• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Mutu Minuman Susu Jahe Merah Dengan Kemasan Botol PET Selama Penyimpanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Mutu Minuman Susu Jahe Merah Dengan Kemasan Botol PET Selama Penyimpanan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MUTU MINUMAN SUSU JAHE MERAH DENGAN

KEMASAN BOTOL PET SELAMA PENYIMPANAN

FARISA NURINTAN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Mutu Minuman Susu Jahe Merah Dengan Kemasan Botol PET Selama Penyimpanan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FARISA NURINTAN. Kajian Mutu Minuman Susu Jahe Merah Dengan Kemasan Botol PET Selama Penyimpanan. Dibimbing oleh SUKARNO.

Zingiber officinale Roscoe var. Rubrum atau sering disebut dengan jahe merah adalah tanaman obat yang banyak digunakan sebagai herbal atau obat-obatan. UMKM Narasa adalah usaha mikro yang menggunakan jahe merah sebagai komposisi pada bahan pangan berupa minuman susu jahe merah. Pengemasan menggunakan botol PET pada minuman susu jahe merah ini dapat membantu memperpanjang umur simpan selama 9 hari. Mutu secara mikrobiologis diketahui jumlah total mikroba pada minuman susu jahe merah sebesar 6 x 102 koloni/ml. Analisis proksimat menunjukkan kadar air pada susu jahe merah sebesar 84.73 %, kadar abu 0.46 %, kadar lemak 1.85 %, kadar protein 0.54 %, dan kadar karbohidrat 12.42 %. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan minuman susu jahe merah masih memiliki aktivitas antioksidan namun dalam konsentrasi yang cukup besar. Nilai IC50 pada minuman

susu jahe merah ini adalah 1142.08 mg/ml, nilai tersebut dapat mengklasifikasikan aktivitas antioksidan pada minuman susu jahe merah ini sebagai golongan yang sangat lemah.

Kata kunci: jahe merah, kemasan, botol PET

ABSTRACT

FARISA NURINTAN. The Quality Review of the Red Ginger Milk Beverage with PET Bottle During Storage. Supervised by SUKARNO.

Zingiber officinale Roscoe var. Rubrum or commonly known as red ginger is mostly used as herbal or medicinal products. UMKM Narasa is a home-based industry which is using the red ginger as the main composition of food product, that is red ginger milk beverage. The use of PET bottle for the packaging of red ginger milk beverage can help in extending the shelf life for 9 days. The quality microbiologically is determined in the total number of microbes for red ginger milk beverage by 6 x 102 colonies/ml. Proximate analysis showed the red ginger milk beverage consists of 84.73 % water, 0.46 % ash, 1.85 % fat, 0.54 % protein, and 12.42 % carbohydrate. The antioxidant activity using DPPH method showed the activity of antioxidant for red ginger milk beverage on its capabilty to reduce the free radical but in the high concentration. IC50 values of the red ginger milk

beverage is 1142.08 mg/ml, this value can classify the activity of antioxidant in red ginger milk beverage as a very weak activity.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

KAJIAN MUTU MINUMAN SUSU JAHE MERAH DENGAN

KEMASAN BOTOL PET SELAMA PENYIMPANAN

FARISA NURINTAN

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini adalah pengemasan produk pangan, dengan judul Kajian Mutu Minuman Susu Jahe Merah Dengan Kemasan Botol PET Selama Penyimpanan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sukarno, M.Sc selaku pembimbing, serta pihak UMKM Narasa yang telah bekerjasama dalam pembuatan sampel penelitian. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Mbak Arianti, Pak Taufik, Pak Yahya, serta teknisi laboratorium SEAFAST dan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, serta seluruh keluarga, sahabat, dan teman-teman dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan angkatan 47 atas segala doa dan dukungannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan pendidikan sarjana teknologi pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

METODE 4

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Pengamatan Umur Simpan 8

Uji Sanitasi Air dan Analisis Total Mikroba 12

Analisis Proksimat 14

Analisis Kapasitas Antioksidan 16

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR TABEL

Perubahan pH selama penyimpanan 10

Nilai MPN/ml pada uji sanitasi air 12

Total mikroba 13

Hasil analisis proksimat 14

Informasi nilai gizi pada krimer kental manis 14

Komposisi jahe segar (tiap 100 gram bahan) menurut Direktorat Gizi

Departemen Kesehatan RI (1972) 15

Informasi nilai gizi pada minuman jahe merah berkrim 16 Kapasitas antioksidan pada standar asam askorbat dan susu jahe merah 17 Klasifikasi aktivitas antioksidan berdasarkan nilai IC50 (Blois 2005) 18

DAFTAR GAMBAR

Kemasan yang digunakan dalam penelitian (K1. K2, dan K3) 6 Grafik penurunan pH susu jahe merah sebelum dikemas 9

Grafik penurunan pH pada suhu penyimpanan 6 °C 9

Grafik penurunan pH pada penyimpanan suhu ruang 11 Grafik pengaruh waktu dan suhu penyimpanan terhadap pH pada susu

pasteurisasi (Elrahman et al 2013) 11

Grafik kapasitas antioksidan pada standar asam askorbat 17 Grafik kapasitas antioksidan pada minuman jahe merah berkrim 18

DAFTAR LAMPIRAN

Karakteristik susu pasteurisasi menurut SNI 01-5951-1995 (BSN 1995) 22 Persyaratan air minum menurut SNI 01-3553-2006 (BSN 2006) 23

Tabulasi pH selama pengamatan umur simpan 24

Tabulasi data analisis total mikroba 26

Tabulasi data uji sanitasi air dengan media LB dan tabung Durham 27

Hasil analisis proksimat 28

Data analisis kapasitas antioksidan 30

Komposisi bahan baku pada minuman jahe merah berkrim per 5 liter air 31 Diagram alir proses pembuatan minuman jahe merah berkrim sebelum

perbaikan 32

Diagram alir pembuatan minuman jahe merah berkrim dalam kemasan

setelah perbaikan 33

Standard Operational Procedure (SOP) Pekerja 34

Standard Operational Procedure (SOP) Bahan Baku 35 Standard Operational Procedure (SOP) Peralatan Produksi 36 Standard Operational Procedure (SOP) Ruang Produksi 37 Standard Operational Procedure (SOP) Proses Produksi 38

Standard Operational Procedure (SOP) Produk 39

(11)
(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang dibentuk berdasarkan inisiatif seseorang atau suatu kelompok masyarakat yang memiliki ide untuk berwirausaha sekaligus memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, pengertian usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Sebagaimana diatur dalam undang-undang tersebut, kriteria usaha mikro dapat dilihat dari asset dan omsetnya, yaitu memiliki asset maksimal 50 juta rupiah dan omset maksimal 300 juta rupiah.

Berdasarkan riset dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2011, UMKM mampu berkontribusi besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 61.9 % pemasukan produk domestik bruto (PDB) melalui pembayaran pajak. Dari jumlah tersebut, sektor usaha mikro menyumbang 36.28 % PDB, sedangkan sektor usaha kecil menyumbang 10.9 % PDB dan sektor usaha menengah menyumbang 14.7 % PDB dari pajak pembayaran pajak tersebut. Sementara itu, sektor usaha besar hanya menyumbang 38.1 % PDB (BPS 2011).

Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, di Indonesia jumlah UMKM sampai tahun 2012 mencapai lebih dari 56 juta usaha dengan jumlah tenaga kerja mencapai lebih dari 107 juta orang. UMKM sangat berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran karena dapat memberdayakan tenaga kerja dengan meningkatkan keterampilan masyarakat dalam berwirausaha. Selain itu, UMKM juga membantu meningkatkan pendapatan daerah maupun pendapatan negara.

Peran lain dari UMKM adalah memanfaatkan sumber daya alam yang cukup berlimpah dan meningkatkan nilai jual pada sumber daya alam tersebut. Salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan adalah jahe merah dan rempah-rempah yang menjadi komoditas unggulan di Indonesia. Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe var. Rubrum) merupakan tanaman yang biasanya digunakan sebagai herbal atau obat-obatan. Komposisi kimia jahe merah terdiri dari minyak atsiri 2 – 4 % yang menyebabkan aroma harum, dimana komponen utamanya adalah zingiberen (35 %), kurkumin (188 %), farnese (10 %), serta bisabolene dan β -sesquiphellandrene dalam jumlah kecil (Govindarajan 1982).

(14)

2

antitusif, analgesik, antipiretik, antiinflamasi, menurunkan kadar kolesterol, dan lain-lain (Hapsoh et al 2010).

Selain jahe merah, rempah-rempah juga sumber daya alam yang produksinya cukup banyak di Indonesia dan perlu dimanfaatkan karena memiliki banyak keunggulan. Berdasarkan definisi dari International Organization for Standardization (ISO), rempah-rempah diartikan sebagai produk sayuran atau campuran produk sayuran yang bebas dari benda asing, yang digunakan untuk memberikan flavor, membumbui, dan memberikan aroma yang spesifik dalam makanan. Rempah-rempah pada umumnya digunakan masyarakat hanya sebagai penambah cita rasa. Namun di samping fungsinya sebagai penambah cita rasa, rempah-rempah dapat digunakan sebagi pengawet alami pada makanan.

Rempah-rempah memiliki kandungan berbagai jenis senyawa seperti minyak volatil, oleoresin, pigmen, dan senyawa flavor. Karakteristik lain dari rempah-rempah yang diketahui adalah sifatnya sebagai antioksidan dan antimikroba. Rempah-rempah diketahui memiliki kemampuan sebagai fungistatik atau bakteriostatik. Kemampuan tersebut bergantung pada jenis dan jumlah komponen bioaktif pada rempah atau ekstrak tanaman tersebut. Komponen minyak atsiri pada rempah-rempah memiliki aktivitas antimikroba yang dapat menghambat atau membunuh mikroba patogen atau pembusuk (Wijaya et al 2011). Aplikasi rempah-rempah sebagai antioksidan dan antimikroba banyak dilakukan pada produk pangan terutama untuk menghambat kerusakan produk dan memperpanjang umur simpan.

Salah satu usaha mikro yang menggabungkan semua komposisi bermanfaat tersebut adalah Usaha Mikro Susu Jahe Merah dengan merk dagang Narasa. Usaha ini didirikan pada tanggal 27 Agustus 2011 oleh Bapak Heru Mulyana. Proses produksi susu jahe merah ini masih menggunakan peralatan tradisional dan sederhana serta beberapa proses masih dilakukan secara manual oleh tenaga kerja manusia. Distribusi susu jahe merah ini biasanya dijual langsung setelah diproduksi dengan menggunakan gerobak dorong dan dijajakan di perumahan Dian Asri Cibinong pada pukul 19.00 – 21.00 dan di jalan Pabuaran pada pukul 21.00 – 23.00. Susu jahe merah yang dijual harus habis setelah masa produksi karena umur simpannya hanya bertahan 1 hari dan tidak dikemas. Dengan pengemasan yang benar diharapkan umur simpan susu jahe merah ini dapat lebih lama dan dapat didistribusikan lebih luas serta dapat meningkatkan pendapatan usaha mikro tersebut.

Kemasan pada produk pangan dapat mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari kontaminasi serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan, dan getaran (Triyanto et al 2013). Oleh karena itu, pengemasan dapat memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas bahan pangan lebih lama. Pada umumnya terdapat dua jenis kemasan plastik yang sering digunakan sebagai kemasan pangan yaitu plastik polipropilena (PP) dan polietilena tereptalat (PET). Kedua jenis plastik ini sering digunakan karena murah dan mudah ditemui (Yanti et al 2008).

(15)

3 PET antara lain tembus pandang atau transparan dalam berbagai bentuk, bersih, dan jernih; tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 300 °C; permeabilitas terhadap uap air dan gas rendah; serta tahan terhadap pelarut organik dari buah-buahan sehingga dapat digunakan untuk mengemas sari buah atau minuman bersoda (Mujiarto 2005)

Penelitian mengenai mutu pada minuman susu jahe merah ini belum pernah dilakukan sebelumnya, begitu pula pada penelitian susu jahe yang lainnya. Sehingga pustaka yang digunakan mengacu pada penelitian mengenai susu pasteurisasi dan mengenai kualitas rempah-rempah dan jahe, khususnya jahe merah. Penelitian mengenai susu pasteurisasi dilakukan oleh Elrahman et al pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa umur simpan susu pasteurisasi adalah 9 hari dengan penyimpanan suhu dingin. Menurut Hernani dan Winarti (2010), senyawa antioksidan alami dalam jahe cukup tinggi dan sangat efisien dalam menghambat radikal bebas superoksida dan hidroksil yang dihasilkan oleh sel-sel kanker, dan bersifat sebagai antikarsinogenik, non-toksik dan non-mutagenik pada konsentrasi tinggi.

Perumusan Masalah

Selama ini susu jahe merah yang diproduksi tidak dikemas secara tertutup sehingga umur simpannya hanya beberapa jam saja. Melalui penelitian ini, akan dicari kemasan apakah yang memberikan umur simpan paling lama dari ketiga kemasan yang tersedia pada pasar serta berapa lama umur simpan dari kemasan yang terpilih. Selain itu, pada bahan baku sebelumnya digunakan gula merah dan garam yang dapat meningkatkan jumlah karbohidrat dan mineral terutama komponen natrium pada minuman susu jahe merah. Setelah gula dan garam tersebut dihilangkan, bagaimanakah mutu dalam minuman susu jahe merah tersebut dari sisi mikrobiologis maupun kimia dan apakah sudah sesuai dengan SNI susu pasteurisasi atau masih memerlukan perbaikan dalam bahan baku yang digunakan. Komposisi yang paling banyak selain air dalam minuman susu jahe merah ini adalah jahe merah, dimana jahe merah tersebut memiliki kandungan senyawa-senyawa antioksidan yang tinggi. Dengan adanya proses pasteurisasi, apakah masih terdapat aktivitas antioksidan dan bagaimanakah kapasitas antioksidan tersebut dalam meredam radikal bebas pada konsentrasi tertentu.

Tujuan Penelitian

(16)

4

Manfaat Penelitian

Manfaat utama dari penelitian ini adalah membantu usaha mikro Susu jahe Merah Narasa dalam meningkatkan kualitas susu jahe merah yang meliputi pengurangan penggunaan garam dan gula pada bahan baku, perbaikan proses produksi, dan penetapan rasio bahan baku. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat dipilih kemasan yang dapat memperpanjang umur simpan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014 hingga Oktober 2014 bertempat di laboratorium SEAFAST dan Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Pengambilan sampel dan pengemasan susu jahe merah dilakukan di Perumahan Dian Asri Cibinong, yaitu rumah produksi dari susu jahe merah.

METODE

Susu jahe merah produksi UKM Narasa ini merupakan susu pasteurisasi yang memiliki umur simpan kurang dari tiga bulan. Oleh karena itu, pengamatan umur simpan pada penelitian ini menggunakan metode Extended Storage Studies (ESS), yaitu metode penyimpanan tanpa pengkondisian atau penyimpanan pada kondisi biasa sehari-hari dan melakukan pengamatan serta analisa terhadap perubahan yang terjadi (Rahayu dan Arpah 2003). Parameter perubahan mutu pada pengamatan umur simpan ini adalah penurunan pH pada susu yang merupakan indikator adanya asam hasil fermentasi bakteri asam laktat pada susu. Susu pasteurisasi yang sudah mengalami kerusakan biasanya ditandai dengan adanya pengendapan pada sistem emulsi dan perubahan aroma yang dominan asam.

(17)

5

Bahan

Bahan yang digunakan untuk pengamatan umur simpan adalah air destilata dan susu jahe merah yang telah diproduksi oleh UKM Narasa dan telah dimasukkan ke dalam tiga jenis kemasan berbeda. Bahan yang digunakan untuk uji sanitasi air dan anlisis total mikroba adalah air keran, air matang, susu jahe merah, air destilata, Plate Count Agar (PCA), Lactose Broth (LB), Eosin Methylene Blue Agar (EMBA), K2HPO4, larutan pengencer, kapas, dan

alumunium foil. Bahan yang digunakan untuk analisis proksimat adalah HCl 25%, air destilata, kertas saring, kapas, heksana, K2SO4, HgO, H2SO4, batu didih,

larutan 60% NaOH – 5% Na2S2O3, larutan H3BO3, indikator metilen merah dan

metilen biru, HCl 0.02 N, larutan NaOH, dan fenolftalein. Bahan yang digunakan untuk analisis kapasitas antioksidan adalah susu jahe merah, metanol pa, larutan buffer asetat pH 5.3, pereaksi DPPH (1,1 Diphenyl-2-picrylhidrazyl), dan akuades.

Alat

Alat yang digunakan untuk pengamatan umur simpan adalah pH meter, gelas piala, cup plastik PP, botol plastik PET, refrigerator, dan cup sealer. Alat yang digunakan untuk uji sanitasi air dan analisis total mikroba adalah cawan petri, tabung reaksi bertutup, rak tabung reaksi, erlenmeyer 500 ml, erlenmeyer 300 ml, pipet volumetrik 10 ml, pipet mikro, gelas pengaduk, gelas ukur 1 liter, sudip, timbangan analitik, jarum ose, bunsen, autoklaf, dan inkubator. Alat yang digunakan untuk analisis proksimat adalah cawan alumunium, oven vakum, oven pengering, timbangan analitik, cawan porselen, tanur, soxhlet, desikator, penjepit cawan, gelas piala, kaca arloji, penangas, ruang asam, pH meter, labu lemak, labu Kjeldahl, buret, dan labu erlenmeyer. Alat yang digunakan untuk analisis kapasitas antioksidan adalah spektrofotometer, sentrifuse, tabung reaksi bertutup, gelas ukur, tabung sentrifuse, labu takar 100 ml, pipet mohr, timbangan, pipet mikro, gelas piala, dan stopwatch.

Prosedur Analisis Data

Pengamatan Umur Simpan

(18)

6

Gambar 1 Kemasan yang digunakan dalam penelitian (K1. K2, dan K3) Ketiga jenis kemasan ini kemudian disimpan pada suhu ruang atau tidak dimasukkan ke dalam refrigerator (S1) dan suhu 6 °C atau suhu refrigerator (S2). Kemudian susu diamati setiap hari dan pH pada masing-masing kemasan diukur menggunakan pH meter. Pengamatan secara organoleptik dilakukan secara kualitatif dengan melihat perubahan fisik pada susu yang terdiri atas warna, aroma, dan stabilitas emulsi. Dari pengamatan ini, dapat dilihat pada kemasan mana susu jahe mengalami penurunan pH paling cepat dan paling lama.

Uji Sanitasi Air dan Analisis Total Mikroba

Uji sanitasi air dilakukan untuk membandingkan apakah air sebelum dimasak dan setelah dimasak total mikrobanya memenuhi persyaratan air minum menurut SNI 01-3553-2006. Untuk menghitung APM koliform secara sensitif di dalam air, menggunakan metode MPN 5 seri tabung. Pengenceran dilakukan dari 100 hingga 10-3. Media yang digunakan adalah Lactose Broth (LB) yang telah disisipkan tabung Durham. Masing-masing pengenceran dipipet sebanyak 1 ml ke dalam setiap tabung reaksi bertutup. Kemudian tabung diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume dalam tabung Durham. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan gas diperpanjang lagi inkubasinya sampai 48 jam. Jika tetap tidak terbentuk gas, dihitung sebagai tabung negatif. Jumlah tabung positif dihitung pada masing-masing seri pengenceran. Untuk memastikan bahwa terdapat bakteri koliform pada tabung yang positif, dilakukan uji penguat dengan media padat EMBA. Hasil pada tabung pertama yang positif pada setiap pengenceran diinokulasikan dengan jarum Ose dan digoreskan dengan goresan kuadran. Semua cawan diinkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam. Adanya koloni berwarna hijau metalik menunjukkan adanya bakteri koliform Escherichia coli.

Analisis total mikroba dilakukan pada air sebelum dan sesudah dimasak, serta pada susu jahe merah dengan kemasan yang memiliki umur simpan paling lama. Analisis total mikroba dilakukan dengan memipet 1 ml sampel pada pengenceran 100, 10-1, 10-2, dan 10-3 ke cawan petri steril. Kemudian sebanyak 12

(19)

7 untuk dihitung (TBUD) dan jika tidak ada koloni yang tumbuh ditulis kurang dari satu kali pengenceran terendah.

Analisis Proksimat

Analisis kadar air menggunakan metode oven vakum menurut AOAC 925.45 tahun 1999. Cawan alumunium kosong yang telah dikeringkan selama 15 menit didinginkan kemudian ditimbang. Sebanyak 10 – 11 gram susu jahe merah ditimbang dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan pada oven vakum dengan suhu 70 °C dan tekanan 25 mmHg selama 2 jam. Setelah selesai cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.

Analisis kadar abu menggunakan metode pengabuan kering menurut SNI 01-2891-1992. Cawan porselin kosong beserta tutupnya yang sudah dikeringkan dalam oven 105 °C selama 15 menit didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang serta dicatat bobotnya. Sebanyak 4 – 5 gram susu jahe merah ditimbang ke dalam cawan porselin tersebut lalu susu diuapkan terlebih dahulu di atas penangas air sampai kering. Kemudian cawan porselin beserta susu jahe merah yang telah diuapkan dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu maksimum 550 °C. Setelah pengabuan selesai, cawan porselin didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang hingga bobot tetap.

Analisis kadar lemak menggunakan metode soxhlet dengan hidrolisis menurut SNI 01-2891-1992. Analisis ini terdiri dari tahap hidrolisis sampel dan tahap analisis kadar lemak. Pada tahap hidrolisis sampel, sebanyak 3 gram susu jahe merah ditimbang ke dalam gelas piala lalu ditambahkan 30 ml HCl 25 % dan 20 ml air destilata. Gelas piala ditutup dengan kaca arloji dan dididihkan selama 15 menit dalam ruang asam. Kemudian sampel disaring menggunakan kertas saring dalam keadaan panas dan dicuci dengan air panas hingga tidak asam lagi dengan mengukur sampel menggunakan pH meter. Kertas saring beserta isinya dikeringkan pada suhu 105 °C, setelah kering kertas saring tersebut dilipat dan dilanjutkan ke tahap analisis kadar lemak. Pada tahap analisis kadar lemak, labu lemak yang telah dikeringkan dari oven bersuhu 105 °C selama sekitar 15 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Kertas saring berisi sampel yang telah dihidrolisis dimasukkan ke dalam selongsong kertas saring yang dialasi dengan kapas. Selongsong kertas tersebut disumbat dengan kapas dan dimasukkan ke dalam soxhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak. Sebanyak 150 ml pelarut heksana dimasukkan ke dalam labu lemak dan proses ekstraksi lemak dilakukan selama kurang lebih 6 jam. Kemudian heksana yang tersisa disuling dan ekstrak lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C. Setelah dikeringkan, didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga bobot tetap.

Analisis kadar protein menggunakan metode Kjeldahl menurut AOAC 960.52 tahun 1999. Tahap pertama pada analisis ini adalah tahap penghancuran. Sekitar 400 – 500 mg susu jahe merah ditimbang ke dalam labu Kjeldahl lalu ditambahkan dengan 1 gram K2SO4, 40 mg HgO, dan 2 ml H2SO4. Kemudian

(20)

8

ml air destilata sebanyak 5 – 6 kali. Air cucian tersebut dipindahkan ke labu destilasi kemudian ditambahkan 8 -10 ml larutan 60 % NaOH – 5 % Na2S2O3.

Sebuah Erlenmeyer 250 ml yang berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2 – 4 tetes

indikator metilen merah-metilen biru diletakkan di bawah kondensor dengan kondisi ujung kondensor harus terendam larutan H3BO3. Destilasi dilakukan

hingga diperoleh destilat sekitar 15 ml. Tahap terakhir yaitu titrasi destilat dengan HCl 0.02 N terstandar. Sebelum titrasi destilat, larutan HCl harus distandardisasi dengan menitrasi HCl menggunakan indikator fenolftalein dan larutan NaOH untuk memperoleh normalitas HCl. Setelah standardisasi HCl, destilat dititrasi hingga terjadi perubahan warna menjadi abu-abu dan volume HCl terstandar yang terpakai dicatat.

Kadar karbohidrat diperoleh dengan menjumlahkan kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein kemudian mengurangi 100% dengan hasil dari penjumlahan semua kadar komponen makro yang telah diperoleh (by different).

Analisis Kapasitas Antioksidan

Analisis kapasitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Sebelum dianalisis, sampel disentrifuse selama 15 menit pada kecepatan 3000 rpm. Kemudian sampel dibuat dalam berbagai konsentrasi (mg/ml) yaitu 100, 150, 250, 500, dan 1000. Ke dalam tabung reaksi bertutup masing-masing ditambahkan 2 ml buffer asetat, 3.75 ml metanol pa, 200 µl DPPH, dan 50 µl larutan sampel dengan berbagai konsentrasi. Tabung reaksi ditutup dan divortex hingga larutan bercampur. Kemudian larutan diinkubasikan selama 20 menit pada suhu ruang. Setelah itu larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Sebagai pembanding digunakan kurva standar asam askorbat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Umur Simpan

Salah satu fungsi kemasan adalah memperlambat proses deteriorasi, yaitu dengan mempertahankan stabilitas, kesegaran, dan penerimaan konsumen dari suatu produk pangan, atau untuk memperpanjang umur simpan. Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut deteriorasi. Reaksi deteriorasi dimulai dengan persentuhan produk terhadap udara, oksigen, uap air, cahaya, mikroorganisme, atau akibat perubahan suhu (Arpah 2001).

(21)

9

Gambar 2 Grafik penurunan pH susu jahe merah sebelum dikemas

Berdasarkan hasil pengamatan umur simpan terhadap pH yang diamati pada suhu 6 °C selama 8 hari, penurunan pH yang paling cepat terjadi pada K2. Dapat dilihat pada hari ke-6, pH sudah mencapai 5.66 dimana pada pH tersebut reaksi deteriorasi telah dapat dirasakan dari aroma asam yang dihasilkan dari hasil fermentasi pada susu jahe merah. Sementara itu, penurunan pH pada suhu 6 °C yang relatif lambat dan tidak terlalu signifikan setiap harinya terdapat pada K3. Hal ini ditunjukkan bahwa sampai pada hari ke-8 pH susu jahe merah dalam kemasan botol PET tersebut masih sebesar 6.21. Kemudian pada K3 pengamatan pH dilanjutkan hingga terjadi perubahan aroma dan rasa asam yang mulai muncul. Pada hari ke-10 pH pada K3 mencapai 5.91 dimana rasa dan aroma asam sudah mulai dapat dirasakan sehingga sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Nilai pH pada pengamatan umur simpan dapat dilihat pada tabel 1.

Gambar 3 Grafik penurunan pH pada suhu penyimpanan 6 °C

PET atau polietilena tereptalat memiliki sifat tahan terhadap suhu tinggi (300 °C) serta permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah. Sementara itu, sifat dari propilena (PP) salah satunya adalah tahan terhadap suhu tinggi (150 °C) serta daya tembus (permeabilitas) terhadap uap air sangat rendah, permeabilitas terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah rusak oleh

(22)

10

oksigen (Mujiarto 2005). Dengan demikian, PET dapat mempertahankan makanan lebih lama dari PP karena perbedaan permeabilitas tersebut.

Migrasi oksigen, uap air,serta gas lainnya dari lingkungan mempengaruhi perubahan mutu produk. Seperti reaksi oksidasi yang didukung adanya oksigen bebas serta peningkatan air bebas yang disebabkan adanya migrasi uap air dan mendukung terjadinya proses mikrobiologi, kimiawi, ataupun enzimatik (Sudarmadji et al 2003). Migrasi gas lainnya dari lingkungan juga dapat meningkatkan kontaminasi mikroba dari udara di sekitar tempat penyimpanan yang terbawa masuk ke dalam kemasan (Dwijoseputro 2005).

Tabel 1 Perubahan pH selama penyimpanan

Hari Suhu 6 °C Suhu ruang

K1 K2 K3 K1 K2 K3

0 6.73 6.73 6.73 6.74 6.74 6.74

1 6.70 6.67 6.72 5.19 5.06 5.28

2 6.64 6.55 6.70 - - 4.55

3 6.60 6.46 6.66 - - -

4 6.53 6.44 6.66 - - -

5 6.36 5.97 6.52 - - -

6 6.20 5.66 6.41 - - -

7 6.03 5.45 6.32 - - -

8 5.85 5.25 6.22 - - -

9 - - 6.08 - - -

10 - - 5.92 - - -

Sistem penyegelan yang berbeda juga mempengaruhi umur simpan pada susu jahe merah. Pada K1 dan K2 adalah kemasan dengan jenis plastik yang sama (PP) dengan ketebalan dan penyegelan yang berbeda. K2 memiliki ketebalan 0.085 mm, sedangkan K1 0.060 mm. Namun K2 mengalami penurunan pH lebih cepat karena sistem penyegelan K1 yang lebih rapat sehingga oksigen atau gas lainnya dapat lebih mudah masuk ke dalam kemasan K2 dan berinteraksi dengan susu jahe merah .

(23)

11

Gambar 4 Grafik penurunan pH pada penyimpanan suhu ruang

Menurut penelitian Elrahman et al (2013), umur simpan susu pasteurisasi adalah 9 hari dengan suhu penyimpanan rendah yaitu 5 °C dan 10 °C. Dan pada penelitian tersebut, suhu yang lebih rendah atau suhu 5 °C mengalami penurunan pH yang lebih lambat dibanding pada suhu penyimpanan 10 °C. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya susu pasteurisasi memiliki umur simpan sekitar 9 hari dengan penyimpanan suhu dingin sekitar 5 °C. Pasteurisasi secara tepat, proses yang higienis, dan kondisi penyimpanan yang baik mempengaruhi umur simpan susu pasteurisasi (Elrahman et al 2013).

Gambar 5 Grafik pengaruh waktu dan suhu penyimpanan terhadap pH pada susu pasteurisasi (Elrahman et al 2013)

Menurut Rahayu (2000), rempah-rempah yang digunakan dalam kegiatan pengolahan makanan sehari-hari dengan konsentrasi biasa tidak dapat mengawetkan makanan tetapi pada konsentrasi tersebut rempah-rempah dapat membantu bahan-bahan lain yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba pada makanan. Oleh sebab itu, meskipun dalam hal ini susu pasteurisasi ditambahkan oleh jahe merah dan rempah-rempah, fungsi jahe merah ataupun rempah-rempah tersebut belum terbukti dapat menjadi pengawet alami untuk memperpanjang

(24)

12

umur simpan. Sementara itu, bisa dikatakan bahwa jahe dan rempah-rempah dalam produk ini berperan sebagai flavor atau penambah cita rasa.

Pada pengamatan umur simpan dapat kita peroleh umur simpan dari K1 adalah 7 hari, K2 selama 5 hari, dan K3 selama 9 hari dengan penyimpanan suhu dingin. Dari perpanjangan shelf life tersebut, K1 dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai kemasan pada minuman susu jahe merah. Umur simpan selama 7 hari cukup untuk pendistribusian dengan jarak yang dapat ditempuh dalam waktu 2 – 3 jam namun tetap dalam kondisi penyimpanan suhu dingin. Dari segi harga, K1 juga akan memiliki nilai jual yang lebih rendah atau bisa dijual dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan K3.

Sementara itu pada K3, umur simpan 9 hari dapat dimanfaatkan untuk pendistribusian yang membutuhkan waktu satu hari dengan jarak yang lebih panjang, namun juga perlu diperhatikan suhu selama distribusi agar selalu rendah sekitar 6 °C atau lebih rendah. Dalam hal ini, dibutuhkan biaya lebih besar untuk media penyimpanan selama pendistribusian dan biaya transportasi yang lebih besar, sehingga harga jual dari K3 juga bisa lebih mahal jika dibandingkan dengan K1. Baik K1 maupun K3, keduanya dapat digunakan oleh usaha mikro Narasa untuk meningkatkan produktivitas dan penjualan namun kedua kemasan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

Uji Sanitasi Air dan Analisis Total Mikroba

Uji sanitasi air pada bahan baku susu jahe merah mempengaruhi umur simpan. Semakin banyak jumlah mikroba pada bahan baku, semakin cepat pula reaksi deteriorasi yang disebabkan oleh mikroba. Air yang digunakan untuk memasak dan mengekstrak jahe merah menggunakan air sumur, dimana air sumur biasanya mengandung cemaran bakteri koliform yang sangat banyak. Nilai MPN/ml pada air matang dan air keran dapat dilihat pada tabel 2. Selain nilai MPN, dilakukan uji lanjut untuk melihat apakah masih ada Escherichia coli pada air matang dan air keran menggunakan media EMBA. Indikator adanya E. coli tersebut ditunjukkan dengan adanya koloni berwarna hijau metalik akibat fermentasi laktosa oleh E. coli yang menghasilkan produk akhir bersifat asam kuat (Bhaskara et al. 2012). Namun berdasarkan hasil pengamatan, semua cawan tidak menunjukkan adanya koloni hijau metalik.

Tabel 2 Nilai MPN/ml pada uji sanitasi air

Sampel uji MPN/ml

Air Matang 6.4 x 101

Air Keran 2.3 x 103

(25)

13 sebesar 1 x 103 koloni/ml, jumlah tersebut masih melebihi batas awal pada SNI namun kurang dari batas akhir. Total mikroba awal dan akhir pada SNI tersebut adalah syarat total mikroba pada awal penyimpanan dan total mikroba pada saat air minum sudah mendekati tidak layak untuk dikonsumsi. Dengan demikian, air yang telah dimasak pada bahan baku pembuatan minuman susu jahe merah masih layak untuk digunakan.

Penurunan total mikroba pada saat sebelum dimasak dan setelah dimasak tidak terlalu signifikan. Total mikroba awal pada air keran juga termasuk rendah yaitu 3 x 103 koloni/ml, sehingga air matang yang digunakan sesuai dengan SNI. Total mikroba pada air matang, air keran, dan susu jahe merah dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Total mikroba Sampel uji Total mikroba

(koloni/ml)

Air matang 1x 103

Air keran 3 x 103

Susu jahe merah 6 x 102

Sementara itu, total mikroba pada susu jahe merah adalah 6 x 102 koloni/ml. Jumlah ini lebih rendah dari total mikroba yang disyaratkan dalam SNI susu pasteurisasi, yaitu maksimal 3 x 104 koloni/ml (BSN 1995). Total mikroba pada susu jahe merah jauh lebih rendah dari SNI karena selain susu jahe merah dikemas dengan baik, komponen-komponen antimikroba pada jahe dan rempah-rempah seperti flavonoid, fenol, glikosida, minyak atsiri, triterpenoid, dan tanin, membantu menghambat bahkan mematikan sebagian mikroba di dalamnya (Hapsoh et al 2010).

Selain jumlah mikroba yang terdapat dalam bahan pangan itu sendiri, total mikroba pada suatu produk pangan juga dapat disebabkan oleh kemasan atau wadah yang kontak langsung dengan bahan pangan tersebut. Kontaminasi awal pada kemasan yang sebelumnya tidak tersterilisasi juga dapat mempengaruhi nilai total mikroba pada susu jahe merah. Disamping terdapat komponen antimikroba pada jahe dan rempah-rempah yang dapat mengurangi pertumbuhan mikroba di dalamnya, juga terdapat bakteri atau jenis mikroorganisme lainnya yang resisten terhadap komponen antimikroba pada jahe dan rempah-rempah.

(26)

14

Analisis Proksimat

Analisis proksimat lengkap digunakan sebagai informasi tambahan mengenai kandungan komponen makro pada susu jahe merah dalam satu kemasan botol PET yang digunakan. Hasil analisis proksimat pada susu jahe merah dapat dilihat pada tabel 4. Hasil analisis proksimat ini kemudian disesuaikan dengan karakteristik susu pasteurisasi menurut SNI 01-5951-1995. Karakteristik susu jahe merah menurut SNI ini termasuk ke dalam syarat B, yaitu susu pasteurisasi dengan penambahan cita rasa.

Tabel 4 Hasil analisis proksimat

Komponen Kadar basis basah (%) Kadar basis kering (%)

Air 84.73

Abu 0.46 3.01

Lemak 1.85 12.11

Protein 0.54 3.54

Karbohidrat 12.42 81.33

Tabel 5 Informasi nilai gizi pada krimer kental manis

Takaran saji 4 sendok makan (40 g) Jumlah Sajian per Kemasan: ± 9

JUMLAH PER SAJIAN

*Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal. Kebutuhan energi Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah

(27)

15 Menurut SNI, kadar lemak minimum untuk susu pasteurisasi adalah 1.50 % (b/b). Sedangkan berdasarkan hasil analisis, kadar lemak yang diperoleh adalah 1.85 % (b/b). Sementara itu, kadar protein minimum menurut SNI adalah 2.50 % (b/b) dan kadar protein yang diperoleh adalah 0.54 % (b/b). Dalam hal ini kadar protein pada susu jahe merah tidak sesuai dengan ketentuan SNI karena tidak memenuhi syarat minimum. Hal ini disebabkan susu yang digunakan dalam pembuatan minuman susu jahe merah ini adalah krimer kental manis dengan jumlah protein 1 gram dan lemak total 4 gram yang dapat dilihat pada tabel 5.

Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1972), komponen protein pada jahe segar hanya 1.5 gram per 100 gram bahan. Sedangkan komponen lemak pada jahe segar sebesar 1 gram per 100 gram bahan. Sementara itu komponen utama yang paling banyak pada jahe segar adalah air, sebesar 86.2 gram per 100 gram bahan. Oleh sebab itu, sumber protein dan lemak pada susu jahe merah ini hanya disumbangkan oleh krimer kental manis yang digunakan dan jahe merah tersebut.

Tabel 6 Komposisi jahe segar (tiap 100 gram bahan) menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1972)

Spesifikasi Satuan Jumlah

Protein Gram 1.5

Bahan dapat dimakan Persen 97

Kalori Kalori 51

Air Gram 86.2

Menurut BPOM tahun 2006, definisi krimer kental manis adalah produk susu yang berbentuk cairan kental, yang diperoleh dari susu yang telah ditambahkan gula dan lemak nabati yang kemudian sebagian air dihilangkan hingga mencapai kepekatan tertentu, atau merupakan hasil rekonstitusi susu bubuk dengan penambahan gula dan lemak nabati/minyak nabati dan bahan lain. Gula yang ditambahkan harus dapat mencegah pembusukan. Sehingga kadar gula dalam krimer sangat tinggi dan mengandung lebih banyak karbohidrat.

Dari bahan baku krimer kental manis yang digunakan, sebenarnya tidak

sesuai apabila produk dinamakan “Minuman Susu Jahe Merah”. Akan tetapi lebih

sesuai jika produk dijual dengan nama “Minuman Jahe Merah Berkrim” atau

(28)

16

perlu edukasi dan pemberian informasi lebih banyak kepada masyarakat terhadap variasi produk pangan dan fungsinya jika dikonsumsi.

Dari hasil analisis proksimat tersebut dapat dijadikan informasi nilai gizi yang dapat dilihat pada tabel 7. Menurut ketentuan BPOM, komponen bahan pangan yang wajib dicantumkan pada label informasi nilai gizi adalah takaran saji, jumlah sajian per kemasan, energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan kadar natrium. Namun dalam penelitian ini belum dilakukan analisis kadar natrium secara spesifik sehingga kadar natrium belum dapat dicantumkan pada informasi nilai gizi.

Tabel 7 Informasi nilai gizi pada minuman jahe merah berkrim

Takaran saji 1 botol (270 ml) Jumlah Sajian per Kemasan: 1

JUMLAH PER SAJIAN Energi Total 181 kkal

%AKG*

Lemak Total 5 g 6 %

Protein 1 g 2 %

Karbohidrat Total 33 g 20 %

Natrium

*Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal. Kebutuhan energi Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah

Dengan demikian, analisis proksimat yang dilakukan dapat berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kadar lemak dan kadar protein yang dikonsumsi yaitu lemak sebanyak 5 gram, protein sebanyak 1 gram, dan karbohidrat sebanyak 33 gram dalam satu kemasan botol PET 240 ml dengan total energi 181 kkal per kemasan. Perlu analisis lebih lanjut untuk kadar natrium dan mineral lainnya agar dapat dicantumkan dalam label informasi nilai gizi tersebut.

Analisis Kapasitas Antioksidan

Salah satu nilai tambah pada minuman jahe merah berkrim ini adalah bahan bakunya yang terdiri dari jahe merah dan rempah-rempah, dimana jahe merah dan rempah-rempah memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Namun demikian antioksidan termasuk komponen yang tidak tahan panas sehingga keberadaannya mudah hilang dengan adanya pasteurisasi. Sebagai pembanding digunakan kurva standar asam askorbat yang dapat dilihat pada gambar 6.

(29)

17 Penangkalan radikal sebesar 50 % tersebut dapat ditentukan dari nilai IC50.

Nilai IC50 tersebut dapat dihitung dari persamaan regresi pada kurva kapasitas

antioksidan susu jahe merah dalam gambar 7. Persamaan regresi yang diperoleh adalah y = 0.0387x + 5.8013 dimana y adalah kapasitas antioksidan sebesar 50 (dalam persen) dan x adalah konsentrasi minuman jahe merah berkrim pada kapasitas antioksidan 50% (dalam mg/ml).

Gambar 6 Grafik kapasitas antioksidan pada standar asam askorbat

Tabel 8 Kapasitas antioksidan pada standar asam askorbat dan susu jahe merah Standar asam askorbat Minuman jahe merah berkrim Konsentrasi

berkrim memiliki aktivitas antioksidan namun tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan asam askorbat yang memiliki nilai IC50 sebesar

(30)

18

Gambar 7 Grafik kapasitas antioksidan pada minuman jahe merah berkrim

Kapasitas antioksidan pada minuman jahe merah berkrim dengan standar asam askorbat sangat jauh. Hal ini disebabkan senyawa antioksidan banyak hilang karena proses pasteurisasi, struktur kimianya yang sudah berubah akibat berikatan dengan air, krimer, dan komposisi lainnya, serta konsentrasinya yang berbeda-beda pada setiap batch produksi.

Tabel 9 Klasifikasi aktivitas antioksidan berdasarkan nilai IC50 (Blois 2005)

Nilai IC50 (ppm) Klasifikasi

< 50 Sangat kuat

50 – 100 Kuat

100 – 150 Sedang

151 – 200 Lemah

Berdasarkan tabel 9, klasifikasi aktivitas antioksidan pada minuman jahe merah berkrim ini yaitu sangat lemah. Karena nilai IC50 yang diperoleh

konsentrasinya di atas 200 ppm, yaitu 1142.08 mg/ml. Sehingga produk ini tidak dapat diklaim sebagai tinggi antioksidan karena radikal bebas tidak bisa diredam oleh minuman jahe merah berkrim dalam jumlah yang sedikit.

y = 0,0387x + 5,8013

(31)

19

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kemasan yang memiliki umur simpan paling lama adalah kemasan botol dengan bahan polietilena tereptalat (PET) dengan umur simpan 9 hari pada suhu penyimpanan dingin sekitar 6 °C. Bahan baku paling kritis yang menentukan jumlah mikroba pada minuman jahe merah berkrim, yaitu air memiliki total mikroba sebesar 1 x 103 koloni/ml yang sesuai dengan standar kelayakan dan keamanan air minum menurut SNI. Jumlah total mikroba pada minuman jahe merah berkrim sebesar 6 x 102 koloni/ml. Analisis proksimat memberikan informasi penting mengenai jumlah komponen kimia utama pada minuman jahe merah berkrim yaitu kadar air 84.73 %, kadar abu 0.46 %, kadar lemak 1.85 %, kadar protein 0.54 %, dan kadar karbohidrat 12.42 %, dengan energi total 181 kkal. Kadar protein pada minuman jahe merah berkrim belum memenuhi persyaratan SNI. Nilai IC50 pada analisis kapasitas antioksidan menunjukkan

bahwa masih ada aktivitas antioksidan pada minuman jahe merah berkrim namun dalam konsentrasi yang sangat besar yaitu 1142.08 mg/ml, sehingga dapat diklasifikasikan bahwa aktivitas antioksidan pada susu jahe merah ini tergolong sangat lemah dan minuman tidak dapat dikalim sebagai tinggi antioksidan.

Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disarankan kepada pihak usaha mikro Narasa untuk menggunakan kemasan botol PET yang tersedia di pasaran agar umur simpannya menjadi lebih lama dengan penyimpanan suhu dingin. Dengan adanya pengemasan yang baik pada produk minuman jahe merah berkrim, diharapkan dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan UMKM itu sendiri. Selain itu, perlu diperhatikan untuk bahan baku yang digunakan agar mengurangi penggunaan gula karena krimer kental manis sudah memberikan rasa manis dan menjadi sumber karbohidrat yang cukup, serta mengurangi atau menghilangkan penggunaan garam karena sumber mineral sudah banyak disumbangkan oleh jahe merah dan rempah-rempah. Dalam proses pengolahan minuman jahe merah berkrim, perlu diperhatikan suhu pemasakan sekitar 62 – 65 °C dan waktu selama 30 menit agar tidak terlalu banyak komponen protein yang terdenaturasi dan antioksidan pada jahe dan rempah-rempah yang hilang akibat suhu yang terlalu tinggi.

(32)

20

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC]. Assosiation of Official Analytical Chemistry. 1995. Method of Analysis. Washington D.C. (US)

[AOAC]. Assosiation of Official Analytical Chemistry. 2005. Method of Analysis. Washington D.C. (US)

Arpah M. 2001. Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

[BPOM]. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.52.4040. Tentang Kategori Pangan. Jakarta (ID): BPOM

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2011. Data Produk Domestik Bruto. Jakarta (ID): BPS

[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar National Indonesia (SNI) SNI 01-2891-1992. Analisis Kadar Abu Metode Pengabuan Kering. Jakarta (ID): BSN

[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3951-1995. Susu Pasteurisasi. Jakarta (ID): BSN

[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3553-2006. Syarat Mutu Air Dalam Kemasan. Jakarta (ID): BSN

Bhaskara IBM, Budiasa K, dan Tono PG. 2012. Uji kepekaan Escherichia coli sebagai penyebab kolibasilosis pada babi muda terhadap antibiotika oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin, dan gentamisin. Jurnal Veteriner Indonesia Medicus Veterinus 1(2): 186-201

Blois H, Gutteridge JMC. 2000. Free Radical in Biology and Medicine 4th Edition. New York: Oxford University Press.

[Depkes]. 1972. Daftar Komposisi Jahe Segar. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. Jakarta (ID): Bharata

Dwijoseputro D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Djambatan Elrahman SMAA, Ahmed AMEMS, El Zubeir IEYM, El Owni OAO, dan Ahmed

MKA. 2013. Effect of storage temperature on the microbiological and physicocheical properties of pasteurized milk. Journal of Annals, Food Science and Technology 14(1)

Govindarajan V. 1982. Ginger-chemistry technology and quality evaluation: part I. Journal Critical Reviews in Food Science and Nutrition (17): 1-96

Hapsoh, Yaya H, dan Elisa J. 2010. Budidaya dan Teknologi Pascapanen Jahe. Medan (ID): USU Press

Hernani dan Winarti C. 2010. Kandungan Bahan Aktif Jahe dan Pemanfaatannya Dalam Bidang Kesehatan. Jakarta (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

ISO 939. 1980. Spices and Condiments – Determination of Moisture Content (Entrainment Method). Geneva (CH): ISO

(33)

21 Mujiarto I. 2005. Sifat dan karakteristik material plastik dan bahan aditif. Traksi

3(2): 1-9

Nurjanah, Izzati L, dan Abdullah A. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Kerang Pisau (Solen spp). Jurnal Ilmu Kelautan 16(3): 119-124 Panjaitan EN, Saragih A, dan Purba D. 2012. Formulasi Gel Dari Ekstrak

Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe). Journal of Pharmaceuticals and Pharmacology 1(1): 9-20

Purwaningsih S. 2012. Aktivitas antioksidan dan komposisi kimia keong matah merah (Cerithidea obtusa). Jurnal Ilmu Kelautan 17(1): 39-48

Rahayu WP. 2000. Aktivitas antimikroba bumbu masakan tradisional hasil olahan industri terhadap bakteri patogen dan perusak. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 11(2)

Rahayu WP dan Arpah M. 2003. Penetapan Kadaluwarsa Produk Industri Kecil Pangan. Bogor (ID): Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fateta, IPB

Sudarmadji S, Bambang H, Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberty

Supardi I, dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Bandung (ID): Alumni

Triyanto E, Prasetyono BWHE, dan Mukodiningsih S. 2013. Pengaruh bahan pengemas dan lama simpan terhadap kualitas fisik dan kimia wafer pakan komplit berbasis limbah agroindustri. Journal of Animal and Agriculture 2 (1): 400-409

Wijaya CH, Mulyono N, dan Affandi FH. 2011. Bahan Tambahan Pangan Pengawet. Bogor (ID): IPB Press

(34)

22

Lampiran 1 Karakteristik susu pasteurisasi menurut SNI 01-5951-1995 (BSN 1995)

No. Karakteristik Syarat

A B

7 Kadar protein, % (bobot/bobot) min. 12 Bahan pengawet Sesuai dengan Sesuai dengan

13 Pemantap Peraturan Peraturan

14 Zat warna Menteri Menteri

15 Zat penyedap cita rasa Kesehatan RI No. Syarat A: susu pasteurisasi tanpa penambahan cita rasa

(35)

23 Lampiran 2 Persyaratan air minum menurut SNI 01-3553-2006 (BSN 2006)

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

Air mineral Air demineral

1 Keadaan

1.1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau

1.2 Rasa - Normal Normal

1.3 Warna Unit Pt-Co Maks. 5 Maks. 5

2 pH - Maks. 6.0-8.5 Maks. 5.0-7.5

3 Kekeruhan NTU Maks. 1.5 Maks. 1.5

4 Zat yang terlarut mg/l Maks. 500 Maks. 10

5 Zat organik (angka KMnO4) mg/l Maks. 1.0 -

6 Total organik karbon mg/l - Maks. 0.5

7 Nitrat (sebagai NO3) mg/l Maks. 45 -

8 Nitrit (sebagai NO2) mg/l Maks. 0.005 -

9 Amonium (NH4) mg/l Maks. 0.15 -

10 Sulfat (SO4) mg/l Maks. 200 -

11 Klorida (Cl) mg/l Maks. 250 -

12 Fluorida (F) mg/l Maks. 1.0 -

13 Sianida (CN) mg/l Maks. 0.05 -

14 Besi (Fe) mg/l Maks. 0.1 -

15 Mangan (Mn) mg/l Maks. 0.05 -

16 Klor bebas (Cl2) mg/l Maks. 0.1 -

17 Kromium (Cr) mg/l Maks. 0.05 -

18 Barium (Ba) mg/l Maks. 0.7 -

19 Boron (B) mg/l Maks. 0.3 -

20 Selenium (Se) mg/l Maks. 0.01 -

21 Cemaran logam mg/l

21.1 Timbal (Pb) mg/l Maks. 0.005 Maks. 0.005

21.2 Tembaga (Cu) mg/l Maks. 0.5 Maks. 0.5

21.3 Kadmium (Cd) mg/l Maks. 0.003 Maks. 0.003

21.4 Raksa (Hg) mg/l Maks. 0.001 Maks. 0.001

21.5 Perak (Ag) mg/l - Maks. 0.025

21.6 Kobalt (Co) mg/l - Maks. 0.01

22 Cemaran Arsen mg/l Maks. 0.01 Maks. 0.01

23 Cemaran mikroba

23.1 Angka lempeng total awal *) Koloni/ml Maks. 1.0 x 102 Maks. 1.0 x 102

23.2 Angka lempeng total akhir *) Koloni/ml Maks. 1.0 x 105 Maks. 1.0 x 105

23.3 Bakteri bentuk coli APM/100 ml < 2 < 2

23.4 Salmonella - Negatif/100 ml Negatif/100 ml

23.5 Pseudomonas aeruginosa Koloni/ml Nol Nol

(36)

24

Lampiran 3 Tabulasi pH selama pengamatan umur simpan

Hari U K1 K2 K3

I II I II I II

0 1 6.77 6.77 6.77 6.77 6.77 6.77 6.77 6.77 6.77

2 6.72 6.72 6.72 6.72 6.72 6.72 6.72 6.72 6.72

3 6.74 6.74 6.74 6.74 6.74 6.74 6.74 6.74 6.74

4 6.70 6.70 6.70 6.70 6.70 6.70 6.70 6.70 6.70

6.73 6.73 6.73

1 1 6.72 6.73 6.72 6.70 6.70 6.70 6.76 6.75 6.75

2 6.70 6.70 6.70 6.68 6.67 6.68 6.70 6.72 6.71

3 6.72 6.72 6.72 6.66 6.65 6.66 6.74 6.73 6.73

4 6.68 6.67 6.67 6.64 6.65 6.64 6.70 6.70 6.70

6.70 6.67 6.72

2 1 6.62 6.62 6.62 6.55 6.54 6.54 6.73 6.72 6.72

2 6.65 6.64 6.64 6.57 6.57 6.57 6.69 6.68 6.68

3 6.68 6.67 6.68 6.58 6.58 6.58 6.72 6.72 6.72

4 6.62 6.62 6.62 6.50 6.50 6.50 6.68 6.67 6.68

6.64 6.55 6.70

3 1 - - - -

2 6.60 6.62 6.61 6.49 6.50 6.49 6.67 6.66 6.66

3 6.58 6.59 6.58 6.44 6.45 6.44 6.66 6.66 6.66

4 - - - -

6.60 6.46 6.66

4 1 6.54 6.53 6.53 6.45 6.43 6.44 6.67 6.66 6.66

2 - - - -

3 - - - -

4 - - - -

6.53 6.44 6.66

5 1 - - - -

2 - - - -

3 - - - -

4 6.36 6.37 6.36 5.97 5.97 5.97 6.52 6.53 6.52

6.36 5.97 6.52

6 1 - - - -

2 6.23 6.24 6.24 5.73 5.72 5.72 6.43 6.43 6.43

3 6.13 6.14 6.14 5.66 5.67 5.67 6.35 6.35 6.35

4 6.21 6.21 6.21 5.59 5.59 5.59 6.44 6.44 6.44

6.20 5.66 6.41

7 1 6.06 6.07 6.06 5.59 5.59 5.59 6.46 6.45 6.45

2 6.00 6.02 6.01 5.55 5.54 5.54 6.26 6.24 6.25

3 6.00 6.01 6.01 5.30 5.31 5.30 6.23 6.24 6.24

4 6.03 6.05 6.04 5.36 5.36 5.36 6.36 6.35 6.36

(37)

25

8 1 5.82 5.85 5.84 5.28 5.26 5.27 6.20 6.22 6.21

2 - - - -

3 - - - -

4 5.87 5.87 5.87 5.24 5.25 5.24 6.23 6.23 6.23

5.87 5.25 6.22

9 1 - - - -

2 - - - -

3 - - - -

4 - - - 6.08 6.09 6.08

6.08

10 1 - - - -

2 - - - -

3 - - - -

4 - - - 5.91 5.92 5.92

(38)

26

Lampiran 4 Tabulasi data analisis total mikroba

Ulangan Pengenceran Air matang Air keran Minuman jahe merah berkrim

1 100 I TBUD TBUD TBUD

II TBUD TBUD TBUD

10-1 I 129 234 37

II 81 TBUD 52

10-2 I 0 118 10

II 0 110 24

10-3 I 0 16 2

II 0 52 0

Total mikroba (koloni/ml) 1 x 103 4 x 103 4 x 102

2 100 I 169 TBUD TBUD

II 65 TBUD TBUD

10-1 I 1 TBUD 25

II 2 TBUD 10

10-2 I 0 26 5

II 0 32 4

10-3 I 0 4 1

II 0 4 0

Total mikroba (koloni/ml) 1 x 102 3 x 103 3 x 102

3 100 I 3 TBUD TBUD

II 3 TBUD TBUD

10-1 I 2 35 5

II 1 19 8

10-2 I 1 10 1

II 0 6 0

10-3 I 1 1 0

II 0 1 0

Total mikroba (koloni/ml) TSUD 4 x 102 TSUD

Total mikroba akhir

(koloni/ml) 1 x 10

3

3 x 103 6 x 102

TBUD = terlalu banyak untuk dihitung; TSUD= terlalu sedikit untuk dihitung

Contoh perhitungan:

( )

( )

ƩN = jumlah koloni pada semua cawan yang memiliki 25-250 koloni n1,n2 = jumlah cawan yang memiliki koloni 25-250

(39)

27 Lampiran 5 Tabulasi data uji sanitasi air dengan media LB dan tabung Durham

U Sampel Pengenceran Kombinasi APM/g MPN/ml

100 10-1 10-2 10-3

(+) = tabung positif menunjukkan gelembung; (-) = tabung negatif tidak ada gelembung

Pengamatan menggunakan media EMBA

Sampel Ulangan Pengenceran Hasil

100 10-1 10-2 10-3

(40)

28

W= berat sampel; W1= berat sampel+cawan setelah dikeringkan; W2= berat cawan kosong

Kadar Abu

(41)

29

W= berat sampel; W1= berat labu; W2= berat labu + lemak

Kadar protein

W= berat sampel; Blanko = 0.2 ml; Normalitas HCl= 0.0235 N; Faktor konversi= 6.25

Kadar karbohidrat

(42)

30

Lampiran 7 Data analisis kapasitas antioksidan Standar Asam Askorbat

Konsentrasi (µg/ml)

Absorbansi blanko

Absorbansi standar

Abs. B – Abs. Std

Kapasitas antioksidan

25 0.6635 0.5746 0.0889 13.40

50 0.6635 0.5221 0.1414 21.31

100 0.6635 0.4526 0.2109 31.79

200 0.6635 0.3316 0.3319 50.02

400 0.6635 0.1042 0.5593 84.30

Minuman jahe merah berkrim

Konsentrasi (mg/ml)

Absorbansi blanko

Absorbansi

sampel Abs. B – Abs. S

Kapasitas antioksidan

100 0.6635 0.6123 0.0512 7.72

150 0.6635 0.5846 0.0789 11.89

250 0.6635 0.5534 0.1101 16.59

500 0.6635 0.4877 0.1758 26.50

1000 0.6635 0.3736 0.2899 43.69

Contoh perhitungan:

(43)

31 Lampiran 8 Komposisi bahan baku pada minuman jahe merah berkrim per 5 liter

air

Komposisi gram %

Jahe merah 1000 20.0

Kapulaga 50 1.0

Lada 30 0.6

Kayu manis 100 2.0

Serai 100 2.0

Adas 50 1.0

(44)

32

Jahe dan rempah-rempah

Pencucian secara manual

Pememaran secara manual

Penyaringan dengan penyaring manual

(peralatan dapur)

Penuangan dalam gelas Pemanasan hingga

mendidih

Pencampuran Pencampuran

Minuman jahe merah berkrim Krimer

kental manis

Air ± 50 °C

(45)

33 Lampiran 10 Diagram alir pembuatan minuman jahe merah berkrim dalam

kemasan setelah perbaikan

Jahe dan rempah-rempah

Pencucian secara manual selama 15 menit

Pememaran secara manual selama 10 menit

Pasteurisasi secara manual selama 15 detik pada suhu

72 °C Penyaringan dengan

penyaring manual (peralatan dapur) selama

10 menit

Pengemasan dengan botol PET

Pasteurisasi secara manual selama 30 menit pada

suhu 62 - 65 °C

Pencampuran selama 5 menit

Pencampuran selama 2 menit

Minuman jahe merah berkrim dalam kemasan Krimer

kental manis

(46)

34

Lampiran 11 Standard Operational Procedure (SOP) Pekerja

Tahapan No. Prosedur Keterangan

Pra-produksi 1. Membersihkan ruangan

2. Memeriksa dan membersihkan peralatan

produksi

3. Memeriksa bahan baku

4. Memeriksa kemasan

5. Menyiapkan peralatan produksi, bahan baku, dan kemasan

6. Membersihkan diri Keramas, kuku tidak

panjang, tidak berkeringat

7. Cek kesehatan Tidak sakit (flu,

batuk, pusing, dsb)

Produksi 1. Mencuci tangan

2. Menggunakan sarung tangan

3. Menggunakan hair net Rambut tertutup

4. Menggunakan masker

5. Menggunakan baju yang bersih Disarankan untuk

menggunakan baju lengan panjang 6. Tidak banyak berbicara saat produksi

Pasca produksi

1. Mencuci tangan

2. Mencuci peralatan produksi

3. Membersihkan ruangan produksi

4. Membuang sampah Tidak disimpan dalam

(47)

35 Lampiran 12 Standard Operational Procedure (SOP) Bahan Baku

Bahan

Spesifikasi Ukuran

Warna Umur Keterangan

Jumlah Satuan

Jahe merah 5 - 8 cm Warna merah kecokelatan

3 – 4 hari* Masih segar; tidak cacat dan busuk

Kapulaga - - Putih gading -

Lada - - Hitam -

Kayu manis 7 – 10 cm Cokelat - Aroma

tidak hilang Serai 15 – 20 cm Hijau muda 3 – 4 hari* Masih segar;

tidak memar dan tidak cacat

Adas - - Cokelat

keemasan

-

Krimer kental manis

1000 gram Label

kemasan biru; merek Frisian Flag

- Kaleng idak penyok atau gembung

Air 5 liter Tidak

berwarna

Maks. 7 hari**

Bersih, tidak berwarna dan berbau *setelah panen

(48)

36

Lampiran 13 Standard Operational Procedure (SOP) Peralatan Produksi

Peralatan Spesifikasi

Kebersihan Penyimpanan Lainnya

Panci

Pememar jahe Wajib dicuci dan dikeringkan

(49)

37 Lampiran 14 Standard Operational Procedure (SOP) Ruang Produksi

Bagian Spesifikasi

Kondisi Posisi Kebersihan Keterangan Bak pencucian Bersih Pinggir

ruangan Meja preparasi Bersih Dekat kompor Bersihkan

dengan lap sebelum dan setelah digunakan

-

Kompor Bersih Pinggir

(50)

38

Lampiran 15 Standard Operational Procedure (SOP) Proses Produksi

Tahapan

Spesifikasi

Keterangan

Volume/berat suhu waktu

Jumlah Satuan Jumlah Satuan Jumlah Satuan

Pencucian Manual

Jahe merah 1000 gram - - 10 menit

Kapulaga 50 gram - - 5 menit

Lada 30 gram - - 5 menit

Adas 100 gram - - 5 menit

Serai 100 gram - - 5 menit

Kayu manis 50 gram - - 5 menit

Pememaran - - - - 10 menit Manual;

jahe dan rempah lunak Pencampuran awal

Air 5 Liter 50 °C 2 menit

Pasteurisasi sebelum dikemas

- - 62-65 °C 30 menit Manual

Penyaringan - - - - 10 menit Manual

Pencampuran akhir Krimer kental

manis 1000 gram 70 °C 10 menit

Pengemasan - - - Suhu dijaga

± 70 °C Pasteurisasi setelah

dikemas

(51)

39 Lampiran 16 Standard Operational Procedure (SOP) Produk

Parameter Spesifikasi Keterangan

Penampakan Warna Cokelat muda

Stabilitas emulsi Tidak mengendap

Sensori Aroma Jahe

Rasa Manis

Indeks kimiawi Air (±) 84.0 %

Abu (±) 0.4 %

Protein (min.) 2.5 % Sesuai SNI

Lemak (min.) 1.5 % Sesuai SNI

Karbohidrat (±) 12.0 %

Indeks mikrobiologi Total plate count (TPC) (maks.)

3 x 104 Sesuai SNI

Cemaran Serangga Tidak ada

Logam Tidak ada Sesuai SNI

Batu/pasir Tidak ada

Rambut Tidak ada

Kemasan & label Kebocoran Tidak ada

Kebersihan Tidak kotor Belum terpakai

sebelumnya

Penutupan Rapat; tidak bocor

Informasi label Jelas; mudah

dibaca

Masa simpan Awal 1 – 5 hari

Tengah 6 – 7 hari

(52)

40

Lampiran 17 Rincian Harga Pokok Produksi K1 dan K3 Harga Pokok Produksi K1

Total biaya produksi 257,367

Jumlah produksi 41

Harga Pokok Produksi 6,277

Harga Pokok Produksi K3

Total biaya produksi 247,867

Jumlah produksi 41

(53)

41

RIWAYAT HIDUP

Farisa Nurintan lahir di Cirebon, 12 Mei 1992 dari pasangan Heni Agus Setyobudi dan Naning Woro Supadmi sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Gunung 05 Pagi Jakarta pada tahun 2004 dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri 19 Jakarta. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah atas di SMA Negeri 78 Jakarta pada tahun 2007. Setelah tamat SMA, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (Himitepa) selama dua periode yaitu pada tahun 2012 hingga 2014, menjadi staf divisi internal. Selain menjadi pengurus internal Himitepa, penulis juga aktif dalam kepanitiaan dan beberapa diantaranya menjadi kepala divisi acara pada kepanitiaan pelatihan HACCP-Plasma 2012 dan kepala divisi acara Food Day Festival (Foodival) 2013. Di samping aktif dalam kegiatan kepanitiaan, penulis juga seringkali aktif menjadi Master of Ceremony (MC) dalam beberapa acara di kampus, salah satunya adalah MC untuk Asean Universities Consortium on Food and Agro-based Engineering and Technology Education (AUCFA) pada tahun 2014. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menyusun skripsi setelah melakukan penelitian di laboratorium SEAFAST dan Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan pada Mei 2014 sampai Oktober 2014. Judul skripsi penulis adalah “Kajian Mutu Minuman

Susu Jahe Merah dengan Kemasan Botol PET Selama Penyimpanan” dibawah

Gambar

Gambar 1 Kemasan yang digunakan dalam penelitian (K1. K2, dan K3)
Gambar 2 Grafik penurunan pH susu jahe merah sebelum dikemas
Tabel 1 Perubahan pH selama penyimpanan
Gambar 4 Grafik penurunan pH pada penyimpanan suhu ruang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan tersebut, menunjukkan nilai koefisien variasi usaha ternak itik pedaging di Desa Meddelen Kecamatan Lenteng yang memiliki nilai koefisien variasi

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah rerata seluruh nilai matakuliah yang lulus sesuai dengan aturan masing-masing perguruan tinggi dan disyahkan oleh Dekan atau Pembantu

Pada analisa awal tapak telah di ketahui potensi – potensi pada bangunan – bangunan yang ada sehingga dapat di lihat kembali seperti funsi awal Pusat Pelatihan

Jika dicermati strategi marketing STIKOM Bali dalam proses penerimaan mahasiswa baru sangatlah tepat pelaksanaannya, dan dapat dikatakan pula bahwa strategi seperti

Maka dari itu Dinas Kelautan dan Perikanan ditunjuk sebagai perwakilan pemerintah daerah dalam mengakomodir pelaksanaan pengembangan sektor kelautan dan perikanan

Pada tahap ini akan dirancang model optimasi dengan menggunakan Goal Programming. Mulai dari menentukan variabel keputusan apa saja yang digunakan. Mengidentifikasi

Gerakan Politik Perempuan Indonesia _ 119 privasi - Hak untuk Bergama menurut keyakinan masing- masing - Hak untuk menyatakan pendapat - Hak untuk berkumpul dan

Sesuai dengan peraturan yang berlaku, dana akan disalurkan kepada. sekolah pelaksana setelah surat perjanjian kerja sama