FRENEKTOMI
Oleh :
Isnandar, drg.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FRENEKTOMI
Oleh :
Isnandar, drg.
Kepala Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi USU
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN...1
BAB II. DEFENISI dan TUJUAN...2
BAB III. INDIKASI...3
BAB IV. TEKNIK dan PROSEDUR PEMBEDAHAN...5
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II
DEFENISI dan TUJUAN
BAB III INDIKASI
Dalam banyak kasus, penempatan suatu gigi palsu lengkap di maksila, atau prosedur orthodonsi untuk menutup celah pada gigi anterior pada orang lebih muda memerlukan pembuangan frenulum labial, terutama jika hipertrofi (Gbr-1). Juga, pada mandibula, frenum lingual dapat membuat permasalahan, menyebabkan angkiloglosia lengkap atau parsial (Gbr-2). Kasus ini berkaitan dengan perlekatan frenulum ke dasar mulut atau ke mukosa alveolar gigi. Mungkin ini adalah hasil dari suatu frenulum yang sangat pendek yang menyambung ke ujung lidah. Angkiloglosia (tongue tie) sangat membatasi bergeraknya lidah, sehingga sulit untuk berbicara. (Fragiskos, 2007).
Selain itu perlekatan frenulum yang tidak normal ini maupun keadaan frenulum yang hipertrofi seringkali menimbulkan masalah bagi penderitanya. Kelainan ini menimbulkan gangguan estetika, membatasi pergerakan bibir maupun lidah, mengganggu susunan gigi serta menarik gingiva menjauh dari gigi sehingga terjadi resesi (Pedlar, 2001).
Selain frenulum labial di midline dapat menyebabkan diastema, dan frenulum lingual yang menyebabkan lidah terikat (tounge tie), perlekatan frenulum umumnya tidak menimbulkan masalah selama gigi-gigi tetap berkontak. Namun dalam pembuatan gigi tiruan, frenulum yang mengalami hipertrofi ataupun frenulum dengan perlekatan tidak normal dapat menyulitkan dan tidak jarang menyebabkan kegagalan. Kegagalan ini terjadi akibat kedudukan protesa yang kurang retentif dan menimbulkan rasa sakit pada saat gigi tiruan dipakai atau dalam keadaan fungsi. (Peterson, 2003)
Gbr-1. Hipertfrofi frenulum labial
BAB IV
TEKNIK dan PROSEDUR PEMBEDAHAN
IV.1. Teknik Frenektomi Labial Maksila.
Eksisi frenulum labial mudah, dan memungkinkan menggunakan berbagai tehnik. Metoda pada umumnya dikerjakan adalah eksisi yang menggunakan dua hemostat. Dalam kasus ini, prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut. Setelah anastesi lokal, bibir ditarik ke atas, dan frenulum dijepit menggunakan dua buah hemostat bengkok, yang ditempatkan pada margin superior dan inferior (gbr-3 dan gbr-4). Bibir kemudian ditarik kembali, dan sebuah mata pisau bedah tipis menginsisi jaringan yang berada dibelakang hemostat, pertama dibelakang hemostat yang bawah, dan kenudian di belakang hemostat bagian atas (gbr-5 dan gbr-6). Jika frenulum hipertrofi dan adanya suatu jarak/ruang yang besar antara gigi seri pertama, jaringan yang ada diantaranya dan dibelakang gigi seri pertama juga diangkat (gbr-7 dan gbr-8). Jahitan interrupted ditempatkan sepanjang tepi lateral dari luka pada arah linier, setelah mukosa dari tepi luka di undermined/digangsir menggunakan gunting (gbr-9, gbr-10, dan gbr-11). (Fragiskos, 2007)
Gbr-3 a,b. Kasus karakteristik dari perlekatan frenulum labial maksila yang rendah, ortodontis merekomendasi untuk di buang
Gbr-5 a,b. Langkah awal eksisi dari frenulum dengan skapel kontak dengan permukaan posterior dari hemostat yang bawah. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.
Gbr-6 a,b. Langkah akhir dari eksisi frenulum, insisi dibelakang hemostat yang atas a.ilustrasi. b.gambaran klinis
Gbr-7 a,b. Lapangan pembedahan setelah frenektomi a. ilustrasi. b. gambaran klinis
Gbr-9 a,b. Undermining / penggangsiran jaringan mukosa tepi luka dari jaringan asal.
Gbr-10 a,b. jahitan pertama ditempatkan ditengah luka untuk memudahkan penjahitan selanjutnya a. ilustrasi b. gambaran klinis
Gbr-11 a. setelah penjahitan. b. gambaran klinis postoperative 3 bulan kemudian
IV.2. Frenektomi frenulum labial pada kasus ortodonti
Prosedur frenektomi yang dilakukan sama untuk kasus diastema dalam ortodonti sama seperti pada kasus prostodonti hanya setelah dilakukan penjahitan terdapat prosedur tambahan (Gambar 12) (Kruger, 1974) :
Berikan pack yang diaduk dengan ZOE di daerah ini untuk mencegah jembatan jaringan frenulum tumbuh. Pertahankan pack selama 5 hari.
Gambar 12. Lanjutan teknik frenektomi labial
IV.3. Frenektomi lingual
Pembuangan frenulum lingual juga suatu prosedur yang sederhana, yang bisa dilakukan dengan atau tanpa bantuan dari sebuah hemostat.
Tehnik Yang Menggunakan Hemostat
Setelah anatesi lokal, lidah ditarik keatas dan ke posterior/belakang, dengan suatu benang yang dijahit pada ujung lidah. Frenulum kemudian dipegang/dijepit kira-kira pada tengah dari panjang vertical dengan sebuah hemostat lurus yang mana sejajar ke dasar mulut (gbr-13).
Gbr-13 a. Frenulum lingual (angkiloglosia) membutuhkan pembedahan. b. pengangkatan lidah keatas dengan bantuan sebuah benang dan frenulum
diretraksi (ditarik kembali) dengan sebuah hemostat lurus untuk memudahakan pembuangan
Gbr-14 a,b. Langkah pertama frenektomi, scalpel selalu kontak rapat dengan permukaan atas hemostat. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.
Gbr-15 a,b. Langkah kedua frenektomi, meliputi bagian bawah hemostat, prosedur ini sama dengan yang ditunjukkan pada gbr-14.
Gbr-17 a,b. Undermining / penggangsiran mukosa pada tepi luka dari jaringan asal. a. ilustrasi. b. gambaran klinis
Gbr-18 a,b. lokasi operasi setelah penjahitan. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.
Tehnik Tanpa Bantuan Hemostat
Frenulum lingual dibuang dengan sebuah skalpel tanpa bantuan dari sebuah hemostat. Lebih rinci, setelah menarik lidah keatas, frenulum diinsisi dengan pemusatan insisi, pertama pada perlekatan lingual dan kemudian di sisi yang lain. Setelah frenulum bebas dan lidah bebas, lidah ditarik kembali lebih lanjut setinggi superior dan posterior untuk memudahkan pembuangan frenulum yang lebih, yang masih pada tempatnya. Setelah pembuangan frenulum, tepi luka di undermined/digangsir diikuti dengan penjahitan, seperti yang diuraikan dalam kasus sebelumnya (gbr.-19 s/d gbr.-23).
Gbr-19 Eksisi frenulum lingual (kasus angkiloglosia) menggunakan tehnik tanpa bantuan hemostat.
Gbr-20 Lidah diangkat keatas dengan benang yang ditempatkan pada ujung lidah.
Gbr-21. Eksisi frenulum dengan memusatkan insisi ke arah dasar lidah.
Gbr-22. Undermining / penggangsiran tepi luka dengan gunting.
Gbr-23. Lokasi operasi setelah penjahitan ditempatkan.
IV.4. Teknik Z-Plasty
Periksa hipertrofi frenulum dan tentukan perluasannya ke papila insisivum. Visualisasi terbaik adalah dengan menarik bibir ke atas dan ke depan.
Eksisi bagian tengah papila sedekat mungkin ke maksila. Akan terjadi defek jaringan selebar 2 mm.
Buatlah dua segitiga sama besar di tiap sisi insisi sehingga apeks tiap segitiga beradap pada inisisi. Pilihlah flap yang sesuai untuk transposisi dan lakukan insisi menembus periosteum.
Lepaskan flap dari kedudukannya dengan periostel elevator. Potong setiap ikatan jaringan ikat dengan skalpel.
Transposisikan flap jaringan ke tempat yang sesuai.
Jahit mukoperiosteum dengan benang silk 4-0 pada posisi transposisi.
BAB V
KOMPLIKASI dan PENANGGULANGANNYA
Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada pembedahan frenulum adalah sebagai berikut (Kruger 1974) :
1. Perdarahan
Perdarahan ini dapat terjadi selama operasi ( perdarahan primer ) atau beberapa jam sampai beberapa hari setelah pembedahan (perdarahan sekunder). Perdarahan ini dapat terjadi oleh sebab lokal atau sistemik. Penyebab lokal biasanya meliputi lepasnya bekuan darah, luka yang terinfeksi, trauma pada luka atau lepasnya jahitan. Sedangkan penyebab sistemik dapat berupa kelainan darah.
Penanggulangan dengan melakukan pembersihan daerah luka serta penekanan dengan kasa dibasahi vasokonstriktor lokal, kompres dingin dan penjahitan atau pemberian coagulation promoting agent seperti gelatin sponge, thrombin, dan lain-lain. Bila tindakan tersebut tidak dapat mengatasi perdarahan sebaiknya dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.
2. Pembengkakan
Biasanya terjadi karena trauma yang berlebihan atau karena infeksi. Penanggulangannya dapat dikontrol dengan kompres dingin yaitu dengan kantung es atau kain dingin.
3. Infeksi
Untuk mencegah infeksi dianjurkan untuk memelihara kebersihan mulut dan diberi obat kumur antiseptik. Apabila infeksi telah terjadi, tindakan lokal yang perlu dilakukan adalah mengirigasi luka dengan NaCl fisiologis hangat serta pengulasan antiseptik pada tepi luka, diberikan pula obat antibiotik.
4. Rasa sakit yang berlebihan
BAB VI KESIMPULAN
Kelainan frenulum tidak hanya menyebabkan gangguan estetik, diastema gigi dan stabilisasi serta retensi gigi tiruan, tetapi juga menyebabkan menurunnya kesehatan gingiva dan gangguan fisiologis seperti bicara, mengunyah serta kesukaran penelanan
Untuk menanggulangi kelainan bentuk anatomi frenulum terdapat beberapa teknik pembedahan. Pemilihan macam teknik yang dapat digunakan tergantung kasus dan ketrampilan operator.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.
2. Gans, B. 1972. Atlas of Oral Surgery. 2nd ed. C.V Mosby. Saint Louis.
3. Kruger, O.G. 1975. Textbook of Oral Surgery. 4th ed. C.V. Mosby. Saint Louis.
4. Pedlar, J. 2001. Oral and Maxillofacial Surgery. 1st ed. Churchill Livingstone. Spain.
5. Peterson, L.J. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. Mosby. Saint Louis.