MUHAMAD ISA SUMANTAPURA
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
AKTIVITAS INHIBISI ENZIM
α
-GLUKOSIDASE DAN
TOKSISITAS EKSTRAK AIR DAN EKSTRAK ETANOL
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Inhibisi
Enzim α-Glukosidase dan Toksisitas Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun sengon
(Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ii
ABSTRAK
MUHAMMAD ISA SUMANTAPURA. Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase dan Toksisitas Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen.). Dibimbing oleh HASIM dan SYAMSUL FALAH.
Sengon (famili Fabaceae) telah terbukti memiliki bioaktifitas yang tinggi. Pemanfaatan daun sengon sebagai antidiabetes belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes dan toksisitas ekstrak air dan etanol daun sengon. Aktivitas antidiabetes ekstrak daun sengon diuji
dengan metode inhibisi enzim α-glukosidase. Toksisitas daun sengon dilakukan
dengan metode BSLT. Penghambatan enzim α-glukosidase ekstrak etanol 70% dan 96% memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar 1541.667 dan 1213.090 ppm,
nilai IC50 ektrak air tidak dapat dihitung karena aktivitas inhibisinya kurang dari
50%. Nilai IC50 acarbose sebagai pembanding adalah sebesar 0.311 ppm. Hasil
pengujian pada ekstrak etanol 70% dan 96% menunjukkan daun sengon tidak berpotensi sebagai antidiabetes. Pengujian toksisitas ekstrak air, etanol 70%, dan etanol 96% memperoleh nilai LC50 berturut-turut sebesar 383.270 ppm, 373.342
ppm, dan 699.92 ppm. Artinya semua ekstrak yang diuji bersifat toksik. Kata kunci : Sengon, α-glukosidase, Inhibisi, Toksisitas
ABSTRACT
MUHAMAD ISA SUMANTAPURA. Analysis of α-Glucosidase Enzyme
Inhibition and Cytotoxicity of Water-Ethanol Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. Extract. Under direction of HASIM and SYAMSUL FALAH.
Paraserianthes falcataria (L) Nielsen has been shown to have a high bioactivity. Utilization of sengon leaf as a antidiabetic has not been done. This study aims to examine the antidiabetic activity and toxicity of water and ethanol extracts of the sengon leaves. Antidiabetic activity of the extracts was tested by
the method of inhibition against α-glucosidase enzyme. Cytotoxicity of
Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. extracts was conducted by BSLT. Extraction of Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. Inhibition of α-glucosidase enzyme extract water, ethanol 70%, and 96% had IC50 values, respectively for
1541.667 and 1213.090 ppm, the IC50 of water extract could not be calculatet
because its inhibition activity is less than 50%. IC50 values for acarbose as a
comparison is 0.311 ppm. The test results in 70% and 96% ethanol extract showed Paraserianthes falcataria (L) Nielsen. not have an antidiabetic. Toxicity testing of water extract, ethanol 70%, and 96% gain in a row LC50 value of of 499 677 , 373 342 and 383 270 ppm. Means that all the tested extracts are toxic.
ii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
Aktivitas
Inhibisi Enzim α
-Glukosidase dan
Toksisitas Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun
Sengon
(
Paraserianthes falcataria (L)
Nielsen)
MUHAMAD ISA SUMANTAPURA
NAMA DEPARTEMEN NAMA FAKULTAS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
iv
Judul Skripsi : Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase dan Toksisitas Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen)
Nama : Muhamad Isa Sumantapura NIM : G84070067
Disetujui oleh
Dr drh. Hasim, DEA Pembimbing I
Dr Syamsul Falah, SHut, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr I Made Artika, M App Sc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji serta syukur penulis ucapkan kepada Allah, Rab semesta alam yang telah mencurahkan begitu banyak nikmat, kemudahan dalam hidup penulis hingga mampu menyelesaikan laporan penelitian ini dengan lancar. Tak lupa pula shalawat dan salam kepada Nabi besar, penyampai risalah Allah dan penutup para nabi, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang berkat beliau manusia bisa mengenal Allah-nya lewat Islam.
Terima kasih juga penulis ucapkan pada Bapak Dr drh. Hasim, DEA dan Bapak Dr Syamsul Falah, SHut, MSi atas bimbingan, arahan berikut kritik dan sarannya dalam penulisan laporan penelitian ini. Secara khusus juga penulis ucapkan terima kasih yang sangat besar pada kedua orang tua penulis Ayahanda Nanang Samsudin dan Ibunda Ina Nuryanti atas doa dan dorongan semangat untuk kesuksesan, kelancaran dan kemudahan jalan hidup bagi penulis. Begitu juga untuk sahabat saya Ganep, Hilmanie, dan Pupil. Kepedulian dan bantuan mereka sangat berarti, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan terus bersemangat dalam menjalani hidup.
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat secara umum dalam hal pemanfaatan daun sengon dalam kesehariannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
METODE 2
Bahan dan Alat 2
Prosedur Penelitian 3
HASIL 4
Inhibisi Enzim α-Glukosidase 4
Uji Toksisitas 5
PEMBAHASAN 5
Inhibisi Enzim α-Glukosidase 5
Toksisitas Ekstrak Daun Sengon 7
SIMPULAN 8
SARAN 8
LAMPIRAN 11
DAFTAR TABEL
1 Uji aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase 4
2 Tingkat kekuatan IC50 (Jun et al. 2003) 7
3 LC50 ekstrak daun sengon 5
4 Tingkat toksisitas suatu ekstrak (Meyer 1982) 8
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram Alir Penelitian 11
PENDAHULUAN
Pengobatan diabetes dalam dunia kedokteran saat ini adalah dengan injeksi insulin ke dalam tubuh secara berkala atau dengan mengkonsumsi obat sintetik. Selain memerlukan biaya yang cukup mahal, obat sintetik dapat menimbulkan efek samping, sehingga masyarakat beralih ke pengobatan tradisional. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid dan alkaloid yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan berpotensi sebagai antidiabetes. Di antaranya, ekstrak air buah mahkota dewa mampu menurunkan kadar glukosa darah (Sugiwati et al. 2006), ekstrak etanol daun sirih memiliki aktivitas sebagai antidiabetes
(Αlfarabi 2010), ekstrak senyawa golongan flavonoid pada buah mahkota
dewa memiliki daya aktivitas α-glukosidase (Hartika 2009), sedangkan
Hilmanie (2013) melaporkan senyawa dalam ekstrak etanol 96% dan 70% dari benalu jeruk memliki potensi antidiabetes melalui penghambatan kerja
enzim α-glukosidase. Enzim α-glukosidase memiliki nama kimia α
-D-glikosida glukohidrolase merupakan enzim kunci pada proses akhir pemecahan karbohidrat (Gao et a l 2008)
Sengon merupakan pohon yang termasuk anggota famili Fabaceae dan merupakan salah satu jenis pohon yang pertumbuhannya sangat cepat. Pertumbuhannya selama 25 tahun dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter batang mencapai 100 cm. Mengingat pertumbuhannya yang cepat sengon dijuluki sebagai pohon ajaib (The miracle tree). Pada umur 6 tahun pohon sengon sudah dapat menghasilkan kayu bulat sebanyak 372 m3/ha (Atmasuseno, 1994). Daun sengon sengon juga berpotensi sebagai salah satu sumber antioksidan alami karena memiliki senyawa saponin, flavonoid, tanin dan fenol, serta steroid dan triterpenoid (Eleanore 2013).
Kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin disebut diabetes melitus (Ganong 2002). Diabetes mellitus terbagi menjadi dua, yaitu DM tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan DM tipe II (Insulin Independent Diabetes Mellitus). diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai oleh tingginya kadar glukosa darah yang disebabkan oleh ketiadaan total hormon insulin. Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem imun tubuh menyerang sel ß yang menghasilkan insulin pada pankreas dan menghancurkannya (Jaquie et al 2004). Pada Diabetes mellitus tipe II jumlah insulin normal namun penderita memiliki kekurangan jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel sehingga masuknya glukosa ke dalam sel terhambat. Penderita diabetes tipe ini tidak bergantung pada insulin dan tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan obat antidiabetes (Waspadji 1996).
2
masalah kesehatan yang sangat serius, sehingga pemerintah berkewajiban menanggulangi peningkatan penderita diabetes. Peningkatan jumlah penderita DM dapat dicegah dengan melakukan usaha pengobatan, salah satunya berupa pemberian insulin maupun obat hiperglikemia oral. Saat ini harga insulin dan obat hiperglikemia oral yang modern semakin mahal sehingga sulit dijangkau, sehingga masyarakat berpaling pada obat tradisional sebagai obat alternatif yang salah satunya adalah dengan herbal (Jaya et al). Peningkatan angka kejadian DM yang pesat dan belum adanya tetapi yang terjangkau untuk mengatasinya memicu banyaknya penelitian terhadap bahan-bahan alami yang memiliki potensial mengobati atau mengurangi efek yang ditimbulkan.
Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak air dan ekstrak etanol Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) sebagai antidiabetes. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah mengukur aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat daun sengon, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan diabetes melitus.
METODE
Pada penelitian ini dilakukan pemilihan metode inhibisi enzim dan uji toksisitas. Pengujian aktivitas inhibisi α-glukosidase dilakukan dengan microplate reader, selanjutnya dilakukan penghitungan % inhibisi untuk menentukan nilai IC50. Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality
Test untuk mengetahui nilai LC50. Diagram alir penelitian yang lebih jelas
terlihat pada Lampiran 1. Hasil analisis dengan HPLC diolah sehingga diperoleh data kuantitatif yang model perhitungannya terlihat pada Lampiran 1. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April hingga Mei 2013 yang dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sengon yang diperoleh dari peneliti sebelumnya (Eleanore 2013) , akuades,
etanol 30%, etanol 70%, etanol 96%, enzim α-glukosidase, p-nitrofenil-α
-D-glukopiranosida (p-NPG), larutan bufer fosfat (pH 7), acarbose (glukobay), dimetilsulfoksida (DMSO), HCl 2N, H2SO4 2 M, dan Na2CO3.
3 Prosedur Penelitian
Ekstraksi Daun Sengon
Persiapan Sampel. Daun Sengon dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC hingga kadar air kurang dari 10%. Hasil pengeringan digiling sampai berbentuk serbuk berukuran 40-60 mesh.
Ekstraksi Air. Serbuk daun sengon sebanyak 160 g ditambahkan akuades dengan perbandingan 1:10. Ekstraksi dengan air panas dilakukan pada temperatur100oC selama 2 jam. Selanjutnya larutan ekstrak air panas disaring dan filtratnya dikeringkan dengan menggunakan rotary vaccum evaporator pada suhu 60ºC hingga diperoleh ekstrak kasar kering (Maydina 2012).
Ektraksi Etanol 70% dan Etanol 96% Daun Sengon (BPOM 2005). Serbuk sengon diekstraksi dengan perbandingan 1:10 menggunakan metode maserasi selama 6 jam sambil sekali-sekali diaduk dengan shaker orbital, kemudian ekstrak didiamkan selama 24 jam. Maserat yang didapat difiltrasi dan proses diulangi 3 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental.
Metode Uji Inhibisi α-Glukosidase (Sancheti et al. 2009)
Pengujian aktivitas dilakukan dengan microplate reader. Larutan standar, blanko, dan sampel dimasukkan ke dalam sumur microplate
sebanyak 50 μL. Masing-masing sumur yang sudah berisi standar, blanko,
sampel ditambahkan dengan 50 μL larutan bufer. Sebanyak 25 μL enzim α
-glukosidase dengan konsentrasi 1 mg/mL dalam buffer fosfat 0.01 M dimasukkan ke dalam sumur microplate. Selanjutnya, substrat berupa campuran berisi bufer fosfat 0.1 M sebanyak 50 μL dan 25 μL 4-nitrophenyl
α-D-glucopyranoside (p-NPG) 0.5 mM dalam 0.1 M bufer fosfat ditambahkan sebelum esai dimulai. Semua uji dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 30 menit. Reaksi enzim dihentikan dengan menambahkan 0.2 M Na2CO3 sebanyak 100 μL. Hasil
reaksi diukur dengan microplate reader pada panjang gelombang 400 nm. Selanjutnya dilakukan penghitungan % inhibisi untuk menentukan nilai IC50
dengan menggunakan rumus :
% inhibisi = C – S x 100% C
C adalah absorban larutan tanpa adanya ekstrak (kontrol) dan S adalah absorban larutan dengan pemberian ekstrak dari sampel (Sugiwati 2005, Tuyet & Chuyen 2007). IC50 dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi linear, konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai sumbu y. Nilai IC50 dihitung dari persamaan y = a + bx dengan
4
Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Meyer et al. 1982)
Telur Artemia salina menetas menjadi larva udang dalam air laut setelah inkubasi 48 jam. Masing-masing 10-12 larva dimasukkan ke dalam microplate, tambahkan ekstrak yang dilarutkan dalam air laut dengan konsentrasi 10, 100, dan 1000 ppm, inkubasi 24 jam. Toksisitas diukur berdasarkan jumlah larva A. salina yang mati setelah inkubasi. LC50 adalah
konsentrasi yang diperlukan untuk menyebabkan 50% kematian larva.
HASIL
Inhibisi Enzim α-Glukosidase Ekstrak Daun Sengon
Berdasarkan hasil persentase inhibisi Tabel 1, maka persentase inhibisi yang paling baik adalah ekstrak etanol 96% karena mempunyai persentase inhibisi paling besar yaitu 84.490% pada konsentrasi 5000 ppm. Namun, apabila dibandingkan dengan akarbosa (glukobay) sebagai kontrol positif, nilai persentase inhibisi yang dimiliki ekstrak etanol 96% lebih kecil. Persentase inhibisi yang dimiliki akarbosa (glukobay) adalah 92.238% dengan konsentrasi 5 ppm, sedangkan nilai persentase inhibisi ekstrak etanol 96% adalah 84.490% pada konsentrasi 5000 ppm.
Tabel 1 Uji aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase
5 Hasil uji juga menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan kerja enzim α-glukosidase ekstrak etanol 96%, etanol 70% memiliki nilai IC50
berturut-turut sebesar 1213.090 ppm, 1541.667 ppm. Nilai IC50 ekstrak air
tidak dapat dihitung karena aktifitas inhibisinya kurang dari 50%. Data tersebut menunjukkan bahwa diantara ekstrak etanol dan air yang diuji, ekstrak etanol 96% memiliki aktivitas antidiabetes terbaik karena mempunyai nilai IC50 terendah yaitu 1213.090 ppm.
Toksisitas Ekstrak Daun Sengon
Berdasarkan hasil uji toksisitas larva udang (Tabel 4) dari ekstrak etanol 96 %, etanol 70%, dan air diperoleh nilai LC50 berturut-turut sebesar
383.270ppm, 373.342 ppm, dan 699.92 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 978.85 ppm, 864.60 ppm, 648.25 ppm, dan 499.677 ppm ekstrak etanol 96%, etanol 70 %, dan air mampu membunuh larva udang sampai 50% populasi. Nilai LC50 dari uji toksisitas larva udang diperoleh
dari perhitungan persamaan regresi linier ( y = ax + b ) yang dihasilkan berdasarkan data uji toksisitas larva udang ekstrak etanol 96%, etanol 70%, dan air.
Hasil uji (Tabel 2) menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% memiliki bioaktivitas yang lebih tinggi diantara ekstrak lainnya terhadap larva udang, yang ditunjukkan dengan nilai LC50 terkecil diantara ekstrak lainnya yaitu
373.342 ppm. Semakin kecil nilai LC50 dari suatu sampel maka semakin
tinggi bioaktivitasnya. Sedangkan berdasarkan nilai LC50 nya ekstrak air
memiliki bioaktivitas terendah diantara ekstrak lainnya dengan nilai LC50
sebesar 499.677 ppm.
Tabel 2 LC50 ekstrak daun sengon
Sampel LC50 (ppm)
Etanol 96% 383.270
Etanol 70% 373.342
Air 499.677
PEMBAHASAN
Inhibisi Enzim α-Glukosidase Ekstrak Daun Sengon
6
dijadikan sebagai indikator pengukuran aktivitas enzim α-glukosidase.
Intensitas warna kuning yang dihasilkan oleh p-nitrofenol menjadi indikator kemampuan suatu senyawa inhibitor untuk menghambat reaksi enzimatis yang tejadi. Semakin besar aktivitas inhibisi dari suatu sampel, maka jumlah p-nitrofenol yang terbentuk semakin sedikit, sehingga intensitas warna kuning yang terbentuk semakin berkurang. Apabila ekstrak yang diuji memiliki kemampuan menghambat kerja enzim maka p-nitrofenol yang dihasilkan akan berkurang sehingga warna larutan yang dihasilkan setelah inkubasi lebih cerah dibandingkan warna larutan tanpa inhibitor (Sugiwati 2005).
Inhibisi enzim α-glukosidase dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidaknya aktivitas antidiabetes pada tiga ekstrak daun sengon (etanol 96%,
etanol 60%, dan air). Enzim yang dihambat adalah enzim α-glukosidase
yang merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan glukosa di usus halus manusia melalui hidrolisis karbohidrat. Penghambatan terhadap kerja enzim ini dapat dilakukan untuk mencegah peningkatan secara drastis kadar glukosa di dalam tubuh penderita diabetes melitus tipe II melalui penundaan proses pemecahan karbohidrat sehingga dapat menunda penyerapan glukosa oleh usus ke dalam darah. Aktivitas tersebut diukur berdasarkan absorbansi p-nitrofenol pada panjang gelombang 400 nm (Sari 2010).
Berdasarkan perolehan data secara keseluruhan, ekstrak daun sengon yang merupakan ekstrak kasar memiliki nilai IC50 sebesar 1213.090 ppm
yang tidak aktif jika dibandingkan dengan kontrol positif (Acarbose) dengan nilai IC50 sebesar 0.311 ppm yang aktif dalam menginhibisi enzim α
-glukosidase (Tabel 3). Efektivitas acarbose (glukobay) yang ditunjukkan oleh nilai IC50 tersebut menjadikan acarbose digunakan sebagai obat
antidiabetes. Akarbosa adalah suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses fermentasi mikroorganisme, Actinoplanes utahensis, akarbosa berbentuk serbuk berwarna putih dengan berat molekul 645.6 g/mol, bersifat larut dalam air, dan memiliki pKa 5.1. Rumus empiriknya adalah C25H43NO18 (Bayer 2008). Struktur molekul akarbosa ditunjukkan pada
Gambar 1.
Hasil uji penelitian telah menunjukkan bahwa nilai IC50 ekstrak
etanol 96% sekalipun mengindikasikan bahwa ekstrak daun sengon tidak aktif, hal ini dikarenakan senyawa bioaktif yang terdapat pada daun sengon tidak dapat menginhibisi enzim α-glukosidase dengan baik. Jika dibandingkan dengan ekstrak etanol 96% dari benalu jeruk yang memiliki nilai IC50 sebesar 70.71 ppm maka ekstrak daun sengon tidak
7
Tabel 3 Tingkat kekuatan IC50 (Jun et al. 2003)
Intensitas Nilai IC50
Uji toksisitas dilakukan dengan mengamati tingkat kematian larva udang yang disebabkan oleh ekstrak kasar tanaman. Tingkat kematian atau mortalitasnya dianalisis probit untuk menentukan konsentrasi LC50 (lethal
concentration 50%), yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian
populasi larva udang sebesar 50% dari populasi total (Meyer et al. 1982).
Larva udang digunakan sebagai hewan uji karena memiliki daya tahan yang lama, lebih cepat dan mudah menetas dalam waktu kurang dari 48 jam dan memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan tekanan osmotik dan regulasi ionik yang tinggi (Juniarti et al. 2009). Selain itu, larva udang memiliki membran kulit yang tipis, sehingga kematian suatu larva akibat efek sitotoksik dari senyawa bioaktif dapat dianalogikan dengan kematian sebuah sel dalam organisme (Meyer et al. 1982). Larva udang Artemia ditemukan hampir di semua tempat di permukaan bumi yang memiliki kisaran salinitas dari 10-20 g/L sampai dengan 180-220 g/L. Dalam pengujian larva udang dibiakkan selama 48 jam. Jika lebih dari itu, dikhawatirkan kematian bukan disebabkan oleh toksisitas ekstrak melainkan oleh terbatasnya persediaan makanan (Kadarisman 2000).
Rendahnya aktivitas senyawa bioaktif ekstrak daun sengon terhadap larva udang menunjukkan bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak sedikit, sehingga LC50 menjadi besar dan
menyebabkan berkurangnya bioaktivitas, semakin kecil nilai LC50 dari suatu
sampel maka semakin tinggi bioaktivitasnya. LC50 ekstrak daun sengon baik
etanol maupun air termasuk dalam kategori toksik (Tabel 4). Banyak penelitian yang menggunakan uji toksisitas sebagai parameter toksik suatu bahan, di antaranya ekstrak etanol dari sirsak ratu yang memiliki nilai LC50 sebesar 243.55 ppm (Hendana 2012).
8
etanol 70% benalu jeruk dengan nilai LC50 sebesar 864.60 ppm dapat
dikatakan bahwa ekstrak daun sengon memiliki bioaktivitas yang lebih tinggi.
Tabel 3 Tingkat toksisitas suatu ekstrak (Meyer 1982)
Nilai LC50 Tingkat Toksisitas
≤30 ppm Sangat toksik
≤ 1000 ppm Toksik
> 1000 ppm Tidak toksik
SIMPULAN
Uji potensi antidiabetes terhadap ekstrak daun sengon menunjukkan kandungan senyawa dalam ekstrak etanol 96%, 70%, dan air tidak memiliki potensi antidiabetes melalui penghambatan kerja enzim α-glukosidase, karena memiliki nilai IC50 diatas 500 ppm. Berdasarkan data hasil uji
toksisitas larva udang dapat disimpulkan ekstrak etanol 70% memiliki bioaktivitas yang lebih tinggi dengan nilai LC50 yang lebih kecil dari ekstrak
lainnya, yaitu 373.342. Semua ekstrak dikatakan toksik karena LC50 semua
ekstrak masih berada di bawah 1000 ppm.
SARAN
9 DAFTAR PUSTAKA
Alfarabi. 2010. Kajian antidiabetogenik ekstrak daun sirih merah (Pipercrocatum) in vitro [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Atmasuseno BS. 1994. Budidaya, kegunaan, dan prospek pengon. Jakarta:
PenebarSwadaya.
Bayer. 2008. Precose (akarbosa tablets).[Internet]. [21 Agustus 2008]. http://www.drugs.com/PDR/PrecoseTablets.html.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta : BPOM RI.
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2012. Diabetes [internet].[diacu2013 Maret]. Tersedia dari : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html
Ganong WF; Alih bahasa, Brahm U.Pendit. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gao H, Huang YN, Gao B, Kawabata J. 2008. Chebulagic acid is a potent α-glucosidase inhibitor. Biosci Biotechnol Biochem. 72:601-603.
Hartika R. 2009. Aktivitas Inhibisi α-Glukosidase Ekstrak Senyawa
Flavonoid Buah Mahkota Dewa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hilmanie R. 2013. Analisis inhibisi enzim a-glukosidase dan toksisitas ekstrak air-etanol benalu jeruk (Loranthus Sp.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jacquie S, Fleeman, Linda M, Farrow, Heidi A, Appleton, Delisa J, Lederer, Rose. 2004. Canine and Feline Diabetes Mellitus: Nature or Nature. J. Nutr. 134:2072S-2080S.
Jaya DY, Prasetyo A, Sudiarto. 2007. Ekstrak buah pare untuk penderita diabetes melitus. Media Informasi Kesehatan 2007:220-222-4.
Jun M, Fu HY, Hong J, Wan X, Yang CS, Ho CT. 2003. Comparison of antioxidant activities of isoflavones from kudzu root (pueraria labata ohwl). J. Food Sci. 68: 2117-2122.
Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009. Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) dan antioksidan DPPH dari ekstrak daun Abrus precatorius. Makara Sains 13: 50-54.
Kadarisman I. 2000. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Bioaktif dari Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
10
Meyer BN, Ferrigni NR, Putman JE, Jacobsen JB, Nicholsand, Mc.laughlin JL. 1982. Brine Shirmp: A convenient general bioassay for active plant constituents. Plant Med 45: 31-34.
Pradana D. 2001. Inventarisasi hasil-hasil penelitian sengon (Paraserianthes falcatarian (L) Neielsen) di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Sari N. 2010. Potensi buah Makassar (Brucea javanica [L.] Merr.) sebagai
inhibitor enzim α-glukosidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Samson ZM. 2010. Senyawa golongan alkaloid ekstrak buah mahkota dewa sebagai inhibitor a-glukosidase. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sancheti S, Seo SY. 2009. Chaenomeles sinensis: a potent α-and β
-glucosidase inhibitor. American Journal of Pharmocology and Toxicology 4(1): 8-11.
Subroto MA. 2006. Ramuan Herbal untuk Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sugiwati S. 2005. Aktivitas antihiper-glikemik dai ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) sebagai inhibitor α -glukosidase in vitro dan in vivo pada tikus putih [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sugiwati S, Kardono L, Bintang M. 2006. Α-Glucosidase inhibitor activity
and hypoglycemic effect of Phaleria macrocarpa fruit pericarp extract by oral administration to rats. Journal of Applied Sciences 6:2312-2316. Wahyu H. 2013. Toksisitas Akut Ekstrak Daun Sirsak Ratu (Annona
muricata) dan Sirsak Hutan (A. glabra) sebagai Antikanker Potensial. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Waspadji S. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Winata H. 2011. Aktivitas antioksidan dan kandungan kimiawi ekstrak daun wungu (Graptophyllum pictum L.Griff.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
11 Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian
Ekstrak air Ekstrak etanol 70%
Ekstrak Etanol 96%
Uji Inhibisi Enzim α-Glukosidase
12
Lampiran 2 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 96% daun sengon
Aktivitas inhibisi ekstrak etanol 96% Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi (A) Inhibisi (%)
Ul-1 Ul-2 Ul-3 Ul-1 Ul-2 Ul-3
Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sample
Asampel = Absorbansi sampel
Aktivitas inhibisi ekstrak etanol 96% daun sengon terhadap α-glukosidase :
y = a ln(x) + b
13 Nilai IC50 Ekstrak Etanol 96%
Jenis ekstrak
y a b ln(x) x=IC50 Rerata
Ul-1 50 21.81 -31.28 6.988 1083.141 1213.090 Ul-2 50 24.06 -51.64 7.249 1406.058
14
Lampiran 3 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak etanol 70% daun sengon
Aktivitas inhibisi ekstrak etanol 70% Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi (A) Inhibisi (%)
Ul-1 Ul-2 Ul-3 Ul-1 Ul-2 Ul-3
Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sample
Asampel = Absorbansi sampel
Aktivitas inhibisi ekstrak etanol 70% daun sengon terhadap α-glukosidase :
y = a ln(x) + b
15 Nilai IC50 Ekstrak Etanol 70%
Jenis ekstrak
y a b ln(x) x=IC50 Rerata
Ul-1 50 25.23 -133.900 7.289 1464.021
69.47118 Ul-2 50 24.38 -129.3 7.354 1563.041
16
Lampiran 4 Data nilai absorbansi dan % inhibisi ekstrak air daun sengon Aktivitas inhibisi ekstrak air
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi (A) Inhibisi (%)
Ul-1 Ul-2 Ul-3 Ul-1 Ul-2 Ul-3
5000 0.898 0.805 0.818 16.153 25.875 24.885 2500 0.992 0.917 0.954 7.376 15.562 12.397
1250 1.059 1.059 1.145 1.120 2.486 -5.142
625 0
1.276 1.071
1.227 1.086
1.182 1.089
-19.141 -12.983 -8.540
% Inhibisi = (Akontrol-Asampel) x 100%
(Akontrol)
% Inhibisi = (1.071-0.898) x 100% (1.071)
= 16.153% Keterangan:
UI-1 = Ulangan 1 UI-2 = Ulangan 2 UI-3 = Ulangan 3
Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sample
17 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 31 Oktober 1989 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, putra dari pasangan Nanang Samsudin dan Ina Nuryanti. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor dan memperoleh kesempatan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis kemudian memilih Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan mengambil Biokimia sebagai mayor.