• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Layanan Komputasi Awan Untuk Kolaborasi Online Dengan Aplikasi WMCLOUD Project

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model Layanan Komputasi Awan Untuk Kolaborasi Online Dengan Aplikasi WMCLOUD Project"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI

ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

TESIS

SUGIANTO

117038057

PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI

ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

TESIS

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Magister Teknik Informatika

SUGIANTO 117038057

PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK

KOLABORASI ONLINE DENGAN APLIKASI

WMCLOUD PROJECT

Kategori : TESIS

Nama : SUGIANTO

Nomor Induk Mahasiswa : 117038057

Program Studi : MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Mahyuddin, M.IT Prof. Dr. Muhammad Zarlis

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S2 Teknik Informatika

Ketua,

Prof. Dr. Muhammad Zarlis

(4)

PERNYATAAN

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI

ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

TESIS

Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 7 Februari 2014

SUGIANTO

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : SUGIANTO

NIM : 117038057

Program Studi : Magister (S2) Teknik Informatika

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty

Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI ONLINE

DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,

memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasi tesis saya

tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantum nama saya sebagai penulis dan

sebagai pemegang dan/atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 7 Februari 2014

(6)

PANITIA PENGUJI Telah diuji pada

Tanggal : 7 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Zarlis Anggota : 1. Dr. Mahyuddin, M.IT

(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Sugianto, ST

Tempat dan Tanggal Lahir : Kisaran, 12 Mei 1982

Alamat Rumah : Perumahan Puri Zahara I Blok B No.16

Telepon/HP : +6281370177719

E-mail : soegi1703@gmail.com

Instansi Tempat Bekerja : Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan

Alamat Kantor : Jln. H.M Joni No.70 C Medan

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri Impres No.094124 TAMAT: 1995

SLTP : SMP Negeri 1 Bosar Maligas TAMAT: 1998

SMK : Yayasan Pendidikan Medan Putri TAMAT: 2001

S1 : Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan TAMAT: 2008

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan

dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengirimkan shalawat kepada Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang

diridhoi Allah SWT. Tesis ini merupakan salah satu syarat mendapat gelar

Magister Komputer pada Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer

dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua

Program Studi S2 Teknik Informatika sekaligus sebagai dosen

pembimbing I.

3. Bapak Dr. Mahyuddin, M.IT selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan masukan, ide dan bimbingan, serta

motivasi yang membangun kepada penulis hingga tesis ini terselesaikan

dengan baik.

4. Bapak M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, M.E.M selaku penasehat

akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan pemikiran-pemikiran

(9)

5. Bapak Prof. Dr. Herman Wamengkang, Bapak Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si dan

Bapak Dr.Syahril Efendi, S.Si, M.IT, sebagai dosen pembanding yang telah

memberikan saran dan arahan selama penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh dosen di Program Studi S2 Teknik Informatika yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, membekali penulis dengan

ilmu, pengalaman, dan kematangan berfikir yang dapat diterapkan dalam

penyelesaian tesis ini.

7. Seluruh pegawai akademik Program Studi S2 Teknik Informatika yang telah

memberikan fasilitas belajar dan pelayanan yang sangat baik selama penulis

mengikuti perkuliahan di Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas

Sumatera Utara.

8. Kepada orangtuaku ayahanda Marjani dan ibunda Sri Murniati yang sangat

saya cintai dan hormati yang tak henti-hentinya memberikan limpahan kasih

sayang, perhatian, dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik

ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi.

9. Kakak Lenni Susanti dan Abang Handoko Sutrisno, serta adik-adikku tercinta

Chaidir Wahyudi dan Salmanuddin Alfarisi, yang tetap memberikan semangat,

keceriaan, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan tesis

ini.

10.Terkhusus kepada seseorang yang telah ikhlas memberikan kasih sayang, cinta,

semangat, dukungan, waktu, perhatian dan doa yang tidak pernah terputus

kepada penulis, ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada isteriku

tercinta dr. Pebri Warita Pulungan, kesetiaan dan pengorbananmu insyaAllah

(10)

11.Ibunda Hj. Dahniar Pasaribu sebagai ibu mertua yang terus memberikan

dukungan, nasehat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

12.Rekan mahasiswa/i angkatan tahun 2011 Ari Usman, Wulan, Ade Sarah, Santy

Prayudani, Fahmi, Ertina Barus, Jijon Sagala, Aida, Mardiana, Andi Marwan,

Ari Satia, Yulia, Widia, Ahmad Muhajir, terima kasih atas semangat, doa dan

kerja samanya baik selama mengikuti perkuliahan maupun selama

penyelesaian tesis ini.

13.Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak

langsung. penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT membalas

kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam

penulisan tesis ini. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi penyempurnaan

penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT

semoga kita semua mendapatkan karunia dan ridhoNya, besar harapan penulis,

semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Medan, 7 Februari 2014 Penulis

(11)

ABSTRAK

Teknologi komputasi awan merupakan sebuah model yang memungkinkan untuk

ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), on-demand akses jaringan ke sumber daya

yang dapat dengan cepat ditambahkan. Dengan karakteristik yang ada pada teknologi

komputasi awan sehingga bidang komputasi awan sangat dinamis dan menawarkan

ruang untuk teknologi inovatif dan model bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi

awan akan mengalami kemajuan yang signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun

ke depan. Aktivitas penelitian yang terus berkembang dan jarang ada individu

peneliti yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti

harus mampu belajar untuk memperolah teknik atau pengetahuan untuk

memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan waktu yang lama.

Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online dapat

dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan pemanfaatan teknologi

komputasi awan yang mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0 yaitu

online sharing dan collaboration diharapkan penelitian ini dapat memberikan

gambaran model layanan kepada para peneliti untuk menerapkan teknologi

komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung

aktivitas kolaborasi penelitian dengan menggunakan layanan aplikasi WMCloud

Project.

Kata kunci : Komputasi awan, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration

(12)

CLOUD COMPUTING SERVICE MODEL FOR ONLINE COLLABORATION WITH WMCLOUD PROJECT APPLICATION

ABSTRACT

Cloud computing is a technology model that allows for ubiquitous (anywhere

and anytime), on-demand network access to a resource that can be quickly

added. With characteristics present in the cloud computing technology to the

field of cloud computing is very dynamic and offers a space for innovative

technologies and business models. It is clear that cloud computing will

undergo significant progress and innovation in the next few years. Modern

research activity increasingly complex and requires extensive skills. Rarely are

individual researchers who mastered a lot of skills and knowledge. In principle,

researchers should be able to learn to gain the techniques or knowledge to

solve specific problems, but it will take a long time. This study explores how

the potential of online collaboration can be utilized to sustainability research.

With the use of cloud computing technology which adopts the principles

promoted by the web 2.0 online sharing and collaboration is expected to

provide an overview of this research service model for the researchers to

implement cloud computing technology in the research of effective

cross-distances to support collaborative research activities with the use of WMCloud

Project application.

Keywords : Cloud Computing, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing,

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH vii

ABSTRAK x

1.2. Perumusan Masalah 3

(14)

BAB IV PEMBAHASAN 31

4.1. Konsep Arsitektur Kolaborasi Online WMCloud Project 31

4.2. Pemrosesan Data Kolaborasi Online 35

4.3. Proses Aplikasi WMCloud Project 36

4.3.1. Mekanisme Proses Layanan 36

4.3.2. Proses Aktivasi 37

4.3.3. Proses Editing Akun 37

4.3.4. User Management 37

4.3.5. Aktivasi dan Batasan Akun 37

4.3.6. Task Management 38

4.3.7. File Sharing dan Inventarisasi Dokumen 38

4.3.8. Scheduling Tool 39

4.3.9. Time Tracking 39

4.3.10. Shared Calender 39

4.4. Analisis Kelayakan Komputasi Awan Kolaborasi Online 40 4.4.1. Kelayakan Ekonomis Pemanfaatan Teknologi

Komputasi Awan (Economical Feasibility) 40 4.4.2. Kelayakan Kualitas Distribusi Data (Distributed Feasbility) 40 4.5. Efektivitas WMCloud Project Sebagai Model Layanan

Kolaborasi Online 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46

5.1 Kesimpulan 46

5.2 Saran 47

(15)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Riset Terkait 22

Tabel 4.1 Definisi Operasional Kualitas Sistem (X1) 41

Tabel 4.2 Definisi Operasional Kualitas Informasi (X2) 42

Tabel 4.3 Definisi Operasional Kualitas Proses (X3) 42

Tabel 4.4 Definisi Operasional Kualitas Kolaborasi (X4) 43

Tabel 4.5 Definisi Operasional Kualitas Layanan (X5) 43

Tabel 4.6 Definisi Operasional Penggunaan Sistem (Y1) 44

Tabel 4.7 Definisi Operasional Kepuasan Pengguna (Y2) 44

(16)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Skema Teknologi Komputasi Awan 8

Gambar 2.2 Komputasi Awan 10

Gambar 2.3 Jumlah Penelitian Yang Dipublikasikan 17

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian 28

Gambar 3.2 Antarmuka Model Aplikasi WMCloud Project 29

Gambar 3.3 Peta Jalan Penelitian 30

Gambar 4.1 Konsep Arsitektur Kolaborasi Online 31

Gambar 4.2 Model Sumber Informasi Portal Kolaborasi Online 32

Gambar 4.3 Karakteristik Penyedia Layanan Komputasi Awan 33

Gambar 4.4 Hubungan Karakteristik 34

Gambar 4.5 Back-end Server dan Application 35

Gambar 4.6 HTML Generation 35

Gambar 4.7 User Request Implementation 36

Gambar 4.8 Mekanisme Proses Registrasi 36

Gambar 4.9 User Management 37

Gambar 4.10 Task Management 38

Gambar 4.11 File Sharing dan Inventarisasi Dokumen 39

(17)

ABSTRAK

Teknologi komputasi awan merupakan sebuah model yang memungkinkan untuk

ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), on-demand akses jaringan ke sumber daya

yang dapat dengan cepat ditambahkan. Dengan karakteristik yang ada pada teknologi

komputasi awan sehingga bidang komputasi awan sangat dinamis dan menawarkan

ruang untuk teknologi inovatif dan model bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi

awan akan mengalami kemajuan yang signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun

ke depan. Aktivitas penelitian yang terus berkembang dan jarang ada individu

peneliti yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti

harus mampu belajar untuk memperolah teknik atau pengetahuan untuk

memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan waktu yang lama.

Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online dapat

dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan pemanfaatan teknologi

komputasi awan yang mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0 yaitu

online sharing dan collaboration diharapkan penelitian ini dapat memberikan

gambaran model layanan kepada para peneliti untuk menerapkan teknologi

komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung

aktivitas kolaborasi penelitian dengan menggunakan layanan aplikasi WMCloud

Project.

Kata kunci : Komputasi awan, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration

(18)

CLOUD COMPUTING SERVICE MODEL FOR ONLINE COLLABORATION WITH WMCLOUD PROJECT APPLICATION

ABSTRACT

Cloud computing is a technology model that allows for ubiquitous (anywhere

and anytime), on-demand network access to a resource that can be quickly

added. With characteristics present in the cloud computing technology to the

field of cloud computing is very dynamic and offers a space for innovative

technologies and business models. It is clear that cloud computing will

undergo significant progress and innovation in the next few years. Modern

research activity increasingly complex and requires extensive skills. Rarely are

individual researchers who mastered a lot of skills and knowledge. In principle,

researchers should be able to learn to gain the techniques or knowledge to

solve specific problems, but it will take a long time. This study explores how

the potential of online collaboration can be utilized to sustainability research.

With the use of cloud computing technology which adopts the principles

promoted by the web 2.0 online sharing and collaboration is expected to

provide an overview of this research service model for the researchers to

implement cloud computing technology in the research of effective

cross-distances to support collaborative research activities with the use of WMCloud

Project application.

Keywords : Cloud Computing, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing,

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat dan

penggunaannya di seluruh dunia terus meningkat. Hal ini sangat memacu

perkembangan perangkat lunak (software) ataupun perangkat keras (hardware) dalam

kurun waktu yang singkat. Dan ini memberikan dampak yang baik untuk para

pengguna internet atau netters di seluruh dunia. Kemampuan suatu sistem komputer

dapat di ukur melalui tiga pondasi atau elemen yaitu perangkat keras (hardware),

perangkat lunak (software) dan perangkat manusia atau operator komputer yang biasa

dikenal dengan brainware. Ketiga elemen ini tentu memiliki keterkaitan antara satu

dengan yang lainnya untuk menciptakan sebuah sistem komputer yang berguna.

Tanpa adanya keseimbangan ketiga elemen tersebut maka suatu sistem komputer

belum dapat dikatakan bekerja secara optimal (Mirashe & Kalyankar, 2010).

Pada bulan Desember 2012 yang lalu, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh

sebuah agensi survei internasional (Internet World Statsa) tentang perkembangan

teknologi di Indonesia, khususnya dalam hal media sosial, internet, dan perangkat

mobile. Perkembangan teknologi di Indonesia menunjukkan pengguna internet di

Indonesia sangat tinggi. Perkembangan teknologi di Indonesia menunjukkan bahwa

61% dari total pengguna internet tersebut online melalui perangkat mobile. Dan

kebanyakan pengguna internet di Indonesia akan online melalui jaringan Wifi (Madan,

et al., 2012). Internet adalah media digital yang paling banyak digunakan oleh

(20)

Dewasa ini istilah komputasi awan atau yang lebih dikenal dengan sebutan

cloud computing telah menjadi topik menarik dan penting dalam perkembangan dunia

teknologi informasi. Komputasi awan (cloud computing) adalah jenis komputasi yang

terdistribusi dimana penggunaan sumber daya tervirtualisasi yang dapat dibagi oleh

penggunanya. Komputasi awan merupakan model komputasi yang memungkinkan

dapat terpenuhinya konsep layanan tersebut dimana sumber daya seperti daya

komputasi, media peyimpanan (storage), jaringan (network) dan perangkan lunak

(software) dijalankan sebagai layanan (service) melalui media jaringan, dan bahkan

dapat diakses ditempat manapun selama terkoneksi dengan jaringan internet (Mell &

Grance, 2012).

Komputasi awan (cloud computing) merupakan paradigma baru yang penting

untuk penyediaan layanan komputasi, di mana layanan dapat diakses jarak jauh

melalui internet dari pada yang disediakan pada komputer lokal. Manfaat utama dari

komputasi awan adalah elastisitas sumber daya. kita dapat mengukur skala kebutuhan

untuk permintaan dan kemampuan untuk mengakses informasi dari mana saja,

menggunakan perangkat apapun (Sommerville, et.al. 2011). Layanan ini adalah salah

satu perkembangan baru yang paling menarik dalam ilmu komputer dengan peluang

besar untuk penelitian dan inovasi. Dalam hal ini untuk membangun jaringan

komputasi awan yang sederhana dapat di lakukan pada jaringan local/intranet. Di

akhir tahun 2000 komputasi awan telah menjadi salah satu topik paling popular yang

merupakan teknologi baru dan diprediksi akan memberi dampak yang signifikan

untuk dunia pendidikan dan penelitian yang memungkinkan setiap pengguna untuk

melakukan tugasnya secara efektif dengan perkiraan biaya yang jauh lebih terjangkau

dengan memanfaatkan aplikasi yang tersedia berbasis cloud (awan) yang ditawarkan

oleh penyedia layanan komputasi awan. Komputasi awan (cloud computing) adalah

suatu metode komputasi dimana teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan,

kemudian pengguna dapat memanfaatkan melalui koneksi internet (“di dalam awan“)

tanpa harus mengetahui apa saja yang ada didalamnya, atau ahli dengannya, atau

memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantu dalam

impelentasinya.

Para peneliti dewasa ini seringkali terlibat dalam satu penelitian yang sedang

dikerjakan. Dengan penggunaan teknologi dimana saja peneliti tetap bisa melakukan

(21)

kolaborasi akan lebih membuat para peneliti berpikir kritis, dan peneliti mencari

cara-cara baru untuk secara-cara efektif memanfaatkan teknologi untuk mengubah metode

penelitiannya. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online

dapat dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan keberhasilan kolaborasi

online seperti Wikipedia dan open source. Kita dapat memahami bagaimana

kolaborasi online dapat digunakan secara efektif (Dahal, 2012). Untuk menjawab

masalah mengenai keterbatasan biaya dan waktu dalam menyediakan sumber daya TI,

muncul sebuah tren baru di dunia TI yaitu komputasi awan (cloud computing).

Komputasi awan ini mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0

diantaranya adalah online sharing dan collaboration (Musser, 2006). Cloud

computing yang dalam istilah bahasa Indonesia disebut sebagai komputasi awan, pada

dasarnya adalah teknologi komputasi yang memanfaatkan layanan internet. Dengan

komputasi awan diharapkan proses komputasi menjadi lebih mudah, fleksibel dan

dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan (on-demand) (Sridhar, 2009). Prinsip

fleksibilitas dan on-demand ini diwujudkan dengan menyediakan komputasi sebagai

sebuah layanan (as a service) yang dapat digunakan secara mudah dan fleksibel setiap

kali user membutuhkannya. Bagaimana teknologi komputasi awan bisa memberikan

efektivitas bisnis dan mereduksi biaya diperlukan sebuah kajian yang lebih lanjut.

Perkembangan teknologi informasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat

cepat dan up to date. Perkembangan teknologi cepat atau lambat akan mendorong para

peneliti untuk terus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi yang efektif

untuk mewujudkan penerapan teknologi yang terintegrasi secara online dengan tepat

sesuai dengan strategi perkembangan IPTEK di masa depan. Kolaborasi penelitian

merupakan fenomena yang terjadi antar akademisi di lembaga penelitian dan

universitas dengan melibatkan para peneliti. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

mengembangkan dan menggunakan sebuah layanan aplikasi yang memudahkan

kolaborasi online, yaitu WMCloud Project yang berbasis layanan komputasi awan.

1.2. Perumusan Masalah

Aktivitas penelitian yang modern semakin kompleks dan menuntut keterampilan yang

luas. Jarang ada individu peneliti yang menguasai banyak keterampilan dan ilmu

(22)

pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan

waktu yang lama. Peneliti di lembaga penelitian di Indonesia kebanyakan hanya

bekerja sendiri secara individu tanpa adanya sinergi untuk memfokuskan pada satu

bidang yang diteliti. Kondisi ini bisa jadi disebabkan karena masih lemahnya arahan

pemerintah tentang fokus penelitian dan masih minimnya para peneliti yang belum

mencoba memanfaatkan dukungan teknologi informasi.

Menurut Katz (1995), jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan ada

kemungkinan yang besar antara mereka untuk memiliki tekhnik atau pengetahuan

yang diperlukan dalam penelitian mereka. Manfaat pertama dari kolaborasi penelitian

adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknik. Kolaborasi

penelitian juga bermanfaat untuk menambah efektifitas dari keterampilan yang

dimiliki oleh setiap peneliti. Penelitian secara individu akan memakan waktu yang

cukup banyak untuk terus memperbaharui pengetahuan selain itu tidak semua rincian

kemajuan penelitian terbaru didokumentasikan. Banyak peneliti tidak memiliki waktu

untuk membahas secara details tentang temuan mereka dalam suatu publikasi ilmiah,

sehingga banyak temuan penelitian yang baru tidak terpublikasi ke masyarakat.

Penelitian tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi

juga hubungan sosial dan manajemen diperlukan untuk bekerja sebagai bahan untuk

kerjasama tim (Honch, 1987).

Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa suatu kegiatan kadang tidak

dapat dikerjakan seorang diri sehingga dibutuhkan bantuan orang lain. Seorang

peneliti akan membutuhkan peneliti yang lain guna memenuhi informasi maupun

bidang ilmu tertentu yang kurang dipahaminya secara baik agar menghasilkan suatu

penemuan yang lebih baru lagi. Jarak masih masalah walaupun teknologi canggih

tersedia saat ini. Para peniliti yang terlibat kurang terkoordinasi dengan baik. Peneliti

individu sering menghadapi masalah dalam pengumpulan data serta pengolahan,

analisis data, hasil penelitian dan publikasi. Adapun perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah pemanfaatan model layanan yang dirancang untuk mendukung

kolaborasi penelitian secara online dengan pemanfaatan layanan teknologi komputasi

awan sesuai dengan kebutuhan para penelitin dan perkembangan IT. Keterbatasan

sejumlah peneliti baik secara individu ataupun yang melakukan kolaborasi penelitian

lintas jarak sehingga penulis mencoba untuk mengembangkan dan pemanfaatan

(23)

pemanfaatan teknologi komputasi awan. Bagaimana gambaran penerapan aplikasi

WMCloud Project untuk mendukung efektivitas kolaborasi penelitian secara online.

1.3. Batasan Masalah

Rumusan masalah diatas dibatasi beberapa hal sebagai berikut :

1. Menggunakan salah satu model layanan komputasi awan yaitu Infrastructure

as s Service ( IaaS ) berbasis web.

2. Mengetahui efektivitas kolaborasi penelitian secara online dengan langsung

melakukan ujicoba secara online antara penulis dengan peneliti lain.

3. Penerapan aplikasi kolaborasi (collaborative) online yang digunakan adalah

WMCloud Project dan Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam sistem

ini antara lain: login, browsing, search, editing, repository, forum, chat, task,

dan scheduling.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah penerapan teknologi

komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung

aktivitas kolaborasi penelitian secara online dengan penerapan model layanan

aplikasi WMCloud Project sebagai bahan rekomendasi pemanfaatan teknologi

komputasi awan.

2. Tujuan penelitian ini bagi penulis sendiri merupakan wujud penerapan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan pada program

pasca sarjana Teknik Informasi di Universitas Sumatera Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan aplikasi online WMCloud Project yang telah dikembangkan

(24)

2. Mengenalkan model layanan kolaborasi penelitian secara online yang ideal

kepada publik.

3. Layanan WMCloud Project berbasis komputasi awan dapat memudahkan

penggunanya memperoleh informasi dan data yang berguna untuk

pengembangan penelitian.

4. Sumbangsih ide dan pemikiran bagi berbagai pihak yang berminat dan ingin

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komputasi Awan

Komputasi awan (cloud computing) merupakan definisi untuk teknologi komputasi

grid (grid computing) yang digunakan pada pertengahan hingga akhir 1990-an. Tren

komputasi awan mulai muncul pada akhir tahun 2007, digunakan untuk memindahkan

layanan yang digunakan sehari-hari ke Internet, bukan disimpan di komputer lokal

lagi. Komputasi awan menjadi tren baru di bidang komputasi terdistribusi dimana

berbagai pihak dapat mengembangkan aplikasi dan layanan berbasis Service Oriented

Architecture di jaringan internet. Berbagai kalangan dapat menarik manfaat dari

layanan komputasi awan ini baik sebagai solusi teknologi maupun mendapatkan

manfaat ekonomis darinya. Email yang tersedia dalam bentuk web mail merupakan

contoh yang sangat kecil dari teknologi komputasi awan. Dengan menggunakan

layanan email seperti Gmail dan Yahoo Mail, orang tidak perlu lagi menggunakan

Outlook atau aplikasi desktop lainnya untuk email mereka. Membaca email dengan

browser memungkinkan dilakukan di mana saja sepanjang ada koneksi internet

(Mirashe, S & Kalyankar, 2010).

2.1.1. Defenisi Komputasi Awan

Komputasi awan (cloud computing) adalah sebuah model yang memungkinkan untuk

ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), nyaman, on-demand akses jaringan ke sumber

daya (contoh: jaringan, server, storage, aplikasi, dan layanan) yang dapat dengan cepat

dirilis atau ditambahkan. Komputasi awan sebagai suatu layanan teknologi informasi

(26)

sumber daya, perangkat lunak, informasi dan aplikasi disediakan untuk digunakan

oleh komputer lain yang membutuhkan. Komputasi awan mempunyai dua kata

“cloud” dan “computing”, cloud yang berarti internet itu sendiri dan computing adalah

proses komputasi (Peter & Grance, 2012).

Gambar 2.1. Skema teknologi komputasi awan

Pada tahun 2007, layanan lain termasuk pengolahan kata, spreadsheet, dan

presentasi telah dipindahkan ke dalam komputasi awan. Google menyediakan

pengolah kata, spreadsheet dan aplikasi presentasi di lingkungan komputasi yang

awan dan terintegrasi dengan Gmail dan Google Calendar, menyediakan lingkungan

kantor di web (atau di awan). Microsoft dan perusahaan lain juga bereksperimen

dengan mengalihkan program-program ke awan untuk membuatnya lebih terjangkau

dan lebih mudah diakses oleh pengguna komputer dan internet. Komputasi awan saat

ini sangat populer, selain dari pemain besar software seperti Microsoft dan Google,

perusahaan lain bermunculan hanya untuk menyediakan layanan berbasis awan

sebagai pengganti atau penyempurnaan aplikasi pada PC saat ini (Ercan, 2010).

Teknologi komputasi dan teknik pemrograman baru atau teknik pengembangan

(27)

teknologi menjadi sangat mudah dimata user dan menjadikannya sesederhana

mungkin. Pengembangan berbasis internet sangat pesat saat ini dengan boomingnya

blogging dan microblogging serta layanan jejaring sosial yang bertujuan untuk

menemukan cara baru membantu individu dan bisnis untuk dapat berkomunikasi satu

sama lain di arena komputasi awan.

Konsep komputasi awan biasanya dianggap sebagai internet. Karena internet

sendiri digambarkan sebagai awan (cloud) besar (biasanya dalam skema jaringan,

internet dilambangkan sebagai awan) yang berisi sekumpulan komputer yang saling

terhubung. Komputasi awan datang sebagai sebuah evolusi yang mengacu pada

perkembangan teknologi dan aplikasi lebih dinamis. Dimana terdapat perubahan besar

memiliki implikasi yang menyentuh hampir setiap aspek komputasi. Untuk end user,

komputasi awan menyediakan sarana untuk meningkatkan layanan baru atau

mengalokasikan sumber daya komputasi lebih cepat, berdasarkan kebutuhan bisnis (Ju

Su, 2012).

2.1.2. Karakteristik Komputasi Awan

Komputasi awan pada dasarnya adalah satu bentuk pendistribusian data yang

memungkinkan pengguna makin meningkatkan kemampuan untuk menyerap begitu

banyak sumber daya jaringan komputer melalui internet untuk menyelesaikan

pekerjaan mereka. Misalnya, jika seseorang ingin menganalisa pola lalu lintas jalan

raya di sebuah negara, mereka dapat meng-upload dan menyimpan data ke dalam

'awan' berupa jaringan komputer yang memiliki banyak server data dan kemudian

mempresentasikan hasilnya yang merupakan olahan data dari satu jaringan raksasa.

Pada dekade sebelumnya kita sudah mengenal dan menggunakan apa yang disebut

komputasi grid, cara lain yang digunakan dalam pendistribusian data oleh pengguna

untuk memperoleh olahan data melalui jaringan komputer guna memenuhi kebutuhan

data pada pekerjaan mereka. Komputasi awan merupakan evolusi dari komputasi grid,

dengan beberapa perbedaan penting. Pada komputasi grid, data yang dikirim ke batch

scheduler, yang menempatkan data dalam antrian yang spesifik untuk mengatur

sumber daya dari komputer, misalnya pada supercomputer,untuk proses selanjutnya.

Di sisi lain, komputasi awan bisa dengan sangat efektif menekan ukuran data pada

saat pendistribusian.Banyak dari platform komputasi awan memungkinkan pengguna

(28)

dapat dilakukan lebih cepat. Pengguna juga dapat mengkonfigurasi sebuah 'mesin

virtual' yang ada di dalam awan untuk memenuhi kebutuhan dari pekerjaan mereka

untuk diselesaikan dengan sebaik mungkin. Saat pengguna telah mengkonfigurasi

jenis mesin virtual yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka, mereka bisa segera

mengakses berbagai penyedia layanan dan membuat system komputasi yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang mereka lakukan (Dahal, 2012).

Gambar 2.2. Komputasi awan

Komputasi awan merupakan gaya komputasi dimana sumber daya

komputasi mudah untuk didapat dan diakses, mudah digunakan, murah dan

langsung dapat dijalankan (Mark & Lozano, 2010) dan menurut Sridhar (2006)

komputasi awan memiliki 6 karakteristik sehingga bidang komputasi awan

sangat dinamis dan menawarkan ruang untuk teknologi inovatif dan model

bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi awan akan mengalami kemajuan yang

signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun ke depan. Adapun 6 karakteristik

(29)

a) Scalable, yaitu kemampuan dalam meningkatkan kapasitas sumber daya

sebesar apapun yang diinginkan dengan sangat cepat.

b) Elastic, kemampuan dalam menyesuaikan jumlah sumberdaya yang sesuai

dengan yang dibutuhkan secara cepat. Dengan kemampuan ini jumlah

sumberdaya dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan kebutuhan yang

disesuaikan dengan perkembangan pasar.

c) Self-Service, kemampuan komputasi awan dalam melayani dirinya sendiri.

Dengan ini kita tidak harus memikirkan waktu dan biaya yang digunakan

untuk melakukan perawatan baik hardware ataupun software yang semuanya

sudah ditangani oleh vendor sebagai pelaku bisnis penyedia layanan komputasi

awan.

d) Ubiquitous Access, kemampuan untuk dapat diakses dimanapun. Karena

komputasi awan berbasiskan web, maka dia bisa diakses dimanapun asal tetap

terkoneksi dengan internet dan untuk mengaksesnya tidak hanya terbatas pada

PC atau laptop, dengan mobile atau smart phone juga bisa. Sehingga

menjadikannya dapat diakses dimanapun kita berada.

e) Complete Virtualization, kemampuan untuk menggabungkan banyak sumber

daya menjadi seolah-olah hanya sebuah server tunggal. Sehingga tidak peduli

seberapa besar skala komputasi awan (cloud computing) yang ada, tetap akan

mudah dioperasikan dan mudah untuk dikembangkan aplikasinya.

f) Relative Consistency, yaitu kemampuan untuk selalu konsisten dalam

menghasilkan layanan, karena komputasi awan dibangun dari

bermacam-macam komponen sehingga tidak tergantung hanya dengan satu komponen

atau brand tertentu.

2.1.3. Model Layanan Komputasi Awan

Di dalam komputasi awan terdapat 3 model layanan utama (Mark & Lozano, 2010)

yaitu :

1) Infrastructure as a Service (IaaS)

Model aplikasi yang paling luas cakupannya yaitu Infrastructure as a Service

( IaaS) yang meliputi penyediaan layanan infrastruktur secara terintegrasi.

Pada prinsip tekniknya, vendor menyediakan virtual server dengan IP address

(30)

(API) milik vendor untuk memulai, menghentikan, mengakses dan melakukan

konfirgurasi virtual server dan media storage-nya. Media storage disini dapat

bersifat fisik berupa hardware maupun virtual (Sridhar, 2009). Sasaran model

layanan ini adalah di tingkatan korporasi karena adanya efesiensi biaya dalam

penggunaan infrastruktur berbasis virtual server ini. Contoh IaaS diantaranya

adalah Google, IBM, dan AmazonEC2.

2) Software as a Service (SaaS)

Software as a Service berarti aplikasi yang tersedia bagi user dalam bentuk

layanan berbasis sesuai kebutuhan user (on-demand). Jadi, dengan

pengaplikasian model ini, user tidak perlu lagi membeli lisensi dan melakukan

instalasi untuk sebuah aplikasi, tetapi cukup membayar biaya sesuai dengan

pemakaiannya saja (pay per used). Secara teknis, model aplikasi ini

memanfaatkan web-based interface yang diakses melalui browser dan berbasis

teknologi Web 2.0 (Robbins, 2009). Contoh SaaS ini adalah Google Docs.

SaaS ini merupakan model aplikasi komputasi awan yang sasarannya

difokuskan pada user individual.

3) Platform as a Service (PaaS)

Jika SaaS merupakan model layanan yang fokusnya pada application using,

maka fokus dari Platform as a Service (PaaS) mengacu pada application

development. Sasaran model layanan ini adalah para programmer dan

application developer. Karena dalam model ini, vendor menyediakan layanan

yang berupa serangkaian perangkat lunak dan alat-alat pengembangan produk

yang tersedia pada infrastrukrur vendor sehingga developer dapat menciptakan

aplikasi pada platform vendor melalui internet. Contoh PaaS diantaranya

adalah Google App Engine, Windows Live dan Force.com (Cleveland, 2009).

Model-model layanan komputasi awan mampu memberikan dukungan

teknologi yang baik, nyaman dan berkualitas serta stabil bagi penggunanya

(31)

2.1.4. Model Penyebaran Komputasi Awan

Seperti yang telah direkomendasikan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST), dan sebagian besar organisasi berfokus pada memanfaatkan komputasi awan untuk memotong pengeluaran modal dan mengendalikan biaya

operasi, ada pertumbuhan yang agresif dalam bisnis untuk mengadopsi teknologi

komputasi awan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami kebutuhan sebelum

memilih untuk berbagai model penyebaran yang tersedia di awan. Komputasi awan

menawarkan 4 model penyebaran (Deployment Models), diantaranya adalah :

1) Private Cloud. Infrastruktur awan yang semata-mata dioperasikan bagi suatu

perusahaan. Dan ini biasanya dikelola oleh pihak ketiga.

2) Community Cloud. Infrastruktur awan bersama oleh beberapa organisasi dan

mendukung komunitas tertentu yang concern dalam berbagi (online sharing).

3) Public Cloud. Infrastruktur awan dibuat untuk umum atau kelompok industri

besar dan dimiliki oleh penyedia layanan komputasi awan (vendor).

4) Hybrid Cloud. Infrastruktur awan yang mengkomposisikan dua atau lebih

cloud (antara private, community dan public ) saling terintegrasi (Al-Zoube,

2009).

2.2. Web 2.0

2.2.1. Defenisi Web 2.0

Inovasi dalam dunia web semakin mengalami perkembangan yang berarti, ini

dibuktikan dengan adanya teknologi Web 2.0 yang dikembangkan sekitar tahun 2004.

Menurut Tim O’Reilly, 2005, Web 2.0 dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Web 2.0 adalah revolusi bisnis di industri komputer yang disebabkan oleh

penggunaan internet sebagai platform, dan merupakan suatu percobaan untuk

memahami berbagai aturan untuk mencapai keberhasilan pada platform baru tersebut.

Salah satu aturan utama adalah membangun aplikasi yang mengeksploitasi efek

jaringan untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengguna aplikasi tersebut”.

Sifat dari web 2.0 adalah read write. Dalam aplikasi Web 2.0, terdapat hubungan

yang saling berjejaring antara pemilik maupun pembaca, bahkan pengguna sebagai

pembaca adalah fokus. Adapun teknik yang digunakan adalah:

1. CSS (Cascading Style Sheet) untuk bahan isi dan presentasi serta

(32)

2. Falksonomi (metoda penandaan content dimana dengan konsep ini

dimunculkan kata-kata yang berkaitan dengan content tersebut).

3. XML (eXtensible Markup Language) yang digunakan untuk mendefinisikan

format data.

4. Teknik Aplikasi Internet.

5. HTML dan XHTML (eXtensible HyperText Markup Language).

6. Weblog-publishing tools.

7. Wiki atau forum software, dll.

8. JavaScript untuk membuat tampilan yang dinamis,

9. Teknologi penggabungan dari JavaScript dan XML saat ini yang marak

disebut dengan AJAX (Asynchorous JavaScript And XML) yang menekankan

pada pengelolaan content dalam website adalah suatu teknik pemrograman

berbasis web untuk menciptakan aplikasi web yang interaktif. Tujuannya

adalah untuk memindahkan sebagian besar interaksi pada komputer web surfer,

melakukan pertukaran data dengan server di belakang layar, sehingga halaman

web tidak harus dibaca ulang secara keseluruhan setiap kali seorang pengguna

melakukan perubahan (Nughutham, 2012).

2.2.2. Karakteristik Web 2.0

Kemudahan berinteraksi antara user dengan sistem merupakan tujuan dibangunnya

teknologi Web 2.0. Interaksi tersebut tentunya harus diimbangi dengan kecepatan

untuk mengakses, oleh karena itu diperlukan suatu bandwith yang cukup untuk

loading data. Loading data tersebut dilakukan saat pertama kali membuka situs,

data-data tersebut antara lain CSS, JavaScript, dan XML. Salah satu karakteristiknya

adalah adanya dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan web service

atau RSS. Ketersediaan RSS akan menciptakan kemudahan untuk diremix oleh

website lain dengan menggunakan tampilannya masing-masing dan dukungan

pemrograman yang sederhana. Adanya kemajuan inovasi pada antar-muka di sisi

pengguna merupakan karakter dari Web 2.0. Dukungan AJAX yang menggabungkan

HTML, CSS, Javascript, dan XML pada Yahoo!Mail Beta dan Gmail membuat

pengguna merasakan nilai lebih dari sekedar situs penyedia e-mail. Kombinasi media

komunikasi seperti Instant Messenger (IM) dan Voice over IP (VoIP) akan semakin

(33)

2.2.3. Perkembangan Web 2.0

Perkembangan web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara berpikir dalam

menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah website. Dalam perkembangannya

Web 2.0 diaplikasikan sebagai bentuk penyajian halaman web yang bersifat sebagai

program desktop pada umumnya seperti Windows. Fungsi-fungsi pada penerapannya

sudah bersifat seperti desktop, seperti drag and drop, auto-complete, serta fungsi

lainnya. Aplikasi Web 2.0 disajikan secara penuh dalam suatu web browser tanpa

membutuhkan teknologi perangkat yang canggih dari sisi user. Tidak mengherankan

bila suatu aplikasi (software) dapat diakses secara online tanpa harus menginstalnya

terlebih dahulu. Software tersebut misalnya software pengolah kata (seperti MS Word)

atau software pengolah angka (seperti MS Excel) (Ju Su, 2012).

Teknologi ke depan suatu software berbasisi web tidak lagi dijual melainkan suatu

fasilitas gratis yang dapat digunakan setiap waktu. Permasalahan manajemen file juga

tidak merepotkan, bahkan file dapat disimpan dan juga dapat di-sharing dengan user

lain. Implementasi dari teknologi Web 2.0 dapat dilihat pada aplikasi spreadrsheet

pada Google yang merupakan aplikasi untuk operasi mengolah angka seperti MS

Excel. Aplikasi ini dapat dilihat pada , tentunya

aplikasi tersebut membutuhkan suatu akun Google untuk memasukinya.

Menurut Ju Su, 2012, suatu web 2.0 biasanya digunakan sebagai akhir dari siklus

peluncuran produk software, mengilustrasikan setiap produsen software tidak lagi

meluncurkan produknya dalam bentuk fisik. Karena web menjadi platform, pengguna

cukup datang ke website untuk menjalankan aplikasi yang ingin mereka gunakan.

Hasil dari pengembangan fitur di dalam software dapat langsung dirasakan oleh

pengguna. Software tidak lagi dijual sebagai produk namun berupa layanan (service).

Aplikasi web 2.0 yaitu suatu raksasa seach engine yang sekarang banyak dipakai

oleh para praktisi atau user yang mengalahkan kedigjayaan Yahoo, yaitu Google. Jadi

kesimpulannya web 2.0 pada umumnya suatu teknologi yang gratis atau yang lebih

dikenal dengan sebutan Open Source, dan murni menggunakan web base, dan sangat

(34)

2.3. Kolaborasi Penelitian

Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat antara peneliti dalam

kebijakan-kebijakan ilmu pengetahuan, yaitu dalam gagasan penelitian kolaborasi.

Sekarang secara luas diasumsikan bahwa kolaborasi penelitian merupakan penelitian

yang ideal dan harus didorong perkembangannya. Banyak inisiatif dicari untuk

pengembangan kolaborasi antara individu peneliti, membawa mereka bersama dalam

suatu kolaborasi penelitian, misalnya dalam satu kelompok penelitian atau satu

disiplin ilmu. Ada juga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan hubungan ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan penelitian kolaborasi lintas sektor,

seperti antara universitas dengan industri. Selain itu, banyak pemerintahan dalam

suatu negara juga mulai melibatkan diri untuk berkolaborasi dalam penelitian tingkat

internasional, mendukung peneliti untuk melakukan kolaborasi penelitian. Pemerintah

meyakini dengan penelitian kolaborasi akan menghemat biaya dan memperoleh

keuntungan yang banyak (Delen & Demirkan, 2012).

Menurut Tim O’Rielly, 2005, secara implisit, antusiasme pada penelitian

kolaborasi dan kebijakan-kebijakan ditujukan untuk membina sejumlah asumsi

berupa:

1. Bahwa konsep “penelitian kolaborasi” wajib dipahami

2. Menghadapi fenomena kolaborasi antar individu, kelompok, institusi, bidang

dan negara.

3. Mencari cara mengukur tingkat dari kolaborasi dan menentukan berlaku atau

tidak hasil tersebut terhadap suatu kebijakan tertentu.

4. Penelitian kolaborasi sebenarnya lebih baik untuk kemajuan ilmu pengetahuan

dan pengembangan hasil-hasil penelitian lebih efektif.

2.3.1. Defenisi Kolaborasi Penelitian

Menurut defenisi kamus, kolaborasi adalah bekerja sama dari individu untuk

mencapai tujuan umum bersama. Dengan demikian, penelitian kolaborasi

didefinisikan sebagai kerja sama peneliti untuk mencapai tujuan bersama,

menghasilkan ilmu pengetahuan yang baru. Namun, hal ini akan menimbulkan

pertanyaan, bagaimana penelitian kolaborasi dapat bekerja secara bersama terkhusus

dalam suatu komunitas penelitian yang besar, seperti penelitian internasional. Dalam

(35)

merupakan suatu kolaborasi besar. Bahwa dasar dari suatu penelitian adalah

kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara global, para peneliti bekerja bersama untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan. Para peneliti saling bertukar pikiran tentang

percobaan yang akan dilakukan selanjutnya, menguji hipotesa-hipotesa, membangun

intrumentasi baru, menemukan hubungan antara hasil eksperimen dan model secara

teoritis, dst. Dalam hal ini, antara anggota dalam kelompok penelitian tidak hanya

akan berbicara tetapi juga meminta saran dan bantuan dari peneliti-peneliti lain (Katz,

1995).

Defenisi kolaborasi penelitian menurut Katz, 1995 adalah suatu kemungkinan

yang menyertakan suatu “kolabolator” yaitu seseorang yang menyediakan masukan

pada bagian tertentu dalam suatu penelitian. Defenisi ini lemah, karena akan

memunculkan banyak kolabolator yang akan terlalu luas dari tujuan praktis. Namun

secara keseluruhan dari defenisi tersebut diperoleh sebuah defenisi yang kuat yaitu

kolaborasi penelitian adalah peneliti-peneliti yang hanya memberikan kontribusi

secara langsung kepada tugas-tugas dalam proyek penelitian dalam durasi waktu

tertentu, disebut sebagai kolabolator (Gholami, et al. 2009).

Gambar 2.3. Jumlah penelitian yang dipublikasikan

Berdasarkan gambar 2.3. diatas, menjelaskan hasil survei Lembaga Penelitian

Indonesia (LIPI) pada tahun 2004, tentang jumlah hasil penelitian yang

terpublikasikan. Indonesia berada diperingkat paling akhir, setelah Negara VVietnam

(36)

2.3.2. Manfaat dan Biaya Kolaborasi Penelitian

Penelitian yang modern semakin kompleks dan menuntut keterampilan yang luas.

Jarang ada individu peneliti yang menguasai banyak keterampilan dan ilmu

pengetahuan. Prinsipnya peneliti harus bisa belajar untuk memperoleh teknik atau

pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi hal ini akan memakan

waktu yang lama. Jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan ada kemungkinan

yang besar antara mereka untuk memiliki tekhnik atau pengetahuan yang diperlukan.

Manfaat pertama dari kolaborasi penelitian adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan,

keterampilan dan tekhnik. Kolaborasi penelitian juga bermanfaat untuk menambah

efektifitas dari keterampilan yang dimiliki oleh setiap peneliti (Gholami, et al. 2009).

Manfaat yang kedua dari penelitian kolaborasi terkait manfaat transfer ilmu

pengetahuan atau keterampilan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, seorang

individu akan memakan waktu yang banyak untuk terus memperbaharui pengetahuan

dan melatih keterampilan mereka. Selain itu tidak semua rincian kemajuan ilmu

pengetahuan terbaru didokumentasikan. Banyak peneliti tidak memiliki waktu untuk

membahas secara detail tentang temuan mereka dalam suatu publikasi ilmiah. Oleh

karena itu sering waktu berlalu, temuan yang baru tidak terpublikasikan kepada

masyarakat. Penelitian kolaborasi merupakan salah satu cara mentransfer pengetahuan

yang baru. Penelitian tidak hanya membutuhkan berbagi dalam hal ilmu pengetahuan

dan keterampilan, tetapi juga keterampilan sosial dan manajemen yang diperlukan

untuk bekerja sebagai bahan untuk kerjasama tim (Suciu, et al. 2012).

Ketiga, penelitian kolaboratif dapat menimbulkan benturan pandangan,

persilangan ide pemikiran yang akan mengubah dan menghasilkan wawasan baru atau

perspektif yang mungkin tidak dipahami secara cepat dengan melakukan penelitian

secara individual (Lundberg, et al., 2006). Kolaborasi penelitian akan menjadi sumber

stimulasi dan kreativitas, karena bidang-bidang yang dibahas akan lebih besar dan luas.

Manfaat tersebut akan diperoleh ketika penelitian kolaborasi melibatkan mitra peneliti

dari disiplin ilmu yang berbeda. Namun kesulitan untuk bekerja secara produktif

bersama-sama sering terkendala masalah biaya (Gholami, et al. 2009).

Manfaat keempat kolaborasi penelitian dapat memberikan pendampingan

intelektual, menjadi lapangan pekerjaan bagi para peneliti, menyelidiki proyek

(37)

kurang. Seorang peneliti dapat mengatasi bagian dari isolasi intelektual melalui

kolaborasi dengan peneliti lain, membentuk hubungan kerja dan mungkin lebih

pribadi dengan peneliti lain (Ju Su, 2012).

Selain itu manfaat dari bekerja dengan peneliti lain tidak terbatas pada hubungan

dengan kolabolator secara langsung, penelitian kolaborasi juga memiliki efek

memasukkan peneliti ke jaringan yang luas pada kontak komunitas ilmiah. Seorang

peneliti mungkin hanya memiliki kontak dengan 50-100 peneliti lain di bidangnya di

seluruh duniayang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi dan dan saran. Oleh

karena itu berkolaborasi dengan peneliti lain dalam lembaga lain dapat memperluas

jaringan peneliti tersebut (Sliman, et al. 2013).

Penelitian kolaborasi dapat meningkatkan potensi visibiltas pekerjaan,

menggunakan jaringan mitra kolaborasi, kolabolator dapat berdifusi dengan temuan

mereka baik secara formal ( misalnya, pra-cetak, seminar, atau presentasi konferensi)

atau melalui diskusi informal. Para kolabolator penelitian akan mengambil suatu

keputusan dan mempublikasikan hasil temuan mereka. Setelah terbit akan

memudahkan pencarian kepustakaan dengan memidai karya yang dihasilkan oleh

salah satu penulis yang berkolaborasi untuk dijadikan bahan acuan referensi karya

ilmiah. Jika karya penelitian sering dikutip oleh orang lain akan memberikan dampak

yang lebih besar (Sliman, 2013).

Hasil dari kolaborasi penelitian secara prinsip lebih efektif. Namun kolaborasi

penelitian memerlukan biaya tertentu. Hal ini terdiri dari berbagai bentuk. Pertama,

bentuk finansial, meskipun pendanaan penelitian kolaborasi sering berasal dari

lembaga pendanaan penelitian, namun disisi lain masih memerlukan biaya tambahan

lain. Seperti kolaborasi penelitian antar lembaga, lintas sektor, dan kolaborasi

penelitian internasional memerlukan biaya perjalanan dan biaya hidup yang

dikeluarkan peneliti berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Peralatan dan

material yang mungkin diangkut juga membutuhkan biaya, teknisi jika peralatan rusak

juga membutuhkan biaya lebih lanjut (Katz, 1995).

Kedua, kolaborasi penelitian juga mengeluarkan biaya tertentu dalam segi waktu.

Bagi banyak peneliti dalam waktu sekarang ini sangat menghargai waktu dibanding

dana uang sebenarnya. Waktu yang diperlukan mulai dari persiapan penyusunan

proposal, pencarian sponsor, rintangan masalah dalam penelitian dan perencanaan

(38)

lokasi yang berbeda, selain biaya dana juga menghabiskan waktu. Waktu juga

dikeluarkan dalam menjaga komunikasi antar kolabotor, memberi tahu tentang

kemajuan serta memutuskan pekerjaan yang selanjutnya dilakukan. Perbedaan

pendapat sering tidak terelakkan dan waktu juga akan dibutuhkan untuk

menyelesaikan permasalahan secara damai. Selain pengeluaran biaya langsung waktu,

ada juga biaya waktu yang tidak langsung, seperti waktu pemulihan efek dari

perjalanan jauh saat penelitian, waktu penyesuaian bekerja di tempat penelitian yang

baru, dan hubungan pribadi antara kolabolator (Katz, 1995).

2.4. Riset Terkait

Hasil dari penelitian terkait yang telah dihimpun untuk mencari informasi teknologi

komputasi awan atau yang berhubungan penelitian. Kemudian penulis melakukan

literature review dan hasilnya akan dikategorikan, dicari persamaan dan perbedaannya,

dan dapat dideteksi kelemahan dan kelebihannya. Beberapa penelitian yang terkait

akan dibahas sebagai berikut:

Bubendorfer, K dan Chard, J (2011) menggunakan model SoCC (Social of

Collaborative Cloud) dengan pendekatan kolaborasi online. Menggunakan SoCC

sebagai sebuah platform dari aplikasi sosial media Facebook.

Katz, S dan Martin, B (1977) menjelaskan manfaat dari penelitian kolaborasi.

Terjadi peningkatan fenomena produktivitas dari penelitian kolaborasi antar individu,

kelompok, institusi, bidang dan negara.

Buyya, et al. (2008) dalam penelitianya menjelaskan sistem komputasi awan

merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat dalam kegiatan bisnis e-market dan

perdagangan secara global.

Thomas, (2011) meneliti sebuah aplikasi the Scholarship of Teaching and

Learning (SoTL) dan menjelaskan potensial pengembangan komputasi awan di

bidang pendidikan, sarana kolaborasi diantara tenaga pendidik dan meraih ide dari

SoTL.

Mauch, et al. (2011) meneliti kecepatan kinerja aplikasi komputasi awan berbasis

IaaS (Infrastruktur as a service) yang mampu mereduksi biaya dan lebih fleksibel.

Dengan model HPC2 dimana virtualization yaitu kemampuan untuk menggabungkan

(39)

Suciu, et all. (2012) menggunakan model SlapOS berbasis open source, penelitian

ini menghasilkan model kolaborasi online seperti wikipedia dan moodle.

Darmaji, P & Ranti, B (2011) meneliti dengan mengkombinasikan metode EVA

(Economic Value Added) dan Ranti’s Generic IS/IT untuk memudahkan dalam

melakukan kajian manfaat ekonomis dari suatu investasi IT dengan kerangka acuan

implementasi teknologi cloud computing.

Lunberg, et.al (2006) meneliti tentang pentingnya kolaborasi penelitian antara

universitas dan perusahaan-perusahaan industri. Hasil penelitian berguna untuk

pengembangan suatu perusahaan sebagai sponsor penelitian, sekaligus menambah

temuan ilmu pengetahuan terbaru.

Rifai, A (2011) membangun sebuah pola community empowerment melalui

pendidikan teknologi dengan berkonsentrasi pada bottom up community based

development dari infrasktruktur telekomunikasi/internet bagi pemerintah, serta

menghasilkan rancangan dan menerapkan system transfer knowlegde berbasis

komputasi awan.

Sliman, et al. (2013) hasil penelitian mereka menggunakan model “RunMyCode”

yang merupakan suatu sistem berbasis komputasi awan Simulation as a Service

menghasilkan simulasi virtual.

Lai, et al. (2012), penelitian ini menjelaskan tentang efektivitas layanan komputasi

awan model KaaS (the knowledge as a service) yang memfasilitasi proses komunikasi

pertukaran data dalam jaringan. KaaS merupakan kerangka dari komputasi awan yang

bertujuan mengembangkan kolaborasi jaringan data dalam layanan industri kesehatan.

Penelitian ini berhasil menginvestigasi informasi yang penting dan rahasia dari hasil

rekam medis setiap pasien. Data tersimpan secara rahasia dan bisa dipergunakan untuk

kolaborasi antara disiplin ilmu dalam dunia medis.

Sultan, N (2012), pada penelitian ini membahas bagaimana perkembangan

teknologi komputasi awan dan web 2.0 merupakan inovasi terbaru yang terapkan

sebagai pengganti KMS (Knowledge Management System), dimana model KMS

selama ini merupakan sistem yang masih manual dan berskala kecil.

Jun Su, et al. (2012), penelitian tentang e-commerce yang semakin sengit dan

dibutuhkan. Penelitian ini menggambarkan REST (Representational State Transfer)

(40)

platform untuk kolaborasi perkembangan produk yang bersaing, lebih efesien yang

menjadi sumber informasi, mudah, lebih cepat, murah dan tingkat kualitas lebih tinggi.

Pocatilu, et al. (2009), penelitian ini membahas manfaat-manfaat dari layanan

e-learning jika diterapkan pada suatu institusi pendidikan. Manfaat dari segi biaya

operasional, aplikasi yang murah, peralatan hardware dan software yang minimal,

kemudahan aplikasi dan sistem recovery data yang tidak akan hilang jika terjadi

tubrukan data.

Ercan, T (2010) meneliti komputasi awan sebagai perkembangan teknologi yang

menarik sebagai alternatif yang signifikan untuk bidang pendidikan saat ini. Siswa dan

tenaga administrasi memiliki kesempatan untuk cepat dan ekonomis mengakses

berbagai platform aplikasi dan sumber daya melalui halaman web on-demand. Ini

secara otomatis mengurangi biaya pengeluaran dan menawarkan kemampuan

fungsional yang lebih kuat. Ini akan membantu kita meninjau ulang status dan

pertimbangan untuk mengadopsi teknologi cloud.

Berikut tabel penelitian-penelitian yang berkaitan dengan komputasi awan untuk

kolaborasi online:

Tabel 2.1. Riset Terkait

No Judul Penelitian Nama Peneliti dan Tahun

1. A social cloud for public e-research Kris Bubendorfer, K .Jhon,

K.Chard. 2011

2. What is research collaboration ? J.Sylvan Katz, Ben R.Martin. 1997

3. Cloud computing and emerging IT

platforms: vision, hype, and reality for

delivering computing as the 5th utility.

Rajkumar Buyya, Chee Shin Yeo,

Srikumar Venugopal, James

Broberg, Ivona Brandic. 2008

4. Cloud Computing : A Potensial

Paradigm for Practising the Scholarship

of Teaching and Learning

Thomas P. Y. 2011

5. High performance cloud computing Viktor Mauch, Marcel Kunze,

Marius Hillenbrand. 2011

6. Platform for online collaboration and

e-learning in open source distributed cloud

system.

George Suciu, Traian Militaru,

Cristian George Cernat, Gyorgy

(41)

2012

7. Analisis kelayakan ekonomis cloud

computing pada lembaga keuangan

mikro di Indonesia dengan metode

Ranti’s Generic IS/IT Bussiness value

dan Economic value added

Pamela Darmaji, Benny Ranti.

2011

8. Collaboration uncovered: Exploring the

adequacy of measuring

university-industry collaboration

through co-authorship and funding

Jonas Lundberg, Goran Tomson,

Inger Lundkvist, Jhon Skar, Mats

Brommels. 2006

9. Komputasi awan dalam membangun

Portal Knowledge Management untuk

mendorong implementasi E-Goverment

Ahmad Rifai ZA. 2011

10. A New Collaborative and Cloud Based

Simulation as a Service Platform:

Towards a multidisciplinary research

simulation support

Layth Sliman, Benoit Charroux,

Yvan Stroppa. 2013

11. Knowledge cloud system for network

collaboration: A case study in medical

service industry in China

Ivan K.W Lai, Sidney K.T. Tam,

Michael F.S. Chan. 2012

12. Knowledge management in the age of

cloud computing and web 2.0 :

Experiencing the power of disruptive

innovations

Nabil Sultan. 2012

13. Enabling successful Collaboration 2.0: A

Rest-based Web Service and Web 2.0

technology oriented information platform

for collaborative product development

Chuan- Jun Su, Chang-Yu Chiang,

2012

14. E-learning on the Cloud Mohammed Al-Zoube, 2009

15. Using Cloud Computing for E-learning

System

Paul Pocatilu, Felician alecu, dkk.

2009

16. Effective use of cloud computing in

educational institution

(42)

2.5. Perbedaan dengan Riset Lain

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah pada penelitian ini penulis akan memaparkan konsep model

layanan komputasi awan kolaborasi online IaaS dan melakukan penerapan aplikasinya

pada WMCloud Project yang telah dilakukan uji coba oleh penulis sendiri dalam

melakukan penelitian ini. Adopsi teknologi komputasi awan yang mana yang akan

memberikan pengaruh lebih baik terhadap para peneliti lain dalam melakukan

aktivitas kolaborasi penelitian secara online.

2.6. Kontribusi Riset

Hasil dari penelitian ini penulis mengharapkan model layanan komputasi awan yang

diteliti mampu memberikan rekomendasi bagi para peneliti yang selalu melakukan

aktivitas penelitian secara kolaborasi multidisiplin lintas jarak dan mengembangkan

infrastruktur berbasis awan yang telah dioptimalkan untuk wilayah yang luas.

Infrastruktur komputasi awan mempercepat adopsi inovasi teknologi yang berbeda

(43)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilakukan dengan metode analisis

dan metode perancangan. Oleh karena itu, metodologi penelitian ini terdiri dari dua

bagian pokok, yaitu :

1. Metode Analisis

Metode analisis yang akan digunakan adalah studi literatur. Studi literatur

dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari jurnal-jurnal ilmiah,

buku, artikel, internet dan publikasi ilmiah dari penelitian teknologi komputasi

awan untuk mendapatkan landasan dasar penulisan tesis.

2. Metode Perancangan

Metode perancangan yang digunakan adalah metode waterfall. Metode ini

terdiri dari beberapa fase yang dikerjakan secara beruntun untuk membangun

suatu aplikasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

1. Application requirements defenition and analysis

Merupakan proses analisa dan pengumpulan kebutuhan dari aplikasi yang

ingin dibuat. Kebutuhan dari aplikasi tersebut harus dibahas dan

didokumentasikan bersama-sama dengan pengguna. Pengumpulan

kebutuhan menggunakan metode studi literatur.

2. System and Application design

Mendesign alur kerja dari aplikasi yang akan dibuat.

3. Implementation and unit testing

(44)

dari bahasa pemograman yang sesuai dengan kriteria dari aplikasi yang

akan dibuat.

4. Integration and system testing

Setelah menyelesaikan kode-kode bahasa pemograman dari tahapan

sebelumnya maka dilakukan ujicoba terhadap aplikasi tersebut. Uji coba

dipusatkan terhadap error atau bugs yang memungkinkan terjadi akibat

kesalahan penggunaan syntax. Setelah ujicoba selesai dilakukan

diharapkan aplikasi dapat memberikan hasil yang benar sesuai dengan

kebutuhan mendukung kolaborasi online dengan pemanfaatan layanan

komputasi awan.

5. Analyzing

Karena penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu model layanan

komputasi kolaborasi online dan kemudian menerapkannya pada aplikasi

WMCloud Project secara online maka pada tahapan ini peneliti melakukan

identifikasi dan melakukan penggambaran kualitas dari pemanfaatan

teknologi komputasi awan mendukung kegiatan kolaborasi secara online.

6. Operation and maintenance

Sejalan dengan pemakaian aplikasi, perubahan akan terjadi karena harus

disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan IPTEK yang semakin

berkembang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perawatan dan

pengembangan dalam periode waktu tertentu untuk menyesuaikan

perubahan kebutuhan yang terjadi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan secara online. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan penelitian ini selama 12 bulan yang dimulai pada Maret 2013 sampai

dengan bulan Desember 2013.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa peralatan baik perangkat lunak

(software) maupun perangkat keras (hardware) serta data trafik perkembangan

(45)

3.2.1. Alat Penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat penelitian berupa perangkat lunak dan perangkat

keras sebagai berikut :

a. Perangkat lunak, yaitu aplikasi adobe photoshop, framework codeigniter

(merupakan bahasa programming) dan web hosting sebagai layanan cloud.

b. Perangkat Keras, Hardware (Processor Intel Core i3-3120M CPU 2.50GHz;

RAM 2048 MB; Harddisk 500 GB).

3.2.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang dikumpulkan mengenai

perkembangan pemanfaatan teknologi komputasi awan untuk melihat jenis-jenis

model layanan dalam menentukan prioritas layanan yang tepat untuk mendukung

kolaborasi secara online.

Menurut Pimple (2005), kolaborasi penelitian adalah setiap aktivitas proyek

penelitian yang melibatkan peneliti lain. Sebuah proyek penelitian yang bersifat

multidisiplin atau berskala besar pada umumnya akan melibatkan lebih dari satu

peneliti sesuai dengan tujuan dan sasaran dari penelitian yang akan dilakukan.

Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan melalui kolaborasi online diantaranya

sharing ide, sharing data, metodologi, literature hingga pada penulisan hasil laporan

penelitian dan publikasi. Dalam perkembangan teknologi informasi, kolaborasi

penelitian tidak hanya antara individu dan instansi saja namun akan terus meluas pada

jaringan komunitas yang jauh lebih besar. Teknologi komputasi awan merupakan

pengembangan dari Web 2.0 yang menekankan pada online sharing dan collaboration.

Sesuai dengan penelitian sebelumnya setidaknya sebuah tool dapat dipergunakan

untuk kepentingan kolaborasi karena memiliki 4 fungsi utama, yaitu : web-enabled

calender, electronic notebook, repository tools dan database. Web-enabled calender

memiliki fungsi untuk sharing agenda dan milestones research, electronic notebook

fungsinya sebagai sharing document dan tracking research progress, sedangkan

repository tools dan database untuk menyimpan semua dokumen yang terkait selama

pelaksanaan kolaborasi penelitian yang sedang atau sudah dilakukan. Maka dari hasil

eksplorasi dan penelitian terkait maka penulis mencoba mengimplementasikan

Gambar

Gambar 2.1. Skema teknologi komputasi awan
Gambar 2.2. Komputasi awan
Gambar 2.3. Jumlah penelitian yang dipublikasikan
Tabel 2.1. Riset Terkait
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisistrend perkembangan pembiayaan produktif mudharabah perbankkan syariah Provinsi Jambi pertriwulan selama Tahun 2010-2014 masuk dalam kategori

Dengan mengakses sistem informasi persediaan barang secara online ini bagian produksi dapat melakukan permintaan barang secara online,kepala gudang dan manager dapat

Peningkatan kandungan protein dalam mikrosfer pada formula dengan kadar alginat yang lebih besar dapat disebabkan karena peningkatan kadar polimer menyebabkan meningkatnya

Penggunaan kompos yang berbahan dasar Tithonia diversifolia merupakan salah satu upaya mencari alternatif penyedia unsur hara makro yang dibutuhkan dalam budidaya

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Berbeda dengan hasil penelitian Gerard dan Peterson tahun 1984 dalam Uysal dan Enç (2012), kebutuhan pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi ditemukan tidak menjadi

33 yang saat ini sedang dalam proses penyusunan adalah: (1) PP tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan; (2) PP tentang Pengangkatan Sekretaris Desa menjadi PNS; (3) PP

NO KEGIATAN DAN NAMA PEKERJAAN KODE REKENING CARA PENGADAAN VOLT-IME LOKASI PEKERJAAN PAGU SUMBER DANA PERKIRAAN MI.ILAI PELAKSANAAN PEKERJAAN