SEKILAS TENTANG KERAMIK JEPANG
NIHON NO TOUSEI NI TSUITE
KERTAS KARYA
Dikerjakan
O
L
E
H
NIM : 112203012 WULAN DWI SAVITRI
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
NIHON NO TOUSEI NI TSUITE
KERTAS KARYA
Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan
Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk
melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.
Dikerjakan
Oleh
NIM : 112203012 WULAN DWI SAVITRI
Pembimbing, Pembaca,
Dr.Hj.Siti Muharami M.,M.Hum
NIP. 1961062820042001 NIP. 196008271991031001 Drs.H.Yuddi Adrian M.,M.A
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN
Diterima Oleh
Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.
Pada,
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
NIP. 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A.
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tangan
1. Zulnaidi, S.S., M. Hum ( )
Disetujui oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi Bahasa Jepang DIII
Ketua Program Studi
NIP. 196708072004011001 Zulnaidi S.S., M. Hum
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan segala nikmat-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan kertas karya ini, guna melengkapi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapaun judul kertas karya
ini adalah “Sekilas Tentang Keramik Jepang”.
Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis banyak menerima bantuan
oleh berbagai pihak yang membantu, baik berupa bimbingan maupun pengarahan.
Oleh sebab itu penulis pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah mengorbankan semua waktu dan tenaganya untuk
membantu menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Dr.Syahron Lubis M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi S.S.,M.Hum. selaku Ketua Program Studi Diploma III
3. Ibu Dr. Hj. Siti Muharami Malayu M.Hum selaku Dosen Pembimbing
yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing
dan memberikan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan kertas
karya ini.
4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi M.A. selaku Dosen Pembaca yang
telah meluangkan waktunya untuk membaca kertas karya ini.
5. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi M.A. selaku Dosen Wali penulis
serta seluruh staf pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis
selama duduk dibangku perkuliahan.
6. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Ahmad Syayuti dan
Ibunda Mahrita Pohan atas semua dukungan berupa moril, materil, dan
doa yang tiada hentinya serta kerja keras yang menghantarkan penulis
meraih cita-cita.
7. Teman-teman yang selalu menemani penulis selama masa perkuliahan
yang memberikan keceriaan dihari-hari penulis serta disaat penulis lagi
sedih selalu menghibur dan memberikan motivasi : Agustina, Elsa, Rika
Monika, Abdul, Kak Dara, serta seluruh anggota Hinode.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua bantuan dan
kertas karya ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan dan juga
bermanfaat bagi kita semua.
Dan sebagai sifat manusia segala kekhilafan dan segala kekurangannya,
penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari kesempurnaan oleh karena
keterbatasan kemampuan penulis dalam tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi peningkatan mutu penulisan dan
kesempurnaan kertas karya ini.
Medan, September 2014
NIM : 112203012
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Alasan Pemilihan Judul... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 2
1.3. Pembatasan Masalah ... 2
1.4. Metode Penelitian ... 3
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG ... 4
2.1. Klasifikasi Keramik ... 4
2.2. Sejarah Keramik Jepang ... 5
BAB III TAHAP-TAHAP PEMBUATAN KERAMIK ... 9
3.1. Alat dan Bahan Pembuatan Keramik ... 9
3.2. Tahap-tahap Pembuatan Keramik... 12
3.3. Fungsi Keramik Jepang bagi Masyarakat Jepang... 15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 18
4.1. Kesimpulan ... 18
4.2. Saran ... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Istilah keramik terkenal di seluruh negara manapun yakni negara
Jepang. Jepang adalah negara yang yang tidak hanya terkenal dalam
bidang teknologi bahkan Jepang terkenal memiliki nilai seni yang tinggi.
Salah satu hasil seni yang tinggi tersebut adalah sebuah hasil karya yang
sangat menakjubkan.
Keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos yang artinya
suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.
Keramik merupakan kerajinan tangan yang memerlukan teknik, kreasi,
dan imajinasi dalam pembuatannya. Bukan hanya itu saja, hal dalam
pembuatan keramik memerlukan kesabaran yang tinggi.
Dimana tahap-tahap dalam pembuatan keramik memerlukan tahap
yang panjang, diantaranya tahap pemilihan dan pengolahan bahan, proses
pembentukkan, tahap pengeringan, pembakaran dan pengglasiran. Bahkan
dengan teknik dan dekorasi yang banyak pula. Dalam arti yang luas
keramik adalah sebuah benda yang terbuat dari tanah liat/lempung yang
mengalami suatu proses pengerasan dengan pembakaran dengan suhu
tinggi.
Pada awal munculnya keramik Jepang dipengaruhi oleh Cina dan
mempelajari teknik pembuatan keramik. Namun tidak hanya mempelajari
teknik-teknik pembuatan keramik, keramik itu sendiri memiliki banyak
fungsi diantaranya :
a. Hiasan dalam rumah,
b. Sebagai perabot rumah tangga seperti mangkuk nasi, cangkir tanpa
pegangan,
c. Wadah vase bunga untuk ikebana.
Selain dari fungsi-fungsi tersebut masih banyak lagi fungsi-fungsi
yang belum diketahui bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alasan
tersebut di atas maka penulis tertarik ingin mengetahui ” Sekilas Tentang
Keramik Jepang” yang dijadikan sebagai judul kertas karya ini.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan kertas karya ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah keramik Jepang dan fungsinya.
2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai
keramik Jepang tersebut.
1.3. Batasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis hanya memaparkan mengenai alat
dan bahan untuk pembuatan keramik dan membatasi masalah mengenai
jenis-jenis keramik, sejarah, tahap-tahap proses pembuatan, dan fungsi
1.4. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penulisan kertas karya ini adalah studi
kepustakaan yaitu mengumpulkan data-data atau informasi dengan cara
membaca buku yang berkaitan dengan objek dalam kertas karya ini.
Data-data diperoleh dari Perpustakaan Jurusan Bahasa Jepang, perpustakaan
Universitas Sumatera Utara, maupun Gramedia. Tidak hanya itu untuk
mendapatkan referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan ini
maka digunakan juga internet. Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum
secara ringkas dan padat yang kemudian dideskripsikan ke dalam kertas
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG KERAMIK JEPANG
2.1. Klasifikasi Keramik
Sifat yang paling umum dan mudah dilihat secara fisik pada
keramik adalah rapuh (britle) seperti barang pecah belah, gelas, kendi,
gerabah, tembikar dan sebagainya. Sifat lainnya adalah keramik yang
tahan terhadap suhu yang tinggi.
Berdasarkan prinsipnya pula maka keramik dapat diklasifikasikan
atas dua jenis yaitu :
1. Keramik Tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan
alam, seperti kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain sebagainya. Yang termasuk
keramik tradisional adalah barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah
tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).
2. Keramik Halus
Keramik halus adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan logam
(oksida) seperti logam (oksida) Al2O3, ZrO2, MgO, dan lain-lain. Keramik
disebut dengan keramik teknik. Keramik ini dibuat dengan menggunakan
teknologi mesin.
2.2. Sejarah Keramik Jepang
Seni keramik di Jepang, diperkirakan berawal pada periode Jomon.
Zaman Jomon adalah sebutan zaman prasejarah kepulauan Jepang yang dimulai dari akhir zaman Pleistosen hingga zaman Holosen, bersamaan dengan zaman Batu Pertengahan atau zaman Batu Baru yang ditandai dengan mulai digunakannya barang-barang tembikar. Waktu periode Jomon sekitar 14.000-400 SM. Pada masa itu, kehidupan masyarakatnya
masih berburu dan meramu untuk kebutuhan makannya. Kegiatan manusia pada zaman Jomon yang mencari makanan bergantung pada tempat tinggalnya. Bercocok tanam masih belum dikenal pada masa itu, walaupun mereka sudah hidup menetap dan berkelompok yang disebut mura.
Mereka tinggal di sebuah bangunan yang disebut tateanashikijuukyo.
Meski belum mengenal budaya bercocok tanam, tetapi
masyarakatnya sudah bisa membuat barang-barang tembikar. Dari situlah
yang menjadi cikal bakal dari seni keramik di Jepang. Barang-barang
tembikar pada masa itu bervariasi. Dapat diklasifikasikan menurut periode
waktunya yaitu permulaan, pertengahan, pra akhir dan akhir periode
Jomon. Barang-barang tembikar pada masa permulaan periode Jomon
mempunyai dekorasi bentuk yang langsing dan ornamennya bebas dan
lainnya. Ornamen tersebut dibuat dari tali dengan cara digulungkan
disekeliling barang tembikar tersebut. Area-area penemuan barang-barang
tembikar pada masa ini hanya terbatas di daerah pegunungan sekitar
Honshu Tengah, tepatnya di prefektur Nagano dan Yamaguchi.
Setelah periode Jomon usai, Jepang memasuki periode Yayoi.
Periode Yayoi sekitar 400 SM – 250 M. Kehidupan masyarakat pada
periode ini sudah mulai bercocok tanam. Kebudayaannya berkembang dari
pulau Kyushu sampai sebelah timur pulau Honshu. Pada masa ini berbagai
gerabah tanpa glasir sudah mulai bermunculan. Penggunaan roda tembikar
dan pembakaran yang mampu mencapai suhu bebatuan pun sudah mulai
dikenal. Tidak seperti barang tembikar pada periode Jomon, barang
tembikar pada Yayoi mengandalkan bentuknya daripada dekorasinya.
Barang kesenian pada waktu orde masa ini, khususnya barang tembikarnya
merupakan perwujudan pertama dalam kesenian Jepang yang sekarang ini
sudah kita kenal.
Kemudian Jepang memasuki periode Nara. Pada periode ini
kesenian keramik Jepang sangat terpengaruh oleh kebudayaan Cina dan
juga agama Budha yang dibawa masuk oleh China pada periode Asuka.
Periode ini merupakan masa emas kesenian Budha yang ada di Jepang.
Dengan adanya reformasi Taika, sistem pemerintahan di Jepang meniru
sistem pemerintahan yang ada di Cina. Para pengrajin Jepang pergi ke
penggunaan glasir dan pembakaran suhu rendah. Selama berabad-abad
mereka menerapkan teknik yang mereka pelajari dari Cina dan Korea.
Selanjutnya adalah era Momoyama atau periode Muromachi pada
tahun 1334 – 1573, mulai masuk ajaran agama Budha Zen dan masuknya
ajaran ini beriringan dengan kebudayaan Cina, diantaranya perjamuan
minum teh atau yang kemudian dikenal dengan Cha no yu. Tembikar
Karatsu juga berasal dari sekelompok orang keturunan Korea, kebanyakan
barang produksinya digunakan untuk keperluan sehari-hari dan untuk
keperluan upacara minum teh (tea ceremony). Pada periode ini
memperoduksi beberapa jenis tembikar dengan corak hias berupa dari
glasir besi, dekorasi kuas-bulir, berbintik dan lain lain. Kebudayaan Cha
no yu (upacara minum tea) membawa dampak besar pada pengaruh
kesenian keramik. Para ahli atau guru pada upacara minum teh ingin
peralatan makan dan minum mereka juga mengekspresikan semangat Zen
khususnya nilai estetika yang mencari keindahan yang mendalam, alami,
dan sederhana.
Keramik Hagi berupa mangkok untuk tea ceremony. Keramiknya
minim dengan ekspresi pribadi dan pengglasirannya sedikit buram.
Keramik ini tampil sebagai keramik utama dalam tea ceremony. Saat ini
popularitas keramik ini mulai bangkit kembali setelah sempat tidak
diminati beberapa kurun waktu lampau. Keramik Bizen tanah liat kaya
liatnya, apalagi tekstur “benang api” dan “biji wijen” yang muncul secara
alamiah akibat pembakaran.
Kyoto yang terkenal sebagai pusat budaya dan politik dan lebih
maju secara cultural juga menjadi pusat kesenian dan kerajinan. Sehingga
tidak mengherankan sebagai puast seni diikuti juga perkembangan
keramiknya. Tidak hanya tembikar tradisional akan tetapi tembikar
avant-garde pun berkembang di sana.
Pada awal abad ke delapan ditemukan perkakas versi Jepang yaitu
keramik Jepang dengan dua kali pembakaran. Bahan bakunya dikeraskan
dalam pembakaran yang ada kemudian lapisannya di leburkan ke dalam
pengapian yang ada. Di daerah Tamba umumnya digunakan untuk
peralatan rumah tangga dan keperluan upacara minum teh. Tembikar Arita
dipercaya sudah ada sejak abad 16 (periode Momoyama), ketika seorang
pembuat keramik Ri Sampei, seorang keturunan Korea, menemukan tanah
liat di Arita, Kyushu dan memproduksi porselen. Inilah awal dari
pembuatan porselen di Jepang. Bahkan sampai periode Meiji (1868-1911)
wilayah Arita merupakan pusat porselen di Jepang dengan gaya
Sometsuke yaitu dekorasi kebiruan dengan lapisan grasir bawah.
Disamping itu juga dikembangkan porselen bergaya Aka-e yang
BAB III
TAHAP-TAHAP PEMBUATAN KERAMIK
3.1. Alat dan Bahan Pembuatan Keramik
Alat dan fungsi peralatan untuk pembentukan benda keramik dapat
dikelompokkan menjadi alat bantu, alat pokok, perlengkapan, dan peralatan
keselamatan kesehatan kerja. Peralatan tersebut digunakan untuk proses
pembentukan benda keramik menggunakan berbagai teknik yaitu teknik pijit
(pinching), teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slab building), teknik putar
(throwing), dan teknik cetak (mold).
1. Butsir kawat (wire modelling tools)
Untuk merapikan, menghaluskan, mengerok, membentuk detail, dan
membuat tekstur benda kerja. Ukuran panjang 22 cm, terbuat dari
bahan kawat stainless steel dan tangkai kayu sawo.
2. Butsir kayu (wood modelling tools)
Untuk menghaluskan, membentuk detail, merapikan, membuat
dekorasi, merapikan dan menghaluskan benda kerja. Ukuran panjang
3. Kawat pemotong (wire cutter)
Untuk memotong ujung bibir dan memotong tanah liat plastis. Ukuran
panjang tangkai 6 cm, terbuat dari bahan kawat stainless steel.
4. Pisau pemotong (felting knife)
Untuk memotong, mengiris lempengan tanah liat. Ukuran; panjang
total 17 cm, mata pisau 8.5 cm.
5. Potter rib/throwing ribs/rubber palletes/steel palletes
Untuk menghaluskan dan membentuk permukaan luar benda kerja.
Ukuran: 10 x 6 cm, tebal 0,4 cm, bahan: kayu, plat stainless, karet.
6. Spon (sponges)
Untuk menyerap kandungan air, menghaluskan benda kerja, dan
membersihkan handtool dan sebagai cetakan gips pada waktu
pencucian. Ukuran: diameter 8 cm dan tebal 6 cm, bahan busa.
7. Jarum (needles)
Untuk memotong bibir, menusuk gelembung udara, dan menggores
benda kerja. Ukuran: panjang total 14 cm, mata jarum 4 cm.
8. Kaliper (caliper)
Untuk mengukur diameter benda kerja. Ukuran: panjang 20 cm, 25 cm,
dan 30 cm, terbuat dari bahan alumunium, plastik maupun kayu.
Untuk membuat lempengan tanah, dengan panjang rol kurang lebih 45
cm dan diameter 6 cm–8 cm dan dilengkapi dengan bilah kayu yang
panjangnya 50 cm dan tebal 0,5 cm- 0,7 cm dan lebar sekitar 3 cm.
10.Slab roller
Untuk membuat lempengan tanah liat plastis yang digerakkan dengan
sistem mekanik. Alat ini juga dilengkapi dengan ukuran untuk
menentukan ketebalan lempengan tanah liat. Ukuran: panjang 122 cm,
lebbr 82 cm, dan tinggi 109 cm.
11.Whirler/Banding wheel
Untuk alas pada waktu proses pembuatan benda keramik dan model.
Ukuran: diameter 25 cm dan 30 cm, tinggi 16 cm, bahan alumunium.
12.Hand extruder
Untuk membuat pilinan tanah liat plastis sesuai dengan aksesoris yang
digunakan. Alat ini juga dapat untuk membentuk benda keramik
dengan teknik extruder dengan berbagai bentuk silinder, kotak segi
empat, enam, dll. Ukuran: diameter tabung 10 cm.
Selain alat-alat pembuatan keramik, dalam proses pembuatan keramik
digunakan pula bahan baku yang terdiri atas 3 macam (triaxial), yaitu
tanah liat (clay), pasir dan feldspar.
1.Tanah liat (clay)
Kandungan utama dari tanah liat ini adalah kaolinite
penting untuk pembuatan keramik adalah plastisitas (kemampuan untuk
dibentuk tanpa mudah retak) dan fusibilitas (kemampuan untuk dilebur).
2.Pasir
Berfungsi sebagai bahan pengisi. Jika penambahan pasir terlalu banyak
silikat dalam pasir menyebabkan keretakan pada waktu pembakaran.
3.Feldspar
Feldspar berfungsi sebagai bahan pengikat dalam pembuatan keramik dan
menurunkan temperatur pembakaran. Ada beberapa jenis bahan feldspar
diantaranya K-feldspar, Na-feldspar, Ca-feldspar.
3.2. Tahap-tahap Pembuatan Keramik
1. Pengolahan bahan
Tujuan pengolahan bahan ini adalah untuk mengolah bahan baku dari
berbagai material yang belum siap pakai menjadi badan keramik plastis yang telah
siap pakai. Pengolahan bahan dapat dilakukan dengan metode basah maupun
kering, dengan cara manual ataupun masinal. Di dalam pengolahan bahan ini ada
proses-proses tertentu yang harus dilakukan antara lain pengurangan ukuran butir,
penyaringan, pencampuran, pengadukan (mixing), dan pengurangan kadar air.
Pengurangan ukuran butir dapat dilakukan dengan penumbukan atau penggilingan
tidak seragam. Ukuran butir biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang
lazim digunakan adalah 60 – 100 mesh.
Pencampuran dan pengadukan bertujuan untuk mendapatkan campuran
bahan yang homogen. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara manual maupun
masinal dengan blunger maupun mixer.Pengurangan kadar air dilakukan pada
proses basah, dimana hasil campuran bahan yang berwujud lumpur dilakukan
proses lanjutan, yaitu pengentalan untuk mengurangi jumlah air yang terkandung
sehingga menjadi badan keramik plastis. Proses ini dapat dilakukan dengan
diangin-anginkan di atas meja gips atau dilakukan dengan alat filterpress.
Tahap terakhir adalah pengulian. Pengulian adalah menghomogenkan
massa badan tanah liat dan membebaskan gelembung-gelembung udara yang
mungkin terjebak. Massa badan keramik yang telah diuli, disimpan dalam wadah
tertutup kemudian diperam agar didapatkan keplastisan yang maksimal.
2. Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat
plastis menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada tiga keteknikan utama dalam
membentuk benda keramik yaitu pembentukan tangan langsung (handbuilding),
teknik putar (throwing), dan teknik cetak (casting).
Dalam membuat keramik dengan teknik pembentukan tangan langsung, ada
beberapa metode yang dikenal selama ini: teknik pijit (pinching), teknik pilin
(coiling), dan teknik lempeng (slabbing).
• Pembentukan dengan teknik putar
Pembentukan dengan teknik putar adalah keteknikan yang paling mendasar
dan merupakan kekhasan dalam kerajinan keramik. Karena kekhasannya
tersebut, sehingga teknik ini menjadi icon dalam bidang keramik.
Dibandingkan dengan teknik yang lain, teknik ini mempunyai tingkat
kesulitan yang paling tinggi. Keramik dibentuk diatas sebuah meja dengan
kepala putaran yang berputar. Benda yang dapat dibuat dengan menggunakan
teknik ini adalah benda-benda yang berbentuk dasar silinder: misalnya piring,
mangkok, vas, guci dan lain-lain. Alat utama yang digunakan adalah alat putar
atau meja putar. Meja putar dapat berupa alat putar manual mapupun alat putar
masinal yang digerakkan dengan listrik. Tahap-tahap pembentukan dalam
teknik putar adalah: centering (pemusatan), coning (pengerucutan), forming
(pembentukan), rising (membuat ketinggian benda), refining the contour
(merapikan).
• Pembentukan dengan teknik cetak
Dalam teknik ini, keramik tidak dibentuk secara langsung dengan tangan
cetak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cetak padat dan cetak tuang (slip).
Pada teknik cetak padat bahan baku yang digunakan adalah badan tanah liat
plastis sedangkan pada teknik cetak tuang bahan yang digunakan berupa
badan tanah liat slip (lumpur).
3. Pengeringan
Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah
pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis
yang terikat pada benda keramik. Pada tahap awal benda keramik
diangin-anginkan pada suhu kamar. Apabila penyusutan tidak terjadi, dapat dilakukan
pengeringan dengan sinar matahari langsung atau mesin pengering.
4. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini
mengubah massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat.
Pembakaran dilakukan dalam sebuah tungku (furnace) suhu tinggi. Pembakaran
dapat dilakukan dengan tahap pembakaran biskuit. Pembakaran biskuit
merupakan tahap yang sangat penting karena melalui pembakaran ini suatu benda
dapat disebut sebagai keramik. Biskuit (bisque) merupakan istilah untuk
menyebut benda keramik yang telah dibakar pada kisaran suhu 700 – 1000 derajat
Celcius.
Keramik dilapisi glasir dengan cara dicelup, dituang, disemprot, atau
dikuas. Untuk benda-benda kecil-sedang pelapisan glasir dilakukan dengan cara
dicelup dan dituang serta untuk benda-benda yang besar pelapisan dilakukan
dengan penyemprotan. Fungsi glasir pada produk keramik adalah untuk
menambah keindahan supaya dapat lebih kedap air.
3.3. Fungsi Keramik bagi Masyarakat Jepang
Keramik merupakan benda yang sangat unik baik dari bentuknya, proses
pembuatannya serta ukirannya. Keramik memberikan perasaan bangga
tersendiri bagi yang memilikinya maupun pembuat keramik itu sendiri. Bagi
masyarakat Jepang yang sangat mencintai keindahan memiliki suatu benda
yang unik merupakan sebuah kesenangan. Pada awalnya keramik hanya
dijadikan sebagai alat peralatan rumah tangga. Namun seiring berkembangnya
zaman, keramik kini dijadikan pernak pernik seperti vase untuk wadah ikebana,
wadah untuk tea ocha, serta sebagai hiasan dalam lemari. Sehingga tidak jarang
pula kalau masyarakat Jepang tersebut mau membuat keramik hanya
dikarenakan hobi ataupun menjadikannya sebagai mata pencaharian mereka.
Mereka menyakini bahwa keramik merupakan suatu warisan nasional yang
hidup.
Bagi masyarakat Jepang yang mencintai seni, keramik merupakan barang
yang menarik. Tak sedikit juga masyarakat Jepang yang pada awalnya hanya
membuatnya sendiri sesuai dengan keinginannya hingga pada akhirnya
menjadi sebuah usaha.
Pada sekitar tahun 7000 SM awal seni formatif di Jepang dapat ditelusuri
hingga zaman Archaik (pra sejarah dan proto sejarah), disaat itulah keramik
Jomon mulai dibuat. Artifak-artifak tersebut dibuat dari tanah liat yang tidak
diglasir dengan corak tambang. Mashikoyaki adalah seni keramik Jepang.
Masyarakat Jepang tidak hanya mengenal keramik, contoh seni lainnya yaitu
porselen, tembikar, marmer, dll.
Bagi para pencinta keramik, menuangkan ide-ide mereka dalam proses
pembuatannya tak sedikit pula yang menjadi awal terciptanya teknik baru bagi
para pengrajin keramik. Di samping itu juga banyak porselen dengan gaya
pembuatan menggunakan glasir enamel dari polychrome. Para seniman
keramik juga banyak memproduksi keramik untuk keperluan sehari-hari dan
untuk keperluan upacara minum tea (tea ceremony) serta dihiasi dengan corak
berupa glasir besi, dekorasi kuas bulir ataupun berbintik. Bagi masyakat Jepang
percaya banyak arti dan makna dari setiap corak keramik yang dibuat.
Contohnya Keramik Hagi, dimana kebanyakan produksi keramiknya berupa
mangkok untuk tea ceremony. Sebuah keramik minim atau kecil menandakan
ekspresi pribadi yang membuatnya dengan pengglasiran sedikit buram.
Bagi masyarakat Jepang segala sesuatu yang dilakukan dengan sepenuh
hati dan bersemangat maka akan menghasilkan karya-karya yang baik dan
dapat membuat keramik sendiri dan dapat menggunakan benda-benda yang
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Kesenian Keramik Jepang berawal pada periode Jomon sekitar tahun
14000-400 SM, saat itu masyarakatnya masih mengenal budaya
bercocok tanam, namun sudah bisa membuat barang-barang berupa
keramik maupu tembikar. Kemudian kesenian keramik Jepang
mengambil kesenian dari Cina dan Korea, pada saat itu para perajin
keramik Jepang pergi untuk mempelajari teknik-teknik pembuatan
keramik ke negara tersebut.
2. Dalam proses pembuatan keramik Jepang ialah cukup panjang dan
rumit. Dimana dalam proses pembuatannya kita memerlukan teknik,
kreasi, imajinasi serta dikerjakan dengan sepenuh hati maka keramik
yang dihasilkan akan terlihat bagus dan indah.
3. Pada umumnya peminat dari keramik Jepang ini ialah wanita, hal ini
dikarenakan wanita sangat menyukai hal-hal yang berisi indah dan
bagus. Oleh sebab itu dalam keramik Jepang terdapat wadah untuk
ikebana, wadah yang digunakan dalam upacara minum teh, sebagai
peralatan rumah tangga serta keramik Jepang yang dapat digunakan
4.2. Saran
Dari kesimpulan mengenai “Sekilas tentang Keramik Jepang”
maka penulis ingin memberikan saran untuk para pembaca, dimana
keramik merupakan sebuah benda yang memiliki nilai seni yang sangat
tinggi dan sebuah keramik yang menggambarkan ekspresi dari pengrajin
keramik tersebut. Salah satu fungsi kita sebagai generasi muda sebaiknya
kita ikut serta melestarikan dan menjaga kesenian yang ada di Indonesia
karena sama halnya dengan masyarakat Jepang yang sangat menghargai
DAFTAR PUSTAKA
Matsubara S. Shunsuke Okuda, Yasunori Nagahata.1987. Sejarah Kebudayaan Jepang (Sebuah Perspektif).Jakarta: Kementerian Luar Negeri
Tanaka Sendo. 1973. Tea Ceremony.Tokyo: Kodansha International Ltd
Wilson Richard L.1949. Inside Japanese Ceramics.New York & Tokyo:
Weatherhill
bahan-membuat.com/cara-membuat-kerajinan-keramik
bahan-membuat.com/search/jenis-jenis-keramik-dari-jepang
http://itsaytnid.blogspot.it/2014/04/sejarah-kesenian-keramik-jepang.html
id.wikipedia.org/wiki/Seni_Keramik
id.wikipedia.org/wiki/ZamanJomon
id.wikipedia.org/wiki/ZamanYayoi
LAMPIRAN
I. Gambar Alat-alat Pembuatan Keramik
1. Butsir Kawat (wire modeling tools)
2. Butsir kayu (wood modelling tools)
4. Pisau pemotong (felting knife)
5. Potter rib/throwing ribs/rubber palletes/steel palletes
6. Spon (sponges)
7. Jarum (needles)
8. Kaliper (caliper)
9. Rol kayu
11.Whirler/Banding wheel
12.Hand extruder
II. Jenis-jenis Keramik
ABSTRAK
Jepang adalah negara yang tidak terkenal dalam bidang teknologi bahkan
Jepang terkenal memiliki nilai seni yang tinggi. Salah satu hasil seni yang tinggi
tersebut adalah sebuah hasil karya keramik yang sangat menakjubkan. Keramik
berasal dari bahasa Yunani yaitu keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah
liat yang telah mengalami proses pembakaran. Keramik merupakan kerajinan
tangan yang memerlukan teknik, kreasi, dan imajinasi dalam pembuatannya.
Tahap-tahap dalam pembuatan keramik memerlukan tahap yang panjang, yaitu
tahap pemilihan dan pengolahan bahan, tahap pembentukkan, tahap pengeringan,
tahap pembakaran dan tahap pengglasiran.
Kesenian Keramik Jepang berawal pada periode Jomon. Saat itu
masyarakatnya masih mengenal budaya bercocok tanam, namun sudah bisa
membuat barang-barang berupa keramik maupun tembikar. Barang-barang
tembikar pada periode Jomon mempunyai dekorasi bentuk yang langsing dan
ornamennya bebas dan tegas, namun sedikit lebih kasar. Penemuan barang-barang
tembikar pada masa ini terdapat di daerah pegunungan sekitar Honshu Tengah,
tepatnya di prefektur Nagano dan Yamaguchi.
Setelah periode Jomon usai, Jepang memasuki periode Yayoi sekitar 400
bercocok tanam. Barang-barang tembikar pada periode Yayoi mengandalkan
bentuk daripada dekorasi.
Kemudian sejarah keramik Jepang memasuki periode Nara. Seni keramik
pada periode ini dipengaruhi oleh kebudayaan Cina dan agama Budha yang
dibawa masuk oleh Cina. Para pengrajin Jepang pergi Cina mempelajari
teknik-teknik pembuatan keramik. Sehingga pada periode ini ditemukan pembuatan
keramik dengan penggunaan glasir dan pembakaran suhu rendah.
Selanjutnya pada periode Muromachi pada tahun 1334-1573, mulai masuk
ajaran Budha Zen yaitu ajaran yang berisi perjamuan minum tea (Cha no yu).
Ajaran cha no yu membawa pengaruh besar pada kesenian keramik. Para ahli atau
guru pada upacara minum tea ingin peralatan mereka juga mengekspresikan
semangat Zen, yaitu nilai estetika keindahan yang alami dan sederhana. Contoh
keramik untuk upacara minum tea (cha no yu) yaitu keramik Hagi yang berupa
mangkok.
Keramik diklasifikasikan atas dua jenis yaitu :
1. Keramik Tradisional, yang termasuk dalam keramik ini adalah
barang pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile,
bricks dan untuk industri (refractory).
2. Keramik Halus, yang termasuk dalam keramik ini yakni keramik
modern atau yang biasa disebut dengan keramik teknik.
Bagi masyarakat Jepang, pernak pernik keramik dijadikan sebagai vase
lemari. Dan bagi masyarakat Jepang juga keramik memiliki nilai seni yang sangat
tinggi dan yakin dari setiap corak keramik yang ada memilki arti makna yang
dapat menggambarkan ekspresi dari pengrajin keramik tersebut. Pada umumnya
peminat dari keramik Jepang ini ialah wanita. Bukan hanya wanita Jepang saja
yang menyukai seni keramik Jepang, wanita di Indonesia pun sangat menyukai
seni keramik. Sama halnya dengan masyarakat Jepang, wanita Indonesia lebih
menyukai seni keramik karena dapat dijadikan sebagai peralatan rumah tangga,
sebagai hiasan dalam lemari hias dan sebagai wadah untuk seni merangkai bunga
(ikebana). Karena mereka menganggap mencintai seni memilki keunikan dan