• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) Dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED

SOLID) PADA AIR LIMBAH INDUSTRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

INDIRA ADLINA HARAHAP NIM 092410021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR LIMBAH INDUSTRI”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak

antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh

(4)

4. Bapak Erlan Aritonang, S. Si, M.Si., beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai

Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP)

Medan.

5. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., sebagai Dosen Penasehat

Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis

dalam hal Akademis setiap semester.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi

dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Seluruh pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan

Penaykit (BTKL PP) yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

8. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling

bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka, khususnya buat

Kresensia Desi, Sri Hartaty Hutabarat, Pebrina Harianja, Nia Syofyasti

Matondang, Sri Rahayu, dan James Alexander.

9. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2009 semuanya tanpa

terkecuali, adik – adik stambuk 2010 dan 2011 yang tidak disebutkan

namanya, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta

masukan dalam penyusunan tugas akhir ini

Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ayahanda Alm. Akmiluddin Harahap dan Ibunda

(5)

sayang dan cinta dari kecil hingga saat ini memberikan motivasi dan restu serta

materi yang tak ternilai harganya dengan apapun.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan

mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat

memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Mei 2012

Penulis,

(6)

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissloved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri

Abstrak

Total zat padat terlarut (Total Dissloved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yag terdapat pada air limbah. Sedangkan total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air limbah industri yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan Kep-51/Menlh/10/1995.

Analisis total zat padat terlarut dilakukan dengan menggunakan TDS meter. Sedangkan analisis total zat padat tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

Hasil analisis total zat padat terlarut adalah 18700 mg/l dan 7120 mg/l dimana tidak sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan oleh KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Sedangkan hasil analisis total zat padat tersuspensi adalah 81 mg/l dan 80 mg/l, hasil tersebut masih memenuhi syarat baku mutu KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 yaitu 200 mg/l.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah ... 4

2.1.1 Sumber Air Limbah ... 5

2.1.2 Komposisi Air Limbah ... 7

2.1.3 Tujuan Pengolahan Air Limbah ... 7

2.1.4 Dampak Buruk Air Limbah ... 8

(8)

2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) ... 11

2.3 Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) ... 14

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat ... 18

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 18

3.2.1 Sampel ... 17

3.2.2 Alat ... 18

3.2.3 Bahan ... 18

3.3 Prosedur ... 19

3.3.1 Prosedur Analisis Total Zat Padat Terlarut ... 19

3.3.2 Prosedur Analisis Total Zat Padat Tersuspensi ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Total Zat Padat Terlarut ... 21

4.2 Total Zat Padat Tersuspensi ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 22

5.2 Saran ... 22

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel Data Analisa ... 25

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ... 25

Lampiran 2 ... 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.2 ... 7

Gambar 2.2 ... 13

Gambar 1. Alat TDS meter ... 27

(12)

Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissloved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri

Abstrak

Total zat padat terlarut (Total Dissloved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yag terdapat pada air limbah. Sedangkan total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air limbah industri yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan Kep-51/Menlh/10/1995.

Analisis total zat padat terlarut dilakukan dengan menggunakan TDS meter. Sedangkan analisis total zat padat tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

Hasil analisis total zat padat terlarut adalah 18700 mg/l dan 7120 mg/l dimana tidak sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan oleh KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Sedangkan hasil analisis total zat padat tersuspensi adalah 81 mg/l dan 80 mg/l, hasil tersebut masih memenuhi syarat baku mutu KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 yaitu 200 mg/l.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air sangat dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah besar, kekurangan air yang

disebabkan oleh perubahan iklim dapat mengakibatkan bahaya yang fatal bagi

makhluk hidup. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan pertambahan

penduduk. Dibeberapa daerah (tempat) dapat terjadi kasus-kasus penyakit seperti

kolera yang disebabkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi bakteri. Kualitas

air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air

dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat (Situmorang,

2007).

Pencemaran air dapat menjadi semakin luas, tergantung dari kemampuan badan

air penerima polutan untuk mengarangi kadar polutan secara alami. Apabila

kemampuan badan air tersebut rendah dalam mereduksi kadar polutan, maka akan

terjadi akumulasi polutan dalam air sehingga badan air akan menjadi tropik

(Kodoatie, 2005).

Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah

industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan

pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas

yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus

mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang kembali

(14)

Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang sebenarnya

harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang terdapat di dalam

air dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kualitas air dengan tepat maka

analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis toksisitas yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis kimia

dilakukan untuk mengetahui zat kimia atau jenis zat kimia di dalam air secara

umum untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan bahaya

di dalam air (Situmorang, 2007).

Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan ke

dalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.

Berdasarkan hal diatas maka dipilihlah judul tentang ”Analisis Total Zat Padat

Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total

Suspended Solid) pada air limbah” karena analisis tersebut sangat penting untuk

menilai kualitas air limbah.

1.2 Tujuan Dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari analisis total zat padat terlarut dan total zat padat

tersuspensi adalah:

− Analisis total zat padat terlarut bertujuan untuk mengetahui ukuran zat

terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat di dalam

(15)

− Analisis total zat padat tersuspensi bertujuan untuk mengetahui jumlah

berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah

mengalami proses penyaringan.

− Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bertujuan

untuk mengetahui apakah air limbah industri yang diperiksa memenuhi

persyaratan yang sesuai dengan Kep-51/Menlh/10/1995.

1.2.2 Manfaat

Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bermanfaat

untuk menambah wawasan dari penulis agar dapat mengetahui cara menganalisis

total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi pada air limbah juga

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Limbah

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terjadi juga

peningkatan aktivitas manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia sendiri juga

dapat menyebabkan penurunan kualitas (mutu) air. Bila penurunan mutu air ini

tidak diminimalkan maka akan terjadi pencemaran air. Peraturan pemerintah RI

No. 82 tahun 2001 menyebutkan:

“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air

oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya” (Mulia, 2005).

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang

dibuang tanpa pengelolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari

suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari

rumah tangga (domestik) maupun industri (Mulia, 2005).

Limbah yang banyak dipermasalahkan adalah limbah industri karena

mengandung senyawa pencemaran yang dapat merusak lingkungan hidup. Industri

mempunyai potensi sebagai pembuat pencemaran karena adanya limbah yang

dihasilkan. Limbah tersebut mengandung senyawa organik dan anorganik dengan

(17)

Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang

berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat

menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia

(Palar, 2004).

Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi

tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses

industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak

tertinggi aliran selalu tidak akan dilewati apabila melewati tangki penahan dan

bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh

industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari.

Sebagai patokan dapat dipertimbangkan bahwa 85-95% dari jumlah air yang

dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut memanfaatkan

kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi ( Sugiharto, 1987).

2.1.1 Sumber limbah

Air limbah merupakan sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah

tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya

mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air

limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah

permukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air

(18)

Air limbah rumah tangga adalah air limbah yang tidak mengandung

ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci

pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen.

Violume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pemakaian air

penduduk setempat (Chandra, 2006).

Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara

langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung

dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses

produksi sedang berlangsung, dimana produksi dan limbah hadir pada saat yang

sama. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum maupun sesudah

proses produksi (Ginting, 2007).

Pencemaran yang diakibatkan dapat berakibat luas dan tergantung limbah,

jenis limbah, volume dan frekuensinya. Sifat-sifat limbah ada yang korosif,

oksidator, beracun dan iritasi. Limbah dalam volume yang kecil dengan frekuensi

yang terus-menerus akan mengakibatkan degradasi secara perlahan-lahan.

Sebaliknya limbah walaupun volumenya besar tidak memberi pengaruh yang

signifikan terjadi hanya sekali, hal ini tergantung pada jenis dan sifat limbah

tersebut, serta senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Perlakuan

terhadap limbah ditujukan untuk berbagai macam tujuan tergantung pada

teknologi pengolahan. Ada limbah yang diproses kembali untuk memperoleh

senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya, ada limbah yang diproses untuk

tujan menghilangkan senyawa-senyawa pencemaran sampai pada batas toleransi

(19)

2.1.2 Komposisi Air Limbah

Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah

mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat.

Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di air limbah data

dikelompokkan seperti pada skema berikut ini:

Protein (65%) Butiran

Karbohidrat (25%) Garam

Lemak (10%) Metal

Gambar 2.1.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air

limbah.

2.1.3 Tujuan Pengolahan Air Limbah

Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan sesuai

dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana

kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia

nilainya sebelum masuk system pengolahan dan setelah limbah keluar sistem

pengolahan harus ditetapkan nilai-nnilai parameter yang harus dicapai. Artinya

Bahan Padat (0,1%)

Organik Anorganik

Air (99,9%)

(20)

harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan

apakah limbah ini memenuhi syarat baku mutu (Ginting, 2007).

Menrut Azwar (1996), pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan

untuk:

1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya

penyakit. Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai

tempat berkembangbiaknya pelbagai macam bibit penyakit.

2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut

mengandung zat organis yang membahayakan kelangsungan hidup.

3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakain untuk keperluan hidup

sehari-hari, terutama jika sulit ditemukan air yang bersih.

2.1.4 Dampak Buruk Air Limbah

Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan batasan dari air limbah yang

merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan

benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air

limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah ini tidak

dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan

maupun terhadap kehidupan yang ada. Berikut beberapa dampak yang dapat

diakibatkan oleh pengolahan limbah yang tidak dikelola secara baik:

a. Ganguan kesehatan

Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan

(21)

limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang

dapat menimbulkan gangguan kesehhatan bagi makhluk hidup yang

mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan

baik juga dapat menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk,

lalat, kecoa, dan lain-lain).

b. Penurunan kualitas lingkungan

Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai

dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut..

Adakalanya, air limbah juga dapat merembes dalam air tanah, sehingga

menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka

kualitasya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai

peruntukannya.

c. Gangguan terhadap keindahan

Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu

kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Kadang –

kadang air limbah daoat juga mengandung bahan-bahan yang bila

terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini

mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan

pada badan air tersebut.

d. Gangguan terhadap kerusakan benda

Adakalanya air limbah mengandung zat0zat yang dapat dikonversi

oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. gas ini

(22)

bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka

biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan

menimbulkan jerugia material.

Untuk menghidarkan terjadinya gangguan-ganguan diatas, air limbah yang

dialirkan ke lingkungan hatus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam

Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut,

maka perlu dilakukan pengelolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke

lingkungan. (Mulia, 2005).

2.1.5 Pengendalian Pencemaran Air Limbah

Pengendalian pencemaran adalah setiap usaha pengelolaan limbah yang

meliputi identifikasi sumber-sumber limbah, pemeriksaan konsentrasi bahan

pencemar yang terkandung di dalamnya serta jenis-jenis bahan pencemar dan

jangkauan serta tingkat bahaya pencemaran yang mungkin ditimbulkan.

Pengendalian pencemaran di Negara ini dilakukan melalui dua system yaitu

melalui analisa dampak lingkungan dan pemasangan instalasi pengolahan limbah

baik dalam lokasi pabrik maupun diluar lokasi. Pengendalian ini bertujuan untuk

menekan, mengurangi atau meniadakan dan mencegah zat-zat pencemar yang

terdapat pada limbah industri agar tidak memasuki lingkungan (Ginting, 2007).

Persoalan penting dalam limbah cair adalah bagaimana perusahaan industri

mengolah limbahnya sebelum dilakukan pembuangan dan kemana hasil olahan

tersebut di buang. Setelah adanya peraturan dan ketentuan tentang pengendalian

pencemaran maka perusahaan industri diwajibkan membuat instalasi pengolahan

(23)

menolak pembungan limbahnya ke tempat badan penerima. Sekalipun demikian

ada limbah yang memenuhi syarat padahal limbah yang dihasilkan terlihat keruh

atau berwarna. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa limbah tersebut

berada dalam ambang batas (Ginting, 2007).

2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid)

Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total Dissolved solid

(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di

dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun

hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh yang

disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi di dalam air, sedangkan pada musim

kemarau, air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air.

Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga

tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).

Total zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik

dan gas terlarut. Bila total zat padat terlarut bertambah maka kesadahan akan naik

pula. Selanjutnya efek padatan terlarut ataupun kesadahan terhadap kesehatan

tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Slamet, 1994).

Umumnya ion kalsium dan magnesium di dalam air yang akan

menyebabkan sifat kesadahan air. Bila air yang mempunyai tingkat kesadahan

yang terlalu tinggi dapat menimbulkan korosi pada benda-benda yang terbuat dari

logam, dan dapat menimbulkan endapan. Untuk itu maka, air yang akan

(24)

Zat padat terlarut di dalam air perlu diketahui untuk mengetahui

produktivitas air, karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat

ditentukan oleh kelarutan zat padat di dalamnya. Produktivitas air akan tinggi

terhadap kehidupan organisme seperti tumbuhan dan mikroba apabila zat padat

terlarut tersebut berupa nutrient berupa posfat, nitrat, dsb, yang akan mendukung

kehidupan organisme, air ini disebut eutrofik, sedangkan air yang mengandung

sedikit zat padat terlarut berupa nutrient berarti mempunyai daya dukung rendah

terhadap organisme disebut oligotrofik (Situmorang, 2007).

Zat padat di dalam air juga merupakan indikasi ketidaknormalan air, yaitu

terjadi penyimpangan air dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan keadaan

air ini paling banyak disebabkan oleh kegiatan manusia seperti buangan berupa

limbah industri, kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, dll. Dengan

demikian kesadaran manusia terhadap lingkungan dapat mengurangi kelarutan zat

padat di dalam air (Situmorang, 2007).

Apabila bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan atau berat

jenis cairan akan naik. Adakalanya pelarutan bahan buangan padat di dalam air

akan disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan

pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.

Akibatnya, proses fotosintesis tanaman di dalam air akan menjadi terganggu.

Jumlah oksigen yang terlarut di dalam air juga akan berkurang. Hal ini sudah

barang tentu berakibat terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalam air.

Dari segi kesehatan, apabila air yang mengandung padatan terlarut terminum oleh

(25)

akan memberi rasa pada air seperti garam. Air yang teminum akan menyebabkan

akumulasi garam di dalam ginjal manusia dalam waktu lama yang akan

mempengaruhi fungsi fisiologis ginjal (Wardhana, 2004).

Pengukuran zat padat terlarut dapat dilakukan secara pecobaan di

laboratorium melalui penguapan air (pada volume tertentu) di dalam oven,

kemudian mengukur berat beker sebelum dan sesudah pengeringan air, dinyatakan

sebagai total zat padat terlarut yang dinyatakan sebagai mg per liter atau part

permillion (ppm) (Situmorang, 2007).

Adapun cara lain untuk pengukuran zat padat terlarut dengan TDS meter.

TDS meter adalah suatu alat teknologi yang digunakan untuk mengetahui jumlah

zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah

larutan,

Gambar 2.2 Cara kerja TDS meter

Keterangan:

(26)

a. Memberikan sumber tenaga AC konstan pada probe agar pada

larutan dapat terjadi aliran arus (sehingga dapat terukur

konduktansi atau resistansinya).

b. Mengkonversi nilai konduktansi menjadi tegangan.

- Sensor yang digunakan pada rangkaian ini adalah dua probe biasa

dengan jarak 1 cm yang fungsinya untuk mendapatkan nilai

konduktansi suatu larutan.

- Solution to be measured adalah larutan yang akan diukur kadar

TDS-nya.

- Micro Controller digunakan untuk mengubah nilai tegangan (analog)

yang dihasilkan Signa Prossecing menjadi nilai bit-bit (Digital) dan

mengkonversinya menjadi satuan TDS atau PPM.

- LCD (Liquid Crystal Display) digunakan untuk menampilkan output

Micro Controller sehingga dapat terbaca oleh user. (Sumber tegangan

yang digunakan pada rangkaian ini adalah +12V dan -12V)

2.3 Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid)

Padatan tersuspensi adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang

ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran

berukuran 0,45 mikron. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk

terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air,

(27)

organisme produsen. Suspended solid (material tersuspensi) dapat dibagi menjadi

zat padat dan koloid (Mulia, 2005).

Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada umumnya

terdiri dari protein, gangguan dan bakteri. Pengukuran konsentrasi

mikroorganisme dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi organik

sebagai padatan tersuspensi yang menguap pada temperature tertentu (Ginting,

2007).

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,

tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel

yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,

bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Azrul,

1996).

Kekeruhan yang terjadi karena zat padat yang tersuspensi baik organik

maupun anorganik . Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan

logam, sedangkan yang organik baiasanya berasal dari lapukan tanaman dan

hewan. Buangan industri dapat menjadi sumber utama kekeruhan. Zat organik

dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangbiakan. Bakteri

ini juga merupakan zat organik tersuspensi sehihingga pertambahannya akan

menambah pula kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba

terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan

bila mikroba itu patogen (Slamet, 1994).

Peningkatan kandungan padatan tersuspensi dalam air dapat

(28)

produktif menjadi turun. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam

analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi

kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan.

Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu

pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna

perairan (Situmorang, 2007).

Analisis padatan tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri. Analisis

gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan ).

Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang di analisis di pisahkan dari sejumlah

bahan yang di analisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan

unsur atau gugus dari senyawa yang di analisis menjadi senyawa lain yang murni

dan stabil, sehingga dapat diketahui berat tetapnya (Rohman, 2007).

Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan

yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya

(Rohman, 2007).

Tahap pengukuran dalam metode gravimetri adalah penimbangan.

Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu

maupun pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas

penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya

(Underwood, 1992).

Menurut Underwood (1992), persyaratan berikut yang harus dipenuhi agar

(29)

a. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit

yang tak-terendapkan secara analisis tak-dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg

atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).

b. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan

hendaknya murni atau hampir murni. Bila tidak , akan diperoleh hasil yang

tidak tepat.

Nilai TSS biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air dengan

volume tertentu, biasanya dalam ukuran liter, melalui sebuah filter dengan ukuran

pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan

dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami

pengeringan. Berat filter tersebut akan bertambah disebabkan oleh terdapatnya

partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang

tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS

(30)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat

Analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) dan total zat padat

tarsuspensi (Total Suspended Solid) dilakukan di Balai Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Medan yang bertempat di

Jln. Wahid Hasyim No. 15 Medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

Air limbah 1 (Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau) dan air limbah 2

(Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau)

3.2.2 Alat

TDS meter, tisu, gelas ukur, desikator yang berisi silika gel, oven untuk

pengoprasian pada suhu 103ºC s/d 105ºC, neraca analitik dengan ketelitian 0.1

mg, corong penyaring, gelas ukur, erlenmeyer, botol semprot, pengaduk magnetik

dan penjepit.

3.2.3 Bahan

Air limbah industri, air suling, kertas saring dengan beberapa jenis

(whatman 934 AH dengan ukuran pori 1.5 μm, gelman A/F dengan ukuran pori

(31)

3.3 Prosedur

3.3.1 Prosedur Analisis Total Zat Padat Terlarut

1. Hidupkan alat TDS meter yang sudah dibilas dengan air suling dan sampel

2. TDS meter dicelupkan ke dalam gelas ukur yang berisi sampel

3. Tunggu 2-5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil

4. Catat hasil tanpa mengangkat TDS meter dari permukaan sampel

5. Matikan TDS meter

6. Bilas dengan air suling dan keringkan dengan kertas tisu

3.3.2 Prosedur Analisa Total Zat Padat Tersuspensi A. Penimbangan kertas saring kosong

- Letakkan kertas saring diatas corong penyaring. Sebagai penampung

gunakan Erlenmeyer

- Bilas kertas saring tersebut dengan air suling sebanyak 20 ml

- Keringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103ºC s/d 105ºC

selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian

timbang

- Ulangi langkah pada butir ke 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai

perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau

lebih kecil dari 0.5 mg

B. Penimbangan residu tersuspensi

- Siapkan kertas saring yang sudah ditimbang tadi di atas corong penyaring.

(32)

- Pipet 100 ml sampel, masukkan ke dalam gelas ukur lakukan pengadukan

untuk mendapatkan sampel yang lebih homogeny

- Saring sampel dan lakukan pembilasan dengan air suling sebanyak 10 ml

dan lakukan 3 kali pembilasan

- Kerinkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103ºC s/d 105ºC

selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian

timbang.

- Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berta konstan atau sampi

perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimangan sebelumnya atau lebih

kecil dari 0.5 mg

C. Perhitungan

TSS (mg/L) =

Dimana :

A = berat kertas saring + residu kering (mg)

B = berat kertas saring kosong (mg)

Catatan :

a. Jika penyaringan sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit,

perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume sampel

b. Jika berat kering residu kurag dari 2.5 mg, perbesar volume sampel sampai

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Total Zat Padat Terlarut

Pada analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) digunakan alat

TDS meter. Dari hasil analisis pada air limbah 1 dan air limbah 2 diperoleh 18700

mg/l dan 7120 mg/l dimana baku mutu total zat padat terlarut menurut

KEP-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Dari data diatas dinyatakan bahwa kadar

total zat padat terlarut pada kedua air limbah tidak memenuhi syarat karena

melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

4.2 Total Zat Padat Tersuspensi

Analisis total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) menggunakan

metode gravimetri. Dari hasil analisis pada air limbah 1 dan air limbah 2 diperoleh

81 mg/l dan 80 mg/l dimana baku mutu total zat padat terlarut menurut

KEP-51/MENLH/10/1995 adalah 200 mg/l. Dari data diatas dinyatakan bahwa kadar

total zat padat tersuspensi pada kedua air limbah memenuhi syarat karena masih

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan total zat padat

terlarut pada air limbah tidak memenuhi syarat karena telah melebihi baku mutu

sesuai dengan ketentuan KEP-51/MENLH/10/1995 dan total zat padat tersuspensi

pada air limbah memenuhi syarat karena masih berada di bawah baku mutu sesuai

dengan ketentuan KEP-51/MENLH/10/1995.

5.2 Saran

Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode, prinsip kerja

serta prosedur analisa seperti saat menimbang kertas saring, memipet sampel,

serta mengaduk sampel sampai homogen. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi

kesalahan saat melakukan analisa Total Dissolved Solid (TDS) dan Total

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. (1996). Pengantar ilmu kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Halaman 67, 68 dan 71.

Chandra, Budiman. (2005). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 143.

Ginting, Perdana. (2007). Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung: Yrama Widya. Halaman 29, 37, 42, 43, 47, 62, 63, 67, 68, 73, 91, dan 93.

Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi. Halaman 173.

Mulia, Ricki M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 46 dan 68-72.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 170.

Palar, Heryando. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 12.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 91, 97-111.

Situmorang, Manihar S. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Universitas Negeri Medan. Halaman 36 dan 47.

Slamet, Juli Soemirat. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Halaman 46.

Sugiharto. (2008). Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 13, 16, 41, dan 45.

Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Andi. Halaman 314.

Sunu, Pramudya. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT Grasindo. Halaman 134.

(36)

Wardhana, Wisnu A. (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Halaman 74, 79 dan 80.

(37)

Lampiran 1

Berat kertas saring ditambah residu (Sampel 1) : 1149, 3 mg

Berat kertas saring ditambah residu (Sampel 2) : 1141, 4 mg

Berat kertas saring kosong (Sampel 1) : 1141, 2 mg

Berat kertas saring kosong (Sampel 2) : 1133, 4 mg

Volume sampel : 100 ml

Tabel. Data Analisa

NO Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa Metode/Alat

1 2

1 TDS mg/l 2000 18700 7120 TDS meter

2 TSS mg/l 200 81 80 Gravimetri

Perhitungan:

Keterangan:

A = berat kertas saring ditambah residu kering (mg)

B = berat kertas saring kosong (mg)

(38)
(39)
[image:39.595.115.340.138.311.2]

Lampiran 2

Gambar 1. Alat TDS meter

[image:39.595.113.390.376.610.2]
(40)

Lampiran 3

[image:40.595.117.510.220.639.2]

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/Menlh/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Tanggal 23 Oktober 1995.

Tabel. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

1 SUHU C 38

2 Total Zat Padat Terlarut mg/l 2000

3 Total Zat Padat Tersuspensi mg/l 200

4 pH - 6 – 9

5 Besi terlarut (Fe) mg/l 5

6 Mangan terlarut (Mn) mg/l 2

7 Seng (Zn) mg/l 5

8 Cadmium (Cd) mg/l 0,05

9 Timbal (Pb) mg/l 0,1

10 Air raksa (Hg) mg/l 0,002

11 Arsen mg/l 0,1

12 Selenium mg/l 0,05

13 Nikel (Ni) mg/l 0,2

14 Kobalt (Co) mg/l 0,4

15 Ba mg/l 2

16 Cu mg/l 2

17 Cr mg/l 0,5

18 Krom Heksavalen (Cr+6) mg/l 0,1

19 Sianida (CN) mg/l 0,05

20 Sulfida (H2S) mg/l 0,05

21 Fluorida (F) mg/l 2

22 Klorin bebas (Cl2) mg/l 1

23 Amonia bebas (NH3-N) mg/l 1

24 Nitrat (NO3-N) mg/l 20

25 Nitrit (NO2N) mg/l 1

26 BOD mg/l 50

27 COD mg/l 100

Gambar

Gambar 2.1.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air
Gambar 2.2 Cara kerja TDS meter
Gambar 1. Alat TDS meter
Tabel. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara wiraniaga dan pelanggan yang terpupuk baik secara terus-menerus juga menjadi kepuasan perorangan (dari pihak wiraniaga), begitu juga wiraniga sangat

(2) Implementasi integrasi kurikulum berdasarkan regulasi sekolah dan pesantren dengan mengintegrasikan semua aspek kompetensi (3) Adanya kurikulum pendukung

Dalam menerapkan model pembelajarn IPS terpadu dengan menggunakan pendekatan masalah Anda dapat memilih model yang dikemukakan oleh para ahli di atas. Karena pada prinsipnya

buku, teori, dan lain – lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teknik wawancara dengan pihaka. terkait.

Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah, masalah inti yang mereka hadapi adalah karena ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarga

Sarung Donggala termasuk kedalan rezim Indikasi Asal karena menggunakan nama tempat atau daerah asal produk tersebut dan menjadi ciri khas daerah tersebut sebagai

Setiap Binary Relationship 1 : N, dimana tipe Entity yang bersisi N mempunyai Participation Constraint partial, buatlah relasi baru dimana Primary Keynya merupakan gabungan

Seiring dengan pembagian kekuasaan sentralisasi dan desentralisasi, Pemerintah memberikan kebijakan di daerah kota maupun kabupaten dalam bidang pendidikan, untuk