UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EXTENSI MEDAN
PENGARUH CREDIT SCORING MODELTERHADAP
KOLEKTIBILITAS KREDIT PEMILIKAN RUMAH
PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA
(PERSERO) KANTOR CABANG
PEMBANTU H.M. YAMIN
MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
AYU PRIHATINI
040521236
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul :
“Pengaruh Credit Scoring Model terhadap Kolektibilitas Kredit Pemilikan Rumah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan”Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, Nopember 2007
Yang membuat pernyataan,
AYU PRIHATINI
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaniraahim
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta tidak lupa shalawat beriring salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Ekstensi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Secara khusus penulis menyampaikan hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda ………. dan Ibunda ………atas doa, perhatian, dan kasih sayang mereka selama ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Ritha F. Dalimunthe, Ak selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. ………. selaku Sekretaris Departemen Manajemen .
5. Seluruh staff pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
6. Pimpinan dan staff karyawan Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Kas H.M. Yamin Medan, yang telah bersedia membantu dalam memberikan data yang dibutuhkan oleh penulis.
7. Keluarga yang penulis sayangi ………. terima kasih atas perhatian dan kasih sayangnya.
8. Semua sahabat-sahabat terbaikku terima kasih karena telah menghiasi indahnya kehidupan pertemananku selama ini dan orang yang selalu setia memberiku “semangat”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis menerima semua saran dan kritik dari semua pihak. Dengan kerendahan hati, saya berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.
Akhir kata penulis berserah diri kepada Allah SWT semoga senantiasa melimpahkan petunjuk dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Medan, Nopember 2007
Penulis,
AYU PRIHATINI
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Hipotesis ... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
E. Metode Penelitian ... 5
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 5
2. Jenis dan Sumber Data ... 5
3. Teknik Pengumpulan Data ... 6
4. Batasan Operasional ... 6
5. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 7
6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 8
7. Metode Analisis Data ... 10
8. Uji Hipotesis ... 10
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 14
A. Pengertian Bank ... 14
C. Jenis – Jenis Kredit ... 19
D. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit ... 24
E. Prinsip – Prinsip Pemberian Kredit ... 26
F. Pengawasan Kredit ... 30
G. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah ... 32
H. Pengertian Credit Scoring ... 32
BAB III : GAMBARAN UMUM BANK TABUNGAN NEGARA ... 34
A. Sejarang Singkat Perusahaan ... 34
B. Sturktur Organisasi ... 36
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI ... 46
A. Statistik Deskriptif ... 46
B. Uji Kualitas Data ... 47
1. Uji Normalitas ... 47
2. Uji Asumsi Klasik ... 51
C. Uji Hipotesis ... 55
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 59
1. Uji Normalitas ... 47
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1. Rekap Tunggakan Debitur KPR PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu HM. Yamin
Medan 2
2. Tabel 1.2. Lanjutan Rekap Tunggakan Debitur KPR PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu
HM. Yamin Medan 3
Ayu Prihatini (2008) : Pengaruh Credit Scoring Model Terhadap Kolektibilitas Kredit Pemilikan Rumah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan
Credit Scoring Model pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan serta untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Credit Scoring Model terhadap kolektibilitas kredit pemilikan rumah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Teknik wawancara, yaitu suatu cara untuk menghimpun data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada responden penelitian untuk dijawab secara lisan. Studi dokumentasi, yaitu suatu cara untuk menghimpun data dengan cara mengumpulkan berbagai dokumen pendukung yang masih relevan dengan penelitian ini.
Ayu Prihatini (2008) : Pengaruh Credit Scoring Model Terhadap Kolektibilitas Kredit Pemilikan Rumah Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan
Credit Scoring Model pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan serta untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Credit Scoring Model terhadap kolektibilitas kredit pemilikan rumah pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi. Teknik wawancara, yaitu suatu cara untuk menghimpun data dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada responden penelitian untuk dijawab secara lisan. Studi dokumentasi, yaitu suatu cara untuk menghimpun data dengan cara mengumpulkan berbagai dokumen pendukung yang masih relevan dengan penelitian ini.
A. Latar Belakang
Di tengah persaingan bisnis saat ini, bisnis perbankan ke depan
nampaknya lebih mendapat perhatian dari pelaku ekonomi. Kompleksitas masalah
merupakan tantangan bagi bisnis bank sekarang dan akan semakin kompleks pada
masa depan. Dalam lingkungan perbankan sendiri diharapkan telah dilakukan
berbagai langkah penyesuaian dengan lingkungan yang terus berubah. Bisnis
perbankan secara garis besar terbagi dalam tiga kelompok kegiatan utama bank
yang sangat perlu dikelola secara professional yaitu kegiatan penghimpunan dana
(funding) menyalurkan dana (lending) dan penyediaan jasa lainnya (service).
Makin tajamnya persaingan mendorong bank-bank untuk lebih
meningkatkan teknologi informasi (IT) serta mutu sumber daya manusianya,
sehingga mampu menerapkan konsep pemberian kredit yang sesuai dan mengacu
kepada prinsip kehati-hatian (prudential banking practice) serta dengan
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corperate governance).
Bank sebagai sebuah lembaga intermediasi adalah menyalurkan dana atau
kredit (lending). Kredit merupakan kegiatan bank yang terbesar dan juga sumber
pendapatan yang terbesar pula, pada bank konvensional pendapatan tersebut
diperoleh melalui spread yang merupakan selisih antara bunga simpanan dan
bunga pinjaman. Sejak terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997
terselesaikan dan masih menyimpan berbagai masalah bagi pemerintah dalam hal
ini Bank Indonesia. Dalam dunia perbankan kredit bermasalah merupakan
penyakit yang berbahaya tidak hanya bagi bank sendiri tetapi juga bagi deposan
dan akhirnya akan mempengaruhi sistem perekonomian (Systemic Risk). Sehingga
Bank Indonesia terus mengeluarkan peraturan-peraturan yang menyangkut dalam
penyaluran kredit sampai dengan peraturan yang terakhir dikeluarkan PBI
No.7/2/2005 mengenai penilaian kualitas aktiva produktif.
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) sebagai perusahaan pemberi kredit
(money lender) mempunyai berbagai resiko yang dihadapi dalam kegiatan
bisnisnya. Adapun resiko yang paling mencuat akhir-akhir ini antara lain adalah
resiko kredit yaitu kredit tersebut menjadi tidak dapat ditagih lagi atau macet dan
ini akan berdampak terhadap peningkatan kredit bermasalah (Non Performing
Loan) yang merupakan sebagai salah satu indikator penilaian kesehatan suatu
bank.
Tabel 1.1
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang KCP HM. Yamin Medan Kolektibilitas Kredit KPR
No. Status Kolektibilitas Jumlah Debitur
31 Desember 2006 31 Desember 2007 1.
Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar
Sumber : PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang KCP HM. Yamin Medan
Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat kolektibilitas kredit KPR masih sangat
terjadi dalam kegiatan operasional bank, adapun tindak lanjut dari kredit macet
tersebut apabila tidak dapat dilakukan restrukturisasi maka pihak BTN akan
melakukan penghapusan hutang (write off). Pada tahun 2006 jumlah kredit macet
KPR BTN sebanyak 97 debitur atau 3.63% dan pada tahun 2007 menurun
menjadi 29 debitur atau sebesar 1,39%. Sampai dengan posisi per 31 Januari
2007, total kredit yang telah di write off untuk wilayah kerja Bank Tabungan
Negara KCP HM. Yamin Medan Rp. 1.808.560.000,-
penyebab timbulnya kredit sampai dengan write off tidak semuanya
merupakan faktor kesalahan petugas/analis kredit atau faktor internal, melainkan
faktor eksternal seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) dan individu, dan
debitur itu sendiri. Berdasarkan pengalaman yang ada, proses analisis kredit
masih dengan cara-cara tradisional, masih banyak unsur subjektif dan
proposal/berkas permohonan kredit sangat bergantung pada komite kredit, maka
pada akhir tahun 2001 Bank BTN telah melakukan perombakan terhadap proses
dalam penilaian kredit yang lebih mendalam sehingga menjamin kualitas kredit
yang disalurkan. Adapun sistem pola penilaian kredit tersebut yaitu dengan cara
CSM (Credit Scoring Model), dengan CSM ini diharapkan dapat membantu dalam
proses persetujuan kredit agar lebih cepat dan konsisten.
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dilakukan penelitian dengan
judul. “Pengaruh Credit Scoring Model Terhadap Kolektibilitas Kredit
Pemilihan Rumah Pada PT.Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengaruh Credit
Scoring Model terhadap kolektibilitas kredit pemilikan rumah pada Bank BTN
Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan?”
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu rumusan masalah yang
masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah : “Terdapat pengaruh
Credit Scoring Model terhadap kolektibilitas kredit pemilikan rumah pada Bank
BTN Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan”
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan Credit Scoring Model
pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu
H.M. Yamin Medan.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Credit Scoring Model
terhadap kolektibilitas kredit pemilikan rumah pada PT. Bank Tabungan
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi penulis, penelitian bermanfaat sebagai wadah penerapan ilmu
pengetahuan yang didapat selama dibangku kuliah dan pengembangan
wawasan di dunia kerja yang sesungguhnya.
b. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pihak manajemen PT. Bank Tabungan Negara (Persero) KCP H.M.
Yamin Medan dalam hal penyaluran kredit.
c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana
pengembangan penelitian – penelitian lebih lanjut.
E. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) KCP
H.M. Yamin Medan yang beralamat di Jl. H.M. Yamin Medan. Penelitian ini
dilakukan mulai bulan Agustus 2007 sampai dengan Februari 2008. Rancangan
waktu penelitian dilakukan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan
penyelesaian penelitian secara keseluruhan.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dgunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh
tidak langsung berasal dari narasumber akan tetapi melalui orang lain atau lewat
(Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan yaitu dengan meminta
bantuan kepada bagian kredit untuk memperoleh data yang meliputi :
a. Perkembangan jumlah debitur KBP dari tahun 2006 s/d 2007
b. Skor masing – masing debitur pada saat diterimanya aplikaksi KPR dan
diambilnya suatu keputusan untuk menyetujui diberikannya KPR kepada
debitur.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data/informasi yang
dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan 2 (dua) teknik
pengumpulan data, yaitu :
a. Wawancara (interview), yaitu suatu cara untuk menghimpun data dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan responden penelitian
untuk dijawab secara lisan.
b. Studi Dokumentasi, yaitu suatu cara untuk menghimpun data dengan cara
mengumpulkan berbagai dokumen pendukung yang masih relevan dengan
penelitian ini
4. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini, penulis membatasinya hanya
mengoperasionalkan data sekunder nilai skor kredit telah ditetapkan PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan untuk
masing – masing debitur KPR, sedangkan untuk mengukur kolektibilitas hanya
sampai dengan tahun 2007, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan koefisien
regresi linier.
5. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Sebelum diuraikan tentang jumlah sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini, terlebih dahulu diuraikan secara singkat tentang populasi dan
sampel. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KPR di PT.
Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan
yang telah disetujui permohonan KPRnya dari tahun 2006 s/d 2007. Berdasarkan
data yang dihimpun dari PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang
Pembantu H.M. Yamin Medan dari tahun 2006 s/d 2007, tercatat sebanyak 240
debitur yang telah disetujui permohonan KPRnya. Dalam penelitian ini tidak
keseluruhan populasi menjadi objek penelitian, melainkan diambil beberapa
sample. Metode pengambilan sample didasarkan atas formulasi berikut ini.
2
. N. P. Q s =
d2 (N-1) + 2. P. Q Dimana :
s = Jumlah sample yang dibutuhkan p = q = 0.5
d = 0.05
2
dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5% dan 10%
Dari jumlah satu populasi sebanyak 240 debitur KPR di PT. Bank Tabungan
Negara (Persero) Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan, dengan taraf
kesalahan 10%, maka jumlah sample yang dianggap representative sebanyak 142
6. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
a. Kolektibilitas Kredit
Variabel ini disebut sebagai variabel terikat (depemdent variable).
Kolektibilitas kredit diartikan sebagai penggolongan kredit berdasarkan tingkat
resiko pengembaliannya. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini
didasarkan atas persentase pengembalian kredit yang diukur sebagai berikut :
1) Cadangan Umum, yang sekurang-kurangnya sebesar 1 % (satu perseratus)
dari Total Aktiva Produktif.
2) Cadangan Khusus untuk kredit yang diberikan sekurang-kurangnya
adalah, Dalam Perhatian Khusus (DPK) 5%
Kurang Lancar (KL) 15%
Diragukan (DIR) 50%
Macet 100%
b. Credit Scoring Model
Variabel ini disebut sebagai variabel bebas (independent variable).Cerdit
Scoring Model diartikan sebagai suatu formula atau hitung-hitungan yang
digunakan oleh bank untuk menilai suatu permohonan kredit, apakah layak untuk
disetujui atau tidak. Indicator yang digunakan untuk pengukuran variabel ini
didasarkan atas nilai skor. Unsur – unsur yang dinilai dalam pemodelan ini
Tabel 1.2
PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang KCP HM. Yamin Medan Unsur – unsur Credit Scoring Model
Karakteristik yang dinilai Nilai Bobot Nilai akhir Pendapatan
Jaminan dari atasan Pemohon Jaminan Keberadaan
Sumber : Diadopsi dari Muslich (2000)
1) Pendapatan diukur berdasarkan Gaji bersih yang diterima debitur (Gaji bersih
= Gaji kotor – (biaya hidup + angusaran pinjaman) dengan pembobotan
sebagai berikut :
a) Gaji bersih < Rp. 850.000,- diberi bobot 0.00
b) Gaji bersih > Rp. 850.000,- s/ d Rp. 1.700.000,- diberi bobot 0.10
c) Gaji bersih > Rp. 1.700.000,- s/d Rp. 2.550.000,- diberi bobot 0.20
d) Gaji bersih > Rp. 2.550.000,- s/d Rp. 3.400.000,- diberi bobot 0.30
e) Gaji bersih > Rp. 3.400.000,- diberi bobot 0.40
2) Jaminan dari atasan pemohon diukur bedasarkan ada atau tidaknya konfirmasi
tertulis dari atasan dimana debitur bekerja.
a) Tidak ada jaminan dari atasan pemohon diberi bobot 0.00
b) Ada jamina dari atasan pemohon diberi bobot maksimum 0.30
3) Jaminan keberadaan merupakan jaminan fisik yang dititipkan ke Bank.
Jaminan dapat dapat berupa kartu kepegawaian, jaminan fisik (surat tanah,
BPKB Mobil atau kendaraan bermotor lainnya).
a) Tidak ada jaminan tambahan diberi bobot 0.00
4) Referensi diukur berdasarkan jabatan, tokoh, dan debitur potensial.
a) Tidak ada referensi diberi bobot 0.00
b) Ada referensi dari pejabat/tokoh/debitur potensial diberi bobot maksimum
0.10
7. Metode Analisis Data
Dalam menganalisa persoalan – persoalan atau masalah –masalah yang
sebelumnya telah diuraikan pada sub bab sebelumnya, maka untuk memecahkan
masalah – masalah tersebut penulis menggunakan dua jenis metode analisis,
antara lain : Metode Analisis yang bersifat Deskriptif, yaitu merumuskan dan
menafsirkan data serta keterangan – keterangan yang diperoleh, dengan kata lain
memecahkan masalah dengan jalan mengumpulkan, menyusun,
mengklasifikasikan data dan mengadakan interpretasi sehingga memberikan
suatu gambaran atas permasalahan yang dianalisa.
8. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji persamaan regresi
linier berganda. Uji ini digunakan untuk mengetahui besar pengaruh antara:
Variable independen (X1, X2, X3 dan X4) dengan variable dependen (Y). model
persamaan yang digunakan :
Y = β0 + β1X1+ β2X2+ β3X3 + β4X4 +
Dimana :
Y = Kolektibilitas kredit X1 = Pendapatan
X4 = Referensi β = Nilai Intercept
= Nilai residual variable bebas
Untuk membuktikan hipotesis maka digunakan alat uji sebagai berikut :
1. Uji F, dengan maksud menguji apakah secara simultan variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan tingkat keyakinan 95 %
(=0,05).
Urutan uji F
a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.
H0 : β1 = β2 = β3 =……….=β8 = 0
Ha : Paling sedikit ada satu βi 0 i = 1,2,3,…….8
b. Menghitung F-hitung dengan menggunakan rumus yaitu :
dimana : R2= koefesien determinasi n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas
Dengan kriteria tersebut, diperoleh nilai Fhitung yang dibandingkan dengan
Ftabel dengan tingkat resiko (level of significant) dalam hal ini 0,05 dan
degree of freedom = n-k-1.
c. Kriteria Pengujian :
dimana : Fhitung Ftabel = H0 ditolak
Fhitung Ftabel = H0 diterima
2. Uji-t statistik, untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap
a. Merumuskan hipotesis null dan hipotesis alternatif.
H0 : βi = 0 i = 1,2,3,…...8
Ha : βi0 i = 1,2,3,…….8
b. Menghitung t-hitung dengan menggunakan rumus :
dimana :
bi = koefesien regresi masing-masing variabel
Sbi = standar error masing-masing variabel
Dari perhitungan tersebut akan diperoleh nilai thitung yang kemudian
dibandingkan dengan ttabel pada tingkat keyakinan 95%.
c. Kriteria pengujian :
t hitung t tabel = H0 ditolak
t hitung t tabel = H0 diterima
Untuk ketepatan penghitungan sekaligus mengurangi human errors, penulis
tidak melakukan perhitungan secara manual akan tetapi dengan menggunakan
program komputer yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data statistik,
yaitu program SPSS (statistiacal packages for social siciences) Versi 14.0,
aplikasi ilmu sosial. Penetapan tingkat signifikansi pada confidence level 95%
atau 0.05. Dengan menggunakan program SPSS disamping untuk memperoleh
hasil yang akurat dan tepat, juga pengolahan dapat dilakukan dengan cepat.
Uji akan dilakukan satu sisi, karena akan dicari korelasi dari masing –
masing variable satu arah. Sedangkan untuk pengambilan keputusan diterima atau
ditolaknya suatu hipotesis mengacu kepada ketentuan :
1. Jika prob sig (1-tailed) < 0.05, maka H1 dan H2 diterima atau terdapat
korelasi dan pengaruh antar variable yang diteliti.
2. Jika prob sig (1-tailed) > 0.05, maka H1 danH2 ditolak atau tidak terdapat
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Bank
Bank yang kita kenal merupakan lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan baik tabungan, deposito dan giro. Kemudian bank
dengan kegiatannya juga sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi
masyarakat yang membutuhkannya. Perkembangan kegiatan bank itu sendiri
sampai dengan fungsinya yang lebih kompleks menjadi tempat segala macam
bentuk pembayaran dan setoran.
Menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan,
yang dimaksud dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2002:11), mengatakan Bank
merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya. Dendawijaya (2003 : 35), “Bank adalah : badan
usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle
funds/Surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank
adalah lembaga keuangan yang kegiatan pokoknya menarik dana dan
menyalurkan dana tersebut bagi masyarakat yang membutuhkan. Bagi bank
konvensional besarnya bunga kredit dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan
serta faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan suku bunga kredit.
Sebuah bank tentunya mempunyai tujuan utama memperoleh keuntungan
dalam kegiatannya agar dapat membiayai kegiatan operasionalnya. Agar suatu
badan usaha tidak menderita kerugian maka badan usaha tersebut perlu
mengelolanya secara professional. Menurut Dendawijaya (2003:33) kegiatan bank
umum dan dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) kegiatan utama yaitu
perkreditan, pemasaran, pendanaan, operasi, pengelolaan SDM, Audit. Kegiatan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Perkreditan
Kegiatan perkreditan merupakan suatu rangkaian kegiatan utama bank umum
yang paling banyak memiliki struktur organisasi dan beragam sifatnya.
Dalam neraca sebuah bank pos kredit merupakan angka yang terbesar dan
penghasilan terbesar pula dari kegiatan ini. Kegiatan perkreditan perlu
pengelolaan resiko yang baik agar dapat mengecilkan tingkat resiko kredit.
2. Pemasaran (Marketing)
Kegiatan marketing suatu bank umum lebih banyak diarahkan pada
penghimpunan dana. Hal ini dikarenakan semua kegiatan bank pada sisi
aktiva, sangat tergantung dari adanya dana yang terhimpun dan besarnya dana
3. Pendanaan (Tresury)
Kegiatan treasury (pendanaan) lebih diutamakan pada pengelolaan dana oleh
para manajemen bank, agar diperoleh kinerja yang optimal dalam
memperoleh dana serta memaksimalkan alokasi dana kepada aktiva produktif
dalam kegiatan bisnis bank.
4. Operasional
Kegiatan operasional merupakan kegiatan unit-unit dalam bank yang bersifat
membantu kegiatan-kegiatan unit utama bank lainnya. Kegiatan tersebut
antara lain meliputi kegiatan administrasi dan pembukuan bank, baik di
cabang maupun dipusat.
5. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (Human Resources)
Pengelolaan sumber daya manusia (human resources) dalam sangatlah
penting dalam kegiatan suatu bank. Dukungan dari SDM yang berkualitas
perlu ditunjang dengan berbagai persyaratan dari perencanaan sumber daya
manusia, penarikan tenaga kerja, seleksi, penempatan pegawai, perencanaan
pendidikan dan latihan, penilaian prestasi kerja sampai kompensasi yang akan
diberikan.
7. Audit (Pengawasan)
Kegiatan pengawasan pada bank umum meliputi 3 jenjang pengawasan
(audit) yaitu :
a. Pengawasan intern(Internal Audit)
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit
diharuskan keberadaannya dalam bank berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan Bank Indonesia.
b. Pengawasan Ekstern (External Audit)
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh akuntan
publik, yang penunjukkannya dalam rapat umum tahunan pemegang
saham (RUPST) bank yang bersangkutan.
c. Pengawasan BI
Pengawasan BI adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
baik secara berkala maupun secara mendadak berdasarkan kebutuhan
tertentu menurut pertimbangan Bank Indonesia.
B. Pengertian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kredit, sebagai
orang awampun tentu mengetahui apa itu kredit baik itu kredit barang ataupun
uang, istilah kredit menurut orang awam merupakan suatu proses pinjaman
meminjam dengan suatu perjanjian pengembaliannya.
Menurut asal mulanya kata kredit dari bahasa Yunani yaitu credere yang
artinya kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit
maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Pengertian Kredit menurut
Undang-Undnag Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah : Penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi
pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi
berupa bunga. Dapat dikatakan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang
nilainya diukur dengan uang. Dalam memberikan kredit (kreditur) tentunya bank
harus melalui proses dengan menganalisis kredit untuk meyakinkan bank bahwa
penerima kredit (debitur) benar-benar dapat dipercaya.
Menurut Masyhud (2004:292) dalam pengertian mengenai kredit tersebut
mencakup beberapa unsur yang terkandung didalamnya, yaitu :
1. Unsur penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu.
2. Unsur kewajiban pengembalian kembali kredit atau tagihan
3. Unsur jangka waktu pengembalian kredit atau tagihan
4. Unsur pembayaran bunga
5. Unsur adanya perjanjian kredit
Sedangkan menurut Kasmir (2002:94) menerangkan bahwa unsur-unsur
dari kredit tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (Bank) bahwa kredit yang diberikan
baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali
dimasa tertentu dimasa yang akan datang.
2. Kesepakatan
Merupakan kesepakatan antara kreditur dan debitur yang terutang dalam
suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
4. Resiko
Dikarenakan kredit yang diberikan dengan tenggang waktu
pengembaliannya tentunya mempunyai resiko tidak tertagih baik yang
disengaja maupun yang tidak dan semakin panjang jangka waktu semakin
besar pula resikonya.
5. Balas Jasa
Tentunya pemberi kredit mengharapkan balas jasa dari pemberian kredit
tersebut berupa keuntungan yang disebut bunga bank dan biaya-biaya lain
dalam proses realisasi kredit tersebut.
C. Jenis-jenis Kredit
Kolektibilitas kredit yaitu penggolongan kredit berdasarkan tingkat resiko
pengembaliannya (SE Bank Indonesia No.07/02/PBI/2005) Penggolongan kredit
tersebut terbagi 5 (lima) golongan yang sesuai dengan kualitasnya.
1. Kredit Lancar (Pass)
Kredit Lancar adalah kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian
pokok pinjaman dan pembayaran bunga.
2. Kredit Dalam Perhatian Khusus (Special Mention)
Kredit Dalam Perhatian Khusus adalah kredit yang pengembalian pokok
pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 1 hari
3. Kredit Kurang Lancar (Sub-Standart)
Kredit Kurang Lancar adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 91 hari sampai
dengan 120 hari dari waktu yang diperjanjikan.
4. Kredit Diragukan (Doupful)
Kredit Diragukan adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 121 hari sampai
dengan 180 hari dari waktu yang diperjanjikan.
5. Kredit Macet (Loss)
Kredit Macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 271 hari sampai
dengan 999 hari dari waktu yang diperjanjikan.
Dengan beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula
kebutuhan akan jenis kredit. Pemberi fasilitas kredit itu sendiri oleh bank dapat
dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dilihat dari berbagai segi.
Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu
mengingat setiap jenis usaha mempunyai karakteristik tertentu.
Menurut Kasmir (2002 : 37) secara umum jenis-jenis kredit yang
disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah :
1. Dilihat dari Segi Kegunaan
Jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat penggunaan
perusahaan atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi
kegunanannya terdapat dua jenis kredit yaitu :
a. Kredit Investasi
Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha
atau membangun proyek/pabrik baru dengan masa pemakaiannya untuk
satu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini
adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Sebagai contohnya kredit modal kerja
untuk membeli bahan baku, gaji atau biaya lain yang berhubungan dengan
proses operasional perusahaan.
2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit
Kredit jenis ini dilihat dari segi tujuan pemakaian suatu kredit, apakah
bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi.
Jenis kredit ini antara lain adalah :
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk digunakan sehingga menghasilkan
sesuatu berupa barang maupun jasa.
b. Kredit konsumtif
Merupakan kredit yang digunakan untuk dikomsumsi atau dipakai secara
dihasilkan. Karena memang untuk digunakan oleh pribadi. Contoh : kredit
untuk perumahan, mobil pribadi, dsb.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk
membeli barang dagangan yang pengembaliannya diharapkan dari
perdagangan barang tersebut.
3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu
Merupakan kredit yang mempunyai jangka waktu tertentu sampai masa
pelunasannya jenis kredit ini adalah :
a. Kredit jangka pendek
Kredit yang mempunyai jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah
Kredit yang jangka waktunya antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dapat
diberikan untuk modal kerja.
c. Kredit jangka panjang
Jenis kredit ini mempunyai rentang waktu pengembaliannya yang
panjang di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan
investasi jangka panjang.
4. Dilihat dari Segi Jaminan
Setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan barang atau
surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit ini
a. Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu, artinya
setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan.
b. Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan maksudnya kredit jenis ini
diberikan dengan melihat prospek usahanya, karakter serta loyalitas si
calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.
5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, jadi pemberian
fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit ini terdiri antara lain :
a. Kredit pertanian, kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian dan dapat berupa jangka pendek ataupun jangka panjang.
b. Kredit peternakan, kredit yang diberikan untuk membiayai peternakan
biasanya dalam jangka waktu pendek untuk peternakan ayam.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik
untuk industri skala kecil, menengah dan besar.
d. Kredit pertambangan, yaitu fasilitas kredit yang diberikan untuk
membiayai usaha pertambangan.
e. Dan sektor-sektor usaha lainnya.
D. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit
Meskipun setiap perbankan telah menerapkan prudential banking
practices yang harus dilaksanakan dan mematuhi ketentuan-ketentuan yang
bahwa dengan demikian bank telah aman dari resiko kredit macet, jadi bank tetap
perlu menyusun dan menetapkan kebijakan pemberian kreditnya sendiri, yang
antara lain mengatur perihal ( Masyhud, 2004:293).
1. Komposisi serta besaran loan portofolio yang dituju atau diprioritaskan
2. Jangka waktu kredit
3. Jenis portofolio kredit dan sebagainya
Menurut Mashud (2004:294) dalam menyusun kebijakan kredit tersebut
manajemen bank perlu juga memperhatikan beberapa faktor antara lain.
1. Posisi dan kekuatan permodalan bank, karena besaran modal bank akan sangat
menentukan seberapa jauh bank mampu menghadapi resiko yang mungkin
akan terjadi. Struktur modal yang kuat tentu akan lebih memberi peluang yang
lebih besar lagi bank untuk memberikan jangka waktu pinjaman yang lebih
longgar.
2. Gambaran antara resiko dan margin yang mungkin akan dihadapi dan
dihasilkan bank pada berbagai jenis pinjaman yang dapat diberikan oleh bank.
3. Stabilitas sumber pendanaan. Merupakan bagaimana gambaran komposisi
antara dana-dana giro, deposito, tabungan dan lain-lain, bagaimana jangka
waktu dan besaran bunga yang harus dipikul bank.
4. Keadaan perekonomian, dimana perekonomian yang stabil merupakan lahan
yang sangat kondusif bagi kebijakan perkreditan dan sebaliknya jika keadaan
perekonomian tidak stabil juga akan mempengaruhi kebijakan kredit.
5. Pengaruh kebijakan fiskal dan moneter yang diterapkan oleh pemerintah atau
6. Kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh staf bank yang akan menjadi
pelaksana di lapangan.
Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara
umum antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Mungkin
yang menjadi perbedaan terletak pada persyaratan dan ukuran-ukuran penilaian
yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing.
Dalam praktiknya prosedur pemberian kredit secara umum dapat
dibedakan antara pinjaman perorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum,
kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau
produktif.
Menurut Dendawijaya (2003:76) adapun siklus perkreditan bank
berlangsung mulai dari :
1. Bank menerima permohonan kredit dari calon debitur
2. Bank melakukan analisis atas permohonan kredit
3. Bank memberikan persetujuan atas permohonan kredit yang diajukan
4. Bersama-sama dengan debitur bank menandatangani perjanjian kredit
5. Bank memberikan persetujuan atas pencairan kredit sesuai dengan kesepakatan
6. Bank melakukan pengawasan atas jalannya kredit, seberapa jauh kredit tersebut
telah dilaksanakan dengan efektif oleh debitur. Pada tahap siklus ini terdapat
tiga kemungkinan, yaitu :
a. Kredit berjalan lancar dimana nasabah selalu memenuhi kewajibannya
b. Kredit menghadapi berbagai permasalahan, namun tetap dapat dicari jalan
keluarnya oleh bank.
c. Tejadi permasalahan kredit yang tidak lagi dapat diatasi sehingga
portofolio kredit masuk dalam golongan kolektibilitas macet.
Dari siklus perkreditan tersebut terlihat bahwa cash-out-flow dan cash
inflow dana sangat tergantung pada kelancaran jalannya kredit, yang pada
akhirnya menjamin tercapainya likuiditas dan rentabilitas bank.
E. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Bank dalam memberikan kredit haruslah mempunyai staf yang dapat
diandalkan dalam menganalisis kredit. Analisis kredit atau penilaian kredit adalah
suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa atau menilai suatu
permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur sehingga dapat memberikan
keyakinan kepada pihak bank bahwa kredit yang diberikan cukup layak (feasible).
Dengan adanya analisis kredit ini dapat dicegah secara dini kemungkinan
terjadinya default oleh calon debitur dan dapat mengecilkan resiko kredit.
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan oleh
perbankan diantaranya yaitu (Dendawijaya, 2003:91).
1. Prinsip 6 C yang meliputi sebagai berikut :
a. Character yaitu analis menilai watak/karakter berkaitan dengan integritas
calon debitur disini menilai kemauan membayar kembali atas kredit yang
memang agak sukar bila calon debitur baru dikenal oleh bank. Jadi perlu
mencari informasi dari luar mengenai calon debitur tersebut.
b. Capital yaitu seorang calon debitur itu haruslah mempunyai/ada modal
(capital) dulu dalam mengajukan kredit. Penilaian ini diarahkan pada
kondisi debitur, seberapa besar jumlah kebutuhan dana yang diperlukan
tentunya dapat dilihat melalui laporan keuangannya.
c. Capacity adalah penilaian terhadap calon debitur dalam hal kemampuan
memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian.
d. Condition of Economy yaitu penilaian kredit untuk melihat keadaan
perekonomian sekarang dan prospek perekonomian yang akan datang
sesuai dengan sektor masing-masing.
e. Colleteral yaitu penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon
debitur baik yang bersifat fisik maupun non fisik dan hal ini untuk
meyakinkan bank terhadap pengembalian kreditnya.
f. Contraints disini yang dinilai adalah faktor hambatan atau jaringan berupa
faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah
tertentu.
2. Prinsip “6A” atau analisis kredit berdasarkan prinsip studi kelayakan yang
menganalisis berbagai aspek dari proyek yang akan dibiayai bank. Analisis
tersebut terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :
a. Aspek Yuridis (Hukum)
Dinilai dari legalitas usaha apakah perusahaan tersebut tercatat sebagai
b. Aspek Pasar dan Pemasaran
Menilai bagaimana kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih dari
produk atau jasa yang diproduksi.
c. Aspek Teknis
Menilai seberapa jauh kemampuan calon debitur sebagai pengelola proyek
dalam mempersiapkan suatu proyek serta kesiapan secara teknis
operasionalnya.
d. Aspek Manajemen
Analis menilai manajemen dari organisasi apakah manajemennya
mempunyai sumber daya yang mempunyai kecakapan (skill) dan
kemampuan dalam mengelola suatu proyek.
e. Aspek Keuangan
Analisis aspek keuangan untuk menilai data-data keuangan calon debitur,
apakah sumber pembiayaan yang dibiayai akan mampu dalam pelaksanaan
proyek.
f. Aspek sosial-ekonomis
Analisis pada aspek ini untuk menilai jika dibiayai oleh bank mempunyai
nilai tambah (value added) yang tinggi dilihat dari sudut pandang sosial
dan makro ekonomi terutama dilihat dari sudut pandang pemerintah dan
3. Analisis 7 P adalah sebagai berikut a. Personality
Yaitu menilai calon debitur dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya
sehari-hari maupun dimasa lalunya, bagaimana sikapnya dalam
menghadapi suatu masalah.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta
karakternya. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredit
pengusaha yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah, bunga dan
persyaratan lainnya.
c. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan dari pengambilan
kredit ini dapat bermacam-macam apakah tujuannya digunakan untuk
konsumtif atau untuk tujuan produktif atau untuk tujuan perdagangan.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak atau melihat prospek dari perusahaan tersebut.
Hal ini sangat penting karena fasilitas kredit yang diberikan jika tidak
mempunyai prospek akan berdampak buruk terhadap bank tetapi juga
e. Payment
Merupakan suatu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau sumber dari mana saja dana untuk pengembalian
kredit yang diterimanya.
g. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Disini melihat perkembangan laba yang diperoleh apakah semakin
meningkat apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
h. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang di kucurkan namun
dengan suatu perlindungan. Perlindungan tersebut dapat berupa barang atau
jaminan asuransi.
F. Pengawasan Kredit
Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi
pihak bank adalah apabila kredit yang diberikan ternyata menjadi kredit
bermasalah. Hal ini terjadi karena kegagalan pihak debitur memenuhi
kewajibannya untuk membayar angsuran (cicilan) pokok kredit beserta bunga
yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit.
Sinungan (2000) pengawasan kredit terdiri dari : pengawasan aktif dan
pengawasan pasif.
Pengawasan aktif, dilakukan dengan pengawasan on the spot (OTS) yaitu
Pengawasan pasif, dilakukan melalui penelitian laporan-laporan tertulis
yang dilakukan debitur seperti laporan keadaan keuangan (dari Neraca dan L/R)
laporan penyaluran keuangan (dari mutasi rekening pinjaman) dan laporan
aktivitas.
Terjadinya kredit bermasalah akan menambah resiko kerugian bagi bank
dan akan menambah meningkatnya Non Performing Loan (NPL) dan dapat
mengurangi modal bank. Jadi bank untuk mengantisipasi kerugian tersebut telah
membentuk Penyisihan Pencadangan Aktiva Produktif (PPAP).
Sesuai dengan Prinsip kehati-hati (prudential banking practices), sejak 30
Juni 2001 Bank Indonesia mewajibkan bank untuk membentuk cadangan aktiva
produktif sesuai dengan menggolongkan kolektibilitas portofolio kredit, yaitu :
3) Cadangan Umum, yang sekurang-kurangnya sebesar 1 % (satu perseratus) dari
Total Aktiva Produktif.
4) Cadangan Khusus untuk kredit yang diberikan sekurang-kurangnya adalah,
Dalam Perhatian Khusus (DPK) 5%
Kurang Lancar (KL) 15%
Diragukan (DIR) 50%
Macet 100%
Makin buruknya kualitas aktiva produktif bank, makin besar
kemungkinannya bank memikul kerugian. Karena dana yang ditanamkan pada
aktiva produktif itu menjadi tidak kembali dan tidak menghasilkan penerimaan.
Walaupun bank telah melaksanakan SOP (Standart Operating Prosedur)
dengan baik pada bank tersebut, bank tetap harus melakukan pengawasan
terutama perlu di arahkan guna memastikan bahwa debitur telah menggunakan
fasilitas kreditnya sesuai dengan rencana penggunaan kredit yang telah disepakati
bank. Bank perlu mengawasi dengan efektif bahwa tidak terjadi penyimpangan
penggunaan dana.
G. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Pemerintah melalui Menteri Perumahan Rakyat telah merancangkan
pembangunan sejuta rumah. Dimana pembangunan sejuta rumah tersebut melalui
kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank-bank yang mengikuti program
pemerintah tersebut.
Berdasarkan ketentuan/peraturan Bank Indonesia yang dikatakan kredit
pemilikan rumah (KPR) adalah kredit yang diberikan kepada masyarakat oleh
bank untuk membiayai pemilikan rumah.
H. Pengertian Credit Scoring
Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah
kredit. Jadi kebijakan yang menyangkut dengan kredit haruslah diterapkan agar
bank mempunyai suatu ukuran yang tepat dalam pemberian kredit. Analisis kredit
atau penilaian kredit merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk
menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon
debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank apakah
nasabah tersebut cukup layak atau tidak untuk mendapatkan kredit.
Dengan demikian risiko, rasio kewajiban dan profitabilitas nasabah
risiko kreditnya adalah melalui penggunaan terhadap penilaian kredit (credit
scoring). Menurut Muslich, (2000:110) Penilaian kredit (Credit Scoring) adalah
merupakan suatu cara untuk mengukur kemampuan nasabah dengan memberikan
nilai (score). Muzakkir, (2004:B12) Credit Scoring adalah suatu formula atau
hitung-hitungan yang digunakan oleh bank untuk menilai suatu permohonan
kredit, apakah layak untuk disetujui atau tidak.
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa credit scoring ini
merupakan mengkuantitatifkan data dengan memberikan nilai pada setiap variabel
yang akan menjadi objek penilaian.
Muslich, (2000:110) standar nilai kredit yang menjadi penilaian dalam
menggunakan system credit scoring itu adalah :
Tabel 2.1
Standar Kredit Untuk KPR
Nilai Kredit Keputusan Bank
> 70 60 – 70
< 60
Kredit diberikan Kredit terbatas dengan
tambahan jaminan Kredit ditolak
Sumber : Muslich (2000)
Muslich, (2000:111) variabel-variabel yang menjadi penilaian dalam
menggunakan system credit scoring itu adalah :
Tabel 2.2
Penilaian Kredit untuk Nasabah KPR
Karakteristik yang dinilai Nilai Bobot Nilai akhir Pendapatan
GAMBAR UMUM PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar menabung, Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16 Oktobr 1897 mendirikan POSTPAARBANK, yang kemudian terus hidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4 (empat) cabang, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu sebagai akibat penyerbuan Jerman atas Nedherland yang mengakibatkan penerikan tabungan besar – besaran dalam waktu yang relative singkat (rush). Namun demikian keadaan keuangan POSTSPAARBANK pulih kembali pada tahun 1941
Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Pemerintah Jepang. Jepang membekukan POSTSPAARBANK dan menidirikan TYOKIN KYOKU sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak skuses karena dilakukan dengan paksaan. TYOKIN KYOKU hanya mendirikan satu cabang, yaitu Cabang Yogyakarta.
Tetapi kegiatan Kantor Tabungan Pos tidak berumur panjang karena agresi Belanda. (Desember 1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor – termasuk kantor cabang. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali pada tahun 1949, nama Kantor Tabungan Pos berganti nama menjadi Bank Tabungan Pos RI, lembaga ini di bawah Kementerian Perhubungan.
Pada tanggal 09 Februari 1950 Bank Tabungan Pos RI berubah nama menjadi Bank Tabungan Negara. Perubahan nama Bank Tabungan Pos Ri menjadi Bank Tabungan Negara dikukuhkan berdasarkan Perpu No. 4 Tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2/1964 tanggal 25 Mei 1964
Penegasan status Bank tabungan Negara sebagai bank milik Negara ditetapkan dengan UU No. 20/1968 yang sbeleumnya sejak (1964) Bank Tabungan Negara menjadi BNI unit V. Jika tugas utama saat pendirian POSTSPAARBANK (1987) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah bergerak dalam lingkup penghimpun dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal pada tanggal 10 Desember 1976, karena itulah tanggal 10 desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.
dengan call name BTN. Berdasarkan kajian konsultan independent, price weterhouse coopers, Pemerintah melalui menteri BUMN dalam Surat No S-554/M-MBU/2002 memutuskan Bank BTN sebagai bank Umum dengan focus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subsidi.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah satu tata cara penyusunan dari pembagian kerja, wewenang, sistem komunikasi dan rentang pengawasan dalam mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi segera dapat diketahui kepada siapa seseorang bertanggung jawab dan luas pekerjaan yang dilakukannya.
Jadi antara pimpinan dengan bagian organisasi lainnya akan menciptakan komunikasi dalam suatu perusahaan. Oleh karena itu struktur organisasi sangat penting bagi perusahaan agar pimpinan dapat melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah diputuskan.
Secara Oganisatoris, bentuk struktur organisasi PT. Bank Tabungan Negara adalah bentuk garis, yang mencerminkan wewenang dan tanggung jawab di dalam perusahaan secara vertical maupun horizontal. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT. Bank Tabungan Negara dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tanggung jawab kepala cabang pembantu meliputi :
a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan – ketentuan yang menyangkut operasional bank, baik ketentuan intern maupun extern.
b. Bertanggung jawab atas standar pelayanan front linier
c. Bertanggung jawab seluruh aktivitas operasional dan administrasi di Kancapem
d. Bertanggung jawab atas proses branchopen dan branch close
e. Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas operasional front office dan back office Kancapem.
f. Bertanggung jawab atas seluruh aktivitas yang menyangkut MTSI di Kancapem
g. Bertanggung jawab untuk melaksanakan penerapan prinsip mengenal nasabah (PBI No. 3/10/pbi/2001) di Kancapem
h. Bertanggung jawab atas terjaganya likuiditas harian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
i. Memastikan dean melakukan store and forward telah dilakukan
j. Melakukan otorisasi terhadap biaya – biaya yang timbul di Kancapem.
k. Memastikan ATM dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
bilyet giro cukup untuk operasional harian.
n. Menandatangani berita acara penerimaan/penyerahan dokumen pokok dalam rangka pelunasan kredit.
o. Memastikan on the spot telah dilakukan.
p. Melaporkan ke CS head kantor cabang bila ada transaksi yang mencurigakan.
q. Melaporkan kepada kepala cabang /kepada head retail service
(Wakacama) untuk do kantor cabang utama.
Iktisar pekerjaan kepala cabang pembantu, mencakup :
a. Melaksanakan fungsi dan aktivitas teller service
b. Melaksanakan fungsi dan aktivitas customer service
c. Melaksanakan fungsi dan aktivitas loan service
d. Melaksanakan fungsi dan aktivitas operation
e. Melaksanakan fungsi dan aktivitas loan recovery yang ditempatkan
f. Melaksanakan fungsi dan aktivitas selling officer yang ditempatkan
g. Melaksanakan fungsi aktivitas penjualan produk
Aktivitas utama kepala cabang pembantu, terdiri dari :
c. Melakukan override sesuai dengan kewenangan
d. Memastikan proses aktivitas pendukung pelayanan telah tersedia.
e. Memastikan pengelolaan kas besar telah dilakukan sesuai dengan ketentuan.
Fungsi Custumer Service
Fungsi customer service, mencakup :
a. Memastikan pelayanan nasabah telah berjalan sesuai dengan standar layanan front liner.
b. Memelihara dan memberikan quality service level terhadap nasabah prima.
c. Melakukan approval sesuai dengan kewenangan
d. Memastikan seluruh administrasi nasabah terpelihara dan pengkinian dengan benar.
e. Memastikan claim nasabah telah ditindaklanjuti
f. Melakukan aktivitas penjualan keluar dalam rangka pencapaian target dana, kredit, fee base dan peningkatan penggunaan fitur produk.
Fungsi Loan Service
Fungsi loan service, mencakup :
c. Melakukan rokomdit dan memutuskan kredit sesuai dengan kewenangannya
Fungsi Back Office
Fungsi back office, mencakup :
a. Menganalisa laporan keuangan harian
b. Memastikan seluruh aktivitas back office telah berjalan sesuai dengan ketentuan
Fungsi Supervisi
Bagian supervise memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
a. Membina dan memberikan pengarahan kepada unit retail service
b. Membina dan memberikan pengarahan kepada unit operation
c. Membina dan memberikan pengarahan kepada unit collection and workout yang ditempatkan
d. Membina dan memberikan pengarahan kepada unit selling yang ditempatkan.
2. Kepala Retail (head retail)
dengan standar layanan front liner.
b. Bertanggung jawab untuk melaksanakan penerapan prinsip mengenal nasabah (PBI No. 3/10/pbi/2001) di Kancapem
c. Bertanggung jawab atas terjaganya likuiditas harian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Bertanggung jawab atas administrasi kas besar dan fisik uang
e. Bertanggung jawab melakukan perencanaan, bimbingan dan pembinaan serta penilaian kepada pegawai yang dibawahi.
f. Bertanggung jawab atas penyimpanan dan penyerahan PIN ATM kepada unit CS untuk diserahkan kepada nasabah yang berhak
g. Bertanggung jawab atas layanan penyelesaian pengaduan nasabah.
h. Bertanggung jawab dan berkoordinasi dengan unit terkait dalam hal penjemputan dan penerimaan angsuran atau setoran diluar kantor.
Iktisar pekerjaan kepala cabang pembantu, mencakup :
a. Melaksanakan fungsi dan aktivitas teller service
b. Melaksanakan fungsi dan aktivitas customer service
c. Melaksanakan fungsi dan aktivitas loan service
Aktivitas utama kepala cabang pembantu, terdiri dari :
c. Mendistribusikan kas awal hari ke teller
d. Menerima setoran akhir hari dari teller
e. Memastikan fisik uang aks, vault balance dan cash position iquiri
f. Mencetaktotal branch local dan host.
3. Penyedia Kredit (Loan Account Supervisor/ LAS)
Bertugas membantu kepala kantor kas dalam bidang mengawasi dan menjadi
supervisor yang mengawasi kinerja karyawan, yang mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Melakukan pembinaan terhadap debitur kredit retail
b. Melakukan penagihan tunggakan kredit retail
c. Melakukan langkah-langkah penyelesaian kredit retail
d. Bertanggung jawab tentang kualitas kredit retail
e. Menyimpan dan memelihara file pembinaan debitur kredit retail.
4. Seksi Pelayanan Kredit (Loan Service/ LS)
Seksi pelayanan kredit mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menerima permohonan kredit retail
b. Melakukan wawancara calon debitur
5. Seksi Pelayanan Nasabah (Costumer Service/CS)
Seksi pelayanan nasabah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Memberikan informasi tentang produk-produk BTN kepada nasabah/ calon nasabah/ masyarakat umum.
b. Memberikan informasi tentang rekening (saldo, transaksi dan lain-lain) kepada pemilik rekening.
c. Melayani pembukaan rekening baru (tabungan dan deposito) d. Melayani pencetakan saldo tabungan
e. Melayani pencarian deposito dan penutupan rekening tabungan f. Melayani penggantian buku tabungan
g. Melayani komplain (keluhan) mengenai tabungan, deposito dan kegiatan
transfer.
h. Memberikan pelayanan/ informasi lainnya pada nasabah.
6. Teller Service
Teller service mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Memastikan proses transaksi tabungan telah di entry dan divalidasi dengan benar.
dengan benar.
d. Memastikan proses transaksi remittance telah di entry dan divalidasi dengan benar.
e. Memastikan proses transaksi KPR perorangan dan kolektif telah di entry
dan divalidasi dengan benar.
f. Memastikan proses transaksi pelunasan telah dilakukan dengan benar. g. Memastikan proses transaksi payment point (telkom, listrik dan lain –
lain) telah dilakukan dengan benar.
h. Menerima setoran tunai untuk rekening tabungan, deposito dan angsuran kredit.
i. Melakukan pembayaran tunai kepada nasabah
j. Melakukan pembayaran tunai kepada nasabah/ non nasabah berdasarkan SPM dari seksi lain.
k. Memeliharan likuiditas kas besar.
7. Loan Accaount Officer (LAO)
Loan accaount officer mempunyai tugas sebagai berikut : a. Melakukan pembinaan terhadap debitur kredit.
b. Melakukan penagihan tunggakan kredit.
a. Memastikan telah dilakukan usaha meminimalkan penutupan rekening. b. Memastikan transaksi store and forward telah dilakukan
c. Memastikan seluruh transaksi telah di approved dan override sesuai dengan kewenangan
d. Memastikan kecukupan peralatan pendukung (form aplikasi, butab, bilyet, dan lain – lain) pelayanan di front office telah terpenuhi.
e. Melakukan setuju bayar terhadap biaya – biaya yang timbul
46
A. Statistik Deskriptif
Sebagaimana diuraikan pada bab 1 terdahulu, bahwa jumlah populasi dalam
penelitian ini sebanyak 240 debitur KPR PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Kantor Cabang Pembantu H.M. Yamin Medan, dan dari jumlah populai tersebut
diambil 142 sampel dengan distribusi sebagai berikut :
220
1. KPR Subsidi = x 142 = 130
240
20
2. KPR Komersial = x 142 = 12
240
Selanjutnya berdasarkan jumlah sampel di atas, dikumpulkan data nilai credit
scoring model masing – masing debitur dan rata – rata kolektibilitas kredit seperti
ditunjukkan pada lampiran 3.
Lampiran 3 menunjukkan bahwa skor tertinggi dari unsur – unsur credit
scoring model, masing – masing pendapatan sebesar 40, jaminan dari atasan sebesar
30, jaminan tambahan 20 dan referensi 10, sedangkan kolektibilitas kredit tertinggi
2.84%. Skor terrendah dari unsur – unsur credit scoring model, masing – masing
pendapatan sebesar 32, jaminan dari atasan sebesar 23, jaminan tambahan 11dan
scoring model dan kolektibilitas kredit masing – masing pendapatan sebesar 36.49
dengan standard deviasi 0.20, jaminan dari atasan sebesar 27.14 dengan standar
deviasi 0.18, jaminan tambahan 16.01 dengan standar deviasi 0.21 dan referensi 1.70
dengan standar deviasi 0.27, sedangkan rata – rata kolektibilitas kredit sebesar 1.70
dengan standar deviasi 0.04, artinya kolektibilitas kredit pada Bank BTN Cabang
Pembantu HM. Yamin berada pada level Kolektbilitas Kredit Dalam Perhatian
Khusus (DPK)
B. Uji Kualitas Data
Sebelum menggunakan model regresi berganda, pengujian hipotesa harus dilakukan
uji kualitas data untuk melihat penyebaran data yang memenuhi normaltitas dan menghindari
adanya kemungkinan penyimpangan asumsi klasik. Tujuan dari pemenuhan normalitas dan
asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel independent sebagai estimator atas variabel
dependent tidak bias.Pada penelitian ini, uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji
normalitas, gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam suatu
variable penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan adalah data yang memiliki distribusi atau sebaran normal.Normalitas data
dapat dlihat dengan Nilai Skewness (kecondongan) berada diantara -2 dan 2
tertumpu di sekitar garis diagonal P-P Plot, seperti ditunjukkan pada table dan
gambar berikut.
Tabel 4.1 Nilai Skewness
2.39306 5.727 -.105 .203 -1.038 .404 2.22364 4.945 -.121 .203 -1.405 .404 2.53625 6.433 .008 .203 -1.173 .404 3.17137 10.058 .124 .203 -1.244 .404 .50562 .256 .244 .203 -1.012 .404 Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
Std. Variance Skewness Kurtosis
Sumber : Lampiran 3
Tabel di atas menunjukkan bahwa keseluruhan data penelitian berdistribusi
normal, hal ini ditandai dengan nilai skewness masing – masing variable berada
diantara -2 dan 2. Indkator lain dapat dilihat dari grafik P-P Plot lampiran yang
memiliki pola titik linier dan tertumpu disekitar garis diagonal, seperti ditunjukkan
Gambar 4.1
Grapik PP Plot Pendapatan
1.0
Normal P-P Plot of Pendapatan
Sumber : Lampiran 4
Gambar 4.2
Grapik PP Plot Jaminan dari Atasan
1.0
Normal P-P Plot of Jaminan Dari Atasan
Gambar 4.3
Grapik PP Plot Jaminan Tambahan
1.0
Normal P-P Plot of Jaminan Tambahan
Sumber : Lampiran 4
Gambar 4.4
Grapik PP Plot Referensi
1.0
Normal P-P Plot of Referensi
Gambar 4.5
Grapik PP Plot Kolektibilitas Kredit
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Observed Cum Prob 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Expected Cum
Pr
ob
Normal P-P Plot of Kolektibilitas Kredit
Sumber : Lampiran 4
2. Uji Asumsi Klasik
Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengmatan. Indikator suatu
variable dikatakan terbebas dari asumsi klasik heterskedastistas dilihat dari
penyebaran pola scatter plot variabel bebasa terhadap variable terikat suatu penelitian
Gambar 4.6.
Grapik Scatter Pendapatan Terhadap Kolektibilitas Kredit
5.00
Dependent Variable: Kolektibilitas Kredit
Sumber : Lampiran 5
Gambar 4.7.
Grapik Scatter Jaminan dari Atasan Terhadap Kolektibilitas Kredit
2.50
Dependent Variable: Kolektibilitas Kredit
Gambar 4.8.
Grapik Scatter Jaminan Tambahan Terhadap Kolektibilitas Kredit
5.00
Dependent Variable: Kolektibilitas Kredit
Sumber : Lampiran 5
Gambar 4.9.
Grapik Scatter Referensi Terhadap Kolektibilitas Kredit
7.50
Dependent Variable: Kolektibilitas Kredit