• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepatuhan Bidan Dalam Melaksanakan Asuhan Standar Minimal Pelayanan Antenatal Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kepatuhan Bidan Dalam Melaksanakan Asuhan Standar Minimal Pelayanan Antenatal Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

KEPATUHAN BIDAN DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN

STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA

TAHUN 2014

135102072

IRA NOVRISTA DAMANIK

DOSEN PEMBIMBING : FEBRINA OKTAVINOLA KABAN, SST,

M.Keb

NIP:198002012005022001

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

KEPATUHAN BIDAN DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

HELVETIA TAHUN 2014 ABSTRAK

Ira novrista damanik

Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi di ASEAN karena telah mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Perkembangan pelayanan antenatal di Indonesia belum menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan angka kematian ibu. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervesi yang merupakan komponen penting dalam pelayanan antenatal. Namun dalam melaksanakan praktiknya masih ada bidan yang tidak patuh dalam melaksanakan standar pelayanan

antenatal yang telah ditetapkan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimanakah kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja puskesmas Helvetia tahun 2014.

Metedologi : Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pengambilan sampel random sampling. Jumlah sampel sebanyak 35 orang dan menggunakan analisa univariat.

Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh dari 35 responden mayoritas sudah bekerja selama >15 tahun 16 orang (45,7%), pendidikan terakhir D-III Kebidanan 32 orang (91,4%), pengetahuan bidan adalah baik 17 orang (48,5%), dan kepatuhan bidan adalah cukup 13 orang (37,3%)

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kepatuhan adalah baik dan cukup. Masih banyak bidan yang tidak melaksanakan asuhan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan. Hal ini tentu saja dapat menjadi ancaman terhadap kesehatan ibu dan anak. Diharapkan bidan lebih meningkatkan kepatuhan mereka di dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan asuhan standar minimal pelayanan antenatal.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan

rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Kepatuhan

bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di Wilayah

Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik

dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya

masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara.

3. Febrina Oktavinola Kaban, SST, M. Keb selaku dosen pembimbing saya yang

telah membimbing dan mengarahkan saya hingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai.

4. Drg. Hj. Yumma Sari Siregar, M.Kes selaku Kepala puskesmas Helvetia Medan

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

wilayah kerjanya.

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan

(6)

6. Rasa hormat dan terimakasih kepada Ayahanda S.Damanik dan Ibunda

M.Situmorang yang selalu memberikan dorongan, doa dan semangat kepada

saya.

7. Adik tersayang Risna Margaretta dan Alfredo Damanik yang selalu mendoakan

saya.

8. Semua teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

9. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan,

semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi semua pembaca.

Medan, 2014

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Bidan ... 8

1. Defenisi ... 8

B.Kepatuhan ... 10

1. Defenisi ... 10

C.Asuhan standar minimal ... 12

1. Defenisi ... 13

2. Tujuan pelayanan antenatal ... 13

3. Standar pelayanan antenatal ... 14

(8)

BAB III KERANGKA KONSEP

A.Kerangka Konsep ... 23

B.Defenisi Operasional ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 25

B.Populasi dan Sampel ... 25

a. Populasi ... 25

b. Sampel ... 25

C.Tempat Penelitian ... 26

D.Waktu Penelitian ... 26

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 27

G.Alat Pengumpul Data ... 29

H.Uji Validitas ... 29

1. Uji Validitas ... 29

2. Reliabilitas ... 29

I. . Prosedur Pengumpulan Data ... 30

J. . Pengolahan Data ... 32

K.Analisa Data ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

1. Karakteristik Responden ... 34

2. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan...35

3. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan ... 37

B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden ... 39

2. Pengetahuan bidan ... 41

(9)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ………. 23

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik lama bekerja dan pendidikan

terakhir di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

...34

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan pengetahuan bidan dalam melaksanakan

asuhan standar minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas

Helvetia Medan Tahun 2014...35

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan jawaban responden berdasarkan kuisioner

Berdasarkan pengetahuan bidan dalam melaksanakan asuhan standar

minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

Tahun 2014...36

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan kepatuhan bidan dalam melaksanakan

asuhan standar minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas

Helvetia Medan Tahun 2014...37

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan jawaban responden berdasarkan

kuisioner Berdasarkan kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar

minimal pelayanan antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

(11)

DAFTAR SKEMA

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Ilmiah

Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil output Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 8 : Surat Izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan

(13)

KEPATUHAN BIDAN DALAM MELAKSANAKAN ASUHAN STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

HELVETIA TAHUN 2014 ABSTRAK

Ira novrista damanik

Latar Belakang : Indonesia merupakan negara yang memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi di ASEAN karena telah mencapai 307/100.000 kelahiran hidup. Perkembangan pelayanan antenatal di Indonesia belum menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan angka kematian ibu. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervesi yang merupakan komponen penting dalam pelayanan antenatal. Namun dalam melaksanakan praktiknya masih ada bidan yang tidak patuh dalam melaksanakan standar pelayanan

antenatal yang telah ditetapkan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimanakah kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja puskesmas Helvetia tahun 2014.

Metedologi : Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pengambilan sampel random sampling. Jumlah sampel sebanyak 35 orang dan menggunakan analisa univariat.

Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh dari 35 responden mayoritas sudah bekerja selama >15 tahun 16 orang (45,7%), pendidikan terakhir D-III Kebidanan 32 orang (91,4%), pengetahuan bidan adalah baik 17 orang (48,5%), dan kepatuhan bidan adalah cukup 13 orang (37,3%)

Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan kepatuhan adalah baik dan cukup. Masih banyak bidan yang tidak melaksanakan asuhan pelayanan antenatal yang telah ditetapkan. Hal ini tentu saja dapat menjadi ancaman terhadap kesehatan ibu dan anak. Diharapkan bidan lebih meningkatkan kepatuhan mereka di dalam memberikan pelayanan antenatal sesuai dengan asuhan standar minimal pelayanan antenatal.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, dan menyusui merupakan proses alamiah bagi

kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

terjadi pada wanita selama kehamilan adalah fisiologis bukan patologis. Oleh

karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan

intervensi. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi

masalah atau abnormal. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan

cara penting untuk mendukung kesehatan ibu hamil normal (Sunarsih, dkk,

2011.hlm.12)

Pelayanan antenatal care 7T bertujuan untuk menurunkan atau mencegah

kesakitan, serta kematian maternal dan perinatal. Untuk memfasilitasi hasil yang

sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina rasa saling

percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam

jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal

penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama

kehamilan. (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.11)

Dalam perkembangan pelayanan antenatal di Indonesia, ternyata belum

menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan angka kematian ibu

(AKI), dalam mendeteksi faktor resiko dan kasus resiko tinggi. Sebenarnya

bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani setiap kondisi

(15)

komponen penting dalam pelayanan antenatal seperti mengukur tekanan darah,

memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi,

maupun deteksi dan penanganan awal terhadap anemia. Namun, ternyata

komponen antenatal care yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk

menurunkan angka kematian maternal dan perinatal (Sunarsih, dkk,

2011.hlm.15)

Di Negara-negara berkembang, kesakitan dan kematian ibu menjadi

masalah sejak lama. Kematian ibu terutama terjadi pada masa kehamilan dan

persalinan. Bahkan WHO (World Health Organization) memperkirakan setiap

tahun terjadi 210 juta kehamilan diseluruh dunia. Dari jumlah tersebut 20 juta

perempuan mengalami kesakitan akibat kehamilan, diantaranya 8 juta kasus

yang mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, dan lebih dari 500.000

meninggal, dan hampir 50% kematian tersebut terjadi di Asia Selatan dan Asia

Tenggara termasuk Indonesia (Wahyuningsih, 2009).

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, pada tahun 2002

menunjukkan angka kematian sebesar 307/100.000 kelahiran hidup (KH), pada

2007 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Namun demikian,

masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target RPJMN 2010-2014 yaitu

118/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 dan target Millenium Development

Goals (MDGs) yaitu 102/100.000 KH pada tahun 2015 (Wahyuningsih, 2009 hal

140).

Pada tahun 2003, Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

(16)

hitungan hari, terdapat 38 orang ibu yang meninggal dan bila dalam hitungan

jam ada 2 orang ibu yang meninggal setiap jam nya (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.1)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh M. Choiroel Anwar,

mengatakan bahwa hasil survey demographi dan kesehatan Indonesia tahun 2003

didapatkan Angka Kematian Bayi adalah 52/1000 kelahiran hidup dengan angka

kematian neonatal 25/1000 kelahiran hidup, dimana kematian perinatal

memberikan sumbangan terhadap kematian bayi tersebut sebesar 33,5%. Angka

kematian bayi di Indonesia 2-5x lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asia

Tenggara lainnya serta menunjukkan penurunan yang sangat lambat.

Sebagian besar kematian perinatal tersebut sebenarnya dapat dicegah,

bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik melalui pemeriksaan

antenatal yang berkualitas. Derajat kesehatan ibu berpengaruh secara langsung

terhadap derajat kesehatan janin pada minggu pertama kehidupannya, dengan

demikian upaya peningkatan kesehatan perinatal tidak dapat dipisahkan dengan

upaya peningkatan kesehatan ibu.

Berdasarkan SDKI tahun 2002/2003, tingginya Angka Kematian Ibu di

Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Indonesia masih merupakan

Negara yang memiliki AKI tertinggi di ASEAN karena AKI di Indonesia

mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu

adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, dan partus lama (Sunarsih, dkk, 2011.hlm.1)

Menurut Nur Inayah Rauf, Moh. Yusran Amin, Balqis dalam

penelitiannya mengatakan penyebab langsung kematian ibu pada umumnya

(17)

langsung itu ternyata bertunmpu pada rendahnya status gizi dan kesehatan ibu

hamil akibat masih ditemukan hambatan informasi, hambatan sosial budaya,

hambatan ekonomi, dan hambatan geografis dalam menjaga kesehatan ibu hamil.

Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal merupakan

prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas (dokter, perawat, bidan) dalam

membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk

persiapan persalinannya. Dengan memberikan asuhan antenatal yang baik akan

menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha

menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. (Kusmiyati, dkk,

2009.hlm.6)

Pelayanan kesehatan antenatal sangat penting dalam mengurangi

kematian akibat persalinan jika dilakukan dengan jumlah dan frekuensi yang

sesuai standar pelayanan antenatal care. Hal ini didukung oleh beberapa

penelitian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2009) yang

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kematian perinatal

dengan frekuensi antenatal care.

Dalam penelitian Eka vitriyani, Badar kirwono, Artika fristi firnawati

mengatakan bahwa cakupan antenatal K1 di wilayah kerja Puskesmas Pulokart,

K1 dalam tahun 2010 (78,64%) mengalami penurunan sebesar 16,82% dari

tahun 2009 (95,42%) sedangkan cakupan K4 TAHUN 2010 (90,23%)

mengalami penurunan sebesar 3.31% dibandingkan pada tahun 2009 (93,54%)

Karena standar layanan kesehatan merupakan bagian dari layanan

(18)

mutu layanan kesehatan. Maka pemberi layanan layanan kesehatan harus

memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang

dilayaninya serta mendidik masyarakat terhadap layanan kesehatan dasar dan

melibatkan masyarakat dalam bagaimana cara yang paling efektif untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu (Sofyan, dkk,

2006.hlm.125)

Menurut Endang Rostiati dalam penelitiannya mengatakan bahwa peran

bidan sebagai ujung tombak pelayanan harus mampu dan terampil dalam

memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Peran serta yang

proaktif dari bidan diharapkan dapat menekan penurunan angka kematian ibu

dan bayi di Indonesia.

Adapun masalah yang ditemukan dalam praktek kebidanan yaitu dalam

melaksanakan praktiknya masih banyak bidan yang bekerja tidak sesuai dengan

standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan. Hal ini tentu saja dapat

menjadi ancaman yang berakibat fatal terhadap kesehatan ibu dan anak serta

dapat meningkatkan jumlah kematian dan kesakitan. Maka peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Kepatuhan Bidan Praktek

Swasta dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di

wilayah kerja Puskesmas Helvetia Tahun 2014”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah, yaitu :

“Bagaimanakah Kepatuhan Bidan dalam memberikan asuhan standar minimal

(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Bagaimana kepatuhan Bidan dalam memberikan asuhan

standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Tahun

2014”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik bidan dalam memberikan asuhan standar

minimal pelayanan antenatal berdasarkan lama bekerja di wilayah kerja

Puskesmas Helvetia.

b. Untuk mengetahui karakteristik bidan dalam memberikan asuhan standar

minimal pelayanan antenatal berdasarkan latar belakang pendidikan di

wilayah kerja Puskesmas Helvetia.

c. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan standar minimal

pelayanan antenatal berdasarkan latar belakang pendidikan di wilayah

kerja Puskesmas Helvetia

d. Untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar

minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Bidan

Standar pelayanan kebidanan dapat digunakan untuk menentukan

kompetensi yang diperlukan bagi bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari

dan dapat sekaligus melindungi bidan, karena penilaian terhadap proses dan

(20)

2. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan peneliti tentang kunjungan

pemeriksaan kehamilan dan penerapan ilmu metodologi penelitian dalam

merancang dan melaksanakan penelitian.

3. Bagi Institusi Pendidikan D IV Bidan Pendidik

Sebagai referensi bagi perpustakaan serta memberikan tambahan atau

masukan yang dapat dijadikan informasi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa yang akan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bidan

1. Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian

dengan persyaratan yang berlaku dan mempunyai kualifikasi agar

mendapatkan lisensi untuk praktek kebidanan (Sofyan, 2006, hlm 125)

Menurut IBI (Ikatan Bidan Indonesia), Bidan adalah seorang wanita

yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah

diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat,

diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktik.

Dari tahun ketahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif

bidan dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti

bahwa eksistensi bidan ditengah masyarakat semakin memperoleh

kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Berdasarkan hal inilah, bidan

dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus

mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya.

2. Tanggung Jawab Bidan

Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam

melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan

tanggung jawabnya bila terjadi gugatan terhadap tindakan yang

(22)

Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan. Pengaturan tenaga

kesehatan ditetapkan di dalam undang-undang dan peraturan pemerintah.

Tugas dan kewenangan bidan serta ketentuan yang berkaitan dengan

kegiatan praktik bidan diatur dalam peraturan atau keputusan menteri

kesehatan. Bidan harus dapat mempertanggungjawabkan tugas dan

kegiatan yang dilakukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Setiap bidan memiliki tanggung jawab memelihara kemampuan

profesionalnya. Oleh karena itu, bidan harus selalu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya dengan mengikuti pelatihan, pendidikan

berkelanjutan, seminar, serta pertemuan ilmiah lainnya.

Setiap bidan diharuskan mendokumentasikan kegiatannya dalam

bentuk catatan tertulis. Catatan bidan mengenai pasien yang dilayaninya

dapat dipertanggungjawabkan bila terjadi gugatan. Catatan yang dilakukan

bidan dapat digunakan sebagai bahan laporan untuk disampaikan kepada

atasannya.

Bidan memiliki kewajiban memberi asuhan kepada ibu dan anak yang

meminta pertolongan kepadanya. Ibu dan anak merupakan bagian dari

keluarga. Oleh karena itu, kegiatan bidan sangat erat kaitannya dengan

keluarga. Tanggung jawab bidan tidak hanya pada kesehatan ibu dan anak,

tetapi juga menyangkut kesehatan keluarga. Bidan harus menerima

tanggung jawab keprofesian yang dimilikinya. Oleh karena itu, ia harus

(23)

dengan kewenangan dan standar keprofesian. Untuk mengembangkan

kemampuan keprofesiannya, bidan harus mencari informasi tentang

perkembangan kebidanan melalui media kebidanan, seminar, dan

pertemuan ilmiah lainnya.

B. Kepatuhan

1. Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat ketepatan perilaku seorang individu dengan

nasehat medis atau kesehatan. Dengan menggambarkan penggunaan obat

sesuai petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang

benar (Siregar, 2006)

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang artinya taat. Kepatuhan

adalah perilaku pasien dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

diasarankan dokter atau oleh orang lain (Arisman, 2004)

Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan yang sesuai

dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan

dapat dikontrol bahwa pelaksanan program telah melaksanakan kegiatan sesuai

dengan standart.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan bidan dalam

melaksanakan asuhan standar minimal 7T yaitu

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi

(24)

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia dieroleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007)

b) Pendidikan

Latar belakang pendidikan bidan juga sangat berpengaruh terhadap

kepatuhan bidan di dalam melaksanakan asuhan standar minimal 7T pada

pelayanan antenatal, dan dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang pendidikan

tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku dan

lain-lain (Niven, 2002)

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan

oleh seseorang. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan

kualitas manusia. Kemampuan tersebut harus dikembangkan secara

bersama-sama sehingga terbentuk manusia seutuhnya secara harmonis. Menurut konsep

Amerika, pendidikan diperlukan untuk memperoleh keterampilan yang

dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Kondisi tingkat pendidikan

dapat menentukan tingkat partisipasi bidan di dalam berperan serta

meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan

masyarakat semakin tinggi tingkat perhatian terhadap masalah kesehatan

(Syahlan, 2002)

c) Pengalaman Kerja

WHO mengatakan bahwa pengetahuan diturunkan atau diperoleh dari

pengalaman sendiri atau pengalaman dari orang lain. Pengalaman bekerja

(25)

kerja yang dilakukan. Semakin lama seseorang melakukan bidang kerja tertentu

diharapkan bahwa hasil kerjanya semakin baik (Notoadmodjo, 2003)

Bagi sebagian dewasa muda, terutama mereka yang kurang mempunyai

pengalaman kerja dan bahkan belum pernah bekerja sering mengalami banyak

kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya. Orang

dewasa muda yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh

kepuasan lebih jauh sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan dengan

mereka yang kurang mempunyai pengalaman.

C. Asuhan Standar Minimal 7T pada pelayanan antenatal

1. Pengertian Asuhan Standar Minimal 7T

Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada

pemeriksaan kehamilan, oleh tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan

yang berkualitas sesuai dengan standar. Kehamilan merupakan suatu proses

alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat,

yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan

seseorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinan akan

mengalami kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan dari bulan ke

bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan

perubahan–perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya (Mandriwati,

2007).

Pelayanan antenatal care terpadu merupakan pelayanan antenatal

komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil untuk

(26)

berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin

dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat (Kementerian Kesehatan RI,

2012).

Dalam pelayanan antenatal terpadu, bidan yakin bahwa kesehatan secara

menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang relevan dan objektif,

konseling, serta memfasilitasi klien yang menjadi tanggung jawabnya. Asuhan

harus diberikan dengan keyakinan bahwa dengan dukungan dan perhatian,

perempuan akan bersalin dengan aman dan selamat. Oleh karena itu, asuhan

kebidanan harus aman, memuaskan, menghormati, serta memberdayakan

perempuan dan keluarga. (Sunarsih, dkk, 2011)

Setiap kehamilan merupakan peristiwa alamiah, peran bidan

mendampingi, memberi asuhan, mendeteksi agar kehamilan yang fisiologis

tidak bergeser menjadi patologis. Kehamilan melibatkan perubahan fisik,

emosional maupun sosial. Kehamilan yang normal akan menghasilkan bayi

yang sehat, lahir cukup bulan, kesejahteraan ibu dan janin baik, sehingga

mampu melalui persalinan dan nifas yang baik, tanpa komplikasi dan ibu

sesehat-sehatnya postpartum. (Wahyuningsih, 2009)

Kebijakan program kunjungan/pemeriksaan kehamilan dilakukan paling

sedikit 4 kali selama kehamilan, sesuai dengan anjuran WHO, yaitu : (Heni

puji, 2009).

b. Satu kali pada trimester pertama.

c. Satu kali pada trimester kedua.

(27)

2. Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan

dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Setiap

kemungkinan mempunyai kemungkinan untuk dapat berkembang menjadi

masalah atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan.

Asuhan pada ibu hamil secara keseluruhan mengupayakan kehamilan yang

sehat bagi ibu dan janin. Penting bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk secara

kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologis kehamilan

terhadap ibu dan keluarganya. Serta mengembangkan persiapan persalinan dan

kesiagaan menghadapi komplikasi. Adapun tujuan asuhan kehamilan tersebut

adalah :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang ibu dan tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu

dan bayi.

c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan,

dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

(28)

3. Standar Pelayanan antenatal care 7T

Pelayanan atau standar asuhan antenatal care 7T yang diberikan pada pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan

yang berkualitas sesuai dengan standar yaitu : (Kementrian Kesehatan RI,

2012)

a. Timbang berat badan.

Timbang berat badan merupakan ukuran yang terpenting, penimbangan

berat badan pada setiap kunjungan antenatal harus dilakukan untuk

mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Pertumbuhan berat badan

yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram

setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

b. Ukur tekanan darah.

Pengukuran tekanan darah pada pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90

mmHg) pada kehamilan dan preeklamsi (hipertensi disertai edema wajah

atau tungkai bawah, dan protein urin).

Tekanan darah diastolik merupakan indikator untuk prognosis

penanganan hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik mengukur

tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien (seperti

pada tekanan sistolik). (Kusmiyati, 2010).

Tekanan darah biasa normal kecuali bila ada kelainan. Bila tekanan

darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih, mintalah ibu berbaring miring ke

(29)

menunjukkan ibu menderita preeklampsia yang harus dirujuk ke dokter. Bila

ibu menderita preeklampsia maka pemeriksaan tekanan darah dilakukan

setiap minggu dan dianjurkan merencanakan kelahiran di Rumah Sakit.

(Mufdlilah, 2009)

c. Ukur tinggi fundus uteri.

Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan

umur kehamilan. Jika fundus uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran tinggi

fundus uteri menggunakan pita pengukur (pita centimeter) setelah kehamilan

24 minggu.

d. Pemberian imunisasi TT lengkap.

Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil untuk

mencegah terjadinya tetanus neonatorum. Ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kunjungan antenatal pertama, pemberian imunisasi

TT pada ibu hamil sesuai dengan status imunisasi T ibu saat ini. Ibu hamil

minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapat perlindungan terhadap

infeksi tetatus. Ibu hamil dengan status T5 (TT Long Life) tidak perlu

diberikan imunisasi TT lagi. Jadwal pemberian imunisasi, yaitu :

(30)

Jadwal Pemberian Imunisasi :

ANTIGEN

INTERVAL

( Selang Waktu Minimal )

Lama Perlindungan

25 tahun atau seumur

hidup

Sumber : Rukiyah, dkk (2009)

e. Pemberian tablet besi

Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500mg

adalah kebijakan program pelayanan antenatal dalam upaya untuk

mencegah anemi dan untuk pertumbuhan otak bayi, sehingga mencegah

kerusakan otak pada bayi. Setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah

darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan

yang diberikan sejak pemeriksaan pertama. Tablet sebaiknya tidak diminum

bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Jika

ditemukan/diduga anemia berikan 2-3 tablet zat besi per hari. Selain itu

untuk memastikannya dilakukan pemeriksaan darah hemoglobin untuk

mengetahui kadar Hb yang dilakukan 2 kali selama masa kehamilan yaitu

(31)

f. Tes PMS (Penyakit Menular Seksual)

Menganjurkan untuk pemeriksaan Infeksi Menular Seksual lain

pada kecurigaan adanya resiko IMS

g. Temu wicara (konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal

yang meliputi :

1) Kesehatan Ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara

rutin ketenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat

yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9 -10 jam per hari) dan tidak

bekerja keras.

2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan

selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi dua

kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan

dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

3) Peran Suami/Keluarga Dalam Kehamilan

Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga

terutama suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga, atau masyarakat

perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi

rujukan, dan calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi

komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke

(32)

4) Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda – tanda bahaya

baik selama kehamilan, persalinan, maupun nifas misalnya perdarahan

pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan

lahir saat nifas. Mengenal tanda – tanda bahaya ini penting agar ibu

hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan.

5) Asupan Gizi Seimbang

Selama hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan

yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting

untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu.

Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara rutin

untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilannya.

6) Gejala Penyakit Menular dan Tidak Menular

Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala – gejala penyakit

menular dan penyakit tidak menular karena dapat mempengaruhi pada

kesehatan ibu dan janinnya.

7) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Pemberian ASI Eksklusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada

bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan

tubuh yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan

(33)

8) KB (Keluarga Berencana) Paska Persalinan

Ibu hamil diberikan pengarah tentang pentingnya ikut KB setelah

persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya waktu merawat

kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

.4. Kebijakan Program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan.

a. Kunjungan trimester 1

Trimester pertama berlangsung dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

sampai usia kehamilan 12 minggu. Umumnya ibu hamil baru memeriksakan

kehamilannya ketika berusia 6 minggu, karena pada saat itulah kebanyakan

ibu hamil baru menyadari akan kehamilannya. Ada juga yang sudah

menyadari sejak 4 minggu atau malah setelah 8 minggu. Adapun pelayanan

yang diberikan oleh tenaga keshatan pada trimester iniadalah anamnesa.

Anamnesa adalah wawancara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

dengan ibu hamil untuk memperoleh data yang diperlukan dalam

mengidentifikasi dan merencanakan tindakan perawatan. Selain itu identitas

calon ibu dan pasangannya, juga akan dikumpulkan informasi yang

berkaitan dengan kehamilan, seperti : lama terlambat haid, HPHT,

perubahan yang dirasakan calon ibu, riwayat kehamilan sebelumnya (jika

bukan kehamilan yang pertama), pernah atau tidak keguguran, operasi

saesar, hamil diluar kandungan, penyakit keluarga maupun penyakit yang

(34)

hidup tidak sehat seperti minum alkohol, merokok, drug abuse (obat-obatan

terlarang), dan lain-lain. Semua informasi tersebut akan dicacat dalam buku

rekam medis, seperti : perubahan pada ibu, mual muntah, pusing dan hasil

pemeriksaan fisik.

b. Kunjungan Trimester Kedua

Kunjungan pada trimester kedua usia kehamilan ibu lebih dari 12

minggu yang akan berlangsung hingga usia kehamilan 28 minggu. Boleh

dikatakan trimester kedua merupakan tahapan yang paling nyaman. Hampir

semua keluhan menghilang dan selera makan ibu kembali normal.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pemeriksaan fisik

pada trimester pertama, ibu akan ditimbang berat badannya, diukur tekanan

darahnya, denyut nadinya. Untuk berat badan pada 3 bulan pertama,

kenaikannya berkisar 1-2,5 kg. Mulai trimester kedua ini, peningkatan berat

badan lebih dari 500 gram/minggu (2.000 gram/minggu) harus diwaspadai

karena merupakan indikasi preeklamsi. Sedangkan berat badan menetap atau

menurun biasa menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan pada janin.

Oleh sebab itu pemeriksaan berat badan sangat penting dilakukan seperti

halnya pengukuran tekanan darah. Disebut hipertensi apabila tekananan

darah 140/90 mmHg atau lebih, hipertensi ini berbahaya karena pembuluh

darah menyempit sehingga asupan makanan ke bayi akan terhambat dan

pertumbuhan janin juga akan terhambat (Solahuddin, 2009).

Perubahan fisik pada trimester kedua yaitu kehamilan ibu semakin

(35)

lebih nyaman, gunakan busana untuk ibu hamil. Perubahan pada garis

tengah kulit perut yang terlihat lebih gelap karena mengalami herpigmentasi

warna hitam kecokelatan, membentuk garis vertikal yang disebut linea nigra

dan akan menghilang setelah melahirkan. Selain itu juga terlihat striae

gravidarum terlihat pada bagian perut, payudara dan bokong dan akan

menghilang setelah bayi lahir (Solahuddin, 2009).

c. Kunjungan Trimester Ketiga

Kunjungan pada trimester ketiga ini usia kehamilan ibu lebih dari 28

minggu sampai usia 40 minggu. Mulai trimester ketiga ini sampai usia

kehamilan 36 minggu ibu hamil harus kontrol rutin dua minggu sekali untuk

mengontrol perkembangan janin lebih intensif.

Pemeriksaan fisik pada trimester ini sama dengan pemeriksaan

sebelumnya. Tenaga kesehatan akan mengevaluasi kenaikan berat badan ibu,

pada trimester ketiga ini sekitar 500 gram per minggu atau tidak boleh lebih

dari 2 kg selama sebulan. Tenaga kesehatan juga akan mengukur tekanan

darah, nadi dan pernapasan ibu.

Rasa yang tidak nyaman semakin meningkat pada perut ibu seiring

dengan berkembangnya kehamilan. Gerakan janin pun semakin bertambah

dan terasa kuat dengan intensitas makin sering. Ibu masih merasakan

sakit/nyeri pada bagian punggung, sulit bernapas, mudah lelah, dalam hal ini

biasanya tenaga kesehatan menganjurkan kepada ibu agar menggunakan

(36)

Biasanya masuk trimester ketiga, ibu hamil kembali stres karena

khawatir menghadapi kehamilan yang semakin membesar dan memikirkan

persalinan nanti, juga mengkhawatirkan bagaimana kondisi bayinya kelak

bisakah lahir sempurna atau ada kecacatan atau kelainan yang tidak

terprediksi. Padahal kondisi stres merangsang pengeluaran hormon adrenalin

secara berlebihan hingga ibu mudah terusik dan mudah melampiaskan

kemarahan kepada orang lain (Solahuddin, 2009).

Pada trimester ketiga ini setelah usia kehamilan 36 minggu,

sebaiknya ibu hamil yang bekerja mulai mengambil cuti untuk persiapan

menghadapi persalinannya. Tenaga kesehatan memberitahukan kepada ibu

(37)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Adapun tujuan dari kerangka konsep penelitian diatas adalah untuk

mengetahui bagaimana kepatuhan bidan dalam memberikan standar asuhan

minimal pelayanan antenatal

B. DEFINISI OPERASIONAL

(38)

an

3. Kepatuhan Ketaatan seorang

(39)

asuhan standard

minimal 7T yang

telah ditetapkan

Tidak

patuh

(40)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang

bertujuan untuk membuat gambaran mengenai kepatuhan bidan dalam

memberikan asuhan standar minimal pelayanan Antenatal. Hal ini sesuai dengan

pendapat Notoadmodjo 2005 yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif

adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bekerja di wilayah

kerja Puskesmas Helvetia. Dimana puskesmas Helvetia dibagi ke dalam tujuh

(7) kelurahan. Jumlah seluruh populasi yang tergolong ke dalam tujuh (7)

kelurahan tersebut sebanyak 140 orang. Dengan pembagian 109 orang bidan

yang memiliki praktek mandiri, 20 orang yang bekerja di Puskesmas Helvetia

dan 11 orang yang bekerja di Puskesmas pembantu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

(41)

Dalam peneltian ini yang menjadi kriteria penelitian yaitu:

- Berprofesi sebagai bidan

- Bekerja di wilayah kerja Helvetia

- Memiliki Praktek mandiri

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode random

sampling. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

�= 25

100×populasi

= 25

100× 140

= 35

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 orang.

C. Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Adapun

alasan dan dasar pertimbangan peneliti memilih lokasi tersebut sebagai

tempat penelitian karena:

a. Lokasi penelitian mudah dijangkau

b. Jumlah responden yang diteliti mencukupi persyaratan untuk dilakukan

penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai bulan Mei

(42)

D. Pertimbangan Etik Penelitian

1. Informed consent

Masalah etika yang harus diperhatikan yaitu; informed consent

yaitu merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuannya agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

mereka bersedia harus menandatangani lembar persetujuan, jika tidak

maka peneliti harus menghormati hak pasien, yang harus ada dalam

informed concent antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan,

potensi masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang

mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Anominity

Selanjutnya masalah anonimity (tanpa nama) merupakan masalah

kebidanan yang memberikan jaminan dalam pengunaan subjek penelitian

dengan cara tidak mencamtumkan nama dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data.

3. Confidentaly

Kemudian kerahasiaan (confidentiality) dimana masalah etika

dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya, dan hanya kelompok data tertentu

(43)

E. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Penelitian

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar

checklist yang telah disusun secara struktural berdasarkan tujuan dari

penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana kepatuhan bidan dalam

memberikan standar asuhan minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja

Puskesmas Helvetia.

a. Lembar checklist untuk mengetahui pendidikan terakhir bidan dinyatakan

dalam skala ordinal, yaitu

1) D-I Kebidanan

2) D-III Kebidanan

3) D-IV Kebidanan

4) SKM

b. Lembar checklist untuk mengetahui lamanya bidan bekerja dinyatakan

dalam skala interval, yaitu

1) < 5 tahun

2) 6-10 tahun

3) 11-15 tahun

4) > 15 tahun

c. Bagian instrument ketiga berjumlah 12 pertanyaan dengan lembar

checklist untuk mengidentifikasi pengetahuan bidan dalam memberikan

(44)

Dalam penelitian ini pengetahuan diukur berdasarkan kategori baik, cukup,

kurang. Bila jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0.

Berdasarkan rumus statistik :

P = ������� �����������

P = Panjang kelas interval

Rentang = Selisih antara skor tertinggi dengan skor terendah

Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik, cukup,

dan kurang. Maka diperoleh skor sebagai berikut:

1) Baik apabila responden mendapat nilai 9-12

2) Cukup apabila responden mendapat nilai 5-8

3) Kurang apabila responden mendapat nilai 0-4

d. Bagian instrument ketiga berjumlah 10 pernyataan dengan lembar checklist

untuk mengidentifikasi kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar

minimal pelayanan antenatal.

Dalam penelitian ini kepatuhan diukur berdasarkan kategori patuh, cukup

patuh, tidak patuh dan tidak patuh. Bila jawaban ya diberi skor 1 dan jika tidak

diberi skor 0.

Berdasarkan rumus statistik :

P = ������� �����������

P = Panjang kelas interval

(45)

Banyak kelas = banyaknya kelompok/lebar interval yakni baik, cukup,

dan kurang. Maka diperoleh skor sebagai berikut:

1) Patuh apabila responden mendapat nilai 8-10

2) Cukup patuh apabila responden mendapat nilai 5-7

3) Tidak patuh apabila responden mendapat nilai 0-4

F. Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas hingga saat ini masih ada kesan seolah-olah

setiap instrumen atau alat pengumpulan data harus diuji validitas dan

reliabilitasnya. Sesungguhnya uji validitas dan reliabilitasnya itu terutama

untuk alat ukur yang menghasilkan nilai kuantitatif (Darwin, 2003, hal.248).

Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang

telah pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya, Herawati(201s0) dengan

judul penelitian yang sama. Karena alat ukur tersebut belum dilakukan uji

validitas dan reliabilitas maka peneliti akan melakukan uji kepada content

validity san uji reliabilitas dengan alpha cronbach

Uji validitas digunakan untuk menguji kesahihan instrumen penelitian di

mana berarti instrumen penelitian dapat mengukur apa yang hendak diukur

(Notoadmojo, 2010). Satu butir instrumen penelitian dikatakan valid dan

dapat mengukur variabel penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien

validitasnya diharapkan 0,7 atau lebih. Content validity dilakukan kepada

orang yang dianggap ahli dibidangnya. Validitas dilakukan oleh ibu Diah

Lestari Nasution, SST.M.Keb yang sebelumnya sudah dikonsultasikan kepada

(46)

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur keandalan instrumen

penelitian, artinya seberapa sering pun instrumen yang sama digunakan pada

sampel yang sama maka hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan

dengan menggunakan alpha cronbach. Tes reliabilitasnya dengan

menggunakan analisis item, yaitu masing-masing skor item dikorelasikan

dengan skor totalnya dengan ketentuan apabila koefsien alpha mendekati

angka 0,7 maka dinyatakan reliabel, instrumen penelitian ini dinyatakan

reliabel dengan nilai alpha cronbach 0,8

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti setelah mendapat izin

penelitian dari institusi pendidikan Program D IV Bidan Pendidik Universitas

Sumatera Utara, Kemudian peneliti membawa surat permohonan izin

penelitian kepada Kepala Dinas Kesehatan, kemudian peneliti mendapat surat

balasan dari dinas kesehatan untuk diberikan kepada kepala puskesmas

Helvetia. Setelah mendapat surat balasan dari dinas kesehatan, peneliti

membawa surat izin penelitian untuk Puskesmas Helvetia Medan.

Peneliti langsung bertemu dengan Kepala Puskesmas dan memberikan

penjelasan mengenai tujuan, manfaat dari penelitian yang akan dilakukan.

Peneliti mulai melakukan pengumpulan data responden.

Langkah berikutnya peneliti membagikan kuisioner pada bidan yang

memiliki praktek mandiri serta peneliti menjelaskan pada calon responden

tentang tujuan, manfaat dan efek dari penelitian ini. Calon responden yang

(47)

responden yang bersedia, diminta mengisi kuisioner. Pada saat pengisian data

dan kuisioner, responden diberikan waktu selama 15 menit. Pada saat

responden melakukan pengisian kuisioner, peneliti melakukan observasi

mengenai kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal

pelayanan antenatal dengan cara menilai kelengkapan alat-alat yang ada di

klinik bidan tersebut yang digunakan pada pemeriksaan antenatal. Setelah

responden selesai menjawab seluruh kuisioner, peneliti terlebih dahulu

memeriksa kelengkapan jawaban responden dan kemudian seluruh data

disimpulkan untuk dianalisa.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah mengolah

data yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

a. Editing yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah sudah terisi

secara sempurna atau belum untuk kemudian diperbaiki.

b. Coding yaitu memberi kode pada jawaban yang benar dan jawaban

yang salah.

c. Tabulating yaitu mentabulasi atau mengelompokkan data sesuai

dengan yang telah ditentukan kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

(Budiarto, 2002)

2. Analisa Data

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

(48)

a. Analisa univariat

Analisa univariat adalah bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distirbusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel.

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel independen, yaitu pengetahuan dan kepatuhan

dan variabel dependen yaitu asuhan standar minimal pelayanan

(49)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil dan pembahasan mengenai tingkat

kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di

wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014. Penyajian data hasil meliputi deskriptif

karakteristik responden, pengetahuan bidan, dan kepatuhan bidan.

A. HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian mengenai kepatuhan bidan dalam melaksanakan

asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas

Helvetia tahun 2014. Dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 35 orang.

Maka hasil penelitian akan peneliti uraikan dalam bentuk analisa univariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam

melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja

Puskesmas Helvetia tahun 2014. Berikut ini akan dijabarkan hasil penelitian

peneliti mengenai hasil identifikasi karakteristik responden serta pengetahuan

dan kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan

(50)

a. Karakteristik responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi lama bekerja,

lama bekerja dan pendidikan terakhir responden. Sampel penelitian

ini yaitu bidan yang telah menyelesaikan pendidikan bidan dan telah

bekerja. Karakteristik responden dikelompokkan kedalam 4

kelompok yaitu < 5 tahun, 6-10 tahun, 11-15 tahun dan > 15 tahun.

Sedangkan pendidikan terakhir dikelompokkan kedalam 4 kelompok

yaitu D1, D-III, D-IV, dan SKM. Secara lebih rinci dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014

Variabel Frekuensi (N) Persentasi (%)

(51)

Berdasarkan tabel 5.1 dapat digambarkan bahwa mayoritas responden telah

bekerja selama >15 tahun yaitu sebanyak 16 responden (45,7%). Sedangkan untuk

pendidikan terakhir mayoritas responden dengan latar pendidikan DIII Kebidanan yaitu

sebanyak 32 responden (91,4%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabl 5.1

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan pengetahuan dalam melaksanakan suhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja

Puskesmas Helvetia tahun 2014

Pengetahuan bidan Frekuensi (N)

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh hasil kepatuhan bidan dalam

memberikan asuhan standar minimal pelayanan antenatal berdasarkan pengetahuan

dimana mayoritas responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 responden

(52)

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner pengetahuan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah

kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014

No Pertanyaan

3 Pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi….. 20 57,1 15 42,9

4 Pengukuran TFU untuk mencegah ruptur 24 68,5 11 31,5

10 Pemberian tablet zat besi 90 tablet selama kehamilan 23 65,7 12 34,3 11 Hak dan kewajiban bidan menganjurkan tes PMS 26 74,2 9 25,8 12 Temu wicara hanya dilakukan pada trimester ke 3 19 54,2 16 45,8 Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner

pengetahuan bidan tentang standar asuhan minimal pelayanan antenatal didapatkan

mayoritas responden menjawab benar pada pertanyaan nomor 9 yakni mengenai

pemberian tablet zat besi yaitu sebanyak 29 responden (82,8%) dan mayoritas menjawab

salah pada pertanyaan no 12 yakni tentang temu wicara sebanyak 16 responden (45,8%).

(53)

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan kepatuhan bidan dalam melaksanakan asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja

Puskesmas Helvetia tahun 2014

Kepatuhan bidan Frekuensi (N)

Persentasi (%)

Patuh

Cukup Patuh

Tidak Patuh

10

13

12

28,5%

37,3%

34,2%

Jumlah 35 100%

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diperoleh hasil kepatuhan bidan dalam memberikan

asuhan standar minimalpelayanan antenatal berdasarkan kepatuhan didapatlkan

mayoritas responden memiliki kepatuhan dengan kategori cukup patuh sebanyak 13

(54)

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner kepatuhan bidan tentang asuhan standar minimal pelayanan antenatal di wilayah kerja puskesmas

Helvetia tahun 2014

1 Penimbangan berat dan tinggi badan dengan alat

terstandar 18 51,4 17 48,6

2 Pengukuran tekanan darah dengan alat terstandar 22 62,8 13 37,2

3 Penukuran TFU dengan pita centimeter 25

71,4 10 28,6

4 Pengukuran lila dengan pita lila 20 57,1 15 42,9

5 Pengukuran panggul luar dengan jangka panggul 13 37,2 22 62,8

6 Pemeriksaan denyut jantung janin dengan dopler 28 80 7 20

7 Pemberian imunisasi TT sebanyak 2x selama……. 27 77,1 8 22,9

8 Pemberian tablet zat besi sebanyak 90 tablet 33 94,2 2 5,8

9 Menganjurkan melakukan tes PMS 14 40 21 60

10 Pemberian konseling 17 48,6 18 51,4

Dari hasil penelitian distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan kuisioner

kepatuhan bidan tentang standar asuhan minimal pelayanan antenatal didapatkan

mayoritas responden menjawab ya pada pertanyaan nomor 8 yakni mengenai pemberian

tablet zat besi yaitu sebanyak 33 responden (94,2%) dan mayoritas menjawab tidak pada

pertanyaan no 5 yakni mengenai pengukuran jangka panggul sebanyak 22 responden

(55)

B. PEMBAHASAN

Dari data hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan untuk menjawab

penelitian tentang kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal

pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014.

1. Kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan

antenatal berdasarkan karakteristik bidan

Karakteristik bidan yang berupa lama bekerja dan pendidikan bisa

berpengaruh secara langsung atau tidak langsung (secara langsung berpengaruh

terhadap pengetahuan) namun bisa juga langsung berpengaruh terhadap praktik

pemeriksaan kehamilan.

Lama bekerja mempunyai peranan penting dalam memperoleh

pengetahuan karena semakin lama seseorang bekerja akan semakin memiliki

pengalaman bekerja yang lebih banyak. Semakin banyak pengalaman seseorang

maka akan semakin memiliki kompetensi yang lebih baik dalam memberikan

pelayanan antenatal kepada ibu-ibu hamil.

Koentjaranningtrat berpendapat dengan pendidikan yang tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain

maupun dari media massa dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan

akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru.

Menurut konsep Amerika, pendidikan diperlukan untuk memperoleh

keterampilan yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat. Kondisi

(56)

serta meningkatkan kesehatan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan

masyarakat semakin tinggi tingkat perhatian terhadap masalah kesehatan bidan

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa

mendatang. Hasil belajar tersebut adalah keterampilan intelektual, strategi

kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Sebab pada gilirannya

pembangunan pendidikan adalah arti lain dari upaya untuk pembangunan

nasional, dimana dari pendidikan yang tinggi akan diperoleh suatu masyarakat

yang mempunyai pengetahuan lebih luas untuk melaksanakan pembangunan

pembangunan nasional.

Bagi sebagian dewasa muda, terutama mereka yang kurang mempunyai

pengalaman kerja dan bahkan belum pernah bekerja sering mengalami banyak

kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya. Orang

dewasa muda yang mempunyai cukup pengalaman kerja dapat memperoleh

kepuasan lebih jauh sesuai dengan pekerjaan yang dipilih dibandingkan dengan

mereka yang kurang mempunyai pengalaman. Sesuatu yang pernah dialami

seseorang akan dapat menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat

informal.

Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ida

Rukmawati bahwa ada hubungan yang signifikan antara karakteristik bidan

dengan tingkat kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar pelayanan

(57)

1,96). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara karakteristik bidan di puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen

tentang pelayanan ANC dengan praktek pemeriksaan kehamilan sesuai standar

minimal 7 T, dimana kekuatan hubungannya termasuk sedang dengan arah

positif.

2. Kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan

antenatal berdasarkan pengetahuan bidan

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan pengetahuan

bidan dalam memberikan asuhan standar minimal menunjukkan bahwa dari 35

responden lebih banyak memiliki pengetahuan baik tentang pemberian asuhan

standar minimal yaitu sebanyak 17 orang (48,5%) . Namun masih ada yang

memiliki pengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 13 orang (37,3%), dan yang

memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 5 orang (14,2%)

Pengetahuan terjadi melalui pengindraan manusia yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia dieroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

motivasi atau faktor pendorong bagi seseorang.

Penelitian ini menemukan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang

bidan tentang antenatal care maka seorang bidan akan cenderung akan

melaksanakan praktek kebidanan sesuai dengan standar minimal 7T. Pemenuhan

asuhan standar minimal oleh bidan didasari oleh pengetahuan yang dia miliki.

(58)

psikis yang dapat menjadi motivasi atau faktor pendorong seseorang dalam

melakukan sesuatu atau aktivitas.

Analisis ini sesuai dengan pendapat Soekanto (2001) bahwa pengetahuan

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, informasi, budaya,

pengalaman, dan sosial ekonomi. Secara deskriptif cukup baiknya tingkat

pengetahuan tentang pelayanan ANC juga sejalan dengan praktek pemeriksaan

kehamilan para bidan yang sebagian besar sudah sesuai dengan standar minimal

7 T (73,33%).

Tingkat pengetahuan sangat dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang

dalam memberikan asuhan minimal pada antenatal. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Ida Rukmawati dimana perhitungan analisis

bivariat menghasilkan nilai koefisien korelasi Kendall’s tau sebesar 0,455

dengan nilai uji statistik Zhitung > Ztabel (3,534 > 1,96). Angka-angka tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik

bidan di puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen tentang pelayanan ANC dengan

praktek pemeriksaan kehamilan sesuai standar minimal 7 T, dimana kekuatan

hubungannya termasuk sedang dengan arah positif. Penelitian ini menemukan

bahwa semakin baik tingkat pengetahuan tentang pelayanan ANC maka seorang

bidan cenderung akan melaksanakan praktek pemeriksaan kehamilan yang sesuai

dengan standar minimal 7 T. Pemenuhan standar minimal 7 T oleh bidan didasari

oleh pengetahuan yang dia miliki. Hal ini terjadi karena memang pengetahuan

merupakan salah satu aspek psikis yang dapat menjadi motivasi atau faktor

(59)

mengasumsikan profesionalitas maka seorang bidan didasari dengan

pengetahuan yang dia miliki tentu akan berusaha untuk melaksanakan tugasnya

paling tidak menurut aturan yang dia tahu.

Hal ini juga didukung oleh penelitian Ida Rumawati yang berjudul

hubungan antar tingkat pengetahuan bidan dengan praktek pemeriksaan

kehamilan sesuai standar minimal 7T di Puskesmas Sioarjo. Dimana dari

peneltian ersebut didapatkan kekuatan atau keeratan hubungan antara tingkat

pngetahuan tentang pelayanan ANC dengan praktek pemeriksaan kehamilan

sesuai dengan standar minimal 7T adalah baik.

3. Kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan

antenatal berdasarkan tingkat kepatuhan.

Dari hasil distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan kepatuhan

bidan tentang pemberian asuhan standar minimal, menunjukkan bahwa dari 35

responden lebih banyak memiliki kepatuhan cukup sebanyak 13 orang (37,3%).

Namun masih ada yang memiliki kepatuhan kurang sebanyak 12 orang (34,2%)

dan yang patuh sebanyak 10 orang (28,5%)

Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan yang sesuai

dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Perhitungan tingkat kepatuhan

dapat dikontrol bahwa pelaksanan program telah melaksanakan kegiatan sesuai

dengan standart.

Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang

(60)

Lawrence Green (Notoatmojo, 2003) bahwa perilaku (khususnya dalam bidang

kesehatan) ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor-faktor predisposisi

(disposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan

faktor-faktor penguat (reinforcing factors). Kepatuhan sendiri termasuk faktor-faktor

predisposisi. Penelitian ini juga menemukan bahwa kekuatan atau keeratan

hubungan antara tingkat kepatuhan tentang pelayanan ANC dengan praktek

pemeriksaan kehamilan sesuai standar minimal 7 T termasuk sedang. Hal ini

berarti bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi seorang tenaga kesehatan

dalam memberikan asuhan antenatal, seperti pengetahuan yang termasuk ke

dalam faktor predisposisi. Tingkat pengetahuan tentang pelayanan ANC bukan

satu satunya faktor yang mempengaruhi praktek pemeriksaan kehamilan sesuai

standar minimal 7 T. Masih cukup besar proporsi pengaruh dari faktor lain.

Karakteristik bidan yang berupa umur, pendidikan, dan pengalaman (masa kerja)

bisa berpengaruh secara tidak langsung (secara langsung berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan) namun bisa juga berpengaruh langsung terhadap praktek

pemeriksaan kehamilan. Disamping itu ada juga beberapa faktor lain yang

mungkin berpengaruh terhadap praktek pemeriksaan kehamilan antara lain

keadaan sarana prasarana (misalnya ketersediaan dan kelengkapan alat) dan

(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran

mengenai kepatuhan bidan dalam memberikan asuhan standar minimal pelayanan

antenatal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia tahun 2014.

A. Kesimpulan

1.1Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja didapatkan mayoritas

responden telah bekerja > 15 tahun sebanyak 16 orang (45,7%), 11-15 tahun

sebanyak 10 orang (28,5%), 6-10 tahun sebanyak 6 orang (17,23%) dan

minoritas responden dengan lama bekerja <5 tahun sebanyak 3 orang

(8,57%)

1.2Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir, mayoritas

responden dengan pendidikan terakhir D-III Kebidanan sebanyak 32 orang

(91,4%), D-IV Kebidanan sebanyak 2 orang (5,8%), dan minoritas responden

dengan pendidikan SKM sebanyak 1 orang (2,9%)

1.3Tingkat pengetahuan bidan terhadap pelaksanaan asuhan standar minimal

pelayanan antenatal didapat mayoritas responden dengan pengetahuan baik

sebanyak 17 orang (48,5%) dan minoritas responden dengan pengetahuan

Gambar

Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan daerah provinsi Sumatera Selatan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera Selatan Semesta (Jamsoskes Sumsel Semesta).

• Although the numerical technique yielded estimates that were close to the exact analytical solution, there was a discrepancy, or error, because the numerical method involved

[r]

• Repeated application of these methods always results in closer estimates of the true value of the root.. • Such methods are said to be convergent because they move closer to

[r]

Berdasarkan hasil uji dan dibuatnya purwarupa sistem peringatan dini bencana alam angin putting beliung dengan mengukur kecepatan angin menggunakan anemometer

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Gampong Gunong Mulinteung Kecamata Panga Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh, dengan pertimbangan bahwa, lokasi tersebut

Meskipun dokumen ini telah dipersiapkan dengan seksama, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala konsekuensi hukum dan keuangan