• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI JALUR HIJAU JALAN NASIONAL DI KABUPATEN SLEMAN (Studi Kasus Jalan Magelang dan Jalan Solo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI JALUR HIJAU JALAN NASIONAL DI KABUPATEN SLEMAN (Studi Kasus Jalan Magelang dan Jalan Solo)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Disusun Oleh: Wardoyo 20070210006

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

persembahkan kepada:

1. Ayah dan Ibunda tercinta, sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terimakasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang dan segala dukungannya. Semoga ini bisa menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karena kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotifasi, selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku dan selalu menasehatiku untuk menjadi lebih baik, terimakasih Ibu.... terimakasih Ayah....

(4)

melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayahNya kepada penulis hingga

terselesainya skripsi yang berjudul “Evaluasi Jalur Hijau Jalan Nasional Di

Kabupaten Sleman (Studi Kasus Jalan Magelang dan Jalan Solo)”. Skripsi ini

dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari selama penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak mendapatkan bantuan, dukungan, kerjasama dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih setulus tulusnya kepada:

1. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, bantuan serta memberikan motifasi dan semangatnya selama penyusunan skripsi ini. 2. Lis Noer Aini, S.P. M.Si., selaku Dosen Pembimbing pendamping

yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, masukan, bantuan serta memberikan motifasi dan semangatnya selama penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan saran, koreksi, kritik dan motivasinya.

(5)

memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna dan tak ternilai harganya.

7. Staf dan Karyawan Fakultas Pertanian yang telah memberikan fasilitas akademik dan ilmunya selama duduk di bangku kuliah ini.

8. Kepala Dinas dan Instansi terkait di Yogyakarta (Bapedda Sleman, P2JN DIY dan BLH DIY) yang telah memberikan izin dan data informasi yang mendukung terselesainya skripsi ini.

9. Keluarga tercinta Bapak Sapardi, Ibu Sutini, Mas Tris bersama istri (Mbak Yuyun), Mas Joko bersama istri (Mbak Santi) yang dengan

tulus mendo’akan dan mendukung apa yang menjadi terbaik dalam

hidupku.

10.Semua teman-teman prodi Agroteknologi angkatan 2007, Sapto Nugroho, Khoirul Umam dan adik angkatan, Lian, Jamal, Adit, Ilham tembong, Pak Wo, Ihsan, Ardi, serta yang lain yang tidak tertulis satu pesatu trimakasih atas segalanya.

11.Keluarga besar Hikmah Motor, Om Yon, Om Agus, Bu Nur serta yang lain yang tidak tersebut satu persatu terimakasih atas motifasi dan suportnya.

(6)

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Januari 2017

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

pada bulan September sampai November 2016. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kesesuaian jalur hijau yang berfungsi sebagai penyerap polutan, pengontrol iklim mikro, peredam kebisingan, pengarah, peneduh dan pembentuk nilai estetik dikedua jalan tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survey, observasi, kuisioner dan pengumpulan data skunder. Pemilihan lokasi secara purposive yang didasarkan pada jumlah kepadatan lalu-lintas, jalur antar Provinsi, jalur perdagangan, jalur wisata di wilayah Kabupaten Sleman. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur hijau jalan yang ada di kedua jalan tersebut sudah memberikan fungsinya tetapi belum maksimal karena keberadaan tanaman yang belum merata, sedangkan hasil pengukuran kualitas udara di kedua jalan tersebut, jumlah polusi yang ada masih di bawah baku mutu yang ditetapkan artinya masih aman bagi lingkungan sekitarnya, tetapi debu dan timah hitam atau timbal (Pb) terus meningkat pertahunnya. Berdasarkan persepsi pengguna jalan, sebagian besar menyatakan perlu penambahan tanaman terutama tanaman peneduh (90%) dan peningkatan perawatan jalan (70%). Hasil evaluasi terhadap jalur hijau, perlu dilakukan penataan jalur hijau dan penambahan tanaman terutama pada km 14-18 di Jalan Magelang dan km 10-13 di Jalan Solo.

(13)

)”, implemented in September until November 2016. This study aimed to evaluate the suitabiliy of the green lane road that serves as an absorber of pollution, microclimate control, noise reducer, referring plat, shading plant and aesthetic value in both of the road. The research was conducted by survey method, observation, questionnaires and secondary data colection. The coice of location purposively based on the amound of traffic descriptively.

The result showed that the green lane road at Jalan Magelang and Jalan Solo hove not provided full functionality due the presence of plants that have not been evenly distributed, while the results of air quality measurements showed that pollution occurs is still below the threshold, but there is an increase of lead (Pb) annually. Based on the perception of street users, most states need additional plants are mainly plant sade (90%) and improved maintenance (70%). The result of the evaluation on the green line, there are needs to be additional plant esspecially at km 14-18 at Magelang Street and km 10-13 at Solo Street.

(14)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km2 atau

18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110o13’00” dan 110o33’00”

Bujur Timur, serta 7o34’51” dan 7 o47’03” Lintang Selatan. Kabupaten Sleman

berada pada ketinggian 100 s/d 2.500 m dpl., dengan iklim agak basah. Di sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kuloprogo dan Kabupaten Magelang, dan di sebelah selatan berbatasan dengan kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Secara administratif Kabupaten Sleman terbagi atas 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 padukuhan. Kabupaten Sleman memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti tempat wisata, wisata kuliner serta kawasan potensial untuk pengembangan pembangunan agribisnis. Pembangunan maupun perbaikan infrastruktur di Kabupaten Sleman juga sangat pesat, salah satunya yaitu jalan. (Slemankab, 2016)

(15)

Pada bagian tepi jalan, median maupun pulau jalan (traffic island) biasanya terdapat tanaman yang merupakan bentuk dari jalur hijau jalan yang keberadaanya sangat penting bagi pengguna jalan maupun masyarakat di sekitarnya. Tanaman tepi jalan atau jalur hijau jalan memiliki fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi, peredam kebisingan, pemecah angin dan pengarah. Selain itu tanaman juga mengandung nilai keindahan yang dapat dinikmati baik secara visual oleh mata maupun indera lainnya seperti daya tarik aroma maupun perasaan. Secara visual tanaman memiliki nilai arsitektural yang berkaitan dengan fungsi estetik yang diperoleh dari bentuk tajuk pohon, warna, tekstur daun dan aroma bunga serta kesesuaiannya dengan lingkungan (Raismiwyati, 2009).

(16)

B. Perumusan Masalah

Kabupaten Sleman tepat dilintasi oleh Jalan Nasional, yang merupakan koridor atau penghubung Propinsi Jawa Tengah ke Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), diantaranya yaitu Jalan Magelang dan Jalan Solo. Dari tahun-ke tahun tahun-kepadatan populasi tahun-kendaraan bermotor yang melintas di jalan tersebut semakin meningkat, secara visual hal ini dibuktikan dengan adanya kemacetan di beberapa titik. Hal ini jelas akan mengakibatkan penurunan kualitas udara dan perubahan iklim mikro akibat gas buang kendaraan bermotor yang melintas di jalan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi kesesuain jalur hijau jalan sebagai penyerap polutan, pengontrol iklim mikro, peredam kebisingan, pengarah, peneduh dan pembentuk nilai estetika di kedua jalan tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Mengevaluasi kesesuaian jalur hijau jalan yang berfungsi sebagai penyerap polutan, pengontrol iklim mikro, peredam kebisingan, pengarah, peneduh dan pembentuk nilai estetika di kedua jalan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam mengoptimalkan fungsi tanaman tepi jalan di jalan Solo dan jalan Magelang Kabupaten Sleman.

E. Batasan Studi

(17)

F. Kerangka Pikir Penelitian

(18)
(19)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir, dan mengkaji. Menurut Diana (2004), evaluasi adalah suatu tindakan yang digunakan atau dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan keputusa tersebut untuk selanjutnya ditentukan langkah-langkah alternatif perbaikannya bagi kelemahan tersebut. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan telah tercapai dan peningkatan yang perlu dilakukan.

Kegiatan evaluasi bertujuan menyeleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung pengambilan kesimpulan dan keputusan tentang suatu nilai serta nilainya (Diana, 2004). Selanjutnya Diana 2004 juga menyatakan bahwa evaluasi dilakukan untuk menentukan keputusan apa akan melanjutkan suatu program yang dinilai sukses atau. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pembanding yaitu perbandingan hasil perencanaan dengan tujuan yang ditetapkan oleh desainer. Hasil evaluasi digunakan untuk membantu memutuskan apa suatu program akan dilanjutkan atau dihentikan dan bagaimana cara pengembangannya.

B. Jalan

(20)

jalan lori, dan jalan kabel. Dines dan Harris (1988) menjelaskan bahwa adanya jalan atau sirkulasi kendaraan di jalan raya mengakomodasikan tiga tujuan utama yaitu menyediakan akses untuk masuk ke suatu lahan dan bangunan, menghubungkan antar tata guna lahan yang ada, dan menyediakan jalur pergerakan untuk orang dan barang.

Secara umum pengelompokkan sistem jalan menjadi freeway (jalan tol), jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Chiara dan Koppelman (1989) mengatakan bahwa jalan dibagi menjadi 5 tipe yaitu jalan utama (arteri utama), jalan sekunder (arteri kecil), jalan kolektor, jalan lokal, cul-de-sac. Berdasarkan peruntukannya, jalan dibedakan menjadi jalan umum dan jalan khusus (UU No. 38 tahun 2004). Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum dan dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri, diperuntukkan bukan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang diperlukan. Jalan khusus tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Termasuk ke dalamnya antara lain jalan inspeksi pengairan, jalan inspeksi saluran minyak atau gas, jalan perkebunan, jalan pertambangan, jalan kehutanan, jalan komplek bukan untuk umum dan jalan untuk keperluan pertahanan dan kemanan

Negara.

(21)

jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan menjadi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

(22)

1. Jalan kelas I

Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 m, ukuran panjang tidak melebihi

Jalan memiliki beberapa bagian jalan. Bagian-bagian jalan tersebut meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan (UU RI No 38 tahun 2004 ; UU RI No 13 tahun 1980).

(23)

2. Daerah milik jalan meliputi daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu, di luar daerah manfaat jalan. Daerah milik jalan dibatasi tanda batas daerah milik jalan.

3. Daerah pengawasan jalan merupakan sejalur tanah tertentu di luar daerah milik jalan yang ada di bawah pengawasan Pembina jalan. Adanya daerah pengawasan jalan dimaksudkan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan, dalam hal tidak cukup luasnya daerah milik jalan.

C. Jalur Hijau

(24)

Gambar 1. Tata letak jalur hijau (Direktorat Jendral Binamarga, 1996)

Pada jalur hijau jalan, tanaman disediakan pada tepi jalan serta median dan pulau jalan. Jalur tanaman tepi pada ruang terbuka hijau jalur hijau jalan memiliki fungsi antara lain peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan dan pemecah angin. Median pada jalur hijau jalan berfungsi sebagai penahan silau lampu kendaraan.

D. Fungsi Ekologis Tanaman

(25)

tanaman memiliki efek penting pada suhu udara. Selain itu, vegetasi dapat juga mengurangi terjadinya erosi tanah dan bahaya tanah longsor. Tanaman dapat mengurangi polutan udara melalui proses oksigenasi, yaitu proses pelepasan oksigen ke atmosfer, dan dilusi, yaitu pencampuran udara tercemar dengan udara bersih. Ketika udara yang tercemar mengalir di dalam dan sekitar tanaman dan melewati udara bersih dan beroksigen, terjadi pencampuran antara udara yang tercemar dengan udara bersih sehingga konsentrasi zat pencemar udara berkurang (Grey dan Deneke, 1978).

Berdasarkan penelitian terdahulu, didapatkan perhitungan bahwa sejenis pohon douglas-fir (salah satu jenis cemara) dengan diameter batang 15 inchi berpotensi membersihkan 43,5 pound SO2 per tahun dengan konsentrasi SO2 pada

atmosfer 0,25 ppm. Dengan demikian, satu acre lahan tanaman ini dapat membersihkan 3,7 ton SO2 pertahun (Carpenter, et al., 1975). Penelitian lain

menunjukkan bahwa area hijau seluas 500 meter di sekitar pabrik dapat menurunkan konsentrasi sulfur dioksida (SO2) sebanyak 67% (Robinette 1972

dalam Grey dan Deneke 1978). Penelitian tentang pencemaran ozon dan area hutan menunjukkan bahwa massa udara dengan konsentrasi ozon sebesar 150 ppm yang dilepaskan di hutan selama 8 jam, akan diserap oleh vegetasi sebesar 80% di antaranya (Grey dan Deneke, 1978). Hasil-hasil tersebut membuktikan bahwa tanaman efektif dalam membersihkan polutan dari udara.

(26)

menghasilkan peningkatan yang cukup besar pada persentase karbon dioksida (Harris dan Dinnes, 1999). Schmid dalam Harris dan Dinnes (1999) menemukan bahwa konsentrasi ozon berkurang dengan cepat pada siang hari dimana tanaman bertranspirasi dengan cepat dibandingkan pada malam hari. Transpirasi mendinginkan udara yang akan memperlambat pembentukan ozon. Nitrogen dioksida dihilangkan secara parsial oleh presipitasi.

Polutan diserap oleh jaringan tanaman yang aktif, terutama di daun dan dijerap pada permukaan tanaman (Harris dan Dinnes. 1999). Tanaman dapat menjadi penyaring yang efektif dan dapat digunakan untuk pada area-area strategis untuk membersihkan udara. Tanaman dapat menyerap dan menjerap gas dan polutan padat sampai pada batas tertentu yang dapat ditoleransi oleh tanaman.

(27)

cahaya matahari, kedudukan daun, keadaaan saat penyerapan (gelap/terang) (Smith, 1981 dalam Dahlan, 2004).

Selain vegetasi, pergerakan angin juga dapat mempengaruhi penyebaran polusi udara. Karena itu, untuk mengurangi polusi udara, penanaman vegetasi dapat dilakukan tegak lurus dengan arah angin (Grey dan Deneke, 1978). Selain itu, penanaman juga ditempatkan di sekitar sumber polusi. Penanaman yang terbuka sebaiknya juga dikombinasikan dengan barrier yang padat.

E. Fungsi Tanaman Lansekap

Jenis tanaman yang akan ditanam sebaiknya tidak hanya mempunyai satu manfaat melainkan ada manfaat lain yaitu dari aspek ekologis, aspek estetika, aspek keselamatan dan aspek kenyamanan. Bagian dari tanaman yang menjadi pertimbangan pemanfaatanya adalah dari organ (batang, daun, buah, bunga dan perakaranya serta sifat perkembangannya. Sebagai contoh, dari tajuk, bunga dan daun dapat menimbulkan kesan keindahan (estetika), dari beberapa bunga yang mengeluarkan aroma segar dan warna yang menarik, batang dan daun dapat bermanfaat sebagai peneduh, pembatas, penghalang angin, penghalang silau dari lampu kendaraan dan cahaya matahari. Disamping itu juga manfaat penanaman pohon di jalan adalah sebagai ciri atau maskot suatu daerah yaitu tanaman lokal atau tanaman eksotik yang khas dan hanya dapat tumbuh dan berkembang khusus pada daerah tertentu atau hanya ada di Indonesia.

1. Mengurangi pencemar udara (CO2)

(28)

menggunakan karbondioksida (CO2) dari udara atau lingkungan sekitarnya

diubah antara lain menghasilkan Oksigen (O2). Gas CO2 sebagai salah satu

gas rumah kaca yang dapat menimbulkan pemanasan global akan direduksi oleh tanaman. Semua jenis tanaman yang berklorofil memanfaatkan CO2 untuk proses biokimia yang dibantu cahaya matahari

dapat menghasilkan O2 yang dibutuhkan untuk kehidupan mahluk hidup di

bumi.

2. Penyerap Kebisingan

(29)

Gambar 2. Tanaman Berfungsi Sebagai Penyerap Kebisingan

3. Penghalang Silau

Cahaya lampu kendaraan dari arah yang berlawanan saat malam hari seringkali mengganggu pandangan atau silau bagi pengemudi lainya yang berlawanan arah. Salah satu cara penanganannya dengan cara menanam tanaman di tepi jalan dan median jalan. Sebaiknya dipilih pohon atau perdu yang bermassa daun padat, ditanam rapat pada ketinggian 1,5m.

(30)

Gambar 3. Tanaman Berfungsi Sebagai Penghalang Silau

4. Pembatas Pandang

Tanaman dapat pula dimanfaatkan sebagai penghalang pandangan terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan untuk ditampilkan atau dilihat, seperti timbunan sampah, tempat pembuangan sampah, dan galian tanah. Jenis tanaman tinggi dan perdu/semak yang bermassa daun padat dapat ditanam berbaris atau membentuk massa dengan jarak tanam rapat. Contoh: bambu, glodokan tiang, cemara, puring, pucuk merah, kembang sepatu, oleander.

(31)

5. Pengarah

Tanaman dapat dipakai sebagai penghalang pergerakan manusia dan hewan. Selain itu juga dapat berfungsi mengarahkan pergerakan. Lansekap tepi jalan yang baik dapat memberikan arah dan petunjuk bagi pengendara. Fungsi penanaman dapat menolong/membantu pengguna jalan menginformasikan adanya tikungan jalan atau mendekati jembatan. Walaupun penanaman seperti itu harus didesain dengan pertimbangan untuk keselamatan lalu lintas, pemeliharaan yang murah dan mengurangi penyiangan. Contoh: cemara, glodokan tiang, palem.

Gambar 5. Tanaman Berfungsi Sebagai Pengarah

6. Memperindah Lingkungan

(32)

didesain berkaitan dengan jenis dan fungsi dari jalan untuk mengurangi beberapa gangguan antara lain polusi udara dan kebisingan.

7. Penahan Benturan

Kecelakaan akan terjadi ketika pengendara mengalami kelelahan, lepas kendali, mabuk, melebihi batas kecepatan atau mencoba menghindari benturan pada objek yang membahayakan di jalan. Pada lokasi dimana hal-hal seperti itu terjadi, lingkungan tepi jalan yang dapat membantu pengendara mengurangi kemungkinan membentur objek yang keras dengan menggunakan tanaman. Penanaman perdu yang berakar dengan kuat dan tumbuh dengan baik, akan mengurangi kerusakan dan kecelakaan pada kendaraan dan pengemudi daripada memasang pembatas/dinding yang keras.

8. Pencegah Erosi

(33)

9. Habitat Satwa

Tepi jalan akan menyediakan tempat bagi tanaman yang harus ditanam kembali. Hal ini membantu mengembalikan kesimbangan sistem ekologi. Spesies yang diadopsi pada kondisi lahan yang khusus dan mempunyai nilai keilmuan dan pengobatan harus dilindungi. Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan diperkotaan adalah burung. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan tanaman sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Tanaman sebagai sumber makanan bagi hewan serta tempat berlindung kehidupannya. Hingga secara tidak langsung tanaman dapat membantu pelestarian kehidupan satwa.

10.Pemecah Angin

(34)

Gambar 6. Tanaman Berfungsi Sebagai Pemecah Angin

F. Jenis Tanaman Jalan Tabel 1. Fungsi dan Jenis Tanaman Jalan

No. Fungsi Persyaratan Jenis Tanaman

(35)
(36)
(37)

Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016

A B

Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berada di sebelah utara. Wilayah kabupaten sleman membentang di lereng gunung Merapi, yang termasuk 10 besar gunung berapi teraktif di dunia dengan ketinggian mencapai 2.968 meter. Dengan posisi tersebut,

(38)

A. Iklim

Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, hari hujan terbanyak dalam satu bulan selama tahun 2015 adalah 24 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi 462 mm. Kecepatan angin maksimum 5,4 m/s, sementara rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 97% dan

terendah 48%. Temperatur udara, tertinggi 33,3°C dan terendah 20,0°C.

B. Topografi

Kabupaten Sleman keadaan tanahnya dibagian selatan relatif datar kecuali daerah perbukitan dibagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di Kecamatan Gamping. Makin ke utara relatif miring dan dibagian utara sekitar Lereng Merapi relatif terjal serta terdapat sekitar 100 sumber mata air. Hampir setengah dari luas wilayah merupakan tanah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis di bagian barat dan selatan. Topografi dapat dibedakan atas dasar ketinggian tempat dan kemiringan lahan (lereng).

(39)

> 1000 m dari permukaan laut seluas 1.495 ha atau 2,60 % dari luas wilayah meliputi Kecamatan Turi, Pakem, dan Cangkringan.

C. Kepadatan Penduduk

Berdasarkan hasil sensus penduduk jumlah penduduk Kabupaten Sleman tahun 2015 sebesar 1.167.481 jiwa, terdiri dari 588.368 laki-laki dan 579.113

Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan penduduknya. Beberapa faktor yang mendukung penyelenggaraan pendidikan adalah ketersediaan sekolah yang memadahi dengan sarana prasarana, pengajar dan keterlibatan anak didik maupun Komite Sekolah.

(40)

Pada jenjang SMP jumlah sekolah tercatat sebanyak 111 sekolah, yang institusi, terlihat bahwa peran swasta di Kabupaten Sleman dalam penyelenggaraan SMA lebih besar dibandingkan pemerintah. Tetapi jika dilihat dari banyaknya kelas, terjadi hal yang sebaliknya. SMU swasta hanya memiliki umunya SMA tersebut mengenakan biaya pendidikan lebih rendah.

(41)
(42)

I.

TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di Jalan Magelang km 7 sampai 18 dan Jalan Solo km 7 sampai km 15 Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai November 2016.

B. Metode Penelitian dan Analisis Data 1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, secara teknis di lapangan dengan observasi, pengumpulan data skunder dan kuesioner.

2. Metode Pemilihan Lokasi

Lokasi observasi dipilih secara purposive yaitu pemilihan lokasi berdasarkan tingkat kepadatan lalu-lintas yang terjadi. Alasan kedua jalan di Kabupaten Sleman tersebut dipilih karena merupakan jalan Nasional atau jalan utama menuju propinsi Jawa Tengah dengan kepadatan volume kendaraan yang sangat tinggi dan aktivitas masyarakat yang cukup ramai. Keberadaan vegetasi yang berbeda dari kedua jalan tersebut menjadi pembanding evaluasi yang akan dilakukan. Keberadaan tanaman tepi jalan apakah sudah sesuai atau belum dengan standar yang ditetapkan.

3. Metode Pemilihan Sampel

Metode pemiliha responden dilakukan dengan tenik Non-Probability Sampling yaitu pengambilan responden penelitian secara non-random (tidak

(43)

terlebih dahulu tetapi dapat dijumpai secara tiba-tiba di lokasi penelitian. Responden yang dipilih adalah pengguna jalan di kawasan jalan Magelang km 7 sampai 18 dan jalan Solo km 7 sampai 15. Jumlah responden dihitung menggunakan Rumus Yamane (Eko Prabowo,2012) sebagai berikut.

n = �

��2+ � %

d= batas toleransi kesalahan sebesar 5% n= ukuran sampel

N= jumlah kendaraan bermotor perhari 1. Penghitungan jumlah responden jalan Magelang

n =

� , 5 + × %

n = 5 , × %

n = , × %

n = , dibulatkan menjadi 40 responden

2. Penghitungan jumlah responden jalan Solo

(44)

dilokasi penelitian. Sedangkan data sekunder yaitu data yang sudah ada dikantor pemerintah setempat atau BAPPEDA, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup maupun Dinas Tata Kota. Adapun jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian, tersaji dalam tabel 2 berikut.

Tabel 1. Jenis Data Penelitian

(45)

D. Analisis Data

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan metode deskriptif yaitu meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, penempatan satu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran, penjelasan dan uraian hubungan antara satu faktor dengan faktor lain berdasarkan fakta, data kemudian dibuat dalam bentuk tabel atau gambar.

E. Luaran Penelitian

(46)

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Jalan

Jalan Magelang dan Jalan Solo merupakan jalan Nasional atau jalan utama yang menghubungkan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Provinsi Jawa Tengah. Jalan Magelang merupakan penghubung Provinsi DIY dengan Prorinsi Jawa Tengah, meliputi beberapa kabupaten terdekat, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo dan seterusnya, maupun Kabupaten Semarang dan seterusnya di wilayah Pantura. Sedangkan Jalan Solo menghubungkan Provinsi DIY dengan Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Klaten, Kabupaten Solo dan seterusnya.

Jalan Magelang yang ada di Kabupaten Sleman Provinsi DIY memiliki panjang 18 km, tetapi yang menjadi objek penelitian hanya dari km 7 sampai km 18, yaitu dari fly over Jombor sampai perbatasan DIY Jawa Tengah. Jalan Magelang km 7 sampai 18 ini melewati tiga kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman, yaitu Kecamatan Mlati, Kecamatan Sleman dan Kecamatan Tempel.

(47)

secara umum memiliki topografi yang bergelombang di beberapa titik mengikuti bentuk permukaan tanah yang ada.

Gambar 1. Potongan bentuk jalan Magelang

Gambar 2. Kondisi fisik jalan Magelang

(48)

Pada median ini ditanami tanaman jenis pohon, perdu dan semak. Tanaman di median ini lebih didominasi oleh tanaman jenis pohon yaitu pohon Glodokan bulat.

Gambar 3. Potongan bentuk jalan Solo km 7 sampai km 14

Gambar 4. Kondisi fisik jalan Solo km 7 sampai 14

(49)

oleh dua median dengan lebar per median 3 meter. Median ini berada di kiri kanan jalur cepat. Median ini ditanami tanaman jenis pohon, perdu, semak dan penutup tanah. Jenis pohon yang mendominasi di km 15 ini adalah pohon Mahoni.

Gambar 5. Potongan bentuk jalan Solo km 15 Bogem

Gambar 6. Kondisi fisik jalan Solo km 15 Bogem

Jalan Magelang km 7 sampai 18 dan Jalan Solo kn 7 sampai 15 merupakan penghubung Provinsi DIY dengan Jawa Tengah. Kendaraan bermotor yang melintas di kedua jalan ini sangat padat baik dari arah kota DIY menuju Jawa Tengah maupun sebaliknya dari arah Jawa Tengah menuju DIY. Pengguna jalan yang melintas di jalan ini sangat bervariasi, yaitu meliputi penghuni kawasan sekitar jalan maupun dari Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi yang lain.

(50)

kendaraan yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional DIY (Satker P2JN) tahun 2016, jumlah kendaraan bermotor yang melintas di Jalan Magelang perhari mencapai 20.009 unit. Sedangkan untuk Jalan Solo lebih banyak yaitu mencapai 72.891 unit perhari.

Elemen pembentuk lansekap Jalan Magelang dan Jalan Solo ini hampir sama yaitu terdiri dari elemen tanaman dan elemen penunjang. Elemen tanaman yang terdapat pada kedua jalan ini yaitu jenis pohon, perdu, semak, penutup tanah dan rumput. Di Jalan Magelang didominasi tanaman Glodokan tiang, Angsana, Mahoni dan Tanjung. Sedangkan di Jalan Solo didominasi oleh tanaman Glodokan bulat dan Mahoni. Elemen tanaman pada suatu lansekap jalan selain memberikan kualitas visual pada jalan juga memiliki fungsi lain seperti peneduh, pengarah, kontrol polusi dan penghalau silau lampu kendaraan. Selain tanaman terdapat elemen penunjang lain berupa kelengkapan jalan seperti marka jalan, saluran drainase pot tanaman dan trotoar.

(51)

B. Vegetasi

Vegetasi merupakan salah satu elemen lansekap pembentuk jalur hijau jalan. Vegetasi dapat ditata sedemikian rupa sehingga mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengontrol iklim mikro, peneduh, penyerap polusi, pengarah dan sebagainya. Vegetasi juga dapat menghadirkan nilai estetika tertentu yang terkesan alamiah dari garis, bentuk, warna, bentuk tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbulkan dari daun, bunga maupun buahnya. Untuk memaksimalkan fungsi jalur hijau jalan hendaknya dipilih tanaman berdasarkan beberapa pertimbangan dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat menanggulangi masalah lingkungan yang muncul.

(52)

getah bening kemerahan apabila dilukai. Daun majemuk menyirip gasal, bundar telur hingga agak jorong dengan pangkal bundar dan ujung meruncing, hijau terang, gundul, dan tipis. Bunga-bunga berkumpul dalam malai di ketiak. Bunga berkelamin ganda, berwarna kuning dan berbau harum semerbak.

Tanaman ini terdapat di tepi Jalan Magelang km 7 sampai 18 dan Jalan Solo km 7 sampai 15. Tanaman angsana yang ada di tepi jalan Magelang ini lebih banyak dan tersebar merata dibandingkan dengan yang ada di Jalan Solo. Tanaman ini sangat cocok di tanam di tepi jalan dan difungsikan sebagai peneduh karena memiliki bentuk tajuk seperti kubah dan bermasa daun padat. Selain itu tanaman ini juga mampu mengurangi polusi udara. Tanaman angsana yang ada di jalan Magelang ini rata-rata sudah tua terlihat dari kondisi tanaman yang besar dan tinggi.

(53)

2. Tanaman Tanjung

Tanjung (Mimusops elengi) adalah sejenis pohon yang berasal dari India, Sri Lanka dan Burma dan masuk ke Nusantara semenjak berabad-abad yang silam. Pohon berukuran sedang, tumbuh hingga ketinggian 15 m. Berdaun tunggal, tersebar, bertangkai panjang, helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9–16 cm, bertepi rata namun menggelombang.

Bunganya yang wangi dapat memberikan suasana yang menyegarkan bagi pengguna jalan yang melintas maupun masyarakat di sekitar jalan. Tanaman tanjung yang ada di tepi Jalan Magelang dan Jalan Solo ini berfungsi sebagai peneduh, pemecah angin dan penyerap kebisingan karena memiliki percabangan dua meter di atas tanah dan bemasa daun padat. Tanaman tanjung sebagian besar berada di Jalan Magelang dan tersebar di sepanjang jalan. Tanaman ini di tanam di tepi jalan berada diantara tanaman angsana dan tanaman mahoni.

(54)

3. Tanaman Mahoni

Mahoni (Switenia Macrophyiia), termasuk pohon besar dengan tinggi. Pohon mencapai 35–40 m dan diameter mencapai 125 cm. Memiliki batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Tanaman mahoni mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Syarat lokasi untuk budi daya mahoni diantaranya adalah ketinggian lahan maksimum 1.500 meter dpl, curah hujan 1.524-5.085 mm/tahun, dan suhu udara 11-36 C. Sifat Mahoni yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini banyak ditanam di tepi jalan.

(55)

Gambar 9. Pohon mahoni

4. Tanaman Ketapang

(56)

Gambar 10. Pohon ketapang 5. Tanaman Glodokan Tiang

Glodokan Tiang (Polyalthia longifolia) merupakan tumbuhan evergreen yang berasal dari India, umumnya ditanam karena keefektifannya dalam mengurangi polusi suara. Kenampakan pohon ini berupa piramida simetris dengan cabang seperti pendulum dan daun lanset dengan tepi bergelombang. Pohon ini dapat tumbuh hingga mencapai 20 meter. Akar pada glodokan tidak dangkal, tetapi juga tidak menjalar dengan ekstensif yang bisa mengganggu struktur seperti trotoar, jalan dan bangunan di dekatnya.

(57)

Gambar 11. Pohon glodokan tiang 6. Tanaman Beringin

Pohon beringin atau dalam bahasa latin Ficus sp merupakan famili terbesar Moraceae. Tanaman ini terdapat pada tepi Jalan Magelang dan pada median Jalan Solo, tetapi jumlahnya sangat sedikit sekali. Tanaman ini berupa pohon yang bisa mencapai tinggi 50 meter, tumbuh ditanah dan ada yang bersifat hemi-epifit (yang mulai hidup sebagai epifit kemudian memperpanjang akar

ketanah). Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan, memiliki umur hingga ratusan tahun.

(58)

Gambar 12. Pohon Beringin 7. Tanaman Waru

(59)

Gambar 13. Pohon Waru

8. Palem Raja

Palem raja Roystonea regia merupakan tumbuhan yang batangnya berbentuk bulat besar dan tidak memiliki cabang, ujung daunnya berada di ujung batang membentuk mahkota dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 30 m. Permukaan batang ini halus dan terdapat bekas pelepah daun-daun yang gugur. Batang ini beruas dan tidak punya kambium sejati. Palem raja memiliki akar berupa akar serabut.

(60)

Gambar 14. Pohon Palem Raja 9. Cemara

Suku cemara-cemaraan atau Casuarinaceae merupakan tetumbuhan hijau abadi yang sepintas lalu dapat disangka sebagai tusam karena rantingnya yang beruas pada dahan besar kelihatan seperti jarum, dan buahnya mirip runjung kecil. Daunnya berbentuk ramping dan runcing yang berguna untuk mengurangi penguapan. Bentuk daun tersebut juga merupakan adaptasi pohon cemara terhadap lingkungan yang panas. Warna daun pohon cemara biasanya hijau gelap, tetapi ada beberapa spesies yang berwarna hijau terang.

(61)

Gambar 15. Pohon cemara

10.Nangka

(62)

Gambar 16. Pohon nangka 11.Mangga

Mangga (Mangifera indica) dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.

(63)

Magelang. Tanaman mangga yang berada di tepi kedua jalan ini difungsikan sebagai peneduh karena memiliki tajuk yang melebar dan bermasa daun padat, selain itu tanaman ini juga penghasil Oksigen.

Gambar 17. Pohon mangga 12.Asam Jawa

Asam jawa (Tamarindus indica) ini berperawakan besar dan selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), tinggi mencapai 30 meter dan diameter batang di pangkal hingga 2 meter. Kulit batang tanaman ini berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat, melebar dan membulat.

(64)

Gambar 18. Pohon asam jawa

13.Bugenvil

Bugenvil (Bougainvillea) merupakan tanaman hias populer yang bentuknya kecil dan sukar tumbuh tegak. Keindahan tanaman ini berasal dari seludang bunganya yang berwarna cerah dan menarik perhatian karena tumbuh dengan rimbunnya. Seludang bunga ini kerap dianggap sebagai bagian bunga, walaupun bunganya yang benar adalah bunga kecil yang terlindung oleh seludang. Tanaman bugenvil ini mempunyai bagian tanaman yang berwarna-warni. Oleh karena itu, tanaman bougainvillea menjadi tanaman hias yang sangat populer karena kecantikkan warnanya dan cara merawatnya yang mudah.

(65)

itu bunga dari tanaman ini tentunya akan menambah nilai keindahan di jalan tersebut.

Gambar 19. Tanaman bugenvile 14.Klengkeng

(66)

Gambar 20. Pohon klengkeng 15.Kiara Payung

Kiara payung (Filicium decipiens) atau ki sabun adalah spesies tanaman dalam suku lerak-lerakan (Sapindaceae). Tinggi pohon dapat mencapai 25 m. Bentuk tajuknya bulat atau semiglobular sehingga membentuk seperti payung. Tanaman ini memiliki cabang yang banyak dengan tinggi bebas cabang yang rendah, cabang tumbuh menyudut tajam ke arah atas menjadikan bentuk tanaman ini cukup indah. Kondisi cabang tanaman inilah yang menyebabkan pemanfaatan kayunya kurang maksimal.

(67)

Gambar 21. Pohon kiara payung 16.Kersen atau Talok

Kersen atau talok (Muntingia calabura L.) adalah sejenis pohon yang memiliki buah kecil dan manis berwarna merah cerah. Tinggi umumnya hanya sekitar 3-6 m saja, hijau abadi dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar demikian pula daunnya. Daun-daun terletak mendatar, berseling helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, sisi bawah berambut kelabu rapat bertangkai pendek.

(68)

akhirnya tumbuh dengan cepat biasanya dibiarkan saja membesar sebagai pohon naungan.

Gambar 22. Pohon kersen 17.Teh Tehan

Teh tehan (Achalipha sp) adalah sejenis perdu hias yang biasa ditanam orang sebagai pagar hidup atau komponen taman. Tumbuhan dewasa biasanya memiliki duri yang tidak tumbuh sewaktu tumbuhan masih muda. Daun tanaman ini berbentuk oval atau elips, agak bergelombang tepinya, tersusun berpasangan, warnanya mulai dari kuning cerah hingga hijau agak pekat, tergantung spesies dan lingkungan tumbuh (lebih terang, warna daun lebih cerah). Bunga berwarna biru sampai ungu dengan rona putih, tersusun dalam satu cabang yang keluar dari ketiak cabang atau ujung cabang, berbunga sepanjang tahun. Buahnya berwarna kuning (hijau ketika muda), bulat, dengan diameter dapat mencapai 1 cm.

(69)

Tanaman ini difungsikan sebagai penyerap kebisingan karena memiliki tajuk yang tebal dan memiliki masa daun padat.

Gambar 23. Tanaman teh tehan 18.Jambu Air

(70)

Gambar 24. Pohon jambu air 19.Soka Jawa

Bunga soka jawa (Ixora Javanica) sering digunakan sebagai tanaman penghias taman dan sebagai tanaman pagar yang dapat dibentuk. Pada Jalan Magelang tanaman ini ditanam pada tepi jalan dan pulau jalan. Sedangkan pada Jalan Solo tanaman ini di tanam di median jalan dan ditempatkan dalam pot. Tumbuhan ini memiliki bunga yang hampir selalu mekar sehingga cocok untuk menghiasi jalan supaya lebih berwarna. Soka jawa juga termasuk tumbuhan yang selalu hijau. Bunga soka jawa hidup di daerah dengan iklim tropis.

(71)

permukaan daunnya mengkilap disetai warna daun yang hijau. Semakin tua daun, maka warna hijaunya semakin tua. Ujung daun tanaman ini berbentuk tumpul.

Gambar 25. Bunga soka jawa 20.Lili Paris

Lili paris bernama latin Clorophytum comosum adalah nama dari

tanamaman hias jenis semak yang biasa digunakan sebagai material pembuatan taman dan dalam aplikasinya digunakan sebagai tanaman semak, baik untuk tujuan border, maupun listing. Tanaman ini sebenarnya sangat mudah utuk perawatannya, dan memiliki nilai artistik yang bagus, sehingga banyak digunakan oleh desainer taman maupun tukang taman dalam pembuatan taman, cocok digunakan untuk taman minimalis maupun tropis.

(72)

berbatang dengan tinggi kisaran 10 cm, akar serabut, berumbi, bunga putih dengan ditopang tangkai memanjang, berbiji dan cepat bertunas.

Gambar 26. Tanaman lili paris 21.Puring

Puring (Codiaeum variegatum) atau kroton adalah tanaman hias pekarangan populer berbentuk perdu dengan bentuk dan warna daun yang sangat bervariasi. Beragam kultivar telah dikembangkan dengan variasi warna dari hijau, kuning, jingga, merah, ungu, serta campurannya. Bentuk daun pun bermacam-macam memanjang, oval, tepi bergelombang, helainya terputus-putus, dan sebagainya.

(73)

untuk memperidah lansekap jalan, selain itu tanaman ini juga berfungsi sebagai penghalau silau lampu kendaraan karena memiliki ketinggian 1-1,5 meter.

Gambar 27. Tanaman puring

22.Nyamplung

Calophyllum inophyllum L atau Nyamplung merupakan tanaman yang

memiliki daun sangat lebat berwarna hijau tua dan memiliki buah bulat penuh seperti kelereng, bermasa daun padat dan memiliki tajuk yang melebar, sehingga dapapat difungsikan sebagai peneduh maupun pemecah angin. Tanaman ini

(74)

Gambar 28. Pohon nyamplung

23.Trembesi

Ki hujan atau trembesi (Samanea saman) merupakan sebuah tumbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat melebar. Tumbuhan ini pernah populer sebagai tumbuhan peneduh. Tetapi perakarannya yang sangat meluas membuatnya kurang populer karena dapat merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Secara natural bisa mencapai pertumbuhan sampai ketinggian 25 meter dan diameter 30 meter. Disebut Pohon Hujan (Rain Tree) karena air yang sering menetes dari tajuknya yang disebabkan kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Ciri pohon trembesi ini sangat mudah dikenali dari karakteristik dahan pohonnya yang akan membentuk seperti bentuk payung. Dan pohon trembesi ini akan tumbuh melebar melebihi ketinggian pohonnya. Dinegara asalnya pohon ini dipergunakan sebagai pohon penyejuk di perkebunan maupun taman.

(75)

karbondiokasida setiap tahunnya. (diameter tajuk 15 meter). Bandingkan dengan pohon biasa yang rata-rata mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa

hidupnya. Selain itu pohon Trembesi juga mampu menurunkan kosentrasi gas secara efektif, tanpa penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat. Mungkin karena kemampuan menyerap CO2 inilah maka pemerintah

meluncurkan program Penanaman 1 Miliar Pohon tahun 2010 dengan trembesi sebagai pohon utama untuk ditanam. Tanaman ini terdapat pada median Jalan

Solo, hanya saja jumlahnya sangat sedikit.

Gambar 29. Pohon trembesi atau munggur

24.Lamtoro

(76)

meter. Percabangannya rendah dan banyak, sehingga tanaman ini lebih

difungsikan sebagai peneduh.

Gambar 30. Tanaman lamtoro

25. Glodokan bulat

Glodokan bulat merupakan tanaman yang masih satu famili dengan tanaman glodokan tiang. Dilihat dari bentuk daun dan warna daun kedua tanaman ini memiliki kesamaan, yang membedakan hanya bentuk tajuknya. Tanaman glodokan bulat cenderung lebih bulat sesuai dengan namanya. Sedangkan glodokan tiang lebih mengerucut seperti piramid. Tanaman glodokan bulat sangat cocok sebagai tanaman peneduh selain bentuk tajuknya yang melebar daun dari tanaman ini juga tidak mudah rontok. Glodokan bulat juga barmanfaat sebagai tanaman penghijau mampu mengurangi polusi udara.

(77)

sedangkan tanaman glodokan bulat di Jalan Solo sebagian besar terdapat di median jalan. Di Jalan Solo tanaman ini sangat mendominasi.

Gambar 31. Tanaman glodokan bulat

26. Tanaman Pucuk Merah

Pucuk merah memiliki nama latin Syzygium oleana yang masih satu kerabat dengan tanaman salam, jambu air, jambu batu, juwet dan masih banyak lagi. Total ada kurang lebih 1.100 spesies dari genus Syzygium, semuanya memiliki daun beraroma khas saat diremas-remas. Batangnya berkayu dan kokoh, kalau tidak dipangkas pohon pucuk merah bisa tumbuh mencapai ketinggian 5 meter. Memiliki akar tunggang yang dapat menahan pohon jika nanti tumbuh besar ketika dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh.

(78)

ditanaman dalam pot dan di tanam selang seling dengan tanaman lainnya seperti puring dan glodokan bulat. Selain sebagai tanaman hias, tanaman ini sangat evektif untuk menghalau silau lampu kendraan katena memiliki daun rapat dan ketinggianya masih berkisar 1-1,5 meter.

Gambar 32. Tanaman pucuk merah

27.Rumput Gajah Mini

Rumput gajah mini atau dengan nama latin Pennisetum purperium schamach, ini terdapat di tepi dan pulau jalan Magelang. tanaman ini memiliki

ukuran daun lebih kecil dari rumput gajah biasa. Rumput gajah mini memiliki karakter unik. Dilihat dari pola pertumbuhannya, daun rumput gajah mini ini tidak tumbuh ke atas. Daunnya tumbuh menyamping. Hal ini membuat tampilan rumput jadi lebih bagus. Tekstur daunnya tidak tinggi, jadi tidak perlu dipangkas. Mirip rumput gajah biasa, hanya pola hidupnya saja yang merayap atau menyamping. Sehingga tanaman ini sangat cocok untuk dijadikan penutup tanah atau pencegah

(79)

Gambar 33. Rumput gajah mini 28.Tanaman Brokoli Hias

(80)

Gambar 34. Tanaman brokoli hias

29.Tanaman Heliconia

Heliconia Densiflora adalah bunga pisang-pisangan yang bentuk

(81)

Gambar 35. Tanaman heliconia atau pisang-pisangan

30.Tanaman Airis Bunga Kuning

(82)

Gambar 36. Tanaman airis bunga kuning

31.Tanaman Sambang Darah

Sambang darah (Excoecaria cochinchinensis) termasuk tanaman perdu kecil dengan tinggi 0,5 m hingga ± 3 meter. Batangnya berkayu, dengan percabangan yang sangat banyak. Mempunyai ranting-ranting yang beruas dengan warna hijau-keunguan. Daunnya tunggal dan agak panjang, dengan letak saling berhadapan, atau berselang-seling. Daunnya berbentuk jorong sampai lanset memanjang, ujung dan pangkalnya meruncing, tepinya bergerigi dengan tulang daun yang menyirip dan menonjol permukaan bawahnya.

(83)

kendaraan dari arah berlawanan karena selain lebat tanaman ini hanya memiliki ketinggian 0,5 meter saja.

Gambar 37. Tanaman sambang darah 32.Tanaman Ararea

(84)

Gambar 38. Tanaman ararea 33.Tanaman Kacang-kacangan

(85)

Gambar 39. Tanaman kacang-kacangan

34.Tanaman sig-sag

Sig-sag atau penawar lilin (Euphorbia tithymaloides L.) adalah tanaman hias berjenis semak dari famili Euphorbiaceae yang sering dipakai sebagai obat luar untuk menyembuhkan luka. Tanaman tumbuh tegak dengan tinggi antara 60 cm - 100 cm, pada umumnya dipelihara di taman-taman, pemakaman, atau sebagai tanaman sebagaai tanaman pagar. Batangnya bulat berdaging dengan warna hijau tua dan diameternya 6 - 12 mm, cabang mudanya membelok secara sig-sag, ciri inilah yang membuatnya disebut sebagai pohon sig-sag.

(86)

Gambar 40. Tanaman sig-sag 35.Tanaman Erpah

Pohon Erpah (Alternanthera ficoidea) adalah sejenis tanaman yang mempunyai daun & batang berwarna merah keunguan. Pohon ini juga sering disebut orang dengan sebutan bayam merah, karena bentuknya yang menyerupai pohon bayam merah. Selain digunakan sebagai hiasan taman, pohon ini juga bisa digunakan sebagai tanaman pagar, karena pohon ini bisa tumbuh setinggi 1 meter.

(87)

Gambar 41. Tanaman Erpah 36.Tanaman Euphorbia

Euphorbia atau Bunga delapan dewa terkenal sebagai tumbuhan rumah. Sukulen cantik ini memiliki batang yang berduri. Tanaman ini tahan banting, baik pada kondisi yang sangat kering maupun yang basah sekalipun. Suhu minimal untuk pertumbuhannya adalah 10° C. Bunga euphorbia memiliki berbagai macam warna, seperti merah, pink, putih, kuning, atau kombinasi antara warna-warna tersebut. Pada kondisi maksimal, jumlah bunganya bahkan dapat melebihi jumlah daun dalam satu tanaman. Euphorbia milii merupakan salah satu spesies dari 2000 spesies lain dari genus Euphorbia.

(88)

Gambar 42. Tanaman Euphorbia

37.Tanaman Bakung Air Mancur

Bakung air mancur (Hymenocallis sp) adalah salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam pertamanan atau lansekap karena tanaman bakung ini mempunyai bunga warna putih yang cantik dan anggun, dengan tinggi pohon kurang lebih 30-40cm. Tanaman ini juga banyak digunakan untuk list list jalan atau pinggir trotoar jalan, pohon ini selain gampang hidupnya pohon ini juga sangat bandel terhadap cahaya panas karena mempunyai kandungan air yang tinggi.

(89)

yang rapat juga berfungsi pengurang erosi dan sebagai penghalau silau lampu kendaraan.

Gambar 43. Tanaman Bakung Air Mancur

38.Tanaman Andong

Tanaman andong atau hanjuang (Cordyline fruticosa L) adalah tanaman perdu bercabang yang mempunyai tinggi antara 2-4 m. Daun pada ujung ranting berjejal dengan susunan spiral. Memiliki tangkai yang seperti talang. Serta helaian daun bentuk garis atau lanset, 1-13 cm, dengan pangkal yang berbentuk baji dan ujung runcing, hijau atau merah atau lorek. Ranting dengan bekas daun rontok yang berbentuk cincin.

(90)

Gambar 44. Tanaman Andong

(91)
(92)

Jenis pohon yang ditanam pada jalur hijau Jalan Magelang km 7 sampai 18 yaitu pohon Angsana (Pterocarpus indicus), Tanjung (Mimusops elengi), Mahoni (Switenia macrophylla), Ketapang (Terminalia catappa L.), Glodokan tiang (Polyathea longivolia), Beringin (Ficus benjamina), Waru (Hibiscus tiliaceus), Palem raja (Roystonea regia), Cemara (Casuarinaceae), Nangka (Artocarpus heterophyllus), Mangga (Mangifera indica), Asam jawa (Tamarindus indica),

Klengkeng (Dimocarpus longan), Kiara payung (Filicium decinieus), Jambu air (Syzygium magueum) dan Nyamplung (Cholophyllum inophyllum L.). Untuk jenis tanaman perdu yaitu tanaman Kersen (Muntingia calabura L.), Puring (Codiaeum variegatum), Lamtoro (Leucaena leucephala), Glodokan bulat (Polyathea

longivolia son), Pucuk merah (Oleina syzygium) dan tanaman Andong atau

Hanjuang (Cordyline fruticosa L). Kemudian untuk jenis tanaman semak yaitu tanaman Teh tehan (Acalypha siamensis), Soka jawa (Ixora javanica), Brokoli hias (Colifa), Heliconia (Heliconiaceae), Sambang darah (Excoecaria cochinchinesis), Ararea (Osmoxylon lineare) dan Sig sag (Euphorbia

tithymaloides). Selanjutnya untuk jenis penutup tanah yaitu Lili paris (Chlorophytum sp), Airis bunga kuning (Neomarica longifolia), Kacang kacangan (Arachis pintoi), Erpah (Alternanthera ficoidea) dan Bakung air mancur (Hymenocallis sp). Kemudian untuk jenis rumput yaitu Gajah mini (Pennisetum purpureum).

(93)

sebagai peneduh karena memiliki percabangan 2 meter diatas permukaan tanah, bentuk percabangan tidak merunduk,bermasa daun padat, ditanam berbaris dan memiliki bentuk kanopi yang melebar. Selain sebagai peneduh tanaman tersebut juga mempunyai kemampuan mengurangi polusi udara. Kemudian tanaman yang difungsikan sebagai pengarah yaitu tanaman Glodokan tiang dan Palem raja, tanaman Glodokan tiang memiliki bentuk tajuk vertikal atau kerucut, sehingga jika ditanam secara sejajar dapat membentuk arah pandang. Selain berfungsi sebagai pengarah, keberadaan tanaman Glodokan tiang di median juga dapat mengurangi silau lampu kendaraan. Tanaman yang difungsikan sebagai pembentuk nilai estetik yaitu Soka jawa, Brokoli hias, Heliconia, Sambang darah, Ararea dan Sig sag, Lili paris, Airis bunga kuning, Erpah dan Bakung air mancur. Tanaman tanaman ini memiliki bunga dan warna daun yang eksotis sehingga dapat menciptakan keindahan pada lansekap jalan. Selain itu tanaman ini juga berfungsi sebagai penahan erosi karena ditanam secara rapat sehingga dapat menutup tanah dengan merata. Tanaman penahan erosi lainya yaitu Kacang kacangan dan rumput Gajah mini. Tanaman yang mendominasi pada Jalan Magelang ini yaitu Glodokan tiang, Angsana, Mahoni dan Tanjung.

(94)

benjamina), Waru (Hibiscus tiliaceus), Palem raja (Roystonea regia), Mangga

(Mangifera indica), Asam jawa (Tamarindus indica), Kiara payung (Filicium decinieus) dan Trembesi (Samanae saman). Untuk jenis tanaman perdu yaitu

tanaman Kersen (Muntingia calabura L.), Puring (Codiaeum variegatum), Lamtoro (Leucaena leucephala), Glodokan bulat (Polyathea longivolia son) dan Pucuk merah (Oleina syzygium). Kemudian untuk jenis tanaman semak yaitu tanaman Teh tehan (Acalypha siamensis), Soka jawa (Ixora javanica), Brokoli hias (Colifa), Sambang darah (Excoecaria cochinchinesis), Sig sag (Euphorbia tithymaloides) dan Euphorbia (Euphorbia milli). Selanjutnya untuk jenis tanaman

penutup tanah yaitu Bakung air mancur (Hymenocallis sp).

(95)

tanaman tersebut juga berfungsi mengurangi polusi udara. Tanaman yang mendominasi di Jalan Solo ini yaitu Glodokan bulat dan Mahoni.

C. Kualitas Udara

Kualitas udara pada penelitian ini berkaitan dengan pencemaran atau polusi udara, yaitu adanya bahan-bahan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya (Wardhana, 2001). Kehadiran bahan atau zat asing ini pada jumlah tertentu dan waktu yang cukup lama akan mengganggu kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Tingginya jumlah kendaraan bermotor yang melintas di Jalan Magelang dan Jalan Solo menjadi pemicu timbulnya polusi udara akibat dari pembakaran bahan bakar pada kendaraan tersebut.

Tabel 2. Data pengukuran kualitas udara di perempatan Denggung Jalan Magelang

(96)

dalam tabel 4. Dari tabel 4 dapat dilihat parameter pengukuran terbagi dalam dua jenis yaitu fisika dan kimia, parameter fisika yaitu suhu udara dan kebisingan, sedangkan parameter kimia meliputi Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida

(SO2), Karbon monoksida (CO), Ozon (O3), Timah hitam (Pb), Hidrokarbon (HC)

dan Debu. Dari tabel 4 dapat dilihat Nitrogen dioksida (NO2) dari tahun 2014

sampai 2015 berkisar mencapai 31,99-53,47 µg/m3. Jumlah tersebut masih dapat dikatakan rendah dan masih jauh dari ambang batas Nitrogen dioksida (NO2)

yaitu 400 µg/m3. Untuk gas pencemar Sulfur dioksida (SO2) di perempatan

Denggung jalan Magelang mencapai kisaran 19,44-43,13 µg/m3. Angka ini juga masih terbilang rendah dari baku mutu yang ditetapkan yaitu 900 µg/m3. Kemudian untuk Karbon monoksida (CO) di perempatan Denggung ini mencapai angka 964,57-1.508,3 µg/m3. Hal ini terbilang tinggi tetapi baku mutu yang ditetapka juga jauh lebih tinggi yaitu mencapai 30000 µg/m3. Tingkat Ozon (O3)

pada jalan ini mencapai angka 15,50-19,5 µg/m3 masih dibawah baku mutu yaitu 235 µg/m3. Begitupun dengan Timah hitam (Pb), Hidrokarbon (HC) dan Debu, tingkat polusi masih dibawah baku mutu yang ditetapkan. Jumlah polusi yang yang rata rata semakin menurun dari tahun ketahun di lokasi ini tak lepas dari peranan tanaman tepi jalan yang berfungsi sebagai penyerap polusi.

(97)
(98)

(PM.10) mencapai angka 20,09-83,67 µg/m3, lebih rendah dari Jalan Magelang dan tentunya juga lebih rendah dari batas maksimal yaitu 150 µg/m3.

Selanjutnya, dilihat dari tabel 5 untuk jenis polusi timah hitam atau timbal (Pb) dan debu dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Timah hitam atau timbal (Pb) pada Jalan Solo ini dapat diminimalisir dengan penambahan tanaman Puring, karena kemampuan tanaman ini mampu menyerap timbal lebih banyak dibandingkan tanaman lain. Kemudian untuk debu dapat diminimalisir dengan penambahan tanaman yang memiliki permukaan daun dan batang yang kasar seperti Cemara kipas, sehingga partikel debu dapat terjerap dengan baik.

Meskipun demikian, jumlah polusi udara yang terdeteksi di kedua lokasi tersebut belum melebihi baku mutu atau batas yang ditetapkan, artinya dapat dikatakan polusi udara yang ada di kedua jalan tersebut masih dapat ditoleransi atau belum cukup berbahaya bagi lingkungan sekitarnya.

D. Persepsi Masyarakat

(99)

Tabel 4. Persepsi masyarakat tentang jalur hijau jalan di Jalan Magelang km 7 sampai 18 dan Jalan Solo km 7 sampai 15

Daftar pertanyaan responden Persentase

1 2

1. Seberapa seringkah anda melewati Jalan Magelang dan Jalan Solo ini?

b. Tumbuhan yang menyebar atau gerombolan kecil

100%

a. Sudah teratur, terawat dan indah dipandang b. Perbaikan/perawatan saja

c. Penambahan jenis tanaman saja

20% 4. Menurut anda apakah disepanjang jalan tersebut perlu

penambahan tanaman?

a. Kurang nyaman, karena kondisi tanaman kurang terawat b. Nyaman, karena kondisi jalan dan jenis tanamanya sudah 7. Menurut anda bagaimana penataan atau penempatan tanaman

tepi jalan dan median jalan yang ada di sepanjang jalan tersebut? a. Sudah teratur dan tepat penempatanya

b. Beberapa tanaman tidak sesuai dengan tempatnya c. Masih perlu perbaikan dan perawatan

10%

a. Sudah memenuhi fungsinya dan bermanfaat b. Cukup bermanfaat

(100)

sedangkan untuk Jalan Solo 55% sering melewati. Kemudian 100% responden di Jalan Magelang dan 85% responden Jalan Solo km 7 sampai 15 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat telah memahami apa yang dimaksud dengan jalur hijau jalan, yaitu tumbuhan yang ada di sepanjang jalan. Selanjutnya dilihat dari keadaan tanaman yang ada di Jalan Magelang, 70% responden mengatakan bahwa kondisi jalur hijau di jalan tersebut masih perlu perbaikan dan perawatan, sedangkan 65% responden jalur hijau yang ada di Jalan Solo juga mengatakan hal yang sama yaitu masih membutuhkan perbaikan dan perawatan.

Selain itu jumlah sebaran tanaman yang ada di kedua jalan tersebut juga masih perlu penambahan, hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang mengatakan perlunya penambahan tanaman di kedua jalan tersebut, yaitu 90% responden di Jalan Magelang dan 85% responden di Jalan Solo. Sedangkan untuk penambahan jenis tanaman untuk Jalan Magelang dan Jalan Solo sebagian besar responden yaitu 85% memilih jenis tanaman pohon peneduh dan pengarah untuk ditambahkan di kedua jalan tersebut.

(101)

Dilihat dari penataan dan penempatan tanaman di kedua jalan tersebut, menurut responden untuk Jalan Magelang 75% mengatakan masih perlu perbaikan, 15% responden mengatakan beberapa tanaman tidak sesuai dengan tempatnya dan 10% responden mengatakan sudah teratur dan tepat penempatanya. Sedangakan untuk Jalan Solo 57,5% mengatakan masih perlu perbaikan dan 45% mengatakan beberapa tanaman tidak sesuai dengan tempatnya. Kemudian dilihat dari fungsinya 92,5% responden Jalan Magelang dan 75% responden Jalan Solo mengatakan cukup bermanfaat.

Selain tentang jalur hijau jalan, tema persepsi masyarakat dalam penelitian ini yaitu menyangkut tentang polusi udara yang ada di kedua jalan tersebut. Hasil

1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan polusi? a. Sejenis debu yang berterbangan

b. Sisa gas buang kendaraan bermotor

(102)
(103)

titik tertentu saja dan belum merata (Gambar 53). Salah satu penyebabnya yaitu minimnya ruang untuk penanaman karena keberadaan bangunan rumah warga yang terlalu dekat dengan badan jalan.

Gambar 45. Sebagian kondisi eksisting di Jalan Magelang km 14 sampai 18 yang belum ada jalur hijaunya.

(104)

Tanaman yang dipilih untuk ditanam di tepi Jalan Magelang km 14 sampai km 18 yaitu Pucuk merah dan Puring. Tanaman ini termasuk kedalam jenis perdu. Tanaman pucuk merah memiliki masa daun padat sehingga jika ditanaman sejajar rapat mampu mengurangi tingkat kebisingan yang ada, selain itu tanaman pucuk merah juga memiliki tajuk yang mengerucut sehingga juga dapat difungsikan sebagai pengarah. Kemudin tanaman Puring dipilih karena selain warna daunnya yang indah tanaman ini mampu mengurangi polusi udara. Kemudian tanaman puring ini juga mampu menyerap timah hitam atau timbal (Pb) paling baik yaitu mencapai 2,05 mg/liter (Rahman,2008).

(105)

Gambar 46. Perencanaan pola penanam tanaman tepi Jalan Magelang km 14 sampai km 18

Gambar

Gambar 4. Tanaman Berfungsi Sebagai Pembatas Pandang
Gambar 6. Tanaman Berfungsi Sebagai Pemecah Angin
Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo
Gambar 10. Pohon ketapang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan aspek psikososial remaja dengan disabilitas fisik, yaitu faktor internal yang

Penelitian yang telah dilakukan Idharmahadi Adha, (2011) dengan memanfaatkan abu sekam padi sebagai pengganti semen pada metoda stabilisasi tanah di Lampung

Hasil penelitian yang dilakukan dapat menjelaskan secara teknis dalam hal pelaksanaan pekerjaan perbaikan jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan

Pada model ini terdapat dua titik setimbang, yaitu titik setimbang kepunahan prey dan titik setimbang kedua spesies, yaitu predator dan prey hidup

1) Masukan atau raw input adalah peserta didik yang diseleksi secara baik dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang dapat dipertanggungjwabakan yang mampu membedakan

Memberlakukan Pelaanan Sentralisasi 0inen RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo ang mempunai tugas menelenggarakan kegiatan pelaanan pengelolaan linen! serta

Berdasarkan pada hasil survei di 97 Departemen Gawat Darurat di Rumah Sakit Swasta menunjukan bahwa 8% tenaga ahli radiologi tidak tersedia pada malam hari, 82% menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran matematika terpadu berbantuan musik terhadap kemampuan penalaran matematis bagi siswa kelas