• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IVB SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IVB SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT

PERAGA PADA SISWA KELAS IVB SDN 1 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh

Devi Nirwana Sianturi

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran

Matematika siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat, yang berkaitan dengan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Penelitian tindakan kelas

ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dalam

pembelajaran Matematika melalui penggunaan metode latihan dilengkapi dengan

alat peraga pada materi

Geometri. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research yang difokuskan pada

situasi kelas. Penelitian ini berlangsung dengan tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II,

siklus III. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar.

Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode

latihan dilengkapi dengan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar matematika siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat. Hal ini dapat dilihat dari

persentase rata-rata aktivitas guru pada siklus I (66,20), siklus II (73,44), dan

siklus III (77,58) lalu persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (55,23),

siklus II (75,02), dan siklus III (85,03) sementara persentase rata-rata nilai hasil

belajar siswa pada siklus I (5,64), siklus II (7,73), dan siklus III (8,00).

Penggunaan Metode Latihan Dilengkapi dengan Alat Peraga dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

(2)
(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT

PERAGA PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(Skripsi)

Oleh

DEVI NIRWANA SIANTURI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

(5)

Salah satu pendidikan yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah

pendidikan matematika. Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata

pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan

bagian integral dari pendidikan nasional serta tidak kalah pentingnya bila

dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Kurikulum 2004 menyatakan

bahwa, pembelajaran matematika mempunyai beberapa tujuan khusus,

diantaranya adalah:

a.

Melatih cara bepikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.

b.

Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran

divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi, serta

mencoba-coba.

c.

Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

d.

Mengembangkan

kemampuan

menyampaikan

informasi/

mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, catatan,

grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

Matematika juga merupakan ilmu dasar atau “

basic science

”, yang

penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ironisnya matematika dikalangan para pelajar merupakan mata pelajaran

yang kurang disukai, minat mereka terhadap pelajaran ini rendah sehingga

penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi sangat

kurang. M. Alisuf Sabri seorang psikolog pendidikan IAIN fakultas

Tarbiyah Jakarta mengatakan bahwa kesulitan belajar yang paling sering

dihadapi oleh siswa, ialah pada saat siswa belajar matematika.

(http://www.pendidikan.di.indonesia.com/Sabri.html).

(6)

mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh guru. Masalah

ini cukup mengglobal dan tidak hanya terjadi di Indonesia sebagaimana

hasil survey “

Education Testing Service

” pada Universi

tas Princeton,

Amerika Serikat dalam Cutler dan Mc Shane (1995: X) bahwa matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang dikuasai oleh pelajar.

(http://prawirabrahmanda.wordpress.com/hakekat-pendidikan-mat/.html).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa di SDN 1

Metro Barat diperoleh informasi bahwa siswa kelas IV B juga mengalami

kesulitan dalam pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil

belajar siswa yang kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari SD

tersebut. KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 6,2 sedangkan

hasil belajar yang diperoleh siswa kurang dari KKM tersebut. Persentase

siswa yang telah mencapai nilai KKM untuk mata pelajaran matematika

adalah 50% dari jumlah siswa (24 orang), 12 siswa telah mencapai nilai

KKM sedangkan 12 siswa lagi, belum. Aktivitas siswa dalam mengikuti

pelajaran matematika ini juga kurang. Ini dapat dilihat dari pencapaian

nilai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Ada beberapa hal yang

membuat siswa tidak menyukai pelajaran matematika, diantaranya adalah:

1)

Bahasa guru sulit dimengerti

2)

Gaya guru dalam mengajar yang suka marah.

3)

Orang tua yang tidak bisa membantu anak dalam menyelesaikan

setiap tugas/pekerjaan rumah.

(7)

5)

Latihan yang terlalu banyak, dan jangka waktu penyelesaian yang

terlalu singkat.

6)

Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran

kurang menarik.

7)

Penggunaan alat peraga yang tidak efektif, (guru tidak menguasai

penggunaan alat peraga).

Bahasa yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, gaya guru

dalam mengajar, metode mengajar yang digunakan, penggunaan alat

peraga, serta peran orang tua merupakan faktor pendidik. Seorang guru

yang tidak mengetahui sifat, hakikat anak, dan cara memperlakukan anak

sesuai dengan sifat hakikatnya, sulit untuk melihat adanya keberhasilan di

dalam proses pendidikan itu sendiri. Itu sebabnya seorang guru harus

memiliki persyaratan pengetahuan pendidikan. Sedangkan soal ulangan

yang terlalu sulit dan latihan yang terlalu banyak tanpa memperhatikan

waktu yang diberikan, merupakan sesuatu yang salah. Seorang guru harus

memiliki pengetahuan psikologi anak dan perkembangannya, sehingga

dalam

pemberian

latihan

atau

ulangan,

guru

memperhatikan

perkembangan psikologi anak didiknya.

(8)

memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman

langsung dan nyata. Confusius dalam Zarkasi (2009: 49) pernah

menekankan pentingnya arti belajar dari pengalaman dengan perkataan;

“saya dengar dan saya lupa”, “saya lihat dan saya ingat”, “saya lakukan

dan saya paham”. Salah satu sistem yang dapat diterapkan yakni siswa

belajar dengan “melakukan”. Selama proses “melakukan” mereka akan

memahami dengan lebih baik dan menjadi lebih antusias di kelas.

(9)

Belajar matematika dengan menggunakan alat peraga juga dapat

membantu siswa dalam pemahaman konsep, seperti yang kita tahu bahwa

siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh

panca indra. Siswa yang tahap berfikirnya masih pada tahap konkret

mengalami kesulitan untuk memahami operasi logis dan konsep

matematika tanpa alat bantu dengan alat peraga. Dalam pembelajaran

matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat peraga yang dapat

memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat

dipahami dan dimengerti oleh siswa. Media berperan sebagai perangsang

belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak

menjadi bosan dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Penerapan metode

latihan yang dilengkapi dengan alat peraga khususnya bidang studi

matematika didasari kenyataan bahwa pada bidang studi matematika

terdapat banyak pokok bahasan yang memerlukan latihan dan alat peraga

untuk menjabarkan setiap materinya.

(10)

terjalin dengan baik. Hal ini diduga pula dapat membantu siswa dalam

upaya meningkatkan hasil belajarnya pada bidang studi matematika.

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, peneliti mengangkat

judul penggunaan metode latihan dilengkapi dengan alat peraga dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi bangun

ruang siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat.

1.2

Identifikasi Masalah

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah

adalah sebagai berikut :

1.

Metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik.

2.

Penggunaan alat peraga yang tidak efektif.

3.

Bahasa guru yang sulit dimengerti.

4.

Orang tua yang tidak bisa membantu anak dalam menyelesaikan

setiap tugas/ pekerjaan rumah.

5.

Latihan yang terlalu banyak, dan jangka waktu penyelesaian yang

terlalu singkat.

1.3

Pembatasan Masalah

(11)

1.4

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Bagaimanakah penerapan metode latihan dilengkapi dengan alat

peraga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata

pelajaran matematika kelas IV B SDN 1 Metro Barat?

2.

Bagaimanakah penerapan metode latihan dilengkapi dengan alat

peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika kelas IV B SDN 1 Metro Barat?

1.5

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk :

1.

Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran

matematika kelas IV B SDN 1 Metro Barat melalui metode latihan

dilengkapi dengan alat peraga.

2.

Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

kelas IV B SDN 1 Metro Barat melalui metode latihan dilengkapi

dengan alat peraga.

1.6

Manfaat Penelitian

1.

Bagi Siswa

(12)

b.

Membantu siswa dalam memperjelas konsep materi yang

diajarkan.

2.

Bagi Guru

a.

Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang penerapan

metode latihan yang dilengkapi alat peraga, pada pelajaran

matematika sehingga menjadi guru yang professional.

b.

Sebagai bahan masukan bagi guru khususnya bagi guru

matematika tentang pentingnya metode latihan dan penggunaan

alat peraga dalam pembelajaran, guna meningkatkan hasil

belajar siswa.

3.

Bagi Peneliti

a.

Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas,

sehingga kelak dapat menjadi guru yang professional.

b.

Menambah wawasan dalam penggunaan metode latihan

(training) dan penggunaan alat peraga, pada pembelajaran

matematika.

4.

Bagi sekolah

(13)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi

segenap aspek organisme atau pribadi, (Zarkasi, 2006: 51). Engkoswara,

dalam Tim Bakti Guru (1990: 7) mendefinisikan belajar sebagai perubahan

perilaku, yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan

penilaian tentang pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Sedangkan

menurut Hilgard dalam Zarkasi (2006: 52) learning is the process by which

an activity originates or is changed through training procedures. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah proses perubahan

perilaku siswa dalam bakat, pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan

kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap

aspek pribadi.

Teori belajar menurut Thorndike dalam Ahmadi (1997: 11) adalah

pembentukan atau penguatan hubungan antara S (stimulus= perangsang)

(14)

jawabannya adalah 20. Dalam hal ini 4 x 5 merupakan S dan 20 merupakan

R. Antara S dan R terjadi suatu hubungan yang erat sekali bila dilatih.

Apabila diberikan S maka dengan sendirinya akan dibangkitkan R. Berkat

latihan yang terus menerus, maka hubungan antara S dan R menjadi

otomatis. Akibatnya belajar hanya menanamkan kebiasaan yang bersifat

mekanis.

Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar

secara berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama,

seperti yang dinyatakan oleh Hamalik (1993: 40) bahwa belajar adalah suatu

bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri siswa yang nyata serta

latihan yang kontinu, perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Pendapat

serupa dikemukakan Hudoyo (1988: 107) bahwa belajar merupakan suatu

proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga

timbul perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar, seorang mampu

mendemonstrasikan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak dapat

melakukannya. Selanjutnya Anwar (1990: 98) mengemukakan bahwa

belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan

pendewasaaan/pematangan yang disebabkan oleh suatu kondisi dari

organisme.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa

belajar merupakan proses individu siswa dalam interaksinya dengan

lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku sebagai

(15)

2.2 Hasil Belajar

Setiap proses belajar mengajar, keberhasilannya diukur dari seberapa

jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono

(1999: 3) hasil belajar adalah:

Suatu hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar.

Sedangkan menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah hasil akhir

pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya yang diperoleh siswa

selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi

apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari sebelumnya. (learning

outcomes is the result of the final decision regarding the high and low values obtained, during the process of student learning. The result of high study is a student ability level increased from the previous). Demikianlah rumusan hasil belajar menurut (Nasrun, 1980: 25).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

(16)

2.3 Proses Belajar Mengajar Matematika

Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru yang berlangsung dalam situasi edukatif dalam

mencapai tujuan tertentu. Reys-dkk, 1984 dalam Suwangsih (2006: 4)

mengungkapkan matematika adalah, telaahan tentang pola dan hubungan,

suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran

(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan yang

lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif,

tidak dapat dengan cara induktif, (Suwangsih, 2006: 5). Dalam proses

mengajar matematika terdapat adanya suatu kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan antara guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Seperti

diungkapkan Usman (1995: 5) bahwa proses mengajar dikatakan sukses

apabila anak-anak dapat mengemukakan apa yang dipelajarinya dengan

bebas serta penuh kepercayaan dari berbagai situasi dalam hidupnya.

Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang siswa tidak dapat

mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-hal yang

merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran selanjutnya.

Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan siswa dalam menerima

pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan intelektual dan

pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak, sehingga hasil belajar

lebih bermakna bagi siswa. Hudoyo (1988: 4) berpendapat bahwa “belajar

matematika yang terputus-putus akan mengganggu proses belajar”.

(17)

matematika bagi seorang anak merupakan proses yang kontinu sehingga

diperlukan pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik pada

permulaan belajar untuk belajar selanjutnya.

Adapun sifat-sifat proses belajar matematika menurut Suwangsih

(2006: 18) adalah sebagai berikut:

a. Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan.

b. Belajar berarti berbuat.

c. Belajar matematika berarti mengalami. d. Belajar matematika memerlukan motivasi.

e. Belajar matematika memerlukan kesiapan anak didik. f. Belajar matematika harus menggunakan daya pikir. g. Belajar matematika memerlukan latihan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar

matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang lebih

mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya. Atau dengan

kata lain proses belajar matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar

mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru,

yang berlangsung dalam lingkungan sekitarnya untuk mencapai tujuan

tertentu.

2.4 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan individu untuk

mencapai perubahan tingkah laku. Sardiman (2010: 101) mengungkapkan

bahwa aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

(18)

Sebagai contoh seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik

kelihatan bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi

mungkin pikiran dan sifat mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibaca.

Hal ini menunjukan tidak adanya keserasian antara aktivitas fisik dengan

aktivitas mental. Kalau sudah demikian, maka belajar itu tidak akan optimal.

Begitu juga sebaliknya kalau yang aktif itu hanya mentalnya, juga kurang

bermanfaat. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk

melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah

sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam

interaksi belajar-mengajar. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak

mungkin terjadi.

Adapun jenis-jenis aktivitas belajar menurut Paul.B. Diedrich dalam

Sardiman (2010: 101) adalah: (a) visual activities, (b) oral activities, (c)

listening activities, (d) writing activities, (e) drawing activities, (f) motor

activities, (g) mental activities, dan(h) emotional activities.

Jadi, dengan klasifikasi aktivitas yang telah diuraikan, dapat diketahui

bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kunandar (2010:

277) mengungkapkan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam

bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas, dalam kegiatan pembelajaran

guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh

manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu

meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya

(19)

pengertian aktivitas belajar yang telah ada penulis menyimpulkan bahwa

aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik untuk

mengubah perilakunya melalui pengalaman, yang diperoleh secara langsung

dalam proses belajar dan pembelajaran.

2.5 Pengertian Metode Latihan

Untuk memantapkan dan memperkuat terhadap penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran, guru perlu memberikan latihan. Metode latihan

disebut juga metode training, adalah suatu cara mengajar yang baik untuk

menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang digunakan untuk

memperoleh ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan,

(Djmarah dan Zain, 2006: 95). Metode latihan juga dapat dikatakan sebagai

suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih

melakukan sesuatu ketrampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau

petunjuk guru. Anonim (1990: 19) mengungkapkan bahwa Training method

is a method that gives students the oportunitty to practise certain skills to do

something based on the explanation or guidance teacher). Melalui metode

ini dapat dikembangkan ketrampilan mengamati, menerapkan, dan

mengkomunikasikan. Menurut Roestiyah (2001: 125) metode latihan adalah

cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar

siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa

yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur

melaksanakannya dapat membina anak dalam meningkatkan penguasaan

keterampilan bahkan mungkin siswa dapat memilki ketangkasan dengan

(20)

agar siswa memiliki keterampilan motoris/gerak, mengembangkan

kecakapan intelek, dan memilki kemampuan menghubungkan antara sesuatu

keadaan dengan hal lain.

Kelebihan Metode Latihan

1. Untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan

huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, dan terampil

menggunakan setiap peralatan.

2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti, perkalian,

pembagian, penjumlahan, pengurangan, tanda-tanda

(simbol-simbol), dan sebagainya.

3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat,

seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol,dan

sebagainya.

4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan

serta kecepatan pelaksanaan.

5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan adanya

konsentrasi dalam pelaksanaanya.

6. Pembentukan kebiasan-kebiasan membuat gerakan-grakan yang

kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.

(21)

Kelemahan Metode Latihan

1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak

dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.

2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.

3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

4. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.

5. Dapat menimbulkan verbalisme.

(Djamarah dan Zain, 2006: 6).

Usaha Mengatasi Kelemahan Metode Latihan

1. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang

mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja

yang harus dikuasai.

2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau

pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil maka guru harus

mengadakan perbaikan lalu penyempurnaan.

3. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan

dari hal-hal bersifat keterpaksaan.

4. Sifat latihan yang pertama, bersifat ketepatan, kemudian kecepatan,

yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik.

(http://www.metode.mengajar.berdasarkan.tipologi.belajar.siswa.c

(22)

2.6 Pengertian Alat Peraga

Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan dimana alat

peraga berfungsi untuk membantu proses belajar mengajar, agar proses

komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Nasution (1985: 100)

mengemukakan bahwa “alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar

agar efektif”. Anshari (1999: 59) mengatakan bahwa alat peraga adalah

alat-alat pelajaran secara pengindraan yang tampak dan dapat diamati.

Sedangkan Sujadna (1989 : 99) mengemukakan bahwa alat peraga adalah

suatu alat bantu untuk mendidik/ mengajar supaya apa yang diajarkan dapat

dimengerti anak didik. (Learning tools is a tool to educate or teach what is

taught so easy to understand their students). Dari uraian-uraian di atas

jelaslah bahwa alat peraga adalah media atau perlengkapan yang digunakan

untuk membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif. Piaget dalam

Suherman (2003: 40) berpendapat bahwa siswa yang tahap berfikirnya

masih pada tahap konkret mengalami kesulitan untuk memahami operasi

logis dan konsep matematika tanpa alat bantu dengan alat peraga.

Penggunaan alat peraga dalam matematika oleh Brunner dijelaskan bahwa

dalam proses belajar mengajar, siswa diberi kesempatan untuk

memanipulasi benda-benda konkret/alat peraga, sehingga siswa langsung

dapat berfikir bagaimana, serta pola apa yang terdapat dalambenda-benda

yang sedang diperhatikannya.

Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk

memahami konsep abstrak, anak-anak memerlukan benda-benda konkret

(23)

melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda-beda. Berpikir konkret pada

prinsipnya hanya pada jenjang SD, dan setelah itu akan beralih ke taraf

berpikir abstrak. Hal ini disebabkan karena matematika adalah ilmu yang

abstrak. Contoh : penjumlahan 5 + 3 = 8 dimulai dengan menggabungkan 5

lidi dengan 3 lidi. Selanjutnya pada kelas yang lebih tinggi, 5 + 3 langsung

dijawab dengan jawaban 8. Untuk membantu anak berpikir abstrak, harus

banyak diberikan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat peraga.

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa alat peraga

adalah alat bantu untuk mendidik/ mengajar, agar proses belajar mengajar

dapat bermakna bagi siswa maupun guru.

2.7 Peranan Alat Peraga

Menurut kurikulum (Anonim, 1991: 26) peranan alat peraga disebutkan

sebagai berikut:

a. Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa.

b. Alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.

c. Alat peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas.

d. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.

Teori lain mengatakan bahwa, alat peraga dalam pengajaran dapat

bermanfaat sebagai berikut: Meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk

berpikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian

siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

(24)

peranan alat peraga dalam pengajaran maka pelajaran matematika pelajaran

matematika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga

karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan

diterjemahkan ke sesuatu yang konkrit.

Jamzuri (2007: 1.9) mengemukakan faedah alat peraga bagi guru dan

siswa:

a. Membantu siswa mempermudah dan memahami isi konsep. b. Membantu guru dalam proses belajar mengajar.

c. Memberi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat. d. Membantu siswa lebih aktif belajar.

e. Melatih siswa memecahkan masalah. f. Mendorong siswa berpikir kritis.

2.8 Manfaat Media Pengajaran

Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai

beberapa manfaat. Sudjana, 1991 dalam Djamarah (2006: 134) merumuskan

manfaat media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut:

1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektiv.

2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru. 3. Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral

dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.

4. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan.

(25)

6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan kata lain, menggunakan media, hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.

2.9 Pembelajaran Matematika Melalui Metode Latihan dengan Alat Peraga

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan

latihan, (Zarkasi, 2009: 51). Sama halnya dengan belajar matematika, untuk

memahami setiap konsep matematika pemberian latihan dilengkapi alat

peraga dapat membantu siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar.

Karena belajar matematika adalah berbuat artinya, belajar matematika itu

adalah suatu kegiatan, dengan bermain, berbuat/ berlatih serta bekerja

dengan alat-alat. Dengan berbuat anak menghayati sesuatu dengan seluruh

indera dan jiwanya. Dengan berlatih maka belajar matematika akan menjadi

efektif, teknik akan mejadi lancar, konsep makin lama makin jelas,

generalisasi makin mudah disimpulkan, dan anak dapat lebih terampil

menyelesaikan soal, karena hakikatnya matematika adalah salah satu

pelajaran yang harus dilakukan, bukan sekedar menghapal atau dimengerti

saja, (Suwangsih, 2006: 19). Bekerja dengan alat juga dapat membantu

pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal, Piaget mengatakan bahwa

berpikir konkret pada prinsipnya hanya pada jenjang anak SD, dan setelah

itu ia akan beralih ke taraf berpikir abstrak. Untuk membantu anak berpikir

abstrak, haruslah diberikan pengalaman-pengalaman dengan alat peraga.

Setiap alat peraga yang mau dipergunakan harus disesuaikan dengan tujuan

pendidikan atau pelajaran yang akan diberikan kepada anak, menurut kadar

(26)

melambatkan anak berpikir abstrak dan sebaliknya, penyampaian

pendidikan yang verbalitas akan membosankan anak.

Alat peraga bukanlah pengganti pelajaran lisan/ tertulis, namun alat

peraga adalah sebagai pelengkap dan pembantu agar pelajaran lebih jelas

dan betul-betul meresap pada anak, (Anshari, 2000 : 59). Sama halnya

dengan alat peraga, pemakaian metode latihan juga harus diperhatikan,

karena jikalau latihan dilakukan dalam jangka waktu yang lama, ini akan

menimbulkan kebosanan dan verbalisme bagi siswa. Menurut Djamarah dan

Zaid (1996: 97) dengan adanya latihan, guru dapat mengetahui bahwa

anak-anak betul-betul telah mengerti pelajaran yang telah diberikan. Maksudnya

memberikan pelajaran, ialah memberikan pengertian, faham, dan ilmu,

sehingga dapat digunakan dengan baik dimana perlu. Caranya ialah dengan

memberikan soal-soal lisan dan tulisan atau mengulang pelajaran itu dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung seluruh isi pelajaran

yang telah diajarkan, (Ahmadi, 1977 : 98).

2.10 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan bahwa pembelajaran

matematika menggunakan metode latihan dilengkapi dengan alat peraga

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun

(27)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu

praktik pembelajaran, (Arikunto, 2006: 58).

3.2 Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan secara kolaboratif

partisipatif antara peneliti dengan guru SDN 1 Metro Barat. Subjek

penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas IV B, dengan jumlah siswa

sebanyak 24 orang, laki-laki 11 orang dan perempuan 13 orang pada tahun

ajaran 2010/2011.

3.3 Tempat Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil lokasi di SDN

1 Metro Barat. Kota Metro.

a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April mulai dari

(28)

b. Lama Penelitian

Adapun penelitian ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 6

bulan, dihitung dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil

penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data.

Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat,

karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan

data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes.

Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

materi yang diajarkan, teknik tes dilakukan pada saat siswa mengerjakan

soal yang diberikan oleh guru. Soal tes yang diberikan oleh guru, dibuat

berdasarkan materi pada pratindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III,

sedangkan teknik non tes digunakan untuk mengetahui respons siswa dan

kinerja guru, terhadap pembelajaran matematika melalui metode latihan

yang dilengkapi alat peraga. Teknik non tes yang digunakan berupa

observasi kinerja siswa dan guru serta angket pertanyaan. Observasi

pengamatan kinerja siswa dan guru, dilaksanakan pada saat pembelajaran,

sedangkan angket pertanyaan dilaksanakan pada akhir pembelajaran.

3.5 Alat Pengumpulan Data

a. Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan tes. Tes dilakukan

sebanyak 3 kali, yaitu pada siklus I, siklus II, siklus III. Pengumpulan

(29)

mengetahui ketercapaian indikator. Soal tes tersebut dibuat berdasarkan

materi pada pratindakan, siklus I, siklus II, siklus III. Teknik tes ini

dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru,

sementara penilaian hasil kerja setelah proses pembelajaran.

b. Teknik pengumpulan data non tes diperlukan untuk menjawab

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Teknik non tes yang

digunakan yaitu observasi pengamatan kinerja siswa dan guru serta

angket pertanyaan. Observasi pengamatan kinerja siswa dan guru,

dilaksanakan pada saat pembelajaran, sedangkan angket pertanyaan

dilaksanakan setelah selesai pembelajaran.

1) Lembar panduan observasi siswa dan guru, instrumen ini

dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Observasi

adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu

pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau

perilaku objek sasaran, (Fathoni, 2006: 104). Kegiatan observasi

ini dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.

Untuk lebih memudahkan dan mengefektifkan pelaksanaan

observasi peneliti mengamati keadaan siswa dan aktivitas guru

dengan memberikan tanda checklist (√) pada lembar panduan

observasi yang telah disediakan. Pelaksanaan observasi dalam

penelitian ini dibantu oleh guru matematika pada kelas yang

(30)

2) Angket siswa, instrumen ini juga dirancang oleh peneliti

berkolaborasi dengan guru kelas. Angket adalah teknik

pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner (daftar

pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti

yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat

umum, (Fathoni, 2006: 111). Hasil dari penulisan angket ini

dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran

selanjutnya. Pemberian angket dilaksanakan pada pertemuan

akhir siklus ke III.

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik

analisis kualitatif dan kuantitatif yang berguna untuk mengungkapkan

kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi, serta cara untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut sebagai upaya dalam meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

a. Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes dikerjakan siswa pada siklus I,

siklus II, siklus III. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung nilai

rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus :

(31)

Keterangan :

= nilai rata-rata kelas

X = jumlah semua nilai siswa

n = banyak siswa

( Arikunto, 2010: 264).

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus

sebagai berikut:

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini

digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya.

Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki

rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan

dalam penentuan model pembelajaran yang tepat, Aqib (2006: 41). Adapun

[image:31.612.162.479.588.675.2]

kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %, adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Dalam Persen (%)

Tingkat keberhasilan (%) Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

< 20 Sangat rendah

(32)

b. Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi dan angket.

Data observasi mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses

pembelajaran matematika, melalui metode latihan dilengkapi alat peraga.

Data tersebut juga digunakan untuk menentukan hasil angket. Analisis

dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan

pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua

perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran dari siklus I, siklus II,

siklus III. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:

N 100

Keterangan :

N : nilai yang dicari/diharapkan.

R : skor mentah yang diperoleh siswa.

SM : skor maksimum ideal.

100 : bilangan tetap.

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya

berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapainya tujuan yang

(33)

4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi,

(Arikunto, 2006: 73). Penelitian tindakan kelas dalam ini terdiri atas tiga

siklus, yaitu : siklus 1,siklus 2, siklus 3, yang dalam tiap siklusnya terdiri

dari 4 langkah, yaitu:

a. Perencanaan ( planning ) adalah merencanakan program tindakan

pembelajaran.

b. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti

sebagai upaya peningkatan hasil pada pelajaran matematika.

c. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan

mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga

dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar mengajar

(34)

Menurut Arikunto (2006: 74) siklus dari penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut:

Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I

Siklus II

Siklus III

(Arikunto, 2006: 74. Penelitian Tindakan Kelas)

Permasalahan Perencanaan

Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I Pengamatan/ pengumpulan data I Refleksi I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan

tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Pengamatan/ pengumpulan data II Refleksi II Apabila permasalahan belum terselesaikan Perencanaan

tindakan III Pelaksanaan Tindakan III

(35)

3.8 Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang

matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti.

Dalam siklus pertama peneliti mempersiapkan proses pembelajaran

matematika dengan menggunakan metode latihan yang dilengkapi alat

peraga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi

pokok yang diajarkan, adapun materi yang akan diajarkan adalah

sifat bangun ruang sederhana.

b) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan

tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

latihan dilengkapi alat peraga.

c) Menyiapkan alat peraga berupa bangun ruang kubus, balok, tabung,

kerucut, dan bola yang terbuat dari karton.

d) Menyiapkan instrument tes. Instrument tes berupa soal-soal beserta

skor.

e) Menyusun serta membuat RPP, serta kegiatan pembelajaran yang

(36)

2) Tahap Pelaksanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tahap pelaksanaan

pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2011 dan Selasa

12 April 2011. Tindakan yang dilakukan dengan menggunakan metode

latihan dilengkapi alat peraga pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan

yang telah disusun sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab

mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya.

Tujuan kegiatan apersepsi ini adalah: untuk menggali pengalaman

siswa tentang apa yang telah dipelajari.

b) Guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar

yang hendak dilaksanakan, yaitu sifat bangun ruang sederhana

dengan menggunakan metode latihan dilengkapi dengan alat

peraga, berupa bangun ruang sederhana yang terbuat dari karton.

c) Guru menjelaskan materi sifat bangun ruang sederhana (kubus,

balok, tabung, kerucut, dan bola) dengan menggunakan alat peraga.

d) Siswa diminta menyimak, dan guru memberikan contoh soal.

e) Guru meminta siswa untuk memperhatikan cara penggunaan alat

peraga, dengan maksud agar siswa dapat menyelesaikan soal

dengan alat peraga secara individu.

f) Guru memberikan contoh soal lagi.

g) Guru berkeliling sambil memberikan bimbingan dan pengarahan

(37)

4.2.1.4 Hasil Pelaksanaan Siklus I

1. Observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 diperoleh jumlah

nilai 70,83 dengan rata-rata sebesar 50,59 dan pada siklus I

pertemuan 2 diperoleh jumlah nilai 1437,07 dengan rata-rata 59,87

Rata-rata dari pertemuan 1 dan 2 diperoleh nilai sebesar 55,23. Pada

kriteria keberhasilan aktivitas siswa siklus I, nilai tersebut

menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih “kurang aktif” dalam

proses pembelajaran Matematika, dengan menggunakan metode

latihan dilengkapi dengan alat peraga.

2. Observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh jumlah

95, dengan rata-rata sebesar 65,51 dan pada pertemuan 2 diperoleh

jumlah nilai 97 dengan rata-rata 66,89. Rata-rata aktivitas guru pada

siklus I diperoleh nilai sebesar 66,20. Pada klasifikasi hasil penilaian

kinerja guru siklus I, nilai tersebut menunjukkan tingkat hasil kinerja

guru “cukup”.

3. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tes akhir pertemuan 1,

menunjukkan sebanyak 4 siswa (28,57%) memperoleh nilai di

bawah 6,2 dan sebanyak 10 siswa (71,42%) dari 14 siswa

memperoleh nilai di atas 6,2. Pada hasil tes akhir pertemuan 2,

siswa yang memperoleh nilai di atas 6,2 sebanyak 18 siswa (75%),

sedangkan 6 siswa (25%) memperoleh nilai di bawah 6,2. Nilai

(38)

4.2.1.5 Refleksi

Berdasarkan observasi/pengamatan yang dilakukan observer

terhadap proses pembelajaran pada siklus 1, terdapat beberapa hal yang

harus diperhatikan dan diperbaiki yaitu:

1. Penguasaan bahan belajar masih kurang, guru harus memiliki

wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan ajar, sehingga siswa

dapat lebih memahami materi yang diajarkan.

2. Pengelolaan waktu harus diperhatikan, karena belum disesuaikan

dengan jatah waktu yang disediakan.

3. Penggunaan bentuk dan jenis ragam penilaian pada evaluasi

pembelajaran, diharapkan bervariasi, agar siswa termotivasi dalam

belajar.

4.2.1.6 Saran Perbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus II

1. Sebelum mengajar guru harus membaca buku dari berbagai sumber,

sehingga wawasan dan penguasaan guru terhadap materi yang ingin

diajarkan tidak hanya terpusat pada satu buku acuan (buku cetak).

2. Pengelolaan waktu agar diperhatikan sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

3. Guru sebaiknya menggunakan berbagai jenis ragam penilaian dalam

evaluasi pembelajaran. Bentuk dan jenis ragam penilaian yang

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1977. Dasar-Dasar Praktek Mengajar. CV Toha Putra. Semarang.

Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anshari, Hafi. 2000. Pengantar Ilmu Pendidikan. PT. Usaha Nasional. Surabaya.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. CV. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Brahmanda, Putra. Hakikat Pendidikan Matematika.

(http://prawiraputrabrahmanda.

wordpress.com/hakekat-pendidikan-mat/.html.diakses tanggal 7 Maret

2011).

Depdikbud. 1993/1994.

Pengelolaan Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan

Nasional Jakarta.

http://www

.depdiknas. go.id/jurnal/29/editorial.htm

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika

Sekolah Menengah Atas dan MA. Departemen Pendidikan Nasional

Jakarta.

Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S. Bahri dan A. Zaid . 1996. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

(40)

Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Jamzuri. 2007.

Desain dan Pembuatan Alat Peraga IPA. Universitas Terbuka:

Jakarta.

Kasbolah, Kasihani. 1998.

Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Kunandar. 2010.

Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT.

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT. Indeks. Jakarta.

Moedjiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Nasrun. Hasil Belajar.

(http://www.definisi.pengertian.blogspot.com/Nasrun.html.

diakses tanggal 3 Februari 2011).

Nasution. 2005.

Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. PT.

Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008.

Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ramayulis.

Metode Mengajar.

(http://www.metode.mengajar.berdasarkan.tipologi.

belajar.com/Ramayulis. diakses tanggal 2 Februari)

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Sabri, Alisuf.

Pendidikan di Indonesia. (http://www.pendidikan.di.indonesia.com/

Sabri.html. diakses tanggal 10 Maret 2011).

Sadiman, Arif. 2006. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman.A.M. 2010.

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Slameto.2003.

Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

(41)

Tim Bakti Guru. 1990. Proses Belajar Mengajar dengan Strategi CBSA. PT. Rosda

Jaya Putra. Jakarta.

Tim Peneliti. 2008. Karya Ilmiah PTK. Universitas Lampung, Lampung.

Tim Review & Revisi APKG PPGSD. 1998.

Alat Penilaian Kinerja Guru.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan

Guru Sekolah Dasar. Jakarta.

Undang-Undang Sisdiknas (UU RI No. 20 Tahun 2003).2008. PT. Sinar Grafika.

Jakarta.

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung,

Lampung.

Usman, Uzer. 1995.

Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

(42)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 95

2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Guru Per-Siklus ... 97

3. Grafik Rekapitulasi Rata-Rata Ketuntasan Belajar Siswa ... 99

(43)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Perumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... 10

2.2 Hasil Belajar ... 12

2.3 Proses Belajar Mengajar Matematika ... 13

2.4 Pengertian Aktivitas Belajar ... 14

2.5 Pengertian Metode Latihan ... 16

2.6 Pengertian Alat Peraga ... 19

2.7 Peranan Alat Peraga ... 20

2.8 Manfaat Media Pengajaran ... 21

2.9 Pembelajaran Matematika Melalui Metode Latihan dengan Alat Peraga ... 22

2.10 Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 24

3.2 Subjek Penelitian ... 24

3.3 Tempat Penelitian ... 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5 Alat Pengumpul Data ... 25

3.6 Teknik Analisis Data ... 27

3.7 Prosedur Penelitian ... 29

3.8 Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 32

(44)

4.1.1 Deskripsi Awal ... 43

4.1.2 Refleksi Awal ... 44

4.2 Hasil Penelitian ... 45

4.2.1 Siklus I ... 45

4.2.1.1 Tahap Perencanaan ... 45

4.2.1.2 Tahap Pelaksanaan ... 46

4.2.1.3 Hasil Observasi Pada Siklus I ... 50

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 50

b. Aktivitas Guru ... 54

c. Hasil Belajar Siswa ... 58

4.2.1.4 Hasil Pelaksanaan Siklus I ... 60

4.2.1.5 Refleksi ... 61

4.2.1.6 Saran Perbaikan ... 61

4.2.2 Siklus II ... 62

4.2.2.1 Tahap Perencanaan ... 62

4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan ... 62

4.2.2.3 Hasil Observasi Pada Siklus II ... 66

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 66

b. Aktivitas Guru ... 70

c. Hasil Belajar Siswa ... 74

4.2.2.4 Hasil Pelaksanaan Siklus II ... 76

4.2.2.5 Refleksi ... 77

4.2.2.6 Saran Perbaikan ... 77

4.2.3 Siklus III ... 78

4.2.3.1 Tahap Perencanaan ... 78

4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 79

4.2.3.3 Hasil Observasi Pada Siklus III ... 82

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 82

b. Aktivitas Guru ... 86

c. Hasil Belajar Siswa ... 89

4.2.3.4 Hasil Pelaksanaan Siklus III ... 91

4.2.3.5 Refleksi ... 92

4.3 Pembahasan ... 93

4.3.1 Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 93

4.3.2 Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 95

4.3.3 Persentase Angket Siswa ... 97

4.3.4 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(45)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Penelitian Pendahuluan ... 110

2. Surat Izin Penelitian ... 111

3. Surat Keterangan ... 112

4. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 113

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 114

6. Foto Pembelajaran Siklus I ... 115

7. Foto Pembelajaran Siklus II ... 117

8. Foto Pembelajaran Siklus III ... 119

9. Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 120

10.Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 130

11.Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 142

12.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 153

13.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 155

14.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 157

15.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 159

16.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 161

17.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2 ... 163

18.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 165

19.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 167

20.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 169

21.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 171

22.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2 ... 173

23.Format Pengumpulan Data Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 127

(46)

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.

Sekertaris : Drs. Sarengat, M.Pd. ______

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Muncarno, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(47)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama mahasiswa : Devi Nirwana Sianturi

NPM : 0713053015

jurusan : Ilmu Pendidikan

program studi : S 1 PGSD

fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul

”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Latihan

Dilengkapi dengan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV B SDN 1 Metro Barat Tahun

Pelajaran 2010/2011” tersebut adalah benar-benar hasil sendiri.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila

di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut

berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Metro, Februari 2012 Yang membuat pernyataan,

(48)

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Nama Mahasiswa : Devi Nirwana Sianturi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053015

Program Studi : S 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. Sarengat, M. Pd.

NIP 131760216000000000 NIP 19580608 198403 1 003

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(49)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI

DENGAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IV B SDN 1

METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh

DEVI NIRWANA SIANTURI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(50)

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia

rahmad, dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui

Metode Latihan Dilengkapi dengan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV B SDN 1

Metro Barat Tahun Pelajaran 2010/2011“. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku ketua program studi PGSD.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP.

5. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku Pembimbing utama atas kesediaannya

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

6. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., selaku dosen pembimbing dua atas kesediannya

memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

7. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku dosen penguji atas masukan dan

saran-saran pada saat seminar.

(51)

10.Ibu Veronika Mesiyah, S.Pd., selaku teman sejawat atas bimbingan dan

kerjasamannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar;

11.Siswa-siswi kelas IVB SD Negeri 1 Metro Barat atas partisipasi aktif sehingga

penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

12.Bapak Sianturi dan Ibu Aritonang selaku orang tua penulis yang telah

memberikan dorongan moral dan material.

13.Saudara-saudara kandung penulis, Yunia Sianturi, Margaretha Sianturi,

Filemon Sianturi yang telah memberikan dukungan dan selalu mendoakan

penulis.

14.Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD

angkatan 2007, Subhan, Iyas, Agung, Erwan, Arif, Aris, Wulan, Ashari,

Marito, Anjar, Danti, Desi, Disna, Devi Y, Dewi, Dian A, Dian T, Dicky,

Didik, Dodi, Dwi, Eka, Eno, Eva K, Eva W, Evi, Gina, dan Hendrik , yang

telah bersama-sama belajar. Terimakasih atas kebersamaan dan dukungan

yang telah diberikan selama ini.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang

telah banyak membantu penulis, memberikan dorongan dan informasi serta

pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara mendapat balasan dari

Tuhan YME. Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa

(52)

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi

tantangan seiring dengan tuntutan zaman, khususnya para guru sebagai acuan

dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa.

Bandar Lampung, Februri 2012 Penulis,

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Dalam Persen (%)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan KKN POSDAYA adalah; meningkatkan kepedulian untuk mengembangkan POSDAYA khususnya 5 bidang (kesehatan, pendidikan, ekonomi, lingkungan, agama&amp;budaya),

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL:. GURU DAN

Sama halnya dengan model yang disusun oleh Lewis, analisis pola pembangunan ( pattern of development analysis ) terhadap perubahan struktural juga memusatkan perhatiannya

pelayanan tour leader dalam perjalanan wisata, kendala apa saja yang dihadapi. tour leader dalam perjalanan wisata serta bagaimana cara meningkatkan

Tabel rumah digunakan untuk menyimpan data dari rumah. Struktur tabel rumah ditunjukkan pada

Penelitian ini bertujuan untuk memahami tuturan imperatif dari seorang guru dengan menafsirkan maksud tururan yang disampaikan terhadap motivasi belajar siswa dalam

Secara rinci kondisi proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa sebagai berikut (1) siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib, tidak malu-malu lagi, (2) siswa

Infroman dalam penelitian ini adalah keluarga muslim yang terdiri dari suami dan istri yang mempunyai anak remaja, yang tinggal di Kota Surakarta dan Kabupaten