• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prediksi Jumlah Permintaan Barang Musiman Menggunakan Metode Holt-winters

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prediksi Jumlah Permintaan Barang Musiman Menggunakan Metode Holt-winters"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PREDIKSI JUMLAH PERMINTAAN BARANG MUSIMAN

MENGGUNAKAN METODE

HOLT-WINTERS

SKRIPSI

LIA HARTATI SIMANJUNTAK

081402069

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREDIKSI JUMLAH PERMINTAAN BARANG MUSIMAN

MENGGUNAKAN METODE HOLT-WINTERS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah

Sarjana Teknologi Informasi

LIA HARTATI SIMANJUNTAK

081402069

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PREDIKSI JUMLAH PERMINTAAN BARANG

MUSIMAN MENGGUNAKAN METODE HOLT-WINTERS

Kategori : SKRIPSI

Nama : LIA HARTATI SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa : 081402069

Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI

Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI (FASILKOM-TI) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Romi Fadillah R, B.Comp.Sc.M.Sc. Sajadin Sembiring,S.Si,M.Comp.Sc NIP 19860303 201012 1 004 NIP

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PREDIKSI JUMLAH PERMINTAAN BARANG MUSIMAN

MENGGUNAKAN METODE HOLT-WINTERS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan

dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, ….. 2014

Lia Hartati Simanjuntak

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Informasi, Program Studi S1 Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Sajadin Sembiring,S.Si,M.Comp.Sc selaku pembimbing satu dan Bapak Romi Fadillah R, B.Comp.Sc.M.Sc selaku pembimbing dua yang telah banyak membantu dan membimbing juga memberikan kritik dan saran kepada penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Dedy Arisandi, ST.M.Kom dan Bapak Dr. Mahyudin Nst, M.IT yang telah bersedia menjadi dosen pembanding. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Informasi, Prof. Dr. Opim Salim Sitompul, M.Sc. dan Drs. Sawaluddin, M.IT, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Teknologi Informasi.

(6)

ABSTRAK

Melonjaknya jumlah permintaan barang musiman saat periode musimannya dimulai membuat pengusaha sering menghadapi kendala dalam memenuhi permintaan pasar, salah satunya adalah seragam sekolah dasar. Metode memprediksi jumlah permintaan untuk periode mendatang, merupakan hal penting bagi pengusaha konveksi seragam untuk mengoptimalkan keuntungan, agar tidak ada permintaan yang terpaksa ditolak karena kekurangan bahan baku atau tenaga kerja. Dalam penelitian ini digunakan metode Holt-Winters untuk memprediksi jumlah permintaan seragam sekolah dasar yang bersifat musiman. Holt-Winters merupakan metode exponential smoothing yang menggunakan tiga parameter untuk mendapatkan hasil prediksinya. Pengukuran tingkat akurasi hasil prediksi dilakukan dengan nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Hasil prediksi yang dilakukan untuk tahun 2013 menggunakan Holt-Wintersdengan konstanta parameter (α) = 0,γ5 , beta ( ) = 0,15 , dan gamma ( ) = 0,47, pada data penjualan seragam sekolah dasar periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 menghasilkan tingkat akurasi prediksi sebesar 95,74% dengan nilai error rata-rata sebesar 4,26%.

(7)

HOLT-WINTERS METHOD FOR PREDICTING

SEASONAL GOODS DEMAND

ABSTRACT

The growing number of demand for seasonal goods when the seasonal period started making entrepreneurs often face obstacles in fulfilling the market demands, one of which is an elementary school uniforms. Predicting the number of demand for the coming period is essential for entrepreneurs in uniforms convection to increase profits, so there is no demand rejected due to lack of raw materials or labor. In this study, Holt-Winters method is used to predict the demand of school uniforms for elementary school that contains seasonal behavior. Holt-Winters is an exponential smoothing method that uses three parameters to obtain the prediction results. The accuracy of the prediction results is measured by the value of MAPE (Mean Absolute Percentage Error). The results of the predictions using Holt-Winters method made for the year 2013 with constant parameters (α) = 0.35, beta ( ) = 0.15, and gamma ( ) = 0.47, on the basis of school uniforms sales data period from January 2010 up to December 2012 resulted in prediction accuracy level up to 95,74% with an average error of 4.26%.

(8)

DAFTAR ISI

Bab 2 Tinjauan Pustaka 6

2.1Teknik Peramalan 6

2.2Prediksi Penjualan 11

2.3Definisi Barang-Barang Musiman 13

2.4Ukuran Akurasi Prediksi 13

2.5Metode Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing) 14

2.6Metode Holt-Winters 16

2.6.1Metode Holt-Winters Additif 16

2.6.2Metode Holt-Winters Multiplikatif 17

2.7 Unified Modelling Language 16

2.7.1Use case diagram 21

2.7.2Use caseSpesification 21

2.7.3Activity Diagram 22

2.7Teknik Prediksi Terdahulu 23

BAB 3 Analisis dan Perancangan Sistem 28

3.1Identifikasi Masalah 28

3.2 Pemakaian Data 29

3.3Analisis Sistem 31

3.4Perancangan Sistem 34

3.4.1Use case diagram 34

3.4.2Use case spesifikasi 35

3.4.3Diagram Aktivitas 39

3.4.4Model entity-relationship 43

(9)

3.4.6Perancangan antarmuka 44

3.4.6.1Rancangan halaman Login 44

3.4.6.2Rancangan halaman Menu Utama 44

3.4.6.3Rancangan halaman Pengguna 45

3.4.6.4Rancangan halaman Data Penjualan 46 3.4.6.5 Rancangan halaman Penjualan 47 3.4.6.6 Rancangan halaman Prediksi 48 3.4.6.7 Rancangan halaman History 48

Bab 4 Implementasi dan Pengujian Sistem 51

4.1Implementasi Sistem 51

4.1.1Spesifikasi perangkat keras dan lunak yang digunakan 51 4.1.2Implementasi perancangan antarmuka 52

4.1.3Implementasi data 57

4.2Pengujian Sistem 58

4.2.1Rencana pengujian sistem 58

4.2.2Kasus dan hasil pengujian sistem 59

4.2.3Pengujian kinerja sistem 63

4.2.4Pengujian data 70

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 72

5.1Kesimpulan 72

5.2Saran 73

Daftar Pustaka 74

(10)

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu untuk Prediksi Musiman 25 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu dengan Holt-Winters 26 Table 3.1 Data Penjualan Seragam Sekolah Dasar dalam Tiap Ukuran 29 Tabel 3.2 Use case Specification untuk Use case Pengguna 36 Tabel 3.3 Use case Specification untuk Use case Data Penjualan 36 Tabel 3.4 Use case Specification untuk Use case Input Penjualan 37 Tabel 3.5 Use case Specification untuk Use case Prediksi 38 Tabel 3.6 Use case Specification untuk Use caseHistory 38 Tabel 4.1 Tabel Data Penjualan Seragam Sekolah Dasar 57

Tabel 4.2 Rencana Pengujian 59

Tabel 4.3 Hasil Pengujian 59

Tabel 4.4 Data Penjualan Seragam Tahun 2010-2012 63

Tabel 4.5 Tabel 12 Periode Musim Pertama 66

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Parameter dan Prediksi 67 Tabel 4.7 Hasil Prediksi Penjualan Tahun 2013 69

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 2.1 Data Time Series Dengan Pola Horizontal (Tanjung, 2012) 9 Gambar 2.2 Data Time Series Dengan Pola Trend (Tanjung, 2012) 9 Gambar 2.3 Data Time Series Dengan Pola Musiman (Tanjung, 2012) 10 Gambar 2.4 Data Time Series Dengan Pola Siklis (Tanjung, 2012) 11

Gambar 2.5 Simbol Diagram Aktivitas 23

Gambar 3.1 Pola Musiman Penjualan Seragam Sekolah Dasar 2010-2013 30 Gambar 3.2 Algoritma Holt-Winters Pada Sistem 32

Gambar 3.3 Use case Diagram Sistem 35

Gambar 3.4 Diagram Aktivitas untuk Pengaturan Data Pengguna 40 Gambar 3.5 Diagram Aktivitas Melihat Data Penjualan 40 Gambar 3.6 Diagram Aktivitas untuk Pengaturan Data Penjualan 41 Gambar 3.7 Diagram Aktivitas untuk Prediksi Penjualan 42

Gambar 3.8 Diagram Aktivitas untuk Hisory 42

Gambar 3.9 Model E-R 43

Gambar 3.10 Struktur Menu Sistem 43

Gambar 3.11 Rancangan Halaman Login 44

Gambar 3.12 Rancangan Halaman Menu Utama 45

Gambar 3.13 Rancangan Halaman Pengguna 46

Gambar 3.14 Rancangan Halaman Data Penjualan 47

Gambar 3.15 Rancangan Halaman Penjualan 48

Gambar 3.16 Rancangan Halaman Prediksi Penjualan 49

Gambar 3.17 Rancangan Halaman History 50

Gambar 4.1 Halaman Login 52

Gambar 4.2 Halaman Pengguna 53

Gambar 4.3 Halaman Data Penjualan 54

Gambar 4.4 Input Penjualan 54

Gambar 4.5 Halaman Prediksi 55

Gambar 4.6 Halaman History 56

Gambar 4.7 Data Penjualan Seragam Tahun 2010-2012 65

(12)

ABSTRAK

Melonjaknya jumlah permintaan barang musiman saat periode musimannya dimulai membuat pengusaha sering menghadapi kendala dalam memenuhi permintaan pasar, salah satunya adalah seragam sekolah dasar. Metode memprediksi jumlah permintaan untuk periode mendatang, merupakan hal penting bagi pengusaha konveksi seragam untuk mengoptimalkan keuntungan, agar tidak ada permintaan yang terpaksa ditolak karena kekurangan bahan baku atau tenaga kerja. Dalam penelitian ini digunakan metode Holt-Winters untuk memprediksi jumlah permintaan seragam sekolah dasar yang bersifat musiman. Holt-Winters merupakan metode exponential smoothing yang menggunakan tiga parameter untuk mendapatkan hasil prediksinya. Pengukuran tingkat akurasi hasil prediksi dilakukan dengan nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error). Hasil prediksi yang dilakukan untuk tahun 2013 menggunakan Holt-Wintersdengan konstanta parameter (α) = 0,γ5 , beta ( ) = 0,15 , dan gamma ( ) = 0,47, pada data penjualan seragam sekolah dasar periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 menghasilkan tingkat akurasi prediksi sebesar 95,74% dengan nilai error rata-rata sebesar 4,26%.

(13)

HOLT-WINTERS METHOD FOR PREDICTING

SEASONAL GOODS DEMAND

ABSTRACT

The growing number of demand for seasonal goods when the seasonal period started making entrepreneurs often face obstacles in fulfilling the market demands, one of which is an elementary school uniforms. Predicting the number of demand for the coming period is essential for entrepreneurs in uniforms convection to increase profits, so there is no demand rejected due to lack of raw materials or labor. In this study, Holt-Winters method is used to predict the demand of school uniforms for elementary school that contains seasonal behavior. Holt-Winters is an exponential smoothing method that uses three parameters to obtain the prediction results. The accuracy of the prediction results is measured by the value of MAPE (Mean Absolute Percentage Error). The results of the predictions using Holt-Winters method made for the year 2013 with constant parameters (α) = 0.35, beta ( ) = 0.15, and gamma ( ) = 0.47, on the basis of school uniforms sales data period from January 2010 up to December 2012 resulted in prediction accuracy level up to 95,74% with an average error of 4.26%.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dalam dunia usaha, ada hal yang disebut dengan barang-barang musiman atau

seasonal, yaitu barang-barang yang jumlah permintaannya meningkat karena kebutuhan akan barang tersebut pada musim-musim tertentu meningkat jauh, seperti:

busana muslim pada musim lebaran, alat-alat tulis dan seragam sekolah pada musim

tahun ajaran baru dan lainnya (Susanty, 2012).

Melonjaknya permintaan akan barang-barang musiman tersebut tentu akan

memberikan keuntungan besar bagi para pelaku usaha. Namun dalam bisnis penjualan

ini terdapat masalah penting yaitu, pengendalian persediaan barang dan prediksi

penjualan yang akan datang (Sari, 2008). Para pelaku usaha barang musiman ini

sering menghadapi kendala dalam memenuhi permintaan barang saat periode

musimnya dimulai. Masalah yang paling sering terjadi adalah kekurangan stok barang.

Jika pada musim-musim tertentu dimana permintaan barang sedang sangat tinggi

namun pelaku usaha hanya memiliki stok yang sedikit, tentu permintaan tidak dapat

dipenuhi sehingga menyebabkan penurunan jumlah penjualan yang tentu berdampak

buruk bagi pelaku usaha. Untuk menghindari ketidakefesienan ini diperlukan sebuah

metode perencanaan dalam penyediaan jumlah barang demi mencapai jumlah

penjualan yang maksimal dan mencapai target.

Salah satu metode perencanaan yang umum digunakan adalah prediksi

permintaan yang akan datang. Metode prediksi dapat membantu meminimalisasi

kesalahan dalam penyediaan barang. Untuk menghasilkan hasil prediksi yang lebih

akurat terutama untuk barang yang bersifat musiman, dibutuhkan sistem cerdas yang

menggabungkan antara ilmu pengetahuan, teknik dan metode dari berbagai sumber.

(15)

yang mengandung pola musiman, diantaranya: Metode Dekomposisi (Ernawati,

2007), Metode Regresi Time Series (Rochmah, 2010); dan Metode Sarima (Hermanto,

2007).

Dalam penelitian ini sistem prediksi untuk barang musiman dikembangkan

dengan menggunakan Holt-Winters yakni metode prediksi runtun waktu (time series) yang dapat menangani perilaku musiman (seasonal) pada sebuah data berdasarkan pada data masa lalu. Metode ini dipilih karena menurut Makridakis (1999), metode ini

sangat baik meramalkan pola data yang bersifat tren dan musiman yang timbul secara

serempak. Teknik Holt-Winters sendiri telah banyak digunakan dalam memprediksi berbagai masalah dengan perilaku musiman seperti memprediksi pendapatan katering

(Harsaputra, 2007), prediksi penambahan mesin rajut (Legi, 2008), prediksi curah

hujan (Nurmaida, 2012), dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

Adanya kendala dalam memenuhi permintaan barang musiman yang melonjak tinggi

saat periode musimannya dimulai membuat pelaku usaha sering merasa kewalahan.

Hal ini dapat menyebabkan penurunan jumlah penjualan yang dapat berdampak buruk

bagi pelaku usaha. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan

menggunakan metode perencanaan yaitu memprediksi permintaan barang yang akan

datang. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah pendekatan untuk memprediksi jumlah

permintaan barang sehingga para pelaku usaha dapat memenuhi permintaan konsumen

akan barang musiman saat periode musimannya dimulai.

1.3Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih terarah dan mencegah adanya perluasan

masalah dan pembahasan yang terlalu kompleks, maka penulis membuat batasan

masalah yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas akhir yaitu:

1. Data yang digunakan merupakan data penjualan seragam sekolah dasar pada

(16)

2. Sistem yang dibangun akan menghasilkan prediksi jumlah permintaan seragam

sekolah SD untuk bulan-bulan berikutnya.

3. Penelitian ini tidak membahas tentang masalah harga jual barang.

4. Hasil penelitian ini tidak mempertimbangkan kejadian-kejadian yang

berhubungan dengan alam yang mungkin mempengaruhi hasil prediksi

tersebut, seperti : gempa bumi, banjir, kebakaran, dan lain sebagainya.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah adalah membuat prediksi jumlah permintaan barang

musiman yang akan datang berdasarkan data penjualan di masa lalu dengan

menggunakan metode Holt-Winters.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kemampuan metode Holt-Winters dalam memprediksi jumlah permintaan barang musiman.

2. Memberikan suatu teknik alternatif mengenai prediksi permintaan barang

musiman dengan menggunakan metode Holt-Winters serta sebagai referensi untuk penelitian lain yang berhubungan dengan metode Holt-Winters dan

prediksi permintaan barang musiman.

1.6Metode Penelitian

Tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian skripsi ini adalah sebagai

(17)

1. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan studi kepustakaan yaitu penulis mengumpulkan

seluruh informasi yang menyeluruh dari referensi-referensi yang mencakup

prediksi dan metode Holt-Winters.

2. Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap studi literatur untuk mengetahui dan

mendapatkan pemahaman mengenai Holt-Winters untuk menyelesaikan masalah prediksi.

3. Perancangan

Pada tahap perancangan sistem dilakukan perancangan arsitektur,

pengumpulan data, pelatihan, dan perancangan antarmuka. Proses perancangan

dilakukan berdasarkan hasil analisis studi literatur yang telah didapatkan.

4. Implementasi

Pada tahap ini dilakukan proses implementasi pengkodean program dalam

aplikasi komputer menggunakan bahasa pemrograman yang telah dipilih

sesuai dengan analisis dan perancangan yang sudah dilakukan.

5. Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pengujian aplikasi yang telah dibuat guna

memastikan aplikasi telah berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.

6. Dokumentasi dan Penyusunan Laporan

Pada tahap ini akan dilakukan dokumentasi hasil analisis dari penelitian

metode Holt-Winters untuk menyelesaikan masalah prediksi permintaan barang yang bersifat musiman.

1.7Sistematika Penulisan

(18)

Bab 1: Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2: Landasan Teori

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan untuk memahami permasalahan yang dibahas

pada penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang penerapan Holt-Winters untuk memprediksi permintaan barang musiman dan data-data pendukungnya.

Bab 3: Analisis dan Perancangan

Bab ini berisi analisis dan penerapan metode Holt-Winters untuk memprediksi permintaan barang musiman pada periode yang akan datang, serta perancangan seperti

pemodelan dengan flowchart, use case dan activity diagram.

Bab 4: Implementasi dan Pengujian

Bab ini berisi pembahasan tentang implementasi dari analisis dan perancangan yang

disusun pada Bab 3 dan pengujian apakah hasil yang didapatkan sesuai dengan yang

diharapkan.

Bab 5: Kesimpulan Dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-

(19)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan

dengan penerapan metode Holt-Winters untuk prediksi penjualan barang musiman.

2.1Teknik Peramalan

Peramalan atau forecast merupakan suatu fungsi bisnis yang digunakan untuk memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk tersebut

dibuat dalam jumlah atau kuantitas yang tepat (Gaspersz, 2004). Tujuan dari

peramalan dalam kegiatan produksi adalah untuk mengurangi ketidakpastian,

sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya.

Kegunaan peramalan tersebut akan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan pertimbangan apa yang akan

terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan.

Menurut Levine (2002) ada dua pendekatan umum untuk jenis metode

peramalan menurut sifatnya, yaitu teknik kualitatif dan teknik kuantitatif. Teknik

peramalan kualitatif digunakan saat data historis tidak tersedia, namun metode ini

bersifat sangat subjektif dan membutuhkan penilaian dari pakar. Sedangkan teknik

peramalan kuantitatif menggunakan data historis atau data masa lalu yang dibuat

dalam bentuk angka.

Dalam peramalan dikenal istilah prakiraan dan prediksi. Prakiraan

didefinisikan sebagai proses peramalan suatu kejadian dimasa datang dengan berdasar

pada data kejadian itu dimasa sebelumnya. Data masa lampau tersebut secara

sistematik diolah bersama dengan suatu metode tertentu untuk memperoleh prakiraan

kejadian yang akan datang. Sementara prediksi adalah proses peramalan suatu

(20)

data-data sebelumnya, meskipun lebih berdasarkan pada pertimbangan intuisi, namun

prediksi juga sering digunakan data kuantitatif sebagai pelengkap informasi dalam

melakukan peramalan. (Herjanto, 2006).

Berdasarkan horizon waktu, peramalan dapat dikelompokkan dalam tiga

bagian, yaitu peramalan jangka panjang, peramalan jangka menengah, dan peramalan

jangka pendek.

1. Peramalan jangka panjang, yaitu mencakup waktu lebih besar dari 18 bulan.

Misalnya, peramalan yang berkaitan dengan penanaman modal, perencanaan

fasilitas, dan perencanaan untuk kegiatan litbang.

2. Peramalan jangka menengah, yaitu mencakup waktu antara 3 sampai 18 bulan.

Misalnya peramalan untuk perencanaan penjualan, perencanaan produksi, dan

perencanaan tenaga kerja tidak tetap.

3. Peramalan jangka pendek, yaitu untuk jangka waktu kurang dari 3 bulan.

Misalnya, peramalan dalam hubungannya dengan penjadwalan kerja atau

penugasan karyawan.

Peramalan jangka panjang banyak menggunakan pendekatan kualitatif

sedangkan peramalan jangka menengah dan pendek biasanya menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Metode peramalan kuantitatif terbagi dalam dua kelompok utama, yaitu

metode data time series dan metode kausal. Data tersebut tentunya sangat diperlukan

dalam penelitian, maupun pengambilan keputusan. (Winarno, 2007).

a. Data Time Series (Runtun Waktu)

Data Runtun Waktu atau Data Time series adalah data yang menggambarkan suatu objek dari waktu ke waktu atau periode secara historis dan terjadi

berurutan. (Winarno, 2007). Interval waktu perekaman dapat amat singkat

(beberapa bagian dari satu detik saja) dan dapat cukup panjang (harian,

mingguan, bulanan, tahunan, dan bahkan puluhan tahun), tergantung dari

(21)

tahun 2000 hingga 2010, data pergerakan angin dari menit pertama hingga

menit ke-30, data jumlah siswa dari tahun 1997 hingga 2012, dan lain-lain.

Time Series ini mencakup penelitian pola data yang digunakan untuk

memeriksa apakah data tersebut stasioner atau tidak. Stasioner itu sendiri

berarti bahwa tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data. Data

secara kasar harus horizontal sepanjang waktu. Dengan kata lain fluktuasi data

tetap konstan.

b. Data Causal (Data Kausal)

Metode peramalan kausal mengembangkan model sebab-akibat antara

permintaan yang diramalkan dengan variabel-variabel lain yang

mempengaruhi. Contohnya adalah, jumlah permintaan baju baru bisa saja

berhubungan dengan jumlah populasi, rata-rata pendapatan masyarakat, jenis

kelamin, musiman atau bulan-bulan khusus (hari raya, natal, tahun baru). Data

dari variabel tersebut dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan

keakuratan dari model peramalan yang diusulkan. Metode ini biasa dipakai

untuk dengan kondisi dimana variabel penyebab terjadinya item yang akan

diramalkan sudah diketahui. Dengan adanya hubungan tersebut, output dapat

diketahui jika input diketahui.

Yang terpenting dalam suatu deret berkala (time series) adalah mempertimbangkan jenis pola data. Menurut Makridakis (1999) pola tersebut dapat

dibedakan menjadi empat :

1. Pola Data Horizontal

Pola Data Horizontal adalah pola data yang terjadi jika data berfluktuasi di

sekitar nilai rata-rata yang konstan. Tipe ini pada data runtun waktu disebut

stationary. Sebagai contoh penjualan tiap bulan suatu produk tidak meningkat atau menurun secara konsisten pada suatu waktu dapat dipertimbangkan untuk

(22)

Gambar 2.1 Data Time Series Dengan Pola Horizontal (Tanjung, 2012)

Gambar 2.1 menunjukkan grafik jumlah penjualan beras pada sebuah usaha

pengecer beras selama satu tahun. Dapat dilihat pada grafik bahwa jumlah penjualan

beras pada satu tahun tersebut berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan,

yakni sejumlah lima karung beras. Pola data seperti ini juga biasa dijumpai pada jenis

barang kebutuhan pokok lainnya, seperti gula, telur, dan lainnya.

2. Pola Data Trend

Pola Trend terjadi apabila data menunjukkan pola kecendrungan naik atau

turun atau bahkan konstan untuk jangka waktu yang panjang. Contoh pola data

(23)

Gambar 2.2 menunjukkan grafik produk domestik bruto (Gross Domestic Product) yakni jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit

produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Pada

Gambar 2.2 tampak pola kenaikan untuk jangka waktu yang panjang yang dimulai

dari tahun pertama hingga tahun ke-11. Jumlah produk nampak meningkat dari

rata-rata lima ribu ditahun pertama dan meningkat hingga bernilai rata-rata-rata-rata tiga puluh ribu

di tahun ke-11.

3. Pola Data Musiman

Pola Musiman terjadi apabila dalam data terlihat pola perubahan yang

berulang secara otomatis dalam suatu interval tertentu. Hal ini terjadi karena

dipengaruhi oleh faktor musiman seperti faktor cuaca, musim libur panjang,

musim tahun ajaran baru, hari raya keagamaan yang akan berulang secara

periodik tiap tahunnya. Pola musiman berguna dalam meramalkan penjualan

dalam jangka pendek. Pola data ini terjadi bila nilai data sangat dipengaruhi

oleh musim, misalnya permintaan bahan baku jagung untuk makanan ternak

ayam pada pabrik pakan ternak selama satu tahun.

Gambar 2.3 Data Time Series Dengan Pola Horizontal (Tanjung, 2012)

Gambar 2.3 merupakan grafik penjualan seragam sekolah pada sebuah toko

penyedia seragam dari bulan pertama hingga bulan ke-12 di tahun 2011. Dapat dilihat

(24)

penjualan meningkat tajam di bulan Juli yakni bulan dimana semester baru di sekolah

dimulai.

4. Pola Data Siklis

Pola Siklis terjadi apabila fluktuasi permintaan jangka panjang membentuk

pola gelombang/siklus. Biasanya pola ini dipengaruhi oleh siklus bisnis.

Gambar 2.4 Data Time Series Dengan Pola Siklis (Tanjung, 2012)

Gambar 2.3 menunjukkan grafik penjualan mobil dari tahun 2000 hingga tahun

2008 pada sebuah perusahaan dealer mobil. Dapat dilihat bahwa penjualan mobil dipengaruhi oleh faktor ekonomi di Indonesia tiap tahunnya. Pada tahun 2002 dan

tahun 2008, dimana keadaan ekonomi rakyat Indonesia lebih baik membuat tingkat

penjualan mobil yang termasuk sebagai kebutuhan tersier juga ikut mengalami

peningkatan.

2.2Prediksi Penjualan

Aktivitas prediksi penjualan mengindikasikan penjualan yang diharapkan terhadap

pasar dari produk yang didefinisikan selama periode waktu tertentu. (Craven, 2003).

Prediksi penjualan diperlukan perusahaan karena setiap kegiatan pembuatan

(25)

masa depan. Dengan prediksi perusahaan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang

perlu diperbaiki atau ditingkatkan dari kondisi penjualan perusahaan (Hanke, 2005).

Menurut Hanke, langkah-langkah dalam prediksi penjualan adalah :

a. Identifikasi masalah dan pengumpulan data

Dalam tahap ini, perusahaan perlu menemukan masalah-masalah yang terjadi

pada penjualan, dan mengumpulkan data yang lengkap agar masalah dapat

diidentifikasi dengan jelas.

b. Manipulasi dan pemilihan data

Data yang telah dikumpulkan diseleksi agar mendapatkan data yang

benar-benar relevan dengan masalah yang dihadapi. Data kemudian dimanipulasi

agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membuat model prediksi

penjualan.

c. Pembangunan dan evaluasi model

Data yang telah dikumpulkan dan dimanipulasi, diaplikasikan ke dalam model

prediksi yang sesuai dengan kondisi perusahaan untuk meminimalkan

terjadinya kesalahan dalam prediksi.

d. Implementasi model

Model yang telah dipilih diimplementasikan langsung terhadap data penjualan,

sehingga didapatkan target prediksi penjualan yang benar-benar sesuai dengan

kebutuhan perusahaan.

e. Evaluasi prediksi penjualan

Dalam tahap ini, prediksi penjualan yang telah dibuat dibandingkan dengan

kondisi aktual penjualan perusahaan. Dalam proses ini, perusahaan dapat

mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat implementasi,

sehingga dapat memperbaiki dan menemukan model prediksi penjualan yang

(26)

2.3 Definisi Barang-Barang Musiman

Yang disebut dengan barang-barang musiman adalah barang-barang yang jumlah

penjualannya meningkat dikarenakan kebutuhan akan barang tersebut pada

musim-musim tertentu meningkat jauh (Susanty, 2012). Dari hasil penjualan barang-barang

musiman ini pedagang mampu menarik keuntungan yang berlipat-lipat ganda

dibandingkan dengan penjualan di hari-hari biasa. Contoh dari barang-barang

musiman ini misalnya (Tanjung, 2012): busana muslim, kerudung, atau sarung pada

libur Lebaran atau Idul Fitri, buku, alat tulis, dan seragam sekolah pada musim tahun

ajaran baru, dan lain-lain.

2.4Ukuran Akurasi Prediksi

Tidak mungkin suatu ramalan akan benar-benar akurat. Ramalan akan selalu berbeda

dengan permintaan aktual. Perbedaan antara ramalan dengan data aktual disebut

kesalahan ramalan. Meskipun suatu jumlah kesalahan ramalan tidak dapat dielakkan

namun tujuan ramalan adalah agar kesalahan sekecil mungkin (Hermanto, 2007).

Ukuran ketepatan yang sering digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu

model prediksi dalam memodelkan data deret waktu yaitu nilai, MAPE (Mean Absolute Percentage Error) danMAE (Mean AbsoluteError).

a. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)

MAPE dihitung dengan menemukan kesalahan absolut pada setiap periode,

kemudian membaginya dengan nilai observasi pada periode tersebut dan

kemudian merata-ratakan persentase absolutnya (Nurmaida, 2012)..

Pendekatan ini akan sangat berguna apabila ukuran variabel merupakan faktor

penting dalam mengevaluasi akurasi prediksi. MAPE menunjukkan seberapa

besar kesalahan prediksi dibandingkan dengan nilai sebenarnya dari suatu

runtun waktu. MAPE juga dapat digunakan untuk membandingkan akurasi dari

teknik yang sama atau berbeda pada dua runtun waktu yang berbeda.

(27)

Dengan PEt adalah galat persentase yang didefinisikan sebagai berikut :

t PE =

t t t

X F

X

(2.2)

b. Mean Absolut Error (MAE)

MAE adalah rata-rata absolute dari kesalahan yaitu dengan menghiraukan

tanda positif ataupun negatif dari nilai kesalahan (Nurmaida, 2012).. MAE

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

∑ | |

Pengukuran akurasi prediksi ini digunakan untuk (Hanke, 2005) :

1. Membandingkan keakuratan dari dua atau lebih teknik prediksi yang

berbeda.

2. Mengukur kegunaan atau reliabilitas teknik tertentu.

3. Membantu mencari teknik yang optimal.

2.5Metode Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing)

Smoothing atau metode pemulusan adalah metode prediksi yang melakukan pemulusan terhadap suatu deret berkala dari sederetan data masa lalu, yaitu dengan

membuat rata-rata tertimbang dari nilai beberapa tahun untuk menaksir data pada

beberapa tahun kedepan. Dasar dari metode smoothing adalah pembobotan sederhana atau pemulusan pengamatan masa lalu dalam suatu deret berkala untuk memperoleh

ramalan masa mendatang (Makridakis, 1999).

Menurut Makridakis (1999) metode pemulusan eksponensial (exponential smoothing) adalah metode yang mengulang perhitungan secara terus-menerus dengan menggunakan data terbaru. Metode ini menggunakan bobot berbeda untuk setiap data

masa lalu dan karena bobotnya berciri menurun seperti eksponensial dari titik data

(28)

Dengan kata lain, setiap data diberikan sebuah nilai dimana data yang lebih baru

memiliki nilai yang lebih besar.

Metode exponential smoothing merupakan metode prediksi yang cukup baik untuk prediksi jangka panjang dan jangka menengah, terutama untuk operasional

suatu perusahaan. Kelebihan utama dari metode exponential smoothing dapat dilihat dari kemudahan dalam operasi, dengan kata lain mudah dalam penerapannya, dan

kecepatannya untuk diterima juga biaya yang rendah (Nurmaida, 2012).

Metode prediksi dengan pemulusan eksponensial lebih digunakan untuk pola

data yang tidak stabil atau perubahannya besar dan bergejolak. Apabila galat ramalan

(forecast error) adalah positif, atau nilai aktual permintaan lebih tinggi daripada nilai ramalan (A–F>0), maka model pemulusan eksponensial akan secara otomatis

meningkatkan nilai ramalannya. Sebaliknya, apabila galat ramalan (forecast error) adalah negatif, atau nilai aktual permintaan lebih rendah daripada nilai ramalan (A – F

< 0), maka metode pemulusan eksponensial akan secara otomatis menurunkan nilai

ramalan. Proses penyesuaian ini berlangsung secara terus-menerus, kecuali galat

ramalan telah mencapai nol. (Gaspersz, 2004).

Bentuk umum dari metode pemulusan (Exponential Smoothing) ini adalah (Makridakis, 1999):

(2.5)

Dengan :

= prediksi satu periode ke depan

= data aktual periode

= prediksi pada periode

= parameter pemulusan (0< >1)

Nilai yang digunakan adalah untuk data yang paling baru, untuk data sebelumnya, untuk data yang lebih lama lagi, dan seterusnya. Bila bentuk umum tersebut diperluas maka akan berubah menjadi :

(29)

Dari perluasan bentuk umum diatas dapat dikatakan bahwa dalam metode

Exponential Smoothing nilai observasi yang baru diberikan bobot yang relatif lebih

besar dibanding observasi yang lebih tua.

2.6Metode Holt-Winters

Seringkali data time series menunjukkan gejala musiman. Musiman mengacu pada kecenderungan data time series menunjukkan gejala berulang pada setiap periode waktu tertentu atau pada setiap periode T. Dengan kata lain istilah musiman

digunakan untuk mewakili periode waktu sebelum perilaku mulai terulang. Sebagai

contoh, harga daging sapi akan melonjak tinggi pada musim lebaran, atau harga cabai

akan membumbung tinggi setiap bulan Desember. Pola ini akan terus berulang setiap

tahunnya. Akan tetapi nilai kenaikan tersebut akan berubah secara relatif dari tahun ke

tahun, walaupun tetap dengan pola yang sama .

Metode Holt-Winters merupakan metode yang dapat menangani faktor

musiman dan trend yang muncul secara sekaligus pada sebuah data time series (Kalekar, 2004). Metode ini didasarkan atas tiga unsur yaitu untuk unsur stasioner,

trend dan musiman untuk setiap periode dan memberikan tiga pembobotan dalam

prediksinya, yaitu α, ,dan . Pembobotan α memberikan pembobotan pada nilai level,

memberikan pembobotan pada trend, dan memberikan pembobotan pada efek musiman. Besarnya koefisien α, , , memiliki jarak (range) diantara 0 dan 1 yang ditentukan secara subjektif atau dengan meminimalkan nilai kesalahan dari estimasi

tersebut (Makridakis, 1999).

Sebagai contoh kasus, misalkan selama bulan Desember penjualan daging sapi

mungkin meningkat hingga 1000 ton setiap tahun. Dengan demikian, kita bisa

menambahkan 1000 ton dalam perkiraan pada setiap bulan Desember untuk fluktuasi

musiman. Untuk kasus ini, musiman adalah additif. Sementara dalam kasus lain,

misalkan selama bulan Desember penjualan daging sapi meningkat sebesar 30%,

maka musiman dalam kasus ini adalah multiplikatif .

2.6.1Metode Holt-Winters Additif

(30)

(time series) yang dimana amplitudo (atau ketinggian) pola musimannya tidak tergantung pada rata-rata level atau ukuran data.

Tiga persamaan yang digunakan dalam metode Holt-Winters Additif adalah (Makridakis, 1999):

Level : St

(XtItL)(1

)(St1Tt1)

(2.7)

Trend : Tt

(StSt1)(1

)Tt1

(2.8)

Musim : It

(XtSt)(1

)ItL

(2.9)

Forecast : Ftm

StTtm

ItLm (2.10)

Dimana :

t

S = nilai Level

= konstanta level (0<<1)

t

T = estimasi trend

= konstanta perkiraan trend (0<<1)

t

I = estimasi musim

= konstanta untuk perkiraan musim (0<<1)

L = jumlah periode dalam satu siklus musim

2.6.2Metode Holt-Winters Multiplikatif

Model musiman multiplikatif cocok untuk prediksi deret berkala (time series) yang dimana amplitudo (atau ketinggian) dari pola musimannya proporsional dengan

rata-rata level atau tingkatan dari deret data (Montgomery, 2008). Dengan kata lain, pola

musiman membesar seiring meningkatnya ukuran data. Pada kenyataan di lapangan,

model multiplikatif lebih banyak dan lebih efektif dipakai.

Seperti halnya pada metode Holt-Winters aditif, metode Holt-Winters multiplikatif juga memiliki tiga persamaan dengan sedikit perbedaan.

(31)

Level : (1 )( 1 1)

L = jumlah periode dalam satu siklus musim

Untuk memulai perhitungan, diperlukan penentuan nilai awal untukSt, Tt, dan

t

I . Proses penentuan nilai awal atau inisialisasi pada prediksi dengan metode

Holt-Winters ini diperlukan paling sedikit satu kelompok data musiman lengkap yaitu L

periode untuk menentukan estimasi awal dari indeks musiman ItL, dan perlu juga

untuk menaksir faktor trend dari satu periode ke periode selanjutnya.

Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan untuk menentukan nilai awal

(proses inisialisasi) pada metode Holt-Winters berpengaruh terhadap prediksi berikutnya juga bergantung pada panjang deret waktu dan nilai dari ketiga

parameternya. Pendekatan tersebut tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Nilai inisial S dapat disamakan dengan nilai aktualnya

(

X

L

)

atau berupa

(32)

L

2. Sedangkan untuk menginisialisasi faktor trend digunakan:

3. Inisialisasi untuk faktor musiman, pada satu siklus musim pertama dilakukan

dengan membagi setiap data nilai aktual

(

X

L

)

dengan rata-rata pada siklus itu.

L

Karena metode Holt-Winters memodelkan data yang memiliki pola musiman, maka data yang diperlukan akan lebih banyak daripada jumlah data untuk metode

dengan pola data stationer. Agar ukuran musiman memadai, data yang digunakan

paling sedikit memiliki dua musim dari data bulanan, sehingga metode ini dapat

diterapkan dan mendapat hasil optimum (Makridakis, 1999)..

2.7 Unified Modeling Language (UML)

Unified Modeling Language (UML) adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun, dan mendokumentasikan suatu sistem

piranti lunak dan pengembangan sistem (Rama, 2008). Unified Modeling Language (UML) bukanlah merupakan bahasa pemprograman tetapi model-model yang tercipta berhubungan langsung dengan berbagai macam bahasa pemprograman. Dengan

menggunakan UML, pemodelan sistem prediksi menjadi lebih terstruktur sebelum

diimplementasikan ke bahasa pemrograman tertentu.

(33)

1. Memberikan bahasa pemodelan yang siap pakai dan ekspresif untuk

mengembangkan dan saling menukar model dengan mudah dan dimengerti

secara umum.

2. Menyediakan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa

pemrograman dan proses rekayasa.

3. Menyediakan basis formal untuk pemahaman bahasa pemodelan.

4. Mendukung konsep-konsep pengembangan level lebih tinggi seperti

komponen, kolaborasi, framework dan pattern.

UML terdiri dari bermacam-macam diagram yg digunakan untuk permodelan

pada saat pengembangan sistem mulai dari tahap analisi sampai implementasi. Pada

saat melakukan desain sistem, tidak harus semua diagram pada UML

diimplementasikan. Diagram dalam UML dikelompokan menjadi 2, yaitu :

1. Diagram Struktur /Statis diagram

Diagram struktur atau statis diagram memvisualisasi, menspesifikasikan,

membangun dan mendokumentasikan aspek statik dari sistem (Darwiyanti, 2003).

Diagram struktur di UML terdiri dari :

a. Diagram kelas (Class diagram)

b. Diagram objek (Object diagram)

c. Diagram komponen (Component diagram)

d. Diagram deployment (Deployment diagram)

(34)

Diagram perilaku sistem atau behavior diagram memvisualisasi, menspesifikasi,

membangun dan mendokumentasikan aspek dinamis dari sistem (Darwiyanti, 2003).

Diagram perilaku di UML terdiri dari :

a. Diagram use-case (Use case diagram)

b. Diagram sekuen (Sequence diagram)

c. Diagram kolaborasi (Collaboration diagram)

d. Diagram statechart (Statechart diagram)

e. Diagram aktivitas (Activity Diagram)

2.7.1 Diagram Use Case

Use case mendeskripsikan interaksi antara para pengguna sistem dengan sistem itu sendiri, dengan memberi sebuah narasi tentang bagaimana sistem tersebut digunakan.

(Fowler, 2005). Diagram use case menjelaskan manfaat sistem jika dilihat menurut pandangan orang yang berada diluar sistem (aktor) dan menunjukan fungsionalitas

suatu sistem atau kelas dan bagaimanan sistem berinteraksi dengan dunia luar.

2.7.2 Use Case Spesification

Use Case Spesification atau spesifikasi use case merupakan penjabaran alur kinerja atau langkah-langkah setiap use case melalui skenario. Spesifikasi use case dapat dibuat setelah use case diagram selesai dibuat dan sudah diketahui fungsionalitas masing-masing use case.

Dalam use case spesifikasi terdapat beberapa elemen, seperti (Darwiyanti, 2003):

1. Aktor : Aktor menyatakan jenis peran yang dimainkan oleh entitas yang

berinteraksi dengan subjek (misalnya bertukar sinyal dan data). Aktor dapat

mewakili peran yang dimainkan oleh pengguna manusia, perangkat keras

(35)

2. Brief Description : Merupakan deskripsi singkat dari use case. Menunjukkan tujuan dari use case tersebut.

3. Flow of Events : Menunjuk pada alur tentang jalannya sebuah use case. Flow of events haruslah menjelaskan tentang apa yang sistem lakukan.

4. Alternative Flow : Merupakan alur alternatif dari jalannya use case. Alternatif flow disebut sebagai alur lain yang dipakai untuk mencapai tujuan dari use case tersebut, selain dari alur biasa.

5. Special Requirement : Merupakan kondisi khusus agar use case dapat dijalankan.

6. Pre-Conditions : Menunjuk pada keadaan sebuah sistem dan komponennya yang dibutuhkan sebelum use case dapat dijalankan.

7. Post Conditions : Adalah kondisi dari sebuah sistem setelah sebuah use case berakhir.

8. Extension Points : Penambahan-penambahan yang mungkin diperlukan untuk sebuah use case.

2.7.3 Activity Diagram

Activity diagram atau diagram aktivitas adalah sebuah model alur kerja (work flow)

atau urutan aktivitas pada suatu proses. Diagram aktivitas memperlihatkan aliran dari

suatu aktifitas ke aktifitas lainnya dalam suatu sistem (Darwiyanti, 2003). Diagram ini

terutama penting dalam pemodelan fungsi-fungsi dalam suatu sistem dan memberi

tekanan pada aliran kendali antar objek.

Diagram aktivitas sangat berguna ketika ingin menggambarkan perilaku

paralel atau menjelaskan bagaimana perilaku dalam berbagai use case berinteraksi. Adapun symbol-simbol yang digunakan dalam sebuah diagram aktivitas terlihat pada

(36)

Gambar 2.5 Simbol Diagram Aktivitas

2.8Teknik Prediksi Terdahulu

Suatu data runtun waktu yang bersifat musiman, didefinisikan sebagai suatu data

runtun waktu yang memiliki pola perubahan berulang secara tahunan. Dalam teknik

prediksi musiman biasanya memperkirakan indeks musiman dari data tersebut. Indeks

musiman ini nantinya digunakan untuk menghilangkan pengaruh seperti itu dari

nilai-nilai yang di observasi. Ada beberapa teknik yang biasa digunakan untuk prediksi

musiman ini.

Ernawati (2007) menggunakan teknik Dekomposisi dalam memprediksi

penjualan minuman botol. Adapun langkah-langkah metode Dekomposisi yang

dilakukan oleh Ernawati adalah:

1. Menghitung faktor musiman awal dengan melakukan penyesuaian musiman

(37)

2. Menghitung penyesuaian musiman akhir dengan rata-rata bergerak dari

Spencer untuk menghilangkan setiap pengaruh musiman dan unsur acak yang

tidak terdeteksi sebelumnya.

3. Melakukan pengujian deret data untuk menentukan keberhasilan proses

dekomposisi yang telah dilakukan. Dalam hal ini dilakukan uji perubahan

persentasi dari komponen acak dan trend-siklus.

4. Menghitung Bulan Dominasi Siklus (MCD) yang digunakan untuk mengetahui

berapa lama komponen acak mendominasi komponen trend siklus atau sebaliknya.

5. Menghitung taksiran trend-siklus dengan menghitung rata-rata bergerak dari

data akhir yang telah disesuaikan menurut musim. Dalam hal ini digunakan

rata-rata bergerak tiga bulanan.

6. Membuat prediksi untuk jumlah penjualan minuman botol dua tahun kedepan.

Pada tahun 2007, Hermanto menggunakan metode Sarima dalam memprediksi

tingkat penjualan motor berdasarkan pola data seasonality. Metode Sarima atau Seasonal Autoregressive Integrated Moving Average yang dipakai Hermanto (2007) memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi

Mengenali adanya fakor musiman dalam data yang digunakan.

2. Tahap estimasi

Setelah menetapkan model sementara, selanjutnya digunakan estimasi

maksimum likelihood atau metode kuadrat terkecil untuk mendapatkan parameter dari model.

3. Tahap pengecekan dignostik

Sebelum menggunakan model untuk prediksi, perlu adanya pengecekan

(38)

residual dari model yang dipilih tidak dapat dipergunakan untuk memperbaiki

nilai prediksi.

Prediksi dengan data musiman lainnya yang pernah diteliti adalah

menggunakan metode regresi time series dalam memprediksi penjualan produk

pakaian (Rochmah, 2010). Langkah-langkah dalam memprediksi barang musiman

dengan menggunakan metode regresi time series yang digunakan Rochmah adalah

sebagai berikut:

1. Data dibagi menjadi dua, yaitu data insample dan data outsample.

2. Identifikasi model untuk mengetahui apakah volume penjualan dipengaruhi

oleh pola tren atau musiman atau keduanya.

3. Melakukan pemodelan dengan metode regresi

4. Penaksiran model pengujian parameter.

5. Melakukan prediksi.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas memiliki

kelemahan dan error dalam melakukan prediksi. Adapun kelemahan dan error pada teknik di atas dirangkum pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu untuk Prediksi Musiman

No. Peneliti Teknik Yang

Digunakan

Kelemahan Error

1. Ernawati Dekomposisi Trend digambarkan sebagai

pencocokan data terhadap

suatu garis lurus.

Pencocokan data terhadap

garis lurus menyebabkan

terjadi bias saat pemulusan

mendekati akhir data deret

waktu.

(39)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu untuk Prediksi Musiman (Lanjutan)

No. Peneliti Teknik Yang Digunakan

Kelemahan Error

2. Hermanto Sarima Adanya ketidakmampuan

dalam menghasilkan prediksi

jangka panjang yang handal

MSE = 84,726

3. Rochmah Regresi Time Series

Tidak mampu menunjukkan titik jenuh fungsi yang sedang diselidiki. Akibatnya selalu timbul kemungkinan kesalahan prediksi (ektraspolasi).

Untuk penelitian yang menggunakan metode Holt-Winters terdapat beberapa studi kasus untuk prediksi data musiman. Beberapa dari penelitian tersebut seperti

dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu dengan Holt-Winters

No

.

Penulis Tahun Judul Dipublikas

(40)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu dengan Holt-Winters (Lanjutan)

No .

Penulis Tahun Judul Dipublikasi Kesimpulan

3. Nurmaida, Ai

2012 Penerapan Metode Exponential Smoothing Holt-Winters dalam Sistem

Peramalan Curah Hujan

Universitas Pendidikan Indonesia

Metode ini memiliki tingkat keakuratan yang cukup baik digunakan untuk peramalan curah hujan yang mengandung unsur-unsur data pemulusan, trend dan musiman.

Berdasarkan penelitian sebelumnya penulis akan melakukan penelitian

mengenai prediksi permintaan barang musiman dengan objek penelitian data musiman

yaitu seragam sekolah dasar (SD) dengan metode Holt-Winters, dimana Holt-Winters merupakan metode yang dapat menangani faktor musiman dan trend yang muncul

secara sekaligus dengan memberikan indeks bobot yang berbeda untuk setiap

parameternya (Kalekar, 2004). Dengan cara ini diharapkan perhitungan untuk setiap

(41)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini secara garis besar membahas analisis metode Holt-Winters pada sistem dan

tahap-tahap yang akan dilakukan dalam perancangan sistem yang akan dibangun.

3.1Identifikasi Masalah

Barang musiman atau seasonal adalah barang-barang yang jumlah permintaannya meningkat pada musim-musim tertentu, seperti: busana muslim pada musim lebaran,

alat-alat tulis dan seragam sekolah pada musim tahun ajaran baru dan lainnya

(Susanty, 2012).

Melonjaknya permintaan akan barang-barang musiman tersebut tentu akan

memberikan keuntungan besar bagi para pelaku usaha. Namun para pelaku usaha

barang musiman ini sering menghadapi kendala dalam memenuhi permintaan barang

saat periode musimnya dimulai. Masalah yang paling sering terjadi adalah kekurangan

stok barang. Jika pada musim-musim tertentu dimana permintaan barang sedang

sangat tinggi namun pelaku usaha hanya memiliki stok yang sedikit, tentu permintaan

tidak dapat dipenuhi sehingga menyebabkan penurunan jumlah penjualan. Untuk

menghindari ketidakefesienan ini, para pelaku usaha memerlukan sebuah metode

perencanaan dalam penyediaan jumlah barang demi mencapai jumlah penjualan yang

maksimal dan mencapai target. Salah satu metode perencanaan yang umum digunakan

adalah prediksi permintaan yang akan datang. Metode prediksi dapat membantu

(42)

3.2Pemakaian Data

Data penjualan seragam sekolah dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data penjualan seragam sekolah dasar pada sebuah perusahaan jasa konveksi dari

bulan Januari 2010 s.d Desember 2013. Data dikelompokkan per bulan agar dapat

lebih mudah melihat pola musimannya. Seluruh data yang digunakan dalam penelitian

ini berjumlah 48 yang terbagi dalam tiga ukuran seragam sekolah yaitu ukuran

S(Small), M(Medium) dan L(Large) dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Table 3.1 Data Penjualan Seragam Sekolah Dasar dalam Tiap Ukuran

Tahun Bulan Periode Jumlah Penjualan Seragam Tiap Ukuran

(43)

Table 3.1 Data Penjualan Seragam Sekolah Dasar Tiap Ukuran (Lanjutan)

Tahun Bulan Periode Jumlah Penjualan Seragam Tiap Ukuran

S M L

Dalam bentuk chart, data penjualan seragam sekolah di atas dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Pola Musiman Penjualan Seragam Sekolah Dasar 2010-2013

0

(44)

Gambar 3.1 menunjukkan pola data yang terjadi pada data penjualan seragam

sekolah dasar pada sebuah usaha konveksi seragam dari bulan Januari 2010 sampai

dengan bulan Desember 2013. Pada grafik, garis berwarna biru menunjukkan

penjualan seragam sekolah dasar ukuran S. Garis berwarna merah menunjuk kepada

penjualan seragam sekolah dasar ukuran M, dan garis berwarna hijau menunjukkan

penjualan seragam ukuran L. Dapat dilihat bahwa data dipengaruhi oleh perilaku

musiman dengan pola kenaikan dan penurunan yang berulang setiap tahunnya.

Lonjakan kenaikan paling tinggi terjadi pada bulan Juli setiap tahun, dimana bulan

Juli merupakan musim tahun ajaran baru dimulai, sehingga kebutuhan akan seragam

sekolah akan meningkat tajam. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penjualan

seragam sekolah dasar dipengaruhi oleh faktor musiman.

3.3Analisis Sistem

Proses prediksi permintaan barang musiman menggunakan metode Holt-Winters ini

dapat dilakukan apabila terdapat sekumpulan data time series tertentu selama beberapa periode, konstanta-konstanta prediksi dan panjang musiman untuk menghasilkan suatu

nilai prediksi untuk periode berikutnya.

Sistem prediksi permintaan barang musiman menggunakan metode Holt-Winters ini merupakan suatu sistem yang akan memberikan hasil prediksi jumlah permintaan barang berdasarkan data runtun waktu di masa lalu. Sistem akan menerima

masukan berupa data penjualan barang musiman perbulan. Kemudian data tersebut

(45)

Mulai

Gambar 3.2 Algoritma Holt-Winters Pada Sistem

Adapun cara kerja sistem prediksi permintaan barang musiman yang akan

dibangun, dirancang untuk beroperasi sebagai berikut:

(46)

2. Sistem akan memastikan data yang akan diprediksi lebih besar atau sama

dengan 24 periode atau data untuk dua tahun penjualan. Jika data yang

dimasukkan tidak memenuhi syarat, maka sistem akan kembali ke langkah (1).

3. Dengan menggunakan data penjualan yang sudah dipilih, inisialisasi nilai

stationer (SL), trend (TL) dan musiman (IL) awal.

4. Nilai stationer awal (SL) dapat ditentukan dengan dua cara yaitu, dengan

menyamakan dengan nilai aktualnya atau dengan mencari rata-rata dari

beberapa nilai pada periode musim yang sama dengan menggunakan

persamaan (2.15)

5. Nilai trend awal TL dicari dengan menggunakan persamaan (2.16).

6. Untuk nilai inisial musim (IL), pada satu periode musim pertama dilakukan

dengan membagi setiap data pengamatan (X) dengan rata-rata pengamatan

pada periode musim tersebut menggunakan persamaan (2.17)

7. Menentukan nilai alpha (α), beta ( ), dan gamma ( ) dimana masing-masing

range berada antara 0 – 1.

8. Menghitung nilai stationer untuk t (periode) berikutnya dengan rumus pada persamaan (2.11).

9. Setelah mendapatkan nilai stationer (St), maka hitung nilai trend untuk t (periode) yang samadengan rumus pada persamaan (2.12).

10.Menghitung nilai musiman untuk masing I pada t (periode) yang samadengan rumus pada persamaan (2.13).

11.Setelah mendapatkan nilai dari ketiga persamaan tersebut, hitung nilai prediksi

(47)

12.Ulangi langkah (8), (9), (10), dan (11) hingga diperoleh nilai untuk stationer,

trend, musiman dan prediksi keseluruhan periode yaitu untuk hingga t (periode) terakhir.

13.Menghitung nilai kesalahan prediksi dengan MAPE, dan MAE menggunakan

persamaan (2.1) dan (2.3).

14.Sistem akan menyimpan nilai dari hasil kesalahan prediksi kemudian

mengulangi proses kembali ke langkah (7) untuk mencari nilai kombinasi

alpha (α), beta ( ), dan gamma ( ) lainnya, kemudian membandingkan nilai hasil kesalahan prediksinya hingga mendapatkan nilai kesalahan yang terkecil.

15.Setelah mendapatkan nilai kombinasi alpha (α), beta ( ), dan gamma ( ) yang

menghasilkan nilai kesalahan terkecil, tentukan panjang periode prediksi p. Dengan kembali menggunakan persamaan (2.11), set nilai m = 1, untuk mencari nilai prediksi 1 periode berikut atau 1 bulan berikutnya. Misalkan

untuk 1 tahun kedepan atau sama dengan 12 periode kedepan maka set nilai m dengan m = 1, m = 2 , dan m = 3 dan seterusnya hingga m = 12. Gunakan nilai stationer, trend dan musiman terakhir untuk melakukan prediksi ini.

16.Tampilkan nilai-nilai prediksi untuk periode yang dicari.

3.4Perancangan Sistem

Pada tahap perancangan sistem akan dilakukan perancangan bagaimana data

penjualan seragam sekolah diproses di dalam sistem dan dilakukan juga perancangan

tentang antarmuka sistem yang akan dibangun.

3.4.1 Use case diagram

(48)

dengan memberi sebuah narasi tentang bagaimana sistem tersebut digunakan. (Fowler,

2005).

Use case yang sederhana hanya melibatkan satu interaksi/hubungan dengan

seorang aktor, sementara use case yang lebih kompleks melibatkan lebih dari satu aktor. Untuk menjabarkan use case dalam sistem, sangat baik bila dimulai dengan memperhatikan aktor dan actions/aksi yang mereka lakukan dalam sistem. Gambar 3.3

menggambarkan use case diagram dari sistem yang akan dibuat.

Gambar 3.3 Use case Diagram Sistem

3.4.2Use case spesifikasi

Use case spesifikasi merupakan deskripsi yang mencatat mengenai detil pemrosesan dari suatu use case.

Use case spesifikasi untuk sistem yang akan dibangun dapat dilihat pada Tabel

3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. Tabel use case spesifikasi untuk skenario Pengguna dari sistem prediksi permintaan barang musiman yang dibangun

(49)

Tabel 3.2 Use case Specification untuk Use case Pengguna

Tipe Use case Penjelasan

Nama use case Pengguna

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk mengatur data pengguna.

Pre condition User harus memiliki username dan password untuk masuk ke sistem.

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User. Basic flow 1. User mengklik menu data pengguna.

2. Sistem menampilkan data pengguna.

3. User dapat mencari, menambah, mengedit, dan menghapus data pengguna. [H-1: Pengguna tidak ada di database]

4. Jika pengguna ada di database, maka akan muncul tampilan data pengguna.

5. Use case ini berakhir ketika sistem telah selesai menampilkan semua data pengguna.

Alternative flow H-1: Data Pengguna tidak ada di database

Sistem akan memberikan pesan bahwa data pengguna tidak tersedia di database.

Post condition Pada use case ini user dapat melakukan pencarian, menambah, mengedit, dan menghapus data pengguna.

Limitations -

Scenariouse case Data Penjualan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Use case Specification untuk Use case Data Penjualan

Tipe Use case Penjelasan

Nama use case Data Penjualan

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk melihat data penjualan seragam.

Pre condition User harus memiliki username dan password untuk masuk ke sistem.

Characteristic of activation Eksekusi dilakukan oleh User.

Basic flow 1. User mengklik menu data penjualan.

(50)

Tabel 3.3 Use case Specification untuk Use case Data Penjualan(Lanjutan)

3. User dapat memilih data penjualan untuk ditampilkan berdasarkan periode dan ukuran. 4. Sistem menampilkan data penjualan dan grafik

berdasarkan pilihan User.

Alternative flow H-1: Data penjualan tidak ada di database

Sistem akan memberikan pesan bahwa data penjualan tidak tersedia di database.

Post condition Pada use case ini user dapat melakukan pencarian, menambah, mengedit, dan menghapus data penjualan.

Limitations -

Scenariouse case Input Penjualan dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Use case Specification untuk Use case Input Penjualan

Tipe Use case Penjelasan

Nama use case Input Penjualan

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk menginput data penjualan.

Pre condition User harus memiliki username dan password untuk masuk ke sistem.

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User. Basic flow User mengklik menu Form Penjualan.

Sistem menampilkan Form penjualan.

User dapat menambah, mengedit, dan menghapus data penjualan dan melihat total data penjualan. Use case ini berakhir ketika sistem telah selesai menampilkan semua data penjualan.

Alternative flow -

Post condition Pada use case ini user dapat melihat semua data penjualan sesuai periode yang dimasukkan user.

(51)

Scenariouse case Prediksi dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Use case Specification untuk Use case Prediksi

Tipe Use case Penjelasan

Nama use case Prediksi

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk melihat prediksi penjualan barang musiman yaitu seragam sekolah.

Pre condition User harus memiliki username dan password untuk masuk ke sistem

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User

Basic flow

1. User mengklik menu prediksi.

2. Sistem menampilkan halaman prediksi penjualan.

3. User memilih ingin mengambil data dari database atau dari file dokumen lain.

4. Lalu user memilih ingin melihat prediksi pada periode keberapa juga ukurannya.

5. User memilih bulan dan tahun yang ingin diprediksi.

6. User memilih ingin melakukan prediksi dengan metode Holt-Winters multiplikatif atau additif. 7. Sistem menampilkan hasil prediksi penjualan

seragam sekolah dasar.

8. User dapat memilih untuk menyimpan hasil proses prediksi atau tidak.

9. Use case ini berakhir ketika sistem telah selesai menampilkan hasil prediksi penjualan seragam sekolah dasar juga grafik dan persentase kesalahan prediksi.

Alternative flow User dapat memilih melakukan prediksi dengan menggunakan data dari luar database.

(52)

Scenariouse caseHistory dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Use case Specification untuk Use caseHistory

Tipe Use case Penjelasan

Nama use case History

Aktor User

Deskripsi Use case ini digunakan oleh user untuk melihat data hasil dari proses prediksi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

Pre condition User harus memiliki username dan password untuk masuk ke sistem

Characteristic of activation Eksekusi dapat dilakukan oleh User Basic flow 1. User mengklik menu history.

2. Sistem menampilkan seluruh data hasil proses prediksi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

3. User memilih memilih salah satu dari data yang ditampilkan untuk melihat detailnya.

4. Sistem akan menampilkan seluruh detail dari data hasil prediksi yang dipilih beserta dengan grafik dan persentase kesalahannya.

5. Use case ini berakhir ketika sistem telah selesai menampilkan hasil proses prediksi yang sudah pernah dilakukan juga grafik dan persentase kesalahan prediksi.

Alternative flow -

Post condition Pada use case ini user dapat melihat seluruh hasil dari proses prediksi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.

3.4.3Diagram Aktivitas

(53)

Pilih Data Pengguna

Gambar 3.4 Diagram Aktivitas untuk Pengaturan Data Pengguna

Pada Gambar 3.4 user dapat melakukan pengaturan data pengguna, yang dilakukan dengan memilih menu data pengguna.Sistem akan menampilkan semua data

pengguna yang ada di database. User dapat menambah, mengubah, dan menghapus data. Kemudian sistem akan memproses aktivitas dipilih.

Pada Gambar 3.5 jika pengguna ingin melihat data penjualan, dapat dilakukan

dengan memilih menu data penjualan. Sistem akan menampilkan data penjualan yang

ada di database. Untuk mencari data tertentu, pengguna dapat melakukan pencarian dengan mengisikan form pencarian. Sistem akan mencari data penjualan sesuai

dengan yang diinginkan.

Gambar

Gambar 2.5 Simbol Diagram Aktivitas
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu untuk Prediksi Musiman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu untuk Prediksi Musiman (Lanjutan)
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu dengan Holt-Winters (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan musiman terjadi pada waktu yang sama atau sangat berdekatan, dengan kata lain gerakan musiman merupakan gerakan yang teratur yang mempunyai pola tetap atau berulang-ulang

Delimas Lestari Kencana tahun 2015 dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial ganda dari Holt dan metode Holt-Winters. Di antara kedua metode peramalan tersebut

Di antara kedua metode peramalan tersebut diperoleh metode peramalan yang lebih efektif yaitu metode Holt-Winters dengan nilai kesalahan lebih kecil yaitu MSE = 792.756,326 dan

Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan jumlah penumpang Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar dengan metode Holt-Winters Exponential Smoothing berdasarkan data dari

Hasil peramalan untuk beberapa tahun ke depan menggunakan model Holt-Winter musiman perkalian menunjukkan trend meningkat, yakni curah hujan bulanan di Kota Ambon untuk empat tahun

Untuk melakukan implementasi metode Backpropagation dalam prediksi jumlah permintaan koran diperlukan data latih yang akan digunakan sebagai sumber pelatihan yang

Hasil metode Holt-Winters model aditif menggunakan penduga parameter dengan AG dan GS pada data pemodelan 8 dapat dilihat pada Gambar 2 (a), untuk data

Sinar Gunung Sawit Raya SGSR Tahun 2022 dapat dilihat pada gambar 1 berikut: Gambar 1 Plot data jumlah produksi minyak kelapa sawit tahun 2022 Perhitungan Dengan Metode Holt Winters