ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT
PERAGA PADA SISWA KELAS IVB SDN 1 METRO BARAT
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh
Devi Nirwana Sianturi
Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran
Matematika siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat, yang berkaitan dengan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Penelitian tindakan kelas
ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dalam
pembelajaran Matematika melalui penggunaan metode latihan dilengkapi dengan
alat peraga pada materi
Geometri. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research yang difokuskan pada
situasi kelas. Penelitian ini berlangsung dengan tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II,
siklus III. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Alat pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar.
Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
latihan dilengkapi dengan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar matematika siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat. Hal ini dapat dilihat dari
persentase rata-rata aktivitas guru pada siklus I (66,20), siklus II (73,44), dan
siklus III (77,58) lalu persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (55,23),
siklus II (75,02), dan siklus III (85,03) sementara persentase rata-rata nilai hasil
belajar siswa pada siklus I (5,64), siklus II (7,73), dan siklus III (8,00).
Penggunaan Metode Latihan Dilengkapi dengan Alat Peraga dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT
PERAGA PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Skripsi)
Oleh
DEVI NIRWANA SIANTURI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu pendidikan yang paling dibutuhkan oleh manusia adalah
pendidikan matematika. Mata pelajaran matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan
bagian integral dari pendidikan nasional serta tidak kalah pentingnya bila
dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Kurikulum 2004 menyatakan
bahwa, pembelajaran matematika mempunyai beberapa tujuan khusus,
diantaranya adalah:
a.
Melatih cara bepikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
b.
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi, serta
mencoba-coba.
c.
Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d.
Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi/
mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Matematika juga merupakan ilmu dasar atau “
basic science
”, yang
penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ironisnya matematika dikalangan para pelajar merupakan mata pelajaran
yang kurang disukai, minat mereka terhadap pelajaran ini rendah sehingga
penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi sangat
kurang. M. Alisuf Sabri seorang psikolog pendidikan IAIN fakultas
Tarbiyah Jakarta mengatakan bahwa kesulitan belajar yang paling sering
dihadapi oleh siswa, ialah pada saat siswa belajar matematika.
(http://www.pendidikan.di.indonesia.com/Sabri.html).
mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh guru. Masalah
ini cukup mengglobal dan tidak hanya terjadi di Indonesia sebagaimana
hasil survey “
Education Testing Service
” pada Universi
tas Princeton,
Amerika Serikat dalam Cutler dan Mc Shane (1995: X) bahwa matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang dikuasai oleh pelajar.
(http://prawirabrahmanda.wordpress.com/hakekat-pendidikan-mat/.html).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa di SDN 1
Metro Barat diperoleh informasi bahwa siswa kelas IV B juga mengalami
kesulitan dalam pelajaran matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa yang kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) dari SD
tersebut. KKM untuk mata pelajaran matematika adalah 6,2 sedangkan
hasil belajar yang diperoleh siswa kurang dari KKM tersebut. Persentase
siswa yang telah mencapai nilai KKM untuk mata pelajaran matematika
adalah 50% dari jumlah siswa (24 orang), 12 siswa telah mencapai nilai
KKM sedangkan 12 siswa lagi, belum. Aktivitas siswa dalam mengikuti
pelajaran matematika ini juga kurang. Ini dapat dilihat dari pencapaian
nilai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Ada beberapa hal yang
membuat siswa tidak menyukai pelajaran matematika, diantaranya adalah:
1)
Bahasa guru sulit dimengerti
2)
Gaya guru dalam mengajar yang suka marah.
3)
Orang tua yang tidak bisa membantu anak dalam menyelesaikan
setiap tugas/pekerjaan rumah.
5)
Latihan yang terlalu banyak, dan jangka waktu penyelesaian yang
terlalu singkat.
6)
Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
kurang menarik.
7)
Penggunaan alat peraga yang tidak efektif, (guru tidak menguasai
penggunaan alat peraga).
Bahasa yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, gaya guru
dalam mengajar, metode mengajar yang digunakan, penggunaan alat
peraga, serta peran orang tua merupakan faktor pendidik. Seorang guru
yang tidak mengetahui sifat, hakikat anak, dan cara memperlakukan anak
sesuai dengan sifat hakikatnya, sulit untuk melihat adanya keberhasilan di
dalam proses pendidikan itu sendiri. Itu sebabnya seorang guru harus
memiliki persyaratan pengetahuan pendidikan. Sedangkan soal ulangan
yang terlalu sulit dan latihan yang terlalu banyak tanpa memperhatikan
waktu yang diberikan, merupakan sesuatu yang salah. Seorang guru harus
memiliki pengetahuan psikologi anak dan perkembangannya, sehingga
dalam
pemberian
latihan
atau
ulangan,
guru
memperhatikan
perkembangan psikologi anak didiknya.
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman
langsung dan nyata. Confusius dalam Zarkasi (2009: 49) pernah
menekankan pentingnya arti belajar dari pengalaman dengan perkataan;
“saya dengar dan saya lupa”, “saya lihat dan saya ingat”, “saya lakukan
dan saya paham”. Salah satu sistem yang dapat diterapkan yakni siswa
belajar dengan “melakukan”. Selama proses “melakukan” mereka akan
memahami dengan lebih baik dan menjadi lebih antusias di kelas.
Belajar matematika dengan menggunakan alat peraga juga dapat
membantu siswa dalam pemahaman konsep, seperti yang kita tahu bahwa
siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh
panca indra. Siswa yang tahap berfikirnya masih pada tahap konkret
mengalami kesulitan untuk memahami operasi logis dan konsep
matematika tanpa alat bantu dengan alat peraga. Dalam pembelajaran
matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat peraga yang dapat
memperjelas apa yang disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat
dipahami dan dimengerti oleh siswa. Media berperan sebagai perangsang
belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak
menjadi bosan dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Penerapan metode
latihan yang dilengkapi dengan alat peraga khususnya bidang studi
matematika didasari kenyataan bahwa pada bidang studi matematika
terdapat banyak pokok bahasan yang memerlukan latihan dan alat peraga
untuk menjabarkan setiap materinya.
terjalin dengan baik. Hal ini diduga pula dapat membantu siswa dalam
upaya meningkatkan hasil belajarnya pada bidang studi matematika.
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, peneliti mengangkat
judul penggunaan metode latihan dilengkapi dengan alat peraga dalam
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi bangun
ruang siswa kelas IV B SDN 1 Metro Barat.
1.2
Identifikasi Masalah
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah
adalah sebagai berikut :
1.
Metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik.
2.
Penggunaan alat peraga yang tidak efektif.
3.
Bahasa guru yang sulit dimengerti.
4.
Orang tua yang tidak bisa membantu anak dalam menyelesaikan
setiap tugas/ pekerjaan rumah.
5.
Latihan yang terlalu banyak, dan jangka waktu penyelesaian yang
terlalu singkat.
1.3
Pembatasan Masalah
1.4
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah penerapan metode latihan dilengkapi dengan alat
peraga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata
pelajaran matematika kelas IV B SDN 1 Metro Barat?
2.
Bagaimanakah penerapan metode latihan dilengkapi dengan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika kelas IV B SDN 1 Metro Barat?
1.5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk :
1.
Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
matematika kelas IV B SDN 1 Metro Barat melalui metode latihan
dilengkapi dengan alat peraga.
2.
Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
kelas IV B SDN 1 Metro Barat melalui metode latihan dilengkapi
dengan alat peraga.
1.6
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Siswa
b.
Membantu siswa dalam memperjelas konsep materi yang
diajarkan.
2.
Bagi Guru
a.
Dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang penerapan
metode latihan yang dilengkapi alat peraga, pada pelajaran
matematika sehingga menjadi guru yang professional.
b.
Sebagai bahan masukan bagi guru khususnya bagi guru
matematika tentang pentingnya metode latihan dan penggunaan
alat peraga dalam pembelajaran, guna meningkatkan hasil
belajar siswa.
3.
Bagi Peneliti
a.
Menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas,
sehingga kelak dapat menjadi guru yang professional.
b.
Menambah wawasan dalam penggunaan metode latihan
(training) dan penggunaan alat peraga, pada pembelajaran
matematika.
4.
Bagi sekolah
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi, (Zarkasi, 2006: 51). Engkoswara,
dalam Tim Bakti Guru (1990: 7) mendefinisikan belajar sebagai perubahan
perilaku, yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian tentang pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan. Sedangkan
menurut Hilgard dalam Zarkasi (2006: 52) learning is the process by which
an activity originates or is changed through training procedures. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah proses perubahan
perilaku siswa dalam bakat, pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan
kegiatan belajar mengajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap
aspek pribadi.
Teori belajar menurut Thorndike dalam Ahmadi (1997: 11) adalah
pembentukan atau penguatan hubungan antara S (stimulus= perangsang)
jawabannya adalah 20. Dalam hal ini 4 x 5 merupakan S dan 20 merupakan
R. Antara S dan R terjadi suatu hubungan yang erat sekali bila dilatih.
Apabila diberikan S maka dengan sendirinya akan dibangkitkan R. Berkat
latihan yang terus menerus, maka hubungan antara S dan R menjadi
otomatis. Akibatnya belajar hanya menanamkan kebiasaan yang bersifat
mekanis.
Beberapa ahli dalam dunia pendidikan memberikan definisi belajar
secara berbeda, namun pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama,
seperti yang dinyatakan oleh Hamalik (1993: 40) bahwa belajar adalah suatu
bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri siswa yang nyata serta
latihan yang kontinu, perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Pendapat
serupa dikemukakan Hudoyo (1988: 107) bahwa belajar merupakan suatu
proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga
timbul perubahan tingkah laku, misalnya setelah belajar, seorang mampu
mendemonstrasikan keterampilan dimana sebelumnya siswa tidak dapat
melakukannya. Selanjutnya Anwar (1990: 98) mengemukakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan dari setiap tingkah laku yang merupakan
pendewasaaan/pematangan yang disebabkan oleh suatu kondisi dari
organisme.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa
belajar merupakan proses individu siswa dalam interaksinya dengan
lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya proses tingkah laku sebagai
2.2 Hasil Belajar
Setiap proses belajar mengajar, keberhasilannya diukur dari seberapa
jauh hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(1999: 3) hasil belajar adalah:
Suatu hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar.
Sedangkan menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah hasil akhir
pengambilan keputusan mengenai tinggi rendahnya yang diperoleh siswa
selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi
apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari sebelumnya. (learning
outcomes is the result of the final decision regarding the high and low values obtained, during the process of student learning. The result of high study is a student ability level increased from the previous). Demikianlah rumusan hasil belajar menurut (Nasrun, 1980: 25).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
2.3 Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru yang berlangsung dalam situasi edukatif dalam
mencapai tujuan tertentu. Reys-dkk, 1984 dalam Suwangsih (2006: 4)
mengungkapkan matematika adalah, telaahan tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran
(generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan yang
lain. Metode pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif,
tidak dapat dengan cara induktif, (Suwangsih, 2006: 5). Dalam proses
mengajar matematika terdapat adanya suatu kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan antara guru yang mengajar dan siswa yang belajar. Seperti
diungkapkan Usman (1995: 5) bahwa proses mengajar dikatakan sukses
apabila anak-anak dapat mengemukakan apa yang dipelajarinya dengan
bebas serta penuh kepercayaan dari berbagai situasi dalam hidupnya.
Dalam proses belajar mengajar matematika, seorang siswa tidak dapat
mengetahui jenjang yang lebih tinggi tanpa melalui dasar atau hal-hal yang
merupakan prasyarat dalam kelanjutan program pengajaran selanjutnya.
Untuk mempelajari matematika dituntut kesiapan siswa dalam menerima
pelajaran, kesiapan yang dimaksud adalah kematangan intelektual dan
pengalaman belajar yang telah dimiliki oleh anak, sehingga hasil belajar
lebih bermakna bagi siswa. Hudoyo (1988: 4) berpendapat bahwa “belajar
matematika yang terputus-putus akan mengganggu proses belajar”.
matematika bagi seorang anak merupakan proses yang kontinu sehingga
diperlukan pengetahuan dan pengertian dasar matematika yang baik pada
permulaan belajar untuk belajar selanjutnya.
Adapun sifat-sifat proses belajar matematika menurut Suwangsih
(2006: 18) adalah sebagai berikut:
a. Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan.
b. Belajar berarti berbuat.
c. Belajar matematika berarti mengalami. d. Belajar matematika memerlukan motivasi.
e. Belajar matematika memerlukan kesiapan anak didik. f. Belajar matematika harus menggunakan daya pikir. g. Belajar matematika memerlukan latihan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar
matematika haruslah diawali dengan mempelajari konsep-konsep yang lebih
mendalam dengan menggunakan konsep-konsep sebelumnya. Atau dengan
kata lain proses belajar matematika adalah suatu rangkaian kegiatan belajar
mengajar dalam interaksi hubungan timbal balik antara siswa dengan guru,
yang berlangsung dalam lingkungan sekitarnya untuk mencapai tujuan
tertentu.
2.4 Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan individu untuk
mencapai perubahan tingkah laku. Sardiman (2010: 101) mengungkapkan
bahwa aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun
Sebagai contoh seseorang itu sedang belajar dengan membaca. Secara fisik
kelihatan bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi
mungkin pikiran dan sifat mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibaca.
Hal ini menunjukan tidak adanya keserasian antara aktivitas fisik dengan
aktivitas mental. Kalau sudah demikian, maka belajar itu tidak akan optimal.
Begitu juga sebaliknya kalau yang aktif itu hanya mentalnya, juga kurang
bermanfaat. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah
sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam
interaksi belajar-mengajar. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak
mungkin terjadi.
Adapun jenis-jenis aktivitas belajar menurut Paul.B. Diedrich dalam
Sardiman (2010: 101) adalah: (a) visual activities, (b) oral activities, (c)
listening activities, (d) writing activities, (e) drawing activities, (f) motor
activities, (g) mental activities, dan(h) emotional activities.
Jadi, dengan klasifikasi aktivitas yang telah diuraikan, dapat diketahui
bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kunandar (2010:
277) mengungkapkan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam
bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas, dalam kegiatan pembelajaran
guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh
manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu
meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya
pengertian aktivitas belajar yang telah ada penulis menyimpulkan bahwa
aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik untuk
mengubah perilakunya melalui pengalaman, yang diperoleh secara langsung
dalam proses belajar dan pembelajaran.
2.5 Pengertian Metode Latihan
Untuk memantapkan dan memperkuat terhadap penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran, guru perlu memberikan latihan. Metode latihan
disebut juga metode training, adalah suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang digunakan untuk
memperoleh ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan,
(Djmarah dan Zain, 2006: 95). Metode latihan juga dapat dikatakan sebagai
suatu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
melakukan sesuatu ketrampilan tertentu berdasarkan penjelasan atau
petunjuk guru. Anonim (1990: 19) mengungkapkan bahwa Training method
is a method that gives students the oportunitty to practise certain skills to do
something based on the explanation or guidance teacher). Melalui metode
ini dapat dikembangkan ketrampilan mengamati, menerapkan, dan
mengkomunikasikan. Menurut Roestiyah (2001: 125) metode latihan adalah
cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar
siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa
yang telah dipelajari. Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur
melaksanakannya dapat membina anak dalam meningkatkan penguasaan
keterampilan bahkan mungkin siswa dapat memilki ketangkasan dengan
agar siswa memiliki keterampilan motoris/gerak, mengembangkan
kecakapan intelek, dan memilki kemampuan menghubungkan antara sesuatu
keadaan dengan hal lain.
Kelebihan Metode Latihan
1. Untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan
huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, dan terampil
menggunakan setiap peralatan.
2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti, perkalian,
pembagian, penjumlahan, pengurangan, tanda-tanda
(simbol-simbol), dan sebagainya.
3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat,
seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol,dan
sebagainya.
4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan
serta kecepatan pelaksanaan.
5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan adanya
konsentrasi dalam pelaksanaanya.
6. Pembentukan kebiasan-kebiasan membuat gerakan-grakan yang
kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
Kelemahan Metode Latihan
1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak
dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang
merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
4. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.
5. Dapat menimbulkan verbalisme.
(Djamarah dan Zain, 2006: 6).
Usaha Mengatasi Kelemahan Metode Latihan
1. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang
mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja
yang harus dikuasai.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau
pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil maka guru harus
mengadakan perbaikan lalu penyempurnaan.
3. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan
dari hal-hal bersifat keterpaksaan.
4. Sifat latihan yang pertama, bersifat ketepatan, kemudian kecepatan,
yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik.
(http://www.metode.mengajar.berdasarkan.tipologi.belajar.siswa.c
2.6 Pengertian Alat Peraga
Alat peraga merupakan salah satu dari media pendidikan dimana alat
peraga berfungsi untuk membantu proses belajar mengajar, agar proses
komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Nasution (1985: 100)
mengemukakan bahwa “alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar
agar efektif”. Anshari (1999: 59) mengatakan bahwa alat peraga adalah
alat-alat pelajaran secara pengindraan yang tampak dan dapat diamati.
Sedangkan Sujadna (1989 : 99) mengemukakan bahwa alat peraga adalah
suatu alat bantu untuk mendidik/ mengajar supaya apa yang diajarkan dapat
dimengerti anak didik. (Learning tools is a tool to educate or teach what is
taught so easy to understand their students). Dari uraian-uraian di atas
jelaslah bahwa alat peraga adalah media atau perlengkapan yang digunakan
untuk membantu proses belajar mengajar agar lebih efektif. Piaget dalam
Suherman (2003: 40) berpendapat bahwa siswa yang tahap berfikirnya
masih pada tahap konkret mengalami kesulitan untuk memahami operasi
logis dan konsep matematika tanpa alat bantu dengan alat peraga.
Penggunaan alat peraga dalam matematika oleh Brunner dijelaskan bahwa
dalam proses belajar mengajar, siswa diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda konkret/alat peraga, sehingga siswa langsung
dapat berfikir bagaimana, serta pola apa yang terdapat dalambenda-benda
yang sedang diperhatikannya.
Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk
memahami konsep abstrak, anak-anak memerlukan benda-benda konkret
melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda-beda. Berpikir konkret pada
prinsipnya hanya pada jenjang SD, dan setelah itu akan beralih ke taraf
berpikir abstrak. Hal ini disebabkan karena matematika adalah ilmu yang
abstrak. Contoh : penjumlahan 5 + 3 = 8 dimulai dengan menggabungkan 5
lidi dengan 3 lidi. Selanjutnya pada kelas yang lebih tinggi, 5 + 3 langsung
dijawab dengan jawaban 8. Untuk membantu anak berpikir abstrak, harus
banyak diberikan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat peraga.
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa alat peraga
adalah alat bantu untuk mendidik/ mengajar, agar proses belajar mengajar
dapat bermakna bagi siswa maupun guru.
2.7 Peranan Alat Peraga
Menurut kurikulum (Anonim, 1991: 26) peranan alat peraga disebutkan
sebagai berikut:
a. Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa.
b. Alat peraga memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.
c. Alat peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas.
d. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur.
Teori lain mengatakan bahwa, alat peraga dalam pengajaran dapat
bermanfaat sebagai berikut: Meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk
berpikir sehingga mengurangi verbalisme, dapat memperbesar perhatian
siswa, meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,
peranan alat peraga dalam pengajaran maka pelajaran matematika pelajaran
matematika merupakan pelajaran yang paling membutuhkan alat peraga
karena pada pelajaran ini siswa berangkat dari yang abstrak yang akan
diterjemahkan ke sesuatu yang konkrit.
Jamzuri (2007: 1.9) mengemukakan faedah alat peraga bagi guru dan
siswa:
a. Membantu siswa mempermudah dan memahami isi konsep. b. Membantu guru dalam proses belajar mengajar.
c. Memberi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat. d. Membantu siswa lebih aktif belajar.
e. Melatih siswa memecahkan masalah. f. Mendorong siswa berpikir kritis.
2.8 Manfaat Media Pengajaran
Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai
beberapa manfaat. Sudjana, 1991 dalam Djamarah (2006: 134) merumuskan
manfaat media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut:
1. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektiv.
2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru. 3. Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral
dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan (pemanfaatan) media harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran.
4. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan.
6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan kata lain, menggunakan media, hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.
2.9 Pembelajaran Matematika Melalui Metode Latihan dengan Alat Peraga
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan, (Zarkasi, 2009: 51). Sama halnya dengan belajar matematika, untuk
memahami setiap konsep matematika pemberian latihan dilengkapi alat
peraga dapat membantu siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar.
Karena belajar matematika adalah berbuat artinya, belajar matematika itu
adalah suatu kegiatan, dengan bermain, berbuat/ berlatih serta bekerja
dengan alat-alat. Dengan berbuat anak menghayati sesuatu dengan seluruh
indera dan jiwanya. Dengan berlatih maka belajar matematika akan menjadi
efektif, teknik akan mejadi lancar, konsep makin lama makin jelas,
generalisasi makin mudah disimpulkan, dan anak dapat lebih terampil
menyelesaikan soal, karena hakikatnya matematika adalah salah satu
pelajaran yang harus dilakukan, bukan sekedar menghapal atau dimengerti
saja, (Suwangsih, 2006: 19). Bekerja dengan alat juga dapat membantu
pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal, Piaget mengatakan bahwa
berpikir konkret pada prinsipnya hanya pada jenjang anak SD, dan setelah
itu ia akan beralih ke taraf berpikir abstrak. Untuk membantu anak berpikir
abstrak, haruslah diberikan pengalaman-pengalaman dengan alat peraga.
Setiap alat peraga yang mau dipergunakan harus disesuaikan dengan tujuan
pendidikan atau pelajaran yang akan diberikan kepada anak, menurut kadar
melambatkan anak berpikir abstrak dan sebaliknya, penyampaian
pendidikan yang verbalitas akan membosankan anak.
Alat peraga bukanlah pengganti pelajaran lisan/ tertulis, namun alat
peraga adalah sebagai pelengkap dan pembantu agar pelajaran lebih jelas
dan betul-betul meresap pada anak, (Anshari, 2000 : 59). Sama halnya
dengan alat peraga, pemakaian metode latihan juga harus diperhatikan,
karena jikalau latihan dilakukan dalam jangka waktu yang lama, ini akan
menimbulkan kebosanan dan verbalisme bagi siswa. Menurut Djamarah dan
Zaid (1996: 97) dengan adanya latihan, guru dapat mengetahui bahwa
anak-anak betul-betul telah mengerti pelajaran yang telah diberikan. Maksudnya
memberikan pelajaran, ialah memberikan pengertian, faham, dan ilmu,
sehingga dapat digunakan dengan baik dimana perlu. Caranya ialah dengan
memberikan soal-soal lisan dan tulisan atau mengulang pelajaran itu dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung seluruh isi pelajaran
yang telah diajarkan, (Ahmadi, 1977 : 98).
2.10 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan bahwa pembelajaran
matematika menggunakan metode latihan dilengkapi dengan alat peraga
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/ meningkatkan mutu
praktik pembelajaran, (Arikunto, 2006: 58).
3.2 Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan secara kolaboratif
partisipatif antara peneliti dengan guru SDN 1 Metro Barat. Subjek
penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas IV B, dengan jumlah siswa
sebanyak 24 orang, laki-laki 11 orang dan perempuan 13 orang pada tahun
ajaran 2010/2011.
3.3 Tempat Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil lokasi di SDN
1 Metro Barat. Kota Metro.
a. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April mulai dari
b. Lama Penelitian
Adapun penelitian ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 6
bulan, dihitung dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil
penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data.
Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat,
karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan
data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes.
Teknik tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam
materi yang diajarkan, teknik tes dilakukan pada saat siswa mengerjakan
soal yang diberikan oleh guru. Soal tes yang diberikan oleh guru, dibuat
berdasarkan materi pada pratindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III,
sedangkan teknik non tes digunakan untuk mengetahui respons siswa dan
kinerja guru, terhadap pembelajaran matematika melalui metode latihan
yang dilengkapi alat peraga. Teknik non tes yang digunakan berupa
observasi kinerja siswa dan guru serta angket pertanyaan. Observasi
pengamatan kinerja siswa dan guru, dilaksanakan pada saat pembelajaran,
sedangkan angket pertanyaan dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
3.5 Alat Pengumpulan Data
a. Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan tes. Tes dilakukan
sebanyak 3 kali, yaitu pada siklus I, siklus II, siklus III. Pengumpulan
mengetahui ketercapaian indikator. Soal tes tersebut dibuat berdasarkan
materi pada pratindakan, siklus I, siklus II, siklus III. Teknik tes ini
dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru,
sementara penilaian hasil kerja setelah proses pembelajaran.
b. Teknik pengumpulan data non tes diperlukan untuk menjawab
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Teknik non tes yang
digunakan yaitu observasi pengamatan kinerja siswa dan guru serta
angket pertanyaan. Observasi pengamatan kinerja siswa dan guru,
dilaksanakan pada saat pembelajaran, sedangkan angket pertanyaan
dilaksanakan setelah selesai pembelajaran.
1) Lembar panduan observasi siswa dan guru, instrumen ini
dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Observasi
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau
perilaku objek sasaran, (Fathoni, 2006: 104). Kegiatan observasi
ini dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Untuk lebih memudahkan dan mengefektifkan pelaksanaan
observasi peneliti mengamati keadaan siswa dan aktivitas guru
dengan memberikan tanda checklist (√) pada lembar panduan
observasi yang telah disediakan. Pelaksanaan observasi dalam
penelitian ini dibantu oleh guru matematika pada kelas yang
2) Angket siswa, instrumen ini juga dirancang oleh peneliti
berkolaborasi dengan guru kelas. Angket adalah teknik
pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner (daftar
pertanyaan/isian) untuk diisi langsung oleh responden seperti
yang dilakukan dalam penelitian untuk menghimpun pendapat
umum, (Fathoni, 2006: 111). Hasil dari penulisan angket ini
dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran
selanjutnya. Pemberian angket dilaksanakan pada pertemuan
akhir siklus ke III.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik
analisis kualitatif dan kuantitatif yang berguna untuk mengungkapkan
kesulitan belajar siswa dalam mempelajari materi, serta cara untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut sebagai upaya dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
a. Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes dikerjakan siswa pada siklus I,
siklus II, siklus III. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung nilai
rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus :
Keterangan :
= nilai rata-rata kelas
∑X = jumlah semua nilai siswa
n = banyak siswa
( Arikunto, 2010: 264).
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus
sebagai berikut:
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini
digunakan untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya.
Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki
rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan
dalam penentuan model pembelajaran yang tepat, Aqib (2006: 41). Adapun
[image:31.612.162.479.588.675.2]kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam %, adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Dalam Persen (%)
Tingkat keberhasilan (%) Arti
>80 Sangat tinggi
60-79 Tinggi
40-59 Sedang
20-39 Rendah
< 20 Sangat rendah
b. Kualitatif
Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi dan angket.
Data observasi mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses
pembelajaran matematika, melalui metode latihan dilengkapi alat peraga.
Data tersebut juga digunakan untuk menentukan hasil angket. Analisis
dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan
pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua
perilaku siswa dan guru selama proses pembelajaran dari siklus I, siklus II,
siklus III. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus:
N 100
Keterangan :
N : nilai yang dicari/diharapkan.
R : skor mentah yang diperoleh siswa.
SM : skor maksimum ideal.
100 : bilangan tetap.
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya
berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapainya tujuan yang
4 kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi,
(Arikunto, 2006: 73). Penelitian tindakan kelas dalam ini terdiri atas tiga
siklus, yaitu : siklus 1,siklus 2, siklus 3, yang dalam tiap siklusnya terdiri
dari 4 langkah, yaitu:
a. Perencanaan ( planning ) adalah merencanakan program tindakan
pembelajaran.
b. Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti
sebagai upaya peningkatan hasil pada pelajaran matematika.
c. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan
mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga
dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar mengajar
Menurut Arikunto (2006: 74) siklus dari penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut:
Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(Arikunto, 2006: 74. Penelitian Tindakan Kelas)
Permasalahan Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I Pengamatan/ pengumpulan data I Refleksi I Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan
tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Pengamatan/ pengumpulan data II Refleksi II Apabila permasalahan belum terselesaikan Perencanaan
tindakan III Pelaksanaan Tindakan III
3.8 Urutan Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang
matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan oleh peneliti.
Dalam siklus pertama peneliti mempersiapkan proses pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode latihan yang dilengkapi alat
peraga, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi
pokok yang diajarkan, adapun materi yang akan diajarkan adalah
sifat bangun ruang sederhana.
b) Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan
tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
latihan dilengkapi alat peraga.
c) Menyiapkan alat peraga berupa bangun ruang kubus, balok, tabung,
kerucut, dan bola yang terbuat dari karton.
d) Menyiapkan instrument tes. Instrument tes berupa soal-soal beserta
skor.
e) Menyusun serta membuat RPP, serta kegiatan pembelajaran yang
2) Tahap Pelaksanaan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tahap pelaksanaan
pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2011 dan Selasa
12 April 2011. Tindakan yang dilakukan dengan menggunakan metode
latihan dilengkapi alat peraga pada siklus 1 sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab
mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan sebelumnya.
Tujuan kegiatan apersepsi ini adalah: untuk menggali pengalaman
siswa tentang apa yang telah dipelajari.
b) Guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar
yang hendak dilaksanakan, yaitu sifat bangun ruang sederhana
dengan menggunakan metode latihan dilengkapi dengan alat
peraga, berupa bangun ruang sederhana yang terbuat dari karton.
c) Guru menjelaskan materi sifat bangun ruang sederhana (kubus,
balok, tabung, kerucut, dan bola) dengan menggunakan alat peraga.
d) Siswa diminta menyimak, dan guru memberikan contoh soal.
e) Guru meminta siswa untuk memperhatikan cara penggunaan alat
peraga, dengan maksud agar siswa dapat menyelesaikan soal
dengan alat peraga secara individu.
f) Guru memberikan contoh soal lagi.
g) Guru berkeliling sambil memberikan bimbingan dan pengarahan
4.2.1.4 Hasil Pelaksanaan Siklus I
1. Observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 diperoleh jumlah
nilai 70,83 dengan rata-rata sebesar 50,59 dan pada siklus I
pertemuan 2 diperoleh jumlah nilai 1437,07 dengan rata-rata 59,87
Rata-rata dari pertemuan 1 dan 2 diperoleh nilai sebesar 55,23. Pada
kriteria keberhasilan aktivitas siswa siklus I, nilai tersebut
menunjukkan tingkat aktivitas siswa masih “kurang aktif” dalam
proses pembelajaran Matematika, dengan menggunakan metode
latihan dilengkapi dengan alat peraga.
2. Observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diperoleh jumlah
95, dengan rata-rata sebesar 65,51 dan pada pertemuan 2 diperoleh
jumlah nilai 97 dengan rata-rata 66,89. Rata-rata aktivitas guru pada
siklus I diperoleh nilai sebesar 66,20. Pada klasifikasi hasil penilaian
kinerja guru siklus I, nilai tersebut menunjukkan tingkat hasil kinerja
guru “cukup”.
3. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tes akhir pertemuan 1,
menunjukkan sebanyak 4 siswa (28,57%) memperoleh nilai di
bawah 6,2 dan sebanyak 10 siswa (71,42%) dari 14 siswa
memperoleh nilai di atas 6,2. Pada hasil tes akhir pertemuan 2,
siswa yang memperoleh nilai di atas 6,2 sebanyak 18 siswa (75%),
sedangkan 6 siswa (25%) memperoleh nilai di bawah 6,2. Nilai
4.2.1.5 Refleksi
Berdasarkan observasi/pengamatan yang dilakukan observer
terhadap proses pembelajaran pada siklus 1, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dan diperbaiki yaitu:
1. Penguasaan bahan belajar masih kurang, guru harus memiliki
wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan ajar, sehingga siswa
dapat lebih memahami materi yang diajarkan.
2. Pengelolaan waktu harus diperhatikan, karena belum disesuaikan
dengan jatah waktu yang disediakan.
3. Penggunaan bentuk dan jenis ragam penilaian pada evaluasi
pembelajaran, diharapkan bervariasi, agar siswa termotivasi dalam
belajar.
4.2.1.6 Saran Perbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus II
1. Sebelum mengajar guru harus membaca buku dari berbagai sumber,
sehingga wawasan dan penguasaan guru terhadap materi yang ingin
diajarkan tidak hanya terpusat pada satu buku acuan (buku cetak).
2. Pengelolaan waktu agar diperhatikan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
3. Guru sebaiknya menggunakan berbagai jenis ragam penilaian dalam
evaluasi pembelajaran. Bentuk dan jenis ragam penilaian yang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1977. Dasar-Dasar Praktek Mengajar. CV Toha Putra. Semarang.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.
Anshari, Hafi. 2000. Pengantar Ilmu Pendidikan. PT. Usaha Nasional. Surabaya.
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. CV. Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Brahmanda, Putra. Hakikat Pendidikan Matematika.
(http://prawiraputrabrahmanda.
wordpress.com/hakekat-pendidikan-mat/.html.diakses tanggal 7 Maret
2011).
Depdikbud. 1993/1994.
Pengelolaan Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan
Nasional Jakarta.
http://www
.depdiknas. go.id/jurnal/29/editorial.htm
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Sekolah Menengah Atas dan MA. Departemen Pendidikan Nasional
Jakarta.
Dimyati dan Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S. Bahri dan A. Zaid . 1996. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Jamzuri. 2007.
Desain dan Pembuatan Alat Peraga IPA. Universitas Terbuka:
Jakarta.
Kasbolah, Kasihani. 1998.
Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kunandar. 2010.
Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT. Indeks. Jakarta.
Moedjiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Nasrun. Hasil Belajar.
(http://www.definisi.pengertian.blogspot.com/Nasrun.html.
diakses tanggal 3 Februari 2011).
Nasution. 2005.
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. PT.
Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2008.
Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ramayulis.
Metode Mengajar.
(http://www.metode.mengajar.berdasarkan.tipologi.
belajar.com/Ramayulis. diakses tanggal 2 Februari)
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Sabri, Alisuf.
Pendidikan di Indonesia. (http://www.pendidikan.di.indonesia.com/
Sabri.html. diakses tanggal 10 Maret 2011).
Sadiman, Arif. 2006. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sardiman.A.M. 2010.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Slameto.2003.
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Tim Bakti Guru. 1990. Proses Belajar Mengajar dengan Strategi CBSA. PT. Rosda
Jaya Putra. Jakarta.
Tim Peneliti. 2008. Karya Ilmiah PTK. Universitas Lampung, Lampung.
Tim Review & Revisi APKG PPGSD. 1998.
Alat Penilaian Kinerja Guru.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Jakarta.
Undang-Undang Sisdiknas (UU RI No. 20 Tahun 2003).2008. PT. Sinar Grafika.
Jakarta.
Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung,
Lampung.
Usman, Uzer. 1995.
Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 95
2. Grafik Rekapitulasi Persentase Aktivitas Guru Per-Siklus ... 97
3. Grafik Rekapitulasi Rata-Rata Ketuntasan Belajar Siswa ... 99
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Pembatasan Masalah ... 7
1.4 Perumusan Masalah ... 8
1.5 Tujuan Penelitian ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar ... 10
2.2 Hasil Belajar ... 12
2.3 Proses Belajar Mengajar Matematika ... 13
2.4 Pengertian Aktivitas Belajar ... 14
2.5 Pengertian Metode Latihan ... 16
2.6 Pengertian Alat Peraga ... 19
2.7 Peranan Alat Peraga ... 20
2.8 Manfaat Media Pengajaran ... 21
2.9 Pembelajaran Matematika Melalui Metode Latihan dengan Alat Peraga ... 22
2.10 Hipotesis Tindakan ... 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 24
3.2 Subjek Penelitian ... 24
3.3 Tempat Penelitian ... 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25
3.5 Alat Pengumpul Data ... 25
3.6 Teknik Analisis Data ... 27
3.7 Prosedur Penelitian ... 29
3.8 Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 32
4.1.1 Deskripsi Awal ... 43
4.1.2 Refleksi Awal ... 44
4.2 Hasil Penelitian ... 45
4.2.1 Siklus I ... 45
4.2.1.1 Tahap Perencanaan ... 45
4.2.1.2 Tahap Pelaksanaan ... 46
4.2.1.3 Hasil Observasi Pada Siklus I ... 50
a. Aktivitas Belajar Siswa ... 50
b. Aktivitas Guru ... 54
c. Hasil Belajar Siswa ... 58
4.2.1.4 Hasil Pelaksanaan Siklus I ... 60
4.2.1.5 Refleksi ... 61
4.2.1.6 Saran Perbaikan ... 61
4.2.2 Siklus II ... 62
4.2.2.1 Tahap Perencanaan ... 62
4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan ... 62
4.2.2.3 Hasil Observasi Pada Siklus II ... 66
a. Aktivitas Belajar Siswa ... 66
b. Aktivitas Guru ... 70
c. Hasil Belajar Siswa ... 74
4.2.2.4 Hasil Pelaksanaan Siklus II ... 76
4.2.2.5 Refleksi ... 77
4.2.2.6 Saran Perbaikan ... 77
4.2.3 Siklus III ... 78
4.2.3.1 Tahap Perencanaan ... 78
4.2.3.2 Tahap Pelaksanaan ... 79
4.2.3.3 Hasil Observasi Pada Siklus III ... 82
a. Aktivitas Belajar Siswa ... 82
b. Aktivitas Guru ... 86
c. Hasil Belajar Siswa ... 89
4.2.3.4 Hasil Pelaksanaan Siklus III ... 91
4.2.3.5 Refleksi ... 92
4.3 Pembahasan ... 93
4.3.1 Aktivitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 93
4.3.2 Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 95
4.3.3 Persentase Angket Siswa ... 97
4.3.4 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102
5.2 Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 106
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Penelitian Pendahuluan ... 110
2. Surat Izin Penelitian ... 111
3. Surat Keterangan ... 112
4. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 113
5. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 114
6. Foto Pembelajaran Siklus I ... 115
7. Foto Pembelajaran Siklus II ... 117
8. Foto Pembelajaran Siklus III ... 119
9. Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 120
10.Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 130
11.Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 142
12.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 153
13.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 155
14.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 157
15.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 159
16.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 161
17.Format Pengumpulan Data Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2 ... 163
18.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ... 165
19.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ... 167
20.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 169
21.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 171
22.Format Penilaian Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III Pertemuan 2 ... 173
23.Format Pengumpulan Data Observasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ... 127
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.
Sekertaris : Drs. Sarengat, M.Pd. ______
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Muncarno, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama mahasiswa : Devi Nirwana Sianturi
NPM : 0713053015
jurusan : Ilmu Pendidikan
program studi : S 1 PGSD
fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul
”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Latihan
Dilengkapi dengan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV B SDN 1 Metro Barat Tahun
Pelajaran 2010/2011” tersebut adalah benar-benar hasil sendiri.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila
di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut
berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, Februari 2012 Yang membuat pernyataan,
Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI DENGAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Nama Mahasiswa : Devi Nirwana Sianturi
Nomor Pokok Mahasiswa : 0713053015
Program Studi : S 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. Sarengat, M. Pd.
NIP 131760216000000000 NIP 19580608 198403 1 003
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA MELALUI METODE LATIHAN DILENGKAPI
DENGAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS IV B SDN 1
METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh
DEVI NIRWANA SIANTURI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan karunia
rahmad, dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui
Metode Latihan Dilengkapi dengan Alat Peraga Pada Siswa Kelas IV B SDN 1
Metro Barat Tahun Pelajaran 2010/2011“. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku ketua program studi PGSD.
4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua PGSD UPP.
5. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd., selaku Pembimbing utama atas kesediaannya
memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
6. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., selaku dosen pembimbing dua atas kesediannya
memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
7. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku dosen penguji atas masukan dan
saran-saran pada saat seminar.
10.Ibu Veronika Mesiyah, S.Pd., selaku teman sejawat atas bimbingan dan
kerjasamannya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar;
11.Siswa-siswi kelas IVB SD Negeri 1 Metro Barat atas partisipasi aktif sehingga
penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;
12.Bapak Sianturi dan Ibu Aritonang selaku orang tua penulis yang telah
memberikan dorongan moral dan material.
13.Saudara-saudara kandung penulis, Yunia Sianturi, Margaretha Sianturi,
Filemon Sianturi yang telah memberikan dukungan dan selalu mendoakan
penulis.
14.Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD
angkatan 2007, Subhan, Iyas, Agung, Erwan, Arif, Aris, Wulan, Ashari,
Marito, Anjar, Danti, Desi, Disna, Devi Y, Dewi, Dian A, Dian T, Dicky,
Didik, Dodi, Dwi, Eka, Eno, Eva K, Eva W, Evi, Gina, dan Hendrik , yang
telah bersama-sama belajar. Terimakasih atas kebersamaan dan dukungan
yang telah diberikan selama ini.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu yang
telah banyak membantu penulis, memberikan dorongan dan informasi serta
pendapat yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara mendapat balasan dari
Tuhan YME. Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi
tantangan seiring dengan tuntutan zaman, khususnya para guru sebagai acuan
dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.
Bandar Lampung, Februri 2012 Penulis,