• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Tumbuh dan Kosentrasi Inodole-3-Acetic Acid (IAA) Pada Aklimatisasi Krisan (Crisantemum morifolium R.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Media Tumbuh dan Kosentrasi Inodole-3-Acetic Acid (IAA) Pada Aklimatisasi Krisan (Crisantemum morifolium R.)"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TUMBUH DAN KONSENTRASI

INDOLE-3-ACETIC ACID (IAA) PADA AKLIMATISASI

KRISAN ( Chrysantemum morifolium R. )

Skripsi

Oleh,

DEDDY WAHYU TRIONO 050307035 / PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH MEDIA TUMBUH DAN KONSENTRASI

INDOLE-3-ACETIC ACID (IAA) PADA AKLIMATISASI

KRISAN ( Chrysantemum morifolium R. )

Skripsi

Oleh,

DEDDY WAHYU TRIONO 050307035

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Media Tumbuh dan Kosentrasi Inodole-3-Acetic Acid (IAA) Pada Aklimatisasi Krisan (Crisantemum morifolium R.) Nama : Deddy Wahyu Triono

NIM : 050307035

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir.Rosmayati.MS) (Ir.E.Harso Ardhinata.MSc)

KETUA ANGGOTA

Mengetahui,

(4)

ABSTRACT

DEDDY WAHYU TRIONO: The effect of the Media and IAA Concentration on chrysanthemum Acclimatisation (Chrysantemum morifolium R.), was led by Prof.Dr.Ir.Rosmayati.MS, Ir.E.Harso Kardhinata.MSc.

This research aimed at learning the influence of the media's kind grew and

the IAA concentration and chrysanthemum acclimatisation (Chrysantemum morifolium R.). This research was held in Plant Breeding Laboratory Agriculture Faculty University North Sumatra, Medan on April 2010 until June 2010. This research used randomized plan complete with two factors. The first factor was the mediums kind grew (the compost mixture with the charcoal a camp, the compost mixture with cocopeat, and the compost mixture with the stick of ferns). The second factor was the IAA concentration (0 ppm, 2 ppm and 4 ppm). The parameter was percentage of the life, the high increase in the crop, the increase in the diameter of the stem, the increase in the number of leaves, the increase in the total weight, when emerging the bud, the number of buds, the number of primary roots, the number of secondary roots.

Results of the research of showing that the treatment of the media's kind grew were influential real towards the observation parameter of the percentage of the life of the crop, high the crop, the diameter of the stick, the increase in the total weight, and the primary root. In the treatment of the concentration Indole-3-acetic acid (IAA) that was given influential real towards the parameter of the number of leaves, the number of primary roots and the number of secondary roots. The treatment of the interaction was not influential real towards all the parameters.

(5)

ABSTRAK

DEDDY WAHYU TRIONO : Pengaruh Media Tumbuh dan Konsentrasi

Indole-3-Acetic Acid (IAA) Pada Aklimatisasi Krisan ( Chrysantemum morifolium R.), dibimbing oleh Prof.Dr.Ir.Rosmayati.MS

Ir.E.Harso Kardhinata.MSc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis media tumbuh dan konsentrasi IAA dan aklimatisasi Krisan ( Chrysantemum morifolium R.). penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai dari April 2010 sampai Juni 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor yang pertama adalah jenis media tumbuh (campuran kompos dengan arang sekam, campuran kompos dengan cocopeat, dan campuran kompos dengan batang pakis). Faktor yang kedua adalah konsentrasi IAA (0 ppm, 2 ppm dan 4 ppm). Parameter yang diamati adalah persentase hidup, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, saat muncul tunas lateral, jumlah tunas lateral, pertambahan jumlah akar primer, pertambahan jumlah akar sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis media tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan persentase hidup tanaman, tinggi tanaman, diameter batang, pertambahan bobot total, dan akar primer. Pada perlakuan konsentrasi Indole-3-acetic acid (IAA) yang diberikan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, jumlah akar primer dan jumlah akar sekunder. Perlakuan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peulis dilahirkan di pekanbaru pada tanggal 29 Desember 1986 sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara dari ayahhanda Ir.Bandono Soeharto.MM dan ibunda Nita Regina.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negri 3 Pekanbaru dan pada tahun 2005 telah terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) di departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) pada Bulan Juni 2009 sampai bulan Juli 2009 di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Siantar, Sumatera Utara.

Medan, Desember 2010

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Media Tumbuh dan

Konsentrasi Indole-3-acetic acid (IAA) Pada Aklimatisasi Krisan (Chrysantemum morifolium R.)” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(8)

DAFTAR ISI

Media Tumbuh Aklimatisasi ... 7

Indole-3-acetic acid (IAA) ... 11

METODE PENELITIAN ... 13

Tempat dan Waktu ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Sterilisasi Media ... 16

Sterilisasi Planlet ... 16

Aplikasi IAA ... 16

Penanaman Planlet ... 17

Penyungkupan Planlet ... 17

Pemeliharaan Planlet ... 17

Penyiraman ... 17

(9)

Pengamatan Parameter ... 18

Persentase Hidup (%) ... 18

Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) ... 18

Pertambahan Diameter Batang (mm) ... 18

Pertambahan Jumlah Daun (helai) ... 18

Pertambahan Bobot Total (gram) ... 18

Saat Muncul Tunas Lateral (MST) ... 19

Jumlah Tunas Lateral (buah) ... 19

Pertambahan Jumlah Akar Primer (helai)... 19

Pertambahan Jumlah Akar Sekunder (helai) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil Penelitian………... 20

Persentase Hidup (%) ... 21

Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) ... 21

Pertambahan Diameter Batang (mm) ... 22

Pertambahan Jumlah Daun (helai) ... 23

Pertambahan Bobot Total (gram) ... 24

Saat Muncul Tunas Lateral (MST) ... 24

Jumlah Tunas Lateral (buah) ... 24

Pertambahan Jumlah Akar Primer (helai)... 25

Pertambahan Jumlah Akar Sekunder (helai) ... 26

Pembahasan….. ... 27

Pengaruh Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi Terhadap ... 27

Pengaruh Konsentrasi IAA ... 28

Pengaruh Interaksi Antara Perlakuan ... 30

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan…. ... 31

Saran…………. ... 31 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Pesentase Hidup dari Perlakuan Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Konsentrasi IAA ... 21 2. Pertambahan Tinggi Tanaman dari Perlakuan Jenis Media Tumbuh

Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA ... 22 3. Pertambahan Diameter Batang dari Perlakuan Jenis Media Tumbuh

Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA ... 23 4. Pertambahan Jumlah Daun dari Perlakuan Jenis Media Tumbuh

Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA ... 23 5. Pertambahan Bobot Total dari Perlakuan Jenis Media Tumbuh

Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA ... 24 6. Pertambahan Jumlah Akar Primer dari Perlakuan Jenis Media Tumbuh

Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA ... 25 7. Pertambahan Jumlah Akar Sekunder dari Perlakuan Jenis Media

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

5. Data Pertambahan Tinggi Tanaman Akhir ... 35

6. Data Pertambahan Tinggi Tanaman ... 36

7. Data Pertambahan Tinggi Tanaman Setelah Transformasi (X+0,5)0,5 ... 36

8. Daftar Sidik Ragam Pertambahan Tinggi Tanaman ... 36

9. Data Pertambahan Diameter Batang Awal ... 37

10.Data Pertambahan Diameter Batang Akhir ... 37

11.Data Pertambahan Diameter Batang ... 38

12.Data Pertambahan Diameter Batang Setelah Transformasi (X+0,5)0,5 ... 38

13.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Diameter Batang ... 38

14.Data Pertambahan Jumlah Daun Awal ... 39

15.Data Pertambahan Jumlah Daun Akhir ... 39

16.Data Pertambahan Jumlah Daun ... 40

17.Data Pertambahan Jumlah Daun Setelah Transformasi (X+0,5)0,5 ... 40

18.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Daun ... 40

19.Data Pertambahan Jumlah Bobot Total Awal ... 41

20.Data Pertambahan Jumlah Bobot Total Akhir ... 41

21.Data Pertambahan Bobot Total ... 42

22.Data Pertambahan Bobot Total Setelah Transformasi (X+0,5)0,5... 42

23.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Bobot Total ... 42

24.Data Pertambahan Jumlah Akar Primer Awal ... 43

25.Data Pertambahan Jumlah Akar Primer Akhir ... 43

26.Data Pertambahan Jumlah Akar Primer ... 44

27.Data Pertambahan Jumlah Akar Primer Setelah Transformasi (X+0,5)0,5 ... 44

28.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Akar Primer ... 44

(12)

30.Data Pertambahan Jumlah Akar Sekunder Akhir ... 45

31.Data Pertambahan Jumlah Akar Sekunder ... 46

32.Data Pertambahan Jumlah Akar Sekunder Setelah Transformasi (X+0,5)0,5 ... 46

33.Daftar Sidik Ragam Pertambahan Jumlah Akar Sekunder... 46

34.Bagan Penelitian ... 47

35.Jadwal Kegiatan Penelitian ... 48

36.Deskripsi Tanaman Krisan ... 49

(13)

ABSTRACT

DEDDY WAHYU TRIONO: The effect of the Media and IAA Concentration on chrysanthemum Acclimatisation (Chrysantemum morifolium R.), was led by Prof.Dr.Ir.Rosmayati.MS, Ir.E.Harso Kardhinata.MSc.

This research aimed at learning the influence of the media's kind grew and

the IAA concentration and chrysanthemum acclimatisation (Chrysantemum morifolium R.). This research was held in Plant Breeding Laboratory Agriculture Faculty University North Sumatra, Medan on April 2010 until June 2010. This research used randomized plan complete with two factors. The first factor was the mediums kind grew (the compost mixture with the charcoal a camp, the compost mixture with cocopeat, and the compost mixture with the stick of ferns). The second factor was the IAA concentration (0 ppm, 2 ppm and 4 ppm). The parameter was percentage of the life, the high increase in the crop, the increase in the diameter of the stem, the increase in the number of leaves, the increase in the total weight, when emerging the bud, the number of buds, the number of primary roots, the number of secondary roots.

Results of the research of showing that the treatment of the media's kind grew were influential real towards the observation parameter of the percentage of the life of the crop, high the crop, the diameter of the stick, the increase in the total weight, and the primary root. In the treatment of the concentration Indole-3-acetic acid (IAA) that was given influential real towards the parameter of the number of leaves, the number of primary roots and the number of secondary roots. The treatment of the interaction was not influential real towards all the parameters.

(14)

ABSTRAK

DEDDY WAHYU TRIONO : Pengaruh Media Tumbuh dan Konsentrasi

Indole-3-Acetic Acid (IAA) Pada Aklimatisasi Krisan ( Chrysantemum morifolium R.), dibimbing oleh Prof.Dr.Ir.Rosmayati.MS

Ir.E.Harso Kardhinata.MSc.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis media tumbuh dan konsentrasi IAA dan aklimatisasi Krisan ( Chrysantemum morifolium R.). penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang dimulai dari April 2010 sampai Juni 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor yang pertama adalah jenis media tumbuh (campuran kompos dengan arang sekam, campuran kompos dengan cocopeat, dan campuran kompos dengan batang pakis). Faktor yang kedua adalah konsentrasi IAA (0 ppm, 2 ppm dan 4 ppm). Parameter yang diamati adalah persentase hidup, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun, pertambahan bobot total, saat muncul tunas lateral, jumlah tunas lateral, pertambahan jumlah akar primer, pertambahan jumlah akar sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jenis media tumbuh berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan persentase hidup tanaman, tinggi tanaman, diameter batang, pertambahan bobot total, dan akar primer. Pada perlakuan konsentrasi Indole-3-acetic acid (IAA) yang diberikan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, jumlah akar primer dan jumlah akar sekunder. Perlakuan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Krisan atau sering juga disebut dengan bunga seruni, merupakan tanaman hias yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan secara komersil. Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer di Indonesia karena memiliki keunggulan yaitu bunganya kaya warna dan tahan lama. Banyak kasus menunjukan bahwa potongan bunga yang dihasilkan oleh petani Indonensia bermutu rendah oleh sebab itu berdampak terhadap harga jual yang rendah dan tidak dapat menutupi biaya produksi yang telah di keluarkan hal ini disebabkan karena penurunan mutu benih sejalan dengan bertambahnya umur tanaman induk, dan rendahnya mutu bibit yang dihasilkan, dikarenakan

tanaman krisan yang diperbanyak dengan setek pucuk maupun anakan. Untuk

menghindari atau mengurangi degenerasi benih diperlukan perbaikan teknik

budidaya dengan menerapakan teknologi anjuran yaitu dengan penerapan teknik kultur jaringan tanaman .(Rukmana,R dan Mulyana, 2007).

Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik isolasi bagian-bagian tanaman, seperti jaringan , organ, ataupun embrio, lalu dikultur dalam medium buatan yang steril sehingga bagian-bagian tanaman tersebut mampu beregenerasi dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Tahapan didalam teknik kultur jaringan meliputi pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, aklimatisasi (Zulkarnain, 2009).

(16)

Aklimatisasi diperlukan karena tanaman hasil kultur jaringan umumnya memiliki lapisan lilin tipis dan belum berkembang dengan baik, sel-sel dalam palisade belum berkembang maksimal, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata sering kali tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup pada saat penguapan tinggi, oleh sebab itu aklimatisasi akan membantu tanaman beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkunagn seperti suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya. Disamping itu, media tumbuh juga memiliki peranan yang cukup penting, khususnya bila pucuk-pucuk mikro yang diaklimatisasi belum membentuk sistem perakaran yang baik (Muhit, 2007).

Tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut. Media tanam diartikan sebagai wadah atau tempat tinggal tanaman. Sebagai tempat tinggal yang baik, media tanam harus dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Idealnya media tanam harus memenuhi persyaratan antara lain dapat dijadikan sebagai tempat berpijak, dapat mengikat air dan unsur hara, dapat mengontrol drainase dan aerasi, mempertahankan kelembapan, tidak mudah lapuk dan mudah ditembus oleh akar. (Penebar Swadaya, 2008).

(17)

pengaruh lebih tinggi terhadap proses-proses fisiologi termasuk perangsangan akar (Gunawan, 1995).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Media Tumbuh dan Konsentrasi Indole-3-acetic acid (IAA) Pada Aklimatisasi Krisan ( Chrysantemum morifolium R.)”

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh jenis media tumbuh dan Konsentrasi IAA pada aklimatisasi krisan .

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh jenis media aklimatisasi terhadap pertumbuhan krisan.

2. Adanya pengaruh konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan krisan.

3. Adanya pengaruh interaksi jenis media tumbuh dan konsentrasi IAA pada tahap aklimatisasi krisan.

Kegunaan Percobaan

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Krisan

Krisan dikenal juga dengan sebutan bunga aster atau seruni. Ada lebih dari 1000 spesies yang tumbuh didunia. Krisan yang banyak dikenal saat ini merupakan hasil persilangan tetua-tetua krisan, disebut Dendrathema sp. Berbagai jenis krisan yang banyak ditanam di Indonesia umumnya dari Belanda, Amerika Serikat, dan Jepang (Purwanto dan Martini, 2009).

Perakaran krisan menyebar kesemua arah pada kedalaman 30-40 cm. Akar krisan berbentuk serabut, menjalar kedalaman tanah yang mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan dan penyakit (Grewal, 1998).

Batang tanaman krisan tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang menjadi keras dan berkayu menjadi hijau kecoklat-coklatan. Krisan juga mempunyai cabang-cabang lateral yang tumbuh diketiak daun. Biasanya cabang lateral ini tumbuh 5 minggu setelah tanam. Ciri tanaman krisan dapat diamati pada bentuk daun, yaitu pada tepi bercelah atau bergerigi, tersusun secara berselang-seling pada cabang atau batang (Soekarwati, 1996).

(19)

Syarat Tumbuh

Iklim

Suhu udara terbaik untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 0C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 0C. Pada fase vegetatif, krisan temperature yang dikehendaki adalah 22-28 0C pada siang hari dan tidak melebihi 260C pada malam hari. Pada masa generatif, kisaran temperaturnya 16-180C. Temperatur yang terlalu tinggi menyebabkan proses inisiasi bunga juga terhambat (Yenny, 2009).

Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuancahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baikadalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periodepemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untukmendorong pembentukan bunga. (Prihatman, 2009).

Kebutuhan kelembatan krisan sekitar 90 – 95% pada awal pertumbuhan (pertumbuhan akar). Kelembapan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan udara disekelilingnya menjadi kering dan itu akan berimbas pula pada tanaman sekitarnya (Purwanto dan Martini, 2009).

Tempat Tumbuh

(20)

Keadaan tanah yang ideal untuk krisan adalah tanah yang bertekstur liat berpasir, subur, gembur dan drainasenya bagus, tidak mengandung hama atau penyakit nular pada tanah (soil borne), dan pH 5,5 - 6,7 (Ningsi dan Toto, 1993).

Aklimatisasi

Suatu tahapan yang sangat penting dalam teknik kultur jaringan adalah aklimatisasi planlet yang ditanam secara in vitro kedalam rumah kaca atau langsung ke lapang. Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik (Pospisilova et al., 1996).

(21)

Masalah yang ada dalam memindahkan planlet yang telah berakar kedalam pot dan pemeliharaanya. Biasanya planlet yang ditumbuhkan secara in vitro tersebut lebih peka terhadap cahaya yang kuat, intesitas cahaya perlu dinaikan dan kelembaban diturunkan,keduanya dilakukan secara bertahap dan tahap ini lazim disebut dengan aklimatisasi.tahap aklimatisasi harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kerugiaan akibat kematian tanaman (Setiawan, 2002).

Pengeluaran seedling dari dalam botol untuk kemudian dipindah tanamkan dalam pot sering menyebabkan kegagalan perbanyakan. Sewaktu masih dalam botol, seedling sudah terbiasa dengan makanan yang sudah tersedia (heterotrof). Pada saat dikeluarkan,seedling-seedling harus berjuang sendiri membuat makanan (autrotof). (Sarwono, 2002).

Tanaman – tanaman yang ternaungi mengalami kerusakan reversible bila

ditumbuhkan pada intensitas cahaya harian normal. Pada tanaman

Solidago virgaurea yang telah beradaptasi dengan keadaan ternaungi, tumbuhann

seminggu pada intensitas cahaya tinggi, mempunyai respon yang tidak baik terhadap cahaya dari pada tanaman pembanding, tetapi seminggu pada intensitas cahaya rendah kerusakan ini telah dapat teratasi. Penyebab kerusakan adalah terdapat bentuk menyimpang dari struktur kloroplas (Fitter dan Hay, 1991).

Media Tumbuh Aklimatisasi

(22)

Sementara aerasi yang memadai sangat dibutuhkan oleh akar untuk bernafas sehingga asupan oksigen dapat tercukupi. Kekurangan oksigen pada tanaman

dapat menyababkan kematian akar (root dieback) (Penebar Swadaya, 2008).

Media yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang. Arang sekam merupakan salah satu media hidroponik yang baik karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut; mampu menahan air dalam waktu yang relatif lama, termasuk media organik sehingga ramah lingkungan, lebih steril dari bakteri dan jamur karena telah dibakar terlebih dahulu, dan hemat karena bisa digunakan hingga beberapa kali (Waluya, 2009).

Arang sekam atau sekam bakar adalah sekam yang sudah mengalami pembakaran yang tidak sempurna. Komposisi kimiawi dari arang sekam terdiri dari SiO2 dengan kadar 52% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya

terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, dan Cu dengan jumlah yang kecil. Karakteristik

(23)

Cocopeat adalah sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran gabus sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut direndam dalam air untuk menghilangkan zat tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur. Banyak keuntungan menggunakan media tanam cocopeat. Pertama, daya serapnya tinggi karena mempunyai banyak pori-pori yang bersifat kapiler, serta mampu menyimpan udara dan air dengan baik. Kedua, mampu menghemat air dan pupuk karena frekuensi penyiraman dan pemberian pupuk berkurang. Ketiga, mempercepat pertumbuhan akar karena banyaknya oksigen yang tersimpan dalam pori-pori membuat tanah menjadi gembur. Keempat, bebas dari penyakit tanah karena berasal dari buah kelapa yang tumbuh di atas pohon. Kelima, ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami, organik, tanpa tambahan bahan kimia. Selain itu, cocopeat juga mengandung trichoderma molds sejenis enzim dari jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah. Ia juga mengandung lignin, yang membuatnya tak mudah lapuk sehingga dapat digunakan selama lima tahun tanpa perubahan sifat (Mulyani, 2009).

(24)

lempengan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya. Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanama

Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Kompos yang baik digunakan sebagai media tanam yaitu yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentukan (hitam kecoklatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang. Kandungan dalam kompos terdiri dari N (1,69%), P (0,34%), K (2,81%), Ca (4,2%), Mg (1,1%) (Penebar Swadaya, 2008).

(25)

Indole-3-acetic acid (IAA)

Auksin merupakan istilah umum untuk suatu kelompok senyawa yang mampu merangsang pemanjangan sel pucuk di daerah subapikal. Auksin bisa mempengaruhi proses pemanjangan. Auksin terlibat dalam banyak proses fisiologi dalam tumbuhan, antara lain pemanjangan sel, fototropisme, geotropisme, dominasi apical, inisiasi akar, produksi etilen, pembentukan kalus, perkembangan buah, partenokarpi, absisi, dan ekspresi kelamin pada tumbuhan hermafrodit (Harjadi, 2009).

Indole-3-acetic acid (IAA) nama lain auksin berperan dalam pembelahan sel apikal (tunas, daun muda, dan buah). Senyawa itu meregulasi beragam proses fisiologi seperti pertumbuhan, pembelahan, serta diferensiasi sel, dan sintesis protein. Pergerakannya hingga titik tumbuh akar melalui jaringan pembuluh tipis atau parenkim. Saat menyebar, IAA menghambat pembentukan mata tunas. IAA yang terkonsentrasi merangsang pembelahan sel akar sehingga akar-akar baru bermunculan (Malcolm, 1989).

(26)

untuk menghasilkan etilen, terutama jika auksin diberikan dalam jumlah besar (Lakitan,1996).

Pembelahan sel memainkan peranan penting adalah pembentukan akar. Tunas – tunas aktif pada potongan meningkatkan akar dibawahnya yang pada tahap awal membawa pada sebuah gagasan adanya sebuah hormon pembentukan akar yang bergerak kearah bawah. Pembentukan akar pada dasar tangkai benih tanaman yang dipotong yang telah diproses secara apical dengan larutan uji dan kemudian disimpan dua minggu pada larutan sukrosa, hal ini membawa pada identifikasi hormon pembentukan akar dengan auksin. Sejak akhri tahun tigapuluhan auksin-auksin sintesis memang digunakan oleh para pemelihara pohon-pohonan dan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan akar dari tanaman yang dipotong (Malcolm, 1989).

Penggunaan zat kimia NAA (Naphtalene acetic acid), IAA (Indole-3-acetic acid), IAN (Indole-3-acetonitrile) yang di treatment pada

(27)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Dari bulan April 2010 sampai bulan Juni 2010.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah planlet botolan krisan, media kompos, arang sekam, sabut kelapa (cocopeat), batang pakis, fungisida, auksin IAA dan bahan-bahan yang mendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pot kecil, handsprayer, autoklaf, timbangan analitik, pisau, kertas label, kertas milimeter, sungkup, pinset, dan alat-alat yang mendukung lainya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor, yaitu :

Faktor I : Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi (M), yaitu : M1 : kompos + arang sekam

(28)

Faktor II : Konsentrasi IAA (A) terdiri dari 3 taraf yaitu : A0 : 0 ppm

A1 : 2 ppm A2 : 4 ppm

Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan, yaitu : M1A0 M2A0 M3A0 M1A1 M2A1 M3A1 M1A2 M2A2 M3A2 Jumlah Perlakuan : 9 Jumlah Ulangan : 10 Jumlah Planlet Tiap Plot : 1 Jumlah Sampel Tiap Plot : 1 Jumlah Sampel Seluruhnya : 90 Jumlah Seluruh Planlet : 90

Model linier yang digunakan untuk RAL Faktorial adalah sebagai berikut : Yijk= µ+αi+βj+(αβ)ij+εijk

i=1,2,3 j=1,2,3 k=1,2,3

Dimana :

Yijk = Hasil Pengamatan dari faktor media tumbuh aklimatisasi ke-i dan

faktor IAA ke-j dan pengaruh ulangan ke-k µ = Nilai tengah

αi = Pengaruh media tmbuh aklimatisasi ke-i

(29)

(αβ)ij = Pengaruh kombinasi perlakuan media tumbuh aklimatisasi ke-i dan

konsentrasi IAA ke-j

εijk = Efek dari faktor media tumbuh aklimatisasi ke-i dan konsentrasi IAA

ke-j dan pengaruh ulangan

Bila perlakuan berpengaruh nyata pada Analisis Sidik Ragam terhadap

parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan BNJ pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1993).

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Sterilisasi Media Tumbuh

Media tumbuh aklimatisasi yang digunakan adalah kompos, arang sekam, batang pakis yang sudah dicacah, dan cocopeat yang merupakan serbuk kelapa yang telah diuraikan. Kompos dan arang sekam, kompos dan cocopeat, kompos dan batang pakis yang telah digabungkan menjadi rata dengan perbandingan 1 : 1.

Masing-masing media tersebut dibungkus rapi dengan plastik lalu disterilisasi dalam autoklaf pada tekanan 15 psi dengan suhu 121 0C selama 60 menit. Masing-masing media tersebut, kemudian dimasukkan kedalam 2/3 bagian pot kecil sebagai tempat media tumbuh.

Sterilisasi Planlet

Planlet yang digunakan berasal dari bibit botolan hasil kultur jaringan. Setelah dikeluarkan dari botol, planlet dicuci dengan aquades steril dengan maksud menghilangkan agar-agar dari bekas media in vitro karena agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang merugikan.

Setelah disterilkan, planlet direndam didalam larutan fungisida sebanyak 2 g/l selama 5 menit. Selanjutnya planlet diletakkan diatas kertas koran dan dikeringkan angin agar bebas dari air.

Aplikasi auksin IAA

(31)

Penanaman Planlet

Tahap ini merupakan tahap pemindahan planlet dari lingkungan in vitro kelingkungan aklimatisasi dengan pot kecil sesuai perlakuan masing-masing. Penanaman dapat dilakukan dengan melubangi media tumbuh dengan sekup kecil atau pun jari tangan, kemudian planlet dimasukkan kedalam lubang tersebut hingga leher batang dan akhirnya lubang ditutup kembali.

Penyungkupan Planlet

Setelah planlet ditanam, planlet disungkup untuk menjaga kelembapannya. Sungkup yang digunakan adalah plastik transparan. Setiap dua hari sekali sungkup dibuka selama 20 menit untuk membiasakan planlet beradaptasi dengan kondisi autotrop.

Penyungkupan planlet dilakukan selama 4 minggu. Setelah 4 minggu berikutnya sungkup tersebut dapat dibuka.

Pemeliharaan Planlet

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan handsprayer setiap pagi atau sore hari. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk menjaga kelembapan dari planlet. Penyiraman juga tergantung pada media tanam.

Pengendalian Hama dan Penyakit

(32)

Pengamatan Parameter

Persentase Hidup (%)

Persentase hidup diambil pada akhir penelitian dengan menghitung jumlah tanaman yang hidup.

Persentase hidup dapat dihitung dengan rumus :

Persentase hidup = Jumlah tanaman yang hidup persempel X 100% Jumlah tanaman persempel

Pertambahan Tinggi tanaman (mm)

Pertambahan tinggi tanaman diukur dengan menggunakan jangka sorong yang dilakukan pada akhir penelitian dengan menghitung selisih dari tinggi awal.

Pertambahan Diameter Batang (mm)

Pertambahan diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong yang diukur pada bagian terlebar dari batang tanaman. Pertambahan diamater batang dihitung dengan menghitung selisih dari diameter batang akhir dengan diameter awal.

Pertambahan Jumlah Daun (helai)

Pertambahan jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna, dihitung dengan menghitung selisih jumlah daun akhir dengan jumlah daun awal.

Pertambahan bobot total (gram)

(33)

Saat Muncul Tunas Lateral (MST)

Saat muncul tunas dilakukan dengan mengamati tunas yang muncul setiap minggu.

Jumlah Tunas Lateral (buah)

Jumlah tunas dihitung pada akhir penelitian yang dilakukan dengan menghitung jumlah tunas yang keluar dari tanaman.

Pertambahan Jumlah Akar Primer (helai)

Jumlah akar dihitung dari jumlah akar yang terbentuk dari leher akar merupakan akar utama pada setiap tanaman. Jumlah akar yang dihitung dari selisih jumlah akar akhir dan jumlah akar awal.

Pertambahan Jumlah Akar sekunder (helai)

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian diperoleh perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi berpengaruh nyata terhadap parameter persentase hidup tanaman, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan bobot total, dan pertambahan jumlah akar primer, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun, dan pertambahan jumlah akar sekunder.

Pada perlakuan konsentrasi Indole-3-acetic acid (IAA) yang diberikan berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah akar primer dan pertambahan jumlah akar sekunder, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup tanaman, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, dan pertambahan bobot total.

Interaksi antara perlakuan media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan konsentrasi IAA tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan.

(35)

Persentase Hidup (%)

Data hasil pengamatan persentase hidup dapat dilihat pada lampiran 1 dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 3. Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa pada perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, sedangkan perlakuan konsentrasi IAA dan interaksi antara media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan konsentrasi IAA tidak berpengaruh nyata.

Rataan persentase pada perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan konsentrasi IAA dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1. Rataan Persentase Hidup pada Perlakuan Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Konsentrasi IAA.

Media Auksin Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel 1 tersebut diperoleh bahwa rataan dari ketiga perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi yang tertinggi adalah sebesar 96.7 % yaitu pada perlakuan M1 dan M2.

Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

(36)

jenis media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan konsentrasi IAA tidak berpengaruh nyata. Rataan pertambahan tinggi tanaman Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman pada Perlakuan Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA.

Media Auksin Rataan

A0 A1 A2

…cm…

M1 6.92 6.94 6.06 6.64b M2 7.70 6.62 6.96 7.09a M3 3.39 4.25 5.12 4.25c Rataan 6.00 5.94 6.05 6.00

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada M2 (7,09 cm) dan yang terendah pada M3 (4,25 cm).

Pertambahan Diameter Batang (mm)

Data hasil pengamatan parameter pertambahan diameter batang dapat dilihat pada lampiran 7 dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 9. Dari sidik ragam diketahui diperoleh hasil perlakuan jenis media tumbuh berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang, sedangkan konsentrasi IAA dan interakasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter batang.

(37)

Tabel 3. Rataan Pertambahan Diameter Batang Pada Perlakuan Jenis Media

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan jenis media tumbuh tertinggi terdapat pada M2 (0,49 mm) dan terendah terdapat pada M3 (0,32 mm).

Pertambahan Jumlah Daun (helai)

Data hasil pengamatan pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada Lampiran 10 dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 12. Dari sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi IAA berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun, sedangkan jenis media tumbuh dan interaksi antara jenis media tumbuh dengan konsentrasi IAA tidak berpengaruh nyata. Rataan pertambahan jumlah daun pada perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan konsentrasi IAA dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Pertambahan Jumlah Daun pada Perlakuan Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA.

Media Auksin Rataan

(38)

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun pada perlakuan konsentrasi IAA yang tertinggi terdapat pada A1 (5,00 helai) dan yang terendah terdapat pada A0 (3,07 helai).

Pertambahan Bobot Total (gram)

Data hasil pengamatan pertambahan bobot total dapat dilihat pada lampiran 13 dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 15. Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa jenis media tumbuh berpengaruh nyata pada pertambahan bobot total, sedangkan konsentrasi IAA dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot total.

Rataan pertambahan bobot total pada perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan konsentrasi IAA dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Total pada Perlakuan Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA.

Media Auksin Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan jenis media tumbuh tertinggi terdapat pada M2 (0,78 gram) dan yang terendah terdapat pada M3 (0,42 gram).

Saat Muncul Tunas Lateral(MST)

(39)

Jumlah Tunas Lateral (buah)

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah tunas lateral tidak mengalami pertumbuhan atau tidak adanya muncul tunas sampai penelitian berakhir.

Pertambahan Jumlah Akar Primer (helai)

Dari hasil pengamatan jumlah akar primer dapat dilihat pada lampiran 16 dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 18. Dari sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan jenis media tumbuh dan perlakuan konsentrasi IAA berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer, sedangkan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer.

Rataan jumlah akar primer pada perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan konsentrasi IAA dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Jumlah Akar Primer pada Perlakuan Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsetrasi IAA.

Media Auksin Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom baris yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

(40)

Pertambahan Jumlah Akar Sekunder (helai)

Dari hasil pengamatan jumlah akar sekunder dapat dilihat pada lampiran 19 dan sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 21. Dari sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan konsentrasi IAA berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sekunder, sedangkan perlakuan jenis media tumbuh dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sekunder.

Rataan Pertambahan jumlah akar sekunder dari perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi dan perlakuan konsentrasi IAA dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Pertambahan Jumlah Akar Sekunder pada Perlakuan Jenis Media

Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA.

Media Auksin Rataan

A0 A1 A2

…helai…

M1 8.70 20.50 26.50 18.57 M2 10.60 20.70 27.40 19.57 M3 9.20 17.20 28.90 18.43 Rataan 9.5c 19.467b 27.6a 18.86 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata menurut uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa rataan perlakuan konsentrasi IAA

(41)

Pembahasan

Pengaruh jenis media tumbuh aklimatisasi.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa jenis media tumbuh aklimatisasi berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan persentase hidup tanaman, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan bobot total, dan pertambahan jumlah akar primer, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun, dan pertambahn jumlah akar sekunder. Dalam hal ini media tumbuh aklimatisasi memiliki pengaruh yang penting dalam proses pertumbuhan krisan, karena media tanam berfungsi untuk tempat tumbuh tanaman, mempertahankan kelembapan, dan tempat menyimpan hara serta air yang diperluka. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikutip dalam Penebar Swadaya (2008) bahwa media tanam diartikan sebagai wadah atau tempat tinggal tanaman. Sebagai tempat tinggal yang baik, media tanam harus dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Idealnya media tanam harus memenuhi persyaratan antara lain dapat dijadikan sebagai tempat berpijak, dapat mengikat air dan unsur hara, dapat mengontrol drainase dan aerasi, mempertahankan kelembapan, tidak mudah lapuk dan mudah ditembus oleh akar.

(42)

oleh semut dan keunggulan dari media batang pakis hanya mudah mengikat air, aerasi dan draenase yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikutip dari Mulyani (2009) bahwa kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Sedangkan pada media cocopeat memiliki keunggulan diantaranya banyak memiliki pori-pori sehingga dapat mengikat air dan udara, mempercepat pertumbuhan akar, bebas dari penyakit. Keuntungan menggunakan media tanam cocopeat. Pertama, daya serapnya tinggi. Kedua, mampu menghemat air dan pupuk.. Ketiga, mempercepat pertumbuhan akar. Keempat, bebas dari penyakit tanah. cocopeat juga mengandung trichoderma molds sejenis enzim dari jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah dan juga mengandung lignin, yang membuatnya tak mudah lapuk sehingga dapat digunakan selama lima tahun tanpa perubahan sifat. Berbeda pada batang pakis yang memiliki kelemahan yaitu sering dihuni semut dan binatang kecil lainnya. Karakteristik yang menjadi keunggulannya adalah mudah mengikat air, memiliki aerasi dan draenase yang baik.

Pengaruh konsentrasi IAA.

(43)

terlibat dalam banyak proses fisiologi tumbuhan, antara lain pemanjangan sel, fototropisme, geotropisme, dominasi apikal, inisiasi akar produksi etilen, pembentukan kalus. Aktivitas auksin IAA yang berkonyugasi dengan asam amino mempunyai pengaruh lebih tinggi terhadap proses-proses fisiologi termasuk perangsangan akar.

Dari hasil uji beda rataan, diketahui bahwa konsentrasi IAA yang digunakan meningkatkan pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah akar primer dan pertambahan jumlah akar sekunder pada proses aklimatisasi. Jumlah rataan akar primer yang tertinggi terdapat pada A2 “4 ppm” (3,97 helai) dan yang terendah pada A0 “0 ppm” (2,53 helai). Pertambahan jumlah rataan akar sekunder yang tertinggi terdapat pada A2 “4ppm” (27,6 helai) dan yang terendah terdapat pada A0 “0 ppm” (9,5 helai) hal ini disebabkan karena senyawa auksin IAA dapat merangsang pembelahan sel akar yang mengakibatkan akar-akar baru bermunculan sesuia dengan pernyataan Abidin (1993) yang menyatakan

penggunaan zat kimia NAA (Naphtalene acetic acid), IAA (Indole-3-acetic acid),dan IAN (Indole-3-acetonitrile) yang ditreatment pada

(44)

Pengaruh interaksi antara perlakuan.

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan media tumbuh aklimatisasi yang terbaik adalah M2 (kompos + cocopeat) karena dapat meningkatkan parameter persentase

hidup tanaman, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan bobot total, dan pertambahan jumlah akar primer. 2. Perlakuan konsentrasi IAA yang terbaik adalah 4 ppm (A2) karena dapat

meningkatkan pertambahan jumlah akar primer, dan pertambahan jumlah akar sekunder.

3. Interaksi antara perlakuan jenis media tumbuh aklimatisasi dengan perlakuan konsentrasi IAA tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Saran

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z., 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuhan. Angkasa. Bandung.

Emir Garden, 2009. Budidaya Krisan.. Dikutip dari: http:/

Fitter, A.H., dan R.K.M.Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan S.Andani dan E.D Purbayanti. UGM-Press. Yogyakarta.

Ginting, B., 2008. Membuat Media Tumbuh Anggrek.KP Penelitian Tanaman Hias. Deptan.

Grewal, H.S., 1998. Propagation of Green Hause Plants Longman. London and NewYork.

Gunawan, L.W., 1987. Teknik Kultur Jaringan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal. 10-48

Harjadi, Sri Setyati., 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta. Http://Tabloid Gallery.word press.com., 2008. Sekambakar bagi adenium. Diakses

pada bulan desember 2009.

Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Raja Grasindo Persada. Jakarta.

Laurie, A.,D.C.Kiplinger.Kennard S.N., 1979. Commercial Flower Forcing. Eighth Edition. McGraw – Hit Company. NewYork.

Malcolm B.Wilkins., 1989. Fisiologi Tanaman. Terjemahan Sutejo, Mul Mulyani dan Kartasapoetra. A.G., Binaaksara. Jakarta.

Muhit. A. , 2007. Teknik Produksi Tahap Benih Vegetatif Krisan. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 12. (1).

Mulyani, S., 2009. Memilih Cocopeat Sebagai Media Tanama. Dikutip dari:

(47)

Penebar Swadaya., 2008. Media Tanaman untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pospisilova, J, J. Catsky, and Z. Sestak. 1996. Photosyntesis in plants cultivated in

vitro. P 525-537. In M. Pessarakli, (ed.). Handbook of Photosynthesis.

Marcel Dekker, Inc. New York. Basel. Hong Kong.

Prihatman Kemal, 2009. Tentang Budidaya Krisan. Dikutip dari:

Purwanto, A.W. dan Martini, T., 2009. Krisan Bunga Seribu Warna. Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana, R dan A.E. Mulyana, 1997. Krisan. Kanisius. Yogyakarta. 108 hal. Sarwono, B., 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Agromedia

Pustaka. Jakarta.

Setiawan, 2002. Laporan Penelitian “Evaluasi Pertumbuhan Beberapa Genotip Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp) Pada Berbagai Media Tumbuh Aklimatisasi Skripsi Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan. Hal: 12 – 13. 2002.

Soekarwati, 1996. Manajemen Agribisnis Bunga Potong. UI – press. Jakarta. Steel, R.G.D., dan J.H.Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu

Pendekatan Biometrik terjemahan B.Sumantri. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta.

Waluya, 2009. Aklimatisasi Planlet Hasil Perbanyakan. Dikutip dari:

Yenny, 2009. Budidaya Krisan. 12 Desember 2009.

(48)

Lampiran 34 : Bagan Penelitian

M1A2 M2A1 M1A0 M3A2 M3A0 M3A1 M1A1 M2A1 M2A0 M2A2

M2A2 M3A2 M2A0 M2A1 M1A2 M2A0 M1A0 M3A0 M3A1 M3A2

M3A0 M3A1 M1A1 M1A0 M2A0 M2A2 M1A2 M3A1 M1A0 M2A1

M2A0 M1A2 M3A2 M3A1 M2A1 M3A0 M2A2 M1A1 M3A2 M1A2

M1A1 M1A0 M3A0 M1A2 M1A0 M2A1 M3A1 M2A0 M1A1 M3A0

M2A1 M2A2 M2A2 M1A1 M3A2 M1A0 M3A0 M1A2 M2A2 M3A1

M3A1 M1A1 M1A2 M2A2 M2A2 M1A1 M2A0 M3A2 M3A0 M1A0

M3A2 M2A0 M2A1 M3A0 M3A1 M3A2 M2A1 M2A2 M1A2 M2A0

(49)

Lampiran 35 : Jadwal Kegiatan Penelitian.

No

Jenis Kegiatan Minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penyiraman Dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan Pengendalian Hama

dan Penyakit

(50)

Lampiran 24. Deskripsi Bunga Krisan Varietas Cut Nyak Dien

Nama varietas : Cut Nyak Dien

SK : 74/Kpts/TP.240/2/2000 Tahun release : 2000

Pemulia : Budi Marwoto, Jan De Jong, Toto Sutater, Minangsari Dewanti, Ridho Kurniati, Yiyin Nasihin.

Umur tanaman : 95 – 109 hari Tinggi tanaman : 80.57 cm Diameter bunga : 5.65 cm Panjang tangkai bunga : 78.56 cm Tipe bunga : Ganda Jenis bunga : Spray

Bentuk daun : Lonjong menjari

Inisiasi bunga : 37.26 hari setelah hari panjang

Lama kesegaran bunga dalam vas 13 hari.

Adaptif pada dataran medium dan dataran tinggi.

(51)
(52)

M1A0 M1A1 M1A2

M2A0 M2A1 M2A2

(53)

M1A0 M1A1 M1A2

M2A0 M2A1 M2A2

Gambar

Table 1. Rataan Persentase Hidup pada Perlakuan Jenis Media Tumbuh            Aklimatisasi dan Perlakuan Jenis Konsentrasi IAA
Tabel 2. Rataan Pertambahan Tinggi Tanaman pada Perlakuan Jenis Media     Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA
Tabel 3. Rataan Pertambahan Diameter Batang Pada Perlakuan Jenis Media                  Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA
Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Total pada Perlakuan Jenis Media Tumbuh Aklimatisasi dan Perlakuan Konsentrasi IAA
+3

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya tingkat self regulated learning dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu penetapan hasil belajar matematika, menyusun strategi yang efektif dalam belajar matematika,

Kapasitas yang didapatkan dari sel surya pada saat pengisian selama 7 hari (7 kali pengambilan data) dengan cuaca cerah maupun mendung adalah sekitar 0,2 Ah per hari dengan total

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pengaruh promosi kesehatan Sadari melalui media sosial Instagram terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan persepsi kegunaan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai biaya untuk melakukan SADARI dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang besar biaya untuk melakukan SADARI yaitu sebanyak 43

Hasil penelitian menunjukkan metode dakwah yang digunakan pada narapidana di Penjara Penor, Pahang, Malaysia adalah dalam bentuk pengajaran di bangunan sel penjara dan

[r]

Dari pemaparan masing-masing karakteristik generasi berdasarkan tahun kelahiran di atas kita dapat tarik sebuah kesimpulan bahwa perbedaan dari masing-masing generasi

Para pelaksana kebijakan, diharapkan menyediakan SOP khusus dalam penyediaan ruang laktasi yang didalamnya memuat standar ruang laktasi sebagaimana disebutkan dalam