EFEKTIVITAS OBAT KUMUR YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KAPULAGA 2,5% DIBANDING DENGAN
KLORHEKSIDIN 0,12% TERHADAP PENURUNAN
AKUMULASI PLAK PADA MAHASISWA
FKG USU ANGKATAN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
FEBRINA AUDINA
NIM: 110600066
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Periodonsia
Tahun 2015
Febrina Audina
Efektivitas Obat Kumur yang Mengandung Ekstrak Kapulaga 2,5% Dibanding
dengan Klorheksidin 0,12% terhadap Penurunan Akumulasi Plak pada Mahasiswa
FKG USU Angkatan 2013.
x + 36 halaman
Kontrol plak dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang
mengandung bahan dasar alami ataupun bahan dasar sintetik sebagai bahan anti kuman
yang dapat tersedia dalam bentuk obat kumur. Obat kumur dengan bahan dasar sintetik
yang sering beredar di pasaran yaitu klorheksidin, tetapi penggunaannya dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan efek samping yang merugikan. Salah satu bahan
alami yang dapat digunakan sebagai obat kumur adalah kapulaga yang mengandung
bahan anti bakteri dan anti plak sehingga dapat menghambat pertumbuhan plak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas obat kumur yang
mengandung ekstrak kapulaga 2,5% dibanding dengan klorheksidin 0,12% terhadap
penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013. Jenis penelitian
ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan dengan rancangan pretes-postes
dengan kelompok kontrol (pretest-posttest with control group) dan metode yang dilakukan yaitu double blind study. Sebanyak 40 orang mahasiswa FKG USU dipilih secara acak sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok perlakuan yang diberi obat kumur ekstrak kapulaga dengan
konsentrasi 2,5% dan kelompok kontrol yang diberi obat kumur klorheksidin dengan
konsentrasi 0,12%. Kedua kelompok diinstruksikan untuk menggunakan obat kumur
Pemeriksaan skor plak dilakukan pada hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7 dengan
menggunakan indeks plak Loe dan Sillness. Analisis data yang dilakukan adalah uji
T-tidak berpasangan untuk melihat perbedaan efek antara kelompok perlakuan dan
kontrol serta uji Anova yang dilakukan untuk melihat perbedaan efek antara hari ke-1,
4 dan 7 pada kelompok perlakuan dan perbedaan efek antara hari ke-1, 4 dan 7 pada
kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan skor indeks plak
yang terjadi pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol, masing-masing
kelompok mengalami penurunan yang bermakna secara statistik (p<0,05). Namun,
perbedaan efektivitas kedua obat kumur tersebut tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulannya, efektivitas obat kumur ekstrak kapulaga 2,5% tidak berbeda dengan
klorheksidin 0,12% terhadap penurunan akumulasi plak. Obat kumur kapulaga 2,5%
aman dipakai karena tidak memiliki efek samping dalam penggunaan sehari-hari.
Faculty of Dentistry
Department of Periodontology
Year 2015
Febrina Audina
The effectiveness of Mouthwash that Contains Cardamom Extract 2,5% Compared
with Chlorhexidine 0,12% Against Plaque Accumulation Reduction on Faculty of
Dentistry, University of North Sumatra Student Batch 2013
x + 36 pages
Plaque control is completed with adding some active products that contain
herbal or synthetic products as antibacterial component which can be available in the
form of mouthwash. The most-used synthetic mouthwash in society is clorhexidine.
But if you use it for along time, it caused some side effects. One of herbal products that
can be used as mouthwash is cardamom which contains antibacterial and antiplaque
component so it can inhibit plaque growth. This study aims to determine differences in
the effectiveness of mouthwash that contains cardamom extract 2,5% with
chlorhexidine 0,12% against plaque accumulation reduction on Faculty of Dentistry,
University of North Sumatra student batch 2013. This study was an experimental study
(pre-posttest control group) with a double blinde method study. A total of 40 subjects
who are dental students batch 2013 from Faculty of Dentistry, University of North
Sumatera are selected randomly fit the inclusion and exclusion criteria, and then
divided into two groups; the treatment group were given cardamom extract mouthwash
2,5% and the control group were given chlorhexidine 0,12%. Subjects were instructed
to rinse twice a day after brushing teeth in the morning after breakfast and before bed
at night during 7 days. Plaque score examination performed on day 1, day 4 and day 7
using Loe and Silness plaque index. Data analysis was performed using T-test
unpaired to see the difference in effect between treatment group and control group,
ANOVA test used to see the difference in effect between days 1, 4 and 7 in the
group. The results showed that plaque accumulation reduction occurred in both groups
and it is statistically significant (p <0.05). But the difference of both mouthwashes is
not statistically significant (p <0.05). In conclusion, the effectivity of cardamom
extract mouthwash 2,5% is not different with chlorhexidine 0,12% against plaque
accumulation reduction. Cardamom extract mouthwash 2,5% is safe because it has no
side effect in daily needs.
EFEKTIVITAS OBAT KUMUR YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KAPULAGA 2,5% DIBANDING DENGAN
KLORHEKSIDIN 0,12% TERHADAP PENURUNAN
AKUMULASI PLAK PADA MAHASISWA
FKG USU ANGKATAN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
FEBRINA AUDINA
NIM: 110600066
Pembimbing:
Irmansyah Rangkuti, drg., Ph. D
NIP: 19540210 198303 1 001
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 28 Februari 2015
Pembimbing Tanda Tangan
Irmansyah Rangkuti, drg., Ph. D ………...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 28 Februari 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Irmansyah Rangkuti, drg., Ph. D. ………
ANGGOTA : 1. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp. Perio ………
2. Armia Syahputra, drg. ………
Mengetahui,
KETUA DEPARTEMEN
Irmansyah Rangkuti, drg., Ph. D. ………
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tak bosan-bosannya penulis
panjatkan karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini selesai disusun sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Nuryono dan Ibunda Faridah
Suryani Sirait yang telah memberikan segala yang dibutuhkan penulis mulai dari
semangat dan dorongan hingga kasih sayang yang tiada putus-putusnya. Kepada kedua
adik tersayang, Kevin Nugraha dan Vini Shafina penulis juga berterima kasih banyak
atas segala semangat dan motivasi yang diberikan. Terima kasih sebanyak-banyaknya
penulis ucapkan kepada Irmansyah Rangkuti, drg., Ph. D selaku dosen pembimbing
dan ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang tak jemu-jemu meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam memberikan
bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazaruddin, drg., C. Ort., Ph. D., Sp. Ort. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lisna Unita R, drg., M. Kes. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan semangat dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.
3. Drs. Awaluddin Saragih, M. Si., Apt. selaku kepala Laboratorium Obat
Tradiosional Fakultas Farmasi USU dan Abang Hari yang telah sangat membantu
dalam pembuatan obat kumur untuk penelitian ini.
4. Seluruh staf pengajar, pegawai dan senior co-ass Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Periodonsia yang telah membantu
5. Adik-adik FKG USU angkatan 2013 yang telah bersedia menjadi sampel
dan meluangkan waktunya untuk penelitian ini.
6. Teman-teman seperjuangan di Departemen Periodonsia yaitu Diah, Felix,
Eka, Novita, Soraya, Vinda, Laidini, Dwi, Lisna, Dziah, Fellicia, Annysa, Restu, Julia,
Kak Uti dan teman-teman lain yang telah memberikan banyak semangat serta motivasi.
7. Sahabat-sahabat penulis yaitu Diah Okti, Kak Fika, Eka Rismi Ayu, Kak
Jeje, Fajar Fitriah Lestari, Khaera Cameliya, Novita Eka P Butar-butar, Ulfa Fitria
Anggraeni, Vini Viviana Mawarni, Vivi Widyanti, Noni Maindayanti, Kak Ayu serta
Rizky dan seluruh teman-teman angkatan 2011 yang telah banyak membantu dalam
pembuatan skripsi ini serta memberikan semangat dan motivasi pada penulis.
8. Tania Suri Widyastuti, Fadra Sirvy, Muhammad Fakhrur Rozi, Nur Shabrina
Sinulingga, Afriando Terma Simanjuntak dan M. Ridho Nasution yang senantiasa
memberikan semangat dan dukungan pada penulis sejak sebelum menjalani pendidikan
di FKG USU hingga sampai saat ini.
9. Keluarga besar HMI Komisariat FKG USU yang telah banyak memberikan
bantuan, semangat, motivasi serta inspirasi kepada penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memohon maaf apabila terdapat
kesalahan. Penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan
masyarakat, khususnya di bidang kedokteran gigi.
Medan, 28 Februari 2015
Penulis,
(……….)
Febrina Audina
2.4.2 Distribusi ... 10
2.4.3 Kandungan ... 10
2.5 Kerangka Teori ... 12
2.6 Kerangka Konsep ... 13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indeks plak Loe & Sillness ... 17
2. Data demografi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ... 28
3. Data distribusi rerata indeks plak mahasiswa FKG USU angkatan 2013
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol selama 1, 4, 7 hari ... 29
4. Data distribusi rerata indeks plak pada kelompok perlakuan hari ke-0, hari
ke- 1, hari ke-4 dan hari ke-7 ... 31
5. Data perbandingan rerata indeks plak kelompok perlakuan hari ke-0, hari
ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7 ... 31
6. Data distribusi rerata indeks plak pada kelompok kontrol hari ke-0, hari
ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7 ... 32
7. Data perbandingan rerata indeks plak kelompok kontrol hari ke-0, hari
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Elettaria cardamomum ... 10
2. Proses pengeringan simplisia ... 20
3. Penimbangan serbuk setelah ditumbuk ... 20
4. Proses penyimpanan serbuk ... 21
5. Perkolator ... 21
6. Proses perkolat ditampung ... 22
7. Proses penguapan ekstrak cair ... 22
8. Proses pengeringan ekstrak cair ... 22
9. Proses mixer ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Penjelasan Bagi Subjek Penelitian
2. Informed Consent
3. Kuesioner Penelitian
4. Hasil Analisis Data
5. Surat Persetujuan Komisi Etik
6. Surat Izin Penelitian di Lab. Obat Tradisional Fak. Farmasi USU
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang
memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat Indonesia dengan prevalensi sebesar
96,58% pada semua kelompok umur.1,2 Penyakit yang menyerang gingiva dan jaringan
pendukung gigi ini merupakan penyakit infeksi yang serius dan apabila tidak
dilakukan perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kehilangan gigi. Penumpukan
bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab utama penyakit periodontal.
Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yang bila tidak dirawat bisa berkembang
menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan pendukung periodontal berupa
kerusakan fiber, ligamen periodontal dan tulang alveolar.2
Penyebab utama dari penyakit periodontal adalah plak.2 Plak dental atau plak
bakteri merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke
permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan
dan cekat. Plak dapat berwarna putih, keabuan ataupun kuning. Deposit plak juga dapat
dilihat di pit maupun fisur pada permukaan gigi.3
Plak yang menumpuk pada permukaan gigi dapat dicegah dengan melakukan
kontrol plak atau pengendalian plak. Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan
kimiawi.4 Kontrol plak secara mekanis merupakan cara paling efektif dan paling
mudah dilakukan dengan menggunakan sikat gigi dan pembersih interdental. Kontrol
plak secara kimiawi dilakukan bertujuan untuk mengontrol plak supragingiva yang
dilakukan dengan menggunakan obat kumur.5
Saat ini, kontrol plak dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang
kuman. Bahan anti kuman tersebut tersedia dalam bentuk larutan kumur dan pasta gigi.
Bahan dibanding dengan anti kuman yang umum digunakan untuk kontrol plak
diantaranya adalah fenol, heksetidin, fluor dan klorheksidin. Klorheksidin merupakan
salah satu formula yang paling efektif untuk mengontrol plak, tetapi penggunaannya
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping tertentu yang dapat
merugikan. Oleh karena itu bahan alternatif dari bahan minyak esensial dan ekstrak
tumbuh-tumbuhan (herbal) merupakan hal yang menarik untuk dijadikan pilihan
sebagai bahan anti kuman.6
Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan sebanyak 80% penduduk dunia masih menggantungkan kesehatannya pada pengobatan tradisional
termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman.7 Obat herbal adalah suatu obat
yang aman, efektif, mempunyai efek samping yang minimal serta dapat diterima oleh
masyarakat luas. Dalam obat herbal, terdapat suatu zat kimiawi yang merupakan
bagian dari fungsi fisiologis tumbuhan flora dan dipercayai mempunyai kompatibilitas
yang tinggi terhadap tubuh manusia.8
Salah satu dari tumbuhan herbal ini adalah kapulaga. Kapulaga merupakan
salah satu jenis rempah-rempah yang yang sudah sejak lama dipakai dan biasanya
tumbuh di beberapa Negara seperti Sri Lanka, India dan Indonesia. Kapulaga
mengandung senyawa fenol yang dapat mengikat protein dan fosfolipid dari membran
terluar dinding sel, hal ini dapat mencegah perlekatan sel tersebut.9
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abbas pada tahun 2011, disebutkan
bahwa terdapat senyawa fenol, flavonoid dan tanin dalam ekstrak kapulaga.10
Penelitian yang dilakukan oleh Kaushik dkk 2010 juga menyebutkan adanya alkaloid,
tanin, terpenoid, flavonoid dalam ekstrak kapulaga. Ekstrak tersebut ditemukan paling
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.11 Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aneja bahwa ekstrak kapulaga
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga dibanding
dengan klorheksidin terhadap penurunan akumulasi plak.
1.2Permasalahan
Apakah terdapat perbedaan efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak
kapulaga 2,5% dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% terhadap penurunan
akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak
kapulaga 2,5% terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU
angkatan 2013.
2. Untuk mengetahui efektivitas obat kumur yang mengandung klorheksidin
0,12% terhadap penurunan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013.
3. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas obat kumur yang mengandung
ekstrak kapulaga 2,5% dibanding dengan klorheksidin 0,12% terhadap penurunan
akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU angkatan 2013.
1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga
2,5% dibanding dengan klorheksidin 0,12% terhadap penurunan akumulasi plak pada
mahasiswa FKG USU angkatan 2013.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di
1.5.2 Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menjadi data atau informasi bagi
masyarakat luas mengenai efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak kapulaga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Dental
Plak merupakan penyebab utama dalam penyakit periodontal.2,3 Plak dental
atau plak bakteri merupakan deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk
ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi
lepasan dan cekat. Biofilm dapat terbentuk melalui interaksi bakteri dengan gigi. Oleh
karena itu, bakteri dapat ditemukan dalam biofilm plak yang sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan eksternal dimana pejamu merupakan perantaranya. Kesehatan
periodonsium merupakan suatu keseimbangan dimana populasi bakteri berdampingan
dengan pejamu tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki oleh pejamu
maupun bakteri tersebut. Terganggunya keseimbangan jaringan periodonsium
menyebabkan gangguan pada pejamu dan bakteri biofilm yang dapat mengakibatkan
kerusakan terutama pada jaringan ikat perodonsium.3
2.1.1 Struktur dan Komposisi Plak Dental
Plak dental tersusun dari mikroorganisme. Jumlah bakteri yang terkandung
dalam 1 gram plak yaitu sekitar 2 x 1011 bakteri. Dalam suatu studi penelitian,
ditemukan sekitar 500 spesies mikroba dalam dental plak. Terkadang, dapat ditemukan
mikroorganisme non-bakteri di dalam plak meliputi spesies Mycoplasma, protozoa, virus dan ragi. Mikroorganisme tersebut dapat diantara matriks intraseluler, yang juga
mengandung sedikit sel jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag dan leukosit.3
Terdapat sekitar 70-80% dari plak merupakan mikroba dan sisanya merupakan
terdiri atas materi organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkular,
produk bakteri. Bahan organiknya mencakup materi polisakarida, protein, glikoprotein
dan lemak. Glikoprotein dari saliva merupakan komponen penting dari pelikel yang
menempel pada permukaan gigi, dan juga terlibat dalam perkembangan biofilm plak.
Polisakarida yang diproduksi oleh bakteri terdiri dari dekstran dan albumin. Lemak
terdiri dari debris membran bakteri yang hancur, sel-sel pejamu dan kemungkinan
debris makanan. Sedangkan bahan anorganiknya mencakup kalsium, fosfor, sisa
magnesium, natrium, kalium dan fluorida.3
2.1.2 Proses Pembentukan Plak
Proses pembentukan plak dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Pembentukan pelikel
Beberapa detik setelah pembersihan gigi, pelikel akan terbentuk berupa lapisan
tipis dari protein saliva; sebagian besar glikoprotein, yang terdeposit pada permukaan
gigi atau permukaan keras lain di rongga mulut. Beberapa menit setelahnya, ditemukan
populasi bakteri pada pelikel tersebut. Sel-sel bakteri secara berkelanjutan ditransport
menuju lapisan pelikel yang menyelubungi gigi melalui saliva, berhubungan dengan
diet, atau kontak lain dengan lingkungan luar.13 Pelikel berfungsi sebagai penghalang
protektif, yang akan bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah pengeringan
jaringan. Selain itu, pelikel merupakan substrat kemana bakteri sekitarnya akan
melekat.3
b. Kolonisasi awal bakteri
Dalam waktu beberapa jam, bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan
gigi yang telah dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif
Gramm-positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkolonian awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesion, yaitu molekul spesifik yang
berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada
pelikel dental. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan
pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonialisasi dan pertumbuhan
yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif
Gramm positif menjadi lingkungan yang memiliki sedikit oksigen dimana yang
dominan adalah mikroorganisme anaerob Gramm negatif.3
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Kolonisasi sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut dalam kolonisasi
awal pada permukaan gigi bersih. Beberapa mikroorganisme tersebut adalah Prevotella intermedia, Prevotella leoscheii, Capnocytophaga sp., Fusobacterium nucleatum, dan
Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme tersebut melekat ke bakteri yang telah berada dalam massa plak. Kemampuan spesies yang berbeda dengan mikroorganisme
pada plak untuk melekatkan diri satu sama lain dinamakan koagregasi. Beberapa
contoh koagregasi pengkoloni sekunder ke pengkoloni awal terjadi antara
Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan
Actinomyces viscus dan Capnocytophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa koagregasi terjadi khususnya antar bakteri
Gramm positif yang berbeda dan antara bakteri Gramm positif dengan Gramm negatif.
Pada stadium akhir pembentukan plak, bakteri yang dominan melakukan koagregasi
adalah Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis.3
2.2 Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan suatu upaya pembuangan dental plak secara teratur
dan upaya pencegahan akumulasi plak pada gigi dan sekitar permukaan gingiva. Tanpa
prosedur kontrol plak secara teratur, akumulasi plak akan terjadi yang akan
mengakibatkan timbulnya penyakit periodontal. Kontrol plak yang teratur dan upaya
pembuangan plak sehari-hari dapat mengurangi plak supragingiva, mengurangi
sejumlah bakteri yang ada di poket periodontal dan sangat bermanfaat dalam
mengurangi sejumlah bakteri plak subgingiva, seperti Porphyromonas gingivalis. Oleh karena itu, kontrol plak merupakan suatu cara yang efektif untuk merawat dan
sekaligus mencegah penyakit periodontal.14
Kontrol plak dapat dibagi dalam dua cara, yaitu secara mekanis dan kimiawi.
dalam bidang periodonsia, baik dilakukan oleh personal maupun profesional. Kontrol
plak secara mekanis dapat berupa tindakan penyikatan gigi dan pembersihan
interdental. Kontrol plak secara kimiawi umumnya dilakukan sebagai penunjang
setelah dilakukan kontrol plak secara mekanis untuk mengoptimalkan pembuangan
plak. Bentuk kontrol plak secara kimiawi yaitu penggunaan obat kumur.15
2.3 Obat Kumur
Sebagai upaya tambahan dalam membersihkan plak pada permukaan gigi, perlu
dilakukan penggunaan obat kumur. Obat kumur merupakan bahan kimia yang dapat
membunuh mikroorganisme atau mengganggu kolonisasi bakteri di permukaan gigi.
Bahan kimia ini efektif sebagai bahan anti plak dan anti bakteri. Bahan aktif yang
terdapat dalam obat kumur dapat dikelompokkan menjadi bisguanida, senyawa amoniak, senyawa fenol, antiseptik dan ekstrak herbal.5
American Dental Association (ADA) juga telah menganjurkan kontrol plak yang harus dievaluasi dan bisa memperbaiki kesehatan periodontal. Sekarang ini, ADA
telah merekomendasi 2 agen sebagai perawatan gingivitis yaitu obat kumur
klorheksidin dan obat kumur minyak atsiri ataupun ekstrak herbal lainnya.14
2.3.1 Klorheksidin
Klorheksidin merupakan agen kontrol plak yang menunjukkan hasil terbaik
yang memiliki efek antiseptik. Suatu studi klinis dalam jangka waktu beberapa bulan
melaporkan klorheksidin mengurangi plak dari 45% menjadi 61% dan mengurangi
gingivitis dari 27% menjadi 67%.13 Diglukonat klorheksidin 0,12% merupakan
konsentrasi yang efektif dalam mengurangi plak dan juga penyakit gingivitis. Akan
tetapi, klorheksidin memiliki efek samping yaitu peningkatan derajat stein pada
permukaan gigi, lidah dan juga pada bahan tambalan.14,16 Akibat efek samping tersebut,
para peneliti mulai banyak melakukan penelitian untuk mencari bahan lain sebagai
2.3.2 Ekstrak Herbal
Pemanfaatan bahan herbal sebagai komponen aktif mulai dikembangkan dalam
kedokteran gigi seiring semangat back to nature saat ini. Bahan herbal dianggap masyarakat relatif lebih aman dibanding bahan sintetis.17 Banyak penelitian yang telah
menunjukkan efek dari penggunaan ekstrak obat kumur herbal, seperti Cinnamon, Capparis spinosa, Quereucus infectoria, Myrtus communis, Sanguinaria dan lain-lain dalam mencegah akumulasi olak dental dan mengurangi inflamasi pada gingiva.
Penggunaan tanaman tertentu pada obat kumur dilakukan karena efektivitas anti
bakterinya yang telah terbukti dan serta dengan beberapa alasan seperti aroma dan
rasa.18
2.4. Kapulaga
Kapulaga (Elettaria cardamomum) merupakan salah satu jenis tanaman rempah-rempah yang dapat digunakan sebagai obat.19 Kapulaga dikenal sebagai ratu
dari segala rempah-rempah atau yang sering disebut dengan “Queen of all spices.”Biji kapulaga mengandung volatile oil yang digunakan sebagai perasa kue, kari, roti, kopi dan berbagai aneka masakan lainnya.12 Kapulaga juga dikenal dengan nama latin
Amomum cardamomum Willd, Amomum kapulaga Sprague, Amomum compactum
Solad ex Maton, Alpinia striata Horst, Cardamomum minum Rumph dan Elettaria major Smith.20
Kapulaga memiliki banyak khasiat sebagai obat-obatan tradisional untuk
mengatasi gangguan pada pencernaan, pernafasan dan saraf. Studi menunjukkan bahwa
kapulaga juga memiliki sifat anti kanker dan anti mikroba. Di India, kapulaga
digunakan sebagai obat asma, bronkhitis, batu ginjal dan anorexia.21
2.4.1 Klasifikasi
Taksonomi dari tanaman kapulaga (kapol) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Elettaria
Spesies : E. cardamomum20
Gambar 1. Elettaria cardamomum21
2.4.2 Distribusi
Tanaman ini tumbuh liar di hutan primer dan hutan jati, di daerah pegunungan
yang rendah dan tanahnya agak basah, bercurah hujan tinggi, atau di daerah yang
selalu berawan, pada ketinggian 200-1000m di atas permukaan laut. Tanaman ini tersebar hampir di seluruh Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sumatera Selatan.
Selain di Indonesia, kapulaga banyak ditemukan di Sri Lanka, India, Guatemala,
Tanzania, Papua Nugini dan Malabar.20
2.4.3 Kandungan
Kapulaga mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol,
terpineol dan borneol. Disamping itu buah kapulaga banyak mengandung saponin,
flavonoid, tanin, senyawa-senyawa polifenol, alkaloid, mangan, pati, gula, lemak,
tahun 2013, kapulaga juga mengandung terpenoid yang berfungsi sebagai bahan anti
bakteri.22
Saponin memiliki sifat anti mikroba dengan cara merusak protein dan enzim
tertentu dari sel bakteri.10 Flavonoid dan tanin dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan karbohidrat dan protein melalui penghambatan beberapa enzim dalam sel
sehingga mengahambat pertumbuhan mikroorganisme bakteri patogen. 10,22,23
Flavonoid juga menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara denaturasi dan
koagulasi protein sel bakteri. Tanin memiliki daya antibakteri dengan cara
mengkerutkan dinding sel dan membran sel bakteri. Akibat terganggunya
permeabilitas, bakteri tidak dapat melakukan aktivitas hidupnya sehingga
pertumbuhannya terhambat atau lama kelamaan akan mati.24 Senyawa polifenol atau
fenol mempunyai kemampuan untuk mengikat protein dari bakteri pathogen sehingga
merusak struktur sel dan mendenaturasi protein dari bakteri itu sendiri. Senyawa fenol
juga menghambat metabolisme biosintesis protein dengan cara merusak asam nukleat
bakteri.22 Alkaloid efektif membunuh mikroorganisme karena kemampuannya melekat
pada dinding sel dan DNA bakteri. Terpenoid berfungsi sebagai penghancur dinding
sel bakteri.23 Terpenoid yang bersifat lipofilik dapat mengganggu permeabilitas
membran sel bakteri dengan mengikat senyawa fosfolipid pada membrane sel sehingga
mengurangi permeabilitas membran. Berkurangnya permeabilitas membrane dapat
menyebabkan kebocoran sehingga komponen penting di dalam sel seperti protein,
asam nukleat, nukleotida dan sebagainya dapat mengalir keluar sel bakteri. Hal ini
mengakibatkan terhambatnya aktivitas hidup dan pertumbuhan bakteri atau bahkan
2.5 Kerangka Teori
Plak
Kontrol plak
Mekanis Kimiawi
Sikat gigi Pembersih interdental Obat kumur Pasta gigi
Ekstrak kapulaga 2,5% Klorheksidin 0,12%
Akumulasi plak menurun
2.6 Kerangka Konsep
Variabel bebas
1. Obat kumur ekstrak
kapulaga 2,5%
2. Obat kumur klorheksidin
0,12%
Variabel terikat :
Indeks plak Loe and Silness
Variabel terkendali 1. Volume obat kumur
2. Frekwensi dan lamanya berkumur
3. Waktu dan frekwensi menyikat gigi
4. Jenis sikat gigi dan pasta gigi
Variabel tidak terkendali 1. Diet
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak
kapulaga dalam bentuk obat kumur dengan konsentrasi 2,5% efektif dalam
menghambat pembentukan plak. Hal tersebut juga berlaku pada klorheksidin 0,12%
yang telah terbukti secara statistik mampu menghambat pembentukan plak. Namun,
perbedaan efektivitas obat kumur ekstrak kapulaga 2,5% dibanding dengan
klorheksidin 0,12% terhadap akumulasi plak tidak bermakna secara signifikan.
6.2 Saran
Dalam penggunaan obat kumur ekstrak kapulaga 2,5%, subjek penelitian
mengeluhkan adanya rasa kurang enak berupa rasa pahit. Karena itu, untuk penelitian
lanjutan diperlukan adanya penambahan bahan-bahan lain agar rasa obat kumur
menjadi lebih enak. Sehingga dalam penggunaannya, sampel penelitian bisa lebih
kooperatif.
Pada penelitan ini, hanya digunakan satu jenis konsentrasi ekstrak yaitu 2,5%
saja sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui konsentrasi
kapulaga yang optimal dalam menurunkan akumulasi plak. Dalam penelitian
selanjutnya, juga perlu dilakukan penambahan sampel penelitian untuk lebih
DAFTAR PUSTAKA
1. Lumentut RAN, Gunawan PN, Mintjelungan CN. Status periodontal dan kebutuhan
perawatan pada usia lanjut. Jurnal e-GiGi (eG) 2013; 1 (2): 79-83.
2. Wahyukundari MA. Perbedaan kadar matriks metalloproteinase-8 setelah skeling
dan pemberian tetrasiklin pada penderita periodontitis kronis. J PDGI 2009; 58 (1):
1-6.
3. Haake KS, et al. Periodontal microbiology, in: Carranza FA (eds), Clinical
periodontology, ed. 9. Philadelphia: WB Saunders Company, 2002: 97-100.
4. Pannuti, Matos. Clinical effect of a herbal dentrifice on the control of plaque and
gingivitis. Brazilia: Pesqui Odontol Bras. 2003; 17(4): 314-8.
5. Rees T. Faktor penyerta penyakit: Silabus periodontal. Jakarta: EGC, 2005: 74-82.
6. Pistorius A, Willershausen B, Steinmeier EM and Kreisler M. Efficacy of
subgingival irrigation using herbal extract on gingival inflamation. J Periodontal
2003; 74: 616–22.
7. Orisatoki RO, Oguntibeju OO. The role of herbal medicine use in HIV/AIDS
treatment. IMedPub Journals 2010; 1 (3).
8. Kamboj V. Herbal medicine. Curr Sci 2000; 70 (1): 35-9.
9. Hero F, Akrayi S. Antibacterial effect of seed extracts of Cardamom (Elettaria cardamomum) against Staphylococcus aureus and Proteus mirabilis. Tikrit Journal of Pure Science 2012; 17 (2): 14-8.
11. Kaushik P, dkk. In vitro evaluation of antibacterial potential of dry fruit extracts of
Elettaria cardamomum Maton (Chhoti Elaichi). Iran J Pharm Res 2010; 9 (3): 287-92.
12. Aneja KR, Joshi R. Antimicrobial activity of Amomum subulatum and Elettaria cardamomum against dental caries causing microorganisms. Ethnobotanical Leaflets 2009; 13: 840-9.
13. Loomer PM. Microbiology of periodontal disease, in: Perry DA, Beemsterboer PL.
Periodontology dental hygienist. ed. 3, Missouri: Saunders, 2007: 63, 66-71.
14. Perry, DA. Plaque control for the periodontal patient, in: Carranza FA (eds),
Clinical periodontology, ed. 9. Philadelphia: WB Saunders Company, 2002: 651-2,
666.
15. Perry DA, Beemsterboer PL. Plaque and disease control for the periodontal patient,
in: Perry DA, Beemsterboer PL. Periodontology dental hygienist. ed. 3, Missouri:
Saunders, 2007: 236-51.
16. Malthora R, Grover V, Kapour A, Saxena D. Comparison of the effectiveness of a commercially available herbal mouthrinses with clorheksidine gluconateat the clinical and patient level. Journal of Indian Society of Periodontology 2011; 15 (4): 349-52.
17. Najib MA, Permana HJ, Fathur Rizqi. Potensi enzim bromelain pada bonggol nanas
(Ananas comosus) sebagai bahan anti plak dalam pasta gigi. BIMKGI No.1 2013; 2: 16-22.
18. Asadorian J. CDHA position paper on commercially available, over the counter oral rinsing products. CJDH 2006; 40: 1-13.
19. Duke JA. CRC handbook of medicinal spices. London: CRC press, 2002: 164.
20. Sinaga E. Amomum cardamomum Willd. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS/ P3TO UNAS. 2007.
21. Aneja KR. Antimicrobial potential of fruit extracts of Elettaria cardamomum Maton
(Chhoti Elaichi) against the pathogens causing ear infection. Pharmacologyonline 2010; 3:
750-6.
22. Shetty P, Rao SN, Mega RN. Preliminary phytochemical screening of ethanolic
23. Tiwari P, Kumar B, Mandeep K, Gurpeet K, Harleen K. Phytochemical screening
and extraction: a review. Internationale Pharmaceutica Sciencia 2011; 1(1): 98-106.
24. Fadillah R, Handajani J, Haniastuti T. Ekstrak daun jambu mete konsentrasi 105
yang dikumurkan dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans saliva. Dentika Dent J 2010; 15 (2): 141-4.
25. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
2002: 165-6.
26. Dumitrescu AL. Understanding Periodontal Research. Heidelberg: Springer, 2012:
543-4.
27. Mangundjaja S, Pratiwi T, Sutadi H. Effectiveness of chlorheksidin mouthwash on
caries activity levels of mutans streptococci in plaque. Dent. J 2001; 34 (3a): 1-5. 28. Southern EN, dkk. The comparative effect of 0,12% chlorheksidine and herbal oral
rinse on dental plaque-induced gingivitis. Journal of Dental Hygiene 2006; 80(1):
1-9.
29. Suseno TIP, Fibria N, Kusumawaty N. Pengaruh penggantian sirup glukosa dengan
sirup sorbitol dan penggantian butter dengan salatrim terhadap sifat fisikokimia dan