GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN
KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh:
NIM. 061000036 BENNY NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN
KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM. 061000036 BENNY NASUTION
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
GAMBARAN PENYEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA PETANI DI DESA HUTAPUNGKUT KECAMATAN
KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2011
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh
NIM. 061000036 BENNY NASUTION
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 07 Desember 2011 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes
NIP. 19620529 198903 2 001 NIP. 19700212 199501 2 001 Ernawati Nasution, SKM, MKes
Penguji II Penguji III
Dra. Jumirah, Apt, MKes
NIP. 19580315 198811 2 001 NIP. 19670613 199303 1 004 Prof.Dr.Ir.Albiner Siagian.MSi
Medan, Desember 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Penyediaan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin keamanan suatu makanan yang akan dikonsumsi. Penyediaan makanan dapat dilihat dari pemilihan dan pengolahan bahan makanan. Pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang tidak baik akan mempengaruhi status gizi seluruh anggota keluarga khususnya status gizi anak balita.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui penyediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal yaitu sebanyak 61 KK dan 75 anak balita. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyediaan pangan yang dilihat dari pemilihan bahan makanan pada keluarga petani di Desa Hutapungkut termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 54,1 %, baik sebesar 36,1%, dan kurang baik sebesar 9,8%. sedangkan pengolahannya termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 52,5%, sedang sebesar 36,1%, dan kurang baik sebesar 11,5%. Status gizi balita pada keluarga petani menurut indeks BB/U adalah normal (92,00%), indeks TB/U adalah normal (74,66%), dan indeks BB/TB adalah normal (84,00%)
Petugas kesehatan di Puskesmas diharapkan agar memberikan penyuluhan tentang penyediaan makanan terutama tentang penyediaan menu untuk balita dan menggunakan alat bantu leaflet dan demo menu seimbang untuk balita.
ABSTRACT
Food preparation is very important in ensuring food to be consumed. Food safety supply can be seen from the selection and processing of foodstuffs. The selection and processing of foodstuffs that are not good will affect the nutritional status of all family members, especially under five children.
This research is a descriptive study with cross sectional design that aims to know the status of the food preparation and nutritional status of under five children on the farmers families in the Village Hutapungkut District Kotanopan Mandailing Natal many as 61 families and 75 under five children. Data was collected through interviews using a questionnaire study.
The result of research swohed that food preparation of the farmers families in the village Hutapungkut in the middle category is 54,1%, a good category is 36,1%, less category is 9,8%. while processing of foodstuffs are in a good category is 52,5%, middle category is 36,1%, and less category is 11,5%. Nutritional status of under five children the farmers families according to index of BB/U is normal (92,00%), index of TB/U is normal (74,66%), and index of BB/TB is normal (84,00%).
The health center staffs are expected
to give extension about food preparation, especially about preparation of menu for under five children by means of leaflet and demonstration of balanched diet preparation.
DAFTAR WIRAYAT HIDUP
Nama : Benny Nasution
Tempat/Tanggal lahir : Kotanopan / 04 Januari 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Anak Ke : 2 dari 5 bersaudara
Alamat Rumah : Jl. Perintis Kemerdekaan Gg. Bersama, Hutabaringin
Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri No 190 Kotanopan (1994-2000)
2. SLTP Negeri 1 Kotanopan (2000-2003)
3. SMA Negeri 1 kotanopan (2003-2006)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya yang telah memberikan kekuatan maupun kesehatan kepada penulis selama dalam penyelesaian skripsi yang berjudul : “Gambaran Penyediaan Pangan
dan Status Gizi Balita pada Keluarga petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011” yang merupakan salah
satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda
H.Aswin Nasution dan Ibunda Hj.Siti Hawani SPd (Alm) tercinta yang telah
banyak berkorban materil dan moril serta membesarkan dan mendidik penulis dengan
kasih sayang dan juga untuk kakak dan adik tercinta, Aswita SPd, Rustina Amd,
Rahmad Husein, Amanda Octavia yang tak henti-hentinya memberikan dorongan,
bimbingan, nasehat dan doa pada penulis setiap saat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr.Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku dosen pembimbing I dan Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, mendidik dan
memberi banyak masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak
lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian. MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, sekaligus sebagai Dosen Penguji
III.
3. Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU yang telah membantu dalam
penyelesaian pendidikan dan skripsi ini.
5. Bapak Kepala Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal yang telah memberikan izin pada penulis untuk
6. Sahabat-sahabat penulis Irmayani, Arinil Hidayah, Fithri, Lia Stevani,
Amalia Kurnia Sari, Rafiah Maharani, Beta Liana Putri, Juliani, Abdul Basith, Rahmad Rizky, Silvi Hanisah, Dina Permatasari dan seluruh
teman-teman dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat antara lain Zuhrina,
Fatimah, Ahmad Taupiq, Yunita dll yang telah memberikan dukungan dan
bantuan serta kritikan yang menambah semangat penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Terkhusus untuk Jul Yahya. SPd yang telah banyak memberikan dukungan,
semangat, waktu, cinta serta kasih sayang yang tulus kepada penulis.
8. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi
bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
membutuhkan banyak masukan dan kritikan dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun dalam memperkaya materi skripsi ini. Namun demikian, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan
khususnya di bidang kesehatan masyarakat.
Medan, Desember 2011
DAFTAR ISI
2.8.1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri.. ... 18
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 27
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 27
4.1.1. Letak Geografis.. ... 27
4.1.2. Data Demografi.. ... 27
4.2. Karakteristik Responden ... 29
4.3. Penyediaan Pangan Keluarga Petani ... 30
4.3.1. Pemilihan Bahan Makanan.. ... 30
4.3.2. Pengolahan Bahan Makanan.. ... 33
4.4. Karakteristik Anak Balita.. ... 36
4.5. Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Petani.. ... 36
4.6. Tabulasi Silang Pemilihan Bahan Makanan dengan Status Gizi balita 38 4.7. Tabulasi Silang Pengolahan Bahan Makanan dengan Status Gizi balita 39 BAB V PEMBAHASAN ... 42
5.1 Penyediaan Pangan Keluarga Petani di lihat dari Pemilihan dan Pengolahan Bahan Makanan.. ... 42
5.1.1. Pemilihan Bahan Makanan pada keluarga petani.. ... 42
5.2 Pemilihan dan Pengolahan Bahan Makanan dengan Status Gizi Balita. 43 5.2.1. Pemilihan Bahan Makanan dengan Status Gizi Balita.. ... 43
5.2.2. Pengolahan Bahan Makanan dengan Status gizi balita.. ... 45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
6.1 Kesimpulan ... 48
6.2 Saran ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per Hari
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa
Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.2. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabuapten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa
Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan umur pada Keluarga Petani di
Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada
Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pemilihan Bahan Makanan pada Keluarga
Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Ibu Tentang Pemilihan Bahan Makanan pada
Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pengolahan Bahan Makanan pada Keluarga
Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Ibu Tentang Pengolahan Bahan Makanan pada
Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.10. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Tabel 4.11. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur Menurut BB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.12. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur Menurut TB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.13. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur Menurut BB/TB pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.14. Distribusi Pemilihan Bahan Makanan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.15. Distribusi Pemilihan Bahan Makanan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.16. Distribusi Pemilihan Bahan Makanan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB/TB pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.17. Distribusi Pengolahan Bahan Makanan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
Tabel 4.18. Distribusi Pengolahan Bahan Makanan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.
ABSTRAK
Penyediaan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin keamanan suatu makanan yang akan dikonsumsi. Penyediaan makanan dapat dilihat dari pemilihan dan pengolahan bahan makanan. Pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang tidak baik akan mempengaruhi status gizi seluruh anggota keluarga khususnya status gizi anak balita.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui penyediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal yaitu sebanyak 61 KK dan 75 anak balita. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyediaan pangan yang dilihat dari pemilihan bahan makanan pada keluarga petani di Desa Hutapungkut termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 54,1 %, baik sebesar 36,1%, dan kurang baik sebesar 9,8%. sedangkan pengolahannya termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 52,5%, sedang sebesar 36,1%, dan kurang baik sebesar 11,5%. Status gizi balita pada keluarga petani menurut indeks BB/U adalah normal (92,00%), indeks TB/U adalah normal (74,66%), dan indeks BB/TB adalah normal (84,00%)
Petugas kesehatan di Puskesmas diharapkan agar memberikan penyuluhan tentang penyediaan makanan terutama tentang penyediaan menu untuk balita dan menggunakan alat bantu leaflet dan demo menu seimbang untuk balita.
ABSTRACT
Food preparation is very important in ensuring food to be consumed. Food safety supply can be seen from the selection and processing of foodstuffs. The selection and processing of foodstuffs that are not good will affect the nutritional status of all family members, especially under five children.
This research is a descriptive study with cross sectional design that aims to know the status of the food preparation and nutritional status of under five children on the farmers families in the Village Hutapungkut District Kotanopan Mandailing Natal many as 61 families and 75 under five children. Data was collected through interviews using a questionnaire study.
The result of research swohed that food preparation of the farmers families in the village Hutapungkut in the middle category is 54,1%, a good category is 36,1%, less category is 9,8%. while processing of foodstuffs are in a good category is 52,5%, middle category is 36,1%, and less category is 11,5%. Nutritional status of under five children the farmers families according to index of BB/U is normal (92,00%), index of TB/U is normal (74,66%), and index of BB/TB is normal (84,00%).
The health center staffs are expected
to give extension about food preparation, especially about preparation of menu for under five children by means of leaflet and demonstration of balanched diet preparation.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pada masalah gizi atau malnutrition, kesalahan pangan terletak pada
ketidakseimbangan pangan terutama pada ketidakseimbangan komposisi hidangan.
Pada gizi lebih susunan hidangan mungkin seimbang tapi yang dikonsumsi secara
keseluruhan melebihi apa yang diperlukan tubuh. Sebaliknya pada penyakit gizi
kurang mungkin susunan hidangan yang dikonsumsi juga masih seimbang hanya saja
keseluruhannya tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Aspek konsumsi merupakan
unsur penting yang menentukan apakah ketersediaan pangan benar-benar dapat
meningkatkan status gizi masyarakat. Dari aspek konsumsi dapat diketahui tingkat
penyediaan pangan yang telah dilakukan (supply) sejalan atau tidak dengan tingkat
konsumsi (demand).
Penyediaan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam menjamin suatu
makanan yang akan dikonsumsi. Makanan merupakan salah satu kebutuhan manusia.
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai dengan
penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui
produksi pangan dalam negeri melalui upaya pertanian dalam menghasilkan bahan
makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur, dan buah-buahan.
Dalam penyediaan pangan harus memperhatikan berbagai aspek yaitu
pemilihan dan pengolahan bahan pangan. Dari aspek pemilihan hal yang benar-benar
harus diperhatikan adalah jenis pangan yang bergizi dan yang baik untuk dikonsumsi.
Sedangkan pengolahan bahan pangan merupakan suatu proses yang dilakukan
menggunakan suatu bentuk/teknik pamasakan guna menghasilkan makanan yang
bercita rasa tinggi. Oleh karena itu dari aspek pengolahan, penjamah pangan harus
memperhatikan higiene dan sanitasi agar kandungan gizi tidak berkurang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elfrida (2007) di Kelurahan
Sempakata Kecamatan Medan Selayang menyimpulkan bahwa ibu dalam keluarga
petani yang mempunyai kesulitan dalam penyediaan pangan keluarga disebabkan
oleh beberapa faktor seperti ekonomi yang rendah, jumlah anggota keluarga yang
banyak di dukung pengetahuan keluarga yang rendah, pengetahuan ibu tentang
pangan masih kurang bahkan ada responden yang tamat SD, SMP bahkan ada yang
tidak pernah sekolah.
Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh sumber daya manusia
(SDM) yaitu sumber daya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
kuat kesehatan yang prima dan cerdas. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan
makanan yang sehat dan bergizi untuk memelihara dan menjaga kesehatan
sebaik-baiknya sehingga tercapai status gizi yang baik. Kecukupan pangan dan gizi
merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya
manusia (Almatsier, 2004), oleh karena itu untuk menghasilkan makanan yang sehat
dan bergizi harus diperhatikan cara pengolahan makanan tersebut.
Menurut Kustiari, dkk (2010) sampai saat ini kegiatan pengolahan bahan
makanan skala rumah tangga dan kecil di masyarakat berkembang sangat lambat dan
cenderung tidak berkembang. Kemampuan rumah tangga untuk mengolah beragam
bahan makanan yang tersedia ditingkat lokal menjadi bahan makanan jadi yang lebih
Di dalam setiap rumah tangga, seorang ibu mempunyai peran aktif dalam
penyediaan pangan sehari-hari. Dimana dalam penyediaan pangan yang paling
penting adalah pemilihan dan pengolahan pangan. Sehingga sangat berpengaruh
terhadap status gizi seluruh anggota keluarga terutama gizi anak balita.
Dari survei pendahuluan yang peneliti lakukan, Desa Hutapungkut Kecamatan
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal yang masyarakatnya memiliki mata
pencaharian sebagian besar adalah bertani, dari 252 KK di desa ini sebanyak 150 KK
adalah petani. Para petani bekerja mengolah lahan pertanian sebagai tempat untuk
menanam berbagai tanaman pangan seperti beras, jagung, ubi. Baik itu lahan sendiri
maupun lahan yang disewakan untuk dikelola mereka. Dan masih banyak petani yang
berpenghasilan menengah ke bawah dan tingkat pendidikannya yang rendah.
Penghasilan yang rendah dan pengetahuan yang kurang sangat berpengaruh
terhadap penyediaan pangan keluarga, dimana proses pemilihan dan pengolahan
merupakan hal terpenting dalam penyediaan makanan tersebut. Pemilihan dan
pengolahan makanan yang baik dan terhindar dari masalah-masalah ketidakamanan
pangan akan mempengaruhi status gizi seluruh anggota keluarga.
Dari survei pendahuluan di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan
Kabupaten Mandailing Natal bahwa makanan balita yang diberikan ibu cenderung
kurang beragam, misalnya terkadang balita hanya diberi makan nasi dengan ikan
sebagai lauk pauk tanpa ada sayur atau buah apalagi susu. Bahkan jumlahnya juga
tidak sesuai dengan kebutuhan gizinya.
Berdasarkan data puskesmas Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing
Dengan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
keluarga petani yang ada di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal dalam penyediaan pangan keluarga di lihat dari cara pemilihan dan
pengolahan pangan dan bagaimana status gizi balitanya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana gambaran penyediaan pangan dan status gizi balita pada
keluarga petani di Desa Hutapungkut.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran penyediaan pangan yang dilihat dari pemilihan
dan pengolahan pangan pada keluarga petani di Desa Hutapungkut.
2. Untuk mengetahui status gizi anak balita pada keluarga petani di Desa
Hutapungkut.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada keluarga petani dalam upaya
peningkatan gizi keluarga yang berkaitan dengan penyediaan pangan
keluarga.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Kecamatan Kotanopan agar lebih memperhatikan pentingnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penyediaan Pangan
Penyediaan pangan adalah Pengadaan bahan makanan dari proses memilih
dan pengolahan makanan. Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau
optimal dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan yang
cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri melalui upaya pertanian
dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur, dan
buah-buahan. Agar produksi pangan dapat dimanfaatkan setinggi-tingginya perlu diberikan
perlakuan pascapanen sebaik-baiknya.(Almatsier, 2002)
Menurut Suryana (2003), apabila ditinjau dari ketersediaan komoditas pangan
per kapita per tahun secara mikro pada tingkat rumah tangga masih terdapat masalah
yang tidak seimbang dari sisi kecukupan dan komposisinya. Ketersediaan bahan
pangan sumber energi dan protein masih secara dominan dipenuhi oleh pangan
sumber karbohidrat, khususnya beras. Kelompok padi-padian menyumbang protein
sekitar 56-61%, kacang-kacangan sekitar 19% dari total ketersediaan protein,
ketersediaan protein dari pangan hewani masih relatif rendah.
Undang-undang No.7 Tahun 1996 mengartikan ketahanan pangan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya bahan
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau,
mempunyai pengertian :
a. Pangan bukan berarti hanya beras atau komoditas tanaman pangan tapi mencakup
proses produksi pangan tidak hanya di hasilkan oleh kegiatan subsektor pertanian,
tapi juga peternakan, perikanan, dan industri pengolahan pangan.
b. Penyediaan pangan yang cukup diartikan dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan setiap individu untuk memenuhi asupan zat gizi makro (karbohidrat,
protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) yang bermanfaat bagi
pertumbuhan, kesehatan, daya tahan jasmani dan rohani. Dengan demikian
ketahanan pangan tidak hanya berupa pemenuhan konsumsi pangan saja tapi harus
memperhatikan kualitas dan keseimbangan konsumsi gizi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) tentang pengaruh
penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita,
menyimpulkan bahwa pengetahuan ibu yang rendah tentang penyediaan menu
seimbang sangat berpenaruh terhadap pemberian makanan anak balita dan status
gizinya.
Ketersediaan pangan di keluarga harus memenuhi jumlah yang cukup untuk
memenuhi seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu dan keamanannya.
Kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang dipengaruhi
oleh daya beli (kemiskinan), pengetahuan dan juga oleh kemampuan wilayah dan
rumah tangga memproduksi dan menyediakan pangan secara cukup, aman, dan
kontiniu. Keluarga yang mampu memenuhi hal ini disebut sebagai keluarga yang
memiliki ketahanan pangan yang baik. Pangan dalam kelurga dipengaruhi oleh
ketersediaan, distribusi dan konsumsi, dimana penyediaan pangan mencakup kualitas
dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi standart kebutuhan energi bagi individu
2.2. Penyediaan Menu Seimbang Untuk Balita
Pada dasarnya makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dari
makanan harus baik dan kuantitas makanan pun harus cukup, dan bergizi artinya
makanan mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan:
1. Pada periode ini dibutuhkan penambahan konsumsi zat pembangun karena
tubuh anak sedang berkembang pesat.
2. Bertambahnya aktivitas membutuhkan penambahan bahan makanan sebagai
sumber energi.
3. Untuk perkembangan mentalnya anak membutuhkan lebih banyak lagi zat
pembangun terutama untuk pertumbuhan jaringan otak yang mempengaruhi
kecerdasan walaupun tak secara signifikan.
2.3. Pengaturan Makanan Untuk Balita
Dalam merencanakan pengetahuan makanan makan untuk balita, jika kita
hendak menentukan makanan yang tepat untuk seorang bayi atau anak, maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah kebutuhan zat gizi dengan menggunakan data tentang
kebutuhan zat gizi.
2. Menentukan jenis bahan makanan yang dipilih untuk menterjemahkan zat gizi
yang diperlukan dengan menggunakan daftar komposisi zat gizi dari berbagai
macam bahan makanan.
3. Menentukan jadwal waktu makan dan menentukan hidangan. Perlu pula
ditentukan cara pemberian makan.
Perlu dipertimbangkan kemungkinan faktor kesukaan dan ketidaksukaan
terhadap suatu makanan. Perhatikan pula bila ia betul-betul terjadi keadaan anoreksia.
Bila tidak terdapat sisa makanan, mungkin makanan yang diberikan jumlahnya
kurang. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk pengaturan makan yang tepat
adalah umur, berat badan, keadaan mulut sebagai alat penerima makanan, kebiasaan
makan, kesukaan dan ketidaksukaan, akseptabilitas dari makanan dan toleransi anak
terhadap makanan yang diberikan. Dengan memperhatikan dan memperhitungkan
faktor-faktor tersebut di atas, umumnya tidak akan banyak terjadi kekeliruan dalam
mengatur makan untuk seorang anak balita. Pada umumnya kepada anak balita telah
dapat diberikan jadwal waktu makan yang serupa, yaitu 3 kali makan dan diantaranya
dapat diberikan makanan kecil (Husaini, 1999).
2.4. Pemilihan Bahan Makanan
Ada 3 faktor yang mempengaruhi pemilihan bahan makanan, yaitu (1) Jenis
dan banyaknya pangan yang dikonsumsi dan tersedianya pangan. (2) tingkat
pendapatan dan (3) Pengetahuan gizi.
Bahan makanan perlu diperhatikan dan dipilih yang sebaik-baiknya dilihat
dari segi kebersihan, penampilan dan kesehatan. Penjamah makanan dalam memilih
bahan yang akan diolah harus mengetahui sumber-sumber makanan yang baik serta
memperhatikan ciri-ciri bahan yang baik.
2.5. Pengolahan Bahan Makanan
Menurut Sediaoetama (1989), terdapat beberapa tingkat pengolahan bahan
makanan, antara saat dipanen sampai dikonsumsi di ats meja. Suatu bahan
pula hanya sebagian dari padanya.Tingkat pengolahan bahan makanan tersebut
meliputi :
1. Pengolahan Pasca Panen (Posthaverst)
Pengolahan bahan makanan setelah dipanen (nabati maupun hewani), disebut
pengolahan pasca panen. Tujuan pengolahan pasca panen ini adalah :
a. Menghindari kerusakan atau pembusukan yang berlebihan, bahkan agar
makanan utuh dan segar terus.
b. Menghasilakan produk yang tahan lama untuk disimpan atau diangkut dalam
jarak jauh.
c. Menghasilkan produk yang sesuai untuk pengerjaan khusus lebih lanjut (sesuai
kualitas dan kondisi fisiknya).
d. Menghasilkan produk yang memenuhi kualitas dan persyaratan lain yang
diminta oleh pasaran konsumen.
Pengerjaan pasca panen yang dikenakan pada berbagai bahan makanan
tersebut berbeda untuk bahan makanan yang satu dengan yang lainnya, tergantung
pada tujuan pengolahan dan jenis bahan makanan.
2. Pengolahan di Dapur Rumah Tangga
Sebelum dihidangkan diatas meja makan untuk dikonsumsi, bahan makanan yang
dibeli atau dipetik dikebun atau pekarangan sekitar rumah, mengalami berbagai
pengerjaan di dapur rumah tangga. Hal ini bertujuan untuk :
a. Memudahkan bentuk makanan yang dikonsumsi
b. Menjamin keamanan pangan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dapur rumah tangga sebelum dikonsumsi
meliputi :
1. Penyiangan Bahan Makanan
Bahan makanan nabati yang datang di dapur rumah tangga pada umumnya
mempunyai bagian-bagian yang tidak dapat dimakan, sehingga harus dibuang dan
dibersihkan dari bagian yang akan di masak lebih lanjut. Pada sayuran dan
buah-buahan, bagian yang rusak atau busuk harus dipotong atau disingkirkan. Pada
penyiangan bahan makanan, zat-zat yang terbuang tidak begitu banyak, sehingga
tidak berarti bagi penurunan nilai gizi makanan yang dikonsumsi. Namun
demikian, pembuangan kulit buah yang terlalu tebal dapat menyebabkan cukup
banyak zat gizi yang ikut terbuang mubazir.
2. Pemotongan Menjadi Ukuran Kecil
Pemotongan dan perajangan bahan makanan mempunyai tujuan utama agar
ukuran yang dikomsumsi menjadi cukup kecil sehingga mudah dimasukkan ke
dalam rongga mulut untuk dikunyah lebih lanjut. Terutama bahan makanan yang
agak keras dan akan lebih mudah dikunyah bila dimakan dalam bentuk
potongan-potongan keciltersebut. Potongan dan perajangan bahan makanan dapat
mempengaruhi kepada kandungan zat-zat gizi, sehingga menurunkan nilai gizi
bahan makanan tersebut apabila dikerjakan sembarangan.
3. Pencucian
Mencuci bahan makanan sebelum dimasak dapat dilakukan sebelum dipotong
dan dijaring atau setelahnya. Biasanya bahan makanan tidak lagi dicuci setelah
makanan tersebut tidak dibungkus atau dilindungi terhadap pengotoran dan
pencemaran. Pencucian bahan makanan sebaiknya dilakukan dengan air mengalir
atau dibawah pancuran (kran air leding). Mencuci bahan makanan lebih baik
dikerjakan sebelum bahan makanan tersebut dipotong atau dirajang, karena
zat-zat mudah larut dalam air akan ikut terbuang dengan air pencuci tersebut.
4. Pengolahan Dalam Proses Pemasakan
Dalam proses pembuatan masakan didapur rumah tangga, dilakukan
pengolahan dengan :
a. Pengolahan Thermis
Sebenarnya pengertian masak secara luas tidak hanya pengolahan yang
mempergunakan pengaruh thermal, karena termasuk pula cara-cara mengolah
lainnya, misalnya dalam hal membuat acar. Pemasaran mengubah sifat-sifat
physiko-kimiawi makanan dengan akibat lebih lanjut kepada nilai gizinya.
b. Pengolahan Kimiawi
Secara tidak sadar, para ibu rumah tangga mungkin juga mempergunakan
pengolahan kimiawi ketika memasak makanan di dapur. Pada pembuatan
masakan acar misalnya, bahan makanan nabati direndam dalam larutan asam
cuka, sehingga terdapat pH yang sangat rendah. Zat-zat gizi pada umumnya
menjadi lebih stabil dalam kondisi pH rendah, sehingga pemasakan menjadi
c. Pengolahan mikrobiologis
Pengolahan makanan secara mikrobiolofis ini juga sering dilakukan oleh ibu
rumah tangga di dapur, dengan mempergunakan jenis jamur atau kapang dan
ragi (yeast). Jamur dipergunakan pada pembuatan tempe oncom, sedangkan
ragi (yeast) dipergunakan pada pembuatan kue (bika ambon) dan roti. Cara ini
lebih banyak dilakukan di pabrik-pabrik untuk menghasilkan produk yang
dipasarkan dan hanya sedikit para ibu yang melakukannya di dapur rumah
tangga.
Menurut Dewi (2004) pengolah makanan menyangkut 4 (empat) aspek yaitu :
a. Penjamah makanan
Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai dari
mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian
makanan. Pengetahuan, sikap, dan prilaku seorang penjamah mempengaruhi kualitas
makanan yang dihasilkan.
Penjamah juga dapat berperan sebagai penyebar penyakit, hal ini bisa terjadi
melalui kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan
konsumen yang sehat, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah yang membawa
kuman.
b. Cara Pengolahan Makanan
Persyaratan pengolahan pangan adalah semua kegiatan pengolahan makanan harus
dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung antara penjamah dengan
makanan. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan :
pengolahan makanan pada saat bekerja harus memakai celemek, tutup rambut, tidak
merokok dan tidak mengunyah makanan.
c. Tempat Pengolahan Makanan
Tempat pengolahan makanan dimana makanan diolah sehingga menjadi makanan
jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI 1994 perlu diperhatikan
kebersihan tempat pengolahan tersebut serta tersedianya air bersih yang cukup.
d. Perlengkapan/Peralatan dalam Pengolahan Makanan
Prinsip dasar pesyaratan perlengkapan/peralatan dalam pengolahan makanan adalah
aman sebagai alat/perlengkapan pengolahan makanan. Aman ditinjau dari bahan yang
digunakan dan juga desain perlengkapan tersebut.
2.5.1. Penyimpanan Bahan Makanan
Menurut Depkes RI (1994) penyimpanan makanan dimaksudkan untuk
mengusahakan makanan agar dapat awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah
diolah sangat dipengaruhi oleh suhu, dimana terdapat titik-titik rawan untuk
perkembangbiakan bakteri patogen dan pembusuk pada suhu yang sesuai dengan
kondisinya.
Penyimpanan bahan makanan merupakan suatu tata cara menata, menyimpan,
dan memelihara keamanan bahan makanan, baik kualitas maupun kuantitas.
Penyimpanan bahan makanan ini bertujuan untuk :
1. Memelihara dan mempertahankan kondisi dan mutu bahan makanan yang
disimpan.
2. Melindungi bahan makanan yang disimpan dari kerusakan, kebusukan, dan
3. Melayani kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan dengan mutu dan
waktu yang tepat.
4. Menyediakan persediaan bahan makanan dalam macam, jumlah, dan mutu
yang memadai.
2.5.2. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan hal yang perlu diperhatikan sebelum makanan
di konsumsi. Menurut Permenkes No304/Menkes/Per/IX/1989, persyaratan penyajian
makanan adalah sebagai berikut :
1. Harus terhindar dari pencemaran
2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya
3. Harus dijamah dan diwadahi dengan peralatan bersih
4. Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan pakaian yang bersih
5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan berikut :
- Ditempat yang bersih
- Meja ditutup dengan kain putih atau plastik
- Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersikan
- Perlatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit
sudah dicuci
2.6. Higiene Dan Sanitasi
Higiene dan sanitasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lain. Higiene dan sanitasi merupakan usaha
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada
pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan yang
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan lingkungan disebut
higiene (Depkes RI, 2009).
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penyajian, sampai
pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada
pasien.(Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Dinjen Pencegahan dan Pemberantasan
Penyakit Menular).
Dalam mengolah suatu makanan, penjamah makanan harus memperhatikan
berbagai aspek higiene dan sanitasi. Higiene dan sanitasi merupakan suatu tindakan
atau upaya untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui pemeliharaan dini
setiap individu dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya, agar individu
terhindar dari ancaman kuman penyebab penyakit (Depkes RI, 1994).
Sanitasi makanan dimulai sebelum makanan di produksi, selama dalam proses
pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan pada saat makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsi.
2.6.1. Tujuan Higiene Dan Sanitasi Makanan
Menurut Prabu (2008) sanitasi makanan bertujuan untuk menjamin keamanan
dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan/pemborosan
makanan, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
2.7. Status Gizi
2.7.1. Status Gizi anak Balita
Mc. Laren memberikan batasan gizi atau nutrisi sebagai suatu proses dimana
makhluk hidup memanfaatkan makanan untuk keperluan pemeliharaan fungsi organ
tubuh, pertumbuhan dan penghasil energi. Manfaat makanan diperoleh melalui proses
pencernaan, penyerapan, transpor dalam tubuh, penyimpanan, metabolisme dan
membuang sisa-sisa yang tidak diperlukan tubuh (Berg, 1981).
Status gizi anak balita secara langsung dipengaruhi oleh asupan gizi
(konsumsi pangan) dan penyakit infeksi. Kedua penyebab tersebut sering terjadi dan
saling mempengaruhi. Penyebab langsung ini dapat timbul karena tiga faktor
penyebab tidak langsung seperti ketahanan air bersih dan pelayanan kesehatan dasar.
Lebih jauh masalah gizi disebabkan oleh kemiskinan, pendidikan, ketahanan pangan
dan kesempatan kerja yang sempit (Depkes RI, 1995).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawaty (2010) tentang
konsumsi pangan dan status gizi anak peserta program pendidikan anak usia dini,
menyimpulkan bahwa anak balita yang mempunyai status gizi normal ditemukan
pada keluarga kecil (3-4 orang), pendapatan keluarga tinggi dan pengetahuan gizi ibu
baik. Sementara anak balita yang gizi kurang, pendek dan kurus ditemukan pada
keluarga besar (7-9 orang) dan pengetahuan gizi ibu kurang. Anak balita yang
memiliki status gizi normal ditemukan pada keluarga yang konsumsi energi dan
2.7.2. Kebutuhan Zat Gizi Pada Anak Balita
Menurut Uripi (2004) kebutuhan zat gizi pada balita adalah jumlah yang
diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ditentukan oleh
usia, jenis kelamin, berat badan, aktivitas dan tinggi badan. Kebutuhan zat gizi pada
balita harus cukup dan seimbang karena anak balita sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Kebutuhan energi dan protein balita
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari yang dianjurkan oleh
Widyakarya Pangan dan Gizi (1998) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari.
No Golongan Umur Berat Badan (kg)
Fungsi utama energi sebagai zat tenaga yang menunjang aktivitas sehari-hari
dan fungsi utama protein sebagai zat pembangun bagi jaringan baru dan
mempertahankan jaringan yang telah ada. Makan makanan yang beraneka ragam
menunjang terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur bagi kebutuhan gizi balita. Konsumsi pangan yang cukup dan seimbang
merupakan salah satu faktor yang menentukan agar proses tumbuh kembang anak
balita menjadi optimal dan memiliki daya tahan tubuh yang kuat (Depkes RI, 2000).
2.8. Pengukuran Status Gizi Balita
Untuk mengetahui, menilai status gizi dapat dilakukan secara langsung
dengan pemeriksaan Antropometri, pemeriksaan tanda tanda klinik, penilaian secara
digunakan Antropometri, karena relatif murah dan mudah, objektif dan dapat dengan
cepat dilakukan pengukuran serta dapat dilakukan setiap orang setelah dilatih.
Status gizi anak balita dapat diukur dengan indeks antropometri BB/U, TB/U, dan
BB/TB.
2.8.1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh.
Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan tingkat gizi.
Pengukuran antropometri relatif mudah dilaksanakan, akan tetapi untuk berbagai
cara, pengukuran antropometri ini membutuhkan keterampilan, peralatan dan
keterangan untuk pelaksanaanya. Jika dilihat dari tujuannya antropometri dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
1. Untuk ukuran massa jaringan : pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit,
lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifatnya sensitive, cepat berubah,
mudah turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
2. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukurannya tetap atau naik,
dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi
anak adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi badan (BB/TB) (Depkes RI, 1995)
2.8.1.1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya makanan yang dikonsumsi maka berat
badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal,
dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan zat
gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat
badan yaitu berkembang lebih cepat atau berkembang lebih lambat dari keadaan
normal. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U)
digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang
stabil maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini
(current nutritional status).
2.8.1.2.Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan
dangan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi zat gizi jangka pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama.
Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga
digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan
tinggi badan anak pada usia sekolah (tujuh tahun), menggambarkan status gizi masa
balitanya. Masalah penggunaan indeks TB/U pada masa balita, baik yang berkaitan
2.8.1.3.Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertambahan tinggi badan
dengan percepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menyatakan status gizi masa kini dan masa lalu, terlebih bila data umur yang akurat
sulit diperoleh. Oleh karena itu indeks berat badan menurut tinggi badan disebut pula
sebagai indikator yang independen terhadap umur. Karena BB/TB memiliki
keuntungan dan kelemahan, terutama bila digunakan terhadap anak balita (B. Abas,
2.9. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan dan manfaat, maka kerangka konsep
penelitian adalah sebagai berikut :
______ : Yang akan di teliti _ _ _ _ : Tidak diteliti
Dari kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa dalam penyediaan
pangan keluarga yaitu pemilihan dan pengolahan bahan makanan mempengaruhi
status gizi balita.
Penyediaan Pangan Keluarga
- Pemilihan Bahan Makanan
- Pengolahan Bahan Makanan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk
menggambarkan penyediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga petani di
Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan
Kabupaten Manadailing Natal dengan alasan pemilihan lokasi yaitu masyarakatnya
banyak yang bekerja dari sektor pertanian, tingkat pendapatan dan pendidikan yang
rendah hal ini berpengaruh terhadap penyediaan pangan pada keluarga. Berdasarkan
data dari puskesmas Kecamatan Kotanopan pada tahun 2010 di Desa Hutapungkut
terdapat 3 balita gizi buruk.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada April – September 2011.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Semua keluarga yang tinggal di Desa
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi, yaitu seluruh petani
yang memiliki balita di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal yang berjumlah 61 KK dan 75 balita.
3.4. Metode Pengambilan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data tentang cara pemilihan dan pengolahan makanan
diperoleh melalui wawancara dan kuisoner terhadap keluarga petani yang memiliki
balita di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data demografi dan geografi yang diperoleh dari kantor
kepala desa.
3.5. Instrumen Penelitian
Berupa kuisoner yang berisi pertanyaan tentang pemilihan bahan makanan
dan pengolahan bahan makanan pada keluarga petani yang memiliki balita di Desa
Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Alat ukur yang
digunakan untuk TB balita yaitu mikrotois sedangkan untuk BB digunakan dacin.
3.6. Defenisi Operasional
Sesuai dengan kerangka penelitian, maka defenisi operasional dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan pangan keluarga adalah suatu kegiatan dalam pengadaan bahan
makanan yang dapat dilihat dari cara pemilihan dan pengolahan bahan
2. Pemilihan bahan makanan adalah kegiatan dalam memilih dan
memperhatikan bahan makanan yang bersih, tidak mengandung formalin,
jamur, pewarna, penyedap rasa, kelengkapan kemasan dan komposisi bahan
makanan serta aman untuk kesehatan keluarga.
3. Pengolahan bahan makanan adalah kegiatan dalam mengubah bentuk
makanan mulai dari bahan mentah dan siap untuk dikonsumsi mulai dari
proses penyiangan, pencucian, penyediaan air bersih dan pemasakan bahan
makanan.
4. Status gizi anak balita adalah keadaan gizi anak balita umur 12-59 bulan, yang
diukur dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) kemudian
dibandingkan dengan standar WHO tahun 2005.
3.7. Aspek pengukuran
1. Dalam penyediaan pangan keluarga, dilihat dari pemilihan dan pengolahan bahan
makanan, aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban
responden terhadap pernyataan dari kuisoner yang sesuai dengan skor yang
ditetapkan. Nilai yang dijumlahkan dikategorikan menjadi (3) tingkatan yaitu :
baik, sedang, dan kurang (Arikunto, 2002)
- Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan
dengan total nilai 18 yaitu > 13,5.
- Sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh
pertanyaan dengan total nilai yaitu 8,1-13,5
Jumlah pertanyaan untuk kategori penyediaan yang dilihat dari pemilihan dan
pengolahan pangan keluarga sebanyak 12 pertanyaan, yaitu 6 pertanyaan untuk
pemilihan dan 6 pertanyaan untuk pengolahan. Dimana nilai tiga (3) sebagai nilai
yang paling tinggi dan nilai satu (1) sebagai nilai paling rendah.
2. Penilaian status gizi balita diperoleh dengan menggunakan antropometri dengan
menggunakan indeks BB/U, TB/U, BB/TB, nilai Zskor dihitung dengan software
WHO Anthro 2005, kemudian dilakukan pengkategorian berdasarkan standar
WHO 2005 sebagai berikut :
a. Kategori berdasarkan BB/U:
BB normal : ≥ - 2 SD s/d < 2 SD
BB kurang : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD
BB sangat kurang : < - 3 SD
b. Kategori berdasarkan TB/U :
TB lebih dari normal : > 3 SD
TB Normal : ≥ - 2 SD s/d < 3 SD
TB Pendek : < -2SD s/d > -3 SD
c. Kategori berdasarkan BB/TB :
Sangat Gemuk : > 3 SD
Gemuk : > 2 SD s/d < 3 SD
Normal : > -2 SD s/d < 2 SD
Kurus : < -2 SD s/d > -3 SD
Sangat Kurus : < -3 SD
3.8. Pengolahan Dan Analisis Data 3.8.1. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing : Memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan, jika terdapat
kesalahan, data diperbaiki kembali agar informasi yang di dapat benar dan akurat.
b. Skoring : pemberian nilai/skor untuk setiap jawaban dalam kuesioner
c. Tabulasi : Data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah
pengolahan data serta pengambilan kesimpulan
3.8.2. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan, dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan diberi keterangan secara deskriptif. Penyediaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis
Desa Hutapungkut adalah salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Dengan luas wilayah 320 Ha dan sebagian
besar merupakan areal persawahan.
Batas wilayah Desa Hutapungkut adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Muarapungkut
Sebelah Selatan : Desa Ulu pungkut
Sebelah Barat : Desa Manambin
Sebelah Timur : Desa Tamiang
4.1.2. Data Demografi
Jumlah penduduk di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal berdasarkan profil Desa Hutapungkut Tahun 2011 adalah 1059
jiwa, terdiri dari 535 jiwa laki-laki dan 524 jiwa perempuan serta 252 Kepala
Keluarga.
Di Desa Hutapungkut ini ada bidan desa dan di bawah pengawasan
Puskesmas Kecamatan Kotanopan. Penghasilan utama masyarakat di desa ini adalah
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Pendidikan n %
1 Belum Tamat Sekolah 149 14,1
2 Tamat SD 352 33,2
3 Tamat SLTP 300 28,3
4 Tamat SLTA 236 22,3
5 Diploma I/ III 7 0,7
6 Sarjana 15 1,4
Jumlah 1059 100,0
Sumber : Profil Desa Hutapungkut Tahun 2011
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa
Hutapungkut yang terbanyak adalah tamat SD yaitu sebanyak 352 jiwa (33,2 %) dan
tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah diploma I/III yaitu sebanyak 7 jiwa
(0,7%).
Tabel 4.2. Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Pekerjaan n %
1 Pegawai Negeri 18 7,1
2 Petani 150 59,5
3 Supir 31 12,3
4 Wiraswasta 53 21,0
Jumlah 252 100,0
Sumber : Profil Desa Hutapungkut Tahun 2011
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian kepala
keluarga di Desa Hutapungkut adalah petani yaitu sebanyak 150 KK (59,5 %) dan
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Jenis Kelamin n %
1 Laki – laki 535 50,5
2 Perempuan 524 49,5
Jumlah 1059 100,0
Sumber : Profil Desa Hutapungkut Tahun 2011
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa penduduk Desa Hutapungkut sebagian besar
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 535 jiwa (50,5%) dan 524 juwa(49,5%) berjenis
kelamin perempuan.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik ibu pada keluarga petani di Desa Hutapungkut Kecamatan
Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Umur (Tahun) n %
1 20 – 24 15 24,6
2 25 – 29 26 42,6
3 30 – 38 20 32,8
Jumlah 61 100,0
Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 25–29
tahun sebanyak 26 orang (42,6 %) dan sebagian kecil berumur 20-24 tahun sebanyak
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Pendidikan n %
1 Tidak tamat SD 2 3,3
2 Tamat SD 19 31,2
3 SLTP/ Sederajat 21 34,4
4 SLTA/ Sederajat 19 31,1
Jumlah 61 100,0
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan terakhir
responden adalah SLTP/ Sederajat sebanyak 21 orang (34,4 %) dan sebagian kecil
responden adalah tidak tamat SD sebanyak 2 orang (3,3 %).
4.3. Penyediaan Pangan Keluarga Petani
Penyediaan pangan keluarga petani dilihat dari pemilihan dan pengolahan
bahan makanan.
4.3.1. Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan bahan makanan pada keluarga petani di Desa Hutapungkut
Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 dapat di lihat pada
tabel berukut ini :
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pemilihan Bahan Makanan Pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Pemilihan Bahan Makanan Jumlah
n %
1 Baik 22 36.1
2 Sedang 33 54,1
3 Kurang Baik 6 9,8
Total 61 100,0
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar berada dalam kategori sedang
Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Ibu Tentang Pemilihan Bahan Makanan Pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Pertanyaan n %
1 Apakah makanan yang bergizi menurut ibu? a. Makanan yang enak-enak
b. Segala sesuatu yang bermanfaat bagi tubuh
c. Segala sesuatu yang dimakan yang mengandung nilai gizi dan bermanfaat bagi tubuh
6
2 Biasanya dalam hal menyediakan menu untuk anak balita ibu, menu apa saja yang ibu hidangkan?
a. Nasi + ikan
3 Kapankah ibu mulai memberikan makanan tambahan kepada
anak balita ibu?
a. Setelah anak berusia 4 bulan b. Setelah anak berusia 6 bulan c. Sejak lahir
4 Menurut ibu, cara memilih bahan makanan yang baik dan
benar adalah
a. Besih dan mengandung zat gizi yang baik b. Tidak mengandung penyedap rasa c. Tidak Mengandung bahan berbahaya
25
5 Menurut ibu, bahan makanan apa yang menjadi sumber energi? a. Bayam, wortel, kangkung
b. Beras, singkong, jagung c. Tahu, tempe, ikan, daging
6 Menurut ibu, bahan makanan apa yang menjadi sumber
protein?
a. Tahu, tempe, ikan, daging b. Beras, singkong, jagung c. Bayam, wortel, kangkung
18
Makanan yang bergizi menurut ibu sebagian besar memilih segala sesuatu
yang bermanfaat bagi tubuh sebanyak 40 orang (65,6 %), dan yang memilih makanan
Dalam hal menyediakan menu untuk anak balitanya sebagian besar ibu
memilih nasi + ikan + sayur yaitu sebanyak 29 orang (47,5 %) sedangkan yang
memilih nasi + ikan sebanyak 15 orang (24,5 %).
Sebagian besar ibu memberikan makanan tambahan kepada anak balitanya
setelah anak berusia 4 bulan yaitu sebanyak 40 orang (14,8 %), sedangkan yang
memberikan makanan tambahan sejak lahir sebanyak 9 orang (19,7 %).
Cara memilih bahan makanan yang baik dan benar sebagian besar ibu
memilih bersih dan mengandung zat gizi yang baik yaitu sebanyak 25 orang (41,0 %)
sedangkan yang memilih tidak mengandung penyedap rasa ada 12 orang (19,7 %).
Sebagian besar ibu memilih tahu, tempe, ikan, daging sebagai bahan makanan
yang menjadi sumber energi yaitu sebanyak 31 orang (50,8 %) sedangkan yang
memilih bayam, wortel, kangkung ada 5 orang (8,2 %).
Sebagian besar ibu memilih beras, singkong, jagung sebagai bahan makanan
yang menjadi sumber protein yaitu sebanyak 31 orang (50,8 %) sedangkan yang
4.3.2. Pengolahan Bahan Makanan
Dalam pengolahan bahan makanan tidak boleh sembarangan karena bisa
mengurangi nilai gizi bahan makanan yang akan dimasak. Pengolahan bahan
makanan pada keluarga petani dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pengolahan Bahan Makanan Pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Pengolahan Bahan Makanan Jumlah
n %
1 Baik 32 52,5
2 Sedang 22 36,1
3 Kurang Baik 7 11,5
Total 61 100,0
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dalam pengolahan bahan makanan sebagian
besar berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 32 orang (52,5 %), kategori sedang
Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Ibu tentang Pengolahan Bahan Makanan pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Pertanyaan n %
1 Bagaimanakah cara ibu mencuci bahan makanan sebelum
dimasak?
a. Dicuci dengan air bersih yang mengalir b. Dicuci dengan air bersih
c. Tidak perlu dicuci
2 Bagaimanakah ibu mencuci sayuran sebelum proses
pengolahan?
a. Mencuci dulu sebelum dipotong-potong/proses
pengolahan
b. Dipotong-potong dulu baru dicuci
c. Membiarkan sayuran dalam air dalam waktu yang
lama
3 Jika ibu ingin membuat sayuran berkuah bagaimana cara
memasak yang benar?
a. Air dimasak dahulu sampai mendidih baru kemudian sayuran dimasukkan
b. Air dan sayuran sama-sama direbus c. Tidak tahu
4 Kapankah ibu menambahkan garam masakan pada saat
pemasakan?
a. Setelah masakan matang dan uap panas hilang b. Saat masakan setengah matang
c. Saat awal memasak
5 Menurut ibu apakah manfaat makanan pada anak balita? a. Untuk pertumbuhan tubuh balita, mengganti sel-sel
tubuh yang rusak dan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
b. Untuk pertumbuhan badan c. Agar anak gemuk
6 Berapa kalikah ibu memberikan makanan kepada anak balita
Cara mencuci bahan makanan sebelum dimasak sebagian besar ibu dalam
keluarga petani memilih dicuci dengan air bersih yaitu sebanyak 49 orang (80,3 %)
dan memilih dicuci dengan air bersih yang mengalir sebanyak 12 orang (19,7 %).
Cara mencuci sayuran yang baik sebelum proses pengolahan sebagian besar
ibu dalam keluarga petani memilih dipotong-potong dulu baru dicuci yaitu sebanyak
55 orang (90,5 %), sedangkan yang memilih membiarkan sayuran di dalam air dalam
waktu yang lama ada 1 orang (1,6 %).
Jika ibu ingin membuat sayuran berkuah cara memasak yang benar sebagian
besar ibu dalam keluarga petani memilih air dan sayuran sama-sama direbus yaitu
sebanyak 36 orang (59,0 %) sedangkan yang memilih tidak tahu sebanyak 9 orang
(14,8 %).
Dalam memasak menambahkan garam pada suatu masakan sebagian besar ibu
dalam keluarga petani memilih saat masakan setengah matang yaitu sebanyak 25
orang (41,0 %) sedangkan yang memilih menambahkan garam pada saat awal
memasak sebanyak 14 orang (23,0 %).
Menurut ibu dalam keluarga petani manfaat makanan bagi anak balita
sebagian besar memilih untuk pertumbuhan badan yaitu sebanyak 43 orang (70,5 %),
sedangkan yang memilih agar anak gemuk sebanyak 16 orang (26,2 %).
Dalam memberikan makanan kepada anak balitanya ibu dalam keluarga
petani sebagian besar memilih 1-3 kali yaitu sebanyak 29 orang (47,5 %), sedangkan
4.4. Karekteristik Anak Balita
Karakteristik anak balita dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin
pada keluarga petani. Dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Umur (Bulan) Jenis Kelamin n %
Laki-laki Perempuan
1 12 – 23 11 8 19 25,3
2 24 – 35 5 4 9 12,0
3 36 – 47 15 6 21 28,0
4 48 – 59 17 9 26 34,7
Jumlah 48 27 75 100,0
Dari tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebagian besar anak balita berumur 48-59
bulan dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 anak balita (34,7 %), dan sebagian
kecil berumur 24-35 bulan dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 anak balita
(12,0%)
4.5. Status Gizi Anak Balita pada Keluarga Petani
Status gizi anak balita dapat dilihat dari indeks berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
Tabel 4.11. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur Menurut BB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 No Kelompok
Umur (bulan)
Status Gizi (BB/U) Jumlah Sangat
Dari tabel 4.11 menunnjukkan bahwa sebagian besar anak balita memiliki
status gizi normal sebanyak 69 orang (92,0 %) dengan proporsi terbanyak pada umur
48-59 bulan sebanyak 26 orang (100,0 %).
Tabel 4.12. Distribusi Gizi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur Menurut TB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
N o
Kelompok Umur (bulan)
Status Gizi (TB/U) Jumlah
Sangat Pendek
Pendek Normal Lebih dari normal
Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebagian besar anak balita status gizi
normal sebanyak orang normal sebanyak 56 orang (74,6 %) dengan proporsi
Tabel 4.13. Distribusi Gizi Anak Balita Berdasarkan Kelompok Umur Menurut BB/TB pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
No Kelompok Umur (bulan)
Status Gizi (BB/TB) Jumlah
Sangat
Dari tabel 4.13 menunjukkan bawha sebagian besar anak balita memiliki
status gizi normal sebanyak 63 orang (84,0 %) dengan proporsi terbanyak pada umur
48-59 bulan sebanyak 25 orang (100,0 %)
4.6. Tabulasi Silang Pemilihan Bahan Makanan dan Status Gizi Balita
Tabel 4.14. Distribusi Pemilihan Bahan Makanan dan Status Gizi balita Berdasarkan BB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 N
o
Pemilihan Bahan Makanan
Status gizi (BB/U) Jumlah
Normal Kurang Sangat Kurang
n % n % n % n %
1 Baik 18 81,8 2 9,1 2 9,1 22 100,0
2 Sedang 32 97,0 1 3,0 0 0 33 100,0
3 Kurang Baik 6 100,0 0 0 0 0 6 100,0
Dari tabel 4.14 menunjukkan bahwa sebagian besar dalam pemilihan bahan
makanan yang termasuk kategori sedang memiliki status gizi balita berdasarkan
BB/U yang normal yaitu sebanyak 32 (97,0 %), sedangkan pemilihan bahan makanan
Tabel 4.15. Distribusi Pemilihan Bahan Makanan dan Status Gizi balita Berdasarkan TB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011
Status Gizi (TB/U) Jumlah
Normal Pendek Sangat Pendek
Dari tabel 4.15 menunjukkan bahwa sebagian besar dalam pemilihan bahan
makanan yang termasuk kategori sedang memiliki status gizi balita berdasarkan
TB/U yang normal yaitu sebanyak 21 (63,6 %), sedangkan pemilihan bahan makanan
dalam kategori kurang baik ada 5 (83,3 %)
Tabel 4.16 Distribusi Pemilihan Bahan Makanan dan Status Gizi balita Berdasarkan BB/TB pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 N
O
Pemilihan Bahan Makanan
Status Gizi (BB/TB) Jumlah
Normal Sangat
Dari tabel 4.16 menunjukkan bahwa sebagian besar dalam pemilihan bahan
makanan yang termasuk kategori sedang memiliki status gizi balita berdasarkan
BB/TB yang normal yaitu sebanyak 26 (78,8 %), sedangkan pemilihan bahan
4.7. Tabulasi Silang Pengolahan Bahan Bakanan dan Status Gizi Balita
Tabel 4.17 Distribusi Pengolahan Bahan Makanan dan Status Gizi balita Berdasarkan BB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 N
o
Pengolahan Bahan Makanan
Status gizi (BB/U) Jumlah
Normal Kurang Sangat Kurang
n % n % n % n %
1 Baik 27 84,4 3 9,4 2 6,3 32 100,0
2 Sedang 22 100,0 0 0 0 0 22 100,0
3 Kurang Baik 7 100,0 0 0 0 0 7 100,0
Dari tabel 4.17 menunjukkan bahwa sebagian besar dalam pengolahan bahan
makanan yang termasuk kategori baik memiliki status gizi balita berdasarkan BB/U
yang normal yaitu sebanyak 27 (84,4 %), sedangkan pemilihan bahan makanan dalam
kategori kurang baik ada 7 (100,0 %).
Tabel 4.18 Distribusi Pengolahan Bahan Makanan dan Status Gizi balita Berdasarkan TB/U pada Keluarga Petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun Tahun 2011
Status Gizi (TB/U) Jumlah
Normal Pendek Sangat Pendek
Dari tabel 4.18 menunjukkan bahwa sebagian besar dalam pengolahan bahan
makanan yang termasuk kategori baik memiliki status gizi balita berdasarkan TB/U
yang normal yaitu sebanyak 23 (71,9 %), sedangkan pemilihan bahan makanan dalam