• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN

TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI

ILMU KEPERAWATAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

MIRANDA AYU FITRI AMELIA

20120320074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN

TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI

ILMU KEPERAWATAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

MIRANDA AYU FITRI AMELIA

20120320074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

iii

Nama : Miranda Ayu Fitri Amelia

NIM : 20120320074

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari ditemukan atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil tiruan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016

Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

miliki. Terimakasih mama, papa karena selalu mendukung apa yang menjadi cita-cita anda. Untuk mamaku tersayang, yang selalu tulus mendoakan, menyayangi, menyemangati, mendukung, mengajarkan anda banyak

hal tentang arti hidup, terimakasih ma. Terimakasih juga untuk segalanya, untuk semua pengorbanan mama selama ini, kerja keras dan air mata mama akan selalu jadi penguat anda untuk selalu semangat. Anda

sayang mama, semoga mama, papa selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin..

Adikku tersayang, Adinda Sari Ramadhani. Orang yang selalu memberi semangat untuk selalu kuat ngejalani semuanya, walaupun kadang cerewet dan kadang susah disuruh, sering kelahi dirumah ayuk tetap sayang

adek. Terimakasih bungsu karena selalu doakan semua yang terbaik buat ayuk, dari adek ayuk belajar banyak hal tentang rindu untuk pulang.. Love you cung-cung, semoga kita bisa jadi orang sukses,

bermanfaat untuk orang lain, dan buat mama dan keluarga bangga.. Amin.

Keluarga besar tercinta, datok (Bachtiar), almarhum nenek (Fatimah), oma (Balkis), opa (Theo), buk cu, bu amoy, pak am, mami dian, mami yuyun, tante mel, sahabat kecilku tika, bu nina, pak wa, mak wa, tante etin, ayuk jenny, bg kiki, bg ibing, mas tole, gendok, fabio, nadira, yazid, adit, farhan, papi diki, zahfi, bulek isah, mbak kur, mbah, mas hardi, tole tri, ucu mila, manda, ibuk, yuni, tante ratni, bunga keke, terimakasih untuk segalanya, doa, dukungan, dan semangatnya selama ini. Dan terkhusus untuk almarhum nenek tersayang, terimakasih untuk kasih sayang dan semangatnya selama ini, nenek dan mama adalah inspirasi dan motivasi terbesar anda untuk cita-cita mulia ini. Terimakasih keluarga besarku, anda sayang kalian semua.. Semoga

kita senantiasa diberikan yang terbaik oleh-Nya.. Amin..

Sahabat-sahabat tersayang, ifit (my bro), ayu (ibu’), izmi (kakak), alma (mba’), ledys (abang), rahma (ukhti), zuli (mba’), tiara (adek), rozy (bro) orang baru yang sudah seperti keluarga sendiri, gugun yang telah banyak membantu dan memotivasi, teman-teman skills lab ahid, dwi, ani, riya, afin, rahma, ditambah

maulida, sendi, sumardi, husnul, terimakasih untuk segalanya teman-teman, semoga kita sukses dan bermanfaat untuk orang banyak.. Amin.

Andi sapari, terimakaish atas dukungannya.. bang windu (rekan agen), terimakasih telah menjadi rekan agen terbaik.. D’Masiv Band khususnya Rian Ekky Pradipta, Jebraw, Naya, Maudi Ayunda, Adipati, Shahrukkhan,

RAD, terimakasih telah menjadi inspirasi yang membuat saya selalu semangat...

Teman-teman satu bimbingan, Anindya Sekar Utami, Dwi Sasmoko, Herka Setiadi, Latansa Fikri, Ahmad Nugroho, Nawanggalih Citrasmi, Ilham Romadon. Terimakasih telah berjuang bersama, maaf bila banyak

salah dan kurang selama ini. Semoga Alllah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.. Amin

Teman-teman UKM Musik, UKM KSR PMI Unit XI UMY, dan HCC (Hiking Ceria Club) terimakaish sudah menjadi keluarga yang mengajarkan saya banyak hal dan memberi pengalaman penuh warna dalam hidup

saya, senang pernah mengenal kalian semua.. dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT...

PSIK UMY tercinta, terimakasih atas ilmu dan pengalaman terbaik selama ini. Teman-teman angkatan PSIK 2012, terimakasih sudah menerima saya menjadi salah satu bagian dari keluarga ini, dan membuat pengalaman terbaik dalam hidup saya. Semoga kita semua lulus, sukses, dan jadi perawat yang profesional..

(6)

v

tetapi Allah memandang pada hati dan amal perbuatan” (HR.Muslim dan At-Thabrani)

“Sesungguhnya setiap amal ditentukan oleh niat, dan setiap orang akan mendapatkan

apa yang ia niatkan”

(HR. Al-Bkhari dan Muslim)

“Walaupun gak punya bannyak harta,

punya dua anak yang sayang sama mama itu udah lebih dari segalanya” (Mama)

”Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik”

-d’Masiv-

“Saat aku melibatkan Allah dalam impianku, aku percya tidak ada yang tidak mungkin”

“Begin everything with Bismillah”

(d^^b)

“Cukup Allah yang tau siapa aku dan keluargaku”

(d^^b)

La Tahzan..

Ikut saja kemana angin akan menghanyutkan mu, dan kamu pasti akan menumukan-Nya…Percayalah..

(7)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya dan didorong semangat yang kuat,

sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Perbandingan Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Yang Tinggal

Dengan Orang Tua Dan Tinggal Sendiri Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan”.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan

program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kelancaran dalam

membuat karya ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak,

oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Kedua orang tuaku tersayang, (Yayuk Yuliarti Pransuka) dan (Zulmedi

Nazarudin) serta adikku tercinta (Adinda Sari Ramadhani) yang telah

memberi dukungan, doa, dan semangat tanpa henti.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku Ketua Program Studi

(8)

vii

karya ini. Terimakasih telah menjadi inspirator dan motivator terbaik saya.

5. Moh. Afandi, S.kep., Ns., M.A.N sebagai dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji karya tulis saya, memberikan bantuan

pemikiran, pengarahan, serta memberian kritik dan saran yang

membangun dalam karya ini. Terimakasih telah menjadi inspirator saya.

6. Almarhumah nenek Fatimah, dan keluarga besarku tercinta, yang selalu

menginspirasi, memotivasi dan memberi semangat luar biasa selama ini.

7. Seluruh mahaiswa PSIK angkatan 2015 yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian, semoga sukses selalu kedepannya.

8. Sahabat dan seluruh teman-teman mahasiswa PSIK 2012 yang telah

memberikan bantuan dan dukungannya, serta pihak-pihak lainnya.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan yang lebih

baik kedepannya. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Penulis

(9)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO HIDUP... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

INTISARI... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Depresi ... 11

1. Pengertian Depresi ... 11

2. Faktor Penyebab Depresi ... 12

3. Tanda dan Gejala Depresi ... 15

4. Tingkat Depresi ... 17

B. Stresor Psikososial ... 19

C. Mahasiswa ... 21

1. Pengertian Mahasiswa ... 21

2. Tugas Perkembangan Mahasiswa ... 22

3. Beban Mahasiswa ... 22

4. Beban Mahasiswa Menyebabkan Depresi ... 25

D. Mekanisme Koping ... 27

1. Definisi Mekanisme Koping ... 27

2. Tipe Mekanisme Koping ... 27

3. Gaya Koping ... .29

4. Sumber Koping... 31

E. Dukungan Keluarga...31

1. Pengertian Keluarga ... 31

2. Dukungan Keluarga ... 32

3. Sumber Dukungan Keluarga ... 32

4. Macam-macam Dukungan Keluarga ... 32

(10)

ix

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Definisi Operasional ... 40

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 41

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

H. Jalannya Penelitian ... 44

I. Pengelolaan Data ... 45

J. Analisis Data ... 46

K. Etika Penelitian ... 47

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Gambaran Penelitian ... 49

B. Hasil Penelitian ... 50

C. Pembahasan... 56

D. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

(11)

x

mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri……… ………...… 50

Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi tingkat depresi berdasarkan karakteristik responden mahasiswa tinggal bersama orang tua dengan analisa

crosstab……... 52

Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi tingkat depresi berdasarkan karakteristik responden mahasiswa yang tinggal sendiri dengan analisa

crosstab………... 53

Tabel 4. 4 Distribusi tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan ……...……… 55

(12)
(13)

xii

DPA : Dosen Pembimbing Akademik

FIKUI : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

FK : Fakultas Kedokteran

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

hPBL : hybrid Problem Based Learning

IP : Indeks Prestasi

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

L-MMPI : Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory

MCQ : Multiple Choice Question

MTA : Majlis Tafsir Al-Qur’an

OSCE : Objective Structured Clinical Examination

PBC : Proses Belajar Ceramah

PBP : Proses Belajar Praktek

PBT : Proses Belajar Tutorial

PDSKJ : Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa

PPDGJ : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SKS : Sistem Kresdit Semester

SLTAN : Sekolah Lanjut Tingkat Atas Negri

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPSS : Statistical Package for the Social Science

TK : Taman Kanak-kanak

UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

UNDIP : Universitas Diponegoro Semarang

UNTAN : Universitas Tanjungpura Pontianak

(14)

xiii

Lampiran 3. Surat Keterangan Kelayakan Etik Penelitian Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Data Demografi Responden

(15)
(16)

1

Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY e-mail : mirandapsik@yahoo.com

ABSTRACT

Depression is a problem sanity very important this when can be lowered productivity and bad for themselves, the community and the environment. According to World Health Organization (WHO), depression is very serious problem because it is the world ke-4 disease. The prevalence of depression that happened to students higher than the population in general. Students the most experience symptoms of depression since the beginning of college with various causes, as problems academic, solitude, economic problems and difficult building relationships. The psikososial causes of depression, of joined with parents, joined with friends, displacement residence, the education system, and opposition value system and the lack of attention and support family. This research aimed to compare the rate of depression among students living with parents and living alone in Nursing Science Program.

The design of this study is comparative deskriptive with the approach of cross-sectional. The sample used as many as 54 student, chosen through purposive of sampling. Depression instruments used was a beck depression inventory (BDI)-II. Data analysed significance with statistical tests Mann whitney.

Mann-whiteney test results showed value p = 0,000 (p<0.05), with the results the student who lives alone more suffer from depression (81,4%) , the mild depression (48,1%) and depression and (33,3%) than student who live with parents (25,9 %), the mild depression (22,2%) and depression and (3,7%).

The conclusion of research is there is a different levels of depression between students who lives with parents and living alone in Nursing Science Program.

(17)

dunia. Prevalensi depresi yang terjadi pada mahasiswa lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya. Mahasiswa paling banyak mengalami gejala depresi sejak awal kuliah dengan berbagai penyebab, seperti masalah akademik, kesendirian, masalah ekonomi dan sulit membangun hubungan. Faktor psikososial menjadi salah satu penyebab depresi, yang berupa perpisahan dengan orang tua, perpisahan dengan sahabat, perpindahan tempat tinggal, perubahan sistem pendidikan, dan pertentangan sistem nilai serta kurangnya perhatian dan dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada Program Studi Ilmu Keperawatan.

Desain penelitian ini adalah deskriptive comparative dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 54 mahasiswa, yang dipilih melalui purposive sampling. Instrumen depresi yang digunakan adalah Beck Depression Inventory (BDI) - II. Data dianalisis signifikansinya dengan uji statistik Mann Whitney.

Hasil uji Mann-Whiteney menunjukan nilai p=0,000 (p<0,05), dengan hasil mahasiswa yang tinggal sendiri lebih banyak mengalami depresi (81,4%), dengan rincian depresi ringan (48,1%) dan depresi sedang (33,3%) dibandingkan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua (25,9%), dengan rincian depresi ringan (22,2%) dan depresi sedang (3,7%).

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat depresi yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal dengn orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

(18)

1

Setiap orang pasti akan mengalami kesulitan hidup, terkadang hal

tersebut menjadi penyebab beberapa orang mengalami putus asa dan

membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

penting saat ini karena dapat menurunkan produktivitas dan berdampak buruk

bagi diri, masyarakat serta lingkungan (Qonitatin, dkk., 2011).

Depresi diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam

perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan,

kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan yang tidak berguna, putus asa,

perasaan sedih dan lain sebagainya (Safitri dan Hidayati, 2013). Allah telah

menjelaskan bahwa manusia tidak boleh bersedih, yang tercantum dalam

Al-Quran surat Ali Imran ayat 139, “Dan janganlah kamu merasa lemah

(rendah) dan jangan (pula) bersedih hati sebab kamu adalah orang-orang

yang paling tinggi (mulia) jika kamu beriman”. Qur’an surat At-Taubah ayat

40, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita. Depresi

juga merupakan respon normal terhadap berbagai stres kehidupan, depresi

dianggap abnormal bila diluar kewajaran dan berlanjut terus saat dimana

kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Qonitatin, dkk., 2011).

Menurut World Health Organization (WHO), depresi adalah masalah

yang sangat serius karena merupakan urutan ke-4 penyakit dunia, sekitar 20%

(19)

saat ini sekitar 5-10% orang di dunia mengalami depresi (Rezki, dkk., 2014).

WHO juga memprediksikan pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab

penyakit kedua terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskuler (Maulida,

2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis

Kesehatan Jiwa (PDSKJ) tahun 2007 menunjukkan, sekitar 94% masyarakat

Indonesia mengidap depresi tingkat yang ringan sampai berat (Rezki, dkk.,

2014). Data Riset Kesehatan Dasar (Risksdas) tahun 2013 menunjukkan

prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia seperti ansietas dan

depresi sebesar 6% dari populasi umum sedangkan di Yogyakarta

prevalensinya mencapai 8,1%. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental

emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,

DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013).

Maulida (2012) mengemukakan bahwa prevalensi depresi yang terjadi

pada mahasiswa lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya.

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro Semarang (Undip) dengan 156 responden, menunjukan bahwa

(35,2%) responden tidak mengalami depresi, (49,4%) mengalami depresi

ringan, (12,8%) depresi sedang, dan (2,6%) depresi berat (Larastiti, dkk.,

2014).

Depresi juga bisa terjadi pada kalangan mahasiswa, dikarenakan

memasuki perguruan tinggi merupakan masa transisi dari pendidikan sekolah

(20)

menekan bagi mahasiswa baru ditahun pertama kuliah, karena dihadapkan

dengan situasi-situasi dan tuntutan baru seperti mengatasi semua masalah dan

konflik yang dialami (Susilowati dan Hasanat, 2011). Tanggung jawab dan

tugas perkembangan yang harus dijalani pada masa ini juga menjadi tekanan

dan beban tersendiri bagi mahasiswa (Hidayah, 2012).

Mahasiswa adalah calon intelektual muda dalam suatu lapisan

masyarakat yang memperoleh ilmu melalui pendidikan formal di perguruan

tinggi, sehingga memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa (Putri

dan Budiani, 2012). Rata-rata mahasiswa semester awal sampai dengan

semester akhir mengalami masalah yang mengakibatkan kondisi stres dan

dapat berubah menjadi depresi (Susilowati dan Hasanat, 2011).

Penelitian Hadianto, dkk. (2014) mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura Pontianak (Untan) yang mengalami depresi paling

banyak ditemukan pada mahasiswa yang tinggal di rusunawa/asrama

kedokteran (42,1%), diikuti mahasiswa yang tinggal di rumah kontrakan/kos

(28,8%), dan mahasiswa yang tinggal di rumah bersama orang tua atau sanak

keluarga (28%). Menurut Maulida (2012) mahasiswa paling banyak

mengalami gejala depresi sejak awal kuliah dengan berbagai penyebab,

seperti masalah akademik, kesendirian, masalah ekonomi dan sulit

membangun hubungan.

Tingginya gejala depresi pada tahun pertama disebabkan oleh

perubahan lingkungan belajar yang baru, jadwal yang padat dan homesickness

(21)

pada tahun berikutnya mengalami penurunan karena mahasiswa sudah

mengembangkan mekanisme adaptasi dan koping terhadap lingkungan

belajar dan perkuliahan baru (Hadianto, dkk., 2014).

Kegagalan mahasiswa untuk mengatasi permasalahan dan melakukan

penyesuaian terhadap kejadian-kejadian yang menekan akan memicu

timbulnya depresi dalam diri mahasiswa (Susilowati dan Hasanat, 2011).

Beberapa faktor penyebab dari depresi yaitu faktor biologis, faktor genetika

dan faktor psikososial (Nilasari, 2013). Faktor biologis dapat berupa

penurunan-penurunan yang terjadi dalam sistem organ utama dan

kemampuan tubuh untuk berfungsi dengan baik melawan penyakit (Stanley

dan Beare, 2007). Helgin dan Whitbourne (2011) menjelaskan bahwa yang

termasuk faktor genatik adalah orang yang memiliki anggota keluarga dengan

depresi mayor kemungkinan beresiko dua kali lebih besar mendapat

gangguan depresi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat

keluarga dengan depresi. Depresi juga merupakan gangguan jiwa yang di

pengaruhi oleh stresor psikososial (Anggraini, 2014).

Stresor psikososial dapat berupa perpisahan dengan orang tua,

perpisahan dengan sahabat, perpindahan tempat tinggal, perubahan sistem

pendidikan, dan pertentangan sistem nilai (Susilowati dan Hasanat, 2011).

Mekanisme koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi (Nasir dan

Muhtih, 2011). Tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan

mengatasi stresor psikososial sehingga timbul keluhan berupa stres, cemas

(22)

memberi dampak yang buruk bagi seseorang seperti isolasi diri, berdampak

pada kesehatan diri, bahkan terjadinya resiko bunuh diri (Stuart, 2009).

Kurangnya perhatian dan dukungan keluarga juga menjadi penyebab depresi

pada mahasiswa (Anggraini, 2014).

Hasil studi pendahuluan di PSIK UMY angkatan 2015 pada bulan

Desember 2015 dengan melakukan observasi dan wawancara kepada 10

mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan 10 mahasiswa yang tinggal

sendiri, didapatkan hasil bahwa 8 mahasiswa yang tinggal sendiri dan 6

mahasiswa yang tinggal dengan orangtua mengatakan bahwa pernah merasa

kesepian, kemurungan, tertekan, sedih, putus asa, kurang mendapat perhatian,

kasih sayang, dukungan dan bimbingan langsung dari orang tua. 6 mahasiswa

lainnnya mngatakan bahwa mereka tidak merasakan hal-hal seperti yang

disebutkan di atas.

Studi pendahuluan juga menunjukan bahwa tidak semua mahasiswa

dapat tinggal bersama orang tuanya, melainkan harus tinggal sendiri jauh

diperantauan. Mahasiswa perantauan juga dituntut untuk dapat mandiri dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan, kondisi ini membuat mereka merasa

cemas, tertekan bahkan depresi (Seswita, 2013). Masalah ini menjadi

semakain penting karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa.

Konsentrasi dan prestasi mahasiswa baik di kampus maupun di masyarakat

juga akan menurun dan berdampak buruk apabila kejadian ini dibiarkan terus

berlanjut. Mahasiswa yang mengalami depresi harus mendapat penanganan

(23)

terjadwal melalui Dosen Pembimbing Akademik (DPA).

Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, hal itulah yang membuat

peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara

mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri di Program

Studi Ilmu Keperawatan UMY.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan

masalah penelitian adalah “Apakah terdapat perbandingan tingkat depresi

antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan ?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat

depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal

sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi data demografi pada mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan.

b. Mengetahui tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang

tua pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

c. Mengetahui tingkat depresi mahasiswa yang tinggal sendiri pada

mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.

(24)

tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa

Program Studi Ilmu Keperawatan.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman peneliti khususnya dibidang keperawatan jiwa tentang

tingkat depresi pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan

tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY.

2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

pembelajaran kepada mahasiswa tentang tingkat depresi, serta

pentingnya dukungan keluarga sebagai salah satu cara untuk

mengantisipasi depresi agar tidak mempengaruhi konsentrasi, minat,

kemampuan berfikir dan prestasi belajar mahasiswa.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan

pertimbangan untuk meningkatkan pemahaman tentang kejadian depresi

mahasiswa, sehingga bisa memberikan dukungan dan bimbingan pada

mahasiswa yang mengalami depresi.

4. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi institusi

pendidikan keperawatan, dalam memberikan treatment terhadap

(25)

5. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut

sebagai acuan bagi penelitian berikutnya untuk mengetahui pencegahan

dan pengelolaan depresi pada mahasiswa. E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan penulis, penulis tidak menemukan penelitian

dengan judul yang sama dengan judul penelitian yang akan penulis lakukan.

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu :

1. Wijayanto (2011) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Antara

Mahasiswa Yang Berasal Dari IPA Dengan Mahasiswa Yang Berasal Dari

IPS Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta”.

Desain penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa

FK Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 60 orang. Alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala L-MMPI dan Beck

Depression Inventory (BDI). Hasil penelitian menunjukkan nilai t

terhitung sebesar -1,524 serta untuk signifikansinya didapatkan angka

probabilitas (p) sebesar 0,133. Dari angka probabilitas tersebut dapat

diketahui bahwa perbedaan tingkat depresi tidak signifikan oleh karena

angka tersebut > 0,05. Peneliti menggunakan variabel dan kuesioner yang

serupa, yakni depresi, dan kuesioner depresi (BDI). Perbedaan penelitian

yang akan di teliti terletak pada desain penelitian yaitu descriptive

(26)

penelitian mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri,

waktu penelitian dan lokasi penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Oktapriadi (2011) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Laki-laki

yang Tinggal di Asrama dengan Laki-laki yang Tinggal Bersama Orang

Tua pada Siswa Kelas II SMA MTA SURAKARTA”. Desain penelitian

menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas II SMA MTA

Surakarta sampel sebanyak 60 responden, teknik sampling dengan

purposive sampling. Analisis dengan menggunakan uji t didapatkan hasil

angka significancy adalah 0,016 yang berarti p < 0,05 dengan perbedaan

rata-rata (mean difference) sebesar 1,833. Nilai p < 0,05 maka terdapat

perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara laki-laki yang tinggal di

asrama dengan laki-laki yang tinggal bersama orang tua. Persaman kedua

penelitian ini terletak pada variabel yang sama yaitu depresi. Perbedaan

penelitian yang akan diteliti terletak pada desain penelitian menggunakan

descriptive comparative, responden penelitian yaitu mahasisiwa PSIK

UMY, subjek penelitian mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan

tinggal sendiri, kuesioner penelitian Beck Depression Inventory (BDI),

waktu penelitian dan lokasi penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Hakiqi (2013) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Remaja

(27)

Pesantren Al-Qodiri Kecamatan Patrang Kabupaten Jember”. Desain

penelitian menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah remaja sebanyak

42 responden dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Analisis

dengan menggunakan uji statistic chi square didapatkan hasil angka

significancy adalah p=0,044 yang berarti p < (0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat depresi remaja Madrasah

Aliyah Al-Qodiri yang bertempat tinggal di rumah dan yang menetap di

pondok pesantren Al-Qodiri Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.

Persaman kedua penelitian ini terletak pada variabel yang sama yaitu

depresi, dan kuesioner depresi yaitu Beck Depression Inventory (BDI).

Perbedaan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti terletak pada desain

penelitian menggunakan descriptive comparative, responden penelitian

yaitu mahasiswa PSIK UMY, subjek penelitian mahasiswa yang tinggal

dengan orang tua dan tinggal sendiri, waktu penelitian dan lokasi

penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang mendukung

dan terkait dengan topik penelitian yang diambil, yakni penjelasan depresi, stresor

psikososial, mahasiswa, mekanisme koping dan dukungan keluarga. A. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi merupakan kedaan mental yang dicirikan dengan

terganggunya fungsi normal tubuh, suasana alam perasaan yang sedih

disertai dengan gejala perubahan pada pola tidur, nafsu makan,

psikomotor, konsentrasi, tidak dapat menikmati kesenangan (anhedonia),

kelelahan, tidak berdaya, rasa putus asa, dan ide bunuh diri (Hadianto,

dkk., 2014). Depresi adalah keadaan emosiaonal yang ditandai kesedihan

yang sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang

lain, serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks dan

hal-hal lain (Nasir dan Muhith, 2011).

Depresi adalah suatu gangguan afektif yang ditandai dengan

hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa

dilakukan sehari-hari pada waktu yang lampau (Supriani, 2011). Depresi

adalah runtutan psikologis, sebelum seorang mengalami depresi seseorang

terlebih mengalami tekanan berupa stres (Rosadi dan Widayat, 2013).

Depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh

(29)

gangguan jiwa tergantung pada potensi stresor, maturitas,

pendidikan, kondisi fisik, tipe kepribadian, sosiobudaya lingkungan dan

situasi (Anggraini, 2014).

2. Faktor Penyebab Depresi

Menurut Kaplan dan Sadock (1997) cit Lalitya (2012) faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya depresi, antara lain:

a. Faktor biologi

Gangguan depresi melibatkan keadaan patologi di sistem limbic

ganglia basalis, dan hipotalamus, Sistem limbic dan ganglia basalis

berhubungan sangat erat, hipotesa belakangan ini menyebutkan

produksi alam perasaan berupa emosi, depresi, dan mania merupakan

peran utama system limbic. Disfungsi hipotalamus berakibat pada

perubahan regulasi tidur, selera makan, dorongan seksual, dan memacu

perubahan biologi dalam edokrin dan imunologik.

b. Faktor genetika

Gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (episode

maniak dan depresi deppresif) dan tipe unipolar (episode depresi saja)

memiliki kecenderungan menurun kepada generasi selanjutnya.

Sebanyak 50% pasien bipolar memiliki satu orang tua dengan

gangguan alam perasaan atau gangguan afektif, yang tersering adalah

unipolar (depresi saja). Jika salah dari orang tua mengidap gangguan

bipolar, maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam

(30)

c. Faktor psikososial

Pristiwa traumatik kehidupan dan lingkungan sosial dengan

suasana yang menegangkan dapat menjadi penyebab gangguan

depresi. Sejumlah data yang kuat menunjukkan kehilangan orangtua

sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan hidup dapat memacu

serangan awal depresi.

Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan beberapa teori mengenai

gangguan mood yaitu:

a. Teori Psikoanalisis tentang Depresi

Menurut Freud (1917-1950) potensi depresi muncul sejak awal

masa kanak-kanak. Fase oral, anak mungkin kurang atau terlalu

terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini yang

mengakibatkan individu dependen, citra diri yang rendah (low self

esteem). Setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi

diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan, yang

dapat menyebkan ia marah pada dirinya sendiri dan merasa bersalah.

b. Teori Kognitif tentang Depresi

1) Teori depresi Beck (1967), individu menjadi depresi akibat

interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul

skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk. Diamana ia merasa

akan selalu sial/gagal, dipadu dengan bias kognitif muncul triad

negatif (pandangan sangat negatif tentang diri, dunia dan masa

(31)

2) Teori helplessness/hopelessness,

a) Learned helplessness: kepasifan individu dan perasan tak

berdaya mengotrol hidupnya, didapat dari

pengalaman-pengalaman buruk/trauma, menorah pada depresi.

b) Attribution and learned helplessness: individu yang pernah

gagal, akan mencoba mengatribusikan penyebab kegagalan.

Individu depresi biasanya menunjukan depressive

attributional style, yang mengatribusikan rasa hasil negatif

sebagai personal, global, dan penyebab stabil.

c) Teori hopelessness: sejumlah bentuk depresi dianggap

sebagai akibat hopelessness, merasa hasil yang diharapkan

tidak akan pernah muncul, individu tak bisa mengubah

situasi. Kemungkinan muncul akibat self esteem yang rendah,

kecenderungananggapan bahwa kejadian negatif akan

mengakibatkan sejumlah hal negatif.

c. Teori Interpersonal tentang Depresi

1) Individu depresi cenerung terbatas jaringan dan dukungan

sosialnya mengurangi kemampuan individu mengatasi kejadian

negatif, rentan terhadap depresi.

2) Individu depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain

benar peduli. Namun, ketika teah merasa yakin, rasa puasnya

(32)

3) Kompetensi sosial yang rendah diperkirakan memunculkan

depresi pada anak usia TK.

4) Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat

meningkatkandepresi pada remaja.

d. Teori Psikologi tentang Gangguan Bipolar

1) Tekanan hidup adalah faktor penting memicu gangguan bipolar.

2) Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan gejala

depresi, tetapi tidak gejala mania.

3) Attributional style ditambah sikap disfungsi ditambah kejadian

buruk menyababkan penigkatan gejala depresi/mania pasien

bipolar.

4) Self esteem individu

3. Tanda dan Gejala Depresi

Yosep dan Sutini (2014) menjelaskan bahwa tanda dan gejala

depresi dalam buku ajar keperawatan jiwa sebagai berikut:

a. Kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada

semangat dan merasa tidak berdaya.

b. Perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.

c. Nafsu makan dan berat badan menurun.

d. Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebih) disertai mimpi yang

tidak menyenangkan.

e. Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerak

(33)

f. Hilang perasaan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi.

g. Kreativitas dan produktivitas menurun.

h. Gangguan seksual (libido menurun).

i. Pikiran-pikiran tentang kemtian dan bunuh diri.

Orang yang depresi dicirikan dengan emosi-emosi negatif seperti

rasa sedih, putus asa, iri, benci, dendam, kecemasan, ketakutan dan

memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik

(Nilasari, 2013). Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri

(suicide), sebanyak 40% penerita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri,

hanya lebih kurang 15% saja yang berhasil melakukannya (Yosep dan

Sutini, 2014).

Seseorang lebih rentan menderita depresi dibandingkan orang lain

apabila memiliki corak keperibadian depesif dengan ciri-ciri sebagai

berikut (Yosep dan Sutini, 2014):

a. Mereka sulit merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir,

irritable, tegang dan agitatif.

b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah menagalah dan

lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi,

merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lesu atau sering

mengeluh sakit ini itu.

c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih

(34)

dan pemalu, menjaga jarak dan menghindar keterlibatan dengan orang

lain.

d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau

menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan. 4. Tingkat Depresi

Tingkat Depresi menurut PPDGJ-III berdasarkan gejala-gejalanya

adalah sebagai berikut (Maslim, 2011):

a. Depresi Ringan

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah bekerja sedikit saja) dan

menurunnya aktifitas

3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu

6) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

biasa dilakukan

b. Depresi Sedang

1) Kehilangan minat dan kegembiraan

2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah dan menurunnya aktivitas

(35)

4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

7) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang

8) Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum 2 minggu

9) Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga

c. Depresi Berat

1) Mood depresif

2) Kehilangan minat dan kegembiraan

3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah dan menurunnya aktivitas

4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang

5) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

7) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

8) Perbuatan membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri

9) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang

10)Muncul waham dan halusinasi

(36)

B. Stresor Psikososial

Nasir dan Muhtih (2011) menjelaskan bahwa stres merupakan kondisi

fisik yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan

dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batas kemampuan seseorang

untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stresor adalah faktor-faktor dalam

kehidupan yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal

dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial. Stresor dapat dikelompokan

menjadi 2 yaitu (Nasir dan Muhtih, 2011) :

a. Stresor mayor, berupa major live events yang meliputi peristiwa kematian

orang yang disayangi, pertama kali masuk sekolah, dan perpisahan.

b. Stresor minor, berawal dari stimulus tentang masalah kehidupan

sehari-hari, misalnya ketidak seimbangan emosional terhadap hal-hal tertentu.

Menurut Hawari (2007), stresor psikososial adalah setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga

timbul adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Tidak semua

orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga

timbul keluhan berupa stres, cemas dan depresi. Para ahli memberikan contoh

dari sekian banyak jenis stresor psikososial yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari, yaitu:

a. Masalah perkawinan

Masalah perkawinan merupkan sumber stress yang dialami

seseorang. Masalaha yang timbul dapat berupa: perpisahan, perceraian,

(37)

b. Masalah hubungan interpersonal (antar pribadi)

Hubungan antar sesame yang tidak baik dapat merupakan sumber

stres. Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang

mengalami konflik, konflik dengan kekasih atau antara atasan dan

bawahan.

c. Masalah pekerjaan

Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah

pekerjaan, misalnya: pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,

mutasi jabatan, kenaikan pangkat, pension, bahkan kehilangan pekerjaan.

d. Masalah lingkungan hidup

Kondisi lingkungan yang buruk mempunyai pengaruh besar bagi

kesehatan seseorang, misalnya: masalahperumhan, pindah tempat

tinggal, dan hidup dalam lingkungan yang rawan kriminalitas. Rasa tidak

aman dan tercekan ini dapat mengganggu ketenangan dan ketentraman

hidup sehingga dapat membuat orang merasa cemas bahkan depresi.

e. Masalah keuangan

Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang kurang baik,

misalnya: pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang,

serta kebangkrutan. Masalah keuangan sangat berperngaruh pada

kesehatan jiwa seseorang.

f. Masalah hukum

Keterlibatan seseorang dalam maslah hukum dapat menjadi

(38)

g. Masalah perkembangan

Masalah perkembangan fisik dan mental seseorang sangat

berpengaruh, misalnya: perubahan dari masa remaja, dewasa, menopause

dan usia lanjut. Kondisi disetiap perubahan fase tersebut pada beberapa

individu dapat menyebabkan kecemasan dan depresi.

h. Masalah penyakit fisik atau cidera

Penyakit fisik yang kronis atau cidera yang menyebabkan

ketidakmampuan dapat menyebakan stres atau depresi pada seseorang,

contohnya: penyakit stroke, jantung, dan kecelakaan.

i. Masalah keluarga

Seseorang dapat mengalami stres, cemas bahkan depresi

disebakan oleh kondisi keluarga yang kurang harmonis, seperti:

kekerasan dalam rumahtangga, perpisahan bahkan perceraian.

Respon atau reaksi seseorang terhadap stresor psikososial (pencetus

perubahan psikososial) yang dialami berbeda satu dengan yang lain, ada yang

menunjukan gejala stres ada juga yang menunjukan kecemasan dan depresi.

Ketiga gejala tersebut tidak jarang saling tumpang tindih karena jarang

ditemukan ketiga gejala tersebut berdiri sendiri (Hawari, 2013).

C. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah sebutan yang diberikan kepada individu yang

sedang menuntut ilmu diperguruan tinggi (Paususeke, dkk., 2015).

(39)

perkembangan pemikiran luas yang sedang menempuh pendidikan tinggi,

sehingga telah memiliki kesadaran untuk menentukan sikap diri dan

mampu bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (Putri dan Budiani,

2012). Mahasiswa adalah individu yang berada pada masa usia

perkembangan dewasa awal, yang merupakan periode penuh dengan

tantangan, penghargaan, dan krisis (Maulida, 2012). 2. Tugas Perkembangan Mahasiswa

Sebagai individu yang memasuki masa dewasa, mahasiswa

memiliki tanggungjawab terhadap masa perkembangannya. Hidayah

(2012) menjelaskan tugas perkembangan yang harus dijalani oleh

mahasiswa sebagai masa dewasa awal yaitu pembuatan keputusan secara

luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya

hidup. Tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan

adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu,

yaitu fisik, psikologis dan sosial.

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak

tugas dan tanggungjawab yang perlu dilaksanakan oleh seorang

mahasiswa. Hal itulah yang membuat mahasiswa merasa sangat tertekan

dan menyebabkan mudah depresi (Hidayah, 2012).

3. Beban Mahasiswa

Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi

khususnya di Program Studi Ilmu Keperawatan memiliki banyak tuntutan

(40)

model pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

Sistem Kredit Semester (SKS).

Sistem kredit yaitu beban yang harus diselesaikan oleh mahasiswa

pada suatu jenjang studi dinyatakan dalam bentuk satuan kredit. Satuan

kredit semester (SKS) merupakan penghargaan terhadap pengalaman

belajar yang diperoleh selama satu semester. Besarnya SKS untuk

masing-masing kegiatan pendidikan ditentukan oleh banyaknya jam yang

digunakan untuk kegiatan tersebut. Beban studi yang digunakan selama

menempuh pendidikan sarjana keperawatan adalah 154 SKS dengan lama

pendidikan 8 semester. Pendidikan pada tahap profesi (Ners) dengan

jumlah SKS 25 ditempuh selama 2 semester, hal ini menjadi

tanggungjawab penuh seorang mahasiswa (PSIK dan FKIK, 2013).

Penyelenggaraan pendidikan PSIK FK UMY menerapkan metode

pembelajaran hybrid Problem Based Learning (hPBL) yang berbentuk

perkuliahan biasa atau reguler, seminar, praktikum, praktek kerja lapangan

dan tutorial. Beban yang harus diselesaikan mahasiswa berupa jumlah

SKS yang banyak, padatnya jadwal kuliah atau Proses Belajar Ceramah

(PBC) sebanyak 77 SKS, tugas, praktikum atau Proses Belajar Praktek

(PBP) yang meliputi Skills Lab, biomedis dan Objective Structured

Clinical Examination (OSCE) sebanyak 60 SKS, tutorial atau Proses

Belajar Tutorial (PBT) sebanyak 17 SKS, ujian Multiple Choice Question

(41)

akademik juga menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa (PSIK dan FKIK,

2013).

Maulida (2012) menjelaskan bahwa masalah-masalah yang dialami

mahasiwa bersifat akademis dan non akademis yang dapat menimbulkan

depresi. Tugas akhir-skripsi, pendadaran, ujian skripsi, yudisium, dan

wisuda juga menjadi beban dan tanggungjawab penting yang wajib

diselesaikan oleh mahasiswa (PSIK dan FKIK, 2013).

Sebagai seorang individu dewasa, mahasiswa juga memiliki beban

tanggungjawab besar kepada orang tua. Mahasiswa juga dituntut untuk

dapat lulus tepat waktu dengan Indeks Pestasi (IP) yang bagus agar

nantinya dapat membanggakan dan membahagiakan orang tua (Hidayah,

2012). Beban kurikulum yang banyak, jadwal yang padat sejak awal

masuk kuliah, ditambah lagi masalah finansial akan menambah risiko

mahasiswa untuk mengalami gejala depresi (Hadianto, dkk., 2014).

Tuntutan ekonomi juga menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa, biaya

kuliah yang semakin mahal membuat tidak sedikit dari mahasiswa yang

berkuliah membagi waktu untuk bekerja, untuk mendapatkan penghasialan

tambahan demi mengurangi beban orangtua (Daulay dan Rola, 2009).

Mahaiswa memiliki tujuan untuk mencapai dan menguasai ilmu

sesuai bidangnya, serta memiliki wawasan ilmiah yang luas agar dapat

bermanfaat bagi masyarakat dan semua orang. Mahasiswa juga bagaian

dari masyarakat, sehingga diharapkan dapat beinteraksi, beradaptasi, dan

(42)

4. Beban Mahasiswa Menyebabkan Depresi

Banyaknya tuntutan untuk mengatasi masalaah dan konflik serta

penyesuaian diri terhadap lingkungan membuat mahasiswa merasa

semakin tertekan. Rata-rata mahasiswa semester awal sampai dengan

semester akhir mengalami masalah yang mengakibatkan kondisi stress

pada diri mereka yang dapat berubah menjadi depresi (Susilowati dan

Hasanat, 2011). Permasalahan, konflik, tugas akademik dan non akademik

yang dihadapi mahasiswa merupakan tanggungjawab yang harus dijalani.

Hal tersebut menjadi beban dan tekanan bagi seorang mahasisiwa

sehingga membuat dirinya mengalami kelelahan secara fisik maupun

psikologis yang dapat menimbulkan depresi (Anggraini, 2014).

Banyaknyak masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa

dalam menyelesaikan studinya membuat mahasiswa mengalami

simtom-simtom depresi, seperti adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus,

tugas yang menumpuk, tuntutan akan nilai yang bagus, dan lain

sebagainya (Qonitatin, dkk., 2011). Orang tua yang terlalu menuntut anak

untuk menjadi lebih baik dan ditambah lagi adanya konflik dalam keluarga

juga dapat menimbulkan kecemasan yang dapat menjadi stress yang

menyebabkan depresi (Susilowati dan Hasanat, 2011).

Penelitian Anggraini (2014) menyebutkan bahwa sebagian besar

mahasiswa yang tinggal di kos atau mengontrak rumah dengan kondisi

jauh dari orang tua dan keluarga merupakan salah satu faktor yang

(43)

orang dekat yang bisa menemani atau berbagi ketika seseorang mengalami

masalah stres depresi bisa semakin memperparah gejala depresi. Perasaan

sendiri, tertekan, kesepian dan tanpa adanya dukungan dari keluarga

merupakan gejala depresi yang umum dialami subyek ketika mengalami

suatu masalah atau tekanan.

Tingkat gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran lebih

tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dari fakultas lain dan populasi

umum. Hal ini disebabkan oleh sistem pembelajaran yang berat,

kompetitif, dan penuh tekanan. Masa kuliah yang panjang, banyaknya

tugas, biaya masuk yang mahal, dan tuntutan untuk berhasil merupakan

stresor yang harus dihadapi oleh mahasiswa sepanjang masa pendidikan.

Stresor yang terus-menerus ini apabila tidak ditangani dengan tepat dapat

menimbulkan gejala depresi (Hadianto, dkk., 2014).

Gejala depresi dan kecemasan menjadi perhatian khusus pada

mahasiswa karena berdampak buruk pada akademik dan partisipasi

dalam aktivitas kampus (Qonitatin, dkk., 2011). Depresi yang dibiarkan

terus berlanjut akan berdampak buruk pada individu yang mengalaminya.

Dampak tersebut dapat berupa menurunnya prestasi dan minat belajar

mahasiswa, sehingga pada situasi dan kondisi seperti ini mahasiswa sangat

membutuhkan dukungan serta perhatian dari pihak keluarga (Susilowati

dan Hasanat, 2011).

Supriani (2011) yang menyebutkan bahwa pengaruh dukungan

(44)

keluarga, teman, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat

dicintai sangat bermanfaat bagi seseorang yang apabila tidak terpenuhi

akan menyebabkan depresi.

D. Mekanisme Koping

1. Definisi Mekanisme Koping

Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan bahwa koping merupakan

suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah laku

untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani

atau melebihi sumberdaya yang dimiliki individu. Mekanisme diartikan

sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu dalam meyelesaikan

masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap

sesuatu yang mengancam.

Menurut Kliat (1998) mekanisme koping diartikan sebagai cara

yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menesuaikan diri

dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Koping

yang efektif akan menghasilkan adaptasi (Nasir dan Muhtih, 2011). 2. Tipe Mekanisme Koping

Stuart (2009) menjelaskan bahwa mekanisme koping dibagi

menjadi tiga tipe yakni:

a. Mekanisme koping fokus pada masalah, yang melibatkan tugas dan

upaya langsung untuk mengatasai masalah tersebut, contohnya seperti

negosiasi, konfrontasi dan mencari saran kepada seseorang yang

(45)

b. Mekanisme koping fokus pada kognitif, dimana seseorang merusaha

untuk mengontrol masalah yang dihadapinya, contohnya seperti

perbandingan positif atau negatif seperti menganggap tekanan atau

beban yang dialaminya itu hal yang wajar.

c. Mekanisme koping fokus pada emosi, pada tipe mekanisme ini

seseorang akan berorientasi pada tekanan emosional moderat.

Contohnya seperti penyangkalan, menagis bahkan mengamuk.

Menurut Keliat (2005) ada dua macam mekanisme koping, yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif, adalah suatu usaha yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau

tekanan yang bersifat positif, rasional dan konstruktif. Contohnya

berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain,

memecahkan masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan

seimbang dan aktifitas konstriktif.

b. Mekanisme koping maladaptif, adalah suatu usaha yang dilakukan

individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau

tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak

dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Contohnya makan

berlebihan atau bahkan tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar,

marah-marah, mudah tersinggung, dan menyerang. Mekanisme

koping yang maladaptif dapat memberi dampak yang buruk bagi

seseorang seperti isolasi diri, berdampak pada kesehatan diri, bahkan

(46)

3. Gaya Koping

Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan gaya koping merupakan

penentuan dari gaya seseorang dalam memecahkan suatu masalah

berdasarkan tuntutan yang dihadapi, ada dua macam gaya koping yakni:

a. Gaya Koping Positif

Gaya koping positif merupakan gaya yang mampu mendukung

integritas ego, berikut ini adalah macam- mcam gaya koping positif:

1) Problem solving merupakan suatu usaha untuk memecahkan

masalah, dimana pada gaya koping ini masalah harus dihadapi,

dipecahkan, dan tidak dihindari atau menganggap masalah itu

tidak berarti. Pemecahan masalah ini digunakan untuk mengindari

tekanan atau beban psikologis akibat adanya stresor yang masuk

dalam diri seseorang.

2) Utilizing social support merupakan suatu tindak lanjut dari

menyelesaikan masalah belum terselesaikan. Tidak semua orang

mampu menylesaikan masalahnya sendiri, hal ini terjadi karena

rumitnya masalah yang dialami. Oleh sebab itu apabila seseorang

mempunyai masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri,

seharusnya tidak disimpan sendiri tetapi carilah dukungan dari

orang lain yang dapat dipercaya dan mampu meberikan bantuan

dalam bentuk masukan ataupun saran dan lainnya.

3) Looking for silver lining masalah yang berat terkadang akan

(47)

walaupun sudah dengan usaha yang maksimal, terkadang masalah

belum ditemukan titik temu, oleh sebab itu seberat apapun

masalah yang dihadapi manusia harus tetap berfikir positif dan

dapat diambil hikmah dari setiap masalah. Pada fase ini

diharapkan manusia mampu menerima kenyataan sebagai sebuah

ujian dan cobaan yang harus dihadapi, selalu berusaha

menyelesaikan masalah tanpa menurunkan semangat motivasi.

b. Gaya Koping Negatif

Gaya koping negatif yang dapat menurunkan integritas ego,

dimana gaya koping ini dapat merusak dan merugikan dirinya sendiri,

yang terdiri atas sebagai berikut:

1) Avoidance merupakan suatu usaha untuk mengatasi situasi

tertekan dengan cara lari dari situasi tersebut dan menghindari

masalah dan akhirnya terjadinya penumpukan masalah. Bentuk

melarikan diri seperti merokok, menggunakan obat-obatan,

berbelanja tujuannya untuk menghilangkan masalah tetapi

menambah masalah.

2) Self-blam merupaka bentuk dari ketidak berdayaan atas masalah

yang dihadapi, biasanya menyalahkan diri sendiri yang dapat

menyebabkan seseorang menrik diri dari lingkungan sosial.

3) Wishfull thinking merupakan kesedihan mendalam yang dialami

sesorang akibat kegagalan mencapai tujuan, karena penentuan

(48)

4. Sumber Koping

Stuart (2009) berpendapat bahwa seseorang dapat mengatasi stres

dan kecemasan yang dirasakan dengan menggunakan sumber koping di

lingkungan. Sember koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan

masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu

seseorang mengntrol pengalaman yang menimbulkan stres dan mengambil

strategi yang berhasil. Sumber koping ekonomi, teknik bertahan, dukungan

sosial, motivasi serta hubungan antara orang terdekat mempuyai pengaruh

yang sangat penting selain itu kepercayaan spiritual berfungsi sebagai

harapan dalam mempertahankan upaya seseorang dalam menghadapi

situasi yang paling buruk. E. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala

dan anggota keluarga yang saling bergantung dan berinteraksi melalui

pertalian darah, ikatan perkawianan atau adopsi yang berkumpul dan

tinggal dalam satu rumah (Mubarak dan Chayatin, 2009). Keluarga

merupakan dua orang atau lebih yang mengidentifikasi diri sebagai bagian

dari keluarga, memiliki kedekatan emosional dan kebersamaan (Friedman,

dkk., 2014).

Efendi dan Makhfudli (2013) menambahkan bahwa keluarga

adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang memiliki tujuan

(49)

perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota keluarga. Keluarga

terdiri dari suami, istri, anak, kakak dan adik yang diikat oleh hubungan

darah, perkawinan atau adopsi yang hidup bersma dan jika terpisah tepat

saling memperhatikan satu sama lain. 2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan

keluaraga terhadap anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi sebagai

pendukung bagi anggota keluarga. Anggota keluarga beranggapan bahwa

orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. (Friedman, cit Bailawan, 2013). Dukungan

keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang menjadi faktor kunci

dan bagian terpenting dalam penyembuhan klien dengan gangguan jiwa

(Videbeck, 2015).

3. Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga bisa didapatkan dari anggota keluarga mana

saja, baik secara internal maupun eksternal. Dukungan sosial keluarga

internal, seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, dan dukungan sosial keluarga

eksternal yaitu dukungan dari keluarga besar ataupun jaringan kerja sosial

(Efendi dan Makhfudli, 2013).

4. Macam-macam Dukugan Keluarga

Friedman (1998) cit Herdiana (2012) menyebutkan emapat macam

(50)

a. Dukungan informasional

Dukungan ini meliputi pemberian informasi, petunjuk, nasehat,

saran atau gagasan, pendapat dan peluang yang sesuai dengan fungsi

dari keluarga. Dukungan juga bermanfaat sebagai sugesti khusus bagi

individu dan pencegah timbulnya stresor.

b. Dukungan emosianal

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam

penguasaan emosiaonal seseorang, karena keluarga merupakan tempat

berlindung, beristirahat, dan membantu dalam proses penyembuhan.

Dukungan emosional dapat berupa ungkapan empati, perhatian, dan

kepedulian.

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini berupa bantuan langsuang seperti materi, tenaga

dan saran. Berisi tentang pemberian perhatian dan pelayanan dari

orang lain. Manfaatnya dukungan instrumental ini yaitu dapat

mendukung pulihnya energi dan semangat yang menurun. Dengan

diberikannya dukungan instrumental individu akan merasa bahwa

masih ada perhatian atau kepedulian terhadap kesusahan yang dialami.

d. Dukungan penilaian dan penghargaan

Keluarga bertindak sebagai pembimbing dan menjadi pemecah

masalah serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga

diantaranya dengan memberikan dukungan, penghargaan dan

(51)

Efendi dan Makhfudli (2013) menjelaskan lima fungsi keluarga

menurut Friedman sebagai berikut:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berguna sebagai pemenuhan kebutuhan

psikosoial, yang merupakan sumber energi menentukan kebahagian

keluarga. Setiap anggota keluarga saling berinteraksi dan berhubungan

untuk mempertahankan iklim positif, perasaan memiliki, perasaan

berarti, yang merupakan sumber kasih sayang. Anggota keluarga

dapat mengembangkan konsep diri yang positif jika fungsi ini telah

berhasil.

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi

Keluarga merupakan temapt individu belajar bersosialisasi dan

melatih anak untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan

orang lain. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma,

budaya dan berprilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga memiliki fungsi meneruskan keturunan, memelihara

dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhaan gizi keluarga, serta

menjaga kelangsungan hidup keluarga. Fungsi ini menjadi sedikit

(52)

d. Fungsi ekonomi

Keluarga sebagai tempat pengembangan kemampuan individu

untuk meningkatkan penghasialan untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah.

e. Fungsi perawatan atau pemeliharan kesehatan

Keluarga memiliki fungsi mempertahankan kesehatan keluarga

agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Keluarga memiliki

peran merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

dan menentukan kapan meminta bantuan tenaga profesiaonal.

5. Manfaat Dukungan Keluarga

Bagi pasien gangguan jiwa keluarga merupakan sistem pendukung

sosial yang paling utama, karena dapat memberikan dukungan, pengertian,

perhatian, komunikasi yang baik, kepedulian dan selalu berusaha

meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang sakit (Bailawan, 2013).

Dukungan keluarga sangat penting bagi penurunan depresi pada

mahasiswa, karena keluarga dapat meningkatkan harga diri dan

kepercayaan diri serta menghilangkan perasaan negatif yang di rasakan

(53)

F. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka Konsep

Keterangan: = Diteliti

= Tidak Diteliti

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian berdasarkan rumusan

masalah dan tinjauan pustaka diatas adalah:

Ha : Terdapat perbedan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan

orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan. Penyebab depresi: Faktor biologi

Faktor genetika

Faktor psikososial

Mahasiswa PSIK yang tinggal dengan

orang tua

Mahasiswa PSIK yang tinggal sendiri

Depresi

(54)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah descriptive comparative, yang

menunjukan perbandingan kejadian depresi antara mahasiswa yang tinggal

dengan orang tua dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal sendiri.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan

cross sectional, yaitu dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel

pada satu waktu atau hanya satu kali (Nursalam, 2013).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi pada penelitian ini

adalah mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015. Populasi mahasiswa pada

penelitian ini berjumlah 117 orang mahasiswa.

Sampel adalah populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel yang diambil pada

penelitian ini yaitu mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Metode pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Purposive sampling adalah teknik penempatan sampel dengan

cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

(55)

mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2013). Teknik sampling adalah

cara yang digunakan dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel

yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus :

n = N

+N d ²

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat Signifikan (p)

n= N

+N d ²=

7 + 7 . 2 =

7 + 7 . =

7

. 7= 53.91

Besar total sampel setelah dihitung menggunakan rumus Slovin

didapatkan hasil sebesar 54 orang responden. Sampel diambil dari populasi

yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan rincian 27 orang

mahasiswa tinggal bersama orang tua dan 27 orang mahasiswa tinggal

sendiri.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan yang tinggal sendiri
Tabel 4.4. menunjukan tingkat depresi mahasiswa pada kedua
+3

Referensi

Dokumen terkait

kesimpulan dari nilai p tersebut adalah bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada perbedaan tingkat depresi pada siswa yang pernah tinggal di asrama dan yang belum

penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan tingkat kemandirian emosional yang signifikan antara siswa SMP yang tinggal di asrama dan siswa SMP yang tinggal di rumah dengan orang

Pada table 3.Tempat tinggal &amp; tingkat depresi berdasarkan tempat tinggal, dari hasil yang didapat jumlah mahasiswa yang termasuk dalam klasifikasi depresi

disimpulkan mahasiswa UKSW yang tinggal bersama orang tua dan tinggal jauh dari. orang tua tidak

Perbedaan kemandirian antara remaja yang tinggal pondok pesantren dengan remaja yang tinggal bersama orang tua 18.. Kerangka

Jenis masalah yang akan di bahas dalam Penelitian ini adalah Tentang Perbedaan Motivasi belajar siswa yang tinggal bersama orang tua dengan siswa yang tinggal di pondok

penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan tingkat kemandirian emosional yang signifikan antara siswa SMP yang tinggal di asrama dan siswa SMP yang tinggal di rumah dengan orang

Kualitas hubungan interpersonal yang baik menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan tidak adanya perbedaan tingkat kesepian yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal di kost