MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN
TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
MIRANDA AYU FITRI AMELIA
20120320074
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
MAHASISWA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN
TINGGAL SENDIRI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
MIRANDA AYU FITRI AMELIA
20120320074
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
Nama : Miranda Ayu Fitri Amelia
NIM : 20120320074
Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari ditemukan atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil tiruan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
iv
miliki. Terimakasih mama, papa karena selalu mendukung apa yang menjadi cita-cita anda. Untuk mamaku tersayang, yang selalu tulus mendoakan, menyayangi, menyemangati, mendukung, mengajarkan anda banyak
hal tentang arti hidup, terimakasih ma. Terimakasih juga untuk segalanya, untuk semua pengorbanan mama selama ini, kerja keras dan air mata mama akan selalu jadi penguat anda untuk selalu semangat. Anda
sayang mama, semoga mama, papa selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin..
Adikku tersayang, Adinda Sari Ramadhani. Orang yang selalu memberi semangat untuk selalu kuat ngejalani semuanya, walaupun kadang cerewet dan kadang susah disuruh, sering kelahi dirumah ayuk tetap sayang
adek. Terimakasih bungsu karena selalu doakan semua yang terbaik buat ayuk, dari adek ayuk belajar banyak hal tentang rindu untuk pulang.. Love you cung-cung, semoga kita bisa jadi orang sukses,
bermanfaat untuk orang lain, dan buat mama dan keluarga bangga.. Amin.
Keluarga besar tercinta, datok (Bachtiar), almarhum nenek (Fatimah), oma (Balkis), opa (Theo), buk cu, bu amoy, pak am, mami dian, mami yuyun, tante mel, sahabat kecilku tika, bu nina, pak wa, mak wa, tante etin, ayuk jenny, bg kiki, bg ibing, mas tole, gendok, fabio, nadira, yazid, adit, farhan, papi diki, zahfi, bulek isah, mbak kur, mbah, mas hardi, tole tri, ucu mila, manda, ibuk, yuni, tante ratni, bunga keke, terimakasih untuk segalanya, doa, dukungan, dan semangatnya selama ini. Dan terkhusus untuk almarhum nenek tersayang, terimakasih untuk kasih sayang dan semangatnya selama ini, nenek dan mama adalah inspirasi dan motivasi terbesar anda untuk cita-cita mulia ini. Terimakasih keluarga besarku, anda sayang kalian semua.. Semoga
kita senantiasa diberikan yang terbaik oleh-Nya.. Amin..
Sahabat-sahabat tersayang, ifit (my bro), ayu (ibu’), izmi (kakak), alma (mba’), ledys (abang), rahma (ukhti), zuli (mba’), tiara (adek), rozy (bro) orang baru yang sudah seperti keluarga sendiri, gugun yang telah banyak membantu dan memotivasi, teman-teman skills lab ahid, dwi, ani, riya, afin, rahma, ditambah
maulida, sendi, sumardi, husnul, terimakasih untuk segalanya teman-teman, semoga kita sukses dan bermanfaat untuk orang banyak.. Amin.
Andi sapari, terimakaish atas dukungannya.. bang windu (rekan agen), terimakasih telah menjadi rekan agen terbaik.. D’Masiv Band khususnya Rian Ekky Pradipta, Jebraw, Naya, Maudi Ayunda, Adipati, Shahrukkhan,
RAD, terimakasih telah menjadi inspirasi yang membuat saya selalu semangat...
Teman-teman satu bimbingan, Anindya Sekar Utami, Dwi Sasmoko, Herka Setiadi, Latansa Fikri, Ahmad Nugroho, Nawanggalih Citrasmi, Ilham Romadon. Terimakasih telah berjuang bersama, maaf bila banyak
salah dan kurang selama ini. Semoga Alllah selalu memberikan yang terbaik untuk kita.. Amin
Teman-teman UKM Musik, UKM KSR PMI Unit XI UMY, dan HCC (Hiking Ceria Club) terimakaish sudah menjadi keluarga yang mengajarkan saya banyak hal dan memberi pengalaman penuh warna dalam hidup
saya, senang pernah mengenal kalian semua.. dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT...
PSIK UMY tercinta, terimakasih atas ilmu dan pengalaman terbaik selama ini. Teman-teman angkatan PSIK 2012, terimakasih sudah menerima saya menjadi salah satu bagian dari keluarga ini, dan membuat pengalaman terbaik dalam hidup saya. Semoga kita semua lulus, sukses, dan jadi perawat yang profesional..
v
tetapi Allah memandang pada hati dan amal perbuatan” (HR.Muslim dan At-Thabrani)
“Sesungguhnya setiap amal ditentukan oleh niat, dan setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan”
(HR. Al-Bkhari dan Muslim)
“Walaupun gak punya bannyak harta,
punya dua anak yang sayang sama mama itu udah lebih dari segalanya” (Mama)
”Syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik”
-d’Masiv-
“Saat aku melibatkan Allah dalam impianku, aku percya tidak ada yang tidak mungkin”
“Begin everything with Bismillah”
(d^^b)
“Cukup Allah yang tau siapa aku dan keluargaku”
(d^^b)
La Tahzan..
Ikut saja kemana angin akan menghanyutkan mu, dan kamu pasti akan menumukan-Nya…Percayalah..
vi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya dan didorong semangat yang kuat,
sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Perbandingan Tingkat Depresi Antara Mahasiswa Yang Tinggal
Dengan Orang Tua Dan Tinggal Sendiri Pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan”.
Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan
program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kelancaran dalam
membuat karya ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak,
oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Kedua orang tuaku tersayang, (Yayuk Yuliarti Pransuka) dan (Zulmedi
Nazarudin) serta adikku tercinta (Adinda Sari Ramadhani) yang telah
memberi dukungan, doa, dan semangat tanpa henti.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku Ketua Program Studi
vii
karya ini. Terimakasih telah menjadi inspirator dan motivator terbaik saya.
5. Moh. Afandi, S.kep., Ns., M.A.N sebagai dosen penguji yang telah
meluangkan waktu untuk menguji karya tulis saya, memberikan bantuan
pemikiran, pengarahan, serta memberian kritik dan saran yang
membangun dalam karya ini. Terimakasih telah menjadi inspirator saya.
6. Almarhumah nenek Fatimah, dan keluarga besarku tercinta, yang selalu
menginspirasi, memotivasi dan memberi semangat luar biasa selama ini.
7. Seluruh mahaiswa PSIK angkatan 2015 yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian, semoga sukses selalu kedepannya.
8. Sahabat dan seluruh teman-teman mahasiswa PSIK 2012 yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya, serta pihak-pihak lainnya.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan yang lebih
baik kedepannya. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Penulis
viii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO HIDUP... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
INTISARI... xiv
ABSTRACT... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Keaslian Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Depresi ... 11
1. Pengertian Depresi ... 11
2. Faktor Penyebab Depresi ... 12
3. Tanda dan Gejala Depresi ... 15
4. Tingkat Depresi ... 17
B. Stresor Psikososial ... 19
C. Mahasiswa ... 21
1. Pengertian Mahasiswa ... 21
2. Tugas Perkembangan Mahasiswa ... 22
3. Beban Mahasiswa ... 22
4. Beban Mahasiswa Menyebabkan Depresi ... 25
D. Mekanisme Koping ... 27
1. Definisi Mekanisme Koping ... 27
2. Tipe Mekanisme Koping ... 27
3. Gaya Koping ... .29
4. Sumber Koping... 31
E. Dukungan Keluarga...31
1. Pengertian Keluarga ... 31
2. Dukungan Keluarga ... 32
3. Sumber Dukungan Keluarga ... 32
4. Macam-macam Dukungan Keluarga ... 32
ix
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39
D. Variabel Penelitian ... 40
E. Definisi Operasional ... 40
F. Alat dan Bahan Penelitian ... 41
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
H. Jalannya Penelitian ... 44
I. Pengelolaan Data ... 45
J. Analisis Data ... 46
K. Etika Penelitian ... 47
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Gambaran Penelitian ... 49
B. Hasil Penelitian ... 50
C. Pembahasan... 56
D. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 77
x
mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri……… ………...… 50
Tabel 4. 2 Distribusi frekuensi tingkat depresi berdasarkan karakteristik responden mahasiswa tinggal bersama orang tua dengan analisa
crosstab……... 52
Tabel 4. 3 Distribusi frekuensi tingkat depresi berdasarkan karakteristik responden mahasiswa yang tinggal sendiri dengan analisa
crosstab………... 53
Tabel 4. 4 Distribusi tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan ……...……… 55
xii
DPA : Dosen Pembimbing Akademik
FIKUI : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
FK : Fakultas Kedokteran
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
hPBL : hybrid Problem Based Learning
IP : Indeks Prestasi
IPA : Ilmu Pengetahuan Alam
IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial
L-MMPI : Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory
MCQ : Multiple Choice Question
MTA : Majlis Tafsir Al-Qur’an
OSCE : Objective Structured Clinical Examination
PBC : Proses Belajar Ceramah
PBP : Proses Belajar Praktek
PBT : Proses Belajar Tutorial
PDSKJ : Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
PPDGJ : Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SKS : Sistem Kresdit Semester
SLTAN : Sekolah Lanjut Tingkat Atas Negri
SMA : Sekolah Menengah Atas
SPSS : Statistical Package for the Social Science
TK : Taman Kanak-kanak
UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
UNDIP : Universitas Diponegoro Semarang
UNTAN : Universitas Tanjungpura Pontianak
xiii
Lampiran 3. Surat Keterangan Kelayakan Etik Penelitian Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Data Demografi Responden
1
Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY e-mail : mirandapsik@yahoo.com
ABSTRACT
Depression is a problem sanity very important this when can be lowered productivity and bad for themselves, the community and the environment. According to World Health Organization (WHO), depression is very serious problem because it is the world ke-4 disease. The prevalence of depression that happened to students higher than the population in general. Students the most experience symptoms of depression since the beginning of college with various causes, as problems academic, solitude, economic problems and difficult building relationships. The psikososial causes of depression, of joined with parents, joined with friends, displacement residence, the education system, and opposition value system and the lack of attention and support family. This research aimed to compare the rate of depression among students living with parents and living alone in Nursing Science Program.
The design of this study is comparative deskriptive with the approach of cross-sectional. The sample used as many as 54 student, chosen through purposive of sampling. Depression instruments used was a beck depression inventory (BDI)-II. Data analysed significance with statistical tests Mann whitney.
Mann-whiteney test results showed value p = 0,000 (p<0.05), with the results the student who lives alone more suffer from depression (81,4%) , the mild depression (48,1%) and depression and (33,3%) than student who live with parents (25,9 %), the mild depression (22,2%) and depression and (3,7%).
The conclusion of research is there is a different levels of depression between students who lives with parents and living alone in Nursing Science Program.
dunia. Prevalensi depresi yang terjadi pada mahasiswa lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya. Mahasiswa paling banyak mengalami gejala depresi sejak awal kuliah dengan berbagai penyebab, seperti masalah akademik, kesendirian, masalah ekonomi dan sulit membangun hubungan. Faktor psikososial menjadi salah satu penyebab depresi, yang berupa perpisahan dengan orang tua, perpisahan dengan sahabat, perpindahan tempat tinggal, perubahan sistem pendidikan, dan pertentangan sistem nilai serta kurangnya perhatian dan dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada Program Studi Ilmu Keperawatan.
Desain penelitian ini adalah deskriptive comparative dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 54 mahasiswa, yang dipilih melalui purposive sampling. Instrumen depresi yang digunakan adalah Beck Depression Inventory (BDI) - II. Data dianalisis signifikansinya dengan uji statistik Mann Whitney.
Hasil uji Mann-Whiteney menunjukan nilai p=0,000 (p<0,05), dengan hasil mahasiswa yang tinggal sendiri lebih banyak mengalami depresi (81,4%), dengan rincian depresi ringan (48,1%) dan depresi sedang (33,3%) dibandingkan mahasiswa yang tinggal dengan orang tua (25,9%), dengan rincian depresi ringan (22,2%) dan depresi sedang (3,7%).
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat depresi yang signifikan antara mahasiswa yang tinggal dengn orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.
1
Setiap orang pasti akan mengalami kesulitan hidup, terkadang hal
tersebut menjadi penyebab beberapa orang mengalami putus asa dan
membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat
penting saat ini karena dapat menurunkan produktivitas dan berdampak buruk
bagi diri, masyarakat serta lingkungan (Qonitatin, dkk., 2011).
Depresi diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam
perasaan (affective/mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan,
kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan yang tidak berguna, putus asa,
perasaan sedih dan lain sebagainya (Safitri dan Hidayati, 2013). Allah telah
menjelaskan bahwa manusia tidak boleh bersedih, yang tercantum dalam
Al-Quran surat Ali Imran ayat 139, “Dan janganlah kamu merasa lemah
(rendah) dan jangan (pula) bersedih hati sebab kamu adalah orang-orang
yang paling tinggi (mulia) jika kamu beriman”. Qur’an surat At-Taubah ayat
40, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah beserta kita”. Depresi
juga merupakan respon normal terhadap berbagai stres kehidupan, depresi
dianggap abnormal bila diluar kewajaran dan berlanjut terus saat dimana
kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Qonitatin, dkk., 2011).
Menurut World Health Organization (WHO), depresi adalah masalah
yang sangat serius karena merupakan urutan ke-4 penyakit dunia, sekitar 20%
saat ini sekitar 5-10% orang di dunia mengalami depresi (Rezki, dkk., 2014).
WHO juga memprediksikan pada tahun 2020 depresi akan menjadi penyebab
penyakit kedua terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskuler (Maulida,
2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis
Kesehatan Jiwa (PDSKJ) tahun 2007 menunjukkan, sekitar 94% masyarakat
Indonesia mengidap depresi tingkat yang ringan sampai berat (Rezki, dkk.,
2014). Data Riset Kesehatan Dasar (Risksdas) tahun 2013 menunjukkan
prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia seperti ansietas dan
depresi sebesar 6% dari populasi umum sedangkan di Yogyakarta
prevalensinya mencapai 8,1%. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental
emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,
DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur (Kemenkes RI, 2013).
Maulida (2012) mengemukakan bahwa prevalensi depresi yang terjadi
pada mahasiswa lebih tinggi dibandingkan populasi pada umumnya.
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang (Undip) dengan 156 responden, menunjukan bahwa
(35,2%) responden tidak mengalami depresi, (49,4%) mengalami depresi
ringan, (12,8%) depresi sedang, dan (2,6%) depresi berat (Larastiti, dkk.,
2014).
Depresi juga bisa terjadi pada kalangan mahasiswa, dikarenakan
memasuki perguruan tinggi merupakan masa transisi dari pendidikan sekolah
menekan bagi mahasiswa baru ditahun pertama kuliah, karena dihadapkan
dengan situasi-situasi dan tuntutan baru seperti mengatasi semua masalah dan
konflik yang dialami (Susilowati dan Hasanat, 2011). Tanggung jawab dan
tugas perkembangan yang harus dijalani pada masa ini juga menjadi tekanan
dan beban tersendiri bagi mahasiswa (Hidayah, 2012).
Mahasiswa adalah calon intelektual muda dalam suatu lapisan
masyarakat yang memperoleh ilmu melalui pendidikan formal di perguruan
tinggi, sehingga memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa (Putri
dan Budiani, 2012). Rata-rata mahasiswa semester awal sampai dengan
semester akhir mengalami masalah yang mengakibatkan kondisi stres dan
dapat berubah menjadi depresi (Susilowati dan Hasanat, 2011).
Penelitian Hadianto, dkk. (2014) mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak (Untan) yang mengalami depresi paling
banyak ditemukan pada mahasiswa yang tinggal di rusunawa/asrama
kedokteran (42,1%), diikuti mahasiswa yang tinggal di rumah kontrakan/kos
(28,8%), dan mahasiswa yang tinggal di rumah bersama orang tua atau sanak
keluarga (28%). Menurut Maulida (2012) mahasiswa paling banyak
mengalami gejala depresi sejak awal kuliah dengan berbagai penyebab,
seperti masalah akademik, kesendirian, masalah ekonomi dan sulit
membangun hubungan.
Tingginya gejala depresi pada tahun pertama disebabkan oleh
perubahan lingkungan belajar yang baru, jadwal yang padat dan homesickness
pada tahun berikutnya mengalami penurunan karena mahasiswa sudah
mengembangkan mekanisme adaptasi dan koping terhadap lingkungan
belajar dan perkuliahan baru (Hadianto, dkk., 2014).
Kegagalan mahasiswa untuk mengatasi permasalahan dan melakukan
penyesuaian terhadap kejadian-kejadian yang menekan akan memicu
timbulnya depresi dalam diri mahasiswa (Susilowati dan Hasanat, 2011).
Beberapa faktor penyebab dari depresi yaitu faktor biologis, faktor genetika
dan faktor psikososial (Nilasari, 2013). Faktor biologis dapat berupa
penurunan-penurunan yang terjadi dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi dengan baik melawan penyakit (Stanley
dan Beare, 2007). Helgin dan Whitbourne (2011) menjelaskan bahwa yang
termasuk faktor genatik adalah orang yang memiliki anggota keluarga dengan
depresi mayor kemungkinan beresiko dua kali lebih besar mendapat
gangguan depresi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan depresi. Depresi juga merupakan gangguan jiwa yang di
pengaruhi oleh stresor psikososial (Anggraini, 2014).
Stresor psikososial dapat berupa perpisahan dengan orang tua,
perpisahan dengan sahabat, perpindahan tempat tinggal, perubahan sistem
pendidikan, dan pertentangan sistem nilai (Susilowati dan Hasanat, 2011).
Mekanisme koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi (Nasir dan
Muhtih, 2011). Tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan
mengatasi stresor psikososial sehingga timbul keluhan berupa stres, cemas
memberi dampak yang buruk bagi seseorang seperti isolasi diri, berdampak
pada kesehatan diri, bahkan terjadinya resiko bunuh diri (Stuart, 2009).
Kurangnya perhatian dan dukungan keluarga juga menjadi penyebab depresi
pada mahasiswa (Anggraini, 2014).
Hasil studi pendahuluan di PSIK UMY angkatan 2015 pada bulan
Desember 2015 dengan melakukan observasi dan wawancara kepada 10
mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan 10 mahasiswa yang tinggal
sendiri, didapatkan hasil bahwa 8 mahasiswa yang tinggal sendiri dan 6
mahasiswa yang tinggal dengan orangtua mengatakan bahwa pernah merasa
kesepian, kemurungan, tertekan, sedih, putus asa, kurang mendapat perhatian,
kasih sayang, dukungan dan bimbingan langsung dari orang tua. 6 mahasiswa
lainnnya mngatakan bahwa mereka tidak merasakan hal-hal seperti yang
disebutkan di atas.
Studi pendahuluan juga menunjukan bahwa tidak semua mahasiswa
dapat tinggal bersama orang tuanya, melainkan harus tinggal sendiri jauh
diperantauan. Mahasiswa perantauan juga dituntut untuk dapat mandiri dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, kondisi ini membuat mereka merasa
cemas, tertekan bahkan depresi (Seswita, 2013). Masalah ini menjadi
semakain penting karena mahasiswa adalah generasi penerus bangsa.
Konsentrasi dan prestasi mahasiswa baik di kampus maupun di masyarakat
juga akan menurun dan berdampak buruk apabila kejadian ini dibiarkan terus
berlanjut. Mahasiswa yang mengalami depresi harus mendapat penanganan
terjadwal melalui Dosen Pembimbing Akademik (DPA).
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, hal itulah yang membuat
peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan tingkat depresi antara
mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri di Program
Studi Ilmu Keperawatan UMY.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan
masalah penelitian adalah “Apakah terdapat perbandingan tingkat depresi
antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat
depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal
sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data demografi pada mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan.
b. Mengetahui tingkat depresi mahasiswa yang tinggal dengan orang
tua pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.
c. Mengetahui tingkat depresi mahasiswa yang tinggal sendiri pada
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan.
tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman peneliti khususnya dibidang keperawatan jiwa tentang
tingkat depresi pada mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY.
2. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
pembelajaran kepada mahasiswa tentang tingkat depresi, serta
pentingnya dukungan keluarga sebagai salah satu cara untuk
mengantisipasi depresi agar tidak mempengaruhi konsentrasi, minat,
kemampuan berfikir dan prestasi belajar mahasiswa.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
pertimbangan untuk meningkatkan pemahaman tentang kejadian depresi
mahasiswa, sehingga bisa memberikan dukungan dan bimbingan pada
mahasiswa yang mengalami depresi.
4. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi institusi
pendidikan keperawatan, dalam memberikan treatment terhadap
5. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut
sebagai acuan bagi penelitian berikutnya untuk mengetahui pencegahan
dan pengelolaan depresi pada mahasiswa. E. Keaslian Penelitian
Menurut pengetahuan penulis, penulis tidak menemukan penelitian
dengan judul yang sama dengan judul penelitian yang akan penulis lakukan.
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu :
1. Wijayanto (2011) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Antara
Mahasiswa Yang Berasal Dari IPA Dengan Mahasiswa Yang Berasal Dari
IPS Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta”.
Desain penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa
FK Universitas Muhammadiyah Surakarta sebanyak 60 orang. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala L-MMPI dan Beck
Depression Inventory (BDI). Hasil penelitian menunjukkan nilai t
terhitung sebesar -1,524 serta untuk signifikansinya didapatkan angka
probabilitas (p) sebesar 0,133. Dari angka probabilitas tersebut dapat
diketahui bahwa perbedaan tingkat depresi tidak signifikan oleh karena
angka tersebut > 0,05. Peneliti menggunakan variabel dan kuesioner yang
serupa, yakni depresi, dan kuesioner depresi (BDI). Perbedaan penelitian
yang akan di teliti terletak pada desain penelitian yaitu descriptive
penelitian mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan tinggal sendiri,
waktu penelitian dan lokasi penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Oktapriadi (2011) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Laki-laki
yang Tinggal di Asrama dengan Laki-laki yang Tinggal Bersama Orang
Tua pada Siswa Kelas II SMA MTA SURAKARTA”. Desain penelitian
menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas II SMA MTA
Surakarta sampel sebanyak 60 responden, teknik sampling dengan
purposive sampling. Analisis dengan menggunakan uji t didapatkan hasil
angka significancy adalah 0,016 yang berarti p < 0,05 dengan perbedaan
rata-rata (mean difference) sebesar 1,833. Nilai p < 0,05 maka terdapat
perbedaan tingkat depresi yang bermakna antara laki-laki yang tinggal di
asrama dengan laki-laki yang tinggal bersama orang tua. Persaman kedua
penelitian ini terletak pada variabel yang sama yaitu depresi. Perbedaan
penelitian yang akan diteliti terletak pada desain penelitian menggunakan
descriptive comparative, responden penelitian yaitu mahasisiwa PSIK
UMY, subjek penelitian mahasiswa yang tinggal dengan orang tua dan
tinggal sendiri, kuesioner penelitian Beck Depression Inventory (BDI),
waktu penelitian dan lokasi penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Hakiqi (2013) dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Remaja
Pesantren Al-Qodiri Kecamatan Patrang Kabupaten Jember”. Desain
penelitian menggunakan metode penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah remaja sebanyak
42 responden dengan teknik sampling yaitu purposive sampling. Analisis
dengan menggunakan uji statistic chi square didapatkan hasil angka
significancy adalah p=0,044 yang berarti p < (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat depresi remaja Madrasah
Aliyah Al-Qodiri yang bertempat tinggal di rumah dan yang menetap di
pondok pesantren Al-Qodiri Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Persaman kedua penelitian ini terletak pada variabel yang sama yaitu
depresi, dan kuesioner depresi yaitu Beck Depression Inventory (BDI).
Perbedaan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti terletak pada desain
penelitian menggunakan descriptive comparative, responden penelitian
yaitu mahasiswa PSIK UMY, subjek penelitian mahasiswa yang tinggal
dengan orang tua dan tinggal sendiri, waktu penelitian dan lokasi
penelitian di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang mendukung
dan terkait dengan topik penelitian yang diambil, yakni penjelasan depresi, stresor
psikososial, mahasiswa, mekanisme koping dan dukungan keluarga. A. Depresi
1. Pengertian Depresi
Depresi merupakan kedaan mental yang dicirikan dengan
terganggunya fungsi normal tubuh, suasana alam perasaan yang sedih
disertai dengan gejala perubahan pada pola tidur, nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, tidak dapat menikmati kesenangan (anhedonia),
kelelahan, tidak berdaya, rasa putus asa, dan ide bunuh diri (Hadianto,
dkk., 2014). Depresi adalah keadaan emosiaonal yang ditandai kesedihan
yang sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang
lain, serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks dan
hal-hal lain (Nasir dan Muhith, 2011).
Depresi adalah suatu gangguan afektif yang ditandai dengan
hilangnya minat atau kesenangan dalam aktivitas-aktivitas yang biasa
dilakukan sehari-hari pada waktu yang lampau (Supriani, 2011). Depresi
adalah runtutan psikologis, sebelum seorang mengalami depresi seseorang
terlebih mengalami tekanan berupa stres (Rosadi dan Widayat, 2013).
Depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh
gangguan jiwa tergantung pada potensi stresor, maturitas,
pendidikan, kondisi fisik, tipe kepribadian, sosiobudaya lingkungan dan
situasi (Anggraini, 2014).
2. Faktor Penyebab Depresi
Menurut Kaplan dan Sadock (1997) cit Lalitya (2012) faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya depresi, antara lain:
a. Faktor biologi
Gangguan depresi melibatkan keadaan patologi di sistem limbic
ganglia basalis, dan hipotalamus, Sistem limbic dan ganglia basalis
berhubungan sangat erat, hipotesa belakangan ini menyebutkan
produksi alam perasaan berupa emosi, depresi, dan mania merupakan
peran utama system limbic. Disfungsi hipotalamus berakibat pada
perubahan regulasi tidur, selera makan, dorongan seksual, dan memacu
perubahan biologi dalam edokrin dan imunologik.
b. Faktor genetika
Gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (episode
maniak dan depresi deppresif) dan tipe unipolar (episode depresi saja)
memiliki kecenderungan menurun kepada generasi selanjutnya.
Sebanyak 50% pasien bipolar memiliki satu orang tua dengan
gangguan alam perasaan atau gangguan afektif, yang tersering adalah
unipolar (depresi saja). Jika salah dari orang tua mengidap gangguan
bipolar, maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam
c. Faktor psikososial
Pristiwa traumatik kehidupan dan lingkungan sosial dengan
suasana yang menegangkan dapat menjadi penyebab gangguan
depresi. Sejumlah data yang kuat menunjukkan kehilangan orangtua
sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan hidup dapat memacu
serangan awal depresi.
Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan beberapa teori mengenai
gangguan mood yaitu:
a. Teori Psikoanalisis tentang Depresi
Menurut Freud (1917-1950) potensi depresi muncul sejak awal
masa kanak-kanak. Fase oral, anak mungkin kurang atau terlalu
terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini yang
mengakibatkan individu dependen, citra diri yang rendah (low self
esteem). Setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi
diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan, yang
dapat menyebkan ia marah pada dirinya sendiri dan merasa bersalah.
b. Teori Kognitif tentang Depresi
1) Teori depresi Beck (1967), individu menjadi depresi akibat
interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul
skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk. Diamana ia merasa
akan selalu sial/gagal, dipadu dengan bias kognitif muncul triad
negatif (pandangan sangat negatif tentang diri, dunia dan masa
2) Teori helplessness/hopelessness,
a) Learned helplessness: kepasifan individu dan perasan tak
berdaya mengotrol hidupnya, didapat dari
pengalaman-pengalaman buruk/trauma, menorah pada depresi.
b) Attribution and learned helplessness: individu yang pernah
gagal, akan mencoba mengatribusikan penyebab kegagalan.
Individu depresi biasanya menunjukan depressive
attributional style, yang mengatribusikan rasa hasil negatif
sebagai personal, global, dan penyebab stabil.
c) Teori hopelessness: sejumlah bentuk depresi dianggap
sebagai akibat hopelessness, merasa hasil yang diharapkan
tidak akan pernah muncul, individu tak bisa mengubah
situasi. Kemungkinan muncul akibat self esteem yang rendah,
kecenderungananggapan bahwa kejadian negatif akan
mengakibatkan sejumlah hal negatif.
c. Teori Interpersonal tentang Depresi
1) Individu depresi cenerung terbatas jaringan dan dukungan
sosialnya mengurangi kemampuan individu mengatasi kejadian
negatif, rentan terhadap depresi.
2) Individu depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain
benar peduli. Namun, ketika teah merasa yakin, rasa puasnya
3) Kompetensi sosial yang rendah diperkirakan memunculkan
depresi pada anak usia TK.
4) Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat
meningkatkandepresi pada remaja.
d. Teori Psikologi tentang Gangguan Bipolar
1) Tekanan hidup adalah faktor penting memicu gangguan bipolar.
2) Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan gejala
depresi, tetapi tidak gejala mania.
3) Attributional style ditambah sikap disfungsi ditambah kejadian
buruk menyababkan penigkatan gejala depresi/mania pasien
bipolar.
4) Self esteem individu
3. Tanda dan Gejala Depresi
Yosep dan Sutini (2014) menjelaskan bahwa tanda dan gejala
depresi dalam buku ajar keperawatan jiwa sebagai berikut:
a. Kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada
semangat dan merasa tidak berdaya.
b. Perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.
c. Nafsu makan dan berat badan menurun.
d. Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebih) disertai mimpi yang
tidak menyenangkan.
e. Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerak
f. Hilang perasaan senang, semangat dan minat, meninggalkan hobi.
g. Kreativitas dan produktivitas menurun.
h. Gangguan seksual (libido menurun).
i. Pikiran-pikiran tentang kemtian dan bunuh diri.
Orang yang depresi dicirikan dengan emosi-emosi negatif seperti
rasa sedih, putus asa, iri, benci, dendam, kecemasan, ketakutan dan
memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik
(Nilasari, 2013). Salah satu gejala dari gangguan depresi adalah bunuh diri
(suicide), sebanyak 40% penerita depresi mempunyai ide untuk bunuh diri,
hanya lebih kurang 15% saja yang berhasil melakukannya (Yosep dan
Sutini, 2014).
Seseorang lebih rentan menderita depresi dibandingkan orang lain
apabila memiliki corak keperibadian depesif dengan ciri-ciri sebagai
berikut (Yosep dan Sutini, 2014):
a. Mereka sulit merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir,
irritable, tegang dan agitatif.
b. Mereka yang kurang percaya diri, rendah diri, mudah menagalah dan
lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi,
merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lesu atau sering
mengeluh sakit ini itu.
c. Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih
dan pemalu, menjaga jarak dan menghindar keterlibatan dengan orang
lain.
d. Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau
menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan. 4. Tingkat Depresi
Tingkat Depresi menurut PPDGJ-III berdasarkan gejala-gejalanya
adalah sebagai berikut (Maslim, 2011):
a. Depresi Ringan
1) Kehilangan minat dan kegembiraan
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah bekerja sedikit saja) dan
menurunnya aktifitas
3) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu
6) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukan
b. Depresi Sedang
1) Kehilangan minat dan kegembiraan
2) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
4) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
6) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
7) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang
8) Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum 2 minggu
9) Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan dan urusan rumah tangga
c. Depresi Berat
1) Mood depresif
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
4) Konsentrasi dan perhatian yang kurang
5) Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
6) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
7) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
8) Perbuatan membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
9) Tidur terganggu dan nafsu makan berkurang
10)Muncul waham dan halusinasi
B. Stresor Psikososial
Nasir dan Muhtih (2011) menjelaskan bahwa stres merupakan kondisi
fisik yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan
dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batas kemampuan seseorang
untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stresor adalah faktor-faktor dalam
kehidupan yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal
dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial. Stresor dapat dikelompokan
menjadi 2 yaitu (Nasir dan Muhtih, 2011) :
a. Stresor mayor, berupa major live events yang meliputi peristiwa kematian
orang yang disayangi, pertama kali masuk sekolah, dan perpisahan.
b. Stresor minor, berawal dari stimulus tentang masalah kehidupan
sehari-hari, misalnya ketidak seimbangan emosional terhadap hal-hal tertentu.
Menurut Hawari (2007), stresor psikososial adalah setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga
timbul adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Tidak semua
orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga
timbul keluhan berupa stres, cemas dan depresi. Para ahli memberikan contoh
dari sekian banyak jenis stresor psikososial yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu:
a. Masalah perkawinan
Masalah perkawinan merupkan sumber stress yang dialami
seseorang. Masalaha yang timbul dapat berupa: perpisahan, perceraian,
b. Masalah hubungan interpersonal (antar pribadi)
Hubungan antar sesame yang tidak baik dapat merupakan sumber
stres. Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang
mengalami konflik, konflik dengan kekasih atau antara atasan dan
bawahan.
c. Masalah pekerjaan
Banyak orang menderita depresi dan kecemasan karena masalah
pekerjaan, misalnya: pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok,
mutasi jabatan, kenaikan pangkat, pension, bahkan kehilangan pekerjaan.
d. Masalah lingkungan hidup
Kondisi lingkungan yang buruk mempunyai pengaruh besar bagi
kesehatan seseorang, misalnya: masalahperumhan, pindah tempat
tinggal, dan hidup dalam lingkungan yang rawan kriminalitas. Rasa tidak
aman dan tercekan ini dapat mengganggu ketenangan dan ketentraman
hidup sehingga dapat membuat orang merasa cemas bahkan depresi.
e. Masalah keuangan
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang kurang baik,
misalnya: pendapatan lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang,
serta kebangkrutan. Masalah keuangan sangat berperngaruh pada
kesehatan jiwa seseorang.
f. Masalah hukum
Keterlibatan seseorang dalam maslah hukum dapat menjadi
g. Masalah perkembangan
Masalah perkembangan fisik dan mental seseorang sangat
berpengaruh, misalnya: perubahan dari masa remaja, dewasa, menopause
dan usia lanjut. Kondisi disetiap perubahan fase tersebut pada beberapa
individu dapat menyebabkan kecemasan dan depresi.
h. Masalah penyakit fisik atau cidera
Penyakit fisik yang kronis atau cidera yang menyebabkan
ketidakmampuan dapat menyebakan stres atau depresi pada seseorang,
contohnya: penyakit stroke, jantung, dan kecelakaan.
i. Masalah keluarga
Seseorang dapat mengalami stres, cemas bahkan depresi
disebakan oleh kondisi keluarga yang kurang harmonis, seperti:
kekerasan dalam rumahtangga, perpisahan bahkan perceraian.
Respon atau reaksi seseorang terhadap stresor psikososial (pencetus
perubahan psikososial) yang dialami berbeda satu dengan yang lain, ada yang
menunjukan gejala stres ada juga yang menunjukan kecemasan dan depresi.
Ketiga gejala tersebut tidak jarang saling tumpang tindih karena jarang
ditemukan ketiga gejala tersebut berdiri sendiri (Hawari, 2013).
C. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah sebutan yang diberikan kepada individu yang
sedang menuntut ilmu diperguruan tinggi (Paususeke, dkk., 2015).
perkembangan pemikiran luas yang sedang menempuh pendidikan tinggi,
sehingga telah memiliki kesadaran untuk menentukan sikap diri dan
mampu bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya (Putri dan Budiani,
2012). Mahasiswa adalah individu yang berada pada masa usia
perkembangan dewasa awal, yang merupakan periode penuh dengan
tantangan, penghargaan, dan krisis (Maulida, 2012). 2. Tugas Perkembangan Mahasiswa
Sebagai individu yang memasuki masa dewasa, mahasiswa
memiliki tanggungjawab terhadap masa perkembangannya. Hidayah
(2012) menjelaskan tugas perkembangan yang harus dijalani oleh
mahasiswa sebagai masa dewasa awal yaitu pembuatan keputusan secara
luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya
hidup. Tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan
adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu,
yaitu fisik, psikologis dan sosial.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak
tugas dan tanggungjawab yang perlu dilaksanakan oleh seorang
mahasiswa. Hal itulah yang membuat mahasiswa merasa sangat tertekan
dan menyebabkan mudah depresi (Hidayah, 2012).
3. Beban Mahasiswa
Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi
khususnya di Program Studi Ilmu Keperawatan memiliki banyak tuntutan
model pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan
Sistem Kredit Semester (SKS).
Sistem kredit yaitu beban yang harus diselesaikan oleh mahasiswa
pada suatu jenjang studi dinyatakan dalam bentuk satuan kredit. Satuan
kredit semester (SKS) merupakan penghargaan terhadap pengalaman
belajar yang diperoleh selama satu semester. Besarnya SKS untuk
masing-masing kegiatan pendidikan ditentukan oleh banyaknya jam yang
digunakan untuk kegiatan tersebut. Beban studi yang digunakan selama
menempuh pendidikan sarjana keperawatan adalah 154 SKS dengan lama
pendidikan 8 semester. Pendidikan pada tahap profesi (Ners) dengan
jumlah SKS 25 ditempuh selama 2 semester, hal ini menjadi
tanggungjawab penuh seorang mahasiswa (PSIK dan FKIK, 2013).
Penyelenggaraan pendidikan PSIK FK UMY menerapkan metode
pembelajaran hybrid Problem Based Learning (hPBL) yang berbentuk
perkuliahan biasa atau reguler, seminar, praktikum, praktek kerja lapangan
dan tutorial. Beban yang harus diselesaikan mahasiswa berupa jumlah
SKS yang banyak, padatnya jadwal kuliah atau Proses Belajar Ceramah
(PBC) sebanyak 77 SKS, tugas, praktikum atau Proses Belajar Praktek
(PBP) yang meliputi Skills Lab, biomedis dan Objective Structured
Clinical Examination (OSCE) sebanyak 60 SKS, tutorial atau Proses
Belajar Tutorial (PBT) sebanyak 17 SKS, ujian Multiple Choice Question
akademik juga menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa (PSIK dan FKIK,
2013).
Maulida (2012) menjelaskan bahwa masalah-masalah yang dialami
mahasiwa bersifat akademis dan non akademis yang dapat menimbulkan
depresi. Tugas akhir-skripsi, pendadaran, ujian skripsi, yudisium, dan
wisuda juga menjadi beban dan tanggungjawab penting yang wajib
diselesaikan oleh mahasiswa (PSIK dan FKIK, 2013).
Sebagai seorang individu dewasa, mahasiswa juga memiliki beban
tanggungjawab besar kepada orang tua. Mahasiswa juga dituntut untuk
dapat lulus tepat waktu dengan Indeks Pestasi (IP) yang bagus agar
nantinya dapat membanggakan dan membahagiakan orang tua (Hidayah,
2012). Beban kurikulum yang banyak, jadwal yang padat sejak awal
masuk kuliah, ditambah lagi masalah finansial akan menambah risiko
mahasiswa untuk mengalami gejala depresi (Hadianto, dkk., 2014).
Tuntutan ekonomi juga menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa, biaya
kuliah yang semakin mahal membuat tidak sedikit dari mahasiswa yang
berkuliah membagi waktu untuk bekerja, untuk mendapatkan penghasialan
tambahan demi mengurangi beban orangtua (Daulay dan Rola, 2009).
Mahaiswa memiliki tujuan untuk mencapai dan menguasai ilmu
sesuai bidangnya, serta memiliki wawasan ilmiah yang luas agar dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan semua orang. Mahasiswa juga bagaian
dari masyarakat, sehingga diharapkan dapat beinteraksi, beradaptasi, dan
4. Beban Mahasiswa Menyebabkan Depresi
Banyaknya tuntutan untuk mengatasi masalaah dan konflik serta
penyesuaian diri terhadap lingkungan membuat mahasiswa merasa
semakin tertekan. Rata-rata mahasiswa semester awal sampai dengan
semester akhir mengalami masalah yang mengakibatkan kondisi stress
pada diri mereka yang dapat berubah menjadi depresi (Susilowati dan
Hasanat, 2011). Permasalahan, konflik, tugas akademik dan non akademik
yang dihadapi mahasiswa merupakan tanggungjawab yang harus dijalani.
Hal tersebut menjadi beban dan tekanan bagi seorang mahasisiwa
sehingga membuat dirinya mengalami kelelahan secara fisik maupun
psikologis yang dapat menimbulkan depresi (Anggraini, 2014).
Banyaknyak masalah yang menghadang keberhasilan mahasiswa
dalam menyelesaikan studinya membuat mahasiswa mengalami
simtom-simtom depresi, seperti adaptasi terhadap situasi dan kondisi kampus,
tugas yang menumpuk, tuntutan akan nilai yang bagus, dan lain
sebagainya (Qonitatin, dkk., 2011). Orang tua yang terlalu menuntut anak
untuk menjadi lebih baik dan ditambah lagi adanya konflik dalam keluarga
juga dapat menimbulkan kecemasan yang dapat menjadi stress yang
menyebabkan depresi (Susilowati dan Hasanat, 2011).
Penelitian Anggraini (2014) menyebutkan bahwa sebagian besar
mahasiswa yang tinggal di kos atau mengontrak rumah dengan kondisi
jauh dari orang tua dan keluarga merupakan salah satu faktor yang
orang dekat yang bisa menemani atau berbagi ketika seseorang mengalami
masalah stres depresi bisa semakin memperparah gejala depresi. Perasaan
sendiri, tertekan, kesepian dan tanpa adanya dukungan dari keluarga
merupakan gejala depresi yang umum dialami subyek ketika mengalami
suatu masalah atau tekanan.
Tingkat gejala depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran lebih
tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dari fakultas lain dan populasi
umum. Hal ini disebabkan oleh sistem pembelajaran yang berat,
kompetitif, dan penuh tekanan. Masa kuliah yang panjang, banyaknya
tugas, biaya masuk yang mahal, dan tuntutan untuk berhasil merupakan
stresor yang harus dihadapi oleh mahasiswa sepanjang masa pendidikan.
Stresor yang terus-menerus ini apabila tidak ditangani dengan tepat dapat
menimbulkan gejala depresi (Hadianto, dkk., 2014).
Gejala depresi dan kecemasan menjadi perhatian khusus pada
mahasiswa karena berdampak buruk pada akademik dan partisipasi
dalam aktivitas kampus (Qonitatin, dkk., 2011). Depresi yang dibiarkan
terus berlanjut akan berdampak buruk pada individu yang mengalaminya.
Dampak tersebut dapat berupa menurunnya prestasi dan minat belajar
mahasiswa, sehingga pada situasi dan kondisi seperti ini mahasiswa sangat
membutuhkan dukungan serta perhatian dari pihak keluarga (Susilowati
dan Hasanat, 2011).
Supriani (2011) yang menyebutkan bahwa pengaruh dukungan
keluarga, teman, orang yang sangat dipercaya atau orang yang sangat
dicintai sangat bermanfaat bagi seseorang yang apabila tidak terpenuhi
akan menyebabkan depresi.
D. Mekanisme Koping
1. Definisi Mekanisme Koping
Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan bahwa koping merupakan
suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah laku
untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani
atau melebihi sumberdaya yang dimiliki individu. Mekanisme diartikan
sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu dalam meyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap
sesuatu yang mengancam.
Menurut Kliat (1998) mekanisme koping diartikan sebagai cara
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menesuaikan diri
dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Koping
yang efektif akan menghasilkan adaptasi (Nasir dan Muhtih, 2011). 2. Tipe Mekanisme Koping
Stuart (2009) menjelaskan bahwa mekanisme koping dibagi
menjadi tiga tipe yakni:
a. Mekanisme koping fokus pada masalah, yang melibatkan tugas dan
upaya langsung untuk mengatasai masalah tersebut, contohnya seperti
negosiasi, konfrontasi dan mencari saran kepada seseorang yang
b. Mekanisme koping fokus pada kognitif, dimana seseorang merusaha
untuk mengontrol masalah yang dihadapinya, contohnya seperti
perbandingan positif atau negatif seperti menganggap tekanan atau
beban yang dialaminya itu hal yang wajar.
c. Mekanisme koping fokus pada emosi, pada tipe mekanisme ini
seseorang akan berorientasi pada tekanan emosional moderat.
Contohnya seperti penyangkalan, menagis bahkan mengamuk.
Menurut Keliat (2005) ada dua macam mekanisme koping, yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif, adalah suatu usaha yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau
tekanan yang bersifat positif, rasional dan konstruktif. Contohnya
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, tehnik relaksasi, latihan
seimbang dan aktifitas konstriktif.
b. Mekanisme koping maladaptif, adalah suatu usaha yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau
tekanan yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak
dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Contohnya makan
berlebihan atau bahkan tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar,
marah-marah, mudah tersinggung, dan menyerang. Mekanisme
koping yang maladaptif dapat memberi dampak yang buruk bagi
seseorang seperti isolasi diri, berdampak pada kesehatan diri, bahkan
3. Gaya Koping
Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan gaya koping merupakan
penentuan dari gaya seseorang dalam memecahkan suatu masalah
berdasarkan tuntutan yang dihadapi, ada dua macam gaya koping yakni:
a. Gaya Koping Positif
Gaya koping positif merupakan gaya yang mampu mendukung
integritas ego, berikut ini adalah macam- mcam gaya koping positif:
1) Problem solving merupakan suatu usaha untuk memecahkan
masalah, dimana pada gaya koping ini masalah harus dihadapi,
dipecahkan, dan tidak dihindari atau menganggap masalah itu
tidak berarti. Pemecahan masalah ini digunakan untuk mengindari
tekanan atau beban psikologis akibat adanya stresor yang masuk
dalam diri seseorang.
2) Utilizing social support merupakan suatu tindak lanjut dari
menyelesaikan masalah belum terselesaikan. Tidak semua orang
mampu menylesaikan masalahnya sendiri, hal ini terjadi karena
rumitnya masalah yang dialami. Oleh sebab itu apabila seseorang
mempunyai masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri,
seharusnya tidak disimpan sendiri tetapi carilah dukungan dari
orang lain yang dapat dipercaya dan mampu meberikan bantuan
dalam bentuk masukan ataupun saran dan lainnya.
3) Looking for silver lining masalah yang berat terkadang akan
walaupun sudah dengan usaha yang maksimal, terkadang masalah
belum ditemukan titik temu, oleh sebab itu seberat apapun
masalah yang dihadapi manusia harus tetap berfikir positif dan
dapat diambil hikmah dari setiap masalah. Pada fase ini
diharapkan manusia mampu menerima kenyataan sebagai sebuah
ujian dan cobaan yang harus dihadapi, selalu berusaha
menyelesaikan masalah tanpa menurunkan semangat motivasi.
b. Gaya Koping Negatif
Gaya koping negatif yang dapat menurunkan integritas ego,
dimana gaya koping ini dapat merusak dan merugikan dirinya sendiri,
yang terdiri atas sebagai berikut:
1) Avoidance merupakan suatu usaha untuk mengatasi situasi
tertekan dengan cara lari dari situasi tersebut dan menghindari
masalah dan akhirnya terjadinya penumpukan masalah. Bentuk
melarikan diri seperti merokok, menggunakan obat-obatan,
berbelanja tujuannya untuk menghilangkan masalah tetapi
menambah masalah.
2) Self-blam merupaka bentuk dari ketidak berdayaan atas masalah
yang dihadapi, biasanya menyalahkan diri sendiri yang dapat
menyebabkan seseorang menrik diri dari lingkungan sosial.
3) Wishfull thinking merupakan kesedihan mendalam yang dialami
sesorang akibat kegagalan mencapai tujuan, karena penentuan
4. Sumber Koping
Stuart (2009) berpendapat bahwa seseorang dapat mengatasi stres
dan kecemasan yang dirasakan dengan menggunakan sumber koping di
lingkungan. Sember koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan
masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu
seseorang mengntrol pengalaman yang menimbulkan stres dan mengambil
strategi yang berhasil. Sumber koping ekonomi, teknik bertahan, dukungan
sosial, motivasi serta hubungan antara orang terdekat mempuyai pengaruh
yang sangat penting selain itu kepercayaan spiritual berfungsi sebagai
harapan dalam mempertahankan upaya seseorang dalam menghadapi
situasi yang paling buruk. E. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
dan anggota keluarga yang saling bergantung dan berinteraksi melalui
pertalian darah, ikatan perkawianan atau adopsi yang berkumpul dan
tinggal dalam satu rumah (Mubarak dan Chayatin, 2009). Keluarga
merupakan dua orang atau lebih yang mengidentifikasi diri sebagai bagian
dari keluarga, memiliki kedekatan emosional dan kebersamaan (Friedman,
dkk., 2014).
Efendi dan Makhfudli (2013) menambahkan bahwa keluarga
adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang memiliki tujuan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota keluarga. Keluarga
terdiri dari suami, istri, anak, kakak dan adik yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi yang hidup bersma dan jika terpisah tepat
saling memperhatikan satu sama lain. 2. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan
keluaraga terhadap anggota keluarga. Keluarga memiliki fungsi sebagai
pendukung bagi anggota keluarga. Anggota keluarga beranggapan bahwa
orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. (Friedman, cit Bailawan, 2013). Dukungan
keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang menjadi faktor kunci
dan bagian terpenting dalam penyembuhan klien dengan gangguan jiwa
(Videbeck, 2015).
3. Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga bisa didapatkan dari anggota keluarga mana
saja, baik secara internal maupun eksternal. Dukungan sosial keluarga
internal, seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, dan dukungan sosial keluarga
eksternal yaitu dukungan dari keluarga besar ataupun jaringan kerja sosial
(Efendi dan Makhfudli, 2013).
4. Macam-macam Dukugan Keluarga
Friedman (1998) cit Herdiana (2012) menyebutkan emapat macam
a. Dukungan informasional
Dukungan ini meliputi pemberian informasi, petunjuk, nasehat,
saran atau gagasan, pendapat dan peluang yang sesuai dengan fungsi
dari keluarga. Dukungan juga bermanfaat sebagai sugesti khusus bagi
individu dan pencegah timbulnya stresor.
b. Dukungan emosianal
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam
penguasaan emosiaonal seseorang, karena keluarga merupakan tempat
berlindung, beristirahat, dan membantu dalam proses penyembuhan.
Dukungan emosional dapat berupa ungkapan empati, perhatian, dan
kepedulian.
c. Dukungan instrumental
Dukungan ini berupa bantuan langsuang seperti materi, tenaga
dan saran. Berisi tentang pemberian perhatian dan pelayanan dari
orang lain. Manfaatnya dukungan instrumental ini yaitu dapat
mendukung pulihnya energi dan semangat yang menurun. Dengan
diberikannya dukungan instrumental individu akan merasa bahwa
masih ada perhatian atau kepedulian terhadap kesusahan yang dialami.
d. Dukungan penilaian dan penghargaan
Keluarga bertindak sebagai pembimbing dan menjadi pemecah
masalah serta sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
diantaranya dengan memberikan dukungan, penghargaan dan
Efendi dan Makhfudli (2013) menjelaskan lima fungsi keluarga
menurut Friedman sebagai berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berguna sebagai pemenuhan kebutuhan
psikosoial, yang merupakan sumber energi menentukan kebahagian
keluarga. Setiap anggota keluarga saling berinteraksi dan berhubungan
untuk mempertahankan iklim positif, perasaan memiliki, perasaan
berarti, yang merupakan sumber kasih sayang. Anggota keluarga
dapat mengembangkan konsep diri yang positif jika fungsi ini telah
berhasil.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Keluarga merupakan temapt individu belajar bersosialisasi dan
melatih anak untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan
orang lain. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma,
budaya dan berprilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga memiliki fungsi meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhaan gizi keluarga, serta
menjaga kelangsungan hidup keluarga. Fungsi ini menjadi sedikit
d. Fungsi ekonomi
Keluarga sebagai tempat pengembangan kemampuan individu
untuk meningkatkan penghasialan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharan kesehatan
Keluarga memiliki fungsi mempertahankan kesehatan keluarga
agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Keluarga memiliki
peran merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
dan menentukan kapan meminta bantuan tenaga profesiaonal.
5. Manfaat Dukungan Keluarga
Bagi pasien gangguan jiwa keluarga merupakan sistem pendukung
sosial yang paling utama, karena dapat memberikan dukungan, pengertian,
perhatian, komunikasi yang baik, kepedulian dan selalu berusaha
meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang sakit (Bailawan, 2013).
Dukungan keluarga sangat penting bagi penurunan depresi pada
mahasiswa, karena keluarga dapat meningkatkan harga diri dan
kepercayaan diri serta menghilangkan perasaan negatif yang di rasakan
F. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep
Keterangan: = Diteliti
= Tidak Diteliti
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian berdasarkan rumusan
masalah dan tinjauan pustaka diatas adalah:
Ha : Terdapat perbedan tingkat depresi antara mahasiswa yang tinggal dengan
orang tua dan tinggal sendiri pada mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan. Penyebab depresi: Faktor biologi
Faktor genetika
Faktor psikososial
Mahasiswa PSIK yang tinggal dengan
orang tua
Mahasiswa PSIK yang tinggal sendiri
Depresi
37 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain pada penelitian ini adalah descriptive comparative, yang
menunjukan perbandingan kejadian depresi antara mahasiswa yang tinggal
dengan orang tua dibandingkan dengan mahasiswa yang tinggal sendiri.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahpendekatan
cross sectional, yaitu dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel
pada satu waktu atau hanya satu kali (Nursalam, 2013).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi pada penelitian ini
adalah mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015. Populasi mahasiswa pada
penelitian ini berjumlah 117 orang mahasiswa.
Sampel adalah populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2013). Sampel yang diambil pada
penelitian ini yaitu mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Metode pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Purposive sampling adalah teknik penempatan sampel dengan
cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2013). Teknik sampling adalah
cara yang digunakan dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel
yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).
Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus :
n = N
+N d ²
Keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
d = Tingkat Signifikan (p)
n= N
+N d ²=
7 + 7 . 2 =
7 + 7 . =
7
. 7= 53.91
Besar total sampel setelah dihitung menggunakan rumus Slovin
didapatkan hasil sebesar 54 orang responden. Sampel diambil dari populasi
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan rincian 27 orang
mahasiswa tinggal bersama orang tua dan 27 orang mahasiswa tinggal
sendiri.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013).