ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN
LEARNING CYCLE 5E DENGAN PROBLEM BASED LEARNING
Oleh: Eria Puspita
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar salah satunya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang efektif pada saat proses pembelajaran dan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E, mengetahui
Eria Puspita Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata hasil
belajar fisika siswa yang menggunakan learning cycle 5E dan mengetahui
peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning. Berdasarkan rata-rata skor prettes pada kelas learning cycle 5E sebelum diberiperlakuan sebesar 25.54 dan rata-rata nilai posttes sebesar 83.85. Nilai thitung pada Uji paired sample t test sebesar -29.281 nilai t tabel -1.706. sedangkan pada kelas problem based learning rata-rata nilai prettes sebelum diberiperlakuan sebesar 23.68 dan rata-rata nilai posttes setelah diberiperlakuan sebesar 74.32. Nilai t hitung pada Uji paired sample t test sebesar -22.620 nilai t tabel -1.717 dengan besar signifikasi pada masing-masing kelas sebesar 0.000dan berdasarkan hasil uji Independent Samples t-test diketahui nilai t tabel 1,679 dan t hitung 5,013 (5,013 > 1,679) dengan nilaisig pada kemampuan siswa dalam mengikuti model
pembelajaran adalah sebesar 0,000, ini berarti nilai signifikansinya lebih kecil
dari nilai α (0.05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Ada
peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Learning Cycle 5E, (2) Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran problem based learning, (3) Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELEJARAN YANG MENGGUNAKAN
LEARNING CYCLE 5E DENGAN PROBLEM BASED LEARNING
Oleh Eria Puspita
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN YANG
MENGGUNAKAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN PROBLEM BASED LEARNING
Nama Mahasiswa : Eria Puspita Nomor Pokok Mahasiswa : 0743022022 Program Studi : Pendidikan Fisika Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Agus Suyatna, M.Si. Viyanti, S.Pd, M.Pd.
NIP. 196008211985031004 NIP. 198003302005012001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs Agus Suyatna, M.Si.
Sekretaris : Viyanti, S.Pd, M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Abdurrahman, M.Si.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah: Nama : Eria Puspita
NPM : 0743022022
Fakultas/Jurusan : FKIP/P MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Desa Pajar Bulan I Kec. Simpang Martapura, Baturaja Timur
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Juni 2012 Yang Menyatakan,
Eria Puspita
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Bumi Kawa, Kecamatan Simpang Martapura Kabupaten Baturaja Timur, pada tanggal 03 Januari 1990, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Baidi dan Ibu Nurmalela.
Jenjang pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 88 Pajar Bulan I, diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS) di Pondok Pesatren Raudhatul Ulum Palembang, diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Bumi, diselesaikan pada tahun 2007.
Tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
MOTTO:
”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang-orang yang belajar, atau
orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang ke-5 maka kamu akan celaka”
(HR. Baehaqi)
”Kerjakanlah pekerjaan yang membawa berkah bagimu dan orang yang kamu
cintai”
”Orang yang belum mencoba, tidak boleh berkata tidak mungkin”
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat atas Rosululloh Muhammad SAW, Penulis mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasih cinta yang tulus dan mendalam kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta, yang telah memberikan semua yang mereka punya, keringat, serta kasih sayang, senantiasa mendo’akan, dan memberikan semangat untuk mewujudkan cita-cita dan keberhasilan penulis.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih, karunia, dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika antara Siswa yang Menggunakan Learning Cycle5E dengan Problem Based Learning” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Fisika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.
4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku Pembahas atas kesediaan dan ke-ikhlasannya memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
xiv
bimbingan, saran, dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Viyanti, S.Pd. M.Pd selaku Pembimbing II atas kesediaan dan ke-ikhlasannya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
8. Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H selaku Kepala SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
9. Bapak Oky Sanjaya, S.Pd. selaku guru mitra dan murid-murid kelas X6 dan X9 SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
10.Bapak dan Ibu Guru serta Staf SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung.
11.Seseorang yang slalu memberi motivasi untuk menjadi yang lebih baik. 12.Ayuk Selva Apriliani yang slalu memberikan semangat dan Do’a untuk
penulis.
13.Sahabat-sahabat (Arif S, Deo, Nopi, Linna, nani, dan ka Syafri) atas semangat, motivasi yang slalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
xv
Serta teman-teman di Pendidikan Fisika 2007 reguler semoga silahturahim kita selalu terjalin dengan baik sampai nanti.
15.Kakak tingkat 2006 dan 2005 serta adik tingkat Pendidikan Fisika yang tak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kita dapat menjadi pendidik yang profesional.
16.Teman-teman satu atap di kosan (Linna, Enni, Qori, Noe, Novia, Luksi, Rara dan Yogi) atas keceriaan yang selalu dihadirkan dalam setiap suasana.
17.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis hanya dapat berdoa, mudah-mudahan segala kekikhlasan, amal, dan ban-tuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi dunia pendidikan. Amin.
Bandar Lampung, Juni 2012
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis ... 8
1.Hasil Belajar... ... 8
2. Learning Cycle 5E... 13
3. Problem Based Learning ... 18
B. Kerangka Pemikiran ... 23
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 26
1. Anggapan Dasar ... 26
2. Hipotesis ... 26
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 27
B. Sampel Penelitian ... 27
C. Desain Penelitian ... 28
D. Prosedur Penelitian ... 28
E. Variabel Penelitian ... 29
ii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
1. Tahapan Pelaksanaan model pembelajaran learning cycle 5E ... 39
2. Tahapan Pelaksanaan model pembelajaran problem based learning..42
B. Hasil Uji Istrumen ... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57
iii 1. Intrumen Hasil Belajar a. Analisis SK dan KD ... 153
b. Kisi – Kisi Posttest (Penilaian Produk) ... 154
c. Soal Pretest dan Postest (Penilaian Produk) ... 158
d. Kunci jawaban (Penilaian Produk) ... 160
e. Rubrikasi Hasil Belajar ... 163
LAMPIRAN II. PENGUJIAN ISTRUMEN 1. Uji Coba Instrumen Hasil Belajar a. Data Hasil Pretest dan Postest ... 167
b. Data Rekapitulasi N-Gain ... 171
iv
LAMPIRAN III. HASIL OUPUT SPSS VERSI 17.0
1. Uji Validitas dan Reabilitas ... 176
2. Uji Normalitas Pretest ... 177
3. Uji Normalitas Postest ... 178
2. Uji Independen Sampel t tes Postest ... 179
LAMPIRAN IV. KETERANGAN 1. Izin Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintaks Model Learning Cycle 5E... 16
2. Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah ... 22
3. Hasil Validitas Soal ... 45
4. Hasil Uji Reliabilitas Soal ... 45
5. Skor Hasil Belajar Siswa ... 46
6. Uji Normalitas Pretest dan Postest Hasil Belajar Siswa ... 47
7. Hasil Uji Kesamaan Varian... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Learning Cycle 5E ... 15 2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam termasuk fisika. Kemampuan siswa dalam bidang IPA khususnya fisika, sangat diperlukan untuk berbagai hal antara lain memberikan bekal bagi kehidupan di masyarakat dan mengembangkan bakat, minat, serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan. Hal ini berarti dalam pembelajaran fisika perlu diberikan penguasaan pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan. Belajar fisika merupakan tingkat belajar tinggi karena pada kenyataannya belajar fisika tidak hanya mendengar dan menghafal rumus saja tetapi juga dituntut untuk
menggunakan kemampuan dalam upaya membangun pengetahuan sendiri agar mendapatkan hasil yang tepat.
2 berhubungan dengan menghitung serta rumus-rumus dan hafalan yang akan menambah kebosanan siswa pada pelajaran fisika. Dalam proses
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, salah satu strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai.
Guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan selain itu, guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
membuat siswa lebih aktif, kreatif, menarik, dan menyenangkan. Akan tetapi berdasarkan pengalaman yang diperoleh di lapangan, pembelajaran yang disajikan oleh guru di kelas menggunakan metode yang monoton misalnya ceramah. Dengan menggunakan metode tersebut akan berakibat dengan hasil belajar siswa. Berhasilnya suatu hasil balajar siswa tergantung dengan metode atau strategi yang dipakai oleh guru.
Pembelajaran fisika dengan metode ceramah kurang mendorong siswa berpikir ilmiah, kreatif, bekerja atas inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka. Kondisi belajar dimana hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya. Hal tersebut harus diubah
menjadi berbagi pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan
3 Bila dalam penyampaiannya hanya diberi teori tanpa adanya pembuktian dan penyampaian informasi yang mengajak siswa untuk berpikir serta tidak memberi kesempatan siswa untuk menemukan pengetahuan sendiri maka tidak mustahil jika siswa menjadi bosan. Siswa menjadi kurang paham dan tidak bersemangat dalam mengikuti pelajaran sehingga akan berakibat pada proses pembelajaran yang disampaikan guru tidak akan sampai kepada siswa dan hasil belajar yang diperoleh akan kurang baik.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diukur dengan ketercapaian siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Permasalahannya adalah hampir semua siswa dari suatu sekolah tidak bisa mencapai kriteria ketuntasan minimal. Ketentuan ini menuntut guru untuk berusaha lebih keras agar siswanya berhasil dalam mencapai KKM yang telah ditentukan.
Salah satu cara guru untuk dapat meningkatkan KKM siswanya adalah dengan memberikan inovasi. Inovasi yang dilakukan oleh guru dalam memperbaiki keadaan siswanya sehingga tercapai KKM dimulai dari penerapan metode, pendekatan, atau bahkan model yang dapat membangkitkan siswanya untuk memotivasi belajar, berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati oleh siswa, sehingga hasil belajar siswa bukan lagi menjadi masalah yang besar.
4 hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti memilih
menggunakan pendekatan model pembelajaran inovatif yaitu model pembelajarn Learning Cycle 5E dan Problem Based Learning
Penggunaan Learning Cycle 5E dapat menciptakan kesempatan untuk memberi pengalaman fisik, interaksi sosial, dan pengaturan diri. Learning Cycle 5E terdiri dari 5 tahap kegiatan yaitu Engage (mengajak), Explore
(menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (memperluas) dan
Evaluate (menilai). Pada tahap engage, guru memunculkan rasa keinggintahuan siswa terhadap materi melalui fenomena yang terjadi sehingga muncul pertanyaan- pertanyaan dalam diri siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan fenomena itu dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Pada tahap explore, siswa didorong untuk membuktikan hipotesis, mencoba alternatif pemecahanya dengan melakukan pengamatan,
mengumpulkan data, diskusi dengan kelompok melalui praktikum. Pada tahap Explain, siswa dituntut untuk menjelaskan pengetahuan yang mereka peroleh dari fenomena dengan kata- kata mereka sendiri. Pada tahap
elaborate, siswa akan menerapakan konsep yang telah dikuasai untuk menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sedangkan tahap evaluate, dilakukan untuk menilai efektivitas tahap-tahap sebelumnya dan untuk menilai pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa.
5
Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa proses pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti telah melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Hasil Belajar Fisika Antara pembelajaran yang Menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning. Penelitian ini di fokuskan pada hasil belajar siswa yang dilihat dari indikator pencapaian pada ranah kognitifnya saja. Penelitian ini dilakukan di SMA YP UNILA Bandar Lampung, materi pada penelitian ini adalah suhu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E?
2. Adakah peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning?
6 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
menggunakan Learning Cycle 5E.
2. Mengetahui peningkatan rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunakan Problem Based Learning.
3. Mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui hasil belajar siswa terhadap suatu materi belajar dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan model pembelajaran Problem Based Learning.
2. Dapat mengetahui metode atau strategi pembelajaran yang lebih baik
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
7 masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) orientasi siswa terhadap masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
2. Model pembelajaran Learning Cycle 5Eadalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), dimana proses pembelajaran dibagi dalam 5 fase yaitu fase pendahuluan (engange), fase menyelidiki (eksplore), fase penjelasan (explain), fase penerapan konsep
(elaborate), fase menilai (evaluate).
3. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dalam aspek kognitif setelah melalui proses belajar, yaitu berupa skor yang diperoleh siswa dari tes formatif
4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Suhu dan Kalor dengan sub materi suhu.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Hasil Belajar
Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya terjadi di setiap ranah, yaitu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Munaf, (2001: 67) mengklasifikasikan perubahan tersebut meliputi 3 wawasan, yaitu:
1. Ranah Kognitif, meliputi kemampuan intelektual siswa 2. Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan minat
3. Ranah Psikomotorik, meliputi kemampuan untuk bertindak dan keterampilan fisik.
Hasil belajar yang dicapai siswa harus dapat diukur, yang digambarkan dengan angka atau nilai yang diperoleh dari hasil tes belajar. Tes hasil belajar dibuat untuk menentukan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan materi. Dari hasil penilaian tersebut maka guru dapat memperbaiki dan menyusun kembali program pembelajaran lebih lanjut.
9 2005: 31). Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran. Menurut Sukardi (2008: 2) Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Penacapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran. Hal ini berarti hasil belajar diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
Menurut Dimyati dalam Dewi (2010: 14):
Hasil belajar merupakan hasil proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Dengan tujuan mengetahui tingkat keberhasilan yang ditandai dengan huruf atau kata atau symbol yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3)
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.
10 Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sukardi (2008: 75) membagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu persepi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.
Disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan. Maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dari masing- masing individu. Hasil belajar menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pembelajaran yang dicerminkan melalui angka atau skor setelah melakukan tes maupun non tes.
11 Hal tersebut didukung oleh pendapat Hamalik (2005 : 19)
Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks. Dengan memiliki hasil belajar, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pemikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah diperoleh setelah siswa menerima pengetahuan, dimana hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, dari tiga ranah yang ada pada hasil belajar akan diambil satu ranah saja yaitu pada ranah kognitif.
Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.
Abdullah (2008:120) menyatakan pengertian hasil belajar sebagai berikut. Hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melalui proses belajar, berupa skor yang diperoleh siswa dari tes formatif pokok bahasan materi yang telah dijelaskan atau diajarkan oleh guru. maka dapat
12 Menurut (Sudjana, 2004 : 22)
Hasilbelajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita.
Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar siswa, yaitu:
(1) Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi
kesehatan, intelegensi, bakat, minat, motivasi dan cara belajar. (2) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yang dapat berasal dari dalam diri (faktor internal) siswa dan faktor dari luar diri (eksternal) siswa. Untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan, seorang siswa harus dapat mengedalikan faktor-faktor tersebut dengan baik.
13 2. Learning Cycle 5E
Dalam bahasa Indonesia Learning Cycle disebut sebagai siklus belajar.
Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetesi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif Fajaroh dan Dasna (2007).
Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajarn yang mengacu pada teori belajar kontruktivisme (Dahar, 1996: 164). Teori belajar kontruktivisme merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran siswa harus mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Dapat disimpulkan, model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator.
Pada mulanya Learning Cycle terdiri dari tiga fase yang dikembangkan oleh Robert Karplus dalam Science Curiculum Improvement Study/SCIS
(Wena, 2009). Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap eksplorasi, pengenalan konsep- dan penerapan konsep. Dalam perkembangannya,
Leaning Cycle semakin berkembang dan semakin dikhususkan oleh para ahli. Model Learning Cycle tiga tahap yang semula dikembangkan menjadi lima tahap oleh Rodger W Bybee.
Perkembangannya adalah menambahkan fase engage di awal
14
explore, explain, elaborate dan evaluate. Adapun penjelasan dari kelima fase sebagai berikut
1. Engage (mengajak)
Fase pengenalan terhadap pelajaran yang akan dipelajari yang sifatnya memotivasi atau mengaitkannya dengan hal-hal yang membuat siswa lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan memberikan
pertanyaan, memberikan gambaran tentang materi yang akan dipelajari, membaca, medemonstrasikan, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa. Fase ini juga digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pikiran siswa mengenai konsep yang akan dipelajari.
2. Explore (menyelidiki)
Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Fase ini dapat dilakukan dengan mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya. Pada fase ini siswa diberi kesempatan bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
3. Explain (menjelaskan)
15 dapatkan ketika fase ekplorasi dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri, selanjutnya guru menjelaskan konsep dan definisi yang lebih formal untuk menghindari perbedaan konsep yang dipahami oleh siswa. 4. Elaborate (memperluas)
Fase yang tujuannya ingin membawa siswa untuk menggunakan definisi-definisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang telah dimiliki siswa dalam situasi baru melalui kegiatan seperti
praktikum lanjutan dan problem solving. Fase ini dapat meliputi penyelidikan, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. 5. Evaluate (menilai)
Fase penilaian terhadap seluruh pembelajaran dan pengajaran. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus-menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap pengetahuan dan kemampuannya.
Kelima tahapan di atas adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam menerapkan model Learning Cycle 5E yang dapat digambarkan dalam bentuk siklus dibawah ini:
Gambar 1.1. Diagram Learning Cycle 5E
Evaluate Engage
Explore Explain
16 Sintak model Learning Cycle 5E dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 1.1 Sintaks Model Learning Cycle 5E
Tahapan model LC 5E
Kegiatan Guru Kegiatan siswa
Engange (mengajak)
Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa
Mengembangkan minat dan rasa ingin tahu terhadap materi yang akan diajarkan Mengajukan pertanyaan
mengenai permasalahan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan
Memberikan respon terhadap pertanyaan guru
Ekplore (menyelidiki)
Membentuk kelompok, memberikan kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok secara mandiri yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya, menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri
Mencoba memberikan memberi penjelasan Mendengar secara kritis
penjelasan antar siswa
Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan
Memandu diskusi Melakukan diskusi
Memberi definisi dan label dan definisi formal
Mendorong dan
memfasilitasi siswa untuk menerapkan konsep dalam
17
situasi yang baru pengamatan
Evaluate jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah diperoleh sebelumnya Mendorong siswa melakukan
evaluasi diri
Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran bukan lagi sekedar proses transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan proses yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa dapat mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa melalui penyelidikan dan penemuan untuk memecahkan masalah, kemudian siswa dapat
mengungkapkan konsep yang sesuai dengan pengalamannya dan menggunakan pemahaman yang telah diperoleh untuk memecahkan permasalahan lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
18 3. Problem Based Learning
Rendahnya aktivitas belajar siswa seperti keberanian bertanya, menjawab pertanyaan, menanggapi pendapat, membuat kesimpulan dan lain-lain disebabkan oleh beberapa faktor . Salah satu faktor tersebut misalnya strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajar kurang sesuai.
Pembelajaran yang aktif artinya semua komponen pembelajaran (siswa dan guru) harus aktif dalam pembelajaran. Guru bukan merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang hanya menularkan kepada siswa, melainkan siswa harus dapat menemukan dan menerapkan sendiri konsep yang dipelajari. Di sini guru hanya sebagai fasilitator siswa. Salah satu pendekatan yang dapat mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran
Problem Based Learning.
19
Problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Problem Based Learning yaitu proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman baru.
Padiya (2008) mengungkapkan pengertian problem based learning
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Menurut Wayan (2007) :
“PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus keterampilan untuk
20 Menurut Trianto (2009: 91)
Belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik
Berdasarkan uraian di atas dalam problem based learning fokus
pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pebelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah.
Ismail (2000) mengungkapkan ciri utama problem based learning meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan.
Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa
21 Menurut Nurhadi, dkk. (2003: 56) pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based learning) adalah:
Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Berdasararkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang dilakukan terus menerus yang bertujuan untuk menyelesaikan dan memecahkan suatu masalah. Adapun masalah yang dijadikan sebagai bahan belajar dapat berupa dunia nyata ataupun fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh suatu model maupun pendekatan tertentu.
Ada beberapa cara menerapkan problem based learning dalam pembelajaran. Secara umum penerapannya dimulai dengan adanya
masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam problem based learning harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.
22 dengan penyelesaian dan analisis hasil kerja siswa. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa tidak hanya diajarkan informasi bidang ilmu dan keterampilan belajar, tetapi siswa di bantu untuk mampu belajar dalam bidang ilmunya.
Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah antara lain
(1) Orientasi siswa pada masalah (2) Mengorganisasi siswa untuk belajar (3) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
(4) Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, Nurhadi (2003)
Kelima langkah yang dilakukan dalam Model Pembelajaran problem based learning selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut
Tabel 2.1 Langkah-langkang model pembelajaran problem based learning
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1. Orientasi siswa terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi (cerita) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
Tahap 2. Mengorga- nisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk
mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3. Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok.
Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4. Mengembang kan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka
23 Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Problem Based
Learning merupakan suatu model pembelajaran yang memberikan siswa kepada masalah, melalui investigasi, inkuiri dan pemecaan masalah membangun konsep/prinsip yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami sebelumnya, menghadapkan siswa kepada permasalahan yang nyata. Dari masalah yang disuguhkan di awal pembelajaran diharapkan siswa menemukan inti permasalahan dan berfikir bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.
B. Kerangka Pemikiran
Pada pelaksanaannya, siswa dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok satu mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E
dan kelompok yang kedua mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran problem based learning. Pada kedua kelas eksperimen ini diberikan materi fisika yang sama yaitu suhu, materi ini terdiri dari
menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu, mengkonversi skala suhu 0C, 0K, 0F dan 0R dan menjalaskan hubungan kalor, kapasitas kalor dan kalor jenis. Maka dari itu materi ini menuntut siswa untuk menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sehingga siswa dapat belajar secara optimal.
Learning Cycle 5E merupakan siklus belajar yang terdiri dari Engage
(mengajak), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborated
24 melaksanakan percobaan, mengumpulkan data dan merumuskan kesimpulan, sedangkan topik, pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru. Pada tahap-tahap awal pengajaran diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang disodorkan oleh guru. Model pembelajaran learning cycle 5E diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada penggunaan model problem based learning, Siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Guru merupakan satu-satunya sumber pengetahuan yang hanya menularkan kepada siswa, melainkan siswa harus dapat menemukan dan menerapkan sendiri konsep yamg dipelajari. Sedangkan Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang didapat dari kegiatan belajar yang merupakan kegiatan kompleks.
Tahap pada masing-masing kelas yaitu siswa diberikan pretest, kemudian siswa diberikan perlakuan. Pada kelas eksperimen I siswa diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 5E sedangkan pada kelas eksperimen II siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan model
25
Materi
Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase. Langkah-langkahnya:
1. Engage (mengajak) 2. Explore (menyelidiki) 3. Explain (menjelaskan) 4. Elaborated (memperluas)
Pembelajaran Problem based learning.
Langkah-langkahnya:
1.Orientasi siswa kepada masalah
2.Mengorganisasi siswa untuk belajar
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut diagram kerangka pemikiran.
26 C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian ini adalah:
1. Kedua kelas sampel memiliki kemampuan awal dan pengalaman belajar yang setara.
2. Faktor faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar fisika selain variabel yang diteliti dianggap tidak berpengaruh atau diabaikan
2. Hipotesis
Hipotesis Pertama
Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran Learning Cycle 5E
Hipotesis Kedua
Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran problem based learning.
Hipotesis Ketiga
Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang
menggunakan Learning Cycle 5E dengan Problem Based Learning. Hasil belajar siswa yang menggunakan learning cycle 5E lebih tinggi
27
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA YP UNILA Bandar Lampung pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 11 kelas berjumlah 425 siswa, terdiri dari 195 siswa laki-laki dan 227 siswa perempuan.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 11 kelas kemudian dipilih 2 kelas secara sengaja sebagai sampel dengan anggapan siswa pada 2 kelas tersebut dapat dilakukan pengukuran terhadap variabel penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan dari hasil pengukuran tersebut akan diperoleh data yang benar. Sampel yang diperoleh adalah kelas X 6yang berjumlah 36 siswa sebagai kelas ekperimen yang menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelas X 9 sebagai kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based learning
28
X : pembelajaran Problem Based Learning
2
X : pembelajaran Learning Cycle 5E 1
O X1 O2 1
O X2 O2 C. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Kuasi Eksperimental Design dengan tipe Non-Eqvalent Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimen Non-Eqvalent Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2010: 110-111)
D. Prosedur Penelitian
29 pembelajaran Learning Cycle 5E kepada seluruh siswa yang dijadikan sampel. Setiap proses pembelajaran selesai siswa diberikan posttes.
Pemberian pretest dan posttes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan yang berkaitan dengan materi pelajaran.
E. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
Problem Based Learning (X1), dan Learning Cycle 5E (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa adalah soal tes berbentuk essay. Tes ini digunakan pada saat pretest dan posttest dengan jumlah soal sebanyak 5 butir soal.
G. Analisis Instrumen
30 1. Uji Validitas
Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk
mengevaluasinya harus valid. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diu-kur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya se-suai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes ter-sebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
(Arikunto, 2007: 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
31
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item–total correlation
lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total
(Arikunto, 2007: 109)
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlu-kan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
32 Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut
Tabel 3.1 Nilai Koefisien Alpha
Nilai Alpha Cronbach‘s Keterangan 0,00 - 0,20 Sangat kurang reliabel 0,21 – 0,40 Kurang reliabel 0,41 – 0,60 Cukup reliabel 0,61 – 0.80 Reliabel 0,81 – 1,00 Sangat reliabel
(Saputri, 2010: 30)
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan
menjumlahkan skor setiap nomor soal.
H. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Adapun skor hasil belajar yang diperoleh siswa pada model pembelajaran learning cycle 5E
33
I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor postest
dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah
Keterangan:
Meltzer (2002) dikutip oleh Marlangen (2010: 34)
Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor pretest
dan posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil belajar pada pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning
34 2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:
O
H : data terdistribusi secara normal
1
H : data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pengambilan keputusan
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.
b. Uji Paired Sample T test
Paired Samples T test digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata- rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetapi mengalami dua perlakuan yang berbeda.
35 uji paired sample T test ini akan digunakan oleh peneliti untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dengan mengukur peningkatan atau penurunan antara nilai prettes dan posttes setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran learning cycle 5E dan
problem based learning.
Ketentuannya bila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0 diterima, dan H1 ditolak. Tetapi sebaliknya bila t hitung lebih besar dari t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Secara signifikan bila Sig (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan sebaliknya. Untuk memudahkan dalam menguji hal tersebut maka dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 yaitu uji Paired Samples T Test.
Adapun hipotesis yang telah digunakan:
Hipotesis Pertama
H0 :Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran
Learning Cycle 5E
H1 : Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran
Learning Cycle 5E
Hipotesis Kedua
H0 : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa pada model
36
H1 : Ada peningkatan hasil belajar siswa pada model pembelajaran
problem based learning.
c. Uji kesamaan varian (Homogenitas)
Syarat dalam analisis varian adalah homogenitas sampel yang dilakukan untuk mengetahui kehomogenan suatu sampel. Pertimbangan efisiensi uji ini dilakukan dengan F test (Levene,s test) pada SPSS 17.0. Kriteria uji ini yang digunakan adalah :
1. Jika nilai sig<α (0,05) atau Fhitung> Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan tidak homogen.
2. Jika nilai sig>α (0,05) atau Fhitung ≤ Ftabel maka data dari perlakuan yang diberikan adalah homogen.
d. Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes.
37
Adapun hipotesis yang telah diuji adalah
Hipotesis Ketiga
O
H : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa
yang menggunakan Problem Baced Learning dengan
Learning Cycle 5E
H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara siswa yang
menggunakan Problem Based Learning dengan Learning Cycle 5E.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas.
1. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
diterima.
2. Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
ditolak.
Rumus perhitungan Independent Sample T Test adalah sebagai berikut
38 (df) n-2. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut
Kriteria pengujian
O
H diterima jika -t tabel t hitung t tabel
O
H ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penilaian Program Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Budiasih, E., Widarti, H.R. 2004. Penerapan Pendekatan Daur Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Matakuliah Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Jurnal pendidikan pembelajaran. Medan.
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta
Dasna, I Wayan. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. Diakses dari http://lubisgrafura.wordpress.com
Dewi, Lia Astria. 2010. “Implementasi Penilaian Otentik Menggunakan
Collaborative Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa”.
Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna. 2007. Pembelajaran Dengan Model Siklus
Belajar (Learning Cycle). Diakses dari http://lubisgrafura.wordpress.com Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta Ismail. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction).
Makalah. Depdiknas. Jakarta.
Marlangen, Taranesia. 2010. Studi Kemampuan Berpikir Kritis dan Konsep Pada Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Multiple Representation. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Munaf. 2001. Evaluasi Pendidikan Fisika. UPI. Bandung
Nurhadi, dkk. 2003. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan Penerapannya dalam KBK. Penerbit UM. Malang.
Padiya. 2008. Model-Model Pembelajaran. Diakses dari http://model-pembelajaran.blogspot.com
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaKom. Yogyakarta.
Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta
Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Simatupang, Dorlince. 2008. Pembelajaran Model Siklus Belajar (Learning Cycle 5E). Jurnal pendidikan dan pembelajaran. Universitas Medan.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sujianto, Agus Eko. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Prestasi Pustaka. Jakarta
Sukardi, H.N.2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara. Jakarta
Suyatno. 2008. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Diakses dari http://garduguru.blogspot.com
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta.