ABSTRAK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA
KELAS V A SDNEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : ALBERT KARIM
Pembelajaran Ilmu Pengtahuan Sosial (IPS) di kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat belum berlangsung seperti apa yang diharapkan. Guru masih memposisikan dirinya sebagai satu-satunya sumber pembelajaran di kelas (teacher centered), sehingga siswa menjadi pasif. Sehingga berdampak kepada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat melalui penerapan model Role Playing.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dan subyek penelitian adalah siswa kelas V A berjumlah 29 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Prosedur penelitian berbentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu observasi dan tes tertulis. Teknis analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif yang kemudian dijabarkan menjadi metode diskripsi kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan model Role Playing pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I (56,76%) dan siklus II (80,15%) sehingga terjadi peningkatan 23,39%, serta siswatuntas hasil belajar pada siklus I sebanyak 18 orang (62,07%)dan ketuntasanhasil belajar siswa pada siklus II sebanyak 23 orang (79,31%) sehingga terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 5 orang (17,24%).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Role Playing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan banyak
variabel yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraannya.Pendidikan pada
dasarnya adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang ”dewasa” kepada yang ”belum
dewasa”, yang dilakukan melalui program pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar
sekolah (termasuk pendidikan dalam keluarga) serta lingkungan. Kecenderungan
pendidikan adalah pada proses ”pendewasaan” psikologis seseorang, sehingga menjadi
manusia yang mandiri dalam berbagai aspek kehidupan. Pada pendidikan formal,
kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari peranan guru, baik di kelas maupun di luar
kelas, untuk ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran sebagai suatu proses dalam pencapaian tujuan pendidikan, diantaranya
dengan pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas guru, perbaikan sistem pengajaran,
dan lain sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan
siswa termotivasi dan berkembang seutuhnya dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya menurut Piaget (dalam Trianto, 2009: 16) anak dengan tahap perkembangan
operasional konkret (7-11 tahun) membangun sendiri skemata dari pengalaman sendiri
dengan lingkunganya. Dengan demikian guru harus mampumencari solusi yang tepat
agar pembelajaran dapat memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan seluruh
potensi yang ada sehingga hasil belajarnya dapat optimal. Dalam Undang-undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional
menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal yang pertama menjadi dasar untuk
jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, mutu pendidikan di sekolah dasar harus
menjadi hal yang paling utama yang perlu diperhatikan. Fungsi pendidikan di atas sangat
sesuai dengan pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) di SD. Pembelajaran IPS
merupakan pembelajaran yang menekankanpada analisis terhadap fakta, konsep dan
generalisasi. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran hendaknya memiliki
kemampuan untuk mengelola kelas agar tercipta suasana belajar yang dapat
meningkatkan aktivitas dan daya kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan dan hasil diskusi dengan guru kelas V A SD Negeri 11
masih kurang memuaskan. Hal ini dikarenakan keengganan guru menerapkan metode
lain di luar dari metode yang selama ini ia gunakan sehingga menyebabkan pembelajaran
menjadi monoton dan hal ini berdampak terhadap kebosanan siswa. Selain itu di dalam
pembelajaran guru juga jarang menggunakan media pembelajaran/alat peraga dan guru
sering memposisikan dirinya sebagai satu-satunya sumber pembelajaran di kelas (teacher
centered).
Dari hasil praobservasi yang dilakukan penulis dalam proses pembelajaran guru
juga menghadapi kendala sulitnya anak-anak menerima materi pelajaran yang diberikan
guru, dan kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya kemauan anak dalam mencari
informasi dan jawaban dari tugas yang diberikan guru di luar proses pembelajaran dan
anak hanya terpaku pada satu sumber pembelajaran sehingga apa yang diharapkan guru
tidak sesuai dengan kenyataan sehingga hasil pembelajaran kurang maksimal. Hal itu
dikarenakan kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru kepada anak untuk mencari
informasi dari lingkungan sekitar sehingga anak tidak mempunyai keberanian, keinginan,
dan kemampuan untuk mencari sesuatu. Hal itu dibuktikan oleh nilai para siswa yang
rata-rata hanya 60, nilai yang tertinggi di kelas adalah 80 dan terendah adalah 50. Dalam
pemberian nilai guru tidak hanya menilai hasil kerja berupa tugas (kognitif), namun juga
aspek sikap (afektif). Jadi keseluruhan nilai yang diberikan adalah nilai harian
ditambahkan dengan nilai mid semester, tugas berupa pekerjaan rumah (PR)/ portofolio,
dan nilai ulangan umum sehingga hasil penjumlahan dari semua nilai di jadikan sebagai
nilai akhir. Data yang tergolong data kuantitatif dilakukan dengan menghitung ketuntasan
Mencermati hal itu, diperlukan suatu perubahan dalam proses pembelajaran agar
siswa menjadi aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Dari penelitian yang
telah dilakukan oleh beberapa ahli penggunaan model pembelajaran role playing telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Beberapa alasan penggunaan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran IPS antara lain :
1). Memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata,
2). Dengan pembelajaran bermain peran membantu siswa menentukan makna-makna kehidupan dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya, dan
3). Melatih siswa untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratif sekaligus bertanggung jawab dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, Mudairin 2009 (http://www.infodiknas.com).
Berdasarkan alasan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk untuk melaksanakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model role playing terkait dengan upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas V A SD Negeri
11 Metro Pusat.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
1. Dalam kegiatan pembelajaran siswa kurang aktif.
2. Siswa kurang termotivasi untuk belajar.
3. Hasil belajar siswa kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat kurang optimal dan belum
mencapai KKM yaitu 60.
4. Situasi kelas belum menunjukkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (paikem).
5. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
6. Belum digunakannya model Role Playing.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model role playing
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun
Pelajaran 2011/2012 ?
2. Apakah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model role playing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat pada mata
pelajaran IPS menggunakan model role playing.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat pada mata
pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran role playing.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa :
Siswa akan menjadi lebih kreatif dan berinisiatif dalam memahami konsep dasar untuk memecahkan masalah sosial.
Melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan sosial. b. Bagi Guru
Dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran role playing yang akan berdampak terhadap meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang berguna dengan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya untuk kelas V A SDNegeri 11 Metro Pusat.
d. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan kemampuan paedagogik pada diri peneliti sekaligus memberikan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas sehingga kelak dapat menjadi guru yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar
Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan
menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi untuk mengaktifkan siswa. Belajar
merupakan perkembangan yang dialami seorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut
Gagne (dalam Slameto,2003: 13) menyatakan pengertian belajar sebagai berikut : (1) belajar
ialah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku; (2) belajar dalam penguasaan pengetahuan atau diperoleh dari instruksi.
Sedangkan menurut Wahab (2009: 2) belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui
interaksi antara individu dan lingkunganya, baik lingkungan alamiahnya maupun lingkungan
sosial.
Pendewasaan pada seseorang dari tidak menjadi tahu merupakan bagian dari kehidupan
manusia yang disebut juga belajar. Bruner (dalam Trianto, 2009: 20) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengontruks) pengetahuan baru
berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimilikinya. Selaras dengan
pendapat tentang belajar yang dikemukakan Bruner, Thursan Hakim (2000: 1)
dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dll (Sunartombs.Wordpres.Pengertian-Prestasi-Belajar 25012011). Sedangkan
belajar menurut pandangan kontruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui
kegiatan seseorang. Pandangan ini memberi penekanan bahwa pengetahuan kita adalah
bentukan kita sendiri (Suparno, 1997: 18 dalam Trianto, 2010: 75).
Trianto (2010: 77) mengemukakan bahwa belajar menurut teori Bandura dilakukan
dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian
dimantapkan dengan cara menghubugkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya
atau mengulang-ulang kembali. Hal itu senada dengan pendapat Hamalik (2007: 37) yang
mengatakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses aktif dimana siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan
sebelumnya dan mengamati tingkah laku seseorang melalui interaksi yang ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir.
2.2 Pengertian Aktivitas belajar
Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja.
Semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan
dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007: 23) aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan
belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas
siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik.
Kunandar (2010: 277) menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa
dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut. Jadi, dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah suatu kegiatan dalam belajar
secara fisik maupun non-fisik untuk untuk memperoleh pengalaman belajar dan mencapai
hasil belajar.
2.3 Pengertian Hasil belajar
Perubahan pada diri seseorang dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Hamalik
(2003:155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan. Nashar (2004: 77) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa
melalui kegiatan belajar, dan belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang
yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif
menetap. Perilaku dalam belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar
Soedijarto dalam Nashar (2004: 79) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat
penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai
yang ditetapkan. Jadi berdasarkan definisi dari para ahli di atas, hasil belajar merupakan
kemampuan dan kemajuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan
tercapai tujuan-tujuan belajarnya.
2.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu sosial merupakan semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam
konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat. Kosasih dalam Darsono (1999: 22) berpendapat pembelajaran IPS adalah reka
upaya membina dan mengembangkan interaksi proses belajar mengajar yang terarah,
terkendali melalui berbagai media pembelajaran sehingga menghasilkan hasil belajar yang
diharapkan Supriatna, dkk. (2006 : 4), fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia
dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sebagai mahluk sosial ( homo socius).
Sanusi memberikan penjelasan tentang studi sosial sebagai berikut :Studi sosial tidak
selalu bertaraf akademis-universiter, bahkan dapat merupakan bahan-bahan pelajaran bagi
murid-murid sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi
lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial. Studi sosial bersifat interdispliner, dengan
menetapkan pilihan judul atau masalah-maasalah tertentu berdasarkan sesuatu rangka
referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dan
IPS atau studi sosial merupakan dari bagian kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi
materi cabang-cabang ilmu sosial (Trianto, 2010: 171). IPS merupakan ilmu yang
disederhanakan untuk tujuan pendidikan yang berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi,
politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk tujuan
pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi (Barr, Barth, Shermis, 1997 dalam Sapriya, 2007
: 12).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah bidang
studi yang menelaah dan menganalisis gejala, isu sosial, dan masalah sosial dimasyarakat
berdasarkan fakta, konsep, dan generalisasi yang terdiri atas dua kajian pokok yaitu
pengetahuan sosial (antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara) dan sejarah
(perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.
2.4.1 Tujuan IPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut (Peraturan Menteri No.22 tahun 2006 tentang standar isi).
1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampun dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial). 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dam kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,maupun global.
2.5 Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan.
pembelajaran berdasarkan teori belajar. Joyce dan Weil berpendapat model pembelajaraan
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaraan dalam jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaraan di kelas atau yang lain ( Joyce dan Weil, 1980: 1 ).
Adapun berbagai macam model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran
berdasarkan interaksi sosial, yang menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu
dengan masyarakat (Max Wertheimer 1912 dalam Rusman 2010 : 136 ). Max Wertheimer
1912 dalam Rusman 2010 : 136 ) rumpun Model Interaksi Sosial antara lain :
a. Model Penentuan Kelompok b. Model Inkuiri Sosial
c. Model Bermain Peran/ Role Playing
d. Model Jurisprudensial
e. Model Simulasi Sosial
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaraan jangka panjang ). Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
model role playing.
2.6 Pengertian Model Role Playing
Menurut Sudjana (2009: 89), model pembelajaran role playing adalah suatu cara
Sedangkanmenurut Wahab (2007: 109) Role playing adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan, atau mengungkapkan kemungkinan keadaan yang akan datang, misalnya keadaan yang kemungkinan dihadapi karena semakin besarnya jumlah penduduk, atau menggambarkan keadaan imaginer yang dapat terjadi dimana dan kapan saja.
Role playing pada prinsipnya merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang
ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang
kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar siswa memberikan penilaian terhadap
pertunjukan yang sudah dilakukan. Misalnya: menilai keunggulan atau kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi
pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang
diangkat dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan
permainan peran (Depdiknas, 2008: 1).
2.6.1 Manfaat Model Pembelajaran Role Playing
Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah:
a. Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana siswa tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.
c. Role playing dapat memberikan kesenangan kepada siswa karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain siswa akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita. (Bobby De Porter, 2000: 12)
2.6.2 Tujuan Pembelajaran Role Playing
Menurut Chesler dan Fox (Basri, 2000: 23), Esensi role playing, adalah the
involvement of participant and observers in a real problem situation and the desire for
resolution and understanding that this involvement engender. Terjemahan bebasnya
“partisipan berkesempatan untuk terlibat aktif dalam situasi nyata untuk mengerti dan
memecahkan masalah”. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa penggunaan model
ini dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Ada empat asumsi yang mendasari model ini memiliki kedudukan yang sejajar
dengan model-model pembelajaran lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah:
a. Secara implisit role playing mendukung suatu situasi belajar berdasarkan
pengalaman dengan menekankan dimensi “di sini dan kini” (here and now)
sebagai isi pengajaran.
b. Role playing memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan
perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang
lain.
c. Model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf
kesadaran untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.
d. Model mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang
keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara
spontan dan analisisnya.
2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Role Playing
Mudjiono dan Dimyati (1996: 15) mengemukakan kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran role playing sebagai berikut:
a. Kelebihan Model Pembelajaran Role playing 1) Segera mendapat perhatian,
2) dapat dipakai pada kelompok kecil dan besar, 3) membantu anggota untuk menganalisa situasi, 4) menambah rasa percaya diri pada peserta, 5) membantu anggota mendalami masalah,
6) membantu peserta mendapat pengalaman yang ada pada pikiran orang lain, 7) membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah.
b. Kekurangan Model Pembelajaran Role Playing 1) Mungkin masalahnya disatukan dengan pemerannya, 2) banyak yang tidak senang memerankan sesuatu, 3) membutuhkan pemimpin yang terlatih,
4) terbatas pada beberapa situasinya, 5) ada kesulitan dalam memerankannya.
2.6.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Role Playing
Pembelajaran yang akan laksanaan di SD Negeri 11 Metro Pusat mengikuti
tahapan role playing menurut Uno (2009: 26) yaitu :
a. Apersepsi
Guru memperkenalkan siswa dengan masalah yang akan pelajari, kemudian menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh.
b. Memilih pemain
Guru dan siswa membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya.
Penataan panggung harus sesuai dengan kebutuhan, penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Akan lebih baik penataan panggung sederhana karena intinya adalah proses bermain peran dan bukan kemewahan.
d. Menyiapkan pengamat
Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat, namun pengamat juga harus terlibat aktif dalam permainan peran.
e. Permainan peran dimulai
Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang merasa bingung memerankan perannya, namun dengan bimbingan guru diharapkan siswa dapat melakukan permainan dengan baik.
f. Diskusi dan evaluasi
Guru bersama siswa mendiskusikan dan mengevaluasi permainan yang telah dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada siswa yang meminta berganti peran, atau mungkin alur cerita akan sedikit berubah.
g. Memainkan pemeranan ulang
Setelah diskusi dan evaluasi dilakukan selanjutnya adalah pemeranan ulang. Seharusnya, pada permainan kedua ini akan berjalan lebih baik dan siswa dapat memerankan perannya sesuai dengan skenario.
h. Diskusi dan evaluasi kedua
Pada tahap ini diskusi dan evaluasi lebih di arahkan pada realitas. Pada saat permainan dilakukan banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya siswa melakukan peran sebagai orang tua yang galak, kegalakkan yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi.
i. Kesimpulan dan berbagi pengalaman
Siswa diajak untuk berbagi pengalaman dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Kesimpulan tentang permasalahan yang ada pada cerita saat permainan dapat dijadikan bahan diskusi yang dihubungkan dengan materi pelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran role playing
adalah cara mengajar dengan bermain peran dalam bentuk tingkah laku kehidupan
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut
“Jika dalam pembelajaran IPS guru menerapkan model role playing dengan benar dan
langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A SD Negeri 11
BAB III
METODE PENELTIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dalam bidang
pendidikan yang dilaksanakan dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Metode penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembelajaran yang baik di dalam kelas. Proses belajar dapat berlangsung
lebih efisien dan berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang disampaikan.
Metode penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model penelitian Arikunto (2006: 74). Model penelitian ini menggunakan sistem spiral dimulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
3.2 Setting Penelitian
1. Tempat
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakanpada semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012, serta akan dilaksanakan dalam jangka 3 bulan.
3.3 Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan secara kolaboratif partisipasif antara peneliti dengan guru SD Negeri 11 Metro Pusat, yang dijadikan subjek dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat yang berjumlah 29 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 16 perempuan.
3.4 Rencana Tindakan
Model penelitian yang digunakan pada kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat seperti gambar dibawah ini:
Siklus I
Siklus II
Pada siklus I materi pembelajaran adalah “Tokoh-tokoh Kemerdekaan” kegiatan ini diawali dengan:
3.5.1 Tahap Perencanaan
a. Menetapkan materi pokok yaitu Tokoh-tokoh Kemerdekaan.
b. Mendiskripsikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklus I.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan. d. Menyusun alat tes (evaluasi).
e. Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Role Playing, dengan menggunakan lembar observasi.
f. Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kualitatif dan kuantitatif.
g. Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh seluruh tim peneliti yang terdiri
dari satu orang pengajar dan satu orang observer secara bersama-sama, dan dilakukan setiap akhir siklusnya.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran dengan materi pokok bahasan tokoh-tokoh
proklamasi Indonesia, dengan rincian kegiatan:
Guru memperkenalkan siswa dengan masalah yaitu bagaimana perjuangan para pahlawan kemerdekaan dalam merebut Kemerdekaan Indonesia.
b. Memilih pemain
Guru dan siswa membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa
yang akan memainkannya. Pemilihan peran dapat dicontohkan seperti Andi anak yang percaya diri sebagai dr. Radjiman Wedyodiningrat, Joko anak yang memiliki sikap yang tegas sebagai Bung Karno, Dian anak yang pintar dalam berbicara sebagai Bung Hatta. Pemilihan karakter dapat dilihat juga dari
tingkah laku anak dalam kegiatan belajar mengajar dan bermain pada jam istirahat.
c. Menata panggung
Guru menyiapkan beberapa bangku yang disusun dan di setting seperti
layaknya suasana persiapan detik-detik kemerdekaan Indonesia.
d. Menyiapkan pengamat
Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat, pengamat bisa dari kelompok yang belum melakukan kegiatan role playing. Dalam hal ini siswa yang belum bermain peran melakukan pengamatan berupa alur cerita dan
tingkah laku siswa dalam bermain peran. Seperti jalan cerita yang sesuai dengan teks dan tingkah laku pemeran yang sesuai dengan watak yang telah ada dalam cerita.
Permainan dimulai dari kelompok 1 terlebih dahulu, kemudian siswa yang memainkan peran yang telah di bagi sesuai dengan peran masing-masing. Misalnya kelompok 1 yang terdiri dari 9 orang. Kelompok ini memainkan
tentang peristiwa Rengas Dengklok.
f. Diskusi dan evaluasi
Guru bersama siswa mendiskusikan dan mengevaluasi permainan yang telah dilakukan kelompok 1. Seperti Joko yang banyak tertawa ketika sedang berperan sebagai Bung Karno. Kemudian guru memberi saran agar penampilan
selanjutnya dapat lebih baik.
g. Permainan pemeranan ulang
Setelah diskusi dan evaluasi dilakukan selanjutnya adalah pemeranan yang ditampilkan oleh kelompok 2.
h. Diskusi dan evaluasi kedua
Pada tahap ini diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Pada saat permainan dilakukan banyak peran yang melampaui batas kenyataan atau di luar skenario. Misalnya terjadinya salah komunikasi saat golongan muda yang mendesak Bung Karno dan Bung Hatta yang untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Permasalahan tersebut dijadikan bahan diskusi tentang mengapa hal itu bisa terjadi.
i. Kesimpulan dan berbagi pengalaman
Siswa dipersilahkan memberi pendapat dan menarik kesimpulan yang
3.5.3 Tahap Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi (instrument), meliputi lembar observasi (instrument) tentang aktivitas siswa
selama proses pembelajaran dan kinerja guru dalam pelaksanaan tindakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanakan pemecahan masalah dan kinerja guru selama proses pembelajaran.
3.5.4 Tahap Refleksi
Berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi, selanjutnya dilakukan analisis
data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Pada kegiatan refleksi yang menjadi
acuan keberhasilan adalah apakah dalam proses pembelajaran tujuan dan kompetensi dasar sudah dicapai, bagaimana hasil dari proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik (metode pembelajaran, pengelolaan kelas, teknik pemberian tugas, dan cara membimbing kelompok siswa dalam pemecahan masalah). Dan apakah hasil dari
Hasil analisis pada tahap pertama dijadikan sebagai bahan untuk membuat rencana tindakan yang akan dilakukan guru di siklus berikutnya (kedua).
Siklus II
Materi yang akan disampaikan adalah menghargai jasa-jasa tokoh kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilakukan
sama seperti pada siklus I.
3.5.5 Tahap Perencanaan
a. Menetapkan materi pokok yaitu menghargai jasa-jasa tokoh kemerdekaan Indonesia.
b. Mendiskripsikan dan menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas sebagai tindakan dalam siklusII.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
d. Menyusun alat tes (evaluasi).
e. Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Role Playing, dengan menggunakan alat observasi.
f. Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kualitatif dan kuantitatif.
g. Menetapkan cara refleksi yang dilakukan oleh seluruh tim peneliti yang terdiri dari
satu orang pengajar dan satu orang observer secara bersama-sama, dan dilakukan
3.5.6 Tahap Pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran dengan materi pokok bahasan Menghargai jasa-jasa tokoh kemerdekaan, dengan rincian kegiatan:
a. Apersepsi
Guru memberikan tanya jawab kepada siswa mengenai masalah yaitu Menghargai jasa-jasa tokoh kemerdekaan.
b. Memilih pemain
Guru dan siswa membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam hal ini guru memberikan karakter berdasarkan tingkah laku siswa dalam belajar dan bermain di lingkungan sekolah. Seperti Anton anak yang suka humoris dapat di pemeran sebagai
Anang karakter yang keras tetapi lucu jika sedang berbicara, sedangkan Mamat anak yang pemarah dapat diperankan sebagai Togar yang memiliki karakter yang keras kepala dan egois.
c. Menata panggung
Guru menyiapkan ruang kelas seperti layaknya sebuah desa yang sedang
melakukan kerja bakti.
Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat, pengamat bisa dari kelompok yang tidak/belum melakukan kegiatan role playing. Pengamatan berupa alur cerita dan tingkah laku siswa dalam memerankan tokoh yang
diperankan. Seperti jalan cerita yang sesuai dengan teks dan tingkah laku pemeran yang sesuai dengan watak yang telah ada dalam cerita.
e. Permainan peran dimulai
Permainan dimulai dari kelompok 3 terlebih dahulu. Kelompok 3 membahas tentang mengenang jasa para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia dengan menghargai perbedaan.
f. Diskusi dan evaluasi
Guru bersama siswa mendiskusikan dan mengevaluasi permainan yang telah dilakukan kelompok 3. Kemudian guru memberi saran agar penampilan
selanjutnya dapat lebih baik.
g. Permainan pemeranan ulang
Setelah diskusi dan evaluasi dilakukan selanjutnya adalah pemeranan yang ditampilkan oleh kelompok 2 dan selanjutnya.
h. Diskusi dan evaluasi kedua
Pada tahap ini diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Pada saat
permainan dilakukan banyak peran yang melampui batas kenyataan atau di luar skenario. Misalnya terjadinya salah pengucapan bahasa daerah yang memiliki karakter yang keras dan sabar. Permasalahan tersebut dijadikan bahan diskusi
i. Kesimpulan dan berbagi pengalaman
Siswa dipersilahkan memberi pendapat dan menarik kesimpulan yang
dihubungkan dengan materi pelajaran.
3.5.7 Tahap Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.Pelaksanaan observasi dilakukan oleh observer dengan menggunakan
lembar observasi (instrument), meliputi lembar observasi (instrument) tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan kinerja guru dalam pelaksanaan tindakan untuk melihat peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanakan
pemecahan masalah dan kinerja guru selama proses pembelajaran.
3.5.8 Tahap Refleksi
Berdasarkan data hasil observasi dan evaluasi, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai bahan kajian pada kegiatan refleksi. Analisis dilakukan dengan cara
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Pada kegiatan refleksi yang menjadi acuan keberhasilan adalah apakah dalam proses pembelajaran tujuan dan kompetensi dasar sudah dicapai, bagaimana hasil dari proses pembelajaran sudah berjalan dengan
proses pembelajaran secara kuantitatif ditinjau dari KKM ≥ 60 yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sudah tercapai.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah :
1. Teknik Tes
Tes hasil belajar siswa.
2. Teknik Non tes
Observasi siswa dan kinerja guru.
3.7 Alat/Instrumen Pengumpul Data
1) Lembar Pengamatan (observasi), instrumen ini dirancang oleh peneliti berkolaborasi
dengan guru kelas (mata pelajaran). Lembar ini digunakan untuk mengumpulkan data kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam model role playing
2) Tes Hasil Belajar, instrumen ini dirancang oleh peneliti dengan berkolaborasi dengan
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1 Teknik Kualitatif
Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan
pengamatan secara langsung terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi. Data aktivitas diperoleh dari perilaku yang relevan dengan tujuan
pembelajaran.
3.8.2 Teknik Kuantitatif
Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendiskripsikan berbagai dinamika
kemajuan kualitas belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.Dalam hal ini nilai akhir siswa dibandingkan dengan nilai awal kemudian dihitung selisihnya, selisihnya itu yang menjadi kemajuan atau
kemunduran belajar.
Rumus penilaian dengan persen dari lembar observasi kinerja guru di atas
adalah sebagai berikut :
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor guru
NP = R x 100 %
SM = Skor maksimum ideal dari tes
Kriteria keberhasilan aktivitas kinerja guru dalam persen (%) 81% - 100% = baik sekali
61% - 80% = baik 41% - 60% = cukup 21% - 40% = kurang 0 - 20 % = kurang sekali
(Sumber: adopsi Arikunto, 2007: 44)
3.9 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah :
1. Adanya peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model Role Playing di setiap siklusnya.
2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.
3. Tingkat keberhasilan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai 75% ke atas, atau masuk kategori tinggi.
3.10 Jadwal pelaksanaan
Minggu ke. . . .
Juni Juli Agustus September Oktober
No.
Kegiatan
Perencanaan c. Observasi / evaluasi d. Refelksi
Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan
b. Pelaksanaan tindakan c. Observasi / evaluasi d. Refelksi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan , dapat disimpulkan:
5.1.1 Penggunaan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas
V A SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS. Hal ini
dapat ditunjukkan dari peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar (56,76%)
dengan kriteria “sedang” dan pada siklus II sebesar (80,15%) dengan kriteria “tinggi”. Hal ini
menunjukan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (23,39%).
5.1.2 Penggunaan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V A
SD Negeri 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa, pada siklus I rata – rata hasil belajar siswa adalah
67,6 meningkat 7,4 sehingga rata – rata hasil belajar siswa siklus II adalah 75 peningkatan hasil
belajar siswa diikuti pula oleh ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I siswa tuntas belajar 18
orang (62,7%) bertambah 5 siswa (17,24%) sehingga pada siklus II siswa tuntas belajar 23
Siklus Kategori Nilai Banyak siswa Presentase Tuntas >60 18 62,07% I Belum Tuntas <60 11 37,93%
Jumlah 29 100 %
Tuntas >60 23 79,31% II Belum Tuntas <60 6 20,69%
Jumlah 29 100%
Peningkatan tiap Siklus 5 siswa (17,24% )
4.20 Tabel Presentase Ketuntasan belajar siswa
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
5.2.1 Kepada Para Guru
1. Karena dengan model pembelajaran role playing terbukti mampu meningkatkan hasil
belajar siswa maka disarankan kepada para guru untuk dapat menggunakan model pembelajaran
ini pada materi yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran role playing.
2. Karena dengan model pembelajaran role playing terbukti mampu meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, maka disarankan kepada para guru untuk
dapat menggunakan model pembelajaran ini pada materi yang sesuai dengan karakteristik model
pembelajaran role playing.
5.2.2 Kepada Pihak Sekolah
Karena model pembelajaran role playing terbukti mampu meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, maka disarankan kepada pihak sekolah untuk memotivasi dan memberikan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA
KELAS V A SDNEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
( Skripsi )
Oleh
ALBERT KARIM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA
KELAS V A SDNEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
ALBERT KARIM
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas lampung
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Halaman 3.4 Alur Siklus Penelitian ... 4.3.1 Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa Per-siklus ... 4.3.2 Grafik Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus ... 4.3.3 Grafik Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Per-siklus ...
19 65 66
DAFTAR ISI
2.3 Pengertian Hasil Belajar ... 2.4 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial...BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian... 4.2 Pelaksanaan Penelitian... 4.3 Pembahasaan...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA...
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
... 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Basri, Syamsu. 2000. Teaching Speaking. Makalah disampaikan pada Penataran Instruktur Guru Bahasa Inggris SLTP Swasta tanggal 8 - 19 februari 2000 di Jakarta.(Diakses tanggal 1 maret 2011 http://www.wordpress.com)
Bobby De Porter & Mike Hemacki, dkk. 2000. Quantum Learning. Kaifa. Bandung.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta. Jakarata.
Darsono. 2007. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Role Playing Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial Kelas Va SDN 5 Metro Barat Tahun 2007. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
DEPDIKNAS.2008.Pendidikan Kewarganegaraan SD. Balai Pustaka. Jakarta.
Diakses dari http://sunartombs.wordpres.co/2009/01/05/pengertian-prestasi-belajar/25012011.
Diakses dari http://wijayalabs.wordpress.com/2008/04/22/model-model-pembelajaran/).
Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar
Dimyati & Mudjiono. 1996. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta & Depdikbud. Jakarta.
Hamalik. 2007. Kurikulum Dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta
Kamus Bahasa Indonesia. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Amelia. Surabaya
Kosasih dkk. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Grasindo. Jakarta.
Kunandar. 2010. LangkahMudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT Rajawali Pers. Jakarta. 311 hlm.
Mudairin. 2009. Role Playing Suatu Alternatif Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan dalam Meningkatkan Keterampilan Siswa. (diakses tanggal 26 Oktober 2010 http://www.infodiknas.com).
Nashar.2004. Peranan Motifasi dan Kemampuan Awal. Delia Press. Jakarta.
Poerwanto, Endang. 2008. Asesmen pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Rusman.2010. Model – Model Pembelajaran Mengembankan Profesionalisme Guru. PT RajaGrafindo Persada. Bandung
Sardjiyo, dkk. 2009. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS Di SD. Upi Pres. Bandung.
Slameto. 2003 Belajar Dan Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Surabaya
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo. Bandung.
Sumaatmadja, Nursid. 1984. Metodelogi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Alumni 1984. Bandung.
Supriatna, Nana dkk. 2006. Pendidikan IPS di SD. UPI PREES. Bandung.
Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka. Jakarta.
……... 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.
Uno , Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran.Bumi Aksara. Jakarta
UU No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. 2003. Rineka Cipta. Jakarta.
Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan model-model mengajar. Alfabeta. Bandung
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Jadwal Pelaksanaan ...
1.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ...
4.1 Hasil Aktivitas Siswa (Siklus I Pertemuan 1) ... 4.2 Hasil Aktivitas Siswa (Siklus I Pertemuan 2) ... 4.3 Persentase Aktivitas Siswa (Siklus I) ...
4.4 Hasil Kinerja Guru
(Siklus I Pertemuan 1 dan pertemuan 2) ...
4.6 Persentase Kinerja Guru (Siklus I) ...
4.7 Hasil Belajar Siswa (Siklus I) ...
4.8 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ...
4.9 Hasil Aktivitas Siswa (Siklus II Pertemuan 1) ... 4.10 Hasil Aktivitas Siswa (Siklus II Pertemuan 2) ... 4.11 Persentase Aktivitas Siswa (Siklus II) ... 4.12 Hasil Kinerja Guru
(Siklus I Pertemuan 1 dan pertemuan 2) ... 4.13 Persentase Kinerja Guru (Siklus II) ... 4.14 Hasil Belajar Siswa (Siklus II) ... 4.15 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 4.16 Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 4.17 Rekapitulasi Persentase Kinerja Guru Per-Siklus ... 4.18 Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 4.19 presentase hasil ketuntasn siswa...
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama mahasiswa : Albert Karim
NPM : 1013099001
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Program studi : S 1 PGSD
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Lampung
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS dengan MenggunakanModel Role Playing Pada Siswa Kelas V A SD Negeri 11 Metro Pusat” tersebut adalah benar – benar hasil sendiri.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang - undang dan peraturan yang berlaku.
Metro, September 2012 Yang membuat pernyataan,
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Ibu tercinta. Terimakasih yang tak terhingga untuk semua kasih sayang yang tak ada
batasnya, semua yang telah diberikan akan selalu menjadi motivasi untuk menjalani hidup
lebih baik.
2. Kakak dan seluruh keluarga yang selalu memberi motivasi dan doa demi terselesaikannya
skripsi ini.
3. Rekan-rekan seangkatan yang selalu memberi semangat untuk bersama-sama menyelesaikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmad dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tanpa ada halangan apapun.
Penulis menyadari bahwa terselesainya pembuatan skripsi ini berkat bantuan dari banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP UNILA.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
UNILA.
3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi S1 PGSD FKIP UNILA.
4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd. selaku Ketua UPP S1 PGSD Metro Dosen Pembimbing
Skripsi. atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Dra. Hj. Nelly Astuti, M. Pd selaku dosen penguji pada ujian skripsi. Terima kasih
atas masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu;
6. Kedua Orang Tua tercinta yang selalu memberikan motivasi kepadaku.
7. Rekan-rekan dari semua pihak yang telah banyak membantu dalam memberikan inspirasi
guna penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini belum mencapai hasil yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran senantiasa penulis harapkan kepada semua pihak demi kesempurnaan di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala perhatian, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Metro, Oktober 2012
Judul Skripsi : MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V A
SDNEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN2011/2012
NamaMahasiswa : Albert Karim
NPM :
1013099001
Program Studi : S-1 PGSD
Fakultas : Keguruan Dan IlmuPendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Dosen Pembimbing
Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Dra. Asmaul Khair, M.Pd.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Asmaul Khair, M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dra. Hj. Nelly Astuti, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
MOTTO
Gunakanlah filosofi anak balita, yang selalu berusaha
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 19 Mei 1989. Merupakan Putra dari Bapak Hi. Abdul Karim (Alm) dan Ibu Farida.
Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Teladan Kota Metro diselesaikan tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Metro Pusat diselesaikan tahun 2004, dan penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Negeri 4 Metro Pusat diselesaikan tahun 2007, tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Diploma II
Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Program Studi