MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI
ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT
TESIS
SUGIANTO
117038057
PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI
ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT
TESIS
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Magister Teknik Informatika
SUGIANTO 117038057
PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK
KOLABORASI ONLINE DENGAN APLIKASI
WMCLOUD PROJECT
Kategori : TESIS
Nama : SUGIANTO
Nomor Induk Mahasiswa : 117038057
Program Studi : MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Dr. Mahyuddin, M.IT Prof. Dr. Muhammad Zarlis
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S2 Teknik Informatika
Ketua,
Prof. Dr. Muhammad Zarlis
PERNYATAAN
MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI
ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT
TESIS
Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 7 Februari 2014
SUGIANTO
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : SUGIANTO
NIM : 117038057
Program Studi : Magister (S2) Teknik Informatika
Jenis Karya Ilmiah : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty
Free Right) atas tesis saya yang berjudul :
MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI ONLINE
DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasi tesis saya
tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantum nama saya sebagai penulis dan
sebagai pemegang dan/atau sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Medan, 7 Februari 2014
PANITIA PENGUJI Telah diuji pada
Tanggal : 7 Februari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Zarlis Anggota : 1. Dr. Mahyuddin, M.IT
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Sugianto, ST
Tempat dan Tanggal Lahir : Kisaran, 12 Mei 1982
Alamat Rumah : Perumahan Puri Zahara I Blok B No.16
Telepon/HP : +6281370177719
E-mail : soegi1703@gmail.com
Instansi Tempat Bekerja : Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan
Alamat Kantor : Jln. H.M Joni No.70 C Medan
DATA PENDIDIKAN
SD : SD Negeri Impres No.094124 TAMAT: 1995
SLTP : SMP Negeri 1 Bosar Maligas TAMAT: 1998
SMK : Yayasan Pendidikan Medan Putri TAMAT: 2001
S1 : Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan TAMAT: 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan
dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengirimkan shalawat kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang
diridhoi Allah SWT. Tesis ini merupakan salah satu syarat mendapat gelar
Magister Komputer pada Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer
dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua
Program Studi S2 Teknik Informatika sekaligus sebagai dosen
pembimbing I.
3. Bapak Dr. Mahyuddin, M.IT selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan, ide dan bimbingan, serta
motivasi yang membangun kepada penulis hingga tesis ini terselesaikan
dengan baik.
4. Bapak M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, M.E.M selaku penasehat
akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan pemikiran-pemikiran
5. Bapak Prof. Dr. Herman Wamengkang, Bapak Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si dan
Bapak Dr.Syahril Efendi, S.Si, M.IT, sebagai dosen pembanding yang telah
memberikan saran dan arahan selama penulis menyelesaikan tesis ini.
6. Seluruh dosen di Program Studi S2 Teknik Informatika yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, membekali penulis dengan
ilmu, pengalaman, dan kematangan berfikir yang dapat diterapkan dalam
penyelesaian tesis ini.
7. Seluruh pegawai akademik Program Studi S2 Teknik Informatika yang telah
memberikan fasilitas belajar dan pelayanan yang sangat baik selama penulis
mengikuti perkuliahan di Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas
Sumatera Utara.
8. Kepada orangtuaku ayahanda Marjani dan ibunda Sri Murniati yang sangat
saya cintai dan hormati yang tak henti-hentinya memberikan limpahan kasih
sayang, perhatian, dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik
ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi.
9. Kakak Lenni Susanti dan Abang Handoko Sutrisno, serta adik-adikku tercinta
Chaidir Wahyudi dan Salmanuddin Alfarisi, yang tetap memberikan semangat,
keceriaan, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan tesis
ini.
10.Terkhusus kepada seseorang yang telah ikhlas memberikan kasih sayang, cinta,
semangat, dukungan, waktu, perhatian dan doa yang tidak pernah terputus
kepada penulis, ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada isteriku
tercinta dr. Pebri Warita Pulungan, kesetiaan dan pengorbananmu insyaAllah
11.Ibunda Hj. Dahniar Pasaribu sebagai ibu mertua yang terus memberikan
dukungan, nasehat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
12.Rekan mahasiswa/i angkatan tahun 2011 Ari Usman, Wulan, Ade Sarah, Santy
Prayudani, Fahmi, Ertina Barus, Jijon Sagala, Aida, Mardiana, Andi Marwan,
Ari Satia, Yulia, Widia, Ahmad Muhajir, terima kasih atas semangat, doa dan
kerja samanya baik selama mengikuti perkuliahan maupun selama
penyelesaian tesis ini.
13.Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung. penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT membalas
kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal. Aamiin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam
penulisan tesis ini. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi penyempurnaan
penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT
semoga kita semua mendapatkan karunia dan ridhoNya, besar harapan penulis,
semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Medan, 7 Februari 2014 Penulis
ABSTRAK
Teknologi komputasi awan merupakan sebuah model yang memungkinkan untuk
ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), on-demand akses jaringan ke sumber daya
yang dapat dengan cepat ditambahkan. Dengan karakteristik yang ada pada teknologi
komputasi awan sehingga bidang komputasi awan sangat dinamis dan menawarkan
ruang untuk teknologi inovatif dan model bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi
awan akan mengalami kemajuan yang signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun
ke depan. Aktivitas penelitian yang terus berkembang dan jarang ada individu
peneliti yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti
harus mampu belajar untuk memperolah teknik atau pengetahuan untuk
memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan waktu yang lama.
Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online dapat
dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan pemanfaatan teknologi
komputasi awan yang mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0 yaitu
online sharing dan collaboration diharapkan penelitian ini dapat memberikan
gambaran model layanan kepada para peneliti untuk menerapkan teknologi
komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung
aktivitas kolaborasi penelitian dengan menggunakan layanan aplikasi WMCloud
Project.
Kata kunci : Komputasi awan, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration
CLOUD COMPUTING SERVICE MODEL FOR ONLINE COLLABORATION WITH WMCLOUD PROJECT APPLICATION
ABSTRACT
Cloud computing is a technology model that allows for ubiquitous (anywhere
and anytime), on-demand network access to a resource that can be quickly
added. With characteristics present in the cloud computing technology to the
field of cloud computing is very dynamic and offers a space for innovative
technologies and business models. It is clear that cloud computing will
undergo significant progress and innovation in the next few years. Modern
research activity increasingly complex and requires extensive skills. Rarely are
individual researchers who mastered a lot of skills and knowledge. In principle,
researchers should be able to learn to gain the techniques or knowledge to
solve specific problems, but it will take a long time. This study explores how
the potential of online collaboration can be utilized to sustainability research.
With the use of cloud computing technology which adopts the principles
promoted by the web 2.0 online sharing and collaboration is expected to
provide an overview of this research service model for the researchers to
implement cloud computing technology in the research of effective
cross-distances to support collaborative research activities with the use of WMCloud
Project application.
Keywords : Cloud Computing, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing,
DAFTAR ISI
HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH vii
ABSTRAK x
1.2. Perumusan Masalah 3
BAB IV PEMBAHASAN 31
4.1. Konsep Arsitektur Kolaborasi Online WMCloud Project 31
4.2. Pemrosesan Data Kolaborasi Online 35
4.3. Proses Aplikasi WMCloud Project 36
4.3.1. Mekanisme Proses Layanan 36
4.3.2. Proses Aktivasi 37
4.3.3. Proses Editing Akun 37
4.3.4. User Management 37
4.3.5. Aktivasi dan Batasan Akun 37
4.3.6. Task Management 38
4.3.7. File Sharing dan Inventarisasi Dokumen 38
4.3.8. Scheduling Tool 39
4.3.9. Time Tracking 39
4.3.10. Shared Calender 39
4.4. Analisis Kelayakan Komputasi Awan Kolaborasi Online 40 4.4.1. Kelayakan Ekonomis Pemanfaatan Teknologi
Komputasi Awan (Economical Feasibility) 40 4.4.2. Kelayakan Kualitas Distribusi Data (Distributed Feasbility) 40 4.5. Efektivitas WMCloud Project Sebagai Model Layanan
Kolaborasi Online 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46
5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 47
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Riset Terkait 22
Tabel 4.1 Definisi Operasional Kualitas Sistem (X1) 41
Tabel 4.2 Definisi Operasional Kualitas Informasi (X2) 42
Tabel 4.3 Definisi Operasional Kualitas Proses (X3) 42
Tabel 4.4 Definisi Operasional Kualitas Kolaborasi (X4) 43
Tabel 4.5 Definisi Operasional Kualitas Layanan (X5) 43
Tabel 4.6 Definisi Operasional Penggunaan Sistem (Y1) 44
Tabel 4.7 Definisi Operasional Kepuasan Pengguna (Y2) 44
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1 Skema Teknologi Komputasi Awan 8
Gambar 2.2 Komputasi Awan 10
Gambar 2.3 Jumlah Penelitian Yang Dipublikasikan 17
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian 28
Gambar 3.2 Antarmuka Model Aplikasi WMCloud Project 29
Gambar 3.3 Peta Jalan Penelitian 30
Gambar 4.1 Konsep Arsitektur Kolaborasi Online 31
Gambar 4.2 Model Sumber Informasi Portal Kolaborasi Online 32
Gambar 4.3 Karakteristik Penyedia Layanan Komputasi Awan 33
Gambar 4.4 Hubungan Karakteristik 34
Gambar 4.5 Back-end Server dan Application 35
Gambar 4.6 HTML Generation 35
Gambar 4.7 User Request Implementation 36
Gambar 4.8 Mekanisme Proses Registrasi 36
Gambar 4.9 User Management 37
Gambar 4.10 Task Management 38
Gambar 4.11 File Sharing dan Inventarisasi Dokumen 39
ABSTRAK
Teknologi komputasi awan merupakan sebuah model yang memungkinkan untuk
ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), on-demand akses jaringan ke sumber daya
yang dapat dengan cepat ditambahkan. Dengan karakteristik yang ada pada teknologi
komputasi awan sehingga bidang komputasi awan sangat dinamis dan menawarkan
ruang untuk teknologi inovatif dan model bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi
awan akan mengalami kemajuan yang signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun
ke depan. Aktivitas penelitian yang terus berkembang dan jarang ada individu
peneliti yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti
harus mampu belajar untuk memperolah teknik atau pengetahuan untuk
memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan waktu yang lama.
Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online dapat
dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan pemanfaatan teknologi
komputasi awan yang mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0 yaitu
online sharing dan collaboration diharapkan penelitian ini dapat memberikan
gambaran model layanan kepada para peneliti untuk menerapkan teknologi
komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung
aktivitas kolaborasi penelitian dengan menggunakan layanan aplikasi WMCloud
Project.
Kata kunci : Komputasi awan, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration
CLOUD COMPUTING SERVICE MODEL FOR ONLINE COLLABORATION WITH WMCLOUD PROJECT APPLICATION
ABSTRACT
Cloud computing is a technology model that allows for ubiquitous (anywhere
and anytime), on-demand network access to a resource that can be quickly
added. With characteristics present in the cloud computing technology to the
field of cloud computing is very dynamic and offers a space for innovative
technologies and business models. It is clear that cloud computing will
undergo significant progress and innovation in the next few years. Modern
research activity increasingly complex and requires extensive skills. Rarely are
individual researchers who mastered a lot of skills and knowledge. In principle,
researchers should be able to learn to gain the techniques or knowledge to
solve specific problems, but it will take a long time. This study explores how
the potential of online collaboration can be utilized to sustainability research.
With the use of cloud computing technology which adopts the principles
promoted by the web 2.0 online sharing and collaboration is expected to
provide an overview of this research service model for the researchers to
implement cloud computing technology in the research of effective
cross-distances to support collaborative research activities with the use of WMCloud
Project application.
Keywords : Cloud Computing, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat dan
penggunaannya di seluruh dunia terus meningkat. Hal ini sangat memacu
perkembangan perangkat lunak (software) ataupun perangkat keras (hardware) dalam
kurun waktu yang singkat. Dan ini memberikan dampak yang baik untuk para
pengguna internet atau netters di seluruh dunia. Kemampuan suatu sistem komputer
dapat di ukur melalui tiga pondasi atau elemen yaitu perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software) dan perangkat manusia atau operator komputer yang biasa
dikenal dengan brainware. Ketiga elemen ini tentu memiliki keterkaitan antara satu
dengan yang lainnya untuk menciptakan sebuah sistem komputer yang berguna.
Tanpa adanya keseimbangan ketiga elemen tersebut maka suatu sistem komputer
belum dapat dikatakan bekerja secara optimal (Mirashe & Kalyankar, 2010).
Pada bulan Desember 2012 yang lalu, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh
sebuah agensi survei internasional (Internet World Statsa) tentang perkembangan
teknologi di Indonesia, khususnya dalam hal media sosial, internet, dan perangkat
mobile. Perkembangan teknologi di Indonesia menunjukkan pengguna internet di
Indonesia sangat tinggi. Perkembangan teknologi di Indonesia menunjukkan bahwa
61% dari total pengguna internet tersebut online melalui perangkat mobile. Dan
kebanyakan pengguna internet di Indonesia akan online melalui jaringan Wifi (Madan,
et al., 2012). Internet adalah media digital yang paling banyak digunakan oleh
Dewasa ini istilah komputasi awan atau yang lebih dikenal dengan sebutan
cloud computing telah menjadi topik menarik dan penting dalam perkembangan dunia
teknologi informasi. Komputasi awan (cloud computing) adalah jenis komputasi yang
terdistribusi dimana penggunaan sumber daya tervirtualisasi yang dapat dibagi oleh
penggunanya. Komputasi awan merupakan model komputasi yang memungkinkan
dapat terpenuhinya konsep layanan tersebut dimana sumber daya seperti daya
komputasi, media peyimpanan (storage), jaringan (network) dan perangkan lunak
(software) dijalankan sebagai layanan (service) melalui media jaringan, dan bahkan
dapat diakses ditempat manapun selama terkoneksi dengan jaringan internet (Mell &
Grance, 2012).
Komputasi awan (cloud computing) merupakan paradigma baru yang penting
untuk penyediaan layanan komputasi, di mana layanan dapat diakses jarak jauh
melalui internet dari pada yang disediakan pada komputer lokal. Manfaat utama dari
komputasi awan adalah elastisitas sumber daya. kita dapat mengukur skala kebutuhan
untuk permintaan dan kemampuan untuk mengakses informasi dari mana saja,
menggunakan perangkat apapun (Sommerville, et.al. 2011). Layanan ini adalah salah
satu perkembangan baru yang paling menarik dalam ilmu komputer dengan peluang
besar untuk penelitian dan inovasi. Dalam hal ini untuk membangun jaringan
komputasi awan yang sederhana dapat di lakukan pada jaringan local/intranet. Di
akhir tahun 2000 komputasi awan telah menjadi salah satu topik paling popular yang
merupakan teknologi baru dan diprediksi akan memberi dampak yang signifikan
untuk dunia pendidikan dan penelitian yang memungkinkan setiap pengguna untuk
melakukan tugasnya secara efektif dengan perkiraan biaya yang jauh lebih terjangkau
dengan memanfaatkan aplikasi yang tersedia berbasis cloud (awan) yang ditawarkan
oleh penyedia layanan komputasi awan. Komputasi awan (cloud computing) adalah
suatu metode komputasi dimana teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan,
kemudian pengguna dapat memanfaatkan melalui koneksi internet (“di dalam awan“)
tanpa harus mengetahui apa saja yang ada didalamnya, atau ahli dengannya, atau
memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantu dalam
impelentasinya.
Para peneliti dewasa ini seringkali terlibat dalam satu penelitian yang sedang
dikerjakan. Dengan penggunaan teknologi dimana saja peneliti tetap bisa melakukan
kolaborasi akan lebih membuat para peneliti berpikir kritis, dan peneliti mencari
cara-cara baru untuk secara-cara efektif memanfaatkan teknologi untuk mengubah metode
penelitiannya. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online
dapat dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan keberhasilan kolaborasi
online seperti Wikipedia dan open source. Kita dapat memahami bagaimana
kolaborasi online dapat digunakan secara efektif (Dahal, 2012). Untuk menjawab
masalah mengenai keterbatasan biaya dan waktu dalam menyediakan sumber daya TI,
muncul sebuah tren baru di dunia TI yaitu komputasi awan (cloud computing).
Komputasi awan ini mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0
diantaranya adalah online sharing dan collaboration (Musser, 2006). Cloud
computing yang dalam istilah bahasa Indonesia disebut sebagai komputasi awan, pada
dasarnya adalah teknologi komputasi yang memanfaatkan layanan internet. Dengan
komputasi awan diharapkan proses komputasi menjadi lebih mudah, fleksibel dan
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan (on-demand) (Sridhar, 2009). Prinsip
fleksibilitas dan on-demand ini diwujudkan dengan menyediakan komputasi sebagai
sebuah layanan (as a service) yang dapat digunakan secara mudah dan fleksibel setiap
kali user membutuhkannya. Bagaimana teknologi komputasi awan bisa memberikan
efektivitas bisnis dan mereduksi biaya diperlukan sebuah kajian yang lebih lanjut.
Perkembangan teknologi informasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat
cepat dan up to date. Perkembangan teknologi cepat atau lambat akan mendorong para
peneliti untuk terus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi yang efektif
untuk mewujudkan penerapan teknologi yang terintegrasi secara online dengan tepat
sesuai dengan strategi perkembangan IPTEK di masa depan. Kolaborasi penelitian
merupakan fenomena yang terjadi antar akademisi di lembaga penelitian dan
universitas dengan melibatkan para peneliti. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengembangkan dan menggunakan sebuah layanan aplikasi yang memudahkan
kolaborasi online, yaitu WMCloud Project yang berbasis layanan komputasi awan.
1.2. Perumusan Masalah
Aktivitas penelitian yang modern semakin kompleks dan menuntut keterampilan yang
luas. Jarang ada individu peneliti yang menguasai banyak keterampilan dan ilmu
pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan
waktu yang lama. Peneliti di lembaga penelitian di Indonesia kebanyakan hanya
bekerja sendiri secara individu tanpa adanya sinergi untuk memfokuskan pada satu
bidang yang diteliti. Kondisi ini bisa jadi disebabkan karena masih lemahnya arahan
pemerintah tentang fokus penelitian dan masih minimnya para peneliti yang belum
mencoba memanfaatkan dukungan teknologi informasi.
Menurut Katz (1995), jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan ada
kemungkinan yang besar antara mereka untuk memiliki tekhnik atau pengetahuan
yang diperlukan dalam penelitian mereka. Manfaat pertama dari kolaborasi penelitian
adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknik. Kolaborasi
penelitian juga bermanfaat untuk menambah efektifitas dari keterampilan yang
dimiliki oleh setiap peneliti. Penelitian secara individu akan memakan waktu yang
cukup banyak untuk terus memperbaharui pengetahuan selain itu tidak semua rincian
kemajuan penelitian terbaru didokumentasikan. Banyak peneliti tidak memiliki waktu
untuk membahas secara details tentang temuan mereka dalam suatu publikasi ilmiah,
sehingga banyak temuan penelitian yang baru tidak terpublikasi ke masyarakat.
Penelitian tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi
juga hubungan sosial dan manajemen diperlukan untuk bekerja sebagai bahan untuk
kerjasama tim (Honch, 1987).
Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa suatu kegiatan kadang tidak
dapat dikerjakan seorang diri sehingga dibutuhkan bantuan orang lain. Seorang
peneliti akan membutuhkan peneliti yang lain guna memenuhi informasi maupun
bidang ilmu tertentu yang kurang dipahaminya secara baik agar menghasilkan suatu
penemuan yang lebih baru lagi. Jarak masih masalah walaupun teknologi canggih
tersedia saat ini. Para peniliti yang terlibat kurang terkoordinasi dengan baik. Peneliti
individu sering menghadapi masalah dalam pengumpulan data serta pengolahan,
analisis data, hasil penelitian dan publikasi. Adapun perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah pemanfaatan model layanan yang dirancang untuk mendukung
kolaborasi penelitian secara online dengan pemanfaatan layanan teknologi komputasi
awan sesuai dengan kebutuhan para penelitin dan perkembangan IT. Keterbatasan
sejumlah peneliti baik secara individu ataupun yang melakukan kolaborasi penelitian
lintas jarak sehingga penulis mencoba untuk mengembangkan dan pemanfaatan
pemanfaatan teknologi komputasi awan. Bagaimana gambaran penerapan aplikasi
WMCloud Project untuk mendukung efektivitas kolaborasi penelitian secara online.
1.3. Batasan Masalah
Rumusan masalah diatas dibatasi beberapa hal sebagai berikut :
1. Menggunakan salah satu model layanan komputasi awan yaitu Infrastructure
as s Service ( IaaS ) berbasis web.
2. Mengetahui efektivitas kolaborasi penelitian secara online dengan langsung
melakukan ujicoba secara online antara penulis dengan peneliti lain.
3. Penerapan aplikasi kolaborasi (collaborative) online yang digunakan adalah
WMCloud Project dan Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam sistem
ini antara lain: login, browsing, search, editing, repository, forum, chat, task,
dan scheduling.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah penerapan teknologi
komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung
aktivitas kolaborasi penelitian secara online dengan penerapan model layanan
aplikasi WMCloud Project sebagai bahan rekomendasi pemanfaatan teknologi
komputasi awan.
2. Tujuan penelitian ini bagi penulis sendiri merupakan wujud penerapan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan pada program
pasca sarjana Teknik Informasi di Universitas Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan aplikasi online WMCloud Project yang telah dikembangkan
2. Mengenalkan model layanan kolaborasi penelitian secara online yang ideal
kepada publik.
3. Layanan WMCloud Project berbasis komputasi awan dapat memudahkan
penggunanya memperoleh informasi dan data yang berguna untuk
pengembangan penelitian.
4. Sumbangsih ide dan pemikiran bagi berbagai pihak yang berminat dan ingin
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komputasi Awan
Komputasi awan (cloud computing) merupakan definisi untuk teknologi komputasi
grid (grid computing) yang digunakan pada pertengahan hingga akhir 1990-an. Tren
komputasi awan mulai muncul pada akhir tahun 2007, digunakan untuk memindahkan
layanan yang digunakan sehari-hari ke Internet, bukan disimpan di komputer lokal
lagi. Komputasi awan menjadi tren baru di bidang komputasi terdistribusi dimana
berbagai pihak dapat mengembangkan aplikasi dan layanan berbasis Service Oriented
Architecture di jaringan internet. Berbagai kalangan dapat menarik manfaat dari
layanan komputasi awan ini baik sebagai solusi teknologi maupun mendapatkan
manfaat ekonomis darinya. Email yang tersedia dalam bentuk web mail merupakan
contoh yang sangat kecil dari teknologi komputasi awan. Dengan menggunakan
layanan email seperti Gmail dan Yahoo Mail, orang tidak perlu lagi menggunakan
Outlook atau aplikasi desktop lainnya untuk email mereka. Membaca email dengan
browser memungkinkan dilakukan di mana saja sepanjang ada koneksi internet
(Mirashe, S & Kalyankar, 2010).
2.1.1. Defenisi Komputasi Awan
Komputasi awan (cloud computing) adalah sebuah model yang memungkinkan untuk
ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), nyaman, on-demand akses jaringan ke sumber
daya (contoh: jaringan, server, storage, aplikasi, dan layanan) yang dapat dengan cepat
dirilis atau ditambahkan. Komputasi awan sebagai suatu layanan teknologi informasi
sumber daya, perangkat lunak, informasi dan aplikasi disediakan untuk digunakan
oleh komputer lain yang membutuhkan. Komputasi awan mempunyai dua kata
“cloud” dan “computing”, cloud yang berarti internet itu sendiri dan computing adalah
proses komputasi (Peter & Grance, 2012).
Gambar 2.1. Skema teknologi komputasi awan
Pada tahun 2007, layanan lain termasuk pengolahan kata, spreadsheet, dan
presentasi telah dipindahkan ke dalam komputasi awan. Google menyediakan
pengolah kata, spreadsheet dan aplikasi presentasi di lingkungan komputasi yang
awan dan terintegrasi dengan Gmail dan Google Calendar, menyediakan lingkungan
kantor di web (atau di awan). Microsoft dan perusahaan lain juga bereksperimen
dengan mengalihkan program-program ke awan untuk membuatnya lebih terjangkau
dan lebih mudah diakses oleh pengguna komputer dan internet. Komputasi awan saat
ini sangat populer, selain dari pemain besar software seperti Microsoft dan Google,
perusahaan lain bermunculan hanya untuk menyediakan layanan berbasis awan
sebagai pengganti atau penyempurnaan aplikasi pada PC saat ini (Ercan, 2010).
Teknologi komputasi dan teknik pemrograman baru atau teknik pengembangan
teknologi menjadi sangat mudah dimata user dan menjadikannya sesederhana
mungkin. Pengembangan berbasis internet sangat pesat saat ini dengan boomingnya
blogging dan microblogging serta layanan jejaring sosial yang bertujuan untuk
menemukan cara baru membantu individu dan bisnis untuk dapat berkomunikasi satu
sama lain di arena komputasi awan.
Konsep komputasi awan biasanya dianggap sebagai internet. Karena internet
sendiri digambarkan sebagai awan (cloud) besar (biasanya dalam skema jaringan,
internet dilambangkan sebagai awan) yang berisi sekumpulan komputer yang saling
terhubung. Komputasi awan datang sebagai sebuah evolusi yang mengacu pada
perkembangan teknologi dan aplikasi lebih dinamis. Dimana terdapat perubahan besar
memiliki implikasi yang menyentuh hampir setiap aspek komputasi. Untuk end user,
komputasi awan menyediakan sarana untuk meningkatkan layanan baru atau
mengalokasikan sumber daya komputasi lebih cepat, berdasarkan kebutuhan bisnis (Ju
Su, 2012).
2.1.2. Karakteristik Komputasi Awan
Komputasi awan pada dasarnya adalah satu bentuk pendistribusian data yang
memungkinkan pengguna makin meningkatkan kemampuan untuk menyerap begitu
banyak sumber daya jaringan komputer melalui internet untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka. Misalnya, jika seseorang ingin menganalisa pola lalu lintas jalan
raya di sebuah negara, mereka dapat meng-upload dan menyimpan data ke dalam
'awan' berupa jaringan komputer yang memiliki banyak server data dan kemudian
mempresentasikan hasilnya yang merupakan olahan data dari satu jaringan raksasa.
Pada dekade sebelumnya kita sudah mengenal dan menggunakan apa yang disebut
komputasi grid, cara lain yang digunakan dalam pendistribusian data oleh pengguna
untuk memperoleh olahan data melalui jaringan komputer guna memenuhi kebutuhan
data pada pekerjaan mereka. Komputasi awan merupakan evolusi dari komputasi grid,
dengan beberapa perbedaan penting. Pada komputasi grid, data yang dikirim ke batch
scheduler, yang menempatkan data dalam antrian yang spesifik untuk mengatur
sumber daya dari komputer, misalnya pada supercomputer,untuk proses selanjutnya.
Di sisi lain, komputasi awan bisa dengan sangat efektif menekan ukuran data pada
saat pendistribusian.Banyak dari platform komputasi awan memungkinkan pengguna
dapat dilakukan lebih cepat. Pengguna juga dapat mengkonfigurasi sebuah 'mesin
virtual' yang ada di dalam awan untuk memenuhi kebutuhan dari pekerjaan mereka
untuk diselesaikan dengan sebaik mungkin. Saat pengguna telah mengkonfigurasi
jenis mesin virtual yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka, mereka bisa segera
mengakses berbagai penyedia layanan dan membuat system komputasi yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang mereka lakukan (Dahal, 2012).
Gambar 2.2. Komputasi awan
Komputasi awan merupakan gaya komputasi dimana sumber daya
komputasi mudah untuk didapat dan diakses, mudah digunakan, murah dan
langsung dapat dijalankan (Mark & Lozano, 2010) dan menurut Sridhar (2006)
komputasi awan memiliki 6 karakteristik sehingga bidang komputasi awan
sangat dinamis dan menawarkan ruang untuk teknologi inovatif dan model
bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi awan akan mengalami kemajuan yang
signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun ke depan. Adapun 6 karakteristik
a) Scalable, yaitu kemampuan dalam meningkatkan kapasitas sumber daya
sebesar apapun yang diinginkan dengan sangat cepat.
b) Elastic, kemampuan dalam menyesuaikan jumlah sumberdaya yang sesuai
dengan yang dibutuhkan secara cepat. Dengan kemampuan ini jumlah
sumberdaya dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan kebutuhan yang
disesuaikan dengan perkembangan pasar.
c) Self-Service, kemampuan komputasi awan dalam melayani dirinya sendiri.
Dengan ini kita tidak harus memikirkan waktu dan biaya yang digunakan
untuk melakukan perawatan baik hardware ataupun software yang semuanya
sudah ditangani oleh vendor sebagai pelaku bisnis penyedia layanan komputasi
awan.
d) Ubiquitous Access, kemampuan untuk dapat diakses dimanapun. Karena
komputasi awan berbasiskan web, maka dia bisa diakses dimanapun asal tetap
terkoneksi dengan internet dan untuk mengaksesnya tidak hanya terbatas pada
PC atau laptop, dengan mobile atau smart phone juga bisa. Sehingga
menjadikannya dapat diakses dimanapun kita berada.
e) Complete Virtualization, kemampuan untuk menggabungkan banyak sumber
daya menjadi seolah-olah hanya sebuah server tunggal. Sehingga tidak peduli
seberapa besar skala komputasi awan (cloud computing) yang ada, tetap akan
mudah dioperasikan dan mudah untuk dikembangkan aplikasinya.
f) Relative Consistency, yaitu kemampuan untuk selalu konsisten dalam
menghasilkan layanan, karena komputasi awan dibangun dari
bermacam-macam komponen sehingga tidak tergantung hanya dengan satu komponen
atau brand tertentu.
2.1.3. Model Layanan Komputasi Awan
Di dalam komputasi awan terdapat 3 model layanan utama (Mark & Lozano, 2010)
yaitu :
1) Infrastructure as a Service (IaaS)
Model aplikasi yang paling luas cakupannya yaitu Infrastructure as a Service
( IaaS) yang meliputi penyediaan layanan infrastruktur secara terintegrasi.
Pada prinsip tekniknya, vendor menyediakan virtual server dengan IP address
(API) milik vendor untuk memulai, menghentikan, mengakses dan melakukan
konfirgurasi virtual server dan media storage-nya. Media storage disini dapat
bersifat fisik berupa hardware maupun virtual (Sridhar, 2009). Sasaran model
layanan ini adalah di tingkatan korporasi karena adanya efesiensi biaya dalam
penggunaan infrastruktur berbasis virtual server ini. Contoh IaaS diantaranya
adalah Google, IBM, dan AmazonEC2.
2) Software as a Service (SaaS)
Software as a Service berarti aplikasi yang tersedia bagi user dalam bentuk
layanan berbasis sesuai kebutuhan user (on-demand). Jadi, dengan
pengaplikasian model ini, user tidak perlu lagi membeli lisensi dan melakukan
instalasi untuk sebuah aplikasi, tetapi cukup membayar biaya sesuai dengan
pemakaiannya saja (pay per used). Secara teknis, model aplikasi ini
memanfaatkan web-based interface yang diakses melalui browser dan berbasis
teknologi Web 2.0 (Robbins, 2009). Contoh SaaS ini adalah Google Docs.
SaaS ini merupakan model aplikasi komputasi awan yang sasarannya
difokuskan pada user individual.
3) Platform as a Service (PaaS)
Jika SaaS merupakan model layanan yang fokusnya pada application using,
maka fokus dari Platform as a Service (PaaS) mengacu pada application
development. Sasaran model layanan ini adalah para programmer dan
application developer. Karena dalam model ini, vendor menyediakan layanan
yang berupa serangkaian perangkat lunak dan alat-alat pengembangan produk
yang tersedia pada infrastrukrur vendor sehingga developer dapat menciptakan
aplikasi pada platform vendor melalui internet. Contoh PaaS diantaranya
adalah Google App Engine, Windows Live dan Force.com (Cleveland, 2009).
Model-model layanan komputasi awan mampu memberikan dukungan
teknologi yang baik, nyaman dan berkualitas serta stabil bagi penggunanya
2.1.4. Model Penyebaran Komputasi Awan
Seperti yang telah direkomendasikan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST), dan sebagian besar organisasi berfokus pada memanfaatkan komputasi awan untuk memotong pengeluaran modal dan mengendalikan biaya
operasi, ada pertumbuhan yang agresif dalam bisnis untuk mengadopsi teknologi
komputasi awan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami kebutuhan sebelum
memilih untuk berbagai model penyebaran yang tersedia di awan. Komputasi awan
menawarkan 4 model penyebaran (Deployment Models), diantaranya adalah :
1) Private Cloud. Infrastruktur awan yang semata-mata dioperasikan bagi suatu
perusahaan. Dan ini biasanya dikelola oleh pihak ketiga.
2) Community Cloud. Infrastruktur awan bersama oleh beberapa organisasi dan
mendukung komunitas tertentu yang concern dalam berbagi (online sharing).
3) Public Cloud. Infrastruktur awan dibuat untuk umum atau kelompok industri
besar dan dimiliki oleh penyedia layanan komputasi awan (vendor).
4) Hybrid Cloud. Infrastruktur awan yang mengkomposisikan dua atau lebih
cloud (antara private, community dan public ) saling terintegrasi (Al-Zoube,
2009).
2.2. Web 2.0
2.2.1. Defenisi Web 2.0
Inovasi dalam dunia web semakin mengalami perkembangan yang berarti, ini
dibuktikan dengan adanya teknologi Web 2.0 yang dikembangkan sekitar tahun 2004.
Menurut Tim O’Reilly, 2005, Web 2.0 dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Web 2.0 adalah revolusi bisnis di industri komputer yang disebabkan oleh
penggunaan internet sebagai platform, dan merupakan suatu percobaan untuk
memahami berbagai aturan untuk mencapai keberhasilan pada platform baru tersebut.
Salah satu aturan utama adalah membangun aplikasi yang mengeksploitasi efek
jaringan untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengguna aplikasi tersebut”.
Sifat dari web 2.0 adalah read write. Dalam aplikasi Web 2.0, terdapat hubungan
yang saling berjejaring antara pemilik maupun pembaca, bahkan pengguna sebagai
pembaca adalah fokus. Adapun teknik yang digunakan adalah:
1. CSS (Cascading Style Sheet) untuk bahan isi dan presentasi serta
2. Falksonomi (metoda penandaan content dimana dengan konsep ini
dimunculkan kata-kata yang berkaitan dengan content tersebut).
3. XML (eXtensible Markup Language) yang digunakan untuk mendefinisikan
format data.
4. Teknik Aplikasi Internet.
5. HTML dan XHTML (eXtensible HyperText Markup Language).
6. Weblog-publishing tools.
7. Wiki atau forum software, dll.
8. JavaScript untuk membuat tampilan yang dinamis,
9. Teknologi penggabungan dari JavaScript dan XML saat ini yang marak
disebut dengan AJAX (Asynchorous JavaScript And XML) yang menekankan
pada pengelolaan content dalam website adalah suatu teknik pemrograman
berbasis web untuk menciptakan aplikasi web yang interaktif. Tujuannya
adalah untuk memindahkan sebagian besar interaksi pada komputer web surfer,
melakukan pertukaran data dengan server di belakang layar, sehingga halaman
web tidak harus dibaca ulang secara keseluruhan setiap kali seorang pengguna
melakukan perubahan (Nughutham, 2012).
2.2.2. Karakteristik Web 2.0
Kemudahan berinteraksi antara user dengan sistem merupakan tujuan dibangunnya
teknologi Web 2.0. Interaksi tersebut tentunya harus diimbangi dengan kecepatan
untuk mengakses, oleh karena itu diperlukan suatu bandwith yang cukup untuk
loading data. Loading data tersebut dilakukan saat pertama kali membuka situs,
data-data tersebut antara lain CSS, JavaScript, dan XML. Salah satu karakteristiknya
adalah adanya dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan web service
atau RSS. Ketersediaan RSS akan menciptakan kemudahan untuk diremix oleh
website lain dengan menggunakan tampilannya masing-masing dan dukungan
pemrograman yang sederhana. Adanya kemajuan inovasi pada antar-muka di sisi
pengguna merupakan karakter dari Web 2.0. Dukungan AJAX yang menggabungkan
HTML, CSS, Javascript, dan XML pada Yahoo!Mail Beta dan Gmail membuat
pengguna merasakan nilai lebih dari sekedar situs penyedia e-mail. Kombinasi media
komunikasi seperti Instant Messenger (IM) dan Voice over IP (VoIP) akan semakin
2.2.3. Perkembangan Web 2.0
Perkembangan web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara berpikir dalam
menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah website. Dalam perkembangannya
Web 2.0 diaplikasikan sebagai bentuk penyajian halaman web yang bersifat sebagai
program desktop pada umumnya seperti Windows. Fungsi-fungsi pada penerapannya
sudah bersifat seperti desktop, seperti drag and drop, auto-complete, serta fungsi
lainnya. Aplikasi Web 2.0 disajikan secara penuh dalam suatu web browser tanpa
membutuhkan teknologi perangkat yang canggih dari sisi user. Tidak mengherankan
bila suatu aplikasi (software) dapat diakses secara online tanpa harus menginstalnya
terlebih dahulu. Software tersebut misalnya software pengolah kata (seperti MS Word)
atau software pengolah angka (seperti MS Excel) (Ju Su, 2012).
Teknologi ke depan suatu software berbasisi web tidak lagi dijual melainkan suatu
fasilitas gratis yang dapat digunakan setiap waktu. Permasalahan manajemen file juga
tidak merepotkan, bahkan file dapat disimpan dan juga dapat di-sharing dengan user
lain. Implementasi dari teknologi Web 2.0 dapat dilihat pada aplikasi spreadrsheet
pada Google yang merupakan aplikasi untuk operasi mengolah angka seperti MS
Excel. Aplikasi ini dapat dilihat pada , tentunya
aplikasi tersebut membutuhkan suatu akun Google untuk memasukinya.
Menurut Ju Su, 2012, suatu web 2.0 biasanya digunakan sebagai akhir dari siklus
peluncuran produk software, mengilustrasikan setiap produsen software tidak lagi
meluncurkan produknya dalam bentuk fisik. Karena web menjadi platform, pengguna
cukup datang ke website untuk menjalankan aplikasi yang ingin mereka gunakan.
Hasil dari pengembangan fitur di dalam software dapat langsung dirasakan oleh
pengguna. Software tidak lagi dijual sebagai produk namun berupa layanan (service).
Aplikasi web 2.0 yaitu suatu raksasa seach engine yang sekarang banyak dipakai
oleh para praktisi atau user yang mengalahkan kedigjayaan Yahoo, yaitu Google. Jadi
kesimpulannya web 2.0 pada umumnya suatu teknologi yang gratis atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Open Source, dan murni menggunakan web base, dan sangat
2.3. Kolaborasi Penelitian
Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat antara peneliti dalam
kebijakan-kebijakan ilmu pengetahuan, yaitu dalam gagasan penelitian kolaborasi.
Sekarang secara luas diasumsikan bahwa kolaborasi penelitian merupakan penelitian
yang ideal dan harus didorong perkembangannya. Banyak inisiatif dicari untuk
pengembangan kolaborasi antara individu peneliti, membawa mereka bersama dalam
suatu kolaborasi penelitian, misalnya dalam satu kelompok penelitian atau satu
disiplin ilmu. Ada juga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan hubungan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan penelitian kolaborasi lintas sektor,
seperti antara universitas dengan industri. Selain itu, banyak pemerintahan dalam
suatu negara juga mulai melibatkan diri untuk berkolaborasi dalam penelitian tingkat
internasional, mendukung peneliti untuk melakukan kolaborasi penelitian. Pemerintah
meyakini dengan penelitian kolaborasi akan menghemat biaya dan memperoleh
keuntungan yang banyak (Delen & Demirkan, 2012).
Menurut Tim O’Rielly, 2005, secara implisit, antusiasme pada penelitian
kolaborasi dan kebijakan-kebijakan ditujukan untuk membina sejumlah asumsi
berupa:
1. Bahwa konsep “penelitian kolaborasi” wajib dipahami
2. Menghadapi fenomena kolaborasi antar individu, kelompok, institusi, bidang
dan negara.
3. Mencari cara mengukur tingkat dari kolaborasi dan menentukan berlaku atau
tidak hasil tersebut terhadap suatu kebijakan tertentu.
4. Penelitian kolaborasi sebenarnya lebih baik untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan pengembangan hasil-hasil penelitian lebih efektif.
2.3.1. Defenisi Kolaborasi Penelitian
Menurut defenisi kamus, kolaborasi adalah bekerja sama dari individu untuk
mencapai tujuan umum bersama. Dengan demikian, penelitian kolaborasi
didefinisikan sebagai kerja sama peneliti untuk mencapai tujuan bersama,
menghasilkan ilmu pengetahuan yang baru. Namun, hal ini akan menimbulkan
pertanyaan, bagaimana penelitian kolaborasi dapat bekerja secara bersama terkhusus
dalam suatu komunitas penelitian yang besar, seperti penelitian internasional. Dalam
merupakan suatu kolaborasi besar. Bahwa dasar dari suatu penelitian adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara global, para peneliti bekerja bersama untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan. Para peneliti saling bertukar pikiran tentang
percobaan yang akan dilakukan selanjutnya, menguji hipotesa-hipotesa, membangun
intrumentasi baru, menemukan hubungan antara hasil eksperimen dan model secara
teoritis, dst. Dalam hal ini, antara anggota dalam kelompok penelitian tidak hanya
akan berbicara tetapi juga meminta saran dan bantuan dari peneliti-peneliti lain (Katz,
1995).
Defenisi kolaborasi penelitian menurut Katz, 1995 adalah suatu kemungkinan
yang menyertakan suatu “kolabolator” yaitu seseorang yang menyediakan masukan
pada bagian tertentu dalam suatu penelitian. Defenisi ini lemah, karena akan
memunculkan banyak kolabolator yang akan terlalu luas dari tujuan praktis. Namun
secara keseluruhan dari defenisi tersebut diperoleh sebuah defenisi yang kuat yaitu
kolaborasi penelitian adalah peneliti-peneliti yang hanya memberikan kontribusi
secara langsung kepada tugas-tugas dalam proyek penelitian dalam durasi waktu
tertentu, disebut sebagai kolabolator (Gholami, et al. 2009).
Gambar 2.3. Jumlah penelitian yang dipublikasikan
Berdasarkan gambar 2.3. diatas, menjelaskan hasil survei Lembaga Penelitian
Indonesia (LIPI) pada tahun 2004, tentang jumlah hasil penelitian yang
terpublikasikan. Indonesia berada diperingkat paling akhir, setelah Negara VVietnam
2.3.2. Manfaat dan Biaya Kolaborasi Penelitian
Penelitian yang modern semakin kompleks dan menuntut keterampilan yang luas.
Jarang ada individu peneliti yang menguasai banyak keterampilan dan ilmu
pengetahuan. Prinsipnya peneliti harus bisa belajar untuk memperoleh teknik atau
pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi hal ini akan memakan
waktu yang lama. Jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan ada kemungkinan
yang besar antara mereka untuk memiliki tekhnik atau pengetahuan yang diperlukan.
Manfaat pertama dari kolaborasi penelitian adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan,
keterampilan dan tekhnik. Kolaborasi penelitian juga bermanfaat untuk menambah
efektifitas dari keterampilan yang dimiliki oleh setiap peneliti (Gholami, et al. 2009).
Manfaat yang kedua dari penelitian kolaborasi terkait manfaat transfer ilmu
pengetahuan atau keterampilan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, seorang
individu akan memakan waktu yang banyak untuk terus memperbaharui pengetahuan
dan melatih keterampilan mereka. Selain itu tidak semua rincian kemajuan ilmu
pengetahuan terbaru didokumentasikan. Banyak peneliti tidak memiliki waktu untuk
membahas secara detail tentang temuan mereka dalam suatu publikasi ilmiah. Oleh
karena itu sering waktu berlalu, temuan yang baru tidak terpublikasikan kepada
masyarakat. Penelitian kolaborasi merupakan salah satu cara mentransfer pengetahuan
yang baru. Penelitian tidak hanya membutuhkan berbagi dalam hal ilmu pengetahuan
dan keterampilan, tetapi juga keterampilan sosial dan manajemen yang diperlukan
untuk bekerja sebagai bahan untuk kerjasama tim (Suciu, et al. 2012).
Ketiga, penelitian kolaboratif dapat menimbulkan benturan pandangan,
persilangan ide pemikiran yang akan mengubah dan menghasilkan wawasan baru atau
perspektif yang mungkin tidak dipahami secara cepat dengan melakukan penelitian
secara individual (Lundberg, et al., 2006). Kolaborasi penelitian akan menjadi sumber
stimulasi dan kreativitas, karena bidang-bidang yang dibahas akan lebih besar dan luas.
Manfaat tersebut akan diperoleh ketika penelitian kolaborasi melibatkan mitra peneliti
dari disiplin ilmu yang berbeda. Namun kesulitan untuk bekerja secara produktif
bersama-sama sering terkendala masalah biaya (Gholami, et al. 2009).
Manfaat keempat kolaborasi penelitian dapat memberikan pendampingan
intelektual, menjadi lapangan pekerjaan bagi para peneliti, menyelidiki proyek
kurang. Seorang peneliti dapat mengatasi bagian dari isolasi intelektual melalui
kolaborasi dengan peneliti lain, membentuk hubungan kerja dan mungkin lebih
pribadi dengan peneliti lain (Ju Su, 2012).
Selain itu manfaat dari bekerja dengan peneliti lain tidak terbatas pada hubungan
dengan kolabolator secara langsung, penelitian kolaborasi juga memiliki efek
memasukkan peneliti ke jaringan yang luas pada kontak komunitas ilmiah. Seorang
peneliti mungkin hanya memiliki kontak dengan 50-100 peneliti lain di bidangnya di
seluruh duniayang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi dan dan saran. Oleh
karena itu berkolaborasi dengan peneliti lain dalam lembaga lain dapat memperluas
jaringan peneliti tersebut (Sliman, et al. 2013).
Penelitian kolaborasi dapat meningkatkan potensi visibiltas pekerjaan,
menggunakan jaringan mitra kolaborasi, kolabolator dapat berdifusi dengan temuan
mereka baik secara formal ( misalnya, pra-cetak, seminar, atau presentasi konferensi)
atau melalui diskusi informal. Para kolabolator penelitian akan mengambil suatu
keputusan dan mempublikasikan hasil temuan mereka. Setelah terbit akan
memudahkan pencarian kepustakaan dengan memidai karya yang dihasilkan oleh
salah satu penulis yang berkolaborasi untuk dijadikan bahan acuan referensi karya
ilmiah. Jika karya penelitian sering dikutip oleh orang lain akan memberikan dampak
yang lebih besar (Sliman, 2013).
Hasil dari kolaborasi penelitian secara prinsip lebih efektif. Namun kolaborasi
penelitian memerlukan biaya tertentu. Hal ini terdiri dari berbagai bentuk. Pertama,
bentuk finansial, meskipun pendanaan penelitian kolaborasi sering berasal dari
lembaga pendanaan penelitian, namun disisi lain masih memerlukan biaya tambahan
lain. Seperti kolaborasi penelitian antar lembaga, lintas sektor, dan kolaborasi
penelitian internasional memerlukan biaya perjalanan dan biaya hidup yang
dikeluarkan peneliti berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Peralatan dan
material yang mungkin diangkut juga membutuhkan biaya, teknisi jika peralatan rusak
juga membutuhkan biaya lebih lanjut (Katz, 1995).
Kedua, kolaborasi penelitian juga mengeluarkan biaya tertentu dalam segi waktu.
Bagi banyak peneliti dalam waktu sekarang ini sangat menghargai waktu dibanding
dana uang sebenarnya. Waktu yang diperlukan mulai dari persiapan penyusunan
proposal, pencarian sponsor, rintangan masalah dalam penelitian dan perencanaan
lokasi yang berbeda, selain biaya dana juga menghabiskan waktu. Waktu juga
dikeluarkan dalam menjaga komunikasi antar kolabotor, memberi tahu tentang
kemajuan serta memutuskan pekerjaan yang selanjutnya dilakukan. Perbedaan
pendapat sering tidak terelakkan dan waktu juga akan dibutuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan secara damai. Selain pengeluaran biaya langsung waktu,
ada juga biaya waktu yang tidak langsung, seperti waktu pemulihan efek dari
perjalanan jauh saat penelitian, waktu penyesuaian bekerja di tempat penelitian yang
baru, dan hubungan pribadi antara kolabolator (Katz, 1995).
2.4. Riset Terkait
Hasil dari penelitian terkait yang telah dihimpun untuk mencari informasi teknologi
komputasi awan atau yang berhubungan penelitian. Kemudian penulis melakukan
literature review dan hasilnya akan dikategorikan, dicari persamaan dan perbedaannya,
dan dapat dideteksi kelemahan dan kelebihannya. Beberapa penelitian yang terkait
akan dibahas sebagai berikut:
Bubendorfer, K dan Chard, J (2011) menggunakan model SoCC (Social of
Collaborative Cloud) dengan pendekatan kolaborasi online. Menggunakan SoCC
sebagai sebuah platform dari aplikasi sosial media Facebook.
Katz, S dan Martin, B (1977) menjelaskan manfaat dari penelitian kolaborasi.
Terjadi peningkatan fenomena produktivitas dari penelitian kolaborasi antar individu,
kelompok, institusi, bidang dan negara.
Buyya, et al. (2008) dalam penelitianya menjelaskan sistem komputasi awan
merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat dalam kegiatan bisnis e-market dan
perdagangan secara global.
Thomas, (2011) meneliti sebuah aplikasi the Scholarship of Teaching and
Learning (SoTL) dan menjelaskan potensial pengembangan komputasi awan di
bidang pendidikan, sarana kolaborasi diantara tenaga pendidik dan meraih ide dari
SoTL.
Mauch, et al. (2011) meneliti kecepatan kinerja aplikasi komputasi awan berbasis
IaaS (Infrastruktur as a service) yang mampu mereduksi biaya dan lebih fleksibel.
Dengan model HPC2 dimana virtualization yaitu kemampuan untuk menggabungkan
Suciu, et all. (2012) menggunakan model SlapOS berbasis open source, penelitian
ini menghasilkan model kolaborasi online seperti wikipedia dan moodle.
Darmaji, P & Ranti, B (2011) meneliti dengan mengkombinasikan metode EVA
(Economic Value Added) dan Ranti’s Generic IS/IT untuk memudahkan dalam
melakukan kajian manfaat ekonomis dari suatu investasi IT dengan kerangka acuan
implementasi teknologi cloud computing.
Lunberg, et.al (2006) meneliti tentang pentingnya kolaborasi penelitian antara
universitas dan perusahaan-perusahaan industri. Hasil penelitian berguna untuk
pengembangan suatu perusahaan sebagai sponsor penelitian, sekaligus menambah
temuan ilmu pengetahuan terbaru.
Rifai, A (2011) membangun sebuah pola community empowerment melalui
pendidikan teknologi dengan berkonsentrasi pada bottom up community based
development dari infrasktruktur telekomunikasi/internet bagi pemerintah, serta
menghasilkan rancangan dan menerapkan system transfer knowlegde berbasis
komputasi awan.
Sliman, et al. (2013) hasil penelitian mereka menggunakan model “RunMyCode”
yang merupakan suatu sistem berbasis komputasi awan Simulation as a Service
menghasilkan simulasi virtual.
Lai, et al. (2012), penelitian ini menjelaskan tentang efektivitas layanan komputasi
awan model KaaS (the knowledge as a service) yang memfasilitasi proses komunikasi
pertukaran data dalam jaringan. KaaS merupakan kerangka dari komputasi awan yang
bertujuan mengembangkan kolaborasi jaringan data dalam layanan industri kesehatan.
Penelitian ini berhasil menginvestigasi informasi yang penting dan rahasia dari hasil
rekam medis setiap pasien. Data tersimpan secara rahasia dan bisa dipergunakan untuk
kolaborasi antara disiplin ilmu dalam dunia medis.
Sultan, N (2012), pada penelitian ini membahas bagaimana perkembangan
teknologi komputasi awan dan web 2.0 merupakan inovasi terbaru yang terapkan
sebagai pengganti KMS (Knowledge Management System), dimana model KMS
selama ini merupakan sistem yang masih manual dan berskala kecil.
Jun Su, et al. (2012), penelitian tentang e-commerce yang semakin sengit dan
dibutuhkan. Penelitian ini menggambarkan REST (Representational State Transfer)
platform untuk kolaborasi perkembangan produk yang bersaing, lebih efesien yang
menjadi sumber informasi, mudah, lebih cepat, murah dan tingkat kualitas lebih tinggi.
Pocatilu, et al. (2009), penelitian ini membahas manfaat-manfaat dari layanan
e-learning jika diterapkan pada suatu institusi pendidikan. Manfaat dari segi biaya
operasional, aplikasi yang murah, peralatan hardware dan software yang minimal,
kemudahan aplikasi dan sistem recovery data yang tidak akan hilang jika terjadi
tubrukan data.
Ercan, T (2010) meneliti komputasi awan sebagai perkembangan teknologi yang
menarik sebagai alternatif yang signifikan untuk bidang pendidikan saat ini. Siswa dan
tenaga administrasi memiliki kesempatan untuk cepat dan ekonomis mengakses
berbagai platform aplikasi dan sumber daya melalui halaman web on-demand. Ini
secara otomatis mengurangi biaya pengeluaran dan menawarkan kemampuan
fungsional yang lebih kuat. Ini akan membantu kita meninjau ulang status dan
pertimbangan untuk mengadopsi teknologi cloud.
Berikut tabel penelitian-penelitian yang berkaitan dengan komputasi awan untuk
kolaborasi online:
Tabel 2.1. Riset Terkait
No Judul Penelitian Nama Peneliti dan Tahun
1. A social cloud for public e-research Kris Bubendorfer, K .Jhon,
K.Chard. 2011
2. What is research collaboration ? J.Sylvan Katz, Ben R.Martin. 1997
3. Cloud computing and emerging IT
platforms: vision, hype, and reality for
delivering computing as the 5th utility.
Rajkumar Buyya, Chee Shin Yeo,
Srikumar Venugopal, James
Broberg, Ivona Brandic. 2008
4. Cloud Computing : A Potensial
Paradigm for Practising the Scholarship
of Teaching and Learning
Thomas P. Y. 2011
5. High performance cloud computing Viktor Mauch, Marcel Kunze,
Marius Hillenbrand. 2011
6. Platform for online collaboration and
e-learning in open source distributed cloud
system.
George Suciu, Traian Militaru,
Cristian George Cernat, Gyorgy
2012
7. Analisis kelayakan ekonomis cloud
computing pada lembaga keuangan
mikro di Indonesia dengan metode
Ranti’s Generic IS/IT Bussiness value
dan Economic value added
Pamela Darmaji, Benny Ranti.
2011
8. Collaboration uncovered: Exploring the
adequacy of measuring
university-industry collaboration
through co-authorship and funding
Jonas Lundberg, Goran Tomson,
Inger Lundkvist, Jhon Skar, Mats
Brommels. 2006
9. Komputasi awan dalam membangun
Portal Knowledge Management untuk
mendorong implementasi E-Goverment
Ahmad Rifai ZA. 2011
10. A New Collaborative and Cloud Based
Simulation as a Service Platform:
Towards a multidisciplinary research
simulation support
Layth Sliman, Benoit Charroux,
Yvan Stroppa. 2013
11. Knowledge cloud system for network
collaboration: A case study in medical
service industry in China
Ivan K.W Lai, Sidney K.T. Tam,
Michael F.S. Chan. 2012
12. Knowledge management in the age of
cloud computing and web 2.0 :
Experiencing the power of disruptive
innovations
Nabil Sultan. 2012
13. Enabling successful Collaboration 2.0: A
Rest-based Web Service and Web 2.0
technology oriented information platform
for collaborative product development
Chuan- Jun Su, Chang-Yu Chiang,
2012
14. E-learning on the Cloud Mohammed Al-Zoube, 2009
15. Using Cloud Computing for E-learning
System
Paul Pocatilu, Felician alecu, dkk.
2009
16. Effective use of cloud computing in
educational institution
2.5. Perbedaan dengan Riset Lain
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah pada penelitian ini penulis akan memaparkan konsep model
layanan komputasi awan kolaborasi online IaaS dan melakukan penerapan aplikasinya
pada WMCloud Project yang telah dilakukan uji coba oleh penulis sendiri dalam
melakukan penelitian ini. Adopsi teknologi komputasi awan yang mana yang akan
memberikan pengaruh lebih baik terhadap para peneliti lain dalam melakukan
aktivitas kolaborasi penelitian secara online.
2.6. Kontribusi Riset
Hasil dari penelitian ini penulis mengharapkan model layanan komputasi awan yang
diteliti mampu memberikan rekomendasi bagi para peneliti yang selalu melakukan
aktivitas penelitian secara kolaborasi multidisiplin lintas jarak dan mengembangkan
infrastruktur berbasis awan yang telah dioptimalkan untuk wilayah yang luas.
Infrastruktur komputasi awan mempercepat adopsi inovasi teknologi yang berbeda
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilakukan dengan metode analisis
dan metode perancangan. Oleh karena itu, metodologi penelitian ini terdiri dari dua
bagian pokok, yaitu :
1. Metode Analisis
Metode analisis yang akan digunakan adalah studi literatur. Studi literatur
dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari jurnal-jurnal ilmiah,
buku, artikel, internet dan publikasi ilmiah dari penelitian teknologi komputasi
awan untuk mendapatkan landasan dasar penulisan tesis.
2. Metode Perancangan
Metode perancangan yang digunakan adalah metode waterfall. Metode ini
terdiri dari beberapa fase yang dikerjakan secara beruntun untuk membangun
suatu aplikasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1. Application requirements defenition and analysis
Merupakan proses analisa dan pengumpulan kebutuhan dari aplikasi yang
ingin dibuat. Kebutuhan dari aplikasi tersebut harus dibahas dan
didokumentasikan bersama-sama dengan pengguna. Pengumpulan
kebutuhan menggunakan metode studi literatur.
2. System and Application design
Mendesign alur kerja dari aplikasi yang akan dibuat.
3. Implementation and unit testing
dari bahasa pemograman yang sesuai dengan kriteria dari aplikasi yang
akan dibuat.
4. Integration and system testing
Setelah menyelesaikan kode-kode bahasa pemograman dari tahapan
sebelumnya maka dilakukan ujicoba terhadap aplikasi tersebut. Uji coba
dipusatkan terhadap error atau bugs yang memungkinkan terjadi akibat
kesalahan penggunaan syntax. Setelah ujicoba selesai dilakukan
diharapkan aplikasi dapat memberikan hasil yang benar sesuai dengan
kebutuhan mendukung kolaborasi online dengan pemanfaatan layanan
komputasi awan.
5. Analyzing
Karena penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu model layanan
komputasi kolaborasi online dan kemudian menerapkannya pada aplikasi
WMCloud Project secara online maka pada tahapan ini peneliti melakukan
identifikasi dan melakukan penggambaran kualitas dari pemanfaatan
teknologi komputasi awan mendukung kegiatan kolaborasi secara online.
6. Operation and maintenance
Sejalan dengan pemakaian aplikasi, perubahan akan terjadi karena harus
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan IPTEK yang semakin
berkembang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perawatan dan
pengembangan dalam periode waktu tertentu untuk menyesuaikan
perubahan kebutuhan yang terjadi.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan secara online. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan penelitian ini selama 12 bulan yang dimulai pada Maret 2013 sampai
dengan bulan Desember 2013.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa peralatan baik perangkat lunak
(software) maupun perangkat keras (hardware) serta data trafik perkembangan
3.2.1. Alat Penelitian
Pada penelitian ini digunakan alat penelitian berupa perangkat lunak dan perangkat
keras sebagai berikut :
a. Perangkat lunak, yaitu aplikasi adobe photoshop, framework codeigniter
(merupakan bahasa programming) dan web hosting sebagai layanan cloud.
b. Perangkat Keras, Hardware (Processor Intel Core i3-3120M CPU 2.50GHz;
RAM 2048 MB; Harddisk 500 GB).
3.2.2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang dikumpulkan mengenai
perkembangan pemanfaatan teknologi komputasi awan untuk melihat jenis-jenis
model layanan dalam menentukan prioritas layanan yang tepat untuk mendukung
kolaborasi secara online.
Menurut Pimple (2005), kolaborasi penelitian adalah setiap aktivitas proyek
penelitian yang melibatkan peneliti lain. Sebuah proyek penelitian yang bersifat
multidisiplin atau berskala besar pada umumnya akan melibatkan lebih dari satu
peneliti sesuai dengan tujuan dan sasaran dari penelitian yang akan dilakukan.
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan melalui kolaborasi online diantaranya
sharing ide, sharing data, metodologi, literature hingga pada penulisan hasil laporan
penelitian dan publikasi. Dalam perkembangan teknologi informasi, kolaborasi
penelitian tidak hanya antara individu dan instansi saja namun akan terus meluas pada
jaringan komunitas yang jauh lebih besar. Teknologi komputasi awan merupakan
pengembangan dari Web 2.0 yang menekankan pada online sharing dan collaboration.
Sesuai dengan penelitian sebelumnya setidaknya sebuah tool dapat dipergunakan
untuk kepentingan kolaborasi karena memiliki 4 fungsi utama, yaitu : web-enabled
calender, electronic notebook, repository tools dan database. Web-enabled calender
memiliki fungsi untuk sharing agenda dan milestones research, electronic notebook
fungsinya sebagai sharing document dan tracking research progress, sedangkan
repository tools dan database untuk menyimpan semua dokumen yang terkait selama
pelaksanaan kolaborasi penelitian yang sedang atau sudah dilakukan. Maka dari hasil
eksplorasi dan penelitian terkait maka penulis mencoba mengimplementasikan