KEPATUHAN BIDAN DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN
STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA
TAHUN 2014
135102072
IRA NOVRISTA DAMANIK
DOSEN PEMBIMBING : FEBRINA OKTAVINOLA KABAN, SST,
M.Keb
NIP:198002012005022001
PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
KEPATUHAN BIDAN DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
HELVETIA TAHUN 2014 ABSTRAK
Ira novrista damanik
Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi di ASEAN karena telah mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Perkembangan pelayanan antenatal di Indonesia belum menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan angka kematian ibu. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervesi yang merupakan komponen penting dalam pelayanan antenatal. Namun dalam melaksanakan praktiknya masih ada bidan yang tidak patuh dalam melaksanakan standar pelayanan
antenatal yang telah ditetapkan.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimanakah kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja puskesmas Helvetia tahun 2014.
Metedologi : Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pengambilan sampel random sampling. Jumlah sampel sebanyak 35 orang dan menggunakan analisa univariat.
Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh dari 35 responden mayoritas sudah bekerja selama >15 tahun 16 orang (45,7%), pendidikan terakhir D-III Kebidanan 32 orang (91,4%), pengetahuan bidan adalah baik 17 orang (48,5%), dan kepatuhan bidan adalah cukup 13 orang (37,3%)
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kepatuhan adalah baik dan cukup. Masih banyak bidan yang tidak melaksanakan asuhan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan. Hal ini tentu saja dapat menjadi ancaman terhadap kesehatan ibu dan anak. Diharapkan bidan lebih meningkatkan kepatuhan mereka di dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan asuhan standar minimal pelayanan antenatal.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Kepatuhan
bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di Wilayah
Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik
dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya
masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini yaitu :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.
3. Febrina Oktavinola Kaban, SST, M. Keb selaku dosen pembimbing saya yang
telah membimbing dan mengarahkan saya hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.
4. Drg. Hj. Yumma Sari Siregar, M.Kes selaku Kepala puskesmas Helvetia Medan
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
wilayah kerjanya.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan
6. Rasa hormat dan terimakasih kepada Ayahanda S.Damanik dan Ibunda
M.Situmorang yang selalu memberikan dorongan, doa dan semangat kepada
saya.
7. Adik tersayang Risna Margaretta dan Alfredo Damanik yang selalu mendoakan
saya.
8. Semua teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
9. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi semua pembaca.
Medan, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan Umum ... 6
2. Tujuan Khusus ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Bidan ... 8
1. Defenisi ... 8
B.Kepatuhan ... 10
1. Defenisi ... 10
C.Asuhan standar minimal ... 12
1. Defenisi ... 13
2. Tujuan pelayanan antenatal ... 13
3. Standar pelayanan antenatal ... 14
BAB III KERANGKA KONSEP
A.Kerangka Konsep ... 23
B.Defenisi Operasional ... 23
BAB IV METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 25
B.Populasi dan Sampel ... 25
a. Populasi ... 25
b. Sampel ... 25
C.Tempat Penelitian ... 26
D.Waktu Penelitian ... 26
E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 26
F. Instrumen Penelitian ... 27
G.Alat Pengumpul Data ... 29
H.Uji Validitas ... 29
1. Uji Validitas ... 29
2. Reliabilitas ... 29
I. . Prosedur Pengumpulan Data ... 30
J. . Pengolahan Data ... 32
K.Analisa Data ... 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
1. Karakteristik Responden ... 34
2. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan...35
3. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan ... 37
B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden ... 39
2. Pengetahuan bidan ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ………. 23
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik lama bekerja dan pendidikan
terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
...34
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan pengetahuan bidan dalam melaksanakan
asuhan standar minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia Medan Tahun 2014...35
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan jawaban responden berdasarkan kuisioner
Berdasarkan pengetahuan bidan dalam melaksanakan asuhan standar
minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014...36
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan kepatuhan bidan dalam melaksanakan
asuhan standar minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia Medan Tahun 2014...37
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan jawaban responden berdasarkan
kuisioner Berdasarkan kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar
minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Ilmiah
Lampiran 5 : Master Data Penelitian
Lampiran 6 : Hasil output Data Penelitian
Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 8 : Surat Izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan
KEPATUHAN BIDAN DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
HELVETIA TAHUN 2014 ABSTRAK
Ira novrista damanik
Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi di ASEAN karena telah mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Perkembangan pelayanan antenatal di Indonesia belum menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan angka kematian ibu. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervesi yang merupakan komponen penting dalam pelayanan antenatal. Namun dalam melaksanakan praktiknya masih ada bidan yang tidak patuh dalam melaksanakan standar pelayanan
antenatal yang telah ditetapkan.
Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimanakah kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja puskesmas Helvetia tahun 2014.
Metedologi : Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pengambilan sampel random sampling. Jumlah sampel sebanyak 35 orang dan menggunakan analisa univariat.
Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh dari 35 responden mayoritas sudah bekerja selama >15 tahun 16 orang (45,7%), pendidikan terakhir D-III Kebidanan 32 orang (91,4%), pengetahuan bidan adalah baik 17 orang (48,5%), dan kepatuhan bidan adalah cukup 13 orang (37,3%)
Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kepatuhan adalah baik dan cukup. Masih banyak bidan yang tidak melaksanakan asuhan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan. Hal ini tentu saja dapat menjadi ancaman terhadap kesehatan ibu dan anak. Diharapkan bidan lebih meningkatkan kepatuhan mereka di dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan asuhan standar minimal pelayanan antenatal.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKehamilan, persalinan, dan menyusui merupakan proses alamiah bagi
kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada wanita selama kehamilan adalah fisiologis bukan patologis. Oleh
karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan
intervensi. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi
masalah atau abnormal. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan
cara penting untuk mendukung kesehatan ibu hamil normal (Sunarsih, dkk,
2011.hlm.12)
Pelayanan antenatal care 7T bertujuan untuk menurunkan atau mencegah
kesakitan, serta kematian maternal dan perinatal. Untuk memfasilitasi hasil yang
sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina rasa saling
percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal
penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama
kehamilan. (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.11)
Dalam perkembangan pelayanan antenatal di Indonesia, ternyata belum
menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan angka kematian ibu
(AKI), dalam mendeteksi faktor resiko dan kasus resiko tinggi. Sebenarnya
bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani setiap kondisi
komponen penting dalam pelayanan antenatal seperti mengukur tekanan darah,
memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi,
maupun deteksi dan penanganan awal terhadap anemia. Namun, ternyata
komponen antenatal care yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk
menurunkan angka kematian maternal dan perinatal (Sunarsih, dkk,
2011.hlm.15)
Di Negara-negara berkembang, kesakitan dan kematian ibu menjadi
masalah sejak lama. Kematian ibu terutama terjadi pada masa kehamilan dan
persalinan. Bahkan WHO (World Health Organization) memperkirakan setiap
tahun terjadi 210 juta kehamilan diseluruh dunia. Dari jumlah tersebut 20 juta
perempuan mengalami kesakitan akibat kehamilan, diantaranya 8 juta kasus
yang mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, dan lebih dari 500.000
meninggal, dan hampir 50% kematian tersebut terjadi di Asia Selatan dan Asia
Tenggara termasuk Indonesia (Wahyuningsih, 2009).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, pada tahun 2002
menunjukkan angka kematian sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (KH), pada
2007 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Namun demikian,
masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu
118/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 dan target Millenium Development
Goals (MDGs) yaitu 102/100.000 KH pada tahun 2015 (Wahyuningsih, 2009 hal
140).
Pada tahun 2003, Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
hitungan hari, terdapat 38 orang ibu yang meninggal dan bila dalam hitungan
jam ada 2 orang ibu yang meninggal setiap jam nya (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.1)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh M. Choiroel Anwar,
mengatakan bahwa hasil survey demographi dan kesehatan Indonesia tahun 2003
didapatkan Angka Kematian Bayi adalah 52/1000 kelahiran hidup dengan angka
kematian neonatal 25/1000 kelahiran hidup, dimana kematian perinatal
memberikan sumbangan terhadap kematian bayi tersebut sebesar 33,5%. Angka
kematian bayi di Indonesia 2-5x lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asia
Tenggara lainnya serta menunjukkan penurunan yang sangat lambat.
Sebagian besar kematian perinatal tersebut sebenarnya dapat dicegah,
bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik melalui pemeriksaan
antenatal yang berkualitas. Derajat kesehatan ibu berpengaruh secara langsung
terhadap derajat kesehatan janin pada minggu pertama kehidupannya, dengan
demikian upaya peningkatan kesehatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan
upaya peningkatan kesehatan ibu.
Berdasarkan SDKI tahun 2002/2003, tingginya Angka Kematian Ibu di
Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia masih merupakan
Negara yang memiliki AKI tertinggi di ASEAN karena AKI di Indonesia
mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu
adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, dan partus lama (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.1)
Menurut Nur Inayah Rauf, Moh. Yusran Amin, Balqis dalam
penelitiannya mengatakan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya
langsung itu ternyata bertunmpu pada rendahnya status gizi dan kesehatan ibu
hamil akibat masih ditemukan hambatan informasi, hambatan sosial budaya,
hambatan ekonomi, dan hambatan geografis dalam menjaga kesehatan ibu hamil.
Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal merupakan
prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas (dokter, perawat, bidan) dalam
membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk
persiapan persalinannya. Dengan memberikan asuhan antenatal yang baik akan
menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Kusmiyati, dkk,
2009.hlm.6)
Pelayanan kesehatan antenatal sangat penting dalam mengurangi
kematian akibat persalinan jika dilakukan dengan jumlah dan frekuensi yang
sesuai standar pelayanan antenatal care. Hal ini didukung oleh beberapa
penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) yang
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kematian perinatal
dengan frekuensi antenatal care.
Dalam penelitian Eka vitriyani, Badar kirwono, Artika fristi firnawati
mengatakan bahwa cakupan antenatal K1 di wilayah kerja Puskesmas Pulokart,
K1 dalam tahun 2010 (78,64%) mengalami penurunan sebesar 16,82% dari
tahun 2009 (95,42%) sedangkan cakupan K4 TAHUN 2010 (90,23%)
mengalami penurunan sebesar 3.31% dibandingkan pada tahun 2009 (93,54%)
Karena standar layanan kesehatan merupakan bagian dari layanan
mutu layanan kesehatan. Maka pemberi layanan layanan kesehatan harus
memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang
dilayaninya serta mendidik masyarakat terhadap layanan kesehatan dasar dan
melibatkan masyarakat dalam bagaimana cara yang paling efektif untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu (Sofyan, dkk,
2006.hlm.125)
Menurut Endang Rostiati dalam penelitiannya mengatakan bahwa peran
bidan sebagai ujung tombak pelayanan harus mampu dan terampil dalam
memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peran serta yang
proaktif dari bidan diharapkan dapat menekan penurunan angka kematian ibu
dan bayi di Indonesia.
Adapun masalah yang ditemukan dalam praktek kebidanan yaitu dalam
melaksanakan praktiknya masih banyak bidan yang bekerja tidak sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan. Hal ini tentu saja dapat
menjadi ancaman yang berakibat fatal terhadap kesehatan ibu dan anak serta
dapat meningkatkan jumlah kematian dan kesakitan. Maka peneliti merasa
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Kepatuhan Bidan Praktek
Swasta dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2014”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah, yaitu :
“Bagaimanakah Kepatuhan Bidan dalam memberikan asuhan standar minimal
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Bagaimana kepatuhan Bidan dalam memberikan asuhan
standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Tahun
2014”
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik bidan dalam memberikan asuhan standar
minimal pelayanan antenatal berdasarkan lama bekerja di wilayah kerja
Puskesmas Helvetia.
b. Untuk mengetahui karakteristik bidan dalam memberikan asuhan standar
minimal pelayanan antenatal berdasarkan latar belakang pendidikan di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia.
c. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan standar minimal
pelayanan antenatal berdasarkan latar belakang pendidikan di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia
d. Untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar
minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bidan
Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan bagi bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari
dan dapat sekaligus melindungi bidan, karena penilaian terhadap proses dan
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan, wawasan peneliti tentang kunjungan
pemeriksaan kehamilan dan penerapan ilmu metodologi penelitian dalam
merancang dan melaksanakan penelitian.
3. Bagi Institusi Pendidikan D IV Bidan Pendidik
Sebagai referensi bagi perpustakaan serta memberikan tambahan atau
masukan yang dapat dijadikan informasi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa yang akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bidan1. Pengertian Bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian
dengan persyaratan yang berlaku dan mempunyai kualifikasi agar
mendapatkan lisensi untuk praktek kebidanan (Sofyan, 2006, hlm 125)
Menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia), Bidan adalah seorang wanita
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah
diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat,
diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktik.
Dari tahun ketahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif
bidan dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti
bahwa eksistensi bidan ditengah masyarakat semakin memperoleh
kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Berdasarkan hal inilah, bidan
dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus
mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya.
2. Tanggung Jawab Bidan
Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan
tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang
Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga
kesehatan ditetapkan di dalam undang-undang dan peraturan pemerintah.
Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan
kegiatan praktik bidan diatur dalam peraturan atau keputusan menteri
kesehatan. Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan
kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan
profesionalnya. Oleh karena itu, bidan harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan, pendidikan
berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.
Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatannya dalam
bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya
dapat dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Catatan yang dilakukan
bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada
atasannya.
Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang
meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak merupakan bagian dari
keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya dengan
keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak,
tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus menerima
tanggung jawab keprofesian yang dimilikinya. Oleh karena itu, ia harus
dengan kewenangan dan standar keprofesian. Untuk mengembangkan
kemampuan keprofesiannya, bidan harus mencari informasi tentang
perkembangan kebidanan melalui media kebidanan, seminar, dan
pertemuan ilmiah lainnya.
B. Kepatuhan
1. Kepatuhan
Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan
nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkan penggunaan obat
sesuai petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang
benar (Siregar, 2006)
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang artinya taat. Kepatuhan
adalah perilaku pasien dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
diasarankan dokter atau oleh orang lain (Arisman, 2004)
Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan yang sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan
dapat dikontrol bahwa pelaksanan program telah melaksanakan kegiatan sesuai
dengan standart.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan bidan dalam
melaksanakan asuhan standar minimal 7T yaitu
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia dieroleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007)
b) Pendidikan
Latar belakang pendidikan bidan juga sangat berpengaruh terhadap
kepatuhan bidan di dalam melaksanakan asuhan standar minimal 7T pada
pelayanan antenatal, dan dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang pendidikan
tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku dan
lain-lain (Niven, 2002)
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan
oleh seseorang. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan
kualitas manusia. Kemampuan tersebut harus dikembangkan secara
bersama-sama sehingga terbentuk manusia seutuhnya secara harmonis. Menurut konsep
Amerika, pendidikan diperlukan untuk memperoleh keterampilan yang
dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Kondisi tingkat pendidikan
dapat menentukan tingkat partisipasi bidan di dalam berperan serta
meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat semakin tinggi tingkat perhatian terhadap masalah kesehatan
(Syahlan, 2002)
c) Pengalaman Kerja
WHO mengatakan bahwa pengetahuan diturunkan atau diperoleh dari
pengalaman sendiri atau pengalaman dari orang lain. Pengalaman bekerja
kerja yang dilakukan. Semakin lama seseorang melakukan bidang kerja tertentu
diharapkan bahwa hasil kerjanya semakin baik (Notoadmodjo, 2003)
Bagi sebagian dewasa muda, terutama mereka yang kurang mempunyai
pengalaman kerja dan bahkan belum pernah bekerja sering mengalami banyak
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya. Orang
dewasa muda yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh
kepuasan lebih jauh sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan dengan
mereka yang kurang mempunyai pengalaman.
C. Asuhan Standar Minimal 7T pada pelayanan antenatal
1. Pengertian Asuhan Standar Minimal 7T
Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada
pemeriksaan kehamilan, oleh tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai dengan standar. Kehamilan merupakan suatu proses
alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat,
yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seseorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan akan
mengalami kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan dari bulan ke
bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan
perubahan–perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya (Mandriwati,
2007).
Pelayanan antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil untuk
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin
dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat (Kementerian Kesehatan RI,
2012).
Dalam pelayanan antenatal terpadu, bidan yakin bahwa kesehatan secara
menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang relevan dan objektif,
konseling, serta memfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Asuhan
harus diberikan dengan keyakinan bahwa dengan dukungan dan perhatian,
perempuan akan bersalin dengan aman dan selamat. Oleh karena itu, asuhan
kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati, serta memberdayakan
perempuan dan keluarga. (Sunarsih, dkk, 2011)
Setiap kehamilan merupakan peristiwa alamiah, peran bidan
mendampingi, memberi asuhan, mendeteksi agar kehamilan yang fisiologis
tidak bergeser menjadi patologis. Kehamilan melibatkan perubahan fisik,
emosional maupun sosial. Kehamilan yang normal akan menghasilkan bayi
yang sehat, lahir cukup bulan, kesejahteraan ibu dan janin baik, sehingga
mampu melalui persalinan dan nifas yang baik, tanpa komplikasi dan ibu
sesehat-sehatnya postpartum. (Wahyuningsih, 2009)
Kebijakan program kunjungan/pemeriksaan kehamilan dilakukan paling
sedikit 4 kali selama kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO, yaitu : (Heni
puji, 2009).
b. Satu kali pada trimester pertama.
c. Satu kali pada trimester kedua.
2. Tujuan Pelayanan Antenatal Care
Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan
dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Setiap
kemungkinan mempunyai kemungkinan untuk dapat berkembang menjadi
masalah atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan.
Asuhan pada ibu hamil secara keseluruhan mengupayakan kehamilan yang
sehat bagi ibu dan janin. Penting bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk secara
kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologis kehamilan
terhadap ibu dan keluarganya. Serta mengembangkan persiapan persalinan dan
kesiagaan menghadapi komplikasi. Adapun tujuan asuhan kehamilan tersebut
adalah :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu
dan bayi.
c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan,
dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
3. Standar Pelayanan antenatal care 7T
Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan
yang berkualitas sesuai dengan standar yaitu : (Kementrian Kesehatan RI,
2012)
a. Timbang berat badan.
Timbang berat badan merupakan ukuran yang terpenting, penimbangan
berat badan pada setiap kunjungan antenatal harus dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Pertumbuhan berat badan
yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram
setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.
b. Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90
mmHg) pada kehamilan dan preeklamsi (hipertensi disertai edema wajah
atau tungkai bawah, dan protein urin).
Tekanan darah diastolik merupakan indikator untuk prognosis
penanganan hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik mengukur
tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien (seperti
pada tekanan sistolik). (Kusmiyati, 2010).
Tekanan darah biasa normal kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan
darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih, mintalah ibu berbaring miring ke
menunjukkan ibu menderita preeklampsia yang harus dirujuk ke dokter. Bila
ibu menderita preeklampsia maka pemeriksaan tekanan darah dilakukan
setiap minggu dan dianjurkan merencanakan kelahiran di Rumah Sakit.
(Mufdlilah, 2009)
c. Ukur tinggi fundus uteri.
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan
umur kehamilan. Jika fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran tinggi
fundus uteri menggunakan pita pengukur (pita centimeter) setelah kehamilan
24 minggu.
d. Pemberian imunisasi TT lengkap.
Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil untuk
mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kunjungan antenatal pertama, pemberian imunisasi
TT pada ibu hamil sesuai dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil
minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapat perlindungan terhadap
infeksi tetatus. Ibu hamil dengan status T5 (TT Long Life) tidak perlu
diberikan imunisasi TT lagi. Jadwal pemberian imunisasi, yaitu :
Jadwal Pemberian Imunisasi :
ANTIGEN
INTERVAL
( Selang Waktu Minimal )
Lama Perlindungan
25 tahun atau seumur
hidup
Sumber : Rukiyah, dkk (2009)
e. Pemberian tablet besi
Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500mg
adalah kebijakan program pelayanan antenatal dalam upaya untuk
mencegah anemi dan untuk pertumbuhan otak bayi, sehingga mencegah
kerusakan otak pada bayi. Setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah
darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan
yang diberikan sejak pemeriksaan pertama. Tablet sebaiknya tidak diminum
bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Jika
ditemukan/diduga anemia berikan 2-3 tablet zat besi per hari. Selain itu
untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan darah hemoglobin untuk
mengetahui kadar Hb yang dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu
f. Tes PMS (Penyakit Menular Seksual)
Menganjurkan untuk pemeriksaan Infeksi Menular Seksual lain
pada kecurigaan adanya resiko IMS
g. Temu wicara (konseling)
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi :
1) Kesehatan Ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ketenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9 -10 jam per hari) dan tidak
bekerja keras.
2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi dua
kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan
dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.
3) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga
terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga, atau masyarakat
perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi
rujukan, dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke
4) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda – tanda bahaya
baik selama kehamilan, persalinan, maupun nifas misalnya perdarahan
pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan
lahir saat nifas. Mengenal tanda – tanda bahaya ini penting agar ibu
hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.
5) Asupan Gizi Seimbang
Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan
yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting
untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.
Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin
untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilannya.
6) Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala – gejala penyakit
menular dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada
kesehatan ibu dan janinnya.
7) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI Eksklusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada
bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan
tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan
8) KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan
Ibu hamil diberikan pengarah tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya waktu merawat
kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
.4. Kebijakan Program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan.
a. Kunjungan trimester 1
Trimester pertama berlangsung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)
sampai usia kehamilan 12 minggu. Umumnya ibu hamil baru memeriksakan
kehamilannya ketika berusia 6 minggu, karena pada saat itulah kebanyakan
ibu hamil baru menyadari akan kehamilannya. Ada juga yang sudah
menyadari sejak 4 minggu atau malah setelah 8 minggu. Adapun pelayanan
yang diberikan oleh tenaga keshatan pada trimester iniadalah anamnesa.
Anamnesa adalah wawancara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dengan ibu hamil untuk memperoleh data yang diperlukan dalam
mengidentifikasi dan merencanakan tindakan perawatan. Selain itu identitas
calon ibu dan pasangannya, juga akan dikumpulkan informasi yang
berkaitan dengan kehamilan, seperti : lama terlambat haid, HPHT,
perubahan yang dirasakan calon ibu, riwayat kehamilan sebelumnya (jika
bukan kehamilan yang pertama), pernah atau tidak keguguran, operasi
saesar, hamil diluar kandungan, penyakit keluarga maupun penyakit yang
hidup tidak sehat seperti minum alkohol, merokok, drug abuse (obat-obatan
terlarang), dan lain-lain. Semua informasi tersebut akan dicacat dalam buku
rekam medis, seperti : perubahan pada ibu, mual muntah, pusing dan hasil
pemeriksaan fisik.
b. Kunjungan Trimester Kedua
Kunjungan pada trimester kedua usia kehamilan ibu lebih dari 12
minggu yang akan berlangsung hingga usia kehamilan 28 minggu. Boleh
dikatakan trimester kedua merupakan tahapan yang paling nyaman. Hampir
semua keluhan menghilang dan selera makan ibu kembali normal.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pemeriksaan fisik
pada trimester pertama, ibu akan ditimbang berat badannya, diukur tekanan
darahnya, denyut nadinya. Untuk berat badan pada 3 bulan pertama,
kenaikannya berkisar 1-2,5 kg. Mulai trimester kedua ini, peningkatan berat
badan lebih dari 500 gram/minggu (2.000 gram/minggu) harus diwaspadai
karena merupakan indikasi preeklamsi. Sedangkan berat badan menetap atau
menurun biasa menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan pada janin.
Oleh sebab itu pemeriksaan berat badan sangat penting dilakukan seperti
halnya pengukuran tekanan darah. Disebut hipertensi apabila tekananan
darah 140/90 mmHg atau lebih, hipertensi ini berbahaya karena pembuluh
darah menyempit sehingga asupan makanan ke bayi akan terhambat dan
pertumbuhan janin juga akan terhambat (Solahuddin, 2009).
Perubahan fisik pada trimester kedua yaitu kehamilan ibu semakin
lebih nyaman, gunakan busana untuk ibu hamil. Perubahan pada garis
tengah kulit perut yang terlihat lebih gelap karena mengalami herpigmentasi
warna hitam kecokelatan, membentuk garis vertikal yang disebut linea nigra
dan akan menghilang setelah melahirkan. Selain itu juga terlihat striae
gravidarum terlihat pada bagian perut, payudara dan bokong dan akan
menghilang setelah bayi lahir (Solahuddin, 2009).
c. Kunjungan Trimester Ketiga
Kunjungan pada trimester ketiga ini usia kehamilan ibu lebih dari 28
minggu sampai usia 40 minggu. Mulai trimester ketiga ini sampai usia
kehamilan 36 minggu ibu hamil harus kontrol rutin dua minggu sekali untuk
mengontrol perkembangan janin lebih intensif.
Pemeriksaan fisik pada trimester ini sama dengan pemeriksaan
sebelumnya. Tenaga kesehatan akan mengevaluasi kenaikan berat badan ibu,
pada trimester ketiga ini sekitar 500 gram per minggu atau tidak boleh lebih
dari 2 kg selama sebulan. Tenaga kesehatan juga akan mengukur tekanan
darah, nadi dan pernapasan ibu.
Rasa yang tidak nyaman semakin meningkat pada perut ibu seiring
dengan berkembangnya kehamilan. Gerakan janin pun semakin bertambah
dan terasa kuat dengan intensitas makin sering. Ibu masih merasakan
sakit/nyeri pada bagian punggung, sulit bernapas, mudah lelah, dalam hal ini
biasanya tenaga kesehatan menganjurkan kepada ibu agar menggunakan
Biasanya masuk trimester ketiga, ibu hamil kembali stres karena
khawatir menghadapi kehamilan yang semakin membesar dan memikirkan
persalinan nanti, juga mengkhawatirkan bagaimana kondisi bayinya kelak
bisakah lahir sempurna atau ada kecacatan atau kelainan yang tidak
terprediksi. Padahal kondisi stres merangsang pengeluaran hormon adrenalin
secara berlebihan hingga ibu mudah terusik dan mudah melampiaskan
kemarahan kepada orang lain (Solahuddin, 2009).
Pada trimester ketiga ini setelah usia kehamilan 36 minggu,
sebaiknya ibu hamil yang bekerja mulai mengambil cuti untuk persiapan
menghadapi persalinannya. Tenaga kesehatan memberitahukan kepada ibu
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. KERANGKA KONSEPAdapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Adapun tujuan dari kerangka konsep penelitian diatas adalah untuk
mengetahui bagaimana kepatuhan bidan dalam memberikan standar asuhan
minimal pelayanan antenatal
B. DEFINISI OPERASIONAL
an
3. Kepatuhan Ketaatan seorang
asuhan standard
minimal 7T yang
telah ditetapkan
Tidak
patuh
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain PenelitianDesain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang
bertujuan untuk membuat gambaran mengenai kepatuhan bidan dalam
memberikan asuhan standar minimal pelayanan Antenatal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Notoadmodjo 2005 yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bekerja di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia. Dimana puskesmas Helvetia dibagi ke dalam tujuh
(7) kelurahan. Jumlah seluruh populasi yang tergolong ke dalam tujuh (7)
kelurahan tersebut sebanyak 140 orang. Dengan pembagian 109 orang bidan
yang memiliki praktek mandiri, 20 orang yang bekerja di Puskesmas Helvetia
dan 11 orang yang bekerja di Puskesmas pembantu.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
Dalam peneltian ini yang menjadi kriteria penelitian yaitu:
- Berprofesi sebagai bidan
- Bekerja di wilayah kerja Helvetia
- Memiliki Praktek mandiri
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode random
sampling. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
�= 25
100×populasi
= 25
100× 140
= 35
Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang.
C. Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Adapun
alasan dan dasar pertimbangan peneliti memilih lokasi tersebut sebagai
tempat penelitian karena:
a. Lokasi penelitian mudah dijangkau
b. Jumlah responden yang diteliti mencukupi persyaratan untuk dilakukan
penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai bulan Mei
D. Pertimbangan Etik Penelitian
1. Informed consent
Masalah etika yang harus diperhatikan yaitu; informed consent
yaitu merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuannya agar subjek
mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika
mereka bersedia harus menandatangani lembar persetujuan, jika tidak
maka peneliti harus menghormati hak pasien, yang harus ada dalam
informed concent antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya
tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,
potensi masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang
mudah dihubungi, dan lain-lain.
2. Anominity
Selanjutnya masalah anonimity (tanpa nama) merupakan masalah
kebidanan yang memberikan jaminan dalam pengunaan subjek penelitian
dengan cara tidak mencamtumkan nama dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data.
3. Confidentaly
Kemudian kerahasiaan (confidentiality) dimana masalah etika
dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya, dan hanya kelompok data tertentu
E. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner Penelitian
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar
checklist yang telah disusun secara struktural berdasarkan tujuan dari
penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana kepatuhan bidan dalam
memberikan standar asuhan minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas Helvetia.
a. Lembar checklist untuk mengetahui pendidikan terakhir bidan dinyatakan
dalam skala ordinal, yaitu
1) D-I Kebidanan
2) D-III Kebidanan
3) D-IV Kebidanan
4) SKM
b. Lembar checklist untuk mengetahui lamanya bidan bekerja dinyatakan
dalam skala interval, yaitu
1) < 5 tahun
2) 6-10 tahun
3) 11-15 tahun
4) > 15 tahun
c. Bagian instrument ketiga berjumlah 12 pertanyaan dengan lembar
checklist untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan dalam memberikan
Dalam penelitian ini pengetahuan diukur berdasarkan kategori baik, cukup,
kurang. Bila jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0.
Berdasarkan rumus statistik :
P = ������� �����������
P = Panjang kelas interval
Rentang = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah
Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik, cukup,
dan kurang. Maka diperoleh skor sebagai berikut:
1) Baik apabila responden mendapat nilai 9-12
2) Cukup apabila responden mendapat nilai 5-8
3) Kurang apabila responden mendapat nilai 0-4
d. Bagian instrument ketiga berjumlah 10 pernyataan dengan lembar checklist
untuk mengidentifikasi kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar
minimal pelayanan antenatal.
Dalam penelitian ini kepatuhan diukur berdasarkan kategori patuh, cukup
patuh, tidak patuh dan tidak patuh. Bila jawaban ya diberi skor 1 dan jika tidak
diberi skor 0.
Berdasarkan rumus statistik :
P = ������� �����������
P = Panjang kelas interval
Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik, cukup,
dan kurang. Maka diperoleh skor sebagai berikut:
1) Patuh apabila responden mendapat nilai 8-10
2) Cukup patuh apabila responden mendapat nilai 5-7
3) Tidak patuh apabila responden mendapat nilai 0-4
F. Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas hingga saat ini masih ada kesan seolah-olah
setiap instrumen atau alat pengumpulan data harus diuji validitas dan
reliabilitasnya. Sesungguhnya uji validitas dan reliabilitasnya itu terutama
untuk alat ukur yang menghasilkan nilai kuantitatif (Darwin, 2003, hal.248).
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang
telah pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya, Herawati(201s0) dengan
judul penelitian yang sama. Karena alat ukur tersebut belum dilakukan uji
validitas dan reliabilitas maka peneliti akan melakukan uji kepada content
validity san uji reliabilitas dengan alpha cronbach
Uji validitas digunakan untuk menguji kesahihan instrumen penelitian di
mana berarti instrumen penelitian dapat mengukur apa yang hendak diukur
(Notoadmojo, 2010). Satu butir instrumen penelitian dikatakan valid dan
dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien
validitasnya diharapkan 0,7 atau lebih. Content validity dilakukan kepada
orang yang dianggap ahli dibidangnya. Validitas dilakukan oleh ibu Diah
Lestari Nasution, SST.M.Keb yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen
penelitian, artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada
sampel yang sama maka hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan alpha cronbach. Tes reliabilitasnya dengan
menggunakan analisis item, yaitu masing-masing skor item dikorelasikan
dengan skor totalnya dengan ketentuan apabila koefsien alpha mendekati
angka 0,7 maka dinyatakan reliabel, instrumen penelitian ini dinyatakan
reliabel dengan nilai alpha cronbach 0,8
G. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat izin
penelitian dari institusi pendidikan Program D IV Bidan Pendidik Universitas
Sumatera Utara, Kemudian peneliti membawa surat permohonan izin
penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan, kemudian peneliti mendapat surat
balasan dari dinas kesehatan untuk diberikan kepada kepala puskesmas
Helvetia. Setelah mendapat surat balasan dari dinas kesehatan, peneliti
membawa surat izin penelitian untuk Puskesmas Helvetia Medan.
Peneliti langsung bertemu dengan Kepala Puskesmas dan memberikan
penjelasan mengenai tujuan, manfaat dari penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti mulai melakukan pengumpulan data responden.
Langkah berikutnya peneliti membagikan kuisioner pada bidan yang
memiliki praktek mandiri serta peneliti menjelaskan pada calon responden
tentang tujuan, manfaat dan efek dari penelitian ini. Calon responden yang
responden yang bersedia, diminta mengisi kuisioner. Pada saat pengisian data
dan kuisioner, responden diberikan waktu selama 15 menit. Pada saat
responden melakukan pengisian kuisioner, peneliti melakukan observasi
mengenai kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal
pelayanan antenatal dengan cara menilai kelengkapan alat-alat yang ada di
klinik bidan tersebut yang digunakan pada pemeriksaan antenatal. Setelah
responden selesai menjawab seluruh kuisioner, peneliti terlebih dahulu
memeriksa kelengkapan jawaban responden dan kemudian seluruh data
disimpulkan untuk dianalisa.
H. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah mengolah
data yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
a. Editing yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah sudah terisi
secara sempurna atau belum untuk kemudian diperbaiki.
b. Coding yaitu memberi kode pada jawaban yang benar dan jawaban
yang salah.
c. Tabulating yaitu mentabulasi atau mengelompokkan data sesuai
dengan yang telah ditentukan kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
(Budiarto, 2002)
2. Analisa Data
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
a. Analisa univariat
Analisa univariat adalah bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distirbusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel.
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel independen, yaitu pengetahuan dan kepatuhan
dan variabel dependen yaitu asuhan standar minimal pelayanan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil dan pembahasan mengenai tingkat
kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di
wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014. Penyajian data hasil meliputi deskriptif
karakteristik responden, pengetahuan bidan, dan kepatuhan bidan.
A. HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan penelitian mengenai kepatuhan bidan dalam melaksanakan
asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas
Helvetia tahun 2014. Dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 35 orang.
Maka hasil penelitian akan peneliti uraikan dalam bentuk analisa univariat.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam
melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas Helvetia tahun 2014. Berikut ini akan dijabarkan hasil penelitian
peneliti mengenai hasil identifikasi karakteristik responden serta pengetahuan
dan kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan
a. Karakteristik responden
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi lama bekerja,
lama bekerja dan pendidikan terakhir responden. Sampel penelitian
ini yaitu bidan yang telah menyelesaikan pendidikan bidan dan telah
bekerja. Karakteristik responden dikelompokkan kedalam 4
kelompok yaitu < 5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun dan > 15 tahun.
Sedangkan pendidikan terakhir dikelompokkan kedalam 4 kelompok
yaitu D1, D-III, D-IV, dan SKM. Secara lebih rinci dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014
Variabel Frekuensi (N) Persentasi (%)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat digambarkan bahwa mayoritas responden telah
bekerja selama >15 tahun yaitu sebanyak 16 responden (45,7%). Sedangkan untuk
pendidikan terakhir mayoritas responden dengan latar pendidikan DIII Kebidanan yaitu
sebanyak 32 responden (91,4%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabl 5.1
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan pengetahuan dalam melaksanakan suhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas Helvetia tahun 2014
Pengetahuan bidan Frekuensi (N)
Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh hasil kepatuhan bidan dalam
memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal berdasarkan pengetahuan
dimana mayoritas responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 responden
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner pengetahuan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014
No Pertanyaan
3 Pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi….. 20 57,1 15 42,9
4 Pengukuran TFU untuk mencegah ruptur 24 68,5 11 31,5
10 Pemberian tablet zat besi 90 tablet selama kehamilan 23 65,7 12 34,3 11 Hak dan kewajiban bidan menganjurkan tes PMS 26 74,2 9 25,8 12 Temu wicara hanya dilakukan pada trimester ke 3 19 54,2 16 45,8 Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner
pengetahuan bidan tentang standar asuhan minimal pelayanan antenatal didapatkan
mayoritas responden menjawab benar pada pertanyaan nomor 9 yakni mengenai
pemberian tablet zat besi yaitu sebanyak 29 responden (82,8%) dan mayoritas menjawab
salah pada pertanyaan no 12 yakni tentang temu wicara sebanyak 16 responden (45,8%).
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas Helvetia tahun 2014
Kepatuhan bidan Frekuensi (N)
Persentasi (%)
Patuh
Cukup Patuh
Tidak Patuh
10
13
12
28,5%
37,3%
34,2%
Jumlah 35 100%
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh hasil kepatuhan bidan dalam memberikan
asuhan standar minimalpelayanan antenatal berdasarkan kepatuhan didapatlkan
mayoritas responden memiliki kepatuhan dengan kategori cukup patuh sebanyak 13
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner kepatuhan bidan tentang asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja puskesmas
Helvetia tahun 2014
1 Penimbangan berat dan tinggi badan dengan alat
terstandar 18 51,4 17 48,6
2 Pengukuran tekanan darah dengan alat terstandar 22 62,8 13 37,2
3 Penukuran TFU dengan pita centimeter 25
71,4 10 28,6
4 Pengukuran lila dengan pita lila 20 57,1 15 42,9
5 Pengukuran panggul luar dengan jangka panggul 13 37,2 22 62,8
6 Pemeriksaan denyut jantung janin dengan dopler 28 80 7 20
7 Pemberian imunisasi TT sebanyak 2x selama……. 27 77,1 8 22,9
8 Pemberian tablet zat besi sebanyak 90 tablet 33 94,2 2 5,8
9 Menganjurkan melakukan tes PMS 14 40 21 60
10 Pemberian konseling 17 48,6 18 51,4
Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner
kepatuhan bidan tentang standar asuhan minimal pelayanan antenatal didapatkan
mayoritas responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 8 yakni mengenai pemberian
tablet zat besi yaitu sebanyak 33 responden (94,2%) dan mayoritas menjawab tidak pada
pertanyaan no 5 yakni mengenai pengukuran jangka panggul sebanyak 22 responden
B. PEMBAHASAN
Dari data hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan untuk menjawab
penelitian tentang kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal
pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014.
1. Kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan
antenatal berdasarkan karakteristik bidan
Karakteristik bidan yang berupa lama bekerja dan pendidikan bisa
berpengaruh secara langsung atau tidak langsung (secara langsung berpengaruh
terhadap pengetahuan) namun bisa juga langsung berpengaruh terhadap praktik
pemeriksaan kehamilan.
Lama bekerja mempunyai peranan penting dalam memperoleh
pengetahuan karena semakin lama seseorang bekerja akan semakin memiliki
pengalaman bekerja yang lebih banyak. Semakin banyak pengalaman seseorang
maka akan semakin memiliki kompetensi yang lebih baik dalam memberikan
pelayanan antenatal kepada ibu-ibu hamil.
Koentjaranningtrat berpendapat dengan pendidikan yang tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain
maupun dari media massa dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan
akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru.
Menurut konsep Amerika, pendidikan diperlukan untuk memperoleh
keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Kondisi
serta meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat semakin tinggi tingkat perhatian terhadap masalah kesehatan bidan
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
mendatang. Hasil belajar tersebut adalah keterampilan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Sebab pada gilirannya
pembangunan pendidikan adalah arti lain dari upaya untuk pembangunan
nasional, dimana dari pendidikan yang tinggi akan diperoleh suatu masyarakat
yang mempunyai pengetahuan lebih luas untuk melaksanakan pembangunan
pembangunan nasional.
Bagi sebagian dewasa muda, terutama mereka yang kurang mempunyai
pengalaman kerja dan bahkan belum pernah bekerja sering mengalami banyak
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya. Orang
dewasa muda yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh
kepuasan lebih jauh sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan dengan
mereka yang kurang mempunyai pengalaman. Sesuatu yang pernah dialami
seseorang akan dapat menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat
informal.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ida
Rukmawati bahwa ada hubungan yang signifikan antara karakteristik bidan
dengan tingkat kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar pelayanan
1,96). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara karakteristik bidan di puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen
tentang pelayanan ANC dengan praktek pemeriksaan kehamilan sesuai standar
minimal 7 T, dimana kekuatan hubungannya termasuk sedang dengan arah
positif.
2. Kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan
antenatal berdasarkan pengetahuan bidan
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan pengetahuan
bidan dalam memberikan asuhan standar minimal menunjukkan bahwa dari 35
responden lebih banyak memiliki pengetahuan baik tentang pemberian asuhan
standar minimal yaitu sebanyak 17 orang (48,5%) . Namun masih ada yang
memiliki pengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 13 orang (37,3%), dan yang
memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 5 orang (14,2%)
Pengetahuan terjadi melalui pengindraan manusia yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia dieroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
motivasi atau faktor pendorong bagi seseorang.
Penelitian ini menemukan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang
bidan tentang antenatal care maka seorang bidan akan cenderung akan
melaksanakan praktek kebidanan sesuai dengan standar minimal 7T. Pemenuhan
asuhan standar minimal oleh bidan didasari oleh pengetahuan yang dia miliki.
psikis yang dapat menjadi motivasi atau faktor pendorong seseorang dalam
melakukan sesuatu atau aktivitas.
Analisis ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2001) bahwa pengetahuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, informasi, budaya,
pengalaman, dan sosial ekonomi. Secara deskriptif cukup baiknya tingkat
pengetahuan tentang pelayanan ANC juga sejalan dengan praktek pemeriksaan
kehamilan para bidan yang sebagian besar sudah sesuai dengan standar minimal
7 T (73,33%).
Tingkat pengetahuan sangat dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang
dalam memberikan asuhan minimal pada antenatal. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Ida Rukmawati dimana perhitungan analisis
bivariat menghasilkan nilai koefisien korelasi Kendall’s tau sebesar 0,455
dengan nilai uji statistik Zhitung > Ztabel (3,534 > 1,96). Angka-angka tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik
bidan di puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen tentang pelayanan ANC dengan
praktek pemeriksaan kehamilan sesuai standar minimal 7 T, dimana kekuatan
hubungannya termasuk sedang dengan arah positif. Penelitian ini menemukan
bahwa semakin baik tingkat pengetahuan tentang pelayanan ANC maka seorang
bidan cenderung akan melaksanakan praktek pemeriksaan kehamilan yang sesuai
dengan standar minimal 7 T. Pemenuhan standar minimal 7 T oleh bidan didasari
oleh pengetahuan yang dia miliki. Hal ini terjadi karena memang pengetahuan
merupakan salah satu aspek psikis yang dapat menjadi motivasi atau faktor
mengasumsikan profesionalitas maka seorang bidan didasari dengan
pengetahuan yang dia miliki tentu akan berusaha untuk melaksanakan tugasnya
paling tidak menurut aturan yang dia tahu.
Hal ini juga didukung oleh penelitian Ida Rumawati yang berjudul
hubungan antar tingkat pengetahuan bidan dengan praktek pemeriksaan
kehamilan sesuai standar minimal 7T di Puskesmas Sioarjo. Dimana dari
peneltian ersebut didapatkan kekuatan atau keeratan hubungan antara tingkat
pngetahuan tentang pelayanan ANC dengan praktek pemeriksaan kehamilan
sesuai dengan standar minimal 7T adalah baik.
3. Kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan
antenatal berdasarkan tingkat kepatuhan.
Dari hasil distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan kepatuhan
bidan tentang pemberian asuhan standar minimal, menunjukkan bahwa dari 35
responden lebih banyak memiliki kepatuhan cukup sebanyak 13 orang (37,3%).
Namun masih ada yang memiliki kepatuhan kurang sebanyak 12 orang (34,2%)
dan yang patuh sebanyak 10 orang (28,5%)
Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan yang sesuai
dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan
dapat dikontrol bahwa pelaksanan program telah melaksanakan kegiatan sesuai
dengan standart.
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang
Lawrence Green (Notoatmojo, 2003) bahwa perilaku (khususnya dalam bidang
kesehatan) ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor-faktor predisposisi
(disposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan
faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Kepatuhan sendiri termasuk faktor-faktor
predisposisi. Penelitian ini juga menemukan bahwa kekuatan atau keeratan
hubungan antara tingkat kepatuhan tentang pelayanan ANC dengan praktek
pemeriksaan kehamilan sesuai standar minimal 7 T termasuk sedang. Hal ini
berarti bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi seorang tenaga kesehatan
dalam memberikan asuhan antenatal, seperti pengetahuan yang termasuk ke
dalam faktor predisposisi. Tingkat pengetahuan tentang pelayanan ANC bukan
satu satunya faktor yang mempengaruhi praktek pemeriksaan kehamilan sesuai
standar minimal 7 T. Masih cukup besar proporsi pengaruh dari faktor lain.
Karakteristik bidan yang berupa umur, pendidikan, dan pengalaman (masa kerja)
bisa berpengaruh secara tidak langsung (secara langsung berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan) namun bisa juga berpengaruh langsung terhadap praktek
pemeriksaan kehamilan. Disamping itu ada juga beberapa faktor lain yang
mungkin berpengaruh terhadap praktek pemeriksaan kehamilan antara lain
keadaan sarana prasarana (misalnya ketersediaan dan kelengkapan alat) dan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran
mengenai kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan
antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014.
A. Kesimpulan
1.1Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja didapatkan mayoritas
responden telah bekerja > 15 tahun sebanyak 16 orang (45,7%), 11-15 tahun
sebanyak 10 orang (28,5%), 6-10 tahun sebanyak 6 orang (17,23%) dan
minoritas responden dengan lama bekerja <5 tahun sebanyak 3 orang
(8,57%)
1.2Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir, mayoritas
responden dengan pendidikan terakhir D-III Kebidanan sebanyak 32 orang
(91,4%), D-IV Kebidanan sebanyak 2 orang (5,8%), dan minoritas responden
dengan pendidikan SKM sebanyak 1 orang (2,9%)
1.3Tingkat pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan asuhan standar minimal
pelayanan antenatal didapat mayoritas responden dengan pengetahuan baik
sebanyak 17 orang (48,5%) dan minoritas responden dengan pengetahuan