• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014

Nama : M. Tri Martin

Nim : 20120520126

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Nama : M. Tri Martin Nim : 20120520126

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

sepanjang pengetahuan penulis, di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh

orang lain maupun pihak lain sebagai bentuk pengajuan untuk memperoleh gelar keserjanaan

pada perguruan tinggi manapun.

Selanjutnya apabila nanti di kemudian hari terdapat publikasi oleh pihak lain yang merasa

di rugikan dan menuntut penulis atas karya tulis ini, maka hal itu merupakan suatu hal yang

berada diluar kesenjangan penulis dan untuk itu penulis akan mempertanggungjawabkan hasil

karya tulis ini serta menerima segala resiko ataupun konsekuensi yang menyertainya.

Yogyakarta, 18 Desember 2016

(4)
(5)

iv Assalamuaialaikum Wr.Wb

Alhamdulillahirabbilalamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelasaikan penyusun skripsi ini yang

berjudul “Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Pada Tahun 2014” Skripsi ini di susun sebagai syarat

menyelesaikan program SI pada program studi Ilmu Pemerintahan, di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tentunya ini bukan akhir dari studi yang

telah dijalankan pada masa sekarang akan tetapi penulis yakin ini adalah awal dari

tanggungjawab sebagai bagian dari peran akademisi sekaligus juga sebagai praktisi serta amanah

cendikiawan muslim untuk terus memberikan kontribusi dan masukan dalam rangka

membumikan Ilmu Pemerintahan. Inilah sebuah perjalanan dan perjuangan yang telah ditempuh” semuanya ini tentunya tak akan menjadi suatu kenyataan tanpa adanya uluran tangan dan

kepedulian serta dorongan dari berbagai pihak untuk itu penulis perlu menyampaikan ucapan

terimakasih :

1. Rasa puji dan syukur Allah SWT atas curahan segala nikmat, rahmat dan karunia yang

tiada tara. Tak sanggup hamba ini dalam menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya

pertolongan dan petunjuk serta hidayahNya.

2. Shalawat serta salam dijunjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa umat

(6)

v

menyemangati anaknya sampai akhirnya mendapatkan gelar SI ini.

4. Kepada abang dan adik-adik ku ( Dwi Saputra, Gustiya Ulfah, Nur Yunita Sari, Najwa

Hidayanti ) terimkasih atas dukungan kalian dan setiap pertanyaan kalian “abang kapan

wisuda?” yang menjadikan semangat untuk terus mengerjakan skirpsi ini. Dan juga terimakasih untuk seluruh keluarga besar Alm Ma’as (kakek) dan keluarga besar Alm Husin (datuk) yang selalu memberikan auara positif dan aura penuh semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

5. Terimakasih untuk teman-teman yang ikut serta membagi pikiran saran atau masukan

dalam pembuatan skripsi ini ; Imam Syaukani fitrah, S.IP, Mila Wulandari, Hendri Van

Hellen, dan Riky Prasetyo, S.IP berkat masukan dan saran kalian sedikit demi sedikit

skripsi ini akhirnya terselesaikan.

6. Teman-teman yang pernah ikut nongkrong atau mengobrol untuk pembahasan skripsi ini

terimakasih atas waktu kalian untuk mendengarkan curhatan dan keluhan dalam

pembuatan skripsi ini.

7. Terimakasih untuk para penghuni kontrakan Pak Bos Taufik serta tamu-tamu yang datang

untuk menghibur penulis ketika dalam keadaan stress, pusing dan galau dalam pengerjaan

skripsi ini, dengan adanya kalian maka penulis merasakan kebahagiaan diatas kesulitan

dalam proses mengerjakan skripsi ini.

Dengan segala keerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

(7)

vi

Yogyakarta, 18 Desember 2016

Penulis

(8)

vii

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat Iman, Islam, kesempatan, serta kekuatan

yang telah diberikan Allah Subhanahuwata’ala sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat beriring salam untuk tuntunan dan suri tauladan Rasulullah Shallallhu’awalaihiwasallam beserta keluarga dan sahabat beliau yang senantiasa menjunjung

tinggi nilai-nilai Islam yang sampai saat ini dapat dinikamati oleh seluruh manusia di penjuru

dunia.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota

Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014”. Skripsi ini disusun

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada

Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Muhammadiyah Yogyakarta Jurusan Ilmu

Pemerintahan. Maka dari itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada

pihak-pihak terkait :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Ali Muhammad, S.IP., M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dr.Titin Purwaningsih., S.IP., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

(9)

viii

5. Bapak Eko Priyo Purnomo, Ph.D selaku dosen penguji I

6. Bapak Dr. Zuly Qodir M.Si selaku dosen pembimbing II

7. Seluruh anggota KPU yang telah bersedia menjadi informan demi kelengkapan

skripsi ini.

8. Seluruh anggota Relawan Demokrasi yang telah bersedia menjadi informan demi

kelengkapan skripsi ini.

9. Staf dan karyawan jurusan ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam hal urusan administrasi dan

keperluan lainnya

10.Semua pihak yang membantu penulisan skripsi ini baik langsung maupub tidak

langsung,

Yogyakarta, 18 Desember 2016

Penulis

(10)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERNYATAAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GAMBAR ... SINOPSIS ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuandan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 10

D. Kerangka Dasar Teori ... 10

1. KPU Umum dan KPU Daerah ... 10

1.1Pemilihan Umum ... 11

1.2Asas Pemilihan Umum ... 13

1.3Tujuan Pemilihan Umum ... 14

1.4Macam-macam Pemilihan Umum ... 14

2. Pengertian sosialisasi ... 15

2.1Sosialisasi Politik ... 16

(11)

x

2.6Kendala Sosialisasi Pemilihan Umum... 21

E. Definisi Konsepsional ... 24

F. Definisi Operasional ... 24

G. Metode Penelitian ... 35

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 30

A. Gambaran Umum Kota Yogyakarta ... 30

1. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta ... 30

2. Kondisi Demografi Kota Yogyakarta ... 35

3. Kondisi Sosial Politik Kota Yogyakarta ... 37

B. Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta ... 38

1. Anggota KPU ... 38

2. Tugas dan Fungsi KPU Kabupaten/Kota ... 39

BAB III PEMBAHASAN ... 41

A. Peran KPUD Kota Yogyakarta dalam Pemilu Presiden tahun 2014 ... 41

1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan ... 41

2. Membentuk Agen-agen Relawan Demokrasi (Relasi) ... 45

a. Pemilih Pemula ... 46

b. Disabilitas atau Difable ... 50

c. Kaum Perempuan ... 57

d. Kaum Marjinal ... 61

B. Metode Sosialisasi Pemilu ... 65

1. Komunikasi ... 66

2. Komunikasi melalui media masa ... 69

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Sosialisasi ...76

a. Faktor Pendukung ... 76

(12)

xi

B. Saran ... 84

(13)

xii

TABEL 1.2 Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Pemilu 2009 dengan Pemilu 2014 ...

TABEL 1.3 Perbandingan Tingkat Partisipasi Masyarakat Kota Yogyakarta dalam Pemilu 2009 dan 2014 ...

TABEL 2.1 Luas Wilayah, Jumlah RT dan RW Mwnurut Kecamatan dan Kelurahan Kota

Yogyakarta 2011 ...

TABEL 2.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil sensus penduduk dan SUPAS 1971-2010 ...

TABEL 2.3 Penduduk Menurut Kelompok Umuru dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta ...

TABEL 3.1 Akumulasi Total Jumlah Pemilih ...

TABEL 3.2 Jumlah Pemilih DPT Kota Yogyakarta 2014 ...

(14)
(15)
(16)

lepas dari fenomena kemajemukan yang ada di kota Yogyakarta dan dibentuknya relawan demokrasi (Relasi) yang mempermudah kinerja KPUD kota Yogyakarta. Hadirnya relawan demokrasi dikhususkan untuk mendorong partisipasi beberapa segmen pemilih melalui kegiatan sosialisasi dengan segmen pemilih strategi, yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan, penyandang disabilitas dan kelompok pinggiran. Bentuk segmentasi yang dibuat menunjukkan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan oleh pihak penyelenggara pemilihan umum kepada kelompok-kelompok tersebut agar terlihat dalam kegiatan pemilihan umum.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif naturalistik - diskriptif dengan metode observasi, wawancara, wawancara mendalam (indept interview), dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis Huberman dan Miles. Dengan demikian penelitian ini diharapkan mampu menjabarkan dan menganalisa tahapan-tahapn dari proses perencanaan, monitoring dan pelaksanaan sosialisasi pemilu presiden 2014.

Dalam pelaksanaan sosialisasi pemilu 2014 oleh KPUD kota Yogyakarta, mampu memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat dinilai sukses. Keberhasilan sosialisasi tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek yakni penggunaan alat peraga simulasi (APS) yang digunakan oleh KPUD kota Yogyakarta untuk segenap elemen masyarakat dan dianugrahi penghargaan sebagai pelaksana pemilu terbaik di 2014. Metode dan inovasi penggunaan media massa yang dilakukan oleh KPUD dengan memanfaatkan videotron sebagai wahana sosialisasi juga menarik perhatian dan yang pertama yang dilakukan di Indonesia.

Adapun faktor pendukung dalam sosialisasi adalah: (1) jangkauan geografis; (2) kerjasama dengan organisasi masyarakat; (3) pemanfaatan media massa; (4) penggunaan APS dan (5) peran aktif KPUD dan Relasi. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: (1) target sosialisasi; (2) faktor individualisme yang tinggi.

Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini antara lain: (1) perlunya memanfaatkan budaya sebagai wadah sosialisasi; (2) aktualisasi target sosialisasi; dan (3) intesitas pemberian sosialisasi

(17)

1

Demokrasi secara Etimologis berasal dari kata demos dan cratein yang mempunyai arti keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya

kedaulatan berada di tangan rakyat. Sejarah demokrasi sendiri diawali oleh pidato

Pericles di depan masyarakat Athena pada masa Yunani klasik sebelum masehi.

Menurut Collier dan Levitsky (2007) demokrasi bisa diartikan sebagaimana

menggunakan kekuasaan secara bijak sehingga mampu mencapai tatanan

masyarakat yang berkeadilan, berprikemanusiaan, pluralitas kesamaan dalam

kehidupan bernegara dan bersinergi dalam memanifestasikan seluruh potensi.

Nilai-nilai demokrasi mengajarakan kepada kita bahwa dalam demokrasi

perbedaan bukanlah sebuah aib, bukan awal perpecahan, bukan awal menjadi

penyebab. Permusuhan yang di permasalahkan namun justru sebagai kekuatan

dimana manusia diajarkan untuk menghormati dan saling menghargai (Collier dan

Levitsky, 2007).

Menurut Undang-undang No 15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan

pemilihan umum, definisi Pemilihan Umum (pemilu) adalah “sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil dalam negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila

dan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Sesusai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

(18)

dalam penyelenggara pemilihan umum dan lembaga tersebut adalah Komisi

Pemilihan Umum (KPU). KPU adalah lembaga penyelenggara pemilu yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Yang bertugas melaksanakan pemilu KPU

Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota adalah penyelenggara pemilu di Provinsi

dan Kabupaten atau Kota. Wilayah kerja KPU meliputi seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. KPU menjalankan tugasnya secara

berkesinambungan dalam menyelenggarakan pemilu. KPU bebas dari pengaruh

pihak manapun yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan wewenangnya.

KPU berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia, KPU Provinsi

berkedudukan di ibu kota Provinsi, dan KPU Kabupaten atau Kota berkedudukan

di ibu kota kabupaten atau kota (undang-undang nomor 15 tahun 2011).

Tanggungjawab KPU secara Yuridis formal adalah dalam hal

Penyelenggaraan Pemilu. Akan tetapi apabila dimaknai secara mendalam

sesungguhnya KPU mempunyai tanggung jawab moral yang lebih besar tidak saja

dalam hal penyelenggaraan pemilu, tetapi juga dalam mewujudkan pemerintahan

yang demokratis dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional yakni

masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Hal ini disebabkan karena pemilu

adalah titik awal dan kunci strategis dalam mewujudkan pemerintahan yang pro

rakyat sebagai pemilik Bangsa dan Negara. Keberhasilan KPU dalam

melaksanakan pemilu jujur, adil, dan bersih akan ikut mendorong terciptanya

pemerintahan yang demokratis di Indonesia (radarnusantara.com).

Terdapat parameter untuk menilai keberhasilan pemilu, antara lain dapat

(19)

demokrasi prosedural (demokrasi minimalis), Golongan Putih (golput) tidak

berpengaruh terhadap keabsahan hasil pemilu, namun tinggi rendahnya partisipasi

pemilih selalu dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan pemilu. Pada saat

yang sama KPU selalu menjadi kambing hitam atas rendahnya partisipasi. Hal itu

karena tinggi rendahnya partisipasi pemilih dalam pemilu berpengaruh terhadap

tingkat legitimasi hasil pemilu (kpu, 2016).

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempunyai cara dalam mendorong

tingginya partisipasi pemilih dalam pemilu adalah lewat pelaksanaan program

sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Ketika pemilu selalu mengalami

perubahan prosedur teknis, maka KPU punya kepentingan agar rakyat khususnya

pemilih terpenuhi hak informasi atas perubahan regulasi tersebut. KPU punya

kepentingan agar jangan sampai ada pemilih yang terhambat keinginannya untuk

berpartisipasi dalam pemilu gara-gara tidak memahami prosedur tentang

bagaimana cara rakyat atau pemilih untuk berpartisipasi dalam tahap-tahap

pelaksanaan pemilu. Meskipun KPU sangat menyadari bahwa ada keterbatasan

dalam menjalankan kegiatan sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih tersebut,

sehingga dukungan dari banyak pihak sangatlah dibutuhkan (kpu, 2016).

Komisi pemilihan umum (KPU) secara umum mempunyai pencapaian

target kinerja sebagaimana telah di tetapkan pada tahun 2014 dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas dan legalitas pemilihan umum (pemliu) yang demokratis.

Adapun capaian indikator kinerja sasaran tersebut pada tahun 2014 sebagaimana

(20)

Table. 1.1.

hak pilihnya dalam pemihan umum 75% 73,21 97,61

Presentase pemilih perempuan yang menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum

70% 75,73 108,19

Sumber: Laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan komisi pemilihan umum tahun 2014.

Jika didasarkan pada target nasional terhadap partisipasi pemilih dalam

pemilu yakni rata-rata sebesar 75%, presentase partisipasi masyarakat yang

menggunakan hak pilihnya pada pemilu tahun 2014 sebagaimana tercantum pada

table 1 diatas belum dapat mencapai target, hanya mencapai angka 73,21%.

Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa angka tersebut merupakan angka

rata-rata pasrtispasi masyarakat pada pemilu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),

Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

dan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Adapun perbandingan angka partisipasi

pemilih dalam pemilu tahun 2009 dengan pemilihan tahun 2014 dapat dilihat pada

table 1.2 dibawah ini.

Table 1.2

perbandingan tingkat partisipasi masyarakat pemilihan umum 2009 dengan pemilihan umum tahun 2014.

Tahun Target Realisasi

2009 72% 71%

2014 75% 73,21%

(21)

Nampak disini masyarakat di Indonesia dalam melakukan pemilihan tahun

2014 kurang antusias, partisipasi pemilih dalam pemilihan tahun 2014 meleset

dari yang ditargetkan komisi pemilihan umum sebesar 75% walaupun angka

partisipasi pemilih pada tahun 2014 relatif tinggi di bandingkan dengan angka

partisipasi pemilih pada tahun 2009.

Dengan melihat angka partisipasi pemilih yang telah dijelaskan diatas, ada

beberapa penjelasan tentang sosialiasi yang di lakukan oleh KPU pusat dalam

mensosialisasikan pemilu pada tahun 2014 diantaranya, pemilihan tidak lagi

menggunakan sistem contreng tetapi dengan sistem pencoblosan. Hal itu

dikarenakan untuk meminimalisir berbagai kemungkinan adanya

kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam proses pemungutan suara. Selain itu KPU juga

melaunching program goes to campus dengan tujuan untuk mengedukasikan para pemilih pemula dan pemilih yang sudah terdaftar sebelumnya untuk mengetahui

lebih sistematika pemungutan suara pada pemilihan umum tahun 2014 (kpu,

2016). Meskipun demikian tingkat partisipasi pemilih dari pemilu di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta relatif lebih tinggi di banding data partisipasi tingkat

nasional, namun secara umum di seluruh kabupaten atau kota di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta mengalami kecenderungan partisipasi yang terus menurun.

Untuk mengatasi kecenderungan penurunan partisipasi pemilih tersebut

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan KPU

Kabupaten atau Kota seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki beberapa

(22)

komunitas, pemilih bagi hal itu dilakukan dengan menyelenggarakan TOT

(Training of Trainer) bagi relawan pendidikan pemilih, yang diikuti oleh aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organiasi Masyarakat dan media massa,

serta menyelenggarakan sosialisasi tentang prosedur teknis pemilu pada

kelompok-kelompok masyarakat terfokus, seperti tokoh agama, tokoh masyarakat,

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat (Ormas), PT

Media Massa dan lain-lain. Dengan harapan para tokoh masyarakat atau agama

dan media massa tersebut bersedia menyebarluaskan informasi teknis pemilu pada

komunitas atau pembaca mereka.

Kedua, mengkonsolidasi program pendidikan pemilih dan informasi pemilu di KPU Provinsi dan KPU Kabupaten atau Kota di seluruh Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta guna merancang melaksanakan dan mengendalikan

aktifitas informasi pemilu dan pendidikan pemilih pada masyarakat. Ketiga, kerja sama dijalin dengan berbagai pihak guna mendorong efektifitas pelaksanaan

program sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih. Kerjasama dilakukan dengan

radio, televisi, koran, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi

Masyarakat serta berbagai kelompok masyarakat untuk aktifitas penyebaran

informasi pemilu dan pendidikan pemilih. Kerjasama dengan aktifis mahasiswa

diberbagai perguruan tinggi seperti, Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas

Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Islam Negeri (UIN), Universitas

Muhammdiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Islam Indonesia (UII),

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Negeri Yogyakarta (UPN) dan

(23)

masyarakat basis, khususnya dalam paket Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik

pendidikan Pemilih dan Pemantauan Pemilihan Umum.

Keempat, bekerjasama dan sinkronisasi materi pendidikan pemilih dan informasi pemilu serta berbagi peran antara KPU Provinsi dengan KPU

Kabupaten atau Kota dalam penyelenggaraan program sosialisasi pemilu dan

pendidikan pemilih. KPU Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta lebih terfokus

untuk menangani sosialisasi pemilu dan pendidikan pemilih lewat media massa

dan penerbitan berbagai barang cetakan, sedangkan KPU Kabupaten atau Kota

lebih fokus pada aktifitas penyampaian informasi pemilu di masyarakat basis,

lewat pertemuan tatap muka, maupun dengan jalan mendorong kesertaan Panitia

Penyelenggara Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan

Kelompok Penyelenggara Suara (KPPS) dalam menyelenggarakan sosialisasi

pemilu pada pemilih di masyarakat (kpud DIY, 2016).

Untuk wilayah kota Yogyakarta, partisipasi masyarakat kota Yogyakarta

dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014 cukup realtif tinggi, berdasarkan

catatan KPU kota Yogyakarta partisipasi pemilih mencapai 77,76% presentase itu

naik dibandingkan partisipasi pemilih pemilu presiden pada tahun 2009 yaitu

69,21%. Ikhtisar partisipasi pemilih dalam pemilu Daerah Istimewa Yogyakarta

(24)

Table 1.3

Perbandingan tingkat partisipasi masyarakat kotaYogyakarta dalam pemilihan umum 2009 dan 2014.

No Kabupaten atau Kota Pemilihan Legislatif Pemilihan Presiden

2009 2014 2009 2014

Sumber : Data hasil pemilihan umum 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta.

Partisipasi memilih ini berbanding lurus dengan angka golongan putih

(golput). Sehingga bisa disebut angka golput pada pemilihan presiden tahun 2014

sebesar 22,24% angka ini menurun dari pada pemilihan presiden di tahun 2009

sebesar 30,79% dan pada pemilihan legislatif tahun di 2014 sebesar 24,12%.

(news.detik.com, 2016).

Dengan demikian jumlah suara sah pemilihan presiden (Pilpres) tahun

2014 di Kota Yogyakarta adalah 246.341, sedangkan jumlah Daftar Pemilih Tetap

(DPT) pilpres di Kota Yogyakarta ada 310.280 pemilih. Jumlah pemilh yang

menggunakan hak pilih juga termasuk pemilih pada Daftar Pemilih Khusus (DPK)

pemilihan presiden kota Yogyakarta ada 781 dan Daftar Pemilih Khusus

Tambahan (DPKTb) di kota Yogyakarta sebanyak 4.040.

Untuk meningkatnya angka partisipasi masyarakat dan meningkatkan

kesadaran akan betapa pentingnya pemilihan umum, KPU kota Yogyakarta

menyelenggarakan sosialisasi pemilu dengan berbagai cara. Berkurangnya

pemahaman tentang sosialisasi menyebabkan salah pengertian dan salah tangkap

(25)

Sosialisasi yang dilakukan oleh KPU kota Yogyakarta apabila berhasil maka

dapat memberikan implikasi terhadap dampak peningkatan angka partisipasi

pemilih dan menurunkan angka golput, tentunya jika sosialisasi kurang tepat

sasaran maka mengakibatkan menurunnya partisipasi pemilih dan meningkatnya

angka golput pada pemilihan umum 2014.

Untuk mengantasipasi ketidaktepatan sasaran dan memaksimalkan proses

sosialisasi maka KPUD kota Yogyakarta dengan berdasarkan Undang-undang

No. 23 Tahun 2013 pasal 19 tentang pendidikan politik, membentuk Relawan

Demokrasi (Relasi) yang tujuannya adalah sebagai penunjang kinerja KPUD kota

Yogyakarta dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat kota Yogyakarta

pada khususnya. Dalam buku petunjuk pelaksanaan program relawan demokrasi

pemilihan umum tahun 2014, relawan demokrasi memang sengaja dibentuk

seabagai sebuah gerakan sosial untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas

pemilih dalam menggunakan hak pilih. Hadirnya relawan demokrasi dikhususkan

untuk mendorong partisipasi beberapa segmen pemilih melalui kegiatan

sosialisasi, kelompok sasaran relawan demokrasi dibagi kedalam 5 (lima) segmen

pemilih strategi, yaitu pemilih pemula, kelompok agama, kelompok perempuan,

penyandang disabilitas dan keompok pinggiran. Bentuk segmentasi yang dibuat

menunjukkan bahwa ada perhatian khusus yang diberikan oleh pihak

penyelenggara pemilihan umum kepada kelompok-kelompok tersebut agar terlihat

dalam kegiatan pemilihan umum. (kpud DIY, 2016).

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah diuraikan diatas, peneliti

(26)

(KPUD) Kota Yogyakarta Dalam Melakuakan Sosialisasi Pemilihan Presiden Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok

permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana peran KPUD Kota Yogyakarta dalam mensosialisasikan pemilihan

umum presiden pada tahun 2014?

2. Bagaimana bentuk sosialisasi yang dilakukan KPUD Kota Yogyakarta dalam

pemilihan umum presiden tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran KPUD kota Yogyakarta dalam

melakukan sosialisasi pemilihan umum presiden pada tahun 2014.

2. Untuk mengetahui lebih dalam bentuk sosialisasi yang dilakukan KPUD Kota

Yogyakarta dalam pemilihan umum presiden tahun 2014.

D. Kerangka Teori

1. Komisi Pemilihan Umum atau Komisi Pemilihan Umum Daerah

Komisi pemilihan umum (KPU) adalah suatu lembaga yang dipilih dan

ditetapkan berdasarkan undang-undang sebagai penyelenggara pemilihan

umum (pemilu), KPU merupakan lembaga yang beranggotakan orang-orang

yang nonpartisan dan kebanyakan dari kalangan perguruan tinggi dan lembaga

(27)

bawahan KPU pusat yang berfungsi untuk menyelanggarakan pemilu secara

berjenjang (Amirudin Ibramsyah, 2008 : 47).

Ketentuan yang melahirkan KPU terdapat dalam pasal 22E

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam bab VII B pemilu

yang merupakan hasil perubahan ketiga tahun 2001. Pasal 22E ayat 5

menyatakan bahwa “Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi

pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”. Dalam hal ini,

nama KPU belum menunjukkan nama yang pasti, namun hal ini menjadi dasar

bahwa pemerintah terlepas dari KPU yang bertugas menyelenggarakan pemilu

sebagai organ yang mandiri di dalam kinerjanya.

Pasal 1 point 8 Undang-undang Nomor 15 tahun 2011 tentang

penyelenggaraan pemilihan umum menyatakan : Komisi pemilihan umum

Kabupaten atau Kota, selanjutnya disingkat KPU kabupaten atau Kota, adalah

penyelenggara pemilihan umum yang bertugas melaksanakan pemilihan

umum di Kabupaten atau Kota.

1.1Pemilihan Umum

Pemilihan umum (pemilu) menurut Undang-undang Republik

Indonesia 1945 pasal 22E ayat 1 tentang pemilihan umum yang selanjutnya

disebut pemilu adalah sarana pelaksana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan

secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 (Undang-undang 1945 pasal 22E ayat

(28)

Pengertian pemilu menurut Harris G. Warren dalam Harianto (2004)

pemilu merupakan :

“Elections are the accostions when citizens choose their officials and

cecide, what they want the government to do. In making these decisions

citizens determine what rights they want to have and keep”

Pendapat diatas pada intinya adalah mengemukakan bahwa pemilu

merupakan kesempatan bagi warga Negara untuk memilih pejabat-pejabat

pemerintah dan menentukan apa yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh

pemerintah ketika mereka membuat keputusan (Harianto, 2004:85).

Sedangkan menurut Prihatmoko (2008) pemilu ialah suatu proses

pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti

presiden, wakil presiden, wakil rakyat, di berbagai tingkat pemerintahan,

sampai yang paling sederhana atau juga paling kecil yaitu kepala desa. Pada

konteks yang lebih puas, pemilihan umum juga dapat berarti proses mengisi

jabatan-jabatan tertentu. Pemilihan umum merupakan salah satu usaha untuk

mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan

kegiatan retorika, hubungan kemasyarakatan, komunikasi massa, lobbying,

dan lain-lain (Prihatmoko, 2008:43).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan umum

sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu Negara yang menganut

asas demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik sebagai warga

(29)

1.2Asas Pemilihan Umum

Beradasarkan pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23

tahun 2003 tentang pemilihan umum, asas pemilihan umum yaitu : langsung,

umum, bebas, rahaisa, jujur, dan adil. Kemudian dapat di uraikan sebagai

berikut : (undang-undang nomor 8 tahun 2012).

a) Langsung

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk secara langsung untuk

memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa

perantara

b) Umum

Pada dasarnya semua warga Negara yang memenuhi persyaratan

minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau

pernah menikah berhak ikut memilih dalam pemilihan

c) Bebas

Setiap warga Negara yang berhak memilih bebas menentukan

pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.

d) Rahasia

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak

akan diketahui oleh pihak manapun dengan jalan apapun.

e) Jujur

Dalam menyelanggarakan pemilihan umum, penyelenggara pemilihan

(30)

semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

f) Adil

Dalam penyelanggaraan pemilihan umum, setiap pemilihan umum dan

peserta pemilihan umum mendapat peralatan yang sama, serta bebas

dari kecurangan pihak manapun.

1.3Tujuan Pemilihan Umum

Pemilihan umum (pemilu) dilaksanakan dengan tujuan untuk memilih

wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang

demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka

mewujudkan tujuan nasional sebagai mana diamanatkan dalam

Undang-undang Dasar 1945.

1.4Macam-macam Pemilihan Umum a. Pemilihan Umum Legislatif

Pemilihan umum legislatif adalah pemilihan umum untuk memilih

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten atau Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia (undang-undang nomor 42 tahun 2008).

b. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Pemilihan umum presiden adalah pemilihan umum untuk memiih

(31)

berdasarkkan Pancasila dan Undang-undang Tahun 1945 (undang-undang

nomor 42 tahun 2008)

c. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Pemilihan umum untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala

daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila secara dan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (undang-undang nomor 65 tahun 2009).

2. Pengertian Sosialisasi

Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses

seumur hidup yang berkenan dengan bagaimana individu mempelajari

cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar

dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelomponya.

Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli, Charlotte Buhler dalam

Kamanto Soenarto (2003) menyebutkan sosialisasi adalah proses yang

membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara

hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam

kelompoknya.

Sedangkan Peter Barger dalam Kamanto Soenarto (2003)

menyebutkan sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar

menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

Dari beberapa definisi tentang pengertian sosialisasi diatas, penulis

menyimpulkan bahwa pengertian sosialisasi adalah proses manusia untuk

(32)

mendapat kepribadian dan membangun kapasitas diri agar berfungsi dengan

baik untuk diri sendiri dan kelompok.

2.1 Sosialisasi Politik

Pengertian sosialisasi politik Dennis Kavanagh (2000): Political Socialization is the term used to describe the process whereby the individual learns about and develops orientations to politics, Pengertian sosialisasi diatas mengandung maksud bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses

dimana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangan tentang politik

yang dilakuakan dengan berbagai cara di masyarakat (Dannis Kavanagh, 2002

:28)

Sosialisasi politik menurut Gabriel A. Almond (2002) merupakan

pewarisan nilai-nilai politik dari satu generasi ke generasi lain,

disosialisasikan melalui agen-agen sosialisasi. Sosialisasi politik ini berperan

dalam mengubah pertahanan dan bentuk budaya politik. Ada dua hal yang

harus diperhatikan dalam melakukan sosialisasi politik di masyarakat yakni:

(Gabriel A. Almond, 2002 : 34)

a) Sosialisasi itu berjalan secara terus menerus selama hidup seseorang.

Sikap-sikap terbentuk selama masa kanak-kanak yang berlanjut hingga

dewasa dalam upaya pemahaman politik.

b) Sosialisasi politik dapat berwujud transmisi dan pengajaran yang langsung

maupun tidak langsung. Sosialisasi politik secara langsung kalau

melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-perasaan

(33)

Dalam proses ini bukan hanya pandangan seseorang atau negara

terhadap politik yang di rubah melainkan juga bagaimana sebuah kebudayaan

politik individu, masyarakat atau negara juga dirubah. Tentu saja perubahan

yang dimaksud tidak secara gradual.Situasi sosialisasi yang dapat merubah

kebudayaan politik apabila suatu masyarakat atau negara mengalami

perubahan yang revosioner dalam suatu bentuk pengalaman kehidupan politik

baru atau terdapat situasi yang terjadi sangat berkaitan dengan kebudayaan

atau kebiasaan yang berbeda dengan situasi sebelumnya. Sosialisasi politik

dalam masyarakat dijalankan oleh agen-agen sosialisasi pada umumnya yaitu:

keluarga, sekolah, kelompok pertemanan (per group) dan media massa.

(Haryanto, 2001 :2).

a. Keluarga

Merupakan agen sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Keluarga

memiliki pengaruh yang besar terhadap anggota-anggotanya, pengaruh

yang paling jelas adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang

kekuasaan.

b. Sekolah

Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui

kurikulum pengejaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan

kegiatan guru. Sekolah melalui kurikulumnya memberikan

pandangan-pandangan yang kongkrit tentang lembaga-lembaga politik dan

hubungan-hubungan politik. Sekolah juga dapat memegang peran penting dalam

(34)

c. Kelompok pertemanan (per group)

Kelompok pertemanan ini mulai mengambil alih pentingnya dalam

proses sosialisasi politik selama masa remaja dan berlangsung terus

sepanjang usia dewasa. Selama periode ini, orang tua dan guru-guru

sekolah sebagai figur otoritas pemberi transmitter proses belajar sosial. d. Media massa

Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, televisi, dan internet

memgang peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai

modern kepada bangsa-bangsa baru merdeka. Selain memberikan

informasi tentang informasi-informasi politik, media massa juga

menyampaikan nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya.

2.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sosialisasi antara lain :

(Bagja Waluya, 2007 : 25)

a. Faktor intrinsik, merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

sesorang. Sering kali disebut dengan pembawaan atau warisan biologis.

Bentuk nyata dari faktor intrinsik ini antara lain adalah,

keterampilan-keterampilan, Intelligence Quotient (IQ) atau tingkat kecerdasan.

b. Faktor ekstrinsik, adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seorang

individu. Faktor ekstrinsik ini berupa faktor lingkungan sosial budaya,

tempat seorang individu hidup dan melaksanakan pergaulan dengan warga

masyarakat yang lain. Kondisi lingkungan masyarakat setempat, kondisi

(35)

pekerjaan, kondisi lingkungan masyarakat luas, termasuk sebagai

sarananya adalah media masa cetak maupun elektronik.

2.3 Sosialisasi Pemilihan Umum

Sosialisasi pemilihan umum adalah proses penyampaian informasi

dan sosialisasi tentang tahapan dan program dalam penyelenggaraan

pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan

Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten atau

Kota serta Pemilihan umum presiden dan wakil presiden. (Undang-undang

Nomor 40 tahun 2008)

2.4Tujuan Sosialisasi Pemilihan Umum

Didalam peraturan komisi pemilihan umum Nomor 39 tahun 2009

disebutkan bahwa kegiatan sosialisasi dan partisipasi yang di lakukan oleh

penyelanggara pemilihan umum bertujuan : (undang-undang nomor 39 tahun

2009, tujuan dan target capaian dalam sosialisasi dan penyampaian informasi

umum)

Pertama, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mayarakat akan pentingnya pemilihan umum dalam membangun kehidupan demokrasi

di Indonesia.

(36)

Ketiga, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang berapa hal teknis dalam menggunakan hak politik dan hak pilihnya

dengan benar.

Keempat, meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya pemilih untuk berperan serta dalam setiap tahapan pemilihan umum presiden wakil

presiden.

Kelima, meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum presiden dan wakil

presiden.

2.5Metode Sosialisasi Pemilihan Umum

Sesuai dengan peraturan komisi pemilihan umum Nomor 39 tahun

2009 terdapat beberapa metode yang digunakan sebagai bahan sosialisasi

pemilihan, anatara lain yaitu : (undang-undang nomor 39 tahun 2009)

komunikasi tatap muka, komunikasi melalui media massa dan mobilisasi

sosial.

a) Komunikasi tatap muka dapat berupa pertemuan, dalam bentuk diskusi,

seminar, workshop, rapat kerja, training of trainneer atau facilitator, ceramah maupun simulasi.

b)Komunikasi melalui media massa dilakukan dengan penyampaian

informasi di media cetak maupun elektronik maupun tulisan, gambar,

suara, maupun audio visual.

c) Mobilisasi sosial dilakukan melalui ajakan peran serta seluruh komponen

(37)

lembaga swadaya masyarakat untuk ikut dalam melaksanakan setiap

tahapan pemilihan umum seperti gerakan sadar pemilihan umum, deklarasi

kampanye damai, gerakan anti golongan putih dan seterusnya.

2.6Kendala Sosialisasi Pemilihan Umum

Terkait dengan bahan sosialisasi komisi pemilihan umum kota

Yogyakarta sudah membuat bebrapa produk seperti : brosur, leaflet, pamphlet, booklet, poster, folder, stiker. Hanya saja, menyangkut di media massa tidak banyak yang dapat digunakan oleh komisi pemilihan umum kota atau

kabupaten hanya sebatas pada radio saja. Padahal segmentasi pengguna media

ini sangat terbatas. Sealain radio, kegiatan sosialisasi komisi pemilihan umum

kota juga mengandalkan media konvensional, seperti pembuatan baliho,

spanduk, leaflet dan pamphlet.

Segmentasi menggunakan metode sosialisai ini cukup menjadi

hambatan bagi komisi pemilihan umum kota Yogyakarta untuk melakukan

inovasi disebabkan karena anggaran yang kurang memadai. Akan tetapi, ada

pembelajaran inovasi dari komisi pemilihan umum kota melalui kerjasama

dengan pemerintah kota dan Televisi Republik Indonesia (TVRI). Kerjasama

tersebut membuka peluang bagi komisi pemulihan umum kota untuk

menggunakan saluran informasi selain yang telah diatur dalam aturan metode

kampanye. (kpud DIY, 2016)

Sebagai peneliti dengan judul penelitian “Peran Komisi Pemilihan

Umum Daerah (KPUD) Kota Yogyakarta Dalam Melakukan Sosialisasi

(38)

banyak masyarakat yang masih belum paham atau mengerti peranan dari

komisi pemilihan umum secara menyeluruh, kemungkinan banyak dari

sebagian masyarakat mengerti bahwa peranan komisi pemilihan umum hanya

sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum saja. Akan tetapi sebenarnya

banyak kegiatan lain yang di lakukan oleh komisi pemilihan umum selain

menyelenggarakan pemilihan umum, contohnya sesuai judul yang diteliti

yaitu mensosialisasikan kegiatan pemilihan umum yang baik dan benar

dengan bertujuan untuk meningkatkan jumlah angka partisipasi masyarakat

dalam pemilihan umum. Hal itu di lakukan dengan kerja sama dengan

lembaga terkait untuk mengajak masyarakat untuk berpartispasi. Salah satu

terobosan sosialisasi pemilihan umum presiden khususnya di kota Yogyakarta

dapat dilakukan melalui sosialisasi kultur budaya, hal ini dikarenakan kota

Yogyakarta identik dengan budaya yang kental, maka hal tersebut bisa

dimanfaatkan sebagai wahana sosialisasi pemilu, baik pemilu legislatif

maupun pemilu presiden. Budaya yang dapat dipraktekkan dilingkup

masyarakat dapat berupa sosialisasi melalui pawai budaya-budaya tradisional

pagelaran-pagelaran budaya semisal ketoprak, ludruk, maupun kesenian yang

lainnya.

Dalam penelitian ini, disini juga menimbulkan pertanyaan seperti apa

bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh komisi pemilu untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat. Dan penulis memilih judul ini utuk menemukan

jawaban itu dengan harapan dapat menjadi bacaan atau bahan pertimbangan

(39)

kepala daerah maupun legislatif. Dengan membuat rincian kegiatan sosialisasi

ataupun data jumlah partisipasipan dalam pemilu.

Disini penulis juga melakukan perbandingan atau perbedaan dengan

penelitian yang sejenis, dan penelitian tersebut dari peneliti mahasiswi (Eka)

kampus Universitas Mulawarman dengan penelitian yang berjudul “Peran

Komisi Pemilihan Umum Dalam Sosialisasi Pemilihan Umum Sebagai Upaya

Untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum

Presiden 2014 di Kalimantan Timur”. Ada beberapa point perbedaan

penelitian yang saya buat dengan penelitian ini, yaitu:

1. Teori

Dalam penulisan teori atau pengambilan teori tidak sama, teori

dalam penelitian kurang lengkap dalam pengambilan teori sosialisasi,

penelitian ini hanya menggunaan sosialisasi politik dan tidak

menggunakan teori sosialisasi pemilihan umum.

2. Metode yang digunakan

Dalam penelitian ini bentuk metode sosialisasi yang digunakan

menggunakan teori komunikasi interaksine simbolik dikarenakan

dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi satua arah,

sosialisasi dalam model ini dapat lebih mengeksplor permasalahan,

(40)

E. Defenisi Konseptual 1. Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara

kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun

kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai

suatu kelompok.

2. Komisi pemilihan Umum daerah

Komisi pemilihan umum suatu lembaga yang dipilih dan ditetapkan

berdasarkan undang-undang sebagai penyelenggara pemilihan umum. Komisi

pemilihan umum daerah merupakan bawahan komisi pemilihan umum pusat

yang berfungsi untuk mneyelenggarakan pemilihan umum secara berjenjang.

3. Pemilihan umum

Pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam

kehidupan suatu Negara yang menganut azas demokrasi yang memberi

kesempatan berpartisipasi politik bagi warga untuk memilih wakil-wakilnya

yang akan menyuarkan dan menyalurkan aspirasi rakyat.

F. Definisi Operasional.

Berdasarkan undang-undang Nomor 40 tahun 2008 sosialisasi

pemilihan umum adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang

tahapan dan program dalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat

(41)

Wakil Presiden. Maka untuk mengetahui peran KPUD dalam melakukan

sosialisasi pemilihan umum Presiden, indikator yang digunakan yaitu sebagai

berikut :

1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

2. KPUD kota Yogyakarta membentuk agen-agen relawan demokrasi (relasi)

guna memperlancar kinerja KPUD, RELASI ini ditunjukkan kepada

pemilik hak suara dalam pemilihan umum, antara lain :

- Pemilih pemula

- Difable

- Kaum perempuan

- Kaum marjinal

3. Metode sosialisasi pemilihan umum cara yang digunakan untuk

memperlancar proses sosialisasi khususnya pemilihan umum, metode yang

digunakan antara lain :

- Komunikasi

- Komunikasi melalui media massa

4. Hambatan

5. Pendukung

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, penyusun menggunakan jenis penelitian kualitatif

deskriftif. Bogdan dan Taylor memaparkan dalam Lexy J Moleong (2001)

(42)

deskriftip berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau oraganisasi kedalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan (Lexy J

Moleong, 2011 :4)

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekretariat KPU Daerah Kota Yogyakarta

yang memiliki peran sebagai penyelenggara pemilihan umum di Kota

Yogyakarta. Tempat ini dipilih dengan pertimbangan KPU sebagai lembaga

resmi yang berhak mengadakan pemilihan umum baik tingkat pusat maupun

sampai tingkat daerah.

3. Data dan sumber data

Informan adalah orang yang paling tahu tentang variabel yang akan

diteliti, baik itu dari seri pelaksanaan, pendistribusian, evaluasi. Jika hanya

satu subjek responden jelas belum cukup, penentuan informan lain

berdasarkan purposive, seimbang disesuaikan dengan tujuan dan hakekat peneliti. Subjek sekunder juga harus paham betul mengenai permasalahan dan

dapat dipercaya (Moelong, 2010:23).

Informan dalam penelitian yang akan di wawancarai adalah :

1) Anggota KPU kota Yogyakarta sebagai koordinator sosialisasi (Sri Surani. SP

)

(43)

 Pemilih pemula ( Nuzul Hafizah )

 Difable ( Widi Haryanti )

 Kaum perempuan ( Sri Lestari )

 Kaum marjinal ( Yuni Sarah Al Bukori )

3) Lembaga Sosial Masyrakat (sigap)

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode teknik pengumpulan data yang dipakai dalam pengumpulan

data adalah :

a. Wawancara

Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dengan cara bertanya secara langsung kepada segenap

tokoh-tokoh yang duduk dijajaran KPU Kota Yogyakarta, yakni : Anggota KPU

Kota Yogyakarta ( Sri Surani. SP ) dan anggota relawan demokrasi KPU

Kota Yogyakarta ( Nuzul Hafizah, Widi Haryanti, Sri Lestari, Yuni Sarah

Al Bukori ).

b. Dokumentasi

Teknik dokumenter digunakan untuk mendapatkan data sekunder

yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari catatan-catatan,

buku-buku, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

penelitian ini dan diharapkan dapat menjadi pelengkap dalam menganalisa

permasalahan dalam penelitian ini. Adapun dokumen yang dibutuhkan

antara lain :

(44)

- Notulensi

- Dokumen sosialisasi KPU

- Dokumen program sosialisasi

5. Teknik Analisis Data

Peneliti dalam menganalisa data menggunakan data kualitatif adengan

sifat deskriptif analisis yaitu dengan cara pengumpulan data kemudian data

tersebut dianalisa dari awal hingga akhir penelitian. Secara urut proses

pengumpulan data dapat dijelaskan seabagai berikut :

a. Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model analisis interaktif

menurut Huberman dan Miles. Huberman dan Miles dalam Indrawati

(2011) mengemukakan bahwa langkah pertama dalam model analisis

interaktif adalah reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema serta polanya.

Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan setelah diperoleh data dari

hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dipilih data-data

pokok dan difokuskan pada hal-hal penting, sehingga data penelitian

menjadi lebih jelas dan sistematis (Indrawati, 2011 :27)

b. Langkah kedua dalam model analisis interaktif adalah penyajian data yang

dikemukakan oleh Miles dalam Indrawati (2011) mengemukakan bahwa

penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan kolom-kolom

dalam sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis dan

bentuk data yang dimaksudkan dalam kotak-kotak matriks. Dalam

(45)

mengenai subjek penelitian, yakni menggambarkan bagaiman peran

KPUD Kota Yogyakarta dalam melakukan sosialisasi pemilihan presiden

2014 (indarwati, 2011 : 28).

c. Langkah ketiga dalam model analisis interaktif adalah verifikasi data.

Proses analisa data dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

d.

Sumber : Burhan Bungin, 2007

Skema 1 Proses Analisis Data

PENYAJIAN DATA PENGUMPULAN

DATA

REDUKSI DATA SIMPULAN/

(46)

30 A. Kondisi Geografis Kota Yogyakarta

1. Letak Wiayah

Kota Yogyakarta terletak antara 110º24’19’’-110º28’53’’ Bujur Timur

dan antara 07º49’26’’-07º15’24’’ Lintang Selatan, dengan luas sekitar 32,5

Km² atau 1,02% dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jarak terjauh dari utara ke selatan kurang lebih 7,5 Km dan barat ke timur

kurang lebih 5,6 Km.

Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran gunung

merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0-2%) dan berada

pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian

wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100

meter dan sisanya (1.539 hektar) berada ketinggian antara 100-199 meter dpa.

Sebagian besar jenis tanahnya adalah regosol.

Terdapat 3 sungai yang mengalir dari arah utara ke selatan yaitu :

Sungai Gajahwong yang mengalir dibagian timur kota, Sungai Code dibagian

(47)

Gambar 2.1 Peta Yogyakarta

2. Luas Wilayah

Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan

dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas

wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan luas 3.250 tersebut

menjadi 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW dan 2.531 RT. Kondisi tanah

kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman

pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada

didataran lereng gunung merapi (fluvis volcanic foot plain) yang garis

besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda.

Dari 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta, kecamatan

Umbulharjo memiliki jumlah wilayah atau luas area paling luas yaitu 261,

(48)

Table 2.1

(49)

NGAMPILAN 1.Notoprajan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah

pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudra Hindia di bagian selatan dan Provinsi

Jawa Tengah di bagian lainnya. Batas dengan Provinsi Jawa Tengah meliputi :

 Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara

 Kabupaten Klaten di bagian timur laut

 Kabupaten Magelang di bagian barat laut

 Kabupaten Purworejo di bagian barat

Secara astronomis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak

antara 70º 33’ LS - 8º 12’ LS dan 110º 00’ 50º BT. Komponen fisiografi yang

(50)

fisiografis yaitu satuan pegunungan selatan (datran tinggi karst) dengan

ketinggian tempat berkisar antara 150-700 meter, satuan gunung merapi

dengan ketinggian tempat berkisar antara 80-2.911 meter, satuan dataran

rendah yang membentang antara pegunungan selatan dan pegunungan

kulonprogo pada ketinggian 0-80 meter, dan pegunungan kulonprogo dengan

ketinggian hingga 572 meter.

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80km²,

terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota, Yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten

Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabuapaten

Kulonprogo. Setiap kabupaten atau kota mempunyai kondisi fisik yang

berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama perbedaan

kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah.

Potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah tidak sama

dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang

sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan tanah)

setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya membawa

keberagaman dalam potensi sumberdaya alam dan potensi kebencanaan alam

sehingga antara pengembangan sumberdaya alam daerah harus

memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan suatu potensi

sumberdaya alam harus memperhatikan sifat dari sumberdaya yang akan

dikembangkan, yaitu apakah sumberdaya alam tersebut berupa cadangan (tak

terbaharui, misalnya tambang mineral atau buatan) atau sebagai sumberdaya

(51)

pengembangan sumberdaya alam harus memperhatikan kesinambungan

pemanfaatan dan kelestarian lingkungam. Kekeliruan pengembangan

sumberdaya alam selain berdampak pada degaradasi sumberdaya alam

bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana alam yang

berakibat sangat merugikan.

4. Kondisi Demografi Kota Yogyakarta

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk tahun 2010

tercatat 388.627 orang. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah

48.67% laki-laki dan 51.33% perempuan. Secara keseluruhan jumlah

penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki

seperti tampak dari rasio jenis kelamin penduduk yang lebih kecil dari 100,

dimana pada tahun 2010 sebesar 94.81.

Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2011 sebanyak 390.554

orang dengan rincian sebanyak 190.075 orang penduduk laki-laki dan 200.479

orang penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara

banyaknya penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan pada suatu daerah

dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk

laki-laki untuk 100 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 32,50 km²,

kepadatan penduduk Kota Yogyakarta 12.017 jiwa per km². kepadatan

(52)

Table 2.2

Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kota Yogyakarta Hasil Sensus Penduduk dan SUPAS 1971-2010

Kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta hasil sensus

penduduk dan SUPAS 1971-2010 berdasarkan pengamatan hasil table diatas

cenderung meningkat ditiap tahunnya.

Table 2.3

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 – 4 13.207 12.390 25.597

Jumlah 190.075 200.479 390.554

(53)

Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota

Yogyakarta paling tinggi jumlahnya terdapat pada kelompok umur 20-24

dengan jumlah 50.362 orang, dengan persentase jumlah laki-laki 24.600 orang

dan perempuan 25.762 orang. Sedangkan jumlah penduduk menurut

kelompok umur paling rendah terdapat pada kelompok umur 70-74 dengan

jumlah total 7.605 dengan persentase jumlah laki-laki 3.095 orang dan

perempuan 4.510 orang.

5. Kondisi Sosial Politik Kota Yogyakarta

Sejak resmi lahirnya Kota Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 1947,

terdapat 9 orang Walikota yang menjabat sebagai kepala daerah tingkat II di

bawah Gubernur. Walikota Yogyakarta yang pertama adalah M. Enoch (Mei

1947-Juli 1947) dan dilanjutkan oleh Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo (Juli

1947-Januari 1966). Walikota Yogyakarta yang ketiga adalah Sooedjono A.

Y. yang menjabat selama sepuluh tahun, yaitu pada (Januari 1966-November

1975). Kemudian pengabdian Soedjono dilanjutkan oleh Walikota keempat

yaitu H. Ahmad pada periode (November 1975-Mei 1981). Periode berikutnya

adalah Soegiarto (1981-1986) satu periode. Djatmiko D pada (1986-1991) satu

periode. R. Widagdo dua periode (1991-2001). Herry Zudianto juga menjabat

dua periode kepemimpinannya yaitu pada (2001-2011). Sedangkan untuk

periode 2011 hingga sekarang kursi Walikota Yogyakarta di jabat oleh Drs. H.

(54)

B. GAMBARAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KOTA YOGYAKARTA

1. Anggota KPU

Perekrutan anggota KPU Kota Yogyakarta dibentuk melalui seleksi yang

menunjuk pada SK Wakikota tentang pembentukan Tim Seleksi anggota

KPUD. Adapun calon-calon anggota yang dapat mencalonkan diri adalah :

a) Non Partisan

b) Jika seorang PNS, maka bersedia melepas semua jabatannya, baik

struktural maupun fungsional.

Pada tahap penyeleksian, para calon diminta untuk menggambarkan

visi dan misinya sebanyak 5 lembar HVS dan setelah persyaratan

adimistrasinya selesai, maka pemuda mengumumkan calon-calon tersebut

kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat berperan langsung dalam

memberi opini atau laporan-laporan terkait calon-calon tersebut. Dan untuk

hal ini diberikan waktu 5 hari. Tahap akhir seleki adalah Fit and Propert test

yang kemudian menghasilkan 10 orang yang kemudian disusutkan menjadi 5

orang dengan sistem pergantian antar waktu dengan lama kontrak 5 tahun.

Kompisisi personalia KPU Kota Yogyakarta periode 2008-2013

merupakan komposisi kepenggurusan yang menjalankan tahapan verifikasi

Parpol calon peserta Pemilu 2014 di Kota Yogyakarta. Dengan diketuai oleh

bapak Nasrullah S.H.,S.Ag.,M.CL yang juga merupakan seorang dosen

Fakultas Hukum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) hingga

(55)

sampai pada penetapan Parpol yang memenuhi syarat dan yang tidak

memenuhi syarat. Kemudian kepengurusan ini dilanjutkan oleh kompisisi

personalia yang baru untuk periode 2013-2018.

Kemudian untuk komposisi personalia kepengurusan periode

2013-2018 ini diketuai oleh bapak Wawan Budiyanto, S.Ag, MSI yang merupakan

anggota dari kepengurusan periode sebelumnya mempunyai jabatan devisi

umum, rumah tangga dan organisasi dalam tahapan vertifikasi Parpol calon

peserta Pemilu 2014.

2. Tugas dan Fungsi KPU Kabupaten atau Kota a. Tugas

1. Merencanakan penyelenggaraan Pemilu.

2. Menetapkan organisasi dan tata cara semua tahapan pelaksanan Pemilu.

3. Mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua

tahapan pelaksanaan pemilu.

4. Menetapkan peserta Pemilu.

5. Menetapkan daerah pilihan, jumlah kursi dan calon Anggita DPR, DPD,

DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.

6. Menetapkan waktu, tanggal, tata cara pelaksanaan kampanye, dan

pemungutan suara.

7. Menetapkan hasil pemilu dan mengumumkan calon terpilih Anggota,

DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.

8. Melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan Pemilu.

(56)

b. Fungsi

1. Penyusunan program dan anggaran Pemilu di Kabupaten/Kota.

2. Pemberian pelayanan teknis pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu di

Kabupaten/Kota.

3. Pemberian pelayanan administrasi yang meliputi ketatausahaan,

kepegawaian, anggaran, dan perlengkapan.

4. Perumusan dan penyusunan bantuan serta penyelesaian masalah dan

sengketa hukum.

5. Pemberian dan pelayanan imformasi Pemilu, partisipasi masyarakat dan

penyelenggarakan hubungan masyarakat bagi keperluan pemilihan umum

di Kabupaten/Kota.

6. Pengelolaan data Pemilu di Kabupaten/Kota.

7. Pengelolaan logistik dan distribusi barang atau jasa keperluan pemilihan

umum.

8. Pelaksanaan kerjasama antar lembaga.

9. Penyusunan laporan penyelenggara kegiatan atau pertanggung jawaban

(57)

41

YOGYAKARTA DALAM SOSIALISASI PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014

A. Peran Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Yogyakarta dalam Pemilihan Umum Presiden 2014

Berdasarkan Undang-undang Nomor 42 tahun 2008 sosialisasi pemilihan

umum (pemilu) adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang

tahapan dan program dalam penyelenggaraan pemilihan umum presiden dan wakil

presiden. Untuk mengetahui peran KPUD kota Yogyakarta dalam

mensosialisasikan pemilu presiden 2014 menggunakan dua indikator yaitu : (1)

meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, (2) membentuk agen-agen Relawan

Demokrasi (relasi). Penelitian dilapangan dengan membagi beberapa indikator

pertanyaan kepada KPUD Yogyakarta selaku badan penyelenggara pemilu terkait

dengan sosialisasi pemilu presiden 2014. Dengan demikian dapat di analisa

apakah peran sosialisasi tersebut berjalan baik atau tidak.

1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan

Di kota Yogyakarta sendiri terdapat 310.280 daftar pemilih tetap (DPT)

yang telah dirilis oleh KPUD kota Yogyakarta, adapun pembagianya jenis

(58)

Tabel 3.1

Sumber: Laporan Mutakhir KPUD kota Yogyakarta, diolah.

Tabel 3.2

Jumlah Pemilih DPT Kota Yogyakarta 2014.

Jumlah pemilih total DPT kota Yogyakarta 2014, diolah.

Dari data dari KPUD kota Yogyakarta tersebut, dapat dilihat bahwa

jumlah DPT di regional kota Yogyakarta tinggi, dengan jumlah yang tinggi

tersebut maka sosialisasi KPUD kota Yogyakarta dalam memberikan pemahaman

dan pengetahuan tentang pemilu presiden dan wakil presiden tahun 2014 menjadi

tugas yang tidak mudah untuk diimplikasikan kepada masyarakat, sehingga

diperlukan strategi dan metode pendekatan kepada masyarakat, apalagi disetiap

tahun ada perubahan, khusunya pertambahan bagi para pemilih baru. Untuk

No Kecamatan DPT Total

(59)

memperdalam bagaimana meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang

pemilu presiden dan wakil presiden 2014, maka peneliti mewawancarai Sri Surani

SP, ;

“Dalam peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu

presiden di tahun 2014 ya, kami bekerja sama dengan dinas pendidikan, media kompas dan camat di 14 kecamatan yang ada di kota Yogyakarta dalam memberikan sosialisasi terhadap pemilih pemula, nah untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat secara umum, kami mengacu pada peraturan perundangan yang telah ditetapkan sesuai UU, kemudian kita memperhatikan segmentasi sesuai peraturan KPU RI no 39 tahun 2009 ya, seperti meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang tahapan dan program pemilihan presiden dan wakil presiden, meningkatkan pengetahuan tentang hal teknis, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya, sehingga harapan tinggi pada tingkat partisipasi pemilih

pada pemilu 2014.”

(Wawancara dengan Sri Surani SP, pada Oktober 2016)

Dalam uraian yang telah dijelaskan oleh Sri Surani, menegaskan bahwa

untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang pemilu presiden di

2014 harus hierarki dengan aturan KPU RI, sehingga ada korelasi yang baik

antara pusat daerah dalam mewujudkan tujuan sosialisasi pemilu yang baik,

penggandengan instansi pendukung yaitu dinas pendidikan sebagai peran sentral

dalam memberikan pemahaman kepada pihak pemilih pemula melalui mekanisme

yang telah ditetapkan, dan juga menggandeng para Camat yang berada di bawah

struktur wewenang Pemeritah kota Yogyakarta, sehingga dengan menggandeng

camat dalam proses sosialisasi akan mempermudah KPUD kota Yogyakarta

Gambar

Table. 1.1.
Table 1.3
Gambar 2.1 Peta Yogyakarta
Table 2.1 Luas Wilayah, Jumlah RT dan RW menurut Kecamatan dan kelurahan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel struktur modal Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio

Penurunan jumlah skor dan kategori dalam pencapaian kinerja divisi Quality Assurance terus terjadi hinga data terakhir yang didapatkan oleh penulis yaitu pada Triwulan

Dari pernyataan mufassir diatas bahwa peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa, objek yang diperintahkan kepada nabi Muhammad itu adalah Alquran, ini menunjukkan

Pada proses pemeriksaan ini polisi akan meminta keterangan kepada si pelaku apakah si pelaku benar pernah melakukan perjanjian kredit dengan pihak lembaga pembiayaan,

Mengetahui korelasi antara status gizi berdasarkan MNA dengan kekuatan genggam tangan pada lansia di Griya Usia Lanjut Santo Yosef Surabaya. sehingga dapat digunakan sebagai

Edi Wahyudin, M.Pd Jaya Romdoni, S.Pd Maskuri, S.Ag,

Berdasarkan kondisi tersebuut diatas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus dengan perbandingan hasil dari lima kondisi yang terangkum dalam