SKRIPSI
PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP DUKUNGAN SISTEM
EKONOMI SYARIAH DI SUMATERA UTARA
OLEH
Rafika Nanda 110501021
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi Syariah di Sumatera Utara.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Sedangkan data skunder diperoleh dari Bagian Pendidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera utara, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Setelah data terkumpul penulis mengunakan program komputer SPSS 21 dengan analisis Reliabilitas dan Validitas.
Hasil penelitian dari 97 responden mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara memiliki persepsi 423,8 dari skor ideal 500 “Sangat Setuju” mendukung Ekonomi Syariah di Sumatera Utara.
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the perception of Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s students on supporting Sharia Economy System in the Sumatera Utara.
This research characteristic is descriptive. The data in the research are primary data and secondary data. The collecting of the primary is giving questionnaire to Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s Muslim students. While secondary data from education division of Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s. The Reliability and Validity method in the research using SPSS 21.
From 97 respondent, the perception of Faculty Economics and Business Sumatera Utara University’s students on supporting Sharia Economy System in the Sumatera Utara obtained a score 423,8 of 500 “So Agree” That supporting Sharia Economy System in Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang maha kuasa,
dimana atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
dengan judul “Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Terhadap Dukungan Ekonomi Syariah Di Sumatera Utara”. Dalam kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini
dan juga penyelesaian studi penulis, yaitu kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda A. Rahiem Rasyid Lubis dan Ibunda
Rosmini atas semangat dan dukungan baik berupa dukungan moril maupun
materil serta kakak Ririn Rizki yang selalu memberikan motivasi kepada
penulis dalam setiap proses penyusunan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE., M.Ec.,Ac.,Ak., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku
Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnsi
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1
Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si., selaku
Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Haroni Doli Hamoraon, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktunya dan memberi masukan dari awal sehingga
6. Bapak Drs. Rakhmat Sumanjaya Hsb, M.Si. dan Bapak Drs. Rujiman,MA.,
selaku dosen pembaca dan penilai yang telah meluangkan waktunya dan
memberi masukan terhadap skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara, terutama Departemen Ekonomi Pembangunan.
8. Seluruh responden Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara yang memberikan waktu dan informasi kepada
penulis, serta semua pihak yang terlibat dalam setiap penulisan skripsi ini.
9. Kepada teman-teman terdekat saya yang telah banyak membantu serta seluruh
teman-teman stambuk 2011 Ekonomi Pembangunan yang juga memberikan
semangat, doa dan dukungannya kepada penulis.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, Maret 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekonomi Syariah ... 8
2.2 Karateristik Sistem Ekonomi Syariah ... 11
2.3 Prinsip Dasar Produksi Ekonomi Syariah ... 18
2.4 Prinsip Dasar Konsumsi Ekonomi Syariah ... 22
2.5 Prinsip Dasar Distribusi Ekonomi Syariah ... 26
2.6 Peran Pemerintah Dalam Perekonomian Syariah ... 26
2.7 Persepsi Dalam Al-Qur’an ... 28
2.8 Penelitian Terdahulu ... 30
2.9 Kerangka Konseptual ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.3 Definisi Operasional ... 33
3.4 Populasi dan Sampel ... 34
3.4.1 Populasi ... 34
3.4.2 Sampel ... 34
3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 35
3.5.1 Jenis Data ... 35
3.5.2 Metode Pengumpulan Data ... 36
3.6 Teknik Analisis Data ... 36
3.6.1 Alat Analisis Data ... 36
3.6.2 Metode Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sumatera Utara ... 38
4.2.2 Jenis Kelamin ... 39
4.2.3 Usia ... 40
4.2.4 Program Studi ... 41
4.2.5 Asal Daerah Responden ... 42
4.3 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 42
4.4 Persepsi Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Terhadap Ekonomi Syariah... 45
4.4.1 Persepsi Variabel Definisi Ekonomi ... 45
4.4.2 Persepsi Variabel Informasi Ekonomi Syariah ... 46
4.4.3 Persepsi Variabel Penerapan Ekonomi Syariah ... 49
4.4.4 Persepsi Variabel Ketentuan Ekonomi Syariah ... 53
4.4.5 Persepsi Variabel Dukungan Ekonomi Syariah ... 58
4.4.6 Persepsi Variabel Pemahaman Ekonomi Syariah ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran ... 64
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Halaman
1.1 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Ekonomi
Islam Tahun 2009 – 2013 ... 5
1.2 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Perencanaan dan Perbankan Tahun 2009 – 2013 ... 5
4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Stambuk ... 39
4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Asal Daerah ... 42
4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43
4.4 Gambaran Persepsi Variabel Definisi ... 45
4.5 Gambaran Persepsi Variabel Informasi ... 46
4.6 Gambaran Persepsi Variabel Penerapan ... 49
4.7 Gambaran Persepsi Variabel Ketentuan ... 53
4.8 Gambaran Persepsi Variabel Dukungan ... 58
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 32
4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40
4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ... 40
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Islam sebagai agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti
bahwa Islam diperuntukan bagi seluruh umat manusia di muka bumi dan dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Komprehensif
artinya Islam mempunyai ajaran yang lengkap dan sempurna (syumul).
Kesempurnaan ajaran Islam, dikarenakan Islam mengatur seluruh aspek
kehidupan manusia, tidak saja aspek spiritual (ibadah murni), tetapi juga aspek
muamalah yang meliputi ekonomi, sosial, politik, hukum, dan sebagainya.
(Agustianto, 2002: 1)
Al-Qur’an secara tegas mendeklarasikan kesempurnaan Islam tersebut. Dalam
surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman, “pada hari ini kusempurnakan bagi
kamu agamamu dan Kusempurnakan bagi kamu nikmatKu dan Aku ridho
Islam itu sebagai agama kamu”.
Allah menyediakan sumber daya alam sangat banyak demi memenuhi
kebutuhan manusia. Manusia yang berperan sebagai khalifah, dapat
memanfaatkan sumber daya yang banyak itu untuk kebutuhan hidupnya.
Dalam pandangan Islam, nikmat Allah hampir tak terbatas banyaknya.
Sebagimana dalam firmanNya, “dan jika kamu menghitung-hitung nikmat
ahli ekonomi konvensional, selalu menyebutkan bahwa sumber daya alam
terbatas (limited), sementara keinginan manusia tidak terbatas (unlimited).
Karena itu, menurut Ekonomi Islam, Krisis ekonomi yang dialami suatu
negara, bukan karena terbatasnya sumber daya alam, melainkan karena tidak
meratanya distribusi (maldistribution), sehingga terwujud ketidakadilan
(injustice). (Agustianto, 2002: 17)
Kondisi terpuruknya ekonomi yang dialami banyak negara-negara dunia sejak
tahun 1970 bahkan sampai saat ini menjadi faktor pendorong maraknya
wacana tentang Ekonomi Islam. Walaupun bukan tanpa pujian, Sistem
Ekonomi konvensional ternyata tetap tidak mampu berbuat apa-apa untuk
mengantarkan sebuah negara ke pintu gerbang kesejahteraan yang diidamkan.
Negara berpredikat maju seperti Amerika dan sebagian besar Eropa sampai
saat inipun tetap tidak bisa berbuat apa-apa mengatasi pengangguran, inflasi,
hutang negara, kemiskinan, defisit anggaran dan sebagainya. (Ibid: 46)
Indonesia yang merupakan 87,18% penduduknya beragama Islam menurut
sensus BPS 2010. dengan penduduk Muslim terbesar terdapat di Jawa Barat
sebesar 41.763.592 jiwa, Jawa Timur 36.113.396 jiwa kemudian, Jawa
Tengah 31.328.341 jiwa, sedangkan Sumatera Utara menempati posisi kelima
sebesar 8.579.830 jiwa, dan diposisi terakhir Nusa Tenggara Timur sebesar
423.925 jiwa, masih belum dapat menerapkan Sistem Ekonomi Syariah secara
kaffah (menyeluruh). Namun penerapannnya sudah mulai tampak sejak
pemerintah Indonenesia. yaitu Bank Muamalat sebagai Bank pertama
berbasis Syariah. Dan disusul oleh lembaga-lembaga Syariah lainnya seperti
Asuransi Syariah, Pegadain Syariah, Pasar Modal Syariah dan Bisnis Syariah
dll. Menurut data Bank Indonesia tahun 2013 terdapat 11 Bank Umum
Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 160 Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS).
Perkembangan ekonomi Syariah di Indonesia dapat kita lihat dari banyaknya
lembaga keuangan salah satunya Perbankan Syariah dimana sekarang ini
banyak bank konvensional menjadi bank Syariah. Proses konvensi bank
konvensional menjadi bank berbasis Syariah telah diatur oleh Undang-Undang.
Merujuk pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang
No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, keduanya memberi peluang bagi
beroperasinya bank dengan sistem Syariah. (Hamidi, 2003: 155)
Masyarakat yang mendiami negara Republik Indonesia bercermin kepada
keberhasilan bank muamalat, sehingga para ahli ekonomi secara perlahan
mengubah orientasi pemikirannya kearah pradigma Ekonomi Syariah yang
dianggap lebih meyakinkan dan menjanjikan. Bahkan lebih jauh dari itu,
beberapa bank konvensional saat ini telah memiliki bank Syariah seperti Bank
Syariah mandiri dan Bank Syariah BNI dll. Jumlah perbankan yang
mengunakan prinsip Syariah diperkirakan akan semakin bertambah seiring
dengan telah disahkannya sebuah rancangan Undang menjadi
1989 tentang Peradilan Agama dan Undang-Undang Perbankan yang
mengakomondasi prinsip Syariah dan takaful. (Ali, 2008: 61)
Menyikapi perkembangan yang cukup menggembirakan itu, pihak perguruan
tinggi membuka jurusan Ekonomi Islam dalam mempersiapkan kader-kader
intelektual yang mampu bekerja secara professional untuk menempati posisi
pekerjaan sebagai manager operasional, account officer, manager marketing,
remedial, analisis kredit dan pegawai di berbagai institusi Ekonomi Syariah
seperti Bank Syariah dan takaful (Asuransi Islam), Gadai Syariah, dan
Lembaga Keuangan Syariah lainnya seperti direktur perbankan syariah di Bank
Indonesia (BI) dan depertemen perbankan syariah di Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).
Perkembangan ekonomi Syariah juga dirasakan di Sumatera Utara banyaknya
lembaga keuangan Syariah salah satunya Bank daerah Bank Sumut membuka
Bank Sumut Syariah, salah satu dukungan terhadap ekonomi Syariah.
Tumbuhnya Bank Prekreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mal wat Tamwil
(BMT), Pergadaian Syariah, Asuransi Syariah (Takaful), dan usaha bisnis
Syariah juga mulai tumbuh di Sumatera Utara mulai dari bisnis makanan halal,
fasion, bisnis transportasi, akomodasi, hingga ke bisnis wisata syariah. Dimana
Ekonomi Syariah juga di dukung oleh pemerintah daerah Wakil Gubernur
Sumatera Utara juga berperan dalam perkembangan Ekonomi Syariah Ir. H.
Tengku Erry Nuradi, M.Si dikukuhkan menjadi Ketua Umum Pengurus
1439H. Salah satu langkah strategis yang dapat ditempuh dengan melakukan
sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan agama dan
keyakinan akan manfaat dan keunggulan prinsif syariah dalam membangun
usaha dan bisnis. Sosialisasi dapat dilakukan dengan merangkul OJK, Bank
Indonesia dan lembaga Perbankan lainnya dengan demikian prinsip Ekonomi
Syariah dapat menyebar keseluruh masyarakat. ( http://tengkuerrynuradi.com)
Berjalan dengan perkembangan Ekonomi Syariah di Sumatera utara bukan
hanya Institusi Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN) yang membuka
jurusan Ekonomi Islam. Universitas Sumatera Utara (USU) di Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis (FEB) juga sudah ada mata kuliah Akuntansi Syariah di
program studi S1 Akuntansi dari tahun 2011 dan di S1 Ekonomi Pembangunan
sejak tahun 2009 sudah ada konsentrasi Ekonomi Syariah dengan mata kuliah:
fiqih muamalat, Institusi pembangunan Islam, kebijakan fiskal Islam,
perbankan Syariah dan ekonomi pembangunan Islam. Dan di tahun 2013
konsentrasi Ekonomi Islam berubah dengan mata kuliah antara lain: Institusi
Pembangunan Islam, Analisis Ekonomi Islam, Fiqih Muamalat, dan Perbankan
Syariah. Dimana jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah konsentrasi
Ekonomi Islam dapat diihat dari tabel berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Ekonomi Islam Tahun 2009 - 2013
Semester Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Ganjil 15 orang 13 orang 17 orang 17 orang 0
Genap 12 orang 27 orang 11 orang 20 orang 19 orang
Yang masih sedikit dibandingkan dengan konsentrasi perencanaan dan
perbankan di tahun ajaran 2009 sampai tahun ajaran 2013 dapat dilihat dari
tabel berikut:
Tabel 1.2 Jumlah Mahasiswa Yang Mengambil Konsentrasi Perencanaan dan Perbankan Tahun 2009 - 2013
Konsentrasi Semester
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
Perencanaan Ganjil 70 41 9 39 45
Genap 37 17 34 68 78
Perbankan Ganjil 25 34 37 45 45
Genap 37 41 42 64 48
Sumber dari Bagian Pendidikan FEB USU (diolah)
Di Indonesia sendiri Ekonomi Islam lebih dikenal dengan Ekonomi Syariah,
karena mecegah Islamophobia di kalangan non muslim, maka banyak muncul
lembaga-lembaga yang berbasis Sistem Ekonomi Islam lebih banyak yang
memakai kata Syariah seperti Bank Syariah, Asuransi Syariah dan Pegadaian
Syariah dll. Oleh karena itu peneliti mengunakan kata ekonomi Syariah
didalam skripsi.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian
adalah bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi Syariah di
Sumatera Utara?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka
tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem Ekonomi
Syariah di Sumatera Utra.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan wawasan ilmu dan ilmu pengetahuan penulis dalam
disiplin ilmu yang penulis tekuni.
2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/I Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/I Depertemen
Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Sebagai masukan bagi kalangan akademisi untuk dapat dijadikan bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekonomi Syariah
Dalam pandangan Islam, ekonomi atau iqtishad berasal dari kata qosdum
yang berarti keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (equally balanced).
(Fauzia dan Abdul, 2014: 3)
Pada intinya Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islam di sini adalah
cara-cara yang mendasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi. Dengan pengertian seperti ini maka istilah yang juga sering
digunakan adalah Ekonomi Syariah. (P3EI, 2012 : 17)
Beberapa ekonom memberikan penegasan bahwa ruang lingkup dari
Ekonomi Syariah adalah masyarakat Muslim atau negara Muslim sendiri.
Artinya, ia mempelajari perilaku ekonomi dari masyarakat atau negara
Muslim dimana nilai-nilai ajaran Islam dapat diterapkan. Untuk memberikan
pengertian yang lebih jelas maka berikut disampaikan definisi Ekonomi
Syariah dari beberapa ekonom Muslim terkemuka saat ini:
1. Ekonomi Syariah merupakan ilmu ekonomi yang diturunkan dari ajaran
Al-Qur’an dan Sunnah. Segala bentuk pemikiran ataupun praktik
permasalahan kekinian yang belum dijelaskan dalam Al-Qur’an dan
Sunnah, digunakan metode fiqh untuk menjelaskan apakah fenomena
tersebut bersesuaian dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah ataukah tidak.
Dalam hal ini, Ekonomi Syariah dianggap tidak memiliki kelemahan dan
selalu dianggap benar. Kegagalan dalam memecahkan masalah ekonomi
empiris dipandang bukan sebagai kelemahan Ekonomi Syariah,
melainkan kegagalan ekonom dalam menafsirkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Beberapa ekonom Muslim yang cendrung menggunakan definisi dan
pendekatan ini adalah Hazanuzzaman dan Metwally dalam (P3EI, 2012:
18)
2. Ekonomi Syariah merupakan implementasi sistem etika Islam dalam
kegiatan ekonomi yang ditujukan untuk pengembangan moral
masyarakat. Dalam hal ini, Ekonomi Syariah bukanlah sekadar
memberikan justifikasi hukum terhadap fenomena ekonomi yang ada,
namun lebih menekankan pada pentingnya spirit Islam dalam
mengidentifikasi spirit dasar Islam yan terkait dengan ekonomi. Spirit
inilah yang kemudian menjadi dasar penurunan ilmu ekonomi. Beberapa
ekonom yang mengunakan pendekatan ini adalah Mannan, Ahmad, dan
Khan dalam (P3EI, 2012: 18)
3. Ekonomi Syariah merupakan representasi perilaku ekonomi umat Muslim
untuk melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh. Dalam hal ini,
Ekonomi Syariah tidak lain merupakan penafsiran dan praktik ekonomi
kelemahan. Analisis ekonomi setidaknya dilakukan dalam tiga aspek,
yaitu norma dan nilai-nilai dasar Islam, batasan ekonomi dan status
hukum, dan aplikasi dan analisis sejarah. Beberapa ekonomi yang
mengunakan pendekatan ini adalah Siddiqie dan Naqvi dalam (P3EI,
2012: 18)
4. Beberapa ekonom Muslim mencoba mendefinisikan ekonomi Islam lebih
komprehensif ataupun menggabungkan antara definisi-definisi yang telah
ada. Seperti diungkapkan oleh Chapra dan Choudury dalam (P3EI, 2012:
18) bahwa berbagai pendekatan dapat digunakan untuk mewujudkan
Ekonomi Syariah, baik pendekatan historis, empiris ataupun teoretis.
Namun demikian, pendekatan ini di maksudkan untuk mewujudkan
kesejahteraan manusia sebagaimana yang dijelaskan oleh Islam, yaitu
falah, yang bermaknakan kelangsungan hidup, kemandirian, dan kekuatan
untuk hidup.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Syariah
bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
individu dan komunitas Muslim yang ada, namun juga merupakan
perwujudan perilaku ekonomi yang didasarkan pada ajaran Islam. Ia
mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan
mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Ekonomi
Syariah merupakan konsekuensi logis dari implementasi ajaran Islam secara
Kebutuhan terhadap sumber daya manusia (SDM) yang unggul dalam industri
keuangan syariah umumnya dan industri perbankan Syariah pada khusunya,
merupakan kebutuhan mendesak. Kebutuhan ini pula yang membuat dunia
pendidikan nasional khususnya di perguruan-perguruan tinggi, mulai secara
luas membuka mata kuliah atau program-program studi yang mempelajari
pengetahuan serta keahlian tentang ekonomi, keuangan, dan perbankan
syariah. Untuk itulah penyediaan literature seperti buku teks Ekonomi Islam
menjadi sebuah kebutuhan yang paling pokok dalam proses pembentukan
SDM yang unggul di perguruan-perguruan tinggi. (P3EI: 2012)
2.2 Karakteristik Sistem Ekonomi Syariah
1. Tujuan Ekonomi Syariah
Tujuan akhir Ekonomi Syariah adalah sebagaimana tujuan dari syariat
Islam itu sendiri (maqashid asy syari’ah). Yaitu mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan
terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai oleh
Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon
waktu dunia ataupun akhirat. (P3EI, 2012: 54)
Ekonomi Syariah tidak sekedar berorientasi untuk pembangunan fisik
material dari individu, masyarakat dan negara saja, tetapi juga
memperhatikan pembangunan aspek lain yang juga merupakan elemen
penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Pembangunan
sebab keimanan merupakan fondasi bagi seluruh perilaku individu dan
masyarakat untuk kemaslahatan. (Ibid)
2. Moral sebagai Pilar Ekonomi Syariah
Moral menempati posisi penting dalam ajaran Islam, sebab terbentuknnya
pribadi yang memilik moral baik (akhlaqul karimah) merupakan tujuan
puncak dari seluruh ajaran Islam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad
SAW. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
Moralitas Islam dibangun atas suatu postulat ibadah (rukun Islam), artinya
bahwa moral ini lahir sebagai konsekuensi dari rukun iman dan rukun
Islam. (Ibid: 56)
3. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Syariah
Moral Islam sebagai pilar Ekonomi Syariah perlu dijabarkan lebih lanjut
menjadi nilai-nilai yang lebih terinci sehingga pada akhirnya dapat
menjadi rumusan penuntun perilaku para pelaku ekonomi. Nilai-nilai ini
merupakan sisi normatif dari Ekonomi Syariah yang berfungsi mewarnai
atau menjamin kualiatas perilaku ekonomi setiap individu. Keberadaan
nilai semata pada perilaku ekonomi dapat menghasilkan suatu
perekonomian yang normatif, tidak akan bisa berjalan secara dinamis.
Oleh karena itu, implementasi nilai-nilai ini harus secara bersama-sama
4. Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam
Menurut Rahman (1995: 8-10) Prinsip dasar sistem Ekonomi Syariah
antara lain:
a. Kebebasan individu
Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnnya untuk berpendapat
atau membuat suatu keputusan yang dianggap perlu dalam dalam
sebuah negara Islam. Karena tanpa kebebasan tersebut individu
Muslim tidak dapat melaksanakan kewajiban mendasar dan penting
dalam menikmati kesejahteraan dan menghindari terjadinya kekacauan
dalam masyarakat.
b. Hak terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta walaupun begitu ia
memberikan batasan tertentu supaya kebebasan itu tidak merugikan
kepentingan masyarakat umum.
c. Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi di antara orang
perorang tetapi tidak membiarkannya menjadi bertambah luas, ia
mencoba menjadikan perbedaan tersebut dalam batas-batas yang
wajar, adil dan tidak berlebihan.
d. Kesamaan sosial
Islam tidak mengajurkan kesamaan ekonomi tetapi ia mendukung dan
menggalakkan kesamaan sosial sehingga sampai tahap bahwa
tertentu masyarakat saja. Disamping itu amat penting setiap individu
dalam sebuah negara (Islam) mempunyai peluang yang sama untuk
berusaha mendapatkan pekerjaan atau menjalankan berbagai aktivitas
ekonomi.
e. Jaminan sosial
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara
Islam, dan setiap warga negara dijamin untuk memproleh kebutuhan
pokoknya masing-masing. Memang menjadi tugas dan tanggungjawab
utama bagi sebuah negara Islam untuk menjamin setiap warga negara,
dalam memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prinsip “hak untuk
hidup”. Dan terdapat persamaan sepenuhnya di antara warga negara
apabila kebutuhan pokoknya telah terpenuhi.
f. Distribusi kekayaan secara meluas
Islam mencegah penumpukkan kekayaan pada kelompok kecil tertentu
orang dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan
masyarakat.
g. Larangan menumpuk kekayaan
Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta
kekayaan secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang
perlu untuk mencegah perbuatan yang tidak baik tersebut supaya tidak
h. Larangan terhadap organisasi anti sosial
Sistem ekonomi Islam melarang semua praktek yang merusak dan
antisosial yang terdapat dalam masyarakat, misalnya berjudi, minum
arak, riba, menumpuk harta, pasar gelap dan sebagainya.
i. Kesejahteraan individu dan masyarakat
Islam mengakui kesejateraan individu dan kesejahteraan sosial
masyarakat yang saling melengkapi satu dengan yang lain, bukannya
saling bersaing dan bententangan antar mereka. Maka Sistem
Ekonomi Islam mencoba meredakan konflik ini sehingga terwujud
kemanfaatan bersama.
5. Basis Kebijakan Ekonomi Syariah
a. Penghapusan Riba
Islam telah melarang segala bentuk riba karenanya ia harus
dihapuskan dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Arti riba secara bahasa
adalah ziyadah yang berarti tambahan, pertumbuhan, kenaikan,
membengkak, dan bertambah, akan tetapi, tidak semua tambahan atau
pertumbuhan dikatagorikan riba. Secara fiqh, riba diartinya sebagai
setiap tambahan dari harta pokok yang bukan merupakan kompensasi,
hasil usaha ataupun hadiah. Namun, pengertian riba secara teknis
adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara
batil perbuatan ketidakadilan (zalim), baik dalam utang-piutang
adalah pengahapusaan ketidakadilan dan penegakan keadilan dalam
ekonomi. (P3EI, 2012: 70)
Menurut Rahman (1995: 85) riba adalah pembayaran yang dikenakan
terhadap pinjaman pokok sebagai imbalan terhadap masa pinjaman itu
berlaku di mana modal pinjaman tersebut digunakan. Riba
mengandung tiga unsur, yaitu Viz, yang ditambahkan pada pokok
pinjaman, besarnya penambahan menurut jangka waktunya, dan
jumlah pembayaran tambahan berdasarkan persyaratan yang telah
disepakati. Semua transaksi yang mengandung ke tiga unsur tersebut
dalam katagori riba.
b. Pelembagaan Zakat
Zakat pada dasarnya merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk
menjamin distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat secara lebih
baik. Ia merupakan sistem yang akan menjaga keseimbangan dan
harmoni sosial di antara kelompok kaya (muzzaki) dan kelompok
miskin (mustahik). Dalam praktiknya pada masa awal Islam, zakat
dikelola oleh sebuah komite tetap dari pemerintahan dan menjadi
bagian integral dari keuangan negara. Karenanya, kebijakan
pengumpulan zakat maupun penyalurannya senantiasa terkait dengan
kebijakan pembangunan negara secara keseluruhan. (P3EI, 2012: 71)
pada era sekarang sebaiknya mengacu pada strategi pelembagaan
tetapi kondisinya tidak memungkinkan, pelembagaan zakat ini harus
dipahami sebagai upaya untuk profesionalisasi pengelolaan zakat
sebagai sebuah sistem distribusi pendapatan yang nyata. Menciptakan
suatu sistem distibusi kekayaan dan pendapatan secara sistemik dan
permanen. Langkah ini merupakan wujud nyata yang lain dari upaya
menciptakan keadilan sosial, zakat mencerminkan komitmen sosial
dari ekonomi Islam. (Ibid)
c. Pelarangan Gharar
Ajaran Islam melarang aktivitas ekonomi yang mengandung gharar.
Dari segi bahasa, gharar berarti resiko, atau juga ketidakpastian.
Menurut Ibnu Taimiyah (dalam P3EI, 2012:72) gharar adalah sesuatu
dengan karakter tidak diketahui sehingga menjual hal ini adalah
seperti perjudian. Dengan kata lain, gharar terjadi karena seseorang
sama sekali tidak dapat mengetahui kemungkinan kejadian sesuatu
sehingga bersifat spekulatif. Islam juga melarang usaha spekulatif
menurut mannan (1997: 292) yang masksudnya adalah bentuk usaha
yang pada hakikatnya merupakan gejala untuk membeli sesuatu
dengan harga yang murah pada suatu waktu dan menjual barang yang
sama dengan harga yang mahal pada waktu lain. Menurut Rahman
(1995: 121) spekulasi adalah suatu bentuk perjudian komersil yang
permainan ini berperan dalam memanipulasi kenaikan dan penurunan
harga stok barang di pasaran nasional dan internasional.
d. Pelarangan Yang Haram
Dalam Ekonomi Syariah segala sesuatu yang dilakukan harus halalan
thayyibah, yaitu benar secara hukum Islam dan baik dari perspektif
nilai dan moralitas Islam. Kebalikan dari halalan thayyibah adalah
haram, yaitu sesuatu yang jika dilakukan akan menimbulkan dosa.
Meninggalkan yang haram adalah mutlak kewajibannya dan
sebaiknya melaksanakan yang halal adalah mutlak kewajibannya.
Haram dalam hal ini bisa terkait dengan zat maupun prosesnya (P3EI,
2012: 72)
2.3 Prinsip Dasar Produksi Ekonomi Syariah
Al-Ghazali (dalam Fauziah dan Aabdul, 2014: 116) menyebutkan bahwa
produksi adalah pengerahan secara maksimal sumber daya alam (raw
material) oleh sumber daya manusia, agar menjadi barang yang bermanfaat
bagi manusia. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan yang moderat
menimbulkan dua implikasi yaitu:
1. Produsen hanya menghasilkan barang/jasa yang menjadi kebutuhan
(needs), meskipun belum tentu merupakan keinginan (wants) konsumen.
Barang/jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi kehidupan
yang Islami, bukan sekedar memberi kepuasan maksimum bagi
2. Kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas
kebutuhan yang wajar. Prosuksi barang/jasa secara berlebihan tidak saja
menimbulkan mis-alokasi sumber daya ekonomi dan kemubaziran
(wastage), tetapi juga menyebabkan terkurasnya sumber daya ekonomi
ini secara cepat. Islam menganjurkan umatnya untuk memproduksi dan
berperan dalam berbagai bentuk aktivitas ekonomi: pertanian,
perkebunan, perikanan, perindustrian, dan perdagangan. Islam
memberkahi pekerjaan dunia dan menjadikannya bagian dari ibadah dan
jihad. Dari Jabir, diriwayatkan oleh Baihaqi bahwa Rasulullah SAW.
Bersabda: “kejahatan yang paling bahaya di muka bumi ini ialah
pengagguran.” Karena pada dasarnya pekerjaan duniawi tidak hanya
bermanfaat bagi individu pelakunya, tetapi juga penting untuk mencapai
kemaslahatan masyarakat secara umum. (Fauziah dan Abdul, 2014: 117)
Menurut Fauziah dan Abdul (2014: 119) Faktor-faktor produksi dalam
Islam meliputi:
1. Tanah
Tanah telah menjadi suatu faktor produksi terpenting sejak dahulu
kala. Penekanan pada penggunaan tanah-tanah mati (ihya al mawat)
menunjukkan perhatian Rasulullah SAW. Dalam pengunaan sumber
daya bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk
melaksanakan keadilan dalam hal pertahanan. Islam mengakui
mengupayakan pengunaan dan pemeliharaan yang baik atas sumber
daya tersebut.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan. Di
berbagai macam jenis produksi, tenaga kerja merupakan modal bagi
keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak
pada kinerja sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Tenaga
kerja yang miliki skill dan intergritas yang baik merupakan modal
utama bagi suatu perusahaan, di lain modal-modal yang lainnya.
Karena secara umum, banyak di antara ahli ekonomi yang
menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya produsen, dan
pangkal produktivitas dari semua faktor produksi yang lainnya.
Tanah, modal, mesin, manajerial yang baik tidak akan bisa
menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.
3. Modal
Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi.
Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa saja berupa assets
ataupun intangible assets, yang bisa digunakan untuk menghasilakan
suatu kekayaan. Dalam Islam, modal suatu usaha haruslah bebas
dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur
suatu sistem yang lebih baik, dengan cara kerja sama mudharabah
atau musharakah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak
produksi, yang akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu
mashlahah dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh
masing-masing pihak.
4. Manajemen Produksi
Beberapa faktor produksi di atas tidak akan menghasilkan suatu
profit yang baik ketika tidak ada manajemen yang baik. Karena
tanah, tenaga kerja, modal, dan lain sebagainya tidak akan bisa
berdiri dengan sendirinya. Semuanya memerlukan suatu pengaturan
yang baik, berupa suatu organisasi, ataupun suatu manajemen yang
bisa menerbitkan, mengatur, ataupun suatu manajemen yang bisa
menerbitkan, mengatur, merencanakan, dan mengevaluasi segala
kinerja yang akan dan telah dihasilkan oleh masing-masing divisi.
Di dalam Al-Qur’an, kata-kata yang berkaitan dengan manajerial
diungkapkan dalam beberapa bentuk yaitu yudabbiru, yatadabbarun,
yatadabbar, dan al-mudabbirat.
5. Teknologi
Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi
mempunyai peranan yang sangat besar dalam sektor ini. Berapa
banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena adanya
competitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan
6. Bahan Baku
Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku
tersebut merupakan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan
oleh alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari
alam akan tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan
yang telah ada. Ketika seseorang produsen akan memproduksi suatu
barang/jasa, maka salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan
baku. Kerena jikalau bahan baku tersedia dengan baik, maka
produksi akan berjalan dengan lancar, dan sebaliknya, maka akan
mengahambat jalannya suatu produksi.
2.4 Prinsip Dasar Konsumsi Ekonomi Syariah
Pemanfaatan (konsumsi) merupakan bagian akhir dan sangat penting dalam
pengelolahan kekayaan, dengan kata lain, pemanfaatan adalah akhir dari
keseluruhan proses produksi. Kekayaan diproduksi hanya untuk
dikonsumsi, kekayaan yang dihasilkan hari ini akan digunakan untuk hari
esok. Oleh karena itu konsumsi (pemanfaatan) berperan sebagai bagian
yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi seseorang maupun negara.
(rahman, 1995: 17)
Perbedaan antara ilmu ekonomi modern dan Ekonomi Syariah dalam hal
konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan
seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari
Memenuhi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan yaitu
tujuan dari aktivitas Ekonomi Syariah, dan usaha untuk pencapaian tujuan
tersebut merupakan salah satu kewajiban dalam beragama. Siddiqi (dalam
fauzia dan Abdul,2014: 163) menyatakan, bahwa tujuan aktivitas ekonomi
yang sempurna menurut Islam antara lain: (1) memenuhi kebutuhan hidup
seseorang secara sederhana, (2) memenuhi kebutuhan keluarga, (3)
memenuhi kebutuhan jangka panjang, (4) menyediakan kebutuhan keluarga
yang ditinggalkan, dan (5) memberikan bantuan sosial dan sumbangan
menurut jalan Allah.
Dalam ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan mempunyai tujuan
untuk memproleh kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Dalam
Islam, tujuan konsumsi bukanlah konsep utilitas melainkan kemaslahatan.
Pencapaian mashlahah tersebut merupakan tujuan dari maqashid al-syariah.
Konsep utilitas sangat subjektif karena bertolak belakang pada pemenuhan
kepuasan atau (wants), dan konsep mashlahah relatif lebih objektif karena
bertolak pada pemenuhan kebutuhan (needs). Mashlahah dipenuhi
berdasarkan pertimbangan rasional normatif dan positif, maka ada criteria
yang objektif tentang suatu barang ekonomi yang memiliki mashlahah
ataupun tidak. (Ibid: 166)
Menurut Ibn Sina, ada dua hal penting yang harus diperhatikan oleh
manusia, yaitu income (pencarian rezeki/ kasab) dan expenditure
memulai untuk meraih berkahan tersebut jauh sebelum konsumsi dilakukan.
(Ibid: 169)
Income dan expenditure haruslah diatur oleh suatu anggaran dengan
perhitungan yang cermat. Perolehan income sudah diatur dengan jelas
dalam Islam, sehingga nantinya berimplikasi pada label halal ataupun haram
dalam income tersebut. Seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.
Yang maknanya adalah: “Ambillah apa yang halal dan tinggalkanlah apa
yang haram.” Adapun expenditure, Ibn sina mengklasifikasikannya menjadi
pengeluaran wajib dan tidak wajib. Pengeluaran wajib terkait dengan
nafkah sehari-hari dan amal kebajikan untuk orang lain. Adapun
pengeluaran yang tidak wajib adalah simpanan, karena menurut Ibn Sina
manusia harus berpikir cerdas untuk perubahan peristiwa yang akan
dilaluinya di masa datang. Jadi seseorang harus melakukan saving dan
investasi untuk masa depannya. (Ibid: 170-171)
Selain pengeluaran untuk konsumsi dan simpanan, Islam juga selalu
memotivasi umatnya untuk menginvestasikan harta yang dimiliki olehnya.
Satu alasan mendasar ketika seorang Muslim diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat adalah agar ia senantiasa menginvestasikan hartanya.
Kewajiban zakat juga mendorong umat manusia untuk bekerja dan
Ada lima karakter ataupun standar dalam menilai proyek investasi, seperti
yang telah disebutkan dalam mawsuah ilmiyah wa amaliyah
al-Islamiyah, yaitu:
1. Proyek yang baik menurut Islam
2. Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyrakat
3. Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan dan kekayaan
4. Memelihara dan menumbuh kembangkan harta
5. Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
Adiwarman Azhar Karim (dalam Fauzia dan Abdul, 2014: 172)
menjelaskan bahwa ekonomi konvensional suatu bahasan tentang konsumsi
intertemporal. Yaitu konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu yaitu masa
sekarang dan masa datang. Dalam ekonomi konvensional, pendapatan
adalah penjumlahan konsumsi, dan tabungan. Atau secara matematis ditulis:
Y= C + S
Dimana: Y = pendapatan
C = konsumsi
S = tabungan
Adapun konsumsi intertemporal dalam Islam seperti yang telah dijelaskan
dalam Hadits Rasulullah SAW. Yang maknanya adalah: “Harta yang kamu
miliki adalah apa yang kamu makan dan apa yang telah kamu infakkan.”
Oleh karena itu, persamaan pendapatan menjadi:
Secara grafis, hal ini seharusnya digambarkan dengan tiga dimensi, namun
untuk kemudahan penyajian grafis, yaitu dengan dua dimensi, maka
persamaan ini disederhanakan menjadi:
Y = FS + S
Dimana: FS = C + Infak
FS adalah final spending di jalan Allah
Penyederhanaan ini memungkinkan kita untuk mengunakan alat analisis
grafis yang biasa digunakan dalam teori konsumsi, yaitu memaksimalkan
fungsi utilitas (utility function) dengan garis pendapatan tertentu (budget
line), atau meminimalkan budget line dengan utility function tertentu.
(Ibid:173)
2.5 Prinsip Dasar Distribusi Ekonomi Syariah
Pembahasan tentang distribusi menjelaskan bagaimana pembagian kekayaan
ataupun pendapatan yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Berkaitan
erat dengan faktor-faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga kerja, dan
manajemen. Kaitan distribusi dengan tanah adalah bagaimana alokasi dana
untuk menyewa tanah sebagai tempat berkembangnya suatu aktivitas
produksi. (Fauzia dan Abdul, 2014: 139)
Untuk mewujudkan distribusi kekayaan yang adil, jujur, dan merata Islam
menetapkan tindakan-tindakan yang positif fan prohibitif. Tindakan positif
bunga, menimbun, minum minuman keras, judi, dan perolehan harta dengan
cara tidak baik dan tidak halal. (Ibid:142)
2.6 Peran Pemerintah Dalam Perekonomian Syariah
Pemerintah adalah pemegang amanah Allah untuk menjalankan tugas-tugas
kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (al adh wal insan)
serta tata kehidupan yang baik (hayyah thayyibah) bagib seluruh umat, jadi
manusia adalah agen dari Tuhan. (P3E1, 2012 : 446)
Dalam menjalankan perannya, pemerintah memiliki instrument kebijakan,
antara lain:
a. Manajemen produksi dan ketenagakerjaan di sektor publik pemerintah
dapat berperan efektif dalam mengelola kekayaan publik (di mana
masyrakat gagal mengelolanya). Mengatur produksi dan
ketenagakerjaan secara menyeluruh.
b. Instrumen yang berkaitan dengan upaya mendorong kegiatan sektor
swasta, misalnya menetapkan regulasi bagi sektor swasta, melakukan
redistribusi faktor produksi (iqta’, kharaj), al-hisbah, perlindungan bagi
masyarakat lemah (fakir, miskin, yatim).
c. Pricing policy, dimana negara meregulasi harga dengan cara intervensi
pasar, penetapan harga, atau mendorong kebijakan diskriminasi harga
untuk kelompok masyarakat, daerah, atau sektor tertentu yang
dilakukan ketika pasar tidak dapat bersaing sempurna sehingga harga
yang dihasilkan tidak merugikan masyarakat.
d. Kebijakan fiskal, yaitu pengelolaan APBN disesuaikan dengan
prinsip-prinsip publik Islam
e. Kebijakan kredit dan moneter
f. Investasi kekayaan dan surplus sektor publik
2.7 Persepsi Dalam Islam
Persepsi merupakan perangkat yang dapat digunakan oleh seluruh makhluk.
Namun, Allah SWT memberikan perangkat persepsi lain yang dapat
membedakan manusia dengan makhluk lainnya, yaitu akal. Dengan akal,
manusia dapat berpikir tentang makna-makna yang tersirat (seperti kebaikan
dan keburukan, keistimewaan dan kekurangan, serta kebenaran dan
kebatilan), memberikan hukum dan pradigma umum yang dilakukan melalui
riset dan eksperimen, serta membuktikan keberadaan dan kekuasaan Allah
SWT sebagai pencipta melalui kesimpulan yang ditariknya dari
penciptaan-Nya terhadap alam semesta dan manusia. (Najati, 2006: 119)
Kemampuan akal manusia terhadap persepsi sangat terbatas dan mesti dikuti
dengan tindakan pembuktian. Oleh karena itu Allah SWT mengutus para
nabi dan rasul kepada manusia serta menurunkan beberapa kitab suci, guna
membimbing manusia ke jalan kebaikan dan kebenaran. Allah SWT
berfirman: “sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As-Sunnah), serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah
(2): 151).
Ardhani (2014: 87) menyatakan manusia yang dikaruniai hati dan akal untuk
menimbang segala yang ada di dalam diri juga di luar diri tentunya kita tak
lepas dari apa yang disebut dengan prasangka. Ia selalu hadir mengiringi
setiap gerak kita selaku makhluk yang berketuhanan dan berhubungan
antarsesama. Untuk itu prasangka senantiasa menghiasi berbagai hal
berkenaan dengan sisi-sisi kehidupan, dimana terdapat prasangka baik
(husnuzhan) yaitu cara pandang seseorang yang membuatnya melihat segala
sesuatu secara positif, seorang yang memiliki sikap husnuzan akan
mepertimbangkan segala sesuatu dengan pikiran jernih, pikiran dan hatinya
bersih dari prasangka yang belum tentu kebenaranya. Rasulullah SAW
bersabda: “Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran
membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kesurga. Selama
seseorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat disisi Allah SWT.
Sebagai seorang yang benar (jujur). Berhati-hatilah terhadap dusta,
sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa
kepada neraka. Selama seseorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat
Dan prasangka buruk (su’uzhan) yaitu selalu akan memandang segala
sesuatu jelek, seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandanganya,
pikirannya telah dikungkung oleh sikap yang menganggap orang lain lebih
rendah dari pada dirinya. Sikap buruk sangka identik dengan rasa curiga,
cemas, amarah dan benci padahal kecurigaan, kecemasan, kemarahan dan
kebencian itu hanyalah perasaan semata yang tidak jelas penyebabnya,
terkadang apa yang ditakutkan bakal terjadi pada dirinya atau orang lain sama
sekali tak terbukti. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purbasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan, bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya, Allah maha menerima tobat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hujurat: 12) dan Rasulullah SAW bersabda: “jauhilah prasangka itu
sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta.” (HR. Muttafaqun
‘alaih). (Ibid: 89)
Menurut Gilbert Harrel (dalam Morissan, 2010 : 96) Persepsi adalah proses
yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi dan
menginterpretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti.
Persepsi adalah suatu proses individual yang sangat bergantung pada
(mood), serta harapan. Proses persepsi juga dipengaruhi oleh karakteristik
stimulus (ukuran, warna, dan intensitas) serta konteks di mana stimulus itu
dilihat dan didengar. (morissan, 2010 : 96).
2.8 Penelitian Terdahulu
Nur Kholis (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Penegakkan Syariat
Islam di Indonesia (Perspektif Ekonomi)” hasil penelitian menunjukkan
lembaga yang berbasisis Ekonomi Syariah di Indonesia menunjukkan
perkembangan pesat. masyarakat mendukungan dan optimis untuk
mengembangkan lebih banyak di masa depan. Terlebih lagi kinerja perbankan
syariah semua Muslim di Indonesia untuk mendukung dan berpartisipasi
dalam mengembangkan Ekonomi Syariah penegakkan hukum dimasa depan,
terutama dibidang zakat, wakaf, asuransi syariah.
Dian Ariani (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Persepsi Masyarakat
Umum Terhadap Bank Syariah Di Medan” hasil penelitian menunjukkan
perkembangan perbankan di Medan masih kurang mengembirakan masih
sedikitnya bank syariah di Medan dan persepsi msayarakat terhadap
perbankan syariah mengingat pertumbuhan dan perkembangan bank syariah
masih dipandang sinis oleh beberapa kalangan dan bahkan kalangan umat
Islam itu sendiri.
Siti Zulaikha (2013) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Globalisasi
Ekonomi Terhadap Ekonomi Islam di Indonesia” hasil penelitian
cukup tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi. Hal ini disebabkan sistem
perekonomian yang digunakan tidak terpengaruh dengan tingkat bunga
perbankan yang mendorong timbulnya inflasi. Bahkan sejumah lembaga
keuangan bank dan non-bank berbasis nilai syariat telah berkembang dengan
cukup pesat di kota-kota bisnis terkemuka seperti London, New York, dan
Geneva.
2.9 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran penulis yang menjadi pijakan dalam penulisan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (dibuat oleh peneliti)
Islam
Akidah Syariah Akhlak
Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah di negara yang mayoritas penduduk Muslim
Ekonomi Syariah di Sumatera Utara
Persepsi masyarakat (Mahasiswa FEB USU terhadap Sistem Ekonomi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau
mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta
dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu (Sinulingga, 2011: 23).
Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terhadap dukungan Sistem
Ekonomi Syariah di Sumatera Utara.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara yaitu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Waktu penelitian ialah pada November 2014 sampai
dengan Maret 2015.
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini
adalah :
1. Persepsi adalah prasangka baik dan buruk atau tanggapan mengenai
sesuatu sebelum mengetahuinya (menyaksikan, menyelidiki).
2. Sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang berlandaskan
Al-Quran, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Sistem ekonomi yang berbeda dengan
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah
pokok dalam suatu penelitian (Muhamad, 2008: 161). Populasi dari
penelitian ini adalah mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara tahun ajaran 2014/2015 dimana
jumlahnya adalah 3376 mahasiswa muslim dari 6069 Mahasiswa.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang
diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008:
162). Teknik sampling yang digunakan adalah Slovin. dengan rumus:
n = �
(1+���2)
n = 3376
1 + 3376 � 0,12
n = 97,12
n = 97 mahasiswa yang menjadi sample
dimana:
n = ukuran sample
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penggambilan
sample yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 2%
Dan teknik yang dipakai (Ibid: 167), yaitu simple random sampling
anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel. Penulis mengambil sampel sebanyak 97 mahasiswa
muslim dari kurang lebih 3376 mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi
dan Bisnis USU.
3.5 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Jenis Data
1. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah
langsung sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung
dari objeknya (Muhamad, 2008: 101), yaitu melalui kuesioner yang
diberikan kepada mahasiswa muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis
USU.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya
sudah dalam bentuk publikasi (Ibid: 102), yaitu data dari Data
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, serta bahan bacaan
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai
berikut :
1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan
permasalahan yang diteliti, yang dapat diperoleh dari buku-buku,
jurnal, internet dan lain-lain.
2. Observasi, meliputi melakukan pencatatan terhadap data yang
diperlukan.
3. Kuesioner, peneliti membuat daftar pertanyaan kepada mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dimana pertanyaan yang
dibuat relevan dengan penelitian yang dilakukan ditujukan.
3.6 Teknik Analisis Data 3.6.1 Alat Analisis Data
Alat analisis data yang digunakan dalam menganalisis data penelitian
yaitu:
1. Dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) 21.
2. Skala Likert. Menurut Kinnear (dalam Muhamad 2008: 154) skala
likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang
terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan,
pernyataan sikap seperti berikut:
- Sangat Setuju (SS), dengan skor 5
- Setuju (S), dengan skor 4
- Ragu-ragu (R), dengan skor 3
3.6.2 Metode Analisis Data
Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi mahasiswa fakultas
Ekonomi dan Bisnis terhadap penerapan Sistem Ekonomi Syariah di
Indonesia penulis menggunakan statistik deskriptif, yaitu metode
statistik yang berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai
karakteristik data seperti berapa rata-ratanya, seberapa jauh data-data
bervariasi, dan lain sebagainya (Muhamad 2008: 200).
Sementara untuk menguji skala pengukuran yang digunakan, peneliti
menggunakan uji validitas dan uji realibilitas. Suatu skala pengukuran
dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sarwono, 2006: 99). Realibilitas menunjuk
pada adanya konsistensi dan stabilitas hasil pengukuran tertentu (Ibid:
100).
a. Uji validitas, yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan program SPSS 21, dengan membandingkan nilai r
hasil Corrected Item Total Correlation dengan r tabel (situmorang,
2008: 43). Skala pengukuran dinyatakan valid apabila � hitung > �
tabel.
b. uji realibilitas menggunakan program SPSS 21, namun uji ini
membandingkan koefisien cronbach’s alpha dengan r tabel. Hasil
perhitungan menunjukan reliable bila koefisien Cronbach’s Alpha
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis
1 o - 4 o Lintang Utara dan 98 o - 100 o Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan
dengan provinsi Aceh, sebelah Timur dengan negara Malaysia di selat
Malaka, sebelah Selatan berbatasandengan provinsi Riau dan Sumatera Barat,
dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan
provinsi Sumatera Utara adalah 71.680.68 km2. Berdasarkan luas daerah
menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara luas daerah terbesar adalah
kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620.70 km2, atau sekitar 9,23%
dari total luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas
6.263.29 km2 atau 8,74%, kemudian kabupaten Simalungun dengan luas
4.386.60 km2 atau sekitar 6.12% sedangkan luas daerah terkecil kota Sibolga
dengan luas 10.77 km2 atau sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera
Utara. (BPS Sumatera Utara)
Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam
3(tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu kawasan pantai Barat meliputi
kabupaten Nias, Nias Utara, Nias Barat, Mandailing Natal, Tapanuli Selatan,
Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Kota
Padang Sidempuan, Kota Sibolga, Dan Gunung Sitoli. Kawasan dataran
Samosir, dan Kota Pemantang Siantar. Kawasan Pantai Timur meliputi
kabupaten Labuhan Batu, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan,
Asahan, Batu Bara, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, kota Tanjung
Balai, kota Tebing Tinggi, kota Medan dan kota Binjai. (Ibid)
4.2 Karateristik Responden 4.2.1 Stambuk Mahasiswa
Dari hasil penyebaran kuesioner, didapatkan bahwa sebagian besar
yang menjadi responden adalah stambuk 2012 sebanyak 44 responden
atau 45.36 persen, stambuk 2011 sebanyak 28 responden atau 28.86
persen, stambuk 2013 sebanyak 19 responden atau 19.58 persen dan
[image:49.595.241.449.487.597.2]stambuk 2014 sebanyak 6 responden atau 6.18 persen.
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Stambuk
Stambuk Jumlah Persen
2011 28 28.86%
2012 44 45.36%
2013 19 19.58%
2014 6 6.18%
Jumlah 97 99.98%
Sumber: Data primer yang diolah
4.2.2 Jenis Kelamin
Dari 97 responden yang diteliti didapatkan bahwa sebagian besar yang
menjadi responden adalah perempuan yakni sebesar 60 responden atau
61.8 persen, sedangkan responden laki-laki sebesar 37 responden atau
dasarnya kurang minat menjadi responden dalam penelitian ini. Adapun
penyebaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat
[image:50.595.245.443.200.325.2]dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (Data Primer)
4.2.3 Usia
Berdasarkan kategori usia, persentase tertinggi dari 97 total responden
ada pada responden berusia 20-22 tahun, yakni 79.38 persen atau
sebanyak 77 responden. Pada rentang usia ini sesorang sudah dapat
dikatakan memiliki pemikiran yang lebih luas. Dibandingkan pada usia
17-19 tahun, yakni 20.61 persen atau 20 responden.
[image:50.595.239.439.578.705.2]4.2.4 Program Studi
Berdasarkan program studi persentasi tertinggi dari S1 Ekonomi
pembangunan sebanyak 40.20 persen atau 39 responden, S1
Manajemen sebanyak 29.89 persen atau 29 responden, S1 Akuntansi
sebanyak 17.52 persen, D3 Akuntansi sebanyak 3.09 persen atau 3
responden, D3 Keuangan sebanyak 8.24 persen atau 8 responden, dan
[image:51.595.224.460.332.466.2]D3 Sekretaris 1.03% atau 1 responden.
Gambar 4.3 Jumlah Responden Berdasarkan Program Studi (Data Primer)
4.2.5 Asal Daerah Responden
Berdasarkan penyebaran kuesioner didapatkan bahwa mahasiswa yang
menjadi responden berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Asal Daerah
Asal Daerah Jumlah
Medan 47 responden
Padang Sidempuan 7 responden
Kisaran 4 responden
Tebing Tinggi 4 responden
Pemantang Siantar 4 responden
Aceh 4 responden
Sibolga 3 responden
Binjai 3 responden
Sidikalang 3 responden
Rantau Prapat 2 responden
Labuhan batu utara 2 responden
Labuhan batu selatan 2 responden
Mandailing natal 2 responden
Simalungun 2 responden
Porsea 2 responden
Riau 1 responden
Nias 1 responden
Padang 1 responden
Jakarta 1 responden
Pontianak 1 responden
Gunung sitoli 1 responden
Total 97 responden
4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu instrumen yang baik harus memiliki Validitas serta Reliabilitas
yang tinggi. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila instrumen penelitian
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sedangkan suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen penelitian
tersebut bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
Berikut ini merupakan tabel output hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
[image:53.595.122.505.200.759.2]menggunakan SPSS 21:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
No. Variabel r-hitung Cronbach’s
Alpha
1.
Ilmu ekonomi adalah ilmu bagaimana cara
manusia memenuhi kebutuhan yang relatif tidak
terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang
terbatas. (Fauzia dan Abdul,2014: 2)
0.250 0.820
2.
Dalam pandangan Islam sumberdaya alam
(karunia) itu tidak terbatas banyaknya. (QS
14:34)
0.298 0.818
3.
Sistem Ekonomi Syariah sudah ada sejak zaman
nabi Muhammad SAW. Sampai sekarang.
(P3EI,2012: 97)
0.468 0.807
4.
Islam bukan hanya mengatur hubungan Tuhan
dengan manusia namun juga mengatur hubungan
sesama manusia (muamalat). (P3EI,2012: 16)
0.400 0.811
5.
Ekonomi Syariah bermuara kepada akidah Islam
yang berlandaskan dari Al-qur’an, Hadits, Ijma’
dan Qiyas. (Fauzia dan Abdul,2014: 16)
0.547 0.801
6.
Sistem Ekonomi Syariah lebih mengutamakan
kemaslahatan (kesejahteraan) orang banyak
dibanding individu. (P3EI,2012: 7)
0.627 0.796
7.
Sistem Ekonomi Syariah layak diterapkan di
Indonesia karena penduduk Indonesia mayoritas
beragama Islam. (P3EI,2012: 17)
0.388 0.813
8.
Saya memahami banyak bahwa zakat berperan
penting dalam pendistribusian pendapatan dalam
Ekonomi Syariah. (Fauzia dan Abdul,2014: 143)
9. Sistem Ekonomi Syariah melarang bunga/riba.
(Rahman,1995: 85) 0.549 0.803
10. Ekonomi Syariah tidak termasuk usaha yang
haram dan besar mudharatnya. (P3EI,2012: 72) 0.600 0.799
11.
Ekonomi Syariah melarang mengambil
keuntungan yang berlebihan lebih dari 100%.
(QS. Al-Baqarah: 188)
0.478 0.806
12.
Bank konvensional mengutamakan prinsip yang
bersifat perhitungan aman dan untung,
sementara Bank Syariah mengutamakan
kesederajatan dan keadilan diantara Bank serta
loyalitas nasabah. (Sutedi,2009: 56)
0.553 0.801
13. Saya ingin memiliki tabungan di Bank Syariah 0.232 0.824
14.
Mata kuliah yang berhubungan dengan ekonomi
syariah akan membuat saya lebih memahami apa
itu Ekonomi Syariah dan penerapannya pada
kehidupan sehari-hari
0.414 0.810
15.
Saya memahami bahwa Sistem Ekonomi
Syariah di Indonesia sudah mengikuti aturan
yang telah di tentukan menurut Al-qur’an,
Hadits, Ijma’, Qiyas, dan Fatwa MUI
0.412 0.813
Sumber: Data Primer (data diolah)
Nilai r-tabel untuk N = 97; df = 95; signifikansi = 5% adalah 0,199. Dari Tabel
4.3 dapat dilihat bahwa tiap-tiap pernyataan memiliki r-hitung>r-tabel, yang
menandakan bahwa masing-masing pernyataan dapat dinyatakan valid, dan
tiap-tiap pernyataan memiliki cronbach’s alpha > r-tabel. Nilai Cronbach’s Alpha >
0.60 yang menandakan bahwa masing-masing pernyataan dapat dinyatakan
4.4 Persepsi Mahasiswa Muslim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Terhadap Sistem Ekonomi Syariah
4.4.1 Persepsi Variabel Definisi Ekonomi
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi
mengenai variabel definisi maka penulis menginterpretasikannya dalam
satu aspek yang seperti yang terdapat dalam tabel 4.4.
Tabel 4.4
Gambaran Persepsi Variabel Definisi
Pernyataan SS % S % R % TS % STS % Total % a Ilmu ekonomi adalah ilmu bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan yang relatif tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas. (Fauzia dan Abdul,2014: 2)
43.29 54.64 1.03 1.03 99.99
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode
deskriptif berdasarkan data gambaran variabel definisi, maka
analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 42 orang menjawab SS = 42 x 5 = 210
- Jumlah skor untuk 53 orang menjawab S = 53 x 4 = 212
- Jumlah skor untuk 1 orang menjawab R = 1 x 3 = 3
- Jumlah skor untuk 1 orang menjawab TS = 1 x 2 = 2
- Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS).
Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai
definisi ekonomi berdasarkan analisis variabel definisi ialah : (427 :
500) x 100% = 85%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 427
terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
4.4.2 Persepsi Variabel Informasi Ekonomi Syariah
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi
mengenai variabel informasi maka penulis menginterpretasikannya
[image:56.595.210.448.263.350.2]dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5
Gambaran Persepsi Variabel Informasi
Pernyataan SS %
S %
R %
TS %
STS %
Total %
a
Dalam pandangan Islam sumberdaya alam (karunia) itu tidak terbatas banyaknya (QS. 14:34)
b
Sistem Ekonomi Syariah sudah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW. Sampai sekarang (P3EI,2012: 97)
42.26 51.54 6.18 99.98
Sumber: data primer di olah
a. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode
deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel informasi,
maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 55 orang menjawab SS = 55 x 5 = 275
- Jumlah skor untuk 39 orang menjawab S = 39 x 4 = 156
- Jumlah skor untuk 2 orang menjawab R = 2 x 3 = 6
- Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0
- Jumlah skor untuk 1 orang menjawab STP = 1 x 1 = 1
Jumlah = 438
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS).
Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai
informasi Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel informasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 438
terletak pada daerah Sangat Setuju (SS).
b. Instrumen penelitian menggunakan skala likert dengan metode
deskriptif berdasarkan data gambaran persepsi variabel informasi,
maka analisisnya adalah :
- Jumlah skor untuk 41 orang menjawab SS = 41 x 5 = 205
- Jumlah skor untuk 50 orang menjawab S = 50 x 4 = 200
- Jumlah skor untuk 6 orang menjawab R = 6 x 3 = 18
- Jumlah skor untuk 0 orang menjawab TS = 0 x 2 = 0
- Jumlah skor untuk 0 orang menjawab STP = 0 x 1 = 0
Jumlah = 423
Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS).
Jumlah skor terendah = 1 x 100 = 100 (STS).
Jadi berdasarkan data tersebut maka persepsi responden mengenai
informasi Ekonomi Syariah berdasarkan analisis variabel informasi
ialah : (423 : 500) x 100% = 84%
Berdasarkan data yang diperoleh dari 97 responden maka data 423
4.4.3 Persepsi Variabel Penerapan Ekonomi Syariah
Untuk memudahkan dalam menganalisis data tentang persepsi
mengenai variabel penerapan maka penulis menginterpretasikannya
dalam satu aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4.6.
[image:59.595.158.517.255.698.2]Tabel 4.6
<