PERANAN PERUSAHAAN JASA PENILAI BAGI PERBANKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBERIAN KREDIT
(Studi Pada Kantor Jasa Perusahaan Penilai Cabang Medan)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh :
RINI LAURA HUTABARAT 070200350
Departemen : Hukum Keperdataan Program Kekhususan : Hukum Perdata BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERANAN PERUSAHAAN JASA PENILAI BAGI PERBANKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBERIAN KREDIT
(Studi Pada Kantor Jasa Perusahaan Penilai Cabang Medan)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh :
RINI LAURA HUTABARAT 070200350
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
Disetujui Oleh :
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
DR. Hasim Purba, SH, M.Hum NIP. 196603031985081001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Tan Kamellom, SH, M.S Puspa Melati, SH, M.Hum NIP. 19621042111988031004 NIP. 196801281994032001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Globalisasi perdagangan dunia merupakan akibat dari meningkatnya kebutuhan akan barang dan jasa serta terbukanya komunikasi internasional yang didukung dengan teknologi modern. Hal ini dialami juga oleh Indonesia. Meskipun dalam kondisi krisis yang berkepanjangan, masyarakat tetap melakukan aktivitas perekonomian. Aktivitas perekonomian yang sangat dominan dilakukan masyarakat saat ini adalah kegiatan perdagangan yang meliputi jual beli barang dan jasa secara terus menerus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam kaitannya dengan pemberian kredit dan Untuk mengetahui tanggung jawab hukum perusahaan jasa penilai apabila melanggar kode etik penilaian, melawan hukum dan wanprestasi sehingga menimbulkan kredit macet pada pihak bank.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua macam metode penelitian yaitu dalam mengumpulkan data melalui studi keperdataan diperoleh melalui buku-buku, tulisan-tulisan, majalah-majalah, surat kabar serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan isi skripsi ini. Dalam mengadakan penelitian lapangan dilakukan dengan cara melakukaan wawancara lagsung dengan narasumber yang berkompeten.
Hasil analisa penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Peranan Perusahaan Jasa Penilaian bagi perbankan dalam kaitannya dengan pemberian kredit adalah hasil-hasil laporan penilaian merupakan salah satu tujuan yang digunakan sebagai dasar pengeluaran kredit pihak bank. Perusahaan Jasa Penilai dapat diminta pertanggung jawaban secara perdata apabila terbukti melakukan kesalahan atau wanprestasi dalam kegiatan penilaian sehingga menimbulkan kredit macet pada pihak bank. Sedangkan kesalahan yang timbul akibat pelanggaran kode etik penilaian maka penilaian dapat dikenakan sanksi oleh dewan penilai. (2) Dalam kegiatan Perusahaan Jasa Penilai terbuka kemungkinan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik dan cara penilaian. Pertanggungjawaban tersebut tidak hanya terhadap masyarakat tetapi juga kepada integritas penilaian, asosiasi dan Peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam kaitannya dengan sesama penilai mengenai pertanggungjawaban ini telah diatur dalam kode etik GAPPI. Sehubungan dengan pertanggungjawaban hukum Perusahaan Jasa Penilaian di bidang hukum perdata, terdapat 2 bentuk pertanggung jawaban yaitu: (a) Pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum, (b) Pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan oleh wanprestasi. (c) Tanggung jawab karena adanya kesalahan merupakan bentuk pertanggung jawaban yang diatur dalam pasal 1365, Pasal 1466 dan Pasal 1367 KUH Perdata.
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas segala kemurahan dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis,
sehingga peulis dapat mengikuti perkuliahan dan dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk
meraih gelar Sarjana Hukum di Universitas Sumatra Utara, dimana hal tersebut
merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan
perkuliahannya.
Adapun judul skripsi yang penulis kemukakan “PERANAN
PERUSAHAAN JASA PENILAI BAGI PERBANKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Pada Kantor Jasa Perusahaan Penilai Cabang Medan)” Skripsi ini membahas tentang peranan
dan pertanggungjawaban perusahaan jasa penilai terhadap kaitannya dalam
pemberian kredit dan penyusunan perusahaan jasa penilai dalam kebijakan di
bank.
Penulis telah mencurahkan segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam
penyusunan skripsi ini. Namun penulis menyadari bahwa di dalam penulisan
skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab
itu skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Iniversitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof.Dr. H. Tan Kamello, SH, M.S., selaku Dosen Pembimbing I
sekaligus Dosen Wali yang telah banyak meluangkan waktunya dalam
memberikan bantuan, bimbingan dan arahan-arahan kepada penulis pada saat
penulisan skripsi ini.
4. Ibu Puspa Melati, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan dan
arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya dan membantu penulis
selama menjalani perkuliahan.
6. Teristimewa kepada Orangtua tercinta, Ayahanda U. Hutabarat dan Ibunda
Dra. S. Hutajulu yang telah membesarkan dan mendidik Penulis dengan kasih
sayang yang tak hentinya memberikan motivasi, semangat dan mendoakan
setiap langkah Penulis dalam mencapai cita-cita.
7. Kepada Abangku Riki Hutabarat dan Adekku Alexander Hutabarat, Joseph
Hutabarat yang telah memberikan motivasi, semangat serta doa kepada
Penulis.
8. Kepada sahabat-sahabat Penulis : Ayu Napitupulu, SH, Ridwan Sialagan,
Rina Stefani, SH, Dian Simbolon, SH, Roy Pardede, SE, Joni Daily,S.Sos,
Abdelina Hutapea.
9. Teman-teman seangkatan 2007 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Rahmat dan KaruniaNya
kepada kita semua. Amin.
Medan, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7
D. Keaslian Penulisan ... 8
E. Tinjauan Kepustakaan... 8
F. Metode Penulisan ... 10
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERBANKAN KREDIT ... 17
A. Pengaturan Perbankan Di Indonesia ... 17
1. Pengertian Perbankan ... 17
2. Sumber Hukum Perbankan ... 20
3. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan ... 22
4. Bank ... 24
5. Jenis-Jenis Bank ... 27
6. Penilaian Kesehatan Bank ... 29
B. Perjanjian Kredit Perbankan ... 34
1. Jenis Perjanjian Kredit ... 37
2. Bentuk Perjanjian Kredit ... 40
C. Jaminan Kredit Perbankan ... 42
1. Fungsi Jaminan Kredit Bank ... 44
2. Kegunaan Jaminan Kredit Bank ... 44
3. Jenis-Jenis Jaminan Kredit ... 45
D. Prinsip Hukum Penilaian Aset di Bank ... 46
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN JASA PENILAI ... 50
A. Pengertian dan Pengaturan Perusahaan Jasa Penilai ... 50
B. Fungsi Perusahaan Jasa Penilai ... 62
C. Ruang Lingkup Perusahaan Jasa Penilai ... 63
D. Perusahaan Jasa Penilai Sebagai Keahlian Profesi ... 65
E. Perusahaan Jasa Penilai sebagai Badan Hukum Perdata .... 70
BAB IV PERANAN PERUSAHAAN JASA PENILAI BAGI PERBANKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBERIAN KREDIT (STUDI PADA KANTOR JASA PERUSAHAAN PENILAI CABANG MEDAN) ... 86
A. Peranan Perusahaan Jasa Penilai bagi Perbankan dalam Pemberian Kredit ... 86
B. Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Jasa Penilai yang
dan Wanprestasi sehingga Menimbulkan Kredit Macet
pada Pihak Bank. ... 101
C. Penyusunan Perusahaan Jasa Penilai dalam Kebijakan Kredit di Bank ... 110
BAB V PENUTUP ... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Saran ... 122
ABSTRAK
Globalisasi perdagangan dunia merupakan akibat dari meningkatnya kebutuhan akan barang dan jasa serta terbukanya komunikasi internasional yang didukung dengan teknologi modern. Hal ini dialami juga oleh Indonesia. Meskipun dalam kondisi krisis yang berkepanjangan, masyarakat tetap melakukan aktivitas perekonomian. Aktivitas perekonomian yang sangat dominan dilakukan masyarakat saat ini adalah kegiatan perdagangan yang meliputi jual beli barang dan jasa secara terus menerus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam kaitannya dengan pemberian kredit dan Untuk mengetahui tanggung jawab hukum perusahaan jasa penilai apabila melanggar kode etik penilaian, melawan hukum dan wanprestasi sehingga menimbulkan kredit macet pada pihak bank.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua macam metode penelitian yaitu dalam mengumpulkan data melalui studi keperdataan diperoleh melalui buku-buku, tulisan-tulisan, majalah-majalah, surat kabar serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan isi skripsi ini. Dalam mengadakan penelitian lapangan dilakukan dengan cara melakukaan wawancara lagsung dengan narasumber yang berkompeten.
Hasil analisa penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Peranan Perusahaan Jasa Penilaian bagi perbankan dalam kaitannya dengan pemberian kredit adalah hasil-hasil laporan penilaian merupakan salah satu tujuan yang digunakan sebagai dasar pengeluaran kredit pihak bank. Perusahaan Jasa Penilai dapat diminta pertanggung jawaban secara perdata apabila terbukti melakukan kesalahan atau wanprestasi dalam kegiatan penilaian sehingga menimbulkan kredit macet pada pihak bank. Sedangkan kesalahan yang timbul akibat pelanggaran kode etik penilaian maka penilaian dapat dikenakan sanksi oleh dewan penilai. (2) Dalam kegiatan Perusahaan Jasa Penilai terbuka kemungkinan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik dan cara penilaian. Pertanggungjawaban tersebut tidak hanya terhadap masyarakat tetapi juga kepada integritas penilaian, asosiasi dan Peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam kaitannya dengan sesama penilai mengenai pertanggungjawaban ini telah diatur dalam kode etik GAPPI. Sehubungan dengan pertanggungjawaban hukum Perusahaan Jasa Penilaian di bidang hukum perdata, terdapat 2 bentuk pertanggung jawaban yaitu: (a) Pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melawan hukum, (b) Pertanggung jawaban atas kerugian yang disebabkan oleh wanprestasi. (c) Tanggung jawab karena adanya kesalahan merupakan bentuk pertanggung jawaban yang diatur dalam pasal 1365, Pasal 1466 dan Pasal 1367 KUH Perdata.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian dunia yang sangat pesat dewasa ini menuju
pada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global timbul dengan ditandai
berbagai peristiwa internasional, seperti penandatanganan Kesepakatan Putaran
Uruguay pada tahun 1994. Indonesia telah meratifikasi kesepakatan tersebut dan
dituangkan dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia. Peristiwa- peristiwa
internasional lain seperti dibentuknya Lembaga Perdagangan Internasional (World
Trade Organitation/ WTO), blok-blok perdagangan regional yaitu NAFTA (North
America Free Trade Area), maupun APEC (Asia Pasific Economy Cooperation).
Globalisasi perdagangan dunia merupakan akibat dari meningkatnya
kebutuhan akan barang dan jasa serta terbukanya komunikasi internasional yang
didukung dengan teknologi modern. Hal ini dialami juga oleh Indonesia.
Meskipun dalam kondisi krisis yang berkepanjangan, masyarakat tetap melakukan
aktivitas perekonomian.Aktivitas perekonomian yang sangat dominan dilakukan
masyarakat saat ini adalah kegiatan perdagangan yang meliputi jual beli barang
dan jasa secara terus menerus, yang memiliki ciri-ciri adanya tujuan pengalihan
hak milik atau pemberian hak pakai maupun penerimaan suatu imbalan atau
Kegiatan perdagangan yang berkembang pesat saat ini adalah perdagangan
jasa seperti jasa konsultan hukum, jasa perbankan, jasa angkutan, dan jasa penilai
(appraisal). Masing-masing perusahaan jasa tersebut memegang peranan penting
dalam rangka memperlancar dan membantu pengembangan usaha. Bentuk usaha
jasa yang tergolong baru di Indonesia adalah jasa penilai. Jasa penilai adalah ahli
atau seseoarang yang berprofesi dalam bidang juru ukur yang dikenal dengan
berbagai nama seperti valuer, appraiser, pentaksir, pengurus real estate (pengurus
proyek), pengurus harta kota (property manager) dan konsultan. Profesi penilai
adalah suatu keahlian yang mempunyai bidang pelayanan jasa yang luas
berhubungan dengan properti. Profesi tersebut memiliki tata cara kerja tersusun
dan kode etik sebagai pedoman dalam menjalankan jasa terhadap masyarakat.
Penilai disebut sebagai valuer, appraiser atau pentaksir karena melakukan
kegiatan penilaian dengan maksud mencari nilai wajar suatu properti untuk
kepentingan jual beli, agunan asuaransi dan pajak. Penilai disebut sebagai
pengurus real estate (pengurus proyek) apabila seorang penilai membuat studi
kelayakan, menentukan kegunaan terbaik bagi tanah, mencari ijin lokasi serta
membuat jadwal kegiatan untuk sebuah proyek. Penilai dapat juga disebut
pengurus harta kota (property manager) karena bidang pekerjaannya mengelola
pusat-pusat komersil, seperti pusat pertokoan, perkantoran mewah, apartemen dan
kondominium. Bentuk pengelolaan pusat-pusat komersil tersebut meliputi
perawatan bangunan, pembayaran tagihan-tagihan, pemilihan penyewa, dan
penetapan sewa. Penilai disebut sebagai konsultan karena juga melayani
menentukan highest and best use yaitu penggunaan wajar yang mungkin dari
tanah kosong atau properti yang dibangun. Dikatakan memilki penggunaan wajar
apabila penggunaan tanah memungkinkan secara fisik serta didukung oleh
peraturan yang tepat akan menghasilkan nilai yang tinggi.
Pada hakikatnya, usaha jasa penilai adalah badan usaha yang memiliki
predikat sebagai lembaga kepercayaan bagi pihak-pihak yang melakukan transaksi
perdagangan. Joni Emirzon berpendapat bahwa peran perusahaan penilai menjadi
berarti karena lembaga ini merupakan usaha jasa yang profesional untuk
memberikan penilaian obyektif dan independen untuk properti yang berwujud
maupun yang tidak berwujud. Oleh karena itu, kehadiran lembaga ini sangat
bermanfaat bagi pelaku ekonomi1
Pada waktu itu, para investor asing yang akan menginvestasikan modalnya
di Indonesia melalui bank-bank asing menghendaki agar sebelum suatu proyek
dilaksanakan terlebih dahulu perlu diadakan peninjauan lapangan serta penilaian
terhadap aset yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang akan
menjadi partner para investor asing. Tujuanya penilaian aset tersebut agar .
Profesi penilai mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1970, yaitu
bersamaan dengan menghangatnya kegiatan investasi di Indonesia sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penanaman
Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri.
1
kepemilikan saham benar-benar dapat di pertanggungjawabkan oleh pihak-pihak
yang terlibat.
Seiring dengan meningkatnya usaha dibidang investasi maka meningkat
pula upaya untuk menilai setiap aset yang dimiliki oleh pemohon kredit.
Selanjutnya kegiatan penilaian tidak hanya dilakukan oleh bank-bank asing tetapi
dilakukan pula oleh bank-bank lokal, khususnya bank pemerintah.
Hingga saat ini di Indonesia, pada umumnya pelaku ekonomi yang
menggunakan jasa penilai adalah pengusaha yang ingin mendapatkan pinjaman
kredit bank untuk mengembangkan usahanya. Usaha jasa penilai, sesuai dengan
fungsi dan kedudukannya dapat diminta untuk memberikan estimasi yang
obyektif tentang nilai suatu aktiva berwujud maupun tidak berwujud. Hasil
pekerjaan penilai berupa laporan hasil penilaian dari perusahaan penilai akan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan tujuan penilaian
terhadap suatu aktiva yang dimaksud.
Manfaat usaha jasa penilai mulai disadari oleh sebagian pengusaha di
Indonesia sebagai suatu sarana dan pelengkap dari sistem manajemen dalam dunia
usaha.Sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, di
perlukan suatu tatanan baru dalam sistem pengelolaan usaha baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, yang merupakan syarat untuk memenuhi
permintaan. Dalam perkembanganya, dunia usaha memerlukan sarana dan
prasarana yang dapat menunjang dunia usaha seperti modal, lahan, mesinmesin,
perlengkapan, tenaga profesional dalam struktur manajemen yang sangat perlu di
jasa penilai yang mampu menilai aset secara obyektif berdasarkan teknik-teknik
penilaian yang diatur dalam suatu profesi penilaian.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 huruf b Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 57/KMK/1996 tentang Jasa Penilai, pemberi jasa penilai disebut Penilai,
yaitu orang perseorangan yang dengan keahlianya menjalankan kegiatan
penilaian. Jenis kegiatan penilaian itu sendiri diatur dalam Pasal 7 Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 57/KMK.017/1996 bahwa Usaha jasa Penilai
mempunyai cakupan kegiatan penilaian dan dapat pula melakukan kegiatan
penilaian. Secara umum kegiatan penilaian yang dilakuakn perusahaan jasa
penilai meliputi kegiatan penilaian tanah, bangunan, pengembangan tanah,
pertokoan, perkantoran, perhotelan, apartemen, kawasan industri, pompa bensin,
pertambangan dan perkebunan.
Dilihat dari kegiatan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan jasa penilai
salah satunya adalah dapat digunakan oleh pihak bank. Bank menggunakan
laporan penilaian sebagai dasar pengeluaran kredit, jaminan hipotek, dasar
perhitungan untuk dijual apabila harus dilelang, serta menghitung kekayaan bank
atau nasabah.
Bagi pihak perbankan, penilaian aset sangat penting untuk menentukan
berapa besar pinjaman uang (kredit) yang dapat diberikan. Dimana penggunaan
jasa penilai dalam kegiatan perbankan modern merupakan hal yang biasa, hasil
penilaian dari seorang penilai diperlukan dalam rangka memberikan estimasi dan
pendapat atas nilai ekonomis suatu harta pada saat tertentu sesuai Standar
Seperti halnya organisasi lain, perusahaan jasa penilai juga memiliki
organisasi dengan nama Gabungan Perusahaan Penilai Indonesia yang disingkat
GAPPI (Association of Indonesian Appraisal Companies) dan MAPPI
(Masyarakat Profesi Penilai Indonesia). GAPPI adalah organisasi yang menjadi
wadah bagi perusahaan penilai di Indonesia yang bersifat mandiri, bukan
organisasi pemerintah dan politik begitu juga MAPPI adalah wadah bagi penilai
yang bergerak di bidang penilaian yang bertujuan untuk membina dan
mengembangkan kemampuan, kegiatan, dan kepentingan anggota atau dapat
dikatakan MAPPI melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap anggotanya.
Di Indonesia, meskipun perusahaan jasa penilai semakin berkembang
namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh berbagai pihak, terutama pihak
perbankan sehingga dalam pengajuan kredit dapat terjadi praktek-praktek mark up
khususnya dalam pengajuan kredit properti.
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul : PERANAN PERUSAHAAN JASA PENILAI BAGI
PERBANKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBERIAN KREDIT.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahaan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam
2. Bagaimanakah tanggung jawab hukum perusahaan jasa penilai yang
melanggar kode etik penilaian, melawan hukum dan wanprestasi sehingga
menimbulkan kredit macet pada pihak bank?
3. Bagaimanakah penyusunan perusahaan jasa penilai dalam kebijakan kredit
di bank?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Suatu penelitian pasti mempunyai tujuan yang hendak di capai baik
sebagai solusi atas masalah yang dihadapi (tujuan obyektif), maupun untuk
memenuhi kebutuhan seseorang (tujuan subyektif). Tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam
kaitanya dengan pemberian kredit.
b. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum perusahaan jasa penilai apabila
melanggar kode etik penilaian, melawan hukum dan wanprestasi sehingga
menimbulkan kredit macet pada pihak bank.
c. Untuk mengetahui penyusunan perusahaan jasa penilai dalam kebijakan
kredit di bank.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memenuhi persyaratan akademis yang diwajibkan bagi setiap
mahasiswa dalam meraih gelar sarjana strata I dalam bidang ilmu hukum
b. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pemahaman akan arti
pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan ini diselesaikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan oleh
penulis sendiri dari berbagai sumber, selain dari bacaan juga berdasarkan hasil
wawancara serta penelitian, dan sepanjang pengetahuan penulis, penulisan tentang
Peranan Perusahaan Jasa Penilai Bagi Perbankan Dalam Kaitannya dengan
Pemberian Kredit dengan studi pada Kantor Jasa Perusahaan Penilai Cabang
Medan belum pernah melakukan penelitian sebelumnya dan ini merupakan
penelitian pertama sekali dilakukan sehingga keaslian penulisan ini dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis.
E. Tinjauan Kepustakaan
Untuk mengantarkan kita kepada pemahamaan yang benar mengenai
skripsi ini maka terlebih dahulu kita akan melihat tinjauaan kepustakaan yang
akan mengantarkan kita kepada pengertian umum atau gambaran mengenai “
Peranan Perusahaan Jasa Penilai Bagi Perbankan Dalam Kaitannya dengan
Pemberian Kredit”.
Dari judul di atas dapat diambil pengertian baik secara etimologi maupun
berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia setiap kata demi kata mengadung
Sebelum menjelaskan pengertian perusahaan jasa penilai, terlebih dahulu akan
dijelaskan asal kata penilaian (penilai). Secara umum, kata penilaian berasal dari
kata nilai (price, value, yaitu harga, dalam arti taksiran harga). ” Nilai adalah hasil
guna dari suatu properti baik berwujud maupun tidak berwujud, dinyatakan
dalam suatu mata uang, yang diperoleh melalui proses penilaian pada tanggal
tertentu2
The Dictionary of Real Estate Appraisal mendefinisikan appraisal sebagai
”The Act or Process of Estimating Value” atau diterjemahkan sebagai ”proses
menghitung atau mengestimasikan nilai suatu harta kekayaan atau property .
3
orang yang pekerjaannya melakukan penaksiran atas nilai atau harga suatu
barang, kemudian kata penilaian (appraising) mempunyai arti penaksiran untuk
menetapkan suatu harga barang atau harta kekayaan perusahaan, perhitungan
terhadap nilai barang impor untuk menentukan besarnya tarif / bea masuk yang
harus dibayar importer
.
Kamus Hukum Ekonomi, memberikan pengertian penilai (appraiser) yaitu ;
4
Pengertian Usaha Jasa Penilai atau disingkat UJP pada Pasal 1 SK Menteri
Keuangan RI No. 406 /KMK.06/2004 adalah usaha di bidang penilaian dan
jasa-jasa lainnya yang terkait dengan penilaian sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Sedangkan Perusahaan Jasa Penilai, atau disingkat PJP, adalah Perseroan Terbatas
(PT) yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan telah memiliki Surat Izin
Usaha Perusahaan Jasa Penilaian (SIUPP) yang telah diterbitkan oleh Menteri .
2
Dodi Ansharri ”Pengertian Penilaian dan Prinsip Penilaian”, Pendidikan dan Pelatihan Penilaian Commercial Properties.
3
Appraisal Institute, The Dictionary of Real Estate Appraisal , 3rd edition, (Chicago : 1993 ), halaman 22.
4
Perindustrian dan Perdagangan, untuk melakukan kegiatan usaha sebagaimana
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan ini.
Dari pengertian – pengertian tersebut diatas, dapat diketahui bahwa usaha jasa
penilai adalah suatu bentuk usaha yang memberikan jasa penilaian atau
penaksiran nilai riil atas suatu properti / kekayaan harta benda baik berupa barang
berwujud maupun tidak berwujud atas permintaan pemberi amanat dengan
menerima imbalan.
Definisi kredit menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan adalah: kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
F. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini mengunakan metode:
1. Metode studi kepustakaan (library research)
2. Metode penelitian lapangan (field research)
Dalam mengumpulkan data-data diperoleh melalui buku-buku,
tulisan-tulisan, majalah-majalah, surat kabar serta peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan isi skripsi ini. kemudian bahan-bahan tersebut dipelajari
dipahami dan dianalisa secara sistematis dan memilih hal-hal yang menjadi dasar
Dalam mengadakan penelitian lapangan dilakukan dengan cara melakukan
wawancara lansung dengan pihak yang terkaid di Bank Niaga dan kantor
Perusahaan Jasa Penilai Cabang Medan serta pihak lain yang terkait dengan isi
skripsi ini guna melihat secara langsung system dan penyelenggaraan dalam
kaitannya dengan pemberian kredit tersebut serta masalah yang timbul dan proses
penyelesaiannya apabila terjadinya kredit macet pada pihak Bank dan penyusunan
perusahaan jasa penilai dalam kebijakan kredit di bank.
Melalui penggunaan kedua metode di atas maka data yang diperoleh dan
disajikan sesuai dengan sistematika pembahasaan skripsi ini berdasarkan hal
tersebut diterapkan konklusi berupa kesimpulan dan saran yang diharapkan
berguna bagi perkembangan hukum di Indonesia.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah sebagai
berikut:
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini jika dilihat dari sumber datanya merupakan penelitian
sosiologis (non-dokrinal) yakni penelitian atas hukum yang tidak dikonsepsikan
dan dikembangkan sebagai ketentuan hukum rules tetapi sebagai kenyataan sosial
regularities yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam alam
pengalaman5
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal 87.
, sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian yang deskriptif
4. Metode Penelitian
Berdasarkan metodenya, merupakan suatu penelitian diskriptif yaitu penelitian
yang bertujun untuk mendapat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki6
5. Jenis Data
.
Penelitian ini untuk memberikan data seteliti mungkin dengan mendeskripsikan
peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam kaitannya dengan
pemberian kredit dan tanggung jawab hukum perusahaan jasa penilai serta
penyusunan perusahaan jasa penilai dalam kebijakan kredit di bank.
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan
berupa keterangan dan penjelasan yang diberikan para responden/nara sumber.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian
bahan-bahan kepustakaan yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan data dari
orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku maupun artikel dan
dapat diperoleh tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Bahan pustaka bidang
hukum dari sudut kekuatan mengikatnya dapat dibedakan menjadi:
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai
kekuatan mengikat, misalnya peraturan perundang-undangan.
2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan
6
memahami bahan buku primer, misalnya hasil-hasil penelitian dan hasil
karya ilmiah dari kalangan hukum yang berkaitan dengan perusahaan jasa
penilai.
3) Bahan-bahan hukum tersier, berupa bahan-bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, misalnya Kamus Besar Bahasa
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian sangat diperlukan, karena
dengan adanya data akan sangat menunjang dalam penulisan. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan dan kepustakaan.
a. Penelitian lapangan.
Penelitian lapangan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara :
1) Observasi dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap gejala-gejala yang diteliti dan mengadakan
pencatatan secara sistematis.
2) Wawancara kepada Bapak Dodi Ansharri selaku Pimpinan Perusahaan
Jasa Penilai Cabang Medan, yaitu teknik pengumpulan data dengan
komunikasi secara langsung dengan responden. Wawancara dilakukan
berdasarkan pokok yang ditanyakan (interview guide) berdasarkan
kerangka pertanyaan yang telah disusun dan disajikan responden untuk
b. Studi kepustakaan digunakan dalam mengumpulkan data yang dilakukan
dengan cara membaca buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan,
makalah ilmiah serta hasil-hasil penelitian yang ada hubunganya dengan
pokok permasalahan yang diteliti.
7. Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan studi dan identifikasi dari komponen yang
membentuk segala sesuatu yang diselidiki. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik analisis data non statistik. Setelah semua data diperoleh
dengan cara-cara dalam teknik pengumpulan data, kemudian data yang terkumpul
tersebut dianalisis untuk memecahkan masalah. Penyaringan data dilakukan untuk
memisahkan mana data yang relevan dan mana data yang tidak dibutuhkan,
kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan logis sistematis dalam
hubunganya dengan masalah yang diteliti. Dalam penilitian ini, bahan-bahan yang
diperoleh dari studi kepustakaan, penulis kumpulkan dan penulis analisis secara
logis sistematis. Salanjutnya hasil dari analisis tersebut penulis gunakan untuk
memecahkan permasalahan yang penulis ajukan didalam penulisan skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi skripsi ini, disini
akan diuraikan secara singkat gambaran isi yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Untuk itu, maka dalam pembahasan ini dibuat sistematika atau gambaran isi
materi skripsi ini dalam (5) bab dan setiap bab akan terbagi dalam sub dengan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan pengantar pembaca untuk memberikan
gambaran awal dari penulisan skripsi ini sehingga perlu adanya
penegasan dan pengertian judul, alasan pemilihan judul,
permasalahan, tujuan pembahasan, metode pengumpulan data dan
gambaran isi serta keseluruhan dari skripsi ini.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERBANKAN KREDIT
Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang
perbankan kredit di mulai dengan definisi serta pengaturan pengaturan
perbankan di Indonesia, perjanjian kredit perbankan, jaminan dalam
kredit bank, prinsip hukum penilaian asset di bank.
BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN JASA PENILAI
Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran mengenai pengertian
dan pengaturan jasa penilai, fungsi perusahaan jasa penilai, ruang
lingkup perusahaan jasa penilai, perusahaan jasa penilai sebagai
keahlian profesi, perusahaan jasa penilai sebagai badan hukum
BAB IV : PERANAN PERUSAHAAN JASA PENILAI BAGI PERBANKAN DALAM KAITANNYA DENGAN PEMBERIAN KREDIT (STUDI PADA KANTOR JASA PERUSAHAAN PENILAI CABANG MEDAN)
Dalam bab ini, penulis menguraikan pokok dari permasalahan yakni
peranan perusahaan jasa penilai bagi perbankan dalam pemberian
kredit, tanggung jawab hukum perusahaan jasa penilai yang
melanggar kode etik penilaian dan penyusunan perusahaan jasa penilai
dalam kebijakan kredit di bank. Apabila melawan hukum dan
wanprestasi sehingga menimbulkan kredit macet pada pihak bank,
penyusunan perusahaan jasa penilai dalam kebijakan kredit di bank
yaitu terdiri dari : analisa penyelesaian kredit bermasalah, penyebab
dari kredit, dampak negatif kredit bermasalah pada bank.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini terakhir ini, penulis akan menguraikan segala
kesimpulan dan memberi saran yang diperoleh berdasarkan bab-bab
sebelumnya yang diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERBANKAN KREDIT
A. Pengaturan Perbankan Di Indonesia 1. Pengertian Perbankan
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Bank, yang
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan di Indonesia juga menjalankan
fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Di mana fungsi utama perbankan di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
menyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan juga memiliki kedudukan yang
strategis, yakni sebagai penunjang dalam kelancaran sistem pembayaran,
pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan,
sehingga diperlukan suatu perbankan yang sehat, transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Hukum perbankan Indonesia merupakan hukum yang mengatur
masalah-masalah perbankan yang berlaku sekarang di Indonesia. Dengan demikian kita
akan membicarakan aturan-aturan perbankan yang masih berlaku hingga sampai
hanya dibahas apabila mempunyai keterkaitan dengan ketentuan yang berlaku saat
ini dalam sejarah perbankan.
Hukum yang mengatur masalah perbankan disebut hukum perbankan
(Banking Law) yakni merupakan seperangkat kaedah hukum dalam bentuk
peraturan perundang undangan, yurispudensi, doktrin dan lain-lain sumber hukum
yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek
kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank,
perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab, para
pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh bank, eksistensi bank, dan lain-lain yang berkenan dengan dunia
perbankan tersebut7
Ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan adalah sebagai berikut : .
8
1) Asas-asas perbankan, seperti norma efesiensi, keefektifan, kesehatan bank,
profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan,
hubungan, hak dan kewajiban bank.
2) Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisaris, direksi dan
karyawan, maupun pihak terafiliasi mengenai bentuk badan hukum
pengelola, seperti PT, Persero, Perusahaan Daerah, Koperasi atau
Perseroan Terbatas. Mengenai bentuk kepemilikan, seperti milik
pemerintah swasta, patungan dengan asing atau bank asing.
7
Muhammad Djumhana, Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung :Citra Aditya Bakti, 1993), hlm 10.
8
3) Kaedah-kaedah perbankan yang khusus diperuntukan untuk mengatur
perlindungan kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti
pencegahan persaingan yang tidak sehat, antitrust, perlindungan nasabah
dan lain-lain.
4) Yang menyangkut dengan struktur organisasi yang berhubungan dengan
bidang perbankan, seperti eksistensi dari Dewan Moneter, Bank Sentral
dan lain-lain.
5) Yang mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
oleh bisnisnya bank tersebut, seperti pengadilan, sanksi, insentif,
pengawasan, prudent banking, dan lain-lain.
Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan mengunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utamanya adalah
sebagai penghimpun dan pengatur dana masyarakat, dan bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak (Pasal 2, ayat 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan).
Perbankan Indonesia juga sebagai sarana untuk memelihara
kesinambungan pelaksanaan pembangunan nasional, juga guna mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, dan
Undang-Undang Dasar 1945, pelaksanaan perbankan Indonesia harus banyak
memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur trilogi
Mengingat peranannya maka dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional tidak berlebihan apabila perbankan kita ditempatkan begitu strategis,
sehingga tidak berlebihan apabila terhadap lembaga perbankan tersebut
pemerintah mengadakan pembinaaan dan pengawasan yang ketat. Semuanya itu
didasari oleh landasan pemikiran agar lembaga perbankan di Indonesia mampu
berfungsi secara efisien, sehat, wajar, serta mampu melindungi secara baik dana
yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu menyalurkan dana
masyarakat tersebut kebidang-bidang yang produktif bagi pencapaian sasaran
pembangunan.
2. Sumber Hukum Perbankan
Sumber hukum perbankan dapat dibedakan atas sumber hukum dalam arti
formal dan sumber dalam arti materil. Sumber hukum dalam arti materil adalah
sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri dan itu tergantung dari
sudut mana dilakukan peninjauannya, apakah dari sudut pandang ekonomi,
sejarah, sosiologi, filsafat, dan lain sebagainya. Seorang ahli perbankan cendrung
akan menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan terhadap lembaga perbankan
dalam suatu masyarakat yang menimbulkan isi hukum yang bersangkutan.
Sumber hukum materil baru diperhatikan jika diaanggap perku diketahui asal usul
hukum. Sumber hukum dalam arti formal adalah tempat ditemukannya ketentuan
hukum dan perundang-undangan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. 9
9
Sumber hukum perbankan adalah tempat ditemukannya ketentuan hukum
dan perundang-undangan perbankan yang dimaksud adalah hukum positif, yaitu
ketentuan perbankan yang sedang berlaku pada saat ini. Ketentuan yang secara
khusus mengatur atau yang berkaitan dengan perbankan tersebut dapat ditemukan
dalam : 10
1) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
2) UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
3) UU No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas devisa dan Sitem Nilai Tukar
4) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, buku II dan buku III mengenai
hukum jaminan dan perjanjian
5) UU tentang Perseroan Terbatas
6) UU tentang Pasar Modal
7) UU tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta Benda-Benda yang
berkaitan dengan Tanah UU lain yang mengatur tentang hal lain.
Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang membantu pembentukan hukum
perbankan, diantaranya perjanjian-perjanjian yang dibuat antara bank dan
nasabah; ajaran hukum melalui yurisprudensi hakim; doktrin-doktrin hukum; dan
kebiasaan yang berlaku dalam dunia perbankan.
Undang-Undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998 merupakan sumber
utama dari hukum perbankan di Indonesia. Maka, segala ketentuan perbankan
harus disesuaikan dengan undang-undang ini. Segala peraturan-peraturan
10
mengenai perbankan bertujuan untuk menciptakan suatu tatanan perbankan yang
sehat guna mempercepat modernisasi sector industri perbankan nasional.
3. Asas, Fungsi dan Tujuan Perbankan
1) Asas Perbankan
Mengenai asas perbankan yang dianut di Indonesia dapat diketahui
dari ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan Nomor 7 1992 yang
mengemukakan bahwa, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
beraskan demokrasi ekonomi dengan mengunakan prinsip kehati-hatian. Menurut
penjelasan resminya yanag dimaksud dengan demokrasi ekonomi adalah
demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Mengenai apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian
sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan di
atas tidak ada penjelasannya secara resmi, tetapi dapat dikemukakan bahwa bank
dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, terutama dalam membuat
kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan tugas dan
wewenangnya masing-masing secara cermat, teliti dan professional sehingga
memperoleh kepercayaan masyarakat. Selain itu bank dalam membuat
kebijaksanaan dan menjalankan kegiatan uasahanya harus selalu mematuhi
seluruh peraturan perundang-uandangana yang berlaku secara konsisten dengan
didasari oleh etikad baik.11
11
2) Fungsi Perbankan
fungsi perbankan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 Undang-Undang
perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang merumuskan fungsi utama Perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Dari Pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bank dalam
sistem hukum perbankan di Indonesia sebagai intermediary bagi masyarakat yang
surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. penghimpun dana
masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan Pasal tersebut dinamakan
“simpanan”, sedangkan penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat
dianamakan “kredit”. Kesimpulan ini mengandung suatu konsep dasar dari sistem
perbankan di Indonesia bahwa dana masyarakat yang ditempatkan pada lembaga
perbankan disebut “simpanan”, tetapi dana yang ditempatkan pada masyarakat
disebut “kredit”. 12
Kehadiran bank sebagai suatu badan usaha tidak semata-mata bertujuan
bisnis, namun ada misi lain, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya.
3) Tujuan Perbankan
13
Secara lengkap mengenai hal ini diatur dam ketentuan Pasal 4
Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang merumuskan perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kea rah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
12
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia: Simpanan, Jasa dan Kredit (Bogor: Ghalia Indonesia,2006), hal 7.
13
4. Bank
Apabila dilihat dari terminologinya, kata “bank” berasal dari bahasa Itali
“banca” yang berarti “bence”, yaitu suatu bangku tempat duduk. Sebab, pada
zaman pertengahan, pihak banker Italia memberikan pinjaman-pinjaman
melakukan usahanya tersebut dengan duduk di bangku-bangku di halaman
pasar.14
Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besaranya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai
lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan
nilai uang. Mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.
Dengan sendirinya, bank Indonesia tidak termasuk dalam pengertian “bank” sebab
Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan didalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dan Undang-Undang
Perbankan yang diubah, yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Pasal 1 huruf a Undang-Undang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Sementara itu, Undang-Undang Perbankan
Nomor 10 Tahun 1998 pada Pasal 1 angka 2 mendefenisikan bank sebagai badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
14
bukan sebuah badan usaha yang berusaha mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya, kendati melakukan kegiatan usaha yang bersifat komersial pula.15
Perubahan istilah lembaga keuangan menjadi badan usaha adalah
dimaksudkan agar para pelaku bank professional dalam mengelola dana dari dan
ke masyarakat. 16
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
Dalam pembicaraan sehari-hari bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank
juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya.
17
a. Bank dilihat dari segi penerima kredit. Dalam pengertian ini bank
menerima uang dan dana-dana lainnya dari masyarakat serta
mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditannya secara
pasif dengan penghimpunan uang dari pihak ketiga. .
Bila dilihat dari fungsinya, definisi Bank dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian yaitu :
b. Bank dilihat sebagai pemberi kredit. Berarti bahwa bank melaksanakan
operasi secara aktif. Jadi fungsi bank terutama dilihat sebagai pemberi
15
Rachmadi Usman, Op. Cit, hal 59.
16
Ibid, hal 59-60
17
kredit, tanpa mempermasalahkan apakah kredit itu berasal dari deposito
atau tabungan yang diterimanya atau sumber pada penciptaan kredit yang
dilakukan oleh bank itu sendiri.
c. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang
berasal dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat maupun
melalui penciptaan uang.
Oleh karna itu, ada beberapa usaha jasa perbankan yang hanya dapat
diberikan oleh sebuah Bank Umum, tetapi tidak boleh diberikan oleh Bank
Perkreditan Rakyat. Misalnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dilarang menerima
simpanan berupa giro, dan ikut serta dalam lain lintas pembayaran, juga dilarang
melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. 18
a. Bank Umum Milik Negara, yaitu bank yang hanya dapat didirikan
berdasarkan Undang-Undang.
Bank dapat dibagi berdasarkan kepemilikannya, yaitu :
b. Bank Umum Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dan
menjalankan usahanya setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan.
Ketentuan Bank Umum Swasta diatur dalam Pasal 16,21, dan Pasal 22
Undang-Undang Perbankan dan Suran Keputusan Menteri Keuangan RI
No. 161/KMK00/1988.
c. Bank Campuran, yaitu bank umum yang didirikan bersama-sama oleh
satu/lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh
18
WNI, dengan satu/lebih bank yang berkedudukan di luar negeri. Ketentuan
Bank Campuran diatur dalam pasal 17 Undang-Undang Perbankan.
d. Bank Pembangunan Daerah (BPD), yaitu bank milik pemerintah daerah
Berdasarkan Pasal 54 Undang-Undang Perbankan bentuk Bank
Pembangunan Daerah akan disesuaikan menjadi Bank Umum sesuai
dengan Undang-Undang Perbankan .
5. Jenis-Jenis Bank
Bank merupakan sektor perekonomian yang sangat penting disetiap
Negara. Secara umum tentulah dalam suatu Negara terdapat berjenis-jenis bank
yang selalu melayani kepentingan nasabahnya.
Terhadap jenis-jenis bank tersebut, dan dilihat dari fungsinya serta
kinerjanya, dapatlah di berikan pembagiannya dari masing-masing bank tersebut.
Pembagian jenis bank ini sangat penting karna terdapatnya perbedaan jenis
kegiatan yang boleh dilakukan oleh bank-bank yang berbeda tersebut. Dalam hal
ini kegiatan ini dapatlah disebutkan pembagiannya berdasarkan jenis karna telah
diatur oleh bank Indonesia tentang kegiatan yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan oleh bank-bank tersebut.
Dari segi fungsi dibedakan atas 4 jenis bank, antara lain yaitu : 19
b. Bank Sentral (Central Bank), yaitu bank yang dapat bertindak sebagai
bankers, bank pimpinan, penguasa moneter, mendorong dan mengarahkan
semua jenis bank yang ada.
19
c. Bank Umum (Commercial Bank), yaitu bank milik negara, swasta,
maupun koperasi, baik pusat maupun daerah yang dalam pengumpulan
dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro, deposito serta
tabungan dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.
Dikatakan sebagai bank umum karena bank tersebut mendapatkan
keuntungannya dari selisi bunga yang diterima dari peminjam dengan yang
dibayarkan oleh bank pada deposito.
d. Bank Tabungan (Saving Bank), yaitu bank milik Negara, swasta, maupun
koperasi yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan
dalam bentuk tabungan sedangkan usahanya terutama memperbungakan
dananya dalam kertas berharga.
e. Bank Pembangunan (Development Bank), yaitu bank baik milik Negara,
swasta, maupun koperasi baik pusat maupun daerah yang dalam
pengumpulan dana terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito,
dan/atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang
dibidang pembangunan.
Dari segi Kepemilikannya, dikenal 4 jenis bank, antara lain :
b. Bank Milik Negara
c. Bank Milik Pemerintah Daerah
d. Bank Milik swasta baik dalam negeri maupun luar negeri
Dari segi Penciptaan Uang Giral, dikenal 2 jenis bank, antara lain :
a. Bank Primer, yaitu bank yang dapat menciptakan uang giral, yang dapat
bertindak sebagai bank primer adalah bank umum.
b. Bank Skunder, yaitu bank-bank yang tidak dapat menciptakan uang
melalui simpanan masyarakat yang ada padanya, bank ini hanya bertugas
sebagai perantara dalam menyalurka kredit. Umumnya bank yang
bergerak pada bank skunder adalah bank tabungan dan bank
pembangunan.
6. Penilaian Kesehatan Bank
Budiasantoso mengartikan kesehatan bank adalah “kemampuan suatu bank
untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku”. Pengertian kesehatan bank tersebut merupakan suatu
batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank
untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya20
Tingkat kesehatan bank ini merupakan hasil penelitian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilaiian faktor permodalan, kualitas asset, manejemen, rentabilitas, likuiditas.
Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kualitatif
setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas
dan signifikasi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya
seperti kondisi, industri perbankan dan perekonomian nasional. Penilaiian
20
kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi
rasio-rasio keuangan bank. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor
yang mendukung hasil penilaiian kuantitatif, penerapan manejemen resiko, dan
kepatuhan bank dan saat ini Bank Indonesia juga memiliki metode penilaiian
kesehatan secara keseluruhan baik dari segi kualitatif dan kuantitatif
7. Pengaturan Pengawasan Bank
“Pembinaan dan pengawasan di bank dilakukan oleh Bank Indonesia”
demikian amanat yang diberikan di dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan juga di dalam Pasal 24
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 21
Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan berdasarkan ketentuan
perundangan memiliki kewenangan untuk membuat dan menerapkan ketentuan
perundangan (right to regulate) yang berkaitan dengan kegiatan operasional
sebuah bank. Produk-produk peraturan yang telah dikeluarkan Bank Indonesia
yang terkait dengan berbagai aspek usaha bank jumlahnya cukup banyak. Untuk
mengakomodasi perkembangan di sektor perbankan termasuk derasnya pengaruh
lingkungan perbankan internasional yang banyak dipengaruhi oleh Bank for
Internasional Settlement (BIS). Bank Indonesia dari waktu kewaktu senantiasa
melakukan penyesuaian terhadap peraturan agar dapat menerapkan prinsip-prinsip
perbankan yang sehat sesuai dengan praktik-praktik internasional yang lazim
(internasional best practice). 22
21
Mutiara Hikmah, Fungsi Bank Indonesia sebagai Pengawas Perbankan di Indonesia (Jurnal Hukum dan Pembangunan, Tahun ke-37, Nomor 4, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia Oktober-Desember 2007), hal 7.
22
Sebagai pembinaan dan pengawasan perbankan di Indonesia, Bank
Indonesia dalam menjalankan peran dan fungsinya tidak terlepas dari tujuannya
agar yang diatur secara eksplisit di dalam undang-undang. Tujuan Bank Indonesia
adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah (Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 23
a. Pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari
pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk memantau
tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang beralaku, serta untuk Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi
perbankan Indonesia agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara menyeluruh
maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasioanl.
Kewenangan memberikan izin (right to license) yaitu kewenangan untuk
menetapkan tatacara perizinan dan pendirian suatu bank, meliputi pemberian izin
dan pencabutan izin uasaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan
pemindahan kantor bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
Kewenangan untuk mengatur (right to regulate) yaitu untuk menetapkan
ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka
menciptakan perbankan sehat guna memenuhi jasa perbankan yang diinginkan
masyarakat.
Kewenangan mengawasi (right to control) yaitu
23
mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang
membahayakan kelangsungan usaha bank.
b. Pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan
melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank,
laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya.
Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to imposesanction) yaitu
untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap
bank apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini
mengandung unsur pembinaan agar bank beroprasi sesuai dengan asas perbankan
yang sehat.
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini Bank Indonesia
melaksanakan sistem pengawasannya yaitu :
1. pengawasan berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)
yaitu pemantauan kepatuhan bank terhadap ketentuan-ketentuan yang
terkait dengan operasi dan pengelolaan bank di masa lalu dengan tujuan
memastikan bahwa bank telah beroprasi dan dikelola secara baik dan
benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian. Pengawasan terhadap
pemenuhan aspek kepatuhan merupakan bangian yang tidak terpisahkan
dari pelaksanaan pengawasan bank berdasarkan resiko.
2. Pengawasan berdasarkan Resiko (Risk Based Supervision) yaitu
pengawasan bank yang mengunakan startegi dan metodologi berdasarkan
signifikan secara dini dan mengambil tindakan pengawasan yang sesuai
dan tepat.
Melalui Pengaturan dan Pengawasan diharapkan dunia perbankan
Indonesia selalu menaati kewajiban-kewajibanya seperti yangt ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-Undangan, misalnya yang tercantum dalam Undang-Undang
10 Tahun 1998 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang perbankan yaitu : 24
a. Memelihara kesehatanya sesuai dengan ketentuan tentang aspek
permodalan, kualitas asset, kualitas manejemen, rentabilitas, likuiditas,
solvabilitas dan aspek lainya yang berhubungan dengan usaha bank, serta
setiap kegiatanya didasarkan kepada prinsip kehati-hatian (Pasal 29 ayat
2).
b. Menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank, dan kepentingan
nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank, dalam memberikan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, serta kegiatan usaha
lainnya ( Pasal 29 ayat 3).
c. Menyediakan informasi untuk kepentingan nasabah mengenai
kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan degan transaksi
nasabah yang dilakukan melaui bank (Pasal 29 ayat 4).
d. Menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan
(Pasal 37 ayat 1).
24
e. Merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya
(Pasal 40 ayat 1)
f. Memberikan keterangan mengenai nasabah peyimpan dan
simpananyaapabila diperintahkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan
kebutuhan tertentu (Pasal 42 A).
g. Memberikan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya
kepada pihak yang ditujuk oleh nasabah penyimpan tersebut apabila
siminta atau atas persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpannya (Pasal
44 A).
B. Perjanjian Kredit Perbankan
Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan (Pactum de
contrahendo). Dengan demikian perjanjian ini mandahului perjanjian
hutang-piutang (perjanjian pinjam-menganti). Sedang perjanjian hutang-hutang-piutang
merupakan pelaksanaan dari perjanjanjian pendahuluan dan perjanjian kredit. Ada
beberapa perbedaan yang lain antara perjanjian kredit dan hutang piutang yaitu
terletak pada sifat perjanjian tersebut Perjanjian kredit bersifat konsensuil sedang
perjanjian hutang piutang bersifat rill. 25
Fungsi perbankan selain menghimpun dana masyarakat juga menyalurkan
dana masyarakat dalam bentuk pemberian kredit. Undang-undang perbankan yang
diubah tidak mengkonstruksikan hubungan hukum pemberian kredit dan nasabah
peminjam dana tersebut. Hanya dapat mengetahui bahwa pemberian kredit itu
25
adanya berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam uang antara
bank sebagai kreditur dan pihak lain nasabah peminjam dana sebagai debitur
dalam jangka waktu tertentu yang telah disetujui atau disepakati bersama dan akan
melunasi utangnya tersebut dengan sejumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan. Timbul pertanyaan apakah dengan sendirinya perjanjian kredit ini
tunduk pada pengaturan pinjam meminjam yang terdapat dalam kitab
Undang-undang Hukum Perdata.
Bebarapa Pakar Hukum berpendapat demikian, perjanjian kredit pada
hakikatnya adalah perjanjian pinjam meminjam sebagaimana yang diatur di dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
R. Subekti berpendapat bahwa :
“Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semua itu pada hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur dalam kitab Undang hukum Perdata Pasal 1754 sampai dengan 1769”.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman bahwa dari rumusan yang terdapat
didalam Undang-Undang Perbankan mengenai perjanjian kredit, dapat
disimpulkan bahwa dasar perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam meminjam di
dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1754. Perjanjian Pinjam
meminjam ini juga mengandung makna yang luas yaitu objeknya adalah benda
benda yang menghabiskan jika verbriiklening termasuk di dalamnya uang.
Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam ini, pihak penerima pinjaman menjadi
pemilik yang dipinjam dan kemudian harus dikembalikan dengan jenis yang sama
bahwa terjadinya perjanjian kredit ditentukan oleh “penyerahan” uang oleh bank
kepada nasabah”. Akan tetapi pendapat ini disangkal oleh pakar hukum lainnya26
Menurut Muchdarsyah Sinungan, dalam bukunya berjudul “Manejemen
Dana Bank” mengatakan bahwa yang dimaksud dengan : “Kredit adalah suatu
pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan
dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan disertai dengan suatu
kontra prestasi berupa bunga”. Sebelum kredit diberikan kepada pihak debitur
harus terlebih dahulu ada kesepakatan atau persetujuan antara pihak bank yang
bertindak sebagai kreditur dengan pihak debitur. Kesepakatan atau persetujuan
yang dimaksud disini adalah hubungan hukum antara kedua belah pihak yang
mengikatkan diri dalam perjanjian kredit yang dibuat para pihak, di mana pihak
bank berhak atas prestasi dan pihak debitur berkewajiban memenuhi prestasi.
Kewajiban untuk memenuhi prestasi ada terletak pada pihak debitur, di mana jika
pihak debitur tidak melaksanakan kewajibannya tersebut bukan karena keadaan
memaksa, maka pihak debitur dianggap melakukan ingkar janji (wanprestasi). 27
Perjanjian kredit yang dibuat antara bank dengan debitur merupakan
Undang-Undang bagi para pihak yang sesuai dengan asas kebebasan berkontrak,
walaupun dalam kenyataanya isi dari perjanjian kredit tersebut sudah dalam
keadaan baku yang dituangkan dalam bentuk formulir. Para pihak yang membuat
perjanjian kredit harus patuh terhadap perjanjian yang dibuat dan disepakati dia
antara para pihak. Akta perjanjian kredit bank dapat dibuat di bawah tangan atau
26
Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum Dalam Perjanjian Kredit Bank
Dengan Jaminan Hypotek Serta Hambatan –hambatannya Dalam Praktek, ( Bandung : Alumni :
1978), hal. 21-22.
27
penanda-tanganannya (legalisasinya) dapat dilakukan dihadapan dan atau di
hadapan notaris, dan para pihak yang membuat perjanjian kredit tersebut harus
patuh atas perjanjian yang disepakati. Perjanjian kredit yang dibuat antara pihak
bank dengan pihak debitur harus dibuat secara jelas, mudah serta menguraikan
secara lengkap hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak sehingga tidak
menimbulkan perbedaan penafsiran atas klausal perjanjian kredit tersebut. Adanya
perbedaan penafsiran di antara pihak dapat menimbulkan perselisihan di
kemudian hari.
1. Jenis Perjanjian Kredit
Secara Yuridis ada 2 (dua) jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang
digunakan bank dalam memberikan kreditnya, yaitu:
1) Perjanjian/pengikatan kredit di bawah tangan atau akta di bawah tangan
Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit di bawah tangan adalah
perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya
diantara mereka (kreditur dan debitur) tanpa Notaris. Lazimnya dalam
penandatanganan akta perjanjian kredit, saksi turut serta membubuhkan
tandatangannya karena saksi merupakan salah satu alat pembuktian dalam perkara
perdata.
2) Perjanjian/pengikatan kredit yang dbuat oleh dan di hadapan Notaris
(notariil) atau akta otentik
Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit notariil (otentik) adalah
perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang hanya dibuat oleh
dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di
tempat mana akte dibuat.
Mengenai akta perjanjian notariil/otentik ini, ada beberapa hal yang perlu
diketahui, yaitu:
a) Kekuatan Pembuktian
Pada suatu akta otentik terdapat 3 (tiga) macam kekuatan pembuktian:
Pertama:
Membuktikan antara para pihak, bahwa mereka sudah menerangkan
apa yang ditulis dalam akta tadi (kekuatan pembuktian formal);
Kedua:
Membuktikan antara para pihak yang bersangkutan, bahwa
sungguh-sungguh peristiwa yang disebutkan di situ telah terjadi (kekuatan pembuktian
material atau yang kita namakan kekuatan pembuktian mengikat);
Ketiga:
Membuktikan tidak saja antara para pihak yang bersangkutan tetapi
juga terhadap pihak ketiga bahwa pada tanggal tersebut dalam akta kedua
belah pihak tersebut sudah menghadap di muka pegawai umum (Notaris) dan
menerangkan apa yang ditulis dalam akta tersebut (kekuatan pembuktian
keluar).
b) Grosse Akta Pengakuan Hutang
Kelebihan lain daripada akta perjanjian kredit/pengakuan hutang yang
dibuat secara notariil (otentik) adalah dapat dimintakan Grosse akta
kekuatan eksekutorial, artnya disamakan dengan keputusan hakim yang oleh
bank diharapkan pelaksanaan eksekusinya tidak perlu lagi melalui proses
gugatan yang biasanya menyita waktu lama dan memakan biaya besar.
c) Ketergatungan terhadap Notaris
Ada yang perlu diingat bahwa Notaris sebagai pejabat umum tetap
juga sebagai seorang manusia biasa sehingga di dalam mengadakan perjanjian
kredit/pengakuan hutang oleh atau dihadapan Notaris, tetap dituntut berperan
aktif guna memeriksa segala aspek hukum dan kelengkapan yang diperlukan.
Kemungkinan terjadi kesalahan/kekeliruan atas suatu perjanjian
kredit/pengakuan hutang yang dibuat secara notariil tetaplah ada. Dengan
demikian Account Officer tidak boleh secara mutlak bergantung kepada Notaris,
melainkan Notaris harus dianggap sebagai mitra atau rekanan dalam pelaksanaan
suatu perjanjian kredit/pengakuan hutang. Dalam hubungan itu bank akan
meminta Notaris yang bersangkutan untuk berpedoman kepada model perjanjian
kredit yang telah ditetapkan oleh bank. Di samping itu, Account Officer tetap
mengharapkan legal opinion Notaris setiap akan mengadakan pelepasan kredit,
sehingga Notaris dalam hal ini dapat berperan sebagai salah satu unsur filterisasi
dari pada legal asset suatu pelepasan kredit.
Perjanjian kredit bank antara pihak bank dengan pihak debitur harus
memenuhi syarat-syarat perjanjian sebagaimana termasuk dalam Pasal 1320 KUH
sepakat mereka mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal. 28
Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada umumnya
menggunakan bentuk perjanjian baku (standard contract). Berkaitan dengan itu,
memang dalam prakteknya bentuk perjanjiannya telah disediakan oleh pihak bank
sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan
baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut perjanjian baku (standard Perjanjian kredit yang dibuat antara bank dengan debitur merupakan
Undang-Undang bagi para pihak yang sesuai dengan asas kebebasan berkontrak,
walaupun dalam kenyataanya isi dari perjanjian kredit tersebut sudah dalam
keadaan baku yang dituangkan dalam bentuk formulir. Para pihak yang membuat
perjanjian kredit harus patuh terhadap perjanjian yang dibuat dan disepakati dia
antara para pihak. Akad perjanjian kredit bank dapat dibuat di bawah tangan atau