• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemanfaatan Koleksi Audio-Visual di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Propinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemanfaatan Koleksi Audio-Visual di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Propinsi Sumatera Utara"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMANFAATAN KOLEKSI AUDIO-VISUAL DI BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI

(BPAD) SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam Bidang Studi Perpustakaan dan Informasi

JENNY ROSALINA SITUMORANG 100709078

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Situmorang, Jenny Rosalina. 2014. Analisis Pemanfaatan Koleksi Audio-Visual di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD) Propinsi Sumatera Utara. Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan koleksi audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Sumatera Utara. Penelitian ini menitik beratkan pada frekuensi pemanfaatan koleksi audio-visual, koleksi audio-visual yang sering di manfaatkan pengguna, layanan koleksi audio-visual serta peran pustakawan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan pengguna. penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengamatan, studi kepustakaan dan kuesioner. Analisis deskriptif yang disediakan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian ini berdasarkan penggunaan koleksi audio-visual menunjukan bahwa pemanfaatan koleksi audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD) Sumatera Utara kurang dimanfaatkan, hal tersebut dapat dilihat dari frekuensi pemanfaatan koleksi audio-visual yang terdiri dari data berikut pengguna Layanan Digital (44%) 3-4 kali berkunjung dalam seminggu. Kemudian pada Layanan Referensi (56%) 1-2 kali berkunjung dalam seminggu. Dan pada Layanan Deposit (63%) 1-2 kali berkunjung dalam seminggu. Waktu yang digunakan saat memanfatkan koleksi audio-visual pada Layanan Digital (34%) pengguna menghabiskan waktu 3-4 jam, Layanan Referensi (41%) dan pada Layanan Deposit (57%) pengguna menghabiskan <1 jam. Koleksi audio-visual kurang sesuai dengan kebutuhan pengguna dapat dilihat dari persentase berikut, pada Layanan Digital (55%), Layanan Refrensi (44%). Layanan deposit (57%). Kemudian dalam menemukan informasi yang dibutuhkan pengguna pernah meminta bantuan pustakawan, responden pada Layanan Digital menunjukan (45%), selain itu responden pada Layanan Refrensi (42%), selanjutnya reponden di Layanan Deposit (44%). Hal di atas disebabkan sikap pelayanan pustakawan yang ramah, dapat diketahui dari data berikut pada Layanan Digital (38%), Layanan Referensi (41%), Layanan Deposit (44%) kepada pengguna sehingga pengguna merasa nyaman.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih karunia, petunjuk dan rahmat - Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir penulis yang merupakan syarat dalam menyelesaikan pendidikan dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Analisis Pemanfaatan Koleksi Audio-Visual di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Propinsi Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini pertama sekali penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bismar Situmorang dan Alm.Mediana Br Tamba, yang telah mencurahkan kasih sayang mendidik, mengarahkan, mendukung, mendoakan, serta memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Buat kakak – kakak dan abang – abang penulis Apul Situmorang , Eva Situmorang, Evi Situmorang, Jekki Situmorang dan Agus Situmorang yang juga ikut serta dalam mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

Skripsi ini dapat selesai atas dukungan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, segabai rasa hormat perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesar – besarnya dengan ketulusan hati kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawati A. Kahar, Mpd selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara

(4)

4. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si Selaku Dosen pembimbing II yang telah memberikan saran dan petunjuk kepada penulis, dan bersedia meluangkan waktu sehingga skripsi ini dapat selsesai.

5. Bapak Dr. Ridwan Siregar M. Lib selaku penguji I, dan Ibu Himma Dewiyana ST. M.Hum selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan lewat saran sehingga skripsi ini dapat selesai. 6. Ibu Hotlan Siahaan, S.sos, M.I.Kom selaku dosen pembimbing

akademik yang memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. 7. Kepada seluruh Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan

Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah tulus memberikan pengajaran kepada penulis selama penulis menyelesaikan pendidikan.

8. Kepada Kepala Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Sumatera Utara dan seluruh staf perpustakaan khususnya pustakawan pada layanan Audio-visual yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini terutama dalam hal pengambilan data. 9. Kepada Abangda Yudi Purnomo selaku staf Administrasi Program

Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang memberikan banyak bantuan kepada penulis.

10.Kepada sahabat-sahabat penulis Arvaeni, Nurul Pratiwi, Btary Keumala, Anggi Permata Sari, Desi Kristasari, Vinny, Kiki, Yudika, Nurul Utami. Dan teman-teman bimbingan saya Putri Sosanti, Sari Mentari, dan Adly yang selalu memberikan dukungan, waktu serata bantuan kepada penulis sampai penelitian ini berakhir.

(5)

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan dan pahala yang berlipat ganda, kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya

Medan, Oktober 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Perpustakaan Umum ... 6

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum ... 7

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum ... 9

2.1.3 Tugas Perpustakaan Umum... 10

2.2 Koleksi Perpustakaan ... 11

2.2.1 Fungsi Koleksi Perpustakaan ... 12

2.2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan ... 13

2.3 Audio-Visual ... 15

2.3.1 Jenis-Jenis Koleksi Audio-Visual ... 18

2.3.1.1 Audio ... 18

2.3.1.2 Visual ... 20

2.3.1.3 Audio-Visual ... 21

2.4 Pengolahan Audio-Visual ... 25

2.5 Pelayanan Perpustakaan ... 26

2.5.1. Pelayanan Audio-Visual ... 27

2.5.1.1 Pelayanan Bahan Audio ... 28

2.5.1.2 Pelayanan Bahan Visual ... 28

2.5.1.3 Pelayanan Bahan Audio-Visual ... 29

2.6 Pemanfaatan ... 30

2.6.1 Tujuan Pemanfaatan ... 31

2.6.2 Frekuensi Pemanfaatan ... 31

2.6.3 Cara Pemanfaatan ... 32

2.6.4 Pemanfaaatan Koleksi Audio-Visual ... 33

2.7 Sarana Pemanfaatan ... 34

2.8 PenggunaPerpustakaan ... 35

2.9 Peran Pustakawan... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Populasi ... 37

3.4 Sample ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

(7)

3.7 Instrumen Penelitian ... 40

3.8 Kisi-Kisi Kuesioner ... 40

3.9 Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1Gambaran Umum Responden ... 42

4.2 Analisis Deskriptif ... 43

4.2.1 Pemanfaatan Koleksi Audio-Visual Di Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi (BPAD) Sumatera Utara ... 43

4.2.1.1 Frekuensi Pemanfaatan ... 43

4.2.1.2 Koleksi Audio-visual ... 47

4.2.1.3 Layanan Audio-visual ... 55

4.2.1.4 Peran Pustakawan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi ... 38

Tabel 3.2 Jumlah Sample ... 39

Tabel 3.3 Kisi Kisi Kuesioner ... 41

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ... 42

Tabel 4.2 Frekuensi Pemanfaatan ... 44

Tabel 4.3 Lama Penggunaan Koleksi... 46

Tabel 4.4 Koleksi Yang Sering Digunakan... 49

Tabel 4.5 Kerelevanan Koleksi Audio-Vsisual ... 50

Tabel 4.6 Teknik Pemanfaatan Pengguna ... 52

Tabel 4.7 Maksimal Penggunaan Koleksi ... 54

Tabel 4.8 Teknik Dalam Temu Kembali ... 56

Tabel 4.9 Jam Buka Layanan ... 58

Tabel 4.10 Peran Pustakaan dalam Temu Kembali Informasi ... 60

(9)

ABSTRAK

Situmorang, Jenny Rosalina. 2014. Analisis Pemanfaatan Koleksi Audio-Visual di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD) Propinsi Sumatera Utara. Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan koleksi audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Sumatera Utara. Penelitian ini menitik beratkan pada frekuensi pemanfaatan koleksi audio-visual, koleksi audio-visual yang sering di manfaatkan pengguna, layanan koleksi audio-visual serta peran pustakawan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan pengguna. penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengamatan, studi kepustakaan dan kuesioner. Analisis deskriptif yang disediakan dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian ini berdasarkan penggunaan koleksi audio-visual menunjukan bahwa pemanfaatan koleksi audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah (BPAD) Sumatera Utara kurang dimanfaatkan, hal tersebut dapat dilihat dari frekuensi pemanfaatan koleksi audio-visual yang terdiri dari data berikut pengguna Layanan Digital (44%) 3-4 kali berkunjung dalam seminggu. Kemudian pada Layanan Referensi (56%) 1-2 kali berkunjung dalam seminggu. Dan pada Layanan Deposit (63%) 1-2 kali berkunjung dalam seminggu. Waktu yang digunakan saat memanfatkan koleksi audio-visual pada Layanan Digital (34%) pengguna menghabiskan waktu 3-4 jam, Layanan Referensi (41%) dan pada Layanan Deposit (57%) pengguna menghabiskan <1 jam. Koleksi audio-visual kurang sesuai dengan kebutuhan pengguna dapat dilihat dari persentase berikut, pada Layanan Digital (55%), Layanan Refrensi (44%). Layanan deposit (57%). Kemudian dalam menemukan informasi yang dibutuhkan pengguna pernah meminta bantuan pustakawan, responden pada Layanan Digital menunjukan (45%), selain itu responden pada Layanan Refrensi (42%), selanjutnya reponden di Layanan Deposit (44%). Hal di atas disebabkan sikap pelayanan pustakawan yang ramah, dapat diketahui dari data berikut pada Layanan Digital (38%), Layanan Referensi (41%), Layanan Deposit (44%) kepada pengguna sehingga pengguna merasa nyaman.

(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Umum adalah intansi umum yang menyediakan berbagai Layanan perpustakaan yang telah diolah dengan cara yang sistematis dan menyediakan akses yang tidak terbatas dan layanan gratis pada warga masyarakat didaerah atau wilayah tertentu, seperti Kotamadya dan Kabupaten serta Propinsi. Merupakan sarana pendidikan mandiri bagi masyarakat umum untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan mereka untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik.

Perpustakaan umum sebagai instansi yang melayani masyarakat umum memiliki tugas yang luas. Perpustakaan umum dituntut untuk dapat merangkum semua kebutuhan informasi pengguna yang terdiri dari kalangan yang berbeda-beda tanpa memandang perberbeda-bedaan usia, jenis kelamin, Ras, Agama, dan sosial ekonomi.

Perpustakaan yang termasuk jenis perpustakaan umum di Indonesia adalah perpustakaan wilayah atau provinsi yang setelah otonomi daerah ada yang digabung dengan arsip daerah yang sering disebut dengan nama Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD). Pada Propinsi Sumatera Utara ada satu perpustakaan umum yang menyediakan akses dan layanan umum kepada masyarakat Sumatera Utara yaitu Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Propinsi Sumatera Utara.

(11)

Sebagai perpustakaan umum Propinsi Sumatera Utara BPAD harus dapat merangkum semua kebutuhan informasi masyarakat yang berasal dari Daerah, Profesi dan Usia yang berbeda. BPAD dituntut untuk dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat Sumatera Utara. BPAD setelah otonomi daerah berubah nama menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara (BAPERASDA). BPAD melayankan berbagai jenis koleksi bahan pustaka bagi semua masyarakat Sumatera Utara yang membutuhkan berbagai subjek maupun topik, sesuai dengan beragam pengguna yang dilayani BPAD sumatera Utara. Salah satu jenis koleksi yang dilayankan BPAD Propinsi Sumatera Utara adalah koleksi Audiovisual.

Audio adalah bersifat koleksi yang hanya dapat didengar contohnya kaset. Visual adalah sesuatu yang berkenaan dengan pengelihatan, yang hanya dapat dilihat misalnya foto. Sedangkan Audiovisual adalah sesuatu yang dapat didengar atau dilihat oleh mata. Dalam Lukisan Peta, mikrofilm, dan mikrofis, sedangkan koleksi yang dapat dilihat dan didengar misalnya film,VCD, Video Kaset.Koleksi Audiovisual merupakan dalam bentuk rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, bahan kartografi, bahan grafika, bahan mikroform, serta file komputer.

(12)

Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Nias, Sipirok, Pakpak diletakkan diluar atau didepan pintu masuk.

Penggunaan gambar hidup video dapat diputar melalui komputer yang disediakan di Layanan Digital namun tidak difasilitasi alat bantu mendengar (earphone) apabila pengguna ingin menggunakan alat bantu mendengar pengguna harus membawa sendiri. Rekaman suara dapat diputar melalui alat bantu pemutar yang diletakkan berbeda dari letak koleksi alat bantu pemutar diletakkan di Layanan remaja sebanyak 2 buah. Koleksi audio-visual yang disediakan BPAD tidak untuk dipinjamkan kepada pengguna hanya diizinkan menggunakan koleksi Audio-visual ditempat yang disediakan. Kendala yang dihadapi dalam melayankan koleksi Audio-visual adalah jika energi listrik padam/mati yang menyebabkan pengguna tidak dapat memutar koleksi rekaman suara dan gambar hidup serta rekaman video.

Perkembangan teknologi dan informasi yang menyebabkan kurangnya pemanfaatan koleksi audiovisual saat ini disebabkan kemudahan pencari informasi yang sangat instan lewat penggunaan internet. Para pengguna perpustakaan beralih ke pemakaian internet dalam pemenuhan kebutuhan informasi mereka, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat nanti koleksi Audio-visual akan tergeser menjadi bahan yang tidak digunakan lagi, mengingat perkembangan dunia teknologi dan informasi yang semakin berkembang pesat saat ini.Setelah melakukan penelitian awal dan mendapatkan informasi sebagaimana diuraikan di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam dengan menentukan Judul ; Analisis Pemanfaatan Koleksi Audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara.

1.2Rumusan Masalah

(13)

audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Sumatera Utara.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian dan penulisan ini adalah Untuk mengetahui Bagaimanakah Pemanfaatan Koleksi Audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Sumatera Utara.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Sumatera Utara sebagai masukan dalam pelayanan Audio-visual pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Sumatera Utara khususnya pada Layanan Audiovisual.

2. Peneliti bahan acuan bagi penelitian dengan topik yang sama.

3. Penulis sebagai penambah wawasan dan pemahaman penulis tentang koleksi Audio-visual.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaanmerupakan pusat terkumpulnya berbagai informasi dan ilmu pengetahuan baik berupa buku maupun bahan rekamaan lainnya yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009, 70) mengemukakan bahwa :

Terminologi perpustakaan dalam bahasa inggris adalah library. Istilahlibrary berasal dari kata liber yang berarti buku. Dari istilah itu terbentuklah istilah librarius yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Greek dan Romance istilah yang bersesuain adalah Bibliotheca. Dari istilah ini maka dalam bahasa belanda perpustakaan disebut Bibliotheek ,dalam bahasa Jerman disebut Bibliothek, bahasa Perancis Bibliotheque, dan pada bahasa Spanyol Bibliotheca, serta dalam bahasa portugis juga disebut Biblitheca. Akan tetapi semua istilah tersebut berasal dari bahasa Yunani dari kata Biblia yang juga artinya adalah tentang buku, kitab. Oleh karena, Bible diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Alkitab. Dari pengertian tentang perpustakaan di atas memiliki satu arti yang sama walaupun penulisannya berbeda-beda yaitu Buku, jadi dapat dinyatakan bahwa perpustakaan itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan buku, dilihat dari pengertian perpustakaan yang berasal dari beberapa negara didunia.

Dalam undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan Bab I pasal 1 dinyatakan bahwa “perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian informasi, dan rekreasi para pemustaka.”

Berbeda halnya dengan Noerhayati (1989, 28) beliau berpendapat bahwa “Perpustakaan adalah kumpulan buku-buku yang diorganisasi sedemikian rupa untuk dipergunakaan bagi keperluan membaca, konsultasi, dan studi.”

(15)

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum merupakan salah satu jenis perpustakaan yang bernaung disuatu daerah. Perpustakaan umum bersifat umum dan melayankan jasa kepada masyarakat umum yang berbeda latar belakangnya. Perpustakaan Umum dalam Badan Standarisasi Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan(2009, 6) adalah:

Perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan perpustakaan di wilayah kabupaten/kota serta melaksanakan layanan perpustakaan kepada masyarakat umum yang tidak membedakan usia, ras, agama, status sosial dan gender.

Selanjutnya Menurut Reitz yang dikutip oleh Hasugian (2009, 77) Perpustakaan Umum adalah“A library or system that provides unrestricted acess to library resources and services free of charge to all the resident of a given

community, district, or geographic region, supported wholly or in part by publics

funds.” Dalam pengertian sederhana definisi diatas menyatakan bahwa Perpustakaan Umum adalah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumber daya perpustakaan dan layanan gratis kepada warga mesyarakat didaerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebahagian dari dana masyarakat ( pajak ).

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Sutoyo (2001, 184) menyatakan bahwa:

Perpustakaan Umum adalah salah satu jenis perpustakaan yang terbuka untuk umum, diselenggarakan dari dana yang berasal dari umum dengan sasaran untuk melayani umum dengan tidak memandang perbedaan kedudukan, pekerjaan, pandangan politik, agama, jenis kelamin, usia dan suku bangsa.

(16)

Menurut Hasugian (2009, 77) untuk menggolongkan suatu perpustakaan termasuk kedalam jenis perpustakaan umum, setidak-tidaknya melihat empat unsur sebagai kriteria yaitu :

1. Koleksi perpustakaan umum harus terbuka bagi semua warga untuk keperluan rujukan maupun untuk peminjaman.

2. Seluruh atau sebahagian besar anggaran perpustakaan umum diperoleh dari dana masyarakat umum, baik dari tingkat lokal maupun nasional. Dana masyarakat umum yang dimaksud adalah diperoleh dari pajak. 3. Jasa pelayanan diberikan kepada semua warga adalah Cuma-Cuma atau

gratis.

4. Koleksinya mencakup semua jenis bahan perpustakaan bagi semua warga dan dalam semua subjek atau topik.

Selanjutnya Hasugian (2009, 77) menyatakan bahwa Masyarakat yang dilayani suatu perpustakaan umum sangat beragam. Untuk itu perlu diperhatikan tentang :

1. Kategori perpustakaan umum, termaksud perpustakaan daerah, kotamadya, kabupaten, atau perpustakaan desa.

2. Ukuran perpustakaan, besar sedang atau kecil.

3. Lokasi, didaerah industri, pertanian, pesisir, dekat kota besar, atau daerah terpencil.

4. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan formal, pekerjaan, penghasilan, dan agama.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan di katakan perpustakaan umum jika setidak-tidaknya memiliki 4 kriteria yaitu koleksi, anggaran, jasa pelayanan, dan koleksi mencakup kebutuhan pengguna. Dan dari segi pelayanannya, perpustakaan harus memperhatikan hal berikut: kategori perpustakaan, ukuran ruang perpustakaan, lokasi, dan jumlah penduduk yang dilayani.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Umum

Sebagai instansi umum perpustakaan umum memiliki tujuan yaitu dapat menjadi media pembelajaran masyarakat sepanjang hayat. Dalam Manifesto Uniesco yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki (1993, 46) dinyatakan bahwa perpustakan umum memiliki empat tujuan utama yaitu sebagai berikut:

(17)

2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.

3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemempuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering disebut sebagai fungsi pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan seumur hidup. Pendidikan sejenis ini hanya dapat dapat dilakukan oleh perpustakaan umum karena perpustakaan umum merupakan satu-satunya pranata kepustakawanan yang terbuka bagi umum. Perpustakaan nasional juga terbuka bagi umum namun untuk memanfaatkannya tidak selalu terbuka langsung bagi perorangan dan ada kalanya harus melalui perpustakaan lain.

4. Berlaku selaku agen kultural artinya perpustakaan umum merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas untuk menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran, dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.

Pendapat lain dikemukakan Hermawan dan Zen (2006, 31) bahwa perpustakaan umum memiliki tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraan.

2. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.

3. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.

4. Bertindak sebagai agen kultural sehingga menjadi pustaka utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitar.

5. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

(18)

2.1.2 Fungsi Perpustakaan umum

Perpustakaan umum merupakan suatu lembaga masyarakat yang terbuka bagi semua kalangan tanpa memandang perbedaan kedudukan, pekerjaan, pandangan politik, agama, jenis kelamin, dan suku bangsa. Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan perpustakaan umum harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.

Menurut Yusuf (1996, 21) perpustakaan umum memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Edukatif.

Perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri. Budaya mandiri dapat membentuk masyarakat yang belajar seumur hidup dan gemar membaca.

2. Fungsi Informatif.

Perpustakaan umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainya, yaitu menyediakan buku-buku refrensi, bacaan ilmiah populer berupabuku dan majalah ilmiah serta data-data penting lainya yang diperlukan pembanca.

3. Fungsi Kultural

Perpuatakaan umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk tercetak/terekam. Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan terkumpulnya berbagai karya budaya manusia yang setiap waktu dapat diikuti perkembanganya melalaui koleksi perpustakaan.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja, dan dewasa. Bacaan fiksi dapat menambah pengalamnan dan imajinasi pembacaanya dan banyak digemari oleh anak-anak dan dewasa.

Sedangkan Siregar (2011, 42) mengemukakan bahwa fungsi perpustakaan umum adalah :

(19)

Pendapat lain dikemukakan Sulistyo-Basuki (1993,27) bahwa Perpustakaan Umum berfungsi sebagai:

a. Sebagai sarana simpan karya manusia

Perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya manusia, khususnya karya cetak seperti buku, majalah, dan sejenisnya serta karya rekaman seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya.

b. Fungsi Informasi

Bagi anggota masyarakat yang memerlukan informasi dapat memintanya ataupun menanyakannya ke perpustakaan.

c. Fungsi Rekreasi

Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca dan bacaan ini disediakan oleh perpustakaan

d. Fungsi Pendidikan

Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informasi, artinya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah maupun juga tempat belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah e. Fungsi Kultural

Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi budaya masyarakat.

Uraian di atas mengemukakan bahwa perpustakan memiliki fungsi sebagai sarana belajar bagi masyarakat umum, menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta sebagai perubahan karir mereka. Dan perpustakaan umum berperan memelihara dan mempromosikan kebudayaan pada wilayah tertentu serta sebagai sarana simpan karya manusia.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Umum

Setiap perpustakaan memilki tugas sesuai dengan jenis perpustakaannya. Begitu juga dengan perpustakaan umum sebagaimana dinyatakan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 5) “Tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.”

Dalam Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Umum Kabupaten/kota (2009, 3) mengemukakan bahwa tugas perpustakaan umum kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

(20)

2. Menyediakan pengembangan pendidikan seumur hidup.

3. Menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal

4. Menyediakan sarana pengembangan kretivitas diri anggota masyarakat 5. Menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat

sehingga aspirasi budaya lokal dapat terpelihara dan berkembang dengan baik

6. Mendayagunakan koleksi termaksuk akses informasi koleksi perpustakan lain serta berbagai situs web.

7. Menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jeringan informasi. 8. Menyediakan fasilitas belajar dan membaca

9. Memfasilitasi pengembangan literasi informasi dan komputer

10.Menyelenggarakan perluasan layanan antara lain melalui perpustakaan keliling.

Pendapat lain dikemukakan oleh Yusuf (1996, 18) menyatakan bahwa tugas pokok perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan umum disediakan oleh Pemerintah dan masyarakat untuk melayani kebutuhan bahan pustaka masyarakat

2. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin

3. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan formal, nonformal, dan informal

4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tugas perpustakaan umum adalah menyediakan dan melayani kebutuhan informasi bagi semua lapisan masyarakat umum yang ada pada suatu daerah tertentu.

2.2 Koleksi Perpustakaan.

Koleksi Perpustakaan merupakan informasi yang disampaikan perpustakaan kepada pengguna. Koleksi membahas semua bidang ilmu pengetahuan yang akan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna di sebuah perpustakaan.

(21)

Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 19) dinyatakan bahwa “Koleksi perpustakaan umum mencakup bahan pustaka tercetak serta buku, majalah dan surat kabar, bahan pustaka terekam dan elektronik seperti kaset, video, piringan (disk) dan lain-lain.”

Selain pendapat di atas Yulia (1993, 3) mengemukakan bahwa:

Koleksi perpustakaan merupakan kumpulan bahan perpustakaan yang dimiliki suatu perpustakaan yang dilayankan kepada pengguna. Ada beberapa jenis koleksi bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi dan telah dikelompokkan menurut jenisnya diantaranya adalah karya cetak, karya non cetak, karya dalam bentuk elektronik.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Koleksi Perpustakaan adalah semua jenis bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah dan disimpan oleh suatu perpustakaan untuk dilayankan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

2.2.1 Fungsi Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan harus menyediakan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Menurut Siregar (2002, 3) “Tujuan koleksi adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi.” Selain tujuan penyediaan koleksi perpustakaan, fungsi koleksi perpustakaan juga harus benar-benar diperhatikan. Adapun fungsi koleksi perpustakaan adalah :

1. Fungsi pendidikan, yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok dan lembaga yang membutuhkan.

2. Fungsi penelitian, yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh masyarakat/pengguna.

3. Fungsi refrensi, yaitu menjadi bahan rujukan bagi masyarakat/pengguna perpustakaan.

4. Fungsi umum, yaitu menjadikan perpustakaan sebagai pusat informasi bagi masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan pengabdian masyarakat, pelestarian bahan pustaka dan hasil budaya manusia lainya.

Sedangkan dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 3)fungsi koleksi perpustakaan adalah sebagai berikut:

(22)

Untuk menunjang program pendidikan dan pengajaran perpustakaan mengadakan bahan pustaka yang sesuai atau relevan dengan jenis dan tingkat program yang ada.

2. Fungsi Penelitian

Untuk menunjang program penelitian perguruan tinggi perpustakaan menyediakan sumber informasi tentang berbagai jenis hasil penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan mutakhir.

3. Fungsi Referensi

Fungsi ini melengkapi kedua fungsi di atas dengan menyediakan bahan-bahan referensi di berbagai bidang alat-alat bibliografis yang diperlukan untuk penelusuran informasi.

4. Fungsi Umum

Perpustakaan perguruan tinggi juga merupakan pusat informasi bagi masyarakat di sekitarnya. Fungsi ini berhubungan dengan program pengabdian masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta hasil budaya yang lain.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa fungsi koleksi pada perpustakaan terdiri atas fungsi pendidikan, penelitian, referensi, dan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu masyarakat.

2.2.2 Jenis Koleksi Perpustakaan

Perkembangan teknologi dan informasi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan tidak terbatas hanya pada buku saja, tetapi meliputi segala macam bentuk cetakan dan rekaman

Menurut Yulia (1993, 3) Ada beberapa jenis koleksi bahan pustaka yang tercakup dalam koleksi perpustakaan diantaranya adalah sebagai berikut:

1 Karya Cetak

Karya cetak merupakan hasil pikiran karya manusia yang dituangkan dalam tulisan atau cetak, yaitu seperti berikut:

a. Buku:

Buku merupakan bahan pustaka yanng merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang paling umum terdapat dalam koleksi bahan perpustakaan. Berdasarkan standar dari Unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termaksud kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan.

b. Terbitan Berseri:

(23)

dan lainya), laporan yang terbit dengan jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, triwulan, dan sebagainya.

2Karya Non cetak

Karya Nontercetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya.. Yang termaksud jenis bahan pustaka Audiovisual adalah sebagai berikut:

a. Rekaman Suara:

Merupakan bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam.

b. Gambar Hidup dan Rekaman Video:

Merupakan bahan pustaka yang bentuknya seperti film dan kaset video.

c. Bahan Grafika:

Bahan grafika terdiri dari dua jenis yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung

d. Bahan Kartografi:

Yang termaksud bahan pustaka kartografi adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara.

e. Bentuk Mikro

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca oleh mata melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Yang termaksud bahan pustsaka bentuk mikro adalah sebagai berikut:

1. Mikrofilm:

Bahan pustaka bentuk mikro berbentuk gulungan film yang ukurannya 16 mm, dan 35 mm.

2. Mikrofis:

Bahan pustaka bentuk mikrofis berbentuk lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm. 3. Microopaque:

Bentuk micro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukurannya sebesar microfis. 3. Karya dalam Bentuk Elektronik

Hastuti (2012, 2) mengemukakan bahwa:

Sumber daya elektronik adalah informasi yang dituangkan dalam bentuk buku atau jurnal ektronik yang biasa dikenal dengan istilah electronic collection (e-collection). Contoh sumber daya elektronik adalah CD-ROM (Compact Disk-Read Only Memory), disket, jurnal online.

(24)

dituangkan kedalam media elektronikseperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya. Perubahan koleksi ini menyebabkan kemudahan dalam mengakses informasi bagi pengguna.

2. 3 Audio -Visual

Klasifikasi perkembangan Media Audio-visual:

MenurutSalahudin (1986, 3) “media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara ataupengantar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu.”

MenurutSanjaya (2010) perkembangangan media Audio-vidual dalam pembelajaran yaitu :

1. Media audio media yang berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non Menurut Wina

2. Selanjutnya Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sanagat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Yang termasuk dalam kelompok ini yaitu Gambar representasi, Diagram, Peta, Grafik, Overhead Projektor (OHP), Slide, dan Filmstrip.

3. Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat).

Media audio visual terdiri atas audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slide), film rangkai suara. Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.

4. Menurut Haffos (Feldman 1994) multimedia/audiovisual adalah sebagai suatu sistem komputer yang terdiri dari perkakasan dan perisian yang memberikan kemudahan untuk membolehkan gambar, video, fotografi, grafik dan animasi, dipadukan dengan suara, teks data yang dikendalikan dengan program komputer.

(25)

Sedangkan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 1706) Mengemukakan bahwa “Visual adalah sesuatu yang berkenaan dengan penglihatan ; dapat dilihat dengan indera.”

Selain hal di atas Dalam Online Dictionary for Library and Information Science mengemukakan bahwa Audiovisual merupakan: “A work in a medium that combines sound and visual images, for example, a motion picture or

videorecording with a sound track, or a slide presentation synchronized with

audiotape.” yang artinya Sebuah karyadalam mediayang

menggabungkangambarsuara danvisual,misalnya, sebuah filmatauvideorecordingdenganjalur suara, ataupresentasi slidedisinkronkan denganrekaman

Sehubungaan dengan hal di atas Lismurtini (2013) mengemukakan bahwa: Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media Audiovisual merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.

Sedangkan Dalam Pedoman Teknis Pengembangan Koleksi Layanan Perpustakaan Nasional R.I (2002, 17) dikemukakan bahwa “koleksi Audiovisual adalah Semua bentuk bahan pustaka yang bisa didengar dan dilihat.”

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Audio-visual adalah sesuatu yang dapat didengar atau dilihat serta sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. Dalam pengertian yang lebih khusus koleksi Audio-visual adalah semua bahan pustaka yang dapat dilihat oleh panca indera (media gambar) atau yang dapat didengar (media suara) dan yang dapat dilihat serta didengar (media video). Contohnya seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar, seperti kaset, audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, dan CD-ROM.

Menurut Daryanto (1985, 204) ada beberapa kentungan dan kelemahan dalam koleksi Audiovisual sebagai berikut:

Keuntungan:

(26)

2. Melindungi bahan aslinya karena bahan kertas sangat terbatas ketahananya.

3. Biaya cetak jenis ini lebih mudah dijangkau (murah) jika dibandingkan dengan dokumen yang sudah tua dan mahal.

4. Bahan-bahan in mudah pengirimannya, lebih ringan. Kelemahan:

1. Pemakaian yang kurang hati-hati menyebabkan kleksi audio visual ini cepat rusak dan biaya perbaikannya cukup tinggi.

2. Lebih cepat melelahkan mata dalam penggunaannya/pembacaannya. 3. Diperlukan seorang operator yang betul-betul mengetahui

penggunaaan koleksi audiovisual.

4. Perpustakaan harus memiliki hardwareyang dapat membaca softwareyang harganya relatif mahal.

5. Peminjaman software (koleksi audiovisual) harus bisa mengusahakan hardwarenya.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa media Audiovisual memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan dari koleksi Audiovisual yaitudari ruang penyimpanan, biaya, ketahanan koleksi dan lebih mudah digunakan. Sedangkan kelemahannya adalah penggunaanya harus diperhatikan, dan memerlukan perangkat tambahan dalam pengguaanya.

2.3.1 Jenis-Jenis Koleksi Audio-Visual

Salah satu faktor pendukung berhasilnya perpustakaan adalah koleksi perpustakaan. Audiovisual merupakan salah satu koleksi yang ada pada perpustakaan, dan terdiri dari berbagai jenis.

Junaedi (1997, 27), mengemukakan Bahwa jenis dan macam koleksi Pandang Dengar (Audio-Visual), adalahsebagai berikut:

a. Kaset Audio: kaset Analog, kaset Video, Piringan Hitam (PH), Open Rel, CPAudio, adalah koleksi audio visual yang hanya menampilkan suara, baik suaramanusia atau suara alunan nada/musik dan lain sebagainya.

b. Kaset Video: MDU (Master), Video High 8 mm, VHS Video, Betamax, VCD(Video Casette Digital), DVD (Digital Video Disk), adalah jenis koleksi audiovisual yang sudah disempurnakan dari jenis kaset audio. Jenis koleksi inimempunyai kelebihan yaitu dapat didengar dan dilihat, dan informasi akanmaksimal diterima.

(27)

d. CD-ROM, adalah Perangkat keras yang di dalamnya terdapat programprogramyang telah ter-install, dan berfungsi untuk membaca CD.

e. Slide, adalah media atau bentuk fisik rekaman gambar yang hanya dapat dilihatsaja.

f. Disket, adalah jenis koleksi audio visual yang sama dengan CD, tapi biasanyainformasi di dalam disket berupa informasi berbentuk tulisan saja, sebabdisket tidak dapat menampilkan informasi gambar, dikarenakan memori yangdimiliki disket cenderung sedikit sedikit.

File dokumen non printing sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. File dokumen yang dapat didengar saja. Contoh : kaset, piringan hitam, reel to reel, CD

2.File dokumen yang dapat dilihat sajaContoh : slide, film bisu, mikrofilm, mikrofish, transparansi, peta, globe,foto, file

3. File dokumen yang dapat didengar dan dilihatContoh : film suara, video, film strip, slide bersuara.File dokumen diperlukan untuk dokumentasi agar dapat berpacudengan cepat seiring banyaknya permintaan informasi dokumen. Filedokumen yang diubah dari file dokumen cetak menjadi bentuk non cetak akanlebih efektif dan efisien.

2.3.1.1Audio

Media Audio telah digunakan secara luas untuk mengkomunikasikan pesan dan informasi kepada kelompok atau individu. Media ini merupakan media yang cukup populer digunakan dalam mempelajari informasi dan ilmu pengetahuan

Sri Kurniati (2009, 52) mengemukakkan bahwa “Berapa jenis media yang dapat dikelompokan menjadi media audio, yaitu radio, kaset audio (pita magnetik dan piringan hitam), dan laboratorium bahasa.”

Sedangkan Pribadi (2005, 22) mengemukakan bahwa:

Audio adalah media yang relatif murah untuk mengkomunikasikan pesan dan informasi tertentu. Media audio mempergunakan beberapa jenis sumber suara seperti suara manusia, suara binatang, dan suara lingkungan sekitar untuk mengungkapkan pesan dan informasi.

Menurut Heinich yang dikutip oleh Benny (1996, 23) mengemumakan 4 keuntungan dalam menggunakan media audio:

1. Relatif murah untuk mengomunikasikan pesan dan informasi. 2. Mudah diperoleh dan mudah digunakan

3. Fleksibel untuk digunakan secara berkelompok meupun individu 4. Bentuknya ringkas dan mudah dibawa.

(28)

a. Piringan hitam

Piringan hitam merupakan medium yang sangat kaya akan informasi suara. Untuk memberikan layanan informasi dan pengetahuan verbal, sebuah perpustakaan harus senantiasa melengkapi koleksi peringan hitam. Media audio ini telah merekam musik-musik yang diciptakan oleh oleh sejumlah komposer musik terkenal dimasa lalu. Media alam ini sangat mudah rusak dan oleh karena itu memerlukan kehati-hatian dalam penangananya. Perangkat pemutar jenis piringan hitam lebih praktis dibanding medium audio lainnya.

b. Pita kaset suara (audio tape cassette)

Pita kaset suara merupakan medium yang paling banyak digunakan merekam pesan dan informasi. Pita kaset memiliki kode tertentu yang menunjukan lama masa putarnya.

c. Compact Disc (CD)

Compact disc (CD) berbentuk lingkaran yang lebih kecil dari ukuran piringan hitam dan berwarna perak. Medium ini memiliki garis tengah (diameter) sebesar 12 cm. CD ini berputar lebih cepat dari piringan hitam dan dapat merekam sejumlah besar informasi. Pemakaian compact disc dapat diprogramkan sehingga penggunanya dapat dengan cepat memilih bagian tertentu yang ingin didengarnya. Penggunaan teknik digital dalam merekam suara memungkinkan (CD) tidak memiliki noice berupa latar belakang suarayang menganggu.

d. Pita Open Reel

pitta open reel pertama kali ditemukan pada tahun1946. Untuk memakai pita open reel diperlukan adanya dua buah reel (lingkaran), yang satu berisi pita program yang akan didengar dan yang lai kosong. Bentuk fisiknya menyerupai film dengan ukuran 16 mm.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Audio merupakan media yang menyampaikan suatu pesan atau informasi melalui suara/bunyi. Secara khusus pengertian koleksi audio adalah Bahan pustaka atau informasi dalam bentuk suara seperti: piringan hitam, pita kaset suar(audio tape cassette), Compact disc (CD),dan pita open reel.

2.3.1.2Visual

Visual adalah salah satu jenis koleksi yang dapat dilihat atau koleksi tanpa suara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 1706)mengemukakan bahwa “visual adalah sesuatu yang berkenaan dengan pengelihatan; dapat dilihat oleh indera.”

(29)

Heinich yang dikutip oleh Pribadi (1996, 117-119 & 127), klasifikasi bahan visual adalah sebagai berikut:

a. Gambar diam

Gambar diam didefinisikan sebagai gambar foto atau yang menyerupai foto yang merupakan representasi objek dan peristiwa tertentu. Keuntungan yang utama dari medium gambar diam adalah mudah diperoleh dan dan digunakan. Gambar diam, baik foto atau sesuatu yang menyimpan foto, tersedia dalam buku termaksud didalamnya buku teks, majalah koran, katalog, dan kelender. Penggunaan medium gambar diam tidak memerlukan perlengkapan tambahan seperti halnya peralatan yang diperlukan untuk menayangkan program slide, film, transparansi.

b. Bahan-bahan grafis

Bahan Grafis adalah nonphotografis dan bahan 2 dimensi yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan kepada pengguna. Bahan grafis dibagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

1. Gambar

Gambar merupaklaan media yang mengkomunikasikan informasi pada pengguna dalam bentuk skets, yang berisi garis-garis yang mewakili orang, tempat, obyek, dan konsep tertentu.

2. Diagram dan Chart

Diagram dan Chart merupakan media yang menggambarkan suatu proses atau urutan kejadian dan hirarki. Informasi ini sering dijumpai dalam buku teks, jurnal, dan majalah ilmiah.

3. Grafik

Garafik merupakan media informasi yang berisikan tentang data numerik. Setiap unsur visual yang terdapat dalam grafik mewakili suatu data numerik.

4. Poster

Poster merupakan konsep Visual yang terdiri dari kombinasi antara garis warna dan penggunaaan kata- kata (teks). Media ini bersifat persuasif.

5. Kartun (Cartoun)

Merupakan format bahan grafis yang paling populer. Kartun merupakan gambar atau karikatur tentang orang atau suatu peristiwa. c. Realia

Sesuatu benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih berada dalam keeadaan utuh, dapat diproyeksikan, hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagimana wujud aslinya.

d. Model

(30)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa visual merupakan sesuatu yang berhubungan dengan indera pengelihatan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa koleksi visual merupakan bahan pustaka atau informasi yang penggunaanya melalui indera pengelihatan atau dapat dilihat seperti : gambar diam, bahan-bahan grafis, realia, model.

2.3.1.3 Audio-Visual

Media audiovisual disebut juga sebagai media video. Video merupakan mediayang digunakan untuk menyampaikan pesan . Dalam media video terdapatdua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan pengguna untuk dapat menerima pesan melalui pendengaran,sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan melalui bentukvisualisasi.

Anderson (1994, 99) mengemukakakan bahwa:

Media video adalah merupakan rangkaiangambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambaryang dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player.

Selanjutnya Anderson (1994, 103) menyatakan bahwa dalam media video terdapatkelebihan dan kekurangan, antara lain:

Kelebihan media video:

1. Dapat digunakan untuk klasikal atau individual 2. Dapat digunakaan seketika.

3. Digunakan secara berulang.

4. Dapat menyajiakn materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas.

5. Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya 6. Dapat menyajikan obyek secara detail

7. Tidak memerlukan ruang gelap 8. Dapat di perlambat dan di percepat 9. Menyajikan gambar dan suara Kelemahan media video:

(31)

Adapun jenis koleksi Audiovisual adalah sebagai berikut: kaset video, VCD (Video Compact Disc), DVD (Digital Video Disc).

a. Kaset Video

Video kaset merupakan salah satu koleksi audiovisual yang jarang ditemukan saat ini karena kelangkaan jenis koleksi ini bahkan disebagian perpustakaan koleksi jenis video kaset tidak disediakan lagi.

Cubbit (1993, 11) mengemukakan bahwa Rekaman Video “merupakan medium rekaman yang menggunakan pita magnetik untuk menyalurkan sinkronisasi antara suara dan gambar.”Sedangkan Fothergill yang dikutip oleh Anita (2007, 18) menyatakan bahwa Dipasaran dunia dikenal tiga sistem kaset video yang banyak digunakan oleh masyarakat, yaitu:

1. U-Matic yang menggunakan pita berukuran 19,05 mm dengan kecepatan 9,5 cm/detik dan kemasannya berukuran 221 x 140 x 32 mm. Jenis ini dikeluarkan oleh Sony dan digunakan untuk para profesional. Keuntungan U-Matic adalah kualitas gambar tinggi dan jenis ini banyak digunakan dalam pelatihan di perusahan-perusahaan dan kantor-kantor berita telivisi.

2. VHS (Video Home System) banyak digunakan untuk komersil. Sistem ini menggunakan pita ukuran 12,7 mm dengan kecepatan standar 2, 34 cm/detik. Kemasannya berukuran 188 x 104 x 25 mm. VHS dikeluarkan oleh JVC dan banyak terdapat dipasaran. Namun kualitas video rendah dan jika sering digunakan akan menurunkan mutu gambar dan suara.

3. Kaset dengan pita ukuran 8 mm dengan kemasan 9,2 x 6,2 x 1,4 cm (3,6 x 2,4 x 0,6 in). Jenis ini sering disebut dengan Camcorder dan digunakan oleh semi-profesional

Sistem lain yang banyak digunakan di Indonesia adalah format Beta, yaitu format video setengah inci yang dibuat oleh Sony. Bentuk kaset ini lebih ringkas dari VHS (Video Home System).

b. VCD

VCD (Video Compact Disc) merupakan bagian dari salah satu gambar hidup atau koleksi audiovisual. Menurut Fothergill yang dikutip oleh Anita(2007, 21) menyatakan bahwa:

(32)

Bahan atau materi pembuatnya sama. Keduanya sama-sama mampu memperdengarkan suara berkualitas tinggi.

Dalam infokomputer (2002) “VCD dikembangkan oleh Sony dan Philips sekitar awal 90-an. VCD disandi dengan menerapkan teknik MPEG-1 (Motion Picture Expert Group-1). Teknik ini tidak memerlukan pemprosesan yang tinggi sesuai dengan kebanyakan PC pada masa itu.”

c. DVD

DVD adalah piringan tipis yang sama dengan VCD, namun memiliki ruang penyimpanan yang lebih besar dan merupakan perbaikan dari teknologi CD-ROM/CD-R/CD-RW.

Menurut Dhani (2005, 23) mengemukakan bahwa:

DVD-ROM merupakan media penyimpanan dengan bentuk fisik mirip CD-ROM namun memiliki kapasitas yang lebih jauh tinggi serta kemampuan untuk menyimpan pada kedua sisinya”. DVD-ROM biasanya digunakan untuk menyimpan file-file multimedia berukuran besar.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Audiovisual/video merupakan rangkaian elektronik yang disertai unsur suara dan gambar. Secara khusus definisi koleksi audiovisual adalah bahan pustaka/informasi yang memiliki unsur suara dan gambar seperti : kaset video, VCD dan DVD.

Menurut Siregar (2012, 17) koleksi audiovisual dikelompokan sebagai berikut :

1 Rekaman Suara (Sound Recording)

Rekaman suara adalah bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa Inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.

Yang termaksud rekaman suara adalah piringan hitam, kaset, katridge, piano rolls, rekaman suara dalam film (sound recording on film) kecuali rekaman yang berfungsi sebagai pelengkap gambar-gambar visual seperti gambar hidup.

2. Gambar Hidup dan Rekaman Video

Gambar hidup dan rekaman video, yang termasuk dalam bentuk ini adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain yang bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana mencari bahan pustaka di perpustakaan.

Yang termaksud gambar hidup dan rekaman suara adalah semua jenis film (gambar hidup) dan rekaman video, termaksud film lengkap, kumpulan bagian-bagiam film, trailer.

1. Bahan Kartografi.

(33)

2. Bahan Grafika.

Bahan grafika, ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya slide, transparasi, dan filmstrip).

Yang termaksud bahan grafika adalah lukisan, reproduksi karya seni, bagan, foto, gambar teknik, maupun yang harus dilihat dilihat dengan bantuan alat yaitu banah-bahan yang harus diproyeksikan seperti slide, transparansi, dan filmstrip.

3. Mikroform.

Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader.

Yang termaksud mikroform adalah salah satu bentuk koleksi bahan bukan buku yang jika dilihat dari segi fisiknya mencakup mikro-film, mikrofis, microlegap (micropaques yaitu mikroform yang bahannya tidak transparan) dan kartu apentur (apentur card).

4. File-File Komputer

Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.

Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar(audio-visual) juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengan memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia.

Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa koleksi audiovisual terdiri dari berbagai jenis yaitu seperti rekaman suara, gambar hidup dan rekaman video, bahan kartografi, bahan grafika, mikroform, file-file komputer.

2.4 Pengolahan Audio-Visual

(34)

Menurut Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor (2000, 13) Penanganan dalam pengolahan koleksi Audiovisual adalah sebagai berikut :

a. Pengolahan koleksi non buku yang tercetak

1. Peta, atlas, grafik, diagram, atau gambar perlu pula dibuatkan kartu katalognya,keterangan-keterangan memgenai materi/objek ini biasanya telah dicantumkan oleh pembuatnya

2. Data yang harus dicacat dalam katalog antara lain judul, catatan agenda, metode reproduksi, dan data yang disertkan dalam judul.

3. Penyimpanan jenis ini memerlukan alat khusus, misalnya laci-laci horizontal untuk peta, atlas,grafik, dan sebagainya.

b. Pengolahan bahan pustaka terekam :

1. Film, filmstrip, kaset rekaman suara, kaset videodan materi audio visual lainnya (media pandang dengar) perlu dibuatkan katalog pula. Pengolahan katalognya antara lain mencakup pencatatan mengenai keterangan: ukuran film atau pita rekaman, warna reproduksi (berwarna ataulah hitam putih), suara (bila ada), durasi (lama putar yang dinyatakan dalam menit). Materi jenis ini disimpan dalam rak-rak atau kotak khusus untuk penyimpanaan rol film, filmstrip, dan kaset.

2. Sementara koleksi berupa slide dapat disimpan pada kotak-kotak khusus setelah setiap slide disimpan pada sampul/jaket penyimpanan, berikan pembatas untuk masing-masing slide. Berikan nomor kode untuk setiap slide atau setiap seri slide yang ada.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengolahan koleksi audio-visual berbeda - beda. Setiap jenis koleksi audio-visual memiliki pengolahan berdasarkan jenisnya yaitu bahan pustaka non buku tercetak berbeda pengolahannya dengan bahan pustaka terekam.

2.5 Pelayanan Perpustakaan

Tujuan utama setiap perpustakaan adalah mengusahakan agar koleksi yang dimiliki dimanfaatkan secara maksimal oleh pemustaka. Hal ini merupakan kegiatan layanan perpustakaan. Para pemakai jasa perpustakaan dapat memperoleh kesempatan dan fasilitas semaksimal mungkin untuk menelusur dan mempelajari informasi sesuai dengan kebutuhan.

(35)

dimilikiperpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya.” Dengan kata lain tujuan layanan perpustakaanadalah cara untuk mempertemukan pengguna dengan informasi yang dibutuhkan dan membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakattentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi hakikat layananperpustakaan adalah penyediaan segala bentuk informasi kepada pemakai danpenyediaan segala alat bantu penelusurannya.

Selanjutnya Darmono (2001, 135) menyatakan bahwa untuk menghindari terjadinya kegiatan yang pasif-statis dalam aspek kegiatan layanan perpustakaan, maka kegiatan layanan perpustakaan perlu memperhatikan azas layanan sebagai berikut:

1. Selalu berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan pemakai perpustakaan.

2. Layanan diberikan atas dasar keseragaman, keadilan, merata dan memandang perpustakaan sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan tidak dipandang secara individual.

3. Layanan perpustakaan dilandasi dengan tata aturan yang jelas dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi layanan.

4. Layanan dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor kecepatan, ketepatan, dan kemudahan dengan didukung oleh administrasi yang baik.

Dari uraian di atas menyatakan bahwa pelayanan perpustakaan merupakan penawaran koleksi atau informasi perpustakaan kepada pengguna yang datang keperpustakaan dengan tujuan mencari informasi yang dibutuhkan.

2.5.1 Pelayanan Audio-Visual

Sebagai pusat sumber informasi, perpustakaan tidak hanya memiliki pelayananan sirkulasi dan referensi akan tetapi, juga menyediakan layanan audiovisual. Koleksi pada layanan ini memerlukan sarana pendukung dalam penyajian informasi yang dikandungnya.

Adapun tujuan penyelenggaraan layanan audiovisual dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 90) adalah:

1. Menyediakan media khusus untuk tujuan pendididkan, pengajaran, penelitian, dan rekreasi.

(36)

3. Meningkatkan kualitas penyampaian informasi dan pesan pendidikan. 4. Meningkatkan daya ingat pengguna melalui bahan pustaka audiovisual

disamping bahan bacaan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan audiovisual adalah salah satu pelayanan yang terdapat pada perpustakaan yang bertujuan sebagai sarana dalam memotivasi pengguna memanfaatkan fasilitas perpustakaan dan meningkatkan kualitas penyampaian informasi pendidikan, pengajaran, penelitian dan rekreasi.

2.5.1.1 Pelayanan Bahan Audio

Suatu perpustakaan memiliki berbagai jenis layanan dalam mencapai tujuan pelayanan kepada pengguna, pelayanan bahan jenis audio merupakan salah satu usaha perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan pengguna.

Menurut Corea (1993, 86) mengemukakan bahwa “Audio adalah sesuatu yang dapat didengar oleh telinga dengan jarak frekuensi 15 Hz hingga 20.000 Hz.”

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pengguna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), dijelaskan bahwa “pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.”

Kedua uraian definisi di atas dapat diketahui bahwa pelayanan Bahan Audio adalah layanan perpustakaan yang menawarkan koleksi perpustakaan yang dapat didengar oleh telinga dengan jarak frekuensi tertentu.

Menurut Pribadi (1996, 24), menyatakan bahwa:

Bahan Pustaka Audio memerlukan tempat penyimpanan khusus bebas dari panas dan debu. Panas akan merusak kaset audio, dan debu akan membuat audio kotor. Kondisi ini dapat menjadi pengganggu ketika pengguna akan memanfaatkan bahan pustaka Audio.

(37)

didengar oleh telinga yang merupakan usaha perpustakaan dalam melayani kebutuhan pengguna.

2.5.1.2Pelayanan Bahan Visual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) Pelayanan merupakan usaha melayani kebutuhan orang lain.

Menurut Pribadi (1996, 27) mengemukakan bahwa:

“Secara umum media visual dikelompokkan menjadi media gambar representasi(gambar dan foto), diagram yang menunjukkan hubungan antar konsep dan isi materi,peta yang menunjukkan hubungan antar unsur dalam isi materi, dan grafik (tabel, grafik,chart).”

Dari definisi di atas dapat dikemukakan bahwa pelayanan visual merupakan layanan yang ditawarkan oleh perpustakaan dalam bentuk media gambar representasi(gambar dan foto), diagram yang menunjukkan hubungan antar konsep dan isi materi,peta yang menunjukkan hubungan antar unsur dalam isi materi, dan grafik (tabel, grafik,chart) untuk melayani kebutuhan pengguna.

2.5.1.1 Pelayanan Bahan Audio-Visual

Media Audiovisual merupakan sebagian warisan kebudayaan kita, membawa sejumlah kemajuan diperpustakaan yang perlu dipelihara untuk kegunaan masa depan. Berbagai media dalam masyarakat harus dicerminkan dalam layanan oleh perpustakaan kepada para pengguna.

Menurut Pribadi (1996, 95) mengemukakkan bahwa:

Multimedia/Audiovisual kombinasi dari komputer atau video, atau merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks. Dengan kata lain multimedia/ Audiovisual merupakan kombinasi paling sedikit dua media input atau output dari data, media ini dapait audio (suara, musik), Animasi, video, teks, grafik dan gambar.

Sedangkan Mansjur (2000, 6) mengemukakan bahwa Ciri dan contoh bahan pustaka bukan buku (Audiovisual) adalah sebagai berikut:

1. Materi yang mempunyai objek: atlas, grafik, diagram, poster, lukisan, foto, slide

2. Rekaman suara: pita suara, piringan hitam, CD (Compact disk), kaset 3. Media pandang dengar: film bersuara, slide bersuara (Sound slide), pita

video, piringan perak video (CD), mikrofiche, mikrofilm

(38)

5. Kombinasi berbagai material dalam satu kesatuan: seperti Kit pendidikan, Kit FAO, KitPenyuluhan.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa pelayanan bahan audiovisual merupakan layanan koleksi yang ditawarkan perpustakaan yang mengkombinasikan media input dengan output dengan ciri sebagai berikut: materi memiliki objek, seperti: rekaman suara, media pandang dengar, materi elektronik, serta kombinasi berbagai material dalam satu kesatuan.

2.6 Pemanfaatan

Kata pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang berarti guna.. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 711) dinyatakan bahwa “Pemanfaatan mengandung arti, proses, cara, perbuatan memanfaatkan.” berarti dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan adalah proses atau cara, perbuatan untuk memanfaatkan suatu yang kita butuhkan.

Menurut Handoko yang dikutip oleh Handayani (2007, 28) bahwa dari segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal meliputi: 1. Kebutuhan

Yang dimaksud kebutuhan dalam pernyataan ini adalah kebutuhan informasi.

2. Motif

Motif merupakan suatu yang meliputi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.

3. Minat

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Faktor eksternal meliputi:

1. Kelengkapan koleksi

Banyaknya koleksi yang dapat dimanfaatkan informasinya oleh pengguna.

2. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna

Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka memberi layanan.

3. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali.

(39)

bahan pustaka/informasi yang ada pada suatu perpustakaan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebutuhan terhadap informasi, alasan pengguna dan kecenderungan hati pengguna terhadap informasi yang dibutuhkan. Beberapa hal teresebut dapat tercapai dengan baik didukung oleh ketersediaan informasi ketrampilan pustakawan dalam melayani dan ketersediaan fasilitas dalam temu kembali.

2.6.1 Tujuan Pemanfaatan

Sebagai pusat informasi, perpustakaan dituntut untuk selalu memberikan pelayanan kepada pengguna. Untuk itu perpustakaan terus berusaha untuk menyediakan berbagai sumber informasi dan bahan-bahan yang relevan bagi penggunanya sehingga pengguna lebih efektif dalam pemanfaatan koleksi.

Sebagai pusat pemanfaatan informasi perpustakaan harus mampu menyebarluaskan informasi kepada pengguna sehingga tujuan pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat tercapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 1216) “Tujuan bermakna arahan, haluan (jurusan), yang dituju, maksud, tuntutan (yang dituntut).”

Sedangkan menurut Salim (2002, 928) pengertian “pemanfaatan sebagai proses, cara atau perbuatan pemanfaatan.”

Selanjutnya Sutarno (2006, 123) mengemukakan bahwa tujuan pengguna ke perpustakaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Tahu arti dan manfaatnya

2. Mereka membutuhkan sesuatu di perpustakaan 3. Tertarik dengan perpustakaan

4. Merasa senang dengan perpustakaan 5. Dilayani dengan baik

(40)

2..6.2 Frekuensi Pemanfaatan

Dalam memenuhi kebutuhan informasinya pengguna memanfaatkan koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan, dengan waktu dan kesempatan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu frekuensi pemanfaatan merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk mengukur dan mengetahui bagaimana pengguna perpustakaan memanfaatkan koleksi perpustakaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 425), pengertian frekuensi dijelaskan bahwa frekuensi adalah “sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur.”

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa frekuensi pemanfaatan adalah pemakaian secara terus-menerus dalam kejadian tertentu yang teratur. Pengertian yang lebih khusus dari frekuensi pemanfaatan koleksi audiovisual adalah pemakaian secara terus-menerus koleksi audiovisual yang dilakukan secara teratur.

2.6.3. Cara Pemanfaatan

Banyak cara yang dapat ditempuh oleh sebuah perpustakaan untuk menambah koleksi media selain buku dan bahan cetak, baik dengan cara memproduksi sendiri atau membeli dari produsen lain

Sehubungan dengan hal di atas Pribadi (1996, 23) mengemukakan bahwa: Medium Audio mudah digunakan untuk menyampaikan pesan informasi yang bersifat verbal. Pada jenis media audio seperti pita suara pengguna dapat merekam dan menghapus informasi yang ada didalam media pita suara. Untuk merekam dan menghapus informasi pada pita suara, pengguna memerlukan peralatan tambahan yaitu alat perekam kaset pada suara (Audio tape recorder).

Sedangkan pemanfaatan media visual menurut Pribadi (1996, 119):

Pemanfaataannya tidak memerlukan peralatan tambahan seperti halnya peralatan tanbahan yang dibutuhkan pengguna dalam menggunakan media audio dan audiovisual. Hal ini merupakan salah satu keuntungan yang utama dari media visual mudah diperoleh dan digunakan.

Selanjutnya Pribadi (1996, 95)mengemukakan bahwa:

(41)

informasi yang diperlukan secara efektif. Fasilitas yang diperlukan dalam memanfaatkan koleksi Audiovisual adalah sebagai berikut:

1. Monitor (televisi)

2. Video casette player yang sesuai untuk berbagai format pita video 3. Headphone untuk keperluan pemakaian secara individual.

4. Books atau kotak penyimpanan monitor. 5. Rak untuk kaset Video

Semua peralatan ini harus diletakan ditempat tertentu. Agar peralatan dan program video yang merupakan koleksi perpustakaan tidak rusak dan sebaiknya menggunakan pendingan ruangan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa cara pemanfaatan dan peralatan yang dibutuhkan pengguna dalam memanfaatkan koleksi Audiovisual berbeda-beda tergantung dari jenis koleksi audiovisual yang akan digunakan oleh pengguna.

2.6.4 Pemanfaatan Koleksi Audio-Visual

Pemanfaatan koleksi adalah mendayagunakan sumber informasi yang terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia. Pemanfaatan koleksi perpustakaan adalah proses, cara dan perbuatan memanfaatkan koleksi perpustakaan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, (2000, 626) dinyatakan bahwa“pemanfaatan adalah proses, cara dan perbuatan memanfaatkan”

Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kegiatan kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada para pemakai perpustakaan demi tercapainya tujuan perpustakaan yaitu menyajikan jenis informasi dalam menambah ilmu pengetahuan yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan atau penelitian yang sedang dilakukan oleh pengguna. Menurut Jerold E. Kemp yang dikutip oleh Pribadi (1996, 10) Tujuan dari media Audiovisual adalah:

1. Memotivasi (to motivate)

2. Menyampaikan informasi (to inform) 3. Maksud Pengajaran (to instruct)

(42)

perpustakaan dan jasa informasi Audiovisual yang tersedia yang bertujuan untuk memotivasi dan menyampaikan informasi dengan maksud pengajaran kepada pengguna.

2.7 Sarana Pemanfaatan

Dalam memanfaatkan koleksi Audio-Visual memerlukan sarana pendukung, karena pemanfaatan koleksi audio-visual berbeda dengan pemanfaatan jenis koleksi perpustakaan lainnya.

Menurut Surachman (2005, 12) mengemukakan bahwa:

Layanan multimedia/audio-visual yang dulu lebih dikenal sebagai layanan “non book material” adalah layanan yang secara langsung bersentuhan dengan TI. Pada layanan ini pengguna dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk Kaset Video, Kaset Audio, MicroFilm, MicroFische, Compact Disk, Laser Disk, DVD, Home Movie, Home Theatre, dll. Layanan ini juga memungkinkan adanya media interaktif yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk melakukan pembelajaran, dsbnya. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam layanan perpustakaan adalah pengguna yang mempunyai keterbatasan, seperti penglihatan yang kurang, buta, pendengaran yang kurang dan ketidakmampuan lainnya. Dalam VISI PUSTAKA Volume 3 Nomor 2-Desember (2001, 2) Adapun peralatan standard yang perlu disediakan perpustakaan dalam penggunaan koleksi Audio-visual adalah sebagai berikut:

1. Pemutar videocassette (3/4- dan 1/2-inch VHS, PAL dan SECAM) 2. Pemutar videodisc (baik stand-alone maupun dengan

komputer-interactive);

3. Pemutar DVD (Digital Versatile Disc); 4. Slide/tape synchronized viewers; 5. Pemutar audiocassette;

6. Pemutar audio compact disc (CD);

7. Komputer Macintosh dan IBM dengan CD-ROM drives.

8. Akan lebih baik dan lengkap lagi jika terdapat sambungan Internet (termasuk di dalamnya web browsers dengan fasilitas plug-in/play untuk mengakomodasi banyaknya situs multimedia saat ini).

Sedangkan dalam website Perpustakaan UT mengemukakan bahwa:

(43)

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Layanan Audio-visual merupakan salah satu layanan yang disediakan perpustakaan. Sedangkan pemanfaatan Koleksi Audio-visu

Gambar

Tabel 3.1: Jumlah Populasi
Tabel 4.1:  Frekuensi Pemanfaatan Koleksi Audio-visual  1 minggu
Tabel. 4.2 : Lama Penggunaan Koleksi Audio-visual
Tabel 4.3: Koleksi Yang Sering Digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data terdiri dari pengujian fungsi distribusi waktu antar kerusakan dengan uji S- Mann, penentuan parameter distribusi waktu antar kerusakan, dan penentuan uptime dan

[r]

Tabel 12 menunjukkan total cost penggantian komponen apabila perusahaan menerapkan penggantian komponen secara preventive dengan modularity tidak pada waktu istirahat

Penyebabnya adalah teknologi yang digunakan kurang sesuai dengan kebutuhan (khususnya pada perangkat lunaknya), dan tampilan pada bagian pengguna yang kurang informatif. Dalam

[r]

Penggunaan ASP pada aplikasi ini memungkinkan data diolah pada server sehingga keamanan data lebih terjamin dan dapat langsung disimpan dalam suatu database pemesanan tiket.

Negara Pada Akhir Tahun Anggaran 2015 serta pembayaran gaji induk bulan Januari 2A16,.. dengan ini kami mohon agar Saudara dapat menugaskan 1 (satu) orang petugas

Dengan menggunakan Asymetrix ToolBook II Instructor 5.0, aplikasi yang dibuat dapat menggabungkan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks, suara dan animasi didalamnya