• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011113 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011113 Full text"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

INDRI HELENA PELEALU

80 2011 113

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

PENDAHULUAN

Penampilan fisik adalah hal yang paling pertama dilihat dan terlihat pada diri

seseorang. Kebanyakan orang akan menilai orang lain lewat penampilan fisik, salah

satunya bagian kulit. Mengapa kulit juga termasuk dalam penampilan fisik? karena,

kulit bagian terluas dari tubuh yang pertama kali tampak dari luar dan bagian terpenting

bagi individu. Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang

menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit pada manusia mempunyai fungsi

yang sangat penting (Susanto, 2013). Kondisi kulit lebih segera mempengaruhi

pandangan orang lain dan diri sendiri, bila terdapat penyakit pada bagian ini, biasanya

lebih cepat direspon, salah satunya adalah penyakit kulit Psoriasis.

Psoriasis adalah suatu kondisi multisistem dermatologis jangka panjang yang

mempengaruhi 2-3% dari populasi dan penyakit kulit ini sangat menyedihkan (Hayes,

2010). Psoriasis mempengaruhi 2-4% dari populasi dan mungkin dipengaruhi oleh

genetik, individu dan faktor lingkungan. Psoriasis dapat dianggap sebagai kondisi

jangka panjang yang melibatkan kompleks fisik, psikologis dan tantangan sosial,

termasuk dampak yang signifikan pada kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup

(Wahl,2015). Prevalensi Psoriasis sangat bervariasi pada berbagai populasi, antara

0,1-11,8%. Di Poliklinik Divisi Dermatologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2003 – 2007 terdapat

56 (0,6%) kasus baru Psoriasis berusia kurang dari 15 tahun dari 8970 kunjungan

baru. Data dari beberapa rumah sakit di Indonesia tahun 2003-2006 terdapat 96

(0,4%) kasus baru Psoriasis dari 22.070 kunjungan baru golongan usia yang

sama. RSUP Dr. Kariadi terdapat 198 kasus (0,97%) Psoriasis selama rentang waktu 5

(6)

Hal ini juga senada dengan National Institute of Health, yang menyatakan

bahwa jumlah penderita Psoriasis di seluruh dunia mencapai lebih dari 125 juta pasien.

Di Indonesia sendiri, pada tahun 2000-2001 terdapat 2.3 persen penderita Psoriasis yang

terdiagnosis di RSCM (Izzati & Waluya, 2012).

Penyakit kulit adalah penyakit infeksi yang paling umum, terjadi pada

orang-orang dari segala usia(Susanto, 2013). Kasus psoriasis makin sering dijumpai dari

berbagai latar belakang, sosial, usia dan jenis kelamin. Psoriasis adalah peradangan kulit

yang bersifat kronik dengan karakteristik berupa plak eritematosa berbatas tegas,

skuama kasar, berlapis, dan berwarna putih keperakan terutama pada siku, lutut,

scalp, punggung, umbilikus dan lumbal (Gudjonsson & Elder, 2012). Penderita

psoriasis membutuhkan pengobatan terus–menerus karena bersifat kambuhan dan atau

menahun, sehingga membuat penderita merasa tertekan dalam usaha pengobatan yang

berjangka panjang bahkan bisa seumur hidup. Sebagian besar pengobatan infeksi kulit

membutuhkan waktu lama untuk menunjukan efek. Masalahnya menjadi lebih

mencemaskan jika penyakit tidak merespon terhadap pengobatan (Susanto, 2013).

Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan

kosmetik, terlebih-lebih mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif

(Djuanda, 2011).

Ada kemungkinan penyakit kulit Psoriasis ini berhubungan dengan stres dan

trauma fisik (Lucky, wawancara, 2014)1. Penyebab pasti dari penyakit psoriasis ini

belum diketahui namun banyak faktor predisposisi yang memegang peran penting

seperti faktor genetik berperan yaitu bila orangtuanya tidak menderita psoriasis resiko

mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis

1

(7)

resikonya mencapai 34 – 39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis

tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat

bersifat nonfamilial, sedangkan faktor imunologik juga berperan jika efek genetik pada

psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel

penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Faktor pencetus pada psoriasis diantaranya

stres psikis, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolik, obat juga alkohol dan

merokok. Stres psikik merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai

hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata sedangkan

hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Faktor endokrin rupanya

mempengaruhi perjalanan penyakit, puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan

menopaus. Pada waktu kehamilan umumnya membaik sedangkan pada masa

pascapartus memburuk, gangguan metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialysis

telah dilaporkan sebagai faktor pencetus. Obat yang umumnya dapat menyebabkan

residif ialah betaadrenergicblocking agents, litium, antimalaria dan penghentian

mendadak kortikosteroid sistemik. Ciri-ciri dari penyakit psoriasis ini ditandai dengan

adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis

dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, auspitz yaitu tampak senun atau berdarah

berbintik-bintik akibat papilomatosis dan trauma pada kulit normal pasien, misalnya

(8)

Bentuk Klinis

Ada tujuh tipe bentuk klinis pada psoriasis(Djuanda, 2011), yaitu :

1. Psoriasis Vulgaris

Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula

tipe plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.

2. Psoriasis Gutata

Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan

diseminata, umumnya setelah infeksi streptococcus disaluran nafas bagian atas

sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak terutama dewasa muda.

3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)

Psoriasis tesebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai

dengan namanya.

4. Psoriasis Eksudativa

Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada

bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.

5. Psoriasis Seboroik (Seboriasis)

Gambaran klinis psoriasis ini merupakan gabungan antara psoriasis dan

dermatitis seborik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan

agak lunak.

6. Psoriasis Pustulosa

Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa yaitu, bentuk lokalisata mengenai telapak

tangan dan atau telapak kaki, dan bentuk generalisata yang menjadi faktor

pencetusnya antara lain obat, hipokalsemia, sinar matahari, alcohol, stres

(9)

7. Eritroderma Psoriatik

Dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh

penyakitnya sendiri yang meluas.

Penyakit Psoriasis dapat mengganggu penderita dari segi penampilan fisik

secara psikologis maupun sosial, sehingga penderita akan lebih menarik diri dari

lingkungan bahkan tidak menutup kemungkinan mereka benar-benar menjadi orang

yang tidak dapat berfungsi secara sosial dan tidak dapat merawat diri sendiri. Hal-hal

inilah akan mempengaruhi kualitas hidup penderita psoriasis. Penyakit psoriasis

merupakan penyakit kronik residif sehingga berdampak pada kualitas hidup. Hal itu

sesuai dengan penelitian sebelumnya, menyatakan psoriasis berdampak negatif sedang

hingga berat terhadap kualitas hidup penderita karena terdapat perubahan aktivitas

sehari-hari (Bhosle, 2006).

Penelitian sebelumnya (Cantika, 2012) menyatakan bahwa responden merasa

kualitas hidup mereka terpengaruh dengan adanya penyakit yang dideritanya. Hasil

studi penelitian National Psoriasis Foundation-USA(2014), orang dengan psoriasis

palmoplantar mengalami peningkatan gangguan aktifitas dalam kehidupan sehari-hari

karena penyakit mereka mempengaruhi bagian tubuh yang memiliki fungsi penting.

Psoriasis palmoplantar memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup

seseorang.

Penelitian sejenis yang dilakukan (Mardiana,2013) yang mendapatkan bahwa

adanya hubungan antara mekanisme koping dengan kualitas hidup penderita kanker

serviks (dengan nilai Spearman rank = 0,533 dan nilai p = 0,009), dimana mekanisme

(10)

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut Raeburn dan Rootman(dalam

Nofitri, 2009) antara lain: kontrol hidup, kesempatan, sumber daya, sistem dukungan

(support system), keterampilan, kejadian dalam hidup (life event),perubahan politik dan

perubahan lingkungan.

Carr dan Hingginson (dalam Nofitri, 2009) menyatakan bahwa kualitas hidup

merupakan suatu konstruk yang bersifat individual. Kualitas hidup berhubungan dengan

bagaimana pencapaian yang sesuai dengan keinginan dan harapan dari individu dalam

segala aspek kehidupan.

Definisi kualitas hidup menurut Lauer (dalam Nofitri, 2009) mengatakan bahwa

tidak terdapat satupun definisi kualitas hidup yang dapat diterima secara universal. Pada

dasarnya menyusun konsep mengenai kualitas hidup adalah hal yang sulit (Monlar,

2009). Meskipun secara umum kualitas hidup mengambarkan kesejahteraan individual

dari suatu masyarakat, namun kualitas hidup pada masing-masing individu

berbeda-beda. Liu (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa hal-hal yang dianggap penting oleh

tiap-tiap individu berbeda satu dengan yang lainnya. Kebanyakan ahli berpendapat bahwa

lingkup dari konsep dan pengukuran kualitas hidup harus berpusat pada persepsi

subjektif individu mengenai kalitas hidup dari kehidupannya sendiri (Nofitri, 2009).

Menurut World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL, 1997),

kualitas hidup merupakan persepsi subjektif individu mengenai posisinya dalam

kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal dan

hubungannya terhadap tujuan, harapan, standar dan kepedulian seseorang selama

hidupnya. Secara umum terdapat 4 dimensi kualitas hidup menurut WHOQOL-BREF,

(11)

tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, namun memiliki dampak negatif pada pasien

yang dibuktikan dengan penurunan yang signifikan terhadap kualitas hidup (Damayanti,

2014).

Koping adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk menangani, tekanan,

hambatan atau tuntutan-tuntutan yang terjadi pada penderita psoriasis yang

mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penyimpangan dari kehidupan rutin yang

normal bisa dipandang sebagai sumber stres bilamana individu sudah tidak sanggup lagi

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia pada diri dan lingkungan. Untuk melihat

bagaimana reaksi penderita psoriasis dalam menghadapi perubahan dan tekanan di

dalam menghadapi penyakit diperlukan strategi koping yang tepat (Soesilo, 2012).

Strategi koping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk

mengelolah stres yang ada dengan cara tertentu. Strategi koping sendiri didefinisikan

sebagai suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu usaha dalam rangka merubah

domain kognitif dan atau perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan

tuntutan dan tekanan eksternal maupun internal yang diprediksikan dapat membebani

dan melampaui kemampuan dan ketahanan individu yang bersangkutan (Lazarus

Folkman; Herdiansyah, 2009).

Folkman (dalam Yenjeli, 2007) mengartikan strategi koping sebagai perubahan

pemikiran dan perilaku yang digunakan oleh seseorang yang dalam menghadapi tekanan

dari luar maupun dalam yang disebabkan oleh transaksi antara seseorang dengan

lingkungannya yang dinilai sebagai stressor. Koping ini nantinya akan terdiri dari

upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi keberadaan stressor. Pengertian strategi

koping lebih dahulu merujuk pada kesimpulan total dari metode personal, dapat

(12)

dalam rangkaian dari kemampuan untuk bertindak pada lingkungan dan mengelola

gangguan emosional kognitif, serta reaksi psikis. Menurut Lazarus pemilihan cara

mengatasi masalah ini disebut dengan istilah proses strategi koping, koping dipandang

sebagai faktor yang menentukan kemampuan manusia untuk melakukan penyesuaian

terhadap situasi yang menekan (stressful life events). Pada dasarnya koping

menggambarkan proses aktivitas kognitif, yang disertai dengan aktivitas perilaku

(Folkman, 1984).

Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi koping adalah segala usaha individu

untuk mengatur tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi

ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan

kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut. Koping sesungguhnya

berpengaruh atas hasil atau akibat (outcomes) secara psikologis, fisiologis serta

behavioral baik di dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Koping terjadi dalam

proses yang kompleks dan dinamis yang melibatkan individu, lingkungannya serta

interaksi di antara keduanya (Folkman & Moskowitz, 2004;Lazarus, 2006).

Penyimpangan dari kehidupan rutin yang normal bisa dipandang sebagai sumber

stres bilamana individu sudah tindak sanggup lagi memanfaatkan sumber-sumber yang

tersedia pada diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, pengelolaan pengalaman distress

atau trauma melalui coping strategies menjadi amat penting bagi kesehatan fisik dan

psikologis. Ada dua konseptual utama mengenai koping yang muncul dalam literatur.

Pertama, strategi koping dikonseptualisasikan sebagai yang berfokus pada problem

(problem-focused) atau perfokus pada emosi (emotion-focused). Sedangkan

konseptualisasi yang kedua adalah strategi koping yang berfokus pada pendekatan

(13)

Moskowitz, 2004; Lazarus, 2006; Thois, 1995). Approach strategy difokuskan pada

stressor atau pada reaksi individu terhadap stressor dan corak pendekatan pada

umumnya dianggap lebih adaptif. Keragaman strategi ini meliputi pencarian dukungan

emosional, perencanaan penyelesaian stressor, dan pencarian informasi tentang

stressor. Sebaliknya, avoidance strategies lebih berfokus pada penghindaran oleh

individu dari stressor, misalnya menarik diri dari relasi atau interaksi dengan orang lain,

menyangkal adanya stressor, dan membuang segala pikiran dan perasaan dari diri

sehubungan dengan stressor. Kendati avoidance strategies bisa mereduksi distress

dalam jangka pendek, namun modus ini dipandang sebagai maladaptif apabila individu

terus menerus menggunakannya dalam jangka panjang.

Untuk mengkaji strategi koping yang dilakukan oleh penderita psoriasis maka

digunakanstrategi koping yang lebih menekankan reaksi individu ketika menemui

tekanan-tekanan atau perubahan-perubahan aktifitas sehari-hari yang terjadi akibat efek

nyata dari penyakit psoriasis dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh

(Folkman & Moskowitz, 2004; Lazarus, 2006; Thois, 1995) konseptualisasi dari strategi

kopingapproach dan avoidance.

Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori yang dikemukakan, maka

hipotsis dari penelitian ini adalah strategi koping bisa menjadi prediktor pada kualitas

(14)

METODE PENELITIAN

Partisipan

Jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 83 penderita psoriasis dengan

rentang usia 21-55 tahun yang tergabung dalam Komunitas Peduli Psoriasis Indonesia

(KPPI), yang dilakukan pada tanggal 15 Januari – 5 Febuari 2016. Pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling dengan

teknik sampel snowball sampling.

Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan dua buah skala yaitu : pertama Skala

Kualitas Hidup yang disusun menggunakan skala Likert dengan lima alternatif jawaban

dari Selalu hingga Tidak Pernah. Skala dibuat berdasarkan instrumen dari Dermatology

Life Quality Index (DLQI) yang dikemukakanoleh Finaly AY (1992) terdiri dari 10

item.

Instrumen kedua adalah Skala Strategi Koping,yang disusun oleh peneliti.

Terdiri dari 57 item yang didasarkan pada aspek-aspek yang ada pada taksonomi

strategi koping yang berfokus pada approach-avoidance coping yang dikemukakan

olehFolkman & Moskowitz (dalam Soesilo, 2012), yang terdiri dari lima alternatif

jawaban dari Sangat Setuju hingga Sangat Tidak Setuju dengan menggunakan skala

(15)

HASIL

Analisis Aitem

Uji validitas untuk variabel kualitas hidup terdiri dari 10 item, dan dinyatakan

tidak gugur karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih besar dari 0,361. Uji

validitas pada strategi koping terdiri dari 57 item, diperoleh hasil sebanyak 12 item

gugur karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih kecil dari 0,361, dan tersisa

45 item valid karena memiliki nilai pearson correlation yang lebih besar dari 0,361.

Berdasarkan uji reliabilitas, variabel kualitas hidup n= 10 memiliki nilai alpha

0,893 dan strategi koping n= 45 memiliki nilai 0,950 yang keduanya lebih besar dari

0,600 yang artinya data reliable dan dapat dinyatakan ke uji selanjutnya.

Analisis Deskriptif

Peneliti membagi skor dari setiap skala menjadi tiga kategori yaitu rendah,

sedang dan tinggi, dengan pemberian skor antara 1 sampai 5. Tabel 1 menunjukkan

kategori skor untuk variabel kualitas hidup yang mempunyai 10 item valid dan tabel 2

menunjukkan kategori skor untuk variabel strategi koping secara keseluruhan yang

mempunyai 45 item valid.

Tabel 1. Kriteria skor untuk kualitas hidup

Interval Ketegori Jumlah Persentase Rata-rata

10 ≤ x ≤ 23,33 Rendah 42 50,60 %

24,421

23,33 ≤ x ≤ 36,67 Sedang 35 42,17 %

36,67 ≤ x ≤ 50 Tinggi 6 7,23 %

Total 83 100

(16)

Tabel 2. Kriteria skor untuk strategi koping secara keseluruhan

Interval Ketegori Jumlah Persentase Rata-rata

45 ≤ x ≤ 105 Rendah 0 0,00 %

188,144

105 ≤ x ≤ 165 Sedang 6 7,23 %

165 ≤ x ≤ 225 Tinggi 77 92,77 %

Total 83 100 %

Min : 179 Max: 271 Std: 20,852 Mean: 188,144

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada variabel kualitas hidup dalam penelitian ini menggunakan

Uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (Asymp. Sig 2-tailed)

menyatakan nilai signifikan 0,395 (0,395 > 0,05) dan uji normalitas pada strategi

koping memiliki koefisien normalitas 0,791 (0,791 > 0,05) sehingga dapat

disimpulkan data tersebut memenuhi syarat yaitu berdistribusi normal

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa ada hubungan strategi koping dan

kualitas hidup adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh nilaiF

(1,49) = 7,904signifikansi 0,078 > 0,05. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

hubungan strategi koping dan kualitas hidup ini menunjukan garis yang sejajar

(17)

Hasil Uji Hipotesis

Uji t digunakan untuk melihat hubungan secara terpisah strategi koping

avoidance dan approach dengan kualitas hidup. Hasil menunjukkan bahwa strategi

koping avoidance dengan kualitas hidup, memiliki nilai β = -0,369 (p<0,05), yang

berartistrategi koping avoidanceberhubungan signifikan dengan kualitas hidup penderita

psoriasis, sedangkan pada strategi koping approach dengan kualitas hidup memiliki

nilai β = 0,452 (p < 0,05), yang berarti strategi koping approachberhubungan

signifikandengan kualitas hidup pada penderita psoriasis. Hal ini berarti bahwa hasil

secara terpisah strategi koping avoidance dan approach dengan kualitas hidup

menunjukkan adanya hubungan antara prediktor tersebut dengan kualitas hidup. Untuk

melihat secara bersama-sama pengaruh dari variabel strategi koping terhadap kualitas

(18)

ANOVA

Dari perhitungan di atas menunjukkan adanya pengaruh dengan koefisien

korelasi (R = 0,345). Kontribusi atau sumbangan secara simultanvariabel strategi

koping terhadap kualitas hidup (R2) = 0,419. Hal ini berarti bahwa strategi koping

memiliki sumbangan efektif terhadap kualitas hidup sebesar 41,90 % dan sisanya

sebesar 58,10 % ditentukan faktor lain sepertikontrol hidup, kejadian dalam hidup (life

event) perubahan politik dan perubahan lingkungan (Nofitri, 2009).

Melalui uji Anova diperoleh F (1,82) = 5,396 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara strategi koping dengan kualitas hidup pada penderita

psoriasis.

PEMBAHASAN

Hasil uji hipotesis mengunakan teknikOne way Anovamenunjukkan

bahwastrategi koping sebagai prediktor pada penderita psoriasis. Hal ini ditunjukkan

dengan angka uji F (1, 82 ) = 5,396 (p < 0,05), yang berarti strategi koping pada

penderita psoriasis memberikan pengaruh yang signifikan diikuti dengan tingginya

(19)

2013) yang mendapatkan bahwa adanya hubungna antara mekanisme koping dengan

kualitas hidup penderita kanker serviks (dengan nilai Spearman rank = 0,533 dan nilai

p=0,009) dimana mekanisme koping yang semakin positif maka kualitas hidup juga

akan meningkat.

Pada penelitian ini 77 responden (92,77%), memiliki strategi koping yang tinggi

dan 6 responden (7,23 %) memiliki strategi kopingsedang. Maka dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi strategi koping yang dilakukan oleh penderita psoriasis akan diikuti

dengan semakin baiknya kualitas hidup penderita. Kemampuan koping yang baik pada

penderita psoriasis membuat mereka lebih memahami dan memaknaipenyakit yang

mereka alami, selain itu mereka mampu mengelola emosi dalam mengatasi masalah

terkait dengan psoriasis. Hal ini dilihat dariaspek kontrol diri, penilaian positif, efikasi

diri, dan ketidakterlibatan secara mental yang memiliki nilai tertinggi dari beberapa

aspek yang ada pada kuesioner. Maka lebih diperlukanpengembangan kemampuan

strategi koping yang tepat bagi para penderita psoriasis.

Jika dilihat secara terpisah hubungan strategi koping avoidance dan

approachpada kualitas hidupmenunjukan adanya hubungan antara prediktor tersebut

dengan kualitas hidup. Hasil menunjukkan bahwa strategi koping

avoidanceberhubungan signifikan dengan kualitas hidup penderita psoriasis. Sementara

itu strategi koping approach berhubungan signifikan dengan kualitas hidup penderita

psoriasis. Hal ini menjelaskan bahwa strategi koping yang digunakan penderita psoriasis

(avoidance, maupun approach) cenderung akan mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Hasil penelitian sejalan dengan yang diungkapkan (Soesilo, 2012) yaitu strategi koping

adalah salah satu cara yang bisa digunakan untuk menangani, tekanan, hambatan atau

(20)

hidup penderita. Penyimpangan dari kehidupan rutin yang normal bisa dipandang

sebagai sumber stres bilamana individu sudah tidak sanggup lagi memanfaatkan

sumber-sumber yang tersedia pada diri dan lingkungan. Untuk melihat bagaimana

reaksi penderita psoriasis dalam menghadapi perubahan dan tekanan di dalam

mengahadapi penyakit diperlukan strategi koping yang tepat.

Besarnya kontribusi secara silmutan variabel strategi koping terhadap kualitas

hidup ditunjukkan dengan nilai (R2 = 0,419). Hal ini berarti bahwa strategi koping

memiliki sumbangan efektif terhadap kualitas hidup sebesar 41,90 % dan sisanya

sebesar 58,10 % ditentukan faktor lain yaitu kontrol hidup, kesempatan, sumber daya,

sistem dukungan (support system), keterampilan, kejadian dalam hidup (life event)

perubahan politik dan perubahan lingkungan (Nofitri, 2009). Kesadaran diri akan

pentingnya menjaga kondisi tubuh sangat berpengaruh, termasuk mengatur pola makan

dan tidur yang teratur. Kejadian dalam hidup sangat berhubungan erat dengan tugas

perkembangan yang harus dijalani, dan terkadang kemampuan seseorang untuk

menjalani tugas tersebut mengakibatkan tekanan tersendiri, seberapa besar seseorang

dapat melihat peluang yang dimilikinya sehingga ia mampu mengembangkan dirinya,

sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik seseorang, selain itu dukungan keluarga,

lingkungan dan masyarakat termasuk tempat tinggal dan fasilitas yang memadai

(21)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa strategi koping dapat menjadi prediktor

terhadap kualitas hidup penderita psoriasis. Dimana terdapat pengaruh yang signifikan

pada strategi koping dengan kualitas hidup dan adanya hubungan positif secara terpisah

antara strategi koping avoidance dengan kualitas hidup, dan strategi koping approach

dengan kualitas hidup. Dengan keterampilan menggunakan strategi koping yang baik,

penderita psoriasis mampu mengatasi masalah terkait dengan penyakit.

SARAN

Pendertia psoriasis perlu mengetahui dan memahami rangkaian perawatan untuk

mencegah atau mengurangi psoriasis yang derita, sehingga diharapkan penderita

mampumengembangkan diri, sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, penderita

juga perlu lebih mengembangkan strategi koping yang tepat seperti : strategi koping

approach yang difokuskan pada pendekatan dalam perencanaan penyelesaian, pencarian

informasi terkait dengan masalah, atau strategi koping avoidance yang difokuskan pada

penghindaran dengan membuang segala pikiran dan perasaan dari diri sehubungan

dengan tekanan yang diakibatkan dari penyakit yang diderita ataupun secara

bersama-sama sesuai dengan situasi dan keadaan dalam menangani masalah terkait dengan

penyakit yang diderita.

Selain itu bagi keluarga, lingkungan dan masyarakat, diharapakan memberikan

dukungan positif dan perhatian yang lebih pada penderita psoriasis agar mereka dapat

merasa diterima dan dicintai. Selain itu bagi lembaga yang aktif peduli

untukkesejahteraan penderita psoriasis diharapakan dapat memberikankontribusi yang

besar dalam kegiatan meningkatkan pengembangan diri para penderita psoriasis. Dalam

(22)

dengan kata lain penelitian yang terkait dengan strategi koping sebagai prediktor pada

kualitas hidup penderita psoriasi masih jarang ditemui di dalam sebuah karya ilmiah

psikologi.Untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih memodifikasi alat ukur yang

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Cantika. A. S. (2012). Hubungan derajat keparahan psoriasis vulgaris terhadap kualitas hidup penderita. Semarang: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.

Damayanti, I. (2014). Hubungan indeks massa tubuh dan skor psoriasis areaand severity indexpasien psoriasis vulgaris dirumah sakit umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Medan: Fakultas Kedokteran,Universitas Sumatera Utara.

Djuanda, A. (2011). Ilmu Penyakit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia.

Finlay AY, Khan GK. Dermatology Life Quality Index (DLQI): a simple practical measure for routine clinical use. Clinical And Experimental Dermatology, 1994;19:210-216. Diakses dari http://sites.cardiff.ac.uk/dermatology/quality-of-life/dermatology-quality-of-life-index-dlqi

Geni, P. L., dan Q. Rahmania. (2013). Hubungan coping style dan anticipatory grief pada orang tua anak yang di diagnosis kanker. Humaniora 4 (1): 241-247.

Given, Lisa M. (editor). (2008). The Sage encyclopedia of qualitative reasearch methods. Thousand Oaks: Sage.

Gudjonsson J. dan Elder J. (2012). Psoriasis Vulgaris. Dalam: Wolff K., Goldsmith L., Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors Dermatology in General Medicine (8th ed), (hal 169-193). New York: McGraw-Hill.

Langeland, E. (2013). Mental healt among people with psoriasis undergoing patient eduation in climate therapy. Norway: University of Oslo.

Lazarus. (1991). Emotion and Adaption.England: Oxford University.

Izzati, A. (2012). Gambaran penerimaan diri pada penderita psoriasis.Jurnal Psikologi, 10, 68-71.

Leavitt, M. (2014).Psoriasis palmoplantar memiliki dampak yang signifikan terhadap

kualitas hidup penderitanya.National Psoriasis Foundation – USA.Diunduh pada

10 Agustus 2015, dari http://www.pedulipsoriasis.web.id/2014/10/studi-psoriasis-palmoplantar-memiliki.html.

Mardiana, D., A. R. Ma;rifah, & A. N. Rahmawati. (2013). Hubungan mekanisme koping dengan kualitas hidup pendeita kanker serviks di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan Maternitas 1 (1): 9-20.

Nofitri, N. F. M. (2009). Gambaran kualitas hidup penduduk dewasa

(24)

Ograczyk, A., J. Miniszewska., A. Kepska, and A. Zalawska-Janowska.(2014). Itch, Disease coping strategies and quality of life in psoriasis patients. Postep Derm Aleor 15 (5) ; 299-304.

Rubbyana, U. (2012). Hubungan antara strategi koping dengan kualitas hidup pada penderita skizofrenia remisi simptom.Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 1 (2) ;59-66.

Sinaga, D. (2013). Pengaruh stress psikologis terhadap pasien psoriasis. Jurnal Ilmiah Widya,1, 129-134.

Siwalette, D. (2014). Kualitas hidup pengasuh keluarga pasien dengan penyakit terminal.Salatiga: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

Soesilo, A. (2012). Distress Psikologis dan Strategi Coping. Salatiga: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.

Susanto, R. & Ari, M. (2013).Penyakit Kulit Dan Kelamin. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahl, A. K. (2015). Positive changes in self-management and disease severity following climate theraphy in people with psoriasis. Oslo: The Medical Faculty, University of Oslo.

Gambar

Tabel 1. Kriteria skor untuk kualitas hidup
Tabel 2. Kriteria skor untuk strategi koping secara keseluruhan
Tabel 3. Hasil Ujit

Referensi

Dokumen terkait

Guru Madya Tk.I SMA Karya Pembangunan Margahayu Kab.. Bandung

Melihat peluang bisnis secara online dengan cara memanfaatkan website e-commerce untuk menjual barang, mempromosikan barang maka pemilik toko Sheilla Distro

Berdasarkan bentuk garis pantai pada lokasi penelitian dapat diketahui ancaman vegetasi mangrove yang disebabkan oleh ancaman gelombang dengan parameter bentuk garis

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan

1.5.1 Bagi Tarekat Suster Fransiskus Dina yang menangani pelayanan karya Pendidikan, Kesehatan dan Sosial dapat mengetahui pentingnya faktor motivasi dan pelatihan

Selanjutnya ditambahkan fungsi administrasi pendidikan dalam buku Ahmad Sabri adalah pengarahan, koordinasi, dan evaluasi. Pengarahan maksudnya member bimbingan dan petunjuk yang

(2) penambahan jam latihan mata kuliah yang melatih mahasiswa dalam proses pengolahan data penelitian; (3) penambahan waktu PPL dari satu bulan menjadi dua atau tiga bulan;

20. Note Gaddis’s puzzlement over why IR chose a model, so poorly suited to its subject matter, rather than taking geology, palaeontology or biology as its