisi Pemilihan
Umum Daerah (KPUD) Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi
banyak masyarakat yang masih belum paham atau mengerti peranan dari
komisi pemilihan umum secara menyeluruh, kemungkinan banyak dari
sebagian masyarakat mengerti bahwa peranan komisi pemilihan umum hanya
sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum saja. Akan tetapi sebenarnya
banyak kegiatan lain yang di lakukan oleh komisi pemilihan umum selain
menyelenggarakan pemilihan umum, contohnya sesuai judul yang diteliti
yaitu mensosialisasikan kegiatan pemilihan umum yang baik dan benar
dengan bertujuan untuk meningkatkan jumlah angka partisipasi masyarakat
dalam pemilihan umum. Hal itu di lakukan dengan kerja sama dengan
lembaga terkait untuk mengajak masyarakat untuk berpartispasi. Salah satu
terobosan sosialisasi pemilihan umum presiden khususnya di kota Yogyakarta
dapat dilakukan melalui sosialisasi kultur budaya, hal ini dikarenakan kota
Yogyakarta identik dengan budaya yang kental, maka hal tersebut bisa
dimanfaatkan sebagai wahana sosialisasi pemilu, baik pemilu legislatif
maupun pemilu presiden. Budaya yang dapat dipraktekkan dilingkup
masyarakat dapat berupa sosialisasi melalui pawai budaya-budaya tradisional
pagelaran-pagelaran budaya semisal ketoprak, ludruk, maupun kesenian yang
lainnya.
Dalam penelitian ini, disini juga menimbulkan pertanyaan seperti apa
bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh komisi pemilu untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat. Dan penulis memilih judul ini utuk menemukan
jawaban itu dengan harapan dapat menjadi bacaan atau bahan pertimbangan
kepala daerah maupun legislatif. Dengan membuat rincian kegiatan sosialisasi
ataupun data jumlah partisipasipan dalam pemilu.
Disini penulis juga melakukan perbandingan atau perbedaan dengan
penelitian yang sejenis, dan penelitian tersebut dari peneliti mahasiswi (Eka)
kampus Universitas Mulawarman dengan penelitian yang berjudul “Peran
Komisi Pemilihan Umum Dalam Sosialisasi Pemilihan Umum Sebagai Upaya
Untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum
Presiden 2014 di Kalimantan Timur”. Ada beberapa point perbedaan
penelitian yang saya buat dengan penelitian ini, yaitu:
1. Teori
Dalam penulisan teori atau pengambilan teori tidak sama, teori
dalam penelitian kurang lengkap dalam pengambilan teori sosialisasi,
penelitian ini hanya menggunaan sosialisasi politik dan tidak
menggunakan teori sosialisasi pemilihan umum.
2. Metode yang digunakan
Dalam penelitian ini bentuk metode sosialisasi yang digunakan
menggunakan teori komunikasi interaksine simbolik dikarenakan
dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi satua arah,
sosialisasi dalam model ini dapat lebih mengeksplor permasalahan,
E. Defenisi Konseptual 1. Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun
kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai
suatu kelompok.
2. Komisi pemilihan Umum daerah
Komisi pemilihan umum suatu lembaga yang dipilih dan ditetapkan
berdasarkan undang-undang sebagai penyelenggara pemilihan umum. Komisi
pemilihan umum daerah merupakan bawahan komisi pemilihan umum pusat
yang berfungsi untuk mneyelenggarakan pemilihan umum secara berjenjang.
3. Pemilihan umum
Pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam
kehidupan suatu Negara yang menganut azas demokrasi yang memberi
kesempatan berpartisipasi politik bagi warga untuk memilih wakil-wakilnya
yang akan menyuarkan dan menyalurkan aspirasi rakyat.
F. Definisi Operasional.
Berdasarkan undang-undang Nomor 40 tahun 2008 sosialisasi
pemilihan umum adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang
tahapan dan program dalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat
Wakil Presiden. Maka untuk mengetahui peran KPUD dalam melakukan
sosialisasi pemilihan umum Presiden, indikator yang digunakan yaitu sebagai
berikut :
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
2. KPUD kota Yogyakarta membentuk agen-agen relawan demokrasi (relasi)
guna memperlancar kinerja KPUD, RELASI ini ditunjukkan kepada
pemilik hak suara dalam pemilihan umum, antara lain :
- Pemilih pemula
- Difable
- Kaum perempuan
- Kaum marjinal
3. Metode sosialisasi pemilihan umum cara yang digunakan untuk
memperlancar proses sosialisasi khususnya pemilihan umum, metode yang
digunakan antara lain :
- Komunikasi
- Komunikasi melalui media massa
4. Hambatan
5. Pendukung
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, penyusun menggunakan jenis penelitian kualitatif
deskriftif. Bogdan dan Taylor memaparkan dalam Lexy J Moleong (2001)
deskriftip berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau oraganisasi kedalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan (Lexy J
Moleong, 2011 :4)
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekretariat KPU Daerah Kota Yogyakarta
yang memiliki peran sebagai penyelenggara pemilihan umum di Kota
Yogyakarta. Tempat ini dipilih dengan pertimbangan KPU sebagai lembaga
resmi yang berhak mengadakan pemilihan umum baik tingkat pusat maupun
sampai tingkat daerah.
3. Data dan sumber data
Informan adalah orang yang paling tahu tentang variabel yang akan
diteliti, baik itu dari seri pelaksanaan, pendistribusian, evaluasi. Jika hanya
satu subjek responden jelas belum cukup, penentuan informan lain
berdasarkan purposive, seimbang disesuaikan dengan tujuan dan hakekat peneliti. Subjek sekunder juga harus paham betul mengenai permasalahan dan
dapat dipercaya (Moelong, 2010:23).
Informan dalam penelitian yang akan di wawancarai adalah :
1) Anggota KPU kota Yogyakarta sebagai koordinator sosialisasi (Sri Surani. SP
)
Pemilih pemula ( Nuzul Hafizah )
Difable ( Widi Haryanti )
Kaum perempuan ( Sri Lestari )
Kaum marjinal ( Yuni Sarah Al Bukori )
3) Lembaga Sosial Masyrakat (sigap)
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode teknik pengumpulan data yang dipakai dalam pengumpulan
data adalah :
a. Wawancara
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dengan cara bertanya secara langsung kepada segenap
tokoh-tokoh yang duduk dijajaran KPU Kota Yogyakarta, yakni : Anggota KPU
Kota Yogyakarta ( Sri Surani. SP ) dan anggota relawan demokrasi KPU
Kota Yogyakarta ( Nuzul Hafizah, Widi Haryanti, Sri Lestari, Yuni Sarah
Al Bukori ).
b. Dokumentasi
Teknik dokumenter digunakan untuk mendapatkan data sekunder
yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari catatan-catatan,
buku-buku, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian ini dan diharapkan dapat menjadi pelengkap dalam menganalisa
permasalahan dalam penelitian ini. Adapun dokumen yang dibutuhkan
antara lain :
- Notulensi
- Dokumen sosialisasi KPU
- Dokumen program sosialisasi
5. Teknik Analisis Data
Peneliti dalam menganalisa data menggunakan data kualitatif adengan
sifat deskriptif analisis yaitu dengan cara pengumpulan data kemudian data
tersebut dianalisa dari awal hingga akhir penelitian. Secara urut proses
pengumpulan data dapat dijelaskan seabagai berikut :
a. Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model analisis interaktif
menurut Huberman dan Miles. Huberman dan Miles dalam Indrawati
(2011) mengemukakan bahwa langkah pertama dalam model analisis
interaktif adalah reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema serta polanya.
Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan setelah diperoleh data dari
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dipilih data-data
pokok dan difokuskan pada hal-hal penting, sehingga data penelitian
menjadi lebih jelas dan sistematis (Indrawati, 2011 :27)
b. Langkah kedua dalam model analisis interaktif adalah penyajian data yang
dikemukakan oleh Miles dalam Indrawati (2011) mengemukakan bahwa
penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan kolom-kolom
dalam sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis dan
bentuk data yang dimaksudkan dalam kotak-kotak matriks. Dalam
mengenai subjek penelitian, yakni menggambarkan bagaiman peran
KPUD Kota Yogyakarta dalam melakukan sosialisasi pemilihan presiden
2014 (indarwati, 2011 : 28).
c. Langkah ketiga dalam model analisis interaktif adalah verifikasi data.
Proses analisa data dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
d.
Sumber : Burhan Bungin, 2007
Skema 1 Proses Analisis Data
PENYAJIAN DATA PENGUMPULAN
DATA
REDUKSI DATA SIMPULAN/
30 A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta
1. Letak Wiayah
Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19’’-110º28’53’’ Bujur Timur
dan antara 07º49’26’’-07º15’24’’ Lintang Selatan, dengan luas sekitar 32,5
Km² atau 1,02% dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jarak terjauh dari utara ke selatan kurang lebih 7,5 Km dan barat ke timur
kurang lebih 5,6 Km.
Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran gunung
merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0-2%) dan berada
pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian
wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100
meter dan sisanya (1.539 hektar) berada ketinggian antara 100-199 meter dpa.
Sebagian besar jenis tanahnya adalah regosol.
Terdapat 3 sungai yang mengalir dari arah utara ke selatan yaitu :
Sungai Gajahwong yang mengalir dibagian timur kota, Sungai Code dibagian
Gambar 2.1 Peta Yogyakarta
2. Luas Wilayah
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan
dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas
wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan luas 3.250 tersebut
menjadi 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW dan 2.531 RT. Kondisi tanah
kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman
pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada
didataran lereng gunung merapi (fluvis volcanic foot plain) yang garis
besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda.
Dari 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta, kecamatan
Umbulharjo memiliki jumlah wilayah atau luas area paling luas yaitu 261,
Table 2.1
NGAMPILAN 1.Notoprajan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah
pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudra Hindia di bagian selatan dan Provinsi
Jawa Tengah di bagian lainnya. Batas dengan Provinsi Jawa Tengah meliputi :
Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara
Kabupaten Klaten di bagian timur laut
Kabupaten Magelang di bagian barat laut
Kabupaten Purworejo di bagian barat
Secara astronomis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak
antara 70º 33’ LS - 8º 12’ LS dan 110º 00’ 50º BT. Komponen fisiografi yang
fisiografis yaitu satuan pegunungan selatan (datran tinggi karst) dengan
ketinggian tempat berkisar antara 150-700 meter, satuan gunung merapi
dengan ketinggian tempat berkisar antara 80-2.911 meter, satuan dataran
rendah yang membentang antara pegunungan selatan dan pegunungan
kulonprogo pada ketinggian 0-80 meter, dan pegunungan kulonprogo dengan
ketinggian hingga 572 meter.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80km²,
terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota, Yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten
Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabuapaten
Kulonprogo. Setiap kabupaten atau kota mempunyai kondisi fisik yang
berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama perbedaan
kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah.
Potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah tidak sama
dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang
sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah)
setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya membawa
keberagaman dalam potensi sumberdaya alam dan potensi kebencanaan alam
sehingga antara pengembangan sumberdaya alam daerah harus
memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan suatu potensi
sumberdaya alam harus memperhatikan sifat dari sumberdaya yang akan
dikembangkan, yaitu apakah sumberdaya alam tersebut berupa cadangan (tak
terbaharui, misalnya tambang mineral atau buatan) atau sebagai sumberdaya
pengembangan sumberdaya alam harus memperhatikan kesinambungan
pemanfaatan dan kelestarian lingkungam. Kekeliruan pengembangan
sumberdaya alam selain berdampak pada degaradasi sumberdaya alam
bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana alam yang
berakibat sangat merugikan.
4. Kondisi Demografi Kota Yogyakarta
Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk tahun 2010
tercatat 388.627 orang. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah
48.67% laki-laki dan 51.33% perempuan. Secara keseluruhan jumlah
penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki
seperti tampak dari rasio jenis kelamin penduduk yang lebih kecil dari 100,
dimana pada tahun 2010 sebesar 94.81.
Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2011 sebanyak 390.554
orang dengan rincian sebanyak 190.075 orang penduduk laki-laki dan 200.479
orang penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara
banyaknya penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan pada suatu daerah
dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk
laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 32,50 km²,
kepadatan penduduk Kota Yogyakarta 12.017 jiwa per km². kepadatan
Table 2.2
Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil Sensus Penduduk dan SUPAS 1971-2010
Kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta hasil sensus
penduduk dan SUPAS 1971-2010 berdasarkan pengamatan hasil table diatas
cenderung meningkat ditiap tahunnya.
Table 2.3
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0 – 4 13.207 12.390 25.597
Jumlah 190.075 200.479 390.554
Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota
Yogyakarta paling tinggi jumlahnya terdapat pada kelompok umur 20-24
dengan jumlah 50.362 orang, dengan persentase jumlah laki-laki 24.600 orang
dan perempuan 25.762 orang. Sedangkan jumlah penduduk menurut
kelompok umur paling rendah terdapat pada kelompok umur 70-74 dengan
jumlah total 7.605 dengan persentase jumlah laki-laki 3.095 orang dan
perempuan 4.510 orang.
5. Kondisi Sosial Politik Kota Yogyakarta
Sejak resmi lahirnya Kota Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 1947,
terdapat 9 orang Walikota yang menjabat sebagai kepala daerah tingkat II di
bawah Gubernur. Walikota Yogyakarta yang pertama adalah M. Enoch (Mei
1947-Juli 1947) dan dilanjutkan oleh Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo (Juli
1947-Januari 1966). Walikota Yogyakarta yang ketiga adalah Sooedjono A.
Y. yang menjabat selama sepuluh tahun, yaitu pada (Januari 1966-November
1975). Kemudian pengabdian Soedjono dilanjutkan oleh Walikota keempat
yaitu H. Ahmad pada periode (November 1975-Mei 1981). Periode berikutnya
adalah Soegiarto (1981-1986) satu periode. Djatmiko D pada (1986-1991) satu
periode. R. Widagdo dua periode (1991-2001). Herry Zudianto juga menjabat
dua periode kepemimpinannya yaitu pada (2001-2011). Sedangkan untuk
periode 2011 hingga sekarang kursi Walikota Yogyakarta di jabat oleh Drs. H.
B. GAMBARAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KOTA YOGYAKARTA
1. Anggota KPU
Perekrutan anggota KPU Kota Yogyakarta dibentuk melalui seleksi yang
menunjuk pada SK Wakikota tentang pembentukan Tim Seleksi anggota
KPUD. Adapun calon-calon anggota yang dapat mencalonkan diri adalah :
a) Non Partisan
b) Jika seorang PNS, maka bersedia melepas semua jabatannya, baik
struktural maupun fungsional.
Pada tahap penyeleksian, para calon diminta untuk menggambarkan
visi dan misinya sebanyak 5 lembar HVS dan setelah persyaratan
adimistrasinya selesai, maka pemuda mengumumkan calon-calon tersebut
kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan langsung dalam
memberi opini atau laporan-laporan terkait calon-calon tersebut. Dan untuk
hal ini diberikan waktu 5 hari. Tahap akhir seleki adalah Fit and Propert test
yang kemudian menghasilkan 10 orang yang kemudian disusutkan menjadi 5
orang dengan sistem pergantian antar waktu dengan lama kontrak 5 tahun.
Kompisisi personalia KPU Kota Yogyakarta periode 2008-2013
merupakan komposisi kepenggurusan yang menjalankan tahapan verifikasi
Parpol calon peserta Pemilu 2014 di Kota Yogyakarta. Dengan diketuai oleh
bapak Nasrullah S.H.,S.Ag.,M.CL yang juga merupakan seorang dosen
Fakultas Hukum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hingga
sampai pada penetapan Parpol yang memenuhi syarat dan yang tidak
memenuhi syarat. Kemudian kepengurusan ini dilanjutkan oleh kompisisi
personalia yang baru untuk periode 2013-2018.
Kemudian untuk komposisi personalia kepengurusan periode
2013-2018 ini diketuai oleh bapak Wawan Budiyanto, S.Ag, MSI yang merupakan
anggota dari kepengurusan periode sebelumnya mempunyai jabatan devisi
umum, rumah tangga dan organisasi dalam tahapan vertifikasi Parpol calon
peserta Pemilu 2014.
2. Tugas dan Fungsi KPU Kabupaten atau Kota a. Tugas
1. Merencanakan penyelenggaraan Pemilu.
2. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanan Pemilu.
3. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan pelaksanaan pemilu.
4. Menetapkan peserta Pemilu.
5. Menetapkan daerah pilihan, jumlah kursi dan calon Anggita DPR, DPD,
DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.
6. Menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan
pemungutan suara.
7. Menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih Anggota,
DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.
8. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pemilu.
b. Fungsi
1. Penyusunan program dan anggaran Pemilu di Kabupaten/Kota.
2. Pemberian pelayanan teknis pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu di
Kabupaten/Kota.
3. Pemberian pelayanan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, anggaran, dan perlengkapan.
4. Perumusan dan penyusunan bantuan serta penyelesaian masalah dan
sengketa hukum.
5. Pemberian dan pelayanan imformasi Pemilu, partisipasi masyarakat dan
penyelenggarakan hubungan masyarakat bagi keperluan pemilihan umum
di Kabupaten/Kota.
6. Pengelolaan data Pemilu di Kabupaten/Kota.
7. Pengelolaan logistik dan distribusi barang atau jasa keperluan pemilihan
umum.
8. Pelaksanaan kerjasama antar lembaga.
9. Penyusunan laporan penyelenggara kegiatan atau pertanggung jawaban
41
YOGYAKARTA DALAM SOSIALISASI PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014
A. Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Yogyakarta dalam Pemilihan Umum Presiden 2014
Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 tahun 2008 sosialisasi pemilihan
umum (pemilu) adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang
tahapan dan program dalam penyelenggaraan pemilihan umum presiden dan wakil
presiden. Untuk mengetahui peran KPUD kota Yogyakarta dalam
mensosialisasikan pemilu presiden 2014 menggunakan dua indikator yaitu : (1)
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, (2) membentuk agen-agen Relawan
Demokrasi (relasi). Penelitian dilapangan dengan membagi beberapa indikator
pertanyaan kepada KPUD Yogyakarta selaku badan penyelenggara pemilu terkait
dengan sosialisasi pemilu presiden 2014. Dengan demikian dapat di analisa
apakah peran sosialisasi tersebut berjalan baik atau tidak.
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
Di kota Yogyakarta sendiri terdapat 310.280 daftar pemilih tetap (DPT)
yang telah dirilis oleh KPUD kota Yogyakarta, adapun pembagianya jenis
Tabel 3.1
Sumber: Laporan Mutakhir KPUD kota Yogyakarta, diolah.
Tabel 3.2
Jumlah Pemilih DPT Kota Yogyakarta 2014.
Jumlah pemilih total DPT kota Yogyakarta 2014, diolah.
Dari data dari KPUD kota Yogyakarta tersebut, dapat dilihat bahwa
jumlah DPT di regional kota Yogyakarta tinggi, dengan jumlah yang tinggi
tersebut maka sosialisasi KPUD kota Yogyakarta dalam memberikan pemahaman
dan pengetahuan tentang pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 menjadi
tugas yang tidak mudah untuk diimplikasikan kepada masyarakat, sehingga
diperlukan strategi dan metode pendekatan kepada masyarakat, apalagi disetiap
tahun ada perubahan, khusunya pertambahan bagi para pemilih baru. Untuk
No Kecamatan DPT Total
memperdalam bagaimana meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
pemilu presiden dan wakil presiden 2014, maka peneliti mewawancarai Sri Surani
SP, ;
“Dalam peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu
presiden di tahun 2014 ya, kami bekerja sama dengan dinas pendidikan, media kompas dan camat di 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta dalam memberikan sosialisasi terhadap pemilih pemula, nah untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat secara umum, kami mengacu pada peraturan perundangan yang telah ditetapkan sesuai UU, kemudian kita memperhatikan segmentasi sesuai peraturan KPU RI no 39 tahun 2009 ya, seperti meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tahapan dan program pemilihan presiden dan wakil presiden, meningkatkan pengetahuan tentang hal teknis, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, sehingga harapan tinggi pada tingkat partisipasi pemilih
pada pemilu 2014.”
(Wawancara dengan Sri Surani SP, pada Oktober 2016)
Dalam uraian yang telah dijelaskan oleh Sri Surani, menegaskan bahwa
untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu presiden di
2014 harus hierarki dengan aturan KPU RI, sehingga ada korelasi yang baik
antara pusat daerah dalam mewujudkan tujuan sosialisasi pemilu yang baik,
penggandengan instansi pendukung yaitu dinas pendidikan sebagai peran sentral
dalam memberikan pemahaman kepada pihak pemilih pemula melalui mekanisme
yang telah ditetapkan, dan juga menggandeng para Camat yang berada di bawah
struktur wewenang Pemeritah kota Yogyakarta, sehingga dengan menggandeng
camat dalam proses sosialisasi akan mempermudah KPUD kota Yogyakarta