• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran IPS Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pembelajaran IPS Melalui Model

Problem Based Learning

(

PBL

) Sebagai Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Susiloningrum, Siti Malikah Thowaf, Sudarmiatin

Program Pendidikan Dasar – Pascasarjana Universitas Negeri Malang

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran konseptual tentang model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Model PBL

mengajak siswa agar mampu melatih kemampuan berpikirnya dalam memecahkan masalah sehingga pada akhirnya mampu menstimulus siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi literatur yang berkaitan dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu. Hasil telaah penelitian ditemukan bahwa model PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk berpikir kritis dan terampil dalam pemecahan masalah melalui diskusi kelompok dan pemberian masalah dengan mengaitkan lingkungan sekitar siswa. Penelitian ini berkontribusi untuk para peneliti yang akan melakukan penelitian tentang

PBL.

Kata kunci: Problem based learning, hasil belajar IPS

Abstract: The aims of this research to provide a conceptual representation of the learning model problem based learning (PBL) to improve social studies learning outcomes. Model PBL invite students to be able to train their thinking ability in solving problems which in turn can stimulate students to improve learning outcomes. The method used in this research by study of literature relating to the results of previous studies. The review of research found that PBL can improve social studies learning outcomes. Its implementation is done by getting students to think critically and skilled in solving problems through discussion groups and by linking environmental issues surrounding students. This research will contribute to the researcher who wants to conduct a research about PBL

Kata kunci: Problem based learning, Achievement

IPS adalah ilmu yang mengkaji pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Pelajaran ilmu pengetauan sosial di Indonesia disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa/siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dalam pembelajaran IPS di SMP, siswa diharapkan tidak hanya menguasai

konsep-konsep IPS secara teori tetapi juga harus mampu menggunakan metode ilmiah untuk memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep IPS yang didapat baik secara teori maupun praktek. IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh siswa di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Keberhasilan pembelajaran IPS, seperti halnya mata pelajaran lain, dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari

(2)

2 dalam diri siswa misalnya minat, bakat, inteligensi, kesiapan, perhatian dan motivasi. Sedangkan untuk faktor dari luar diri siswa misalnya lingkungan keluarga, metode mengajar, kurikulum, serta sarana dan prasarana belajar. Hasil belajar yang optimal dapat dicapai manakala faktor-faktor penunjang proses belajar di atas mendukung kegiatan belajar.

Maftukhah, dkk., (2012) dalam penelitiannya menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar IPS yaitu (1) kemampuan siswa (61,55%); (2) kemampuan guru (66,75%); (3) sarana penunjang (77,00%); (4) dukungan sekolah (72,67%); (5) dukungan keluarga (62,00%). Dari hasil penelitian di atas, kemampuan siswa merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap belajar siswa. Kemampuan siswa menjadi fokus utama dalam pencapaian tujuan pembelajaran IPS baik di sekolah maupun dalam kehidupan siswa yaitu memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan (Kemendikbud, 2014)

Salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa adalah dengan memperbaiki strategi pembelajaran guru melalui model pembelajaran yang tepat. Seorang guru hendaknya harus memberi latihan dan tugas untuk mengasah kemampuan siswa (Maftukhah, dkk., 2012).

Seorang guru harus dapat menemukan model yang tepat dalam proses pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa. Pembelajaran IPS yang sarat oleh konsep-konsep realitas lingkungan, memerlukan sebuah model

yang diyakini sesuai untuk menunjang keberhasilan pembelajarnya. Salah satu model pembelajaran yang sesuai diterapkan dalam pembelajaran IPS adalah model problem based learning (PBL).

PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari sebuah mata pelajaran. PBL memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang autentik, relevan dan dipresentasikan dalam suatu konteks.

Menurut Bono dalam Amir (2015) pendidikan bukanlah tujuan kita. Pendidikan harus mempersiapkan pembelajar untuk hidup. Dengan demikian maka dengan PBL kita punya peluang untuk membangaun kecakapan hidup (life skills) pemelajar; pemelajar terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed), berpikir metakognitif (refleksi dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait. Smith (2005) yang khusus meneliti berbagai dimensi manfaat diatas menemukan bahwa pemelajar akan : meningkat kecakapan pemecahan masalah, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamanya, meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama, kecakapan belajar, dan memotivasi pemelajar.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengkaji beberapa penelitian yang berkaitan

(3)

3 dengan model PBL yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Hasil kajian nantinya akan menjadi sebuah rekomendasi yang dapat dijadikan sebuah rujukan tentang penerapan model PBL dalam proses pembelajaran IPS.

HASIL KAJIAN

Penelitian yang dilakukan oleh Ajai, Imoko & O’kwu (2013) bertujuan untuk menguji perbandingan efektifitas model PBL dan model konvensional pada mata pelajaran matematika. Penelitian dilakukan terhadap 547 siswa sekolah dasar dari 6 sekolah negeri di Algebra, Nigeria. Penelitian menyimpulkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model PBL menunjukkan hasil belajar yang signifikan lebih tinggi dari pada kelas dengan model konvensional. Hal ini dibuktikan oleh hasil postest siswa kelas PBL lebih tinggi dari pada kelas konvensional.

Penelitian yang dilakukan oleh El-Shaer dan Gaber (2014) mengenai pengaruh model PBL terhadap kemampuan berpikir kritis, pengetahuan, dan retensi. Penelitian ini sedikit berbeda karena dilakukan terhadap 200 mahasiswa Fakultas Keperawatan (Nursing Administration Department, Faculty of Nursing) di Mansoura University, Mesir. Penelitian menyimpulkan bahwa hasil positif terlihat signifikan pada kemampuan berpikir kritis, pengetahuan, dan retensi.

Penelitian Lambacra (2016) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Grade Point Average (GPA) di kursus kelas IPA dan keefektifan dikelas. Metode problem based learning di kelas IPA adalah pemrediksi yang baik

dari penampilan akademik siswa yang ditunjukkan di GPA mereka. Lebih lanjut siswa dengan kelas pembelajaran problem based learning menunjukkan subtansi pembelajaran yang lebih tinggi perbandingannya, dibandingkan kelas yang menggunakan pembelajaran tradisional.

Penelitian Setyorini, Sukiswo & Subali (2011) tentang penerapan model PBL untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VII SD pada mata pelajaran IPA di salah satu SMP di Semarang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di mata pelajaran IPS pada sub pokok bahasan gerak lurus.

Penelitian Hartati & Sholihin (2015) tentang pengaruh meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui implementasi model PBL pada mata pelajaran IPA di SMP. Penelitian dilakukan terhadap 50 siswa kelas VII pada salah satu SMP Negeri di Kabupaten Lampung Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL pada pembelajaran IPA memiliki dampak yang positif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian Rusnayati & Prima (2011) tentang penerapan model PBL dengan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep IPA pada siswa SMA. Penelitian dilakukan terhadap seluruh siswa kelas XI di salah satu SMA di kota Bandung. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran PBL terhadap peningkatan penguasaan konsep elastisitas dan proses sains di

(4)

4 kelas eksperimen dengan lebih tinggi peningkatannya dibandingkan dengan kelas kontrol.

Penelitian Melissa (2016) tentang peningkatan kemandirian dan prestasi belajar matematika dengan pendekatan PBL di SMP. Penelitian dilakukan terhadap 34 siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Penelitian menyimpulkan bahwa pendekatan PBL dapat meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar matematika siswa.

PEMBAHASAN

Strategi pembelajaran yang tepat pada akhirnya akan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan baik oleh guru maupun siswa. hasil kajian dalam penelitian ini kemudian disesuaikan dengan kajian teori. Apakah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sudah tepat dan terbukti model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan sintaks-sintaks PBL.

Menurut Hosnan (2014) model problem based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis dan sekaligus membangun pengetahuan baru. Sedangkan menurut Abidin (2014) model problem based learning adalah merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar disekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah.

Anies (2003) menyatakan bahwa “problem-based learning adalah suatu metode instruksional yang mempunyai ciri-ciri penggunaan masalah nyata sebagai konteks siswa yang mempelajari cara berpikir kritis serta keterampilan dalam memecahkan masalah”. Problem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam suatu mata pelajaran yang memerlukan praktek. Menurut Boud and Felleti (1997), “Problem Based Learning is an approach to structuring the curriculum involves confronting students with problems from practice with provide a stimulus from learning”. (Problem based learning adalah sebuah pendekatan untuk menyusun kurikulum yang melibatkan peserta didik dalam menghadapi masalah-masalah dari praktek yang memberikan stimulus untuk pembelajaran).

Arends (2007:43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah, mempelajari peran-peranorang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Model ini menyediakan sebuah alternatif yang menarik bagi guru yang menginginkan maju melebihi pendekatan-pendekatan yang lebih berpusat pada guru untuk menantang siswa dengan aspek pembelajaran aktif dari model itu.

(5)

5 Ciri yang paling utama dari model pembelajaran problem based learning yaitu dimunculkannya suatu masalah pada awal pembelajaran. Menurut Hosnan (2014) ketika siswa masuk kelas mereka tidak dalam keadaan kosong melainkan mereka telah memiliki pengetahuan awal. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pembelajaran perlu diawali dengan mengangkat permasalahan yang sesuai dengan lingkungan (permasalahan konstektual)

Menurut Arends (2007:56) sintak model problem based learning adalah (a) Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, (b) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti, (c) Membantu investigasi mandiri dan kelompok, (d) Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit, (e) Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Menurut Sumarmi (2015) langkah-langkah dalam PBL adalah sebagai berikut (1) siswa diberi suatu masalah; (2) dalam kelompok kelompok kecil, siswa mendiskusikan masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta mengerjakan yang perlu diketahui; (3) siswa mencari data tentang hal-hal yang diperlukan atau informasi yang belum ada; (4) siswa berkumpul kembali dengan kelompoknya untuk melaporkan apa saja yang telah dipelajari; (5) langkah-langkah ini berulang beberapa kali, berdiskusi, mencari informasi, melaporkan ke kelompok, diskusi lagi samapai kelompok mendapatkan solusi; (6) kegiatan akhir merupakan kegiatan diskusi penutup yaitu bila informasi yang dipelajari dan diproses telah sampai pada suatu solusi.

Dari uraian diatas hakekatnya model problem based learning adalah model pembelajaran siswa aktif yang mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki dan bermakna bagi siswa (meaningfull learning) melalui kegiatan belajar kelompok atau diskusi untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata (real word) untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dengan bantuan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar.

Berdasarkan dari beberapa penelitian sebelumnya model problem based learning ini cocok direkomendasikan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan penyelidikan dan pemecahan masalah, memberi kesempatan kepada siswa mempelajari pengalaman-pengalaman dan peran-peran orang dewasa, dan memungkinkan siswa meningkatkan sendiri kemampuan berpikir mereka dan menjadi siswa mandiri.

Hasil kajian terdahulu telah membuktikan bahwa, model pembelajaran PBL secara empiris terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa di berbagai jenjang pendidikan. Model PBL ini cocok di rekomendasikan untuk digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS di kelas .

SIMPULAN

Secara konseptual berdasarkan dari penelitian terdahulu yang telah dibahas diatas, penulis berkesimpulan bahwa model pembelajaran problem based learning diyakini dapat meningkatkan hasil belajar IPS di berbagai jenjang pendidikan, khususnya IPS di SMP.

(6)

6 Problem based learning yang merupakan suatu model yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari sebuah mata pelajaran dapat direkomendasikan penerapannya didalam kelas.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dikaji dan hasil refleksi membuktikan bahwa model problem based learning dapat digunakan di berbagai jenjang kelas dan dinilai sesuai digunakan dalam berbagai karakter mata pelajaran, khususnya IPS di SMP.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Y.2014. Desain Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum, Bandung : Refika Aditama.

Amir.M.T. 2015.Inovasi Pendidikan Melalui Problem-Based Learning, Jakarta : Prenadamedia Group.

Anies. 2003. Problem-Based Learning. http://www. suara merdeka. com/harian/ 0304/28/kha2. html.(22 Februari 2016). Arends, R. 2007. Learning to Teach. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (Edisi Ke-2, cetakan ke-5). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

El-Shaer, A. &Gaber, H. 2014. Impact of Problem-Based Learning on Students`Critical Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention. Journal of Education and Practice,5(14):74 - 85. Ajai, A.T., Imoko. B.I.&O’kwu, E.I.2013.

Comparison of the Learning Effectiveness of Problem-Based Learning (PBL) and Conventional Method of Teaching Algebra. Journal of Education and Practice,4(1):131 – 135.

Hartati, R. & Sholihin, H. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Implementasi Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Terpadu Siswa SMP. Makalah disajikan dalam Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS), 8-9 Juni 2015.

Hosnan, M.2014. Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia

Kemendikbud. 2014. Permendikbud No. 58 Tahun 2014 tentang Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran pada Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Maftukhah, L. Harnanik & Sunarto, S. 2012.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar IPS Terpadu Kelas VII di SMP Negeri 1 Plantungan Kabupaten Kendal. Economic Education Analysis Journal, Vol. 1, hal:1-5. Melissa, M.M. 2016. Peningkatan Kemandirian

Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Pendekatan Problem-Based Learning (PBL) di kelas VII ESMP Negeri 15 Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Edukasi Matematika (JIEM), 2(1):1–18

Rusnayati, H. & Prima, E.C. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep ElastisitasPada Siswa SMA.Makalah disajikan dalamProsiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011.

Setyorini, U., Sukiswo, S.E.&Subali, B. 2011. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(2011):52 – 56.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis berusaha mengkaji dan menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “ANALISIS

Pendaftaran dan pengambl{an Dokumen Kualifikasi dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direKur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang. dan kaftu

Pengaplikasian komunikasi word of mouth oleh berbagai pihak di atas memiliki kecenderungan, tujuan, serta proses pemasaran yang berbeda antara satu dengan yang

Sistem informasi konsultasi ini adalah berbasis web, yang memiliki kelebihan bisa diakses kapan saja dan dari mana saja, tanpa terbatas jarak dan waktu, dan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 12 siswi di SMK N 1 Purwosari Gunung Kidul, di dapatkan hasil bahwa 1 siswi kelas XI yang menggunakan pantyliner dan 2 siswi kelas XI

Pada penelitian lain yang berkaitan dengan optimasi fungsi keanggotaan fuzzy menggunakan algoritma MPSO, pengujian perlu dilakukan dengan melibatkan jumlah particle

Rencana belanja dana kapitasi JKN dianggarkan dalam kelompok Belanja Langsung dan diuraikan ke dalam jenis, obyek, dan rincian obyek belanja sesuai kode rekening

Analisis Hubungan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Seni Tari.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |