• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA DINAS

PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI

SUMATERA UTARA (DISTARUKIMSU)

OLEH

MHD HARRI SULIS RITONGA

080502012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA

DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA (DISTARUKIMSU)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena timbulnya berbagai perubahan di Indonesia yang semakin marak. Salah satunya adalah di dalam pemerintahan. Perubahan di Indonesia berkompetisi untuk menciptakan struktur yang berkualitas di dalam pemerintahan. Perubahan, sebagai acuan di Indonesia menghadapi datangnya perubahan yang tak kalah hebat. Maka dari itu pemerintahan lebih meningkatkan kinerja sehingga tetap pada posisi peringkat pertama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil (PNS) pada dinas penataan ruang dan permukiman provinsi sumatera utara (distarukim). Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Pengumpulan data digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan 84 pegawai negeri sipil dinas penataan ruang dan permukiman provinsi sumatera utara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, perubahan struktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan uji signifikan parsial (uji-t) bahwa perubahan struktur berpengaruh secara positif dan signifikan, nilai departementasi sebesar 4.080 berarti hubungan antara perubahan struktur terhadap kinerja dengan nilai formalisasi sebesar 4.625 yang berarti hubungannya erat.

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CHANGE IN THE ORGANIZATIONAL STRUCTURE OF THE PERFORMANCE OF THE CIVIL SERVANTS AT THE DEPARTMENT OF SPATIAL AND

SETTLEMENT OF NORTH SUMATERA

This research is motivated by the phenomenon of the emergence of various changes in Indonesia is increasingly widespread. One is inside the governmentv. Changes in Indonesia inside the governmentv compete to create a the quality structure. Changes, as the reference in Indonesian to change the competition is no less intense. Therefore governmentv further improve performance so that it remainsin thefirstrankposition.

This study aimed to determine the influence of change in the organizational structure of the performance of the civil servants at the department of spatial and settlement of north sumatera. Analysis of the data used is descriptive analysis and statistical analysis. Hypothesis testing using simple linear regression analysis. Collecting data used are primary data and secondary data. This study uses 84 civil servants at the department of spatial and settlement of north sumatera.

These results indicate that, structure changed positive and significant impact on performance of the civil servants. Based on partial significant test ( t-test) that the structure changed positive and significant effect. value of ministry 4.080 means that the relationship between structure changed on performance of the civil servants with formality of 4,625 which means a close relationshi.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabill alaminn, segala puji dan syukur Penulis mengucapkan

kepada Allah Swt, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu menyertai Penulis

dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan

Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara”.

Penulis mempersembahkan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua

orangtua Penulis, ayahanda Drs. H. Syamsul Bahri Ritonga, M.Si dan Ibunda Lelys Suryanita Harahap yang dengan ikhlas dan penuh dukungan disertai kasih sayang

dan do’a menuntun Penulis dalam hidup.

Selama proses studi dan pengerjaan penelitian ini, Penulis telah banyak

menerima saran, motivasi, serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M,Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang selalu berusaha membangun Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara ke arah yang lebih baik.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E., M.Si. dan Ibu Dra. Marhayanie, M.Si. selaku Ketua

Departemen Manajemen dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan mendorong

(5)

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, M.Si selaku Ketua Program Studi Departemen

Manajemen Universitas Sumatera Utara yang selalu membimbing Mahasiswa/i

untuk mempersiapkan diri untuk masa depan.

4. Ibu Dra. Yulinda, M.Si selaku dosen pembimbing. Penulis mengucapkan

terimakasih banyak kepada Ibu atas kesabaran dan kesediaan Ibu atas waktu yang

Ibu berikan untuk skripsi ini.

5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE selaku dosen pembaca penilai skripsi saya. Penulis

mengucapkan terimakasih banyak kepada ibu atas kesabaran dan kesediaan ibu

atas waktu yang ibu berikan untuk skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Manajemen yang telah

memberikan pelajaran yang berharga selama di perkuliahan.

7. Seluruh pegawai Departemen Manajemen, Penulis mengucapkan terimakasih.

8. Teman-teman Saya tersayang, Mardian Fahmi, Herlina Siregar, Rabusa, Liza

Hafitri, dan teman-teman konsentrasi MSDM yang telah memberikan semangat

dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

seluruh teman di Fakultas Ekonomi khususnya stambuk 2008 Departemen

Manajemen.

Medan, 2015

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

2.1.1 Definisi Pengorganisasian ... 11

2.1.2 Proses Pengorganisasian ... 13

2.2 Struktur Organisasi ... 15

2.2.1 Definisi Struktur Organisasi ... 15

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Organisasi ... 16

2.2.3 Dimensi dan Indikator Struktur Organisasi ... 18

2.3 Kinerja Pegawai ... 19

2.3.1 Definisi Kinerja Pegawai ... 19

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 20

2.3.3 Indikator Kinerja ... 22

2.4 Kerangka Konseptual... 24

2.5 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.3 Batasan Operasional ... 28

3.4 Definisi Operasional Penelitian ... 29

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 31

3.6 Populasi dan Sampel ... 31

3.6.1 Populasi ... 31

(7)

3.7 Jenis dan Sumber data ... 35

3.8 Metode Pengumpulan Data... 35

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas ... 36

3.9.1 Uji Validitas ... 36

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 37

3.10 Metode Analisis Data ... 38

3.10.1 Analisis Deskriptif ... 38

3.10.2 Uji Asumsi Klasik ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Gambaran Umum... 43

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 43

4.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi ... 44

4.2.1 Karakteristik Responden ... 53

(8)

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 60

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 60

4.3.2 Pengujian Heteroskedastisitas ... 62

4.3.3 Pengujian Multikolinieritas ... 63

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 64

4.4.1 Uji Parsial/ Uji Individual (Uji t) ... 64

4.4.2 Uji Signifikan Simultan / Uji Serentak (Uji – F) ... 65

4.4.3 Pengujian Koefisien Diterminan (R²) ... 66

4.5 Pembahasan ... 68

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Program Kerja dan Pencapaian ... 6

3.1 Operasional Variabel ... 29

3.2 Instrument Skala Linkert……… 31

3.3 SDM Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara . 32 3.4 Jumlah Sampel Dalam Setiap Jabatan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara ... 34

3.5 Hasil Uji Validitas ... 37

3.6 Hasil Uji Reabilitas ... 38

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 53

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 55

4.5 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Departementasi ... 56

4.6 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Formalisasi ... 57

4.7 Distribusi Pendapat Responden Terhadap Kinerja Pegawai ... 58

4.8 One-Sample Kolmorov-Smirnov Test ... 61

4.9 Coefficients Pengujian Multikolinieritas ... 63

4.10 Coefficients Uji Parsial/ Uji Individual (Uji t) ... 64

4.11 ANOVA ... 66

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Struktur Organisasi Distarukimsu Menurut PERDA

No. 3 Tahun 2001... 4

1.2 Struktur Organisasi Distarukimsu Menurut PERDA No. 8 Tahun 2008... 5

2.1 Kerangka Konseptual... 26

4.1 Histogram Uji Normalitas... 60

4.2 Plot Uji Normalitas ……... 61

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner... 76

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA

DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA UTARA (DISTARUKIMSU)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena timbulnya berbagai perubahan di Indonesia yang semakin marak. Salah satunya adalah di dalam pemerintahan. Perubahan di Indonesia berkompetisi untuk menciptakan struktur yang berkualitas di dalam pemerintahan. Perubahan, sebagai acuan di Indonesia menghadapi datangnya perubahan yang tak kalah hebat. Maka dari itu pemerintahan lebih meningkatkan kinerja sehingga tetap pada posisi peringkat pertama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil (PNS) pada dinas penataan ruang dan permukiman provinsi sumatera utara (distarukim). Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Pengumpulan data digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan 84 pegawai negeri sipil dinas penataan ruang dan permukiman provinsi sumatera utara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, perubahan struktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan uji signifikan parsial (uji-t) bahwa perubahan struktur berpengaruh secara positif dan signifikan, nilai departementasi sebesar 4.080 berarti hubungan antara perubahan struktur terhadap kinerja dengan nilai formalisasi sebesar 4.625 yang berarti hubungannya erat.

(13)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CHANGE IN THE ORGANIZATIONAL STRUCTURE OF THE PERFORMANCE OF THE CIVIL SERVANTS AT THE DEPARTMENT OF SPATIAL AND

SETTLEMENT OF NORTH SUMATERA

This research is motivated by the phenomenon of the emergence of various changes in Indonesia is increasingly widespread. One is inside the governmentv. Changes in Indonesia inside the governmentv compete to create a the quality structure. Changes, as the reference in Indonesian to change the competition is no less intense. Therefore governmentv further improve performance so that it remainsin thefirstrankposition.

This study aimed to determine the influence of change in the organizational structure of the performance of the civil servants at the department of spatial and settlement of north sumatera. Analysis of the data used is descriptive analysis and statistical analysis. Hypothesis testing using simple linear regression analysis. Collecting data used are primary data and secondary data. This study uses 84 civil servants at the department of spatial and settlement of north sumatera.

These results indicate that, structure changed positive and significant impact on performance of the civil servants. Based on partial significant test ( t-test) that the structure changed positive and significant effect. value of ministry 4.080 means that the relationship between structure changed on performance of the civil servants with formality of 4,625 which means a close relationshi.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan struktur

organisasi sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang

dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian dilakukan untuk

mencapai sasaran strategis dari sebuah organisasi yang harus dimulai dengan

beberapa tahap, salah satunya yaitu proses mendesain organisasi. Pola hubungan

spesifik dalam proses ini disebut struktur organisasi. Struktur organisasi dapat

didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi

dikelola. Menurut Robbins dan Coulter (2007:284), Struktur organisasi dapat

diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu

tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan.

Teori mengatakan bahwa ada pengaruh dari struktur organisasi terhadap

kinerja karyawan di suatu perusahaan, tergantung pada bentuk struktur organisasi

yang dipakai perusahaan tersebut. Struktur organisasi perusahaan cenderung berbeda.

Struktur organisasi yang lazim digunakan adalah struktur sederhana, birokrasi dan

struktur matriks. Secara spesifik, struktur hendaknya mengikuti strategi. Menurut

Chandler dalam Robbins (2003:183), Jika manajemen membuat suatu perubahan

yang penting dalam strategi organisasi, struktur akan perlu dimodifikasikan untuk

(15)

Bentuk struktur organisasi yang beraneka cenderung mempengaruhi dimana

tiap-tiap bentuk struktur organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahannya

masing-masing. Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) mempunyai bentuk struktur organisasi yang bersifat fungsional,

sehingga pembagian tugas jelas mengingat besarnya probabilitas pengembangan

spesialisasi. Hal ini menunjukkan bahwa struktur organisasi yang digunakan Dinas

Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu) cenderung

ke arah birokrasi, dimana struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat rutin yang

dicapai lewat spesialisasi, aturan dan pengaturan yang sangat formal, tugas-tugas

yang dikelompokkan ke dalam departemen-departemen fungsional, wewenang

terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang mengikuti

rantai komando (Robbins, 2003:176)

Trahant (1997:86) mengemukakan “Change isn’t something. You’ve got to

involve people’s bodies and souls if you want your change effort to work”. Perubahan

pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) harus memperhatikan dan melibatkan seluruh komponen yang ada

termasuk pegawai. Untuk itu pengelolaan sumber daya manusia menjadi bagian yang

strategis dan menentukan.

Antara organisasi dan pegawai merupakan satu kesatuan yang memiliki

hubungan yang bersifat simultan dan harus seimbang. Artinya pada satu sisi, pegawai

harus dikelola dalam kerangka alur kepentingan organisasi, di sisi lain kegiatan

(16)

pegawai. Hal ini dilakukan dengan mapping (pemetaan pegawai) bagi seluruh

pegawai Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) dari tingkatan pelaksana sampai dengan pejabat Esselon dalam rangka

menempatkan pegawai sesuai dengan kemampuannya (right man on the right job). Perubahan struktur organisasi terjadi pada tahun 2008, dimana dalam menangani

perancangan struktur organisasi Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi

Sumatera Utara (Distarukimsu) menggunakan dua komponen yaitu departementasi

dan formalisasi.

Departementasi maksudnya adalah dasar yang dipakai dalam pengelompokan

pekerjaan sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikoordinasikan dengan lebih

baik dimana Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) menambahkan bidang kelompok jabatan fungsional yang dibawahi

langsung oleh Kepala Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera

Utara (Distarukimsu). Formalisasi adalah suatu tingkat dimana pekerjaan dalam

organisasi itu dibakukan. Jika pekerjaan sangat diformalkan, pelaksana pekerjaan

hanya punya sedikit keleluasaan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan harus

dikerjakan, dan bagaimana seharusnya mengerjakannya dimana posisi bagian tata

usaha berganti nama menjadi sekretaris dan ditambahnya bidang kelompok jabatan

fungsional yang seluruh kegiatannya harus sesuai prosedur yang terdefinisi dengan

jelas pada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(17)

Berikut struktur organisasi Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi

Sumatera Utara (Distarukimsu) menurut PERDA no 3 tahun 2001 sebelum perubahan:

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Distarukim Menurut PERDA No. 3 Tahun 2001

Kepala Dinas Wkl. Kepala Dinas

(18)

Berdasarkan PERDA No. 8 pada tahun 2008, Dinas Penataan Ruang dan

Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu) melakukan perubahan struktur

organisasi sebagai berikut :

Gambar 1.2

Struktur Organisasi Distarukim Menurut PERDA No. 8 Tahun 2008

Lampiran II : PERDA PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR : 8

TANGGAL : 28 november 2008 Kepala Dinas

- UPT PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN - UPT PENGELOLAAN RUMAH SEWA

(19)

Sejak adanya perubahan struktur organisasi pada tahun 2008, beberapa

program telah tersusun dan dapat dicapai dengan optimal dari tahun 2007 sampai

dengan 2011 hal tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

1 Program Terkait Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan 86 88 87 89 85

Sumber : Dinas Penataan Ruang dan Permukiman

Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu), Medan (2012).

Berdasarkan Tabel 1.1 di ketahui bahwa:

1. Program Terkait Peningkatan Infrastruktur Pedesaan dari tahun ke tahun. Tahun

2010 mencapai tertinggi, yaitu sebesar 89% sementara 2011 merupakan

pencapaian terendah, yaitu sebesar 85%.

2. Program Pembangunan Perkotaan dari tahun ke tahun berfluktuasi. Tahun 2011

merupakan pencapaian tertinggi yaitu sebesar 75% sementara tahun 2009 dan

2007 merupakan pencapaian terendah sebesar 68%.

3. Program Peningkatan Pembangunan Perumahan dan Permukiman dari tahun ke

tahun. Tahun 2011 merupakan pencapaian tertinggi yaitu sebesar 85% sementara

(20)

4. Program Penataan Ruang dari tahun ke tahun berfluktuasi. Tahun 2011

merupakan pencapaian tertinggi sebesar 80% sementara tahun 2007 merupakan

pencapain terendah sebesar 70%.

Dari fenomena diatas menimbulkan pertanyaan apakah ada pengaruh

perubahan organisasi terhadap kinerja pegawai pada Dinas Penataan Ruang dan

Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu). Menurut Hunger dan Wheelen

(2002:186), Keberhasilan organisasi cenderung mengikuti pola pengembangan

sebagaimana organisasi itu tumbuh dan berkembang, oleh sebab itu sebelum

perencanaan berperan dalam mewujudkan kinerja, organisasi perusahaan harus di

struktur dengan tepat guna pencapaian tujuan organisasi. Kinerja diartikan sebagai

suatu pola tindakan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan, yang diukur

berdasarkan perbandingan dengan berbagai standar. (Collins, 2002:13).

Penurunan kinerja pegawai dalam suatu organisasi umumnya dipengaruhi oleh

pola penempatan orang-orang yang tidak sesuai dengan bidang keahliannya.Berkaitan

dengan hal ini, Sitanggang (1997:139) mengemukakan bahwa orang-orang yang

mempunyai keahlian spesialisasi adalah tenaga yang langka dan sangat diperlukan,

tetapi bila ditempatkan pada lingkungan atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan

keahliannya maka hasil yang didapat dari tenaga tersebut sebenarnya tidak

menguntungkan. Selain ketepatan penataan keahlian menurut bidang, juga perlu

(21)

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) merupakan salah satu instansi teknis yang ditetapkan sebagai

pelaksana dan pengembang tugas serta kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara dalam bidang Penataan Ruang dan Permukiman, dan mengimplentasikan

kebijakan yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pembangunan di Provinsi

Sumatera Utara.

Seiring perkembangan kondisi lingkungan yang selalu berubah, Dinas

Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu) sebagai

instansi teknis pemerintah perlu melakukan perbaikan sistem, mekanisme kerja dan

performance lembaga. Hal ini diperkuat dengan banyaknya pandangan negatif dari pengamat lingkungan dan masyarakat umum terhadap buruknya kinerja pegawai

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu).

Dalam rangka memperbaiki citra Dinas Penataan Ruang dan Permukiman

Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu) dan berdasarkan hal yang telah diuraikan

sebelumnya, Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) merasa perlu melakukan perubahan. Reformasi yang dilakukan oleh

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu) ini

bersifat menyeluruh dan komprehensif, yang meliputi perubahan struktur organisasi

yang berbeda dengan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera

(22)

Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka penulis sangat tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Dinas Penataan Ruang dan

Permukiman Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya,

maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut:

“Apakah perubahan struktur organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Penataan Ruang dan

Permukiman Provinsi Sumatera Utara?”

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

perubahan struktur organisasi terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan perusahaan untuk

meningkatkan kinerja pegawai melalui perwujudan variabel yang

(23)

2. Bagi Peneliti

Menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang Manajemen

Sumber Daya Manusia khususnya yang berhubungan dengan pengaruh struktur

organisasi terhadap kinerja pegawai.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya

dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang lain

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengorganisasian

2.1.1 Definisi Pengorganisasian

Sebelum kita mengetahui pengertian pengorganisasian, sebaiknya kita lihat

dulu kata dari “pengorganisasian” tersebut, yang memiliki kata dasar “organisasi”.

Menurut Handoko (2003:167) organisasi mempunyai dua pengertian umum yaitu :

1. Menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi

perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan

olahraga.

2. Berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana

kegiatan organisasi di alokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar

tujuan organisasi dapt tercapai dengan efisien.

Menurut Hasibuan (2011:120), Organisasi adalah suatu system perserikatan

formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekolompok orang yang bekerja sama

dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.

Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa organisasi itu merupakan suatu

kelompok fungsional yang tentunya memiliki satu tujuan yang sama dan memiliki

(25)

Menurut Handoko (2003:167) Pengorganisasian merupakan proses

penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber

daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupnya. Sedangkan

Menurut Hasibuan (2011:118-119) Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,

pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk

mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas yang diperlukan

untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas,

menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative

didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas

tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa

pengorganisasian merupakan proses awal untuk menempatkan orang-orang baik

individu maupun kelompok kedalam struktur organisasi demi mencapai tujuan

organisasi tersebut.

Agar organisasi dapat selalu beradaptasi dengan perubahan lingkungan

sekitarnya, diperlukan proses transformasi. Gouillart & Kelly dalam Sadu Wasistiono

(2003 : 85), mengemukakan model 4R untuk transformasi organisasi yaitu :

1. Reframing corporate direction

2. Restructuring the company 3. Revitalizing the enterprise

(26)

Tahap pertama transformasi organisasi adalah menyusun kembali kerangka

tujuan organisasi dengan menetapkan visi dan misi sesuai dengan kekuatan,

kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi (Analisis SWOT). Tahap kedua

adalah menata ulang struktur oeganisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi.

Tahap ketiga adalah memperbaiki iklim, mekanisme serta budaya organisasi agar

sesuai dengan visi dan misi yang baru. Tahap keempat adalah memperbaharui

orang, baik dalam arti fisik berupa pergantiang orang atau memperbaharui cara

pandang dan semangatnya.

Kast dan Rosenzweig dalam Cahayani (2003:3), menyatakan bahwa suatu

organisasi harus memuat empat unsur utama. Keempat unsur utama tersebut adalah:

1. Goals oriented, berarti suatu organisasi selalu berorientasi pada pencapaian sasaran.

2. Psychosocial system, adanya hubungan antara orang dalam suatu kelompok kerja. 3. Structured activities, orang bekerja sama dalam hubungan yang berpola.

4. Tecnological system, anggota organisasi menggunakan teknologi dan pengetahuan dalam melakukan kegiatannya.

2.1.2 Proses Pengorganisasian

Ada dua aspek utama dalam proses pengorganisasian suatu organisasi yaitu

departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi merupakan

pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan yang

sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Hal ini akan tercermin

(27)

organisasi. pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu

dalam organisasi bertanggung jawab untuk dan melaksanakan sekumpulan kegiatan

yang terbatas, (Handoko, 2003:167).

Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur

berikut ini :

1. Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan

organisasi.

2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik

dapat dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja sebaiknya tidak

terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan.

3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasi

pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadau dan harmonis.

Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi

menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-efisienan

dan konflik-konflik yang merusak.

Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu

organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercemin pada struktur

organisasi, yang mencangkup aspek-aspek penting organisasi dan proses

pengorganisasian, yaitu; pembagian kerja, departementalisasi, bagan organisasi

formal, rantai perintah dan kesatuan perintah, tingkat-tingkat hirarki manajemen,

saluran komunikasi, penggunaan komite, rentang manajemen dan

(28)

2.2 Struktur Organisasi

2.2.1 Definisi Struktur Organisasi

Setiap perusahaan pada umumnya mempunyai struktur organisasi.

Penyusunan struktur organisasi merupakan langkah awal dalam memulai pelaksanaan

kegiatan perusahaan dengan kata lain penyusunan struktur organisasi adalah langkah

terencana dalam suatu perusahaan untuk melaksanakan fungsi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

Untuk menentukan pencapaian pelayanan secara efektif harus ada struktur

organisasi yang menjelaskan tugas yang jelas (job discription), wewenang

(authority), dan tanggung jawab (accountabillity) antar bagian/seksi dalam organisasi dan hubungan antar personal yang dipercayainya akan menghubungkan

perilaku/individu dan kelompok dalam peningkatan mutu pelayanan, sehingga

dengan demikian struktur organisasi sangat berpengaruh terhadap efektifitas

pelayanan.

Pengertian struktur organisasi menurut Handoko (2003:169) adalah sebagai

mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelolah”. Menurut Robbins

dan Coulter (2007:284), Struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja

formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi,

dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Sedangkan menurut Gibson (2002:9), Struktur

(29)

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Struktur Organisasi

1. Pembagian Pekerjaan (Division Of Work)

Pembagian pekerjaan adalah tingkat dimana tugas dalam sebuah organisasi

dibagi menjadi pekerjaan yang berbeda (Robbins dan Coulter, 2007:285). Setiap

orang tidak akan mampu melakukan seluruh aktivitas dalam tugas-tugas yang paling

rumit dan tidak seorang pun akan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk

melaksanakan berbagai tugas yang tercakup dalam suatu pekerjaan yang rumit.

Melaksanakan suatu tugas yang memerlukan sejumlah langkah, perlu diadakan

pemilahan bagian-bagian tugas dan membagi-bagikan kepada sejumlah orang,

pembagian kerja yang dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang mempelajari

keterampilan dan menjadi pakar dalam bidang pekerjaan tertentu.

2. Departementalisasi

Departementalisasi merupakan dasar yang digunakan untuk mengelompokkan

sejumlah pekerjaan menjadi satu kelompok (Robbins dan Coulter, 2007:286). Setiap

organisasi terdiri dari beberapa departemen (divisi kerja). Banyaknya bagian suatu

organisasi tergantung dari kebutuhan perusahaan bersangkutan.

3. Hiearki

Hierarki adalah garis wewenang yang tidak terputus yang membentang dari

tingkatan atas organisasi hingga tingkatan paling bawah dan menjelaskan hubungan si

pelapor kepada si penerima laporan (Robbins dan Coulter, 2007:288). Pendelegasian

(30)

rinci karena tidak ada atasan yang dapat mengawasi setiap tugas-tugas organisasi,

terlebih apabila organisasi tersebut mempunyai aktivitas yang banyak dan kompleks.

4. Koordinasi

Koordinasi adalah proses menyatukan aktivitas dari departemen yang terpisah

untuk mencapai sasaran organisasi secara efektif (Robbins dan Coulter, 2007:288).

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada

satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu

organisasi mencapai tujuan organisasi secara efisien (Handoko, 2003:195).

Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan unsur-unsur manajemen

dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi (Hasibuan,

2004:85).

5. Kesatuan Perintah (Unity of Command)

Dalam operasionalisasinya,penerapan prinsip “kesatuan perintah” biasanya

dilaksanakan berdasarkan pendekatan “one step down”. Artinya, seorang manajer

memberika perintah kepada orang-orang yang setingkat lebih rendah daripadanya

yang meneruskannya ketingkat yang lebih bawah lagi apbila hal itu diperlukan.

Dengan demikian dapt dicegah kesimpang siuran, bukan hanya dalam pemberian

perintah, akan tetapi juga dalam hal pertanggungjawaban. Dampak positf dari

penerapan prinsip ini terlihat tidak hanya dalam hal adanya kepastian perintah yang

diterima oleh seseorang, akan tetapi juga berkaitan langsung dengan pembinaan

(31)

2.2.3 Dimensi dan Indikator Struktur Organisasi

Adapun indikator mengenai Struktur Organisasi menurut Stephen Robbins

(2003: 215-224) adalah sebagai berikut:

1. Spesialisasi pekerjaan.

Sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam beberapa

pekerjaan tersendiri.

2. Departementalisasi.

Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama.

Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan pelanggan.

3. Rantai komando.

Garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke

eselon paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.

4. Rentang kendali.

Jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan

efektif.

5. Sentralisasi dan Desentralisasi.

Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan keputusan

terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi. Desentralisasi adalah lawan

dari sentralisasi.

6. Formalisasi.

(32)

2.3 Kinerja Pegawai

2.3.1 Definisi Kinerja Pegawai

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan

oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau “prestasi” (Keban,

2004 : 191). Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam bahasa

Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan kata dari bahasa asing

prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam organisasi

merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.

Landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah kinerja. Jika

tidak ada kinerja maka seluruh bagian organisasi, maka tujuan tidak dapat tercapai.

Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer.

Menurut Nawawi (2006: 63) adalah “Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target

kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang

disediakan”. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui batas waktu yang

disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan.

Sedangkan menurut Prawirosentono (2008:2) “Kinerja adalah Hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai

tu tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

(33)

Dari beberapa pengertian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai

persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang

tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan

sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja karyawan

dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam kegiatan atau

aktivitas atau program yang telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan

serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi dan dilaksanakan dalam

jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Soesilo dalam Nogi (2005 : 180), kinerja suatu organisasi

dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut :

1. Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang

menjalankan aktivitas organisasi

2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi

3. Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas karyawan untuk

bekerja dan berkarya secara optimal

4. System informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data base

untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi.

5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan penggunaan

(34)

Menurut Atmosoeprapto, dalam Nogi (2005:181) mengemukakan bahwa

kinerja organisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, secara lebih

lanjut kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor eksternal, yang terdiri dari:

1. Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuasaan

Negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban, yang akan

mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara maksimal.

2. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh pada

tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan

sektor-sektor lainya sebagai suatu system ekonomi yang lebih besar.

3. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di masyarakat, yang

mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi

peningkatan kinerja organisasi.

b. Faktor internal, yang terdiri dari:

1. Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi

oleh suatu organisasi.

2. Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akan dijalankan

oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.

3. Sumber Daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi

sebagai penggerak jalanya organisasi secara keseluruhan.

4. Budaya Organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja

(35)

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak

faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja dalam suatu organisasi. Namun secara

garis besarnya, faktor yang sangat dominan mempengaruhi kinerja organisasi adalah

faktor internal (faktor yang datang dari dalam organisasi) dan faktor eksternal (faktor

yang datang dari luar organisasi). Setiap organisasi akan mempunyai tingkat kinerja

yang berbeda-beda karena pada hakekatnya setiap organisasi memiliki ciri atau

karakteristik masing-masing sehingga permasalahan yang dihadapi juga cenderung

berbeda tergantung pada faktor internal dan eksternal organisasi.

2.3.3 Indikator Kinerja

Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Winarsih (2005:175)

menjelaskan tentang indikator yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi, yang

terdiri atas beberapa faktor berikut:

1. Tangibles atau ketampakan fisik, artinya ketampakan fisik dari gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki oleh providers.

2. Reliability atau reabilitas adalah kemampuan untuk menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat.

3. Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong customers

dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas. Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para pekerja dan kemampuan mereka dalam

memberikan kepercayaan kepada customers.

4. Emphaty adalah perlakuan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh providers

(36)

Sedangkan Kumorotomo dalam Dwiyanto (2006 : 52) mengemukakan bahwa

untuk menilai kinerja organisasi dapat digunakan beberapa kriteria sebagai pedoman

penilaian kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain:

1. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan

publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta

pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara

objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan

kriteria efisiensi yang sangat relevan.

2. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tercapai? Hal

tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi,

serta fungsi agen pembangunan.

3. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan

oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep

ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat

efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi.

Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan pada kelompok

(37)

4. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi

pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah

akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut

secara keseluruahan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi

memenuhi kriteria daya tanggap ini.

2.4 Kerangka Konseptual

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) merupakan salah satu instansi teknis yang ditetapkan sebagai

pelaksana dan pengembang tugas serta kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara dalam bidang Penataan Ruang dan Permukiman, dan mengimplentasikan

kebijakan yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pembangunan di Provinsi

Sumatera Utara.

Dalam rangka memperbaiki citra Dinas Penataan Ruang dan Permukiman

Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu), Dinas Penataan Ruang dan Permukiman

Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu) merasa perlu melakukan perubahan.

Reformasi yang dilakukan oleh Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi

Sumatera Utara (Distarukimsu) ini bersifat menyeluruh dan komprehensif, yang

meliputi perubahan struktur organisasi yang berbeda dengan Dinas Penataan Ruang

(38)

Menurut Robbins dan Coulter (2007:284), Struktur organisasi dapat diartikan

sebagai kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas

pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Perubahan struktur

organisasi terjadi pada tahun 2008, dimana dalam menangani perancangan struktur

organisasi Distarukimsu menggunakan dua komponen yaitu departementasi dan

formalisasi.

Departementasi maksudnya adalah dasar yang dipakai dalam pengelompokan

pekerjaan sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikoordinasikan dengan lebih

baik dimana Distarukimsu menambahkan bidang kelompok jabatan fungsional yang

dibawahi langsung oleh kepala dinas Distarukimsu.

Formalisasi adalah suatu tingkat dimana pekerjaan dalam organisasi itu

dibakukan. Jika pekerjaan sangat diformalkan, pelaksana pekerjaan hanya punya

sedikit keleluasaan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan harus dikerjakan, dan

bagaimana seharusnya mengerjakannya dimana posisi bagian tata usaha berganti

nama menjadi sekretaris dan ditambahnya bidang kelompok jabatan fungsional yang

seluruh kegiatannya harus sesuai prosedur yang terdefinisi dengan jelas pada

(39)

Teori mengatakan bahwa ada pengaruh dari struktur organisasi terhadap

kinerja karyawan di suatu perusahaan, tergantung pada bentuk struktur organisasi

yang dipakai perusahaan tersebut. Menurut Chandler dalam Robbins (2003:183), Jika

manajemen membuat suatu perubahan yang penting dalam strategi organisasi,

struktur akan perlu dimodifikasikan untuk mengakomodasikan dan mendukung

perubahan ini.

Sumber: Stephen Robbins (2008) dan Agus Dwiyanto (2006) Gambar 2.2: Kerangka Konseptual 2.5 Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2007:70) adalah “jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan perumusan masalah sebelumnya,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Faktor sebelum adanya perubahan struktur organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Penataan

Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara Departementasi (X1)

Kinerja Pegawai (Y)

(40)

2. Faktor sesudah adanya perubahan struktur organisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Dinas Penataan

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada skripsi ini adalah survei eksplanasi, yaitu metode

penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang

dipelajari adalah data dari sample yang diambil populasi tersebut, sehingga

ditemukan kejadian-kejadian relative distribusi dan hubungan-hubungan antar

variabel. (Sugiyono, 2007:7). Objek telahan metode penelitian survei eksplanasi

adalah untuk menguji Pengaruh Perubahan Organisasi terhadap Kinerja Pegawai

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi

Sumatera Utara (Distarukimsu). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2014

sampai dengan September 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam

membahas dan menganalisis permasalahan penelitian yang dilakukan. Maka batasan

operasional Penelitian ini dibatasi pada variabel bebas (independent), struktur

(42)

3.4 Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel-variabel

suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Definisi variabel memberikan dan

menuntun arah peneliti bagaimana cara mengukur suatu variabel. Berikut ini

menjelaskan defenisi operasional variabel yang berisikan indikator, yang digunakan

untuk membantu membuat daftar pernyataan pada penelitian ini.

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala

Struktur Organisasi

(X)

kerangka kerja formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan

1. Departementasi 1. Pengelompokkan

pekerjaan

2. Formalisasi 1. Pengkordinasian

tugas dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan

(43)

Seperti penjelasan sebelumnya dan terlihat pada Tabel 3.1, adapun variabel

pada penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya.

a. Variabel struktur organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka kerja formal organisasi yang dengan

kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan dan

dikoordinasikan

1. Departementasi

Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara

bersama-sama

2. Formalisasi

Sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan

2. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi

variabel bebas

a. Kinerja pegawai (Y)

Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang pegawai atau sekelompok

pegawai dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal,

(44)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Adapun yang menjadi skala pengukuran dalam penelitian ini adalah skala

Likert sebagai alat utuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau Sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap

variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberikan skor

(Sugiono,2007:86).

Kriteria pengukuran variabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrument Skala Likert

No Item Instrument Skala

1

Menurut Sugiyono (2007:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan

pengertian tersebut, maka populasi dalam penelitian ini ialah komposisi Pegawai

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu)

(45)

Tabel 3.3

SDM Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu)

No Keterangan Jumlah

1 Pajabat Struktural 5

2 Pajabat Fungsional 3

3 Staf Administrasi 495

Total 503

Sumber : Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (2012).

3.6.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap

dapat menggambarkan populasinya (Ginting dan Situmorang, 2008:151). Desain

pengambilan sampel yang digunakan adalah Probability sampling. untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan

10% (Umar, 2004:78).

2

Dimana n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tarif kesalahan sebesar 10%

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut:

2

(46)

Jadi, jumlah sampel 83,41 orang dan dibulatkan menjadi 84 orang.

Sedangkan untuk menentukan sampel yang berhak menjadi responden

digunakan teknik proporsional random sampling. Pengambilan sampel dengam

menggunakan teknik ini karena populasi terbagi menjadi beberapa bagian jabatan

pegawai yang ada Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu). Teknik ini juga memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil

untuk dipilih menjadi sampel. Dari jumlah sampel sebanyak 84 orang, maka dipilih

jumlah sampel tiap-tiap jabatan digunakan rumus, (Sugiyono, 2007:365):

Dimana n = Jumlah Populasi pada satiap Jabatan

n = Jumlah Sampel Keseluruhan Populasi

N = Jumlah Populasi

1. Sampel untuk Pejabat Struktural.

(47)

2. Sampel untuk Pejabat Fungsional.

3. Sampel untuk Staf Administrasi.

=

Tabel 3.4

Jumlah Sampel Dalam Setiap Jabatan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (Distarukimsu)

No Keterangan Jumlah Sampel

1 Pajabat Struktural 5 1

2 Pajabat Fungsional 3 1

3 Staf Administrasi 495 82

Total 503 84

Sumber : Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara (2012).

Jumlah sampel yang diambil akan menjadi responden dengan metode

pegambilan sampelnya adalah non probality sampling, yaitu pemilihan sampel dari populasi menggunakan proses random, maka tidak semua anggota populasi memiliki

(48)

3.7 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian

melalui wawancara dan kuesioner di lapangan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh untuk melengkapi data primer

dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain.

Biasanya sudah dalam bentuk publikasi seperti data yang diperoleh dari

situasi-situasi internet dan data lainnya yang berhubungan langsung dengan

objek yang diteliti.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab (Sugiyono, 2007:97)

1. Kuesioner

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar

pernyataan tertulis untuk diisi responden. Kuesioner ini menggunakan sistem

tertutup, yaitu bentuk pernyataan yang disertai alternatif jawaban dan

responden tinggal memilih salah satu dari alternatif jawaban tersebut.

(49)

a. Identitas responden

b. Data mengenai tanggapan responden terhadap struktur organisasi yang

mempengaruhi kinerja pegawai

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dari

buku-buku, tulisan ilmiah, internet dan literatur lainnya yang memiliki

hubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3.9 Uji Validitas dan Realibilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat

setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan

(Kuesioner). Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu

mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini sampel uji validitas diambil

sebanyak 30 orang Pegawai Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi

Sumatera Utara (Distarukimsu) diluar daripada sampel dengan menggunakan

program SPSS 16.0 for windows dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut dikatakan valid.

(50)

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item-Total Statistics

Pernyataan r hitung Corrected

Item-Total Correlation r tabel Keterangan

P1 .612 0.361 Valid

P2 .562 0.361 Valid

P3 .693 0.361 Valid

P4 .562 0.361 Valid

P5 .612 0.361 Valid

P6 .684 0.361 Valid

P7 .551 0.361 Valid

P8 .668 0.361 Valid

P9 .725 0.361 Valid

P10 .589 0.361 Valid

P11 .668 0.361 Valid

Sumber: Hasil pegolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan valid, hal ini dapat

dilihat dari rhitung pada corrected item-total correlation yang pada keseluruhan butir

lebih besar dari rtabel (0,361).

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Situmorang, 2008:37). Bila suatu alat

pengukur di pakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran

(51)

Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam

penelitian ini adalah menggunakan rumus koefisien Cronbach Alpha yaitu suatu

kontruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Ghozali, 2005:41-42)

Tabel 3.6 Hasil Uji Realibilitas Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.897 11

Sumber: Hasil pegolahan SPSS 16,0 (Jan 2014)

Pada Tabel 3.6 diketahui bahwa koefisien alpha pada tingkat signifikansi 5%

adalah 0,897. Ini berarti 0,897 > 0,60 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner

tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden agar dapat dijadikan

sebagai instrumen penelitian

3.10 Metode Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara menguraikan dan menafsirkan data

yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan.

Analisis deskriptif dilakukan peneliti yaitu dengan mendistribusikan jawaban

responden dalam bentuk tabel sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang

(52)

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang dipergunakan

dalam penelitian. Model analisis regresi penelitian ini mensyaratkan uji asumsi

terhadap data yang meliputi:

3.10.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t

dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2005 : 110). Cara

untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan

membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan

garis diagonal. Jika distribusi data residual adalah normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,

2005 : 110).

3.10.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika variance dari satu residual satu pengamatan kepengamatan lainnya tetap

(53)

Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas

(Situmorang, 2008:65). Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas

adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dan

residualnya (SRESID). Deteksi terhadap heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat grafik scatterplot yang disajikan, jika terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di

bawah angka nol pada sumbu Y. Maka hal ini tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi prestasi

kerja, berdasarkan masukan variabel independennya.

3.10.2.3 Uji Multikolinieritas

Pada mulanya multikolinieritas ini berarti adanya hubungan linear yang

“sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari

model regresi (Situmorang, 2008:96).

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation

Factor (VIF) kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah tolerance < 0.1 sedangkan Variance Inflation Factor (VIF) >

(54)

3.10.3 Pengujian Hipotesis

3.10.3.1 Uji Signifikan Simultan / Uji Serentak (Uji – F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat (Ghozali, 2005:84). Dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara

simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh kebutuhan aktualisasi diri

(X1) dan penghargaan (X2) secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu

prestasi kerja (Y).

H0 : b1,b2,b3 = 0, Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel independen yaitu kebutuhan aktualisasi diri (X1)

dan penghargaan (X2) terhadap variabel dependen yaitu prestasi kerja (Y).

H0 : b1≠ b2≠ b3, Artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif

dan signifikan dari variabel independen yaitu kebutuhan aktualisasi diri (X1) dan

penghargaan (X2) terhadap variabel dependen yaitu prestasi kerja (Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan yaitu:

H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5%

H0 ditolak jika Fhitung≥ Ftabel pada α = 5%

3.10.3.2 Uji Signifikan Parsial / Uji Individual (Uji thitung)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali,

2005:84). Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan

(55)

Kriteria Pengambilan Keputusan, yaitu:

H0 diterima, apabila thitung < ttabelpada α = 5%

H0 ditolak, apabila thitung≥ ttabelpada α = 5%

Uji thitung bertujuan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang

positif dan signifikan dari variabel independen yaitu kebutuhan aktualisasi diri (X1)

dan penghargaan (X2) terhadap variabel dependen yaitu prestasi kerja (Y), bentuk

pengujiannya adalah:

H0 : bi = 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

variabel independen yaitu kebutuhan aktualisasi diri (X1) dan penghargaan (X2)

terhadap variabel dependen yaitu prestasi kerja (Y).

H0 : bi≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

variabel independen yaitu kebutuhan aktualisasi diri (X1) dan penghargaan (X2)

terhadap variabel dependen yaitu prestasi kerja (Y)

3.10.3.3 Pengujian Koefisien Determinan (R²)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa besar

kontribusi dan kemampuan varian dari variabel bebas menjelaskan variabel terikat. Jika (R2)

semakin besar nilainya (mendekati 1), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas

(kebutuhan aktualisasi diri dan penghargaan) kuat terhadap variabel terikat (Y). Berarti

model yang digunakan semakin kuat menerangkan pangaruh variabel bebas terhadap variabel

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi Sumatera Utara

(Distarukimsu) merupakan salah satu instansi teknis yang ditetapkan sebagai

pelaksana dan pengembang tugas serta kewenangan Pemerintah Propinsi Sumatera

Utara dalam bidang Penataan Ruang dan Permukiman, dan mengimplentasikan

kebijakan yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan pembangunan di Propinsi

Sumatera Utara. Tahun 2007 Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi

Sumatera Utara (Distarukimsu) melakukan berbagai tugas dan fungsi sesuai dengan

pelaksanaan kewenangan yang telah diberikan dalam mewujudkan penyelenggaraan

Pemerintahan Propinsi yang didasarkan pada prinsip Good Governance dibidang

Penataan Ruang dan Permukiman serta mewujudkan visi dan misi pembangunan

yang telah ditetapkan dalam rencana pembangunan pemerintah daerah Propinsi

Sumatera Utara.

Sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh Dinas Penataan Ruang dan

Permukiman Propinsi Sumatera Utara (Distarukimsu), penyelenggaraan kebijakan,

program dan proyek dilingkungan Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Propinsi

Sumatera Utara (Distarukimsu) diarahkan pada terselenggaranya tugas pembangunan

Penataan Ruang dan Permukiman yang serasi dan selaras dengan melibatkan peran

serta masyarakat serta mengacu kepada Rencana Strategis Dinas Penataan Ruang dan

Gambar

Struktur Organisasi Distarukim Menurut PERDA No. 3 Tahun 2001Gambar 1.1
Struktur Organisasi Distarukim Menurut PERDA No. 8 Tahun 2008Gambar 1.2
Tabel 1.1 Program Kerja dan Pencapaian
Gambar 2.2: Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui peranan struktur organisasi dalam meningkatkan koordinasi kerja pegawai pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara..

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi penataan dan pemerataan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) jenjang SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo. Penelitian

PERANAN STRUKTUR ORGANISASI DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA PADA DINAS PERHUBUNGANi. PROVINSI

peranan struktur organisasi pada Dinas Perhubungan Provinsi

Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Bali 30 | P a g e Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Pekerjaan Umum,

KASUBAG TATA USAHA SEKSI STUDI KELAYAKAN DAN PERENCANAAN SEKSI PENGADAAN DAN PEMBANGUNAN SEKSI PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN SEKSI PENDAMPINGAN DAN PENGHUNIAN KASUBAG TATA

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penataan arsip in aktif di Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Barat belum terlaksana sebagimana mestinya,

Pengaruh Penggabungan Organisasi Perangkat Daerah Terhadap Kinerja Pegawai Di Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya Dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara Yunisari Theresia Zalukhu1*,