ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL
DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT
TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR
BADAN AIR KHUSUSNYA AIR SUNGAI
TUGAS AKHIR
OLEH:
ASRI SARASWATY
NIM 112410063
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT TRSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED
SOLID) PADA AIR BADAN AIR KHUSUSNYA AIR SUNGAI
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ASRI SARASWATY
NIM 112410063
Medan, Juni 2014
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
NIP 195112231980032002
Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt.
Disahkan Oleh: Dekan,
NIP 195311281983031002
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Analisi Total Zat Padat Terlarut (Total
Dissolved Soid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) pada Air
Badan Air Khususnya Air Sungai”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk dapar menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selama penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bimbingan
dan dukungan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana
mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silahahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi
4. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., selaku Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan dan Staf Laboratorium Kimia di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Medan.
5. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang telah
memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal akademis setiap
semester.
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Sahabat-sahabatku Anggun, Dini, Kiki, Alfia, Dian Sally, Dwi, Syilvi, Yaya,
Irma, Sakinah, Uci, Liza, Ola, Zahra yang telah memberikan semangat dan
dukungan.
8. Teman-teman mahasiswa Analisa Farmasi dan Makanan stambuk 2011 yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan
mereka.
Teristimewa, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Suhariono dan Ibunda Yusnawati Damanik yang telah membesarkan
dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta dari kecil hingga saat
ini, memberikan motivasi dan restu rasa materi yang tak ternilai harganya dengan
apapun beserta adik-adikku, Afif Fiqri Naufal dan Annisa Fadiah dan yang selalu
memberikan dukungannya Alfi Bayu Rabani.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan
mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat semua pihak yang memerlukan. Amin.
Medan, Juni 2014
Penulis,
Analisa Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Total Zat Paat Tersuspensi (Total Suspended Solid) pada Air Badan Air Khususnya Air
Sungai
Abstrak
Total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yang terdapat pada air sungai, sedangkan total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan ini untuk mengetahui apakah air sungai yang dianalisis memenuhi standarisasi, sesuai dengan baku mutu PP Nomor 82 Tahun 2001.
Analisis total zat padat terlarut dilakukan dengan meggunakan TDS meter. Sedangkan analisis total zat padat tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
Hasil analisis total zat padat terlarut adalah 4 mg/l dan 2 mg/l dan hasil analisis total zat padat tersuspensi adalah 12 mg/l dan 27,66 mg/l, hasil yang diperoleh memenuhi syarat baku mutu PP Nomor 82 Tahun 2001.
Analysis of Total Dissolved Solids (Total Dissolved Solid) and Total Suspended Solids (Total Suspended Solid) Body Water Particularly in River
Water
Abstrac
Total dissolved solids ( Total Dissolved Solid ) is a measure of the solute( both organic and inorganic , for example : salt , etc.) contained in the river water. The total suspended solids (Total Suspended Solid) are solids that are in suspension , can be distinguished according to their size as suspended colloidal particles (colloidal particles) and particles suspended regular (suspended particles). The purpose of to determine whether the water meets the river that were analyzed in accordance with the quality standards established by PP No. 82 of 2001.
Analysis of total dissolved solids is done by using a TDS meter . While the analysis of total suspended solids carried by the gravimetric method performed repeatedly until a constant weight or to change less than 4 % of the previous weighing or less than 0.5 mg .
The results of the analysis of total dissolved solids is 4 mg / l and 2 mg / l and the results of the analysis total suspended solids is 12 mg / l and 27.66 mg / l, results are eligible quality standards established by PP No. 82 of 2001.
DAFTAR ISI
2.1.4 Pengendalian Pencemaran Air Sungai ... 8
2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) ... 9
2.3. Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) ... 11
BAB III METODE PENGUJIAN ... 15
3.3.1 Prosedur Analisa Total Zat Padat Terlarut ... 16
3.3.2 Prosedur Analisa Total Zat Padat Tersuspensi ... 16
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sangat dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah besar, kekurangan air
yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat mengakibatkan bahaya fatal bagi
makhluk hidup. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan pertambahan
penduduk. Dibeberapa daerah dapat terjadi kasus-kasus penyakit seperti kolera
yang disebabkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi bakteri. Kualitas air
merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air
dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat (Situmorang,
2007).
Sungai sebagai sumber air yang merupakan salah satu sumber daya alam
berfungsi serbaguna bagi kehidupan dan penghidupan makhluk hidup. Air
merupakan segalanya dalam kehidupan ini yang fungsinya tidak dapat digantikan
dengan zat atau benda lainnya, namun dapat pula sebaliknya, apabila air tidak
dijaga nilainya akan sangat membahayakan dalam kehidupan, akibatnya sungai
harus selalu berada pada kondisi yang baik dengan cara dilindungi dan dijaga
kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya dan dikendalikan daya
rusaknya terhadap lingkungan (Subagyo, 1992).
Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang
sebenarnya harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang
dengan tepat maka analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis
toksisitas yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis
kimia dilakukan untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifikasi yang
menyebabkan bahaya di dalam air (Situmorang, 2007).
Dalam air sungai ditemukan zat padat secara umum diklasifikasikan
kedalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Berdasarkan hal diatas maka dipilihlah judul tentang “Analisis Total Zat Padat
Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) pada Air Badan Air Khususnya Air Sungai” karena analisis
tersebut sangat penting untuk menilai kualitas air sungai.
1.2 Tujuan Dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari analisis total zat padat terlarut dan total zat padat
tersuspensi adalah:
1. Analisis total zat padat terlarut bertujuan untuk mengetahui ukuran zat
terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat didalam suatu
larutan.
2. Analisis total zat padat tersuspensi bertujuan untuk mengetahui jumlah berat
dalam mg/l lumpur kering yang ada didalam air sungai setelah mengalami
3. Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bertujuan untuk
mengetahui apakah air sungai yang diperiksa memenuhi persyaratan yang
sesuai dengan PP Nomor 82 Tahun 2001.
1.2.2 Manfaat
Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bermanfaat
untuk menambah wawasan dari penulisan agar dapat mengetahui cara
menganalisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi pada air badan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Sungai
Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke
tempat-tempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan
akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau ke laut. Suatu alur yang
panjang diatas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan
disebut alur sungai. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran air ini disebut alur
sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut
sungai atau air badan air (Sosrodarsono, 1985).
2.1.1 Sumber air sungai
Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai
sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa
(hujan), air permukaan dan air tanah (Chandra, 2012).
Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,
komponen fisika kimia dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air
harus mencakup ketiga komponen tersebut (Effendi, 2003).
2.1.1.1 Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme dan gas,
misalnya karbon dioksida, nitrogen dan ammonia (Chandra, 2012).
2.1.1.2 Air Permukaan
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (suface water) dan
air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau,
waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah.
Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau
drainage basins. Air yang mengalir dari suatu daratan menuju badan air disebut
limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai menuju laut
disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai
berasal dari hujan, pencairan es/salju dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah
disekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin
(Effendi, 2003).
2.1.1.3 Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi
secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam
perjalannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih
murni dibandingkan air permukaan (Chandra, 2012).
Air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami
proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia
sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Air tanah juga memiliki
mengandung zat-zat mineral seperti magnesium, kalsium dan logam berat
misalnya besi dapat menyebabkan kesadahan air. Untuk menghisap dan
mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa (Chandra, 2012).
2.1.2 Peranan air dalam kehidupan
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga dipergunakan
untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar
rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam
kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain (Chandra, 2012).
Makhluk hidup yang ada di bumi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan
air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Tidak akan
ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat
didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk
keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan
pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 1995).
2.1.3 Pencemaran air sungai
Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan
turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan kegunaannya, yang dimaksud dengan tingkat tertentu
ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air. Penetapan baku mutu air
selain didasarkan pada kegunaannya (Designated benefical water uses), juga
didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu
daerah dengan daerah lainnya, oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan
pendekatan golongan kegunaannya perlu disesuaikan dengan menerapkan
pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dengan ditetapkannya baku mutu
air pada sumber air dan memperhatikan kondisi air akan dapat dihitung berapa
beban pencemar yang dapat ditenggang oleh air penerima sehingga sesuai dengan
baku mutu air dan tetap berfungsi sesuai dengan kegunaannya. Kualitas air pada
dasarnya dapat dilakukan dengan pengujian untuk membuktikan apakah air itu
layak dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus
dipenuhi telah ditentukan oleh standar Internasional, standar Nasional, maupun
standar perusahaan.
Di dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang kualitas dan pengendalian pencemaran air disebutkan bahwa mutu air
telah diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yang terdiri dari :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegiatan tersebut.
2. Kelas dua, air yang diperuntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanian, dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
3. Kelas tiga, yang diperuntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan peruntukan lain yang
persyaratan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, air yang diperuntukannya lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.1.4 Pengendalian pencemaran air sungai
Sungai sebagai sumber air, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan
pembangunan nasional. Sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk
menghubungkan wilayah satu dengan lainnya. Pemerintah memperhatikan
manfaatnya sungai yang tidak kecil dalam kehidupan, maka untuk pelestariannya
dipandang perlu melakukan pengaturan mengenai sungai yang meliputi
perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai dari segala
bentuk pencemaran yang berakibat rusaknya dan tidak berfungsinya kembali
sungai yang tidak sesuai dengan kualitas sebenarnya (Subagyo, 1992).
Air atau sungai dapat merupakan sumber malapetaka apabila tidak dijaga,
baik dari segi manfaatnya maupun pengamanannya. Dengan tercemarnya air oleh
zat-zat kimia selain mematikan kehidupan yang ada disekitarnya juga merusak
lingkungan dan apabila dari segi pengamanan tidak dilakukan pengawasan atau
tanggul-tanggul tidak memenuhi persyaratan dapat mengakibatkan banjir, tanah
Penggunaan sungai ini disesuaikan dengan kualitas air sungainya yaitu
dengan melihat komposisi zat-zat kimia yang ada di dalam air tersebut. Mengingat
air itu semakin langka karena rusaknya sumber-sumber air sebagai akibat tidak
terkendalinya pemanfaatan air melalui sumur-sumur artesis sehingga pencemaran
dalam bentuk perembesan air laut terjadi dikawasan yang tidak jauh dengan
daerah lautan. Untuk penggunaan/pengelolaannya dilakukan dengan monitoring
Pemerintah atau melalui pejabat yang ditunjuk. Sungai dengan segala bentuknya
merupakan tulang punggung kehidupan sehingga pemanfaatannya secara
terkoordinir, pencemaran terhadap air tersebut akan membawa dampak yang lebih
luas mengingat antara lain perikanan, peternakan, pertanian sangat
menggantungkan sekali air sungai, maka dengan kewaspadaan Pemerintah
melakukan pemantauan kualitas air limbah melalui program kali bersih
(PROKASIH) (Subagyo, 1992).
2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid)
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai Total Dissolved Solid
(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di
dalam air, sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun
hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam, kelihatan keruh yang
disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi di dalam air, sedangkan pada musim
kemarau, air kelihatan berwarna hijau. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam
keadaan normal sangat rendah, sehingga tidak kelihatan oleh mata telanjang
Endapan dan koloidal serta bahan terlarut berasal dari adanya bahan
buangan industri yang berbentuk padat. Bahan buangan ini kalau tidak dapat larut
sempurna akan mengendap di dasar sungai dan yang dapat larut sebagian akan
menjadi koloidal. Endapan dan koloidal yang melayang di dalam air akan
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air. Padahal sinar
matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan proses
fotosintesis, apabila sinar matahari tidak ada maka proses fotosintesis tidak dapat
berlangsung, akibatnya kehidupan mikroorganisme jadi terganggu (Wardhana,
1995).
TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik dan gas terlarut.
Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula, akibatnya efek TDS
ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab
masalah tersebut (Slamet, 1994).
Zat padat terlarut di dalam air perlu diketahui untuk mengetahui
produktivitas air, karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat
ditentukan oleh kelarutan zat padat di dalamanya. Produktivitas air akan tinggi
terhadap kehidupan organisme seperti tumbuhan dan mikroba apabila zat padat
terlarut tersebut berupa nutrien berarti mempunyai daya dukung rendah terhadap
organisme disebut oligotrofik (Situmorang, 2007).
Zat padat didalam air juga merupakan indikasi ketidak normalan air, yaitu
terjadi penyimpangan air dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan keadaan
air ini paling banyak disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pembuangan
Dengan demikian kesadaran manusia terhadap lingkungan dapat mengurangi
kelarutan zat padat di dalam air (Situmorang, 2007).
Dalam kenyataan sesuatu molekul organis polimer tetap bersifat yang
terlarut, walaupun panjangnya lebih dari 10 µm sedangkan beberapa jenis zat
padat koloid mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat zat-zat yang terlarut
(Alearts, 1987).
Pengukuran zat padat terlarut dapat dilakukan secara percobaan di
laboratorium melalui penguapan air di dalam oven, kemudian mengukur berat
beker sebelum dan sesudah pengeringan air, dinyatakan sebagai total zat padat
terlarut yang dinyatakan sebagai mg per liter atau part permillion (ppm)
(Situmorang, 2007).
2.3 Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid)
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan pada
air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri
dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen,
misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan
sebagainya. Sebagai contoh, air permukaan mengandung tanah liat dalam bentuk
suspense dapat bertahan sampai berbulan-bulan, kecuali jika keseimbangannya
terganggu oleh zat-zat lain sehingga mengakibatkan terjadi penggumpalan,
TSS adalah zat-zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan
menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid dan partikel tersuspensi
biasa (Alearts, 1987).
Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air (efek
Tyndall) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus
suspensi tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual sedangkan
larutannya (tanpa partikel koloid) yang terdiri dari ion-ion dan moleku-molekul
tidak pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan yang
merupakan keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia. Partikel-partikel
tersuspensi biasa, mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat
menghalangi sinar yang akan menembus suspensi, sehingga suspensi tidak dapat
dikatakan keruh, karena sebenarnya air diantara partikel-partikel tersuspensi tidak
keruh dan sinar tidak menyimpang (Alearts, 1987).
Kekeruhan yang terjadi karena zat padat yang tersuspensi baik organik
maupun anorganik. Zat organik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam,
sedangkan yang organik biasanya berasal dari lapukan tanaman dan hewan.
Buangan industri dapat menjadi sumber utama kekeruhan. Zat organik dapat
menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangbiakan. Bakteri ini
merupakan zat organik tersuspensi sehingga pertumbuhannya akan menambah
pula kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindungi
oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan bila mikroba
Analisis padatan tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri. Analisis
gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan).
Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah
bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan
unsur atau gugus dari senyawa yang dianalsis menjadi senyawa lain yang murni
dan stabil sehingga dapat diketahui berat tetapnya (Rohman, 2007).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya
(Rohman, 2007).
Penentuan jumlah zat didasarkan pada penimbangan, dalam hal ini
penimbangan hasil reaksi setelah bahan yang dianalisa direaksikan. Hasil reaksi
ini dapat berupa sisa bahan, atau suatu gas yang terjadi atau suatu endapan yang
dibentuk dari bahan yang dianalisa itu. Berdasarkan macam hasil yang ditimbang
itu dibedakan cara-cara gravimetri: cara evolusi dan cara pengendapan (Harjadi,
1990).
Syarat-syarat endapan gravimetri yang perlu diperhatikan agar hasil
analisa dapat dianggap baik dan benar. Faktor-faktor tersebut adalah
kesempurnaan endapan, kemurnian endapan dan susunan endapan (Harjadi,
1990).
Menurut Harjadi (1990), kalau ketiga sifat endapan tersebut diatas
bersumber pada syarat-syarat teoritis, maka untuk mempermudah pembicaraan
diatas ketiga persoalan ini, sebaiknya kita tinjau proses analisa gravimetri. Proses
a. Melarutkan analit
b. Mengatur keadaan larutan, misalnya pH dan tempratur
c. Membentuk endapan
d. Menumbuhkan kristal-kristal endapan (digestion atau aging)
e. Menyaring dan mencuci endapan
f. Memanaskan atau memijarkan untuk memperoleh endapan kering dan
dengan susunan tertentu dan untuk menghilangkan kertas saring
g. Mendinginkan lalu menimbang endapan
Nilai TSS biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air dengan
volume tertentu, biasanya dalam ukuran liter, melalui sebuah filter dengan ukuran
pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan
dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami
pengeringan. Berat filter tersebut akan bertambah disebabkan oleh terdapatnya
partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang
tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan anorganik. Satuan TSS
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat
Analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) dan total zat padat
tersuspensi (Total Suspended Solid) dilakukan di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL-PP) Medan yang bertempat di
jalan Wahid Hasyim no. 15 Medan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah TDS meter, tisu, gelas ukur, beker gelas,
desikator yang berisi silika gel, oven dengan suhu 1030C s/d 1050C, neraca
analitik dengan ketelitian 0,1 mg, corong penyaring, Erlenmeyer, botol semprot,
pengaduk magnetik dan penjepit.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah air badan air dengan kode 395/K/ABA/02/2
014 (tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau) dan 432/K/ABA/02/2014 (agak
keruh, tidak berasa, tidak berbau), air suling, kertas saring dengan beberapa jenis
(whatman 934 AH dengan ukuran pori 1,5 µm, gelemen A/F dengan ukuran pori
3.3 Prosedur
3.3.1 Prosedur Analisis Total Zat Padat Terlarut
1. Dihidupkan alat TDS meter yang sudah dibilas dengan air suling dan
sampel
2. Dicelupkan alat TDS meter ke dalam gelas ukur yang berisi sampel
3. Ditunggu 2-5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil
4. Dicatat hasil tanpa mengangkat TDS meter dari permukaan sampel
5. Dimatikan TDS meter
6. Dibilas dengan air suling dan keringkan dengan kertas tisu
3.3.2 Prosedur Analisa Total Zat Padat Tersuspensi
A. Penimbangan kertas saring kosong
a. Diletakkan kertas saring diatas corong penyaring. Sebagai penampung
gunakan Erlenmeyer
b. Dibilas kertas saring tersebut dengan air suling sebanyak 20 ml
c. Dikeringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 1030C s/d 1050C
selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian
timbang
d. Diulangi langkah pada butir ke 3 sampai diperoleh berat konstan atau
sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya
atau lebih kecil dari 0,5 mg
B. Penimbangan residu tersuspensi
a. Disiapkan kertas saring yang sudah ditimbang tadi di atas corong
b. Dipipet 100 ml smapel, masukkan ke dalam gelas ukur lakukan
pengadukkan untuk mendapatkan sampel yang lebih homogen
c. Disaring sampel dan lakukan pembilasan dengan air suling sebanyak 10
ml dan lakukan 3 kali pembilasan
d. Dikeringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 1030C s/d 1050C
selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian
timbang
e. Diulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau
lebih kecil dari 0,5 mg
C. Perhitungan
TSS (mg/L) = (a−b) x 1000
Volume sampel
Dimana :
A = Berat kertas saring = residu kering (mg)
B = Berat kertas saring kosong (mg)
Catatan :
a. Jika penyaringan sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit,
perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume sampel
b. Jika berat kering residu kurang dari 2,5 mg, perbesar volume sampel sampai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari hasil analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) pada air
sungai dengan nomor kode 395/K/ABA/02/2014 dan 432/K/ABA/02/2014
menggunakan alat TDS meter diperoleh hasilnya 4 mg/l dan 2 mg/l, baku mutu
total zat padat terlarut menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 yaitu 1000 mg/l.
Hasil analisis total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) pada air
sungai dengan nomor kode 395/K/ABA/02/2014 dan 432/K/ABA/02/2014 dengan
menggunakan metode gravimetri diperoleh hasilnya 12 mg/l dan 27,66 mg/l, baku
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan total zat padat
terlarut pada Air Sungai masih memenuhi syarat karena telah melebihi baku mutu
sesuai dengan ketentuan PP Nomor 82 Tanggal 14 Desember Tahun 2001.
5.2 Saran
Sebelum melakukan analisa, harus memahami metode, prinsip kerja serta
prosedur analisa seperti saat menimbang kertas saring, memipet sampel, serta
mengaduk sampel sampai homogen. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan saat melakukan analisa Total Dissolved Solid (TDS) dan Total
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. (1984).Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Offset Printing. Halaman 131.
Chandra, B. (2012). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 39-41.
Effendi, H. (2003).Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan,Yogyakarta: Kanisius. Halaman
Fardiaz, S. (1992).Polusi air dan Udara.Bogor: Kanisius. Halaman 26.
Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia. Halaman 85.
Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 58-59.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 91, 97-111.
Ryadi, S. (1984). Dasar-dasar dan Pokok-pokok Pencemaran Air dan Penanggulangannya. Surabaya: Karya Anda. Halaman 11-12.
Situmorang, M. (2007).Kimia Lingkungan. Medan: Universitas Negeri Medan. Halaman 36, 47.
Slamet, J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Uiversitas Gajah Mada Press. Halaman 46.
Sosrodarsono, S. (1985). Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Halaman 1.
Subagyo, J. (1992). Hukum Lingkungan Masalah dan Penanggulangannya.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 38-40.
Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Andi. Halaman 314.
Lampiran 1
Hasil Analisa Metode/Alat
395/K/ABA
A = berat kertas saring ditambah residu kering (mg)
B = berat kertas saring kosong (mg)
Sampel : 395/K/ABA/02/2014
TSS (mg/L) =(111,53−110,33) x 1000
TSS (mg/L) =(1,2) x 1000
100 ml
TSS = 12 mg/l
Sampel : 432/K/ABA/02/2014
TSS (mg/L) =(113,56−110,8) x 1000
100 ml
TSS (mg/L) =(2,76) x 1000
100 ml
Lampiran 2
Gambar 1 Alat TDS meter
Lampiran 2 lanjutan
LAMPIRAN: PP NO 82
Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
sebagai MBAS Senyawa Fenol
sebagai fenol ug/L 1 1 1 (-) BHC ug/L 210 210 210 (-) Aldrin/Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-) Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-) DDT ug/L 2 2 2 2
FISIKA
Heptachlor dan heptachlor
Keterangan :
MBAS = Methyn Blue Active Substance ABAM = Air Baku Untuk Air Minum Logam berat merupaka logam terlarut
Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum.
Nilai DO merupakan batas minimum.
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan.
Tanda < adalah lebih kecil atau sama dengan Tanda < adalah lebih kecil
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan Perundang-undangan,
ttd