PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X
SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
(Skripsi)
Oleh :
Vivi Ratnasari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X
SMA BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh
VIVI RATNASARI
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Salah satu faktor eksternal siswa yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar adalah lingkungan sosial, sedangkan faktor internal salah satunya adalah disiplin belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Ada pengaruh lingkungan sosial terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Ada pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas
X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Ada Pengaruh lingkungan sosial dan disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013, yaitu berjumlah 66 siswa. Pengambilan sampel berjumlah 56 siswa dilakukan dengan Simple Random Sampling dengan menggunakan rumus Cochran. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survei. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh lingkungan sosial dan disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan koofisien korelasi(R) = 0,745 dan koofisien determinasi(R2) = 0,556, yang berarti hasil belajar ekonomi siswa dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan disiplin belajar siswa sebesar 55,6% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
2. Ada pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
3. Ada pengaruh lingkungan sosial dan disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Kegunaan Penelitian ... 12
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 13
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 14
1. Hasil Belajar... 14
2. Lingkungan Sosial ... 16
3. Disiplin Belajar ... 22
B. Hasil Penelitian yang Relevan... 28
C. Kerangka Pikir... 30
D. Hipotesis Penelitian... 34
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35
B. Populasi dan Sampel ... 36
1. Populasi ... 36
2. Sampel... 37
C. Teknik Sampling ... 38
D. Variabel Penelitian ... 39
E. Definisi Konseptual Dan Operasional Variabel ... 40
Halaman
G. Teknik Pengumpulan Data ... 44
1. Observasi ... 44
2. Dokumentasi. ... 44
3. Kuesioner (Angket) ... 44
4. Wawancara ... 45
H. Uji Persyaratan Instrumen ... 46
1. Uji Validitas ... 46
2. Uji Reliabilitas ... 48
I. Uji Persyaratan Analisis Parametrik ... 50
1. Uji Normalitas ... 50
2. Uji Homogenitas ... 52
3. Uji Asumsi Klasik ... 52
a. Uji Keberartian Dan Kelinieran Regresi... 52
b. Uji Multikolinieritas ... 54
c. Uji Autokorelasi ... 56
d. Uji Heteroskedastisitas ... 56
J. Uji Hipotesis ... 57
1. Regresi Linier Sederhana ... 57
2. Regresi Linier Multiple ... 58
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Ganbaran Umum Lokasi Penelitian ... 60
1. Sejarah Berdirinya SMA Bina Mulya Bandar Lampung ... 60
2. Situasi dan Kondisi SMA Bina Mulya Bandar Lampung ... 61
3. Visi dan Misi SMA Bina Mulya Bandar Lampung ... 62
4. Proses Belajar Mengajar ... 63
5. Gambaran Umum Responden ... 63
6. Kegiatan Ekstrakulikuler ... 63
B. Deskripsi Data ... 64
1. Lingkungan Sosial (X1)... 64
2. Disiplin Belajar (X2) ... 67
3. Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 69
C. Persyaratan Uji Statistik Parametrik ... 72
1. Uji Normalitas Data ... 72
2. Uji Homogenitas Sampel ... 73
D. Uji Asumsi Klasik Untuk Regresi Ganda ... 74
1. Uji Linieritas Garis Regresi ... 74
2. Uji Multikolinieritas... 75
3. Uji Autokorelasi ... 76
4. Uji Heteroskedastisitas... 77
E. Uji Hipotesis ... 79
1. Regresi Linier Sederhana ... 79
Halaman
1.2 Pengujian Hipotesis Kedua ... 80
2. Regresi Linier Multiple ... 82
2.1 Pengujian Hipotesis Ketiga ... 82
F. Pembahasan ... 84
1. Pengaruh Lingkungan Sosial (X1) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 84
2. Pengaruh Disiplin Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 89
3. Pengaruh Lingkungan Sosial (X1) dan Disiplin Belajar (X2) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 94
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 103
B. Saran ... 104
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari
sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan
asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu. Landasan-landasan
pendidikan akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia,
dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan
negara. Sedangkan asas-asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam
penyelenggaraan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada
hasil-hasil pendidikan itu, yakni manusia dan masyarakat.
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dan sama sekali
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Maju mundurnya suatu bangsa sebagian
besar ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan negara itu, maka hampir
seluruh negara di dunia menangani secara langsung masalah-masalah yang
berhubungan dengan pendidikan. Dalam hal ini, masing-masing negara itu
2 Cita-cita bangsa Indonesia adalah terbentuknya manusia Pancasila bagi seluruh
warga negaranya. Tujuan pendidikannya telah disejajarkan dengan cita-cita
tersebut. Semua institusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala
kegiatan di sekolahnya bagi pencapaian tujuan itu. Hal ini sesuai dengan tujuan
umum pendidikan Indonesia yang tertuang dalam GBHN, yang isinya adalah
sebagai berikut:
”Pengembangan di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan termaktub dalam UUD 1945” (Arikunto, 2009: 130).
Pendidikan juga merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai
pihak, khususnya keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan
pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Anak sebagai peserta didik
menjadi sasaran utama dalam kegiatan pendidikan, dimana mereka diharapkan
dapat mencapai keberhasilan dalam proses belajarnya. Proses belajar
pembelajaran dalam dunia pendidikan secara umum melibatkan empat buah
komponen utama yaitu murid, guru, lingkungan belajar, dan materi belajar.
Keempat komponen ini mempengaruhi murid dalam mencapai tujuan belajarnya.
Proses belajar pembelajaran dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan belajar atau
tidak, dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pengajaran dan dipengaruhi
3 teori belajar di sekolah (Theory of School Lerning dari Bloom) yang menyatakan
ada tiga variabel utama dalam teori belajar sekolah, yakni karakteristik individu,
kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa.
Bloom dalam Irvina (2011) berpendapat bahwa kualitas pengajaran adalah tinggi
rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pengajaran yang berdasarkan pada karakteristik individu, kualitas pengajaran dan
hasil belajar siswa. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pangkal dan puncak proses belajar. Proses belajar itu sendiri
merupakan hal yang dialami siswa dan merupakan suatu respon terhadap segala
acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru serta pengelolaan pembelajaran
bertujuan untuk mencapai tujuan belajar.
Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
dari dalam maupun dari luar siswa. M. Ngalim Purwanto, MP (2004:102)
berpendapat sebagai berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi dua
golongan yaitu: (1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri, disebut faktor individual, (2) Faktor yang ada di luar individu, yang disebut faktor sosial.
Adapun yang termasuk ke dalam faktor individual adalah faktor kematangan, pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Oleh karena itu, rendahnya hasil belajar tergantung peran serta dari faktor internal
siswa seperti disiplin belajar, kecerdasan, minat belajar dan lain-lain. Sedangkan
dari faktor eksternal siswa seperti lingkungan sosial di sekolah dan masyarakat
4 Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada November 2012,
diperoleh data hasil belajar siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung
pada mata pelajaran ekonomi tidak sama, karena masih ada sebagian besar siswa
yang memperoleh hasil kurang dari standar. Hal ini dapat ditunjukkan pada nilai
Ujian Tengah Semester I siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung pada
mata pelajaran Ekonomi seperti tercantum pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Ujian Tengah Semester I SMA Bina Mulya Tahun Pelajaran 2012/2013 Hasil Belajar (Nilai) Jumlah Siswa Persentase (%)
< 70
≥ 70 51 15
77,3% 22,7%
Jumlah 66 100%
Sumber: Data Nilai Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Bina Mulya Bandar Lampung
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui hasil belajar siswa bervariasi dari
nilai yang tinggi sampai dengan nilai yang rendah. Hasil belajar yang diperoleh
siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung pada mata pelajaran ekonomi
dari 66 siswa, yang mendapat nilai kurang dari 70 sebanyak 51 siswa atau sebesar
77,3%. Hal ini berarti sebagian besar siswa memiliki hasil belajar yang masih
tergolong rendah. Adapun kriteria yang dijadikan pedoman adalah Kriteria
Ketuntasan Minimal SMA Bina Mulya Bandar Lampung. Menurut guru mata
pelajaran ekonomi SMA Bina Mulya Bandar Lampung, siswa yang mendapat
nilai 70 maka dianggap tuntas, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari
70 maka harus mengikuti remedial yang diadakan oleh guru yang bersangkutan.
Dari tabel tersebut juga dapat lihat bahwa siswa yang menguasai mata pelajaran
5 bahan pelajarannya pun rendah. Menurut Djamarah dan Zain (2006:121) tingkat
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Istimewa/Maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/Optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa 3. Baik/Minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja yang dikuasai oleh siswa. 4. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 60% dikuasai oleh siswa.
Hasil belajar pada hakikatnya merupakan pencerminan dari usaha belajar.
Rendahnya hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Bina Mulya dapat dilihat
salah satunya dari nilai Ujian Tengah Semester yang terhitung kurang
memuaskan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal
(dari dalam diri siswa), seperti motivasi belajar, disiplin belajar, kecerdasan, dan
lain-lain. Serta faktor eksternal (dari luar diri siswa), diantaranya: fasilitas belajar,
partisipasi orangtua, lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan lain-lain.
Keberhasilan anak didik dapat diketahui dari nilai-nilai yang diperoleh pada mata
pelajaran yang ditempuh, akan tetapi tidak semua keberhasilan hasil belajar dapat
berjalan lancar tanpa kendala karena hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor dari dalam diri siswa ataupun dari luar. Faktor dari dalam diri yang
mempengaruhi salah satunya adalah disiplin belajar.
Proses kedisiplinan dimulai dari rumah, sehingga diperlukan peran serta dari
orangtua untuk memantau anak-anaknya dalam belajar di rumah. Salah satu hal
6 melaksanakan dan menyelesaikan tugas belajarnya dengan baik. Adanya
ketidakdisiplinan dari siswa dikarenakan kurangnya kesadaran dari siswa itu
sendiri dan juga kurangnya perhatian dari orangtua terhadap pendidikan
putra-putrinya serta kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap proses belajar siswa
di rumah.
Menumbuhkan sikap disiplin pada diri siswa bukan hanya tugas dari orangtua,
tetapi guru pun memiliki andil yang sama dalam hal ini. Di sekolah siswa dapat
menerapkan disiplin belajar dengan memanfaatkan waktu untuk mengkaji kembali
pelajaran yang telah disampaikan oleh guru dan dapat pula mendiskusikan dengan
teman-teman di sekolah, sedangkan di kelas siswa memperhatikan pelajaran yang
disampaikan lalu menanyakan bagian pelajaran yang tidak dimengerti kepada
guru. Disiplin belajar di sekolah juga dapat tercermin dalam hal siswa tetap
belajar sendiri di kelas atau di perpustakaan sekolah saat guru mata pelajaran yang
bersangkutan tidak hadir di kelas saat jam pelajaran tersebut berlangsung.
Rendahnya nilai Ujian Tengah Semester disebabkan karena anak cenderung
kurang disiplin dalam belajar, kurang pengawasan orangtua kepada anak untuk
menerapkan sistem jam belajar di rumah, dan lingkungan sosial siswa di sekolah
dan di rumah yang membawa pengaruh buruk bagi siswa, seperti mengobrol saat
pelajaran sedang berlangsung, ikut membolos sekolah bersama teman-teman,
7 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada penelitian pendahuluan
November 2012 di SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2012/2013 pada siswa kelas X, diperoleh hasil bahwa secara umum tingkat
kedisiplinan siswa masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini:
Tabel 2. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Saat Pelajaran Berlangsung
No. Aktivitas Siswa Jumlah Siswa
1. Memperhatikan penjelasan guru 10
2. Mengerjakan tugas mata pelajaran lain 2
3. Tidur di kelas 1
4. Mengobrol dengan teman 8
5. Mengoperasikan telepon genggam (mengirim pesan singkat dll)
5
6. Membolos jam pelajaran (ke kantin sekolah) 2
7 Tidak masuk sekolah 3
Jumlah 31
Sumber: Pengamatan Pada PenelitianPendahuluan pada November 2012
Dari Tabel 2 di atas, terlihat tingkat kedisiplinan siswa yang masih rendah. Selain
itu disiplin siswa yang kurang dapat dilihat dari absensi siswa selama beberapa
bulan terakhir, dari data yang diperoleh banyak sekali siswa yang tidak masuk
sekolah tanpa mengirimkan surat izin kepada pihak sekolah sehingga
ketidakhadiran siswa tersebut tanpa keterangan (alpa). Disiplin belajar siswa saat
di rumah pun tergolong masih rendah, hal ini terbukti dari adanya beberapa siswa
yang mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) saat di sekolah sebelum
pelajaran yang bersangkutan di mulai.
Rendahnya disiplin belajar siswa juga dapat terlihat dari ada beberapa siswa yang
8 Bahkan ada juga siswa yang berkelahi dengan teman yang lain sehingga hal
tersebut tergolong dalam pelanggaran tata tertib sekolah.
Lingkungan sosial tempat siswa sehari-hari bersosialisasi juga memegang peran
penting dalam mempengaruhi hasil belajarnya. Lingkungan sosial yang kondusif
dapat memudahkan siswa dalam belajar, sebaliknya lingkungan yang tidak
mendukung akan membuat siswa malas belajar. Hal itu dapat berakibat rendahnya
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan pada November 2012,
SMA Bina Mulya adalah Sekolah swasta yang terletak di kota Bandar Lampung
berlokasi dipinggiran kota dengan jarak sekitar ±400m dari jalan raya. Jika dilihat
dari letaknya, sekolah ini sangat nyaman untuk proses pendidikan karena masih
jauh dari hiruk pikuk keramain warga dan lalu lintas kendaraan, sehingga dapat
menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif. Kurikulum yang diterapkan
di SMA Bina Mulya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dengan penggunaan KTSP siswa SMA Bina Mulya juga mendapat pengajaran
yang sama dengan SMA Negeri lainnya walaupun SMA Bina Mulya adalah SMA
Swasta. SMA Bina Mulya termasuk sekolah yang sudah memiliki fasilitas
lengkap dan menunjang proses pembelajaran.
Jika dihubungkan dengan mata pelajaran ekonomi kelas X, sarana yang digunakan
sudah cukup lengkap. Tersedia perpustakaan sekolah yang menyediakan
buku-buku pokok pegangan untuk siswa meskipun pemanfaatannya masih kurang. Hal
9 buku-buku di perpustakaan. Di samping itu, media belajar yang digunakan sudah
tergolong baik. Hal ini terbukti dengan tersedianya media belajar LCD. Namun,
LCD ini jarang digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pemanfaatan
media LCD yang masih kurang membuat proses belajar mengajar di kelas
menjadi monoton atau membosankan. Hal yang perlu ditingkatkan adalah
komunikasi siswa dan guru di luar jam pelajaran, karena di SMA Bina Mulya ini
komunikasi antara guru dan siswa di luar jam pelajaran masih tergolong rendah.
Latar belakang lingkungan tempat tinggal siswa juga bervariasi, hal ini juga dapat
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan beragamnya tingkat keberhasilan
siswa dalam belajar dikarenakan lingkungan sosial yang berbeda-beda. Selain itu
teman bergaul disekolah juga mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Tidak
adanya mawas diri dari siswa dalam memilih teman bergaul dapat membuat siswa
tersebut terjerumus dalam pergaulan yang buruk sehingga berpengaruh pada hasil
belajarnya yang menjadi menurun.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti pada November
2012, lingkungan sosial yang buruk dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
menjadi buruk pula. Sebagai contoh, terdapat siswa yang melakukan provokasi
kepada teman-temannya untuk berkelahi dengan siswa lain. Selain itu ada juga
beberapa siswa yang mengikuti temannya untuk membolos saat pelajaran di
sekolah masih berlangsung, bahkan ada yang pulang saat jam sekolah belum
selesai tanpa izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Dari hasil pengamatan
10 belajar yang buruk. Hal ini terbukti dari nilai-nilai yang diperoleh siswa tersebut
masih banyak yang belum mencapai KKM yang telah ditentukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin meneliti pengaruh yang
signifikan antara hubungan lingkungan sosial dan disiplin belajar terhadap hasil
belajar sehingga penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul:
”Pengaruh Lingkungan Sosial Dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar
Ekonomi Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan permasalahan yang
muncul dalam penelitian ini adalah:
1. Kurangnya disiplin belajar dari para siswa saat di rumah, terbukti dari
adanya siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di sekolah..
2. Kurangnya disiplin belajar dari para siswa saat di sekolah, terbukti dengan
adanya siswa yang membolos pada saat jam pelajaran berlangsung.
3. Kurangnya kesadaran siswa untuk belajar sendiri walaupun guru tidak
hadir di kelas.
4. Kurangnya pengawasan guru terhadap pergaulan siswa di sekolah.
5. Kurangnya komunikasi antara guru dan siswa diluar jam pelajaran
sekolah.
6. Masih rendahnya jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM pada mata
11
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka agar
permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah penulis membatasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Disiplin belajar yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada
kesadaran diri siswa untuk belajar sendiri di rumah tanpa adanya
pembimbing dalam belajar. Dan disiplin siswa saat di sekolah.
2. Lingkungan sosial dalam penelitian ini mencakup lingkungan belajar
ekstern siswa, yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Lingkungan belajar ekstern di duga mempengaruhi hasil belajar siswa
karena kedua lingkungan tersebut adalah tempat siswa belajar sehari-hari.
Jika kedua lingkungan belajar itu baik maka akan baik pula hasil belajar
siwa, begitupun sebaliknya.
3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
pada mata pelajaran ekonomi yang dicapai setelah proses belajar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh positif antara lingkungan sosial siswa terhadap hasil
belajar Ekonomi siswa Kelas X SMA Bina Mulya Tengah Tahun Pelajaran
12 2. Apakah ada pengaruh positif antara disiplin belajar terhadap hasil belajar
Ekonomi siswa Kelas X SMA Bina Mulya Tengah Tahun Pelajaran
2012/2013?
3. Apakah ada pengaruh positif antara lingkungan sosial siswa dan disiplin
belajar terhadap hasil belajar Ekonomi siswa Kelas X SMA Bina Mulya
Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh positif antara lingkungan sosial siswa
terhadap hasil belajar.
2. Untuk mengetahui pengaruh positif antara disiplin belajar terhadap hasil
belajar.
3. Untuk mengetahui pengaruh positif antara lingkungan sosial siswa dan
disiplin belajar terhadap hasil belajar.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Kegunaan teoritis
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
kepada dunia pendidikan dalam dunia pengajaran ekonomi pada layanan
peningkatan hasil belajar.
2. Kegunaan praktis
13 a. Sebagai masukan orangtua dan anggota masyarakat lainnya untuk
meningkatkan disiplin belajar pada siswa dan menciptakan lingkungan
sosial yang lebih kondusif. Suasana kondusif merupakan suasana yang
nyaman dan aman mulai dari keluarga kemudian diaplikasikan ke
lingkungan sosial sehingga dapat meningktakan hasil belajar.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi
untuk penelitian berikutnya yang sejenis.
G. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Objek
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah lingkungan sosial (X1), disiplin
belajar (X2), dan hasil belajar (Y).
2. Subjek
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Bina Mulya
Bandar Lampung.
3. Tempat
Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Bina Mulya Bandar
Lampung.
4. Waktu
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat. Seperti
yang diungkapkan oleh Hamalik (2004: 30) bukti bahwa seseorang telah belajar
ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak
tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Lebih lanjut Hamalik (2004:30) mengatakan tingkah laku manusia terdiri dari
sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada
aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek itu adalah:
1) pengetahuan 6) emosional 2) pengertian 7) hubungan sosial 3) kebiasaan 8) jasmani
4) keterampilan 9) etis atau budi pekerti 5) apresiasi 10) sikap
Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya
perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
15
dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir, maupun keterampilan motorik.
Dilihat dari hasil belajar sebagai perubahan dalam kapabilitas (kemampuan
tertentu) sebagai akibat belajar maka Jenkins dan Unwin dalam Hamzah B.Uno
(2008: 196) menyatakan bahwa hasil akhir dari belajar (learning outcomes) adalah suatu pernyataan yang menunjukkan tentang apa yang mungkin dapat dikerjakan
siswa sebagai hasil kegiatan belajarnya. Di sini Jenkins dan Unwin melihat hasil
belajar serupa dengan pengertian Gagne, yaitu siswa yang mampu mengerjakan
sesuatu sebagai hasil belajar tentulah akibat kapabilitasnya (kemampuan tertentu).
Berdasarkan pengertian Gagne serta Jenkins dan Unwin, dapat diartikan bahwa
hasil belajar merupakan pengalaman belajar yang diperoleh siswa dalam bentuk
kemampuan tertentu.
Hasil belajar yang nampak dari kemampuan yang diperoleh siswa, menurut Gagne
dalam Hamzah B.Uno (2008: 210) dapat dilihat dari lima kategori, yaitu
keterampilan intelektual (intelectual skills), informasi verbal (verbal information), strategi kognitif (cognitive strategies), keterampilan motorik (moto skills), dan sikap (attitudes).
Pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan.,
16
berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan uraian mengenai tujuan
belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi:
a. Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif);
b. Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif);
c. Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).
Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara
perencanaan dan programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri
siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Karena semua itu
bermuara kepada anak didik, maka setelah terjadi proses internalisasi,
terbentuklah suatu kepribadian yang utuh. Dan untuk itu semua, diperlukan sistem
lingkungan yang mendukung (Sardiman, 2007: 28-29).
Menurut Paul Suparno dalam Sardiman A.M (2007: 38) hasil belajar dipengaruhi
oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Lebih
lanjut Paul mengatakan bahwa hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang
telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses
interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
2. Lingkungan Sosial
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 73) lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, misalnya dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman atau kawan sekolah, kawan sepekerjaan, dan
17
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya
dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung maksud bahwa manusia
bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu lain. Secara kodrati manusia
akan selalu hidup bersama. Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama
siswa dan guru serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
kebutuhan sosial anak/siswa. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai
lembaga tempat para siswa belajar, bergaul, dan beradaptasi dengan lingkungan,
seperti misalnya bergaul dengan sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku
bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Adanya dimensi kesosialan pada diri
manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya
dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa anak itu dibesarkan di tengah-tengah
berbagai kumpulan. Artinya, anak itu dipenuhi oleh anggota-anggota keluarga,
oleh teman-teman sepermainan, oleh lingkungan tetangga dan seterusnya. Segala
pengaruh luar, yang datang dari orang lain, kita sebut pengaruh lingkungan sosial.
Jadi yang termasuk lingkungan sosial itu ialah setiap orang yang berhubungan
dengan anak itu.
Pendidikan juga termasuk dalam lingkungan sosial. Dalam hal ini yang kita
maksud dengan pendidikan itu ialah pengaruh-pengaruh yang disengaja dari
anggota-anggota beberapa golongan tertentu. Misalnya, pengaruh dari orangtua,
nenek/kakek yang tinggal serumah, pengaruh guru di sekolah dan sebagainya.
Selanjutnya lingkungan sosial dalam pola kehidupan tertentu di daerah adalah
18
daerah di mana murid dan sekolah itu berada. Contoh lembaga masyarakat seperti
rukun tetangga, rukun warga, kelurahan, LKMD, puskesmas, dan lain-lain.
Senada dengan pernyataan tersebut, Hamalik (2004:196) mengemukakan bahwa
lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau
kelompok kecil.
Menurut Bruner dalam Budiningsih (2005) perkembangan kognitif seseorang
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:
enactive, iconic dan symbolic.
1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia
sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2. Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan
perbandingan (komparasi).
3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Pada penelitian ini, penulis membatasi pembahasan dan penelitian tentang
lingkungan sosial menjadi 2, yaitu:
a. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada
murid-muridnya. Menurut pengertian umum, sekolah adalah sebagai tempat mengajar
dan belajar. Dalam dunia pendidikan kita mengenal dua jenis sekolah, yaitu
sekolah konvensional dan sekolah modern. Sekolah konvensional memberikan
19
yang telah dibaca dan tugas-tugas dalam pelajaran berhitung. Pengetahuan yang
diperolah langsung dapat ditransferkan dalam ke dalam situasi kehidupan.
Sekolah ini kurang memperhatikan perencanaan belajar dan perkembangan
keterampilan sosial, sikap, apresiasi, dan lain-lain.
Sedangkan sekolah modern, tidak hanya bertujuan mengembangkan segi
intelektual, tetapi juga jasmaniah, sosial, emosional, dan lain-lain. Mata pelajaran
memang digunakan, di samping memperbanyak ragam dan macam bahan bacaan.
Guru berusaha mencegah timbulnya frustasi dengan jalan menyesuaikan bahan
pelajaran dengan minat individu, mengurangi kemungkinan persaingan dan
pertengkaran. Siswa belajar hidup dalam kelompok sosial.
Menurut Tulus Tu’u (2004: 1) lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana ditempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Sedangkan menurut Gerakan Disiplin Nasional (GDN) lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai atta tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam kesadaran hati nurani. (Tulus Tu’u, 2004: 11).
Menurut Yusuf (2001: 54) sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Jadi, lingkungan sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.
a. Unsur- unsur lingkungan sekolah
Menurut Slameto (2003: 64) faktor sekolah yang mempengaruhi belajar
20
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, estándar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Berikut ini dibahas
faktor-faktor tersebut satu persatu:
a.) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ign. S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajarn oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.
Mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
b.) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar.
c.) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
d.) Relasi siswa dengan siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan menganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
e.) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinaan siswa dalam seklah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan seko9lah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melqaksanakan tata tertib, kedisiplinan
21
f.) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat
pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
g.) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/mlam hari. Waktu sekolah juga
mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
h.) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibtnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu meras senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis da kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.
i.) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
j.) Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dlam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efgektif pula hasil belaajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secra teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memlilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningktkan hasil belajar.
k.) Tugas rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, di samping untuk belajar waktu di rimah biarlah digunkan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi trugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
b. Lingkungan tempat tinggal (Masyarakat)
Menurut Slameto (2003: 71) masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
22
siswa dalam masyarakat. Pada uraian berikut ini akan dibahas hal-hal dalam
masyarakat yang mempengaruhi belajar, yaitu:
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2) Mass Media
Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga akan berpengaruh jelek terhadap siswa.
3) Teman Bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
4) Bentuk Kehidupan Masyarakat
Kehidupan masyarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Begitu juga sebaliknya.
3. Disiplin Belajar
Disiplin belajar dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkahlaku siswa yang taat
dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di
sekolah maupun belajar di rumah. Indikator disiplin belajar dalam penelitian ini
adalah: ketaatan terhadap tata tertib sekolah, ketaatan terhadap kegiatan belajar di
sekolah, ketaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan ketaatan terhadap
23
Menurut Djamarah (2008: 17) disiplin adalah tata tertib, yaitu ketaatan
(kepatuhan) pada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati
(mematuhi) tata tertib. Lebih lanjut Djamarah mengatakan, disiplin yang
dikehendaki itu tidak hanya muncul karena kesadaran, tetapi ada juga karena
paksaan. Disiplin yang muncul karena kesadaran disebabkan seseorang menyadari
bahwa hanya dengan disiplinlah akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal,
dengan disiplinlah didapatkan keteraturan dalam kehidupan, dengan disipplinlah
dapat menghilangkan kekecewaan orang lain, dan dengan disiplinlah orang lain
mengaguminya.
Disiplin karena paksaan biasanya dilakukan dengan terpaksa pula. Keterpaksaan
itu karena takut akan dikenakan sanksi hukum akibat pelanggaran terhadap
peraturan. Ada pengawasan dari petugas (pemimpin) timbul disiplin, tetapi tidak
ada pengawas (pemimpin) pelanggaran dilakukan. Maka disiplin yang terpaksa,
identik dengan ketakutan pada hukum. Sedangkan displin karena kesadaran
menjadikan hukum sebagai alat yang menyenangkan di jiwa dan selalu siap sedia
untuk menaatinya.
Disiplin belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa untuk
melakukan aktivitas belajar yang sesuai dengan keputusan-keputusan,
peraturan-peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan bersama, baik persetujuan
tertulis maupun tidak tertulis antara siswa dengan guru di sekolah maupun dengan
orang tua di rumah.
24
Menurut Walgito (2008: 12) disiplin belajar adalah ketaatan dan kepatuhan dalam
melaksanakan aktivitas belajar sesuai aturannya untuk mencapai tujuan yang
diharapkannya, keterikatan antara disiplin belajar dengan hasil belajar sangat erat
sehingga semakin berdisiplin dalam belajar semakin baik hasil yang dicapai.
Tulus Tu’u (2004: 37) mengatakan ”disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulan”. Disiplin itu penting karena alasan berikut ini: 1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasildalam
belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasi.
2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas, menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajran. Secara positif, disiplin memberi dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajran.
3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.
4) Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan persyaratan kesuksesan seseorang.
Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan, dan ketaatan merupakan
prasyarat kesuksesan seseorang Sedangkan menurut Maman Rachman dalam
Tu’u (2004:35) pentingnya disiplin bagi para siswa adalah sebagai berikut:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik terhadap lingkunganya
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya
e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya
h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya
Dari uraian di atas, disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa.
Disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata
25
a. Unsur-unsur Disiplin
Menurut Tulus Tu’u (2004: 33) unsur-unsur disiplin adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku.
2. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan,paksaan dan dorongan dari luar dirinya. 3. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan
membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. 4. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang
berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.
5. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.
b. Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa
menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasil belajar yang optimal.
Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004: 38-44) adalah sebagai berikut:
a. Menata kehidupan bersama
Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa batuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadangkadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengaur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur.
b. Membangun kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat
berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian yang baik
26
d. Pemaksaan
Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dangan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
e. Hukuman
Dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin Menurut Tu’u (2004:48-49) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin yaitu:
a) Kesadaran diri
Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan
keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadarn diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
b) Pengikutan dan ketaatan
Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat. c) Alat pendidikan
Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.
d) Hukuman
27
hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Lebih lanjut Tu’u (2004:49-50) menambahkan masih ada faktorfaktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin yaitu.
a. Teladan
Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta penata usaha sangatberpengaruh terhadap disiplin para siswa.
b. Lingkungan berdisiplin
Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.
c. Latihan berdisiplin
Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakuakn disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari.
d. Pelanggaran Disiplin
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya
masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut
Ekosiswoyo dan Rachman (2000:100-105), contoh-contoh sumber pelanggaran
disiplin antara lain:
Pelanggaran di sekolah, contohnya:
1) Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa
mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima. 2) Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata
pelajarandari pada siswanya.
28
Pelanggaran di keluarga/ rumah, contohnya:
1) Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak
teraturan,pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.
2) Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
(Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2241184-displin-belajar/#ixzz2J85y5f00 diakses 29 Januari 2013)
e. Macam-macam Disiplin
Untuk mencapai disiplin belajar maka perlu dipahami macam-macam disiplin
belajar yang harus siswa patuhi baik di kelas, maupun diluar kelas. Berikut ini
macam-macam disiplin ditunjukkan dengan tiga perilaku yaitu:
a) perilaku kedisiplinan di dalam kelas
b) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah
c) perilaku kedisiplinan di rumah.
(Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2241184-displin-belajar/#ixzz2J85y5f00 diakses 29 Januari 2013)
B. Penelitian Yang Relevan
Studi atau penelitian yang sejenis dengan pokok permaslahan yang dihadapkan
dalam skripsi ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Oleh
karena itu, pada bagian ini dilengkapi beberapa hasil penelitian yang ada
29
Tabel 3. Hasil Penelitian yang Relevan
Tahun Nama Judul Skripsi Kesimpulan
2011 Irvina Vartessia Linda
0713031032
Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan
Lingkungan Sosial Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana PT GMP Lampung Tengah Tahun Pelajaran
2010/2011
Ada pengaruh lingkungan sosial terhadap hasil belajar IPS kelas IX SMP Satya Dharma Sudjana PT GMP Lampung Tengah Tahun Pelajaran
2010/2011. Hal ini ditunjukan dengan Fhitung > Ftabel atau 94,412 > 3,265, dengan koefisien korelasi (R) 0,844, koefisien determinasi (R²) 0,713.
Hasil belajar dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga dan lingkungan sosial sebesar 71,3%. 2011 Nur Asiyah Pengaruh Disiplin
Belajar, Lingkungan Keluarga Dan Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMPN 3 Pesisir Tengah ,Krui Lampung Barat Tahun Pelajaran 2010/2011.
Ada pengaruh disiplin belajar, lingkungan keluarga dan lingkungan sosial terhadap prestasi belajar IPS terpadu siswa kelas VII semester ganjil SMPN 3 Pesisir Tengah tahun pelajaran 2010/ 2011. Hal ini ditunjukkan dengan Fhitung( 18,057) > Ftabel (4,249). Koefisien korelasi (R) 0,441, koefisien determinasi (R²) = 0,194. Prestasi belajar dipengaruhi oleh disiplin belajar,
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial
30
Tabel 3. Hasil Penelitian yang Relevan (Tabel Lanjutan)
Tahun Nama Judul Skripsi Kesimpulan
2009 Leny Astuti 0513031030
Pengaruh Motivasi Dan Disiplin Belajar
Terhadap Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2008/2009
Ada pengaruh motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas VII IPS SMP
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2008/2009 yang dibuktikan dari hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0,562 dan koefisien determinasi (R²)= 0,316 atau 31,6% kemudian diperoleh persamaan regresi Y= 33,047 = 0,369 X2.
C. Kerangka Pikir
1. Pengaruh Lingkungan Sosial (X1) terhadap Hasil Belajar (Y)
Lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sebagai lingkungan sosial siswa
memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil belajar karena pada dasarnya
lingkungan juga merupakan tempat siswa mendapatkan pendidikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kondisi lingkungan sosial yang baik dapat
dicerminkan dengan hubungan yang harmonis antara siswa dan teman-teman
bermainnya di rumah dan sekolah, siswa dengan guru dan seluruh warga sekolah,
serta siswa dengna warga masyarakat tempat tinggalnya. Hubungan yang
harmonis dapat memberikan dampak positif bagi siswa dalam belajar, seperti
semangat untuk belajar bersama teman-temannya, tidak sungkan untuk berdiskusi
31
aktif dalam intrakulikuler dan ekstrakulikuler sekolah, mencontoh atau
meneladani tokoh-tokoh masyarakat yang telah sukses, dan lain-lain.
Berbanding terbalik dengan hal itu, kondisi lingkungan sosial yang tidak harmonis
atau banyak memberikan dampak negatif pada siswa dapat menurunkan semangat
siswa dalam belajar sehingga buruklah hasil belajarnya. Dampak negatif itu dapat
berupa perilaku kasar dan melanggar norma, lebih senang menghabiskan waktu
untuk hal yang tidak berguna, dan lain-lain.
Senada dengan uraian di atas, Hamalik (2004: 49) menyatakan bahwa:
”Perkembangan tingkah laku seseorang adalah berkat pengaruh dari lingkungan. Lingkungan kita artikan secara luas, bukan saja terdiri dari lingkungan alam akan tetapi meliputi lingkungan sosial. Bahkan lingkungan sosial inilah yang dapat dikatakan lebih memegang peranan. Melalui interaksi antara individu dan lingkungannya maka siswa memperoleh pengalaman yang selanjutnya
mempengaruhi kelakuannya sehingga berubah dan berkembang. Itu sebabnya maka ada pendapat yang mengatakan, bahwa pendidikan adalah proses sosialisasi, di mana siswa dipersiapkan sesuai dengan norma-norma masyarakat tempat ia hidup.”
2. Pengaruh Disiplin Belajar (X2) terhadap Hasil Belajar (Y)
Pada hakikatnya belajar bertujuan untuk merubah tingkah laku seseorang, dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa dan sebagainya.
Disiplin merupakan suatu sikap yang sulit untuk ditumbuhkan dalam diri siswa
secara mandiri. Perlu adanya bantuan dari pihak luar dalam hal ini orangtua, guru,
dan lingkungan untuk menanamkan dan menumbuhkan disiplin dalam diri siswa
32
Menurut Walgito (2008: 12) disiplin belajar adalah ketaatan dan kepatuhan dalam
melaksanakan aktivitas belajar sesuai aturannya untuk mencapai tujuan yang
diharapkannya, keterikatan antara disiplin belajar dengan hasil belajar sangat erat
sehingga semakin berdisiplin dalam belajar semakin baik hasil yang dicapai.
Berdasarkan pendapat Walgito di atas, disiplin yang diterapkan dengan baik di
sekolah maupun di rumah akan memberikan andil besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan prestasi siswa. Penerapan disiplin belajar di sekolah dan di rumah
akan mendorong, memotivasi dan memaksa para siswa untuk bersaing dalam
meningkatkan hasil belajar. Jadi, disiplin berarti mengalami ketepatan dan
keteraturan dalam aktivitas belajar, ketepatan dan keteraturan dalam belajar akan
memungkinkan pencapaian hasil belajar yang lebih baik dibandingkan yang
aktivitas belajarnya tidak tepat dan tidak teratur.
3. Pengaruh Lingkungan Sosial (X1) dan Disiplin Belajar (X2) terhadap Hasil Belajar (Y)
Baik buruknya hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya yaitu lingkungan sosial dan disiplin belajar. Ketika seorang siswa
hidup dan berkembang di tengah-tengah lingkungan yang buruk maka akan
berpengaruh juga terhadap perkembangan potensinya sehingga hasil belajarnya
pun akan jelek. Begitu pula sebaliknya, lingkungan yang harmonis akan
membawa dampak positif pada siswa. Lingkungan sosial berarti semua hal yang
ada di sekitar kita baik benda ataupun makhluk hidup yang dapat mempengaruhi
33
Lingkungan tempat siswa tumbuh dan berkembang juga dapat membentuk
kepribadian siswa. Kedisiplinan siswa dalam belajar dapat tercipta jika
lingkungan sekitarnya dapat mendukung dan memberikan pengawasan. Dukungan
dan pengawasan dari orang-orang di sekitar siswa dapat membuat siswa disiplin
dalam memanfaatkan waktu untuk belajar dan juga taat pada peraturan dan norma
yang ada di masyarakat dan sekolah.
Disiplin belajar yang baik dari siswa sudah pasti memiliki pengaruh besar dalam
keberhasilan belajar siswa. Sebaliknya jika siswa tidak disiplin, dan terlebih lagi
siswa memiliki lingkungan sosial yang buruk maka akan membuat hasil belajar
siswa menjadi tidak optimal. Prestasi cenderung terhambat, dan muncullah
siswa-siswa yang bermasalah dalam perilaku disiplin dan prestasi belajarnya.
Hubungan dari kedua faktor tersebut dalam penelitian ini dapat dituangkan dalam
kerangka pikir sebagai berikut:
[image:42.595.127.474.496.672.2]
Gambar 1. Kerangka Pikir Lingkungan Sosial
(X1)
Disiplin Belajar (X2)
34
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh lingkungan sosial terhadap hasil belajar ekonomi kelas X
Semester Ganjil SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013
2. Ada pengaruh disiplin belajar terhadap hasil belajar ekonomi kelas X Semester
Ganjil SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Ajaran 2012/2013.
3. Ada pengaruh lingkungan sosial dan disiplin belajar dengan ekonomi kelas X
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif verifikatif dengan
pendekatan ex post facto dan survey. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melakukan keadaan objek atau subjek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan
verifikatif menunjukkan penelitian mencari pengaruh antara variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Pendekatan ex post facto adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengambil data secara langsung di area
penelitian yang dapat menggambarkan data-data masa lalu dan kondisi lapangan
sebelum dilaksanakannya penelitian lebih lanjut. Sedangkan yang dimaksud
dengan pendekatan survey adalah pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan
data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi penelitian dilakukan
dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,
36
Berdasarkan definisi di atas, maka metode deskriptif verifikatif adalah metode
yang menggambarkan pengaruh dua variabel atau lebih yang berbeda sesuai
dengan fakta-fakta yang ada. Penggunaan metode deskriptif verifikatif dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh lingkungan sosial dan
disiplin belajar terhadap hasil belajar Ekonomi kelas X SMA Bina Mulya Bandar
Lampung.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 117). Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X SMA Bina Mulya Bandar
Lampung tahun pelajaran 2012/2013, yang terdiri dari dua kelas dan yang
berjumlah 66 siswa. Untuk perinciannya dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai
[image:45.595.111.494.568.653.2]berikut:
Tabel 4. Jumlah siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 X.1 14 21 35
2 X.2 10 21 31
Jumlah 66
Sumber: Arsip Tata Usaha SMA Bina Mulya Bandar Lampung
Populasi diambil secara acak diwakili kelas X.1 dan X.2 yang jumlah populasi
berjumlah 66 siswa. Populasi tersebut diambil karena kedua kelas tersebut
37
2. Sampel
Sugiyono (2009:81) mengatakan, sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini penetuan
besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus Cochran yang didasarkan pada jenis
kelamin, yaitu:
Keterangan:
n = Jumlah sampel minimal N = Ukuran populasi
T = Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96) d = Taraf kekeliruan (digunakan 0,05)
p = Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) q = 1 – p
1 = Bilangan konstan (Sudarmanto, 2011).
Berdasarkan rumus Cochran, maka dapat dihitung besarnya jumlah sampel yang
terdapat dalam penelitian ini yaitu,
p = 14 = 0,4; (Proporsi untuk siswa laki-laki) 35
q = 1 – 0,4 = 0,6; (Proporsi untuk siswa perempuan)
x 0, 4 x 0,6 = 0,921984
= = 0,0025
0,921984
0,0025 n = —————————
1 0,921984 1+ — (————— - 1)
38
368,7936 368,7936
n = —————— = —————— = 56,110 dibulatkan menjadi 56 1 + 5,5726303 6,5726303
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling. Probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011: 120). Teknik probability sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi
proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional (Nazir, 2000: 82), hal
ini dilakukan dengan cara:
Jumlah sampel tiap kelas = Xjumlah tiap kelas
Tabel 5. Perhitungan Proporsi Sampel Untuk Masing-Masing Kelas
No Kelas Perhitungan Jumlah Siswa (Sampel)
1
2
X1
X2
56
— X 35 = 29,69 66
56
— X 31 = 26,30 66
30
26
39
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah
populasi yang akan diteliti sebanyak 66 siswa dari seluruh populasi itu
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Peneliti
mengambil sampel siswa agar memenuhi alokasi proporsional dari populasi yang
berjumlah 66 siswa yang diambil dari dua kelas yaitu kelas X.1 dan X.2. jadi,
jumlah keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini
sebanyak56 siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 61). Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono, 2011:
61). Adapun yang menjadi variabel bebas adalah lingkungan sosial (X1), dan
disiplin belajar (X2).
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011: 61). Adapun yang menjadi variabel
40
E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah definisi yang diberikan kepada suatu konstrak guna
menjelaskan suatu konsep variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat.
Adapum definisi konseptual dari variabel bebas dan variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Lingkungan Sosial
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 73) lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, misalnya dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman atau kawan sekolah, kawan sepekerjaan, dan sebagainya. Yang tidak langsung, melalui radio, televisi, dengan
membaca buku-buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya, dan berbagai cara yang lain.
b. Disiplin Belajar
Menurut Walgito (2008: 12) disiplin belajar adalah ketaatan dan kepatuhan
dalam melaksanakan aktivitas belajar sesuai aturannya untuk mencapai tujuan
yang diharapkannya, keterikatan antara disiplin belajar dengan hasil belajar
sangat erat sehingga semakin berdisiplin dalam belajar semakin baik hasil
yang dicapai.
c. Hasil Belajar
Menurut Sukmadinata (2007: 189) hasil belajar atau achievment merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kepasitas
yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat
dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
41
2. Definisi Operasional Variabel
Berdasarkan definisi konsetual dari para ahli maka definisi operasional variabel
[image:50.595.115.548.207.739.2]penelitian ini yaitu:
Tabel 6. Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Sub indikator, Skala Pengukuran
No Variabel Definisi Operasional
Indikator Sub Indikator Skala Pengu-kuran 1 Lingkungan
Sosial (X1). Lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Ngalim Purwanto (2007: 73) Lingkungan sosial adalah semua hal yang ada di sekitar seseorang dan yang mempengaruhi perubahan tingkah lakunya, baik benda mati maupun makhluk hidup, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengaruh yang didapat dari lingkungan tempat seseorang tumbuh dan berkembang ada yang bersifat positif dan ada juga yang negatif
a) Lingkungan sekolah 1. Relasi guru
dengan siswa 2. Relasi siswa
dengan siswa 3. Keadaan lingkungan sekolah b) Lingkungan Tempat Tinggal (Masyarakat) 1. Relasi sosial