ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED
SOLID) PADA AIR LIMBAH INDUSTRI
TUGAS AKHIR
OLEH:
INDIRA ADLINA HARAHAP NIM 092410021
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “ANALISIS TOTAL ZAT PADAT TERLARUT (TOTAL DISSOLVED SOLID) DAN TOTAL ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) PADA AIR LIMBAH INDUSTRI”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
3. Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh
4. Bapak Erlan Aritonang, S. Si, M.Si., beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP)
Medan.
5. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., sebagai Dosen Penasehat
Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis
dalam hal Akademis setiap semester.
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi
dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Seluruh pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan
Penaykit (BTKL PP) yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
8. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling
bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka, khususnya buat
Kresensia Desi, Sri Hartaty Hutabarat, Pebrina Harianja, Nia Syofyasti
Matondang, Sri Rahayu, dan James Alexander.
9. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2009 semuanya tanpa
terkecuali, adik – adik stambuk 2010 dan 2011 yang tidak disebutkan
namanya, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta
masukan dalam penyusunan tugas akhir ini
Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ayahanda Alm. Akmiluddin Harahap dan Ibunda
sayang dan cinta dari kecil hingga saat ini memberikan motivasi dan restu serta
materi yang tak ternilai harganya dengan apapun.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan
mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.
Medan, Mei 2012
Penulis,
Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissloved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri
Abstrak
Total zat padat terlarut (Total Dissloved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yag terdapat pada air limbah. Sedangkan total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air limbah industri yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan Kep-51/Menlh/10/1995.
Analisis total zat padat terlarut dilakukan dengan menggunakan TDS meter. Sedangkan analisis total zat padat tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
Hasil analisis total zat padat terlarut adalah 18700 mg/l dan 7120 mg/l dimana tidak sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan oleh KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Sedangkan hasil analisis total zat padat tersuspensi adalah 81 mg/l dan 80 mg/l, hasil tersebut masih memenuhi syarat baku mutu KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 yaitu 200 mg/l.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2
1.2.1 Tujuan ... 2
1.2.2 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah ... 4
2.1.1 Sumber Air Limbah ... 5
2.1.2 Komposisi Air Limbah ... 7
2.1.3 Tujuan Pengolahan Air Limbah ... 7
2.1.4 Dampak Buruk Air Limbah ... 8
2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid) ... 11
2.3 Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) ... 14
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat ... 18
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 18
3.2.1 Sampel ... 17
3.2.2 Alat ... 18
3.2.3 Bahan ... 18
3.3 Prosedur ... 19
3.3.1 Prosedur Analisis Total Zat Padat Terlarut ... 19
3.3.2 Prosedur Analisis Total Zat Padat Tersuspensi ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Total Zat Padat Terlarut ... 21
4.2 Total Zat Padat Tersuspensi ... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 22
5.2 Saran ... 22
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel Data Analisa ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 ... 25
Lampiran 2 ... 27
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.2 ... 7
Gambar 2.2 ... 13
Gambar 1. Alat TDS meter ... 27
Analisis Total Zat Padat Terlarut (Total Dissloved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri
Abstrak
Total zat padat terlarut (Total Dissloved Solid) adalah ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yag terdapat pada air limbah. Sedangkan total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air limbah industri yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan Kep-51/Menlh/10/1995.
Analisis total zat padat terlarut dilakukan dengan menggunakan TDS meter. Sedangkan analisis total zat padat tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri yang dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.
Hasil analisis total zat padat terlarut adalah 18700 mg/l dan 7120 mg/l dimana tidak sesuai dengan baku mutu yang telah di tetapkan oleh KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Sedangkan hasil analisis total zat padat tersuspensi adalah 81 mg/l dan 80 mg/l, hasil tersebut masih memenuhi syarat baku mutu KEPMENLH-51/MENLH/10/1995 yaitu 200 mg/l.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sangat dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah besar, kekurangan air yang
disebabkan oleh perubahan iklim dapat mengakibatkan bahaya yang fatal bagi
makhluk hidup. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan pertambahan
penduduk. Dibeberapa daerah (tempat) dapat terjadi kasus-kasus penyakit seperti
kolera yang disebabkan oleh konsumsi air yang terkontaminasi bakteri. Kualitas
air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air
dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat (Situmorang,
2007).
Pencemaran air dapat menjadi semakin luas, tergantung dari kemampuan badan
air penerima polutan untuk mengarangi kadar polutan secara alami. Apabila
kemampuan badan air tersebut rendah dalam mereduksi kadar polutan, maka akan
terjadi akumulasi polutan dalam air sehingga badan air akan menjadi tropik
(Kodoatie, 2005).
Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah
industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena dapat menyebabkan
pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas
yang sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus
mengalami proses daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang kembali
Analisis penentuan kualitas air sangat penting. Analisis kualitas yang sebenarnya
harus melalui analisis laboratorium agar semua komponen yang terdapat di dalam
air dapat diketahui dengan jelas. Untuk mengetahui kualitas air dengan tepat maka
analisis dapat dilakukan melalui analisis kimia dan analisis toksisitas yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercemaran air saja. Analisis kimia
dilakukan untuk mengetahui zat kimia atau jenis zat kimia di dalam air secara
umum untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan bahaya
di dalam air (Situmorang, 2007).
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan ke
dalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Berdasarkan hal diatas maka dipilihlah judul tentang ”Analisis Total Zat Padat
Terlarut (Total Dissolved Solid) dan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) pada air limbah” karena analisis tersebut sangat penting untuk
menilai kualitas air limbah.
1.2 Tujuan Dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari analisis total zat padat terlarut dan total zat padat
tersuspensi adalah:
− Analisis total zat padat terlarut bertujuan untuk mengetahui ukuran zat
terlarut (baik zat organik maupun anorganik) yang terdapat di dalam
− Analisis total zat padat tersuspensi bertujuan untuk mengetahui jumlah
berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di dalam air limbah setelah
mengalami proses penyaringan.
− Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bertujuan
untuk mengetahui apakah air limbah industri yang diperiksa memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan Kep-51/Menlh/10/1995.
1.2.2 Manfaat
Analisis total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi bermanfaat
untuk menambah wawasan dari penulis agar dapat mengetahui cara menganalisis
total zat padat terlarut dan total zat padat tersuspensi pada air limbah juga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terjadi juga
peningkatan aktivitas manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia sendiri juga
dapat menyebabkan penurunan kualitas (mutu) air. Bila penurunan mutu air ini
tidak diminimalkan maka akan terjadi pencemaran air. Peraturan pemerintah RI
No. 82 tahun 2001 menyebutkan:
“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air
oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya” (Mulia, 2005).
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang
dibuang tanpa pengelolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari
suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari
rumah tangga (domestik) maupun industri (Mulia, 2005).
Limbah yang banyak dipermasalahkan adalah limbah industri karena
mengandung senyawa pencemaran yang dapat merusak lingkungan hidup. Industri
mempunyai potensi sebagai pembuat pencemaran karena adanya limbah yang
dihasilkan. Limbah tersebut mengandung senyawa organik dan anorganik dengan
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang
berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat
menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia
(Palar, 2004).
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses
industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak
tertinggi aliran selalu tidak akan dilewati apabila melewati tangki penahan dan
bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh
industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari.
Sebagai patokan dapat dipertimbangkan bahwa 85-95% dari jumlah air yang
dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut memanfaatkan
kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi ( Sugiharto, 1987).
2.1.1 Sumber limbah
Air limbah merupakan sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air
limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah
permukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air
Air limbah rumah tangga adalah air limbah yang tidak mengandung
ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci
pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen.
Violume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pemakaian air
penduduk setempat (Chandra, 2006).
Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara
langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung
dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses
produksi sedang berlangsung, dimana produksi dan limbah hadir pada saat yang
sama. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum maupun sesudah
proses produksi (Ginting, 2007).
Pencemaran yang diakibatkan dapat berakibat luas dan tergantung limbah,
jenis limbah, volume dan frekuensinya. Sifat-sifat limbah ada yang korosif,
oksidator, beracun dan iritasi. Limbah dalam volume yang kecil dengan frekuensi
yang terus-menerus akan mengakibatkan degradasi secara perlahan-lahan.
Sebaliknya limbah walaupun volumenya besar tidak memberi pengaruh yang
signifikan terjadi hanya sekali, hal ini tergantung pada jenis dan sifat limbah
tersebut, serta senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Perlakuan
terhadap limbah ditujukan untuk berbagai macam tujuan tergantung pada
teknologi pengolahan. Ada limbah yang diproses kembali untuk memperoleh
senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya, ada limbah yang diproses untuk
tujan menghilangkan senyawa-senyawa pencemaran sampai pada batas toleransi
2.1.2 Komposisi Air Limbah
Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah
mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat.
Akan tetapi, secara garis besar zat-zat yang terdapat di air limbah data
dikelompokkan seperti pada skema berikut ini:
Protein (65%) Butiran
Karbohidrat (25%) Garam
Lemak (10%) Metal
Gambar 2.1.1 Skema pengelompokan bahan yang terkandung di dalam air
limbah.
2.1.3 Tujuan Pengolahan Air Limbah
Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan sesuai
dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana
kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus tersedia
nilainya sebelum masuk system pengolahan dan setelah limbah keluar sistem
pengolahan harus ditetapkan nilai-nnilai parameter yang harus dicapai. Artinya
Bahan Padat (0,1%)
Organik Anorganik
Air (99,9%)
harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah diolah dan
apakah limbah ini memenuhi syarat baku mutu (Ginting, 2007).
Menrut Azwar (1996), pengolahan air limbah pada dasarnya bertujuan
untuk:
1. Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman terjangkitnya
penyakit. Hal ini mudah dipahami karena air limbah sering dipakai sebagai
tempat berkembangbiaknya pelbagai macam bibit penyakit.
2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah tersebut
mengandung zat organis yang membahayakan kelangsungan hidup.
3. Menyediakan air bersih yang dapat dipakain untuk keperluan hidup
sehari-hari, terutama jika sulit ditemukan air yang bersih.
2.1.4 Dampak Buruk Air Limbah
Menurut Sugiharto (2008), sesuai dengan batasan dari air limbah yang
merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan
benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air
limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah ini tidak
dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan
maupun terhadap kehidupan yang ada. Berikut beberapa dampak yang dapat
diakibatkan oleh pengolahan limbah yang tidak dikelola secara baik:
a. Ganguan kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan
limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang
dapat menimbulkan gangguan kesehhatan bagi makhluk hidup yang
mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah yang tidak dikelola dengan
baik juga dapat menjadi sarang vector penyakit (misalnya nyamuk,
lalat, kecoa, dan lain-lain).
b. Penurunan kualitas lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya: sungai
dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut..
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes dalam air tanah, sehingga
menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka
kualitasya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai
peruntukannya.
c. Gangguan terhadap keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu
kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Kadang –
kadang air limbah daoat juga mengandung bahan-bahan yang bila
terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini
mencemari badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan
pada badan air tersebut.
d. Gangguan terhadap kerusakan benda
Adakalanya air limbah mengandung zat0zat yang dapat dikonversi
oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S. gas ini
bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya air tersebut maka
biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan
menimbulkan jerugia material.
Untuk menghidarkan terjadinya gangguan-ganguan diatas, air limbah yang
dialirkan ke lingkungan hatus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam
Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut,
maka perlu dilakukan pengelolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke
lingkungan. (Mulia, 2005).
2.1.5 Pengendalian Pencemaran Air Limbah
Pengendalian pencemaran adalah setiap usaha pengelolaan limbah yang
meliputi identifikasi sumber-sumber limbah, pemeriksaan konsentrasi bahan
pencemar yang terkandung di dalamnya serta jenis-jenis bahan pencemar dan
jangkauan serta tingkat bahaya pencemaran yang mungkin ditimbulkan.
Pengendalian pencemaran di Negara ini dilakukan melalui dua system yaitu
melalui analisa dampak lingkungan dan pemasangan instalasi pengolahan limbah
baik dalam lokasi pabrik maupun diluar lokasi. Pengendalian ini bertujuan untuk
menekan, mengurangi atau meniadakan dan mencegah zat-zat pencemar yang
terdapat pada limbah industri agar tidak memasuki lingkungan (Ginting, 2007).
Persoalan penting dalam limbah cair adalah bagaimana perusahaan industri
mengolah limbahnya sebelum dilakukan pembuangan dan kemana hasil olahan
tersebut di buang. Setelah adanya peraturan dan ketentuan tentang pengendalian
pencemaran maka perusahaan industri diwajibkan membuat instalasi pengolahan
menolak pembungan limbahnya ke tempat badan penerima. Sekalipun demikian
ada limbah yang memenuhi syarat padahal limbah yang dihasilkan terlihat keruh
atau berwarna. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa limbah tersebut
berada dalam ambang batas (Ginting, 2007).
2.2 Total Zat Padat Terlarut (Total Dissolved Solid)
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total Dissolved solid
(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di
dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun
hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh yang
disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi di dalam air, sedangkan pada musim
kemarau, air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air.
Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga
tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
Total zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik
dan gas terlarut. Bila total zat padat terlarut bertambah maka kesadahan akan naik
pula. Selanjutnya efek padatan terlarut ataupun kesadahan terhadap kesehatan
tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut (Slamet, 1994).
Umumnya ion kalsium dan magnesium di dalam air yang akan
menyebabkan sifat kesadahan air. Bila air yang mempunyai tingkat kesadahan
yang terlalu tinggi dapat menimbulkan korosi pada benda-benda yang terbuat dari
logam, dan dapat menimbulkan endapan. Untuk itu maka, air yang akan
Zat padat terlarut di dalam air perlu diketahui untuk mengetahui
produktivitas air, karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat
ditentukan oleh kelarutan zat padat di dalamnya. Produktivitas air akan tinggi
terhadap kehidupan organisme seperti tumbuhan dan mikroba apabila zat padat
terlarut tersebut berupa nutrient berupa posfat, nitrat, dsb, yang akan mendukung
kehidupan organisme, air ini disebut eutrofik, sedangkan air yang mengandung
sedikit zat padat terlarut berupa nutrient berarti mempunyai daya dukung rendah
terhadap organisme disebut oligotrofik (Situmorang, 2007).
Zat padat di dalam air juga merupakan indikasi ketidaknormalan air, yaitu
terjadi penyimpangan air dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan keadaan
air ini paling banyak disebabkan oleh kegiatan manusia seperti buangan berupa
limbah industri, kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, dll. Dengan
demikian kesadaran manusia terhadap lingkungan dapat mengurangi kelarutan zat
padat di dalam air (Situmorang, 2007).
Apabila bahan buangan padat larut di dalam air, maka kepekatan atau berat
jenis cairan akan naik. Adakalanya pelarutan bahan buangan padat di dalam air
akan disertai pula dengan perubahan warna air. Air yang mengandung larutan
pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air.
Akibatnya, proses fotosintesis tanaman di dalam air akan menjadi terganggu.
Jumlah oksigen yang terlarut di dalam air juga akan berkurang. Hal ini sudah
barang tentu berakibat terhadap kehidupan organisme yang hidup di dalam air.
Dari segi kesehatan, apabila air yang mengandung padatan terlarut terminum oleh
akan memberi rasa pada air seperti garam. Air yang teminum akan menyebabkan
akumulasi garam di dalam ginjal manusia dalam waktu lama yang akan
mempengaruhi fungsi fisiologis ginjal (Wardhana, 2004).
Pengukuran zat padat terlarut dapat dilakukan secara pecobaan di
laboratorium melalui penguapan air (pada volume tertentu) di dalam oven,
kemudian mengukur berat beker sebelum dan sesudah pengeringan air, dinyatakan
sebagai total zat padat terlarut yang dinyatakan sebagai mg per liter atau part
permillion (ppm) (Situmorang, 2007).
Adapun cara lain untuk pengukuran zat padat terlarut dengan TDS meter.
TDS meter adalah suatu alat teknologi yang digunakan untuk mengetahui jumlah
zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah
larutan,
Gambar 2.2 Cara kerja TDS meter
Keterangan:
a. Memberikan sumber tenaga AC konstan pada probe agar pada
larutan dapat terjadi aliran arus (sehingga dapat terukur
konduktansi atau resistansinya).
b. Mengkonversi nilai konduktansi menjadi tegangan.
- Sensor yang digunakan pada rangkaian ini adalah dua probe biasa
dengan jarak 1 cm yang fungsinya untuk mendapatkan nilai
konduktansi suatu larutan.
- Solution to be measured adalah larutan yang akan diukur kadar
TDS-nya.
- Micro Controller digunakan untuk mengubah nilai tegangan (analog)
yang dihasilkan Signa Prossecing menjadi nilai bit-bit (Digital) dan
mengkonversinya menjadi satuan TDS atau PPM.
- LCD (Liquid Crystal Display) digunakan untuk menampilkan output
Micro Controller sehingga dapat terbaca oleh user. (Sumber tegangan
yang digunakan pada rangkaian ini adalah +12V dan -12V)
2.3 Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid)
Padatan tersuspensi adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang
ada di dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran
berukuran 0,45 mikron. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk
terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air,
organisme produsen. Suspended solid (material tersuspensi) dapat dibagi menjadi
zat padat dan koloid (Mulia, 2005).
Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat organik pada umumnya
terdiri dari protein, gangguan dan bakteri. Pengukuran konsentrasi
mikroorganisme dalam limbah diukur dengan zat padat tersuspensi organik
sebagai padatan tersuspensi yang menguap pada temperature tertentu (Ginting,
2007).
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air,
tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Azrul,
1996).
Kekeruhan yang terjadi karena zat padat yang tersuspensi baik organik
maupun anorganik . Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan
logam, sedangkan yang organik baiasanya berasal dari lapukan tanaman dan
hewan. Buangan industri dapat menjadi sumber utama kekeruhan. Zat organik
dapat menjadi makanan bakteri sehingga mendukung perkembangbiakan. Bakteri
ini juga merupakan zat organik tersuspensi sehihingga pertambahannya akan
menambah pula kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba
terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan
bila mikroba itu patogen (Slamet, 1994).
Peningkatan kandungan padatan tersuspensi dalam air dapat
produktif menjadi turun. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam
analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan.
Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu
pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna
perairan (Situmorang, 2007).
Analisis padatan tersuspensi dilakukan dengan metode gravimetri. Analisis
gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan ).
Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang di analisis di pisahkan dari sejumlah
bahan yang di analisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan
unsur atau gugus dari senyawa yang di analisis menjadi senyawa lain yang murni
dan stabil, sehingga dapat diketahui berat tetapnya (Rohman, 2007).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya
(Rohman, 2007).
Tahap pengukuran dalam metode gravimetri adalah penimbangan.
Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu
maupun pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas
penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya
(Underwood, 1992).
Menurut Underwood (1992), persyaratan berikut yang harus dipenuhi agar
a. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit
yang tak-terendapkan secara analisis tak-dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg
atau kurang, dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).
b. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan
hendaknya murni atau hampir murni. Bila tidak , akan diperoleh hasil yang
tidak tepat.
Nilai TSS biasanya ditentukan dengan cara menuangkan air dengan
volume tertentu, biasanya dalam ukuran liter, melalui sebuah filter dengan ukuran
pori-pori tertentu. Sebelumnya, filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan
dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami
pengeringan. Berat filter tersebut akan bertambah disebabkan oleh terdapatnya
partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam filter tersebut. Padatan yang
tersuspensi ini dapat berupa bahan-bahan organik dan inorganik. Satuan TSS
BAB III METODOLOGI
3.1 Tempat
Analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) dan total zat padat
tarsuspensi (Total Suspended Solid) dilakukan di Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Medan yang bertempat di
Jln. Wahid Hasyim No. 15 Medan.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel
Air limbah 1 (Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau) dan air limbah 2
(Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau)
3.2.2 Alat
TDS meter, tisu, gelas ukur, desikator yang berisi silika gel, oven untuk
pengoprasian pada suhu 103ºC s/d 105ºC, neraca analitik dengan ketelitian 0.1
mg, corong penyaring, gelas ukur, erlenmeyer, botol semprot, pengaduk magnetik
dan penjepit.
3.2.3 Bahan
Air limbah industri, air suling, kertas saring dengan beberapa jenis
(whatman 934 AH dengan ukuran pori 1.5 μm, gelman A/F dengan ukuran pori
3.3 Prosedur
3.3.1 Prosedur Analisis Total Zat Padat Terlarut
1. Hidupkan alat TDS meter yang sudah dibilas dengan air suling dan sampel
2. TDS meter dicelupkan ke dalam gelas ukur yang berisi sampel
3. Tunggu 2-5 menit, sampai pembacaan pada alat stabil
4. Catat hasil tanpa mengangkat TDS meter dari permukaan sampel
5. Matikan TDS meter
6. Bilas dengan air suling dan keringkan dengan kertas tisu
3.3.2 Prosedur Analisa Total Zat Padat Tersuspensi A. Penimbangan kertas saring kosong
- Letakkan kertas saring diatas corong penyaring. Sebagai penampung
gunakan Erlenmeyer
- Bilas kertas saring tersebut dengan air suling sebanyak 20 ml
- Keringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103ºC s/d 105ºC
selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian
timbang
- Ulangi langkah pada butir ke 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai
perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau
lebih kecil dari 0.5 mg
B. Penimbangan residu tersuspensi
- Siapkan kertas saring yang sudah ditimbang tadi di atas corong penyaring.
- Pipet 100 ml sampel, masukkan ke dalam gelas ukur lakukan pengadukan
untuk mendapatkan sampel yang lebih homogeny
- Saring sampel dan lakukan pembilasan dengan air suling sebanyak 10 ml
dan lakukan 3 kali pembilasan
- Kerinkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103ºC s/d 105ºC
selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit kemudian
timbang.
- Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berta konstan atau sampi
perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimangan sebelumnya atau lebih
kecil dari 0.5 mg
C. Perhitungan
TSS (mg/L) =
Dimana :
A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring kosong (mg)
Catatan :
a. Jika penyaringan sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit,
perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume sampel
b. Jika berat kering residu kurag dari 2.5 mg, perbesar volume sampel sampai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Total Zat Padat Terlarut
Pada analisis total zat padat terlarut (Total Dissolved Solid) digunakan alat
TDS meter. Dari hasil analisis pada air limbah 1 dan air limbah 2 diperoleh 18700
mg/l dan 7120 mg/l dimana baku mutu total zat padat terlarut menurut
KEP-51/MENLH/10/1995 adalah 2000 mg/l. Dari data diatas dinyatakan bahwa kadar
total zat padat terlarut pada kedua air limbah tidak memenuhi syarat karena
melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
4.2 Total Zat Padat Tersuspensi
Analisis total zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) menggunakan
metode gravimetri. Dari hasil analisis pada air limbah 1 dan air limbah 2 diperoleh
81 mg/l dan 80 mg/l dimana baku mutu total zat padat terlarut menurut
KEP-51/MENLH/10/1995 adalah 200 mg/l. Dari data diatas dinyatakan bahwa kadar
total zat padat tersuspensi pada kedua air limbah memenuhi syarat karena masih
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan total zat padat
terlarut pada air limbah tidak memenuhi syarat karena telah melebihi baku mutu
sesuai dengan ketentuan KEP-51/MENLH/10/1995 dan total zat padat tersuspensi
pada air limbah memenuhi syarat karena masih berada di bawah baku mutu sesuai
dengan ketentuan KEP-51/MENLH/10/1995.
5.2 Saran
Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode, prinsip kerja
serta prosedur analisa seperti saat menimbang kertas saring, memipet sampel,
serta mengaduk sampel sampai homogen. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan saat melakukan analisa Total Dissolved Solid (TDS) dan Total
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. (1996). Pengantar ilmu kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Halaman 67, 68 dan 71.
Chandra, Budiman. (2005). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 143.
Ginting, Perdana. (2007). Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung: Yrama Widya. Halaman 29, 37, 42, 43, 47, 62, 63, 67, 68, 73, 91, dan 93.
Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi. Halaman 173.
Mulia, Ricki M. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 46 dan 68-72.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 170.
Palar, Heryando. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Cetakan Kedua. Jakarta: PT Rineka Cipta. Halaman 12.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 91, 97-111.
Situmorang, Manihar S. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Universitas Negeri Medan. Halaman 36 dan 47.
Slamet, Juli Soemirat. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. Halaman 46.
Sugiharto. (2008). Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 13, 16, 41, dan 45.
Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Andi. Halaman 314.
Sunu, Pramudya. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT Grasindo. Halaman 134.
Wardhana, Wisnu A. (1995). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Halaman 74, 79 dan 80.
Lampiran 1
Berat kertas saring ditambah residu (Sampel 1) : 1149, 3 mg
Berat kertas saring ditambah residu (Sampel 2) : 1141, 4 mg
Berat kertas saring kosong (Sampel 1) : 1141, 2 mg
Berat kertas saring kosong (Sampel 2) : 1133, 4 mg
Volume sampel : 100 ml
Tabel. Data Analisa
NO Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa Metode/Alat
1 2
1 TDS mg/l 2000 18700 7120 TDS meter
2 TSS mg/l 200 81 80 Gravimetri
Perhitungan:
Keterangan:
A = berat kertas saring ditambah residu kering (mg)
B = berat kertas saring kosong (mg)
Lampiran 2
Gambar 1. Alat TDS meter
[image:39.595.113.390.376.610.2]Lampiran 3
[image:40.595.117.510.220.639.2]Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/Menlh/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Tanggal 23 Oktober 1995.
Tabel. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri
NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU
1 SUHU C 38
2 Total Zat Padat Terlarut mg/l 2000
3 Total Zat Padat Tersuspensi mg/l 200
4 pH - 6 – 9
5 Besi terlarut (Fe) mg/l 5
6 Mangan terlarut (Mn) mg/l 2
7 Seng (Zn) mg/l 5
8 Cadmium (Cd) mg/l 0,05
9 Timbal (Pb) mg/l 0,1
10 Air raksa (Hg) mg/l 0,002
11 Arsen mg/l 0,1
12 Selenium mg/l 0,05
13 Nikel (Ni) mg/l 0,2
14 Kobalt (Co) mg/l 0,4
15 Ba mg/l 2
16 Cu mg/l 2
17 Cr mg/l 0,5
18 Krom Heksavalen (Cr+6) mg/l 0,1
19 Sianida (CN) mg/l 0,05
20 Sulfida (H2S) mg/l 0,05
21 Fluorida (F) mg/l 2
22 Klorin bebas (Cl2) mg/l 1
23 Amonia bebas (NH3-N) mg/l 1
24 Nitrat (NO3-N) mg/l 20
25 Nitrit (NO2N) mg/l 1
26 BOD mg/l 50
27 COD mg/l 100