KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD DAN NHT BERBANTUAN ALAT PERAGA
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA DI SMA EFATA SOE
KABUPATEN TTS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
Oleh
Nonci M. Uki
0402513103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
“ Kekuatan TUHAN nyata dalam hidup kita saat kita menghadapi masalah tanpa putus asa”
Tesis ini dipersembahkan kepada:
1. Almamater tercinta Universitas Negeri Semarang 2. STKIP SoE
3. Keluarga tercinta
NHT Berbantuan Alat Peraga Sistem Pernapasan Manusia Di SMA Efata
SoE Kab. TTS” Tesis, Program Studi pendidikan ilmu pengetahuan alam,
program pascasarjana, Universitas negeri semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Priyantini Widiyaningrum, M.S., pembimbing II Dr. Ir. Dyah. R. Indriyanti, M.P.
Models Assisted with Learning Tools about Human Respiratory System in Efata Senior High School, SoE, TTS" Department of natural science education, Thesism graduate programs, Semarang State University. Supervisor I Prof. Dr. Priyantini Widiyaningrum, M.S. supervisor II Dr. Ir. Rini Dyah Indriyanti , M.P.
Keywords: Learning tools, learning outcomes, motivation, NHT, STAD
The observation results in some schools in Timor Tengah Selatan (TTS) shows that student learning results obtained are still below the minimum completeness criteria ( KKM ). This is because the limitless of teachers’ in selecting appropriate methods in learning process, and there are many teachers who do not utilize the learning medium so the students feel bored and ultimately affect the students’ motivation and learning outcomes. This study aimed to analyze the effectiveness of cooperative learning STAD model, NHT and Conventional assisted with learning tools toward students’ motivation and learning outcomes about human respiratory system. The method used is Quasi- Experiment with design Nonequivalent control group design involving three classes, which use the model of STAD, NHT and Conventional. The data were analyzed using ANOVA test one lane at α = 0.05. The results showed that the average results of the study group STAD (36.47), NHT group (41.20) and Conventional (34.84) , show significant differences at the 0.05 significance level . The use of cooperative learning model NHT assisted with learning tools is more effectively improve
students’ learning outcomes compared with STAD and conventional models. The
average students’ motivation STAD class ( 50.20 ) , class NHT ( 52.07 ) and Conventional ( 50.11 ) , did not show a difference at a significance level of 0.05 thus be concluded that all three models applied learning did not affect students' motivation .
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan NHT
Berbantuan Alat Peraga Sistem Pernapasan di SMA Efata SoE Kabupaten TTS”.
Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan sebelum memulai penelitian dalam meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Prof. Dr. Priyantini Widiyaningrum, M.S (Pembimbing I) dan Dr. Ir. Dyah Rini Indriyanti M.P (Pembimbing II) yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk penyusunan tesis ini.
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pula kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Direksi pascasarjana Universitas Negeri Semarang atas dukungan kelancaran
yang diberikan bagi pebulis dalam menempuh studi.
3. Ketua Program studi IPA Universitas Negeri Semarang yang menyediakan
kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Ketua STKIP SoE dan seluruh citivitas akademika yang telah mendukung
penulis dalam menyelesaikan studi dan pelaksanaan penelitian.
5. Ketua Yayasan Perguruan Tinggi SoE yang mengijinkan penulis mengikuti
program perkuliahan pada Pascasarjana Unnes.
6. Ketua Yayasan Victory Kupang yang telah memberikan bantuan biaya
perkuliahan bagi penulis selama masa studi di Pascasarjana Unnes.
7. Teman-teman mahasiswa S2 program studi Pendidikan IPA Konsentrasi
Biologi Reguler Pascasarjana Universitas Negeri Semarang atas segala
8. Teman-teman S2 dari STKIP SoE atas segala motivasi dan dukungannya
selama perkuliahan di Semarang.
9. Orang tua tercinta Bapak Mesakh Uki, Ibu Yuliana Uki Sanam, Kak Mel
bersama Kak Uce, Amon, Anja & yang terkasih kak Sisko, terimakasih atas
doa dan dukungannya sehingga saya dapat menyelesaikan studi di program
magister.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan program magister
di Pascasarja Universitas Negeri Semarang
Penulis sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil tesis ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, November 2015
Nonci M. Uki
HALAMAN JUDUL………
2.3 Kerangka Berpikir………...
2.4 Hipotesis Penelitian……….
BAB III METODE PENELITIAN………..
3.1 Desain Penelitian……….
3.2 Populasi dan Sampel………...
3.3 Variabel Penelitan……….…………..
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………..
3.5 Teknik Analisis Data………...
n………. 33
4.2 Pembahasan……….. 39
BAB V PENUTUP……… 46
5.1 Simpulan………... 46
5.2 Saran………. 46
DAFTAR PUSTAKA………. 47
LAMPIRAN……… 51
3.1 Pola Rancangan Penelitian………. 23
3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……… 25
3.3 Kriteria Indeks Gain……… 30
4.1 Rata-rata Nilai Pretest dan Postest dari Kelas STAD, NHT
dan Konvensional……… 32
4.2 Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Antara Nilai Postets –
pretest pada kelas STAD, NHT dan Konvensional………… 33
4.3. Perbedaan Rata-rata N-Gain Nilai Kognitif Siswa………… 34
4.4 Rata-rata Total Skor Sikap Siswa………... 35
4.5 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT dan
Konvensional terhadap Sikap Siswa……….. 37
4.6 Rata-Rata Total Skor Psikomotorik Siswa………. 37
4.7 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT dan
Konvensional terhadap Psikomotorik Siswa………. 38
4.8 Analisis Data Deskriptif Motivasi Belajar Siswa……… 39
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir 21
Lampiran Halaman
1. Silabus………... 52
2. Lembar Validasi Silabus………. 55
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……… 59
4. Lembar Validasi RPP……… 87
5. Bahan Ajar………. 91
6. Lembar Validasi Bahan Ajar………. 118
7. Lembar Kerja Siswa (LKS)……… 122
8. Lembar Validasi LKS………. 130
9. Alat evaluasi……….. 133
10. Skor Hasil Uji Coba Soal……… 139
11. Uji Validitas Dan Releabilitas Soal………. 142
12. Hasil Perhitungan Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Soal……… 145
13. Hasil Akhir Pretest……… 146
14. Hasil Akhir Postest……….. 151
15. Uji Homogenitas dan Normalitas Nilai Pretest dan Postest……… 156
16. Uji Anova Satu JalurNilai Pretest dan Posttest……… 157
17. Nilai Akhir Selisih Posttest-Pretest……….. 158
18. Homogenitas dan Normalitas selisih Nilai Posttest-Pretest……….. 161
Hoc……… 163
21. Perhitungan N-Gain untuk Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa…. 164
22. Angket Motivasi Belajar Siswa………. 168
23. Skor Motivasi Belajar Siswa………. 170
24. Normalitas, Homogenitas dan Rata-Rata, Motivasi Belajar siswa……... 174
25. Angket Sikap Siswa………... 176
26. Skor Hasil sikap Siswa……….. 178
27. Normalitas, Homogenitas dan Rata-Rata, Hasil Sikap Siswa………….. 182
28. Uji Beda Rata-Rata Sikap Siswa………... 183
29. Angket Psikomotorik Siswa……….. 184
30. Skor Hasil Psikomotorik Siswa………. 185
31. Normalitas, Homogenitas dan Rata-Rata Psikomotorik siswa…………. 188
32. Uji Beda Rata-Rata Psikomotorik Siswa………... 189
33. Analisis Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT dan Konvensional
Terhadap Psikomotorik Siswa………... 190
34. Foto-foto Penelitian………... 193
1.1 Latar Belakang
Hasil observsi di beberapa sekolah di Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS) menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa masih
di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM). Hal ini disebabkan karena
sarana prasarana dalam proses pembelajaran yang kurang memadai,
keterbatasan kreativitas guru dalam memilih metode yang tepat dalam proses
pembelajaran, keterbatasan guru dalam mengembangkan berbagai strategi
pembelajaran yang menarik siswa untuk belajar, dan masih banyak guru yang
belum memanfaatkan media pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dan
pada akhirnya berpengaruh pada motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh
Karena itu, guru diharapkan untuk menggunakan model pembelajaran yang
bervariasi serta menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran sehingga
dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar secara mandiri dan bekerja
sama dengan peserta didik yang lain.
Materi sistem pernapasan pada manusia merupakan materi yang
bersifat abstrak dan berkaitan dengan mekanisme serta proses yang terjadi di
dalam tubuh, sehingga sulit bagi siswa untuk memahami materi tersebut.
Oleh karena itu, untuk membantu siswa dalam memahami materi sistem
pernapasan pada manusia maka dalam proses pembelajarannya diperlukan
bantuan alat peraga.
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga merupakan suatu
rangkaian kegiatan untuk menyampaikan materi pelajaran yang bertujuan
memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif belajar, sehingga
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan serta menumbuhkan motivasi
siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi seperti bertanya
terhadap sesuatu yang belum dipahami.
Alat peraga dapat menjelaskan/menunjukkan/membuktikan
konsep-konsep atau gejala-gejala yang dipelajari. Pemanfaatan alat peraga
diharapkan mampu mengurangi kesulitan yang dialami siswa dan membantu
guru dalam pembelajaran sehingga penyampaian konsep lebih bermakna dan
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajarinya,
dengan demikian akan tercipta suatu proses pembelajaran yang berkualitas.
Hasil observasi di SMA Efata SoE dalam pembelajaran biologi
terutama materi sistem pernapasan pada manusia, ternyata proses
pembelajarannya berpusat pada buku paket yang sudah ada, belum
memanfaatkan media pembelajaran berupa alat peraga dan kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas dalam proses
pembelajaran sehingga motivasi dan hasil belajar siswa rendah.
Katili (2009) mengemukakan bahwa kebiasaan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran masih cenderung menggunakan metode
konvensional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran. Guru cenderung
menulis di papan tulis, ceramah, dan siswa mencatat, sehingga motivasi dan
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
perlu adanya perubahan pendekatan pembelajaran yang semula teacher
centered menjadi student centered. Pembelajaran secara klasikal yang berubah
menjadi pembelajaran kooperatif, bertujuan untuk memaksimalkan kerja
sama antar siswa dengan latar belakang dan kemampuan yang heterogen
dalam kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, guru diharapkan
mengurangi dominasi di dalam kelas, siswa harus aktif berpartisipasi
menemukan dan membentuk sendiri pengetahuannya. Ada berbagai model
pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD ) dan pembelajaan kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT).
Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang sederhana untuk permulaan bagi guru yang menggunakan
pendekatan kooperatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher centered
menjadi student centered. Hal ini didukung oleh pendapat Slavin (2008) yang
menyatakan bahwa pada model STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, dan
jenis kelamin. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim
dan memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada
Metode NHT yang merupakan metode belajar kelompok yang
diawali dengan pemberian nomor kepada setiap anggota kelompok, nomor-
nomor tersebut yang akan menjadi identitas siswa dalam proses pembelajaran.
Ciri khas dari NHT yaitu guru hanya menunjuk siswa dengan menyebutkan
salah satu nomor yang mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya. Hal ini merupakan upaya sangat baik untuk meningkatkan
tanggung jawab individu dalam diskusi kelompok, serta adanya saling
ketergantungan antara sesama individu dalam kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian Balfakih (203) menyimpulkan bahwa
hasil belajar siswa yang menggunakan model kooperatif tipe STAD lebih baik
dari pada dengan model konvensional. Sedangkan hasil belajar siswa yang
menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada dengan model
konvensional (Jamalong 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dan NHT
memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada dengan model
konvensional (Sunandar 2008). Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan
penelitian tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
NHT berbantuan alat peraga sistem pernapasan manusia di SMA Efata Soe
Kabupaten TTS. Dari kedua model ini, manakah yang lebih efektif dalam
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan khususnya di SMA Efata SoE
sebagai berikut;
a. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran biologi pada
materi sistem pernapasan pada manusia
b. Hasil belajar siswa tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM).
c. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga
siswa menjadi malas dan jenuh.
d. Kurangnya pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran
1.3 Cakupan Masalah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka perlu diberikan
cakupan masalah sebagai berikut:
a. Keefektivan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu, besarnya pengaruh
penerapan metode pembelajaran STAD dan NHT berbantuan alat peraga
dilihat dari hasil belajar kognitif siswa.
b. Model pembelajaran STAD lebih menekankan kepada pembentukan
kelompok. Kelompok yang dibentuk nantinya akan berdiskusi untuk
menyelesaikan suatu permasalahan.
c. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan ciri utamanya penomoran
dengan adanya penomoran maka siswa akan merasa bertanggungjawab
d. Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar,
dimana alat peraga membuat materi ajar yang abstrak menjadi
konkrit.Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga
mekanisme pernapasan pada manusia dan alat peraga untuk mengetahui
efek rokok bagi kesehatan, yang akan dibuat oleh siswa.
1.4 Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga,
lebih efektif dari pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan alat peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada
materi sistem pernapasan pada manusia?
b. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga,
lebih efektif dari pada model konvensional terhadap motivasi dan hasil
belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia ?
c. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga,
lebih efektif dari pada model konvensional terhadap motivasi dan hasil
belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk:
a. Menganalisis keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan
pada manusia.
b. Menganalisis keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
berbantuan alat peraga dengan model konvensional terhadap motivasi dan
hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.
c. Menganalisis keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berbantuan alat peraga dengan model konvensional terhadap motivasi dan
hasil belajar siswa pada materi sistem pernapasan pada manusia.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai pertimbangan
dalam pemilihan model pembelajaran sebagai upaya untuk menyajikan
materi pelajaran agar lebih menarik.
b. Bagi siswa, pengembangan proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan NHT berbantuan alat
peraga diharapkan dapat memberikan sumbangan bermanfaat untuk
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmayanti dan Amaria
(2013) tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STADpada
materi koloid, menunjukkan bahwa, rata-rata ketuntasan belajar siswa
mengalami peningkatan dari pretest ke posttestyaitu sebesar 35% menjadi
80%. Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebesar 78% yang dinyatakan kuat. Kemampuan guru mengelola model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mendukung peningkatan ketuntasan
belajar siswa. Guru yang mampu mengelola model pembelajaran kooperatif
dengan baik membuat siswa bersemangat dan mengalami proses belajar
dengan maksimal, sehingga ketuntasan belajar siswa pun meningkat. Hal ini
didukung oleh penelitian Lailiyah et al. (2013) yang menunjukkan bahwa
ketuntasan klasikal siswa meningkat seiring dengan meningkatnya
kemampuan guru mengelola model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penelitian yang dilakukan oleh Balfakih (2003) tentang
STADdengan menggunakan dua kelompok, kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dilakukan di provinsi Timur
dengan hasil 8, 97 poin, sedangkan kelompok kontrol dilakukan di provinsi
Utara dengan hasil 8,75 poin. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan
antara group kontrol dan group eksperimen. Dat (2013) menyimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif efektif dalam meningkatkan tingkat prestasi
akademik siswa dan meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika di
sekolah menengah Vietnam.
Siregar (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan
nilai rata-rata postestdi kelas eksperimen sebesar 77,4. Sedangkan di kelas
kontrol diperoleh nilai rata-rata postest sebesar 69,9. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata nilai postest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Selain meningkatkan hasil belajar siswa, model pembelajaran kooperatif tipe
NHT ternyata dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini ditunjukkan
dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, diperoleh bahwa
aktivitas siswa mengalami peningkatan yang positif.
Menurut Tiya dan Anggo (2012), model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa pada
pokok bahasan statistika dan hasil belajar yang dicapai siswa menunjukkan
peningkatan yang signifikan, dengan nilai rata-rata 34,83 menjadi 55,00 pada
akhir siklus 1, pada akhir siklus II 77,67, dan pada akhir siklus III 80,83.
Menurut Jamalong (2012), hasil belajar siswa sebelum
diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak ada satu pun
siswa yang mencapai tingkat ketuntasan. Setelah diterapkan metode kooperatif
tipe NHT pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai
ketuntasan sebanyak 11 siswa (34,38%) dan pada siklus II terdapat 20 siswa
kooperatif tipe NHT sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Intani (2009), hasil belajar dapat ditingkatkan dengan model
pembelajaran NHT, hal ini ditunjukan oleh rata-rata nilai tes akhir siklus I dari
64,11 menjadi 68,4% dan pada siklus 2 ketuntasan belajar klasikal meningkat
dari 68,4% menjadi 77,5%.
Menurut Anidityas et al. (2012) hasil penelitinnya menunjukkan
bahwa keaktifan siswa termasuk kategori sangat baik yaitu sebesar 93%.
Secara klasikal ketuntasan belajar siswa termasuk dalam kriteria sangat baik
yakni sebesar 89,58%, serta tanggapan siswa selama proses pembelajaran
termasuk kriteria sangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat
peraga sistem pernapasan manusia dapat mengoptimalkan kualitas belajar
siswa.
Menurut Prasetyarini et al. (2013), hasil penelitian menunjukan
bahwa pemanfaatan alat peraga IPA dapat meningkatkan pemahaman konsep
fisika siswa. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pemahaman konsep fisika
siswa pada tiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut maka perlu
dilakukan penelitian bagaimana keefektifan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan NHT berbantuan alat peraga terhadap motivasi dan hasil
belajar siswa SMA.
2.2 Kerangka Teoretis
2.2.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2008) adalah
dijadikan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang
untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Menurut Riyanto
(2010) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik, sekaligus
keterampilan sosial. Sementara itu, Hayati (2002) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi.
Pembelajaran sistem kooperatif, siswa belajar bekerja sama
dengan anggota lainnya. Model pembelajaran kooperatif siswa memiliki
dua model tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan
membantu sesama anggota kelompok kecil dan mereka melakukan
seorang diri (Rusman, 2011). Model pembelajaran kelompok adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan (Riyanto, 2010). Disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri atas 4-5 orang siswa dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen.
Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri yaitu: a)
setiap anggota memiliki peran, b) terjadi hubungan interaksi langsung
belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, d) guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, e)
guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya
tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap individu, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim,
2000).
Teori yang menjadi pendukung model pembelajaran kooperatif
adalah: 1) teori psikologi kognitif (Piaget dan Vygotsky), dan 2) teori
psikologi sosial (Dewey, Thelan, Allport, dan Lewin)
1. Teori psikologi kognitif
a. Teori Piaget
Pieget memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin
tahu bahwa yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkunan sosialnya.
Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan
pemanipulasian lingkungan akan mengembangkan
kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial
dengan teman sebaya, khususnya dalam mengemukakan ide dan
berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil pemikirannya
dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis. Melalui pertukaran
ide dengan teman lain, seorang anak yang sebelumnya memiliki
pemikirannya menjadi objektif. Aktivitas berpikir anak seperti itu
terorganisasi dalam suatu struktur kognitif (mental) yang disebut
dengan scheme atau pola berpikir (patterns of behavior or thinking)
Riyanto (2010).
b. Teori Vygotsky
Vygotsky dalam memandang perkembangan kognitif anak
secara akuisisi (sistem isyarat) terjadi dalam sekuen tahapan yang
invarian untuk setiap anak sebagaimana disampaikan oleh Piaget.
Namun, Vygotsky berbeda dalam memandang perkembangan
kognitif anak. Ia meyakini bahwa perkembangan kognitif anak
terkait sangat kuat dengan masukan dai orang lain. Vygotsky
mendasarkan karyanya pada dua ide utama. Pertama,
perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari
konteks pengalaman historis dan budaya anak. Kedua,
perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat (sign system)
dimana ia tumbuh (Hayati, 2002).
Teori Vygotsky mempunyai dua implikasi utama dalam
pembelajaran yaitu, perlunya pengelola pembelajaran secara
kooperatif dengan pengelompokan peserta didik secara heterogen
dari sisi kemampuan akademik, dan pendekatan pembelajaran yang
menekankan pentingnya scaffolding, dengan menekankan
pentingnya tanggung jawab peserta didik pada tugas belajarnya
2. Teori psikologi sosial
a. Teori John Dewey dan Herbert Thelan
Teori John Dewey menyatakan bahwa, kelas seharusnya
merupakan cermin dari masyarakat luas dan berfungsi sebagi
laboratorium belajar dalam kehidupan nyata. Dewey menegaskan
bahwa guru perlu menciptakan sistem sosial yang bercirikan
demokrasi dan proses ilmiah dalam lingkungan belajar peserta
didik dalam kelas. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi
peserta didik untuk belajar secara kooperatif dan memikirkan
masalah-masalah sosial yang penting setiap hari. Bersamaan dalam
aktivitasnya memecahkan masalah dalam kelompoknya, peserta
didik belajar prinsip-prinsip demokrasi melalui interaksi dengan
peserta didik lain (Arends, 1997).
b. Teori Gordon Allport
Allport berpandangan bahwa hukum saja tidaklah cukup
untuk mengurangi kecurigaan dan meningkatkan penerimaan
secara baik antar kelompok. Pandangan Allport dikenal dengan the
nature of prejudice. Untuk mengurangi kecurigaan dan
meningkatkan penerimaan satu sama lain adalah dengan jalan
mengumpulkan mereka (antar suku atau ras) dalam satu lokasi,
c. Teori Kurt Lewin
Lewin sangat tertarik pada masalah-maslah pergerakan
yang dinamis dalam kelompok (group dynamic movement),
terutama tentang resolusi konflik sosial yang terjadi di antara
peserta didik. Dalam suatu kelompok, ada dua kemungkinan yang
dapat terjadi, yaitu mendorong penerimaan sosial atau
meningkatkan jarak/ketegangan sosial. Banyak hasil penelitian
Lewin yang mengetengahkan pentingnya partisipasi aktif dalam
kelompok untuk mempelajari keterampilan baru, mengembangkan
sikap baru, dan memperoleh pengetahuan (Rusman, 2011)
2.2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif yang sederhana. Pembelajaran ini peserta didik
akan belajar bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
untuk mengusai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Slavin
(2008) gagasan utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung
dan membantu satu sama lain dalam mengusai kemampuan yang diajarkan
oleh guru. Komponen-komponen dalam model pembelajaran kooperatif
tipe STAD menurut Slavin (2008) yaitu: a) presentasi kelas, b) tim, yang
terdiri dari 4-5 orang yang heterogen, c) kuis, dilakukan setelah satu atau
d) skor kemajuan individual, e) rekognisi tim, tujuan dari pemberian skor
adalah memberi penghargaan pada tiap-tiap kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Slavin (2008) adalah sebagai berikut: a) persiapan,b) menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa,c) menyajikan/menyampaikan informasi,d)
mengorganisasikan siswa dalam kelompk-kelompok belajar, guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang,
e) membimbing kelompok bekerja dan belajar,f) evaluasi,g) memberikan
penghargaan.
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai
beberapa keunggulan yaitu: a) siswa aktif membantu dan memotivasi
untuk berhasil bersama, b) berinteraksi secara aktif dan positif sehingga
kerja sama antar kelompok menjadi lebih baik, c) membantu siswa untuk
menjalin pertemanan yang lebih banyak, d) siswa bekerja sama untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selain keunggulan tersebut metode
pembelajaran STAD juga memiliki kekurangan yaitu model pembelajaran
STAD ini memerlukan kemampuan khusus guru, dimana guru dituntut
sebagai fasilitator, motivator dan evaluator (Slavin, 2008)
2.2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu tipe
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan
bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik seara
bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa
untuk meningkatan semangat kerja sama mereka.
Metode pembelajaran NHT mempunyai beberapa keunggulan
yaitu: a) siswa terlibat secara aktif dalam proses belajarnya, b) dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, c) siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai, d) tidak ada siswa yang
mendominasi dalam kelompok. Selain keunggulan tersebut metode
pembelajaran NHT juga memiliki kekurangan-kekurangan yaitu: a)
kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, b) tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, Trianto (2011). Adapun
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu: a) pembagian
kelompok dan penomoran, b) mengajukan pertanyaan, c) berpikir
bersama, d) menjawab, e) tanggapan, f) kesimpulan
2.2.4 Pembelajaran Konvensional
Metode pembelajaran konvensional adalah metode
pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah,
karena sejak dulu metode ini dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan
penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Pembelajaran konvensional
dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori, kegiatan
guru yang pertama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau
mencatat apa yang telah disampaikan guru (Suprijono, 2009).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan pembelajaran biologi secara konvensional adalah suatu kegiatan
belajar mengajar yang selama ini kebanyakan dilakukan oleh guru lebih
mendominasi kelas dengan metode ekspositori, dan siswa hanya
menerima apa-apa saja yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa
menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena
lebih banyak hafalan.
2.2.5 Motivasi Belajar
Membahas mengenai motivasi tentu tidak lepas dari kata motif.
Motif adalah keadaan didalam orang yang mendorong untuk melakukan
aktivitas dan penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari
adanya suatu kebutuhan (Hamalik, 1995). Menurut Sardiman (2007),
motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Berawal dari kata motif maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan
atau mendesak. Menurut Sagala (2003) motivasi adalah motif atau hal
yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk
motivasi adalah dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar
adalah usaha keras yang dilakukan oleh masing-msing individu untuk
meningkatkan kecakapan diri dalam semua aktivitas. Dalam diri individu
motivasi belajar akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan
menumbuhkan individu-individu yang bertanggung jawab dan dengan
motivasi belajar yang tinggi juga akan membentuk individu menjadi
pribadi yang kreatif, sehingga dapat mencapai kemajuan yang teramat
cepat.
Adapun fungsi motivasi dalam belajar menurut Sardiman
(2007) yaitu: 1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai
penggerak atau motor yang melepaskan energi, 2) menentukan arah
perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, 3) menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Berdasarkan Fathurrohman dan Sutikno (2007) terdapat beberapa
cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu: 1) menjelaskan
tujuan kepada peserta didik, 2) hadiah, 3) saingan/kompetisi, 4) pujian,
5) hukuman, 6) membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk
belajar, 7) membentuk kebiasaan belajar yang baik , 8) membantu
9) menggunakan metode yang bervariasi, 10) menggunakan media
pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.2.6 Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah
melakukan aktivitas tertentu. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari
segi hasil, proses belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik
pula, Pupuh dan Sobry (2009). Menurut Syah (2004) dalam psikologi,
belajar juga menguraikan tentang karakteristik perubahan sebagai hasil
belajar yaitu: 1) perubahan intensional, 2) perubahan positif aktif, 3)
perubahan efektif fungsional.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa, yang dapat diamati dan ukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan Hamalik (2005). Ada tiga aspek yang
harus dinilai untuk mengetahui beberapa besar pencapaian kompetensi,
yaitu:
a. Ranah kognitif, merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
kegiatan mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang
proses berfikir, mulai dari tingkatan rendah sampai yang tinggi, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada
penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Pada ranah
perhatian, tangapan, penilaian, pengorganisasi, dan karakteristik
terhadap suatu atau beberapa nilai.
c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotorik terdiri dari
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas atau keaslian.
2.3 Kerangka Berpikir
Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, akan
menggunakan alur berpikir yang terdapat pada Gambar 2.1 di bawah ini :
Kondisi Awal Guru Masih
Menggunakan Metode Ceramah
Motivasi & Hasil Belajar Rendah
STAD Tindakan NHT
Meningkatkan:
Kognitif
Hasil Belajar Afektif
Psikomotorik
Motivasi Belajar
Kondisi Akhir Yang Efektif Metode NHT
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini yaitu :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga lebih
efektif dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan
lata peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem
pernapasan pada manusia.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan alat peraga lebih
efektif dari pada model pembelajaran konvensional berbantuan lata
peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem
pernapasan pada manusia.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga lebih
efektif dari pada model pembelajaran konvensional berbantuan lata
peraga terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi sistem
3.1 Desain Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian menggunakan Quasi Experimental.Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen untuk
membandingkan perlakuan belajar mengajar pada kelas imen dan kelas
kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control
Group Design, Sugiyono (2012).
Tabel 3.1 Pola rancangan penelitian
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
E O X1 O
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X1 SMA Efata
Soe yang terdiri dari empat kelas yang berjumlah 90 siswa.
3.2.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Cluster
randomsampling diambil 3 kelas yang berjumlah 60 siswa, untuk
menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas IPA1
mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, kelas IPA2 mendapatkan perlakuan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sedangkan kelas IPA3 dengan pembelajaran
konvensional.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan NHT berbantuan alat peraga.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar
siswa kelas XI SMA Efata SoE pada materi sistem pernapasan pada
manusia.
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Tabel di bawah ini menggambarkan rincian mengenai jenis data,
teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan.
Tabel 3.2. Teknik dan instrumen pengumpulan data No Data Teknik Instrumen
pengumpulan data 1 Hasil belajar
2 Psikomotorik
Uji normalitas menggunakan data hasil belajar siswa sebelum
perlakuan, untuk mengetahui sampel yang diteliti berdistribusi normal atau
tidak. Setelah dilakukan uji normalitas ketiga sampel menggunakan SPSS
maka nilai sig.= 0,133 > 0,05 maka data ketiga sampel berdistibusi
normal, Lampiran 36.
3.5.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan data hasil belajar siswa sebelum
perlakuan, dengan tujuan untuk mendapatkan asumsi bahwa sampel yang
digunakan berawal dari kondisi yang sama atau homogen.
Hipotesis untuk uji homogenitas adalah:
H0 : ��2 = ��2 ( varians populasi adalah homogen),
(v1,v2)didapat dari daftar distribusi F dengan peluang ½ α, sedangkan derajat
Setelah dilakukan uji homogenitas ketiga sampe menggunakan
SPSS maka nilai sig. = 0,756 > 0,05 maka data ketiga sampel berdistribusi
homogen, Lamppiran 36.
3.6 Analisis Instrumen Soal
a. Validitas
Untuk menentukan validitas tiap soal (item) digunakan rumus
product moment (Arikunto, 2006) sebagai berikut.
N XY
–
X Y
r
xy=
N X
2–
X
2N Y
2–
Y
2Keterangan :
rxy = Korelasi produk moment
N = Banyak peserta tes X = Skor item soal Y = Skor total.
X2 = Jumlah kuadrat skor item Y2 = Jumlah kuadrat skor total
XY = Jumlah perkalian skor item dan skor total
Kriteria korelasi adalah sebagai berikut: 0,80 < rxy≤ 1,00 = sangat tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,79 = tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,59 = cukup 0,20 < rxy ≤ 0,39 = rendah
Setelah dilakukan uji validitas instrumen diperoleh data yang valid
sebanyak 27 dari 40 soal. Perhitungan dan dasar penentuan kriteria
validitas butir soal terdapat pada Lampiran 12.
)
Penghitungan reliabilitas skor tes dilakukan untuk mengetahui
tingkat ketepatan dan keajegan skor tes. Pada penelitian ini reliabilitas
diukur dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson K-R 20 karena alat
evaluasi berbentuk tes pilihan ganda (Arikunto, 2006). n q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah(q=1-p)
Σpq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
S2 : Varians total
Kriteria reliabilitas soal adalah sebagai berikut.
0,81 < r ≤ 1,00 = sangat tinggi 0,71 < r ≤ 0,90 = tinggi 0,41 < r ≤ 0,70 = cukup 0,21 < r ≤ 0,40 = rendah 0,00 < r ≤ 0,20 = sangat rendah
Setelah dilakukan uji releabilitas dengan SPSS 16 dihasilkan nilai sebesar
0.854 yang memenuhi kriteria sangat tinggi (Lampiran 12)
c. Taraf Kesukaran
Soal dapat dikatakan baik apabila soal tersebut merupakan soal
yang tidak terlalu sukar atau tidak terlalu mudah yang dapat dilihat melalui
nilai indeks kesukaran soal. Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang
menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran
antara 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi).
Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut: 0,00 < P ≤ 0,30 = Sukar
0,71< P≤ 1, 00 = Mudah
Rumus mencari P menurut Arikunto (2012) untuk tes pilihan
ganda adalah: � = ���
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan berhasil JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Setelah dilakukan uji taraf kesukaran untuk setiap butir soal
sebanyak 27 soal termasuk kategori sedang (Lampiran 13).
d. Daya Pembeda
Untuk menghitung besarnya daya beda soal harus menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Selururuh siswa test dibagi dua yaitu kelas atas dan kelas bawah,
b. Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari skor teratas sampai
terbawah
c. Menghitung indeks diskriminasi soal dengan rumus: � = �� − �� =
� �� �� −� � �
Keterangan:
JA= banyaknya peserta kelompok atas
JB= banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar.
BB= Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar.
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar D = Daya pembeda soal
Kriteria daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
0,71 < D ≤ 1,00 = Sangat Baik
Setelah dilakukan uji daya pembeda soal diperolah hasil sebanyak 21
soal kategori cukup dan 6 soal kategori baik (Lampiran 13).
3.7 Analisis Hasil Belajar
3.7.1 Analisis Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif yang dihitung adalah selisih antara nilai
Posttest – nilai Pretest. Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
diperoleh signifikansi hasil belajar kognitif model pembelajaran STAD,
NHT, Konvensional berturut-turut (0,158), (0,079), (0,106) > 0,05 artinya
H0 diterima dan Ha ditolak, maka disimpulkan bahwa ketiga data
berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas atau uji kesamaan varians rata-
rata hasil belajar kognitif diperoleh signifikansi ketiga model pembelajaran
0,266 > 0,05 maka disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif ketiga model
pembelajaran berdistribusi homogen. Hasil belajar kognitif siswa
berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji anavo satu jalur,
Lampiran 19.
3.7.2 Analisis Hasil Belajar Afektif (Sikap)
Data sikap siswa terhadap model pembelajaran diperoleh dari
angket dan diukur menggunakan Rating Scale dengan perincian: skor 1 =
sangat tidak setuju, skor 2 = tidak setuju, skor 3 = setuju , skor 4 = sangat
setuju. Data sikap siswa dianalisis menggunakan uji anova satu jalur.
Data psikomotorik atau keterampilan diukur menggunakan Rating
Scale, dengan perincian : skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak
setuju, skor 3 = setuju, skor 4 = sangat setuju. Data hasil belajar
psikomotorik dianalisis menggunakan uji anova satu jalur.
3.8 Analisis Gain
Analisis gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif
siswa sebelum dan setelah perlakuan diberikan.
Skor postes − Skor pretes g = Skor maksimum −
Skor pretes
Keterangan:
Spost : skor tes akhir Spre : skor tes
Smaks : skor maksimum
Tabel 3.3 Kriteria indeks Gain
Batasan Kategori
0,7 < g ≤ 1 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang 0,0 < g ≤ 0,3 Rendah
3.9 Uji Keefektifan
Uji keefektifan digunakan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, NHT dan Konvensional terhadap sikap dan
psikomotorik siswa, digunakan uji statistik regresi linear sederhana.
� = � + ��
Keterangan:
� = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)
� = angkah arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
� = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Dengan hipotesis:
H0 : b = 0, tidak ada pengaruh linear variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ha : b ≠ 0, ada pengaruh linear variabel bebas terhadap variabel terikat.
Uji keefektifan dengan regresi linear sederhana bias menggunakan
aplikasi SPSS dengan pertimbangan SPSS dapat mempermudah dalam
mengoperasikan dan mudah menjalankannya.
3.10 Analisis Motivasi Belajar Siswa
Data motivasi belajar siswa diukur menggunakan Rating Scale,
dengan perincian : skor 1 = sangat tidak setuju, skor 2 = tidak setuju, skor 3 =
setuju, skor 4 = sangat setuju. Data motivasi belajar siswa dianalisis
menggunakan uji anova satu jalur.
3.11 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah
diajukan. Pengujian hipotesis ini menggunakan uji anova satu jalur untuk
membandingkan rataan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan uji anava satu jalur. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara motivasi dan hasil belajar kognitif siswa
H1 : Terdapat perbedaan antara motivasi dan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan metode STAD, NHT dan Konvensioanl.
Ho diterima jika F hitung < F tabel, sebaliknya tolak Ho jika F hitung > F
tabel. Pada penggunaan SPSS sudah memfasilitasi nilai signifikan yang dapat
digunakan untuk menolak dan menerima hipotesis nol. Terima Ho jika
sig>5% jika sebaliknya Ho ditolak.
Dengan menerima Ho berarti rataan dari kelas eksperimen1, kelas
eksperimen2 dan kelas kontrol adalah sama. Sebaliknya dengan menolak Ho dan menerima H1 berarti rataan minimal salah satu kelompok berbeda. Jika
H1 diterima dilakukan uji lanjut Post Hoc menggunakan SPSS. Dalam uji
tersebut akan melihat sepasang-sepasang apakah ada perbedaan antara ketiga
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1Hasil belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan
perlakuan dengan kooperatif tipe STAD, NHT, dan Konvensional
disajikan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Rata-rata Nilai Kognitif Pretest dan Postest dari Kelas STAD, NHT dan Konvensional
Perlakuan
STAD NHT Konvensional
Pretest Postest Pretest Postest Pretest Postest
Jumlah
Tabel 4.1 menunjukan bahwa skor rata-rata sebelum perlakuan
(Pretest) lebih rendah dibandingkan rata-rata setelah perlakuan (Postest).
Uji rata-rata menggunakan uji anava satu jalur untuk mengetahui apakah
kemampuan awal siswa dari ketiga perlakuan sama atau tidak. Hasil
analisis rata-rata data pretest diperoleh nilai F = 0.037; df = 2; P = 0,964,
nilai P > 0,05 maka Ho diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa
kemampuan awal siswa antara kelas yang diajar dengan metode STAD,
NHT dan Konvensional tidak berbeda nyata, Lampiran 17.
Perbedaan hasil belajar kognitif siswa ketiga kelas, dilakukan uji
statistik antara selisih nilai Postest – Pretest disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rata-Rata Hasil Belajar Kognitif Siswa Antara Nilai PostetsKurang Nilai Pretest pada kelas STAD, NHT dan Konvensional
Model Jumlah Rata-rata
Pembelajaran siswa
STAD 30 36,47a
NHT 30 41,20b
Konvensional 30 34,84c
Keterangan:
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan ada
berbeda nyata menurut uji beda Tukey pada taraf signifikansi α =
0,05.
Hasil belajar kognitif siswa ketiga kelas penelitian berdistribusi
normal dan mempunyai variansi yang homogen (Lampiran 19), maka untuk
pengujian perbedaan rata-rata menggunakan uji parametrik. Uji statistik
yang digunakan adalah uji anova satu jalur dengan taraf signifikansi α =
0,05. Berdasarkan hasil uji anova diperoleh nilai F = 8,743; df = 2; P =
0,000, nilai P < 0,05 maka nilai rata-rata hasil belajar kognitif ketiga model
pembelajaran berbeda secara signifikan. Hasil belajar siswa kognitif salah
satu kelas berbeda dengan yang lain maka dilanjutkan uji Post-Hocuntuk
mengetahui perbedaan ketiga model pembelajaran (Lampiran 21).
Berdasarkan hasil uji Post Hocdengan menggunakan uji Tukey
diperoleh nilai sebagai berikut:
Hasil uji beda antara model STAD dan NHT diperoleh nilai P = 0,000 <
0,05, sehingga dapt dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil
belajar kognitif model pembelajaran STAD dengan NHT. Hasil uji beda
ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan peningkatan hasil
belajar kognitif model pembelajaran NHT dengan Konvensional. Hasil uji
beda antara model NHT dengan Konvensional diperoleh nilai P = 0,000 <
0,05 hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan peningkatan
hasil belajar kognitif model pembelajaran NHT dengan Konvensional
(Lampiran 21).
Ketiga model pembelajaran berbeda secara signifikan maka
untuk membuktikan perbedaan rata-rata ketiga model pembelajaran dapat
dilihat pada Lampiran 21. Jadi disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan hasil belajar kognitif model pembelajarn STAD, NHT, dan
Konvensional. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa
diperoleh model pembelajaran NHT lebih efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dari model STAD dan Konvensional.
4.1.2 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa dapat dibuktikan dengan
analisis gain (Lampiran 22). Perbedaan rata-rata nilai ketiga kelas perlakuan
disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perbedaan Rata-Rata N-Gain Nilai Kognitif Siswa
Model Pembelajaran
Jumlah siswa
Rata-rata Kriteria
NHT 30 0,70 Tinggi
STAD 30 0,62 Sedang
Tabel 4.3 menunjukan bahwa berdasarkan analisis gain diperoleh
model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan
STAD dan konvensional, dilihat dari kriteria N-Gain.
4.1.1.2 Hasil Belajar Afektif (Sikap)
Berdasarkan hasil uji statistik skor rata-rata hasil belajar afektif
siswa pada kelas STAD, kelas NHT, dan kelas Konvensional menggunakan
uji Anova dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Rata-Rata Total Skor Sikap Siswa
Model Pembelajaran
Jumlah siswa
Rata-rata Total
Std. Devision Skor
STAD 30 66,17a 6,908
NHT 30 68,57b 4,918
Konvensional 30 54,80c 2,917
Keterangan:
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan ada berbeda nyata menurut uji beda Tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.
Dari Tabel 4.4 menunjukan bahwa berdasarkan hasil uji anova satu
jalur diperoleh nilai F = 60,930; df = 2; P 0,000, nilai P < 0,05 maka
disimpulkan bahwa nilai rata-rata sikap siswa terhadap model pembelajaran
yang digunakan berbeda secara signifikan. Hasil belajar siswa afektif
(sikap) salah satu kelas berbeda dengan yang lain maka dilanjutkan uji Post-
Hoc untuk mengetahui perbedaan ketiga model pembelajaran disajikan pada
Lampiran 29. Data hasil belajar afektif siswa dilanjutkan dengan uji regresi
terhadap sikap siswa (Lampiran 34). Hasil uji keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, STAD dan Konvensional terhadap
siskap siswa dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT, dan Konvensional Terhadap Sikap Siswa
MODEL PEMBELAJARAN
STAD NHT Konvensional
Signifikansi 0,000 0,000 0,000
A 77,533 82,333 70,967
B 11,367 13,767 2,400
R Square 0,55 0,75 0,40
Tabel 4.5 berdasarkan hasil analisis regresi menunjukan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap sikap siswa lebih efektif
dari pada model pembelajaran STAD dan konvensional.
4.1.1.3 Hasil Belajar Psikomotorik (Keterampilan)
Berdasarkan hasil uji statistik skor rata-rata hasil belajar
psikomotorik kelas STAD, kelas NHT dan kelas konvensional setelah
dianalisis menggunakan uji anova dapat disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.6 Rata-Rata Total Skor Psikomotorik Siswa
Deskriptif Model
Pembelajaran
Jumlah Siswa
Rata-rata Total
Std. Devision Skor
STAD 30 23,57a 4,15
NHT 30 26,73b 2,24
Keterangan:
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukan ada berbeda nyata menurut uji beda Tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.
Dari Tabel 4.6 berdasarkan hasil uji anova satu jalur diperoleh nilai
F = 20,507; df = 2; P = 0,000, nilai P < 0,05 maka disimpulkan bahwa nilai
rata-rata psikomotorik siswa selama proses pembelajaran berbeda secara
signifikan. Hasil belajar siswa psikomotorik (keterampilan) salah satu kelas
berbeda dengan yang lain maka dilanjutkan uji Post-Hoc untuk mengetahui
perbedaan ketiga model pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran 33. Data
hasil belajar psikomotorik siswa dilanjutkan dengan uji regresi untuk
menentukan keefektifan model pembelajaran yang digunakan terhadap
psikomotorik siswa (Lampiran 35). Hasil uji keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, STAD dan Konvensional terhadap
Psikomotorik siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Uji Regresi Model Pembelajaran STAD, NHT, dan Konvensional Terhadap Psikomotorik Siswa
Model Pembelajaran
NHT STAD Konvensional
Signifikansi 0,000 0,000 0,000
A 44,500 33,233 38,000
B 12,133 6,500 5,633
R Square 0,54 0,42 0,27
Tabel 4.7 berdasarkan hasil analisis regresi menunjukan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap psikomotorik siswa lebih
4.1.1.4 Motivasi Belajar
Analisis skor motivasi belajar siswa pada kelas STAD, kelas NHT,
dan kelas konvensional setelah dianalisis menggunakan uji anova satu jalur
disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Analisis Data Deskriptif Motivasi Belajar Siswa
Deskriptif Model
Pembelajaran
Jumlah Siswa
Rata-rata Total
Std. Devision Skor
STAD 30 50,20a 6,025
NHT 30 52,07a 4,226
Konvensional 30 50,11a 5,191
Keterangan:
Huruf yang sama dalam kolom menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji beda tukey pada taraf signifikansi α = 0,05.
Data dapat disimpulkan bahwa motivasi siswa ketiga model pembelajaran
tidak berbeda nyata.
4.2 Pembahasan
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dibuktikan dengan analisis
gain. Terlihat pada Tabel 4.3 menunjukan bahwa rata-rata peningkatan
hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan metode NHT memiliki
peningkatan yang lebih efektif dibandingkan dengan kelas STAD dan
Konvensional. Hal ini dimungkinkan karena pada saat proses
pembelajaran kooperatif pada tahap diskusi, kelompok STAD dan
konvensional siswa cenderung melakukan keributan dalam kelompoknya
kelompoknya. Kelompok NHT pada pembelajaran kooperatif adalah
penomoran dimana guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili
kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang mewakili
kelompoknya tersebut. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa
dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok. Keterlibatan total semua siswa
tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar kognitif juga tidak terlepas dari
penggunaan media pengajaran berupa alat peraga sederhana pada materi
sistem pernapasan. Penggunaan alat peraga sederhana, siswa lebih mudah
memahami materi pelajaran. Selain itu siswa lebih termotivasi untuk
belajar karena pembelajaran yang tidak monoton. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sudjana (2000) bahwa media pengajaran dalam proses belajar
menyebabkan pengajaran lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinan siswa menguasai dan mencapai
tujuan pengajaran serta membuat pengajaran lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Hasil belajar yang diperoleh dimungkinkan dipengaruhi oleh
adanyan faktor eksternal yang berupa media pembelajaran dan lingkungan
yang mendukung. Kondisi internal siswa pun mempengaruhi hasil belajar
misalnya jika siswa mempunyai kondisi fisik yang baik, emosional yang
baik, dan kemampuan bersosialisasi yang baik maka siswa tersebut tidak
pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tercapainya hasil belajar
siswa yang optimal dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh kondisi
internal serta eksternal siswa. hal tersebut sesuai dengan pendapat Anni et
al (2005), bahwa kondisi eksternal seperti variasi pembelajaran dan
lingkungan belajar serta kondisi internal yang mencakup fisik, kemampuan
intelektual, emosional dan kondisi sosial akan mempengaruhi kesiapan,
proses, dan hasil belajar.
Hasil uji regresi menunjukan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap sikap siswa lebih efektif dibandingkan
dengan model pembelajaran STAD dan Konvensional, dilihat dari
persentase setiap model pembelajaran (Tabel 4.5).
Hal ini dimungkinkan karena pada kelas NHT dengan penomoran
menjadikan siswa lebih aktif dan bertanggungjawab dengan segala
aktivitasnya. Pengajaran kooperatif lebih menekankan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered learning) disertai unsur-unsur
penanaman sikap siswa antara lain, jujur, peduli, disiplin, tanggung jawab,
berani, menghargai, aktif, percaya diri, dan kerjasama dalam kelompok.
Campbell (2013) menyatakan nilai-nilai moral atau sikap siswa harus
benar-benar menyatu dan diterapkan dalam keseharian siswa dan juga
didalam kelas. Sikap, aktif, berani dan tanggung jawab siswa pada
kegiatan diskusi presentasi terlihat dengan banyak siswa yang terlibat aktif
bertanya, menjawab pertanyaan maupun memberikan tanggapan terkait
Rustaman (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif dan menarik
dapat merangsang tumbuhnya sikap ilmiah, jujur, kerja sama dan
bertanggung jawab.
Hasil uji regresi menunjukan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap psikomotorik siswa lebih efektif
dibandingkan dengan model pembelajaran STAD dan Konvensional,
dilihat dari persentase setiap model pembelajaran (Tabel 4.7). Hal ini
disebabkan karena pada kelas NHT siswa benar-benar siap mengikuti
kegiatan praktikum dengan menggunakan alat peraga sederhana.
Motivasi belajar siswa pada ketiga perlakuan tidak berbeda nyata
(Tabel 4.8). Hal ini dimungkinkan karena ketiga kelas perlakuan baik itu
kelas STAD, NHT dan Konvensional, ternyata siswa memiliki motivasi
yang tinggi untuk belajar namun tidak dapat meningkatkan hasil belajar
kognitif. Hal ini dibuktikan dengan pengisian angket oleh siswa, setelah
dianalisis ternyata siswa tertarik untuk belajar, mengerjakan tugas, dan
selalu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, sehingga rata-rata
siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Tercapainya hasil
belajar kognitif siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang
digunakan dalam kelas.
Berdasarkan hasil uji Post Hocuntuk mengetahui kelompok yang
berbeda signifikan pada hasil kognitif siswa serta menjawab ketiga
hipotesis maka hipotesis yang pertama adalah signifikansi antara model