• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO

DI KOTA MALANG JAWA TIMUR

DEDY SETIAWAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peran Hutan Kota dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Dedy Setiawan

(4)

ABSTRAK

DEDY SETIAWAN Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur. Dibimbing oleh Siti Badriyah Rushayati dan Endes N Dachlan.

Pembangunan fisik yang dilakukan dalam pengembangan kota menyebabkan luasan ruang terbuka hijau semakin berkurang. Kondisi ini berdampak pada peningkatan suhu udara, sehingga lingkungan perkotaan menjadi lebih panas. Salah satu upaya untuk menurunkan suhu udara adalah dengan mengembangkan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota. Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan. Tingkat kenyamanan beberapa hutan kota dan taman kota di Kota Malang saat ini adalah nyaman (nilai IK = 21 - 24), oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan hutan kota yang lebih intensif, serta efektif dengan memilih jenis-jenis pohon yang memang mampu dan berpengaruh besar terhadap kualitas udara untuk menciptakan iklim mikro di sekitar dan di dalam kawasan menjadi nyaman.

Kata kunci : hutan kota, iklim mikro, indeks kenyamanan.

ABSTRACT

DEDY SETIAWAN The Role of Urban Forest In Micro Climate Improvement in Malang, East Java. Supervised by Siti Badriyah Rushayati and Endes N Dachlan.

Physical development for urban infrastructure gives an impact of reducing the green open area. This situation led to an increasing of air temperature, makes the urban environment is getting warmer. One of the solution to lower the air temperature is developing an area of open green spaces, specifically urban forest. Urban forest is an approaching and the implementation of one or more functions in a group of forest vegetation at urban areas that have specific purpose such as protection, recreation, aesthetics, and other utility functions for the benefit of urban communities. The comfort index of some urban forest and city park in the city of Malang is currently at a comfortable level (IK value = 21-24), then the management of urban forest need to be more intensive and effective such as to select tree species that are capable and have a big impact on air quality for create a microclimate and makes the area to become more comfortable.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO

DI KOTA MALANG JAWA TIMUR

DEDY SETIAWAN

PERAN HUTAN KOTA DALAM PERBAIKAN IKLIM MIKRO

DI KOTA MALANG JAWA TIMUR

DEDY SETIAWAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro di Kota Malang Jawa Timur

Nama : Dedy Setiawan

NIM : E34090126

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi Pembimbing I

Dr Ir Endes N Dachlan, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Peran Hutan Kota Dalam Perbaikan Iklim Mikro Sekitar Kawasan di Kota Malang Jawa Timur” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Siti Badriyah Rushayati MSi dan Dr Ir Endes N Dachlan MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, motivasi, dan bimbingan untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Seluruh Staff Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB baik Dosen Pengajar, Laboran, Petugas Teknis, dan yang lainnya. Keluarga tercinta ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayang yang selalu diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(10)
(11)
(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 2

METODE 3

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Jenis Data 3

Teknik Pengumpulan Data 3

Analisis Data 5

Batasan Penelitian 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

Peran Hutan Kota Dalam Ameliorasi Iklim Mikro 7

Keterkaitan Karakteristik Pohon Terhadap Kondisi Iklim Mikro 9

Indeks Kenyamanan 12

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

(13)

x

DAFTAR TABEL

1 Alat dan Bahan Penelitian 3

2 Data Sekunder Penelitian 5

3 Kriteria Tingkat Kenyamanan 6

4 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 7

5 Nilai Sebaran Suhu Harian 7

6 Analisis Uji t Suhu Harian 8

7 Nilai Kelembaban Harian 8

8 Analisis Uji t Kelembaban Harian 9

9 Kerapatan Pohon 9

10Karakteristik Fisik Pohon 10

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran 2

2 Lokasi Penelitian 4

3 Foto LAI di Dalam Hutan Kota 11

4 Indeks Kenyamanan 12

5 Kondisi Vegetasi 13

DAFTAR LAMPIRAN

1. Suhu dan Kelembaban di Setiap Lokasi Penelitian 15

2. Famili dan Jenis Pohon di Hutan Kota 17

3. Karakteristik Fisik Pohon 18

4. Suhu Rata-rata 6 Tahun Terakhir Kota Malang 19

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kota memiliki dampak positif dan negatif, namun kota yang semakin berkembang cenderung menimbulkan dampak negatif yang lebih besar terhadap lingkungan perkotaan tersebut. Samadikun (2007) menyatakan bahwa perkembangan kota yang tidak terkendali berimplikasi sangat serius pada lingkungan perkotaan. Salah satu bentuk dampak negatif terhadap keadaan ekologis lingkungan adalah terjadinya peningkatan suhu udara yang mengakibatkan wilayah perkotaan menjadi lebih panas.

Kota Malang yang dikenal sebagai kota pendidikan dan perdagangan merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan besar. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perubahan di berbagai hal yaitu, jumlah penduduk yang meningkat, jumlah kendaraan bermotor yang semakin bertambah, serta ruang terbuka hijau yang semakin menyempit akibat lahan terbangun yang semakin meluas. Badan Pusat Statistik pada tahun 2006-2011 menyebutkan bahwa data jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 816 637 jiwa dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 824 858 jiwa, kemudian menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2006-2012 juga menyebutkan data jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang mengalami peningkatan yaitu 253 904 buah (2006) menjadi 468 161 buah (2012) . Perubahan diberbagai hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi suhu udara lingkungan Kota Malang. Kota yang dahulu dikenal memilki udara sejuk ini telah mengalami perubahan menjadi lebih panas. Hal ini sesuai dengan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso Malang (2012), yang menyebutkan bahwa suhu rata-rata Kota Malang tahun 1990-2010 mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu, 23.00C (1990) menjadi 23.90C (2010).

Hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan dengan menurunkan suhu udara di lingkungan perkotaan, sebab hutan kota memiliki kemampuan dalam memperbaiki iklim mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenis ruang terbuka hijau lainnya. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai kemampuan hutan kota dalam menurunkan suhu udara, sehingga dapat memberikan informasi mengenai peranan hutan kota dalam menciptakan iklim mikro di dalam dan di sekitar kawasan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji peran hutan kota dalam memperbaiki iklim mikro di sekitar kawasan hutan kota menjadi nyaman

2. Mengkaji potensi karakteristik pohon dalam menurunkan suhu didalam hutan kota.

(15)

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan dasar di dalam pengelolaan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota di Kota Malang.

Kerangka Pemikiran

Kota Malang merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat aktivitas masyarakat perkotaan, hal ini secara tidak langsung berdampak pada peningkatan suhu udara. Hutan kota merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang didominasi oleh pohon-pohon, diharapkan mampu menurunkan suhu udara di Kota Malang sehingga dapat memperbaiki iklim menjadi lebih sejuk dan nyaman. Sistematika kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Perubahan suhu

di Kota Malang Perkembangan kota

(16)

3

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran di Kota Malang Jawa Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2013.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan selama melakukan penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat dan bahan penelitian

Alat dan Bahan Keterangan

Termometer suhu

Termometer Bola Basah / Bola Kering

Untuk mengukur suhu udara

Untuk mengukur kelembaban udara

Altimeter Untuk mengukur ketinggian tempat

Hemisphericalview canopy analyzer Untuk mengukur nilai LAI (Leaf Area Indeks)

Tali meteran Untuk mengukur diameter batang pohon

Pita Ukur Untuk menentukan jarak 10 m sisi

terluar hutan kota

Minitab 16 Untuk menganalisis perbedaan nyata

antara suhu di dalam lokasi dan di luar lokasi penelitian jarak 10 m.

Aquades Untuk bahan Termometer Bola Basah /

Bola Kering

Kamera Untuk dokumentasi

Tali Rafia Untuk menentukan plot analisis vegetasi

Jenis Data

Data yang dikumpulkan selama penelitian adalah data primer yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, ketinggian tempat, jenis pohon, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang pohon, diameter pohon, dan leaf area indeks (LAI) sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi literatur, dengan mengumpulkan pustaka dari berbagai sumber.

Teknik Pengumpulan Data

Penentuan Lokasi Penelitian

(17)

4

sebagai berikut : 1) Lokasi penelitian termasuk kedalam ruang terbuka hijau yang sah dan telah ditetapkan oleh peraturan daerah, 2) Semua lokasi penelitian memiliki kelerengan dan ketinggian tempat yang hampir sama, 3) Lokasi penelitian harus terletak di dalam wilayah adminitrasi Pemerintah Kota Malang. Lokasi yang mempunyai kriteria tersebut adalah Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran (Gambar 2).

Gambar 2 Lokasi penelitian

Pengambilan Data Primer

a. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Udara

Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan tiga kali yaitu, pagi hari pukul 07.00-08.00 Wib, siang hari pukul 13.00-14.30 Wib, dan sore hari pukul 16.00-17.00 Wib. Teknik pengukurannya adalah dengan menentukan dua titik pengukuran suhu yaitu, di dalam hutan kota, dan diluar pada jarak 10 m . Kemudian kelembaban udara didapatkan dari hasil termometer Bola Basah / Bola Kering yaitu, pengurangan suhu bola kering (TBK) dan suhu bola basah (TBB).

b. Pengukuran Karakteristik Pohon

Pengukuran hanya dilakukan di dalam kawasan hutan kota, dengan kriteria yang diukur adalah diameter pohon, tinggi total pohon (TT), tinggi bebas cabang (TBC), diameter pohon, serta Leaf Area Indeks (LAI). Untuk mengetahui LAI dilakukan dengan alat Hemisphericalview canopy analyzer.

Pengambilan Data Sekunder

(18)

5

Tabel 2 Data sekunder penelitian

Jenis Data Sumber Data

Kondisi umum hutan kota Pemerintah Kota Malang, Dinas Pertamanan Kota Malang

Luas hutan kota Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang Luas ruang terbuka hijau Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang Luas lahan terbangun Badan Pusat Statistik, BAPPEDA Kota Malang

Jumlah kendaraan bermotor Badan Pusat Statistik, DLLAJ Dinas Perhubungan Kota Malang

Analisis Data

Kondisi Iklim Mikro

Suhu dan kelembaban udara

Rata-rata suhu dan kelembaban udara dihitung menggunakan rumus menurut Tjasjono (1999), yaitu sebagai berikut :

RHr : Rata-rata kelembaban udara harian (%) RH : Kelembaban udara (%)

Indeks Kenyamanan

Data suhu dan kelembaban yang telah diukur akan digunakan untuk menghitung Temperature Humidity Indeks (THI) untuk daerah tropis dengan menggunakan rumus dari Niewolt and Mc Gregor (1998).

THI = 0.8 t + (RH x t)/500

Keterangan :

THI = Temperature Humidity Indeks (0C) T = suhu atau temparatur udara (°C) RH = Kelembaban udara (%)

(19)

6

kenyamanan ini kemudian dibagi menjadi tiga kriteria yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kriteria tingkat kenyamanan daerah tropis

Kriteria Nilai Indeks (0C)

Analisis vegetasi dengan membuat jalur transek sepanjang 30 m, setelah itu menentukan titik pengukuran di sepanjang jalur dengan jarak antar titik sejauh 10 m. Setiap titik pengukuran membentuk 3 buah kuadran. Setiap kuadran dipilih satu pohon yang terletak paling dekat dengan titik pengukuran. Pengukuran hanya dilakukan pada pohon yang terpilih dalam satu titik pengukuran (Kusmana 1997).

Kerapatan Pohon

Perhitungan menggunakan rumus menurut Kusmana (1997) yaitu,

Kerapatan (K) ⅀

Kerapatan seluruh pohon per hektar = ⅀

Analisis Uji t

Analisis yang digunakan adalah uji-t berpasangan, untuk mengetahui kebenaran bahwa ada atau tidak ada beda nyata suhu dan kelembaban terhadap dua titik pengukuran yaitu, di dalam lokasi dan di luar lokasi pada jarak 10 m (Walpole 1982). Analisis uji t menggunakan software minitab 16.

Batasan Penelitian

(20)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu, Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom, serta Taman Kota Jalan Veteran. Ketiga lokasi tersebut merupakan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau Kota Malang yang telah ditetapkan berdasarkan SK Walikota Malang tentang Ruang Terbuka Hijau No 188.45 /200/35.73.112/ 2013 yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang (DKP Kota Malang). Hutan Kota Malabar terletak di kawasan Kelurahan Oro-oro dowo dan tepat berada di tengah kawasan Kota Malang, Hutan Kota Velodrom terletak di kawasan Kelurahan Madyopuro, serta Taman Kota Jalan Veteran terletak di Kelurahan Penanggungan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau di Kota Malang selain bermanfaat secara ekologis juga sebagai tempat rekreasi dan sarana ruang publik dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung. Luas hutan kota dan taman kota disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kondisi umum lokasi penelitian

Lokasi Luas Area m2

Hutan Kota Malabar 16 812

Hutan Kota Velodrom 12 500

Taman Kota Jalan Veteran 9 410

Peran Hutan Kota Dalam Ameliorasi Iklim Mikro

Suhu

Suhu harian di dua lokasi hutan kota dan satu lokasi taman kota menunjukan perbedaan. Pengukuran dilakukan di dua titik pengukuran yaitu di dalam dan di luar lokasi pada jarak 10 m. Berdasarkan asumsi awal bahwa akan terjadi perbedaan suhu di bagian dalam maupun di luar, terbukti menunjukan perbedaan suhu pada saat pengukuran di lapangan (Tabel 5).

Tabel 5 Nilai sebaran suhu Harian

Lokasi Suhu rata-rata harian (

(21)

8

Taman Kota Jalan Veteran, memiliki nilai perbedaan suhu antara di dalam taman kota dan di luar taman kota sebesar 0.4 0C.

Berdasarkan hasil pada Tabel 5 diketahui bahwa Hutan Kota Malabar memiliki kualitas lebih baik didalam menurunkan suhu udara di dalam dan di sekitar kawasan jika dibandingkan dengan lokasi penelitian lainnya. Perbedaan suhu yang terjadi di setiap lokasi penelitian, diduga dipengaruhi oleh perbedaan kondisi vegetasi yang terletak didalam dengan diluar lokasi. Hutan Kota Malabar memiliki vegetasi lebih rapat. Hal ini diperkuat oleh penelitian Arie (2012) yang menyatakan bahwa daerah dengan tutupan vegetasi lebih rapat dapat mengakibatkan penurunan suhu menjadi lebih dingin dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya yang tutupan vegetasinya kurang rapat.

Hasil analisis uji t yang disajikan pada Tabel 6 menujukkan perbedaan nyata yaitu Hutan Kota Malabar (α = 0.01), Hutan Kota Velodrom (α=0.04), serta di Taman Kota Jalan Veteran (α = 0.02) pada tingkat selang kepercayaan 95%.

Tabel 6 Analisis uji t suhu harian

Lokasi Nilai α Kriteria

Hutan Kota Malabar 0.01 Signifikan

Hutan Kota Velodrom 0.04 Signifikan

Taman Kota Jalan Veteran 0.02 Signifikan

Nilai analisis berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pada ketiga lokasi penelitian. Hal ini berarti bahwa daerah dengan tutupan vegetasi lebih rapat lebih mampu menurunkan suhu di sekitarnya dibandingkan dengan daerah dengan tutupan vegetasi yang kurang rapat.

Kelembaban Udara

Waktu pengukuran kelembaban harian pada dasarnya sama dengan waktu pengukuran suhu harian. Hasil pengukuran kelembaban harian menunjukkan nilai yang berbanding terbalik terhadap suhu, yaitu nilai kelembaban yang terdapat diluar lokasi lebih kecil dibandingkan nilai kelembaban di dalam lokasi. Berdasarkan asumsi awal bahwa akan terjadi perbedaan kelembaban pada bagian dalam maupun di bagian luar terbukti menunjukan perbedaan tersebut pada saat pengukuran di lapangan. Data kelembaban harian disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai kelembaban udara harian

Lokasi Kelembaban udara rata-rata harian (%) di dalam (R1) di luar (R2)

Hutan Kota Malabar 73 69

Hutan Kota Velodrom 77 77

Taman Kota Jalan Veteran 72 71

(22)

9

yang kemudian diikuti oleh nilai kelembaban harian yang mengalami penurunan di setiap titik pengukuran. Nilai kelembaban yang ditunjukkan pada masing-masing lokasi di setiap titik pengukuran memperoleh nilai yang berbeda.

Berdasarkan pada Tabel 7 bahwa nilai kelembaban pada Hutan Kota Malabar dan Hutan Kota Velodrom lebih besar jika dibandingkan dengan Taman Kota Jalan Veteran, sedangkan nilai perbedaan kelembaban pada taman kota lebih kecil jika dibandingkan dengan hutan kota. Perbedaan kelembaban ini diduga karena adanya perbedaan jenis dan kerapatan tumbuhan terutama pohon yang terdapat didalam lokasi tersebut. Pada hutan kota nilai kelembabannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan taman kota, hal ini dapat terjadi karena adanya evapotranspirasi pada hutan kota. Sesuai dengan penelitian Wardhani (2006) yang menyatakan bahwa lokasi berhutan dengan komposisi jumlah pohon yang lebih banyak memungkinkan terjadinya evapotranspirasi yang besar sehingga massa udara di daerah ini banyak mengandung uap air dibandingkan dengan massa udara yang berada pada daerah tidak berhutan. Kerapatan pohon juga menyebabkan massa udara yang mengandung uap air tidak dapat bergerak secara cepat karena kecepatan turbulensi angin yang kecil.

Hasil analisis uji t kelembaban harian disajikan pada Tabel 8 dengan nilai ( p= 0.26), ( p= 0.23), serta ( p= 0.97) pada selang kepercayaan 95%, hal ini berarti tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada masing-masing titik pengukuran di lokasi tersebut.Kondisi ini diduga bahwa kelembaban di luar hutan kota masih terpengaruh oleh kelembaban di dalam hutan kota, sehingga nilai perbedaan antara kelembaban di dalam hutan kota dan kelembaban di luar hutan kota kecil.

Tabel 8 Analisis uji t kelembaban harian

Lokasi Nilai α Kriteria

Hutan Kota Malabar 0.26 Tidak signifikan Hutan Kota Velodrom 0.23 Tidak signifikan Taman Kota Jalan Veteran 0.97 Tidak signifikan

Keterkaitan Karakteristik Pohon Terhadap Kondisi Iklim Mikro

Kerapatan Pohon

Hasil analisis vegetasi pohon di Hutan Kota Malabar dan Hutan Kota Velodrom ditemukan sebanyak 48 individu pohon, 12 jenis pohon, serta 7 famili. Serta nilai kerapatan pohon disajikan pada Tabel 9.

(23)

10

menyatakan bahwa Hutan Kota Velodrom dibangun pada tahun 2003, yang berbentuk menyebar dengan komposisi pohon yang rata-rata memiliki umur tidak jauh berbeda sehingga ikut mendukung keragaman pohon di hutan kota tersebut. Nilai kerapatan pohon di Hutan Kota velodrom lebih besar daripada Hutan Kota Malabar yaitu sebesar 825 ind/ha, hal ini diduga juga dipengaruhi karena bentuk Hutan Kota Velodrom yang menyebar sehingga kerapatan pohon di setiap titik penyebaran cukup rapat . Pada kedua hutan kota tersebut juga terdapat pohon sengon (Falcataria moluccana) yang memilki bentuk tajuk spreading, dan juga sering dimanfaatkan sebagai habitat, terutama oleh satwa burung. Kemudian juga terdapat pohon trembesi (Samanea saman), yang efektif sebagai pohon peneduh dengan bentuk tajuk yang lebat.

Karakteristik Pohon

Karakteristik pohon di dalam hutan kota yang diduga memiliki peranan yang cukup penting terhadap perubahan suhu di dalam hutan kota adalah tinggi total pohon, tinggi bebas cabang, Leaf Area Index (LAI). Hasil pengukuran terhadap karakteristik fisik pohon disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Karakteristik fisik pohon

Lokasi Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Diameter (cm) Tt (m) TBC (m) LAI

Hutan Kota Malabar 109 19.3 9.2 1.86

Hutan Kota Velodrom 104 16.0 8.6 1.39

Berdasarkan data pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan karakteristik fisik pohon di Hutan Kota Malabar lebih tinggi jika dibandingkan dengan Hutan Kota Velodrom. Nilai tinggi total pohon (TT) serta tinggi bebas cabang pohon (TBC) pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Hutan Kota Malabar memiliki nilai lebih besar yaitu 19.3 m dan 9.2 m, sedangkan pada Hutan Kota Velodrom yaitu 16 m dan 8.6 m. Perbedaan nilai TT dan TBC berpengaruh terhadap kondisi tajuk pohon, hal ini didukung oleh pernyataan Novitasari (2013) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa tinggi total dan tinggi bebas cabang mempengaruhi mekanisme pohon dalam menjaga suhu dan kelembaban udara di bawah tajuk. Semakin tinggi suatu pohon, dengan tinggi bebas cabang semakin rendah maka tajuk pohon berukuran semakin luas.

Nilai LAI pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Hutan Kota Malabar memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 1.86, sedangkan Hutan Kota Velodrom adalah 1.39. Perbedaan nilai LAI dua hutan kota tidak jauh berbeda, tetapi nilai tersebut masih tergolong cukup kecil jika dibandingkan dengan nilai LAI pada hutan alam yaitu 3.39 ( setiawan 2006 ). Nilai LAI menggambarkan luas tajuk area di dalam kawasan hutan, jika nilai LAI besar maka dapat diasumsikan bahwa kawasan tersebut memiliki luas tajuk yang rapat. Perbedaan nilai LAI dari kedua hutan kota tersebut dapat menunjukkan perbedaan kualitas hutan kota yang berperan dalam menurunkan suhu di dalam hutan kota, serta mempengaruhi suhu di luar hutan kota menjadi lebih sejuk.

(24)

11

yaitu pohon sengon (Falcataria moluccana) tersebar di tengah dan sisi luar hutan kota sehingga Hutan Kota Malabar jika terlihat dari luar memiliki tajuk pohon yang rimbun. Hutan Kota Velodrom memiliki bentuk menyebar dengan kondisi pohon yang memiliki tajuk lebar dengan bentuk spreading jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya terletak di beberapa titik saja, selain itu faktor lainnya, yaitu pemilihan jenis tanaman yang cenderung memilih jenis-jenis tanaman eksotik daripada tanaman yang memiliki tajuk lebar. Hal ini dapat dilihat dari jenis pohon dari kedua hutan kota yang didominasi oleh pohon kemiri (Aleurites moluccana) dan Gmelina (Gmelina arborea) yang memiliki bentuk tajuk irregular. Selain itu Hutan Kota Velodrom lebih banyak terdapat tanaman palem di sepanjang jalur hutan kota.

Gambar 3 Foto LAI di dalam hutan kota : (a) Hutan Kota Malabar, (b) Hutan Kota Velodrom

Kerapatan pohon pada kedua hutan kota tersebut berperan cukup penting terhadap kualitas hutan kota dalam menurunkan suhu udara di dalam hutan kota. Tutupan tajuk hutan kota cukup rapat jika dibandingkan dengan taman kota sehingga diduga mampu menurunkan suhu udara di dalam hutan kota serta menjadikan suasana di dalam hutan kota menjadi nyaman ( Nugroho 2011). Penurunan suhu ini terjadi karena banyaknya penutup lahan dan juga karena mampu menghalangi dan menyerap energi sinar matahari sehingga mengurangi suhu udara di areal tersebut. Menurut Prasetyo (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penurunan suhu udara menyebabkan defisit tekanan uap menurun, sehingga kapasitas udara dalam menampung uap air menurun, sehingga kelembaban udara meningkat. Semakin meningkat kerapatan pohon maka semakin sulit energi sinar matahari menembus permukaan tanah sehingga suhu udara di permukaan tanah menurun yang menyebabkan kelembaban udara meningkat. Kerapatan pohon yang tinggi juga menyebabkan evapotranspirasi yang tinggi, sehinggga di udara terdapat lebih banyak uap air yang berdampak pada meningkatnya kelembaban udara.

(25)

12

vegetasi mengintersesi radiasi surya serta memanfaatkan energi radiasi surya tersebut untuk proses fotosintesis dan penguapan sehingga membantu dalam penurunan suhu udara di lingkungan sekitar. Kondisi ini menunjukkan bahwa karakteristik fisik pohon di dalam suatu hutan kota memiliki peran yang besar untuk menurunkan suhu udara di dalam dan sekitar kawasan.

Indeks Kenyamanan

Kenyamanan merupakan kondisi perasaan pada saat manusia merasa tepat untuk melakukan aktivitas. Wardhani (2006) juga menyebutkan bahwa kondisi yang nyaman apabila sebagian energi manusia dibebaskan untuk kerja produktif dan pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat minimum. Penentuan kualitas tingkat kenyamanan salah satunya dapat menggunakan rumus untuk daerah tropis yang dikemukakan oleh Niewolt and Mc Gregor (1998) yaitu Temperature Humanidity Index (THI). Gambar 3 merupakan hasil penghitungan nilai indeks kenyamanan dari empat lokasi pengukuran yaitu, hutan kota Malabar, hutan kota Velodrom, dan Taman Kota Jalan Veteran.

Gambar 4 Nilai indeks kenyamanan

Berdasarkan Gambar 4 bahwa ketiga lokasi tersebut termasuk kedalam kriteria nyaman karena nilai indeks kenyamanan terletak antara 21-24 0C. Nilai indeks kenyamanan dari keempat lokasi tersebut merupakan kualitas hutan kota dan taman kota dalam menciptakan iklim mikro yang dapat mempengaruhi sekitar kawasan baik didalam maupun di sekitar kawasan menjadi lebih nyaman. Niewolt and Mc Gregor (1998) didalam bukunya tentang iklim Tropical Climatology mengungkapkan bahwa kenyamanan tidak hanya dipengaruhi oleh suhu udara tetapi juga faktor suhu tubuh dan sirkulasi udara disekitar tubuh, sehingga manusia cenderung untuk menjaga suhu termal tubuhnya, yaitu 36.7 0C.

22.9

Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom Taman Kota Jalan

(26)

13

(a) (b) (c)

Gambar 5 Kondisi vegetasi : (a) Hutan Kota Malabar, (b) Taman Kota Jalan Veteran, (c) Hutan Kota Velodrom

Komposisi vegetasi di dalam lokasi memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap nilai indeks kenyamanan (Gambar 3), karena terjadi proses evapotranspirasi yang mengakibatkan suhu dan kelembaban berubah menjadi lebih sejuk (Mustikaweni 2008). Hussein (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa keberadaan vegetasi yang melimpah dalam hutan kota dan taman kota membantu terciptanya suhu lingkungan yang lebih baik. Kondisi ini dapat memberikan efek yang baik bagi kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini didukung juga oleh penelitian Hadi et al ( 2012) bahwa tumbuhan di hutan kota dan taman kota selain berfungsi untuk estetika juga dapat memodifikasi unsur-unsur iklim.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah

1. Hutan Kota Malabar mampu menurunkan suhu lebih baik jika dibandingkan dengan Hutan Kota Velodrom serta Taman Kota Jalan Veteran, hal ini ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu pada Hutan Kota Malabar yaitu1.1 0C. 2. Hutan Kota Malabar memiliki krakteristik pohon lebih baik dibandingkan

dengan Hutan Kota Velodrom, sehingga berpotensi untuk memperbaiki iklim mikro lebih baik.

3. Hutan Kota Malabar, Hutan Kota Velodrom serta Taman Kota Jalan Veteran memiliki nilai indeks kenyamanan dalam kategori nyaman menurut Nieuwolt (1998) dengan nilai 22.9 0C, 23.2 0C dan 23 0C.

Saran

(27)

14

DAFTAR PUSTAKA

Arie FC. 2012. Sebaran Temperatur Permukaan Lahan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah; 2012 Juli; Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID). Hlm 23-34.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Hasil Sensus Penduduk Kota Malang. Malang (ID). BPS Kota Malang.

[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2012.Informasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia. Jakarta (ID).

[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. 2012.Data Suhu dan Kelembaban rata-rata Tahun 2006-2010. Malang (ID). Stasiun Klimatologi, Karang Ploso.

[DKP] Dinas Kebersihan dan Pertamanan. 2013. Penetapan Lokasi Hutan Kota. Malang (ID): Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

Hadi R, Lila KA, Gunadi IGA. 2012. Evaluasi Indeks Kenyamanan Taman Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung) Denpasar, Bali. J Agroekoteknologi Trop 1(1) : 34-45.

Hussein R. 2010. Analisis Kualitas dan Kenyamanan Lingkugan Kawasan Hutan Kota, di Kota Malang. AGRITEK 18 (2) : 245-267

Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor (ID) : IPB Press.

Mustikaweni R. 2008. Pengaruh Perubahan Pemanfaatan Ruang Kawasan lingkar Luar Kebun Raya Bogor terhadap Iklim Mikro. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Nieuwolt S, McGregor GR. 1998. Tropical Climatology. England (UK) :John Wiley & Sons Ltd.

Novitasari A. 2013. Evaluasi Hutan Kota Berdasarkan Ameliorasi Iklim Mikro di Kota Semarang. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Nugroho MI. 2011. Valuasi Manfaat Ekologis Kanopi Pohon Perkotaan dan Ruang Terbuka Hijau. Bogor [ID] : Institut Pertanian Bogor.

Prasetyo AT. 2012. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau (RTH) Terhadap Iklim Mikro di Kota Pasuruan. [skripsi]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang. Rushayati SB, Filmarasa EN, Hermawan R. 2009. Ameliorasi Iklim Melalui

Zonasi Bentuk dan Tipe Hutan Kota. Prosiding seminar dan hasil-hasil penelitian; 2009: Bogor, Indonesia. Bogor (ID). Hlm 279-297.

Samadikun BP. 2007. Dampak Perimbangan Ekonomis Terhadap Tata Ruang Jakarta dan Bopunjur. Jurnal Presipitasi 2(1) : 34-38.

Setiawan R. 2006. Metode neraca energi untuk perhitungan leaf area index (LAI) di lahan bervegetasi menggunakan data citra satelit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tjasjono B. 1999. Klimatologi Umum. Bandung (ID) : ITB Press.

Walpole RE. 1982. Pengantar Statistika Ed ke–3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pusaka Utama.

(28)

15

15

Lampiran 1 Suhu dan kelembaban harian di setiap lokasi penelitian

A. Hutan Kota Malabar

Waktu di Dalam Jarak 10 m Suhu Kelembaban

Suhu (0C) Kelembaban (%) Suhu (0C) Kelembaban (%) Rata-rata (0C) Rata-rata (%)

Pagi Hari 20.6 90 21.2 90 20.9 90

Siang Hari 27.2 61 28.9 56 28.1 59

Sore Hari 25.6 67 26.8 61 26.2 64

B. Hutan Kota Velodrom

Waktu Di Dalam Jarak 10 m Suhu Kelembaban

Suhu (0C) Kelembaban (%) Suhu (0C) Kelembaban (%) Rata-rata (0C) Rata-rata (%)

Pagi Hari 21.2 90 22.2 90 21.7 90

Siang Hari 27.4 67 27.7 67 27.6 67

(29)

16

16

Lampiran 1 Suhu dan kelembaban harian di setiap lokasi penelitian (lanjutan)

C. Taman Kota Jalan Veteran

Waktu di Dalam Jarak 10 m Suhu Kelembaban

Suhu (0C) Kelembaban (%) Suhu (0C) Kelembaban (%) Rata-rata (0C) Rata-rata (%)

Pagi Hari 21.2 90 21.0 86 21.1 88

Siang Hari 27.4 57 28.3 58 27.9 63

Sore Hari 25.8 68 26.4 69 26.1 69

Rata-rata Suhu

Hutan kota Malabar 24.00C

Hutan Kota Velodrom = 24.20C

Taman Kota Jalan Veteran = 24.10C

Rata-rata Kelembaban

Hutan Kota Malabar = 76 %

Hutan kota velodrom = 80%

Taman Kota Jalan Veteran = 77 %

Indeks Kenyamanan

Hutan Kota Malabar : THI = 0,8 (24) + (76 x 24)/500 = 22.9 (nyaman)

Hutan Kota Velodrom : THI = 0,8 (24,2) + (80 x 24,3)/500 = 23.2 (nyaman)

(30)

17

17

Lampiran 2 Famili dan jenis pohon di hutan kota

No Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Lokasi Penelitian Jumlah

Individu Hutan Kota Malabar Hutan Kota Velodrom

1 Aracariaceae Araukaria Araucaria cunninghamii - 1 1

2 Clusiaceae Nyamplung Calophyllum inophyllum - 1 1

3 Euphorbiaceae Kemiri Aleurites moluccana 8 7 15

4 Fabaceae Angsana Pterocarpus indicus - 3 3

5 Flamboyan Delonix regia - 1 1

6 Sengon Falcataria moluccana 6 1 7

7 Trembesi Samanea saman 1 2 3

8 Turi Sesbania grandiflora 2 - 2

9 Meliaceae Mahoni daun besar Swietenia macrophylla 1 - 1

10 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni 1 - 1

11 Moraceae Karet kerbau Ficus elastica 1 - 1

12 Sapotaceae Tanjung Mimusops elengi - 1 1

(31)

18

18

Lampiran 3 Karakteristik fisik pohon

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Karakteristik Fisik Pohon

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

Dbh (cm) TT (m) TBC (m) LAI

1 Angsana Pterocarpus indicus 97.5 13.5 2.5 1.28

2 Araukaria Araucaria cunninghamii 85.0 13.0 2.5 1.09

3 Flamboyan Delonix regia 66.0 21.0 6.0 1.46

4 Gmelina Gemelina arborea 92.0 22.0 15.0 1.28

5 Karet kerbau Ficus elastica 153.0 16.0 3.5 1.64

6 Kemiri Aleurites moluccana 93.0 21.0 12.0 1.66

7 Mahoni daun besar Swietenia macrophylla 64.0 9.0 2.5 2.08

8 Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni 95.0 21.0 8.0 1.64

9 Nyamplung Calophyllum inophyllum 68.0 20.0 8.0 1.64

10 Sengon Falcataria moluccana 184.0 24.0 11.0 1.75

11 Tanjung Mimoshop elengi 83.0 20.0 2.3 1.64

12 Trembesi Samanea saman 134.0 19.0 5.8 1.64

(32)

19

19

Lampiran 4 Suhu rata-rata 6 tahun terakhir Kota Malang

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

2005 24.9 24.5 24.5 24.6 24.2 24.4 23.5 23.3 24.2 24.6 24.3 23.6

2006 24.0 24.2 23.9 24.3 23.8 23.0 22.2 23.4 23.1 24.2 24.5 23.8

2007 24.1 23.5 23.2 23.3 23.9 23.2 22.9 23.0 23.5 22.8 23.8 23.1

2008 23.6 23.5 23.6 22.9 23.8 23.4 22.7 23.8 24.4 25.1 24.5 22.7

2009 23.8 24.1 24.5 25.0 24.6 24.6 23.4 23.1 24.4 - 24.4 24.1

2010 23.8 24.0 24.4 23.9 24.5 23.8 23.2 23.4 23.8 24.1 24.4 23.8

Sumber : BMKG Kota Malang

Lampiran 5 Kelembaban rata-rata 6 tahun terakhir Kota Malang

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

2005 76 76 77 74 71 74 71 71 69 75 80 85

2006 79 79 79 79 81 79 76 76 76 74 76 82

2007 78 82 85 83 79 82 79 80 79 75 81 84

2008 81 83 83 86 81 80 81 81 79 80 84 80

2009 87 87 83 83 83 83 83 84 86 - 84 85

2010 83 84 83 86 83 80 81 78 80 80 78 82

(33)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 16 Februari 1990 dari ayah Tolkhatul Munir dan ibu Sri Yatmiati. Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 1 Plemahan dan pada tahun 2009 penulis lulus ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi di Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

Selama mengikuti perkuliahan penulis telah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Kamojang dan Sancang Barat pada tahun 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012, serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Meru Betiri pada tahun 2013.

Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) sebagai Ketua Biro Sosial Lingkungan Himakova (2011-2012). Penulis juga pernah mengikuti kegiatan ekspedisi dan eksplorasi yang diadakan oleh Himakova, yaitu Pendidikan dan Latihan Kelompok Pemerhati Burung (Diklat KPB) pada tahun 2011, Eksplorasi Flora Fauna Indonesia (Rafflesia) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2010) dan Cagar Alam Tangkuban Perahu dan Taman Wisata Alam Sukawayana (2011), Studi Konservasi Lingkungan (Surili) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (2012).

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran
Gambar 2  Lokasi penelitian
Tabel 2  Data sekunder penelitian
Tabel 7  Nilai kelembaban udara harian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, yang menjadi persoalan dalam ritual setiap tarekat yang ada adalah bahwa hampir mayoritas ritual tarekat mencitrakan Tuhan dalam bentuk atau citra laki-laki dan

Pemberian perlakuan bio-fosfat dengan dosis 50 kg/ha memberikan tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, sedangkan varietas Takar memiliki

Pada penelitian ini, yield biodiesel hasil reaksi esterifikasi minyak mikroalga dengan katalis sintesis dari abu vulkanik yang telah diaktivasi dengan H 2 SO 4 2M adalah

Informan Ada, jika kepentingan keluarga berbenturan dengan kuliah Peneliti Bagaimana cara anda membagi waktu antara kewajiban kuliah. dan

Industri batik Sembung mampu memproduksi rata-rata 100 lembar kain batik per harinya, dengan banyaknya produksi yang dilakukan menghasilkan limbah cair yang

Penulis memilih tempat di perumahan Pondok Tjandra Indah karena menurut pra survey yang dilakukan oleh penulis, di sana banyak generasi tua etnis Tionghoa dan juga sebagian

MINYAK DUNIA TERHADAP RETURN SAHAM SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011- 2015”. 1.2

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah Model Pembelajaran Kooperatif tipe