• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu dengan Pertumbuhan Bayi 7-12 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu dengan Pertumbuhan Bayi 7-12 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU DENGAN PERTUMBUHAN BAYI 7-12 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSLUSIF DI

POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH :

SANTI ROHMASARI SARAGIH 145102160

KARYA TULIS ILMIAH

POGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu dengan Pertumbuhan Bayi 7-12

Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

menyusui akan menurunkan produksi ASI, menurunkan kualitas dan kuantitas ASI. Hal tersebut berkaitan dengan kerja hormon prolaktin dan oksitosin, serta akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-6 bulan.

Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Eksklusif .

Metodologi: Desain ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan

cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive

sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 68 responden. Penelitian ini

dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Analisa data digunakan uji Fisher Exact.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh dari 68 responden bahwa ibu mayoritas memiliki kadar HB <11 gr% sebanyak 37 orang ( 54,4%). Hasil uji statistik di peroleh nilai p= 0,029 (p<0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dengan pertumbuhan bayi dan diperoleh nilai OR= 3,619 yang artinya ibu yang mempunyai Hb >11 gr% mempunyai peluang 3,619 kali mempunyai bayi dengan pertumbuhan bayi normal dibandingkan ibu yang mempunyai Hb < 11 %.

Kesimpulan dan Saran: dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar Hb ibu menyusui dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi, karena kejadian anemia pada ibu menyusui akan menurunkan produksi ASI, menurunkan kualitas dan kuantitas ASI. Jadi, diharapkan agar petugas kesehatan meningkatkan pelayanan pemberian tablet zat besi dalam mencegah tejadinya anemia pada ibu menyusui.

(6)

The Corelation Between Maternal Hemoglobin Levels And The

Growth Of The Babies Aged 7-12 Months In Posyandu Puskesmas

Pancur Batu Deli Serdang Year 2015

Abstract

Santi Rohmasari Saragih

Background: Anemia is one of the nutritional problems caused by lack of iron intake were found in daily foods and the disruption of iron absorption by the body. Anemia in nursing mothers will decrease milk production, reduce the quality and quantity of breast milk. This is related to the prolactin and oxytocin hormones, and will affect the fulfillment of the needs of babies aged 0-6 months.

Objective: to determine the relationship of maternal hemoglobin levels with the growth of babies aged 7-12 months who are breastfed exclusively.

Methodology:This design uses descriptive correlative with cross sectional approach. The sample collection were done using the sampling method of purposive. The total sample in this research was 68 respondents. The study is done at the posyandu the working areas of Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang 2015. Data analysis used the Exact Fisher.

Results: Based on the results obtained from the 68 respondents that the majority of mothers had higher levels of HB <11 g% as many as 37 people (54.4%). Statistical test results obtained value of p = 0.029 (p <0.05) that stated there was a significant association between hemoglobin levels with the growth of the baby and the obtained value OR = 3.619, which means mothers with Hb> 11 g% have a chance of having a baby 3,619 times with the growth of normal infants than mothers with Hb <11%.

Conclusion and suggestion: The results of the study proved that the hemoglobin concentration of breastfeeding mothers can influence the growth of the babies, because the anemia in nursing mothers will decrease milk production, reduce the quality and quantity of breast milk. So, Expected for health workers in order to improve service prevision of iron tablets in secondary anemia in breasfeeding mothers.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Masa Esa, yang telah memberikan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 yang mendapat ASI Ekslusif di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 ” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Dr.dr.Sarma Lumban Raja, SpOG (K) selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. dr. Hemma Yulfi DAP&E, M.Med.Ed selaku dosen penguji I yang memberikan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

(8)

6. Dr. Hj. Tetti Rossanti Keliat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua, abang, adik tersayang yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dan doa serta semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan, dorongan, dan semangat yang telah diberikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa menyertai Kita semua.

Medan,

Peneliti,

(9)

DAFTAR ISI

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan... 12

4. Tahap Pencapaian Pertumbuhan ... 13

C.ASI Ekslusif

E. Manfaat Air Susu Ibu ( ASI) Di Lihat Dari Berbagai Aspek 1.Aspek Gizi ... 20

2.Aspek Imunologik ... 21

3.Aspek Psikologik ... 22

4.Aspek Kecerdasan ... 22

(10)

6.Aspek Ekonomis ... 23

G.Hubungan Karateristik Ibu Dengan Pertumbuhan ... 26

H.Hubungan ASI Ekslusif Ibu Dengan Pertumbuhan Bayi ... 29

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFENISI A. Kerangka Konsep ... 31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Berat Badan Bayi Menurut Tinggi Dan Umur ... 10

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 32

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Daeli Serdang Tahun 2015 ... 39

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten

Daeli Serdang Tahun 2015 ... 40

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Daeli Serdang Tahun 2015 ... 40

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Hb Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Daeli Serdang Tahun 2015 ... 41

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Pertumbuhan Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Daeli Serdang Tahun 2015.. ... 41

(12)

DAFTAR SKEMA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

(14)

Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu dengan Pertumbuhan Bayi 7-12

Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

menyusui akan menurunkan produksi ASI, menurunkan kualitas dan kuantitas ASI. Hal tersebut berkaitan dengan kerja hormon prolaktin dan oksitosin, serta akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-6 bulan.

Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Eksklusif .

Metodologi: Desain ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan

cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive

sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 68 responden. Penelitian ini

dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Analisa data digunakan uji Fisher Exact.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh dari 68 responden bahwa ibu mayoritas memiliki kadar HB <11 gr% sebanyak 37 orang ( 54,4%). Hasil uji statistik di peroleh nilai p= 0,029 (p<0,05) sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dengan pertumbuhan bayi dan diperoleh nilai OR= 3,619 yang artinya ibu yang mempunyai Hb >11 gr% mempunyai peluang 3,619 kali mempunyai bayi dengan pertumbuhan bayi normal dibandingkan ibu yang mempunyai Hb < 11 %.

Kesimpulan dan Saran: dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar Hb ibu menyusui dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi, karena kejadian anemia pada ibu menyusui akan menurunkan produksi ASI, menurunkan kualitas dan kuantitas ASI. Jadi, diharapkan agar petugas kesehatan meningkatkan pelayanan pemberian tablet zat besi dalam mencegah tejadinya anemia pada ibu menyusui.

(15)

The Corelation Between Maternal Hemoglobin Levels And The

Growth Of The Babies Aged 7-12 Months In Posyandu Puskesmas

Pancur Batu Deli Serdang Year 2015

Abstract

Santi Rohmasari Saragih

Background: Anemia is one of the nutritional problems caused by lack of iron intake were found in daily foods and the disruption of iron absorption by the body. Anemia in nursing mothers will decrease milk production, reduce the quality and quantity of breast milk. This is related to the prolactin and oxytocin hormones, and will affect the fulfillment of the needs of babies aged 0-6 months.

Objective: to determine the relationship of maternal hemoglobin levels with the growth of babies aged 7-12 months who are breastfed exclusively.

Methodology:This design uses descriptive correlative with cross sectional approach. The sample collection were done using the sampling method of purposive. The total sample in this research was 68 respondents. The study is done at the posyandu the working areas of Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang 2015. Data analysis used the Exact Fisher.

Results: Based on the results obtained from the 68 respondents that the majority of mothers had higher levels of HB <11 g% as many as 37 people (54.4%). Statistical test results obtained value of p = 0.029 (p <0.05) that stated there was a significant association between hemoglobin levels with the growth of the baby and the obtained value OR = 3.619, which means mothers with Hb> 11 g% have a chance of having a baby 3,619 times with the growth of normal infants than mothers with Hb <11%.

Conclusion and suggestion: The results of the study proved that the hemoglobin concentration of breastfeeding mothers can influence the growth of the babies, because the anemia in nursing mothers will decrease milk production, reduce the quality and quantity of breast milk. So, Expected for health workers in order to improve service prevision of iron tablets in secondary anemia in breasfeeding mothers.

(16)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI Ekslusif ( menurut WHO ) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara (Dewi, 2011, hal.25).

Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau bersedia memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan seperti yang disarankan organisasi kesehatan dunia (WHO). Sentra laktasi Indonesia mencatat bahwa berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003, hanya 15 % ibu memberikan ASI Ekslusif selama 6 bulan. Di indonesia, rata-rata ibu memberikan ASI Ekslusif hanya 2 bulan. Pada saat yang bersamaan, pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat. Ironisnya, pada tahun 2005-2006, bayi di Amerika Serikat yang mendapatkan ASI Ekslusif justru meningkat menjadi 60-70 % (Nurheti, 2011, hal.1 ).

(17)

2

Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), namun bayi menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah di cerna oleh zat bayi. Zat besi di butuhkan bayi untuk memproduksi hemoglobin, bagian dari sel-sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, zat besi pun esensial untuk tumbuh kembang otak bayi (Nirwana, 2014, hal.144 ).

ASI yang diproduksi dipengaruhi asupan makan dan riwayat gizi ibu. Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan zat besi yang terdapat dalam makanan sehari-hari dan adanya gangguan penyerapan zat besi oleh tubuh. Kejadian anemia pada ibu menyusui akan menurunkan produksi ASI, menurunkan kualitas dan kuantitas ASI. Hal tersebut berkaitan dengan kerja hormon prolaktin dan oksitosin, serta akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan bayi usia 0-6 bulan. Angka anemia pada wanita usia subur (WUS) menurut Riskesdas 2007 mencapai 24,5 %. Pernyataan ini didukung dengan tingginya prevalensi anemia di Jawa Tengah sebesar 57,7%, lebih tinggi dari pada prevalensi anemia WHO (2005) sebesar 41,8% dan prevalensi anemia nasional sebesar 50,9%. Sedangkan di kota Semarang, terjadi peningkatan prevalensi anemia pada ibu hamil dari 17,93% pada tahun 2011 menjadi 19,14% pada tahun 2012 . ( Septyningtiyah,2013, ¶1).

(18)

Berdasakan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 walaupun pemberian ASI rata-rata 22,3 bulan tetapi inisiasi dini pemberian ASI< 1 jam hanya 3,7% . ASI ekslusif 0-4 bulan 55,1% ASI ekslusif 0-6 bulan 39,5%: rata-rata durasi ASI ekslusif 1,6 bulan: penggunaan botol 32,4 ( Sarwono, 2010 hal. 376.) Menurut Penelitian yang dilakukan di Dhaka pada tahun 1.667 bayi selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI Ekslusif dapat menurunkan risiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare.

Dalam suatu survei mengenai tumbuh kembang anak balita dengan cara multi stage random sampling di sebuah kelurahan di Jakarta Timur pada tahun 1997, didapatkan status gizi normal 5,2 %, gizi kurang 18,6 %, gizi lebih 1,37 % dan obesitas 15,7 %, perkembangan yang normal 74,5 % serta diduga keterlambatan perkembangan 25,5 % (Gunardi, 2010).

Sehubungan dengan besarnya manfaat ASI terhadap tumbuh-kembang bayi, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Ekslusif di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

(19)

4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 . 2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan umur, pendidikan, paritas.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kadar hemoglobin ibu di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pertumbuhan bayi di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi tempat penelitian wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Sebagai informasi bahwa pentingnya pemberian ASI Eksklusif untuk pertumbuhan bayi dan tetap menjaga pola makan yang baik pada saat menyusui.

2. Bagi pendidikan dan bidan pendidik

(20)

sewaktu menyusui dengan pertumbuhan bayi dan sebagai bacaan di perpustakaan Keperawatan Universitas Sumatera Utara .

3. Bagi penelitian selanjutnya

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hemoglobin

1. Pengertian Hemoglobin

Protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki 15,5 g/dl dan pada wanita 14.0 g/dl ( Susan M Hinchliff,1996). Rata-rata konsentrasi hemoglobin ( MCHC= Mean Concentration of Hemoglobin ) pada sel darah merah 32g/dl. Fungsi hemoglobin adalah mengangkat oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawah jaringan. Ikatan hemoglobin dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2).

Pengklasifikasian menurut Manuaba, 2001 adalah: a. Tidak anemia : Hb >11 gr %

b. Anemia ringan : Hb 9-10,5 gr % c. Anemia sedang : Hb 7-8 gr % d. Anemia berat : Hb <7 gr %

(22)

Hemoglobin suatu bahan yang penting sekali dalam eritrosit juga dibentuk dalam sumsum tulang. Batasan secara individu menurut WHO berdasarkan kadar hemoglobin (Hb) yang diperiksa per 100 gram mililiter (mL) atau gram per desiliter (dL) adalah :

1. Laki-laki dewasa : Hb 13 (gr/dL) 2. Perempuan dewasa : Hb 12 (gr/dL) 3. Ibu hamil : Hb 11 (gr/dL) 4. Ibu menyusui : Hb 12 (gr/dL)

Kadar Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil yang Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi placentaterhadap janin.

2. Klasifikasi Kadar Hemoglobin a. Anemia

(23)

8

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A tetapi juga bahan bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang baik. Selain vitamin A, vitamin B juga terdapat pada ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada awal perkembangan sistem saraf maka pada ibu yang menyusui perlu ditambahkan vitamin ini. Sedangkan kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Di samping itu ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata yang berfungsi pada perkembangan pancaindera bayi.

b. Tidak Anemia

(24)

B. Pertumbuhan Bayi

1. Pengertian Pertumbuhan bayi.

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang meliputi BB, TB, LK, lingkar lengan atas ( LLA, dan lain-lain, atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem organ trubuh .

a. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitive terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah, dan tidak memerlukan banyak waktu . Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke-10. Berat badan menjadi 2x BB waktu lahir pada bayi umur 5 bulan (Soedjeningsih, 2003).

Kenaikkan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, jika anak mendapat gizi yang baik adalah:

(25)

10

Tabel 2.1

Berat dan tinggi badan menurut umur

Umur Berat (Kg) Tinggi (Cm)

Tahun Bulan Normal Kurang Buruk Normal Kurang Buruk

Baku 80%

Baku

60% Baku

Baku 80%

Baku

60% Baku

0 - 3,4 2,7 2,0 60,5 43,0 35,0

1 4,3 3,4 2,5 65,0 46,0 38,0

2 5,0 4,0 2,9 68,0 49,0 40,5

3 5,7 4,5 3,4 60,0 51,0 42,0

4 6,3 5,0 3,8 62,0 53,5 43,5

5 6,9 5,5 4,2 64,5 54,5 45,0

6 7,4 5,9 4,5 66,0 56,0 46,0

7 8,0 6,3 4,9 67,5 57,5 47,0

8 8,4 6,7 5,1 62,0 52,0 48,5

9 8,9 7,1 5,3 70,5 60,0 42,5

10 9,3 7,4 5,5 72,0 61,5 50,5

11 9,6 7,7 5,8 73,5 63,0 51,5

(26)

b. Lingkar Lengan Atas ( LLA)

Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun).Pengukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Alat yang digunakan biasanya adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan LLA ini lebih tepat untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan fisik yang berat. Selain itu terkadang pengukurannya juga dengan menekan pertengahan LLA yang dirasakan tidak nyaman bagi anak-anak.

Interpretasi hasil dapat berupa:

1. LLA(cm): <12,5 gizi buruk ( merah), 12,5-13,5= gizi kurang ( kuning), > 13,5= gizi baik (hijau).

2. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB: ,75%= gizi buruk, 75-80% = bordeline, dan >85%= gizi baik (normal).

c. Lingkar Kepala

(27)

12

2. Pola pertumbuhan

Pola pertumbuhan merupakan peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan anak, meliputi percepatan maupun perlambatan yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ yang lain. Terdapat beberapa pola pertumbuhan, antara lain:

a. Cephalocaudal/head to tail direction

Di mulai dari kepala, meliputi perubahan ukuran, berkembangnya kemampuan, diawali dari menggerakkan atau menggelengkan kepala hingga kemampuan menggerakkan ektremitas.

b. Proximodistal/near to far direction

Dimulai dari mengerakkan anggota gerak paling dekat dengan sumbu tubuh hingga menggerakkan anggota gerak yang lebih jauh atau lebih tepi.

c. Mass to specific/mass to complex

Dimulai dari mengerakkan daerah yang lebih umum hingga mengerakkan daerah yang lebih kompleks.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

a. Faktor Genetik, merupakan sifat bawaan anak tersebut, kemampuan anak merupakan ciri- yang khas yang di turunkan dari orang tuanya.

(28)

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum dapat dibagi menjadi tiga kebutuhan dasar, yaitu sebagai berikut.

a) Kebutuhan Fisik-Biomedis (Asuh) 1) Pangan/gizi.

2) Perawatan kesehatan dasar : imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, dan pengobatan;

3) Pemukiman yang layak.

4) Kebersihan perseorangan dan sanitasi lingkunga 5) Pakaian

6) Rekreasi dan kesegaran jasmani. b) Kebutuhan Emosi/Kasih Sayang (Asih)

Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh yang selaras, baik fisik, mental, atau psikososial.

c) Kebutuhan akan Stimulasi Mental

Stimulasi mental akan mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian ,kreativitas, agama, kepribadian, moral etika, produktivitas, dan sebagainnya. Anak yang mendapat asuh, asih, dan asah yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan kebutuhan potensi genetik yang dimilikinya.

4. Tahap Pencapaian Pertumbuhan

(29)

14

yang terdiri dari masa neonatus, masa bayi, masa anak usia 1-2 tahun , masa anak pra sekolah, masa anak sekolah dan masa remaja.

Masa prenatal

Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada fase embrio pertumbuhan dimulai sejak 8 minggu pertama. Fase embrio diawali dengan terjadinya ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase ini belum tampak adanya gerakan yang menonjol , tetapi denyut jantung janin sudah teridentifikasi sejak usia empat minggu.

Masa postnatal

Masa postnatal dibagi menjadi 6 periode. Enam periode pertumbuhan dan perkembangan masa postnatal tersebut, adalah masa neonatus ( 0-28 hari ), masa bayi ( 28 hari – 1 tahun), masa anak ( 1-2 tahun) masa prasekolah ( 3-5 tahun), masa sekolah ( 6-12 tahun), dan masa remaja ( 13-18 tahun).

Masa Neonatus

Masa neonatus merupakan masa terjadinya kehidupan kehidupan baru di luar uterus. Terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, diawali dengan aktivitas pernafasan pertama, penyesuaian denyut jantung janin, pergerakan bayi, pengeluaran mekoneum dan defekasi.

Masa bayi

(30)

Usia 1-4 bulan

Pada usia1-4 bulan, pertumbuhan berat badan akan mencapai 700-1000 gram apabila di dukung dengan pemenuhan gizi yang baik. Pertumbuhan tinggi badan agak stabil pada usia dini.

Usia 4-8 bulan

Pada usia ini terjadi pertumbuhan berat badan dua kali berat badan lahir. Rata-rata kenaikan berat badannya adalah 500-600 gram/bulan apabila mendapatkan pemenuhan kebuuhan gizi yang baik. Tinggi badan tidak mengalami percepatan pertumbuhan dan naik stabil berdasarkan pertumbuhan umur.

Usia 8-12 bulan

Pertumbuhan berat badan mencapai tiga kali berat badan lahir pada usia satu tahun. Pertambahan berat badan sekitar 350-450 gram perbulan pada usia 7-9 tbulan dan 250-350 gram per bulan pada usia 10-12 bulan, bila mendapatkan pemenuhan gizi yang baik. Pertumbuhan tinggi badan kurang lebih 1,5 kali tinggi badan lahir. Pada usia satu tahun, penambahan tinggi badan masih stabil dan di perkirakan mencapai 75 cm.

Masa anak 1-2 tahun

Pada masa ini terjadi beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Kenaikan berat badan 1,5-2,5 kg,panjang badan 6-10 cm, lingkar kepala 2 cm karena adanya perlambatan otak.

Masa prasekolah

Pertumbuhan b 2 kg erat badan akan mengalami kenaikan rata-rata kg pertahun . kelihatan kurus tetapi reaktifitas motoriknya tinggi. Sistem tubuh mencapai

(31)

16

C. ASI EKSLUSIF

1. Pengertian ASI Ekslusif

ASI ekslusif menurut WHO adalah pemberian ASI pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara (Dewi, 2011, hal.25).

2. Zat-Zat yang terkandung di Dalam ASI

a. Protein

Dibanding susu sapi, protein yang terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit, namun lebih mudah dicerna usus bayi. Protein Didalam ASI dapat membantu menghancurkan bakteri dan melindungi bayi dari infeksi Protein yang paling banyak terdapat adalah laktabulmin (whey protein) dan karsinogen ada dalam jumlah yang lebih sedikit .Ini memberikan aliran terus-menerus dari zat gizi kepada bayi. Dua jenis asam amino, cytine dan taurin, terdapat dia air susu manusia tetapi tidak ada di dalam air susu sapi. Asam ini penting untuk pertumbuhan dan yang kedua untuk perkembangan otak. Colostrum mengandung semua dari sepuluh asam amino.

b. Karbohidrat

(32)

c.Lemak

Kadar lemak yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi umumnnya hampir sama, yang berbeda adalah komposisi lemaknya. Komposisi lemak dalam ASI dapat membantu nafsu makan bayi dan lebih mudah di serap serta dimanfaatkan oleh tubuh bayi.

d. Mineral

Zat mineral terdapat dalam ASI jauh lebih sedikit dibanding susu sapi. Akan tetapi mineral seperti seng dan tembaga terdapat dalam jumlah yang besar yang lama kelamaan akan berkurang. Mineral lain seperti kalsium dan phosfor terdapat dalam jumlah yang tetap. Zat besi yang terkandung dalam ASI maupun dalam susu sapi hampir sama, hanya daya serapnya berbeda. Bayi dapat menyerap lebih banyak besi dari ASI.

e. Vitamin

Air susu manusia yang sudah masak (dewasa mengandung 280 internasional unit (IU) vitamin A dan kolostrum mendandung sejumlah dua kali. Susu sapi hanya mengandung hanya 18 IU; Vitamin D larut dalam air dan larut dalam lemak ada didalam air susu manusia; Kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsi utama adalah untuk mencegah hemolytic anemia akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxida.

(33)

18

Kekurangan zat sine ini bisa berakibat gagalnya penyembuhan dan penutupan luka-luka kulit tertentu. Meskipun lebih banyak sine dalam susu sapi dibanding dalam air susu manusia, namun ketersediaan lebih banyak didalam air susu manusia. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium dan potasium dalam tingkat yang lebih rendah dalam susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan gram yang berlebihan dan oleh karena itu tidak mungkin akan memerlukan air tambahan di bawah kondisi-kondisi umum (Rukiyah, dkk, 2011, hal.19).

D. Komposisi Gizi Dalam ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjer payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi . Komposisi Air Susu Ibu masing-masing berbeda, kolostrum berbeda dengan susu matang, susu prematur berbeda sengan susu ibu dengan cukup bulan dan susu yang keluar 5 menit pertama berbeda dengan pertengahan dan akhir. ( Mitayani, 2010, hal.57).

Komposisi ASI meliputi :

1. Kolostrum

(34)

a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gamaglobulin sehingga dapat memberikan perlingungan tubuh terhadap infeksi.

c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktus/d 6 bulan.

2. ASI Transisi/Peralihan

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.

3. ASI Matur.

ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya ( Ambarwati, dkk, 2009, hal.24).

Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI sehingga makanan “ajaib” tersebut tidak boleh dilewatkan. Kandungan yang terdapat dalam ASI, antara lain :

a. ASI mengandung 88,1 % air sehingga ASI yamg diminum bayi selama pemberian ASI ekslusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuaidengan kesehatan bayi. Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama ( kolostrum cairan kental kekuningan ) tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat.

(35)

bahan-20

bahan larut melalui air seni. Zat- zat yang dapat larut ( misalnya, sodium, potasium, nitrogen, dan klorida). Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubunnya. Karena ASI mengandung sedikit bahan larut maka bayi tidak membutuhkan banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa.

E. Manfaat ASI Di lihat dari Berbagai Aspek

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu gizi, imunologik, psikologi, kecerdasan, neurogis, ekonomis, dan aspek penundaan kehamilan.

1. Aspek Gizi

Manfaat Kolostrum

a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Ig.A,untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare.

b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi, tergantung dari isapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit, kolostrum cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi.

(36)

d. Membantu mengeluarkan mekonium, yaitu kotoran bayi yang pertama dan bewarna hitam kehijauan.

2. Aspek Imunologik

ASI mengandung zat antiinfeksi, bersih, dan bebas kontaminasi.

a. Imunoglobulin A ( Ig.A ) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig. A tidak diserap, terapi dapat melumpuhkan bakteri patogen. Laktoferin, yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

b. Lisosim, yaitu enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri ( E. Coli dan Salmonella ) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI adalah 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

c. Sel darah putih dalam ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4.000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam, yaitu berikut ini.

1) Brochus-asociated hympocyte tissue ( BALT ) „antibodi penapasan‟.

2) Gut asociated lympocyte tissue ( GALT ) „ antibodi saluran penapasan‟.

3) Mammary asocisted lympocyte tissue (MALT )‟antibodi jaringan payudara ibu

(37)

22

3. Aspek Psikologik

a. Rasa percaya diri ibu untuk menyusui.

Ibu mampu percaya menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi yang akan meningkatkan pruduksi hormon, terutama oksitiksin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI .

b. Interaksi Ibu dan Bayi.

Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi bergantung pada kesatuan ibi-bayi tersebut.

c. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi.

Ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan, seperti kulit ( skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah di kenal sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan

a. Interaksi ibu-ibu dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapatb meningkatkanb kecerdasan bayi.

b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki poin IO 4,3 Poin lebih tinggi pada usia 18 bulan , 4-6 poin lebvih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 poin lebih tinggi pada usia 8,5 tahun dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

c. Aspek Neurogis

(38)

d. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk memberi susu formula dan peralatannya.

e. Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara ekslusif dapat menunda haid dan kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai metode amenorea laktasi ( MAL).

F. Manfaat ASI 1. Bagi bayi :

a. Bayi akan mendapat semua zat gizi/zat makanan yang diperlukan untuk bertumbuh dan berkembang (TK) – nya bayi termasuk TK otaknya.

b. Selalu bersih. Tidak mendapat cemaran (kontaminasi) dari luar.

c. Mencegah mencret. Karena bayi mendapat susu jolong (ko-lostrum) yang akan mencegah mencret. Karena itu susukan segera setelah lahir dan dibersihkan (30-6- menit setelaj lahir) meskipun air belum keluar agar bayi memperoleh susu jolong (kolostrum). Rangsangan mulut bayi pada puting susu akan memacu payudara si ibu untuk segera membuat (memproduksi) ASI. Susu jolong adalah air susu yang keluar pertama kali sampai beberapa hari yang diikuti oleh Air Susu biasa. Warna susu jolong adalah kekuningan agak pekat. Berikan kepada bayi dan jangan dibuang.

(39)

24

e. Bayi merasakan tenang dalam kehangatan dekapan ibunya.

2. Bagi ibu :

1. Praktis. Si ibu bisa memberikan ASI kappa saja (sewaktu-waktu) dan dimana saja tidak perlu repot membersihkan/menyiapkan alat-alat dan membuat “ramuan” susu botol. Tidak perlu memasak air. Tidak perlu ke toko untuk membeli susu kaleng/susu formula (SF).

2. Ekonomis. Ibu tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli susu formula (SF) yang harganya semakin melambung. Biaya untuk bikin asi jauh lebih kecil daripada minum susu botol. Lebih baik belikan saja makanan yang bergizi untuk ibunya.

3. Menjadikan si ibu makin sayang kepada bayinya.

4. Menyusukan bayi segera setelah alahir akan mencegah pendarahan. Perhatikan saja bila si ibu menyusukan bayinya, perut si ibu akan merasa mulas, suatu pertanda baik karena terjadi pengkerutan Rahim yang sedang men-jepit pembuluh darah yang putus akibat lepasnya plasenta (ari-ari) dan akan menghentikan pendarahan.

5. Ibu yang mampu memberikan ASInya eksklusif 4-6 bulan akan mencegah terjadinya kehamilan selama 4-6 bulan meskipun tanpa alat kontrasepsi asalkan bayi sering disusukan. Meskipun ada kemungkinan bisa hamil tapi kecil kemungkinan itu.

3. Bagi Masyarakat

(40)

generasi mandiri; menghemat devisa Negara; menurunkan angka kesakitan dan kematian.

1. Mengurangi pendarahan, serta konservasi zat besi, protein, dan zat lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat yang terbuang.

2. Penghematan karena tidak perlu membeli susu.

3. Asi eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas pada anak

4. ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak – anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (intellectual Quotient) lebih rendah 7 – 8 poin dibanding dengan anak – anak yang diberi ASI secara eksklusif. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan, dapat mencegah terjadinya infeksi karena mengandung zat panangkal penyakit (misalnya, immunoglobin), praktis dan mudah memberikannya, serta murah dan bersih. Selain itu ASI mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak. ASI selalu berada dalam suhu yang tepat, tidak menyebabkan alergi, dapat mencegah kerusakan gigi, dan dapat mengoptimalkan perkembangan bayi.

(41)

26

seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa nanti. Tidak hanya itu, anak juga dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas (kegemukan).

G. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pertumbuhan Bayi

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa dewasa awal adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jika dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik untuk hamil dan bersalin. Karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat.

Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor untuk menilai kepahaman dan pengetahuan ibu tentang asupan dan pemberian ASI kepada bayi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian aeda ernawati yang menunjukan semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi pengetahuan tentang variasi makanan.

(42)

terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara (mengatasi masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang di hasilkan oleh pendidikan kesehatan ini di dasarkan pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap karena didasari oleh kesadaran. Memegang kelemahan dan pendekatan kesehatan ini adalah hasil lamanya karena perubahan perilaku melalui proses pembelajaran yang pada umumnya memerlukan waktu lama.

Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusu dalam memberikan ASI ekslusif, hal ini di hubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahun yang lebih luas di bandingkat tingkat pendidikan yang rendah.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebutuntuk menerima informasi. (Notoadmojdo,2007).

UU, No. 20 tentang Pendidikan, 2003 tingkat pendidikan di bagi dalam 3 katagori, yaitu :

(43)

28

2. Menengah apabila responden telah menamatkan pendidikan di Sekolah lanjutan atas atau sederajat

3. Dasar apabila responden telah menamatkan pendidikan SD, SMP, atau tidak menamatkan sekolah.

Menurut Chapman (1999) paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami ibu dengan mencapai viabilitas. Sedangkan menurut Manuaba (1999) paritas atau para adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali atau melahirkan untuk pertama kali

2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup lebih dari satu, di mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali. Paritas 2 – 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal 3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih

(44)

mencukupi untuk anak satu atau dua orang saja tetapi tidak cukup untuk jumlah anak yang lebih dari tiga orang Menurut Suhardjo 1996 dalam Ali Umar 2006, jumlah anggota keluarga yang banyak akan memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah gizi dan kesehatan yang berhubungan dengan ketidak cukupan pangan dan gizi.

H. Hubungan ASI Ekslusif Ibu Dengan Pertumbuhan Bayi

Nadesul (2005) berpendapat, jika pemberian ASI cukup dan bayi tidak sering sakit, cukup tidur dan cukup bermain maka berat badan bayi sehat akan menjadi tiga kali lipat berat badan lahir.

Selain dapat menyebabkan kegemukan (obesitas) Margareth (2009) juga menyebutkan banyaknya pemberian MP-ASI terlalu dini di masyarakat akan menyebabkan resiko kekurangan gizi penting yang ada pada ASI, resiko infeksi meningkat, kebutuhan anak tidak terpenuhi, bayi sering diare, batuk pilek dan panas, memperberat kerja ginjal serta meningkatkan resiko dehidrasi.

(45)

30

(46)

A. Kerangka konsep

Adapun kerangka konsep untuk penelitian yang berjudul hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Ekslusif di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 menggunakan variabel independen meliputi kadar hemoglobin ibu. Dan yang menjadi variabel dependen pertumbuhan bayi yang mendapat ASI Ekslusif.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema kerangka konsep di bawah ini :

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) dimana ada hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Ekslusif di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

Pertumbuhan bayi Kadar hemoglobin ibu

≥11 gr/dl : Tidak anemia

(47)

32

(48)

-METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini ialah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Ekslusif di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

2. Sampel

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan responden sesuai kriteria, sifat dan karakter tertentu yang merupakan ciri pokok populasi ( Purposive sampling).

Kriteria inklusi :

a. Bayi usia 7-12 bulan b. Ibu menyusui ASI Ekslusif Kriteria Ekslusi:

(49)

34

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 karena dengan pertimbangan beberapa alasan, yaitu:

1. Posyandu wilayah kerja Puskesmas tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan kadar hemoglobin ibu dengan

pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Ekslusif di Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

(50)

Waktu Penelitian

(51)

36

berpartisipasi dalam penelitian atau tidak ( the right to self determination) dengan membuat informed consent sehingga calon responden tidak merasa terpaksa untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, dan hak untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian (the right to full disclosure) dengan memberitahukan calon responden maksud dan tujuan penelitian; 3) justice (keadilan), yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil (the right to pair treatment) dengan memberikan kesempatan kepada semua pasien untuk menjadi responden, dan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan responden (the right privacy), dimana pada kuesioner tidak dicantumkan nama responden namun hanya memberikan nomor responden ( Hidayat, 2011).

E. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, serta sistematis sehingga lebih mudah diolah (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan data menggunakan data primer dan sekunder dimana data primer diperoleh deng

an melakukan pemeriksaan hemoglobin ibu dan data sekunder yang diperoleh dengan melihat KMS yang ada di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

F. Prosedur Pengumpulan Data

(52)

( data primer ) di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengen beberapa tahap yaitu :

1. Mendapat surat permohonan izin melaksanakan penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan.

2. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitan tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan Lubuk Pakam.

3. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian tersebut kepada Kepala Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

G. Analisis Data

Dalam melakukan analisa data- data yang telah terkumpul diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah :

1. Editing

Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan pada saar pengumpulan data atau setelah data terkumpul

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka.

3. Processing

(53)

38

4. Melakukan teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah ; a. Analisis Univariat

Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.

b. Analisis Bivariat

Analisis data dilakukan secara bivariat yaitu menghubungkan antara Kadar Hemoglobin Ibu Dengan Pertumbuhan Bayi Yang Mendapat ASI Ekslusif. dengan menggunakan uji Chi-Square, pada tingkat kepercayaan 95 % (α=0,05).

Adapun rumus yang digunakan:

X2 = (O – E)2 E

Dimana hasil yang didapat sebagai berikut: 1. hitung ≥ maka Ho ditolak Ha diterima

Kesimpulannya ada hubungan bermakna antara variable independent dengan variable dependent .

(54)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai hubungan kadar hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di posyandu wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015.

1. Analisa Univariat

a. Karakterisrtik Demografi Responden

Tabel 5.1.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2015 (n=68)

Karakteristik ibu Jumlah

Kelompok umur (Tahun)

N %

<20 29 42,6

20-35 31 45,6

>35 8 11,8

Total 68 100,0

(55)

40

Tabel 5.2.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

KabupatenDeli Serdang tahun 2015 (n=68)

Karakteristik ibu Jumlah

Pendidikan responden N %

SD 10 14,7

SMP 27 39,7

SMA 22 32,4

PT 9 13,2

Total 68 100,0

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 68 orang responden mayoritas responden dengan pendidikan SMP sebanyak 27 orang ( 39,7 %), dan minoritas responden dengan pendidikan perguruan tinggi sebanyak 9 orang ( 13,2 %).

Tabel 5.3.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan paritas di Posyandu Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang tahun 2015 (n=68)

Karakteristik ibu Jumlah

Paritas N %

Primipara 12 17,6

Secundipara 36 52,9

Multipara 20 29,4

(56)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 68 orang responden mayoritas responden dengan paritas secundipara sebanyak 36 orang (52,9 %) dan lebih sedikit responden dengan paritas primipara sebanyak 12 orang (17,6 %).

Tabel 5.4.

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar Hb ibu di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang tahun 2015 (n=68)

Karakteristik ibu Jumlah

Kadar HB (gr%) N %

≥11 31 45,6

<11 37 54,4

Total 68 100,0

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 68 orang responden mayoritas responden dengan memiliki kadar HB <11 gr% sebanyak 37 orang ( 54,4%).

Tabel 5.5.

Distribusi frekuensi pertumbuhan bayi 7-12 bulan di Posyandu wilayah kerja puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli

Serdang tahun 2015 (n=68) Karakteristik ibu Jumlah

Pertumbuhan bayi N %

Normal 42 61,8

Tidak Normal 26 38,2

Total 68 100,0

(57)

42

2. Analisa Bivariat

Tabel 5.6

Analisis hubungan kadar hemoglobin ibu dengan Pertumbuhan Bayi 7-12 bulan di posyandu wilayah Puskesmas Pancur Batu

Kabupaten Deli SerdangTahun 2015 (n=68)

(58)

B. Pembahasan

Ketidakcukupan asupan sumber zat besi, asam folat, dan vitamin B12 pada ibu menyusui dipengaruhi oleh beberapa faktor , diantara pendapatan keluarga ( daya beli), jumlah anggota keluarga, perilaku makan yang salah, kurangnya variasi makanan yang di konsumsi dan sewaktu ANC sudah di jelaskan oleh bidan supaya mengkonsumsi tablet zat besi pada massa kehamilan tapi ibu tidak mematuhi apa yang di jelaskan oleh si bidan karena ada juga sebagian ibu justru minum tablet zat besi si ibu akan muntah-muntah dan tidak selera makan sehingga menghalangi aktivitas si ibu. .

Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor untuk menilai kepahaman dan pengetahuan ibu tentang asupan dan pemberian ASI kepada bayi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian aeda ernawati yang menunjukan semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin tinggi pengetahuan tentang variasi makanan.Variasi makanan digunakan untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri dan pengetahuan dalam pemberian ASI berkaitan dengan frekuensi dan durasi.

(59)

44

Kejadian anemia pada ibu menyusui dalam penelitian ini ditunjukkan dengan sebagian besar ibu menyusui yang diukur memiliki kadar hemoglobin <11gr/dL. Prevalensi anemia yang didapat termasuk tinggi (54,4,6%) karena melebihi target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang sebesar < 23%. Hal tersebut disebabkan kurangnya asupan zat gizi pembentuk darah seperti zat besi (Fe), asam folat dan vitamin B12 yang merupakan faktor penyebab penurunan nilai hemoglobin. Selain itu, banyak ibu yang selama menyusui tidak mengkonsumsi tablet tambah darah dimana memang belum ada program pemerintah mengenai pemberian tablet tambah darah untuk ibu menyusui.

Di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu, Pelaksanaan pemeriksaan Hb sudah dilakukan. Jika pasien yang mengalami anemia diberikan penjelasan mengenai pemberian suplementasi zat besi, asam folat, dan vitamin B12 untuk ibu menyusui dan pengobatan yang sesuai dan perlu dilakukan pemeriksaan Hb ulang untuk melihat apakah pengobatan sudah tepat. Penentuan kadar Hb ibu diketahui dengan melakukan pemeriksaan Hb dengan menggunakan alat alat cek Hb “Easy Touch Hb Digital”)

(60)

luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Bila kadar Hb ibu <11gr/dl, maka kadar hemoglobin ibu tersebut dikatakan tidak normal atau anemia. Di Indonesia umumnya kadar Hb yang kurang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan bayi maupun sel otak. Kadar Hb yang tidak normal dapat mengakibatkan adanya gangguan penyerapan zat besi oleh tubuh. Kejadian anemia pada ibu menyusui akan menurunkan produksi ASI, menurunkan kualitas dan kuantitas ASI. Hal tersebut berkaitan dengan kerja hormon prolaktin dan oksitosin, serta akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan bayi usia dini. Hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Lusi Setiyani yang menunjukkan tidak ada hubungan antara kejadian anemia pada ibu menyusui dengan status gizi bayi dengan status gizi bayi 7-12 bulan.

(61)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan penelitian yang berjudul “Hubungan Kadar Hemoglobin ibu dengan pertumbuhan bayi 7-12 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”, yang telah disajikan pada bab V dapat disimpulkan bahwa :

1. Jumlah responden yaitu sejumlah 68 orang, Bila di tinjau berdasarkan umur mayoritas responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 31 orang ( 45,6)%, bila di tinjau berdasarkan pendidikan , mayoritas responden dengan pendidikan SMP sebanyak 27 orang ( 39,7%), berdasarkan paritas, mayoritas dengan paritas secundipara sebanyak 36 orang ( 52,9 %), Berdasarkan kadar hb ibu , mayoritas dengan kadar hb < 11 gr% sebanyak 37 (54,4%), berdasarkan pertumbuhan bayi, mayoritas responden dengan pertumbuhan bayi normal sebanyak 42 orang ( 61,8 %).

(62)

B. Saran

1. Perlu diadakan program pemberian suplementasi zat besi, asam folat, dan vitamin B12 untuk ibu menyusui yang bertujuan untuk mengurangi tingginya angka kejadian anemia pada ibu menyusui

2. ASI Eksklusif dijadikan prosedur tetap dalam melakukan pelayanan kebidanan saat masa nifas, bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang saat itu melaksanakan pertolongan persalinan.

3. Petugas kesehatan terkhusus bidan seharusnya memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif sejak periode masa kehamilan.

4. Kepada petugas kesehatan di Posyandu Pancur Batu agar lebih meningkatkan pelayanan pemberian tablet zat besi dalam mencegah terjadinya anemia pada ibu menyusui.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas.Yogjakarta: Mitra Cendikia. Boediman, D. (2009). Sehat Bersama Gizi. Malang: Sagung Seto.

Budianto, A. ( 2009 ). Dasar- Dasar Ilmi Gizi. Malang: UMM Press.

Deslidel, H. (2012). Buku Ajar Asuhan Neonatus Bayi & Balita. Jakarta: EGC Dewi, V. N. ( 2010). Asuhan Neonarus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Salemba

Medika.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kusmiyati, Y.(2010). Penuntun Praktikum Asuhan Kabidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Mitayani, S. ( 201O ). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta: Trans Info Media.

Muslihatum, W.N. ( 2010 ). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.Yogyakarta : Fitramaya.

Nirwana, A.N. ( 2014). ASI Susu & Formula. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmojo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.

Ronald, (2011). Pedoman & Perawatan Balita Agar Tumbuh Sehat Dan Cerdas.

Bandung : Nuansa Aulia.

Rukiyah, A.Y. (2011 a). Asuhan Kebidanan III Nifas.Jakarta: Tras Info Media. Sagung Seto.

Saptyningtiyas, N. (2013). Hubungan Kejadian Anemia Pada Ibu Menyusui denganStatus Gizi Bayi Bayi Usia 7-12 Bulan, Jurnal Kesehatan Diponegoro, ( Accesd,11 feb,2015)

Sastroasmoro, S., Ismael, S., ( 2013). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:

Sibagariang, E.E., Juliani, Rismalinda., Nurzannah, S. ( 2010 ). Metodologi

Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma. Jakarta : Trasn Info Media.

(64)

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN IBU DENGAN PERTUMBUHAN BAYI 7-12 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF

DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2015

A. Identitas Responden

1. Nomor Responden :

2. Umur :

3. Pendidikan : 4. Paritas : B. Kadar Hemoglobin Ibu

1. Kadar Hb ibu menyusui di ukur dengan alat cek Hb “Easy Touch Hb Digital”)

≤ 11 g/dl < 11 g/dl

C. Pertumbuhan Bayi

Tinggi badan : cm

Berat badan : cm

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Santi Rohmasari Saragih Tempat /Tanggal Lahir : Luppat Nihirik, 25 Juli 1993 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Luppat Nihirik Kec. Raya Kahean Kab.Simalungun

Riwayat pendidikan

1. Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri Lupat Nihirik Tamat dan Berijazah

2. Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri I Raya Kahean Tamat dan Berijazah

3. Tahun 2008 – 2011 : SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan Tamat dan Berijazah

Gambar

Tabel 2.1 Berat dan tinggi badan menurut umur
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di posyandu
Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar Hb ibu di
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal Dua puluh tiga bulan Mei tahun Dua ribu enam belas , kami yang bertanda tangan di bawah ini Pokja ULPD Kementerian Keuangan Wilayah Kalimantan

Kime then compares in vitro and in vivo approaches to the investigation of pollutant impacts and this leads to two detailed chapters on the disruption of male and female

flavour Boggio et al., 1985. Sensory assessment showed no clear differences between groups except that smoked fillet of fish fed the low-fat diet has less fat and judged as more

[r]

state, to the districts of Navolato and Elota. The main histopathological findings in shrimp tissues analyzed were necrotic areas in the cuticular epithelium, near the sites where

Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 03. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan

Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih berjalan 03. Posisi penjualan spot dan derivatif yang masih berjalan

Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap