• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Teknologi Pembentukan Pigmen Jingga Kulit Buah Jeruk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Teknologi Pembentukan Pigmen Jingga Kulit Buah Jeruk"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

TARUNA SHAFA ARZAM AR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Teknologi Pembentukan Pigmen Jingga Kulit Buah Jeruk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

Jingga Kulit Buah Jeruk. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan Y. ARIS PURWANTO.

Degreening pada buah jeruk tropis dataran rendah seringkali gagal menghasilkan buah jeruk berwarna jingga, tetapi berwarna kuning. Warna jingga terbentuk dari campuran dua pigmen kulit jeruk, ialahβ-cryptoxanthin (kuning) dan ß-citraurin (kuning kemerahan). ß-citraurin sering kali tidak terbentuk pada buah jeruk tropika dataran rendah karena pembentukkannya terjadi apabila buah terpapar suhu rendah saat pertumbuhannya. Precooling buah jeruk tropika dataran rendah diharapkan dapat mendorong pembentukan ß-citraurin karena jeruk yang sudah dipanen masih melakukan metabolisme sebagai pengganti paparan suhu rendah yang tidak ditemukan saat buah di pohon. Selain itu konsentrasi etilen juga merupakan salah satu faktor pembatas keberhasilan degradasiklorofil dan sintesis karotenoid dalam degreening. Penelitian ini bertujuan menemukan teknik

degreening untuk membentuk warna jingga kulit buah jeruk tropis. Percobaan terdiri atas 2 percobaan. Percobaan pertama pengujian 3(tiga) kultivar jeruk pada berbagai suhu degreening dan percobaan kedua adalah mempelajari pengaruh

precoolingdan konsentrasi etilen terhadap warna kulit buah jeruk Siam.

Percobaan pertama dilaksanakan pada bulan September 2013 sedangkan percobaan kedua pada bulan Mei 2014. Percobaan pertama menggunakan jeruk dari daerah dataran rendah dan daerah dataran tinggi di Bali. Untuk buah jeruk dataran rendah digunakan jeruk Keprok Tejakula dari kecamatan Sangga Langit, kabupaten Singaraja. Untuk jeruk dataran tinggi digunakan jeruk Keprok Kintamani dan Siam Kintamani dari kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Pada percobaan kedua digunakan jeruk Siam yang diambil dari kabupaten Jember. Perlakuan

degreening dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor. Rancangan penelitian percobaan pertama adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor dengan ulangan sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah kultivar jeruk (Keprok Tejakula, Keprok Kintamani dan Siam Kintamani) dan faktor kedua adalah suhu (15 oC, 20 oC dan suhu ruang). Percobaan ke dua menggunakan Rancangan Acak Kelompok 2 faktor. Faktor pertama adalah perlakuan precooling (dengan precooling dan tanpa precooling). Faktor kedua adalah konsentrasi etilen (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm).

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pada degreening jeruk Keprok Tejakula, warna buah menjadi jingga pada suhu 15 oC, 20 oC dan suhu ruang. Namun, pada degreening Keprok Tejakula pada suhu 15 oC degradasi klorofil terjadi lebih lambat. Sebaliknya suhu ruang mempercepat pembusukan buah. Pada

degreening jeruk Keprok Kintamani, warna buah berubah menjadi jingga hanya pada suhu 15 oC dan 20 oC. Pada degreening jeruk Siam Kintamani, warna buah menjadi jingga pada suhu 15 dan 20 oC, akan tetapi kulit buah menjadi keriput.

Degreening buah jeruk Keprok Tejakula, Keprok Kintamani, dan Siam Kintamani pada berbagai suhu tidak mempengaruhi kandungan gula dan asam buah jeruk. Perlakuandegreeningbuah jeruk Siam asal Jember yang diawali dengan perlakuan

precooling menghasilkan jeruk berwarna jingga, sedangkan yang tanpa precooling

hanya membentuk warna kuning. Etilen 100 ppm adalah konsentrasi terbaik untuk

degreening dan menghasilkan jeruk berwarna jingga. Perlakuan precooling dan

degreeningtidak berpengaruh negatif pada kandungan asam dan gula buah jeruk.

(5)

Orange Pigment of Tropycal Citrus Peel. Supervised by ROEDHY POERWANTO and Y. ARIS PURWANTO.

Degreening in tropical lowland citrus fruits is often fail to generate orange color of the citrus fruit peel, but yellow. Orange color is generate by a mixture of

two pigments of citrus peel, that is β-cryptoxanthin (yellow) and ß-citraurin

(reddish yellow). ß-citraurin is often not established in citrus fruit grown in tropical lowland because it is only established when the fruits are exposed to low temperatures during their growth. Precooling of the lowland tropical citrus fruit is expected to encourage the formation of ß-citraurin because the fruits still doing metabolism after harvested. The concentration of ethylene is one of the limiting faktors in the success of chlorophyll degradation in degreening. The aim of this study is obtain degreening technique to form orange color of tropical citrus peel. This study was conducted as two experiments. The first Experiment is degreening some kind of citrus that harvested from different location with temperature treatment and The second experiment is knowing the effective concentration of ethylene and precooling effect to form pigment orange citrus peel.

The first experiment was conducted in September 2013 and the second experiment in May 2014. The first experiment used the citrus fruits from different location in Bali. Citrus fruit lowland used Mandarin Tejakula that picked from the Sangga Langit district, Singaraja regency. For citrus for plateau used Mandarin Kintamani and Siam Tangerine cv. Kintamani. Fruits picked from the Kintamani district, Bangli regency. The second experiment used Siam Tangerin fruit from Jember. Degreening treatment in Postharvest Laboratory, Research Center for Tropical Horticulture Bogor Agricultural University. The first study used a randomized block design with 2 faktors. The first faktor is the citrus kultivars that harvested from difference location (Mandarin Tejakula, Mandarin Kintamani and Tangerin Siam cv. Kintamani) and the second faktor is the temperature (15oC, 20oC and room temperature). The second study used a randomized block design with 2 faktors. The first faktor is the treatment of precooling (with precooling and without precooling). The second faktor is the concentration of ethylene (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm).

The results of this experiment showed that degreening for Mandarin Tejakula, generating an orange color at 15oC, 20 oC and room temperature. However, degreening for tangerin Mandarin Tejakula at temperature 15 oC chlorophyll degradation is slower. Instead, at room temperature accelerates the decay of fruit. Degreening for Mandarin Kintaman generating an orange color only at 15oC and 20

o

C. Degreening of citrus Siam Tangerin cv. Kintamani generating an orange color at 15 and 20 °C, but the rind becomes wrinkled. Degreening for Mandarin Tejakula, Mandarin Kintamani and Siam Tangirin cv. Kintamani at all temperatures degreening treatments have not adversely affect for the acid and sugar content of citrus fruits. Siam Tangerin fruit from Jember generating an orange color after degreening if its pre-cooled before degreening, while those without a precooling treatment were only generating a yellow color. Concentration of 100 ppm ethylene is the best in degreening in Siam tangerine peel from Jember. Precooling and degreening have not adversely affect on the acid and sugar content of citrus fruits.

(6)

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

TARUNA SHAFA ARZAM AR

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan rahim-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengembangan Teknologi Pembentukan Pigmen Jingga Kulit Buah Jeruk.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, Dr Y Aris Purwanto selaku anggota komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini

2. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc dan Dr Ani Kurniawati, Sp, M.Si selaku Ketua dan Wakil Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura.

3. Dr Ir Darda Efendy, MSi selaku dosen penguji luar komisi pada ujian tesis serta seluruh staf pengajar dan staf laboratorium yang telah membagikan ilmu kepada penulis.

4. Kementerian Pertanian RI yang telah membantu mendanai penelitian ini melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian dengan judul Pengembangan Teknologi Pembentukan Pigmen Jingga dan Fitonutrient pada Kulit Buah Jeruk Indonesia dengan nomor kontrak 714/LB.620/I.1/2/2013 dan Kementerian Riset dan Teknologi melalui program Sistem Inovasi Nasional (SINas) dengan judul Pengembangan Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhi Kebutuhan Gizi Masyarakat dan Penghematan Devisa Negara Tahun II. Kontrak Nomor 25/SEK/INSINAS/PPK/I/2014 tahun anggaran 27 Januari 2014.

5. Ibunda Syamsiah AM dan Ayahanda Abd. Rasjid Sisila, Istriku Rosyidah Arafat atas doa dan dorongan semangat kepada penulis. Tidak lupa pula kedua anakku Imam Fathir Abqari dan Khanza Raihanum yang menjadi pendorong semangat segala aktifitasku.

6. Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura Angkatan 2012 atas kebersamaan dan persaudaraan selama mengikuti perkuliahan.

Semoga karya tulis ini dapat memberikan menjadi informasi baru dan memberi banyak manfaat.

Bogor, Januari 2015

(12)

DAFTAR TABEL vi

Fisiologi Perubahan Warna Kulit Buah Jeruk 2

Precoolingsebelumdegreening 3

Percobaan I Pengujian 3 (tiga) kultivar jeruk pada berbagai suhu

degreening 14

Perubahan warna buah sebelumdegreening 13

Perubahan warna buah setelahdegreening 15

Skor warna 15

Citrus Color Indeks(CCI) 16

Perubahan nilaihue(hab) 17

Diagram Warna 19

Kekerasan Buah 21

Susut Bobot 22

Padatan Terlarut Total dan Asam Tertitrasi 23

Percobaan II Pengaruh konsentrasi etilen dan precooling

terhadap warna kulit buah jeruk Siam 25

Skor Warna 25

Citrus Color Indeks(CCI) 27

Perubahan nilaihue(hab) 29

Diagram Warna 31

Kekerasan Buah 35

Susut Bobot 36

Padatan Terlarut Total dan Asam Tertitrasi 37

5 KESIMPULAN DAN SARAN 39

(13)

DAFTAR TABEL

1 Citrus Color Chart sebagai pedoman deskripsi warna kulit buah

jeruk berdasarkan skor, nilai L, a, b, CCI danhue angle 11 2 Warna kulit 3 (tiga) kultivar jeruk yang dipanen dari lahan

berbeda sebelum diberi perlakuandegreening 14

3 Citrus color index(CCI) warna buah jeruk pada berbagai

perlakuan suhu degreening 17

4 Kekerasan buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening 22 5 Susut bobot buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening 23 6 Kandungan gula buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu

degreening 24

7 Kandungan asam buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu

degreening 24

8 Citrus color indeks (CCI) buah jeruk Siam asal Jember pada

berbagai konsentrasi etilen dan perlakuanprecooling 28 9 Pengaruh konsentrasi etilen dan precooling terhadap kekerasan

buah jeruk Siam asal Jember 35

10 Susut bobot buah selama degreening pada berbagai konsentrasi

etilen dan perlakuanprecooling 36

11 Kandungan gula jeruk selama degreening pada berbagai

konsentrasi etilen dan perlakuanprecooling 38

12 Kandungan asam buah jeruk selama degreening pada berbagai

konsentrasi etilen dan perlakuanprecooling 38

DAFTAR GAMBAR

1 Skema pengukuran volume buah dan volume bebas 7

2 Prosedur Pelaksanaan Percobaan I 8

3 Foto kotak gabus berisi es untuk mempertahankan agar buah jeruk

pada kondisi suhu rendah saat pengiriman 9

4 Prosedur Pelaksanaan Percobaan II 10

5 Foto perubahan warna kulit buah jeruk Keprok Kintamani, Siam Kintamani dan Keprok Tejakula pada 0 hari setelah pengamatan (HSP) sampai dengan 16 HSP pada berbagai perlakuan suhu

degreening 15

6 Skor perubahan warna kulit buah jeruk pada berbagai perlakuan

suhudegreening 16

7 Hue anglewarna kulit buah jeruk pada berbagai suhudegreening 16 8 Perubahan warna kulit buah jeruk Keprok Tejakula pada berbagai

(14)

perlakuan suhudegreeningberdasarkan diagram warna 21 11 Skor warna buah jeruk Siam setelah perlakuan precooling dan

degreeningdengan berbagai konsentrasi etilen 26 13 Foto buah jeruk Siam asal Jember setelah perlakuan precooling

dandegreeningdengan berbagai konsentrasi etilen 27 14 Analisis regresi pengaruh konsentrasi etilen terhadap nilai CCI

warna kulit buah jeruk Siam asal Jember 29

15 Perubahan warna ujung buah jeruk setelah perlakuan precooling

dan perlakuandegreeningpada berbagai konsentrasi etilen 30 16 Perubahan warna bagian ekuator buah jeruk setelah perlakuan

precooling dan perlakuan degreening pada berbagai konsentrasi

etilen 30

17 Perubahan warna pangkal buah jeruk setelah perlakuan

precooling dan perlakuan degreening pada berbagai konsentrasi

etilen 31

18 Perubahan warna ujung buah jeruk Siam asal Jember setelah perlakuan precooling dan perlakuan degreening pada berbagai

konsentrasi etilen 32

19 Perubahan warna bagian ekuator jeruk Siam asal Jember setelah perlakuan precooling dan perlakuan degreening pada berbagai

konsentrasi etilen 33

20 Perubahan warna pangkal buah jeruk Siam asal Jember setelah perlakuan precooling dan perlakuan degreening pada berbagai

konsentrasi etilen 34

21 Foto buah jeruk Siam asal Jember mengalami luka beku (chilling

enjury) akibat perlakuanprecooling 37

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengamatan nilai L* percobaan I 43

2. Pengamatan nilai a* percobaan I 44

3. Pengamatan nilai b* percobaan I 45

4. Pengamatan Nilai L* ujung buah percobaan II 46

5. Pengamatan Nilai L* bagian ekuator percobaan II 48

6. Pengamatan Nilai L* pangkal buah percobaan II 50

7. Pengamatan Nilai a* ujung buah percobaan II 52

8. Pengamatan Nilai a* bagian ekuator percobaan II 54

9. Pengamatan Nilai a* pangkal buah percobaan II 56

10. Pengamatan Nilai b* ujung buah percobaan II 58

11. Pengamatan Nilai b* bagian ekuator percobaan II 60

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah jeruk merupakan salah satu buah yang digemari masyarakat karena rasanya enak, segar, bergizi dan mengandung zat yang berguna untuk kesehatan. Poerwanto dan Chozin (2010) menjelaskan bahwa konsumen menuntut pemenuhan permintaan produk pertanian yang berkualitas, aman, segar, memiliki nutrisi yang tinggi dan bercitarasa tinggi. Jeruk adalah buah yang sangat bergizi, karena mengandung vitamin C dan fitonutrient seperti lycopene, β-crytoxanthin, dan flavonoids yang bermanfaat untuk menunjang kesehatan manusia sebagai antioksidan dan anti kanker. Hal ini membuat jeruk mempunyai potensi yang sangat besar dalam memberikan kontribusi yang tinggi dalam pemenuhan kebutuhan gizi bagi masyarakat Indonesia, menjadi sumber pendapatan bagi petani, dan sumber devisa bagi negara.

Konsumsi jeruk tahun 2014 diprediksi sebesar 2,69 kg/kapita/tahun (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2013). Permintaan buah jeruk semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan nilai gizi, serta kesadaran kembali ke alam dengan mengkonsumsi buah segar. Namun sayangnya peningkatan ini justru menyebabkan Indonesia mengimpor jeruk segar dalam jumlah yang besar. Volume impor jeruk pada bulan Januari sampai Oktober 2013 telah mencapai 86 juta kg (Departemen Pertanian 2013). Impor jeruk dari China meningkat tajam sejak diberlakukannya ASEAN-China Free Trade Agreement yang membebaskan bea masuk jeruk asal China.

Jeruk yang diimpor adalah jeruk yang berwarna jingga, sedangkan sebagian besar jeruk Indonesia berwarna hijau. Konsumen cenderung lebih menyukai jeruk berwarna cerah dan tidak menyukai jeruk berwarna hijau karena dianggap belum masak. Indonesia sebenarnya memiliki beberapa jenis jeruk keprok berwarna jingga di dataran tinggi, namun luas lahannya terbatas dan produksinya tidak kontinyu.

Jeruk daerah tropis seperti di Indonesia yang berwarna hijau dapat diperbaiki melalui teknologi degreening (degradasi klorofil). Menurut Ladaniya (2008) dan Jomori et al. (2010) bahwa degreening dengan perlakuan etilen pada suhu tertentu dapat memperbaiki warna kulit buah jeruk di daerah tropis. Usaha

degreening untuk menghasilkan buah jeruk berwarna jingga sudah dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian di Indonesia. Namun, menghasilkan jeruk berwarna kuning dan pucat. Penyebab kegagalan pembentukan warna jingga saat

degreening di daerah tropis adalah karena pigmen β-citraurin yang merupakan penyebab warna merah tidak terbentuk, yang terbentuk hanya β-cryptoxanthine yang merupakan pigmen warna kuning (Kato et al. 2006; Fanciullino et al. 2008; Zhou 2010).

(16)

buah jeruk tersebut tidak memperoleh suhu rendah saat pertumbuhanya. Dengan perlakuan precooling segera setelah panen diharapkan dapat menggantikan suhu rendah yang tidak ditemukan pada saat buah masih berada di pohon. Sehingga diharapkan dengan perlakuan precooling dapat mendorong sintesis β-citraurin, karena setelah buah dipanen, metabolisme tetap berlangsung. Oleh karena itu, penelitian akan suhu degreening, konsentrasi etilen saat degreening dan pengaruh perlakuan suhu rendah (precooling) sebelum degreening, sangat penting untuk dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing buah jeruk dengan membentuk warna jingga kulit buah jeruk.

Tujuan

1. Mempelajari Citrus Color Chart yang dikembangkan sebagai alat ukur warna buah jeruk yang mudah dan murah namun akurat untuk pengamatan warna kulit jeruk.

2. Memperlajari suhu efektif degreening jeruk untuk membentuk jeruk berwarna jingga.

3. Memperlajari pengaruh perlakuan suhu dingin (precooling) sebelum

degreening untuk membentuk warna jingga kulit buah jeruk Siam.

4. Memperlajari konsentrasi etilen yang tepat untuk degreening buah jeruk Siam.

5. Memperlajari pengaruh degreening terhadap kualitas internal buah jeruk. 6. Memperlajari pengaruh precooling terhadap kualitas internal buah jeruk.

Hipotesis

1. Terdapat minimal satu kultivar pada salah satu suhu dapat membentuk warna jingga dalam percobaan degreening.

2 Perlakuan precooling sebelum degreening berpengaruh nyata dalam membentuk kulit jeruk berwarna jingga.

3 Terdapat minimal satu konsentrasi etilen yang efektif dalam percobaan

degreening.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi Perubahan Warna Kulit Buah Jeruk

(17)

Hilangnya warna hijau pada kulit buah jeruk karena degradasi struktur klorofil dan terekspresinya warna karetenoid. Perubahan zat warna alami biasanya terjadi karena proses degradasi dan sintesis. Menurut Pantastiko (1975) hilangnya warna hijau merupakan proses yang kompleks. Perubahan warna dikarenakan terjadinya pemecahan klorofil sedikit demi sedikit secara enzimatik. Perubahan enzimatik klorofil ini disebabkan adanya aktivitas enzim klorofilase yang merubah klorofil menjadi klorofilid. Sudjatha dan Winsaniyasa (2008) menjelaskan bahwa warna hijau karena adanya klorofil yang mengandung mg. Hilangnya warna hijau dikarenakan klorofil mengalami degradasi struktur yang menyebabkan kehilangan mg. Degradasi tersebut melalui serangkaian proses yaitu peofitinasi, pembentukan klorofilid dan oksidasi (Andarwulan dan Faradilla 2012). Penyebab degradasi klorofil karena perubahan pH yang menyebabkan mg terlepas dari struktur klorofil membentuk peofitin dan akhirnya karotenoid terekspose. Kloroplast mengalami degradasi lebih dahulu jauh sebelum warna hijau dijaringan hilang. Terdegradasinya warna hijau menyebabkan warna karotenoid muncul (Sudjatha dan Winsaniyasa 2008). Warna kuning pada kulit jeruk terbentuk oleh -cryptoxanthine, sedangkan warna jingga adalah campuran antara -cryptoxanthine dengan β-citraurine pada karotenoid (Stewart dan Wheaton 1971; Rodrigo et al. 2013). Munculnya bahan penyebab warna ini sangat tergantung pada suhu lingkungannya pada saat pertumbuhan buah.

Jomori et al. (2010) dan Sdiri et al.(2012) menyatakan bahwa perubahan warna kulit buah jeruk sangat dipengaruhi oleh suhu selama pertumbuhan buah, suhu dingin berperan penting pada perubahan warna kulit buah jeruk saat proses pematangan agar menjadi jingga (Iglesias et al. 2007). Jomori et al. (2010) menjelaskan bahwa buah jeruk manis yang tumbuh di daerah tropis, kulit buah akan berubah dari hijau menjadi kuning atau kuning kehijauan saat buah matang, sedangkan buah jeruk di daerah subtropik akan menjadi jingga. Menurut Manera

et al. (2012), buah jeruk saat masih di pohon, warna kulit buah mulai berubah pada saat suhu dibawah 15 oC dan perubahan secara sempurna terjadi pada suhu dibawah 6 oC.

Precooling sebelum degreening

Menurut Jomori et al. (2010) dan Sdiri et al. (2012) perubahan warna kulit buah jeruk sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu. Ladaniya (2008) dan Iglesias

et al. (2007) menyatakan bahwa suhu dingin sangat berpengaruh pada perubahan warna kulit buah jeruk saat proses pematangan. Pada jeruk manis yang tumbuh di daerah tropis, kulit buah akan berubah dari hijau ke kuning atau kuning kehijauan saat buah matang, sedangkan buah jeruk di daerah subtropik akan menjadi jingga.

(18)

pengganti suhu rendah yang tidak di temukan saat buah masih di pohon. Perlakuan suhu rendah dengan teknik precooling buah diharapkan dapat mendorong pembentukan ß-citraurin. Menurut Rahi et al. (2013) bahwa buah jeruk yang sudah dipanen masih melakukan metabolisme.

Barry dan Wyk (2005) melaporkan bahwa perlakuan suhu rendah menginduksi perubahan warna jeruk mandarin (Citrus reticulata Blanco). Perlakuan suhu rendah diberikan pada suhu kurang 4 oC dan dilanjutkan dengan penyimpanan suhu 20 oC selama 72 jam. Kumar et al. (2008) menjelaskan bahwa perlakuan suhu rendah (precooling) buah orange dan tomat pada kisaran suhu 4-5

o

C. Menurut Johanes (2012) perlakuan precooling dapat menggunakan metode konveksi alami/bebas dengan cara mencelupkan produk kedalam air es sekaligus dilakukan pencucian.

Degreening buah jeruk

Buah jeruk yang dihasilkan daerah tropis secara alami tidak memiliki kualitas warna yang baik. Kulit buah tetap berwarna hijau atau hijau kekuningan dan tidak merata, meski secara fisiologi telah matang. Kondisi kulit jeruk seperti ini sulit untuk diterima pasar dan tidak dapat bersaing dengan jeruk impor yang warna jingga dan cerah.

Warna kulit jeruk daerah tropis dapat diperbaiki melalui teknologi

degreening (degradasi chlorophyl) (Jomori et al. 2010). Ladaniya (2008) menjelaskan degreening bertujuan meningkatkan nilai estetika buah dengan menggunakan etilen pada suhu tertentu agar mempercepat hilangnya kloropil dan meningkatkan warna kualitas warna, sesuai kebutuhan konsumen yang lebih menyukai jeruk berwarna jingga.

Di Indonesia, usaha degreening jeruk yang sudah dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian di Indonesia namun menghasilkan jeruk berwarna kuning yang kurang disukai konsumen karena dianggap hampir busuk. Di sisi lain jeruk berwarna jingga sangat disukai.

Teknik degreening yang telah berkembang belum mampu menjadikan kulit buah berwarna jingga, tetapi berwarna kuning. Penyebab kegagalan pembentukan warna jingga saat degreening di daerah tropis adalah karena pigmen β-citraurin

Etilen (C2H4) adalah bahan yang telah lazim digunakan dalam degreening

(19)

sama maupun bersifat antagonis dengan hormon tumbuhan lainnya. Wheaton dan Stewart (1971) menjelaskan bahwa degreening dalam beberapa penelitian menggunakan etilen dengan konsentrasi 5-10 ppm, untuk jeruk florida orange 40 ppm. Sedangkan jeruk Hamlin Oranges 25-500 ppm, Satsuma 500-1.000 ppm, Shamouti, Washington Navel Oranges, Eureka dan Taiwan Lemon dengan 500-12.000 ppm (Bondad 1976). Di Indonesia, belum ada informasi konsentrasi etilen yang efektif dalam degreening berdasarkan kultivar jeruknya.

Salah satu faktor pembatas keberhasilan degreening adalah suhu. Suhu berpengaruh pada reaksi kimiawi (Grierson dan Newhall 1960). Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan laju pembusukan yang tinggi sedangkan terlalu rendah menyebabkan lambatnya degradasi klorofil (Santoso dan Purwoko 1995). Suhu

Degreening umumnya pada suhu 28-29 oC, jeruk California 20-22 oC dan jeruk Florida 28-29 oC (Grierson dan Newhall 1960; Stewart dan Weathon 1971; Smilanick et al. 2006).

3

METODE

Lokasi dan Waktu Peneltian

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 (dua) percobaan. Pada percobaan pertama menggunakan 3 kultivar jeruk. Jeruk dipetik dari daerah dataran rendah dan daerah dataran tinggi. Buah jeruk dataran rendah menggunakan jeruk Keprok Tejakula yang dipetik dari kebun rakyat di kecamatan Sangga Langit, kabupaten Singaraja. Kebun berada pada kisaran ketinggian 50–100 m dpl dengan suhu pada kisaran 29-31 oC. Untuk jeruk dataran tinggi menggunakan jeruk Keprok Kintamani dan Siam Kintamani. Buah dipetik dari kebun rakyat di kecamatan Kintamani, kabupaten Bangli. Kebun berada pada kisaran ketinggian +1500 m dpl dengan suhu rata-rata 18 oC. Pada percobaan kedua menggunakan jeruk Siam yang diambil dari kecamatan Tanggul di Kabupaten Jember. Kebun berada pada ketinggian 10-20 m dpl dengan suhu 28-32 oC. Perlakuan degreening di laksanakan di Laboratorium Pascapanen, Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor. Percobaan pertama dilaksanakan pada bulan September 2013 sedangkan percobaan kedua pada bulan Mei 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan dalam percobaan pertama adalah buah jeruk dataran rendah (Keprok Tejakula) dan jeruk dataran tinggi (Keprok Kintamani dan Siam Kintamani) yang diambil dari pulau Bali. Pada percobaan kedua menggunakan buah jeruk Siam asal Jember. Bahan lainya adalah gas etilen, dan bahan kimia lainnya. Sedangkan alat yang digunakan antara lain kotak berbahan gabus, kotak degreening (kedap udara) berbahan dasar plastik, cooling chamber

(20)

Metode Penelitian

Percobaan I Pengujian 3 (tiga) kultivar jeruk pada berbagai suhu

degreening

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor. Faktor pertama yaitu kultivar jeruk yang terdiri atas 3 taraf perlakuan (Keprok Tejakula, Keprok Kintamani dan Siam Kintamani) dan faktor kedua adalah suhu yang terdiriatas 3 taraf perlakuan (15, 20oC dan suhu kamar). Terdapat 9 kombinasi yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap unit percobaan menggunakan 40 buah jeruk, sehingga jumlah keseluruhan buah 1080 buah jeruk. Untuk pengamatan destruktif menggunakan 972 buah jeruk sedangkan non destruktif menggunakan 108 buah jeruk. Model linear yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij= µ+αi+βj+tk+(αβ)ij+ɛ ijn

Keterangan:

I = 1,2,3; j: 1,2, 3; k=1, 2, 3

Yij = nilai pengamatan pada faktor jenis jeruk ke-i dan suhu ke-j; pada kelompok ke-k

µ = rataan umum

αi = pengaruh faktor jenis jeruk ke-i

βj = pengaruh faktor suhu ke-j

tk = pengaruh kelompok ke-k

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara faktor jenis jeruk ke-i dan suhu ke-j

ɛ ijk = pengaruh galat jenis jeruk ke i dan suhu ke j pada kelompok ke-k

Percobaan II Pengaruh precooling dan konsentrasi etilen terhadap warna kulit buah jeruk Siam

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi etilen yang terdiri atas 4 taraf perlakuan (0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm) dan faktor kedua perlakuan

precooling (dengan dan tanpa precooling). Terdapat 8 kombinasi yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan.

Setiap unit percobaan menggunakan 40 buah jeruk, sehingga jumlah keseluruhan buah 1440 buah jeruk.Untuk pengamatan destruktif menggunakan 1296 buah jeruk sedangkan non destruktif menggunakan 144 buah jeruk. Model linear yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = µ+αi+βj+tk+(αβ)ij+ɛ ij

Keterangan:

(21)

Yij = Nilai pengamatan pada faktor konsentrasi etilen ke-i dan perlakuan

precooling ke-j; µ = Rataan umum

αi = Pengaruh faktor konsentrasi etilen ke-i

βj = Pengaruh faktor per-cooling ke-j

tk = Pengaruh kelompok ke-k

(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara faktor konsentrasi etilen dan precooling ke-j

ɛ ijk = Pengaruh galat konsentrasi etilen ke-i dan perlakuan precooling ke-j

pada kelompok ke-k.

Pelaksanaan Percobaan

Percobaan I Pengujian 3 (tiga) kultivar jeruk pada berbagai suhu

degreening

Buah jeruk dipanen dari kebun rakyat di Pulau Bali yang dilakukan pada sore hari. Jeruk yang dipanen adalah jeruk yang telah matang, yang ditandai dengan kulit buah lebih halus dan intensitas warna hijau telah menurun serta terdapat bercak kuning pada bagian tertentu. Jeruk yang telah dipanen disortir kembali agar ukuran dan tingkat kemasakan buah seragam, kemudian dimasukkan di dalam keranjang untuk dikirim kelaboratorium di Bogor.

Buah jeruk saat tiba di laboratorium dicuci dengan air bersih lalu dilakukan pengamatan awal. Setelah dilakukan pengamatan awal, jeruk dimasukkan dalam wadah degreening kemudian wadah tersebut ditutup rapat dan dipastikan wadah tersebut telah kedap udara. Wadah degreening adalah wadah berbahan plastik dengan volume 9300 mL. Volume wadah diketahui dengan cara memasukkan air kedalam wadah degreening. Volume sampel diketahui untuk keperluan injeksi etilen dengan menggunakan Hukum Archimides yaitu dengan memasukkan buah sampel kedalam wadah degreening yang berisi air penuh, dimana volume wadah yang telah diketahui (9300 mL) dikurangi volume air yang tumpah.

Gambar 1 Skema pengukuran volume buah dan volume bebas Volume bebas

(22)

Gambar 2 Prosedur pelaksanaan percobaan I

Wadah diisi buah jeruk pada kondisi tidak penuh dan dibiarkan terdapat ruang kosong + 10 % pada bagian atas, lalu wadah tersebut ditutup rapat dan dipastikan telah kedap udara untuk perlakuan degreening. Gas etilen diinjeksi dengan konsentrasi 100 ppm menggunakan syringe ukuran 5 ml. Penentuan konsentrasi etilen dengan menggunakan rumus :

100 1.000.000

Jeruk dalam wadah degreening lalu ditempatkan pada cooling chamber

sesuai perlakuan suhu yaitu suhu 15 oC, 20 oC dan suhu ruang. Hasil pengukuran suhu ruang adalah 29-32 oC. 24 jam kemudian jeruk dikeluarkan dari cooling chamber untuk diamati perubahan yang terjadi.

x Volume bebas Konsentrasi 100 ppm =

Perubahan yang diamati : Warna buah, susut bobot, kekerasan, TPT dan TAT Jeruk dipetik Dibersihkan

Dimasukkan dalam wadah degreening

Gas diinjeksi 100 ppm

Dimasukkan dalam

cooling chamber (15 dan 200C) dan suhu kamar (tidak menggunakan

cooling chamber)

Perubahan jeruk diamati : 0, 1, 4, 8, 12 dan 16 hari

setelah dikeluarkan dari

cooling chamber

(23)

Percobaan II Pengaruh precooling dan konsentrasi etilen terhadap warna kulit buah jeruk Siam

Buah jeruk dipanen di kebun rakyat di Jember dilakukan pada sore hari. Jeruk yang dipanen adalah jeruk yang telah matang, yang ditandai dengan kulit buah lebih halus dan intensitas warna hijau telah menurun serta terdapat bercak kuning pada bagian tertentu. Jeruk yang telah dipanen disortir kembali agar ukuran dan tingkat kemasakan buah seragam. Buah jeruk yang telah disortir dari kebun dibagi atas 2 bagian. Satu bagian tanpa perlakuan precooling dan satu bagian dengan perlakuan precooling. Jeruk tanpa perlakuan precooling langsung dimasukkan dalam keranjang buah untuk pengiriman. Jeruk dengan perlakuan

precooling dicelupkan kedalam air es selama 30 detik. Air es dibuat dengan mencampurkan es dan air bersih dengan perbandingan 1:2. Hasil pengukuran menunjukkan suhu air es tersebur 5 oC. Suhu 5 oC selama 30 detik ini diberikan karena dianggap telah dapat menurunkan suhu buah secara cepat.

Jeruk yang telah diberi perlakuan dingin (precooling), ditempatkan di kotak pengiriman berbahan gabus styrofoam (garuda) dengan ukuran Panjang 75 cm, lebar 43 cm, tinggi 32 cm. Kotak berbahan gabus telah diisi dengan pecahan es yang telah diberi garam dengan perbandingan 10:1, ketinggian pecahan es di dalam kotak gabus 5 cm. Agar es tidak bersentuhan langsung dengan buah jeruk, diberi sekat pemisah dari potongan bahan gabus dan jeruk dibungkus dengan plastik.

Gambar 3 Foto kotak gabus berisi es untuk mempertahankan agar buah jeruk pada kondisi suhu rendah saat pengiriman

(24)

Etilen diinjeksi menggunakan syringe ukuran 5 ml dengan konsentrasi sesuai perlakuan. Lalu, kotak berisi buah jeruk ditempatkan dalam cooling chamber pada suhu 20 oC (suhu terbaik percobaan I). Setelah 24 jam, jeruk dikeluarkan dari cooling chamber untuk diamati.

Gambar 4 Prosedur pelaksanaan percobaan II Jeruk dipetik Precooling

Buah dimasukkan kedalam wadah degreening

Gas diinjeksi 0, 100, 200 dan 300 ppm

Wadah dimasukkan kedalam

cooling chamber suhu 20 oC

Degreening selama 24 jam, lalu jeruk dikeluarkan

untuk diamati.

Perubahan Jeruk diamati : 0, 1, 4, 7, 10, 13, 16 19 hari

setelah dikeluarkan dari

cooling chamber

Perubahan yang diamati : Warna buah, susut bobot, kekerasan, TPT dan TAT Pencelupan air + es 1:2 (suhu 5 oC) selama 30 detik

- Selama pemaparan etilen kipas diaktifkan

- Pemaparan etilen selama

24 jam.

(25)

Pengamatan Percobaan

Skor warna buah

Telah dikembangkan Citrus Color Chart sebagai pedoman warna buah (skoring warna) jeruk dari hijau sampai dengan jingga yang sistem warnanya telah diukur yaitu nilai L, a, b dan CCI serta hue angle. Skoring terdiri atas (1) warna hijau, (2) hijau kekuningan, (3) kuning kehijauan, (4) jingga kekuningan, (5) jingga cerah dan (6) jingga tua (Tabel 1). Pengukuran dengan skor warna buah kemudian dibandingkan dengan nilai hue dan citrus color indeks (CCI) buah jeruk sebagai pedoman warna buah jeruk yang diamati. Adapun pedoman warna tersebut sebagai berikut :

Tabel 1 Citrus Color Chart sebagai pedoman deskripsi warna kulit buah jeruk berdasarkan skor, nilai L, a, b, CCI dan hue angle.

Skor warna Deskripsi warna L* a* b* CCI Hue

6 Jingga Tua 52.4 25.2 40.0 12.0 57.8

5 Jingga Cerah 52.9 22.8 42.1 10.2 61.6

4 Jingga kekuningan 50.5 14.1 42.6 6.6 71.7

3 Kuning 50.2 10.9 39.8 5.5 74.4

2 Hijau Kekuningan 42.4 -0.8 24.2 -0.8 91.9

1 Hijau 41.5 -1.9 22.6 -2.0 94.8

Skor : 1 = jeruk Siam, 2 = jeruk Keprok, 3 = jeruk Brastagi, 4 = Ponkam, 5 = Sweet orange, 6 = Murcot Mandarin. Citrus color index (CCI) = 1000.a/L.b (Jimenez-Cueata et al. 1981) dan hue = arctan (b/a) (Manera et al. 2012).

Nilai hue, Citrus Color Indeks (CCI) dan Diagram Warna

(26)

Hasil pengukuran nilai a* dan b* dikonversikan ke dalam satuan kromatik derajat hue (ohue). Nilai ohue mendeskripsikan warna murni dimana menunjukkan warna dominan dalam campuran beberapa warna. Berdasarkan Manera et al. 2012 bahwa nilai ohue digunakan persamaan sebagai berikut: ohue = tan-1(b/a). Dalam penerapanya di program Mikrosoft Excel, nilai hue ditentukan dengan formula :

o

hue = degrees(atan(b/a)). Bila b/a bernilai negative, maka ditambahkan 180, sehingga rumus menjadi : ohue = degrees(atan(b/a))+180.

Nilai Citrus Color Indeks (CCI) merupakan formula yang banyak dipergunakan untuk melihat kualitas warna kulit buah jeruk. Berdasarkan Jimenez-Cueata et al.(1981) bahwa nilai CCI digunakan persamaan sebagai berikut :

1000xa Lxb

Indeks warna jeruk (CCI) digunakan range sebagai berikut : CCI<= -5 (hijau gelap), -5<CCI<=0 (hijau), 0<CCI<=3 (hijau kekuningan), 3<CCI<=6 (kuning), 6<CCI<=8 (jingga kekuningan), 8<CCI<=10 (jingga), dan CCI>10 (jingga gelap).

Diagram Warna dibuat dengan menandai pertemuan titik sumbu antara nilai a* dan nilai b* dari pengukuran color hunter. Pada diagram warna buah, ditentukan pula titik warna buah pada citrus color chart dari hijau sampai jingga tua, sebagai pedoman capaian warna buah yang diamati.

Susut Bobot

Pengukuran susut bobot dihitung berdasarkan persentase penurunan bobot jeruk sebelum perlakuan (Wi) dan setelah perlakuan (Wa), dinyatakan dalam

Kekerasan buah (kg/detik), ditentukan dengan mengukur ketahanan buah terhadap penetrasi jarum dari penetrometer 510-1 FHR-1

Total padatan terlarut(TPT)

Total padatan terlarut (Brixo) diukur menggunakan refraktometer ATAGO PAL-1. Pengukuran dengan cara jeruk diperas, kemudian setetes contoh diletakkan pada prisma refraktometer untuk pembacaan nilai derajat brix.

x 100% Susut Bobot (%) =

(27)

Total asam tertitrasi (TAT)

Kandungan asam diukur dengan menghitung persen asam tertitrasi. Pengukuran kadar asam dilakukan dengan menimbang sari jeruk sebesar 10 g kemudian diencerkan pada labu takar 250 ml. Filtrat dipipet 25 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 125 ml dan dilakukan dua kali. Pengukuran dilakukan dengan metode titrasi basa dengan menggunakan NaOH dan indikator fenpftaleon (tiga tetes). Titrasi dilakukan sampai filtrat berwarna merah muda stabil. Kandungan asam tertitrasi dihitung menggunakan rumus:

Asam (%) = (mL NaOH x N NaOH x fp x 64) x 100 % bobot bahan (mg)

Keterangan :

ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0,1 N)

fp = faktor pengencer (100/25)

64 = faktor asam dominan

mg Contoh = 10.000 mg

Analisis Data

Data hasil pengamatan diuji dengan sidik ragam menggunakan program SAS (Statistical Analysis System). Data dianalisis menggunakan Analisis Ragam (Analisis of variance) pada taraf nyata 5%, apabila hasil menunjukkan ada pengaruh nyata perlakuan akan diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf 5%.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Citrus Color Chart

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode skoring yang dikembangkan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang sesuai dengan hasil pengukuran tiga parameter warna (L*, a*, dan b*) menggunakan Minolta Color Reader tipe 310, yang kemudian dihitung menjadi citrus color index, hue angle

dan diagram warna buah. Tidak banyak institusi penelitian yang memiliki alat pengukur warna ini, karena alat ini cukup mahal. Sebagai alternatif dalam pengukuran warna biasanya peneliti membandingkan warna obyek yang ingin diketahui dengan Munsell Color Chart. Namun penggunaan chart ini untuk membandingkan warna kulit buah jeruk kurang tepat, karena gradasi warna chart

(28)

warna buah jeruk. Chart yang dikembangkan ini dengan mudah dapat dicetak pada percetakan yang baik agar akurasi warnanya tidak berubah. Chart tersebut akan mudah di bawa ke kebun jeruk atau ke gudang penyimpanan jeruk untuk membuat skor warna kulit jeruk dalam penelitian ataupun pengujian.

Percobaan I Pengujian 3 (tiga) kultivar jeruk pada berbagai suhu

degreening

Perubahan warna buah sebelum degreening

Pengamatan terhadap kualitas buah jeruk sebelum perlakuan degreening

menunjukkan bahwa warna jeruk Keprok Kintamani lebih baik dari pada jeruk Keprok Tejakula dan Siam Kintamani. Hal ini ditunjukkan dengan nilai a* dan CCI lebih tinggi dan positif dibandingkan jeruk Keprok Tejakula dan Siam Kintamani (Tabel 2). Buah jeruk Keprok Kintamani mempunyai nilai a* sebesar 2.92 sedangkan Keprok Tejakula sebesar -0.61 dan Siam Kintamani -0,54. Begitu juga dengan nilai Citrus color index (CCI), jeruk Keprok Kintamani sebesar 2.21 sedangkan jeruk Keprok Tejakula -0.52 dan Siam Kintamani-0.45

(29)

(L*) paling rendah yakni 44.4 dan nilai b* sebanyak 26.6. Kualitas warna jeruk Siam pada berbagai ketinggian belum dapat dijelaskan lebih dalam karena pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan sampel jeruk Siam dataran rendah sebagai pembanding.

Perubahan warna buah setelah degreening

Skor Warna

Perubahan warna buah jeruk mengacu pada Citrus Color Chart yang dibuat, dengan skala dimulai dari skala 1 (satu) untuk warna hijau sampai dengan skala 6 (enam) untuk warna kulit buah jeruk jingga tua. Pada perobaan ini terlihat bahwa

degreening buah jeruk pada berbagai suhu dapat menghasilkan jeruk berwarna jingga cerah (skor 5).

Gambar 5 Foto perubahan warna kulit buah jeruk Keprok Tejakula, Keprok Kintamani dan Siam Kintamani pada 0 hari setelah pengamatan (HSP) sampai dengan 16 HSP pada berbagai perlakuan suhu degreening

Pada penelitian ini, perlakuan degreening jeruk Keprok Tejakula menghasilkan warna kulit buah menjadi jingga pada semua perlakuan suhu

degreening. Pada degreening pada suhu 20 oC dan suhu ruang, warna kulit buah menjadi jingga kekuningan pada hari ke-8 dengan skor 4.0 pada suhu 20 oC dan

0 HSP

8 HSP

12 HSP

16 HSP 1 HSP

4 HSP

15 oC 20oC Suhu ruang

15 oC 20oC Suhu ruang 15 oC 20oC Suhu

ruang Keprok Kintamani

(30)

0.0

4.6 pada suhu ruang. Pada hari ke-12, warna buah berubah menjadi jingga cerah dengan skor masing-masing 4.9 untuk degreening pada suhu ruang dan 4.8 untuk

degreening pada suhu 20 oC. Perlakuan degreening pada jeruk Keprok Tejakula pada suhu 15oC, pembentukan warna jingga pada hari ke-8, namun pada bagian tertentu masih terdapat bercak klorofil. Penelitian ini menunjukkan bahwa buah jeruk Keprok Tejakula dapat membentuk warna jingga pada semua perlakuan suhu degreening. Namun, degreening pada suhu ruang menyebabkan tingkat pembusukan buah menjadi tinggi. Sebaliknya semakin rendah suhu, semakin lambat pembentukan warna jingga.

Gambar 6 Skor warna kulit buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening = 0 HSP, = 1 HSP, = 4 HSP, = 8 HSP, = 12 HSP, = 16

HSP.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan degreening jeruk Keprok Kintamani pada suhu 15 oC, menghasilkan jeruk berwarna jingga kekuningan mulai hari ke-4 dan berubah menjadi berwarna jingga cerah pada hari ke-8. Sedangkan perlakuan degreening jeruk Keprok Kintamani pada suhu 20 oC menghasilkan jeruk berwarna jingga kekuningan, namun kondisi kulit buah keriput. Perlakuan degreening pada suhu ruang, kulit buah jeruk menjadi keriput, mengeras dan berangsur menghitam serta tidak layak konsumsi.

Pada penelitian ini terlihat bahwa perlakuan degreening jeruk Siam Kintamani pada suhu 20 oC, warna kulit buah menjadi jingga kekuningan pada hari ke-8, namun kulit buah menjadi keriput. Pada perlakuan degreening

menggunakan suhu 15 oC, warna buah menjadi jingga kekuningan pada hari ke-12 namun kulit buah menjadi keriput dan pada bagian tertentu masih terdapat bercak hijau. Berbeda dengan perlakuan degreening jeruk Siam Kintamani pada suhu ruang, kulit buah menjadi rusak dan berwarna hijau keunguan sejak dikeluarkan dari cooling chamber (hari ke-1) dan akhirnya membusuk pada hari ke-4.

Citrus Color Indeks (CCI)

(31)

al. 1981). Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa degreening jeruk Keprok Tejakula pada suhu ruang menghasilkan warna jingga kekuningan pada hari ke-8 dengan nilai CCI sebesar 7.68 dan berubah menjadi warna jingga cerah pada hari ke-12 dengan nilai CCI sebesar 7.98. Sedangkan degreening jeruk Keprok Tejakula pada suhu 15 dan 20 oC menjadi berwarna jingga kekuningan pada hari ke-12 dengan nilai CCI yang berbeda pada masing-masing suhu yaitu 6.22 dan 6.57.

Hasil pengukuran nilai CCI menunjukkan bahwa jeruk Keprok Kintamani yang diberi perlakuan degreening pada suhu 15 oC menghasilkan nilai CCI sebesar 7.44 dan degreening pada suhu 20 oC menghasilkan nilai CCI sebesar 6.18 pada pengamatan hari ke-4. Ini menunjukkan bahwa jeruk tersebut telah berwarna jingga kekuningan berdasarkan Citrus Color Indeks.

Tabel 3 Citrus color index(CCI) warna buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening

Jenis Jeruk Suhu Nilai CCI pada hari setelah perlakuan ke-

1 4 8 12 16 tersebut berwarna jingga kekuningan, namun kulit buah dalam kondisi keriput. Jeruk Siam Kintamani adalah jeruk yang di tanam pada daerah dataran tinggi yang memperoleh suhu dingin pada saat pertumbuhannya, sehingga terjadi sintesis β -citraurine sebagai bahan warna merah yang bercampur dengan β-cryptoxantin yang menjadi penyebab warna kuning.

(32)

Warna jingga Perubahan nilai hue (hab)

Hue adalah warna yang direfleksikan atau pun ditransmisikan sebuah objek. Penggunaan hue mendeskripsikan warna seperti merah, orange (jingga) atau hijau. Perubahan nilai hue yang menurun menunjukkan bahwa terjadi pergerakan perubahan warna dari berwarna hijau menjadi kuning sampai dengan jingga. Bila nilai hue warna kulit buah < 71.5, berarti kulit buah jeruk telah berwarna jingga berdasarkan Citrus Color Chart yang dibuat (tabel 1).

Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan warna kulit buah jeruk berbeda berdasarkan jenis jeruk dan suhu degreening. Pada perlakuan degreening

jeruk Keprok Kintamani pada suhu 15 oC terlihat penurunan nilai hue yang paling tajam dan diikuti oleh jeruk Keprok Tejakula pada suhu ruang. Pada perlakuan

degreening jeruk Keprok Kintamani pada suhu 15 oC memiliki nilai hue sebesar 69.24 pada hari ke-4 dan pada suhu 20oC, nilai hue baru mencapai 71,55 pada hari ke-8.

Pengamatan hari setelah degreening

Gambar 7 Hue angle warna kulit buah jeruk pada berbagai suhu degreening = Keprok Tejakula (suhu 15 oC), = Keprok Tejakula (suhu 20

o

C), = Keprok Tejakula (Suhu ruang), = Keprok Kintamani (15 oC), = Keprok Kintamani (suhu 20 oC), = Siam Kintamani (15 oC), = Siam Kintamani (suhu 20 oC).

Pada penelitian ini terlihat bahwa degreening pada jeruk Keprok Tejakula warna jingga terbentuk pada semua perlakuan suhu. Pada degreening suhu ruang warna kulit menjadi berwarna jingga pada hari ke-8 dengan nilai hue sebesar 68.82, sedangkan pada degreening suhu 15 dan 20 oC warna jingga terbentuk lebih lambat yakni pada hari ke-12 dan 16 dengan nilai hue masing-masing 71,22 dan 71,61. Jeruk Siam Kintamani yang diberi perlakuan degreening pada suhu 20

o

C nilai hue sebesar 71,55 pada hari ke-12 sedangkan pada suhu 15 oC warna jingga baru terbentuk pada hari ke-16 dengan nilai hue sebesar 69,34.

(33)

Diagram Warna

Diagram warna merupakan salah satu model proyeksi visual yang dapat mempermudah melihat pergerakan perubahan warna. Pada penelitian ini telah ditentukan titik sebagai pedoman pencapaian perubahan buah jeruk yang diuji pasca degreening. Titik tersebut adalah titik warna kuning kehijauan, jingga kekuningan, jingga cerah dan jingga tua.

Gambar 8 Pengaruh suhu degreening terhadap perubahan warna kulit jeruk Keprok Tejakula pada diagram warna

= Suhu 15 oC, = suhu 20 oC, = suhu ruang, = skor 3, = skor 4, = skor 5, = skor 6.

Gambar 8 menunjukkan bahwa warna kulit buah jeruk Keprok Tejakula pada semua perlakuan suhu degreening (15 oC, 20 dan suhu ruang), warna buah jeruk terlihat meninggalkan titik warna hijau dan dapat melampaui titik warna kuning (skor 3) serta mencapai titik warna jingga kekuningan. Namun demikian,

(34)

Gambar 9 Pengaruh suhu degreening terhadap perubahan warna kulit buah jeruk Keprok Kintamani pada diagram warna

= Suhu 15 oC, = suhu 20 oC, = suhu ruang, = skor 3, = skor 4, = skor 5, = skor 6.

(35)

Gambar 10 Pengaruh suhu degreening terhadap perubahan warna kulit buah jeruk Siem Kintamani pada diagram warna

= Suhu 15 oC, = suhu 20 oC, = suhu ruang, = skor 3, = skor 4, = skor 5, = skor 6.

Gambar 10 menunjukkan bahwa pada perlakuan degreening jeruk Siam Kintamani pada suhu 15 dan 20 oC, warna kulit buah meninggalkan titik warna hijau dan melampaui titik warna kuning (skor 3). Namun demikian, belum mencapai titik warna jingga kekuningan (skor 4) berdasarkan Citrus Color Chart. Perlakuan degreening jeruk Keprok Kintamani pada suhu ruang terlihat terjadi penurunan warna mengarah kewarna ungu kebiruan, hal ini karena jeruk Siam Kintamani yang memperoleh perlakuan degreening pada suhu ruang jeruk menjadi membusuk. Hal ini menunjukkan bahwa suhu 15 dan 20 oC dapat digunakan pada degreening jeruk Siam Kintamani.

Kekerasan Buah

Kekerasan buah merupakan salah satu ciri menurunya kualitas buah, sehingga dapat menjadi indikator kerusakan buah sebelum dan setelah

(36)

degreening pada jeruk Keprok Kintamani dan Siam Kintamani memiliki tingkat kekerasan yang sama, dan keduanya lebih rendah dari pada jeruk Keprok Tejakula pada satu hari setelah dilakukan perlakuan degreening sampai penyimpanan pada hari ke-16.

Tabel 4 Kekerasan buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening

Perlakuan Kekerasan buah pada hari setelah perlakuan ke-

1 4 8 12 16

Kekerasan buah (kg/detik) Jenis jeruk

Keprok Tejakula 0.63 a 0.70 a 0.69 a 0.64 a 0.62 a Keprok Kintamani 0.54 b 0.61 b 0.57 b 0.53 b 0.53 b Siam Kintamani 0.51 b 0.57 b 0.54 b 0.51 b 0.50 b Suhu

15 oC 0.57 0.64 a 0.63 a 0.61 a 0.58 a

20 oC 0.53 0.64 a 0.63 a 0.60 a 0.62 a

Suhu Ruang 0.57 0.59 b 0.54 b 0.48 b 0.45 b

Interaksi tn tn tn tn tn

Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.

Perubahan kekerasan buah jeruk yang didegreening pada suhu berbeda menghasilkan kekerasan yang berbeda. Semakin tinggi suhu degreening, maka akan semakin mudah jarum menembus buah. Semakin mudah tusukan jarum ke dalam buah maka buah tersebut semakin lunak.

Perlakuan etilen pada perlakuan degreening pada suhu ruang mengubah pola respirasi dan transpirasi buah jeruk. Menurut Sugianti et al. (2014) bahwa perubahan tekstur yang terjadi pada buah yaitu dari keras menjadi lunak sebagai akibat terjadinya proses kelayuan karena respirasi dan transpirasi. Adanya proses respirasi dan transpirasi menyebabkan buah kehilangan air dan karbon dalam proses respirasi. Hal ini disebabkan karena kerusakan dinding sel, pectin dan selulosa melalui metilesterasi pektin, poligalakturonasi dan selulosa.

Susut Bobot

Susut bobot buah jeruk selama degreening dan penyimpanan merupakan salah satu parameter mutu yang menggambarkan tingkat kesegaran dan daya simpan buah. Semakin tinggi susut bobot, maka buah tersebut semakin berkurang kesegarannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan degreening pada suhu ruang pada ketiga jeruk jenis mengalami susut bobot yang sangat tinggi.

(37)

(2006) menjelaskan bahwa susut bobot terjadi karena kehilangan sebagian air dari buah yang disebut dengan transpirasi dari jaringan buah melalui kulit buah.

Tabel 5 Susut bobot buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening

Perlakuan Susut bobot buah pada hari setelah perlakuan

ke-1 4 8 12 16 berdasarkan Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.

Menurut Winarno (1991) dalam Syafutri et al.(2006) bahwa kandungan air dalam buah ikut menentukan kesegaran, penampakan dan daya tahan buah. Apabila sebagian air pada buah menguap meyebabkan susut bobot berpengaruh pada kesegaran dan penampakan buah serta masa simpan buah menurun. Susut bobot buah dapat juga karena kehilangan karbon selama proses respirasi (Novita

et al. 2011). Pada proses respirasi ini karbon dioksida (CO2) dan air yang hilang

menyebabkan buah akan kehilangan bobotnya (Syafutri et al. 2006).

Padatan Terlarut Total dan Asam Tertitrasi

Kandungan padatan terlarut dinyatakan dalam derajat brix sebagai ukuran mengetahui tingkat manis buah jeruk. Semakin tinggi nilai padatan terlarut, semakin tinggi kandungan sukrosa buah. Tabel 6 menunjukkan bahwa kandungan gula bebeda-beda berdasarkan jenis jeruknya, sedangkan suhu degreening tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan kandungan gula. Penelitian ini menunjukkan bahwa degreening tidak memperbaiki kualitas internal buah (Ladaniya 2008). Perubahan kandungan PTT terjadi karena perubahan kandungan yang kompleks seperti polisakarida menjadi gula sederhana (Sudjata dan Wisaniyasa 2008).

(38)

Tabel 6 Kandungan gula buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening

Perlakuan Kandungan gula buah pada hari setelah perlakuan

ke-0 1 4 8 12 16 berdasarkan Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.

Tabel 7 Kandungan asam buah jeruk pada berbagai perlakuan suhu degreening

Perlakuan Nilai ATT buah pada hari setelah perlakuan (HSP) ke-

0 1 4 8 12 16

Asam tertitrasi (mg g-1 buah jeruk) Jenis Jeruk berdasarkan Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %.

(39)

mencapai maksimum kemudian berkurang secara berlahan-lahan. Asam umumnya disimpan untuk digunakan dalam respirasi (Hasbi et al. 2005).

Perlakuan degreening buah jeruk berbagai kultivar pada semua suhu tidak menunjukkan perbedaan nyata terhadap kandungan asam pada pengamatan hari ke-14, 12 dan 16. Perbedaan nyata hanya terlihat pada pengamatan hari ke-8, yaitu pada degreening pada suhu 15 oC berbeda nyata lebih tinggi dari pada suhu ruang, namun pada suhu 15 oC tidak berbeda nyata dengan suhu 20 oC. Sedangkan

degreening pada suhu 20 oC tidak berbeda nyata dengan degreening pada suhu ruang.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan degreening pada berbagai suhu, tidak berpengaruh pada kualitas gula dan asam buah jeruk. Perbedaan Perubahan kandungan gula dan asam buah karena perbedaan kultivarnya. Perbedaan kandungan gula dan asam buah jeruk ini telah terlihat sebelum perlakuan degreening sampai hari ke-16. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ladaniya (2008) bahwa degreening tidak berpengaruh pada internal buah jeruk.

Percobaan II Pengaruh konsentrasi etilen dan precooling terhadap warna kulit buah jeruk Siam

Skor Warna

Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa perlakuan degreening buah jeruk Siam asal Jember yang diawali dengan perlakuan precooling menghasilkan jeruk berwarna jingga, sebaliknya perlakuan degreening tanpa diawali dengan perlakuan precooling hanya terbentuk warna kuning dan kontrol hanya berwarna hijau (Gambar 12 dan 13). Jeruk yang mendapat perlakuan precooling mulai membentuk warna jingga (dengan nilai skor 4,3) pada hari ke-7. Namun, warna jingga yang terbentuk tidak mencolok karena tertutupi oleh bercak klorofil. Pada perlakuan degreening dengan konsentrasi etilen 100 ppm yang diawali dengan

precooling, warna jingga menyolok (skor 4.5) terjadi pada hari ke-10 sedangkan pada konsentrasi etilen 200 dan 300 ppm, warna jingga baru terbentuk pada hari ke-13.

Pada buah jeruk yang didegreening namun tidak mendapat perlakuan

precooling warna kulit buah hanya berwarna kuning dengan skor 3 meskipun telah pada pengamatan hari ke 19 pada semua konsentrasi etilen. Buah yang tanpa pre-coling maupun degreening, warnanya tetap hijau dengan skor 2,2 sedangkan buah yang diperlakukan dengan precooling tanpa dengreening warna kulitnya menjadi kuning kejinggaan dengan skor 3,6 pada hari ke 19 (Gambar 12). Dapat dilihat dari hasil penelitian ini bahwa untuk membentuk warna jingga pada jeruk Siam dengan perlakuan degreening mutlak perlu diawali dengan

precooling. Tanpa precooling, degreening jeruk Siam hanya menghasilkan buah berwarna kuning atau kuning kejinggaan dan kulit menjadi keriput. Pada penelitian percobaan pertama diketahui bahwa pada jeruk Keprok, perlakuan

precooling tidak mutlak diperlukan, karena tanpa precooling jeruk Keprok Kintamani dataran tinggi dan Keprok Tejakula dataran rendah yang didegreening

(40)

diperlukan sebagai pengganti suhu dingin yang tidak ditemukan selama pertumbuhan buah, karena sintesis β-citraurin hanya berlangsung pada suhu rendah. Tanaman jeruk Keprok Tejakula yang tumbuh di dataran rendah mampu menghasilkan buah berwarna jingga karena buah tersebut selama perkembangannya mendapat paparan angin laut bersuhu rendah. Menurut Manera

et al. (2012), buah jeruk saat masih di pohon, warna kulit buah mulai berubah pada saat suhu dibawah 15 oC dan perubahan secara sempurna terjadi pada suhu dibawah 6 oC.

Gambar 11 Skor warna buah jeruk Siam asal Jember pada berbagai konsentrasi etilen dan perlakuan precooling

P0= tanpa precooling, P1=Precooling. K0= etilen 0 ppm, K1= etilen 100 ppm, K2 = etilen 200 ppm dan K3= etilen 300 ppm.0, 1, 4, 7, 10, 13, 16 dan 19 hari setelah degreening.

Precooling adalah proses pendinginan buah segera setelah panen. Walaupun buah jeruk setelah dipanen kehilangan kontak dengan pohonnya, namun buah tersebut masih melakukan metabolisme (Rahi et al. 2013). Dengan perlakuan pendinginan ini diharapkan sintesis β-citraurin terjadi, sehingga pasca degreening

buahnya akan berwarna jingga. Hal tersebut terbukti, buah jeruk Siam yang didegreening warna kulitnya berubah menjadi jingga apabila sebelum degreening

diperlakukan dengan precooling, sedangkan buah tanpa precooling hanya menghasilkan warna kuning setelah degreening.

Pada penelitian ini, perlakuan degreening menggunakan etilen dengan konsentrasi 100, 200, dan 300 ppm mampu mendegradasi klorofil. Hal tersebut dapat dilihat dengan terbentuknya warna kuning dan jingga. Perbedaan dari ketiga konsentrasi etilen dalam degreening ini adalah waktu mulai munculnya warna kuning atau jingga. Warna jingga atau kuning muncul terlebih dahulu pada perlakuan etilen 100 ppm, diikuti perlakuan etilen 200 dan 300 ppm.

Lambatnya degradasi klorofil diduga karena respirasi buah jeruk yang didegreening dengan etilen pada konsentrasi 200 dan 300 ppm menjadi lebih tinggi sehingga melepaskan karbon dioksida (CO2) lebih banyak. Buah jeruk

adalah buah non klimaterik. Pemberian etilen dapat meningkatkan respirasi berdasarkan konsentrasi etilen yang diberikan. Sudjhata dan Wisaniyasa (2008) menjelaskan bahwa CO2 yang tinggi dapat menghambat pembentukan pigmen 0 1 4 7 10 13 16 19 0 1 4 7 10 13 16 19 0 1 4 7 10 13 16 19 0 1 4 7 10 13 16 19

0 1 4 7 10 13 16 19 0 1 4 7 10 13 16 19

(41)

karotenoid pada buah jeruk. Hal ini sejalan dengan Watimena (1988) yang menyatakan bahwa CO2 adalah zat penghambat kinerja etilen.

Gambar 12 Foto buah jeruk Siam asal Jember pada berbagai konsentrasi etilen dan perlakuan precooling

P1=precooling, P0= tanpa precooling. K0=Konsentrasi etilen 0 ppm, K1= etilen 100 ppm, K2 = 200 ppm dan K3= etilen 300 ppm.

Citrus Color Indeks (CCI)

Hasil pengukuran warna dengan notasi warna hunter (L, a, dan b) yang diikuti penghitungan warna kulit jeruk dengan citrus color index (CCI) mengkonfirmasi pengamatan visual dan skoring. Buah jeruk yang diperlakukan dengan pendinginan awal (precooling) menghasilkan nilai CCI 5.04 di ekuator, 3.46 di pangkal buah dan 6.55 di ujung buah pada hari ke 10 setelah degreening. Ini menunjukkan bahwa kulit buah jeruk tersebut sudah berubah menjadi jingga. Sebelum dilakukan degreening nilai CCI hanya -3.21 di ujung buah, -3.18 di ekuator dan -3.23 di pangkal buah. Buah yang tidak didinginkan nilai CCI nya hanya 3.91 di ujung buah, 3.61 di bagian ekuator dan 3.54 di pangkal buah pada hari ke 19 (Tabel 7).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan degreening dengan etilen pada konsentrasi 100 ppm terlihat lebih baik dari pada konsentrasi 200 dan 300 ppm dalam mendegradasi klorofil. Nilai CCI pada degreening dengan etilen pada konsentrasi 100 ppm sebesar 6.11 di ujung buah, 4,62 di bagian ekuator dan 3.13 di pangkal buah pada pengamatan 10 hari setelah degreening. Sedangkan

degreening dengan etilen konsentrasi 200 ppm nilai CCI-nya 4.92 dan konsentrasi 300 ppm nilai CCI nya sebesar 4.65 di ujung buah.

(42)

etilen lebih dari 100 ppm menurunkan nilai CCI warna kulit buah jeruk Siam asal

Nilai CCI pada hari setelah perlakuan ke-

(43)

Gambar 13 Analisis regresi pengaruh konsentrasi etilen terhadap nilai CCI warna kulit buah jeruk Siam asal Jember

Buah jeruk adalah buah non klimaterik yang akan menyebabkan lonjakan respirasi berdasarkan konsentrasi etilen yang diberikan. Dengan penambahan etilen lebih dari 100 ppm akan menyebabkan lonjakan respirasi menjadi lebih tinggi yang menghasilkan CO2 semakin tinggi. CO2 adalah salah satu senyawa

anti etilen, sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan etilen dalam mendegradasi klorofil dan sintesis karotenoid.

Perubahan nilai hue angle (hab)

Hue angle menurun pada semua perlakukan yang menunjukkan adanya perubahan warna dominan dari warna hijau menjadi jingga pada perlakuan

precooling yang diikuti degreening dengan konsentrsi etilen 100 ppm. Perubahan

hue angle pada perlakuan kontrol (tanpa precooling dan tanpa degreening) sangat kecil, ini berarti warna dominan dari kulit buah jeruk tersebut tetap hijau. Buah yang didegreening tanpa precooling juga mengalami penurunan hue angle, namun penurunannya tidak setajam perlakuan degreening yang diawali dengan

(44)

Gambar 14 Perubahan nilai hue ujung buah jeruk Siam asal Jember pada berbagai konsentrasi etilen dan perlakuan precooling

=P0K0, = P0K1, = P0K2, = P0K3, = P1K0, = P1K1, = P1K2, = P1K3. P0 = tanpa precooling, P1 =

dengan precooling. K0 = tanpa etilen, K1 = 100 ppm, K2 = 200 ppm, K3 = 300 ppm.

Gambar 15 Perubahan nilai hue bagian ekuator buah jeruk Siam asal Jember pada berbagai konsentrasi etilen dan perlakuan precooling

(45)

Gambar 16 Perubahan nilai hue pangkal buah jeruk Siam asal Jember pada berbagai konsentrasi etilen dan perlakuan precooling

=P0K0, = P0K1, = P0K2, = P0K3, = P1K0, = P1K1, = P1K2, = P1K3. P0 = tanpa precooling, P1 =

dengan precooling. K0 = tanpa etilen, K1 = 100 ppm, K2 = 200 ppm, K3 = 300 ppm.

Nilai hue pada ujung buah, perlakuan degreening buah jeruk asal Jember dengan etilen konsentrasi 100 ppm yang diawali dengan perlakuan precooling

mengarah ke warna jingga pada 10 hari setelah proses degreening dengan nilai hue

69.9, meskipun pada bagian ekuator dan pangkal buah masih berwarna kuning dengan nilai masing-masing 74.4 dan 78.7. Pada degreening dengan etilen pada konsentrasi 200 dan 300 ppm yang diawali dengan perlakuan precooling, penurunan nilai hue lebih lambat dan berwarna hijau kekuningan.

Diagram Warna

Diagram warna merupakan salah satu model proyeksi visual yang dapat mempermudah melihat pergerakan perubahan warna. Pada penelitian ini telah ditentukan titik sebagai pedoman pencapaian perubahan buah jeruk yang diuji pasca degreening. Titik tersebut adalah titik warna kuning kehijauan, jingga kekuningan, jingga cerah dan jingga tua.

60 65 70 75 80 85 90 95 100

0 1 4 7 10 13 16 19

Nila

i

H

ue

Warna jingga

(46)

Ujung buah

Gambar 17 Perubahan warna ujung buah pada diagram warna setelah perlakuan

precooling dan dergreening pada berbagai konsentrasi etilen

= P0K0, = P0K1, = P0K1, = P0K3, =P1K0, =P1K1, = P1K2, = P1K3. P0 = tanpa precooling, P1 = dengan precooling. K1=100 ppm etilen, K2= 200 ppm etilen, K3=300 ppm etilen. = warna hijau, = kuning, = jingga kekuningan, = jingga cerah, = jinga tua.

Pada gambar 17 menunjukkan bahwa pada ujung buah jeruk Siam asal Jember yang memperoleh perlakuan degreening diawali dengan precooling dapat membentuk jeruk berwarna jingga sedangkan degreening tanpa diawali dengan

precooling hanya berwarna kuning. Perlakuan degreening yang diawali dengan perlakuan precooling pada konsentrasi 100, 200 dan 300 ppm etilen, titik pada diagram warna terlihat melampaui titik warna jingga (skor 4) namun belum dapat mencapai titik jingga cerah (skor 5). Berbeda halnya dengan perlakuan degreening

tanpa diawali dengan precooling titik yang terlihat hanya dapat mencapai titik warna kuning dan kontrol hanya pada titik hijau kekuningan. Hal ini menunjukkan untuk dapat membentuk warna jingga, degreening jeruk Siam asal Jember mutlak diawali dengan perlakuan precooling.

-a Hijau

+b Kuning

-b Biru

Gambar

Gambar 1  Skema pengukuran volume buah dan volume bebas
Gambar 2  Prosedur pelaksanaan percobaan I
Gambar 4  Prosedur pelaksanaan percobaan II
Gambar 5 Foto perubahan warna kulit buah jeruk Keprok Tejakula, Keprok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mencoba mengoptimalkan file MIDI dengan menggunakan program Borland Delphi 5.0 untuk membuat Aplikasi MIDI Karaoke yang dapat menampilkan teks

Hasil pengamatan komponen pertumbuhan dan produksi tanaman menujukkan galur B 10018G-TB-42-1 memiliki tingkat serangan yang paling kecil dan produksi yang paling tinggi

Bentuk kegiatan Non – Insidental yang dijalankan seperti International Conference on Multidiscplinary Academic (ICMA) dan mengelola Scientific Journal of PPI – UKM dari

Hasil yang didapat ternyata menunjukkan bahwa pada kelompok yang mengkonsumsi stevia memiliki kadar gula dalam darah yang cenderung lebih rendah dibandingkan

setelah interface kita buat DAO nya dengan nama class DaoMySql.java package bahrie.model; import bahrie.entity.Mahasiswa; import java.sql.Connection; import java.sql.DriverManager;

Kemampuan membaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan anak memahami dan membedakan suara, objek, gambar, bentuk, warna, ukuran, dan pola-pola

Kaitan hukum tentang perkawinan dibawah umur dalam sistem hukum di Indonesia adalah mengacu pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang

Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah melakukan analisis atas permasalahan dalam proses bisnis yang berkaitan dengan siklus pendapatan, siklus