• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Perusahaan-Perusahaan di Kawasan Industri Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Perusahaan-Perusahaan di Kawasan Industri Medan"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN

DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN

TESIS

Oleh

SARBINI POHAN

057018028/EP

S

EK O L A H

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN

DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SARBINI POHAN

057018028/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN

Nama Mahasiswa : Sarbini Pohan Nomor Pokok : 057018028

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Rahmanta, M.Si) (Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Oktober 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si

Anggota : 1. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

2. Dr. Murni Daulay, M.Si

3. Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D

(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN

DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan alat bantu Sofware Eviews Versi 4.1. Untuk memperoleh estimasi yang akurat, maka digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-statistik dan uji pelanggaran asumsi klasik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi sebesar R2 73,27%. Variabel modal kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dibandingkan dengan 2 variabel lainnya yaitu tenaga kerja dan lama berusaha mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan dengan nilai 0,582 dibandingkan nilai 0,457 dan 0,296.

(6)

ANALYZE THE FACTORS THAT AFFECT BUSINESS REVENUE COMPANIES IN MEDAN INDUSTRIAL AREA

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the factors that affect business revenue companies in Medan Industrial Area.

The method of analysis used in this study is the method of Ordinary Least Square (OLS) with Eviews Software tool Version 4.1. To obtain an accurate estimate, it is used in this study is to test t-test statistics and the classical assumption violations. The results showed that the value of the coefficient of determination R2 of 73.27%. Variable working capital has a significant effect compared with the 2 other variables of labor and time to affect business revenue companies in the Medan Industrial Estate with a value of 0.582 compared to 0.457 and 0.296 values.

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis Memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan

karuni-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini yang berjudul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha

Perusahaan-Perusahaan di Kawasan Industri Medan”.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis sudah berusaha mencurahkan seluruh daya dan kemampuan untuk menyusun tesis ini agar lebih baik dan sempurna. Namun penulis menyadari sepenuhnya akan kelemahan dan kekurangan dari tesis ini baik dalam isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sehingga tesis ini dapat bermanfaat sebagai sumber ilmu pengetahuan dan referensi bagi para penelitian lainnya.

Selama mengikuti pendidikan dan penyelesaian penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak berupa materi maupun dorongan moril baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A(k), Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara dan sekaligus selaku Dosen Pembanding.

(8)

5. Bapak Prof. Dr. lir.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah banyak memberikan waktu dan pemikiran serta bimbingannya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Bapak Irsad Lubis, M.Soc.Sc,Ph.D, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran-saran yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini. 7. Bapak Drs. Rujiman, M.A, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan

saran-saran yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

9. Penghargaan tertinggi penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu serta Istri tercinta Liswati, SE, yang selalu mendoakan, dan kepada anak-anakku tersayang Muhammad Raihansyah Pohan dan Khairani Syifa Pohan yang telah banyak memotivasi penulis di dalam menyelesaikan tesis ini.

10. Rekan-rekan mahasisiwa dan seluruh alumni Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, seluruh staff/karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana USU serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan saran, pendapat serta pandangannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Akhirnya, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas segala amal dan budi yang diberikan. Dan semoga kemudahan dan kelapangan selalu menyertai kita semua. Amin Ya Rabbal Alamiin.

Medan, Oktober 2009 Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Sarbini Pohan 2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 10 Juni 1971 3. Jenis Kelamin : Laki Laki

4. Status : Menikah

5. Agama : Islam

6. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil di Direktorat Jenderal Pajak 7. Alamat : Jl. Ampera I Gg. Pribadi No. 54-A Pondok Kelapa

Medan 8. Nama Istri : Liswanti, SE

9. Anak : 1. Muhammad Raihansyah Pohan 2. Khairani Syifa Pohan

10. Nama Ayah : M. Arsyad Pohan (Alm) Ibu : Hj. Adasiah Halirdiwirya 12. PENDIDIKAN

a. SD : SD Negeri Perumnas III Tangerang (1984)

c. SMP : SMP Negeri 5 Tangerang (1987)

d. SMA : SMA Negeri 1 Tangerang (1990)

e. D III : STAN Jakarta (1993)

f. Strata 1 : Program Ekstension Fak. Ekonomi USU (2000) g. Strata 2 : Pascasarjana Ekonomi Pembangunan USU (2009)

Medan, Oktober 2009

(10)

DAFTAR ISI

(11)

2.7 Hipotesis Penelitian ... 28

3.7 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 32

3.8 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)... 32

4.1.3 Perkembangan PT. Kawasan Industri Medan ... 40

4.2 Karakteristik Perusahaan-Perusahaan Di Kawasan Industri Medan ... 42

4.2.1 Pendapatan Usaha ... 42

4.2.2 Modal Kerja ... 43

4.2.3 Tenaga Kerja ... 44

4.2.4 Lama Berusaha... 44

4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha... 45

4.4 Hasil Estimasi ... 46

(12)

4.5.1 Uji Multikolinieritas... 50

4.5.2 Uji Heteroskedastisitas... 51

4.5.3 Uji Normalitas... 51

4.5.4 Uji Linieritas ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Pendapatan PT. KIM Tahun 2001-2007 ... 5

1.2 Perkembangan Jumlah Perusahaan di Kawasan Industri Medan Tahun 2004-2007 ... 7

3.1 Jumlah Perusahaan di Kawasan Industri Medan Tahun 2007 ... 30

3.2 Jumlah Populasi dan Sampel Perusahaan di Kawasan Industri Medan... 30

4.1 Perkembangan Pendapatan PT. KIM Tahun 2001-2007 ... 41

4.2 Pendapatan Usaha Perusahaan di Kawasan Industri Medan... 43

4.3 Modal Kerja Perusahaan di Kawasan Industri Medan... 43

4.4 Jumlah Tenaga Kerja Perusahaan di Kawasan Industri Medan ... 44

4.5 Lama Berusaha Perusahaan di Kawasan Industri Medan ... 45

4.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha pada Perusahaan di Kawasan Industri Medan ... 46

4.7 Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas ... 50

4.8 Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas ... 51

4.9 Hasil Estimasi Uji Linieritas ... 52

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Pendapatan Usaha PT. KIM Tahun 2001-2007 ... 6 1.2 Perkembangan Jumlah Perusahaan di Kawasan Industri Medan Tahun

2004-2007 ... 7 2.1 Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi.. 18 2.2 Kerangka Pemikiran... 28 4.1 Perkembangan Pendapatan Usaha PT. KIM Tahun 2001-2007 ... 42 4.2 Perkembangan Pembagian Deviden PT. KIM Kepada Pemko Medan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Hasil Penelitian... 60

2. Hasil Estimasi Pendapatan Usaha Perusahaan-Perusahaan di Kawasan Industri Medan ... 62

3. Uji Multikolinearitas Modal Kerja... 62

4. Uji Multikolinearitas Tenaga Kerja ... 63

5. Uji Multikolinearitas Lama Berusaha ... 63

6. Uji White Heteroskedasticity ... 64

7. Uji Normalitas (JB-Test)... 65

8. Uji Linieritas (Ramsey RESET Test)... 65

9. Statistik Deskriptif ... 66

(16)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN

DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Ordinary Least Square (OLS) dengan alat bantu Sofware Eviews Versi 4.1. Untuk memperoleh estimasi yang akurat, maka digunakan dalam penelitian ini adalah uji t-statistik dan uji pelanggaran asumsi klasik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi sebesar R2 73,27%. Variabel modal kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dibandingkan dengan 2 variabel lainnya yaitu tenaga kerja dan lama berusaha mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan dengan nilai 0,582 dibandingkan nilai 0,457 dan 0,296.

(17)

ANALYZE THE FACTORS THAT AFFECT BUSINESS REVENUE COMPANIES IN MEDAN INDUSTRIAL AREA

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the factors that affect business revenue companies in Medan Industrial Area.

The method of analysis used in this study is the method of Ordinary Least Square (OLS) with Eviews Software tool Version 4.1. To obtain an accurate estimate, it is used in this study is to test t-test statistics and the classical assumption violations. The results showed that the value of the coefficient of determination R2 of 73.27%. Variable working capital has a significant effect compared with the 2 other variables of labor and time to affect business revenue companies in the Medan Industrial Estate with a value of 0.582 compared to 0.457 and 0.296 values.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah kota Jakarta dan Surabaya, dilihat dari luasnya wilayah, jumlah penduduk, aktivitas industri dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini Pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis di berbagai bidang seperti industri, pariwisata, perbankan dan lain-lain akan semakin menjanjikan keuntungan bagi para investor lokal maupun asing.

Pembangunan ekonomi bertujuan antara lain pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan kemiskinan, menjaga kestabilan harga dengan selalu memperhatikan tingkat inflasi, perhatian yang cukup terhadap neraca perdagangan, pendistribusian pendapatan yang lebih adil dan merata, tumbuhnya investasi-investasi dan mengatasi pengangguran (Arief, 2006).

Adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita mengakibatkan semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya yang mendukung proses tersebut seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia (Tambunan, 1999).

(19)

pembentukan PDB mengecil, sedangkan pangsa PDB dari sektor industri (manufaktur) dan jasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan PDB atau Pendapatan nasional per kapita. Kedua, terjadinya distribusi kesempatan kerja menurut sektor dimana pada tingkat pendapatan per kapita yang rendah (tahap awal pembangunan), sektor-sektor primer merupakan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tingkat pendapatan per kapita yang tinggi (tahap akhir pembangunan), sektor-sektor sekunder terutama industri menjadi lebih penting dibandingkan pertanian sebagai sumber kesempatan kerja. (chenery dan Syrquin dalam Tambunan, 1999).

Dari pendapat chenery dan Syrquin, di Kota Medan berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada tahun 2005 sektor primer memberikan sumbangan sebesar 3,06%, sektor sekunder sebesar 26,91% dan sektor tersier sebesar 70,03%.

Sedangkan pada tahun 2006 sektor primer memberikan sumbangan sebesar 2,93%; sektor sekunder sebesar 28,37% dan sektor tersier sebesar 68,70%. Sedangkan pada tahun 2007 sektor primer memberikan sumbangan sebesar 2,86%; sektor sekunder sebesar 27,93% dan sektor tersier sebesar 69,21%.

(20)

Investasi merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada perekonomian tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan domestik. Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui dana dari luar wilayah.

Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor-faktor produksi tersebut adalah modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal (investasi).

Sejak tahun 2001 penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh faktor-faktor ekonomi yang dimiliki, tetapi didukung juga oleh faktor-faktor non ekonomi, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa terkemuka di Indonesia, Kota Medan telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang bagi kegiatan industri, termasuk menyediakan sebuah kawasan industri yang modern dan terkelola secara profesional.

(21)

menjadi 1.000 hektar. Untuk kegiatan industri kecilpun tersedia Perkampungan Industri Kecil (PIK) yang terletak di Medan Denai. Ada satu kawasan Industri di Medan yaitu Kawasan Industri Medan (KIM) dekat Pelabuhan Belawan.

Kawasan Industri Medan (KIM) berlokasi di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli dengan areal seluas ± 525 hektar. PT. Kawasan Industri Medan (KIM) resmi berdiri menjadi perseroan sejak tanggal 7 Oktober 1988. Dengan kepemilikan saham 60% Pemerintah Republik Indonesia, 30% Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan 10% Pemerintah Kota Medan. Areal kawasan industri ini dibelah oleh dua jalur tol dari Kota Medan menuju pelabuhan belawan. Posisinya sangat strategis dengan jarak 8 kilometer ke pelabuhan belawan, 15 kilometer ke bandara udara Polonia serta 10 kilometer ke pusat Kota Medan. Berbagai fasilitas penunjang yang dimiliki kawasan industri medan antara lain pengolahan air limbah, air bersih, air hidran, listrik, telepon, gas, keamanan, pemadam kebakaran dan poliklinik.

Dengan visi perusahaan yang menyediakan prasarana industri yang berkualitas dan memberikan pelayanan sarana utilitas yang prima kepada penghuni

kawasan sehingga akan dapat menarik minat investor baru, untuk investasi di Kawasan Industri Medan.

Areal Kawasan Industri Medan (Tahap I) dengan luas ± 200 hektar terletak di sebelah barat jalan tol, dan areal di sebelah timur jalan tol disebut dengan Kawasan

(22)

Investor asing yang menanamkan modalnya di kawasan industri medan antara lain berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Australia, Swedia, Filipina, Jerman, Swiss, dan Yaman.

Perkembangan pendapatan usaha PT. Kawasan Industri Medan dari tahun 2002 hingga tahun 2007 menunjukkan peningkatan dan secara rata-rata pertumbuhan pendapatan usaha PT. Kawasan Industri Medan antara tahun 2001 hingga 2007 sebesar 68,37%. Pada tahun 2007 dengan membaiknya keadaan perekonomian yang ditandai stabilitas makro ekonomi seperti: nilai tukar yang stabil, inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, maka pada tahun 2007 terjadi peningkatan pendapatan usaha PT. KIM sebesar Rp 88.573 juta dari tahun sebelumnya sebelumnya sebesar Rp 47.930 juta atau dengan kata lain mengalami pertumbuhan sebesar 84,80%. Untuk lebih detailnya perkembangan PT. Kawasan Industri Medan dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perkembangan Pendapatan PT. KIM Tahun 2001 - 2007

No. Tahun Pendapatan Usaha

(Rp )

4. 2004 25.117.489.600 273,82

5. 2005 39.077.322.000 55,58

6. 2006 47.929.631.000 22,66

7. 2007 88.573.761.770 84,80

Rata-Rata 31.880.141.003 68,37

Sumber: PT. Kawasan Industri Medan, 2008

(23)

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan pendapatan usaha PT. KIM dalam bentuk tampilan grafik sebagai berikut:

Gambar 1.1. Perkembangan Pendapatan Usaha PT. KIM Tahun 2001-2007

(24)

Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan di Kawasan Industri Medan Tahun 2004-2007

No. Tahun Jumlah Perusahaan

(unit)

Pertumbuhan (%)

1. 2004 250 -

2. 2005 266 6,40

3. 2006 278 4,51

4. 2007 329 18,35

Rata-Rata 281 9,75

Sumber: PT. Kawasan Industri Medan, 2008

Dari Tabel 1.2 dapat dilhat perkembangan jumlah perusahaan di Kawasan Industri Medan dalam bentuk tampilan grafik sebagai berikut:

Gambar 1.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan di Kawasan Industri Medan Tahun 2004-2007

(25)

inflasi yang terkendali, maka pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah perusahaan di Kawasan Industri Medan menjadi sebanyak 329 perusahan dibandingkan tahun 2006 hanya sebanyak 278 atau dengan kata lain mengalami pertumbuhan sebesar 18,35%.

Penelitian ini khusus ingin mengamati dan menganalisis 3 faktor yang memmpengaruhi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan yaitu: modal kerja, tenaga kerja, dan lama berusaha.

Faktor modal kerja masuk (kedalam penelitian ini karena secara teoritis modal kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah barang atau produk yang dihasilkan sehingga akan meningkatkan pendapatan usaha.

Pengertian modal kerja dalam penelitian ini berdasarkan konsep kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian model kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (Sawir, A., 2001).

Faktor tenaga kerja masuk dalam penelitian ini karena secara teoritis tenaga kerja akan mempengaruhi pendapatan usaha. Dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan usaha.

(26)

pendapatan usaha. Namun demikian, dalam banyak literatur atau berdasar data secara empiris, ternyata lamanya berusaha perusahaan secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan (dalam hal ini pendapatan atau profit perusahaan).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dianalisis, yaitu:

a) Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan;

b) Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan;

c) Bagaimana pengaruh lama berusaha terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk menganalisis pengaruh modal kerja terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan;

b) Untuk menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan;

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

1) Bagi dunia usaha khususnya perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan akan bermanfaat sebagai bahan masukan untuk pengembangan dan peningkatan pendapatan usaha.

2) Bagi para investor yang akan berinvestasi di Kawasan Industri Medan akan bermanfaat sebagai pertimbangan untuk berinvestasi.

3) Bagi pemerintah berguna sebagai bahan kajian dan masukan dalam perencanaan pembangunan serta pengambilan kebijakan untuk mengembangkan kawasan industri.

4) Bagi penulis untuk menambah wawasan terutama yang berhubungan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan serta berguna sebagai referensi bagi peneliti

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kawasan Industri

Terminologi Kawasan industri menurut Deperindag sesuai dengan Keppres 53 tahun 1989, dan telah diperbaiki dengan Keppres 41 tahun 1996 tentang Kawasan Industri:

(1) Pengertian Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang memiliki ijin usaha kawasan industri.

(2) Terminologi kawasan Industri di Indonesia sering disebut dengan istilah Industrial Estate sementara di beberapa Negara digunakan istilah Industrial Park. (3) Berdasarkan pengertian di atas, suatu areal industri dapat menggunakan istilah

Industrial Estate atau Industrial Park, harus memenuhi 2 ciri utama, yaitu:

a. Merupakan lahan yang disiapkan sudah dilengkapi prasarana dan sarana penunjang.

b. Dalam pengelolaannya, terdapat suatu badan/manajemen pengelola (perusahaan) yang telah memiliki izin usaha sebagai Kawasan Industri.

(29)

mengelompok. Di Indonesia, pada tahun 2005 sudah terdapat 203 kawasan industri yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan luas ± 67.000 hektar. Dari jumlah tersebut baru beroperasi 64 kawasan dengan total area ± 20.000 hektar, dan rata-rata tingkat pemanfaatan ± 44% yang didalamnya terdapat ± 60.000 industri. (www.depperin.go.id.tahun 2008). Dari 64 kawasan industri yang beroperasi, sebagian besar berada di propinsi di Pulau Jawa, Pulau Sumatera pada propinsi Riau (Batam) dan Sumutera Utara.

2.2. Kawasan Industri Medan

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa terkemuka di Indonesia, Kota Medan telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang bagi kegiatan industri, termasuk menyediakan sebuah kawasan industri yang modern dan terkelola secara professional.

(30)

dimiliki kawasan industri medan antara lain pengolahan air limbah, air bersih, air hidran, listrik, telepon, gas, keamanan, pemadam kebakaran dan poliklinik.

Dengan visi perusahaan yang menyediakan prasarana industri yang berkualitas dan memberikan pelayanan sarana utilitas yang prima kepada penghuni

kawasan sehingga akan dapat menarik minat investor baru, untuk investasi di Kawasan Industri Medan.

Areal Kawasan Industri Medan (Tahap I) dengan luas ± 200 hektar terletak di sebelah barat jalan tol, dan areal di sebelah timur jalan tol disebut dengan Kawasan

Industri Medan (Tahap II) dengan luas ± 325 hektar.

Berbagai terobosan dilakukan pemerintah Kota Medan di sektor investasi untuk dapat menarik minat para investor dari dalam maupun luar negeri mulai dari penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian insentif baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Berbagai langkah debirokrasi dan deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dan berinvestasi termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir ketidakpastian berusaha bagi investasi asing.

Berbagai langkah yang sedang, telah dan akan dilakukan Pemko Medan antara lain:

(31)

2. Membentuk Medan Bisnis Forum (MBF) sebagai wadah kemitraan antara Pemko Medan, masyarakat dan dunia usaha (swasta) yang berfungsi sebagai forum komunikasi, fasilitator, mediator, kegiatan bisnis dan investasi usaha swasta dan asing.

3. Mempersiapkan Unit Pelayanan Terpadu (UPT) satu atap, sebagai bentuk pengintegrasian pelayanan perizinan bagi investor dalam negeri dan asing sehingga diharapkan dapat lebih sederhana, cepat, mudah, murah, terbuka, baku, efisien dan ekonomis (terjangkau).

4. Mengusahakan insentif dan kemudahan melalui pemerintah pusat dengan pemberian:

a. Keringanan bea masuk, impor barang-barang modal (mesin, bahan baku, dan lain-lain) sesuai dengan SK Menteri Keuangan No.135/KM 05/2000.

b. Pembebasan PPN atas impor dan atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis, sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI No. 155/KMK 03/2001

c. Memberikan visa izin tinggal sementara dan atau izin tinggal terbatas bagi perusahaan yang ingin memperkerjakan tenaga kerja asing, melalui Ditjen imigrasi/kantor imigrasi setempat.

d. Menggalang kerjasama perdagangan dan investasi dalam wadah-wadah regional seperti IMT-GT, Sister City dan lain-lain.

(32)

f. Melakukan koordinasi secara terus menerus dengan kepolisian dan TNI untuk memberikan rasa aman dan tenteram bagi seluruh pelaku bisnis baik domestik maupun asing yang ada di Kota Medan.

g. Berbagai langkah yang telah, sedang dan akan dilanjutkan tersebut diharapkan juga menghapus perbedaan perlakuan antara investor asing dan lokal, sehingga investor asing dapat memiliki akses yang sama termasuk dari lembaga perbankan domestik/lokal (menyamakan perlakuan terhadap investor). Selain itu, diharapkan regulasi lebih berpihak kepada pasar serta transparan dengan mengusahakan mengurangi jumlah larangan yang terdapat pada negative investment list.

Keseriusan Pemko Medan dalam pengembangan kawasan industri bukanlah suatu hal yang mengherankan, jika melihat keuntungan yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya.

Keuntungan pertama yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Hal ini dapat diperlihatkan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi Kota Medan antara tahun 2005-2007 mencapai 7,77 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. (Medan dalam angka, 2007)

(33)

diperlukan untuk proses produksi dapat dipenuhi lebih mudah karena dikumpulkan dalam satu kawasan. Berbeda halnya apabila tidak terdapat kawasan industri, dimana lokasi industri yang satu dengan yang lain terletak berjauhan, maka sarana yang diperlukan untuk proses produksi cenderung susah dilakukan dan lebih mahal karena penggunaannya yang cenderung untuk keperluan sendiri. Namun, dengan adanya kawasan industri yang merupakan aglomerasi/pengumpulan dari beberapa industri, maka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana industri dapat lebih mudah, karena dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih murah sifatnya, karena dapat digunakan secara bersama-sama.

Keuntungan yang ketiga yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan industri adalah membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan bertumbuhnya kawasan perindustrian, maka akan membuka lapangan pekerjaan baru di pabrik yang dapat menyerap ribuan buruh/tenaga kerja. Dengan bertambahnya lapangan pekerjaan tersebut, maka pendapatan masyarakat dapat menjadi meningkat yang disertai juga dengan peningkatan sumber daya manusianya.

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Teori Produksi

(34)

dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan, juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

Produksi merupakan hasil akhir dan proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Joesron dan Fathorrozi, 2003).

Produksi merupakan konsep arus, apa yang dimaksud dengan konsep arus (flow concept) di sini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila berbicara mengenai peningkatan produksi, itu berarti peningkatan tingkat output dengan mengasumsikan faktor-faktor lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin, per jam; jadi bukan dihitung sebagai jumlah mesinnya secara fisik (Miller dan Miners, 1999).

(35)

TP C

Gambar 2.1. Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi

(36)

2.3.2. Fungsi Produksi

Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi tertentu.

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.

Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan

sebagai berikut:

Q = f(X1, X2, X3, … , Xn)

dimana:

Q = output Xi = input

(37)

fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output.

Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat juga dipakai untuk menganalisis produktivitas tenaga kerja. Fungsi produksi dapat ditunjukkan pada persamaan berikut:

Q = f(K, L) (2.1)

Q = A K L (2.2)

dimana:

Q = output A = konstanta K = input kapital L = input tenaga kerja

 = koefisien kapital

 = koefisien tenaga kerja

(38)

2.4. Pendapatan Usaha dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

2.4.1. Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual dikalikan dengan harga output per unit. Jika jumlah unit output yang sama dengan Q dan harga jual per unit output adalah P, maka pendapatan total (TR) = Q x P.

Biaya usaha biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produk yang dijual banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produk yang dijual, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Rahardja, Manurung, 2006).

2.4.2. Modal Kerja

Pengertian modal kerja dalam penelitian ini berdasarkan konsep kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian model kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar (Sawir. A, 2001)

(39)

pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah barang atau produk yang dihasilkan sehingga akan meningkatkan pendapatan usaha.

2.4.3. Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah pegawai tetap dan tidak tetap yang terlibat dalam suatu kegiatan di perusahaan. Setiap usaha yang dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu dalam analisa ketenagakerjaan dibidang bisnis/perusahaan penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya jumlah tenaga kerja. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian (terampil). Biasanya perusahaan kecil akan membutuhkan jumlah tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan sekala besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja dan mempunyai keahlian. Dalam analisa ketenagakerjaan sering dikaitkan dengan tahapan pekerjaan dalam perusahaan, hal seperti ini sangat penting untuk melihat alokasi sebaran pengguna tenaga kerja selama proses produksi sehingga dengan demikian kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindarkan (Soekartawi, 2002).

(40)

unit tenaga kerja) lebih tinggi dari pada cost yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja.

2.4.4. Lama Berusaha

Faktor lama berusaha secara teoritis dalam buku ekonomi tidak ada yang membahas lama berusaha mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan atau pendapatan usaha. Namun demikian, dalam banyak literatur atau berdasar data secara empiris, ternyata lamanya berusaha perusahaan secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan (dalam hal ini pendapatan perusahaan).

2.5. Penelitian Sebelumnya

Handrimurtjahyo, A.D., Susilo, Y.S., Soeroso, A., (2007) dalam penelitiannya dengan judul “Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha Industri Kecil : Kasus Pada Industri Gerabah dan Keramik Kasongan, Bantul, Yogyakarta”. Penelitian ini

dilakukan terhadap unit-unit usaha di sentra industri gerabah dan keramik di Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Penentuan sampel dilakukan dengan convenience

(41)

dipengaruhi oleh ukuran usaha (= jumlah tenaga kerja), umur unit usaha atau lamanya unit usaha telah beroperasi, legalitas badan/unit usaha, fasilitas kredit perbankan yang diperoleh unit/badan usaha, dan kegiatan internasionalisasi badan/unit usaha dengan melakukan aktivitas ekspor hasil produksinya.

Thamrin (2006) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa variabel yang mempengaruhi keberhasilan sektor industri kecil di dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah variabel modal kerja, tenaga kerja, tingkat pendidikan dan fasilitas kredit berpengaruh secara signifikan secara statistik. Dalam penelitian pada sektor industri kecil di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa sektor ini dapat dikembangkan dalam rangka pendapatan, potensi ekonomi wilayah yang dimiliki Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang khususnya sektor industri kecil menjadi daya tarik bagi para investor untuk membuka usaha sehingga iklim usaha akan menjadi cerah dan penyerapan tenaga kerja akan tercipta. Potensi sektor industri kecil ini juga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan pemerintahan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang misalnya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerahnya (PAD).

(42)

proses produksi, maka semakin besar probabilitas industry gerabah dan keramik berorientasi ekspor. Berdasarkan kondisi ini tentu unit usaha yang mempunyai kesempatan untuk melakukan ekspor maka probabilitas pertumbuhan unit usaha juga lebih besar. Disamping itu, temuan riset juga menyatakan bahwa semakin tua umur unit usaha maka semakin besar probabilitas industri gerabah/keramik berorientasi ekspor. Dengan kesempatan ekspor yang dimiliki maka pada gilirannya akan mampu mendorong pertumbuhan usaha.

Davidson et al. (2002) melakukan studi terhadap industri manufaktur di Swedia. Tujuan dari studi tersebut untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan usaha (% pertumbuhan tingkat produksi) dari unit usaha industri tersebut. Model ekonometrika yang disusun diselesaikan dengan regresi berganda dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Temuan dari riset tersebut antara lainbesarnya unit usaha (firm size), lamanya usaha (age), dan legalitas dari unit usaha mempengaruhi pertumbuhan usaha dengan signifikan.

(43)

adalah ternyata subsidi atau bantuan yang diberikan pemerintah berpengaruh terhadap pertumbuhan usaha industry kecil dan menengah.

Roper (1999) melakukan studi terhadap 1853 perusahaan skala kecil di Irlandia dalam kurun waktu 1993–1994. Tujuan dari riset untuk mengetahui faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan usaha, dalam hal ini pertumbuhan penjualan dan profitabilitas, dari perusahaan yang menjadi sampel. Kajian ini menggunakan data sekunder. Temuan dari studi ini diantaranya adalah kemampuan perusahaan dalam mengekspor produk berpengaruh terhadap kemampuan memperoleh peningkatan laba. Disamping itu, riset ini juga menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan (jumlah tenaga kerja) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan usaha, sedangkan umur perusahaan atau lamanya usaha berpengaruh secara negatif dan signifikan. Riset ini menggunakan model ekonometrika.

2.6. Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan demikian maka kerangka pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan (sebagai variabel terikat) yang dipengaruhi oleh modal kerja, jumlah tenaga kerja dan lama berusaha (sebagai variabel bebas).

(44)

yang tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian model kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. (Sawir. A, 2001)

Faktor modal kerja secara teoritis maupun berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan (empiris) menyatakan bahwa modal kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah barang atau produk yang dihasilkan sehingga akan meningkatkan pendapatan usaha.

Pengertian tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah pegawai tetap dan tidak tetap yang terlibat dalam suatu kegiatan di perusahaan. Faktor tenaga kerja masuk dalam penelitian ini karena secara teoritis tenaga kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan usaha.

Faktor lama berusaha secara teoritis dalam buku ekonomi tidak ada yang membahas lama berusaha mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan atau pendapatan usaha. Namun demikian, dalam banyak literatur atau berdasar data secara empiris, ternyata lamanya berusaha perusahaan secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan (dalam hal ini pendapatan perusahaan).

(45)

Modal Kerja

Jumlah Tenaga Kerja

Lama Berusaha

Pendapatan

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan dari beberapa penelitian empiris yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a) Modal kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan, ceteris paribus.

b) Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan, ceteris paribus.

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh modal kerja, jumlah tenaga

kerja dan lama berusaha terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan

di Kawasan Industri Medan, Propinsi Sumatera Utara.

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kawasan Industri Medan Propinsi Sumatera

Utara, yaitu: Kawasan Industri Medan I dan Kawasan Industri Medan II.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data penelitian adalah data primer dan data sekunder, data primer diperoleh

dari perusahaan-perusahaan yang berada di Kawasan Industri Medan melalui

wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah

dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data-data sekunder diperoleh dari

PT. Kawasan Industri Medan, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, dan dari website (internet).

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan-perusahaan

(47)

yaitu Kawasan Industri Medan I dan Kawasan Industri Medan II dengan populasi

sebanyak 329 perusahaan.

Tabel 3.1. Jumlah Perusahaan Di Kawasan Industri Medan Tahun 2007

No. Kawasan Industri Medan Jumlah Perusahaan

1. Kawasan Industri Medan I 106

2. Kawasan Industri Medan II 223

Jumlah 329

Sumber: PT. Kawasan Industri Medan, 2007

Penarikan sampel pada perusahaan-perusahaan dilakukan secara Simple

Random Sampling adalah sampel yang diambil secara acak sederhana, dan

proporsional dari 2 kawasan industri yang ada di Kawasan Industri Medan akan

diambil sampel 20% sehingga akan diperoleh:

Tabel 3.2. Jumlah Populasi dan Sampel Perusahaan di Kawasan Industri Medan

No. Kawasan Industri Medan Populasi Sampel

1. Kawasan Industri Medan I 106 21

2. Kawasan Industri Medan II 223 44

Jumlah 329 65

Sumber: PT. Kawasan Industri Medan, 2007

3.5. Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan

(48)

usaha perusahaan-perusahaan di kawasan industri medan yang dirumuskan dalam

fungsi:

PU = f (MK, TK, LB) (3.1)

Dalam analisis ini pendekatan yang dilakukan adalah analisis fungsi produksi,

dimana fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Bentuk

fungsi produksi yang digunakan adalah:

PU = A MKα1 TKα2 LBα3 (3.2)

Selanjutnya fungsi tersebut ditranformasikan ke dalam model

ekonometrikanya adalah sebagai berikut :

Log PU = 0 + 1 log MK + 2 log TK + α3 log LB +  (3.3)

dimana:

PU = Pendapatan usaha (Rp.)

MK = Modal kerja (Rp.)

TK = Jumlah tenaga kerja (orang)

LB = Lama berusaha (tahun)

0 = Intercept

1, 2, 3 = Koefisien regresi

 = Error term (kesalahan gangguan)

3.6. Metode Analisis

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat

terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) dengan alat bantu software Eviews

(49)

3.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a) Pendapatan usaha adalah pendapatan usaha yang diperoleh masing-masing

perusahaan di Kawasan Industri Medan per tahun (dalam Rp.)

b) Modal kerja adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar menurut konsep

kuantitatif per tahun (dalam Rp)

c) Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja (baik tetap maupun tidak tetap) yang

bekerja pada masing-masing perusahaan di Kawasan Industri Medan per tahun

(dalam orang)

d) Lama berusaha adalah umur perusahaan yang beroperasi di Kawasan Industri

Medan hingga sampai pelaksanaan survei (dalam tahun).

3.8. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

Uji kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2), yang

kemudian dilanjutkan dengan F-test dan T-test. Koefisien determinasi (R2) adalah

angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variansi variabel variabel

bebas (independent variable) menjelaskan variabel terikat (dependen variable). F-tes

dimaksudkan untuk menguji pengaruh secar serentak/ bersama dari variabel-variabel

bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable). T-test

dimaksudkan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas

(50)

3.9. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi ada beberapa permasalahan yang biasa terjadi

yang secara statistik dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat

menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu

maka perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari:

3.9.1. Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas merupakan

kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel penjelas

lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel

penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika

multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun

variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat.

Dalam model regresi linier, diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara

variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati

besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu:

1. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar error besar,

sehingga interval kepercayaan lebar);

2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah;

3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi;

(51)

Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan,

dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai

koefisien determinan (R2) masing-masing. Selanjutnya R2 hasil regresi antar variabel

bebas tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model

empiris yang digunakan ditolak.

2. Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas < R2 model penelitian, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas model

empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

3.9.2. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah varian dari setiap

kesalahan pengganggu 1 untuk variabel-variabel bebas yang diketahui merupakan

suatu bilangan konstan dengan symbol 2

. Kondisi seperti ini disebut dengan

homoskedastisitas, dengan persamaan sebagai berikut:

E (i2) = 2 dimana i = 1,2,...,n (3.4)

Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan

heteroskendastisitas.

Untuk melihat atau mendeteksi adanya heteroskendastisitas dapat dilakukan

(52)

grafik, dengan menganjurkan bahwa 2

, merupakan fungsi dari variabel bebas Xi.

Fungsi yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

i2 = 2 Xi  evi (3.5)

atau bila ditulis dalam bentuk logaritma natural adalah sebagai berikut:

ln i2 = ln 2 +  ln Xi + vi

(3.6)

Karena i2 pada umumnya tidak diketahui, maka Park menyarankan i2

digantikan

dengan i (residual), sehingga diperoleh:

ln i2 = In 2 +  ln Xi + vi

(3.7)

=  +  ln Xi + vi (3.8)

Sebagai pedoman, apabila koefisien  dari persamaan (3.7) signifikan secara

statistik, ini menunjukkan bahwa dalam data dari model empiris yang sedang

diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya, bila koefisien parameter 

dari persamaan (3.8) tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas

atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam data dari model empiris yang sedang

diestimasi tidak dapat ditolak.

Untuk dapat menerapkan uji Park, maka ada beberapa langkah yang harus

dilakukan, yaitu:

1. Melakukan regresi dengan menggunakan model yang sedang diamati, kemudian

didapatkan nilai estimasi residual, i2.

(53)

3.9.3 . Normalitas

Untuk mengetahui apakah normal dan tidaknya faktor pengganggu, t dengan

J-B test. Adapun kriteria untuk mengetahui normal atau tidaknya dari faktor

pengganggu adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai JB hitung (= 2

hitung) > nilai 2tabel, maka hipotesis yang menyatakan

bahwa residual, t adalah berdistribusi normal ditolak.

2. Bila nilai JB hitung (= 2

hitung) < nilai 2tabel, maka hipotesis yang menyatakan

bahwa residual, t adalah berdistribusi normal tidak dapat ditolak.

3.9.4. Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang

digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan sebaiknya

berbentuk linier atau tidak. Apakah suatu variabel baru relevan atau tidak dimasukkan

dalam model. Untuk uji linieritas dalam penelitian ini digunakan uji Ramsey (Ramsey

Reset Test), yaitu dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel. Kriteria keputusannya

adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai Fhitung > nilai Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi

model digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar ditolak

2. Bila nilai Fhitung < nilai Ftabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi PT. Kawasan Industri Medan

4.1.1. Kawasan Industri

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa terkemuka di Indonesia, Kota

Medan telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang bagi kegiatan industri,

termasuk menyediakan sebuah kawasan industri yang modern dan terkelola secara

profesional.

Kawasan Industri Medan (KIM) berlokasi di Kelurahan Mabar, Kecamatan

Medan Deli dengan areal seluas ± 525 hektar. PT. Kawasan Industri Medan (KIM)

resmi berdiri menjadi perseroan sejak tanggal 7 Oktober 1988 dengan mempunyai

lahan seluas ± 525 hektar. Dengan kepemilikan saham 60% Pemerintah Republik

Indonesia, 30% Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan 10% Pemerintah Kota

Medan. Areal kawasan industri ini dibelah oleh dua jalur tol dari Kota Medan menuju

pelabuhan belawan. Posisinya sangat strategis dengan jarak 8 kilometer ke pelabuhan

belawan, 15 kilometer ke bandara udara Polonia serta 10 kilometer ke pusat Kota

Medan. Berbagai fasilitas penunjang yang dimiliki kawasan industri medan antara

lain pengolahan air limbah, air bersih, air hidran, listrik, telepon, gas, keamanan,

pemadam kebakaran dan poliklinik.

Dengan visi perusahaan yang menyediakan prasarana industri yang

(55)

kawasan sehingga akan dapat menarik minat investor baru, untuk investasi

di Kawasan Industri Medan.

PT. Kawasan Industri Medan memiliki areal lahan seluas ± 525 hektar yang

terbagi mejadi Areal Kawasan Industri Medan (Tahap I) dengan luas ± 200 hektar

terletak di sebelah barat jalan tol atau sering disebut sebagai KIM I, dan areal

di sebelah timur jalan tol disebut dengan Kawasan Industri Medan (Tahap II) dengan

luas ± 325 hektar atau sering disebut sebagai KIM II.

Tata ruang tahap II sangat terencana dan asri dengan jalan utama keluar

masuk seluas 2 x 17,5 meter dan jalan sekunder selebar 12 meter. Pada kiri dan

kanan jalan terdapat pipa air bersih, air limbah, hydran, pipa gas, kabel listrik dan

telepon, dengan konstruksi dibawah tanah.

4.1.2. Infrastruktur

Infrastruktur yang terdapat di Kawasan Industri Medan adalah sebagai

berikut:

1) Pengolahan air limbah

Kawasan Industri Medan (KIM) memiliki dua pengolahan air limbah yang

berlokasi di tahap I dengan kapasitas 3.600 m3/hari dan pengolahan air limbah

di KIM tahap II yang berkapasitas 18.000 m3/hari.

2) Air bersih

Kawasan Industri Medan (KIM) menyediakan air bersih dengan kapasitas 200

(56)

3) Air hydran

Kawasan Industri Medan menyediakan kolam penampungan air hydran sebanyak

25.000 m3/hari.

4) Listrik, telepon dan gas

PLN menyediakan transformer ke Kawasan Industri Medan sebanyak 2 x 60 MW.

PT. Telkom dan PT. Indosat menyediakan sambungan telepon 2 x 1.000 SS

PT. Gas Negara menyediakan gas alam yang bersumber dari Pertamina dan siap

disalurkan ke setiap perusahaan.

5) Keamanan

Sistem keamanan yang dijaga oleh petugas yang profesional, ditambah dengan 1

(satu) pleton dari kepolisian (Poltabes dan Polsek Medan Labuhan) diterapkan

di Kawasan Industri Medan selama 24 jam.

6) Pemadam Kebakaran

Pemadam Kebaran siap bertugas dan tetap siaga dalam keadaan apapun.

7) Poliklinik

PT. Perum Astek mengelola poliklinik dan fasilitas ruang operasi dan unit gawat

darurat di Kawasan Industri Medan, dilengkapi dengan peralatan media yang

(57)

4.1.3. Perkembangan PT. Kawasan Industri Medan

Medan dengan lahan hinterlandnya berupa perkebunan-perkebunan yang

menghasilkan kelapa sawit, karet, cokelat, kopi, teh dan hasil-hasil pertanian

di dataran tinggi berupa sayur mayur dan buah-buahan.

Di komplek Kawasan Industri Medan terdapat banyak perusahaan pengolahan

industri hilir seperti Patty Acid, Sterit Acid, Asam Palmitat dan Isopropil Palmitat.

PT. Kawasan Industri Medan menawarkan lahan kavling yang sesuai dengan

kebutuhan, bangunan pabrik siap pakai dan penyewaan kantor sementara untuk para

investor yang sedang membangun di Kawasan Industri Medan dan melayani

pengurusan izin-izin pendirian perusahaan, IMB (one stop service) dan lain-lain.

Investor asing yang menanamkan modalnya di Kawasan Industri Medan

antara lain berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Australia, Swedia,

Philiphina, Jerman, Swiss dan Yaman.

Perkembangan pendapatan usaha PT. Kawasan Industri Medan dari tahun

2001 hingga tahun 2007 menunjukkan peningkatan dan secara rata-rata pertumbuhan

pendapatan usaha PT. Kawasan Industri Medan antara tahun 2001 hingga 2007

sebesar 68,37%. Pada tahun 2004 pendapatan usaha di PT. KIM menunjukkan

peningkatan yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 273,82%, hal tersebut

dikarenakan terjadinya pembelian lahan oleh investor baru di areal Kawasan Industri

Medan II dan juga penambahan nilai aktiva tetap (tanah dan bangunan) dari faktor

internal sedangkan dari faktor eksternal juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga

(58)

tahun 2007 dengan pertumbuhan sebesar 84,80%, hal tersebut dikarenakan terjadinya

pembelian lahan oleh investor baru di areal Kawasan Industri Medan II dan tingkat

suku bunga bank yang relatif stabil (terkendali). Untuk lebih detailnya perkembangan

PT. Kawasan Industri Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan PT. KIM Tahun 2001 - 2007

No. Tahun Pendapatan Usaha

(Rp )

Pertumbuhan (%)

1. 2001 9.534.320.776

-2. 2002 6.209.510.347 (34,88)

3. 2003 6.718.951.529 8,21

4. 2004 25.117.489.600 273,82

5. 2005 39.077.322.000 55,58

6. 2006 47.929.631.000 22,66

7. 2007 88.573.761.770 84,80

Rata-Rata 31.880.141.003 68,37

Sumber: PT. Kawasan Industri Medan, 2008

Dari Tabel 4.1 dapat dilhat perkembangan pendapatan usaha PT. KIM dalam

(59)

Gambar 4.1. Perkembangan Pendapatan Usaha PT. KIM Tahun 2001-2007

4.2. Karakteristik Perusahaan-Perusahaan Di Kawasan Industri Medan

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah perusahaan-perusahaan

yang yang tersebar di Kawasan Industri Medan sampai dengan tahun 2008 (yang

tercatat di PT. Kawasan Industri Medan).

4.2.1. Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan yang

tertinggi adalah Rp 1.000.000.001–Rp 5.000.000.000 sebanyak 32,3% kemudian

diikuti dengan pendapatan usaha di atas Rp 5 milyar yaitu sebesar 20,0% serta

pendapatan usaha antara Rp 200.000.001 – Rp 500.000.000 dan Rp 500.000.001–

(60)

kurang dari atau sama dengan Rp 200.000.000 sebesar 13,8%. Untuk lebih detailnya

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Pendapatan Usaha Perusahaan di Kawasan Industri Medan

Pendapatan Usaha

1.000.000.001 – 5.000.000.000 21 32,3

> 5.000.000.000 13 20,0

Total 65 100,0

Sumber: Data Primer, diolah, 2009

4.2.2. Modal Kerja

Modal kerja perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan yang

tertinggi adalah diatas Rp 5 milyar sebanyak 44,6% kemudian diikuti dengan modal

kerja Rp 1.000.000.001 – Rp 5.000.000.000 yaitu sebesar 30,8% serta modal kerja

Rp.500.000.001–Rp.1.000.000.000 sebesar 12,3%. Untuk modal kerja dengan

prosentase yang terendah yaitu Rp 200.000.001–Rp 500.000.000 sebesar 4,6%.

Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Modal Kerja Perusahaan di Kawasan Industri Medan

1.000.000.001 – 5.000.000.000 20 30.8

> 5.000.000.000 29 44.6

Total 65 100.0

(61)

4.2.3. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan

dengan prosentase terbesar adalah kurang dari atau sama dengan 50 orang sebanyak

38,5% kemudian diikuti dengan jumlah tenaga kerja 101–500 orang sebanyak 26,2%

dan jumlah tenaga kerja 51–100 orang sebanyak 21,5% dan yang terendah dengan

jumlah tenaga kerja lebih dari 1.000 orang sebesar 6,2%. Untuk lebih detailnya dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Sumber: Data Primer, diolah, 2009

4.2.4. Lama Berusaha

Lama berusaha pada perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan

dengan prosentase terbesar adalah 4–6 tahun sebesar 35,4% kemudian diikuti dengan

lama berusaha 7–10 tahun dan lebih dari 15 tahun sebesar 20,0%. Untuk perusahaan

dengan prosentase terendah dengan lama berusaha 11–15 tahun yaitu sebesar 10,8%.

(62)

Tabel 4.5. Lama Berusaha Perusahaan di Kawasan Industri Medan

Sumber: Data Primer, diolah, 2009

4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha

Pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan

tergantung pada variabel-variabel pendukung. Adapun variabel-variabel tersebut

adalah modal kerja, tenaga kerja dan lama berusaha.

Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa rata-rata modal kerja pada

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan adalah sebesar Rp.9.280.000.000

per tahun buku (status 31 desember 2007) dengan modal kerja terendah sebesar

Rp.743.398 dan yang tertinggi sebesar Rp.84.600.000.000. Untuk jumlah tenaga kerja

yang terendah sebesar 6 orang dan yang tertinggi sebesar 2.195 orang dengan

rata-rata jumlah tenaga kerja sebesar 214,1 orang.

Sedangkan untuk lama berusaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri

Medan yang terendah selama 1 tahun dan yang tertinggi selama 18 tahun dengan

rata-rata lama berusaha selama 8,5 tahun. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel

(63)

Tabel 4.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Pada Perusahaan-Perusahaan di Kawasan Industri Medan

Keterangan Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi

Modal Kerja (Rp) 68.888.830 44.300.000.000 8.370.000.000 10.040.000.000

Tenaga Kerja (orang) 6 2.195 214,14 362,55

Lama Berusaha (tahun) 1 18 8,5 5,6

Sumber: Data neraca pada perusahaan di KIM tahun 2007, diolah, 2009

4.4. Hasil Estimasi

Untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu modal usaha, modal kerja,

tenaga kerja dan lama berusaha terhadap variabel terikat yaitu pendapatan usaha pada

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan menggunakan metode Ordinary

Least Squares (OLS) dengan bantuan program Eviews 4.1 diperoleh hasil sebagai

berikut:

LOG(PU) = 6,677+ 0,582 LOG(MK) + 0,457 LOG(TK) + 0,296 LOG(LB) Std. Error (0,083) (0,103) (0,138) t-stat (6,974)*** (4,458)*** (2.144)**

R2 = 0,7327 R2adj = 0,7195

F-statistic = 55,733

Keterangan: *** signifikan pada α =1%

** signifikan pada α = 5%

(64)

Berdasarkan nilai R-squared (R2) sebesar 0,7327 yang diperoleh dari

penelitian menyatakan bahwa variabel independen (modal kerja, tenaga kerja dan

lama berusaha) mampu menjelaskan variasi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan

di Kawasan Industri Medan sebesar 73,27 %. Sedangkan sisanya sebesar 26,73 %

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.

Dari nilai F-statistik yang diperoleh, yaitu sebesar 55,733 yang berarti lebih

besar dari F0,01(4,60) = 3,65 ; ini berarti secara bersama-sama (serentak) yaitu modal

kerja, tenaga kerja dan lama berusaha mempengaruhi pendapatan usaha

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan dengan tingkat keyakinan 99%. Dari variabel

modal kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar dibandingkan dengan 2 variabel

lainnya yaitu tenaga kerja dan lama berusaha mempengaruhi pendapatan usaha

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan dengan nilai 0,582 dibandingkan

nilai 0,457 dan 0,296.

Berdasarkan uji t-statistik (uji secara parsial), maka dapat diketahui bahwa

variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan usaha

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri medan modal kerja dan tenaga kerja pada tingkat  =

1% sedangkan variabel lama berusaha signifikan pada tingkat  = 5%.

Pada jumlah sampel (n) = 65, variabel bebas (k) = 3 maka derajat bebas untuk

nilai t-statistik (n-k-1) atau sama dengan 61. Pada variabel modal kerja mernpunyai

(65)

bahwa variabel modal kerja berpengaruh signifikan (pada α = 0,01) terhadap

pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan.

Sementara itu t-hitung variabel tenaga kerja sebesar 4,458 lebih besar

dibandingkan nilai t-tabel pada α = 0,01 sebesar 2,660 dengan demikian bahwa

variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan.

Sementara itu t-hitung untuk variabel lama berusaha sebesar 2,144 lebih besar

dibandingkan nilai t-tabel pada α = 0,05 sebesar 2,00 dengan demikian bahwa

variabel lama berusaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan.

Hasil estimasi diatas menunjukan bahwa koefisien modal kerja menunjukkan

elastisitas dari modal kerja terhadap pendapatan usaha dengan elastisitas sebesar

0,582 (  < 1) bermakna bahwa modal kerja terhadap pendapatan usaha

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan adalah tidak elastis (inelastic) karena nilai

elastisitas bernilai diantara 0 dan 1. Hal ini berarti respon pendapatan usaha

perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan terhadap modal usaha sangat

kecil.

Sementara itu koefisien tenaga kerja yang menunjukkan elastisitas tenaga

kerja terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan

dengan nilai elastisitas sebesar 0,458 (  < 1) bermakna bahwa tenaga kerja terhadap

(66)

elastis (inelastic) karena nilai elastisitas bernilai diantara 0 dan 1. Hal ini berarti

respon pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan

terhadap tenaga kerja sangat kecil.

Sedangkan untuk koefisien lama berusaha yang menunjukkan elastisitas lama

berusaha terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri

Medan dengan nilai elastisitas sebesar 0,296 (  < 1) bermakna bahwa lama berusaha

terhadap pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan

adalah tidak elastis (inelastic) karena nilai elastisitas bernilai diantara 0 dan 1. Hal ini

berarti respon pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan

terhadap tenaga kerja sangat kecil.

Berdasarkan hasil estimasi pendapatan usaha perusahaan-perusahaan

di Kawasan Industri Medan diperoleh hasil bahwa fungsi pendapatan usaha berada

pada kondisi Increasing Return to Scale lebih besar dari 1. Increasing return to scale

= 0,582 + 0,457 + 0,296 = 1,335. Increasing Return to Scale lebih besar dari 1 artinya

bahwa apabila modal kerja, tenaga kerja dan lama usaha naik dua kali lipat maka

pendapatan usaha perusahaan-perusahaan di Kawasan Industri Medan akan naik lebih

besar dari dua kali lipat.

4.5. Uji Asumsi Klasik

Mempertimbangkan bahwa dalam model regresi yang ingin dicapai adalah

Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan ada kalanya sering dijumpai dalam

(67)

pelanggaran terhadap asumsi klasik, maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian

asumsi klasik berupa multikolinieritas, heteroskedastisitas, normalitas dan linieritas.

4.5.1. Uji Multikolinieritas

Interpretasi dari model regresi berganda secara implisit bergantung pada

asumsi bahwa antar variabel bebas yang digunakan dalam model tersebut tidak saling

berkolerasi. Koefisien-koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran

perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan

seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun interpretasi ini menjadi salah

apabila terdapat hubungan linear antar variabel bebas. Berikut ini hasil uji

multikolinieritas pada Tabel 4.7 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas

Variabel R2

LOG (MK) 0,372

LOG(TK) 0,369

LOG(LB) 0,012

Sumber: Data diolah (Lampiran 4 s/d 6)

Berdasarkan pada Tabel 4.9 diatas dapat terlihat bahwa nilai R2

{LOG(PU) C LOG(MK) LOG(TK) LOG(LB), yaitu 0,733 lebih besar dari pada nilai

R2 antar variabel bebas dalam regresi parsial yaitu: 0,372; 0,369 dan 0,012

berdasarkan ketentuan rule of thumb dan metode ini dapat disimpulkan bahwa dalam

Gambar

Tabel 1.1. Perkembangan Pendapatan PT. KIM Tahun 2001 - 2007
Gambar 1.1. Perkembangan Pendapatan Usaha PT. KIM Tahun 2001-2007
Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Perusahaan di Kawasan Industri Medan
Gambar 2.1.  Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pencapaian proses dan tes akhir pada pembelajaran gerak dasar shooting pada pembelajaran sepakbola menggunakan modifikasi sasaran gawang melalui model

Berdasarkan temuan data lapangan pada dasarnya saat peneliti bertanya kepada Mika dan Mirna, mereka menjawab bahwa mereka menanggapi label yang diberikan kepada

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Bagian Layanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 2017, yang saat ini masih dalam tahapan evaluasi maka dalam rangka

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

Pembuatan aplikasi ini bertujuan untuk membantu konsumen agar proses pencarian dan penyewaan film menjadi lebih mudah, selain itu aplikasi ini dapat mengefisienkan waktu bagi

Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan Nomor 6 Tahun 2008.. tentang Urusan Pemerintahan Yang

bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan diktum KESEMBILAN Keputusan Bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Menteri Dalam Negeri dan

Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel tersebut, diperoleh nilai signifikan dari masing- masing hubungan antara faktor Nilai-nilai Agama (X1), Kualitas layanan (X2), Promosi