• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan pratikum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan pratikum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1. Tes Glukosa Urine : Fehling &Benedict

8.1 Tujuan

Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine.

8.2 Metode yang Digunakan

Tes glukosa urine dilakukan dengan menggunakan metode fehling.

8.3 Prinsip Pemeriksaan

Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk

Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara kasar

menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa.

8.4 Alat dan Bahan

a. Alat

Tabung reaksi Api bunsen Pipet volume

Ball filler

b. Bahan

Sampel urine

Reagen Fehling A dan Fehling B

8.5 Cara Kerja

Dipipet 1 ml fehling A dan Fehling B, dan dicampurkan dalam tabung reaksi hingga homogen (untuk pemeriksaan tiga sampel)

Dipipet masing-masing 1 ml larutan tersebut ke dalam tiga tabung reaksi ↓

Ditambahkan masing-masing 0,5 ml sampel urine ke dalam tiga tabung reaksi tersebut ↓

(2)

Setelah dingin, diamati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung.

Interpretasi :

(-) : warna biru / hijau keruh

(+) : larutan keruh dan hijau agak kuning

(++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning

(+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah

(++++) : merah jingga sampai merah bata

8.6 Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil

No Tabung ke- Komposisi Bahan

Pengamatan Warna

Interpretasi Sebelum

pemanasan PemanasanSetelah

1. A Fehling A + FehlingB + Sampel urine 1 Biru tua kehijauanKuning ++

2. B Fehling A + Fehling

B + Sampel urine 2 Biru tua

Kuning

kemerahan +++

3. C

Fehling A + Fehling B + Sampel urine 3

(urine normal) Biru tua Biru tua

-Apabila hasil +, maka di dalam sampel urine mengandung glukosa dengan kadar yang berbeda-beda. Semakin banyak nilai + yang dihasilkan maka semakin besar pula kandungan glukosa yang terdapat dalam sampel urine.

8.7 Pembahasan

(3)

Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui perubahan warnanya. (Chernecky and Berger, 2008).

Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa oxidase (Prasetya, 2011).

Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan

dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan

dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan reaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif (Subawa.2010). Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan

fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran

larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam

pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap

sebagai larutan CuO (Anonim, 2010).

Pada praktikum ini diketahui bahwa tabung A dan B menunjukkan hasil positif terkandungnya glukosa dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri

menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Perbedaan

(4)

endapan kuning merah. Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna kuning kehijauan dengan endapan kuning. Sedangkan tabung C tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna, yakni tetap berwarna biru tua seperti warna larutan fehling A dan B sebelum dipanaskan.

Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel yang digunakan pada tabung ketiga merupakan sampel urine normal, sehingga tidak terjadi perubahan warna pada uji fehling yang menunjukkan tidak adanya glukosa dalam sampel tersebut. Berikut ini adalah reaksi antara aldehid dengan fehling yang menghasilkan endapan merah bata :

Pada orang normal tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa. Hal ini dapat ditemukan pada kondisi diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi (Wirawan dkk, tt).

Namun reduksi positif tidak selalu berarti pasien menderita Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan pada penggunaan cara reduksi dapat terjadi hasil positif palsu pada urin yang disebabkan karena adanya kandungan bahan reduktor selain glukosa. Bahan reduktor yang dapat menimbulkan reaksi positif palsu tersebut antara lain : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, dan vitamin C. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lebih lanjut untuk memastikan jenis gula pereduksi yang terkandung dalam sampel urine. Hal ini dikarenakan hanya kandungan glukosa yang mengindikasikan keberadaan penyakit diabetes. Penggunaan cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Nilai ambang ginjal untuk glukosa dalam keadaan normal adalah 160-180 mg % (Wirawan dkk, tt).

http://smart-fresh.blogspot.com/2012/06/tes-glukosa-urine-fehling-benedict.html

 1. Pemeriksaan HB dan Protein Urine By. Friska Junita, SST

 2. Hemoglobin• Definisi : Hemoglobin adalah Senyawa pembawa oksigen pada sel

(5)

hemoglobinAnak 6 Bulan – 6 tahun 11,0Anak 6 tahun – 14 Tahun 12,0Pria dewasa 13,0Ibu Hamil 11,0Wanita Dewasa 12,0

 3. Guna Hemoglobin dalam tubuh, menurut Depkes RI:1. Mengatur pertukaran

oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan tubuh2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar3. Membawa karbondioksida dari jaringan – jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin.

 4. PRINSIPHemoglobin darah diubah menjadi asam hematin denganpertolongan

larutan HCL, lalu kadar dari asam hematinini diukur dengan membandingkan warna yang terjadidengan warna standard memakai mata biasa.

 5. Metode Pemeriksaan Kadar hemoglobin• Metode Pemeriksaan : 1. Metode Sahli 2.

Metode Cyanmethemoglobin

 6. Sahli• Hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi Globin Ferroheme.• Ferroheme

(O2 yang ada diudara) dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion CI membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat.• Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.• Faktor yang mempengaruhi penilaian : Subjektivitas, ketajaman, penyinaran.

 7. Cyanmethemoglobin• Hasilnya berwarna merah• Intensitas warna dibaca dengan

fotometer dan dibandingkan dengan standar• Hasil lebih objektif, karna yang

membandingkan alat elektronik• Mahal.• Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini baik di PUSKESMAS maupun dibeberapa Rumah sakit di negara kita masih menggunakan alat Sahli

 8. Prosedur Pemeriksaan dengan Metode Sahli1. Alat - Haemometer - Lancet -

Bengkok - Penlancet2. Bahan - HCL 0,1 N - Aquadest - Kapas Alkohol - Tissue

 9. 3. PERSIAPAN PASIEN Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan HB Sahli

1.Menyapa ibu dengan ramah dan sopan 2.Berlaku sopan dalam melakukan pemeriksaan 3.Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 4.Pasien diminta untuk Relax 5.Memposisikan ibu dengan nyaman selama pemeriksaan

 10. Prosedur kerja1. Cuci tangan2. Siapkan dan pastikan seluruh peralatan sudah siap

pakai.3. Alat haemometer dalam keadaan bersih dan kering masukkan HCL 0,1 N ke dalam tabung sahli sampai angka 24. Gunakan Handscoen5. Masase jari tangan yang akan digunakan (3 jari tengah)

 11. • Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan

(Alcohol 70%). Biarkan sampai alkohol kering.• Lakukan penusukkan menggunakan blood lancet yang steril pada daerah kapiler jari tersebut.• Isap dengan pipet

(6)

 12. • Masukkan pipet yang berisi darah dan alirkan ke dalam tabung sahli yang berisi HCl 0,1, sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelan – pelan. Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Masukkan darah secepatnya sebelum membeku

 13. • Aduk dengan batang pengaduk ,campur sampai rata, jangan sampai terjadi

gumpalan, setelah rata diamkan selama 1-2 menit. Jangan sampai ada gelembung- gelembung udara dalam tabung sahli saat mengaduk karena akan mempengaruhi pembacaan hasil pemeriksaan.• Usapkan kapas alkohol pada jari yang bekas ditusuk

 14. • Encerkan dengan aquadest setetes demi setetes , lalu diaduk kemudian masukkan

ke dalam alat pembanding, bila warna larutan belum sama dengan warna standar pada haemometer, tetesi lagi aquadest sampai warna larutan sama dengan warna

pembanding. Bila terlampau banyak aquadest dan warna menjadi lebih muda maka pemeriksaan harus diulang dari awal..• Bila sudah sama, baca kadar hemoglobin dengan skala pembanding. Lihat pada tempat yang terang atau ada sinar/cahaya.

 15. • Buka handscoen• Cuci tangan• Catat Hasil pemeriksaan• Beritahu ibu hasil

pemeriksaan

 16. Kesalahan-kesalahan bisa disebabkan karenabeberapa faktor :a. Peralatan : pipet

darah, tabung pengukur tidak kering sebelumnya.b. Adanya sisa-sisa darah diluar pipet kapiler, yang tidak diisap lebih dulu. - Tidak sempurna mencampurkan darah dengan HCl 0,1 N. - Tidak dapat membedakan warna. - Pembanding warna sudah rusak.

 17. Pemeriksaan Protein UrineDEFINISIProteinuria yaitu urin manusia yang

terdapatprotein yang melebihi nilai normalnya yaitu>150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebihdari 140 mg/24jam. Patologis bila kadarnyadiatas 200mg/hari. Urine normal biasanyaberwarna kuning, berbau khas jika didiamkanberbau ammoniak, pH berkisar 4,8 – 7,5 danbiasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 –1,035. Volume normal perhari 900 – 1400 ml.

 18. PROTEIN URINE DALAM KEHAMILANTingginya kadar protein dalam urin

ibu hamil dapatmengindikasikan terjadinya preeklampsi. Preeklampsiialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edemadan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakitini umumnya terjadi dalam trimester kedua -kehamilan.

 19. TUJUAN1. Untuk menentukan adanya protein dalam urine2. Untuk menentukan

adanya indikasi kelainan-kelainan pada fungsi renal3. untuk mengetahui apakah pasien mengalami preeklamsi atau eklamsi.PRINSIPPemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yangterjadi dalam suasana asam, karena hasil

pemeriksaandinilai dari kekeruhan, maka urine harus jernih.

 20. F.PERSIAPAN PASIEN Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan protein

(7)

 21. ProsedurAlat• 2 Tabung reaksi• Penjepit tabung reaksi• Rak tabung• Pipet tetes• Lampu spiritus/ bunsen• Beker glassBahan• Asam Asetat 6%• Urin jernih

 22. Cara Kerja1.Menyiapkan dan mengecek kelengkapan alat2.Mencuci

tangan3.Memakai handscoon4.Memperhatikan kejernihan urine5.Bila urin keruh disaring dengan kertas penyaring6.Mengisi kedua tabung dengan urin, masing + 2ml salah satu tabung sebagai bahan pembanding pemeriksaan7.Menyalakan lampu spirtus

 23. 8.Memanaskan tabung sampai mendidih denaturasi sehingga terjadilah presipitasi.

- Berjarak 2-3 cm - Membentuk sudut 45 derajat - Panaskan tabung secara merata dari ujung bawah ke atas9. Bila urin yang dipanaskan keruh tambahkan 4 tetes asam asetat 6% (Titik iso-elektrik protein) dan bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil yang negatif10.Jika urin tetep keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan hasilnya

 24. 11. Bila setelah diapanaskan urin tetep keruh maka Hasilnya positif dan baca hasil

pemeriksaan.12. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan13. Membereskan peralatan14. Mencuci tangan

 25. H.CARA MENILAI HASIL Cara penilain ini berlaku untuk pemeriksaan dengan

asam asetat : -- : tidak ada kekeruhan. + : kekeruhan ringan tanpa butir-butir (0,01- 0,05%). ++ : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir- butir dalam kekeruhan tersebut(0,05-0,2%). +++ : urin jelas keruh dan kekeruhan berkeping- keping (0,2-0,5%). ++++ : sangat keruh dan bergumpal/memadat (>0,5%)

http://www.slideshare.net/friskasilalahi/pemeriksaan-hb-dan-protein-urine

uji protein urin

(8)

1. Tujuan :

Untuk Mengetahui uji protein pada urin dengan asam asetat2. Mengetahui

besarnya kandungan protein yang terdapat pada urin

2.Pembahasan :

Pada praktikum uji protein melalui pencampuran asam asetat pada urin

bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan protein yang terkandung pada

urin. Pengamatan ini dilakukan dengan cara memasukkan urin ke dalam tabung

reaksi hingga 2/3 tabung kemudian tabung reaksi dimiringkan hingga 45

derajatagar bagian atas tabung dapat dipanaskan sampai mendidih selama 30

detik.Pemanasan ini bertunjuan untuk proses denaturasi pada urin agar terjadi

3. Pendahuluan :

Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkantimbulnya

kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itumenjadi satu

ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka menggunakan urinyang jernih

menjadi syarat yang penting.Salah satu uji protein urin yang cukup peka adalah

dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat. Pemberian asam asetat

dilakukan untukmencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein, sedangkan

pemanasanbertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi.

4. Dasar Teori :

(9)

untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal

dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.

Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan dan makanan sehari-hari yang

dikonsumsi oleh masing-masing individu.

Individu normal mempunyai pH antara5 sampai 7. Banyak faktor yang

memperngaruhi pH urine seseorang adalah makanan sehari-hari dan ketidak

seimbangan hormonal.

Warna urine adalah kuning keemasan yang dianggap berasal dari emas.Fungsi

utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari

dalam tubuh.

Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin

dan pH serta suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputianalisis

glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu.

Untuk analisiskandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan,

mulai darimetode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa.

Yang terakhir adalah analisis secara mikroskopik, sampel urin secara langsung

diamati dibawah mikroskop sehingga akan diketahui zat-zat apa saja yang

terkandung di dalamurin tersebut

Cara penilaian uji protein adalah sebagai berikut :

NILAI SIMBOL DESKRIPSI

Negatif - Tidak ada kekeruhan sedikitpun

(10)

Positif ++ 2+ Kekeruhan mudah dilihat dan nampak butir-butir dalam kekeruhan

tersebut kadar protein kira-kira 0,05-0,2%

Positif+++ 3+ Jelas keruh dengan kepingan-kepingan; kadar protein kira-kira

0,02-0,5%

Positif ++++4+ Sangat keruh dengan kepingan ±kepingan besar atau

bergumpal-gumpal atau memadat; kadar protein kira-kira lebih dari 0,5%. Jikaterdapat

lebih dari 3% protein akan membeku.

5. Alat dan Bahan :

Tabung reaksi

Alat pembakar (Bunsen)

Penjepit tabung

Pipet

Senter

Karton Hitam

Urin

Asam asetat 3-6%

Paraffin

6. Cara Kerja :

1. Masukkan urin ke dalam tabung reaksi hingga mengisi 2/3 tabung

2. Jepit tabung pada bagian bawah, miringkan tabung sekitar 45 derajat

sehingga bagian atas tabung dapat dipanasi di atas nyala api sampai mendidih

selama 30 detik.

3. Berikan penyinaran pada tabung sehingga sinar berpantul dari bagianberlatar

karton berwarna hitam

4. Perhatikan teerjadinya kekeruhan di lapisan atas urin tersebut.

(11)

5. Untuk menentukan apakah kekeruhan yang terjadi akibat Kalsium

Fosfat maka bila ke dalam urin yang masih panas tersebut di teteskan 3-5

teteslarutan asam asetat 3-6% maka kekeruhan akan hilang, tetapi

dengandisertai pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi

bertambah keruh berarti uji protein tersebut positif.

6. Panaskanlah sekali lagi nagian atas tebung tersebut sampai mendidih

dankemudian berikan penilaian terhadap pemeriksaan protein urin tersebut.

7. Catat Hasil Pengamatan

http://teuku-mursal.blogspot.com/2012/11/uji-protein-urin.html

"Semoga makalah ini bisa membantu teman-teman semua dalam mengerjakan tugas ya... "

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

glukosa, suatu gula monosakarida adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewa dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.

Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida dalam keadaan abiotik sehingga mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Rendahnya glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang relatif. Meski begitu komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal, kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan glukosa urine ?

2. Berapa jumlah normal urine dan apa saja yang termasuk pemeriksaan urine ?

3. Bagaimana cara kerja pemeriksaan glukosa urine ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pemeriksaan glukosa.

2. Untuk mengetahui jumlah normal urine dan jenis-jenis pemeriksaan urine.

(12)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya glukosa pada urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam urinalisis.

Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).

Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict (terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.

Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.

2.2 Tujuan

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya glukosa dalam urine dan untuk mengetahui penyakit Diabetes Melitus pada ibu hamil.

2.3 Jumlah Urine dan pemeriksaan fisis

 Bayi : 30 - 500 ml

 Anak ( 1-14 th ) : 500 – 1400 ml

 Dewasa : 600 – 1600 ml

 Anuria : ≤ 100 ml

 Oliguria : 100 – 600 ml

 Poliuria : > 1600 ml

Pemeriksaan Fisis :

a. Jumlah

b. Bau c. Buih

d. Warna

e. Kejernihan

f. Berat jenis.

(13)

Cara benedict

Alat dan Bahan Alat :

1. Tabung reaksi

2. Penjepit tabung reaksi

3. Rak tabung

4. Pipet tetes

5. Corong

6. Pipet volume

7. Lampu spiritus/ Bunsen

8. Beker glass

Bahan :

1. 5 cc larutan benedict

2. Urine patologis

Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Masukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 cc.

(14)

4. Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih.

5. Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak.

Cara menilai hasil :

 Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan

 Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)

 Positif (++) : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)

 Positif (+++) : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)

 Positif (++++) : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)

Perhatian : membaca hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok bila dibiarkan lebih lama hasilnya akan lebih positif.

Contoh hasil pengujian :

Keterangan : glukosa dan fruktosa memiliki sifat pereduksi sehingga warna benedict berubah. Sedangkan sukrosa tidak memperlihatkan perubahan berarti, karena tidak mempunyai pereduksi. Pada gambar diatas sudah menunjukkan +4 karena berwarna merah bata.

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal

http://mahasiswakedokteranonline.wordpress.com/tag/uji-glukosa/

http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/prosedur-klinik-pemeriksaan-urine-ibu.htm http://materiuas.wordpress.com/2010/01/26/pemeriksaan-laboratorium-glukosa-urine-dan-protein-urine-2/

http://catatanmahasiswafk.blogspot.com/2012/03/tes-glukosa-urine-tes-reduksi-benedict.html

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Alat penangkap ikan pancing tonda termasuk ktif, terdiri dari tali, mata pancing, swivel dan umpan buatan yang juga berfungsi sebagai pemberat yang di tarik di atas kapal..

Beberapa peluang riset masa depan yang berpotensi meningkatkan pengetahuan sains kristal BAF di kelompok riset kristalografi SF ITB yang mampu memberikan dampak bagi kemajuan

Sesuai SK Walikota Nomor: 188.45-258 Tahun 2018 tentang Pokja Data Terpilah Gender dan Anak Kota Solok Tahun 2018 s/d 2019, bahwa sumber data dalam penyusunan buku

Berdasarkan hasil penelitian dari proses pengujian data dapat beberapa kesimpulan dari tujuan peneitian antara lain: 1) Pertama, dari hasil penelitian ini dapat

Reviu adalah kegiatan penelaahan atas penyelenggaraan tugas pokok dan fungi-fungsi Rumah Sakit, dilakukan oleh Pemeriksa SPI yang kompeten untuk memberikan keyakinan terbatas

▪ 6 sasaran mutu pencapaiannya di bawah target yang ditetapkan, yaitu Sasaran Mutu Prosentase Terjualnya Produk di Pameran (Pameran Jakarta Fair Kemayoran), Sasaran

Sedangkan yang mempengar­ uhi keragaman mikoflora tanah yakni : kandungan C­ organik, N total dan debu berpengaruh positif terhadap jurnlah jenis mikoflora dalam habitat

1) Teknik budidaya tanaman tahunan.. Teknik budidaya tanaman tahunan yang dilakukan di Perkebunan PT. SMART, Tbk meliputi kegiatan di areal pembibitan, kegiatan di areal